TEMU ILMIAH IPLBI 2015
Preferensi Masyarakat dalam Menikmati Streetscape Perkotaan yang Ideal Anisa P. Anugrah Program Studi Magister Rancang Kota, SAPPK, Institut Teknologi Bandung.
Abstrak
Streetscape atau wajah jalan merupakan sebuah elemen penting dalam pembentukan karakter sebuah kota, tetapi untuk negara berkembang, aspek streetscape belum diolah secara maksimal, baru beberapa tahun kebelakang ini beberapa kota mulai melakukan melakukan di sepanjang penghijauan, perbaikan jalur pejalan kaki, preservasi bangunan bersejarah, dan pembangunan area publik yang menarik yang pada akhirnya menjadi elemen visual streetscape yang membentuk secara langsung membentuk image perkotaan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui preferensi masyarakat mengenai sebuah streetscape perkotaan yang ideal. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei lewat media online yang dibagikan secara bebas (non-random sampling). Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan motode analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil dari analisis yang dilakukan memunculkan beberapa kategori yang menjadi preferensi dan ketertarikan masyarakat saat menikmati streetscape sebuah kota. Selain itu, analisi ini menghasilkan elemen visual apa saja yang masyarakat harapkan ada dalam sebuah tampilan streetscape perkotaan. Dari kedua hasil analisis data yang didapat tersebut memunculkan beberapa interprestasi mengenai streetscape perkotaan yang akan dibahas di dalam artikel ini. Kata-kunci : streetscape, image perkotaan, preferensi masyarakat, elemen visual
Pengantar Pembangunan infrastruktur perkotaan pada saat ini mulai banyak dilakukan. Kesadaran akan perlunya memperbaiki sistem dan merapikan perkotaan mulai muncul beriringan dengan semakin banyak permasalahan. Selain itu dengan majunya globalisasi dan teknologi membuat demand masyarakat akan kehidupan dan yang baik semakin tinggi dan beragam kriterianya. Pada saat ini, lebih banyak populasi orang diperkotaan, dan tiap-tiap orang terus mengharapkan peningkatan kulitas hidup. Infrastruktur perkotaan yang didesain baik dengan kehidupan jalan yang hidup akan membuat orang merasa aman dan tenang Oleh karena itu kita dapat melihat bahwa streetscape perkotaan memainkan peran penting dalam pengembangan kehidupan perkotaan (Crankshaw, 2015).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara masyarakat melihat sebuah streetscape perkotaan yang membentuk karakter sebuah kota dan bagaimana cara memaksimalkan potensi sreetscape lewat preferensi masyarakat mengenai seperti apa streetscape perkotaan yang ideal. Dharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat agar para perancang dan perencana perkotaan dapat mengembangakan elemen-elemen yang ada pada sebuah streetscape yang nantinya akan menjadi modal utama dalam pembentukan image sebuah kota. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam menulis artikel ini adalah dengan melakukan survei online menggunakan kuesioner. Kuesioner ini kemudian dibagikan secara bebas (non-random-sampling) melalui sosial ProsidingTemuIlmiah IPLBI 2015 | B 135
Preferensi Masyarakat Dalam Menikmati Streetscape Perkotaan yang Ideal
media, dan meminta beberapa orang untuk menyebarkan kembali kuesioner online ini untuk diisi. Kuesioner dibuka dari tanggal 19 Sepetember 2015 sampai dengan 28 September 2015. Total responden yang didapatkan adalah 62 orang, dengan sosio-demografi yang terdiri dari pria (38) dan wanita (24) dengan rangeusia 19-30 tahun dengan domisili di Bandung (30), Jakarta (19), Tangerang (4), Bekasi, Depok, Yogyakarta, dan Malang. Kuesioner online ini berisikan beberapa pertanyaan yang bersifat kualitatif. Responden diminta untuk mengisi nama jalan dan kota yang menurut mereka memiliki streetscape yang baik. Lalu mereka diminta untuk menuliskan alasan pemilihan jalan tersebut. Setelah itu responden diberikan pertanyaan tentang bagaimana streetscape yang ingin mereka lihat saat mengitari suatu kota. Kedua pertanyaan yang diberikan ini bersifat terbuka (open-ended) sehingga responden dapat menuliskan pengalaman dan preferensi mereka secara bebas sesuai dengan yang mereka inginkan. Metode Analisis Data Secara garis besar metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif (Cresswell, 2008), dan kategor isifat penelitian adalah eksploratif (Groat& Wang, 2002). Analisis kulitatif yang dilakukan menggunakan beberapa metode, yaitu metode content analysis; metode pendahuluan yang dilakukan untuk mendapatkan berbagai macam kata kunci dalam cerita yang disampaikan oleh responden mengenai pengalam dan preferensi mengenai sebuah streetscape perkotaan. Kemudian kata kunci tersebut dikelompokan sesuai kategori yang kemudian dilanjutkan dengan metode analisis distribusi; analisis ini dilakukan untuk mengetahui frekuensi dari jawaban responden dan kategori apa sajakah yang menjadi kategori dominan dalam pengalaman dan preferensi masyarakat. Setelah itu, dilakukanan analisis B 136 |ProsidingTemuIlmiah IPLBI 2015
secara koresponden; koresponden ini dilakuakan untuk melihat elemen-elemen apa yang saling berdekatan dalam preferensi masyarakat terhadap sebuah streetscape yang ideal. Hasil analisis dan Interprestasi Data Langkah pertama dalam melakukan analisis terhadapat data yang didapatkan dari hasil kuesioner online adalah dengan melakukan content analisys. Pada metode content analisys yang pertama dilakukan adalah tahap open coding. Tahap open coding adalah sebuah tahapan untuk mencari kata kunci dari paragraf yang dituliskan oleh responden. Berikut adalah beberapa contoh paragraf yang dituliskan oleh responden mengenai pengalaman mereka mengenai streetscape perkotaan. “Jalur pejalan kakinya rapih sekali, rindang karena dekat taman, dan pepohonan membuat kota tampak asri dan menenangkan diantara kesibukan”(Pria, Wirausaha) “Berjalan di jalan thamrin sangat menarik karena banyak bangunan tinggi, pertokoan, dan jalur pejalan kaki yang cukup lebar.”(Wanita, Pegawai Swasta)
Dari paragraf tersebut bisa didapatkanbeberapa kata kunci seperti “Jalur pejalan kaki yang rapih”, “banyak bangunan tinggi”, “asri”, “pepohonan”, dan “Jalur pejalan kaki lebar”. Lalu ada beberapa contoh paragraf untuk preferensi masyarakat mengenai streetscape yang ideal. “Heritage kota tersebut bisa dinikmati dengan maksimal (nyaman, aman, dan kalau bisa banyak sarana informasi supaya selain melihat kota kita juga sambil mempelajari sesuatu)”(Pria, Desainer) “bersih, sign systemnya jelas, ada jalur pejalan kaki, bisa santai di tmpt fasilitas publik yg well maintenance, gampang akses dgn transportasi umum,.”(Wanita, Mahasiswa)
Sedangkan dari contoh jawaban mengenai preferensi, didapatkan beberapa kata kunci seperti “Heritage”, “bersih”, “fasilitas publik yang well maintenance”, dan “akses transportasi umum”.
Anisa PrasyanientyasAnugrah
Setelah itu dilakukan prosesp pengkategorian kata kunci yang bisa disebut sebagai tahap axial coding. Kata kunci yang sudah didaptkan kemudian dikategorikan secara lebih umum sehingga dapat diketahui frekuensi munculnya kata kunci tersebut. Pengkategorian kata kunci dilakukan dengan melalui diskusi kelompok, karena cara tersebut merupakan cara yang baik dalam menyusun kategori agar mengurangi resiko mendapatkan sebuah kategori yang kurang representatif. Tabel1. Contoh axial coding pengalaman mengenai streetscape perkotaan. No 1.
Kategori Lingkungan Hijau
Kata Kunci Banyak Taman Banyak penghijauan Banyak pohon peneduh Landscape dan kontur Sejuk Ada ruang terbuka hijau
2.
Heritage
Setelah didapatkan kategori untuk masingmasing pertanyaan, dilakukan analisis distribusi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kategori mana saja yang paling dominan dipilih oleh responden untuk mendapatkan interpretasi yang lebih mendalam dan rinci untuk penelitian ini. Hasil analisis untuk pengalaman masyarakat mengenai streetscape perkotaan, jawaban masyarakat yang paling dominan berada di kategori “Lingkungan Hijau” yang dipilih oleh 38 responden yaitu 17% jawaban responden, lalu disusul dengan “Jalur Pedestrian” yang dipilih oleh 28 responden (13%), dan “Keberagaman Lingkungan” oleh 27 responden (12%). Sedangkan jawaban yang paling rendah adalah “Pelengkap” dan “Presepsi Bentuk” yang masing-masing hanya mendapatkan jawaban dari 4 responden dengan presentasi 1% saja.
Banyak bangunan bersejarah Banyak bangunan kuno Wilayahnya memiliki nilai historis
Kategori yang didapatkan dari pengelaman menengai streetscape perkotaan yang ditulis oleh responden berjumlah 14 kategori yang berasal dari 59 kata kunci. Tabel2.
Contoh
axial
codinguntuk
preferensi
streetscape kota ideal No
Kategori
1.
Fasilitas publik yang baik
Ketersediaan fasilitas publik Fasilitas publiknya teratur Fasilitas pbliknya terawat
Aktifitas kota dapat dinikmati
Fasilitas publiknya menarik Fasilitas informasinya lengkap Banyak aktifitas Kesibukan di wilayahnya dinasmis Banyak interaksi sosial Dapat meningkatkan produktifitas
2.
Kata Kunci
Sedangkan untuk preferensi streetscape kota yang ideal juga didaptkan 14 kategori yang berasal dari 48 kata kunci.
Gambar 1. Analisis distribusi pengalaman masyarakat mengenai streetscape perkotaan
Hasil analisis distribusi ini kemudian di crosscheck dengan pemilihan nama jalan yang streetscapenya paling disukai oleh responden. Dalam kuesioner diambil beberapa nama jalan yang paling banyak disebutkan oleh responden, yaitu streetscape Kota Bandung yang terdapat Jalan Braga, Jalan Asia Afrika, dan Jalan sekitar Balai Kota. Lalu dari Kota Jakarta terdapat Jalan sekitar Kota tua, Senayan, Epicentrum Kuningan, thamrin, SCBD, Menteng, dan Sudirman. Sedangkan yang terakhir adalah Jalan Malioboro, di Kota Yogyakarta
ProsidingTemuIlmiah IPLBI 2015 | B 137
Preferensi Masyarakat Dalam Menikmati Streetscape Perkotaan yang Ideal Tabel 3. Daftar nama jalan yang streetscapenya paling disukai oleh responden.
NamaJalan Braga Kota tua Asia Afrika Senayan Epicentrum Thamrin SCBD Malioboro Sudirman Menteng Balai Kota
Kota Bandung Jakarta Bandung Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Yogyakarta Jakarta Jakarta Bandung
Jumlahresp onden 11 2 5 2 3 2 2 2 5 3 2
Dari crosscheck kedua hasil analisisini menunjukkan bahwa lingkungan streetscape yang terlihat banyak tanaman dan pepohonan menjadi jawaban yang dominan oleh responden. Lingkungan perkotaan yang hijau tentu saja menimbulkan banyak manfaat positif tidak hanya untuk mempercantik visual tetapi juga dari aspek kesehatan lingkungan dan dampak ekologis yang baik bagi lingkungan. Jalan Epicentrum Kuningan merupakan salah satu contoh streetscape yang memiliki jalur hijau yang sangat baik dan banyak dilalui ruang terbuka hijau yang membuat suasana menjadi lebih sejuk dan teduh meskipun berada ditengah hiruk pikuk perkotaan Jakarta.
Gambar 2. Streetscape Epicentrum Kuningan Jakarta. Banyak jalur tanaman dan dilalui ruang terbuka hijau yang asri.foto@ronijayasaputra.
Selain itu jalur pedestrian juga merupakan salah satu hal yang saring dijawab oleh responden mengenai pengalaman mereka melihat sebuat streetscape. Jalur pedestrian yang teratur dan lebar membuat visualisasi lingkungan menjadi lebih terlihat dan mudah dinikmati. Keterjagaan jalur pedestrian membuat masyarakat menjadi memiliki hasrat untuk berjalan dan menikmati B 138 |ProsidingTemuIlmiah IPLBI 2015
visual perkotaan yang ditawarkan sepanjang koridor jalan. Streetscape Jalan Thamrim, SCBD, dan Asia Afrika merupakan jalan dengan jalur pedestrian yang lebar dan besar. Jalurnya pun teratur dan tidak kumuh. Sehingga jarak pandang masyarakat luas dan bisa menikmati streetscape, koridor jalan serta bangunanbangunan yang berjajar di sekitar jalan. Selain lebar, jalur pedestrian yang mendorong masyarakat untuk berjalan kaki memiliki daya tarik sendiri, seperti di Jalan Asia Afrika, Braga, dan Malioboro. Banyaknya masyarakat yang dengan nyaman berjalan kaki dan beraktifitas di jalur pedestrian menjadi sebuah pelengkap streetscape perkotaan yang disukai oleh responden.
Gambar3. Jalur Pedestrian di Jalan Asia Afrika. foto@skyscrapercity
Aspek lainnya yang banyak dipilih adalah keberagaman bangunan dan arsitekturnya. Fasad bangunan yang well design dan memiiliki nilai historis tersendiri menjadi sebuah ketertarikan yang cukup populer untuk masyarakat. Jalan disekitar Kota tua, Asia Afrika, dan Braga menjadi salah satu contoh streetscape perkotaan yang memiliki nilai historis yang menarik.
Gambar4. Streetscape Kota Tua Jakarta. foto@travelfront end
Lalu dilanjutkan dengan menganalisis data mengenai preferensi masyarakat mengenai streetscape perotaan seperti apa yang diharapkan ketika berjalan-jalan mengintari sebuah kota. Hasil analisis distribusi yang didapat, kategori yang paling banyak dipiih sebagai preferensi adalah “Lingkungan hijau” yang dipilih oleh 31
Anisa PrasyanientyasAnugrah
responden (13%), disusul dengan “Terhubung dengan perasaan” dipilih oleh 29 responden (12%), dan disusul dengan “Image kota tercermin dengan jelas” dan “Menciptakan pengalaman visual” yang sama-sama dipilih oleh 26 responden (11%). Sedangkan untuk kategori terendah adalah “Tata Massa Bangunan” yang hanya dipilih oleh 2 responden saja (1%).
Preferensi elemen streetscape yang dinikmati pada pemilihan waktu tertentu Pada kuesioner untuk artikel ini juga melakukan survey untuk pemilihan waktu yang disukai untuk menikmati sebuah streetscape perkotaan. Dari hasil analisis yang didapatkan, dari 62 responden, sebanyak 18 responden menjawab menyukai waktu melihat di pagi hari (30%), 11 responden menjawab siang hari (18%), dan 31 responden menjawab lebih menyukai menikmati streetscape di malam hari (52%).
Gambar6.
Analisis
preferensi
waktu
melihat
streetscape perkotaan
Gambar5. Analisis distribusi streetscape perkotaan yang ideal
Hasil dari Analisis distribusi mengenai streetscape perkotaan yang ideal yang paling dominan adalah Lingkungan yang hijau. Masyarakat mengharapkan sebuah streetscape perkotaan yang mempunyai unsur hijau, banyak pepohonan, tanaman, dan streetscape yang tidak hanya terbentuk dari bangunan tetapi ruang terbuka hijau seperti taman.Kategori kedua yang paling banyak dipilih adalah sebuah visualisasi perkotaan yang terhubung dengan masyarakatnya. Setiap sudutnya memiliki cerita dan timbul perasaan memiliki, sehingga masyarakat terikat untuk terus di dalamnya dan menikmati streetscape perkotaan yang ada. Saat berjalan-jalan disuatu kota. Masyarakat pun mengharapkan sebuah pengalaman visual yang tidak bisa didapatkan di tempat lainnya, sehingga mereka bisa langsung memeiliki cerita tentang kota yang mereka kunjungi dari melihat salah satu streetscape yang disajikan di kota tersebut.
Dari hasil tersebut ingin dilihat apa saja elemen streetscape yang mempengaruhi responden dalam pemilihan preferensi waktu menikmati streetcape. Analisis yang digunakan adalah analisis koresponden untuk mengetahui tingkat frekuensi kategori elemen streetscape yang diminati responden dengan preferensi pemilihan waktu tiap responden untuk menikmati streetscape tersebut.
Gambar7.Analisis koresponden antara preferensi pemilihan waktu melihat streetscape dan kategori elemen streetscape
ProsidingTemuIlmiah IPLBI 2015 | B 139
Preferensi Masyarakat Dalam Menikmati Streetscape Perkotaan yang Ideal
Dari hasil analisis koresponden yang dilakukan, didapatkan pembagian elemen-elemen yang dinikmati pada waktu-waktu tertentu. Pada pagi hari, frekuensi responden lebih banyak berfokus pada kategori jalur pedestrian. Pada pagi hari, udara perkotaan masih sejuk, sehingga banyak digunakan untuk aktifitas berjalan kaki, sehingga keteratur jalan raya juga mengambil pengaruh penting dalam menikmati streetscape di pagi hari. Sedangkan untuk siang hari, responden cenderung menjawab lingkungan yang hijau dan terjaga.Pada siang hari umumny amasyarakat sedang pada waktu produktif, bekerja, beraktifitas dan sering kali berpindah tempat menggunakan kendaraan. Berkendara dengan kendaraan bermotor adalah pengalaman yang sering membawa strees di kehidupan perkotaan. Ketika melihat pemandangan di hijau alami di sepanjang streetscape dapat mengurangi tingkat stres dan frustrasi dibandingkan dengan mereka yang hanya melihat lingkungan terbangun saja (Parson, 1998). Pemandangan yang hijau dan teratur menjadi sebuah pemandangan visual yang menyenangkan diantara kesibukan kota di siang hari. Begitupun desain bangunan, mulai dari fasa daya hingga pemilihan style tertentu yang bisa dinikmati sebagai salah satu elemen visual yang penting dalam pembentukkan sebuah streetscape perkotaan. Untuk malam hari, responden banyak menjawab keberagaman bangunan dan fasilitas publik. Fasilitas publik berup pencahayaan, sarana duduk disekitar pedestrian, merupakan elemen yang dapat dinikmati pada malam hari. Keberagaman bangunan dan pencahayaannya dimalam hari menciptakan sebuah pengalaman visual tersendiri, apalagi disaat malam hari pada saat orang-orang mulai berhenti beraktifitas, ingin berjalan-jalan menikmati hiruk pikuk kota, dan akan segera beristirahat. Selain itu keterjagaan lingkungan menjadi hal penting untuk menikmati streetscape di malam hari. Rasa aman membuat orang lebih leluasa untuk menikmati streetcape perkotaan tanpa merasa risih, sehingga pengalaman yang didapatkan akan lebih maksimal. B 140 |ProsidingTemuIlmiah IPLBI 2015
Kesimpulan Lingkungan yang hijau dan seimbang merupakan preferensi utama dari masyarakat dalam menikmati sebuah streetscape, begitu pun dengan harapan mereka akan sebuah streetscape perkotaan yang ideal. Selain itu, pembentukan visual streetscape perkotaan diharapkan dapat menceritakan karakter dan image dari kota tersebut, mulai dari cerita historisnya, hingga gaya hidup perkotaan yang tercermin dari fasilitas dan aktifitas yang terlihat pada streetscape. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bantuan rujukan untuk perancang kota untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas streetscape perkotaan untuk memperkuat image suatu kota dan juga meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya sehari-hari. DaftarPustaka Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches . California: Sage Publications, Inc. Groat, L. & Wang, D. (2002).Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Crankshaw, Ned. (2009). Creating Vibrant Public
Spaces: Streetscape Design in Commercial and Historic Districts. Island Press. Funk, Pertra. (2015). Urban Streetscape Design. Design Media Publishing limited. Parsons, R., L.G. Tassinary, R.S. Ulrich, M.R. Hebl, and M. Grossman-Alexander. (1998). The View From the
Road: Implications for Stress Recovery and Immunization.Journal of Environmental Psychology.