perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DAN KLASIFIKASI PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DI DUSUN BAKUNGAN, WEDOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
NURI PUSPITA WIDYASTUTI G 0008147
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal Ibu dan Klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga di Dusun Bakungan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta
Nuri Puspita Widyastuti, NIM : G0008147, Tahun : 2011 Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Jumat, Tanggal 19 Agustus 2011
Pembimbing Utama Endang Sutisna Sulaeman, dr., M. Kes. NIP. 19560320 198312 1 002
...................................
Pembimbing Pendamping Sumardiyono, SKM. M.Kes. NIP. 19650706 198803 1 002
..................................
Penguji Utama Rifai Hartanto, dr., M. Kes. NIP. 19530621 198601 1 001
..................................
Anggota Penguji Hardjono, Drs., M.Si. NIP. 19590119 198903 1 002
..................................
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi
Muthmainah, dr., M.Kes NIP 19660702 199802 2 001
Dekan FK UNS
Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM
commit to user NIP 19510101 197903 1 002 ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 16 Agustus 2011
Nuri Puspita Widyastuti NIM. G0008147
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Nuri Puspita Widyastuti, G0008147, 2011. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal Ibu dan Klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga di Dusun Bakungan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dan klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga di Dusun Bakungan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) yang dilaksanakan pada bulan Juni 2011 di Dusun Bakungan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Pengambilan sampel dilaksanakan secara simple random sampling (pencuplikan random sederhana) dengan undian yang berisi nomor rumah di lokasi penelitian. Nomor rumah yang terambil melalui undian ditetapkan sebagai responden. Sebanyak 83 responden diminta mengisi kuesioner yang berisi data diri dan dilakukan wawancara untuk mengetahui klasifikasi PHBS yang dinilai berdasarkan checklist pemantauan PHBS Tatanan Rumah Tangga. Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan (1) ibu rumah tangga yang berpendidikan dasar berjumlah 33 orang (39,8 %), berpendidikan menengah berjumlah 35 orang (42,2 %) dan berpendidikan tinggi berjumlah 15 orang (18 %) (2) Sejumlah 8 orang (9,64 %) mempunyi klasifikasi PHBS III dan 75 orang (90,36 %) mempunyai PHBS pada klasifikasi IV (3) Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan ρ = 0,251; p = 0,022 (p < 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan formal ibu dan klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga di Dusun Bakungan. Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara tingkat pendidikan formal ibu dan klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga di Dusun Bakungan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal ibu, semakin baik klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga.
Kata kunci : tingkat pendidikan formal ibu, klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Nuri Puspita Widyastuti, G0008147, 2011. The Relationship between Mother’s Formal Education Level and the PHBS Classification of Household Order in Bakungan Hamlet, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Medical Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta. Objective: This research aimed to find out the relationship between mother’s formal education level and the PBHBS classification of household order in Bakungan Hamlet, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Method: This study was an observational analytical research with cross sectional approach taken place on June 2011 in Bakungan Hamlet, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. The sample was taken using simple random sampling with lottery containing the house number in Bakungan. The selected house number through the lottery was determined as respondent. 83 respondents were asked to fill in the questionnaire containing personal data and the interview was done to find out the PHBS classification assessed based on the checklist of Household Order PHBS monitoring. Result: This research showed (1) 33 ladies (mothers) (39.8 %) with elementary/primary education, 35 (42.2 %) with secondary education and 15 (18 %) with high education; (2) 8 ladies (9.64 %) have PHBS III classification and 75 (90.36 %) have PHBS IV classification; (3) The result of Rank Spearman correlation test showed the r = 0.251; p = 0.022 (p < 0.05) meaning that there was a significant relationship between mother’s formal education level and the PBHBS classification of household order in Bakungan Hamlet. Conclusion: There was a relationship between mother’s formal education level and the PBHBS classification of household order in Bakungan Hamlet, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. The higher the mother’s formal education level, the better is the PHBS classification of household order.
Keywords: mother’s formal education level, PHBS classification of household order
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Alhamdulillaah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal Ibu dan Klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga di Dusun Bakungan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan berbagai kemudahan dalam proses penyusunan skripsi. 2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan banyak bimbingan dan bantuan selama penyusunan skripsi. 3. Endang Sutisna Sulaeman, dr., M. Kes., selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan intensif. 4. Sumardiyono, SKM. M.Kes., selaku pembimbing pendamping yang dengan sabar memberikan banyak bimbingan dan nasihat. 5. Rifai Hartanto, dr., M. Kes., selaku penguji utama yang telah memberikan bimbingan dan nasihat, serta kritik yang membangun. 6. Drs. Hardjono, M.Si, selaku anggota penguji yang telah memberikan banyak bimbingan dan saran. 7. Ayah, ibu, kakak, adik serta seluruh keluarga yang telah memberi dukungan dan senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini. 8. Teman-teman SKI FK UNS, Biro AAI FK UNS, UKM Perisai Diri UNS, Najma 2011, Kost Donny dan Kost Tsiqoh yang telah memberi kekuatan melalui doa-doanya, serta memotivasi penulis dengan tawa dan.semangat. 9. Ibu-ibu di Dusun Bakungan, yang telah bersedia menjadi responden dan mengisi kuesioner penelitian. 10. Kepala Dukuh Bakungan, Kepala Desa Wedomartani, Kepala Puskesmas Ngemplak II, Camat Ngemplak, Kepala Bappeda Sleman, Kepala Setda Propinsi D.I.Yogyakarta, Kepala Bakesbangpolinmas Jawa Tengah, yang telah memberi ijin penelitian serta memberikan banyak informasi dan data. 11. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran dan koreksi dari semua pihak sangat diharapkan. Surakarta, 16 Agustus 2011 commit to user
vi
Nuri Puspita Widyastuti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................ vi DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .............................................................................................. .. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ........................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3 BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................. 5 A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 5 1. Pendidikan Formal .......................................................................... 5 2. PHBS Tatanan Rumah Tangga ....................................................... 9 3. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu dengan Klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga ..................................................... 16 B. Kerangka Berpikir .............................................................................. 17 C. Hipotesis ............................................................................................ 18 BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 19 A. Jenis Penelitian...............................................................................19 B. Lokasi Penelitian............................................................................19 commit to user C. Subjek Penelitian........................................................................... 19
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Teknik Sampling .......................................................................... 21 E.
Desain Penelitian........................................................................... 21
F.
Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................... 22
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 23 H. Instrumen Penelitian ..................................................................... 24 I.
Alur Penelitian .............................................................................. 25
J.
Teknik Analisis Data ..................................................................... 25
BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 27 A.
Gambaran Umum Penelitian ........................................................27
B.
Karakteristik Responden ...............................................................27
C.
Analisis Hubungan Antarvariabel ……………………………...34
BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................... 39 BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 42 A. Simpulan .......................................................................................... 42 B. Saran................................................................................................. 42 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44 LAMPIRAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1
:
Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga (Nasional) ....................11
Tabel 2
:
Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga (Lokal Spesifik) ......... 12
Tabel 3
:
Frekuensi Tingkat Pendidikan Formal Ibu ................................... 28
Tabel 4
:
Frekuensi Usia Ibu ........................................................................ 29
Tabel 5
:
Frekuensi Kondisi Ekonomi Keluarga ..........................................31
Tabel 6
:
Frekuensi Keikutsertaan Ibu dalam Penyuluhan PHBS ................32
Tabel 7
:
Frekuensi Klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga ..................32
Tabel 8
:
Distribusi Jawaban “Tidak” pada Tiap Indikator .........................33
Tabel 9
:
Crosstab Uji Chi-Square Usia Ibu dengan Klasifikasi PHBS.......36
Tabel 10 :
Crosstab Uji Chi-Square Kondisi Ekonomi Keluarga dengan Klasifikasi PHBS...........................................................................37
Tabel 11 :
Crosstab Uji Chi-Square Keikutsertaan Ibu dalam Penyuluhan dengan Klasifikasi PHBS ..............................................................38
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat Berdasar Teori Blum ........................................13
Gambar 2
: Kerangka Pemikiran ...............................................................17
Gambar 3
: Skema Simple Random Sampling ...........................................21
Gambar 4
: Desain Penelitian ....................................................................22
Gambar 5
: Alur Penelitian ........................................................................25
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pernyataan Kesediaan Responden Lampiran 2. Kuesioner Lampiran 3. Check list PHBS Tatanan Rumah Tangga Lampiran 4. Data Mentah Hasil Penelitian Lampiran 5. Hasil Analisis Bivariat Lampiran 6. Formulir Pendataan Keluarga Miskin Tahun 2011 (Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman) Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian
commit to user
xi
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menurut Blum, perilaku kesehatan menempati urutan kedua setelah faktor lingkungan dalam mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Perilaku kesehatan terdiri atas sikap dan gaya hidup. Gaya hidup yang berhubungan erat dengan kesehatan antara lain pola konsumsi makan (diet), kebiasaan berolah raga, konsumsi rokok, alkohol dan zat adiktif (Sulaeman, 2009). Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2004). PHBS adalah sekumpulan upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006). Melalui PHBS, diharapkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia yang masih rendah dapat meningkat. Derajat kesehatan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing bangsa (Kementrian Kesehatan R.I., 2011) commit to user
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PHBS juga diharapkan dapat meningkatkan hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan sehingga kematian (mortalitas), angka kejadian orang sakit (morbiditas) yang tinggi serta seringnya terjadi epidemik dapat berkurang (Entjang, 2000). Perilaku dapat dibentuk, dan pengetahuan menjadi andalan untuk membentuk perilaku seseorang, juga diperhatikan faktor-faktor lain yang membuat stabil perilaku seseorang (Smet, 1994). Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan merupakan sarana transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya yang mempengaruhi perkembangan dan perubahan perilaku individu. Melalui pendidikan, terbentuklah perilaku seseorang, yang selalu berkaitan erat dengan lingkungan tempat tinggalnya. Pendidikan mengantarkan manusia menjadi agen perubahan-perubahan sosial dan kesehatan (Nasution, 2004). Ibu yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi, perilaku hidup sehatnya dalam keluarga akan baik (Zaahara, 2001). Dalam rumah tangga, ibu mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan perilaku. Ibu menjalankan peranan dalam mendidik anak-anak dan orang muda mengenai prinsip-prinsip kebersihan dan cara hidup yang baik (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001). Bahkan, walaupun anak sudah masuk di bangku sekolah, pengaruh orang tua masih tetap ada (Ahmadi, 1991). Melalui survei pendahuluan yang dilakukan penulis, diketahui bahwa ibu di
Dusun
Bakungan,
Wedomartani,
Ngemplak,
Sleman,
Yogyakarta
mempunyai tingkat pendidikan yang bervariasi dan bervariasi pula perilaku commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hidup bersih dan sehat dalam keluarganya. Survey pendahuluan yang melibatkan 17 ibu di sebuah Rukun Tetangga (RT) di Dusun Bakungan, menunjukkan 11 (64,7%) ibu berpendidikan dasar, 4 (23,5%) ibu berpendidikan menengah dan 2 (11,8%) ibu berpendidikan tinggi, serta ibu yang mempunyai PHBS pada klasifikasi III sejumlah 6 orang (35,3%) dan klasifikasi IV sebanyak 11 orang (64,7%). Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dan klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga. B. Perumusan Masalah Adakah hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dan klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga di Dusun Bakungan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dan klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga di Dusun Bakungan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan bahan kajian mengenai peningkatan PHBS melalui pendidikan. 2. Manfaat Aplikatif Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat aplikatif bagi: commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam manajemen program PHBS. b. Pemerintah Kabupaten Sleman Menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam melaksanakan pembangunan daerah yang berkaitan dengan pembangunan kesehatan masyarakat khususnya PHBS.
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Pendidikan Formal a. Pengertian Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Ahmadi dan Uhbiyati (2001) menjelaskan bahwa pendidikan formal merupakan pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat, mengikuti semua syarat-syarat tertentu secara ketat dan dilaksanakan di sekolah. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. b. Jalur Pendidikan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 menjelaskan bahwa jalur pendidikan
adalah
wahana
yang
dilalui
peserta
didik
untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Pasal 13 menjelaskan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pasal 1 menjelaskan bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. c. Jenis Pendidikan Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Pasal 15 menjelaskan jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. d. Jenjang pendidikan Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pasal 14 menjelaskan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 17 menjelaskan bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 18, pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 19 menjelaskan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka. Pada Pasal 20 dijelaskan bahwa perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban
menyelenggarakan pendidikan, commit to user
penelitian,
dan
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengabdian
kepada
masyarakat.
Perguruan
tinggi
dapat
menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi. e. Pentingnya Pendidikan Bagi masyarakat, hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar eksistensinya dapat berlanjut,
masyarakat
meneruskan
nilai-nilai,
pengetahuan,
keterampilan, dan bentuk tata perilaku lainnya kepada generasi muda (Karsidi, 2005). Pendidikan merupakan sarana transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi
muda.
Pendidikan
berkenaan
dengan
perkembangan,
perubahan kelakuan, dan pembentukan kepribadian seseorang sehingga menjadi yang diharapkan masyarakat (Nasution, 2004). Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar harapan untuk mencapai tujuan itu (Nasution, 2004). Sekolah pun kini memegang banyak tugas pendidikan untuk meneruskan tugas pendidikan yang dipegang oleh keluarga dan lembaga-lembaga lain, seperti persiapan untuk mencari nafkah, kesehatan, agama, pendidikan kesejahteraan keluarga, dan lain-lain. Dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, sekolah menjadi commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
agen dalam perubahan-perubahan sosial, namun norma-norma sosial yang sudah ada tetap dipertahankan (Nasution, 2004). 2. PHBS Tatanan Rumah Tangga a. Definisi dan Tujuan PHBS Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006). Tujuan PHBS terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah agar anggota masyarakat menyadari, mau dan mampu menerapkan PHBS dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Sedangkan tujuan khususnya adalah agar setiap anggota masyarakat di setiap tatanan PHBS memahami dan menerapkan PHBS untuk dirinya dan lingkungannya. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006). Menurut Entjang (2000), jika banyak orang yang memperhatikan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dirinya, akan baik pula kesehatan masyarakat. commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Tatanan PHBS Tatanan adalah tempat di mana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan lain-lain. (Tim Field Lab UNS, 2010). Ada lima tatanan PHBS yaitu rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum (Departemen Kesehatan R.I., 2007). c. Definisi dan Tujuan PHBS Tatanan Rumah Tangga PHBS tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. PHBS tatanan rumah tangga bertujuan untuk mencapai rumah tangga berpola hidup bersih dan sehat dengan melakukan 10 indikator PHBS (Departemen Kesehatan R.I., 2007). d. Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga Terdapat 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan R.I. (Departemen Kesehatan R.I.,
2007).
Sedangkan
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Sleman
menetapkan 20 indikator PHBS tatanan rumah tangga dengan menambahkan 10 indikator tersebut dengan 10 indikator lokal spesifik (Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2011a). commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1. Indikator PHBS Tatatan Rumah Tangga (Departemen Kesehatan R.I., 2007) No 1
Indikator Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Definisi operasional Pertolongan persalinan bayi dalam rumah tanggga dilakukan oleh tenaga kesehatan
Batasan sasaran Keluarga yang punya bayi 0 – 11 bulan
Keterangan Tenaga kesehatan (dokter dan bidan) Jumlah sasaran tidak sama dengan jumlah KK
2
Memberi bayi ASI eksklusif
Bayi diberi ASI saja selama 6 bulan (sejak lahir sampai dengan 24 jam terakhir)
Keluarga yang punya bayi 0 – 11 bulan
Jumlah sasaran tidak sama dengan jumlah KK
3
Menimbang-kan balita setiap bulan
Balita (0-59 bulan) ditimbang berat badannya setiap bulan dan dicatat dalam KMS
Balita tahun)
Jumlah sasaran tidak sama dengan jumlah KK
4
Mengguna-kan air bersih
Rumah tangga menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Jarak sumber air bersih dengan sumber pencemar biologis > 10 meter.
5
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Kebiasaan anggota rumah tangga mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebelum dan sesudah makan, dan setelah buang air
Anggota Rumah a. Air bersih yang mengalir Tangga (tidak boleh dalam baskom) b. Jumlah sasaran sama dengan jumlah KK c. Dalam 1 minggu terakhir
6
Mengguna-kan jamban sehat
Rumah tangga memiliki dan/atau menggunakan jamban leher angsa dengan septic tank/ lubang penampungan kotoran sebagai tempat pembuangan akhir
Anggota Rumah Tangga
7
Memberan-tas jentik di rumah
Tidak ditemukan jentik di semua tempat yang dapat menampung air bak di dalam atau di luar lingkungan rumah
Anggota Rumah Tangga
8
Makan sayur dan buah setiap hari
Anggota rumah tangga umur > 6 bulan mengonsumsi sayuran atau buah setiap hari
Anggota Rumah Tangga umur > 6 bulan
Setiap hari makan sayur dan atau buah, minimal dalam satu minggu terakhir
9
Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Anggota keluarga umur > 3 tahun melakukan aktifitas fisik setiap hari minimal 30 menit
Seluruh anggota keluarga harus melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik : olahraga, pekerjaan rumah, dalam 1 minggu terakhir
10
Tidak merokok di dalam rumah
Anggota keluarga tidak merokok di dalam rumah
Seluruh anggota Rumah Tangga tidak merokok user di dalam rumah
Tidak ada asbak di dalam rumah, termasuk teras.
(<5
a. keperluan: konsumsi, Anggota Rumah MCK, memasak Tangga b. sumber air bersih: sumur, PAM, PAH, PMA c. Jumlah sasaran sama dengan jumlah KK
Jumlah sasaran dengan jumlah KK
sama
a. Melakukan gerakan 3M (menguras, menutup, menimbun b. Jumlah sasaran sama dengan jumlah KK
commit to (Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2011a)
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2 Indikator PHBS Tatatan Rumah Tangga (Lokal Spesifik) No
Indikator
Definisi operasional
1
Gizi seimbang
Anggota rumah tangga umur > 6 bulan setiap hari mengonsumsi garam beryodium, dan aneka ragam makanan
2
Memeriksa-kan kehamilan sesuai standar
Ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin di tenaga kesehatan. Trimester I min 1x, trimester II min 2x dan trimester III min 2x serta mendapat tab Fe 90 tab
Rumah tangga yang mempunyai ibu hamil
3
Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan
Anggota rumah tangga mempunyai pembiayaan pra upaya kesehatan seperti Askes, Jamkesmas, Jamkesda, Dana Sehat, jamsostek, Asuransi perusahaan
Seluruh anggota Rumah tangga
Jelas
4
Imunisasi a. lengkap pada bayi b. c. d. e.
Bayi (0-11 bulan) yang mendapat imunisasi sesuai program Umur 0-7 hari : Hb unijet Umur 0-1 bulan: BCG Umur 2 bulan: DPT-HB Combo I, Polio I Umur 3 bulan: DPT-HB Combo II, Polio II f. Umur 4 bulan: DPT-HB Combo III, Polio III g. Umur 9 bulan: Campak, Polio IV
Bayi umur kurang dari satu tahun
Jelas
5
PUS sebagai peserta KB
Suami/isteri sebagai akseptor KB, kecuali pada PUS yang ingin anak tetapi tidak mempunyai faktor risiko
PUS (Pasangan usia Subur)
Jelas
6
Lantai rumah bukan tanah
Rumah tangga yang mempunyai rumah dengan seluruh lantai terbuat dari semen, ubin, keramik atau sejenis yang kedap air.
Rumah tangga
Jelas
7
Pemanfaa-tan sarana pelayanan kesehatan
Seluruh anggota rumah tangga
Jelas
Keluarga melakukan pengelolaan sampah sehingga tidak terdapat sampah yang berserakan atau tidak dikelola dengan baik, baik di dalam rumah ataupun di luar rumah
Rumah Tangga
Jelas
8
Pengelolaan sampah
Rumah tangga yang memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta
Batasan sasaran Anggota rumah tangga
9
Memiliki Tanaman Obat keluarga (TOGA)
Anggota keluarga yang menanam/memiliki TOGA di pekarangan rumahnya dan tahu pemanfaatannya
Rumah Tangga
10
Kebiasaan gosok gigi
Anggota keluarga ssetiap hari gosok gigi setelah makan pagi dan sebelum tidur malam
Seluruh anggota keluarga
Ket. Garam yodium: kemasan berlabel Jelas
TOGA : minimal 5 macam dan harus ditanam di pekarangan atau di pot. Lansia juga termasuk sasaran.
(Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2011a)
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga Di Kabupaten Sleman, klasifikasi PHBS pada setiap rumah tangga ditentukan dengan banyaknya jumlah jawaban “tidak” pada setiap indikator. Cara pengisian jawaban pada indikator PHBS tatanan rumah tangga terdapat pada lampiran 3. 1) Klasifikasi I jika jawaban ”tidak” berjumlah ≥18 (warna merah) 2) Klasifikasi II jika jawaban ”tidak” berjumlah antara 11-17 (kuning) 3) Klasifikasi III jika jawaban ”tidak” berjumlah antara 4-10 (hijau) 4) Klasifikasi IV jika jawaban ”tidak” berjumlah ≤ 3 (warna biru) (Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2011a) f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Klasifikasi PHBS Menurut Blum, peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang dapat diukur dari tingkat mortalitas dan morbiditas penduduk dipengaruhi oleh empat faktor penentu, yaitu: faktor-faktor lingkungan (45 %), perilaku kesehatan (30 %), pelayanan kesehatan (20 %) dan keturunan (5 %) (Sulaeman, 2009). kependudukan dan keturunan (5 %) Lingk ungan kesehatan (45 %)
DERAJAT KESEHATAN (mortalitas dan morbiditas
program dan pelayanan Kesehatan: Promotif, preventif, kuratif, Rehabilitatif (20 %)
Perilaku kesehatan: Sikap dan gaya hidup (30 %)
Gambar 1.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat Berdasar commit to user Teori Blum (Sulaeman, 2009).
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Faktor lingkungan merupakan faktor yang dominan dalam menentukan derajat kesehatan seseorang. Faktor lingkungan terdiri dari fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik. (Notoatmodjo, 2003a). Yang termasuk faktor fisik antara lain kondisi geografik dan keadaan musim (Budiarto dan Anggraeni, 2002). Kondisi ekonomi mempunyai pengaruh terhadap status kesehatan. Status sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keadaaan gizinya rendah dan pengetahuan tentang kesehatannya pun rendah, sehingga keadaan kesehatan lingkungan dan status kesehatannya buruk (Slamet, 2004). Faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan adalah perilaku kesehatan. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Berdasarkan teori dari Lawrence Green (Notoatmodjo, 2003b) perilaku dipengaruhi 3 faktor yaitu: 1) Faktor Pemudah Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, tingkat sosial, tingkat ekonomi, budaya dan sebagainya. 2) Faktor Pemungkin Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan,
misalnya
Puskesmas,
obat-obatan,
jamban
dan
sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. Maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin. 3) Faktor Penguat Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga, teman sebaya serta sikap dan perilaku para petugas kesehatan untuk berperilaku sehat, kadang-kadang bukan hanya pengetahuan saja yang positif dan dukungan fasilitas saja melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas (terutama petugas kesehatan), keluarga, teman sebaya dan guru. Notoatmodjo (2003b) menyebutkan perilaku juga dipengaruhi oleh beberapa faktor dari dalam diri individu atau disebut faktor internal. Faktor-faktor tersebut antara lain: karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, usia dan sebagainya. PHBS juga dipengaruhi oleh usia. Pada umumnya, setelah berusia 60 tahun seseorang mengalami penurunan dalam perawatan kesehatan diri. Hal ini dapat disebabkan karena penurunan kemandirian sehingga ketergantungan terhadap orang lain meningkat (Rochmah dan Harimurti, 2007; Soejono dkk, 2007). Penerapan PHBS juga dipengaruhi oleh pengetahuan ibu terhadap PHBS. Hasil penelitian Artini (2010), menunjukkan pengetahuan dan sikap Ibu mempunyai hubungan signifikan dengan penerapan PHBS. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih bertahan dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan didapat setelah melakukan penginderaan terhadap status objek tertentu (Notoatmodjo, 2003a). 3. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu dengan Klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga Hardiyanto (2003) berpendapat, semakin baik tingkat pendidikan formal, maka semakin baik pengetahuan tentang kesehatan dan kesadaran penerapan prinsip-prinsip hidup sehat. Selanjutnya Notoatmodjo (2003a) menegaskan bahwa, proses belajar yang diperoleh melalui pendidikan juga dapat membentuk perilaku kesehatan. Hasil penelitian Zaahara (2001) yang dilakukan di Bekasi menunjukkan status sosial ekonomi yang meliputi: jenis pekerjaan, pendidikan, pemilikan aset dan prestise berupa penghormatan masyarakat dilihat dari kedudukan formal, informal maupun lembaga adat dan agama mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan PHBS ibu dalam keluarga. Makin tinggi status sosial ekonomi ibu, maka makin tinggi pula atau semakin baik PHBS ibu, dan sebaliknya semakin rendah tingkat sosial ekonomi ibu makin buruk perilaku hidup sehatnya. Dalam lingkup di rumah tangga, pihak yang mempunyai peranan paling besar dalam membentuk perilaku adalah ibu (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001). Ibu menjalankan perannya mendidik anak-anak mengenai prinsipprinsip kebersihan dan cara hidup yang baik (Anderson, 2004). Ibu commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menanamkan kebiasaan dan menjadi panutan bagi anak (Slamet, 2004). Bahkan, walaupun anak sudah masuk di bangku sekolah, pengaruh orang tua masih tetap ada (Ahmadi, 1991). B. Kerangka Pemikiran Tingkat pendidikan Ibu
Faktor Internal :
Faktor Eksternal : Pelayanan kesehatan:
Keturunan
Pelayanan dan Promosi PHBS
Pengetahuan tentang PHBS
Keadaan ekonomi
Perilaku Kesehatan
Kondisi sosial budaya
Usia
Kondisi politik
Kondisi fisik
Klasifikasi PHBS Rumah Tangga Gambar 2. Kerangka pemikiran
Keterangan: : objek penelitian : tidak diteliti commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hipotesis Terdapat hubungan secara signifikan antara tingkat pendidikan formal ibu dan klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga di Dusun Bakungan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Dalam hal ini, semakin tinggi tingkat pendidikan formal ibu, semakin baik klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga.
commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Penelitian analitik observasional adalah penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung
tanpa intervensi (perlakuan) terhadap variabel bebas
tersebut (Taufiqurrahman, 2009). Oleh karena penelitian ini menggunakan pendekatan potong lintang, maka pengamatan terhadap variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan satu kali secara serentak pada saat yang sama. Analisis pada penelitian potong lintang bermaksud untuk mempelajari adanya hubungan antarkelompok yang diobservasi (Pratiknya, 2007). B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Dusun Bakungan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. C. Subjek Penelitian 1. Populasi : Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang tinggal di Dusun Bakungan, Wedomartani, Ngemplak,
Sleman,
Yogyakarta. Jumlah
populasi
berdasarkan
Wedomartani, sebesar : 281 orang. commit to user
data
dari
Kelurahan
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Sampel
: Sampel dalam penelitian ini adalah ibu anggota populasi yang terpilih melalui teknik sampling Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Stanley Lemezhow (1997) sebagai berikut: Z 21-a / 2 .P(1 - P ).N n= 2 d ( N - 1) + Z 21- a / 2 .P(1 - P )
keterangan: n
: besarnya sampel
N
: jumlah populasi
Z 21- a / 2 : standar deviasi normal 1,96 dengan taraf kepercayaan 95%
d2
: tingkat kesalahan 5 % = 0,05
P
: proporsi perkiraan jumlah sampel minimal (0,5)
Berdasarkan rumus tersebut di atas, maka besarnya sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: n=
1,96.0,5.(1 - 0,5).281 0.05 (281 - 1) + 1,96.0,5.(1 - 0,5) 2
n = 115,71 ≈ 116
Menurut Murti (2010), jika populasi yang dihadapi terbatas (finite population) dan ukuran perkiraan sama atau lebih dari 5 persen dari ukuran populasi total, maka perlu dilakukan penyesuaian dengan faktor yang disebut finite population correction: n' =
n.N N + ncommit -1 to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keterangan: n‘
= ukuran sampel revisi
n
= besar sampel asli
N
= besar populasi
Berdasarkan rumus tersebut, maka ukuran sampel setelah penyesuaian: n' =
116.281 = 82,3 ≈ 83 281 + 116 - 1
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 83 orang. D. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling (pencuplikan random sederhana). Teknik sampling ini mengambil data secara acak di mana masing-masing subjek mempunyai peluang sama dan independen untuk terpilih ke dalam sampel (Murti, 2010). Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 83 orang yang akan dipilih dari populasi (281 orang) secara random dengan undian. Dusun Bakungan (281 orang)
Random
Sampel (83 orang)
Gambar 3: Skema Simple Random Sampling E. Desain Penelitian Rancangan penelitian ini adalah observational analytic cross sectional (analitik observasional dengan pendekatan potong lintang). Dalam penelitian commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini variabel bebas dan variabel terikat diobservasi hanya sekali pada waktu yang sama (Taufiqurrohman, 2009).
Populasi
pencuplikan random sederhana
Sampel
Tingkat pendidikan dasar
Tingkat pendidikan menengah
Tingkat pendidikan tinggi
Klasifikasi PHBS (I, II, III, IV)
Analisis Data
Gambar 4. Desain Penelitian F. Identifikasi Variabel Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas
: Tingkat pendidikan formal ibu
2. Variabel terikat
: Klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga
3. Variabel perancu
:
a. Faktor Internal : 1) Usia ibu, 2) Keturunan, 3) Pengetahuan ibu mengenai PHBS, 4) Perilaku kesehatan. b. Variabel luar yang berasal dari luar diri sampel (Eksternal) : commit to user 1) Kondisi ekonomi keluarga,
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Pelayanan Kesehatan: Pelayanan dan Promosi PHBS, 3) Kondisi fisik: kondisi geografik dan keadaan musim, 4) Kondisi sosial budaya, 5) Kondisi politik. c. Variabel perancu yang menjadi objek penelitian : 1) Usia ibu, 2) Kondisi ekonomi keluarga, 3) Pelayanan Kesehatan: Pelayanan dan Promosi PHBS. Dalam penelitian ini, faktor keturunan, kondisi fisik, sosial budaya dan politik tidak dimasukkan dalam objek penelitian. Hal ini disebabkan karena
untuk
memperoeh
data
keturunan
yang
terkait
genetik
membutuhkan instrumen yang lebih rumit dan hampir semua penduduk Dusun Bakungan bersuku Jawa, sehingga variasi dalam faktor keturunan dan sosial budaya sangat kecil. Kondisi fisik dan politik juga tidak dimasukkan sebagai objek penelitian karena seluruh responden tinggal di area yang sama sehingga tidak ada variasi dalam faktor tersebut. G. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Bebas: Tingkat pendidikan formal a. Definisi Tingkat pendidikan formal adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang telah diselesaikan oleh responden sampai saat penelitian dilakukan. b. Alat ukur : kuesioner
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Data yang diperoleh adalah tingkat pendidikan formal terakhir ibu, yaitu: pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. d. Skala pengukuran : ordinal 2. Variabel Terikat : Klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga a. Definisi Klasifikasi PHBS adalah pengelompokan PHBS tatanan rumah tangga menjadi empat, yaitu: Klasifikasi I, II, III dan IV berdasarkan jumlah jawaban “tidak” pada tiap indikator. b. Alat ukur : check list pemantauan PHBS tatanan rumah tangga c. Data yang diperoleh adalah klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga, yaitu: Klasifikasi I, II, III, IV d. Skala pengukuran : ordinal H. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner Kuesioner berisi data diri sampel, tingkat pendidikan terakhirnya dan apakah sampel pernah mendapat penyuluhan seputar PHBS. 2. Check list pemantauan PHBS Tatanan Rumah Tangga Check list ini berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan PHBS, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I.
Alur Penelitian Simple random sampling Inform consent (persetujuan subjek) Observasi, pengisian kuesioner dan check list
Pengumpulan data Pengolahan data secara kuantitatif Analisis statistik
Gambar 5: Alur Penelitian J. Teknik Analisis Data Pengolahan data dilakukan melalui tahapan: 1. Mengedit data dan kuesioner yang telah diisi. 2. Pengkodean jawaban dari responden. 3. Penentuan variabel yang akan dihubungkan. 4. Pemasukan data ke piranti komputer. 5. Pembuatan tabel. Selanjutnya dilakukan analisis data, meliputi: a. Analisis univariat Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini akan menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap-tiap variabel (Notoatmodjo, 1993). commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Analisis bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dari variabel yang diteliti
(Notoatmodjo,
1993).
Analisis
bivariat
digunakan
untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dan klasifikasi PHBS di Dusun Bakungan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Analisis bivariat menggunakan uji statistik korelasi Rank Spearman dengan signifikansi 5 %. Menurut Sugiyono (2001) korelasi Rank Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila tiaptiap variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antarvariabel tidak harus sama. Rumus korelasi Rank Spearman adalah: ρ
= 1 – 6 Σ b12 n (n2 -1)
Kriteria pengujian hipotesisnya adalah H0 diterima apabila ρ hitung lebih kecil dari ρ tabel (Sugiyono, 2001). Analisis bivariat juga digunakan untuk menganalisis variabel perancu yang secara kepustakaan mempunyai pengaruh besar, yaitu: usia, status ekonomi, dan apakah sampel pernah mendapat penyuluhan seputar PHBS. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor perancu terhadap hasil penelitian (Riyanto, 2011).
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 26 - 28 Juni 2011 di Dusun Bakungan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini mengikutsertakan: 83 ibu sebagai responden dari jumlah populasi: 281 orang (29,53%). Sampel dipilih dengan teknik simple random sampling (pencuplikan random sederhana) menggunakan undian. Undian berupa gulungan kertas yang berisi nomor rumah di Dusun Bakungan. Nomor undian yang terambil ditetapkan sebagai responden dalam penelitian. Data sekunder kependudukan diperoleh dari Kepala Dusun Bakungan. Setelah sampel ditentukan, peneliti mendatangi responden, kemudian melakukan pengumpulan data tentang identitas responden dan melakukan wawancara untuk mengetahui PHBS responden. Klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga merujuk pada indikator yang terdapat dalam check list pemantauan PHBS tatanan rumah tangga. Selanjutnya, ditentukan klasifikasi PHBS untuk masing-masing responden dan dilakukan analisis data, yang meliputi analisis univariat dan bivariat. B. Karakteristik Responden Untuk mengetahui karakteristik responden yang diteliti, dilakukan analisis univariat. Dalam penelitian ini, variabel penelitian meliputi: commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tingkat pendidikan formal ibu, usia, kondisi ekonomi keluarga, penyuluhan/promosi PHBS dan klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga. 1. Tingkat Pendidikan Formal Ibu Tingkat pendidikan formal ibu adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang telah diselesaikan responden sampai saat penelitian dilakukan. Gambaran data mengenai tingkat pendidikan formal responden dapat dilihat dalam tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Frekuensi Tingkat Pendidikan Formal Ibu No.
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
%
1
Dasar
33
39,8
2
Menengah
35
42,2
3
Tinggi
15
18
Jumlah
83
100
(Sumber : Data Primer 2011) Data hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan menengah (SMA atau yang sederajat), yaitu 35 orang (42,2%), selanjutnya tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) sebanyak 33 orang (39,8%), dan tingkat pendidikan tinggi (DI – S3) sebanyak 15 orang (18%). 2.
Usia Ibu Data usia responden sangat bervariasi, responden termuda berusia 23 tahun, sedangkan responden tertua berusia 70 tahun. Mean (rerata) usia responden adalah 44 tahun. Untuk memudahkan dalam analisis, data usia responden dibuat to user dalam skala nominal commit dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu usia
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
produktif dan lanjut usia (lansia). Responden yang masuk dalam kelompok usia produktif adalah responden dengan usia 23 - 59 tahun. Sedangkan responden yang berusia ≥ 60 tahun dimasukkan dalam kelompok lansia. Gambaran data mengenai usia ibu dapat dilihat dalam tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Frekuensi Usia Ibu No.
Kelompok Usia
Frekuensi
%
1
Produktif
72
86,7
2
Lansia
11
13,3
Jumlah
83
100
(Sumber : Data Primer 2011) Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia produktif, yaitu sebanyak 72 orang (86,7 %), sedangkan responden lansia sebanyak 11 orang (13,3 %). 3. Kondisi Ekonomi Keluarga Kondisi ekonomi keluarga dapat dinilai melalui jumlah pendapatan keluarga, yaitu keseluruhan pendapatan yang diperoleh seluruh anggota keluarga dalam satu bulan. Jumlah pendapatan keluarga pada responden sangat bervariasi. Pendapatan terendah sebesar Rp 50.000,00 sedangkan pendapatan tertinggi sebesar Rp 5.500.000,00. Mean (rerata) pendapatan responden adalah Rp 1.527.470,00. Untuk memudahkan dalam analisis, data mengenai pendapatan keluarga dibuat dalam skala nominal dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu miskin dan tidak miskin. commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan standar kemiskinan yang ditentukan oleh BPS (2011), responden yang masuk dalam kelompok miskin adalah responden dengan jumlah pendapatan keluarga ≤ Rp 211.000,00 (6 orang), sedangkan responden yang berpendapatan > Rp 211.000,00 (77 orang) dimasukkan dalam kelompok tidak miskin. Selain dari BPS, standar kemiskinan juga ditetapkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman. Kriteria yang dimasukkan dalam penilaian kemiskinan meliputi: luas bangunan tempat tinggal, jenis lantai tempat tinggal, jenis dinding dan atap bangunan tempat tinggal, ketersediaan sirkulasi udara dalam rumah, sinar matahari, pembagian ruangan sesuai dengan peruntukannya, ketersediaan fasilitas Mandi/Cuci/Kakus (MCK), sumber penerangan, sumber air minum, status kepemilikan bangunan tempat tinggal, bahan bakar utama untuk memasak, frekuensi anggota keluarga mampu menyajikan daging/telur/ikan/susu, frekuensi anggota keluarga makan dalam sehari, jumlah pakaian baru yang mampu dibeli oleh anggota keluarga dalam setahun, kemampuan berobat ke fasilitas kesehatan apabila ada anggota keluarga yang sakit, jumlah pendapatan keluarga (UMP = Rp 808.000,00), kepemilikan tabungan/barang berharga dan pendidikan tertinggi kepala keluarga (Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman, 2011). Kriteria tersebut digunakan sebagai indikator dalam formulir pendataan keluarga miskin 2011. Pendataan dan penetapan keluarga commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
miskin dilakukan oleh petugas survei dari Dinas Tenaga Kerja dan Sosial. Keluarga yang memenuhi kriteria miskin ditetapkan sebagai keluarga miskin dan akan mendapat bantuan dari pemerintah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder yang terdapat dalam Daftar Keluarga Miskin Tahun 2011 di Kecamatan Ngemplak. Berdasarkan data tersebut terdapat 4 responden (4,82%) termasuk dalam keluarga miskin, sedangkan 79 responden (95,18%) yang lain tidak termasuk dalam keluarga miskin. Apabila kriteria miskin yang digunakan berdasarkan UMP, maka jumlah responden yang masuk dalam kategori miskin (pendapatan < Rp 808.00,00) sejumlah 34 responden (40,96%). Sedangkan 49 responden (59,04%) termasuk dalam kategori tidak miskin. Berdasarkan tiga kriteria di atas, sebagian besar responden termasuk dalam kategori tidak miskin. Gambaran data mengenai kondisi ekonomi keluarga dapat dilihat dalam tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5. Frekuensi Kondisi Ekonomi Keluarga No. 1
2
3
Persen (%) Miskin 6 7,2 BPS Tidak miskin 77 92,8 Jumlah 83 100 Miskin 4 4,82 Dinas Tenaga Kerja Tidak miskin 79 95,18 dan Social Jumlah 83 100 Miskin 34 40,96 Upah Minimum Tidak miskin 49 59,04 Provinsi (UMP) Jumlah 83 100 commit to user (Sumber : Data Primer 2011) Kriteria
Kategori
Frekuensi
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Penyuluhan/promosi PHBS Data
mengenai
keikutsertaan
responden
dalam
penyuluhan/promosi PHBS dapat dilihat dalam tabel 6 sebagai berikut: Tabel 6. Frekuensi Keikutsertaan Ibu dalam Penyuluhan PHBS No.
Penyuluhan
Frekuensi
%
1
Pernah
46
55,4
2
Belum Pernah
37
44,6
Jumlah
83
100
(Sumber : Data Primer 2011) Data hasil penelitian pada tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah pernah mengikuti penyuluhan/promosi mengenai PHBS, yaitu sebanyak 46 responden (55,4%), sedangkan 37 responden (44,6%) belum pernah mengikuti penyuluhan/promosi. 5. Klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga Dalam penelitian ini, tidak ada responden dengan PHBS pada klasifikasi I atau II. Sebanyak 83 responden terbagi dalam PHBS klasifikasi III dan IV. Data klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga dapat dilihat dalam tabel 7 sebagai berikut: Tabel 7. Frekuensi Klasifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga No.
Klasifikasi PHBS
Frekuensi
%
1
III
8
9,64
2
IV
75
90,36
Jumlah
83
100
(Sumber : Data Primer 2011) Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa tidak ditemukan user klasifikasi PHBS I commit dan II. toSebagian besar responden tergolong
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
klasifikasi PHBS IV, yaitu sebanyak 75 orang (90,36%). Selanjutnya 8 responden (9,64%) tergolong klasifikasi PHBS III. Gambaran mengenai distribusi jawaban “tidak” pada tiap indikator dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut: Tabel 8: Distribusi Jawaban “tidak” pada Tiap Indikator No.
Frekuensi
Indikator
jawaban “tidak”
%
1
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
0
0
2
Memberi bayi ASI eksklusif
1
1,2
3
Menimbangkan balita setiap bulan
0
0
4
Menggunakan air bersih
2
2,4
5
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
9
10,8
6
Menggunakan jamban sehat
1
1,2
7
Memberantas jentik di rumah
0
0
8
Makan sayur dan buah setiap hari
0
0
9
Melakukan aktivitas fisik setiap hari
0
0
10
Tidak merokok di dalam rumah
42
50,6
11
Gizi seimbang
0
0
12
Memeriksakan kehamilan sesuai standar
0
0
13
Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan
40
48,2
14
Imunisasi lengkap pada bayi
0
0
15
PUS sebagai peserta KB
14
16,9
16
Lantai rumah bukan tanah
2
2,4
17
Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan
0
0
18
Pengelolaan sampah
0
0
19
Memiliki Tanaman Obat keluarga (TOGA)
33
39,8
20
Kebiasaan gosok gigi
10
12,1
(Sumber : Data Primer 2011) Data penelitian pada tabel 8 menunjukkan bahwa banyak responden yang belumcommit memenuhi to userindikator nomor 10, 13 dan 19.
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan indikator yang tidak terpenuhi oleh sebagian kecil responden adalah indikator nomor : 2, 4, 5, 6, 15, 16 dan 20. Indikator yang terpenuhi oleh semua responden atau jumlah jawaban “tidak”nya 0 meliputi: persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, menimbangkan balita setiap bulan, memberantas jentik di rumah, melakukan aktivitas fisik setiap hari, gizi seimbang, memeriksakan kehamilan sesuai standar, imunisasi lengkap pada bayi, pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan, dan pengelolaan sampah. C. Analisis Hubungan Antarvariabel Untuk mencari hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas digunakan analisis bivariat. Selain itu, juga dilakukan analisis bivariat antara variabel perancu dengan variabel terikat. Peneliti menggunakan program SPSS Statistic 17.0. 1. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal Ibu dan Klasifikasi PHBS Variabel bebas (tingkat pendidikan formal ibu) dengan variabel terikat (klasifikasi PHBS) dianalisis dengan uji statistik korelasi Rank Spearman dengan signifikansi 5%. Ketentuannya apabila p < 0,05 maka Ha diterima (Uyanto, 2009). Hasil korelasi Rank Spearman adalah ρ = 0,251 dan p = 0,022 (p < 0,05) (hasil analisis SPSS terlampir). Hasil tersebut menunjukkan Ha diterima. Dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan formal Ibu dangan klasifikasi PHBS. commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk mengetahui di tingkat mana pendidikan mempengaruhi PHBS, selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney. Menurut Uyanto (2009), uji ini merupakan uji statistika nonparametrik untuk membandingkan dua sampel independen dengan skala ordinal atau interval tetapi tidak terdistribusi normal. Hasil uji
Mann-Whitney
terdapat dalam lampiran. Hasil uji Mann-Whitney untuk pendidikan dasar dengan pendidikan menengah memberikan nilai Z = -1,583 dengan p = 0,113. Hasil ini untuk uji dua sisi, sehingga untuk uji satu sisi nilai p dibagi menjadi dua, p = 0,0665 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan hasil tidak signifikan. Uji Mann-Whitney untuk pendidikan menengah dengan pendidikan tinggi menghasilkan nilai Z = -0,935 dengan p = 0,350. Hasil ini untuk uji dua sisi, sehingga untuk uji satu sisi nilai p dibagi menjadi dua, p = 0,175 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan hasil tidak signifikan. Sedangkan untuk pendidikan dasar dengan pendidikan tinggi, uji Mann-Whitney menghasilkan nilai Z = -1,747 dengan p = 0,081. Hasil ini untuk uji dua sisi, sehingga untuk uji satu sisi nilai p dibagi menjadi dua, p = 0,0405 (p < 0,05). Sehingga Ha :diterima. Ha : η1 < η2
η1 : median untuk skala klasifikasi PHBS pada pendidikan dasar η2 : median untuk skala klasifikasi PHBS pada commitpendidikan to user tinggi
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Simpulan yang dapat ditarik adalah pendidikan tinggi memberikan klasifikasi PHBS yang lebih tinggi daripada pendidikan dasar. 2. Hubungan Usia Ibu dengan Klasifikasi PHBS Hubungan usia ibu dengan klasifikasi PHBS dianalisis dengan uji statistik Chi-Square (X2). Usia ibu dibagi menjadi kelompok usia produktif dan lansia., sedangkan klasifikasi PHBS dibagi menjadi kelompok klasifikasi III dan IV. Apabila p > α (α=0,05) maka H0 diterima (Uyanto, 2009). Hasil crosstab uji Chi-Square usia ibu dengan klasifikasi PHBS disajikan pada tabel 9 berikut: Tabel 9. Crosstab Uji Chi-Square Usia Ibu dengan Klasifikasi PHBS Klasifikasi PHBS No.
Usia
III
IV
Frekuensi
%
Frekuensi
%
1
Produktif
6
8,3
66
91,7
2
Lansia
2
18,2
9
81,8
P-value
Kriteria
0,303
Tidak Signifikan
(Sumber : Data Primer 2011) Hasil analisis menunjukkan p = 0,303 (p > 0,05), maka H0 diterima. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan klasifikasi PHBS dengan usia. 3. Hubungan Kondisi Ekonomi Keluarga dengan Klasifikasi PHBS Hubungan kondisi ekonomi keluarga dengan klasifikasi PHBS dianalisis dengan uji statistik Chi-Square (X2). Kondisi ekonomi keluarga dibagi menjadi kelompok kaya dan kelompok miskin. Sedangkan klasifikasi commit PHBS dibagi to user menjadi kelompok klasifikasi III
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan IV. Apabila p > α (α=0,05) maka H0 diterima (Uyanto, 2009). Hasil crosstab uji Chi-Square kondisi ekonomi keluarga dengan klasifikasi PHBS disajikan pada tabel 10 berikut: Tabel 10.
No
1
2
3
Crosstab Uji Chi-Square Kondisi Ekonomi Keluarga dengan Klasifikasi PHBS Klasifikasi PHBS Kelompok PKriteria III IV Kriteria Pendapatan value Frek % Frek. % Kelompok 7 9,1 70 90,9 Kaya Tidak BPS 0,545 Signifikan Kelompok 1 16,7 5 83,3 Miskin Kelompok Dinas 8 10,1 71 89,9 Kaya Tenaga Tidak 0,503 Kerja dan Kelompok Signifikan 0 0 4 100 Social Miskin Kelompok Upah 2 4,1 47 95,9 Kaya Minimum 0,039 Signifikan Provinsi Kelompok 6 17,6 28 82,4 (UMP) Miskin (Sumber : Data Primer 2011) Hasil analisis menunjukkan niai p dengan kriteria kemiskinan dari BPS dan Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, masing-masing sebesar p = 0,545 dan 0,503 (p > 0,05), maka H0 diterima. Sedangkan hasil analisis dengan kriteria UMP menunjukkan p = 0,039 (p < 0,05), maka H0 ditolak. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan klasifikasi PHBS dengan kondisi ekonomi keluarga yang dinilai dengan kriteria dari BPS dan Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, namun terdapat hubungan yang signnifikan antara klasifikasi PHBS dan kondisi ekonomi keluarga dengan kriteria berdasarkan UMP.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Hubungan Keikutsertaan dalam Penyuluhan/Promosi dengan Klasifikasi PHBS Hubungan keikutsertaan ibu dalam penyuluhan/promosi PHBS dengan klasifikasi PHBS dianalisis dengan uji statistik Chi-Square (X2). Keikutsertaan ibu dibagi menjadi kelompok pernah dan belum pernah mengikuti penyuluhan/promosi PHBS. Sedangkan klasifikasi PHBS dibagi menjadi kelompok klasifikasi III dan IV. Apabila p > 0,05, maka H0 diterima (Uyanto, 2009). Hasil crosstab uji Chi-Square keikutsertaan ibu dalam penyuluhan dengan klasifikasi PHBS disajikan pada tabel 11 berikut: Tabel 11. Crosstab Uji Chi-Square Keikutsertaan Ibu dalam Penyuluhan dengan Klasifikasi PHBS No.
Penyuluhan
1 2
Pernah Belum pernah
Klasifikasi PHBS PIII IV Kriteria value Frek. % Frek. % 3 6,51 43 93,48 Tidak 0,283 Signifikan 5 13,5 32 86,5 (Sumber : Data Primer 2011)
Data penelitian (tabel 11) menunjukkan p = 0,283 (p > 0,05), maka H0 diterima (Uyanto, 2009). Dengan demikian, dapat disimpulkan
tidak
ada
hubungan
klasifikasi
keikutsertaan ibu dalam penyuluhan/promosi PHBS.
commit to user
PHBS
dengan
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
Hasil uji statistik korelasi Rank Spearman dengan α = 5% menunjukkan terdapat hubungan secara signifikan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga di Dusun Bakungan, dengan p = 0,022 (p<0,05). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Sunawi (2003) di Pekalongan yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan ibu dan praktek PHBS dalam rumah tangga. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Zaahara (2001) di Bekasi yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin baik pula PHBS keluarga. Menurut Lawrence Green (Notoatmodjo, 2003b), pendidikan merupakan salah satu faktor pembentuk dan pengubah perilaku. Dengan demikian, pendidikan menjadi faktor pemudah dalam pembentukan dan perubahan perilaku kesehatan. Analisis dengan Mann-Whitney menunjukkan hasil signifikan pada tingkat pendidikan tinggi (p = 0,0405). Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa klasifikasi PHBS akan baik apabila pendidikan ibu sampai pada tingkat pendidikan tinggi. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 16, pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyakarat yang memiliki kemampuan akademik yang dapat menerapkan dan/atau mengembangkan ilmu pengetahuan. Sehingga, para ibu yang berpendidikan tinggi commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak hanya mempunyai pengetahuan mengenai kesehatan, tetapi juga mampu menerapkan pengetahuan yang dimilikinya tersebut dalam kehidupan rumah tangga. Hardiyanto (2003) berpendapat, semakin baik tingkat pendidikan formal, maka semakin matang pengetahuan tentang kesehatan dan semakin meningkat kesadaran menjaga kesehatan. Berdasarkan teori dalam tinjauan pustaka, usia, jumlah pendapatan, dan keikutsertaan dalam penyuluhan/promosi PHBS merupakan faktor yang dapat mempengaruhi klasifikasi PHBS seseorang. Rochmah dan Harimurti (2007), berpendapat bahwa pada umumnya, para lansia mengalami penurunan dalam perawatan kesehatan diri kerena penurunan kemandirian. Namun, hasil penelitian ini secara statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dan klasifikasi PHBS (p = 0,303). Penyuluhan/promosi tentang PHBS merupakan salah satu upaya untuk memperoleh pengetahuan kesehatan. Namun, hasil penelitian ini secara statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keikutsertaan dalam penyuluhan/promosi PHBS dengan klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga di Dusun Bakungan (p = 0,283). Hasil ini sesuai dengan penelitian Wahyuni (2007) di Demak yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan terapan PHBS pada tatanan rumah tangga. Hal ini dimungkinkan karena pengetahuan kesehatan yang diperoleh para ibu melalui penyuluhan
belum
mampu
mengubah
perilaku
hidup
bersih
sehatnya.
Notoatmodjo (2003b) menyebutkan bahwa mengubah perilaku masyarakat agar menjadi perilaku sehat membutuhkan waktu yang lama. Namun demikian, apabila commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka akan langgeng bahkan selama hidup dilaksanakan. Hal
ini
menuntut
tenaga
kesehatan
untuk
mengadakan
penyuluhan/promosi PHBS dengan rutin, kontinyu dan menggunakan metodemetode yang efektif. Penyuluhan/promosi PHBS dapat menjadi sarana memperoleh pengetahuan kesehatan selain melalui pendidikan formal. Sehingga para ibu yang tidak mendapatkan pendidikan formal tinggi tetap dapat memperoleh pengetahuan kesehatan melalui penyuluhan/promosi PHBS. Hal ini penting mengingat 68 ibu di Bakungan (82%) berpendidikan dasar dan menengah. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara klasifikasi PHBS dan kondisi ekonomi keluarga dengan kriteria berdasarkan UMP. Slamet (2004) berpendapat, status sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keadaaan gizi mereka rendah dan pengetahuan tentang kesehatan pun rendah, serta keadaan kesehatan lingkungan dan status kesehatan buruk. Dalam hal ini, pemerintah memberikan bantuan dalam berbagai bentuk bagi masyarakat miskin. Namun kriteria keluarga miskin yang ditetapkan oleh Dinas tenaga kerja dan sosial dirasa terlalu ketat, sehingga tidak semua masyarakat yang berpenghasilan di bawah UMP menerima bantuan. Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara tingkat pendidikan formal ibu dan klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga di Dusun Bakungan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Namun variabel perancu berupa kondisi ekonomi keluarga belum dapat dikendalikan. Sehingga dibutuhkan penelitian serupa yang dapat mengendalikan variabel perancu commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dan klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga di Dusun Bakungan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal ibu, semakin baik klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga. B. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka saran-saran penulis adalah sebagai berikut: 1. Petugas kesehatan, dalam hal ini Puskesmas Ngemplak II perlu mengadakan penyuluhan/promosi PHBS dengan rutin dan kontinyu kepada penduduk Dusun Bakungan, terutama para ibu. 2. Petugas kesehatan perlu mengadakan pelatihan mengenai penyuluhan dan promosi PHBS kepada kader kesehatan secara teratur sehingga dapat membantu petugas kesehatan dalam melaksanakan penyuluhan/promosi PHBS. 3. Petugas dan kader kesehatan perlu menggunakan metode diskusi kelompok pada saat penyuluhan/promosi PHBS karena diskusi kelompok memberikan kesempatan setiap anggotanya untuk berpendapat dan memperoleh informasi kesehatan.
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Poster, pamflet, atau leaflet sebaiknya digunakan sebagai alat peraga dalam penyuluhan untuk memudahkan penyampaian informasi dan juga perlu ditempel di lokasi yang strategis di wilayah Dusun Bakungan sehingga semua penduduk Bakungan dapat memperoleh informasi kesehatan melalui sarana tersebut. 5. Sebaiknya materi penyuluhan/promosi PHBS disesuaikan dengan indikator dengan jumlah jawaban “tidak” masih tinggi, yaitu: tidak merokok di dalam rumah, mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan dan memiliki Tanaman Obat Keluarga (TOGA) 6. Materi PHBS sebaiknya dimasukkan dalam program Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dan kurikulum pendididan dan pelatihan Dokter Kecil. 7. Pemerintah dalam hal ini Dinas tenaga kerja dan sosial perlu mempertimbangkan kriteria keluarga miskin yang dirasa terlalu ketat, sehingga pemberian bantuan dapat lebih menjangkau penduduk dengan penghasilan di bawah UMP yang tidak masuk dalam kriteria keluarga miskin. 8. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan mengendalikan variabel perancu berupa kondisi ekonomi keluarga. 9. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga.
commit to user