Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR RI | 1
Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Lifting minyak tahun 2016 diprediksi sebesar 811 ribu barel per hari (bph). Perhitungan ini menggunakan model Arima dengan menggunakan data lifting minyak tahun 19802014. Kemudian hasil perhitungan tersebut ditambah dengan potensi penambahan lifting minyak dari sumur pengembangan, proyek baru, workover dan wellservice di tahun 2016
L
ifting minyak bumi dan gas merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi dasar perhitungan penerimaan negara, baik yang bersumber dari penerimaan negara perpajakan maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Besarnya penerimaan negara dari sektor migas tersebut akan berpengaruh terhadap perhitungan alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH SDA). Oleh karena itu, ketepatan prediksi lifting minyak dan gas menjadi sebuah keharusan mengingat apabila terjadi perubahan prediksi dengan deviasi yang begitu besar dapat mempengaruhi besaran-besaran APBN yang sudah ditetapkan oleh pemerintah bersama DPR. Perkembangan Lifting Minyak di Indonesia Selama hampir 10 tahun terakhir, realisasi lifting minyak tidak pernah mencapai target (lihat gambar 1). Dimana, penurunan produksi terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 6,25 persen dari tahun sebelumnya. Lalu pada tahun berikutnya yaitu 2008
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR RI | 2
mengalami peningkatan lifting hingga 3,5 persen karena kontribusi dari beberapa proyek pengembangan lapangan yang onstream seperti Lapangan Sukowati (JOB PPEJ & Pertamina EP), Optimasi produksi Lapangan Oyong (Santos Sampang Pty. Ltd.) dan Lapangan Sisi Nubi (Total E&P Indonesie)1. Peningkatan lifting ini terus terjadi hingga tahun 2010, namun selanjutnya terus mengalami penurunan lifting minyak hingga tahun 2014 hanya mencapai realisasi sebesar 794 ribu barel per hari (BPH). Adapun penentuan target lifting dalam APBN-P 2015 lebih rendah dari prediksi sebelumnya yang sebesar 849.000 - 900.000 bph. Penargetan lifting minyak di atas 825.000 bph2 akan berat tercapai sebab jumlah lifting minyak berdasar pada kemampuan produksi sumur-sumur minyak yang ada saat ini. Gambar 1 Lifting Minyak di Indonesia yang Cenderung Menurun Pada Periode 2006-2015
ribu barel per hari
1.000
800 600 400 200 0
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber : Nota Keuangan APBN-P 2006-2014 dan Kementerian ESDM
APBN-P 1 2
SKK Migas (2013). Laporan Tahunan 2013 Sudirman Said, Meneteri ESDM
2011
Realisasi
2012
2013
2014
2015
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR RI | 3
Walaupun terus mengalami penurunan produksi, SKK Migas terus mendorong para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) Migas untuk melakukan upaya penekanan penurunan laju produksi. Adapun upaya yang telah dilakukan diantaranya dengan melakukan pengeboran sumur tambahan (infill/sumur sisipan), pemeliharaan sumur (well service) dan kerja ulang sumur (work over). Upaya ini terbukti efektif dengan ditekannya laju penurunan produksi pada tahun 2014 menjadi sebesar 3,7 persen dari tahun sebelumnya sebesar 4,1 persen. Rendahnya lifting minyak Indonesia tentunya terkait erat dengan kondisi cadangan minyak yang ada. Pangsa cadangan minyak bumi Indonesia hanya berkisar 0,2 persen dari total cadangan minyak bumi dunia dengan total cadangan terbukti tahun 2013 sebesar 3,7 Miliar barel3. Cadangan tersebut tersebar di berbagai wilayah yaitu NAD, Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, Kepualauan Natuna, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi , Maluku dan Papua. Dari keseluruhan cadangan tersebut yang sudah terbukti sebesar 49,1persen sedangkan sisanya sekitar 50,8persen ,masih merupakan cadangan potensial. Faktor usia kilang minyak yang semakin tua, rendahnya teknologi yang masih sederhana serta konfigurasi teknis kilang minyak yang tidak sesuai kebutuhan saat ini serta menjadi faktor penyebab rendahnya lifting minyak. Lima kilang minyak dan gas utama Indonesia mengalami kerugian sekitar USD1 miliar per tahun mengacu pada harga pasar saat ini. Seandainya kilang-kilang ini dioperasikan dengan sempurnapun, kelima kilang tersebut masih akan mengalami kerugian dengan nilai yang hampir sama. Faktanya, 3
BP Statical Review of World Energy 2014
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR RI | 4
sudah 20 tahun tidak ada pengembangan kilang besar di Pertamina. Alhasil, harga bensin dan diesel dari kilang-kilang tersebut jauh lebih mahal untuk diproduksi dibandingkan dengan harga produk impor. Selain lifting minyak, konsumsi minyak domestik juga turut mempengaruhi kondisi cadangan minyak Indonesia saat ini dan ke depan. Pada tahun 2003 konsumsi minyak domestik Indonesia mencapai 1,2 juta barel per hari. Sepuluh tahun kemudian pada tahun 2013 konsumsi minyak domestik telah mencapai 1,6 juta barel per hari. Sebuah perusahaan konsultan migas asing memperkirakan bahwa pada tahun 2030 mendatang konsumsi terebut akan tumbuh 5 hingga 6 persen per tahun. Pada masa tersebut diperkirakan Indonesia akan memgimpor 75 persen dari kebutuhan minyaknya. Tentunya kondisi ini akan membuat kondisi cadangan minyak Indonesia semakin rentan mengingat harga minyak yang telah meningkat empat kali lipat selama 15 belas tahun terakhir. Prediksi Lifting Minyak Tahun 2016 Perhitungan proyeksi lifting minyak berprinsip pada; (1) Terjadinya natural Decline pada lapangan existing dan (2) Peningkatan produksi terjadi pada produksi lapangan baru skala besar dan dilakukan upaya penekanan laju penurunan produksi minyak, salah satunya Enhanced Oil Recovery skala besar4. Dengan berdasar pada kedua prinsip tersebut maka perhitungan proyeksi lifting minyak tahun 2016 menggunakan dua asumsi, yaitu tanpa adanya upaya peningkatan produksi (penurunan alamiah) dan dengan upaya Rakhmanto, Pri Agung.2014. Disampaikan pada “Diskusi Asumsi Makro APBN Biro Analisa Anggaran dan Pelaksana APBN” tanggal 6 Mei 2014 4
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR RI | 5
peningkatan produksi. Asumsi pertama yaitu dengan melihat tren penurunan alamiah minyak bumi pada sumur eksisting. Model analisis yang digunakan ialah Arima dengan data lifting minyak tahun 1980-2014. Dari perhitungan penurunan alamiah sumur eksisting tersebut didapat prediksi lifting minyak tahun 2016 sebesar 741 ribu bph. Asumsi kedua yaitu selain dengan memproyeksi penurunan laju alamiah produksi minyak pada sumur existing ditambah dengan beberapa variabel yang merupakan upaya penambahan produksi minyak, baik dari penemuan sumur baru, ataupun perawatan sumur minyak yang ada. Berdasarkan data yang diperoleh dari SKK Migas, terdapat beberapa upaya dalam mngurangi laju penurunan minyak bumi yaitu sumur pengembangan, workover, wellservice dan penambahan produksi dari proyek baru. Tabel 1 menunjukkan perhitungan penurunan produksi minyak pada sumur eksisting ditambah dengan upaya penambahan produksi maka diperoleh prediksi lifting minyak bumi tahun 2016 sebesar 811 ribu bph. Tabel 1 Perhitungan Prediksi Tahun 2016 dengan Upaya Penambahan Produksi Minyak Bumi Kegiatan Sumur pengembangan Work over Wellservice Proyek Baru Sumur Existing TOTAL Sumber : SKK Migas 2015, diolah
Prediksi 2016 (ribu bph) 24 17 21 8 741 811
Berdasarkan prognosa lifting minyak 2016 oleh SKK Migas diperoleh angka sebesar 830 ribu bph. Angka tersebut diperoleh dari
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR RI | 6
akumulasi dari prediksi penurunan rata-rata lifting minyak tahunan sebesar 31% pada sumur eksisting yaitu sebesar 760 ribu bph ditambah dengan perkiraan kegiatan peningkatan lifting minyak bumi di tahun 2016 sebesar 70 ribu bph. Dari total 81 KKKS produksi minyak bumi, terdapat 15 KKKS yang menguasai 84,9 persen KKKS. Upaya Pemenuhan Kebutuhan Minyak dalam Negeri Menggenjot produksi sebesar-besarnya seharusnya bukan lagi kunci utama dalam mengatasi masalah krisis migas mengingat cadangan migas yang semakin sedikit. Dengan jumlah cadangan minyak bumi sebesar 3,7 miliar barel dan produksi minyak sekitar 840.000 barel per hari maka diprediksikan cadangan minyak Indonesia akan habis 11-12 tahun mendatang. Disisi lain, laju konsumsi BBM sebagai produk hasil olahan terus mengalami peningkatan sedangkan laju produksi dalam 18 tahun terakhir terus mengalami penurunan. Sehingga Pemerintah perlu membuat kebijakan yang strategis untuk dapat memenuhi kebutuhan migas dalam negeri Pembaruan kilang miyak Kondisi kapasitas kilang minyak di Indonesia yang ada sangat jauh dibawah kebutuhan masa depan, dengan kondisi kilang yang sudah sangat tua dan sub-standar. Saat ini kapasitas kilang minyak Indonesia diperkirakan sebesar 1.167 juta bph namun hanya 719 ribu bph yang dapat diolah. Dengan kebutuhan konsumsi BBM sebesar 1.359 juta bph, maka Indonesia masih harus melakukan impor BBM sebesar 640 ribu bph5. Guna 5http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/14/09/29/ncnfca24-kilang-minyak-
dan-efisiensi-energi
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR RI | 7
mendorong daya saing dan profitabilitas, kilang-kilang ini perlu diperbaharui secara signifikan. Total pembelanjaan modal yang perlu digelontorkan berada di kisaran USD12 hingga USD17 miliar. Pembaharuan kilang yang ada lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan alternatif untuk membangun kilang baru. Hal ini berpotensi meningkatkan produksi bensin dan solar dua hingga tiga kali lebih besar untuk investasi yang sama. Keuntungan ekonominya akan jauh lebih tinggi daripada proyek greenfield karena memanfaatkan infrastruktur dan lahan yang sudah ada. Pembaharuan ini memiliki potensi untuk menjadi proyek yang bernilai sangat tinggi bagi negara. Selain itu, terdapat pula potensi untuk menggandakan pasokan bahan bakar minyak (BBM) domestik. Sebagai contoh, kiprah Singapura, dengan negara pulau tanpa sumur minyak dan gas telah terbukti berhasil mengolah minyak dengan jumlah yang besar. Saat ini dengan tiga kilang raksasa dan tanpa ladang sumur minyak yang dimiliki, Singapura mampu mengolah minyak hingga 1.395 ribu bph. Hal ini dilakukan Singapura dengan cara memasok minyak mentah dari negara kaya produksi minyak dan gas dan hasil olahannya menjadi komoditas andalan ekspor6. Sementara Indonesia saat ini masih bergantung pada Singapura baik pasokan minyak mentah, BBM maupun petrokimia. Peningkatan teknologi dan kapabilitas SDM migas Di masa mendatang, teknologi, kapabilitas. Indonesia memerlukan akses teknologi yang lebih mutakhir serta para ahli 6
Ibrahim, Riki. “Kilang Integrasi Sebagai Pilar Pembangunan Ekonomi Indonesia”. Majalah Energy Nusantara Edisi 1 Tahun 1 Januari 2015. Hlm 54-55
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR RI | 8
teknis guna meningkatkan produksi di ladang yang telah siap dengan menggunakan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) dan Improved Oil Recovery (IOR). Peningkatan mutu kilang membutuhkan kemampuan eksekusi proyek berskala besar yang belum pernah dilakukan dalam beberapa dekade terakhir di Indonesia. Dewasa ini, Indonesia hanya memiliki segelintir pusat litbang minyak dan gas berkelas dunia untuk mengembangkan teknologi canggih. Oleh karena itu, Indonesia memerlukan upaya yang terkoordinasi untuk mengembangkan kapabilitas andal di sektor ini dan mencontoh negara lain seperti Norwegia, Malaysia, dan Brazil yang mampu mengembangkan keterampilan yang andal karena mereka telah mengembangkan sumber daya alamnya sendiri. Membangun lembaga bertaraf internasional untuk mengembangkan SDM lokal termasuk universitas dengan tenaga pengajar internasional dan bantuan industri untuk memastikan bahwa pelatihan ini sejalan dengan kebutuhan industri; mengadakan program pelatihan berkala untuk mengembangkan 2.000-3.000 doktor di bidang migas dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan dengan melakukan kolaborasi dengan institusi pendidikan perminyakan terkemuka di dunia; Mengembangkan insentif bagi operator dan perusahaan jasa internasional untuk membangun pusat litbang mereka di Indonesia dengan fokus kepada teknologi yang relevan untuk kawasan Indonesia; Investasi Pembangunan infrastruktur bahan bakar minyak selain membutuhkan biaya mahal, waktu yang panjang juga membutuhkan kejelasan masterplan pembangunan infrastruktur
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR RI | 9
energi yang disiapkan pemerintah. Hal ini, seperti juga penciptaan insentif investasi di bidang pembangunan infrastruktur hilir minyak dan gas bumi belum dilakukan dengan baik. Indonesia perlu melakukan investasi secara agresif untuk meningkatkan jaringan infrastruktur bahan bakar, serta fasilitas penyimpanan dan armada tanker demi memastikan keandalan dan efisiensi pasokannya. DRP & MN