BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2011) Menurut Depkes RI (2011), PHBS terdapat didalam lima tatanan yang berhubungan antara satu dengan yang lain yaitu tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan. Akan tetapi untuk melihat keberhasilan pembinaan PHBS, praktik PHBS yang diukur adalah yang dijumpai di tatanan rumah tangga. 2.1.1 PHBS pada Tatanan Rumah Tangga PHBS tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah tangga sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif
untuk
hidup
sehat
(Depkes
RI,
2007).
10
Universitas Sumatera Utara
11
Menurut Depkes RI (2011), PHBS tatanan rumah tangga sejak dicanangkan tahun 1996 memiliki 10 indikator yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, imunisasi dan penimbangan balita, memiliki jamban sehat, memiliki akses air bersih, penanganan sampah, kebersihan kuku, gizi keluarga, tidak merokok dan menyalahgunakan NAPZA, memiliki informasi PMS/AIDS, memiliki jaminan Pemeliharaan Kesehatan/Dana Sehat. Tahun 2001 indikator PHBS tatanan rumah tangga kemudian dikembangkan menjadi 16 indikator dengan menambahkan indikator – indikator gosok gigi sebelum tidur, olahraga teratur, memiliki saluran pembuangan air limbah, ventilasi rumah baik, kepadatan penghuni rumah kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni dan lantai rumah bukan tanah. Akan tetapi indikator baru ini dirasakan terlalu banyak, sehingga melalui serangkaian pertemuan dari 16 indikator awal ditetapkan 10 indikator PHBS. Pada Rapat Koordinasi Promosi Kesehatan Tingkat Nasional, pada tahun 2007 indikator PHBS di rumah tangga diubah menjadi : Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Memberi bayi ASI eksklusif Menimbang bayi dan balita setiap bulan Menggunakan air bersih Cuci tangan pakai sabun Menggunakan jamban sehat Memberantas jentik nyamuk
Universitas Sumatera Utara
12
Makan sayur dan buah setiap hari Melakukan aktivitas fisik setiap hari serta Tidak merokok di dalam rumah 2.1.2 Tujuan, Manfaat, Sasaran PHBS pada Keluarga / Tatanan Rumah Tangga Menurut Proverawati (2012), tujuan umum PHBS di rumah tangga adalah meningkatnya rumah tangga sehat di desa kabupaten / kota di seluruh Indonesia. Untuk tujuan khusus sebagai berikut : Meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah tangga untuk melaksanakan PHBS Berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat. Manfaat PHBS di rumah tangga adalah sebagai berikut : 1. Bagi Rumah Tangga Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit Anak tumbuh sehat dan cerdas Anggota keluarga giat bekerja Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga 2. Bagi Masyarakat Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
Universitas Sumatera Utara
13
Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa, dan lain-lain. Sasaran PHBS meliputi tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-tempat umum dan tatanan institusi kesehatan (Albar, 2003). Untuk PHBS tatanan rumah tangga memmpunyai sasaran sebagai berikut : Pasangan Usia Subur Ibu hamil dan menyusui Anak dan remaja Usia lanjut Pengasuh anak 2.1.3 Indikator PHBS yang Berhubungan dengan Kejadian Diare Menurut Depkes RI (2007), Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mewujudkan Rumah Tangga Sehat. Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 indikator PHBS di rumah tangga. Dari kesepuluh indikator terdapat 7 indikator dan imunisasi yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita yaitu : Menggunakan air bersih Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian dan sebagainya haruslah bersih, agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar penyakit.
Universitas Sumatera Utara
14
Menggunakan jamban sehat Setiap rumah tangga harus memilki dan menggunakan jamban leher angsa dan tangki septic tank atau lubang penampungan kotoran sebagai penampung akhir. Cuci tangan pakai sabun Cuci tangan dapat berfungsi untuk menghilangkan/mengurangi mikroorganisme yang menempel di tangan. Cuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk kedalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman masih tertinggal ditangan (Proverawati, 2012). Memberikan ASI eksklusif Pemberian ASI eksklusif adalah menyusui bayi secara murni. Bayi hanya diberi ASI tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa pemberian makanan tambahan lain, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur, atau nasi tim. Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu minimal hingga bayi berumur 6 bulan (Danuatmaja dan Meiliasari, 2003 dalam Maryunani, 2012). Menimbang bayi dan balita setiap bulan Semua bayi dan balita harus ditimbang berat badannya sejak lahir sampai usia 5 tahun di posyandu atau sarana kesehatan. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan organisasi sosial di lingkungan masyarakat yang berfungsi untuk memantau kesehatan masyarakat. Posyandu balita melakukan kegiatan yang
Universitas Sumatera Utara
15
berkaitan dengan pelayanan dan pemantauan kesehatan anak dibawah usia 5 tahun. Di Posyandu balita akan ditimbang setiap bulan sehingga dapat dipantau keadaan dari kandungan gizi yang diasup oleh balita tersebut melalui perubahan berat badan setiap bulan (Proverawati, 2012). Makan sayur dan buah setiap hari Makanan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, makanan yang dimakan sehari-hari hendaknya merupakan makanan seimbang terdiri atas bahan-bahan makanan yang tersusun secara seimbang baik kualitas maupun kuantitas untuk memnuhi syarat hidup sehat (Irianto, 2004). Imunisasi Semua bayi harus diimunisasi lengkap sebelum berusia 1 tahun. Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan tubuh bagi bayi sehingga tidak mudah terserang penyakit. Melakukan aktivitas fisik setiap hari Aktivitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari, sehingga dapat menyehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya. Jika lebih banyak waktu yang digunakan untuk beraktivitas fisik maka manfaat yang diperoleh juga lebih banyak (Proverawati, 2012).
2.2 Menggunakan Air Bersih Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan manusia setelah udara. Sekitar tiga per empat tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4 – 5 hari tanpa air minum. Volume air dalam
Universitas Sumatera Utara
16
tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang (Chandra, 2005). Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan mayarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150 – 200 liter atau 35 – 40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2005). 2.2.1 Sumber Air Bersih Menurut Chandra (2005) air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air permukaan dan air tanah. Air Angkasa Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun pada saat prespitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Air Permukaan Air permukaan yang meliputi badan-badan air seperti sungai, danau, telaga, waduk, rawa, air terjun dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya. Air Tanah
Universitas Sumatera Utara
17
Air tanah (grand water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan dengan air permukaan. 2.2.2 Syarat-Syarat Air Bersih Menurut Suripin (2004), syarat-syarat kualitas air bersih antara lain: Syarat Fisik Kekeruhan Air mengandung material kasat mata dalam larutan disebut keruh. Kekeruhan dalam air terdiri dari lempung, liat dan bahan organik serta mikroorganisme. Tingkat kekeruhan air biasanya diukur dengan alat turbidimeter. Kekeruhan untuk air minum dibatasi tidak lebih dari 10 mg/lt (skala silika), lebih baik kalau tidak lebih dari 5 mg/lt. Warna Air murni tidak berwarna, warna dalam air diakibatkan oleh adanya material yang larut atau koloid dalam suspensi atau mineral. Batas intensitas warna yang dapat diterima adalah 5 mg/lt. Bau dan Rasa Air murni tidak berbau dan tidak berasa, bau dan rasa yang timbul dalam air karena kehadiran mikroorganisme, bahan mineral, gas terlarut dan bahan-bahan organik. Temperatur
Universitas Sumatera Utara
18
Temperatur air merupakan hal yang penting dalam kaitannya dengan tujuan penggunaan dan pengolahan. Untuk menghilangkan bahan-bahan pencemar serta pengangkutannya. Temperatur air tergantung pada sumbernya. Temperatur normal air di alam (tropis) sekitar 20°C - 30°C. Untuk sistem air bersih, temperatur ideal berkisar antara 5°C - 10°C. Syarat Kimia Kandungan bahan-bahan kimia yang ada dalam air berpengaruh terhadap kesesuaian penggunaan air. Secara umum, karakteristik kimia air meliputi pH, alkalinitas, kation dan anion terlarut serta kesadahan. pH Sebagai pengukur sifat keasaman dan kebasaan air dinyatakan dengan nilai pH. pH air murni adalah 7, air dengan pH > 7 bersifat asam dan dibawah 7 bersifat basa. Alkalinitas Kebanyakan
air
bersifat
alkaline
karena
garam-garam
alkaline
sangat
umumberada di tanah. Alkalinitas dinyatakan dalam mg/l ekivalen kalsium karbonat. Kesadahan (hardness) Kesadahan air merupakan hal yang sangat penting dalam penyediaan air bersih. Air sadah mengandung karbonat dan sulfat, atau Klorida dan Nitrat, dari Kalsium dan Magnesium, disamping Besi dan Aluminium. Kesadahan air akibat adanya Kalsium dan Magnesium Sulfat Klorida dan Nitrate dapat dilunakkan dengan perlakuan khusus.
Universitas Sumatera Utara
19
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia, antara lain pH netral, tidak mengandung zat kimia beracun, tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam, kesadahan rendah, tidak mengandung bahan kimia anorganik. Syarat Biologis Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004). Berdasarkan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan bakteriologis air bersih adalah dilihat dari Coliform tinja per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50.
2.2.3 Menjaga Kebersihan Sumber Air Bersih Menurut Depkes RI (2009) hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga kebersihan sumber air bersih yaitu; Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah, paling sedikit 10 meter Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemar Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air dijaga bangunannya agar tidak rusak seperti lantai sumur sebaiknya tidak kedap air dan tidak boleh retak, bibir sumur harus diplester dan sumur sebaiknya diberi penutup Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada genangan air disekitar sumber air dan dilengkapi dengan saluran pembuangan air, tidak ada bercak-bercak kotoran,
Universitas Sumatera Utara
20
tidak berlumut pada lantai/dinding sumur. Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih dan diletakkan di lantai (ember/gayung digantung di tiang sumur). 2.2.4 Penyakit yang Berhubungan dengan Air Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Terjadinya suatu penyakit tentunya memerlukan adanya agent dan terkadang vektor. Menurut Chandra (2005), penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompokkelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu: Waterborne mechanism Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler dan poliomielitis. Waterwashed mechanism Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu: infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakhoma penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis. Water-based mechanism Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agent penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai
Universitas Sumatera Utara
21
intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya skistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculus medinensis. Water-related insect vector mechanism Agent penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah filariasis, dengue, malaria dan yellow fever.
2.3 Menggunakan Jamban Sehat Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Depkes RI, 2009). Menurut Water and Sanitation Program (2009), jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk digunakan sebagai tempat buang air besar. Berbagai jenis jamban yang digunakan di rumah tangga, sekolah, rumah ibadah dan lembagalembaga lain. Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban sehat harus dibangun, dimiliki dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan (di dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah. Menurut Depkes RI (2014), standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari : Bangunan atas jamban (dinding dan / atau atap)
Universitas Sumatera Utara
22
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya. Bangunan tengah jamban Terdapat dua bagian bangunan tengah jamban, yaitu : Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup. Lantai jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL). Bangunan bawah Merupakan bangunan penampungan, pengolah dan pengurai kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat dua macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu : Tangki septik adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut. Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis. Bentuk cubluk dapat
Universitas Sumatera Utara
23
dibuat bundar atau segi empat, dindingnya harus aman dari longsoran, jika diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu kali, buis beton, anyaman bambu, penguat kayu dan sebagainya. Menurut Water and Sanitation Program (2009), jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang: Mencegah kontaminasi ke badan air Mencegah kontak antara manusia dari tinja Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga serta binatang lainnya Mencegah bau yang tidak sedap Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah dibersihkan Menurut Depkes RI (2007), dalam menjaga jamban tetap sehat dan bersih kegiatan keluarga yang dapat dilakukan adalah: Bersihkan dinding, lantai dan pintu ruang jamban secara teratur Bersihkan jamban secara rutin Cuci dan bersihkan tempat duduk (jika ada) dengan menggunakan sabun dan air bersih Perbaiki setiap celah, retak pada dinding, lantai dan pintu Jangan membuang sampah di lantai Selalu sediakan sabun untuk mencuci tangan Yakinkan bahwa ruangan jamban ada ventilasinya Tutup lubang ventilasi jamban dengan kasa anti lalat Beritahukan pada anak-anak cara menggunakan jamban yang benar
Universitas Sumatera Utara
24
Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir setelah menggunakan jamban Pengaruh Tinja Bagi Kesehatan Manusia Menurut Chandra (2005), bahaya terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat pembuangan kotoran secara tidak baik adalah pencemaran tanah, pencemaran air, kontaminasi makanan dan perkembangbiakan lalat. Sementara itu, penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat keadaan di atas antara lain: tifoid, paratifoid, disentri, gastrointestinal lain, serta infestasi parasit lain.
Gambar 2.1 Alur Penularan Penyakit (Water & Sanitation Program, 2011) Menurut Depkes RI (2004), jalur penularan penyakit dari tinja atau kotoran manusia sebagai sumber penyakit melalui mulut sehingga menjadi sakit dapat dijelaskan sebagai berikut: Tinja atau kotoran manusia mengandung agent penyakit sebagai sumber penularan bila pembuangannya tidak aman maka dapat mencemari tangan,air,
Universitas Sumatera Utara
25
tanah,
atau
dapat
menempel
pada
lalat
dan
serangga
lainnya
yang
menghinggapinya. Air yang tercemar tinja dapat mencemari makanan yang selanjutnya makanan tersebut dimakan oleh manusia atau air yang tercemar diminum oleh manusia. Tinja dapat mencemari tangan atau jari-jari manusia selanjutnya dapat mencemari makanan pada waktu memasak atau menyiapkan makanan, demikian juga yang telah tercemar dapat langsung kontak dengan mulut. Tinja secara langsung dapat mencemari makanan yang kemudian makanan tersebut dimakan oleh manusia, melalui lalat/serangga kuman penyakit dapat mencemari makanan yang kemudian dimakan oleh manusia. Melalui lalat atau serangga lainnya kuman penyakit dapat mencemari makanan sewaktu hinggap di makanan yang kemudian dimakan oleh manusia. Tinja juga dapat mencemari tanah sebagai akibat tidak baiknya sarana pembuangan tinja atau membuang tinja disembarang tempat di mana tanah tersebut selanjutnya dapat mencemari makanan atau kontak langsung dengan mulut manusia. 2.4 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan kebersihan tangan dapat mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan serta meminimalisasi kontaminasi ulang. Tujuan cuci tangan adalah menghilangkan kotoran mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara (Tietjen, 2004).
Universitas Sumatera Utara
26
Cuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup. Penggunaan sabun selain membantu singkatnya waktu mencuci tangan dengan menggosok jemari dengan sabun menghilangkan kuman yang tidak tampak minyak/lemak/kotoran di permukaan kulit, serta meninggalkan bau wangi. Perpaduan kebersihan, bau wangi dan perasaan segar merupakan hal positif yang diperoleh setelah menggunakan sabun (Depkes RI, 2009). Menurut Proverawati (2012), waktu yang tepat untuk mencuci tangan sebagai berikut: Setiap kali tangan kita kotor Setelah buang air besar Setelah menceboki bayi atau anak Sebelum makan dan menyuapi anak Sebelum memegang makanan Sebelum menyusui bayi Sebelum menyuapi anak Setelah bersin, batu, membuang ingus, setelah pulang dari berpergian Sehabis bermain/memberi makan/memegang hewan peliharaan. 2.4.1 Cara Cuci Tangan yang Benar
Universitas Sumatera Utara
27
Mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan dibawah air yang mengalir. Menurut Depkes RI (2009) langkah-langkah mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut: Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan Gosokkan kedua telapak tangan. Gosokkan sampai ke ujung jari Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang - seling) antara tangan kanan dan kiri. Gosok sela-sela jari tersebut. Lakukan sebaliknya. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar. Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan ke depan, ke belakang dan berputar. Lakukan sebaliknya. Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula untuk tangan kiri. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir. Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila menggunakan kran, tutup kran dengan tissue. Kebiasaan yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan yang penting dalam penularan diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyuapi anak dan sesudah makan berdampak pada kejadian diare. Biasakan cuci
Universitas Sumatera Utara
28
tangan pakai sabun dan air bersih sebelum makan agar terhindar dari sakit perut dan cacingan, karena telur cacing yang mungkin ada dalam tangan atau kuku yang kotor ikut tertelan dan masuk ke dalam tubuh (Depkes RI, 2011). 2.4.2 Pengaruh Cuci Tangan Pakai Sabun Bagi Kesehatan Menurut Depkes (2009) penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan sabun adalah: Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umumuntuk anakanak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare sering kali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor. Infeksi saluran pernapasan adalah penyebab kematian utama untuk anak-anak balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernapasan ini dengan dua langkah: dengan melepaskan patogen pernapasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan dan dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit pernapasan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
29
Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-praktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti – mencuci tangan sebelum dan sesudah makan/ buang air besar/kecil – dapat mengurangi tingkat infeksi. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit. Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit; infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis. 2.5 Pemberian ASI Eksklusif Menurut Depkes RI (2009), ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. ASI adalah makanan untuk bayi. Air susu ibu khusus dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak (Maryunani, 2012) ASI eklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Depkes, 2012). Dalam Peraturan Pemerintah RI (2012), setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya.
Universitas Sumatera Utara
30
Tidak berlaku dalam hal terdapat indikasi medis, ibu tidak ada dan ibu terpisah dari bayi. Menurut Depkes RI (2009), keunggulan ASI yaitu: Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi
untuk pertumbuhan dan
perkembangan fisik serta kecerdasan Mengandung zat kekebalan untuk mencegah bayi dari berbagai penyakit infeksi seperti diare, batuk pilek, radang tenggorokan dan gangguan pernafasan. Melindungi bayi dari alergi Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan kepadan bayi dalam keadaan segar Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan saja dan dimana saja Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernafasan bayi. 2.5.1 Keuntungan Pemberian ASI Eksklusif Menurut Maryunani (2012), ada sepuluh keuntungan pemberian ASI eksklusif kepada bayi: Enam hingga delapan kali lebih jarang menderita kanker anak (leukemia limphositik, neuroblastoma, lympoma maligna) Risiko dirawat dengan sakit saluran pernapasan 3 kali lebih jarang dari bayi yang rutin konsumsi susu formula Sebanyak 47% lebih jarang diare Mengurangi risiko alami kekurangan gizi dan vitamin Mengurangi risiko kencing manis
Universitas Sumatera Utara
31
Lebih kebal terhadap alergi Mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah Mengurangi penyakit menahun seperti usus besar Mengurangi kemungkinan terkena asma mengurangi risiko terkena bakteri E.Sakazakii dari bubuk susu yang tercemar 2.5.2 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Pencegahan Diare Menurut Maryunani (2012), bayi yang mengkonsumsi ASI rata-rata memiliki pencernaan yang lebih baik gerakan peristaltiknya sehingga frekuensi buang air besar bayi juga menjadi lebih banyak dan feses bayi memiliki tekstur yang lebih halus. Kelebihan yang dimiliki ASI muncul dari komposisi nutrisi yang lebih kaya dibandingkan dengan susu formula. Immunoglobulin yang utama pada ASI adalah SigA. Selama 4 bulan pertama kehidupan bayi yang minum ASI menerima 500 - 600 mg SigA setiap hari dari ASI. IgA ibu yang ditransfer melalui ASI, melindungi bayi dari mikroorganisme patogen yang berasal dari sekitarnya, misalnya mikroorganisme patogen yang berasal flora intestinal ibu dan saluran pernafasan antara lain V. cholerae,
E.
coli
patogen,
Streptokokus,
Stafilokokus,
dan
Candida
albicans.Disamping itu SigA juga melindungi bayi dari protein asing, sehingga bayi tidak mudah terjadi alergi. SigA adalah molekul yang resisten terhadap enzim proteolitik dari lambung dan Ph lambung yang masih menunjukkan antibodi yang aktif pada tinja bayi yang minum ASI (Soetjiningsih dalam Suraatmaja, 2010). 2.6 Menimbang Bayi dan Balita Setiap Bulan
Universitas Sumatera Utara
32
Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan balita dilakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun di Posyandu. Setelah balita ditimbang di buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) atau KMS (Kartu Menuju Sehat) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik (Proverawati, 2012). Menurut Kemenkes RI (2013) manfaat penimbangan balita setiap bulan adalah sebagai berikut : Mengetahui kesehatan balita Mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan pada balita Mengetahui balita sakit atau berat badan dua bulan tidak naik, berat badan yang berada dibawah garis merah pada kartu menuju sehat Mengetahui balita gizi buruk sehingga dapat dirujuk ke Puskesmas Mengetahui kelengkapan imunisasi Mendapatkan penyuluhan tentang gizi 2.6.1 Pantauan Tumbuh Kembang Anak 2.6.1.1 KMS (Kartu Menuju Sehat) Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS ini, gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. Ada perbedaan antara KMS anak laki-laki dengan KMS anak perempuan. KMS untuk anak laki-laki berwarna dasar biru dan terdapat tulisan untuk laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
33
Sedangkan KMS anak perempuan berwarna dasar merah muda dan terdapat tulisan untuk anak perempuan. KMS terdiri dari lima bagian utama, yaitu: Kurva penimbangan dan pengukuran berat badan (dua bagian) Catatan pemberian vitamin A dan pemberian imunisasi Informasi tentang ASI, penanganan diare dan perkembangan anak sehat Identitas balita Selain KMS (Kartu Menuju Sehat), ibu dapat memantau pertumbuhan balita dengan beberapa pedoman lainnya hal ini dengan memberikan stimulasi pertumbuhan anak dengan tepat karena setiap anak memiliki kecepatan pertumbuhan yang unik dan berbeda dengan anak-anak lainnya. 2.7 Makan Sayur dan Buah Setiap Hari Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi kesehatan individu dan masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak serta seluruh kelompok umur (Kemenkes RI, 2014). Konsumsi pangan masyarakat masih belum sesuai dengan pesan gizi seimbang. Hasil penelitian Riskesdas 2010 menyatakan masih banyak penduduk yang tidak cukup mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan. Berdasarkan Riskesdas 2013, 93,5% penduduk usia diatas 10 tahun mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan masih dibawah anjuran (Kemenkes RI, 2014).
Universitas Sumatera Utara
34
2.7.1 Menjaga Kesehatan Balita Melalui Asupan Makanan Usia balita adalah usia yang paling penting pada proses pertumbuhan di masa depan. Kebutuhan gizi di usia balita harus terpengaruhi untuk menunjang pertumbuhan fisik dan mentalnya. Untuk menunjang pertumbuhan balita dengan optimal harus terpenuhi tiga hal yang utama yaitu makanan pendamping ASI, imunisasi lengkap dan kebersihan fisik serta lingkungannya. Selama 5 tahun pertama kehidupan anak-anak harus memperoleh gizi yang optimal. Makanan yang diberikan kepada anak usia balita sebaiknya menggunakan sejumlah kecil garam, gula dan bumbu yang berbau tajam dengan menu yang bervariasi. Penyajian makanan diusahakan berupa potongan yang kecil-kecil agar mudah memasukkan ke mulut dan mengunyahnya (Irmawati, 2015). 2.7.2 Sayuran dan Buah-Buahan Sumber Zat Pengatur Secara umum sayuran dan buah-buahan merupakan sumber berbagai vitamin, mineral dan serat pangan. Sebagian vitamin, mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah-buahan berperan sebagai antioksidan atau penangkal senyawa jahat dalam tubuh. Berbeda dengan sayuran, buah-buahan juga menyediakan karbohidrat terutama berupa fruktosa dan glukosa. Sayur tertentu juga menyediakan karbohidrat seperti wortel dan kentang sayur. Sementara buah tertentu juga menyediakan lemak tidak jenuh seperti buah alpokat dan buah merah. Oleh karena itu konsumsi sayuran dan buah-buahan merupakan salah satu bagian penting dalam mewujudkan Gizi Seimbang (Kemenkes RI, 2014). Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum menganjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan untuk hidup sehat sejumlah 400 g per orang per hari, yang
Universitas Sumatera Utara
35
terdiri dari 250 gr sayur (setara dengan 2,5 porsi atau 2,5 gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150 gr buah (setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 1,5 potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang). Bagi orang Indonesia dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan 300 - 400 gr perorang perhari bagi anak balita dan anak usia dewasa. Sekotar duapertiga dari jumlah anjuran konsumsi sayuran dan buah-buahan tersebut adalah porsi sayur (Kemenkes RI, 2014). Menurut More (2014), ahli gizi anak dan anggota dari Infant and Toddler Forum di Inggris mengatakan, makanan di tahun-tahun awal pertumbuhan anak dapat membentuk kebiasaan makan yang memengaruhi kesehatan mereka di kemudian hari. terutama dalam mengonsumsi buah dan sayur, berikan setidaknya satu sampai dua porsi setiap kali makan. Buah dan sayur adalah makanan berenergi rendah dengan zat gizi tinggi, jadi alangkah baik jika balita mengonsumsi dengan porsi besar. Berikut contoh pemberian asupan buah dan sayur pada balita; Apel
: ¼ - ½ apel sedang
Jeruk
: ½ - 1 buah
Wortel
: 1 - 3 sendok makan atau 2 - 6 batang wortel
Kacang polong
: ½ - 2 sendok makan
2.8 Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabla seseorang melakukan latihan fisik atau olahraga 30 menit setiap hari minimal 3 - 5 hari dalam seminggu. Latihan fisik adalah semua bentuk aktivitas fisik yang
Universitas Sumatera Utara
36
dilakukan secara terstruktur dan terencana dengan tujuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Beberapa latihan fisik yang dapat dilakukan seperti berlari, joging, bermain bola, berenang, senam, bersepeda dan lain-lain (Kemenkes RI, 2014). 2.8.1 Aktivitas Fisik pada Balita Menurut Medise (2013) aktivitas fisik anak usia 1-4 tahun diperlukan untuk memperkuat kemampuan dasar motorik dan melatih fungsi kemampuan motorik, serta perkembangan lainnya seperti kemampuan koordinasi mata-tangan (motor halus), keseimbangan dan ritme gerak fisik. Bentuk paling sering dari aktivitas fisik pada masa ini adalah bermain secara aktif seperti berjalan, berlari memanjat dan lainnya. Bentuk lain disebut interactive guided play atau bermain interaktif dengan arahan seperti berlatih menari untuk melatih anak mengikuti gerakan instruksi. Menurut situs Nutriclub, usia setahunpenuh dengan aktivitas menggunakan kedua kakinya untuk menjelajahi dunia. Pada usia ini anak mulai aktif memanjat dan kemampuan berbahasanya terus berkembang. Anak ingin melakukan semuanya sendiri seperti memakai pakaiannya, memberi makan dirinya sendiri dan mencuci tangannya. Pada usia 2 tahun imajinasi mulai berkembang pesat, aktivitas fisik yang dapat ia lakukakan seperti menaiki dan menuruni tangga, menemukan cara untuk menggunakan benda sekitar seperti membuka pintu atau wadah yang tertutup. Pada usia 3 tahun, balita mulai mengenal warna dan bisa bernyanyi serta menjelaskan apa yang sedang ia lakukan atau yang ia lihat. Balita juga sudah
Universitas Sumatera Utara
37
dapat bermain lempar tangkap bola dan menendang bola melatih koordinasi mata dan kaki-tangan, serta sistem motorik halus dan kasarnya yang taidak hanya menyenangkan untuk balita namun juga bagus untuk pertumbuhannya. 2.8.2 Manfaat Aktivitas Fisik pada Balita Menurut situs Raising Children Network berbagai aktivitas fisik bagi si kecil tidak hanya bermanfaat dalam jangka pendek, tetapi untuk jangka panjang saat mereka mulai tumbuh dewasa, manfaatnya akan terus mereka bawa. Beberapa manfaatnya saat mereka aktif secara fisik diantaranya adalah; Melatih kekuatan otot dan tulang Melatih dan meningkatkan kemampuan koordinasi, keseimbangan, kelenturan dan daya tahan tubuh Memperkuat organ jantung, paru-paru dan pembuluh darah arteri Mengurangi risiko kelebihan berat badan Mengurangi risiko terkena penyakit kanker, penyakit jantung dan diabetes tipe 2 2.9 Status Gizi 2.9.1 Pengertian Status Gizi Dalam Siregar (2011), menurut Supariasa (2001) status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Menurut Beck (2000) status gizi adalah hasil akhir dari kesinambungan antara makanan yang masuk kedalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan gizi tersebut. 2.9.2 Penilaian Status Gizi
Universitas Sumatera Utara
38
Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. 2.9.2.1 Penilaian Status Gizi Secara Langsung Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi 4 penilaian yaitu sebagai berikut: Antropometri Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air di dalam tubuh. Klinis Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis kekurangan salah satu zat gizi atau lebih. Biokimia Biokimia adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan dengan berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain urine, darah, feses, beberapa jarngan tubuh lain seperti hati dan otot. Biofisik
Universitas Sumatera Utara
39
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur jaringan. 2.9.2.2 Penilaian Secara Tidak Langsung Penilaian secara tidak langsung terbagi menjadi 3 bagian yaitu; Survei konsumsi Makanan Statistik Vital Faktor Ekologi
2.9.3 Antropometri Menurut Anggraeni (2010) penentuan klasifikasi status gizi balita dilakukan oleh ahli gizi. Standar rujukan yang dipakai untuk penentuan status gizi dengan antropometri
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak untuk menggunakan rujukan baku World Health Organization-National Center for Health Statistics (WHO-NCHS) dengan melihat nilai Z-skor. Berikut rumus penentuan Z-skor untuk penilaian status gizi balita: Z-skor = 2.9.3.1 Klasifikasi Status Gizi Menurut Antropometri Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan tabel berikut; Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U) anak umur 0-60 bulan
Kategori Status Gizi Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik
Ambang Batas (Z-skor) < -3 SD -3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD
Universitas Sumatera Utara
40
Gizi Lebih > 2 SD Sangat Pendek < -3 SD Pendek -3 SD sampai dengan < -2 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD Tinggi > 2 SD Berat Badan Menurut Sangat Kurus < -3 SD Tinggi Badan (BB/TB) Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD anak umur 0-60 bulan Normal -2 SD sampai dengan 2 SD Gemuk > 2 SD Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) anak umur 0-60 bulan
kesejahteraan masyarakat. Status gizi balita dapat diukur secara antropometri yang sering digunakan, yaitu : berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U) dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Tetapi indeks BB/U merupakan indikator yang paling umum digunakan karena mempunyai kelebihan yaitu lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengatur status gizi akut dan kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil dan dapat mendeteksi kegemukan (over weight) (Anggraeni, 2010). 2.10 Status Imunisasi Menurut Chomaria (2015), imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan dan salah satu upaya pencegahan penyakit. Imunisasi akan menghindarkan anak dari penyakit infeksi yang berbahaya. Anak akan menjadi sehat sehingga memiliki kesempatan untuk beraktivitas, bermain dan belajar tanpa terganggu dengan masalah kesehatan. Namun demikian, sampai saat ini masih terdapat masalahmasalah dalam pemberian imunisasi antara lain pemahaman orangtua yang masih dirasakan kurang pada sebagian masyarakat, mitos yang salah tentang imunisasi, sampai jadwal imunisasi yang terlambat. Berikut ini adalah jadwal yang dapat
Universitas Sumatera Utara
41
dijadikan patokan orangtua dalam upaya memberikan imunisasi bagi buah hatinya. 2.10.1 Jenis-Jenis Imunisasi Jenis-jenis imunisasi menurut Kepmenkes (2013), imunisasi wajib terdiri dari: Imunisasi rutin Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin dibagi menjadi dua yaitu; Imunisasi dasar Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 tahun yaitu; Bacillus Calmette Guerin (BCG) Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B- Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib) Hepatitis B pada bayi baru lahir Polio Campak Imunisasi Lanjutan Imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Diberikan pada anak usia dibawah 3 tahun yaitu DPT-HB, DPT-HB-Hib dan Campak Diberikan pada anak usia sekolah dasar yaitu Diphtheria Tetanus (DT), Campak dan Tetanus diphtheria (Td) Diberikan pada Wanita Usia Subur (WUS) yaitu Tetanus Toxoid (TT)
Universitas Sumatera Utara
42
Imunisasi Tambahan Kelompok umur tertentu yang paling beresiko terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologi pada periode waktu tertentu Imunisasi Khusus Kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu, pada situasi tertentu, persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB). Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Anak Vaksin
Keterangan
BCG
Optimal diberikan pada umur dua sampai tiga bulan. Bila vaksin BCG akan diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin. Bila uji tuberkulin pra-BCG tidak dimungkinkan.
BCG
dapat
diberikan,
namun
harus
diobservasi dalam tujuh hari. Bila ada reaksi lokal cepat di tempat suntikan (accelerated local reactiori) , perlu dievaluasi lebih lanjut. Hepatitis B Polio
Pertama diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir Diberikan saat kunjungan pertama. Bayi yang lahir di Rumah Sakit diberikan vaksin DPV saat bayi dipulangkan untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain. Selanjutnya dapat diberikan vaksin DPV atau IPV.
DPT
Diberikan pada umur > 6 minggu. Dapat diberikan vaksin
Universitas Sumatera Utara
43
DPTw atau DPTa atau kombinasi dengan Hepatiti B atau Hib. Ulangan DPT umur 18 bulan dan lima tahun. Campak
Diberikan pada umur 9 bulan, vaksin ulangan diberikan pada umur 5-7 tahun
Pneumococcus
Dapat diberikan pada umur 2, 4, 6, 12-15 bulan. Pada umur 7-
(PCV)
12 bulan, diberikan dua kali dengan interval dua bulan; (PCV) pada umur > 1 tahun diberikan satu kali, namun keduanya perlu dosis ulangan satu kali pada umur 15 bulan atau minimal dua bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur diatas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
Varicella
Dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur > 12 tahun, perlu dua dosis dengan interval minimal empat minggu.
MMR
Dapat diberikan pada umur 12 bulan apabila belum mendapat vaksin campak umur 9 bulan. Selanjutnya MMR ulangan diberikan pada umur 5-7 tahun.
Influenza
Diberikan pada umur > 6 bulan, setiap tahun. Pada umur < 9 tahun yang mendapat vaksin infuenza pertama kalinya harus mendapat dua dosis dengan interval minimal 4 minggu
HPV
Jadwal vaksin HPV bivalen 0, 1, 6 bulan; vaksin tetravalen 0, 2, 6 bulan. Dapat diberikan mulai umur 10 tahun
2.11 Diare
Universitas Sumatera Utara
44
2.11.1 Pengertian Diare Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011). Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya ( > 3 kali sehari) disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair atau lembek, dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2010). 2.11.2 Klasifikasi Diare Pada klasifikasi diare dapat dikelompokkan dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi sedang atau ringan dan diare tanpa dehidrasi, diare persisten dan disentri (Hidayat dalam Safira, 2015) : Diare dengan dehidrasi berat jika terdapat tanda seperti latergi atau mengantuk atau tidak sadar, mata cekung dan turgor kulit jelek. Diare dengan dehidrasi sedang atau ringan jika ditemukan tanda seperti gelisah atau rewel, mata cekung, serta turgor kulit jelek. Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda dehidrasi berat atau ringan Diare persisten jika terjadi daire sudah lebih dari 14 hari. Disentri jika diare disertai darah pada feses dan tidak ada tanda gangguan saluran pencernaan. 2.11.3 Etiologi Diare Diare dapat diakibatkan oleh beberapa faktor penyebab yang diklasifikasikan menjadi 6 golongan besar (Depkes RI, 2002), yaitu:
Universitas Sumatera Utara
45
Infeksi Keberadaan agen biologi yang masuk melalui makanan dan minuman kemudian bereaksi di dalam tubuh menimbulkan infeksi di dalam sistem pencernaan. Agen biologi tersebut dapat dibagi menjadi 3 kelompok antara lain sebagai berikut : 1) Bakteri, seperti: Shigella, Salmonella, Entamoeba coli, golongan Vibrio, Bacillus aureus, Clostridium perferingens, Staphilococcus aureus, Campylobacter aeromonas. 2) Parasit, seperti: protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Cryptospiridium), cacing perut (Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blasisitis huminis) dan jamur (Candida). 3) Virus, seperti rotavirus dan adenovirus. Mal absorpsi Mal absorpsi adalah kelainan fungsi usus yang menyebabkan gangguan dalam proses penyerapan nutrisi dari makanan, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang terjadi di dalam usus besar. Alergi Salah satu contoh seseorang yang mengalami laktosa intoleransi yaitu suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu membentuk laktosa dan biasanya terjadi pada bayi. Keracunan Keracunan disebabkan oleh racun yang dikandung dan diproduksi oleh mikroba dalam makanan, misalnya Pseudomonas cocovenenans menghasilkan racun asam
Universitas Sumatera Utara
46
bongkrek dan Clostridium botulinum biasanya mengkontaminasi pada makanan kaleng. Immunodefisiensi Immunodefisiensi atau penurunan daya tahan tubuh bisa menimbulkan diare, misalnya pada penderita HIV/AIDS. Diare yang biasa terjadi pada penderita HIV/AIDS adalah diare kronik. Sebab-sebab lain Seperti kurangnya persediaan air bersih, kurangnya fasilitas sanitasi dan higiene perorangan, serta kurangnya pemberian ASI. Dari 6 golongan tersebut yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan (Depkes RI, 2002). 2.11.4 Tanda dan Gejala Diare Menurut Schwartz (2004), tanda dan gejala diare pada anak antara lain: Gejala umum Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis bahkan gelisah. Gejala spesifik Vibrio cholerae: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis. Disentriform: tinja berlendir dan berdarah Epidemiologi Diare
Universitas Sumatera Utara
47
Epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2005): Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar mealui faecal oral, antara lain melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja penderita. Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara penuh 4 atau 6 bulan pada kehidupan pertama, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, mengkonsumsi air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak dan tidak membuang tinja dengan benar. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare. Beberapa faktor pada penjamu yang dapat meningkatkan beberapa penyakit dan lamanya diare, yaitu tidak memberikan ASI sampai dua tahun, kurang gizi, campak, immunodefisiensi dan secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita. Faktor lingkungan dan perilaku merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yakni melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare. 2.11.6 Pencegahan Diare Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006), adalah sebagai berikut: Pemberian ASI
Universitas Sumatera Utara
48
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI juga memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah timbulnya bakteri penyebab diare. Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh pada 6 bulan pertama kehidupan, risiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengekibatkan terjadinya gizi buruk. Pemberian Makanan Pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat dimana bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan eningkatnya rsiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Menggunakan Air Bersih yang Cukup Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecaloral. Hal tersebut dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar. Mencuci Tangan
Universitas Sumatera Utara
49
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi anak dan sebelum makan, mempunyai pengaruh dalam kejadian diare. Menggunakan Jamban Pengalaman dibeberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Pengobatan Diare Pengobatan pada penyakit diare dapat dilakukan dengan 2 terapi yaitu (Wijoyo, 2013): Terapi Nonfarmakologi Terapi Rehidrasi Oral Bahaya utama diare terletak pada dehidrasi, maka penanggulangannya dengan cara mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila terjadi dehidrasi. Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama tinja dengan cairan yang memadai seperti oral atau parental. Cairan rehidrasi yang dipakai oleh masyarakat biasanya seperti air kelapa, air susu ibu, air teh encer, air tajin, air perasan buah dan larutan garam dan gula. Pemakaian cairan ini di titik beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi, bila terjadi dehidrasi sedang atau beart sebaiknya diberi oralit.
Universitas Sumatera Utara
50
Oralit Larutan oralit yang lama tidak dapat menghentikan diare. Hal ini disebabkan formula oralit lama dikembangkan dari kejadian outbreak diare di Asia Selatan yang disebabkan oleh bakteri. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya lebih banyak dijumpai belakangan ini adalah diare karena virus. Karenanya para ahli mengembangkan formula baru dengan tingkat osmoralitas yang lebih rendah. Terapi Farmakologi Selain
merupakan
cara
pengobatan
nonfarmakologi,
pengobatan
diare
menggunakan obat-obatan seperti loperamida, defenoksilat, kaolin, karbon adsorben, attapulgite, dioctahedral, smectite, pemberian zink dan antimikroba sangat diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
51
Kerangka Konsep Variabel Independen
Variabel Dependen
Karakteristik Balita -
Status Imunisasi
-
Status Gizi Kejadian Diare pada Balita
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu dan Balita -
Menggunakan air bersih
-
Menggunakan jamban sehat
-
Cuci tangan pakai sabun
-
Pemberian ASI eksklusif
-
Menimbang balita setiap bulan
-
Makan buah dan sayuran setiap hari
-
Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Gambar 2.2 Kerangka konsep
Universitas Sumatera Utara