EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN TENTANG PHBS DALAM TATANAN RUMAH TANGGA DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR TAHUN 2013
Anita Pebrina, Wiku Bakti Bawono Adisasmito
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
[email protected]
Abstrak
Skripsi ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program promosi kesehatan tentang PHBS tatanan rumah tangga di Jakarta Timur (2013) dengan pendekatan kualitatif. Pelitian dilakukan pada tiga stakeholder kunci (Dinkes Provinsi DKI Jakarta: regulator, Sudinkes Jakarta Timur: auditor, dan Puskesmas Kecamatan Jatinegara: purposive operator sampling). Dilihat dari aspek input, hasil penelitian menunjukkan terjadinya kekurangan SDM dan dana. Dari aspek proses. peneltian menunjukkan bahwa proses perencanaan belum ditunjang optimalisasi kecepatan dan ketepatan data serta analisis situasi. Selain itu, penggerakan program yang tidak sesuai dengan rencana dan lemahnya monitoring menyebabkan pencapaian program (Jakarta Timur: 55,6%, Kecamatan Jatinegara: 41%) tidak mencapai target (65% tahun 2010). Kata Kunci : evaluasi, promosi kesehatan, PHBS, stakholder kunci, input, proses, output
Evaluation of Health Promotion Program About PHBS in Household Level in Domestic of East Jakarta in 2013
Abstract
This study aims to evaluate the implementation of health promotion program about PHBS in household level at East Jakarta (2013) with a qualitative approach. It was conducted on the three key stakeholders (Dinkes Provinsi DKI Jakarta: regulator, East Jakarta’s Sudinkes: auditor, and Puskesmas of Jatinegara District: purposive operator sampling). From the input aspect, the results showed there are lack of human resources and funding. From the process aspect, the research shows that the planning process has not been supported by optimization of speed and data accuracy and analysis of the situation. Moreover, mobilization program in accordance with the plans and weak monitoring program led to the achievment of the program (East Jakarta: 55,6%, Jatinegara Distric: 41%) was not on target (65% in 2010) Key Word: evaluation, health promotion, PHBS, key stakeholder, input, process, output
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Pendahuluan WHO mencatat bahwa sepanjang tahun 2012, 8,6 juta orang di dunia menderita tuberkulosis dan 1,3 juta di antaranya meninggal dunia. 207 orang di dunia menderita malaria dan 627.000 di antaranya meninggal dunia. 1000 wanita di dunia meninggal di setiap harinya karena hamil dan melahirkan. Selanjutnya, 3 juta bayi di dunia meninggal di bulan pertama kehidupannya. 1 dari 6 anak di dunia menderita berat badan kurang dan 17.000 balita di dunia meninggal di setiap harinya. Adapun 75 juta orang di dunia mengidap HIV dan 36 juta di antaranya meninggal dunia. Sedangkan di Indonesia, dilaporkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2004 ialah 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Sementara, sasaran strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah 118/100.000 kelahiran hidup dan target MDGs adalah 102/100.000 kelahiran hidup. Selain itu, kematian bayi masih menunjukkan angka 34/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Padahal, angka yang seharusnya dicapai berdasarkan sasaran strategis Kementerian Kesehatan RI adalah 24 per 1.000 kelahiran hidup dan target MDGs adalah 23 per 1.000 kelahiran hidup. Beberapa penyakit menular terutama HIV/AIDS, tuberkulosis, dan malaria masih menjadi masalah kesehatan yang cukup besar (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Profil Kesehatan menjabarkan bahwa Pengidap HIV positif meningkat dari 23 kasus pada tahun 1991 menjadi 680 kasus pada tahun 1999. Angka kejadian AIDS meningkat dari 24 kasus pada tahun 1991 menjadi 253 kasus pada tahun 1999. Prevalensi penyakit tuberkulosis juga dilaporkan terus meningkat dari 24 per 10.000 penduduk pada tahun 1997. Peningkatan angka parasite rate malaria pun dilaporkan terus mengalami peningkatan dari persentase sebesar 4,78% pada tahun 1998. Di samping itu, hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa cakupan dari Universal Child Immunization (UCI) masih belum tercapai. Hal ini sudah tentu akan berdampak pada serangan berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Di sisi lain, penyakit menular seperti filariasis, kusta,
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
dan frambusia menunjukkan kecenderungan untuk meningkat kembali. Sementara itu, prevalensi penyakit-penyakit tidak menular seperti halnya hipertensi, obesitas, diabetes mellitus, dan kardiovaskular juga dilaporkan cenderung meningkat serta menunjukkan potensi yang semakin besar sebagai penyebab kematian (Riskesdas, 2007). Profil Kesehatan (1999) melaporkan bahwa penyakit diabetes mellitus meningkat dari 1,0% pada tahun 1990 menjadi 1,2% pada tahun 1995, sedangkan 2,1% penyakit kardiovaskuler pada tahun 1990 meningkat menjadi 3,5% pada tahun 1995. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan juga dilaporkan mengalami penurunan. Status gizi ibu hamil, bayi, dan anak balita pun perlu ditingkatkan karena masih tingginya persentase Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dengan 11,1% dan tingginya prevalensi anak balita kerdil dengan 35,7% akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama (Riskesdas, 2010). Optimal atau tidaknya derajat kesehatan masyarakat pada hakikatnya dipengaruhi oleh berbagai kondisi, di antaranya lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan, dan genetika. Selanjutnya, HL. Blum dalam Notoatmodjo (1997) berpendapat bahwa selain lingkungan, determinan utama derajat kesehatan masyarakat adalah perilaku masyarakat itu sendiri (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Namun, hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa persentse rumah tangga yang telah mempraktikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) baru mencapai 38,7%. Oleh sebab itu, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 mencantumkan target 70% rumah tangga dengan PHBS di tahun 2014. Sebagai Ibukota RI, Provinsi DKI Jakarta dengan luas wilayah 662,33 km2 (SK Gubernur No. 171/2007), jumlah penduduk 9.991.788 jiwa, dan kepadatan penduduk sebesar 15,86 juta per km2 pada tahun 2012 telah ditetapkan menjadi provinsi prioritas dalam pembangunan kesehatan. Dengan demikian, capaian pelaksanaan upaya kesehatan di Provinsi DKI Jakarta merupakan barometer nasional dalam hal kualitas pembangunan kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2013). Untuk program promosi kesehatan, pencapaian Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012 ialah sebesar 68,2% rumah tangga yang telah mempraktikan PHBS. Dalam rincian pencapaian tersebut, masih ditemukan beberapa kab/kota dengan persentase capaian program di bawah target nasional di
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
tahun 2010, yakni sebesar 65% rumah tangga telah mempraktikkan PBHS. Jakarta Utara dengan 62,7%, Jakarta Timur dengan 53,3%, dan Kabupaten Kepualauan Seribu dengan 37,6% adalah kab/kota yang dimaksud. Secara lebih jelas, data mengenai capaian program per kab/kota disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga yang Dipantau dan Ber-PHBS Menurut Kabupate/Kota di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kabupaten/Kota Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur Kepulauan Seribu
Dipantau 221.850 263.040 177.044 292.871 92.537 545
Rumah Tangga Ber-PHBS 182.955 164.911 117.795 199.003 49.343 205
Persentase (%) 82,5 62,7 66,5 67,9 53,3 37,6
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta (2012)
Untuk ketiga kab/kota yang telah disebutkan, pencapaian program tersebut sudah barang tentu menuntut peningkatan kinerja yang luar biasa dalam pembinaan PHBS. Terlebih, Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan angka 70% untuk rumah tangga ber-PHBS sebagai target program yang harus dicapai pada tahun 2014 (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Agar dapat mencapai target tersebut, diperlukan upaya-upaya pengembangan program promosi kesehatan untuk pembinaan PHBS dengan pendekatan yang paripurna dan komprehensif. Adapun upaya-upaya tersebut dapat didukung dengan pelaksanaan evaluasi program di mana menurut WHO (1990) evaluasi merupakan cara sistematis untuk mempelajari sesuatu berdasarkan pengalaman dan mempergunakan teori yang dipelajari untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan serta meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan seleksi yang seksama untuk kegiatan di masa mendatang.
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Tinjauan Teoritis Menurut WHO (1990), definisi evaluasi adalah cara-cara sistematis untuk mempelajari sesuatu berdasarkan pengalaman dan mempergunakan teori yang telah dipelajari untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan serta meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan seleksi yang seksama untuk kegiatan di masa yang akan datang. Tujuan dilakukannya evaluasi program ialah untuk mendapatkan sejumlah informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Ralp Tyler (1950) dalam Suharsimi (2007), Cronbach (1993), dan Stufflebeam (1971). Ralp Tyler (1950) menyatakan bahwa evaluasi program merupakan proses untuk mengetahui apakah tujuan program sudah dapat terealisasi. Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971) menyatakan bahwa evaluasi program merupakan bentuk upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pihak pengambil keputusan. Setelah objek-objek evaluasi diketahui secara pasti, selanjutnya harus ditentukan aspek-aspek dari objek yang akan dievaluasi. Stake (1967), Stuffebeam (1959), dan Alkin (1969) dalam Suharsimi (2007) mengemukakan bahwa evaluasi berfokus di empat aspek atau dimensi utama, yaitu konteks, masukan (input), proses implementasi, dan juga produk. Promosi kesehatan merupakan proses untuk menjadikan seseorang mampu meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan dirinya. Senada dengan definisi tersebut, Piagam Ottawwa menjelaskan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengendalikan kesehatannya. Adapun untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi, menyadari aspirasi, memenuhi kebutuhan, dan merubah atau mengendalikan lingkungan (WHO, 1984). Visi promosi kesehatan tahun 2013 ialah masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesadarannya, sehingga mereka dapat hidup sehat, produktif, bahagia, dan juga sejahtera. Untuk dapat mencapai visi tersebut, diciptakan misi advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, 2013). Untuk dapat melaksanakan misi tersebut, maka dibuatlah strategi berupa kegiatan-kegiatan promosi kesehatan yang dititikberatkan pada PHBS sebagai Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
program prioritas yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan (dahulu Departemen Kesehatan) Republik Indonesia sejak tahun 1996. Adapun kegiatankegiatan tersebut antara lain promosi kesehatan melalui media cetak, promosi kesehatan melalui pertemuan, promosi kesehatan melalui media elektronik, dan promosi kesehatan melalui pameran pembangunan (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, 2013). PHBS adalah upaya memberikan pengalaman berlajar bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur-jalur komunikasi, memberikan informasi, serta melakukan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina sosial (social support), dan gerakan masyarakat (empowerment), sehingga cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakatdapat diterapkan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Telah disepakati adanya lima tatanan masyarakat, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, dan tatanan fasilitas kesehatan. Akan tetapi, untuk dapat melihat keberhasilan dari pembinaan PHBS, praktik PHBS yang diukur adalah yang dijumpai di tatanan rumah tangga. Terdapat sepuluh indikator untuk menetapkan apakah sebuah rumah tangga telah mempraktikkan PHBS. Kesepuluh indikator tersebut merupakan sebagian dari seluruh perilaku yang harus dipraktikkan dalam rumah tangga yang dipilih karena dianggap mewakili atau dapat mencerminkan keseluruhan perilaku (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Berdasarkan rapat koordinasi promosi kesehatan tingkat nasional pada tahun 2007, indikator PHBS rumah tangga diubah kembali menjadi: 1.
Rumah tangga dengan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
2.
Rumah tangga dengan bayi 0-6 bulan yang diberi ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan (ASI ekslusif)
3.
Rumah tangga dengan balita yang ditimbang setiap bulan
4.
Rumah tangga dengan penggunaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari
5.
Rumah tangga dengan penggunaan jamban sehat
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
6.
Rumah tangga dengan perilaku cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun
7.
Rumah tangga dengan upaya pemberantasan jentik nyamuk sekali dalam seminggu
8.
Rumah tangga dengan konsumsi buah dan sayur setiap hari
9.
Rumah tangga dengan aktivitas fisik setiap hari
10.
Rumah tangga tanpa perilaku merokok di dalam rumah Masyarakat berada di berbagai tatanan sosial dengan berbagai jenis peran
yang ada. Dengan demikian, di masing-masing tatanan ditentukan tiga kelompok besar sasaran pembinaan PHBS, yaitu sasaran primer, sasaran sekunder, dan sasaran tersier. Sasaran primer merupakan sasaran langsung yang terdiri dari individu anggota masyarakat, kelompok-kelompok dalam masyarakat, dan juga masyarakat secara keseluruhan yang diharapkan dapat mempraktikkan PHBS. Sasaran sekunder adalah mereka yang memiliki pengaruh terhadap sasaran primer dalam pengambilan keputusan untuk mulai mempraktikkan PHBS, termasuk di antaranya para pemuka atau tokoh masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Metode Penelitian Pendekatan kualitatif digunakan untuk melakukan penelitian karena sesuai dengan tujuan pelaksanaan evaluasi program. Urgensi pendekatan ini ialah untuk mendapatkan deskripsi detail tentang implementasi program berdasarkan sudut pandang sistem (input-activities-output). Selanjutnya, dalam rangka mengkaji, menganalisis, dan juga menjawab pertanyaan penelitian hingga sampai pada satu kesimpulan yang utuh, digunakan pendekatan metode deskriptif eksploratif dan developmental dengan ciri standar baku sebagai pembanding serta metode actual versus planed performance comparisons dengan ciri perencanaan awal sebagai pembanding. Informan-informan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan dua prinsip dasar pengambilan sampel dalam pendekatan kualitatif, yaitu prinsip kesesuaian dan juga prinsip kecukupan. Adapun dalam lingkup penelitian ini, para
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
informan yang turut dilibatkan mencakup SDM yang berperan sebagai regulator, auditor, dan juga operator dalam proses pelaksanaan program promosi kesehatan tentang PHBS dalam tatanan rumah tangga di Kotamadya Jakarta Timur tahun 2013 dengan Puskesmas sampel yakni Puskesmas Kecamatan Jatinegara yang ditentukan secara purposif berdasarkan capaian program di tahun sebelumnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini, ialah data primer dan juga data sekunder. Data primer merupakan setiap informasi yang diperoleh langsung dari para informan penelitian melalui wawancara mendalam terkait variabel-variabel yang diteiti. Sedangkan, data sekunder merupakan setiap informasi berupa datadata dasar, dokumen perencanaan, pencatatan serta pelaporan milik instansi terkait yang dikumpulkan dan diidentifikasi untuk kepentingan penelitian. Berdasarkan pada desain penelitian yang telah ditentukan, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tiga metode, yaitu metode telaah dokumen, metode wawancara, dan juga metode kepustakaan. Peneliti sebagai instrumen memiliki alat bantu yang berupa lembar check list dengan jenis-jenis dokumen yang dibutuhkan untuk ditelaah datanya. Selanjutnya, hasil dari telaah yang telah dilakukan dijadikan sebagai dasar utama dalam penyusunan pedoman wawancara terstruktur sebagai alat bantu berikutnya. Adapun pedoman wawancara tersebut berisikan pertanyaan yang sesuai dengan fokus dan juga maksud penelitian. Selain itu, peneliti juga menggunakan alat bantu perekam (tape recorder), alat-alat tulis serta lembar matriks hasil wawancara mendalam untuk menjaga keakuratan hasil informasi yang diperoleh. Penelitian kualitatif ini melaksanakan tiga tahap pengolahan dan analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Sebagai langkah untuk menjamin kualitas data dalam penelitian ini, dilakukan uji reabilitas dan validitas data dengan melakukan triangulasi sumber, triangulasi data, dan juga triangulasi metode. Pengolahan dan analisis data dilakukan agar didapatkan saran dan informasi yang berguna untuk penyelesaian masalah.
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Hasil dan Pembahasan Keluaran (Output) Program Sesuai dengan ketetapan Kementerian Kesehatan, target nasional untuk indikator tunggal dengan 10 kriteria di atas ialah 65% di tahun 2010 dan 70% di tahun 2014. Telah dilakukan survei cepat (rapid survei) di Kotamadya Jakarta Timur untuk mengumpulkan data mengenai capaian PHBS di 10 Kecamatan yang masing-masing diwakili oleh 1 kelurahan. Setiap kelurahan ditentukan secara purposif berdasarkan beberapa kriteria, yakni terdiri dari 2-3 Rukun Warga (RW) dengan rerata 20 Rukun Tetangga (RT), terkecuali untuk 3 kelurahan yang di dalam 1 RW terdapat lebih dari 20 RT. Kelurahan yang dimaksud antara lain Kelurahan Cibubur (30 RT), Kelurahan Halim (21 RT), dan Kelurahan Bale Kembang (21 RT). Tabel 2. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Berdasarkan Kelurahan di Kotamadya JakartaTimur Tahun 2013
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kecamatan Matraman Pulo Gadung Jatinegara Duren Sawit Makassar Kramat Jati Pasar Rebo Ciracas Cipayung Cakung
Jumlah Rumah Tangga (KK) 58.352 70.505 21.117 74.151 10.169 87.766 53.650 52.003 42.784 87.671
Jumlah Rumah Tangga Yang Dipantau 4.512 2.987 21.939 27.103 10.169 11.131 6.490 1.957 4.617 4.424
Jumlah Rumah Tangga Ber-PHBS 2.065 1.985 9.090 15.540 4.633 6.420 3.374 834 2257 22257
Indikator (% Rumah Tangga BerPHBS 65% di tahun 2010
Capaian (% Rumah Tangga Ber-PHBS 45.76 66 41 57 45.56 58 52 43 48,88 51
Sumber: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur (2013)
Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata persentase rumah tangga berPHBS di 10 Kelurahan sampel ialah sebesar 55,6%. Dengan persentase tersebut, didapatkan gambaran bahwa Kota Administrasi Jakarta Timur belum berhasil mencapai 65% target nasional untuk indikator tunggal persentase rumah tangga ber-PHBS dengan 10 kriteria di tahun 2010. Padahal, menurut ketetapan Renstra periode 2010- 2014 milik Kementerian Kesehatan RI, setiap kab/kota di 33
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
provinsi atau capaian setiap program prioritas kesehatan nasional yang seharusnya di Indonesia diharapkan dapat mencapai 70% target rumah tangga ber-PHBS di tahun 2014. Hasil ini sangat ironis mengingat Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan bagian dari Provinsi DKI Jakarta yang ditetapkan sebagai provinsi prioritas dengan hasil menjadi barometer pembangunan di daerah-daerah lainnya. Input Program A. Sumber Daya Manusia (SDM)
TEORI
FAKTA
SINTESIS
Departementalisasi landasan untuk mengelompokkan tugas-tugas guna mencapai sasaran organisasi. Setiap organisasi akan memiliki cara khasnya tersendiri dalam mengklasifikasikan dan juga menggolongkan kegiatan-kegiatan kerja (Stoner, 1996).
Terdapat pengklasifikasian SKPD bidang kesehatan terhadap jenjang dan sasaran pelayanannya (Dinas Kesehatan DKI Jakart, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, dan Puskesmas)
Provinsi DKI Jakartamenerapkan landasan departementalisasi.
Perencanaan SDM dapat diuraikan sebagai proses menjamin jumlah dan jenis pegawai yang tepat, di tempat yang tepat, serta pada waktu yang tepat agar tujuan organisasi dapat terus tercapai Hasibuan (2005).
SDM yang terlibat dalam pengelolaan program terdiri dari 4 orang di Dinkes Provinsi, 4 orang di Sudinaskes Jakarta Timur, dan 1 orang di Puskesmas Kecamatan Jatinegara.
Perencanaan SDM tidak tepat. Sangat dibtuhkan analisis kebutuhan SDM dengan perhitungan beban kerja secara komprehensif
-
Peningkatan mutu dalam sebuah organisasi dapat memberikan dampak dramatik pada struktur hierarki. Komponen program pada mutu yang efektif menggunakan tim kerja yang dapat mengarahkan dirinya sendiri untuk meningkatkan produktivitas (Stoner, 1996).
-
-
“Kalau kita bilang kurang ya memang seperti itu.. Sangat kurang...” (DK2) “Belum, kalau untuk yang existing sekarang belum cukup ya.. ehmm masih kurang...” (SKD2) “Kita di Puskesmas itu bisa pegang 2-3 program. Kenapa? Ya karena banyakan programnya dari pada SDM nya...” (PS1)
“Diklat kita sangat kurang karena kita sudah mengurusi ini itu.. Ya untuk kegiatan temanteman saja sebetulnya banyak yang diusulkan tetapi waktunya kadang berbenturan..” (DK2) “Dari Dinas sih ada. Kita sebetulnya bisa buat, tapi pelatihan dari kita memang belum ya. Pekerjaan terlalu banyak soalnya...” (PS1)
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Pendidikan & pelatihan di setiap SKPD belum dapat dijalankan dimanfaatkan secara optimal.
Hasibuan (2005) menyatakan bahwa perencanaan SDM akan dapat dilakukan dengan baik dan benar jika perencanaannya dilakukan dengan mengetahui apa dan bagaimana SDM itu. Perencanaan SDM dapat diuraikan sebagai proses menjamin jumlah dan jenis pegawai yang tepat, di tempat yang tepat, serta pada waktu yang tepat agar tujuan organisasi dapat terus tercapai. Berdasarkan temuan fakta di lapangan, jumlah SDM yang turut berperan sebagai stakeholder kunci dalam pelaksanaan program promosi kesehatan di Kotamadya Jakarta Timur ialah 9 orang dengan rincian sebagai berikut: -
2 orang penanggung jawab monitoring dan evaluasi RKA (Rencana Kerja Anggaran) dan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggara) program SKPD bidang kesehatan se-provinsi yang dimiliki oleh Sub Bagian PDA (Program dan Anggaran) Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
-
2 orang penanggung jawab program promosi kesehatan yang dimiliki oleh Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
-
1 orang penanggung jawab monitoring dan evaluasi RKA dan DPA program oleh SKPD bidang kesehatan se-kab/kota yang dimiliki oleh Sekretariat PDA Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
-
3 orang perencana sekaligus pelaksana program yang dimiliki oleh Seksi Kesehatan Masyarakat Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
-
1 orang penanggung jawab program promosi kesehatan di Puskesmas Kecamatan Jatinegara (sampel)
Jumlah SDM di atas dinilai belum cukup untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pada setiap proses kerja dalam rangka melaksanakan program secara optimal. Handoko dalam Warni (2008) mengemukakan bahwa prakiraan kebutuhan pegawai merupakan bagian yang terpenting dan tersulit untuk dilakukan. Pertama, perlu diidentiifikasi berbagai tantangan yang
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
mempengaruhi permintaan dan memperkiraan kebutuhan karyawan dalam satu periode waktu tertentu. Analisis kebutuhan SDM telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, tetapi belum optimal. Adapun pada jenjang Puskesmas Kecamatan Jatinegara, didapatkan informasi bahwa analisis kebutuhan SDM belum dilakukan oleh internal SKPD. Dengan kondisi kekurangan SDM, operasi kerja sangat ditentukan oleh kompetensi masing-masing SDM yang ada. Dampak dari kurangnya SDM. Oleh sebab itu, peningkatan mutu kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan menjadi suatu hal dengan urgensitas yang tidak dapat lagi dipandang sebelah mata. Namun, pendidikan dan pelatihan yang terdapat pada setiap SKPD bidang kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, dan juga Puskesmas Kecamatan Jatinegara) masih belum dijalankan serta dimanfaatkan secara optimal. Pelaksanaan yang tidak optimal ditemukan di jenjang SKPD Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dan Puskesmas Kecamatan. Adapun pemanfaatan yang belum optimal ditemukan pada level Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Hal tersebut dikarenakan pendidikan dan pelatihan oleh Kementerian Kesehatan RI tidak dilaksanakan di awal periode kerja saat frekuensi kegiatan masih cenderung rendah, B. Activities Program A. Perencanaan Program B. Penggerakkan Program C. Monitoring Program
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, Wiku. (2012) Sistem Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Azwar, Azrul. (1996) Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa Aksara. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2008) Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2008) Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2011) Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Bappenas. (2010) Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia. Jakarta: Bappenas.
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Bidang Kesehatan Masyarakat. (2012) Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012. Jakarta: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Buddy, Ibrahim. (1997) Total Quality Management: Panduan Untuk Menghadapi Persaingan Global. Jakarta: Djambatan/ Bungin, M Burhan. (2007) Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cassel Chaterine & Symon Gillian. (1994) Qualitative Methods in Organizational Reseacrh. SAGE Publications. David, Fred R. (2004). Manajemen Strategis Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Prenhallindo Dale D.Mc Coney. (1982) Manajemen Bagi Organisasi Non Perusahaan. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. Direktorat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). (2005) Health Care Cost Education. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Fakhrurroja, Hanif. (2012) Metode dan Instrumen Pengumpulan Data. Jakarta: Piksi Ganesha. Gani, Ascobat. (2012) Diskusi Menyongsong Penerapan JKN 2014. Depok: Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan (PKEKK) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Glanz,Karen, et al. (1997) Health Behavior and HealthEducation, 2nd, ed. Gomes, F. Cardoso. (2003) Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Green, L.W. (1991) Health Promotion Planning Educational and Environmental Approach. University of British Columbia: Institute of Health Promotion Research. Hasibuan, Melayu S.P. (2002) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Hunger, J. David dan Thimas L.W. (2003) Manajemen Strategis: Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Ilyas, Yaslis. (2001) Teori, Penilaian, dan Penelitian Kinerja Cetakan Kedua. Jakarta: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI. Ilyas, Yaslis. (2003) Kiat Sukses Manajemen Tim Kerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Ivancevich JM, et al. (2008) Organizational Behavior and Management Eighth Edition. New York: Mc Graw Hill. Kast, Fremont E dan James E. Rosenzweig. (1982) Organisasi dan Manajemen: Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Aksara. Kepmenkes RI No. 1114/MENKES/SK/VII/2006. (2006) Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Muninjaya, A.A. Gde. (1999) Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC. Nasution, S. (2003) Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Notoatmodjo, Soekidjo. (1993) Metodologi Penelitian Kesehatan. Depok: FKM UI. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010) Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Binarupa Aksara.
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Parkinson, Nortchote C dan M.K. Rustomji. (1992). Mempraktikkan Manajemen: Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Permenkes RI No. 2269/MENKES/PER/XI/2011 . (2011) Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2010) Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2010) Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2011) Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Robbins, Stephen P. (2006) Organizational Behavior Tenth Edition: Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Seksi Kesehatan Masyarakat. (2013) Laporan Hasil Survey PHBS RumahTangga Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Tahun 2013. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Stoner, James A. F. dan Charles Wankel. (1986) Management Third Edition. New Jersey: Prentice Hall International, Inc, Engelword Cliff. Sudarti. (1995) Penelitian Kualitatif. Depok: FKM UI Sugiyono. (2005) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA. Supriyanto, S. (1988) Evaluasi Bidang Kesehatan. Surabaya: Brata Jaya. Terry, G.R. (1964) Principles of Management, 2nd, ed. Terry, G.R & Rue, L.W. (1988) Dasar-Dasar Manajemen Cetakan II. Jakarta: Bina Aksara Jakarta Wisal, Teuku Chairul. (2011) Investasi Manusia Menuju Rakyat Sejahtera. Jakarta: Republika.
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014
Wijono. (1997) Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan. Surabaya: UNAIR.
Evaluasi pelaksanaan…, Anita Pebrina, FKM UI, 2014