PRAKTIK HIDUP SEHAT DAN PERSEPSI TUBUH IDEAL REMAJA PUTRI SMA NEGERI 1 KOTA BOGOR
FITRI ISNANI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
2
ABSTRACT FITRI ISNANI. Healthy Living Practices and Body Image of Famele Students at senior high school 1 in Bogor City. Under supervision of DODIK BRIAWAN and TIURMA SINAGA. The research aims were to study healthy living practices and perceptions of ideal body among female students. Design of the research was cross sectional study conducted in October 2010 in senior high school 1 Bogor city. Sample consisted of 40 students thin and 40 students normal. The results showed no significant relationship between personal hygiene practices, smoking practice, sports practice and healthy food practice with the nutritional status (p> 0.05). Vitamin C were the most frequet supplements consumed by the thin group (47.5%) and (45.0%) by the normal group. The thin nutritional status (75.0%) and normal (60.0%) have a negative body perception. It is recommended that the female students perception fit with their actual body size.
Keywords: healthy living practice, body image.
RINGKASAN FITRI ISNANI. Praktik Hidup Sehat dan Persepsi Tubuh Ideal Remaja Putri SMA Negeri 1 Kota Bogor. Dibawah bimbingan Dodik Briawan dan Tiurma Sinaga.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui praktik hidup sehat dan persepsi tubuh ideal remaja putri SMA Negeri 1 kota Bogor. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk: 1) Mengidentifikasi karakteristik contoh (umur, uang saku perbulan, alokasi pengeluaran perbulan) dan keluarga contoh (besar keluarga, penghasilan orangtua, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua), 2) Mengkaji status gizi contoh (IMT/U, rasio lingkar pinggang dan pinggul), 3) Menilai praktik hidup sehat contoh (kebersihan diri, tidak merokok, olahraga teratur, suplemen, makanan sehat), 4) Mengetahui persepsi contoh terhadap tubuh ideal, 5) Mengetahui upaya pencapaian tubuh ideal menurut contoh. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yang dilakukan pada bulan Oktober 2010 di SMAN 1 Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive. Contoh pada penelitian ini dipilih secara purposive sampling dengan kriteria: (a) remaja putri/siswi, (b) siswi kelas XI, (c) tidak dalam keadaan sakit, (d) memiliki status gizi kurus dan normal, (e) bersedia dijadikan sampel. Pada penelitian ini contoh yang diteliti berjumlah 80 orang, yaitu 40 orang contoh berstatus gizi kurus dan 40 orang contoh berstatus gizi normal. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data primer meliputi karakteristik contoh (umur, besar uang saku perbulan, pengeluaran perbulan), status gizi contoh (berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang dan pinggul), karaktersitik keluarga (besar keluarga, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, penghasilan orang tua), data praktik hidup sehat (kebersihan diri, tidak merokok, olahraga teratur, suplemen, makanan sehat), dan penilaian persepsi tubuh dengan menggunakan metode Figure Rating Scale (FRS) yang dikembangkan oleh Stunkard et al. (1983). Data yang telah dikumpulkan diolah menggunakan program komputer Microsoft Office Excel dan SPSS 16 for Windows. Proses pengolahan data dimulai dari editing, coding, cleaning, entry, dan analisis data. Analisis statistik yang dilakukan adalah uji korelasi Pearson, uji beda t (Independent t-Test). Data praktik hidup sehat diukur meliputi (kebersihan diri, tidak merokok, olahraga teratur, suplemen, makanan sehat). Pertanyaan terbuka dianalisis secara deskriptif, sedangkan pertanyaan tertutup diniai sesuai dengan skor. Tindakan sangat positif diberi skor 3 (jawaban selalu), tindakan positif diberi skor 2 (jawaban sering), tindakan kurang positif diberi skor 1 (jawaban kadang-kadang), tindakan salah diberi skor 0 (jawaban tidak pernah). Dari total nilai praktik hidup sehat contoh, dikategorikan menjadi tiga, yaitu: 1) praktik tergolong kurang jika skor <60% dari total jawaban yang benar, 2) praktik tergolong cukup apabila skor 60%-80% dari total jawaban yang benar, 3) praktik tergolong baik apabila skor >80% dari total jawaban yang benar (Khomsan 2000). Seluruh contoh berada pada kelompok umur 15-17 tahun dengan persentase terbesar umur 16 tahun. Contoh berstatus gizi kurus (85.0%) dan normal (87.5%) memiliki uang saku perbulan berkisar antara Rp240.000-Rp 659.999. Rata-rata pengeluaran perbulan contoh berstatus gizi kurus (Rp 584.850±158739) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran perbulan contoh berstatus gizi normal (Rp573.925±183494). Sebanyak 50.0%
contoh berstatus gizi kurus dan 52.5% contoh berstatus gizi normal memiliki keluarga kecil. Contoh berstatus gizi kurus (62.5%) dan normal (67.5%) memiliki orangtua dengan penghasilan Rp>5.000.000. Rata-rata contoh memiliki ayah dan ibu dengan pendidikan terakhir adalah perguruan tinggi (PT). Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara karakteristik contoh (umur, uang saku, pengeluaran perbulan) dengan karakteristik keluarga (besar keluarga, penghasilan orangtua, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua). Sebagian besar (82.5%) contoh memiliki rasio lingkar pinggang dan pinggul (LPA/LPU) <0.85, baik pada contoh berstatus gizi kurus (100.0%) maupun pada contoh berstatus gizi normal (65.0%). Praktik kebersihan contoh sudah baik (71.2%), yaitu 77.5% pada contoh berstatus gizi kurus dan 65.0% pada contoh berstatus gizi normal. Lebih dari separuh contoh memiliki skor praktik merokok dalam kategori baik (98.8%), yaitu 100.0% pada contoh berstatus gizi kurus dan 97.5% pada contoh berstatus gizi normal. Sebanyak 55.0% contoh memiliki kebiasaan kadang-kadang (1 kali dalam seminggu) melakukan olahraga selama 30 menit dalam sehari, masingmasing 55.0% pada contoh berstatus gizi kurus dan normal. Sebanyak 49.5% contoh selalu mengonsumsi suplemen (≥ 7 kali/minggu), masing-masing 57.5% pada contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal. Contoh memiliki skor praktik makan sehat termasuk dalam kategori sedang (47.5%), baik pada contoh berstatus gizi kurus (50.0%) maupun contoh berstatus gizi normal (45.0%). Tidak terdapat hubungan yang nyata antara praktik kebersihan diri, praktik merokok, praktik olahraga, dan praktik makanan sehat dengan status gizi contoh berstatus gizi kurus dan normal (p>0.05). Sebagian besar contoh mengkonsumsi suplemen dengan alasan untuk kesehatan tubuh (50.0%). Jenis suplemen yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh adalah suplemen vitamin C (46.3%), yaitu (47.5%) pada contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal (45.0%). Contoh dengan status gizi kurus (75.0%) dan contoh dengan status gizi normal (60.0%) memiliki persepsi tubuh negatif. Hal ini berarti sebagian besar contoh memiliki harapan yang tidak sesuai dengan tubuhnya saat ini. Upaya pencapaian tubuh ideal yang paling banyak dilakukan oleh contoh adalah melalui makanan (41.3%), yaitu sebanyak 42.5% pada contoh dengan status gizi kurus dan 40.0% contoh dengan status gizi normal. Upaya pencapaian tubuh ideal yang dilakukan contoh melalui makanan yaitu dengan mengatur pola makan, mengurangi porsi makan, makanan berlemak dan berminyak. Saran yang dapat diberikan adalah perlu dilakukan penyuluhan sehingga pola pikir remaja putri mengenai praktik hidup sehat yang tidak baik menjadi lebih baik khususnya olahraga, makanan sehat dan persepsi tubuh yang negatif dapat berubah menjadi positif. Persepsi tubuh pada remaja putri yang berstatus gizi kurus dan normal cenderung kearah persepsi tubuh negatif. Persepsi tubuh negatif dapat menyebabkan mereka melakukan berbagai bentuk upaya untuk mencapai tubuh ideal, oleh karena itu perlu dilakukan perubahan pola pikir pada remaja mengenai persepsi tubuh ideal. Sehingga pemilihan upaya pencapaian tubuh ideal yang dilakukan oleh remaja dapat dilakukan dengan benar dan tidak berbahaya. Selain itu diharapkan adanya persepsi yang sama mengenai tubuh ideal antara contoh dengan keluarga, teman-teman khususnya contoh berstatus gizi normal.
PRAKTIK HIDUP SEHAT DAN PERSEPSI TUBUH IDEAL REMAJA PUTRI SMA NEGERI 1 KOTA BOGOR
FITRI ISNANI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
LEMBAR PENGESAHAN Judul :
Praktik Hidup Sehat dan Persepsi Tubuh Ideal Remaja Putri SMA Negeri 1 Kota Bogor
Nama :
Fitri Isnani
NRP
I 14086025
:
Menyetujui,
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN NIP. 1966 0701 199002 1001
Tiurma Sinaga, B.Sc., MFSA NIP. 19610521 198312 2001
Mengetahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Budi Setiawan. Ms NIP. 196212041989032002
Tanggal Disetujui :
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Praktik Hidup Sehat dan Persepsi Tubuh Ideal Remaja Putri SMA Negeri 1 Kota Bogor” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Program Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Intitut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dari berbagai pihak. Dengan rasa tulus dan hormat, penulis menghaturkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN dan Ibu Tiurma Sinaga, BSc., MFSA selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, saran, kritikan, semangat dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. dr. Mira Dewi, S. Ked., M.Si selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji atas semua saran dan masukannya demi kesempurnaan skripsi ini. 3. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bogor, guru-guru BK dan siswi kelas XI yang telah memberi izin dan bantuan selama penelitian. 4. Ayah Rizalmi, bunda Harnida, tante Nuraini Hs dan om Yulius M selaku orangtua tercinta atas kasih sayang yang tulus, dukungan serta doa yang tiada henti untuk penulis. 5. Kak Iniang, uda dan kakak, serta seluruh keluarga besar IK RIDHA yang selalu mendoakan dan memberikan semangatnya kepada penulis. 6. Neldha, Mawi, Cotel, Desri, Dina, serta teman-teman penyelenggaraan khusus S1 mayor Ilmu Gizi angkatan 2 yang selalu memberikan saran, doa dan semangatnya kepada penulis, serta 7. Para pembahas, Nuvi, Ifna, dan Irma yang telah memberikan saran dan masukkannya demi kesempurnaan skripsi ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu serta civitas akademik yang telah membantu dalam proses penyelesain skripsi ini. 9. Anike dan para kru magania semuanya terima kasih atas doa dan dorongan semangatnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan selanjutnya. Akhir kata, besar
iii
harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya penulis pribadi dan semua pihak pada umumnya. Amin.
Bogor, Mei 2011
Fitri Isnani
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Fitri Isnani lahir di Air Bangis, 30 Mei 1987. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Rizalmi dan Ibu Harnida. Penulis menamatkan Sekolah Dasar di SDN 003 Pekanbaru dan lulus pada tahun 1999, kemudian melanjutkan ke MTsN 1 Pekanbaru dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMAN 6 Pekanbaru dan lulus tahun 2005. Pada tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan D3 di Politeknik Kesehatan (POLTEKKES) Departemen Kesehatan Provinsi RIAU jurusan gizi dan mendapat gelar sebagai Ahli Madya Gizi (AMG). Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan dan diterima sebagai mahasiswa Program Penyelenggaraan Khusus Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi, Institut Pertanian Bogor. Penulis pernah menjadi enumerator Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 di Kota Pekanbaru, Provinsi RIAU dan pernah PKL (Praktek Kerja Lapang) di Rumah Sakit Stroke Bukittinggi Sumatra Barat, Puskesmas Pekanbaru Kota. Penulis juga pernah KKP (kuliah kerja lapang) di Desa Kepau Jaya Pekanbaru.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI........................................................................................................................ i DAFTAR TABEL ...............................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................vi PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1 Tujuan Umum ........................................................................................................... 3 Tujuan Khusus .......................................................................................................... 3 Kegunaan ...................................................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 4 Remaja Putri ................................................................................................................. 4 Karakteristik Keluarga ................................................................................................. 5 Besar Keluarga ......................................................................................................... 5 Pendidikan Orangtua ............................................................................................... 6 Pekerjaan Orangtua ................................................................................................. 6 Pendapatan Keluarga .............................................................................................. 6 Praktik Hidup Sehat ..................................................................................................... 6 Kebersihan Diri ......................................................................................................... 7 Tidak Merokok .......................................................................................................... 7 Olahraga Teratur ...................................................................................................... 8 Makanan Sehat......................................................................................................... 8 Status Gizi ................................................................................................................... 12 Persepsi Tubuh........................................................................................................... 13 Tubuh Ideal ............................................................................................................. 14 Pengukuran Persepsi Tubuh ................................................................................ 15 KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................................. 16
ii
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................... 18 Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh .................................................................. 18 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................................. 20 Definisi Operasional ................................................................................................... 23 HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................... 24 Keadaan Umum Lokasi Penelitian .......................................................................... 24 Karakteristik Contoh................................................................................................... 25 Usia contoh ............................................................................................................. 25 Uang saku contoh .................................................................................................. 25 Alokasi Pengeluaran Per bulan ............................................................................ 26 Karakteristik Keluarga ............................................................................................... 27 Besar Keluarga ....................................................................................................... 27 Penghasilan orangtua............................................................................................ 28 Pekerjaan Orangtua ............................................................................................... 29 Pendidikan orangtua .............................................................................................. 30 Status Gizi ................................................................................................................... 31 Praktik Hidup Sehat ................................................................................................... 34 Kebersihan Diri ....................................................................................................... 34 Tidak Merokok ........................................................................................................ 36 Olahraga Teratur .................................................................................................... 38 Suplemen................................................................................................................. 40 Makanan Sehat....................................................................................................... 41 Persepsi Tubuh Ideal ................................................................................................. 48 Upaya Pencapaian Tubuh Ideal............................................................................... 57 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................ 60 Kesimpulan.................................................................................................................. 60 Saran ............................................................................................................................ 61 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 62 LAMPIRAN ...................................................................................................................... 67
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1
Sebaran contoh berdasarkan usia (tahun) dan uang saku perbulan (Rp) ..................................................................................... 25
Tabel 2
Alokasi pengeluaran per bulan contoh (Rp) ....................................... 27
Tabel 3
Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga .................................... 28
Tabel 4
Sebaran contoh berdasarkan penghasilan orangtua .......................... 28
Tabel 5
Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan dan pendidikan orangtua ............................................................................................ 31
Tabel 6
Sebaran rata-rata ukuran antropometri contoh................................... 32
Tabel 7
Sebaran contoh berdasarkan kategori praktik kebersihan diri ............ 35
Tabel 8
Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan kebersihan diri .................... 36
Tabel 9
Sebaran contoh berdasarkan nilai skor praktik merokok, kebiasaan merokok, dan pengetahuan dampak merokok .................. 37
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan praktik olahraga, kebiasaan olahraga............................................................................................. 38 Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan pengertian suplemen, dan frekuensi konsumsi suplemen ............................................................ 40 Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan skor praktik makanan sehat ................. 42 Tabel 13 Sebaran jenis makanan yang tidak baik untuk tubuh ideal menurut contoh .................................................................................. 45 Tabel 14 Sebaran jenis minuman yang baik untuk tubuh ideal menurut contoh .................................................................................. 46 Tabel 15 Sebaran persepsi contoh terhadap minuman yang tidak baik untuk tubuh ideal ........................................................................ 48 Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan persepsi tubuh remaja putri saat ini ....................................................................................... 49 Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan persepsi tubuh sehat dan kurang sehat ...................................................................................... 50 Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan persepsi bentuk tubuh ideal, kurus, dan gemuk .............................................................................. 52 Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan persepsi bentuk tubuh paling menarik dan bentuk tubuh yang menarik lawan jenis ......................... 53 Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan jenis persepsi terhadap tubuh.............. 54
iv
Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan persepsi tubuh yang diharapkan oleh contoh, keluarga contoh, dan teman-teman contoh ........................... 56 Tabel 22 Upaya pencapaian tubuh ideal melalui makanan ............................... 58
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Kerangka pemikiran mengenai praktik hidup sehat dan persepsi tubuh .............................................................................................................. 17 Gambar 2 Penilaian persepsi tubuh metode Figure Rating Scale (FRS) .............. 20 Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan rasio lingkar pinggang dan pinggul ...... 34 Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan upaya pencapaian tubuh ideal .............. 57
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Sebaran contoh berdasarkan jenis olahraga yang dilakukan untuk pencapaian tubuh ideal .................................................................. 68 Lampiran 2 Sebaran contoh berdasarkan merek suplemen yang dikonsumsi .................................................................................................. 69 Lampiran 3 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan berkaitan dengan praktik makanan sehat ............................................................... 70 Lampiran 4 Sebaran contoh berdasarkan persepsi makanan yang baik untuk tubuh ideal ..................................................................... 71 Lampiran 5 Sebaran contoh berdasarkan persepsi bagian tubuh yang paling ideal ........................................................................................ 72 Lampiran 6 Hasil uji korelasi pearson karakteristik contoh...................................... 72 Lampiran 7 Hasil uji korelasi pearson karakteristik keluarga ................................. 73 Lampiran 8 Hasil uji t-Test antar ukuran tubuh.......................................................... 73 Lampiran 9 Hasil uji korelasi pearson antar ukuran tubuh ...................................... 74 Lampiran 10 Hasil t-Test praktik hidup sehat ............................................................ 74 Lampiran 11 Hasil uji korelasi pearson praktik hidup sehat .................................... 75
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Kesehatan adalah hak dasar setiap manusia dan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumberdaya manusia. Menurut Notoatmodjo (2007), hidup sehat meliputi makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol, istirahat yang cukup, mengendalikan stress, serta erat hubungannya dengan kebersihan perorangan (personal hygiene). Remaja merupakan sumber daya manusia yang memiliki jalan panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan dewasa. Tahapan kehidupan remaja dianggap kritis, namun sering kurang mendapat perhatian dalam berbagai program pelayanan kesehatan, padahal banyak kasus kesehatan saat dewasa ditentukan oleh praktik hidup yang sehat sejak usia remaja. Menurut Hurlock (1980), remaja memiliki perhatian yang besar pada penampilan, salah satunya adalah pada bentuk tubuh. Hal ini karena perubahan fisik dan psikis yang dialami remaja menimbulkan respon berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya. Berbeda dengan remaja laki-laki, remaja wanita sering merasa kegemukan, sehingga berusaha untuk membatasi konsumsi pangan secara berlebihan. Saat ini keinginan untuk memiliki tubuh ideal bagi wanita diartikan dengan memiliki tubuh ramping atau langsing. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Briawan et al. (2008) yang menyatakan bahwa sebagian besar remaja merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya. Sebagian besar remaja putra berkeinginan untuk menaikkan berat badan (76.0%), sedangkan remaja putri berkeinginan menurunkan berat badan (80.0%). Hasil penelitian dari Marasabessy (2006), sebagian besar remaja putri (87.5%) menunjukkan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuhnya karena mereka merasa bentuk tubuhnya belum ideal. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Briawan et al. (2008), bahwa 72.0% wanita mempunyai persepsi bahwa tubuhnya masih belum ideal, dan kebanyakan merasa dirinya kegemukan.
2
Abramson (2005) menyatakan bahwa tingkat ketidakpuasan terhadap tubuh tidak dihubungkan dengan besarnya kelebihan berat badan. Hal ini berarti bahwa ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh tidak hanya terjadi pada individu yang memiliki kelebihan berat badan, melainkan juga dapat terjadi pada individu yang memiliki kekurangan berat badan. Seringkali remaja putri memiliki motto bahwa kurus itu indah. Menurut Garwati dan Wijayati (2010) masa remaja merupakan masa pencarian jati diri yang membutuhkan perhatian dan penjagaan khusus berkaitan dengan perkembangan fisik. Masa ketika seseorang mulai memperhatikan keadaan tubuhnya dan sering gelisah jika mendapati tubuh mereka ternyata tidak ideal. Perubahan fisik yang terjadi dengan bertambahnya berat badan terletak di sekitar pinggang, panggul, sehingga sering merasa tidak puas terhadap bagian tubuhnya ini dan memiliki persepsi yang salah tentang konsep tubuh ideal (body image negative). Untuk berada dalam kondisi tubuh sehat ideal selain postur tubuh yang ideal juga harus dilengkapi dengan keadaan tubuh yang sehat fisik atau jasmani. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan zat gizi yang berasal dari konsumsi makanan sehari-hari (Depkes 2004). Selain itu kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat agar tercapai praktik hidup yang sehat dalam sehari-hari. Gaya hidup yang sehat dapat dianggap sebagai pola perilaku yang akan memberikan dampak pada kesehatan kita dan selanjutnya berpengaruh juga pada kesehatan orang lain. Untuk itulah perlunya kesadaran untuk melakukan praktik hidup sehat pada remaja putri berkaitan dengan kebersihan diri, tidak merokok,
olahraga teratur, suplemen, makanan sehat. Persepsi terhadap
tubuh ideal dapat mendatangkan pengaruh yang cukup besar, jika persepsi salah maka upaya pencapaian tubuh ideal juga salah. Persepsi negatif terhadap tubuh dapat mengakibatkan hal-hal yang negatif seperti melakukan diet yang berlebihan, bahkan muntah dengan sengaja serta menggunakan obat pencuci perut dan pil diet. Penggunaan obat cuci perut dan melakukan muntah dengan sengaja dapat membuat keluarnya cairan tubuh secara berlebihan yang akan mengakibatkan hilangnya elektrolit tubuh yang penting bagi kesehatan, bahkan bila ini masih terus dilakukan, maka bisa berujung pada kematian (Wirakusumah 1994). Peneliti tertarik melakukan penelitian di SMAN 1 kota Bogor, karena anak-anak di SMAN 1 kota Bogor diasumsikan merupakan siswa pilihan dan
3
memiliki pengetahuan yang lebih baik, serta berasal dari kelas sosial ekonomi ke atas, sehingga diharapkan hasilnya terhadap persepsi tubuh negatif akan lebih baik. Berdasarkan gambaran permasalahan tersebut dan belum banyaknya penelitian khususnya pada remaja putri yang memiliki status gizi kurus, maka peneliti tertarik untuk melihat praktik sehat (kebersihan diri, tidak merokok, olahraga teratur, makanan sehat) dan persepsi tubuh (positif atau negatif) pada remaja putri SMA Negeri 1 Kota Bogor. Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui praktik hidup sehat dan persepsi tubuh ideal siswi SMA Negeri 1 Kota Bogor. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk : 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh berstatus gizi kurus dan normal (umur, uang saku dan alokasi pengeluaran perbulan) dan keluarga contoh berstatus gizi kurus dan normal (besar keluarga, penghasilan orangtua, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua) 2. Mengkaji status gizi contoh berstatus gizi kurus dan normal (IMT/U, rasio lingkar pinggang dan pinggul) 3. Menilai praktik hidup sehat contoh berstatus gizi kurus dan normal (kebersihan diri sendiri, tidak merokok, olahraga teratur, suplemen, makanan sehat) 4. Mengetahui persepsi contoh berstatus gizi kurus dan normal terhadap tubuh ideal 5. Mengetahui upaya pencapaian tubuh ideal contoh berstatus gizi kurus dan normal. Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif untuk masyarakat dan memberikan informasi mengenai berbagai hal yang terkait dengan praktik hidup sehat (kebersihan diri, tidak merokok, olahraga teratur, suplemen makanan sehat). Diharapkan adanya persepsi yang sama antara remaja, keluarga dan teman-teman mengenai persepsi tubuh ideal, sehingga persepsi negatif terhadap tubuh ideal dapat dihindari. Selain itu, diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi sekolah, terutama remaja yang merupakan sumber daya manusia tumpuan harapan negara.
TINJAUAN PUSTAKA Remaja Putri Menurut Mar’at (2009) istilah remaja (adolescence) menunjukkan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu usia 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan usia 18-21 tahun merupakan masa remaja akhir. Tetapi, Monks, Knoers dan Haditono (2001) dalam Mar’at (2009) membedakan masa remaja atas empat bagian yaitu : (1). Masa pra-remaja atau pra-pubertas (usia 10-12 tahun) (2). Masa remaja awal atau pubertas (usia 12-15 tahun) (3). Masa remaja pertengahan (usia 15-18 tahun), dan (4). Masa remaja akhir (usia 18-21 tahun). Masa remaja adalah masa pertumbuhan. Pertumbuhan terjadi baik secara fisik, yang ditandai dengan berkembangnya jaringan-jaringan dan organ tubuh yang membuatnya lebih berisi maupun secara kejiwaan, yaitu kelabilan emosi karena merupakan masa transisi dari jiwa kanak-kanak menuju dewasa (Garwati dan Wijayati 2010). Arisman (2004) mengatakan bahwa masa remaja merupakan jalan panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun. Masa ini merupakan sebuah dunia yang lengang dan rentan dalam artian fisik, psikis, sosial, dan gizi. Pertumbuhan
yang
disertai
dengan
perubahan
fisik,
memicu
berbagai
kebingungan. Golongan remaja rentan akan adanya berbagai pengaruh dari luar yang dapat dengan mudah langsung diikuti, determinan utama bagi remaja adalah berasal dari teman sebaya. Terdapat tiga kekuatan dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi remaja, yaitu salah satunya adalah keluarga, sekolah dan lingkungan sosial. Melalui berbagai macam media massa, remaja berkenalan dengan berbagai macam peristiwa yang terjadi dalam masyarakat sehingga akan mempengaruhi perkembangan kepribadian remaja (Khumaidi 1989).
5
Berkaitan dengan perkembangan fisik, remaja adalah masa ketika seseorang mulai memperhatikan keadaan tubuhnya dan sering gelisah jika mendapati tubuh mereka ternyata tidak ideal. Banyak cara dilakukan oleh remaja untuk mendapatkan bentuk tubuh yang menurut mereka lebih bagus dan menarik. Menurut Garwati dan Wijayati (2010) berawal dari pemikiran inilah, kemudian banyak remaja akhirnya terjebak pada pola makan yang tidak sehat. Mereka mengurangi porsi makan, bahkan memangkas jadwal makan. Makan pun menjadi dua kali atau bahkan hanya satu kali sehari. WHO (2005) mengemukakan bahwa kerangka konseptual dan faktor penyebab masalah gizi pada remaja adalah kurang konsumsi pangan, faktor gaya hidup, penyakit infeksi dan masalah kesehatan lainnya. Kurang konsumsi pangan disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor psikologi dan faktor sosial ekonomi. Faktor psikologi adalah pola makan, kebiasaan makan, gangguan makan dan faktor sosial ekonomi seperti akses terhadap pangan dan ketersediaan pangan. Kurang konsumsi pangan menyebabkan kekurangan zat gizi makro dan mikro serta berbagai penyakit kronik yang menyertainya. Karakteristik Keluarga Menciptakan suatu lingkungan yang sehat dan membentuk perilaku masyarakat yang sehat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pekerjaan, pengetahuan dan pendidikan, besar keluarga, serta lingkungan sosial budaya. Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang terikat oleh hubungan perkawinan, hubungan darah (keturunan), maupun karena adopsi (pengangkatan) dan tinggal dalam satu rumah tangga (Effendy 1995). Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Besar keluarga akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga. Besar keluarga mempengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dan pembagian ragam yang dikonsumsi dalam keluarga. Kualitas maupun kuantitas pangan secara langsung akan menentukan status gizi keluarga dan individu. Besar keluarga mempengaruhi pengeluaran pangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendapatan perkapita dan pengeluaran pangan
6
menurun dengan peningkatan besar keluarga (Sanjur 1982 dalam Fitriadini 2010). Pendidikan Orangtua Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah seseorang dalam menerima informasi (Hidayat 2004 dalam Fitriadini 2010). Umumnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pendidikan orang tua juga berpengaruh terhadap tingkat pemahaman terhadap perawatan kesehatan, higiene dan kesadaran terhadap kesehatan anak dan keluarga (Sukandar 2007). Pekerjaan Orangtua Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan, karena jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan pendapatan yang diterima (Suhardjo 1989). Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga memungkinkan pengalokasian waktu yang lebih besar untuk memperhatikan konsumsi, kesehatan diri dan keluarga. Pendapatan Keluarga Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik.
Penurunan daya beli akan
menurunkan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan serta aksesibilitas pelayanan kesehatan (Sukandar 2007). Status ekonomi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, hal ini dapat terlihat anak dengan sosial ekonomi tinggi tentunya pemenuhan kebutuhan gizi sangat cukup baik dibandingkan anak dengan sosial ekonominya rendah (Hidayat 2004 dalam Fitriadini 2010). Praktik Hidup Sehat Menurut Winkel (1996) dalam Emilia (2008), praktik adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang. Praktik kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Sikap biasanya memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku. Sikap yang positif akan menumbuhkan perilaku yang positif dan sikap yang negatif menumbuhkan perilaku yang negatif. Melalui
7
proses belajar akan diperoleh pengalaman yang nantinya dapat membentuk sikap. Kemudian sikap akan dicerminkan dalam bentuk praktik yang sesuai dengan yang diharapkan. Perilaku merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati maupun tidak. Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Menurut Depkes RI (2005), perilaku hidup sehat akan menunjang produktivitas kerja setiap orang. Hidup yang teratur dan memperhatikan faktor kesehatan akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan waktu. Perilaku hidup sehat meliputi semua aktivitas yang kita lakukan mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Salah satu syarat untuk menjaga kesehatan adalah menjaga kebugaran badan dengan menjaga berat badan ideal. Berat badan adalah indikator kesehatan yang penting bagi setiap orang. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan berat badan secara teratur. Kebersihan Diri Menurut Sukandar (2007), hygiene adalah suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada. Usaha higiene adalah usaha kesehatan preventif (mencegah supaya tidak sakit). Tingginya kejadian diare disebabkan perilaku hidup yang kurang sehat yang ditunjukan dengan data cakupan jamban sehat, baik yang masih rendah sehingga menurunkan sanitasi. Perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman sehingga meningkatnya resiko terjangkit diare antara lain menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan dengan air dan sabun sesudah buang air besar, serta tidak membuang tinja dengan benar. Pembuangan kotoran manusia harus dapat dibuat dengan baik agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Sampah adalah segala sesuatu yang tidak terpakai lagi dan harus dibuang, jangan membiarkan sampah terlalu lama pada tempat pengumpulan sampah. Bahaya sampah yang tidak ditangani dengan baik mengakibatkan tumbuhnya kuman sebagai penyebab terjadinya diare, juga mengandung lalat yang mengakibatkan terjadinya penyakit (Sukandar 2007). Tidak Merokok Data WHO semakin mempertegas bahwa jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 30% adalah kaum remaja. Perilaku merokok dimulai pada saat
8
masa anak-anak dan masa remaja. Hampir sebagian remaja memahami akibatakibat yang berbahaya dari asap rokok tetapi mereka tidak mencoba untuk menghindari untuk berhenti merokok. Alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja selain faktor dari dalam diri, juga disebabkan faktor lingkungan. Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang disekelilingnya (Komalasari dan Helmi 2010). Merokok dapat mengganggu kesehatan, seperti sistem pernapasan, paru-paru, jantung. Asap rokok mengandung karbonmonoksida yakni salah satu senyawa karbon yang memiliki afinitas (daya ikat) terhadap Hb 200-300 kali lebih kuat dari pada afinitas terhadap oksigen (O2). Selain itu, asap rokok termasuk radikal bebas (free radical) yang menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker. Merokok meningkatkan kebutuhan vitamin C (sebagai zat antioksidan), merokok juga mengganggu metabolisme vitamin B1, B12, dan kalsium sehingga terjadinya osteoporosis (Irianto 2007). Olahraga Teratur Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan secara terencana untuk berbagai tujuan, antara lain mendapatkan kesehatan, kebugaran, rekreasi, pendidikan, dan prestasi. Umumnya setiap wanita ingin memiliki tubuh yang langsing dengan bagian perut, paha, dan pinggul yang kencang. Dengan pinggul yang indah rasanya berpakain apapun menjadi lebih pas. Untuk menurunkan satu kilogram saja berat badan diperlukan banyak aktivitas dan waktu. Jika dilakukan secara rutin, impian menjadi langsing dan sehat bisa tercapai. Hal ini penting terutama bagi wanita (Sumanto 2009). Aktivitas fisik yang sesuai, aman, dan efektif dalam upaya menurunkan berat badan adalah dengan berolahraga. Karena, latihan-latihan olahraga yang teratur, rutin, dan terukur akan membantu menurunkan berat badan dan memelihara berat badan yang optimal. Keuntungan berolahraga selain dapat menurunkan berat badan juga bermanfaat untuk menguatkan otot dan tulang, melancarkan aliran darah, melancarkan kerja organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan pembuluh darah, mengencangkan kulit, serta meningkatkan ketahanan dan kesehatan tubuh (Wirakusumah 1994). Makanan Sehat Berbagai makanan yang selama ini kita kenal ternyata mempunyai khasiat-khasiat kesehatan yang luar biasa. Jika dulu kita makan hanya untuk
9
sekedar kenyang, maka kini konsep makan sudah berkembang lebih luas. Makanan adalah upaya untuk mendapatkan kesehatan yang optimal. Kesehatan ini yang akhirnya menentukan produktivitas dan membuat harapan hidup menjadi lebih panjang (Khomsan dan Anwar 2008). Menurut Wirakusumah (1994) kebiasaan makan makanan sehat mempunyai peranan penting dalam menuju kehidupan yang berarti. Makanan yang sehat adalah makanan yang seimbang kandungan zat gizi dan memperhatikan faktor kesehatan. Sebaiknya makanan yang dikonsumsi oleh para remaja disesuaikan dengan konsep menu seimbang. Menu seimbang adalah jumlah porsi makanan yang cukup, jenis makanan bervariasi (lengkap zat gizi), dan makanan disesuaikan dengan kebutuhan gizi. Makanan yang bervariasi bermanfaat untuk menghindari rasa bosan dan ketergantungan pada satu jenis makanan saja (Sumanto 2009). Masa remaja adalah masa pertumbuhan, pada masa ini remaja ingin makan banyak takut gemuk, makan sedikit takut tidak kuat untuk beraktivitas. Sebenarnya gemuk atau langsing tidak masalah yang penting makanan yang masuk kedalam tubuh adalah makanan yang sehat. Dengan makan sehat tubuh akan menjadi kuat, berenergi, dan bergizi baik. Menurut Garwati dan Wijayati (2010) makanan sehat memiliki kandungan nutrisi seimbang yang dibutuhkan oleh tubuh selama sehari. Menu seimbang adalah menu yang disusun menggunakan semua golongan bahan makanan dan penggantinya sehingga susunan makanan tersebut lengkap dan memenuhi kebutuhan akan semua zatzat gizi untuk mencapai kesehatan optimal (Auliana 1999). Makanan yang beraneka ragam dijamin dapat memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan. Sebab zat gizi tertentu, yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari bahan makanan yang lain. Masing-masing bahan makanan dalam susunan aneka ragam menu seimbang akan saling melengkapi. Makanan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kehidupan gizi seseorang (Departemen Kesehatan RI 2005). Pada
tahun
1995,
Direktorat
Bina
Gizi
Departemen
Kesehatan
menerbitkan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang (PUGS) yang berisi informasi tentang apa saja yang harus dilakukan oleh setiap orang agar tubuhnya tetap
10
sehat dan bisa beraktivitas dengan lancar. Berikut pesan-pesan yang harus dilakukan agar seseorang dapat hidup sehat (Depkes RI 2005): 1). Makanlah aneka ragam makanan Makanan beragam memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan, menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya. 2). Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup hidangan mengandung sumber tenaga agar dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti bekerja, belajar, olahraga, berekreasi, kegiatan sosial. Kebutuhan energi dapat diperoleh dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber karbohidrat, protein, dan lemak. 3). Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi Makanan sumber karbohidrat kompleks merupakan sumber energi utama seperti nasi, jagung, ubi, dan sagu. Akan tetapi makanan sumber karbohidrat kompleks ini kurang memberikan zat gizi lain yang diperlukan tubuh. Sekitar 50-60% kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat kompleks atau setara dengan 3-4 piring nasi. Apabila energi yang melebihi 60% berasal dari karbohidrat kompleks maka biasanya kebutuhan protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi. 4). Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi Konsumsi lemak dan minyak secara berlebihan akan mengurangi konsumsi makanan lain, karena membuat mudah merasa kenyang. Akibatnya, kebutuhan zat gizi yang lain tidak terpenuhi. Dianjurkan konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sehari-hari tidak lebih dari 25% dari kebutuhan energi. 5). Gunakan garam beryodium Garam beryodium bermanfaat untuk mencegah timbulnya gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Kelebihan konsumsi natrium dapat memacu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi, untuk itu hindari konsumsi garam berlebihan, dianjurkan mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram atau 1 sendok teh setiap harinya. 6). Makanlah makanan sumber zat besi
11
Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Makanan yang banyak mengandung zat besi yang mudah diserap dan nilai biologinya tinggi adalah makanan hewani, khususnya hati, daging ayam dan ikan. 7). Biasakan makan pagi Makan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang, bagi anak sekolah dapat memudahkan kosentrasi belajar, menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik. Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi kebutuhan gizinya sehari-hari. 8). Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya Air minum harus bersih dan bebas kuman, konsumsi air minum sekurangkurangnya 2 liter atau setara 8 gelas setiap harinya, agar proses faali dalam tubuh berlangsung lancar dan seimbang. 9). Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur Kegiatan fisik dan olah raga secara teratur dan cukup dapat membantu mempertahankan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mempertahankan berat badan normal, upayakan agar kegiatan fisik dan olah raga selalu seimbang dengan memasukkan energi yang diperoleh dari makanan. 10). Hindari minum-minuman beralkohol Minum-minuman beralkohol dapat menimbulkan berbagai dampak buruk, diantaranya ketagihan, mabuk, tidak mampu mengendalikan diri. Selain itu minum-minuman alkohol dapat menimbulkan penyakit hati. 11). Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan Makanan yang aman adalah makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri, tidak mengandung bahan kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga fisik dan gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. 12). Bacalah label pada makanan yang dikemas Peraturan perundang-undangan menetapkan bahwa setiap produk makanan yang dikemas harus mencantumkan keterangan pada labelnya mengenai bahan-bahan yang digunakan, susunan (komposisi) zat gizinya, tanggal kadaluwarsa, dan keterangan penting yang lain. Suplemen Suplemen merupakan suatu produk kesehatan yang mengandung satu jenis atau lebih zat-zat yang bersifat nutrisi atau obat, tetapi suplemen bukan
12
digunakan untuk mengganti nutrisi ataupun obat. Suplemen dikonsumsi sebagai tambahan. Suplemen boleh dijual secara bebas, tetapi tidak boleh dijual dengan klaim untuk mengobatai penyakit seperti guna obat (Karyadi 1998). Suplemen memilki bentuk yang berbeda-beda, bentuknya ada yang berupa tablet, kapsul, serbuk dan cair yang sangat spesifik dan cenderung mirip bentuk obat. Menurut Karyadi (1998) dan Gunawan (1999) suplemen adalah zat tambahan, bukan pengganti zat gizi atau obat. Tidak ada satu butir suplemen pun yang dapat menggantikan khasiat dan keaslian zat-zat gizi yang berasal dari makanan alami yang belum diolah. Konsumsi suplemen dibutuhkan oleh tubuh jika sering berada pada lingkungan yang tercemar polusi, mengalami gangguan kesehatan akibat kekurangan gizi, dalam kondisi penyembuhan yang memerlukan tambahan suplemen, stres berkepanjangan, setelah menjalani operasi besar, menjalani diet keras, kecanduan rokok, minuman keras dan narkotika, wanita hamil dan menyusui, dan mengalami gangguan metabolisme (Gunawan 1999). Status Gizi Masa
remaja
merupakan
masa
dimana
pertumbuhan
dan
perkembangannya, baik secara fisik, mental, maupun aktivitas yang semakin meningkat, maka kebutuhan akan makanan yang mengandung zat gizi pun menjadi cukup besar dibandingkan dengan fase-fase lainnya (bayi, balita, anakanak,dewasa dan manula). Total kebutuhan zat gizi selama masa remaja relatif lebih besar, kecuali pada masa menyusui dan kehamilan, agar tubuh tetap sehat serta tumbuh dan berkembang dengan baik, sebaiknya remaja mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan kecukupan gizi yang dianjurkan (Sumanto 2009). Penilaian status gizi seseorang dapat dilihat dari berbagai macam cara dan metode. Penilaian status gizi pada umumnya terdiri dari penilaian secara langsung dan tidak langsung. Penilaian secara langsung dapat dilakukan dengan metode antropometri, biokimia, klinis, dan biofisik. Penilaian secara tidak langsung dapat dilakukan dengan metode survei konsumsi, statistik vital, dan studi faktor ekologi. Metode yang digunakan dalam penilaian status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan pada setiap metodenya. Penggunaan metode penilaian status gizi harus disesuaikan dengan tujuan, ukuran sampel, akurasi, fasilitas, tenaga, waktu dan biaya yang tersedia (Supariasa 2002). Penilaian status gizi secara antropometri memiliki beberapa keunggulan seperti prosedurnya sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah
13
sampel yang besar, relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, alatnya murah, mudah
dibawa,
menggambarkan
hasilnya riwayat
akurat gizi
di
dan masa
tepat,
dapat
lampau,
dan
mendeteksi
atau
umumnya
dapat
mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas (Supariasa 2002). Menurut Riyadi (2003), status gizi untuk remaja diukur dengan menggunakan metode antropometri melalui perhitungan indeks IMT/U. Menurut WHO (2007) klasifikasi status gizi dengan menggunakan IMT/U terdiri dari sangat kurus (Z<-3 SD), kurus (-3 SD≤Z<-2 SD), normal (-2 SDZ≤+1 SD), gemuk (+1SDZ+2SD), obesitas (Z>+2 SD). Selain itu dilakukan pengukuran terhadap rasio lingkar pinggang dan pinggul. Lingkar pinggang dan pinggul diukur dengan menggunakan meteran. Pengukuran harus dilakukan dengan tepat. Rasio lingkar pinggang dan pinggul untuk perempuan adalah 0,85 cm (WHO 1999). Persepsi Tubuh Persepsi individu mengenai tubuh merupakan penilaian yang bersifat subjektif. Setiap remaja memiliki gambaran ideal yang selalu diinginkannya, termasuk bentuk tubuh yang ideal seperti yang ingin dimilikinya. Para remaja selalu disibukkan dengan bentuk tubuh dan mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh. Citra tubuh ini dikenal dengan body image, yaitu bagaimana remaja memandang dan menilai tubuhnya sendiri. Ketidaksesuaian antara tubuh yang dipersepsi oleh remaja dengan bentuk tubuh idealnya akan memunculkan ketidakpuasan terhadap tubuhnya. Pada masa ini muncul bahaya psikologis, yaitu munculnya konsep terhadap tubuhnya yang negatif dan tidak realistis karena bentuk tubuh yang dilihat tidak sesuai dengan bentuk tubuh yang diharapkan (Hurlock 1980). Body image tidak hanya berkaitan dengan aspek penampilan fisik, daya tarik maupun kecantikan tetapi lebih dari itu, yaitu berkaitan dengan gambaran mental, pikiran, perasaan, kesadaran remaja mengenai tubuhnya. Penelitian Kim 2001 menemukan bahwa remaja putri yang memiliki gambaran mental negatif mengenai berat badannya cenderung mengalami depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki gambaran mental positif terhadap tubuhnya (Na’imah dan Rahardjo 2008). Menurut Insintos (1997) dalam Bani (2002), ukuran tubuh yang ideal identik dengan langsing, dan jika seseorang memiliki tubuh yang langsing berarti memiliki tubuh yang indah yang antara lain ditandai dengan perut yang rata,
14
pinggang yang tidak berlipat, paha dan betis yang kencang, dan pergelangan tangan yang berukuran sedang (untuk wanita 13.97-16.51 cm dan untuk pria 16.51-17.78 cm). Bagi sebagian besar wanita, tubuh yang indah adalah impian. Oleh karena itu, untuk bisa mewujudkan impian tersebut mereka berusaha keras untuk menjadikan ukuran tubuh mereka ideal. Tubuh Ideal Tubuh proporsional merupakan dambaan semua wanita. Semua wanita di dunia, dari golongan apapun, pasti sangat memimpikan punya berat tubuh proporsional. Wanita cantik adalah wanita bertubuh ideal. Ideal dalam artian berat dan tinggi tubuh sesuai dengan ukuran tertentu bahkan cenderung kurus. Menurut Wirakusumah (1994), ukuran tubuh yang ideal adalah ukuran tubuh yang tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk, dan terlihat serasi antara berat badan dan tinggi badan. Serasi atau tidaknya perbandingan berat badan dan tinggi badan yang dimiliki seseorang dapat dilihat dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Menurut Lighstone (2002) dalam Siswanti (2007) tubuh ideal adalah persepsi, imajinasi, emosi dan sensasi fisik seseorang dari dan terhadap tubuhnya. Masing-masing orang memiliki perasaan tentang bagian-bagian yang berbeda dari tubuhnya. Setiap manusia dilahirkan unik dan berbeda dalam tampilan fisiknya yaitu ukuran tubuh, bentuk tubuh, postur wajah, postur tubuh, kulit lengan, tangan dan kaki. Persepsi setiap remaja terhadap tubuh ideal (body image) bisa positif ataupun negatif. Ada bagian-bagian yang mereka sukai dan ada bagian yang tidak mereka sukai dan ingin mereka rubah. Banyak juga remaja yang tidak terlalu peduli dengan bagian tubuhnya. Perasaan oke tentang body image merupakan langkah yang penting dalam membangun kepercayaan diri, keberhasilan diri dan kepribadain yang positif. Banyak cara menanggulangi kegemukan yang ada, cara paling aman adalah mengkombinasikan diet rendah kalori yang seimbang dan olahraga yang sesuai dengan takaran. Pendekatan diet merupakan tindakan paling penting dalam program penurunan berat badan. Selain itu, dengan melakukan olahraga secara rutin dan sesuai dengan kemampuan tubuh dapat membantu program diet, mengurangi rasa lapar, dan membentuk tubuh ideal (Sumanto 2009). Pada pelaksanaan sehari-hari, dianjurkan membatasi konsumsi makanan yang
banyak
memakai
minyak,
santan kental,
gula,
dan karbohidrat.
15
Perbanyaklah makan sayuran dan buah-buahan, hindari cemilan yang digoreng, berasa gurih, dan manis. Perhatikan juga pola makan sehari-hari, yakni biasakan memulai hari dengan minum air putih secangkir, lalu makan sayuran, dan selanjutnya makan nasi dan lauk. Usahakan paling tidak dua jam setelah makan baru berangkat tidur (Sumanto 2009). Olahraga sangat besar manfaatnya sehingga termasuk ke dalam setiap program penurunan berat badan. Olahraga merupakan salah satu upaya dalam mencapai tubuh ideal karena dapat membakar kalori dengan baik. Olahraga yang biasa dipilih adalah jogging. Jogging merupakan pilihan tepat bagi orangorang yang ingin mencapai tubuh ideal karena membuat oksigen yang terhirup lebih banyak. Olahraga lainnya adalah berenang, bersepeda, skipping dan senam aerobik (Insitos 1997 dalam Marasabessy 2006). Olahraga dianjurkan sebanyak tiga kali seminggu dengan waktu satu jam setiap kali latihan. Pengukuran Persepsi Tubuh Pengukuran
adalah
suatu
hal
yang
penting
karena
dapat
menghubungkan konsep-konsep penelitian yang abstrak dengan realitas (Arza 2007). Persepsi tubuh merupakan suatu hal yang abstrak dan tidak dapat diukur secara langsung. Oleh karena itu diperlukan suatu instrumen yang dapat mengkongretkan persepsi tubuh sehingga dapat diukur secara langsung. Alat ukur yang digunakan menilai persepsi tubuh adalah dengan menggunakan metode Figure Rating Scale (FRS). FRS merupakan metode penilaian persepsi tubuh yang dikembangkan oleh Stunkard et al. pada tahun 1983. FRS meliputi sembilan skema gambar yang memiliki interval dari sangat kurus (gambar 1) sampai sangat gemuk (gambar 9). Skala tersebut digunakan untuk mengukur persepsi tubuh. Contoh diminta untuk memilih nomor mana yang sesuai dengan persepsinya.
16
KERANGKA PEMIKIRAN Praktik adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang secara berulang-ulang. Praktik hidup sehat merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang secara berulang-ulang berhubungan dengan kebersihan diri, tidak merokok, olahraga teratur, suplemen, makanan sehat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktik hidup sehat, antara lain
karakteristik keluarga
(besar keluarga, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua, penghasilan perbulan orangtua), serta karakteristik contoh yang meliputi (umur,uang saku, pengeluaran perbulan). Praktik hidup sehat, karakteristeristik keluarga dan karakteristik contoh akan mempengaruhi status gizi contoh (IMT/U). Selain itu, status gizi dan persepsi tubuh akan mempengaruhi praktik hidup sehat. Kebersihan diri perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan berbagai penyakit seperti yang berasal dari kotoran. Merokok merupakan suatu kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatan. Banyak penyakit yang telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Orang yang rajin berolahraga tentu akan memiliki badan yang lebih sehat daripada yang tidak rajin berolahraga. Pemasaran produk suplemen yang cenderung meningkat pesat terutama di daerah perkotaan, sehingga makin meningkatnya pembelian produk suplemen. Makanan sehat perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari karena dapat mendukung kesehatan terutama bagi remaja
yang
sedang
dalam
pertumbuhan.
Praktik
hidup
sehat
dapat
meningkatkan keadaan kesehatan seseorang, jika praktik hidup sehat tidak dilakukan dapat memperburuk keadaan kesehatan individu, yang akhirnya akan mempengaruhi status gizi individu.
Status gizi akan mempengaruhi persepsi
seseorang terhadap tubuh terkait dengan kondisi tubuhnya, dengan adanya persepsi tersebut, seseorang akan berperilaku sesuai dengan persepsinya terhadap kondisi tubuh mereka. Penilaian persepsi tubuh dikategorikan menjadi persepsi tubuh positif dan persepsi tubuh negatif. Persepsi tubuh ideal positif, jika hasil IMT/U sama dengan persepsi contoh terhadap tubuh. Persepsi tubuh ideal negatif, jika hasil IMT/U tidak sama dengan persepsi contoh terhadap tubuh.
17
Karakteristik Keluarga : - Besar keluarga - Pekerjaan orang tua - Pendidikan terakhir orang tua - Penghasilan perbulan Karakteristik Contoh : - Usia - Besar Uang Saku - Berat Badan - Tinggi Badan
Status Gizi : - (IMT/U) - LPA/LPU
Praktek Hidup Sehat : - Tidak Merokok - Olah raga teratur - Suplemen - Makanan Sehat - Kebersihan diri
Body Image Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti Gambar 1 Kerangka pemikiran mengenai praktik hidup sehat dan persepsi tubuh
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study yang dilakukan di SMA Negeri 1 Kota Bogor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober 2010. Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bogor. Hal ini dengan pertimbangan bahwa siswi kelas X merupakan siswi-siswi yang baru masuk dan masih beradaptasi dengan sekolah dan teman-temannya, sedangkan sisiwi kelas XII tidak diambil sebagai
subjek
penelitian
dengan
pertimbangan
bahwa
mereka
harus
mempersiapkan berbagai ujian sebagai syarat lulus. Contoh dipilih secara purposive sampling dengan kriteria: (a) remaja putri, (b) Berusia 15 – 18 tahun, (c) tidak dalam keadan sakit, (d) memiliki status gizi normal (-2 SD ≤ Z ≤+1 SD) dan kurus (-3 SD ≤ Z < -2 SD) berdasarkan hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh terhadap umur (IMT/U), (e) bersedia untuk dijadikan sebagai sampel dalam penelitian. Penarikan contoh dilakukan pada kelas yang memiliki jam pelajaran Bimbingan Konseling (BK). Kelas yang memiliki jam pelajaran BK dikumpulkan di ruangan BK untuk dilakukan seleksi. Setelah berkumpul di ruang BK, dilakukan pengukuran terhadap berat badan dan tinggi badan terlebih dahulu. Siswi yang memenuhi kriteria hasil IMT/U (-2 SD≤Z≤+1SD) dan (-3SD≤ Z<-2SD) diminta untuk tetap berada di ruangan BK untuk dilakukan wawancara dan pengukuran selanjutnya yaitu lingkar pinggang dan pinggul. Setelah mencapai jumlah yang diinginkan oleh peneliti, pengambilan contoh dihentikan. Pada penelitian ini contoh yang diteliti berjumlah 80 orang, terdiri dari 40 siswi dengan status gizi normal (-2 SD≤ Z≤+1SD) dan 40 siswi dengan status gizi kurus(-3SD≤ Z<-2SD). Jumlah tersebut didapatkan dari asumsi tingkat kepercayaan 95%, proporsi populasi remaja putri yang kurus dalah 28%, dan presisi 10%. Jumlah contoh pada penelitian ini didapatkan melalui rumus Lemeshow et al. (1997), yaitu sebagai berikut : n = Z2 1-α/2 P(1-P) /d2 = (1.96)2 X 0.28(1-0.28) / (0.1)2 n = 77.4 ~ 77
19
Keterangan : n = jumlah minimal contoh yang harus diambil Z = nilai pada distribusi normal standar (1.96) α = selang kepercayaan (0.05) p = prevalensi perempuan gizi kurus (28%) d = ketepatan absolut (0.1) Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada contoh yang dilakukan menggunakan kuesioner oleh peneliti. Data primer meliputi karakteristik keluarga (besar keluarga, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua, penghasilan orangtua), karakteristik contoh (umur, besar uang saku, pengeluaran perbulan, berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang dan pinggul). Data praktik hidup sehat (makanan sehat, tidak merokok, olahraga teratur, konsumsi suplemen, kebersihan diri), status gizi, dan persepsi tubuh ideal. Data katarkeristik keluarga (besar keluarga, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua, penghasilan orangtua), dan data karakteristik contoh yaitu nama, alamat, usia, uang saku dan alokasi uang saku untuk makanan dan minuman diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner. Data tentang praktik hidup sehat (kebersihan diri, tidak merokok, olahraga teratur, suplemen, makanan sehat) diperoleh dengan melakukan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Praktik hidup sehat dianalisis dengan 28 pertanyaan. Pertanyaan kebersihan diri meliputi (mencuci tangan sebelum makan, mencuci tangan setelah buang air besar, mencuci tangan dengan sabun, mandi dua kali/hari, memakai sabun pembersih untuk daerah kewanitaan, mengganti pakaian dalam tiga kali/hari, mengganti pembalut tiga kali/hari, menggosok gigi dua kali/hari,
keramas tiga kali/seminggu. Tidak merokok
(apakah pernah merokok, apakah masih merokok atau sudah berhenti merokok, jika berhenti karena apa, apa dampak dari merokok, rata-rata rokok yang dihisap perhari). Suplemen (frekuensi konsumsi suplemen perminggu, jenis suplemen yang dikonsumsi, alasan mengkonsumsi suplemen). Makanan sehat sesuai dengan anjuran kelompok umur 16-18 tahun pada anak remaja putri berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) tahun 2005 yang terdiri dari nasi, sayuran, buah, tempe, daging, ditambah minum susu dan sarapan pagi), serta contoh diminta untuk menyebutkan makanan dan minuman yang baik dan tidak
20
baik dikonsumsi untuk tubuh ideal. Olahraga teratur (kebiasaan olahraga, berapa lama olahraga, jenis olahraga yang bagus untuk tubuh ideal). Data status gizi meliputi tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang dan pinggul diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung terhadap contoh. Alat yang digunakan untuk pengukuran tinggi badan adalah microtoise (ketelitian 0,1 cm), alat untuk pengukuran berat badan adalah timbangan injak. Pengukuran rasio lingkar pinggang dan pinggul (LPA/LPU) pada contoh menggunakan meteran. Pengukuran LPA/LPU dilakukan dengan cara lingkar pinggang diukur pada bagian teramping dari tubuh dan lingkar pinggul diukur pada bagian yang paling menonjol pada pinggul. Persepsi tubuh ideal dianalisis dengan 11 pertanyaan (memilih sesuai dengan gambar) yang meliputi: pengertian tubuh ideal, tubuh paling ideal, tubuh kurus, tubuh gemuk, tubuh paling menarik bagi diri sendiri, tubuh paling menarik bagi lawan jenis, tubuh sehat, tubuh kurang sehat, tubuh yang diharapkan keluarga, tubuh yang diharapkan teman, tubuh yang diharapkan diri sendiri, dan upaya pencapaian tubuh ideal. Pertanyaan tersebut kemudian dideskripsikan satu persatu sesuai dengan jawaban contoh. Data persepsi tubuh diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner.
Gambar 2 Penilaian persepsi tubuh metode Figure Rating Scale (FRS) Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak sekolah yang memuat data tentang gambaran umum sekolah. Data sekunder digunakan sebagai data pendukung. Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah dikumpulkan selama penelitian dientry menggunakan program komputer Microsoft Office Excel dan SPSS 16 for Windows. Proses pengolahan data dimulai dari editing, coding, cleaning, entry, dan analisis data. Masing-masing peubah yang diteliti diberi kategori. Perbedaan antar variabel
21
dianalisis dengan uji beda t (Independent t-Test), hubungan antar variable dianalisis dengan uji Pearson. Karakteristik contoh dikategorikan sesuai dengan umur contoh. Uang saku contoh dibagi menjadi uang transportasi, uang untuk makanan, uang untuk minuman, uang untuk obat-obatan, untuk pendidikan (buku, fotokopi, alat tulis), biaya pulsa, hiburan, perawatan pribadi (perlengkapan mandi, kosmetik), lainnya. Karakteristik contoh dianalisis secara deskriptif. Data uang saku dikategorikan menggunakan metode Slamet (1993) yaitu terdiri dari rendah, sedang, dan tinggi yang diperoleh dari rumus : IK = NT – NR ∑
Keterangan: Kategori IK = interval kelas NT = nilai tertinggi NR = nilai terendah
Data uang saku perbulan contoh dikategorikan menjadi 3 yaitu terdiri dari rendah (240000-659999), sedang (660000-107999), tinggi (108000-1500000), dan begitu juga sebaliknya uang saku perhari contoh yang juga dikategorikan menjadi 3 yang terdiri dari rendah (6000-50000), sedang (8000-22000), dan tinggi (22000-36000). Data tentang persepsi tubuh ideal contoh dianalisis dengan 12 pertanyaan, pertanyaan tersebut kemudian dideskripsikan satu persatu sesuai dengan jawaban contoh. Data berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang dan pinggul digunakan untuk menghitung status gizi contoh. Pengukuran status gizi dilakukan dengan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Nilai IMT/U contoh diperoleh dengan menggunakan software anthroplus dari WHO 2007 yang kemudian
dikategorikan
berdasarkan
nilai
z-skor.
Kategori
status
gizi
berdasarkan anthroplus WHO (2007), yaitu kurus -3SD≤ Z<-2SD, normal -2SD ≤Z≤ +1SD. Rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul (LPA/LPU) didapatkan dari lingkar pinggang dibagi lingkar pinggul. Rasio lingkar pinggang dan pinggul (LPA/LPU) <0.85 menandakan tidak adanya resiko tinggi terhadap penyakit metabolik (WHO 1999). Data karakteristik keluarga contoh dikelompokkan menjadi beberapa variabel dan dianalisis secara deskriptif. Besar keluarga contoh dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu keluarga kecil dengan jumlah anggota ≤4 orang, keluarga sedang dengan jumlah anggota 5-6 orang, keluarga besar jumlah anggota ≥7 orang (Hurlock 1980). Pendidikan orangtua contoh dikategorikan
22
berdasarkan sebaran contoh yaitu (1) tidak sekolah, (2) tidak tamat SD/sederajat, (3) tamat SD/sederajat, (4) tamat SLTP/sederajat, (5) tamat SLTA/sederajat, (6) PT yang dianalisis secara deskriptif. Penghasilan keluarga perbulan contoh dikelompokkan dalam empat kategori : (a) ≤Rp.1.500.000, (b) Rp.1.500.000– Rp.3.000.000, (c) Rp.3.000.000-Rp.5.000.000, (d) >5.000.000. Pekerjaan orangtua dikelompokkan menjadi tujuh kategori, yaitu (1) tidak bekerja atau IRT, (2) PNS, (3) TNI/Polri, (4) pegawai swasta, (5) wiraswasta, (6) petani/buruh tani, (7) lainnya. Hasil uji t-Test antara karakteristik contoh (umur, uang saku perbulan, pengeluaran perbulan) dan karakteristik keluarga contoh (besar keluarga, penghasilan orangtua, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pendidikan ayah, pendidikan ibu) menunjukkan tidak adanya hubungan yaitu p>0.05. Data praktik hidup sehat (kebersihan diri, tidak merokok, olahraga teratur, suplemen, makanan sehat) diolah sesuai dengan masing-masing jawaban contoh. Jawaban dari pertanyaan terbuka dianalisis secara deskriptif, sedangkan pertanyaan tertutup dinilai sesuai dengan skor. Tindakan sangat positif diberi skor 3 (jawaban selalu), tindakan positif diberi skor 2 (jawaban sering), tindakan kurang positif diberi skor 1 (jawaban kadang-kadang), dan tindakan salah diberi skor 0 (jawaban tidak pernah). Total nilai praktik hidup sehat contoh dikategorikan menjadi tiga yaitu (1) praktik kurang jika skor <60% dari total jawaban yang benar, (2) praktik cukup apabila skor 60%-80% dari total jawaban yang benar, serta (3) praktik baik apabila skor >80% dari total jawaban yang benar (Khomsan 2000). Data persepsi tubuh ideal dengan metode FRS diolah berdasarkan nilai median, kemudian dideskripsikan satu persatu sesuai dengan jawaban contoh. Persepsi contoh terhadap tubuh ideal, dibagi menjadi dua, yaitu persepsi tubuh ideal positif dan persepsi tubuh ideal negatif. Persepsi tubuh positif, jika hasil dari perhitungan IMT/U sama dengan hasil persepsi contoh terhadap tubuh ideal. Persepsi tubuh ideal negatif, jika hasil perhitungan antara IMT/U tidak sama dengan hasil persepsi contoh terhadap tubuh ideal.
23
Definisi Operasional Usia adalah individu yang berusia 15-18 tahun yaitu siswa kelas 1-3 SMA. Uang Saku adalah total uang yang diterima contoh setiap bulan. Alokasi Uang Saku Perbulan adalah total pengeluaran contoh yang digunakan untuk membeli makanan dan minuman dalam sebulan terakhir. Pekerjaan orangtua adalah jenis mata pencarian utama ayah dan ibu untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang ditempuh ayah dan ibu contoh. Penghasilan orang tua adalah penghasilan rata-rata perbulan ayah dan ibu contoh. Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan makan dari sumber penghasilan yang sama. Suplemen adalah produk yang digunakan untuk melengkapi makanan dan minuman yang mengandung satu atau lebih vitamin, mineral untuk memenuhi kebutuhan gizi. Praktik Makanan sehat adalah mengkonsumsi makanan sehat sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang (PUGS) yang terdiri dari KH, protein hewani, protein nabati, sayuran, buahan, susu. Praktik merokok adalah contoh menghisap rokok karena dapat menimbulkan dampak negative terhadap kesehatan. Praktik kebersihan diri adalah mengetahui melakukan dan menjaga kebersihan pada diri sendiri seperti mandi dua kali sehari, mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, menggosok gigi dua kali sehari, dan lainlain. Praktik olah raga adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjaga kesehatan secara rutin kurang lebih 30 menit dalam sehari. Persepsi tubuh adalah pendapat contoh mengenai tubuhnya apakah persepsi positif (persepsi contoh sama dengan status gizi saat ini) atau persepsi negatif (persepsi contoh dengan status gizi saat ini berbeda). Status Gizi adalah keadaan gizi contoh yang diperhitungkan dengan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) dengan kategori kurus -3 SD ≤ Z< -2 SD, normal -2 SD ≤Z≤ + 1 SD (WHO 2007). Rasio lingkar pinggang dan pinggul (LPA/LPU) adalah hasil dari lingkar pinggang dibagi dengan lingkar pinggul, nilai LPA/LPU <0.85 menandakan tidak adanya risiko tinggi terhadap penyakit metabolik (WHO 1999).
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian SMA Negeri 1 kota Bogor terletak di jalan Ir. H. Juanda nomor 16 Bogor. SMAN 1 terletak dipusat keramaian, letaknya sangat strategis sehingga banyak kendaraan umum yang melaluinya. Sekolah ini didirikan pada tahun 1946 oleh Prof. Garnadi Prawiro Sudirdjo (Bapak Biologi Nasional). SMAN 1 kota Bogor memiliki bangunan sekolah seluas 1619 m2, lapangan olahraga dan upacara yang digunakan bergiliran dengan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Bogor seluas 480 m2. Total luas tanah yang dimiliki adalah 3135 m2 yang terdiri dari ruang kepala sekolah, satu ruang guru dan tata usaha, 27 ruang kelas, satu ruang bimbingan dan konseling, satu ruang penjaga sekolah, satu ruang hotspot, satu ruang perpustakaan, satu laboratorium komputer, satu laboratorium bahasa, satu laboratorium IPA, satu aula, satu mushola, ruang koperasi, ruang OSIS, satu ruang unit kesehatan sekolah, dan satu kantin. SMAN 1 merupakan sekolah favorit dan bertaraf internasional di kota Bogor. Hal ini sesuai dengan visinya “Menjunjung budaya berprestasi dan berbudi pekerti luhur berlandaskan imtaq dan iptek menuju sekolah internasional. SMAN 1 telah berhasil memperoleh peringkat akreditasi A (amat baik) dengan nilai akhir akreditasi 95,10. Hingga saat ini SMAN 1 memiliki motto “Melangkah lebih maju” tetap bertahan menjadi salah satu SMA terbaik yang berhasil membuktikan keberadaannya dengan berbagai prestasi akademik maupun nonakademik, baik tingkat kota, provinsi, nasional, bahkan hingga tingkat internasional. Saat ini SMAN 1 dikepalai oleh Drs. H. Agus Suherman, M.Pd. Tahun ajaran 2010/2011, jumlah seluruh siswa/siswi SMAN 1 Bogor adalah 907 orang dengan rincian 288 siswa/siswi kelas X, 318 siswa/siswi kelas XI, dan 301 siswa/siswi kelas XII. Selain kegiatan intrakurikuler, SMAN 1 juga mendukung kegiatan
ekstrakurikuler
akademik
dan
ekstrakurikuler
nonakademik.
Ekstrakurikuler akademik antara lain kegiatan komputer, kelompok ilmiah remaja, kelompok bahasa inggris, dan praktikum IPA. Sedangkan ekstrakurikuler nonakademik terdiri dari organisasi siswa intra sekolah (OSIS), dewan kegiatan mesjid, pramuka, PMR, pandawa, beladiri, kesenian dan olahraga.
25
Karakteristik Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah siswa remaja putri Sekolah Menengah Atas (SMA) N 1 Bogor kelas XI. Karakteristik contoh yang diteliti adalah usia, uang saku perbulan, dan alokasi pengeluaran. Contoh dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan, dengan jumlah contoh sebanyak 80 orang yang terdiri dari 40 contoh berstatus gizi kurus dan 40 contoh berstatus gizi normal. Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan usia (tahun) dan uang saku perbulan (Rp) Status Gizi Peubah
No
1
2
Total Kurus
Normal
n
%
n
15
11
27.5
13
16
28
70.0
17
1
2.5
Rata-rata±SD
16±0.5
%
n
%
32.5
24
30.0
27
67.5
55
68.8
0
0.0
1
1.2
Usia contoh (tahun)
16±0.5
16±1.7
Uang saku perbulan (Rp) 240.000-659.999 (rendah)
34
85.0
35
87.5
69
86.3
660.000-107.999 (sedang)
5
12.5
5
12.5
10
12.5
108.000-1.500.000 (tinggi)
1
2.5
0
0.0
1
1.2
Rata-rata ± SD
535.425±179.875
512.750± 218724
524.087±132.044
Usia contoh Contoh dalam penelitian ini berusia 15-17 tahun dan persentase terbesar pada usia 16 tahun (68.8%). Monks, Knoers dan Haditono (2001) dalam Mar’at (2009) membedakan masa remaja atas empat bagian yaitu masa pra remaja berada pada umur 10-12 tahun, masa remaja awal umur 12-15 tahun, masa remaja pertengahan umur 15-18 tahun, dan masa remaja akhir umur 18-21 tahun. Oleh karena itu, semua contoh dalam penelitian ini termasuk dalam kategori remaja pertengahan. Uang saku contoh Uang saku merupakan jumlah uang yang diterima oleh contoh perbulan untuk pengeluaran makanan, minuman, obat-obatan, pendidikan (buku, fotokopi, alat tulis), transportasi, biaya pulsa, hiburan, perawatan pribadi (perlengkapan mandi, kosmetik), lainnya. Pemberian uang saku diharapkan dapat dikelola dengan baik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan (Napitu 1994). Pada penelitian ini, jumlah uang saku contoh dilihat perbulan, uang saku
26
contoh dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan sebaran uang saku tertinggi dikurangi uang saku terendah dibagi interval. Nilai uang saku berkisar antara Rp 240.000 sampai Rp 1.500.000 perbulan. Rata-rata uang saku perbulan contoh adalah Rp.524.087±132.044. Ratarata uang saku contoh berstatus gizi kurus (Rp.535.425±179.875) lebih tinggi dibandingkan contoh berstatus gizi normal (Rp. 512.750± 218.724). Sebagian besar contoh (86.3%) memiliki uang saku Rp.240.000-Rp 659.999. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) besar uang saku perbulan yang diperoleh contoh berstatus gizi kurus dan normal. Uang saku dan status gizi dapat mempengaruhi perilaku, apabila uang saku contoh tinggi maka diharapkan pembelian untuk makanan dan minuman juga akan tinggi. Semakin besar uang saku, maka semakin besar peluang anak untuk membeli makanan jajanan baik di kantin maupun diluar sekolah (Andarwulan et al. 2008). Alokasi Pengeluaran Per Bulan Pengeluaran per bulan contoh terdiri dari pengeluaran untuk makanan, minuman, obat-obatan, pendidikan (buku, fotokopi, alat tulis), transportasi, biaya pulsa, hiburan, perawatan pribadi (perlengkapan mandi, kosmetik), iuran organisasi, pakaian. Pada penelitian ini, pengeluaran per bulan contoh dibedakan menjadi pengeluaran untuk makanan, minuman, transportasi, biaya pulsa, perawatan pribadi (perlengkapan mandi, kosmetik), hiburan, pendidikan (buku, fotokopi, alat tulis), obat-obatan, lainnya yang terdiri dari iuran organisasi, dan pakaian. Rata-rata pengeluaran per bulan contoh adalah Rp.584.850±158.739. Rata-rata
pengeluaran
per
bulan
contoh
berstatus
gizi
kurus
(Rp.584.850±158.739) lebih tinggi dibandingkan dengan contoh berstatus gizi normal (Rp.573.925±183.494). Besar uang saku dan pengeluaran contoh berstatus gizi kurus lebih tinggi
dibandingkan dengan contoh berstatus gizi
normal. Perbedaan besar uang saku dapat dilihat dari penghasilan orangtua contoh berstatus gizi kurus yang lebih besar (Rp>5.000.000), dibandingkan dengan orangtua contoh berstatus gizi normal yang memiliki penghasilan ≤Rp.1.500.000 per bulan.
27
Tabel 2 Alokasi pengeluaran per bulan contoh (Rp) Status Gizi Kategori pengeluaran perbulan (Rp)
Total
Kurus
Normal
Rata-rata±SD
Rata-rata±SD
Rata-rata±SD
Makanan
169.650±62.032
173.600±46.865
171.625±54.661
Minuman
905.00±108.016
78.700±32.197
84.600±79.416
8097±5108
12.515±20.129
10.375±14.940
Pendidikan (buku, fotokopi, alat tulis)
38.550±27.405
38.050±18.732
38.300±23.325
Transportasi
154.811±83.858
148.118±52.427
151.606±70.168
Biaya pulsa
50.800±18.948
59.925±33.608
55.363±27.494
Hiburan Perawatan pribadi (perlengkapan mandi,kosmetik)
43.050±24.031
39.250±25.053
41.150±24.466
44.500±24.879
48.784±25.911
46.558±25.304
Lainnya iuran organisasi organisasi
60.000±56.569
80.000±40.000
73.333±41.312
Pakaian
55.000±63.640
50.000±14.142
70.000±51.962
584.850±158.739
573.925±183.494
584.850±158.739
Obat-obatan
Rata-rata±SD
Rata-rata contoh berstatus gizi kurus dan normal, alokasi pengeluarannya digunakan untuk membeli makanan (Rp.171.625±54.661), namun pengeluaran contoh berstatus gizi kurus lebih rendah (Rp.169.650±62.032) dibandingkan contoh berstatus gizi normal (Rp.173.600±46.865). Contoh berstatus gizi kurus lebih banyak mengeluarkan uang saku Rp.55.000±63.640 untuk membeli pakaian
dibandingkan
contoh
berstatus
gizi
normal
yang
rata-rata
Rp.50.000±14.142 (Tabel 2). Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu seperti keperluan harian, mingguan atau bulanan (Napitu 1994). Besar uang saku anak merupakan salah satu indikator sosial ekonomi keluarga. Karakteristik Keluarga Besar Keluarga Menurut Suhardjo (1989) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak (keluarga inti). Besar keluarga pada penelitian ini merupakan keseluruhan jumlah anggota keluarga yang tinggal di dalam satu rumah. Hurlock (1999) membagi besar keluarga menjadi tiga kategori yaitu kecil (≤4 orang), sedang (5-6 orang) dan besar (≥7 orang). Data sebaran besar keluarga contoh dapat dilihat pada Tabel 3. Keluarga contoh yang diteliti memiliki persentase yang hampir sama antara kategori keluarga kecil dan kategori keluarga sedang. Separuh dari
28
contoh memiliki persentase keluarga kecil (51.3) lebih besar dari pada contoh yang memiliki keluarga sedang (47.5%). Kategori keluarga kecil (≤4 orang) sebesar 50.0% pada contoh berstatus gizi kurus dan 52.5% pada contoh berstatus gizi normal. Hanya 2.5% contoh yang memiliki keluarga besar (≥ 7 orang) yaitu pada contoh berstatus gizi normal, sedangkan contoh berstatus gizi kurus tidak memiliki keluarga besar yaitu 0.0%. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Status Gizi Variabel
Kurus
Total
Normal
n
%
n
%
n
%
≤4 orang
20
50.0
21
52.5
41
51.2
5-6 orang
20
50.0
18
45.0
38
47.5
≥ 7 orang
0
0.0
1
2.5
1
1.3
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
Besar keluarga (orang)
Penghasilan orangtua Penghasilan orangtua merupakan jumlah penghasilan kedua orangtua yaitu ayah dan ibu selama 1 bulan. Penghasilan orangtua diisi oleh contoh menurut kisaran penghasilan yaitu Rp≤1.500.000, Rp1.500.000-Rp 3.000.000, Rp3.000.000-Rp5.000.000, dan Rp>5.000.000. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan penghasilan orangtua Status Gizi Variabel
Kurus
Total
Normal
n
%
n
%
n
%
Rp ≤ 1500000
0
0.0
2
5.0
2
2.5
Rp 1500000-Rp 3000000
7
17.5
2
5.0
9
11.3
Rp 3000000-Rp 5000000
8
20.0
9
22.5
17
21.2
>5000000
25
62.5
27
67.5
52
65.0
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
Penghasilan orangtua (Rp/bulan)
Hasil penelitian, lebih dari separuh orangtua contoh (65.0%) memiliki penghasilan perbulan Rp>5.000.000, yaitu 62.5% pada contoh berstatus gizi kurus dan 67.5% contoh berstatus gizi normal (Tabel 4). Terdapat 2.5% contoh yang memiliki orangtua dengan penghasilan perbulan Rp≤1.500.000, yaitu hanya pada contoh berstatus gizi normal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
29
sebagian besar penghasilan orangtua contoh adalah Rp>5.000.000. Pendapatan orangtua dapat mencerminkan keadaan sosial ekonomi keluarga, ini berarti sosial ekonomi keluarga contoh di SMAN 1 Bogor adalah menengah keatas. Pekerjaan Orangtua Pekerjaan orangtua contoh terdiri dari PNS, TNI, swasta, wiraswasta, IRT. Pekerjaan orangtua contoh meliputi pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu (Tabel 5). Berdasrkan Tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai PNS sebanyak 55.0%, yaitu 50.0% pada ayah contoh berstatus gizi kurus dan 60.0% pada ayah contoh berstatus gizi normal. Hanya 2.5% ayah contoh berstatus gizi kurus dan normal bekerja sebagai TNI. Tidak terdapat perbedaan yang nyata p>0.05 pekerjaan ayah contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal. Hasil analisis korelasi pearson juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara pekerjaan ayah dengan status gizi contoh p>0.05 (p=0.448). Sebagaian besar ibu contoh berperan sebagai ibu rumah tangga (IRT) yang merawat dan mendidik anaknya sebesar 41.3%, yaitu 55.0% pada ibu dari contoh berstatus gizi kurus dan 27.5% ibu dari contoh berstatus gizi normal. Hanya 2.5% ibu dari contoh berstatus gizi normal bekerja sebagai TNI, sedangkan contoh berstatus gizi kurus tidak ada (0.0%) ibunya yang bekerja sebagai TNI. Tidak terdapat perbedaan yang nyata p>0.05 pekerjaan ibu contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal. Hasil analisis korelasi pearson menunjukkan adanya hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi contoh p<0.05 (p=0.008). Hubungan antara orangtua dengan anak merupakan hubungan yang paling dekat, dengan demikian orangtua sangat berperan dalam mempengaruhi persepsi remaja. Oragtua terutama ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja akan berbeda dalam mendidik anak. Ibu yang bekerja sebagai model, maka anak-anaknya akan mengikuti ibunya, dan akan sangat memperhatikan bentuk tubuh. Berbeda dengan ibu rumah tangga yang lebih banyak di rumah, sehingga lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan anak-anak. Ibu rumah tangga lebih banyak berkominikasi dengan anak, sehingga persepsi anak terhadap tubuh dapat lebih diarahkan menjadi persepsi positif. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi (2010) yang menyatakan bahwa, faktor yang paling dominan mempengaruhi persepsi tubuh adalah orangtua contoh, yaitu sebesar 90.0%.
30
Pendidikan orangtua Pendidikan orangtua contoh meliiputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu.
Semakin
tinggi
tingkat
pendidikan
seseorang,
maka
diasumsikan
kemampuannya akan semakin baik dalam mengakses dan menyerap informasi serta menerima suatu inovasi. Pendidikan orangtua dikategorikan menjadi tujuh, yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, perguruan tinggi (PT). Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dibagi dua yaitu sebaran berdasarkan tingkat pendidikan ayah dan sebaran berdasarkan tingkat pendidikan ibu (Tabel 5). Tingkat pendidikan ayah maupun ibu tidak ada yang tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA. Tabel 4 menunjukkan sebagian besar contoh di SMA N 1 Bogor memiliki ayah dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi (PT), yaitu 92.5% pada contoh berstatus gizi kurus dan 82.5% contoh berstatus gizi normal. Sebanyak 12.5% pendidikan ayah contoh adalah tamat SLTA, baik pada contoh berstatus gizi kurus (7.5%) maupun contoh berstatus gizi normal (17.5%). Menurut Suhardjo et al. (1988) tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang. Ayah sebagai kepala keluarga bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga perlu pendidikan yang tinggi. Sebagian besar tingkat pendidikan terakhir ibu contoh adalah perguruan tinggi (PT). Sebesar 82.5% pada ibu contoh berstatus gizi kurus dan 85.0% ibu contoh berstatus gizi normal. Sebanyak 16.3% contoh yang memiliki ibu dengan tingkat pendidikan terakhir adalah SLTA, yaitu 17.5% contoh berstatus gizi kurus dan 15.0% contoh berstatus gizi normal. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pendidikan ayah dan ibu contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal (p>0.05). Hasil analisis korelasi pearson juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara pendidikan ayah dan ibu contoh dengan status gizi kurus dan normal (p>0.05). Menurut Rahmawati (2006), tingkat pendidikan terakhir ibu contoh merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk status gizi, praktik hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Umumnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi praktik dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan ibu sangat penting karena ibu merupakan pendidik pertama dalam keluarga.
31
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan dan pendidikan orangtua Status Gizi No 1
2
3
4
Variabel
Kurus
Total
Normal
n
%
n
%
n
%
PNS
20
50.0
24
60.0
44
55.0
TNI
1
2.5
1
2.5
2
2.5
Swasta
14
35.0
10
25.0
24
30.0
Wiraswasta
5
12.5
5
12.5
10
12.5
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
IRT
22
55.0
11
27.5
33
41.3
PNS
14
35.0
16
40.0
30
37.5
TNI
0
0.0
1
2.5
1
1.3
Swasta
1
2.5
5
12.5
6
7.5
Pekerjaan ayah
Pekerjaan ibu
Wiraswasta
3
7.5
7
17.5
10
12.5
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
Tamat SLTA
3
7.5
7
17.5
10
12.5
PT
37
92.5
33
82.5
70
87.5
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
Tamat SLTA
7
17.5
6
15.0
13
16.30
PT
33
82.5
34
85.0
67
83.70
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
Pendidikan ayah
Pendidikan ibu
Status Gizi Almatsier (2004) menyatakan bahwa status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur status gizi, diantaranya berat badan (BB), tinggi badan (TB), rasio lingkar pinggang dan pinggul (LPA/LPU), umur, lingkar lengan atas (LLA), lingkar kepala, lingkar dada (Supariasa et al. 2002). Menurut Supariasa et al. 2002, berat badan memberikan gambaran status gizi sekarang dan jika dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik mngenai pertumbuhan. Tinggi badan merupakan ukuran kedua yang terpenting dalam antropometri dan merupakan parameter penting bagi gambaran keadaan saat ini dan masa lalu.
32
Berdasarkan International Obesity Task Force (IOTF) yang dikeluarkan oleh WHO (2002), status gizi penduduk Asia yang termasuk dalam kategori kurus adalah (IMT<18.5 kg/m2), dan kategori normal (IMT=18.5-22.9 kg/m2). Menurut WHO (2007) yang termasuk kategori kurus adalah -3SD≤ Z<-2SD dan normal -2 SD≤ Z≤+1SD. Dengan demikian pengukuran status gizi perlu dilihat dengan indikator lain, terutama kelompok Asia berdasarkan rasio lingkar pinggang pinggul (LPA/LPU). Banyaknya
lemak
dalam
perut
menunjukkan
adanya
perubahan
metabolisme dalam tubuh sehingga perubahan ini memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh, ukuran yang umum digunakan untuk menggambarkan lemak dalam perut adalah rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul. Menurut Hakim (2010) lingkar pinggang disebut sebagai barometer kesehatan. Lingkar pinggang juga bisa dijadikan patokan terjadinya penumpukan kolesterol, yang merupakan sumber penyebab munculnya beragam penyakit berbahaya seperti penyakit jantung, ginjal, hipertensi, gangguan pernapasan, strok. Selain sebagai aspek kesehatan, rasio lingkar pinggang dan pinggul juga dapat digunakan sebagai aspek kecantikan. Pada penelitian ini status gizi contoh diukur melalui perhitungan IMT/U, berat badan (kg), tinggi badan (cm), rasio lingkar pinggang dan pinggul (LPA/LPU). Rata-rata ukuran antropometri contoh ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran rata-rata ukuran antropometri contoh Status gizi No
Ukuran tubuh
Total
Kurus
Normal
Rata-rata ± SD
Rata-rata ± SD
Rata-rata ± SD
44.8 ± 5.4
47.45 ± 4.9
46.1±5.3
157.34 ± 6.1
152.53 ± 5.4
154.9±6.2
1
Berat badan (kg)
2
Tinggi badan (cm)
3
Lingkar pinggang (cm)
66.23 ± 3.2
77.78 ± 1.9
72±6.4
4
Lingkar pinggul (cm)
81.38 ± 3.8
91.18 ± 0.0
86.3±6.2
Berat badan contoh berkisar antara 34 - 58 kg dan tinggi badan contoh berkisar antara 141.5 - 68 cm. Rata-rata berat badan contoh adalah 46.1±5.3 kg dan rata-rata tinggi badan contoh 154.9±6.2 cm. Rata-rata berat badan dan tinggi badan contoh bervariasi pada masing-masing status gizi, contoh dengan status gizi kurus mempunyai rata-rata berat badan 44.8±5.4 kg dan tinggi badan 157.34±6.1 cm. Contoh berstatus gizi normal mempunyai rata-rata berat badan
33
47.45±4.9 kg dan tinggi badan 152.53±5.4 cm. Hasil uji t-Test menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara berat badan dengan tinggi badan (p<0.05) contoh yang berstatus gizi kurus dan normal. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi badan contoh, maka belum tentu diikuti dengan bertambahnya massa tubuh. Rata-rata lingkar pinggang contoh adalah 72±6.4 cm, sedangkan ratarata lingkar pinggul contoh adalah 86.3±6.2. Contoh berstatus gizi kurus memiliki rata-rata lingkar pinggang 66.23±3.2 cm dan rata-rata lingkar pinggul 81.38±3.8 cm, sedangkan rata-rata lingkar pinggang contoh dengan berstatus gizi normal adalah 77.78±1.9 cm dan rata-rata lingkar pinggul 91.18±0.0 cm. Hasil uji t-Test menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara lingkar pinggang dengan lingkar pinggul (p<0.05) contoh berstatus gizi kurus dan normal. Hal ini menunjukkan bahwa semakin berat massa tubuh, maka semakin besar pula lingkar pinggang dan pinggul contoh. Berdasrkan uji t-Test terdapat perbedaan yang nyata antara berat badan, lingkar pinggang, dan lingkar pinggul (p<0.05) contoh berstatus gizi kurus dan normal. Hasil Uji korelasi pearson menunjukkan hubungan nyata yang positif antara berat badan dengan lingkar pinggang (r=0.461, p=0.000), lingkar pinggul (r=0.472, p=0.000), namun jika dilihat dari nilai koefisien korelasinya, berat badan lebih berpengaruh terhadap lingkar pinggul dibandingkan dengan lingkar pinggang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin berat badan contoh maka semakin besar lingkar pinggang dan lingkar pinggul yang diikuti dengan status gizi yang makin meningkat pula. Rata-rata rasio lingkar pinggang dan pinggul contoh adalah sebesar 0.83±0.03. Rata-rata rasio lingkar pinggang dan pinggul contoh berstatus gizi kurus lebih rendah (0.81±0.04) dibandingkan dengan rata-rata rasio
lingkar
pinggang dan pinggul contoh berstatus gizi normal (0.85±0.01). Sebagian besar contoh (83.8%) memiliki rasio lingkar pinggang dan pinggul yang kurang dari 0.85, yaitu 100.0% pada contoh berstatus gizi kurus dan 67.5% pada contoh berstatus gizi normal (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar contoh tidak memiliki resiko terhadap penyakit metabolik. Menurut WHO (1999), rasio lingkar pinggang dan pinggul (LPA/LPU) yang melebihi 0.85 cm untuk wanita menunjukkan bahwa seseorang memiliki resiko penyakit metabolik. Semakin besar nilai rasio yang didapat menandakan semakin besar pula resiko penyakit metabolik yang dimilikinya. Hasil uji t-Test menunjukkan terdapat
34
perbedaan yang nyata antara LPA/LPU (p<0.05) contoh berstatus gizi kurus dan normal. Hal ini berarti bahwa semakin besar IMT contoh, maka semakin besar
Jumlah (%)
nilai rasio LPA/LPU.
100.0 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0
83.8
100.0
67.5
< 0.85
32.5 16.3
≥ 0.85
0.0 Kurus
Normal
Total
Status gizi
Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan rasio lingkar pinggang dan pinggul Praktik Hidup Sehat Pengertian sehat menurut WHO adalah keadaan yang sempurna, baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. Hidup sehat merupakan kalimat sangat sederhana, tapi sulit mewujudkannya, karena hidup sehat harus dari dalam diri kita sendiri untuk menyadari arti hidup sehat itu sendiri. Sedangkan menurut UU Kesehatan No.23
tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Notoatmodjo 2007). Praktik hidup sehat merupakan semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan. kesehatan. Hidup sehat berkaitan dengan gaya hidup,
karena gaya hidup dapat diartikan sebagai cara seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Maka gaya hidup yang sehat akan memberikan memberikan dampak pada
kesehatan. Kebersihan Diri Menurut
United
Nations
Children’s
Fund
(UNICEF),
kebersihan
perorangan merupakan kebersihan dari semua bagian-bagian badan yang meliputi wajah, rambut, kaki, tangan, kulit, telinga, gigi dan mulut yang harus
35
dibersihkan secara menyeluruh dan dengan baik. Kebersihan diri dapat mencerminkan bahwa seseorang menghargai dirinya sendiri. Sebaran contoh berdasarkan praktek kebersihan diri dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kategori praktik kebersihan diri Status gizi Kategori praktik kebersihan diri
Kurus
Total
Normal
n
%
n
%
n
%
Buruk (<60%)
0
0.0
0
0.0
0
0.0
Sedang (60%-80%)
9
22.5
14
35.0
23
28.8
Baik (>80%)
31
77.5
26
65.0
57
71.2
Praktik kebersihan diri contoh sudah termasuk dalam kategori baik (71.2%), yaitu 77.5% pada contoh berstatus gizi kurus dan 65.0% pada contoh berstatus gizi normal. Praktik kebersihan contoh yang baik menunjukkan bahwa pemahaman contoh akan hidup sehat sudah cukup baik. Praktik hidup yang bersih akan mengurangi resiko terserang penyakit. Praktik kebersihan contoh dapat dilihat dari kebiasaan kebersihan diri contoh (Tabel 7). Kebersihan diri contoh dapat dilihat dari kebiasaan mandi, menggosok gigi, keramas, mengganti pakaian dalam, mencuci tangan. Praktik kebersihan diri contoh yang sudah baik dapat dilihat dari kebiasaan kebersihan diri. Sebagian besar contoh mempunyai kebiasaan menggosok gigi dua kali sehari, yaitu 39 orang contoh berstatus gizi kurus dan 40 orang contoh berstatus gizi normal. Keramas tiga kali seminggu, yaitu 36 orang contoh berstatus gizi kurus dan juga normal. Ganti pembalut tiga kali sehari, yaitu 33 orang pada contoh berstatus gizi kurus dan 14 orang contoh berstatus gizi normal. Mencuci tangan setelah buang air besar, 35 orang pada contoh berstatus gizi kurus dan 37 orang contoh berstatus gizi normal. Kebiasaan ini telah menunjukkan bahwa contoh telah berupaya agar badannya bersih, karena badan yang bersih dapat menghindarkan dari penyakit, terutama penyakit kulit.
36
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan kebersihan diri Status gizi Kebiasaan kebersihan diri Tidak pernah
Kurus Kadangkadang
Selalu
Tidak pernah
Normal Kadangkadang
Selalu
Mencuci tangan sebelum makan Mencuci tangan setelah buang air besar
0
22
18
0
22
18
0
5
35
0
3
37
Mencuci tangan dengan sabun
0
25
15
0
25
15
Mandi 2 kali/hari Memakai sabun pembersih untuk daerah kewanitaan
0
40
0
0
39
1
12
15
13
20
6
14
Ganti pakaian dalam 2 kali/hari
0
1
39
0
1
39
Ganti pembalut 3 kali/hari
0
7
33
0
14
26
Gosok gigi 2 kali/hari
0
1
39
0
0
40
Keramas 3 kali/minggu
0
4
36
0
4
36
Berdasarkan hasil uji t-Test tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) praktik kebersihan diri contoh berstatus gizi kurus dan normal, analisis dengan korelasi pearson (p.0.05) juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara praktik kebersihan diri dengan status gizi contoh. Hal ini menunjukkan bahwa kebersihan diri merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu supaya memelihara dan menjaga kesehatan agar tidak sakit. Menurut Soetjiningsih (1995), kebersihan perorangan yang kurang akan memudahkan terjadinya penyakit-penyakit dan saluran pencernaan. Tidak Merokok Di seluruh dunia kematian tiap tahun akibat merokok sekitar 3 juta orang. ini sama dengan satu orang mati setiap 10 detik. Semua kematian ini tidak akan terjadi kalau setiap orang mengadakan pilihan yang benar bagi kehidupan dan kesehatan. Berdasarkan hasil Riskesdas (2007), perokok kadang-kadang proporsi tinggi dimulai pada kelompok umur 15-24 tahun, yaitu (1.4%) penduduk perempuan. Sebaran contoh berdasarkan nilai skor praktek merokok, kebiasaan merokok, dan pengetahuan dampak merokok dapat dilihat pada Tabel 9. Hampir seluruh contoh (96.4%) tidak pernah merokok sama sekali, baik pada contoh berstatus gizi kurus (95.0%) maupun contoh berstatus gizi normal (97.5%). Sebanyak 3.8% contoh sebelumnya pernah merokok, yaitu 5.0% pada contoh bersatus gizi kurus dan 2.5% contoh berstatus gizi normal (Tabel 9). Contoh merokok karena pengaruh teman dan keinginan untuk mencoba-coba, dan contoh berhenti merokok karena adanya dampak negatif yang ditimbulkan
37
yaitu batuk-batuk dan sesak nafas. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Koalisi Untuk Indonesia Sehat (KUIS) tahun 2007, rata-rata remaja putri mulai merokok pada usia 15 tahun dan 20.33 % remaja putri mengaku pernah merokok meski hanya satu isapan. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan nilai skor praktik merokok, kebiasaan merokok, dan pengetahuan dampak merokok Status gizi No 1
2
3
Kategori
Kurus
Total
Normal
n
%
n
%
n
%
Buruk
0
0.0
1
2.5
1
1.2
Sedang
0
0.0
0
0.0
0
0.0
Baik
40
100.0
39
97.5
79
98.8
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
Sebelumnya pernah
2
5.0
1
2.5
3
3.8
Tidak pernah sama sekali
38
95.0
39
97.5
77
96.3
Masih merokok
0
0.0
0
0.0
0
0.0
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
Gangguan jantung dan pernafasan
22
55.0
21
52.5
43
53.8
Merusak paru-paru
15
37.5
16
40.0
31
38.8
Memperpendek umur
2
5.0
1
2.5
3
3.8
Merusak saraf
1
2.5
2
5.0
3
3.8
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
Nilai skor praktik merokok
Kebiasaan merokok
Pengetahuan dampak merokok
Seluruh contoh sudah mengetahui bahwa merokok dapat memberikan dampak yang tidak bagus terhadap kesehatan. Dampak merokok menurut contoh berbeda-beda, yaitu sebagian besar contoh (53.8%) mengartikan dampak merokok dapat menimbulkan penyakit ganguan jantung dan pernapasan. Sebanyak 38.8% contoh menyebutkan bahwa merokok dapat merusak paruparu, 3.8% contoh mengatakan bahwa merokok dapat memperpendek umur, dan 3.8% merokok dapat merusak saraf (Tabel 9). Berdasarkan hasil uji Independent sample t-Test dapat diketahui tidak terdapat perbedaan yang nyata p>0.05 praktik merokok contoh berstatus gizi kurus dan normal, hasil analisis korelasi pearson
juga menunjukkan tidak
adanya hubungan antara praktik merokok dengan status gizi contoh p>0.05. Penelitian yang berlangsung di AS (1994) menemukan hubungan langsung antara keinginan menjadi langsing dan merokok di kalangan gadis remaja.
38
Sebanyak 93.)% gadis remaja yang akhirnya menjadi perokok karena ingin menjadi langsing, dan percaya bahwa merokok dapat membantu menjaga berat badan (Admin 2011). Olahraga Teratur Olahraga teratur dengan cara yang tepat akan menjaga postur tubuh tetap langsing dan terhindar dari tumpukan lemak sumber penyakit. Orang yang gemar berolahraga akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, sehingga jarang terkena serangan penyakit. Sebaran contoh berdasarkan praktik olahraga dapat dilihat pada Tabel 10. Praktik olahraga contoh termasuk dalam kategori buruk (61.2%), yaitu 62.5.% pada contoh berstatus gizi kurus dan 60.0.% pada contoh berstatus gizi normal. Contoh yang memiliki praktik olahraga dalam kategori baik masih sedikit, yaitu masing-masing pada contoh berstatus gizi kurus dan normal (12.5%) (Tabel 10). Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan praktik olahraga, kebiasaan olahraga Status gizi Kategori
No 1
2
Kurus
Normal
Total
n
%
n
%
n
%
Buruk
25
62.5
24
60.0
49
61.2
Sedang
10
25.0
11
27.5
21
26.3
Baik
5
12.5
5
12.5
10
12.5
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
Praktik olahraga
Kebiasaan olahraga (30 menit/sehari) Tidak pernah Kadang-kadang (1 kali dalam seminggu)
2
5.0
3
7.5
5
6.3
22
55.0
22
55.0
44
55.0
Sering (2 kali dalam seminggu)
11
27.5
10
25.0
21
26.3
Selalu (3 kali dalam seminggu)
5
12.5
5
12.5
10
12.5
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
Olahraga sangat besar manfaatnya termasuk dalam program penurunan berat badan. Dalam menjalankan olahraga sebaiknya mengikuti tahapan berolahraga, yaitu mulai dari pemanasan, latihan utama, pendinginan. Energi yang dibakar untuk berbagai jenis olahraga berbeda-beda, tergantung dari lama dan jenis olahraga itu sendiri (Sumanto 2009). Selanjutnya Khomsan (2005) mengatakan bahwa kegiatan exercise harus dilakukan dengan prinsip FIT:
39
frequency, intensity, and time. Frekuensi artinya melakukan latihan fisik secara teratur dengan jeda waktu yang tetap. Umumnya pakar olahraga menyarankan frekuensi 3 kali seminggu berolahraga adalah cukup untuk menjaga kesehatan. Intensitas latihan yang tepat penting untuk mencapai kebugaran yang optimal, dan meluangkan waktu selama 30 menit. Sebanyak 55.0% contoh memiliki kebiasaan kadang-kadang (1 kali dalam seminggu) melakukan olahraga selama 30 menit dalam sehari, yaitu pada jam olahraga sekolah, baik pada contoh berstatus gizi kurus maupun normal (55.0%). Sebanyak 26.3% contoh sering melakukan olahraga (2 kali dalam seminggu) selama 30 menit, dan hanya 12.5% yang selalu (3 kali dalam seminggu) melakukan olahraga selama 30 menit. Hal ini berarti masih banyak contoh yang belum melakukan olahraga selama 30 menit, karena menurut Sumanto (2009), olahraga paling sedikit dilakukan selama 30 menit, 3-5 kali setiap minggu. Olahraga atau aktivitas fisik penting untuk meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi organ-organ seperti jantung dan paru-paru serta mendukung petumbuhan. Olahraga tidak hanya basket, renang, futsal, sepak bola, bulu tangkis, untuk sehat beberapa aktivitas fisik bisa dilakukan seperti dance, breakdance, sepeda keliling kompleks (Freitag dan Oktaviani 2010). Sebaran contoh berdasarkan jenis olahraga dapat dilihat pada Lampiran 1. Jenis olahraga yang paling banyak dilakukan menurut contoh berstatus gizi kurus dan normal untuk pencapaian tubuh ideal adalah jogging (67.5%), lari (62.5%), renang (47.5%), hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Dewi (2010) yang menyatakan bahwa jenis olahraga yang paling banyak dilakukan oleh remaja putri dalam upaya pencapaian tubuh ideal adalah jogging, sit-up dan renang. Berdasarkan hasil uji statistik (Independent sample t-Test), tidak terdapat perbedaan yang nyata p>0.05 kebiasaan olahraga contoh berstatus gizi kurus dan normal, dan hasil analisis korelasi pearson juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara praktik olahraga dengan status gizi contoh (p>0.05). Wirakusumah (1994) menyatakan bahwa jogging, jalan cepat, renang, senam aerobik, dan bersepeda merupakan beberapa jenis olahraga yang dapat dijadikan pilihan untuk menurunkan berat badan. Menurut Utomo (2005), olahraga secara teratur yang bersifat aerobik 3-5 kali seminggu selama 15-20 menit dapat menghindari penyakit jantung koroner dan menjaga tekanan darah tidak tinggi.
40
Suplemen Suplemen dikonsumsi sebagai zat tambahan. Suplemen boleh dijual secara bebas, tetapi tidak boleh dengan klaim untuk mengobati penyakit seperti obat (Karyadi 1998). Sebaran contoh berdasarkan pengertian suplemen dapat dilihat pada Tabel 11. Sebagian besar (87.5%) contoh memiliki persepsi pengertian suplemen adalah asupan gizi diluar makanan untuk kesehatan. Terdapat sebanyak 4 orang (10.0%) contoh status gizi kurus yang tidak tahu pengertian suplemen, dan 1 orang (2.5%) contoh status gizi normal (Tabel 11). Sebanyak 49.5% contoh selalu, baik pada contoh berstatus gizi kurus maupun contoh berstatus gizi normal (57.5%) mengonsumsi suplemen setiap harinya (Tabel 10). Pada dasarnya food supplement hanya menjadi kebtuhan bagi orang yang pola makannya tidak teratur, nafsu makan kurang baik, baru sembuh dari penyakit (Khomsan & Anwar 2008). Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan pengertian suplemen, dan frekuensi konsumsi suplemen Status gizi No 1
2
Kategori
Kurus
Normal
Total
n
%
n
%
n
%
Pengertian suplemen Asupan gizi diluar makanan untuk kesehatan Obat-obatan untuk memperkuat daya tahan tubuh
34
85.0
36
90.0
70
87.5
2
5.0
3
7.5
5
6.3
Tidak tahu
4
10.0
1
2.5
5
6.3
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
Jarang (1-3 kali/mingggu)
5
12.5
11
27.5
16
20.0
Sering (4-6 kali/minggu)
12
30.0
14
35.0
26
32.5
Selalu (≥ 7 kali/minggu)
23
57.5
23
57.5
46
57.5
Frekuensi konsumsi suplemen
Dalam hasil penelitian Hayati (2002) sebesar 88.3% contoh berpendapat bahwa
alasan
contoh
mengonsumsi
suplemen
adalah
jika
tubuh
memerlukannya. Hasil dari penelitian ini, alasan sebagian besar contoh (50.0%) mengonsumsi suplemen adalah untuk kesehatan tubuh, sebanyak 37.5% contoh mempunyai alasan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, masing-masing (6.3%) contoh menngonsumsi suplemen karena disuruh orangtua, untuk menambah nafsu makan, membantu daya ingat, dan supaya tinggi. Hal ini
41
sejalan dengan penelitian Bender et al. (1992) dan Moss et al. (1989) yang menunjukkan bahwa individu dengan status kesehatan yang lebih baik lebih cenderung untuk mengonsumsi suplemen dibandingkan individu dengan status kesehatan kurang baik (Greger 2001). Pada penelitian ini ditemukan 26 merek suplemen yang dikonsumsi oleh contoh. Jenis dari suplemen tersebut diantaranya suplemen vitamin C, suplemen kaya vitamin E, suplemen penambah darah, suplemen penambah nafsu makan, suplemen peningkat stamina, serta beberapa jenis merek suplemen lainnya. Banyaknya merek suplemen yang dikonsumsi oleh contoh disebabkan oleh faktor promosi dan distribusi, karena Bogor berbatasan secara langsung dengan ibukota Jakarta, sehingga mempermudah akses pemasaran produk suplemen. Menurut Hardinsyah dan Sumarwan (2001) pemasaran produk suplemen cenderung meningkat pesat terutama di daerah perkotaan, selain itu Kasali 1993 dalam Hayati (2002) menyatakan bahwa media cetak, diantaranya majalah umumnya diterbitkan memuat iklan termasuk didalamnya produk suplemen. Merek suplemen yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh adalah vitacimin (18.3%), enervon C (15.1%), scott emultion (9.7%), Natur E (7.5%), CDR (6.5%), curcuma (4.3%), zevit grow (3.2%). Suplemen selain dikonsumsi dalam satu merek, ada juga contoh yang mengkonsumsi dalam dua merek (2.2%), diantaranya adalah cerebrovit exel, propolis, cerebrovit, ester C, klorofil, vitalong C, habatussauda, imboost, omega 3. Terdapat 9 merek suplemen yang masing-masing hanya dikonsumsi oleh satu orang (1.1%) contoh yaitu seven seas, sakatonik, sari kurma, pharmaton, k-link, stimuno, bion 3, imunos, sangobion (Lampiran 2). Hasil penelitian Stewart et al. 1985 dalam Hayati (2002) menunjukkan bahwa sebanyak 52.4% contoh menyatakan mengonsumsi suplemen jenis tunggal setiap hari. Konsumsi suplemen dengan kandungan kaya vitamin C maupun kaya vitamin E terlihat cukup tinggi, kedua jenis vitamin tersebut merupakan antioksidan. Menurut Subarnas (2001) antioksidan adalah suatu zat yang dapat memperlambat atau menghambat terjadinya proses oksidasi. Suplemen dengan kandungan antioksidan umumnya mengklaim diri sebagai pil anti tua. Makanan Sehat Praktik makan sehat contoh dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori kurang, sedang, dan baik. Sebaran contoh berdasarkan praktek makanan sehat dapat dilihat pada Tabel 12.
42
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan skor praktik makanan sehat Status gizi Skor praktik makanan sehat
Kurus
Total
Normal
n
%
n
%
n
%
Buruk
18
45.0
14
35.0
32
40.0
Sedang
20
50.0
18
45.0
38
47.5
Baik
2
5.0
8
20.0
10
12.5
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
Sebanyak 47.5% contoh memiliki skor praktik makan sehat termasuk dalam kategori sedang, yaitu 50.0% pada contoh berstatus gizi kurus dan 45.0% contoh berstatus gizi normal. Skor praktik makan sehat contoh terlihat dari jawaban yang diberikan contoh terhadap 7 pertanyaan berkaitan dengan praktik makanan sehat (Lampiran 3). Skor praktik makanan sehat contoh dalam kategori sedang (47.5%), karena contoh melakukan praktik makan sehat dalam kategori sering (dilakukan 4-6 kali dalam seminggu) bukan selalu (dilakukan setiap hari dalam seminggu). Contoh melakukan sarapan pagi 4-6 kali dalam seminggu (26.3%), yaitu 30.0% pada contoh berstatus gizi kurus dan 22.5% berstatus gizi normal. Konsumsi sayuran (36.2%), yaitu 32.5% contoh berstatus gizi kurus dan 40.0% berstatus gizi normal. Konsumsi buahan (40.0%), yaitu 42.5% contoh berstatus gizi kurus dan 37.5% berstatus gizi normal. Konsumsi daging atau ikan (45.0%), yaitu 47.5% dan 42.5% pada contoh berstatus gizi kurus dan berstatus gizi normal. Konsumsi tempe atau tahu (30.0%), yaitu 35.0% pada contoh berstatus gizi kurus dan 25.0% berstatus gizi normal. Contoh yang minum susu 4-6 kali dalam seminggu sebanyak 27.5%, yaitu 32.5% pada contoh berstatus gizi kurus dan 22.5% berstatus gizi normal. Sebanyak 45.0% contoh tidak minum air putih 6-8 gelas tiap hari, tetapi dilakukan 4-6 kali dalam seminggu, yaitu 37.5% pada contoh berstatus gizi kurus dan 52.5% contoh berstatus gizi normal. Praktik makanan sehat termasuk dalam kategori sedang lebih banyak dilakukan oleh contoh berstatus gizi kurus dibandingkan contoh berstatus gizi normal. Berdasarkan hasil uji statistik (Independent Sample t-Test), dapat diketahui tidak terdapat perbedaan yang nyata p>0.05 praktik makanan sehat contoh berstatus gizi kurus dan normal. Hasil analisis korelasi pearson menunjukkan tidak adanya hubungan antara praktik makanan sehat dengan status gizi contoh p>0.05 (p=0.408). Skor praktik makanan sehat yang baik
43
menunjukkan bahwa pemahaman akan konsumsi makanan sehat contoh cukup baik, akan tetapi hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa praktik makanan sehat contoh dalam kategori sedang. Praktik makanan sehat akan mengurangi resiko contoh terserang penyakit. Akan tetapi, praktik makanan sehat saja tidak cukup jika tidak didukung oleh lingkungan yang sehat. Hidup sehat tidak lepas dari pola makan yang sehat pula. Dengan asupan gizi yang seimbang, tidak kurang dan tidak lebih, seseorang akan memiliki tubuh yang ideal. Gizi seimbang selain dibutuhkan untuk kesehatan, juga dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan dan kelebihan berat badan sehingga membentuk badan yang ideal. Makanan yang baik dan tidak baik untuk tubuh ideal Makanan sangat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang. Apa yang dimakan, itulah gambaran kesehatan tubuh. Bentuk tubuh proporsional merupakan hal yang diinginkan oleh remaja, karena masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Remaja merasa takut gemuk sehingga remaja cenderung untuk memilih-milih makanan yang akan dikonsumsi. Pada penelitian ini contoh diminta untuk menyebutkan lima macam makanan yang baik (good food) dan 5 macam makanan yang tidak baik (bad food) untuk tubuh ideal. Makanan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, zat pengatur bagi kehidupan gizi seseorang (Departemen Kesehatan RI 2005). Secara keseluruhan, makanan yang baik dikonsumsi untuk tubuh ideal menurut contoh sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Jenis makanan yang baik (good food) terdiri dari sayuran, buahan, nasi, daging atau ikan, tempe atau tahu (Lampiran 4). Persentase terbesar jenis sayuran yang baik (good food) untuk tubuh ideal menurut contoh adalah wortel (37.5%) dan brokoli (25.0%), sedangkan tauge memiliki persentase terendah (7.5%). Buahannya meliputi apel (32.5%), dan semangka (1.3%). Menurut Garwati dan Wijayanti (2010) sayuran dan buahan merupakan makanan utama yang dibutuhkan oleh tubuh. Serat dan vitamin
yang
terkandung
dalam
sayuran
dan
buah-buahan
membantu
melancarkan metabolisme tubuh dan memberikan asupan vitamin secara alami. Hal ini sesuai dengan Sumanto (2009) bahwa pada dasarnya semua sayuran baik untuk dikonsumsi, namun ada beberapa jenis sayur yang efektif dalam mengurangi lemak tubuh, yaitu lobak, asparagus, terung, sayuran berwarna hijau, brokoli, bit, kentang, wortel, kubis, kembang kol, labu, selada, seledri, dan toge.
44
Menurut Sumanto (2009) untuk menurunkan berat badan kuncinya adalah makanan, yaitu usahakan untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak dan kandungan seratnya tinggi. Jenis makanan lainnya yang bagus untuk tubuh ideal menurut contoh adalah nasi yang terdiri dari nasi merah (53.8%) dan nasi putih (46.2%). Daging sapi (56.25%), ikan (26.25.25%), ayam (15.0%), tempe (63.75%). Secara umum pengetahuan contoh terhadap makanan yang tidak baik untuk tubuh ideal adalah makanan cepat saji (Tabel 13). Wirakusumah (1994) makanan cepat saji mengandung kalori tinggi (padat energi) seperti pizza, hamburger, fried chicken, spageti, dan sebagainya yang mengandung lemak tnggi dan gula berlebihan. Sebuah penelitian di Amerika Serikat yang diikuti oleh 6212 anak dan remaja yang berumur antara 4 hingga 19 tahun, menunjukkan bahwa terdapat 30% lebih yang mengkonsumsi makanan fastfood. Berdasarkan penelitian ini, anak yang mengonsumsi fastfood ternyata juga memperoleh energi 187 kkal lebih tinggi, lemak 9 gram lebih tinggi, karbohidrat 24 gram lebih tinggi, gula 26 gram lebih tinggi, minuman dengan gula 228 gram lebih banyak, serat 26 gram lebih sedikit, susu 65 gram lebih sedikit, sayur dan buah 45 gram lebih sedikit (Freitag 2010). Penelitian ini telah membuktikan bahwa orang yang sering mengonsumsi fastfood akan lebih banyak mendapatkan energi tetapi tidak mendapatkan zat gizi lainnya. Hal ini menjadi alasan fastfood sering dikatakan makanan yang tidak bergizi dan sering dikatakan sebagai junkfood atau makanan tidak bermutu. Di dalam fastfood, terdapat kalori dalam jumlah tinggi, lemak dan gula sederhana yang mampu meningkatkan risiko untuk menjadi gemuk bahkan obesitas. Selain itu, kandungan vitamin yang seharusnya ada di dalam sayur dan buah menjadi lebih jarang dikonsumsi oleh penikmat. Menurut contoh jenis makanan tidak baik untuk tubuh ideal adalah coklat (92.5%) dan mie instant (90.0%). Sedangkan persentase terkecil menurut contoh adalah santan pekat yaitu 3.8%. Coklat memang merupakan makanan yang banyak disukai. Walaupun, kandungan gula yang terdapat dalam coklat dapat meningkatkan berat badan, merusak gigi, atau dapat menyebabkan diabetes. Mie instan itu sendiri merupakan mie mentah yang telah mengalami pengukusan dan dikeringkan sehingga menjadi mie instan yang siap di hidangkan dengan pengolahan yang relative singkat (Winarno 1993). Menurut Sumanto (2009) mie
45
instan merupakan makanan yang instan dan umumnya mengandung gula, garam lemak tinggi sehingga mudah diserap oleh usus. Tabel 13 Sebaran jenis makanan yang tidak baik untuk tubuh ideal menurut contoh Status gizi Makanan yang tidak baik
Kurus n
Total
Normal %
n
%
n
%
1. Coklat
38
95.0
36
90.0
74
92.5
2. Mie instant
38
95.0
34
85.0
72
90.0
3. Keju
28
70.0
32
80.0
60
75.0
4. Pizza
21
52.5
25
62.5
46
57.5
5. Hamburger
18
45.0
16
40.0
34
42.5
6. Jeroan
11
27.5
9
22.5
20
25.0
7. Kentang goring
14
35.0
2
5.0
16
20.0
8. Alpukat
3
7.5
13
32.5
16
20.0
9. Sosis
2
5.0
12
30.0
14
17.5
10. Kacang-kacangan
1
2.5
7
17.5
8
10.0
11. Sarden kaleng
3
7.5
4
10.0
7
8.8
12. Spagetti
5
12.5
1
2.5
6
7.5
13. Santan pekat
2
5.0
1
2.5
3
3.8
Menurut Sumanto (2009) makanan yang baik untuk diet adalah makanan yang menyediakan kebutuhan tubuh dengan perbandingan yang seimbang, tetapi dengan lemak dan gula yang tinggi. Pada pelaksanaan sehari-hari dianjurkan membatasi konsumsi makanan yang banyak memakai minyak, santan kental, gula, dan karbohidrat. Agar tubuh seseorang ideal, lemak didalam tubuhnya harus dalam keadaan normal. Lemak harus ada di dalam tubuh, tetapi jangan sampai kekurangan atau berlebihan, perbanyak makan sayuran dan buah-buahan, serta hindari cemilan yang digoreng, berasa gurih, dan manis. Minuman yang baik dan tidak baik untuk tubuh ideal Tubuh sehat dan bugar menjadi nilai tambah bagi penampilan setiap remaja. Kebugaran ternyata bisa didapatkan dengan cara sederhana, salah satunya adalah cukup mengkonsumsi cairan. Sumber asupan cairan tubuh bisa berasal dari makanan dan minuman yang dikonsumsi. Menurut contoh, minuman yang baik dan yang tidak baik untuk tubuh ideal bervariasi, masing-masing contoh menyebutkan 5 macam minuman yang baik dan 5 macam minuman yang tidak baik untuk tubuh ideal. Jenis minuman tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.
46
Tabel 14 Sebaran jenis minuman yang baik untuk tubuh ideal menurut contoh Status gizi Minuman yang baik
Kurus
Normal
Total
n
%
n
%
n
%
38
95.0
38
95.0
76
95.0
a. Susu rendah lemak
31
77.5
30
75.0
61
76.3
b. Susu kedelai
11
27.5
6
15.0
17
21.3
20
50.0
22
55.0
42
52.5
a. Jus melon
9
22.5
4
10.0
13
16.2
b. Jus jeruk
11
27.5
16
40.0
27
33.8
c. Jus jambu
5
12.5
5
12.5
10
12.5
d. Jus mangga
10
25.0
6
15.0
16
20.0
e. Jus apel
4
10.0
7
17.5
11
13.8
f. Jus belimbing
1
2.5
2
5.0
3
3.8
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
5. Teh hijau
29
72.5
24
60.0
53
66.3
6. Minuman rumput laut
14
35.0
7
17.5
21
26.3
7. Minuman jahe
1
2.5
3
7.5
4
5.0
8. Beras kencur
3
7.5
0
0.0
3
3.8
9. Air kelapa
1
2.5
6
15.0
7
8.8
10. Jamu
4
10.0
6
15.0
10
12.5
11. Kunyit
5
12.5
4
10.0
9
11.3
12. Minuman lidah buaya
1
2.5
2
5.0
3
3.8
13. Jus brokoli
1
2.5
9
22.5
10
12.5
14. Minuman isotonik
1
2.5
3
7.5
4
5.0
1. Air putih 2. Susu :
3. Yoghurt 4. Jus Buahan :
Persentase terbesar minuman yang baik untuk tubuh ideal menurut contoh adalah jus buah yaitu 100% (jus mangga, jus apel, jus melon, jus jeruk, jus belimbing, jus jambu merah) dan air putih (95.0%). Persentase terkecil minuman yang baik untuk tubuh ideal adalah beras kencur, minuman lidah buaya, dan jus belimbing, masing-masing 3.8%. Jus adalah cairan dan ini menunjukkan bahwa minum makanan ini memungkinkan tubuh untuk menyerap nutrisi pada potensi aslinya, proses ini membantu kecepatan pencernaan dan meningkatkan metabolisme yang sangat ideal untuk menurunkan berat badan. Sebanyak 97.6% contoh menyebutkan bahwa susu, yang terdiri dari susu rendah lemak (76.3%) dan susu kedelai (21.3%) merupakan minuman yang baik untuk tubuh ideal. Minum susu sebaiknya dilakukan dipagi hari sebelum beraktivitas. Menurut Khomsan (2003), minum susu dipagi hari sangat baik,
47
karena susu selain sebagai sumber vitamin dan mineral juga kaya akan lemak sehingga akan relatif lebih tahan lapar. Sebanyak 95.0% contoh mengatakan air putih merupakan minuman yang bagus untuk tubuh ideal. Air putih merupakan jenis minuman utama yang selalu dikonsumsi setiap hari. Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat menegaskan bahwa meminum air putih bersih adalah salah satu dari menu gizi seimbang dan menunjang kesehatan. Konsumsi air mineral disarankan minimal setara dengan delapan gelas atau dua liter sehari (Sulistyo 2010). Persentase tertinggi minuman yang tidak baik untuk tubuh ideal adalah kopi (92.5%), eskrim (86.3%), dan soft drink (85.0%) (Tabel 15). Istilah soft drink digunakan untuk menyebut minuman berkarbonasi dalam kemasan (kaleng atau gelas), produk minuman seperti ini sudah tak asing lagi di kalangan remaja. Soda umumnya tidak mengandung vitamin, mineral, serat, maupun protein. Widodo (2008) menyatakan bahwa minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan atau bahan tambahan lainnya, baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Soft drink merupakan salah satu penyebab obesitas, penyebab kerusakan gigi bahkan diabetes. Jumlah kalori gula pada soft drink dengan volum 300 ml setara dengan 7 sendok makan. Minuman soda bisa mengganggu proses penyerapan dan mengacaukan rasa lapar, karena itu hindari atau kurangi minuman yang mengandung soda, ganti dengan air biasa atau jus segar, jus sayur atau buah segar (Sumanto 2009). Selain itu alkohol (7.5%) juga merupakan minuman yang tidak bagus untuk tubuh ideal. Mengkonsumsi minuman beralkohol bisa berdampak pada fungsi hati dan organ tubuh, serta apabila dikonsumsi dalam waktu lama, akan menyebabkan sirosis hati.
48
Tabel 15 Sebaran persepsi contoh terhadap minuman yang tidak baik untuk tubuh ideal Status gizi Minuman yang tidak baik
Kurus
Total
Normal
n
%
n
%
n
%
a). Fanta
9
22.5
18
45.0
27
33.8
b). Coca cola c). Sprite
19
47.5
14
35.0
33
41.3
1
2.5
7
17.5
8
10.0
Total
29
72.5
39
97.5
68
85.0
a). M-150
13
32.5
21
52.5
34
42.5
b). Extra joss
3
7.5
0
0.0
3
3.8
Total
16
40.0
21
52.5
37
46.3
40
100.0
34
85.0
74
92.5
10
25.0
11
27.5
21
26.3
1. Soft drink :
2. Minuman berenergi :
3. Kopi 4. Es blender : - Pop ice 5. Minuman kemasan :
8
20.0
7
17.5
15
18.8
6. Sirup
- Fruitang
24
60.0
24
60.0
48
60.0
7. Es krim
33
82.5
36
90.0
69
86.3
8. Jus alpukat
36
90.0
25
62.5
61
76.3
9. alcohol
4
10.0
3
7.5
7
8.8
Persepsi Tubuh Ideal Wirakusumah
(1994)
mengatakan
bahwa
seseorang
dikatakan
mempunyai tubuh ideal apabila bentuk tubuhnya tidak terlalu kurus maupun terlalu gemuk dan terlihat serasi anatar berat badan dan tinggi badan. Pada penelitian ini contoh mempersepsikan bentuk tubuhnya melalui gambar dengan metode Figure Rating Scale (FRS) (Gambar 1). Contoh berstatus gizi kurus dan normal memiliki persepsi yang sama mengenai pengertian tubuh ideal, yaitu sebagian besar contoh (97.5%) memiliki persepsi tentang pengertian tubuh ideal yaitu berat badan dan tinggi badan seimbang. Selain itu contoh berstatus gizi kurus dan normal juga memiliki pengertian tubuh ideal yaitu tinggi semampai, kurus, kulit putih dan bersih (2.5%). Menurut Khor et al 2009 dalam Dewi (2010), persepsi tubuh adalah suatu perasaan atau pemikiran seseorang mengenai tubuhnya serta pandangan orang lain. Persepsi tubuh terdiri dari tiga bagian, yaitu perasaan dan pikiran subjektif
49
tentang tubuh, serta perasaan cemas terhadap tubuh dan perilaku atas ketidaknyamanan terhadap tubuh (Abramson 2005 dalam Dewi 2010). Menurut Sumanto (2009), umumnya setiap wanita ingin memiliki tubuh yang langsing dengan bagian perut, paha, dan pinggul yang kencang. Memiliki pinggul yang indah, berpakaian apapun akan menjadi lebih pas. Bagian tubuh yang paling ideal menurut remaja putri dapat dilihat pada Lampiran 5. Bagian tubuh yang paling ideal menurut remaja putri adalah perut yaitu 88.8%, pinggang (57.5%), dan persentase terendah bagian tubuh yang paling ideal adalah pundak (1.3%), ini berarti perut merupakan bagian yang paling banyak diperhatikan oleh contoh untuk bisa mencapai ukuran tubuh ideal. Hal ini sejalan dengan penelitian Bani (2002), sebanyak 67.8% contoh memilih perut sebagai bagian tubuh yang harus lebih diperhatikan. Gambar nomor 1-7 merupakan gambar yang dipilih contoh dalam mempersepsikan bentuk tubuhnya saat ini (Tabel 16). Persentase terbesar gambar yang dipilih contoh dalam mempersepsikan tubuhnya saat ini adalah gambar nomor 4 (28.8%) dan gambar nomor 5 (26.3%). Contoh berstatus gizi kurus (35.0%) dan normal (22.5%) memiliki persentase hampir sama dalam memilih gambar 4 sebagai bentuk tubuhnya saat ini. Begitu juga dengan pilihan terhadap gambar nomor 5, yaitu 27.5% pada contoh berstatus gizi kurus dan 25.0% berstatus gizi normal. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan persepsi tubuh remaja putri saat ini Status gizi Kategori
Kurus
Total
Normal
n
%
n
%
n
%
Gambar 1
0
0.0
2
5.0
2
2.5
Gambar 2
4
10.0
5
12.5
9
11.2
Gambar 3
6
15.0
10
25.0
16
20.0
Gambar 4
14
35.0
9
22.5
23
28.8
Gambar 5
11
27.5
10
25.0
21
26.3
Gambar 6
4
10.0
4
10.0
8
10.0
Gambar 7
1
2.5
0
0.0
1
1.2
40
100.0
40
100.0
80
100.0
Total
Berdasarkan nilai median, persepsi contoh terhadap tubuhnya saat ini adalah gambar nomor 4, baik pada contoh berstatus gizi kurus maupun contoh berstatus gizi normal. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi contoh terhadap bentuk tubuhnya adalah cenderung kearah persepsi tubuh yang gemuk. Briawan
50
et al. (2008), kebanyakan remaja merasa gemuk, meskipun kenyataan ukuran tubuhnya tidak termasuk kategori gemuk. Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan persepsi tubuh sehat dan kurang sehat Status gizi No
Kategori
Kurus n
1
2
%
Total
Normal n
%
n
%
Persepsi tubuh sehat a. Gambar 2
0
0.0
1
2.5
1
1.3
b. Gambar 3
4
10.0
7
17.5
11
13.8
c. Gambar 4
27
67.5
24
60.0
51
63.8
d. Gambar 5
13
32.5
18
45.0
31
38.8
d. Gambar 6
0
0.0
1
2.5
1
1.3
a. Gambar 1
32
80.0
32
80.0
64
80.0
b. Gambar 2
10
25.0
5
12.5
15
18.8
c. Gambar 8
6
15.0
7
17.5
13
16.3
d. Gambar 9
25
62.5
25
62.5
50
62.5
Persepsi tubuh kurang sehat
Persepsi tubuh sehat menurut contoh adalah gambar dari nomor 2-6 (Tabel 17). Sebagian besar contoh memilih gambar nomor 4 (63.8%), yaitu 67.5% pada contoh berstatus gizi kurus dan 60.0% contoh berstatus gizi normal. Selain itu contoh memilih gambar nomor 5 (38.8%), yaitu 32.5% lebih rendah dibandingkan dengan contoh berstatus gizi normal (45.0%) sebagai bentuk tubuh sehat. Hal yang sama juga ditunjukkan dengan hasil penelitian Siswanti (2007) yang menyatakan bahwa sebagian besar remaja putri memilih gambar 3 (45%) dan 4 (43.8%) sebagai bentuk gambar tubuh sehat. Hal ini berarti bahwa contoh memiliki persepsi yang sama antara bentuk tubuh ideal dengan bentuk tubuh yang sehat. Persepsi contoh terhadap tubuh kurus, sama antara contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal. Contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal memilih gambar nomor 1 (80.0%). Hal ini berarti contoh memilih bentuk tubuh sangat kurus sebagai tubuh tidak sehat. Nilai median persepsi contoh terhadap tubuh sehat adalah gambar nomor 4 dan tubuh kurang sehat adalah gambar nomor 2, baik pada contoh berstatus gizi kurus maupun contoh berstatus gizi normal. Persepsi contoh terhadap tubuh saat ini sama dengan persepsi contoh terhadap tubuh sehat, baik pada contoh berstatus gizi kurus maupun contoh berstatus gizi normal, yaitu gambar nomor 4.
51
Contoh memilih gambar bentuk tubuh ideal bagi remaja putri pada gambar nomor 2, 3, 4, dan 5 (Tabel 18). Gambar yang paling banyak dipilih contoh dalam mempersepsikan bentuk tubuh ideal adalah gambar nomor 4 (51.3%), yaitu 50.0% pada contoh berstatus gizi kurus dan 52.5% contoh berstatus gizi normal. Selain itu contoh memilih gambar nomor 3 (31.3%) sebagai bentuk tubuh ideal, yaitu 30.0% pada contoh berstatus gizi kurus dan 32.5% contoh berstatus gizi normal. Hal yang sama juga ditunjukkan pada penelitian Dewi (2010) yang menyatakan bahwa sebagian besar remaja putri memilih gambar 3 (50.6%) dan gambar nomor 4 (44.2%) sebagai gambar bentuk tubuh ideal. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi tubuh ideal bagi contoh adalah persepsi tubuh yang cenderung kearah kurus. Gambar yang paling banyak dipilih contoh dalam mempersepsikan bentuk tubuh kurus adalah gambar nomor 1 (67.4%), yaitu 77.5% pada contoh berstatus gizi kurus dan normal, serta memilih gambar nomor 2 (27.2%) sebagai bentuk tubuh kurus, 37.5% pada contoh berstatus gizi kurus dan 25.0% contoh berstatus gizi normal. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar contoh memilih bentuk tubuh sangat kurus sebagai bentuk tubuh tidak sehat. Gambar yang paling banyak dipilih contoh dalam mempersepsikan bentuk tubuh tubuh gemuk adalah semua nomor kecuali gambar nomor 2 dan 3 (Tabel 17). Persentase terbesar pada gambar yang dipilih contoh adalah gambar nomor 6 (40.0%), yaitu 42.5% contoh berstatus gizi kurus dan 37.5% contoh berstatus gizi normal (Tabel 18). Hal ini menunjukkan bahwa persepsi contoh terhadap tubuh gemuk cenderung kearah persepsi tubuh yang normal. Nilai median persepsi contoh berstatus gizi kurus maupun contoh berstatus gizi normal terhadap tubuh kurus, gemuk, dan ideal berbeda-beda. Nilai median persepsi contoh terhadap tubuh kurus adalah gambar nomor 1, baik pada contoh kurus maupun pada contoh berstatus gizi normal. Persepsi contoh terhadap tubuh gemuk adalah gambar nomor 7, baik contoh berstatus gizi kurus maupun pada contoh berstatus gizi normal. Persepsi contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal terhadap tubuh ideal adalah gambar nomor 4. Persepsi contoh terhadap tubuh saat ini, tubuh sehat, dan tubuh ideal sama antara contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal, yaitu gambar nomor 4.
52
Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan persepsi bentuk tubuh ideal, kurus, dan gemuk Status gizi Kategori
Kurus
Total
Normal
n
%
n
%
n
%
a. Gambar 2
2
5.0
2
5.0
4
5.0
b. Gambar 3
12
30.0
13
32.5
25
31.3
c. Gambar 4
20
50.0
21
52.5
41
51.3
d. Gambar 5
6
15.0
4
10.0
10
12.5
a. Gambar 1
31
77.5
31
77.5
62
77.5
b. Gambar 2
15
37.5
10
25.0
25
31.3
c. Gambar 3
1
2.5
3
7.5
4
5.0
d. Gambar 4
0
0.0
1
2.5
1
1.3
a. Gambar 1
0
0.0
1
2.5
1
1.3
b. Gambar 4
1
2.5
0
0.0
1
1.3
c. Gambar 5
2
5.0
4
10.0
6
7.5
d. Gambar 6
17
42.5
15
37.5
32
40.0
e. Gambar 7
7
17.5
7
17.5
14
17.5
f. Gambar 8
4
10.0
8
20.0
12
15.0
g. Gambar 9
16
40.0
9
22.5
25
31.3
Ideal :
Kurus :
Gemuk :
Persepsi tubuh yang paling menarik bagi contoh dari sembilan gambar adalah gambar nomor 2-6 (Tabel 19). Persepsi terhadap tubuh contoh saat ini berbeda antara contoh berstatus gizi kurus dengan contoh berstatus gizi normal. Contoh berstatus gizi kurus lebih banyak memilih gambar nomor 4 dan 5, sedangkan contoh berstatus gizi normal memilih gambar nomor 3 dan 5. Persepsi bentuk tubuh paling menarik bagi sebagian besar contoh adalah pada gambar nomor 4 (61.3%) dan gambar nomor 3 (25.0%). Contoh berstatus gizi kurus memilih nomor 4 (65.0%) dan contoh berstatus gizi normal (57.5%). Pilihan contoh berstatus gizi kurus (20.0%) dan contoh berstatus gizi normal (30.0%) bentuk tubuh paling menarik adalah nomor 3. Selain itu, terdapat sedikit contoh yang memilih gambar nomor 5, 2, dan 6 yaitu sebanyak 7.5%, 5.0%, dan 1.3%. Hal ini berarti bentuk tubuh yang paling menarik bagi sebagian besar contoh adalah bentuk tubuh yang cenderung kearah kurus.
53
Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan persepsi bentuk tubuh paling menarik dan bentuk tubuh yang menarik lawan jenis Status gizi No
Kategori
Kurus n
1
2
Total
Normal %
n
%
n
%
Persepsi bentuk tubuh paling menarik Gambar 2
1
2.5
3
7.5
4
5.0
Gambar 3
8
20.0
12
30.0
20
25.0
Gambar 4
26
65.0
23
57.5
49
61.3
Gambar 5
4
10.0
2
5.0
6
7.5
Gambar 6
1
2.5
0
0.0
1
1.3
Persepsi bentuk tubuh yang menarik lawan jenis Gambar 2
2
5.0
3
7.5
5
6.3
Gambar 3
10
25.0
15
37.5
25
31.3
Gambar 4
23
57.5
17
42.5
40
50.0
Gambar 5
5
12.5
5
12.5
10
12.5
Tubuh yang paling menarik lawan jenis menurut persepsi contoh adalah adalah gambar nomor 2-5 (Tabel 19). Menurut sebagian besar contoh gambar nomor 4 (50.0%), yaitu 57.5% pada contoh berstatus gizi kurus dan 42.5% contoh berstatus gizi normal. Selain itu tubuh paling menarik lawan jenis adalah nomor 3 (31.3%), yaitu 25.0% pada contoh berstatus gizi kurus dan 37.5% contoh berstatus gizi normal. Sedangkan sisanya sebanyak 12.5% dan 6.3% contoh memilih gambar nomor 5 dan 2. Dengan demikian persepsi bentuk tubuh paling menarik lawan jenis juga merupakan bentuk tubuh yang cenderung kearah kurus. Nilai median persepsi contoh terhadap tubuh yang paling menarik dan tubuh yang menarik lawan jenis sama antara contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal, yaitu gambar nomor 4. Persepsi contoh terhadap tubuh yang paling menarik, tubuh yang menarik lawan jenis sama dengan persepsi contoh terhadap tubuh saat ini, tubuh sehat, dan tubuh ideal, yaitu gambar nomor 4. Tabel 19 menunjukkan jenis persepsi tubuh contoh yang diukur dengan cara
membandingkan kategori status gizi contoh saat ini yang diukur
berdasarkan IMT/U dengan persepsi tubuh contoh saat ini. Contoh dikatakan memiliki persepsi negatif apabila persepsi contoh terhadap tubuhnya saat ini berbeda dengan status gizi contoh saat ini berdasarkan kategori IMT/U, dan contoh memiliki persepsi tubuh positif apabila persepsi contoh terhadap
54
tubuhnya saat ini sama dengan hasil dari kategori status gizi contoh saat ini berdasarkan kategori IMT/U. Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan jenis persepsi terhadap tubuh Status gizi Persepsi tubuh
Kurus
Total
Normal
n
%
n
%
n
%
Positif
10
25.0
16
40.0
26
32.5
Negatif
30
75.0
24
60.0
54
67.5
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
Sebagian besar contoh (75.0%) memiliki jenis persepsi tubuh negatif, yaitu pada contoh berstatus gizi kurus (Tabel 20). Sisanya adalah contoh berstatus gizi normal (60.0%). Sedangkan contoh yang memiliki persepsi tubuh positif yaitu 25.0% pada contoh berstatus gizi kurus dan 40.0% contoh berstatus gizi normal. Menurut Hurlock (1980) yang menyatakan bahwa pada masa remaja hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya terutama pada remaja putri, sehingga hal ini menyebabkan adanya persepsi negatif terhadap bentuk tubuhnya. Contoh lebih banyak memiliki persepsi tubuh
negatif dibandingkan
dengan contoh yang memiliki persepsi tubuh positif terhadap bentuk ukuran tubuhnya saat ini. Contoh merasa gemuk dan ideal, meskipun kenyataannnya ukuran tubuhnya tidak pada kategori gemuk dan ideal. Sebaliknya contoh merasa kurus, dan gemuk, meskipun kenyataannya ukuruan tubuh contoh tidak pada kategori kurus dan gemuk tetapi sudah normal. Persepsi tubuh negatif terlihat dari hampir sebagian besar contoh (76.3%) memiliki harapan yang tidak sesuai dengan tubuhnya saat ini. Dengan demikian, sebagian besar contoh merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya saat ini dan mengingginkan bentuk tubuh yang lebih kurus, serta ingin memiliki tubuh yang lebih tinggi dari tubuhnya saat ini. Menurut Willet (2007) dalam Dewi (2010), masalah persepsi tubuh banyak terjadi terutama pada masa remaja. Remaja merupakan suatu periode dimana terjadi perubahan yang cepat pada tubuh. Perubahan yang terjadi secara alami dapat membuat remaja merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya. Contoh memilih gambar nomor 2-5 untuk mempersepsikan bentuk tubuh yang diharapkan oleh dirinya sendiri (Tabel 21). Gambar yang paling banyak dipilih contoh adalah gambar nomor 3 (42.5%) dan gambar nomor 4 (41.3%).
55
Gambar nomor 3 sebagai bentuk yang diharapkan oleh diri sendiri oleh contoh berstatus gizi kurus (35.0%) lebih sedikit dibandingkan contoh berstatus gizi normal (50.0%). Sebaliknya, contoh berstatus gizi kurus (50.0%) lebih banyak dibandingkan contoh berstatus gizi normal (32.5%) memilih nomor 4 sebagai bentuk tubuh yang diharapkan oleh diri sendiri. Bentuk tubuh yang diharapkan dari keluarga contoh sendiri adalah gambar nomor 4 (47.5%), dan gambar nomor 3 (23.8%). Gambar nomor 4 sebagai bentuk tubuh yang diharapkan oleh keluarga lebih banyak dipilih oleh contoh berstatus gizi kurus (57.5%) dibandingkan contoh berstatus gizi normal (37.5%). Sedangkan gambar nomor 3, lebih banyak dipilih oleh contoh berstatus gizi normal (30.0%) dibandingkan contoh berstatus gizi kurus (17.5%). Bentuk tubuh yang diharapkan oleh teman-teman contoh adalah gambar nomor 4 (46.3%) dan gambar nomor 3 (35.0%). Contoh berstatus gizi kurus dan normal memiliki persepsi yang berbeda, yaitu contoh berstatus gizi kurus (55.0%) memilih gambar nomor 3 dan contoh berstatus gizi normal (37.5%) memilih gambar nomor 4 sebagai bentuk tubuh yang diharapkan oleh teman-teman. Hal ini menunjukkan bahwa antara bentuk tubuh yang diharapkan oleh contoh, keluarga contoh, dan teman-teman contoh sama yaitu gambar nomor 3 dan gambar nomor 4. Nilai median persepsi terhadap tubuh yang diharapkan oleh contoh berstatus gizi kurus adalah gambar nomor 4, sedangkan tubuh yang diharapkan oleh contoh berstatus gizi normal adalah gambar nomor 3. Persepsi contoh terhadap tubuh yang diharapkan oleh keluarga adalah gambar nomor 4, baik contoh berstatus gizi kurus maupun contoh berstatus gizi normal. Persepsi contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal sama terhadap tubuh yang diharapkan oleh teman-teman, yaitu gambar nomor 4. Ini berarti contoh berstatus gizi normal memiliki persepsi yang berbeda dengan keluarga dan teman-teman terhadap tubuh yang diharapkannya.
56
Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan persepsi tubuh yang diharapkan oleh contoh, keluarga contoh, dan teman-teman contoh Status gizi No 1
2
Kategori
Total Normal
N
%
n
%
n
%
a. gambar 2
1
2.5
2
5.0
3
3.7
b. gambar 3
14
35.0
20
50.0
34
42.5
c. gambar 4
20
50.0
13
32.5
33
41.3
d. gambar 5 Total
5
12.5
5
12.5
10
12.5
40
100.0
40
100.0
80
100.0
0
0.0
2
5.0
2
2.5
Contoh :
Keluarga contoh : a. gambar 2
3
Kurus
b. gambar 3
7
17.5
12
30.0
19
23.8
c. gambar 4
23
57.5
15
37.5
38
47.5
d. gambar 5
8
20.0
9
22.5
17
21.2
e. gambar 6 Total
2
5.0
2
5.0
4
5.0
40
100.0
40
100.0
80
100.0
0
0.0
1
2.5
1
1.3
Teman-teman contoh : a. gambar 1 b. gambar 2
0
0.0
1
2.5
1
1.3
c. gambar 3
12
30.0
16
40.0
28
35.0
d. gambar 4
22
55.0
15
37.5
37
46.3
e. gambar 5 Total
6
15.0
7
17.5
13
16.3
40
100.0
40
100.0
80
100.0
Berdasarkan hasil penelitian ini persepsi tubuh contoh dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya adalah dari dalam diri sendiri (ukuran tubuh yang meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang dan pinggul) dan faktor eksternal yaitu keluarga, teman, lawan jenis. Selain itu berdasarkan hasil penelitian Dewi (2010), media massa merupakan salah satu faktor yang juga mempengaruhi persepsi tubuh remaja.
Menurut Andea (2010), adanya
hubungan dengan orang lain membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi persepsi diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Dengan demikian interaksi dengan orang lain juga merupakan salah satu hal yang berperan penting dalam pembentukan persepsi tubuh.
57
Upaya Pencapaian Tubuh Ideal Wirakusumah (1994), pada dasarnya berat badan secara alami dapat diturunkan antara lain membatasi atau mengurangi pemasukan energi melalui makanan yang termasuk kedalam tubuh, meningkatkan pengeluaran energi dari tubuh dengan jalan meningkatkan aktifitas fisik, atau dengan mengkombinasikan keduanya. Cara tersebut sangat sederhana dan kelihatan mudah, namun pada kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan karena dibutuhkan motivasi dan pengendalian diri yang kuat. Upaya pencapaian tubuh ideal yang dilakukan untuk menurut contoh dibagi menjadi 9 kelompok kategori, yaitu melalalui makanan, olahraga, suplemen, makanan + olahraga, makanan + suplemen, olahraga + suplemen, minum susu + olahraga, minum susu + suplemen + olahraga, makanan + minum susu + suplemen. Pada Gambar 4 dapat diketahui upaya pencapaian tubuh ideal yang paling banyak dilakukan oleh contoh adalah melakukan melalui makanan (41.3%), yaitu 42.5% pada contoh berstatus gizi kurus dan 40.0% contoh
Jumlah (%)
berstatus gizi normal.
45.0 40.0 35.0 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0
42.5 40.0 32.5 22.5 20.0 15.0 7.5 2.5
2.5 0.0
2.5 0.0
5.0 0.0
5.0 0.0
2.5 0.0
minum makanan makanan minum makanan olahraga+ susu+supl +minum +supleme susu+olah +olahraga suplemen emen+ola susu+supl n raga hraga emen
makanan
olahraga
suplemen
Kurus
42.5
22.5
2.5
20.0
2.5
2.5
5.0
0.0
2.5
Normal
40.0
15.0
7.5
32.5
0.0
0.0
0.0
5.0
0.0
Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan upaya pencapaian tubuh ideal Upaya pencapaian tubuh ideal (Tabel 22) yang dilakukan menrut contoh melalui makanan adalah dengan melakukan diet (48.1%), baik pada contoh berstatus gizi kurus (66.6%) maupun pada contoh berstatus gizi normal (33.3%). Hawks dalam Andea (2010) menyatakan bahwa perilaku diet adalah usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan
58
dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan. Selain itu, upaya pencapaian tubuh ideal lainnya melalui makanan adalah dengan makan makanan bergizi (26.2%), makan teratur (25.9%), dan membatasi porsi makan (20.4%). Sejauh ini hasil penelitian menunjukkan semua contoh melakukan upayaupaya pencapaian tubuh ideal dengan benar, tidak terdapat contoh yang melakukan upaya-upaya pencapaian tubuh ideal dengan cara yang salah seperti meminum obat pencuci perut, obat pelangsing, memintahkan makanan yang sudah dimakan (bulimia), sedot lemak. Bulimia cenderung mengkonsumsi makanan yang disukai dan membatasi makanan yang dimakan. Makanan yang dikonsumsi tidak dibatasi, namun makanan yang telah dimakan akan dimuntahkan. Sehingga terhindar dari gemuk dan menjadi kurus tanpa menahan keinginan untuk makan. Metode penurunan berat badan melalui sedot lemak tidak menimbulkan bekas operasi dan tidak merusak pembuluh darah, namun tindakan pembedahan memiliki dampak bagi kesehatan yaitu terjadinya komplikasi setelah pembedahan, seperti penyakit dalam pembuluh darah, penyakit infeksi, batu empedu, kegagalan ginjal, serta kemungkinan terjadi malnutrisi dan kekurangan serat (Wirakusumah 1994). Tabel 22 Upaya pencapaian tubuh ideal melalui makanan Status gizi
Upaya pencapain tubuh ideal melalui makanan
Kurus n
Total
Normal %
n
%
n
%
Diet
16
66.7
10
33.3
26
48.1
Makan makanan bergizi
7
29.2
14
46.7
21
26.2
Makan teratur
7
29.2
7
23.3
14
25.9
Membatasi porsi makan Mengurangi makanan berlemak dan berminyak
6
25.0
5
16.7
11
20.4
4
16.7
2
6.7
6
11.1
Tidak makan malam dan mengurangi ngemil
0
0.0
2
6.7
2
3.7
Total
24
100.0
30
100.0
54
87.3
Makanan yang bagus menurut contoh untuk tubuh ideal adalah jenis sayuran dan buah-buahan (Lampiran 4). Sayuran terdiri dari wortel (37.5%) dan brokoli (25.0%), buah-buahan terdiri dari apel (32.5%) dan jeruk (26.3%). Upaya pencapaian tubuh ideal melalui makanan+olahraga (26.3%), yaitu 20.0% dilakukan oleh contoh berstatus gizi kurus dan 32.5% oleh contoh berstatus gizi normal. Olahraga yang paling baik dilakukan untuk pencapaian
59
tubuh ideal menurut contoh adalah adalah jogging, lari, renang (Lampiran 1). Tidak jauh berbeda dengan penelitian Marasabessy (2006) yang menyatakan bahwa jenis olahraga yang paling banyak dilakukan oleh remaja dalam hal upaya pencapaian tubuh ideal adalah jogging, skipping, dan sit-up. Hal ini sejalan dengan
Wirakusumah
(1994)
yang
menyatakan
bahwa
jogging,
jalan
cepat,renang, senam aerobik, bersepeda merupakan beberapa jenis olahraga yang dapat dijadikan pilihan untuk menurunkan berat badan. Menurut Sumanto (2009), melakukan olahraga secara rutin dan sesuai dengan kemampuan tubuh dapat membantu program diet, mengurangi rasa lapar, dan membentuk tubuh ideal.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Seluruh contoh berada pada kelompok usia 15-17 tahun dengan persentase terbesar usia 16 tahun, sebagian besar contoh berstatus gizi kurus (70.0%) dan normal (67.5%). Sebagian besar contoh berstatus gizi kurus (85.0%) dan normal (87.5%) memiliki besar uang saku berkisar antara Rp 240.000-Rp 659.999 perbulan. Rata-rata pengeluaran perbulan contoh berstatus gizi kurus (Rp 584.850±158739) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran perbulan contoh berstatus gizi normal (Rp 573.925±183494). Sebagian besar contoh memiliki keluarga kecil (≤ 4 orang), yaitu 50.0% pada contoh berstatus gizi kurus dan 52.5% contoh berstatus gizi normal. Sebagian besar contoh berstatus gizi kurus (62.5%) dan normal (67.5%) memiliki orangtua dengan penghasilan Rp>5.000.000. Rata-rata contoh memiliki ayah dengan pendidikan terakhir adalah perguruan tinggi (PT), yaitu 87.5% pada ayah contoh contoh berstatus gizi kurus dan normal. Sebagian besar (82.5%) contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal (85.0%) memiliki ibu dengan pendidikan terakhir adalah PT. Sebagian besar (82.5%) contoh memiliki rasio lingkar pinggang dan pinggul (LPA/LPU) <0.85, yaitu 100.0% pada contoh berstatus gizi kurus dan 65.0% contoh berstatus gizi normal. Hal ini menunjukkan bahwa contoh tidak memiliki resiko terhadap penyakit metabolik. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara praktik kebersihan diri, praktik merokok, praktik olahraga, dan praktik makanan sehat dengan status gizi contoh berstatus gizi kurus dan normal (p>0.05). Sebagian besar contoh mengkonsumsi suplemen dengan alasan untuk kesehatan tubuh yaitu sebesar 50.0%. Jenis suplemen yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh adalah suplemen vitamin C (46.3%), yaitu (47.5%) pada contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal (45.0%). Praktik hidup sehat remaja putri belum semuanya baik, yang baik yaitu untuk praktik kebersihan diri, olahraga, makanan sehat remaja perlu mendapat penyuluhan terutama mengenai makanan sehat yang sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Dilihat dari nilai median terdapat persamaan antara contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal dalam mempersepsikan tubuhnya saat
61
ini, tubuh sehat, tubuh ideal, tubuh yang paling menarik, tubuh yang menarik lawan jenis, yaitu gambar pada nomor 4. Terdapat perbedaan persepsi pada contoh berstatus gizi normal terhadap tubuh yang diharapkan, yaitu contoh mengharapkan tubuh pada gambar nomor 3, sedangkan keluarga dan temanteman contoh mengharapkan tubuh pada gambar nomor 4. Sebagian besar contoh (75.0%) memiliki jenis persepsi tubuh negatif, yaitu pada contoh berstatus gizi kurus (75.0%) dan contoh berstatus gizi normal (60.0%). Dengan demikian, sebagian besar contoh merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya saat ini. Saran Orangtua dan sekolah merupakan tempat belajar bagi remaja, sehingga orangtua dan guru-guru diharapkan dapat saling berkomunikasi dan memberikan pengaruh positif terkait masalah perkembangan fisik dan psikologis yang dialami pada usia remaja. Perlunya pendidikan gizi berkaitan dengan praktik hidup sehat, sehingga pola pikir remaja putri mengenai praktik hidup sehat yang tidak baik menjadi baik khususnya praktik kebersihan diri, olahraga, makanan sehat. Serta persepsi tubuh ideal yang negatif dapat berubah menjadi positif. Persepsi tubuh remaja putri yang berstatus gizi kurus dan normal cendrung kearah persepsi tubuh negatif, diharapkan adanya persepsi yang sama tentang persepsi tubuh ideal antara contoh, keluaraga, dan teman. Pendidikan gizi dapat diberikan melalui tambahan mata pelajaran yang berkaitan dengan praktik hidup sehat dan persepsi tubuh ideal, serta melalui seminar.
DAFTAR PUSTAKA Abramson E. 2005. Body Intelligence. Yogyakarta: Andi. Admin. 2011. Agar tetap langsing, para gadis remaja cenderung merokok. http:pokoKekitabanget.blogspot.com/2009/05/agar tetap langsing para gadis remaja cenderung merokok.html. [29 April 2011]. Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Andarwulan N, Madanijah S, Zulaikhah. 2009. Laporan Akhir Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Siswa Sekolah (PJAS) Nasional 2008. Direktorat Surveilan Penyuluhan Keamanan Pangan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Pangan Berbahaya. BPOM RI dan SUCOFINDO. Andea R. 2010. HUbungan antara body image dan perilaku diet pada remaja [Skripsi]. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Arisman. 2002. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Kedokteran. Auliana. 1999. Gizi dan Pengolahan Pangan. Yogyakarta: Adicita. Bani F. 2002. Studi Tentang Persepsi Mahasiswa Terhadap Tubuh Ideal dan Hubungannya dengan Upaya Pencapaiannya [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Briawan D, Heryudarini H, Drajat M. 2008. Hubungan Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Body Image Pada Remaja di Bogor. Jurnal Gizi Indonesia, 31(1):49-59. [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Survei Kesehatan Nasional 2001. Status Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Perilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan. Depkes RI. ______. 2004. Kesehatan Obesitas. Disampaikan pada Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Sabtu, 15 Februari, 2004 di Kampus UI Depok. ______. 2005. Tiga Belas Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Dewi S.D. 2010. Aplikasi Metode Body Shape Questionnaire (BSQ) Untuk Pengukuran Persepsi Tubuh Pada Remaja Putri SMA[Skripsi]. Bogor: Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.
63
Effendy. 1995. Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Buku Kedokteran ECG. Emilia E. 2008. Pengembangan Alat Ukur Pengetahuan, Sikap, Dan Praktek Gizi pada Remaja [Skripsi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Fitriadini N. 2010. Perilaku Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Serta Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Ibu Kaitannya Dengan Status Gizi Dan Status Kesehatan Balita Bawah Garis Merah Di Kabupaten Sukabumi [Skripsi]. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Freitag H dan Oktaviani P. 2010. Diet Seru Ala Remaja. Yogyakarta: Jogja Great Publisher. Garwati A dan Wijayati I. 2010. Goodbye Lemak 3 Langkah Mudah membentuk Tubuh Ideal. Jakarta: Gelanggang press. Gunawan A. 1999. Food Combining. Kombinasi Makanan Serasi Pola Makan Untuk Langsing dan Sehat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Greger J.L. 1988. The Vital Vitamin Plus Mineral, Food Suplement, Amino Acids and Herbal Medicine Fact File. Thorsons Publishing Group, London. Hakim R. 2010. Lingkar Pinggang Barometer Kesehatan. http://raisahakim. com/ lingkar - pinggang-barometer-kesehatan/2 Juli 2010. Hardinsyah & Sumarwan U. 2001. Analisis Perilaku Konsumsi Suplemen di Perkotaan Indonesia. Dalam L. Nuraida & Hariyadi, Proceeding Seminar Nasional Pangan Tradisional sebagai Basis Industri Pangan Fungsional dan Suplemen (hlm. 64-71). Pusat Kajian Makanan Tradisional, Institut Pertanian Bogor. Hayati A H. 2002. Perilaku Konsumsi Suplemen Pangan (Food Suplement) pada wanita dewasa di kota Depok [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan SUmberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. _________. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Irianto D. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta: Andi. Karyadi E. 1998. Suplemen Makanan untuk siapa. http://www.indomedia.com/ ntisari1998/Agst/supl.htm. [10 Januari 2011]. Kasali R. 1993. Manajemen Periklanan, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.
64
Koalisi Untuk Indonesia Sehat (KUIS). 2007. Remaja Putri yang Merokok. http://www.rmexpose.com/detail. [26 Februari 2011]. Khomsan A. 2002. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. ___________. 2003. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. ___________. 2004. Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta: Grasindo. ___________. 2005. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan 2. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Khomsan A dan F Anwar 2008. Sehat Itu Mudah Wujudkan Hidup Sehat Dengan Makanan Tepat. Jakarta: Hikmah. Khumaidi. 1989. Gizi Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Komalasari dan Helmi. 2010. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Universitas Islam Indonesia dan Universitas Gajah Mada. www.google.com. [30 Juni 2010]. Lameshow S, Hosmer D W, Klar J, Lwanga S K. 1997. Besar Sample Dalam Penelitian Kesehatan. Pramono D, penerjemah; Kusnanto H, editor. Yogyakarta : Penerbit Gadjah Mada University Press. 1997. Terjemahan dari: World Health Organization; 1990. Marasabessy N. 2006. Hubungan Ukuran Tubuh Aktual dan Ekspose Media Massa Terhadap Body Image Mahasiswa Putra dan Putri IPB. [Skripsi]. Bogor: Program Studi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mar’at S. 2009. Desmita Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Na’imah T dan Rahardjo P. 2009. Pengaruh Komparasi Sosial Pada Public Figure di Media MassaI Terhadap Body Image Remaja di Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Napitu N. 1994. Perilaku jajan di kalangan siswa di kota dan di pinggiran kota DKI Jakarta [tesis]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Padmiari, I.A.E. & Hadi. 2001 dalam Afianti, N.A. 2008. Perilaku Gizi MahasiswaBidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia
65
IPB Tentang Pesan-Pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya kelarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2008. Rahmawati D. 2006. Status Gizi dan Perkembangan Anak Usia Dini di Taman Pendidikan Karakter Sutera Alam, Desa Sukamantri Bogor [Skripsi]. Bogor:Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Riyadi H. 2003. Penilaian gizi secara antropometri. Diktat yang tidak dipublikasikan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sediaoetama AD. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat. Siswanti. 2007. Hubungan Body Image dengan Perilaku Makan, Perilaku Sehat, Status Gizi dan Kesehatan Mahasiswa. [Skripsi]. Bogor: Program Studi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Slamet Y. 1993. Analisis Kuantitatif Untuk Data Sosial. Solo : Dabara Publisher. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Ranuh G, Editor. Jakarta: EGC. Subarnas A. 2001. Peranan Suplemen Makanan dan Pengobatan. www. Pikiran rakyat.com/prcetak/htm. [ 8 Januari 2010]. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Sukandar D. 2007. Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi dan Sanitasi. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Sulistyo J. 2010. Diet langsing ideal. http://www:langsingdiet.com.html. [22 Januari 2010]. Sumanto A. 2009. Tetap Langsing dan Sehat dengan Terapi Diet. Jakarta: Agro Media Pustaka. Supariasa IDN, Bakri B & Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. [UNICEF] United Nations Children’s Fund. Personal Hygiene. http://www.unicef.org/Lifeskulls/tthGrade.pdf.[29 April 2011]. Utomo TAT. 2005. Health Quotient (Cerdas Kesehatan) untuk Eksekutif. Jakarta : PT Grasindo.
66
Widodo. 2008. Mengenal Minuman Ringan Berkarbonasi http://www.untag-sby.acid/index. [29 April 2011]
(soft
drink).
Willet E. 2007. Negative Body Image. www.nasionaleatingdisorders.org/nedaDir /filesBody Image. [20 Januari 2010]. Winarno. 1993. Pangan dan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia, Jakarta. Wirakusumah E. 1994. Cara Aman Dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Witjaksono F. 2009. http://lifestyle.okezone.com/read/tubuh-ideal-dengan-giziseimbang. [22 Januari 2010]. [WHO] World Health Organization. 2005. Nutrition in adolescence Issue and Challenges for the Health Sector. Issues in Adolescent Health and Development. [WHO] World Health Organization. 2007. Growth reference 5-19 years. http://www. who.int/growthref/who2007/bmi for age/en/index.html. [18 Juli 2010]. [WHO]. 1999. Definition, diagnosis, and clasification of diabetes mellitus and its complication. Geneva.
LAMPIRAN
68
Lampiran 1 Sebaran contoh berdasarkan jenis olahraga yang dilakukan untuk pencapaian tubuh ideal Status gizi Kurus
Jenis olahraga yang dilakukan
Normal
Total
n
%
n
%
n
%
Sepeda
2
5.0
3
7.5
5
12.5
Softball
3
7.5
3
7.5
6
15.0
Tenis meja
1
2.5
0
0.0
1
2.5
Jogging
11
27.5
16
40.0
27
67.5
Renang
9
22.5
10
25.0
19
47.5
Badminton
4
10.0
4
10.0
8
20.0
Catur
0
0.0
1
2.5
1
2.5
Basket
1
2.5
1
2.5
2
5.0
Menari
4
10.0
2
5.0
6
15.0
Fitness
1
2.5
0
0.0
1
2.5
Senam
1
2.5
2
5.0
3
7.5
Skipping
2
5.0
2
5.0
4
10.0
Voli
0
0.0
1
2.5
1
2.5
Lari
14
35.0
11
27.5
25
62.5
Push up
1
2.5
1
2.5
2
5.0
Sit up
3
7.5
2
5.0
5
12.5
69
Lampiran 2 Sebaran contoh berdasarkan merek suplemen yang dikonsumsi
Status Gizi Contoh Merek suplemen
Kurus
Total
Normal
n
%
n
%
n
%
Vitacimin
9
20.5
8
16.3
17
18.3
Enervon-c
10
22.7
4
8.2
14
15.1
Scott emultion
3
6.8
6
12.2
9
9.7
Natur-E
4
9.1
3
6.1
7
7.5
CDR
2
4.5
4
8.2
6
6.5
Curcuma
1
2.3
3
6.1
4
4.3
Zevit grow
2
4.5
1
2
3
3.2
Cerebrovit
2
4.1
2
2.2
Ester C
2
4.1
2
2.2
Cerebrovit exel
2
4.1
2
2.2
Propolis
2
4.1
2
2.2
Vitalong C
2
4.1
2
2.2
Klorofil
1
2.3
1
2
2
2.2
Habbatussauda
1
2.3
1
2
2
2.2
Imboost
1
2.3
1
2
2
2.2
Omega 3
1
2.3
1
2
2
2.2
Seven Seas
1
2
1
1.1
Sakatonik
1
2
1
1.1
Sari kurma
1
2.3
1
1.1
Kiranti
1
2.3
1
1.1
Pharmaton
1
2.3
1
1.1
K-link
1
2.3
1
1.1
1
1.1
1
1.1
Stimuno Bion 3
1 1
2
2.3
Imunos
1
2
1
1.1
Sangobion
1
2
1
1.1
1
2
5
5.4
tidak konsumsi
4
9.1
70
Lampiran 3 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan berkaitan dengan praktik makanan sehat Status gizi No 1
Pertanyaan praktik makanan sehat
%
n
%
n
%
2
5.0
0
0.0
2
2.5
b. Kadang-kadang
11
27.5
6
15.0
17
21.2
c. Sering
12
30.0
9
22.5
21
26.3
d. Selalu
15
37.5
25
62.5
40
50.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
b. Kadang-kadang
20
50.0
16
40.0
36
45.0
c. Sering
13
32.5
16
40.0
29
36.2
d. Selalu
7
17.5
8
20.0
15
18.8
0
0.0
0
0.0
0
0.0
b. Kadang-kadang
16
40.0
17
42.5
33
41.2
c. Sering
17
42.5
15
37.5
32
40.0
d. Selalu
7
17.5
8
20.0
15
18.8
a. Tidak pernah
0
0.0
0
0.0
0
0.0
b. Kadang-kadang
6
15.0
4
10.0
10
12.5
c. Sering
19
47.5
17
42.5
36
45.0
d. Selalu
15
37.5
19
47.5
34
42.5
Sarapan pagi
Konsumsi sayuran a. Tidak pernah
3
Konsumsi buahan a. Tidak pernah
4
5
Konsumsi daging atau ikan
Konsumsi tempe atau tahu a. Tidak pernah
6
0
0.0
0
0.0
0
0.0
b. Kadang-kadang
20
50.0
28
70.0
48
60.0
c. Sering
14
35.0
10
25.0
24
30.0
d. Selalu
6
15.0
2
5.0
8
10.0
1
2.5
0
0.0
1
1.20
b. Kadang-kadang
14
35.0
17
42.5
31
38.8
c. Sering
13
32.5
9
22.5
22
27.5
d. Selalu
12
30.0
14
35.0
26
32.5
2
5.0
0
0.0
2
2.5
b. Kadang-kadang
16
40.0
14
35.0
30
37.5
c. Sering
15
37.5
21
52.5
36
45.0
d. Selalu
7
17.5
5
12.5
12
15.0
Minum susu a. Tidak pernah
7
Total
Normal
n a. Tidak pernah
2
Kurus
Minum air putih 6-8 gelas/hari a. Tidak pernah
71
Lampiran 4 Sebaran contoh berdasarkan persepsi makanan yang baik untuk tubuh ideal Status gizi Makanan yang baik (good food)
Kurus
Total
Normal
n
%
n
%
11
27.5
6
15.0
n
%
Sayuran : a. Bayam
17
21.3
b. Kangkung
4
10.0
3
7.5
7
8.8
c. Wortel
11
27.5
19
47.5
30
37.5
d. Brokoli
11
27.5
9
22.5
20
25.0
e. Toge
3
7.5
3
7.5
6
7.5
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
a. Pir
4
10.0
5
12.5
9
11.3
b. Pisang
8
20.0
4
10.0
12
15.0
c. Apel
13
32.5
13
32.5
26
32.5
d. Jeruk
11
27.5
10
25.0
21
26.3
Buahan :
e. Pepaya
3
7.5
4
10.0
7
8.8
f. Anggur
0
0.0
4
10.0
4
5.0
g. Semangka
1
2.5
0
0.0
1
1.3
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
a. Nasi putih
20
50.0
17
42.5
37
46.2
b. Nasi merah
20
50.0
23
57.5
43
53.8
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.0
a. Ikan tongkol
0
0.0
3
7.5
3
3.75
b. Ikan salmon
3
7.5
4
10.0
7
8.75
c. Ikan teri
2
5.0
5
12.5
7
8.75
d. Ikan mujair
3
7.5
0
0.0
3
3.75
e. Ikan nila
1
2.5
0
0.0
1
1.25
Daging sapi
23
57.5
22
55.0
45
56.25
Ayam
6
15.0
6
15.0
12
15.00
Telur ayam
2
5.0
0
0.0
2
2.50
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.00
Tahu
13
32.5
16
40.0
29
36.25
Tempe
27
67.5
24
60.0
51
63.75
Total
40
100.0
40
100.0
80
100.00
Nasi :
Ikan :
72
Lampiran 5 Sebaran contoh berdasarkan persepsi bagian tubuh yang paling ideal Status gizi Persepsi bagian tubuh yang paling ideal
Kurus
Total
Normal
n
%
n
%
n
%
Perut
40
100.0
31
77.5
71
88.8
Pinggang
21
52.5
25
62.5
46
57.5
Betis
21
52.5
16
40.0
37
46.3
Kaki
17
42.5
17
42.5
34
42.5
Tangan
19
47.5
15
37.5
34
42.5
Pinggul
16
40.0
17
42.5
33
41.3
Paha
17
42.5
11
27.5
28
35.0
Rambut
13
32.5
14
35.0
27
33.8
Pipi
10
25.0
16
40.0
26
32.5
Kulit Alis Hidung Mata
5 3 2 3
12.5 7.5 5.0 7.5
9 8 6 4
22.5 20.0 15.0 10.0
14 11 8 7
17.5 13.8 10.0 8.8
Leher
3
7.5
4
10.0
7
8.8
Mulut
3
7.5
3
7.5
6
7.5
Jari
3
7.5
3
7.5
6
7.5
Bokong
3
7.5
1
2.5
4
5.0
Pundak
1
2.5
0
0.0
1
1.3
Lampiran 6 Hasil uji korelasi pearson karakteristik contoh Status gizi Statgz
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N Uang saku
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Uang saku -0.063 0.576
80
80
-0.063
1
0.576 80
80
73
Lampiran 7 Hasil uji korelasi pearson karakteristik keluarga
a
Pearson Correlation
a
b
c
d
E
1
-0.064
0
0.065
0.119
0.573
1
0.566
0.295
80
80
80
80
80
-0.064
1
0.034
0.087
-0.034
0.765
0.44
0.762
Sig. (2-tailed) N b
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
c
80
80
80
80
80
0
0.034
1
-0.086
.295
1
0.765
0.448
0.008
Pearson Correlation
80 0.065
80 0.087
80 -0.086
80 1
80 -0.032
Sig. (2-tailed)
0.566
0.44
0.448
80
80
80
0.119
-0.034
.295
0.295
0.762
0.008
0.78
80
80
80
80
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
d
N e
0.573
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**
0.78 80
80
-0.032
1
Correlation is significant at the 0.05 level (2taled) Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Keterangan : a. Pendidikan ayah b. Pendidikan ibu c. Status gizi d. Pekerjaan ayah e. Pekerjaan ibu
Lampiran 8 Hasil uji t-Test antar ukuran tubuh Variabel
**
Sig. (2-tailed)
Berat Badan
Equal variances assumed
0.000
Tinggi Bada
Equal variances assumed
0.000
Lingkar Pinggang
Equal variances assumed
0.000
Lingkar Pinggul
Equal variances assumed
0.000
LPA/LPU
Equal variances assumed
0.000
80
74
Lampiran 9 Hasil uji korelasi pearson antar ukuran tubuh Variabel Berat badan
L.Pinggang
L.Pinggul
IMT/U
Rasio LPA/LPU
0.144
.461
.430
.472
.263
0.203
0
0
0
0.018
80
80
80
80
80
80
0.144
1
-.398
-.268
-.486
-.396
0
0.016
0
0
BB Pearson Correlation
TB 1
Sig. (2-tailed) N
Tinggi badan
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
0.203
N Lingkar pinggang
80
80
80
80
80
80
.461
-.398
1
.895
.913
.619
0
0
0
0
0
80
80
80
80
80
80
.430
-.268
.895
1
.797
0.207
0
0.016
0
0
0.066
80
80
80
80
80
80
.472
-.486
.913
.797
1
.606
0
0
0
0
80
80
80
80
80
80
.263
-.396
.619
0.207
.606
1
0.018
0
0
0.066
0
80
80
80
80
80
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Lingkar pinggul
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
IMT/U
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Rasio LPA/LPU
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
0
Lampiran 10 Hasil t-Test praktik hidup sehat Variabel Praktik hidup sehat
Sig. (2-ailed)
Kebersihan diri
Equal variances assumed
.222
Makanan sehat
Equal variances assumed
.408
Merokok
Equal variances assumed
.320
Olahraga
Equal variances assumed
.876
80
75
Lampiran 11 Hasil uji korelasi pearson praktik hidup sehat Kebersihan diri Pearson Correlation Kebersihan Sig. (2-tailed) diri N Makanan sehat
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Merokok
1
Merokok
Olahraga
Status gizi
-.043
-.071
.070
.138
.705
.529
.538
.222
80
80
80
80
80
-.043
1
.125
.126
.094
.271
.264
.408
.705 80
80
80
80
80
-.071
.125
1
-.078
-.113
.529
.271
.494
.320
80
80
80
80
80
Pearson Correlation
.070
.126
-.078
1
-.018
Sig. (2-tailed)
.538
.264
.494
80
80
80
80
80
.138
.094
-.113
-.018
1
.222
.408
.320
.876
80
80
80
80
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Olahraga
Makanan sehat
N Status gizi Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.876
80