ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PRAKIRAAN KESUBURAN PERAIRAN BALI DARI CITRA SATELIT DI BALAI RISET DAN OBSERVASI KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BALI
PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh : SONY ANGGA SATRYA SURABAYA – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2010
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PRAKIRAAN KESUBURAN PERAIRAN BALI DARI CITRA SATELIT DI BALAI RISET DAN OBSERVASI KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BALI
Praktek Kerja Lapang Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh : SONY ANGGA SATRYA NIM. 060710150P
PKL
Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Menyetujui,
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. NIP. 19520517 1978803 2 001
Abdul Manan, S.Pi., M.Si NIP.19800517 200312 1 004
Prakiraan kesuburan....
Dosen Pembimbing,
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan. Tanggal Ujian : 10 November 2010 Menyetujui, Panitia Penguji, Ketua
Abdul Manan, S.Pi., M.Si NIP. 19800517 200312 1 004
Sekretaris
Anggota
Sapto Andriyono, S.Pi., MT. NIP. 19790925 200812 1 002
A. Shofy Mubarak, S.Pi., M.Si. NIP. 19735501 200112 1 002
Surabaya, 10 November 2010 Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Dekan,
Prof. Dr. Drh. Hj. Sri Subekti B. S. DEA NIP. 19520517 1978803 2 001
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
RINGKASAN
SONY ANGGA SATRYA. Prakiraan Kesuburan Perairan Bali Dari Citra Satelit di Balai Riset dan Observasi Kelautan desa Dangin Berawah, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Negara, Provinsi Bali. Dosen Pembimbing Abdul Manan, S.Pi., M.Si.
Indonesia memiliki potensi sumber daya perikanan yang sangat besar, salah satunya pada sektor budidaya laut. Tiram mutiara (Pinctada maxima) merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan. Tidak semua lokasi perairan di Indonesia dapat digunakan sebagai lokasi Keramba Jaring Apung (KJA) budidaya tiram mutiara. Suatu perairan dapat digunakan sebagai lokasi KJA budidaya tiram mutiara apabila memiliki suhu 25°-29°C, banyak terdapat kandungan pakan alami (fitoplankton), terhindar dari arus yang kuat, dan dasar berpasir karang. Dengan teknologi penginderaan jauh kita bisa mendapatkan nilai produktifitas primer suatu perairan dengan melihat persebaran suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil pada suatu perairan tanpa melakukan survei terestis. Tujuan pelaksanaan praktek kerja lapang ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan citra satelit Aqua/Terra Modis, mengetahui proses pembuatan peta persebaran suhu permuakaan laut dan konsentrasi klorofil-a, dan mengetahui kelayakan area pada perairan Bali untuk KJA budidaya tiram mutiara. Praktek kerja lapang ini dilaksanakan di Balai Riset dan Observasi Kelautan, Jembrana, Kabupaten Negara, Bali mulai tanggal 19 Juli – 1 September 2010. Metode kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode diskriptif dengan pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan cara partisipasi aktif, observasi, wawancara dan studi pustaka. Area Studi yang dikerjakan adalah perairan Bali. Kegiatan pengolahan citra satelit Aqua/Terra Modis diawali dengan pengumpulan data citra satelit dari database NASA melalui situs OceanColor Web, pemilihan data citra yang bersih, dan download citra. Tahapan pengolahan data citra dilakukan dengan menggunakan software ENVI 4.7, pengolahan citra yang dilakukan berupa pewarnaan citra, pembatasan nilai minimum dan maksimum suhu dan klorofil-a
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
permukaan laut, dan klasifikasi citra berdasarkan nilai suhu permukaan laut sebagai parameter penentuan lokasi KJA budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima). Proses selanjutnya adalah pembuatan peta persebaran suhu dan konsentrasi klorofil-a permukaan laut serta peta lokasi kesesuaian budidaya tiram mutiara. Dari hasil praktek ini diperoleh peta persebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) dan konsentrasi klorofil-a yang berbeda antara musim barat dan musim timur pada tahun 2009. Sedangkan untuk lokasi kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara di perairan Bali, lokasi yang sesuai untuk lokasi KJA budidaya tiram mutiara berada pada koordinat 8°33’00.97”- 8°42’05.30” Lintang Selatan dan 115°18’03.40”- 115°39’03.21” Bujur Timur. Berdasarkan letak geografisnya berada pada perairan bagian tenggara Bali bagian utara Pulau Nusa Pennida.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SUMMARY SONY Anga Satrya. Forecast Fertility Bali Waters From Satellite Imagery in Institute for Marine Research and Observation, Dangin Berawah village, Jembrana District, Negara District, Bali Province. Supervisor Abdul Manan, S.Pi., M.Si. Indonesia is very large the potential of fisheries resources, one in marine aquaculture sector. Pearl oyster (Pinctada maxima) is one of the many commodities grown. Not all locations in Indonesian waters can be used as the location of the floating net cage pearl oyster cultivation. A water can be used as the location for pearl oyster farming cage when the temperature of 25° - 29° C, there are a lot of content of natural food (phytoplankton), protected from strong currents, reefs and sandy bottom. With remote sensing technology, we can get the value of primary productivity of waters by looking at the distribution of sea surface temperature and chlorophyll concentration in the water without doing a terestis survey. The purpose of the field work practice are to identify the satellite image processing Aqua/Terra Modis, to know the process of making a map of temperature distribution and concentration of sea surface chlorophyll-a, and to determine the feasibility of Bali coastal area for cage of pearl oyster culture. The practice of field work was conducted at the Institute for Marine Research and Observation, Jembrana, Negara, Bali from on July 19 to September 1, 2010. Working methods used in this field work practice is active participation, observation, interview and literature study to collecting data includes primary data and secondary data. On the reporting field work practice used descriptive method. Study area located is the Bali coastal. Satellite image processing activities Aqua/Terra Modis starting with the collection of satellite image data from the database NASA via OceanColor Web site, the selection of a clean image data, and than download of satellite images. The first stages of image data processing are used software ENVI 4.7, with procedures are coloring the image, limiting the minimum and maximum temperatures and sea surface chlorophyll-a, and classifiying of the image based on the value of sea surface temperature. Sea surface temperature parameter determine the location of the cage of pearl oysters (Pinctada maxima) culture. The next of image processing is compose the
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
temperature distribution and chlorophyll-a concentration map based on the suitability of the cage of pearl oysters culture. The result of this practice work obtained distribution Sea Surface Temperature (SST) and chlorophyll-a concentration maps different between west and east monsoon season in 2009. Suitability of the location of the cage of pearl oyster culture on Bali coastal area, at coordinates 8° 33' 00.97 " - 8° 42' 05.30" South Latitude and 115° 18' 03.40 " - 115° 39 ' 03.21" East Longitude. Based on geographical, that the location in the southeastern Bali coastal area and on the northern area of Nusa Pennida island.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rakhmat dan hidayah-Nya, sehingga Praktek Kerja Lapang tentang Prakiraan Kesuburan Perairan Bali dari Citra Satelit ini dapat terselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang telah dilaksanakan di Balai Riset dan Observasi Kelautan, Jalan Baru Perancak, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 19 Juli – 1 September 2010. Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan data citra satelit Aqua/Terra Modis sebagai media memprakirakan kesuburan perairan Bali. Adapun kegunaannya adalah untuk memberikan informasi tentang proses pengolahan citra Satelit Aqua/Terra Modis level 2 sehingga dapat mengetahui konsentrasi klorofil-a dan persebaran suhu permukaan laut di perairan Bali yang terjadi pada musim timur dan musim barat. Dari hasil pengolahan citra satelit tersebut dapat diketahui daerah perairan yang baik untuk kegiatan budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) tiram mutiara (Pinctada maxima). Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan laporan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak.
Surabaya, Oktober 2010
Penulis
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, tidak lupa pula penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarya kepada : 1. Ibunda tercinta Sulistiani, Ayahanda Moch.Pudji Laksono, dan Adikku Lanny Rizky Arthanti yang selalu memberikan doa, kasih sayang, perhatian, dukungan, dan pengorbanan yang tiada henti selama ini 2. Ibu Prof. Dr. Drh. Hj. Sri Subekti B. S., DEA selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. 3. Bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan sejak penyusunan usulan hingga selesainya penyusunan laporan PKL ini. 4. Bapak Sapto Andriyono, S.Pi., MT, selaku dosen penguji pertama yang telah memberikan saran kritik dalam penyempurnaan laporan PKL ini. 5. Bapak A.Shofy Mubarak, S.Pi., M.Si, selaku dosen penguji kedua yang telah memberikan saran kritik dalam penyempurnaan laporan PKL ini. 6. Bapak Dr.rer.nat.Agus Setiawan, M.Si, selaku Kepala Balai Riset dan Observasi Kelautan Jembrana Bali yang telah mengijinkan penulis melaksanakan PKL. 7. Bapak Eko Susilo, S.Pi, selaku pembimbing lapang di Balai Riset dan Observasi Kelautan Jembrana yang telah memberikan bimbingan dan ilmu selama pelaksanaan PKL. 8. Astri Reza Fauziah yang telah memberikan banyak motivasi, perhatian, dukungan dan kasih sayangnya selama pembuatan PKL ini sehingga ai menjadi pribadi yang sabar dan tegar. 9. Mas Faisal, Mbak Endah, Bang Jay, Mbak Sita, Mbak Yoke, Mas Tri, Mbak Dina, Pak Awi, Pak Bambang, Mbak Nui, Mbak shofy, Mas Pur, Pak Komang, Mas Patrik dan seluruh karyawan BROK yang telah memberikan banyak ilmu,
perhatian,
motivasi, meluangkan banyak waktu, dan
kebersamaannya selama pelaksanaan PKL ini.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
10. Kawan seperjuangan PKL BROK BP’07 ( Barkah, Taufik, Bram, Iqbal ) atas bantuan, motivasi, dan kebersamaan dalam pelaksanaan hingga penyusunan PKL ini. 11. Teman-teman PKL UNPAD (Januar, Candra, Firman, Julius), UNHAS (Andika, Susi), ITS (Wildan), UNIBRAW (Syiri,Arief), ITB (Adis, Manda) atas kebersamaannya selama penulis melaksanakan PKL. 12. Seluruh teman-teman BP’07 Laskar Plankton atas kebersamaannya selama ini. 13. Semua pihak yang telah membantu sehingga Laporan Praktek Kerja Lapang ini bisa terselesaikan.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN...................................................................................
iv
SUMMARY......................................................................................
vi
KATA PENGANTAR......................................................................
viii
UCAPAN TERIMAKASIH.............................................................
ix
DAFTAR ISI....................................................................................
xi
DAFTAR TABEL............................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................
xvi
I
PENDAHULUAN..................................................................
1
1.1 Latar Belakang...................................................................
1
1.2 Tujuan................................................................................
4
1.3 Kegunaan..............................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................
6
2.1 Kesuburan Perairan Laut..................................................... 2.1.1 Cahaya Matahari…………………………………… 2.1.2 Suhu………………………………………………... 2.1.3 Nutrien……………………………………………... 2.1.4 Upwelling………………………………………….
6 7 8 9 10
2.2 Budidaya Tiram Mutiara (Pinctada maxima).....................
11
2.3 Perairan Bali......................................................................
13
2.4 Teknologi Penginderaan Jauh…...................................... 2.4.1 Proses Penerjemahan Citra……………………… 2.4.2 Citra Foto............................................................... 2.4.3 Citra Non Foto.......................................................
14 16 17 19
2.5 Satelit Aqua/Terra Modis.................................................
21
PELAKSANAAN..................................................................
25
3.1 Tempat dan Waktu............................................................
25
3.2 Metode Kerja.....................................................................
25
II
III
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
IV
25 25 27
HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................
28
4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang................ 4.1.1 Sejarah Berdiri dan Perkembangan Balai Riset dan Observasi Kelautan.................................................. 4.1.2 Keadaan Topografi dan Geografi............................
28 28 29
4.2 Sarana dan Prasarana…………………………………… 4.2.1 Bangunan…………………………………………. 4.2.2 Peralatan………………………………………….. 4.2.3 Transportasi……………………………………….. 4.2.4 Jaringan Listrik……………………………………. 4.2.5 Jalan………………………………………………. 4.2.6 Komunikasi………………………………………..
29 29 30 31 31 31 32
4.3 Struktur Organisasi Balai Riset dan Observasi Kelautan..................................................................
32
4.4 Tim Peneliti di Balai Riset dan Observasi Kelautan 4.4.1 Tim Penelitian Penginderaan Jauh (Ocean Remote Sensing)………………………… 4.4.2 Tim Marine Conservation………………………… 4.4.3 Tim Oceanografi………………………………… 4.4.4 Laboratorium Riset Kelautan……………………..
34 37 38 39
4.5 Kegiatan di Lokasi Praktek Kerja Lapang....................... 4.5.1 Pengumpulan Data................................................... 4.5.2 Pengolahan Data...................................................... 4.5.3 Layout Peta.............................................................
40 41 44 50
4.6 Pembahasan Hasil............................................................ 4.6.1 Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Bali.......................................................................... 4.6.2 Peta Persebaran Klorofil-a di Perairan Bali............. 4.6.3 Peta Lokasi Kesesuaian Budidaya Tiram Mutiara di Perairan Bali........................................................
53 53 55
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................
61
5.1 Kesimpulan.......................................................................
61
5.2 Saran.................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................
62
LAMPIRAN....................................................................................
65
V
PKL
3.3 Metode Pengumpulan Data............................................... 3.3.1 Data Primer.............................................................. 3.3.2 Data Sekunder..........................................................
Prakiraan kesuburan....
34
57
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR TABEL Tabel
PKL
Halaman
1. Nilai Produksi Perikanan tahun 2005-2009................................
2
2. Perbedaan Citra Foto dan Citra Non Foto.................................
17
3. Spesifikasi Satelit Aqua Modis..................................................
23
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR GAMBAR
Gambar
PKL
Halaman
1.
Sistem Penginderaan Jauh............................................................
15
2.
Satelit Aqua Modis.......................................................................
22
3.
Struktur Organisasi Balai Riset dan Observasi Kelautan.............
33
4.
Bioreef …………………………..................................................
37
5.
Laboratorium Riset Kelautan Balai Riset dan Observasi Kelautan. .......................................................................................................
39
6.
Diagram Alir Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang........................
41
7.
Tampilan Awal OceanColor Web.................................................
42
8.
Tampilan Informasi Permintaan Citra...........................................
42
9.
Quicklook Permintaan Data Citra..................................................
43
10. Software ENVI 4.7........................................................................
44
11. Tampilan Awal ENVI 4.7..............................................................
44
12. ENVI Color Tables.........................................................................
45
13. Chlorophyll/Sea Surface Temperature Consentration....................
46
14. Toolbar Convert Citra.....................................................................
46
15. Open File Citra SST........................................................................
47
16. Toolbar Band Threshold to ROI Parameters..................................
48
17. Citra Hasil Klasifikasi.....................................................................
48
18. Citra Hasil Clump...........................................................................
49
19. Raster to Vektor Parameter............................................................
49
20. Hasil Klasfikasi..............................................................................
50
21. Software ArcGIS 9 (ArcMap version 9.3).....................................
51
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL
22. Pemasukan Citra dan BestMap pada ArcGIS 9.............................
51
23. Cropping Pada ArcGIS 9...............................................................
52
24. Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Perairan Bali Pada Perwakilan Musim Timur (Juni) dan Musim Barat (Desember)…
53
25. Peta Persebaran Klorofil-a Perairan Bali Pada Perwakilan Musim Timur (Juni) dan Musim Barat (Desember)………………
56
26. Peta Lokasi Kesesuaian Budidaya tiram Mutiara di Perairan Bali..
59
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
PKL
Halaman
1.
Peta Geografis Kabupaten Jembrana, Bali..........................................
66
2.
Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Pada Musim Timur 2009......
67
3.
Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Musim Barat 2009………….
68
4.
Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Pada Musim Timur 2009
69
5.
Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Pada Musim Barat 2009..
70
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki potensi perairan yang besar. Luas wilayah perairan Indonesia meliputi sekitar 62% dari luas teritorial Indonesia, serta memiliki potensi dan keanekaragaman jenis hayati yang sangat besar, sehingga merupakan wilayah yang sangat produktif (Supriharyono, 2000). Untuk bidang perikanan, total nilai ekonomi potensi sumber daya perikanan Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan Rp 102,78 triliun (DKP, 2010). Secara lebih rinci potensi ekonomi perikanan dapat dilihat pada Tabel 1. Tingginya potensi sumberdaya perikanan Indonesia juga didukung oleh letak geografis Indonesia yang memiliki karakteristik unik yaitu sebagai jalur perlintasan massa air dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia, sehingga dengan karakteristik seperti itu diperkirakan perairan Indonesia dapat digunakan sebagai lokasi budidaya laut yang baik terutama untuk budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima). Pada Tabel 1, dapat dilihat juga peningkatan produksi perikanan dalam sektor budidaya laut mulai dari tahun 2005 – 2009. Indonesia juga memiliki pola angin yang berubah setiap tahun terbagi atas 2 musim setiap tahunnya yaitu musim barat dan musim timur. Pada musim barat (Desember-Maret) bertiup angin muson timur laut di utara dan muson barat laut di selatan katulistiwa, sedangkan pada musim timur (Juni-Agustus), bertiup angin muson barat daya di utara dan mosun tenggara di bagian selatan katulistiwa. Pola angin yang berbeda semacam ini dapat mempengaruhi kesuburan suatu perairan (wyrtki, 1961).
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel 1. Nilai Produksi Perikanan tahun 2005-2009 (jutaan rupiah) Kenaikan
Tahun
Rincian
rata-rata
2005
2006
2007
2008
2009 *)
(%)
57622,78
63845,14
76360,22
89454,45
102783,05
15,61
36171,33
40069,05
48431,93
51611,69
56077,35
11,72
33255,30
37162,91
45025,65
46598,55
50863,53
11,39
2916,03
2906,14
3406,28
5013,13
5213,82
17,01
21451,44
23776,08
27928,28
37842,76
46705,70
21,81
3141,86
1996,13
4035,58
9241,94
11678,11
55,27
1. Tambak
13201,27
15713,29
16408,28
17304,47
19404,91
10,26
2. Kolam
2929,13
3481,15
4237,90
6805,93
8736,65
32,39
3. Karamba
670,31
583,66
788,21
1620,25
2930,91
52,14
4. Jaring
645,85
1093,62
1690,27
3493,77
1996,60
34,48
5. Sawah
862,99
908,21
768,01
1376,38
1958,49
27,83
Total Nilai Perikanan Tangkap: 1. Perikanan Laut 2. Perikanan Umum Perikanan Budidaya: Budidaya Laut
*) Angka Sementara Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam angka, 2009
Parameter kesuburan perairan dapat diketahui dari tinggi rendahnya kandungan klorofil, jumlah dan komposisi plankton. Dikenal empat macam pigmen klorofil yaitu klorofil-a, klorofil-b, klorofil-c, dan klorofil-d. Diantara keempat klorofil tersebut klorofil-a merupakan bagian terpenting dalam mengadakan fotosintesis, yang terkandung oleh sebagian besar jenis fitoplankton yang hidup di laut (Wiadnyana, 1983). Beberapa parameter fisika-kimia yang mengontrol dan mempengaruhi sebaran klorofil-a adalah persebaran suhu permukaan laut, intensitas cahaya,
salinitas dan nutrien (Tisch et al, 1992).
Perbedaan parameter-parameter tersebut secara langsung merupakan penyebab bervariasinya produktivitas primer di beberapa tempat di laut (Afdal dan Riyono, 2002). Perairan yang subur dan mempunyai produktivitas yang tinggi tentunya
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
akan memberikan daya dukung lingkungan yang positif bagi kehidupan biota laut. Salah satu wilayah perairan Indonesia yang sangat berpotensi untuk kegiatan budidaya laut adalah perairan Bali. Perairan Bali merupakan salah satu perairan yang berpotensi di Indonesia, hal ini dibuktikan dengan pemanfaatan perairan Bali sebagai lokasi budidaya tiram mutiara. Dalam penentuan lokasi KJA (Keramba Jaring Apung) untuk budidaya tiram mutiara apabila dilakukan dengan survei terestis sangat sulit. Usaha pengumpulan data guna mengetahui potensi sumber daya suatu perairan sering menjadi mahal dan memakan waktu. Untuk mengatasi hal tersebut secara mudah, cepat, dan tepat, salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh (remote sensing). Penginderaan jauh adalah ilmu untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990) Penerapan teknologi penginderaan jauh untuk pemantauan kondisi lingkungan memberikan hasil guna yang optimal, karena penginderaan jauh memberikan kemudahan dalam analisis spasial, berulang, kontinu, serta meliputi wilayah yang relatif luas dengan biaya yang relatif murah dan cepat bila dibandingkan dengan survei terestis (Lillesand et al, 1990). Artinya, data penginderaan jarak jauh bisa menyediakan informasi obyektif, ekonomis dan dapat dipercaya dalam usaha pemantauan maupun evaluasi sumberdaya suatu perairan. Dalam pengideraan jauh data masukan atau hasil observasi dapat berupa citra. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau, agar dapat dimanfaatkan, citra diinterpretasikan atau diterjemahkan terlebih dahulu dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut (Estes, 1975). Sejalan dengan berkembangnya teknologi penginderaan jauh maka informasi tentang wilayah yang luas bukan merupakan suatu kendala. Selanjutnya informasi tersebut dirangkum dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) sehingga diperoleh data spasial dan non spasial potensi sumberdaya perairan Bali secara komprehensif. 1.2 Tujuan Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah : 1. Mengetahui proses pengolahan data citra satelit Aqua/Terra Modis level 2 (Data Persebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) dan klorofil-a permukaan laut) di perairan Bali pada perwakilan musim timur dan musim barat. 2. Mengetahui proses pembuatan peta sebaran suhu permukaan laut dan klorofila permukaan laut di perairan Bali pada perwakilan musim timur dan musim barat. 3. Mengetahui koordinat perairan Bali yang sesuai untuk lokasi budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima) pada semua musim. 1.3 Kegunaan Praktek Kerja lapang ini berguna untuk memberikan informasi tentang penggunaan teknologi penginderaan jauh sebagai pelengkap survei lapang dan mengetahui proses pengolahan citra Satelit Aqua/Terra Modis level 2 sehingga dapat mengetahui konsentrasi klorofil-a dan persebaran suhu permukaan laut di perairan Bali yang terjadi pada musim timur dan musim barat. Dari hasil
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
pengolahan citra satelit tersebut dapat diketahui koordinat lokasi perairan Bali yang baik untuk kegiatan budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) tiram mutiara (Pinctada maxima) pada masing-masing musim.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesuburan Perairan Laut Kesuburan suatu perairan tersusun atas berbagai unsur di dalamnya, fitoplankton merupakan salah satu unsur dalam perairan yang merupakan indikator kesuburan suatu perairan (Wiadnyana, 1983). Pengetahuan akan informasi kesuburan suatu perairan mutlak diperlukan. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat kesuburan suatu perairan adalah dengan melakukan evaluasi wilayah perairan dalam kaitannya dengan pemanfaatan perairan laut dan teknologi penginderaan jauh. Kesuburan suatu perairan tergantung dari ketersediaan produsen utama di dalam ekosistem perairan. Fitoplankton merupakan produsen utama dalam sistem mata rantai di laut. Tumbuhan laut ini bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu melakukan fotosintesis, oleh karena itu tanpa adanya tumbuhan planktonik yang berukuran renik ini tidak mungkin adanya kehidupan di laut (Nybakken, 1992). Plankton adalah organisme yang berukuran kecil (mikroskopis) dan hidupnya melayang terbawa arus di perairan bebas (Hutabarat dan Evans, 1985). Fitoplankton merupakan organisme yang menjadi dasar atau awal dari mata rantai makanan, terutama pada rantai makanan di perairan. Organisme ini dimakan oleh zooplankton dan kemudian akan dimangsa oleh ikan atau predator lainnya, dengan demikian informasi tentang komposisi atau biomassa fitoplankton (klorofil) sangat penting sebagai dasar untuk menggambarkan aliran energi dari jaring makanan di perairan. Fitoplankton memiliki berbagai fungsi yaitu (a) sebagai pemasok oksigen utama bagi organisme akuatik; (b) mengubah zat anorganik menjadi zat organik; (c) sebagai sumber makanan bagi zooplankton; (d)
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
menyerap gas-gas beracun seperti NH3 dan H2S; (e) sebagai indikator tingkat kesuburan perairan; (f) sebagai indikator pencemaran contohnya Skeletonema sp akan melimpah di perairan dengan kadar nutrisi tinggi; (g) sebagai penyedia zat antibiotik seperti penisilin dan streptomisin contohnya pada Asterionella japonica dan Asterionella notata (Arinardi et al., 1997). Klorofil di dalam tumbuhan berbentuk 4 macam yaitu klorofil-a, klorofilb, klorofil-c dan klorofil-d (Devlin, 1975 dalam Nontji, 2002). Klorofil-a fitoplankton adalah suatu pigmen aktif dalam sel tumbuhan yang mempunyai peran penting dalam berlangsungnya proses fotosintesis di perairan (Prezelin, 1981). Klorofil-a merupakan salah satu pigmen fotosintesis yang paling penting bagi tumbuhan yang ada di perairan dan pigmen yang paling umum terdapat pada fitoplankton sehingga hasil pengukuran kandungan klorofil-a sering digunakan untuk menduga biomassa fitoplankton suatu perairan. Kemampuan fitoplankton untuk membentuk zat anorganik menjadi zat organik membuat fitoplankton sebagai produsen primer merupakan pangkal rantai makanan dan dasar pendukung kehidupan seluruh biota lainnya (Nontji, 2002). Keberadaan fitoplankton di laut sangat tergantung pada kondisi lingkungan dari perairan tersebut seperti cahaya matahari, suhu, nutrien dan fenomena oseanografi (upwelling) dan beberapa faktor oseanografi lainnya.
2.1.1 Cahaya matahari Cahaya matahari mutlak diperlukan untuk reaksi fotosintesis. Menurut Nontji (2006), cahaya matahari yang jatuh ke permukaan laut sebenarnya berupa radiasi gelombang elektromagnetik yang mempunyai spektrum lebar, dengan panjang gelombang berkisar 300 – 2500 nm (1 nano meter = 10-9 m), atau
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
mencakup spektrum dari sinar ultraviolet hingga sinar infra merah. Tetapi yang ditangkap oleh klorofil fitoplankton di laut hanyalah radiasi dalam spektrum dengan panjang gelombang antara 400 – 720 nm, yang disebut Photosynthetically Active Radiation (PAR).
2.1.2 Suhu Suhu air laut merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian sumber daya kelautan. Suhu permukaan air laut dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman dari badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu biasanya dinyatakan dalam satuan derajat Celsius (°C) atau derajat Fahrenheit (°F). Data suhu air laut tersebut dapat dimanfaatkan untuk mempelajari gejala - gejala fisika dan kaitannya dengan kehidupan organisme di laut (Nontji, 2002). Suhu dapat mempengaruhi fotosintesis di laut baik secara langsung, maupun tidak langsung. Pengaruh langsung karena reaksi kimia enzimatik yang berperan dalam proses fotosintesis dikendalikan oleh suhu. Peningkatan suhu sampai batas tertentu akan menaikkan laju fotosintesis. Sedangkan pengaruh tak langsung adalah karena suhu akan menentukan struktur hidrologis suatu perairan dimana fitoplankton itu berada, karena suhu berpengaruh terhadap daya larut oksigen yang digunakan untuk respirasi biota laut (Nontji, 2002). Daya larut oksigen berkurang apabila suhu mengalami kenaikan, sebaliknya kandungan karbondioksida akan bertambah. Kisaran suhu yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah sekitar 20 – 30°C (Effendi, 2000). Perairan Indonesia memiliki suhu
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
permukaan laut berkisar 28 - 31°C, sedangkan di tempat yang terjadinya upwelling bisa turun hingga 25°C. Menurut hukum Van’t hoff yang berbunyi, Peningkatan 10°C suhu perairan dapat meningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2 - 3 kali lipat. Peningkatan suhu ini dapat mengakibatkan menurunnya kadar oksigen terlarut di perairan, sehingga keberadaan oksigen di perairan sering tidak mampu memenuhi peningkatan oksigen yang dibutuhkan oleh organisme akuatik untuk metabolisme dan respirasi. Dekomposisi bahan organik oleh mikroba juga menunjukkan peningkatan dengan semakin meningkatnya suhu. Suhu air laut dipermukaan sangat berpengaruh terhadap jumlah panas yang diterima dari matahari. Data suhu permukaan laut dapat diperolah dengan dua cara yang berbeda. Cara pertama adalah metode pengukuran konvensional dengan menggunakan alat-alat pengukur suhu di permukaan laut dan yang kedua metode estimasi suhu permukaan laut dengan cara memanfaatkan potensi dan kemampuan media satelit penginderaan jauh (Harsanugraha dan Parwati, 1996).
2.1.3 Nutrien Fitoplankton membutuhkan berbagai unsur untuk pertumbuhannya. Beberapa unsur ini dibutuhkan dalam jumlah relatif besar dan disebut hara makro (macro nutrient) misalnya C (karbon), H (hydrogen), O (oksigen), N (nitrogen), P (fosfor), Si (silikon), S (sulfur), Mg (magnesium), K (kalium) dan Ca (kalsium). Selain itu, diperlukan juga hara mikro (micro nutrient) untuk pertumbuhan alga fitoplankton. Hara mikro ini berupa unsur-unsur kelumit (trace element) yang diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil seperti Fe (besi), Mn (mangan), Cu
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
(tembaga), Zn (seng), B (boron), Mo (molibdenum), V (vanadium) dan Co (kobal) (Nontji, 2002). Menurut Nybakken (1992), konsentrasi klorofil-a diperairan pantai dan pesisir lebih tinggi disebabkan karena adanya pasokan suplai nutrien melalui runoff sungai dari daratan, sedangkan rendahnya konsentrasi klorofil-a di perairan lepas pantai karena tidak adanya suplai nutrien dari daratan secara langsung. Namun, sering ditemui juga konsentrasi klorofil-a tinggi walaupun jauh dari daratan. Penyebab utamanya adalah terjadinya fenomena penaikan massa air (upwelling) pada perairan tersebut.
2.1.4 Upwelling Upwelling adalah penaikan massa air laut dari lapisan dalam ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang kaya naik ke permukaan (Nontji, 2002). Biasanya di daerah upwelling selalu diikuti dengan tingginya produktivitas plankton. Sebaran suhu permukaan laut merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui terjadinya proses upwelling di suatu perairan (Nikyuluw, 2005). Dalam proses upwelling ini terjadi penurunan suhu permukaan laut dan tingginya kandungan zat hara dibandingkan daerah sekitarnya. Tingginya kadar zat hara tersebut merangsang perkembangan fitoplankton di permukaan. Karena perkembangan fitoplankton sangat erat kaitannya dengan tingkat kesuburan perairan, maka proses upwelling selalu dihubungkan dengan meningkatnya produktivitas primer di suatu perairan dan selalu diikuti dengan meningkatnya populasi ikan di perairan tersebut (Pariwono et al., 1988 dalam Nikyuluw, 2005).
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Upwelling yang berskala kecil seperti umumnya terdapat di perairan Indonesia berkaitan erat dengan sistem arus yang ada. Penelitian upwelling telah dilakukan di berbagai perairan Indonesia, beberapa daerah upwelling telah diketahui dan dibuktikan dengan pasti, tetapi di beberapa daerah lain masih merupakan dugaan yang perlu dikaji lebih lanjut. Upwelling di perairan Indonesia dan sekitarnya ada yang berskala besar seperti di selatan Jawa dan ada yang berskala kecil seperti di Selat Makassar dan Selat Bali (Birowo, 1979 dalam Nikyuluw, 2005). 2.2 Budidaya Tiram Mutiara (Pinctada maxima) Tiram mutiara telah lama dikenal sebagai salah satu produsen mutiara alam yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sebelum adanya usaha budidaya tiram mutiara baik secara buatan atau alami mutiara masih diperoleh dengan mengandalkan hasil dari alam. Banyak negara maju seperti Taiwan dan China sudah melakukan usaha budidaya tiram mutiara (Rachman dkk, 2007). Menurut Dwiponggo (1976), jenis-jenis tiram mutiara yang terdapat di Indonesia adalah: Pinctada maxima, Pinctada margatirifera, Pinctada fucuta, Pinctada chemnitzi dan Pteria penguin. Di beberapa daerah Pinctada fucuta dikenal pula sebagai Pinctada martensii. Klasifikasi tiram mutiara (Pinctada maxima) menurut Mulyanto (1987) adalah sebagai berikut: Kingdom Sub Kingdom Pylum Klass Ordo Family Genus Spesies
PKL
: Animalia : Invertebrata : Mollusca : Pellecypoda : Anysomyaria : Ptridae : Pinctada : Pinctada maxima
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Hampir sebagian besar dari genus Pinctada menghasilkan benda keras yang disebut dengan mutiara. Mutiara sebenarnya terbentuk akibat respon dari tiram untuk menolak rasa sakit oleh akibat masuknya benda asing ke dalam tubuhnya. Mutiara dari laut dapat ditemukan pada tiram, sedangkan mutiara dari perairan tawar pada kerang atau kijing (Tarwiyah, 2001). Dalam usaha budidaya tiram mutiara banyak faktor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan tiram mutiara, salah satu faktor yang penting adalah lingkungan tempat tiram mutiara berkembang. Syarat lokasi budidaya tiram mutiara antara lain adalah lokasi terlindung dari angin dan gelombang yang besar serta memiliki kandungan pakan alami (fitoplankton) yang tinggi. Selain faktor tersebut lokasi budidaya tiram mutiara harus memiliki kecerahan yang cukup tinggi, kedalaman air 20-30 m, kadar garam berkisar 30-34 ppt, suhu berkisar 25°-29°C, bebas pencemaran, memiliki dasar berpasir karang, dan jauh dari jangkauan air tawar karena spat (benih tiram mutiara) sangat rentan terhadap air salinitas rendah. Ketersediaan induk dan benih harus tercukupi pada lokasi tersebut. Untuk mencapai ukuran 1cm butuh waktu 1 bulan dan 7-8 bulan untuk mencapai 5-6 cm. Sementara untuk pembesaran hingga mencapai ukuran siap produksi mutiara yang memerlukan waktu sekitar 3 tahun (BBRPBL, 2010). Dalam melakukan pemeliharaan tiram mutiara, tiram mutiara yang sudah dipasang inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Lokasi dimasukkan inti pada waktu operasi harus tetap berada pada bagian atas. Pemeriksaan inti dengan sinarX dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2-3 bulan, dengan maksud
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada tempatnya. Pembersihan cangkang untuk budidaya tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannya
harus
dilakukan
secara
berkala,
tergantung
dari
kecepatan/kelimpahan organisme penempel. Pemanenan tiram mutiara dapat dilakukan setelah masa pemeliharaan 1,5-2,5 tahun sejak pemasangan inti, sedangkan mutiara blister dapat dipanen setelah 9-12 bulan (BBLL, 2000).
2.3 Perairan Bali Kondisi geografis perairan Bali sebelah utara berhubungan langsung dengan laut jawa, sedangkan pada bagian selatan berhubungan langsung dengan samudera Indonesia. Hal ini yang membuat perairan Bali memiliki beberapa daerah yang berpotensi untuk lokasi penangkapan ikan. Hal tersebut dikarenakan pertemuan arus yang sering terjadi di perairan Bali akibat perubahan angin dan arus pada setiap tahun. Akibat peristiwa tersebut banyak nutrien yang terbawa oleh kedua arus sehingga meningkatkan produktivitas primer perairan tersebut. Peristiwa lain yang mempengaruhi kesuburan perairan Bali adalah upwelling. Perairan Bali bagian barat (sekitar Selat Bali) pada musim timur terjadi upwelling yang terjadi akibat bertiupnya angin muson tenggara yang menyusuri pantai selatan Jawa - Bali. Upwelling mengakibatkan terjadinya peningkatan kandungan fitoplankton. Wyrtki (1961) menyatakan daerah dimana terjadinya upwelling umumnya memiliki zat hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kesuburan suatu perairan, karena meningkatnya zat hara disuatu perairan akan merangsang pertumbuhan fitoplankton di permukaan perairan. Naiknya air permukaan akibat dari upwelling
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
akan meningkatkan produktivitas primer suatu perairan, sehingga meningkatnya produktivitas primer suatu perairan.
2.4 Teknologi Penginderaan Jauh Teknologi penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990). Di Indonesia sejumlah institusi sejak akhir tahun 1970-an telah menggunakan teknologi ini secara luas berdasarkan kepentingan masing-masing (Suwiyanto, 1986). Sebelum lahirnya teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG), inventarisasi dan pemetaan tentang sumber daya alam dilakukan dengan pengukuran langsung di permukaan bumi. Teknik semacam ini tidak memungkinkan untuk memetakan permukaan bumi dengan cepat (Purwati, 2004). Bagi negara kepulauan seperti Indonesia, usaha dalam menginventarisis sumber daya alam sering menjadi beban tersendiri. Teknologi penginderaan jauh menggunakan gelombang yang dipancarkan langsung ke bumi, mekanisme penginderaan jauh dapat dilihat pada Gambar 1.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Gambar 1. Sistem Penginderaan Jauh Sumber : Sutanto (1999)
Mekanisme penginderaan jauh menurut Sutanto (1999), menjelaskan bahwa objek memiliki rona atau warna yang berbeda-beda, pada objek yang memiliki rona atau warna yang sama ditarik garis batas atau delineasi. Energi utama dari proses ini merupakan sinar matahari, pancaran sinar matahari terhadap objek diterima oleh sensor yang mengenalinya berdasarkan karakteristik spasial dan atau unsur temporalnya. Sensor akan menghasilkan dua jenis data yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh aneka pengguna data, bentuk data yang dihasilkan dapat berupa data digital dan citra satelit. Sensor pasif menggunakan sumber energi matahari dan disebut sebagai penginderaan jauh sistem pasif, sedangkan sensor aktif menggunakan sumber energi buatan yang dihasilkan sensor itu sendiri dan disebut sebagai penginderaan jauh sistem aktif, contoh penginderaan jauh sistem aktif seperti RADAR (Radio Detecting and Ranging) (Purwati, 2004). Jenis gelombang yang digunakan dalam teknik penginderaan jauh lebih banyak didasarkan pada panjang gelombang. Gelombang yang digunakan adalah
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
gelombang elektromagnetik, gelombang elektromaknetik yang digunakan dalam sistem inderaja adalah spectrum sinar tampak, infrared dan gelombang mikro. Masukan data atau hasil observasi dalam penginderaan jauh disebut dengan citra. Citra adalah gambaran rekaman suatu objek yang didapat dengan cara optik, elektro optik, optik mekanik atau elektrolik. Agar dapat dimanfaatkan, citra harus diterjamahkan terlebih dahulu. Lintz dan Simonett (1975) menyatakan, penerjemahan citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. 2.4.1 Proses Penerjemahan Citra Pada proses penerjemahan citra menjadi data melalui proses analisis atau interpretasi data. Dalam menerjemahkan citra dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu : A) Deteksi Deteksi dalam penerjamahan citra adalah pengamatan atas adanya suatu obyek yang terdapat pada citra. Deteksi bererati penentuan ada atau tidaknya suatu obyek, ini merupakan tahap awal dalam interpretasi citra. Keterangan yang diperoleh pada tahap deteksi bersifat global. B) Identifikasi Identifikasi dalam penerjemahan citra adalah mencirikan objek dengan menggunakan data rujukan. Data rujukan ini diperoleh dari hasil pengukuran yang dikumpulkan dan pengamatan atas objek, daerah atau fenomena yang dapat diperoleh dari berbagai sumber. Tujuan dari data rujukan ini yaitu membantu dalam menganalisis data penginderaan jauh,
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
mengkalibrasi sensor, dan untuk menguji informasi yang diperoleh dari data penginderaan jauh (Lillesand dan Kiefer, 1990). C) Analisis Analisis dalam penerjemahan citra adalah proses pengumpulan data atau keterangan lebih lanjut dan rinci. Tahap ini merupakan akhir dari suatu interpretasi terhadap obyek yang ada pada citra. Citra dapat dibedakan menjadi dua (Meureah, 2004), citra foto atau foto udara dan citra non foto. Perbedaan citra foto dan citra non foto dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbedaan Citra Foto dan Citra Non Foto Citra Foto
Jenis Citra Variabel Pembeda Sensor
Kamera
Detektor
Film
Proses Perekaman Mekanisme Perekaman Spektrum Elektromagnetik
Fotografi/kimiawi Serentak Spektrum tampak dan perluasannya.
Citra Non Foto
Non kamera, mendasarkan atas penyiaman (scanning) kamera yang detektornya bukan film. Pita magnetik, termistor foto konduktif, foto voltaik, dsb. Elektronik Parsial Spektra tampak dan perluasannya thermal, dan gelombang mikro.
Sumber : Meureah (2004) 2.4.2 Citra Foto Citra foto merupakan gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera atau dengan perekaman secara fotografi. Menurut Meureah (2004), Citra foto dapat dibedakan berdasarkan : A) Spektrum elektromagnetik yang digunakan
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas : 1) Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultra violet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. 2) Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer). 3) Foto pankromatik yaitu foto yang dengan menggunakan spektrum tampak mata. 4) Foto infra merah yang terdiri dari foto warna asli (true infrared photo) yang dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah dekat sampai panjang gelombang 0,9 mikrometer hingga 1,2 mikrometer dan infra merah modifikasi (infra merah dekat) dengan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan saluran hijau B) Sumbu kamera Foto udara dapat dibedakan berdasarkan berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan bumi terdiri atas foto vertikal atau foto tegak (orto photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi, dan foto condong atau foto miring (oblique photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini pada umumnya sebesar 10 derajat atau lebih besar. Tapi apabila sudut condongnya masih berkisar antara 1 - 4 derajat, foto yang dihasilkan masih digolongkan sebagai foto vertikal. C) Pewarnaan Gambar Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu foto berwarna semua (false colour) yaitu warna citra pada foto
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
tidak sama dengan warna aslinya. Misalnya pohon – pohon yang berwarna hijau dan banyak memantulkan spketrum infra merah, pada foto tampak berwarna merah. Jenis citra yang kedua adalah foto berwarna asli (true colour) yaitu warna citra pada foto sama dengan warna aslinya, Contoh: foto pankromatik berwarna. D) Wahana yang digunakan Berdasarkan wahana yang digunakan, ada 2 (dua) jenis citra, yaitu foto udara, dibuat dari pesawat udara atau balon udara dan foto satelit atau orbital, merupakan citra yang dibuat dari satelit. 2.4.3 Citra Non Foto Citra non foto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera. Citra non foto dibedakan atas : A) Spektrum elektromagnetik yang digunakan Berdasarkan
spektrum
elektromagnetik
yang
digunakan
dalam
penginderaan, citra non foto dibedakan menjadi 2 jenis citra. Jenis citra pertama adalah citra infra merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum infra merah thermal. Penginderaan pada spektrum ini mendasarkan atas beda suhu objek dan daya pancarnya pada citra tercermin dengan beda rona atau beda warnanya. Jenis citra kedua adalah citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spectrum gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan sistem aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro dihasilkan dengan
sistim pasif
yaitu dengan
menggunakan sumber tenaga alamiah.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
B) Sensor yang digunakan Berdasarkan sensor yang digunakan, citra non foto terdiri dari citra tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal, yang salurannya lebar dan citra multispektral, yakni citra yang dibuat dengan sensor jamak, tetapi salurannya sempit, yang terdiri dari Citra RBV (Return Beam Vidicon ) dan Citra MSS (Multi Spektral Scanner). C) Wahana yang digunakan Berdasarkan wahana yang digunakan, citra non foto dibagi atas citra dirgantara (Airborne Image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara (dirgantara). Contoh: Citra infra merah thermal, citra radar dan citra MSS dan citra satelit (Satellite/Spaceborne Image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau angkasa luar. Citra ini dibedakan lagi atas penggunaannya, yakni: Citra satelit untuk penginderaan planet. Contoh: Citra satelit Viking (AS), Citra satelit untuk penginderaan cuaca. Contoh: NOAA (AS), Citra satelit untuk penginderaan sumber daya bumi. Contoh: Citra Landsat (AS), dan Citra satelit untuk penginderaan laut. Contoh: Citra Seasat (AS). Interpretasi citra terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu perekaman dari citra dan penggunaan data tersebut untuk tujuan tertentu (Sutanto, 1999). Dalam menginterpretasi citra, pengenalan objek merupakan bagian yang sangat penting, karena tanpa pengenalan identitas dan jenis objek, maka objek yang tergambar pada citra tidak dapat dianalisis. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada penyelidikan karakteristiknya pada citra. Karakteristik yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsur interpretasi citra.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2.5 Satelit Aqua/Terra Modis MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) merupakan satelit milik NASA (National Aeronautics and Space Administration) yang merupakan turunan dari sensor AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer), SeaWIFS (Sea-viewing Wide Field of View Sensor) dan HIRS (High Resolution Imaging Spectrometer) yang dimiliki EOS yang sebelumnya telah mengorbit. MODIS seperti terlihat pada Gambar 2. adalah salah satu instrument utama yang dibawa Earth Observing System (EOS) Terra Satelite, yang merupakan bagian dari program antariksa Amerika Serikat, NASA. Program ini merupakan program jangka panjang untuk mengamati, meneliti dan menganalisa lahan, lautan, atmosfir bumi dan interaksi diantara faktor-faktor ini (Junjunan, 2004). Satelit Terra berhasil diluncurkan pada Desember 1999 dan telah disempurnakan dengan satelit Aqua pada tahun 2002. MODIS mengorbit bumi secara polar (arah utara-selatan) pada ketinggian 705 km dan melewati garis khatulistiwa pada jam 10:30 waktu lokal. Lebar cakupan lahan pada permukaan bumi setiap putarannya sekitar 2330 km.
Gambar 2. Satelit Aqua Modis Sumber : ntsg.umt.edu
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pantulan gelombang elektromagnetik yang diterima sensor MODIS sebanyak 36 bands (36 interval panjang gelombang), mulai dari 0,405 sampai 14,385 ¦Ìm (1 ¦Ìm = 1/1.000.000 meter). Spesifikasi dari satelit Aqua Modis dapat dilihat pada (Tabel 3.). Data terkirim dari satelit dengan kecepatan 11 Mega bytes setiap detik dengan resolusi radiometrik 12 bits. Artinya obyek dapat dideteksi dan dibedakan sampai 212 (= 4.096) derajat keabuan (grey levels). Satu elemen citranya (pixels, picture element) berukuran 250 m (band 1-2), 500 m (band 3-7) dan 1.000 m (band 8-36). Di dalam dunia penginderaan jauh (remote sensing), ini dikenal dengan resolusi spasial. MODIS dapat mengamati tempat yang sama di permukaan bumi setiap hari, untuk kawasan di atas lintang 14°30’, dan setiap 2 hari, untuk kawasan di bawah lintang 30°, termasuk Indonesia (Thoha, 2008). Menurut Thoha (2008), MODIS memiliki kelebihan dibanding dengan NOAAAVHRR, kelebihan dari MODIS adalah lebih banyaknya spektral panjang gelombang (resolusi radiometrik) dan cakupan lahan (resolusi spasial) yang lebih teliti serta lebih rapatnya frekuensi pengamatan (resolusi temporal). Tabel 3. Spesifikasi Satelit Aqua Modis
Orbit Scan Rate Swath Dimension Telescope Size Weight Power Data Rate Quantization
PKL
705 km, 10:30 a.m. descending node (Terra) or 1:30 p.m. ascending node (Aqua), sun-synchronous, near-polar, circular 20.3 rpm, cross track 2330 km (cross track) by 10 km (analog track at nadir) 17.78 cm diam. Off-axis, afocal (collimated), with intermediate field stop 1.0 x 1.6 x 1.0 m 228.7 kg 162.5 W (single orbit average) 10.6 Mbps (peak daytime); 6.1 Mbps (orbital average) 12 bit
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Spatial Resolution Design Life Sumber : modis.gsfc.nasa.gov
250 m (band 1-2) 500 m (band 3-7) 1000 m (band 8-36) 6 years
Data citra dari hasil satelit aqua modis terdiri dari 3 level, masing-masing level memiliki data citra yang berbeda. Adapun format data satelit aqua modis yaitu : A) Format data level 1 merupakan data mentah ditambah dengan informasi tentang kalibrasi sensor dan geolokasi. Dari data level 1 dibagi menjadi data level 1a dan level 1b. data level 1a mengandung informasi lebih yang dibutuhkan pada set data, level 1a digunakan sebagai input untuk geolocation, calibration dan processing. Level 1b merupakan data yang telah mempunyai terapanya, merupakan aplikasi sensor kalibrasi sensor pada level 1a. B) Format data level 2 dihasilkan dari proses penggabungan data level 1a dan 1b, data level 2 menetapkan nilai geofisik pada tiap piksel yang berasal dari perhitungan raw radiance level 1a dengan menerapkan kalibrasi sensor, korelasi atmosfer, dan algoritma bio-optik. C) Level 3 merupakan data level 2 yang dikumpulkan dan dipaketkan dalam periode 1 hari, 8 hari, 1 bulan dan 1 tahun. Keunggulan dari data level 3 adalah citra dari satelit yang dihasilkan lebih sedikit berpotensi menghasilkan nampakan awan seperti pada data level 1 dan level 2.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
III PELAKSANAAN
3.1
Tempat dan Waktu Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di Balai Riset dan
Observasi Kelautan, Jalan Baru Perancak, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 19 Juli – 1 September 2010. 3.2
Metode Kerja Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode
deskriptif, yaitu metode yang menggambarkan keadaan atau kejadian pada suatu daerah tertentu. Metode deskriptif adalah metode untuk membuat penggambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 1993). 3.3
Metode Pengumpulan Data
3.3.1
Data Primer Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya,
diamati dan dicatat untuk pertama kalinya melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang berupa observasi, wawancara, partisipasi aktif maupun memakai instrumen pengukuran yang sesuai tujuan (Azwar, 1998). A) Observasi Observasi atau pengamatan secara langsung adalah pengambilan data dengan menggunakan indera mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir, 1998). Pada Praktek Kerja Lapang ini kegiatan observasi yang saya lakukan adalah memperoleh data secara langsung dari situs NASA. Data yang saya gunakan merupakan data harian yang mewakili data pada musim timur (Juni-September) dan musim barat (Desember-Maret) yang
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
tergolong clear (bersih dari citra awan). Data yang digunakan merupakan data citra satelit Aqua/Terra Modis level 2. B) Wawancara Wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan Praktek Kerja Lapang. Wawancara memerlukan komunikasi yang baik dan lancar antara penanya (pewawancara) dengan penjawab (responden), sehingga pada akhirnya bisa didapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara keseluruhan (Nazir, 1998). Wawancara disini dilakukan dengan cara tanya jawab dengan karyawan Balai Riset dan Observasi Kelautan yang dapat membantu dan memiliki keahlian dibidangnya. Secara umum kegiatan wawancara yang dilakukan dilaksanakan di bagian Ocean Remote Sensing (ORS), Balai Riset dan Obesrvasi Kelautan. C) Partisipasi Aktif Partisipasi aktif adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang dilakukan secara langsung di lapangan (Nazir, 1998). Kegiatan yang dilakukan adalah penginderaan jauh kesuburan perairan Bali dengan citra satelit. Partisipasi aktif yang saya lakukan meliputi kegiatan presentasi awal, studi pustaka, pengambilan data, pengolahan data, layout peta, konsultasi, anilisis data, penyusunan laporan dan presentasi akhir terhadap kegiatan praktek kerja lapang yang saya lakukan.
3.3.2
Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber tidak langsung
dan serta dilaporkan oleh orang di luar Praktek Kerja Lapang itu sendiri
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
(Azwar,1998). Data ini diperoleh dari dokumentasi, arsip, buku pustaka, dan laporan penelitian yang berhubungan dengan sistem pengindraan jauh dan pengolahan citra satelit dalam usaha memprakirakan kesuburan perairan Bali dengan melihat persebaran suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil-a permukaan laut.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang 4.1.1 Sejarah Berdiri dan Perkembangan Balai Riset dan Observasi Kelautan Balai Riset dan Observasi Kelautan (BROK) atau yang sering disebut juga dengan SEACORM (Southeast Asia Center For Ocean Research And Monitoring) diresmikan pada bulan Agustus 2005 oleh Freedy Numberi Menteri Kelautan dan Perikanan pada waktu itu. Balai Riset dan Observasi Kelautan merupakan Unit Pelayanan Teknis (UPT) yang berinduk dan bertanggung jawab pada Pusat Riset Teknologi Kelautan (PRTK) – Balai Riset Kelautan Perikanan (BRKP) berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10, tanggal 29 Agustus 2005. Sejarah BROK berawal dari Raker BRKP – DKP pada Oktober 2002, bermula dari upaya untuk merubah tata guna lahan daerah Muara Perancak yang awalnya merupakan lahan budidaya tambak menjadi suatu kawasan riset terapan dan observasi kelautan yang handal dan berskala global. Sejak diserahterimakan lahan tersebut pada waktu itu dari Pusat Riset Perikanan Budidaya ke Pusat Riset Teknologi Kelautan, setahun kemudian tepatnya pada Tahun Anggaran 2003 Bagian Proyek Inventarisasi melakukan proyek pertama yang pada saat itu diberi nama ‘Laboratorium Alam’. Dua tahap pengembangan sarana dan infrastruktur riset dan observasi kelautan dilaksanakan pada tahun 2003 dan 2004 menginduk pada Pusat Riset Teknologi Kelautan. Sejak terbentuknya Instalasi Observasi Kelautan dan Tambak Penelitian tahun 2005, BROK telah cukup aktif melaksanakan program kerjanya yang meliputi kegiatan riset, desiminasi,
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kerjasama maupun pengembangan kelembagaan. Instalasi inilah yang menjadi awal berkembangnya institusi penelitian ini menjadi balai.
4.1.2 Keadaan Topografi dan Geografi Balai Riset dan Observasi (BROK) terletak di Jalan Baru Perancak, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali. Berjarak 2 km dari pusat kota Negara atau sekitar 5 menit perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor. BROK berada pada koordinat 8°23'36,52" Lintang Selatan - 114°37'42.32" Bujur Timur. Letak Balai juga sangat strategis sebagai balai riset kelautan karena berjarak 1 km dari Pantai Perancak dan berdekatan dengan Muara Perancak yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia, disekitar balai juga terdapat kawasan konservasi mangrove yang luas sehingga dapat mendukung dalam proses penelitian yang dilakukan di balai.
4.2 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu kegiatan. Sarana adalah seluruh komponen yang berhubungan langsung dengan aspek teknis kegiatan riset dan obesrvasi kelautan dan harus selalu ada. Prasarana merupakan faktor pelengkap atau pendukung faktor teknis yang dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi suatu kegiatan sehingga kegiatan riset dan observasi kelautan dapat berjalan dengan lancar.
4.2.1 Bangunan Bagunan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam berlangsungnya suatu kegiatan riset dan obsevasi. Karena kegiatan di Balai Riset
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
dan Observasi Kelautan sebagian besar bergantung pada peralatan komputer sehingga konstruksi bangunan sangat penting, bangunan harus dapat melindungi perangkat dari berbagai faktor yang dapat mengganggu kegiatan yang berlangsung. Di Balai Riset dan Observasi Kelautan Jembrana-Bali, memiliki 2 buah bangunan kantor yaitu gedung kantor pertama yang di gunakan untuk kantor kepala balai, tim Ocean remote sensing, tim marine concervation, tata usaha, IT, mushola, dan hall/ruang rapat. Sedangkan pada kantor kedua digunakan untuk perpustakaan, tim oceanografi, ruang TV, dan asrama. Di Balai Riset dan Observasi Kelautan juga memiliki 1 buah laboratorium penelitian, 2 pos keamanan, 1 pura, 1 guest house, 12 rumah dinas dan lapangan olahraga.
4.2.2 Peralatan Peralatan yang dimiliki oleh Balai Riset dan Observasi Kelautan tergolong lengkap dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan riset dan observasi kelautan. Salah satu peralatan yang dimiliki adalah stasiun bumi penerima data satelit, antena penerima data dengan auto track dan auto receiver untuk data Satelit NOAA 12, 14, 15, 16, 17 dan 18 serta Satelit Fengyun. Komputer data storage, adalah komputer yang mempunyai kapasitas besar untuk penyimpanan data. Komputer pengolahan data, komputer yang mempunyai spesifikasi tertentu untuk pengelolahan data citra satelit dengan kualifikasi memori dan VGA display yang tinggi. Software pengolahaan data satelit yang terdiri dari ERMapper, ENVI, ERDAS, Seadas, ArcGIS, ArcView, Mapinfo. Peralatan untuk analisis fisika, kimia dan biologi pada laboratorium riset kelautan tergolong lengkap dan menggunakan alat-alat yang dikalibrasi setiap tahunnya.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4.2.3 Transportasi Alat transportasi yang dimiliki olah Balai Riset dan Observasi Kelautan adalah 2 Unit kendaraan bermotor roda dua, 3 unit kendaraan bermotor roda 4, dan 1 unit speed boat. Alat transportasi tersebut digunakan sebagai salah satu sarana yang mendukung kegiatan Balai dalam melakukan riset dan observasi kelautan.
4.2.4 Jaringan Listrik Jaringan listrik merupakan salah satu sarana fital dalam kegiatan Di Balai Riset dan Observasi Kelautan. Di Balai Riset dan Observasi Kelautan memiliki 2 jaringan listrik berbeda, 1 jaringan meliputi kantor pertama, dan pos keamanan. Sedangkan jaringan ke 2 meliputi kantor kedua, laboratorium, dan asrama. Di Balai Riset dan Observasi Kelautan juga memiliki 6 unit solar cell (sumber listrik tenaga matahari) sebagai antisipasi jaringan listrik yang berpotensi terputus.
4.2.5 Jalan Akses jalan untuk menuju Balai Riset dan Observasi Kelautan sudah sangat baik. Meski kondisi balai yang berada di sekitar hutan mangrove, dan memiliki tanah yang tergolong berlempung, namun kondisi jalan sebagai akses menuju lokasi tergolong baik dan dapat dilalui oleh kendaraan roda empat hingga bus. Untuk mempermudah akses menuju balai, pada setiap persimpangan jalan mulai dari jalan Ngurah Rai diberi tanda petunjuk arah untuk menuju Balai Riset dan Observasi Kelautan.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4.2.6 Komunikasi Untuk menunjang kegiatan yang berlangsung, Di Balai Riset dan Observasi Kelautan menggunakan jaringan internet tanpa terputus, telefon, wifi area, dan mesin fax. Sehingga segala bentuk komunikasi akan selalu dapat berlangsung, sehingga akan meningkatkan kinerja dari Balai Riset dan Observasi Kelautan. Sistem Fax on Demand (FOD) dan Interactive Voice Response (IVR) perangkat untuk distribusi Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI) via fax secara otomatis
4.3 Struktur Organisasi Balai Riset dan Observasi Kelautan Balai Riset dan Observasi Kelautan memiliki visi dan misi sebagai berikut : Visi : Menjadi pusat unggulan dalam penguasaan dan pengembangan riset terapan dan aplikasi teknologi observasi kelautan. Misi : 1. Pencapaian kapasitas sumberdaya riset dan observasi sumberdaya kelautan yang handal dan mandiri. 2. Penguasaan riset terapan dan IPTEK observasi sumberdaya kelautan yang didukung oleh sistem dan dan informasi yang baik. 3. Peningkatan pemanfaatan riset dan observasi kelautan untuk kemaslahatan masyarakat. Balai Riset dan Observasi Kelautan mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut : Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10/MEN/2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Riset dan Observasi Kelautan, BROK bertugas melaksanakan riset strategis dan aplikasi teknologi observasi kelautan yang meliputi riset dasar, pengembangan dan aplikasi
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
teknologi yang relevan berdasarkan arahan teknis Kepala Pusat Riset Teknologi Kelautan. Sedangkan fungsi dari BROK adalah perencanaan dan perumusan bahan kebijakan teknis dan penyerasian program serta kegiatan riset strategis, observasi dan pengelolaan sumberdaya kelautan, Pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program serta kegiatan riset strategis, observasi dan pengelolaan sumberdaya kelautan, Pelayanan jasa dan kerjasama riset strategis, observasi dan pengelolaan sumberdaya kelautan, Pelaksanaan dokumnetasi, publikasi dan komunikasi hasil riset, Pembinaan dan pengembangan sumberdaya riset. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.10/MEN/2005, struktur organisasi dan tata kerja BROK dapat dilihat pada Gambar 3, serta tugas dan fungsi masing-masing bagian seperti berikut :
Kepala Balai
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Kasie Tata Operasional
Kasie Pelayanan Teknis
Kelompok Jabatan Fungsional Gambar 3. Struktur Organisasi Balai Riset dan Observasi Kelautan A) Kepala Balai Mempunyai tugas melakukan koordinasi dan memberikan arahan seluruh kegitan riset dan non riset serta membina bawahan di lingkungan BROK
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
sesuai tata kerja dan peraturan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas. B) Sub Bagian Tata Usaha Mempunyai tugas melakukan urusan administrasi kepegawaian dan jabatan fungsional, administrasi keuangan, persuratan, kearsipan, rumah tangga dan perlengkapan serta pengelolaan sarana riset. C) Seksi Tata Operasional Mempunyai tugas melakukan koordinasi perencanaan dan perumusan bahan kebijakan teknis, penyusutan program, pemantauan, serta evaluasi pelaksanaan riset strategis dan aplikasi observasi kelautan. D) Seksi Pelayanan Teknis Mempunyai tugas melakukan pelaksanaan kerjasama riset, diseminasi, komunikasi, publikasi dan dokumentasi hasil riset strategis dan aplikasi observasi kelautan. E) Kelompok Jabatan fungsional Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4.4 Tim Peneliti di Balai Riset dan Observasi Kelautan 4.4.1
Tim penelitian Penginderaan Jauh (Ocean Remote Sensing)
Tim peneliti penginderaan jauh kelautan merupakan tim pionir sudah ada sejak BROK masih berstatus Stasiun Bumi (November 2002). Tugas dan produk awal pada saat itu adalah pengolahan data satelit NOAA untuk mendukung pembuatan PPDPI (Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan). Dengan diawali oleh 2 peneliti muda, keberadaan tim saat ini sudah cukup berkembang baik dari
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
personil, kegiatan maupun produknya. Sesuai dengan rencana penelitian yang telah disusun hingga tahun 2010, tim peneliti ini mempunyai beberapa sasaran : Sistem informasi data satelit oseanografi terpadu yang mendukung “Operational Oceanography”, dikuasainya teknologi pengembangan algoritma untuk wilayah perairan Indonesia, meningkatnya validitas dan akurasi PPDPI, dan tersusunnya PPDPI untuk ikan pelagis tertentu. Produk dari tim penginderaan jauh merupakan Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI) yang disusun berdasarkan : A. Suhu permukaan laut Merupakan parameter fisik yang digunakan sebagai pemantau terjadinya front dan upwelling dengan ditandai perbedaan suhu yang ekstrim pada tempat tempat tertentu. B. Konsentasi klorofil-a permukaan laut Merupakan parameter yang sangat penting untuk keberadan ikan sesuai dengan teori rantai makanan, dimana fitoplankton dimakan oleh zooplankton kemudian zooplankton akan dimakan ikan kecil, dan ikan kecil akan dimakan ikan yang lebih besar. C. Anomali tinggi muka laut (altimetry data) Digunakan untuk mencari daerah front, yang ditandai dengan pertemuan dua massa air yang memiliki pebedaan anomali, dan daerah upwelling dengan anomali massa air yang lebih tinggi dari sekitarnya. D. Data Pendukung 1. Angin dan Gelombang Merupakan informasi yang diberikan kepada para nelayan dengan tujuan
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
untuk memberikan peringatan akan bahaya di wilayah perairan jika gelombang tinggi dan angin bertiup kencang. 2. Arus Digunakan untuk melhat pergerakan massa air yang membawa kandungan klorofil, sehingga bisa menentukan pergerakan ikan. PPDPI yang dihasilkan secara umum telah mewakili seluruh perairan yang terdapat di Indonesia, kawasan yang meliputi adalah sebagai berikut : Perairan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Perairan Sumatera, Perairan Sulawesi, Perairan Kalimantan, Perairan Maluku dan Papua, Perairan PPN Kendar, Perairan PPN Ternate, Perairan PPN Prigi, dan Perairan Selat Bali. Tim penginderaan jauh juga melakukan kegiatan pemantauan bencana laut. Pemantauan yang dilakukan berupa pemantauan badai siklon tropis secara visual dengan citra Satelit NOAA – AVHRR yang diperoleh dari Ground Receiving Station secara real time dari hasil pemantauan pergerakan awan dapat diprediksi arah dan proses terbentuknya badai sampai menghilang, sehingga dapat dijadikan sebagai informasi peringatan dini bagi nelayan akan bahaya di laut yang disebabkan oleh badai siklon tropis. Sejak tahun 2007 telah dilakukan pengambangan yaitu program “downscaling” data satelit oseanografi. Dengan program ini dapat dibuat data distribusi suhu dan klorifil – a permukaan laut di wilayah pesisir. Sebagai wilayah uji coba adalah perairan sekitar Selat Bali. Dengan adanya program pengembangan ini diharapkan implementasi PPDPI untuk wilayah pesisir dapat dicapai Keahlian tim penginderaan jauh adalah pembuatan peta distribusi suhu permukaan laut dari data satelit NOAA-AVHRR, pembuatan peta distribusi
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
konsentrasi klorofil – a dari data Satelit MODIS Aqua, melakukan pengolahan dan analisis data satelit oseanografi, pembuatan peta daerah penangkapan ikan pelagis dari data satelit oseanografi, pembuatan peta potensi wilayah pesisir dengan teknologi penginderaa jauh, dan Sistem Informasi Geografis (SIG).
4.4.2
Tim Marine Conservation Tim peneliti marine conservation merupakan tim di Balai Riset dan
Observasi Kelautan yang khusus bergerak dalam berbagai kegiatan yang berbasis ecological quality dan biological monitoring. Bentuk dari kegiatan yang meliputi kedua aspek tersebut antara lain : Tanggap kasus kematian masal ikan diperairan Tabanan, monitoring kualitas perairan estuari Perancak, monitoring dampak lumpur lapindo Sidoarjo terhadap kwalitas perairan dan ekosistem pesisir Porong, dan coastal protection, merupakan kegiatan monitoring dinamika laut dan ekosistem pesisir dalam mendukung riset pengembangan struktur pelindung pantai yang ramah lingkungan. Struktur yang digunakan antara lain material geosintetik, bioreef, mangrove, terumbu karang dan struktur alam lainnya.
Gambar 4. Bioreef Sebagai Salah Satu Kegiatan yang Dilakukan di BROK Sumber : www.brok.com
Dalam pelaksanaan tugas dari tim marine conservation terdapat program yang mendukung kegiatan tersebut, yaitu : pemantauan ekosistem laut, kajian
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
dampak climate change terhadap terumbu karang dan mangrove, design pengelolaan dan monitoring ekosistem di kawasan konservasi laut.
4.4.3 Tim Oceanografi Tim Oceanografi melakukan analisis data untuk mengetahui fenomena yang terjadi dilautan dan mendapatkan informasi data yang valid, agar bisa dimanfaaatkan oleh masyarakat. Tim oceanografi memiliki tujuan memahami fenomena dan proses yang terjadi di laut dan pesisir melalui implementasi operasional oceanografi secara regional. Bidang-bidang penelitian yang dilakukan meliputi studi tentang laut dalam, dinamikan pantai, masalah lingkungan, pesisir dan laut, sumber daya alam hayati, mitigasi bencana laut, dan sumber daya energy terbarukan. Lingkup pekerjaan yang dilakukan Tim Oceanografi meliputi teknologi observasi, analisis dan asimilasi data oceanografi, serta survey oceanografi. Data yang dimiliki oleh Tim Oceaanografi adalah stasiun pasang surut, stasiun Buoy, data sekunder NOAA, pemasangan ADCP, observasi terhadap pulau-pulau kecil, survey kualitas air, data angin, mawar angin, frekuensi angin, aliran arus, data pasang surut, dan data bathimetri. Sarana operasional yang dimiliki oleh Tim Oceanografi adalah ruang assimilasi data merupakan ruang penerimaan data dari stasiun observasi dan pengolahan data insitu. Kemampuan sumber daya manusia terdiri dari penelitian dan teknisi yang masing-masing memiliki latar belakang pendidikan yang saling mendukung dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Sarana operasional lapangan yang dimiliki tim oceanografi dapat digunakan untuk pengukuran data lapangan berupa bathimetri (dengan kedalaman sampai 500 m).
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4.4.4 Laboratorium Riset Kelautan Laboratorium Riset Kelautan (LRK) didirikan dalam upaya tercapainya pelaksanaan riset strategis dan aplikasi teknologi kelautan secara optimal yang meliputi riset dasar, pengembangan dan aplikasi teknologi kelautan di Indonesia. Selain itu untuk memfasilitasi berbagai kepentingan yang membutuhkan pelayanan jasa laboratorium. LRK ini juga sedang dalam tahap proses menuju Akreditasi ISO 17025 : 2005. Laboratorium Riset Kelautan memiliki sarana untuk dapat menunjang tugas dan fungsinya, laboratorium riset kelautan dilengkapi berbagai fasilitas yang dapat mendukunh setiap pengujian yang terdiri dari Laboratorium Kimia, Fisika dan Biologi Kelautan.
Gambar 5. Laboratorium Riset Kelautan Balai riset dan observasi Kelautan
Jenis analisa yang dapat dilakukan di Laboratorium Riset Kelautan Balai Riset dan Observasi Kelautan antara lain : a. Analisa Kimia : Analisa Nitrat, Analisa Nitrit, Analisa Phosfat, Analisa Amonia, Analisa BOD, Analisa COD,Analisa DO, Analisa Total Solid (TS), Analisa Padatan Terlarut (TDS), Analisa Padatan Tersuspensi (TSS), Analisa Alkalinitas, Analisa Salinitas, Analisa Karbon Dioksida (CO2), Analisa Khlorin, Analisa Sulfida, Analisa Silika, Analisa Khlorofil.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
b. Analisa Biologi antara lain : Analisa Bakteri Total, Analisa Bakteri Vibrio Cholera, Analisa Bakteri E. Coli, Analisa Fitoplankton, Analisa Zooplankton. c. Identifikasi Terumbu Karang d. Analisa In Situ (dengan alat portable) berupa : DO, Nitrit, Nitrat, pH tanah, pH air, Kecerahan, Phosfat, Turbidity.
4.5 Kegiatan di Lokasi Praktek Kerja Lapang Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilakukan dengan menggunakan metode partisipasi langsung dalam melakukan pengenalan tentang lokasi PKL dan pelaksanaan tugas mandiri dengan mengikuti mekanisme kerja yang dilakukan pada lokasi PKL. Tugas mandiri yang dilakukan adalah pengumpulan data, pengolahan data, layout peta dan analisis data. Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk menghasilkan data nilai persebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a dari data citra satelit Aqua/Terra Modis, serta menghasilkan layout peta persebaran Suhu Permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klorofil-a. Suhu dapat mempengaruhi fotosintesis di laut baik secara langsung, maupun tak langsung. Pengaruh langsung karena reaksi kimia enzimatik yang berperan dalam proses fotosintesis dikendalikan oleh suhu. Peningkatan suhu sampai batas tertentu akan menaikkan laju fotosintesis. Sedangkan pengaruh tak langsung adalah karena suhu akan menentukan struktur hidrologis suatu perairan dimana fitoplankton (klorofil-a) itu berada, karena suhu berpengaruh terhadap daya larut oksigen yang digunakan untuk respirasi biota laut (Nontji, 2002). Daya larut oksigen berkurang apabila suhu mengalami kenaikan, sebaliknya kandungan karbondioksida akan bertambah. Secara umum rangkaian kegiatan PKL ini dapat dilihat pada Gambar 6.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pengumpulan Data Citra Pemilihan Data Citra
Download Data Citra Pengolahan Citra Dengan ENVI 4.7 Analisis Data
Pembuatan Layout dengan ArcGIS 9 Peta Persebaran Suhu dan Klorofil-a Permukaan Laut
Peta Lokasi Kesesuaian Budidaya Tiram Mutiara (Pinctada maxima)
Gambar 6. Diagram Alir Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
4.5.1 Pengumpulan Data Tahap pertama dalam melakukan pengolahan citra satelit adalah dengan melakukan pengumpulan data. Data citra yang digunakan merupakan data citra satelit Aqua/Terra Modis level 2, karena data tersebut dapat menghasilkan data persebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) dan klorofil-a dalam periode harian. Data citra satelit didapatkan dengan mendownload langsung pada OceanColor Web milik NASA pada link http://oceancolor.gsfc.nasa.gov. Setelah masuk ke dalam link tersebut akan terlihat tampilan awal dari OceanColor web seperti terlihat pada Gambar 7.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Gambar 7. Tampilan Awal OceanColor Web
Kemudian pilih “Level 1 and 2 Browser” pada Data Access, akan muncul tampilan informasi untuk permintaan data citra satelit seperti pada Gambar 8. Pilih waktu data yang akan didownload, dalam PKL ini saya menggunakan data citra pada bulan Juni 2009 untuk mewakili musim timur dan Desember 2009 untuk mewakili musim barat, serta menggunakan model pencarian “SST”.
Gambar 8. Tampilan Informasi Permintaan Citra Kemudian tandai satelit yang akan digunakan yaitu satelit Modis (aqua) dan Modis (terra), kemudian tulis koordinat lokasi perairan Bali 8° - 9° LS dan 114° -115° BT dilanjutkan dengan klik “Find Swaths”. Setelah melakukan proses permintaan data, akan muncul tampilan quicklook tampilan citra yang akan
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
didownload (Gambar 9). Pada tahap ini pilih data citra yang bebas dari awan karena hasil citra yang tertutup awan tidak dapat diketahui nilai SPL dan konsentrasi klorofil-a. Citra awan akan terlihat berwarna hitam sama seperti warna daratan. Data yang saya gunakan untuk mewakili musim timur pada bulan Juni 2009 adalah tanggal 12, 14, 21, 23, 27, 28, 30 dan yang mewakili pada musim barat adalah bulan Desember 2009 tanggal 1, 3, 4, 7, 10, 11. Tanggal-tanggal tersebut dipilih karena merupakan data yang paling bersih dari citra awan diantara tanggal yang lain. Tandai data yang telah dipilih pada bagian atas citra, setelah itu klik “Order Data”. Setelah melakukan permintaan data akan muncul tampilan persetujuan penyimpanan data citra tersebut, data akan disimpan pada pengguna melalui media email, isi email yang akan dituju untuk mengirimkan hasil citra tersebut, kemudian klik “Submit Data” secara otomatis data akan dikirim ke email tujuan yang telah dituliskan.
Gambar 9. Quicklook Permintaan Data Citra Setalah data didapat, data dapat didownload dan disimpan langsung pada komputer. Data yang dihasilkan terdiri dari 2 data per tanggal yang didownload, yaitu
data
untuk
citra
klorofil
(.L2_LAC.x.hdf)
dan
citra
SST
(.L2_LAC_SST.x.hdf ). Data citra hasil download berformat .zip dan perlu
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
diektrak dengan menggunakan software WINRAR untuk menghasilkan data citra dengan format .hdf.
4.5.2 Pengolahan Data Pengolahan data citra satelit dilakukan dengan menggunakan software ENVI 4.7 (Gambar 10), perangkat lunak ini dapat mengolah berbagai macam citra satelit secara umum. Pengolahan yang dapat dilakukan dengan ENVI 4.7 adalah georifikasi citra satelit, pewarnaan citra, pembatasan nilai, masking, klasifikasi nilai citra, hingga menghasilkan data untuk pembuatan peta. Tahap awal pengolahan data adalah dengan mengekstrak data citra hingga menghasilkan file citra berformat .hdr. Untuk tahap input data hal pertama yang dilakukan adalah dengan membuka ENVI 4.7, akan muncul tampilan awal seperti pada Gambar 11.
Gambar 10. Software ENVI 4.7
Gambar 11. Tampilan Awal ENVI 4.7
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Setelah tampilan awal ENVI 4.7 muncul, Klik file, open eksternal file, Ocean Color, MODIS aqua/terra, lalu pilih Level 2. Kemudian pilih data yang akan diolah pada tampilan input data, kemudian klik open. Setelah muncul toolbar Available Band List, load Band data yang akan diolah. Data awal citra akan berwarna hitam putih, untuk memberikan warna klik tools, color mapping, ENVI color tables sehingga muncul “#1 ENVI Color Tables” (Gambar 12). Pada Color Tables, pilih warna RAINBOW.
Gambar 12. ENVI Color Tables Pemberian warna pada citra berguna dalam pembuatan layout peta SPL dan klorofil, dengan warna tersebut akan dihasilkan warna-warna yang berbeda untuk setiap nilai pada citra. Sehingga persebaran dari SPL dan klorofil-a dapat terlihat. Untuk membatasi gradien warna citra menurut kandungan minimum dan maksimum suhu atau klorofil dapat dilakukan dengan memilih menu Enhance lalu klik Interactive Stretching, akan muncul tampilan Chlorophyll/Sea Surface Temperature Consentration (Gambar 13). Pembatasan nilai dilakukan agar citra yang nampak merupakan citra yang memiliki nilai tidak lebih dari batasan minimum dan maksimum yang telah ditentukan.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Gambar 13. Chlorophyll/Sea Surface Temperature Consentration Untuk nilai minimum maksimum suhu permukaan laut Bali yang diisikan pada kolom stretch di tulis 23 : 32, hal ini dikarenakan suhu optimum perairan laut berkisar antara 23°-32°C. Sedangkan untuk nilai minimum maksimum klorofil-a pada kolom stretch di tulis 0 : 2. Setelah data di stretching, data dapat disimpan dalam format Geograpic Lat/Lon sehingga dapat digunakan untuk layouting peta pada ArcGIS. Proses perubahan (convert) citra dilakukan dengan memiliki menu map, pilih convert map projection, akan muncul toolbar seperti pada Gambar 14.
Gambar 14. Toolbar Convert Citra Setelah data di convert, data dapat disimpan dan data tersebut yang digunakan dalam pengolahan layout peta persebaran suhu permukaan laut dan
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
konsentrasi klorofil-a pada software ArcGIS 9. Untuk menghasilkan peta lokasi kesesuaian budidaya tiram mutiara tahapan pertama yang dilakukan adalah dengan mengklasifikasikan citra sesuai dengan parameter yang sesuai dengan studi pustaka yang didapatkan. Parameter untuk penentuan lokasi kesesuaian budidaya tiram mutiara yang digunakan adalah suhu dengan kisaran 25°-29°C. Langkah awal yang dilakukan adalah input data citra pada software ENVI 4.7, buka citra yang akan diklasifikasikan. Seperti pada Gambar 15, Citra tidak harus diwarnai dalam proses klasifikasi ini.
Gambar 15. Open File Citra SST Setelah citra dibuka klik Basic Tools, pilih Region Of Interest, lalu pilih ROI Tool. Akan muncul toolbar ROI Tool, tandai off pada window. Untuk proses klasifikasi tahap pertama pilih Options, Band Threshold To ROI, Pilih data yang akan diklasifikasikan, klik Ok. Setelah itu akan muncul toolbar Band Threshold To ROI Parameters seperti pada Gambar 16. Tuliskan nilai Minimum dan maksimum suhu sesuai dengan literatur yang didapatkan seperti pada Gambar 16, beri nama pada ROI Name untuk menandai area yang sesuai, pilih warna sesuai dengan keinginan kemudian klik OK. Kemudian akan muncul citra area-area yang
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
sesuai menurut nilai minimum dan maksimum yang dimasukkan seperti terlihat pada Gambar 17.
Gambar 16. Toolbar Band Threshold to ROI Parameters
Gambar 17. Citra Hasil Klasifikasi
Setelah didapatkan area yang sesuai, buat kelas baru untuk area tersebut, hal ini bertujuan untuk menampakkan citra yang benar-benar sesuai saja. Pilih Options, Creat Class Image from ROI, pilih klasifikasi yang telah dibuat tadi, beri nama class dengan memilih Choose, lalu klik Ok.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Gambar 18. Citra Hasil Clump Citra hasil class akan terlihat kasar pada sekitar area yang terbentuk, untuk memperhalus bentuk klasifikasi area pilih Classification pada menu ENVI, Post Classification, Pilih Clump Classes, Pilih Citra yang akan di Clump, klik Ok. citra akan berubah seperti pada Gambar 18. Tahap Kedua adalah pembuatan vektor klasifikasi dengan memilih Vektor pada menu ENVI, Raster to Vektor, Pilih data clump terbaru, akan muncul Toolbar Raster to Vektor Parameter (Gambar 19).
Gambar 19. Toolbar Raster to Vektor Parameter
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pilih semua items, ubah Output menjadi One Layer per Class, berikan nama, klik Ok. Tahap selanjutnya adalah penyimpanan vektor klasifikasi, setelah muncul Available Vectors List, Load pada klasifikasi sesuai, pilih New Vector Window hingga muncul tampilan klasifikasi seperti pada Gambar 20. Tahap penyimpanan dilakukan dengan memilih menu File, Export Active Layer to ShapeFile, beri nama klasifikasi sesuai tanggal dan akan disimpan dalam format .shp sehingga dapat digunakan pada software ArcGIS 9.
Gambar 20. Hasil Klasfikasi
4.5.3 Layout Peta Untuk menghasilkan layout peta persebaran suhu permukaan laut, klorofila dan kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara digunakan software ArcGIS 9 (ArcMap 9.3) (Gambar 21). Software ArcGIs merupakan perangkat lunak yang khusus digunakan dalam pengolahan data SIG untuk menghasilkan bentuk keluaran berupa peta sehingga data SIG dapat dibaca dengan mudah.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Gambar 21. Software ArcGIS 9 (ArcMap version 9.3) Langkah pertama untuk pembuatan peta persebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a adalah dengan membuka software tersebut hingga muncul tampilan awal software tersebut. Kemudian Load data Layer BestMap Bali dengan menekan icon [
], kemudian masukkan citra hasil olahan dengan ENVI 4.7
yang berformat .tif. seperti pada Gambar 22 dibawah ini.
Gambar 22. Pemasukan Citra dan BestMap pada ArcGIS 9
Setelah data BestMap dan citra wilayah Bali digabungkan, pembuatan layout peta persebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a tinggal menambahkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu peta seperti arah mata angin, skala, legenda, dan sistem koordinat dengan meggunakan menu Insert. Hasil dari
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
pengolahan layout peta persebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a dapat dilihat pada Gambar 24. Untuk pembuatan peta lokasi kesesuaian budidaya tiram mutiara tahap pertama adalah dengan membuka BestMap wilayah Bali seperti pada pembuatan peta persebaran SPL dan klorofil-a. Kemudian add data, masukkan hasil klasifikasi kesesuaian data citra dari seluruh tanggal dalam masing-masing musim. Data yang nampak akan saling bertindihan karena berada pada satu layer. Lokasi yang sesuai merupakan lokasi yang paling banyak terdapat klasifikasi yang bertindihan dari 1 musim. Setelah mengetahui lokasi yang sesuai maka dilakukan cropping area sehingga didapatkan suatu area utuh lokasi yang sesuai untuk budidaya tiram mutiara. proses cropping dilakukan dengan memilih menu Editor pada menu ArcGIS, klik Start Editor, pilih Sketch Tool, kemudian cropping area yang tergolong dalam lokasi yang sesuai (Gambar 23). Setelah selesai dan membentuk suatu area, klik kanan kemudian pilih Finish Sketch, kemudian simpan hasil crooping dengan memili menu Save Edits. Hasil dari cropping area tersebut akan membentuk suatu layer tersendiri sehingga dapat digabungkan dengan BestMap wilayah Bali untuk pembuatan peta lokasi kesesuaian budidaya tiram mutiara (Gambar 34).
Gambar 23. Proses Cropping Pada ArcGIS 9
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4.6 Pembahasan Hasil 4.6.1 Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Bali Persebaran suhu permukaan laut pada suatu perairan sangat mempengaruhi kehidupan dan produktifitas organisme pada perairan tersebut. Dari hasil praktek yang dilakukan, didapatkan peta persebaran suhu permukaan laut di Perairan Bali pada perwakilan musim barat dan musim timur. Untuk peta persebaran suhu permukaan laut pada masing-masing musim dapat dilihat pada Gambar 24.
(A)
(B)
(C)
(D)
Gambar 24. Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Perairan Bali Pada Perwakilan Musim Timur (Juni) dan Musim Barat (Desember) Keterangan : (A) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Bali Tanggal 27 Juni 2009, (B) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Bali Tanggal 28 Juni 2009, (C) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Bali Tanggal 10 Desember 2009, dan (D) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Bali Tanggal 11 Desember 2009.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pada musim barat peta persebaran suhu permukaan laut yang dihasilkan berjumlah 6 data dalam 1 bulan sedangkan pada musim timur didapatkan 7 data dalam 1 bulan. Data-data tersebut diperoleh berdasarkan kenampakan citra yang paling bersih diantara citra-citra yang lain dalam 1 bulan yang sama. Persebaran suhu permukaan laut pada bulan Juni realatif tidak mengalami peningkatan pada keseluruhan area. Namun persebaran SPL yang terjadi relatif tinggi, dapat dilihat pada Gambar 24 (A) pada perairan Bali bagian utara hingga tenggara Bali yang berwarna kuning-merah suhu tinggi mengumpul pada bagian utara Bali. Hal ini diperkirakan akibat dari angin muson timur yang membawa angin panas dari arah tenggara Bali menuju Laut Jawa sehingga pola persebaran seperti itulah yang terbentuk. Sedangkan pada perairan Bali bagian timur di sekitar Selat Bali hingga selatan justru mengalami penurunan dari warna yang nampak hijau pekat pada tanggal 27 Juni (Gambar 24 (A)), menjadi hijau kebiruan pada tanggal 28 Juni (Gambar 24 (B)). Penurunan suhu yang terjadi pada bulan Juni untuk area perairan Bali sekitar Laut Bali tersebut mengindikasikan terjadinya fenomena upwelling (Nikyuluw, 2005). Apabila digabungkan dengan data persebaran konsentrasi klorofil-a , hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa karakteristik fenomena upwelling adalah dimana suhu mengalami penurunan secara umum dan kenaikan konsentrasi klorofil-a (fitoplankton) secara umum (Wiadnyana, 1999). Peta persebaran suhu permukaan laut (SPL) pada tanggal 11 Desember (Gambar 24 (D)) terlihat area perairan Bali bagian utara mengalami sedikit penurunan pada beberapa area. Terlihat pada peta SPL tanggal 10 Desember (Gambar 24 (C)) menyebar secara luas pada seluruh bagian, tetapi pada tanggal 11 Desember pada
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
beberapa area mengalami penurunan nilai SPL. Hal ini dapat kita lihat dari perubahan warna pada peta yang awalnya berwarna merah berubah menjadi kuning bahkan pada koordinat 8° 0’ 0” Lintang Selatan - 115° 0’ 0” Bujur Timur muncul warna biru, berarti pada area tersebut suhu menurun hingga 7°C. Pada perairan Bali bagian timur tanggal 11 Desember mengalami peningkatan suhu dari 24° menjadi 27°C. hal ini dapat dilihat pada perubahan warna yang terjadi (Gambar 24 (D)) menjadi hijau, dari yang berwarna biru pada Gambar 24 (C). Pada perairan Bali bagian timur persebaran SPL juga terjadi pada koordinat 8° 30’ 0” Lintang Selatan - 114° 45’ 0” Bujur Timur dari yang memiliki suhu tinggi, pada tanggal 11 Desember (Gambar 24 (D)) menyebar ke perairan Selat Bali.
4.6.2 Peta Persebaran Klorofil-a di Perairan Bali Peta persebaran klorofil-a yang dihasilkan merupakan peta persebaran klorofil-a permukaan laut yang berada pada area perairan Bali. Waktu yang diambil untuk data pengamatan merupakan perwakilan antara musim barat dan musim timur. Pemilihan kedua musim tersebut didasarkan karena pada kedua musim tersebut memiliki pola bertiupnya angin yang berbeda sehingga akan mempengaruhi persebaran kandungan klorofil-a pada suatu perairan. Hasil peta persebaran klorofil-a permukaan laut pada perwakilan masing-masing musim dapat dilihat pada Gamabr 25. Pada Gambar 25, dapat kita lihat peta hasil pengolahan citra Aqua/Terra Modis level 2 yang berasal dari perwakilan data pada musim barat dan musim timur. Gambar 25 (A) dan (B) merupakan peta persebaran klorofil-a pada bulan Juni yang mewakili musim timur, sedangkan pada Gambar 25 (C) dan (D)
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
merupakan peta persebaran klorofil-a pada bulan Desember yang mewakili musim barat. Dari Gambar 25, dapat dilihat persebaran klorofil-a yang selalu berubah pada setiap harinya dan perbedaan area persebaran konsentrasi klorofil-a pada musim timur dan musim barat.
(A)
(B)
(C)
(D)
Gambar 25. Peta Persebaran Klorofil-a Perairan Bali Pada Perwakilan Musim Timur (Juni) dan Musim Barat (Desember) Keterangan : (A) Peta Klorofil-a di Perairan Bali Tanggal 27 Juni 2009, (B) Peta Klorofil-a di Perairan Bali Tanggal 28 Juni 2009, (C) Peta Klorofil-a di Perairan Bali Tanggal 3 Desember 2009, dan (D) Peta Klorofil-a di Perairan Bali Tanggal 4 Desember 2009.
Pada area perairan Bali pada bulan Juni sebagai perwakilan musim timur, persebaran klorofil-a pada tanggal 28 Juni (Gambar 25 (B)) cenderung menurun dari tanggal 27 Juni (Gambar 25 (A)). Hal ini terlihat dari pola persebaran warna yang berbeda disekitar perairan utara Bali mengarah ke timur hingga pada
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
perairan Bali bagian tenggara. Pada perairan Bali bagian timur disekitar selat Laut Bali, kosentrasi klorofil-a cenderung tinggi baik pada tanggal 27 dan 28 Juni 2009. Pada peta persebaran klorofil-a tanggal 4 Desember (Gambar 25 (D)) cenderung lebih tinggi pada area perairan Bali bagian utara dan selatan dibandingkan dengan persebaran klorofil-a tanggal 3 Desember (Gambar 25 (C)) pada area yang sama. Hal tersebut dapat dilihat pada kenampakan citra yang mengalami perubahan warna pada perairan Bali bagian utara dan selatan, dari yang berwarna biru menjadi hijau. Berdasarkan indikator yang tersedia, kisaran konsentasi klorofil-a pada perairan Bali Utara pada tanggal 3 Desember yang memiliki nilai 0,6 mg/m3 mengalami peningkatan konsentrasi hingga nilai 1,3 mg/m3. Pada area perairan Bali bagian timur tanggal 4 Desember (Gambar 25 (D)), persebaran konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi terjadi pada daerah tersebut dilihat dari persebaran warna merah yang menandakan nilai konsentrasi klorofil-a yang berkisar 1,7-2 mg/m3. Persebaran konsentrasi klorofil-a yang terjadi pada perairan Bali dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang mendukung adalah arus, suhu dan pola angin yang terjadi pada masing-masing musim, karena pada masing-masing musim memiliki karakteristik yang berbeda. Dari Gambar 24, dapat kita lihat konsentrasi klorofil-a tinggi di beberapa area merupakan area pesisir yang berbatasan dengan daratan. Hal tersebut dapat disebabkan dari persebaran nutrien yang tinggi akibat run-off aliran sungai yang bermuara pada laut disekitar area tersebut, sehingga dari aliran sungai tersebut akan membawa
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
berbagai macam nutrien dari daratan sehingga mengakibatkan konsentrasi bahan terlarut diperairan semakin tinggi.
4.6.3 Peta Lokasi Kesesuaian Budidaya Tiram Mutiara di Perairan Bali Penentuan lokasi budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima) di perairan Bali didapatkan dengan meyesuaikan kriteria lingkungan lokasi budidaya tiram mutiara dengan hasil anaisis citra satelit Aqua/Terra Modis pada waku musim barat dan musim timur. Berdasarkan data dari penelitian BBRPBL (2010), kriteria lokasi budidaya tiram mutiara terutama untuk Keramba Jaring Apung (KJA) adalah lokasi terlindung dari angin dan gelombang yang besar, perairan subur kaya akan makanan alami (fitoplankton), kecerahan cukup tinggi, jauh dari jangkauan air tawar karena spat (benih tiram mutiara) sangat rentan terhadap air salinitas rendah, cukup tersedia induk/benih tiram mutiara, dasar perairan pasir karang, kedalaman air 20-30 m, kadar garam 30-34 ppt dan suhu berkisar 25°29°C, dan bebas pencemaran. Dari keseluruhan data kriteria lokasi budidaya tiram mutiara yang dapat dilihat dengan Satelit Aqua/Terra Modis dan dapat digunakan sebagai penentuan lokasi KJA tiram mutiara adalah Suhu, untuk klorofil-a tidak dapat digunakan. Hal ini dikarenakan klorofil-a masih merupakan parameter tersier dari budidaya tiram mutiara sehingga tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tiram mutiara. Citra Satelit Aqua/Terra Modis tidak dapat membedakan jenis plankton yang terkandung dalam perairan secara spesifik dan tidak dapat membedakan antara fitoplankton dengan partikel mengapung lainnya. Dari hasil analisis berdasarkan data persebaran suhu permukaan laut yang disesuaikan dengan kisaran suhu optimum pertumbuhan tiram mutiara didapatkan
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
peta lokasi kesesuaian budidaya tiram mutiara pada Gambar 26. Peta tersebut di dapatkan dengan mengaplikasikan metode penginderaan jauh sebagai pengganti survei terestis. Dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh tersebut, penentuan lokasi yang sesuai khususnya untuk lokasi KJA tiram mutiara tidak harus dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dilapangan. Lokasi yang sesuai tersebut dihasilkan dari pengklasifikasian daerah yang memiliki suhu permukaan laut antara 25°-29°C.
(B)
(A)
(C)
Gambar 26. Peta Lokasi Kesesuaian Budidaya tiram Mutiara di Perairan Bali Keterangan : (A) Peta Lokasi Kesesuaian Budidaya Tiram Mutiara di Perairan Bali Pada Musim Timur 2009, (B) Peta Lokasi Kesesuaian Budidaya Tiram Mutiara di Perairan Bali Pada Musim Barat 2009, dan (C) Peta Lokasi Kesesuaian Budidaya Tiram Mutiara di Perairan Bali Musim Barat dan Musim Timur 2009
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pada Gambar 26 diatas dapat kita lihat lokasi kesesuaian berdasarkan data persebaran suhu permukaan laut untuk masing-masing musim. Pada bulan Juni yang mewakili musim timur (Gambar 26 (A)), diperoleh area kesesuaian yang lebih luas dibandingkan dengan hasil pada musim barat. Mulai dari koordinat 8° 9’ 23.56”- 8° 45’ 57.96” Lintang Selatan dan 114° 20’ 0”- 115° 45’ 0” Bujur Timur. Untuk letak geografisnya lokasi kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara menyebar luas mulai dari selat Bali mengarah ke selatan laut Bali hingga ke bagian perairan Bali bagian tenggara. Hasil tersebut diperoleh dari hasil klasifikasi dan penumpukan 7 data dalam 1 musim, yaitu data bulan Juni. Lokasi tersebt merupakan yang paling stabil untuk nilai persebaran suhu permukaan laut dibanding dengan rea perairan Bali yang lain. Pada musim barat (Gambar 26 (B)) didapatkan lokasi yang sesuai untuk budidaya tiram mutiara adalah pada koordinat 8° 33’ 00.97”- 8° 42’ 05.30” Lintang Selatan dan 115° 15’ 0” - 116° 0’ 0” Bujur Timur. Untuk letak geografisnya perairan pada koordinat tersebut berada pada bagian timur Bali hingga tenggara Bali meliputi perairan sebelah utara Pulau Nusa Pennida. Hasil tersebut diperoleh dari 6 data yang diklasifikasikan berdasarkan suhu optimum lokasi hidup tiram mutiara yang bertumpukan dalam 6 data yang dianalisis pada bulan Desember. Pada perairan Bali yang lain yang berwarna putih merupakan daerah yang tidak stabil untuk persebaran suhu permukaan laut dalam 1 bulan, sehingga tidak dipergunakan dalam penentuan lokasi kesesuaian budidaya tiram mutiara pada bulan Desember.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Untuk mengetahui lokasi yang paling sesuai
pada semua musim,
diperoleh lokasi seperti pada Gambar 26 (C), lokasi tersebut berada pada koordinat 8° 33’ 00.97”- 8° 42’ 05.30” Lintang Selatan dan 115° 18’ 03.40” 115° 39’ 03.21” Bujur Timur. Berdasarkan kondisi geografisnya perairan tersebut berada disebelah tenggara Bali, dan di sebelah utara Pulau Nusa pennida. Penentuan lokasi pada Gambar 26 (C) merupakan hasil perpotongan dari musim barat dan musim timur, sehingga lokasi tersebut merupakan yang paling sesuai dan stabil baik musim barat dan musim timur.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Riset dan Observasi Kelautan, setelah melaksanakan analisis data menegenai prakiraan kesuburan perairan Selat Bali dari citra satelit dapat disimpulkan beberapa hal : a. Proses pengolahan citra satelit Aqua/Terra Modis dapat menggunakan software ENVI 4.7 yang terdiri dari Input Data, georifikasi citra satelit, pewarnaan citra, pembatasan nilai, masking, klasifikasi nilai citra, dan penyimpanan. b. Proses pembuatan peta persebaran suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil-a dapat menggunakan software ArcGIS 9 dengan proses input data, pemasukan best map dan citra, cropping, dan penambahan syaratsyarat-syarat suatu peta. c. Dengan menggunakan media citra satelit Aqua/Terra Modis dapat mengetahui kesuburan perairan Bali dan dapat menentukan koordinat lokasi kesesuaian budidaya tiram mutiara pada 8°33’00.97”- 8°42’05.30” Lintang Selatan dan 115°18’03.40”- 115°39’03.21” Bujur Timur. 5.2 Saran a. Teknologi penginderaan jauh dapat digunakan sebagai salah satu alternatif survei lokasi untuk KJA tiram mutiara dibandingkan harus melakukan survei terestis. b. Diperlukan data yang lebih banyak lagi, khususnya untuk mewakili data pada masing-masing musim, sehingga pola persebaran yang terbentuk akan lebih jelas.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR PUSTAKA
Afdal dan H . R Sumijo. 2003. Sebaran klorofil-a Kaitannya Dengan Kondisi Hidrologi di Selat Makassar. Oceanologi dan Limnologi di Indonesia. Arinardi, O.H., Sutomo A.B., Yusuf S.A., Trimaningsih, Asnaryanti, dan Riyono S.H. 1997. Kisaran kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan Di Perairan Kawasan Timur Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Azwar, S. 1998. Metode Penelitian :Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 146 hal. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut. 2010. Tiram Mutiara. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Bali. (http://brena24.student.umm. ac.id/2010/07/29/tiram-mutiara/), diakses 14 Agustus 2010 Balai Budidaya Laut Lampung. 2000. Teknik Budidaya Tiram Mutiara. Dinas Kelautan dan Perikanan. 2010. Rencana Strategis Kementrian kelautan dan Perikanan 2010-2014. Jakarta : DKP Dwiponggo, A. 1976. Mutiara. Lembaga Penelitian Perikanan laut. Jakarta Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Disertasi. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Estes,
J.E. 1974. Imaging with Photographic and Nonphotographic Sensor System, In :Remote Sensing Tehciques for Environtmental Analysis, California: Hamilton Publishing Compagny. (online) (http://agusnurul. blogspot. com/ 2010/03/penginderaan-jauh.html), diakses 16 Mei 2010
Harsanugraha, W.K., dan E. Parwati, 1996. Aplikasi Model-model Estimasi Suhu Permukaan Laut Berdasarkan Data NOAA-AVHRR. Warta Inderaja (VII), 23 – 35. Hutabarat, S and S.M. Evans. 1985. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia Press. Jakarta Junjunan, A. 2004. Bidang Teknologi informasi dan komunikasi. (Online), (http://www.Iptek.go.id), diakses 14 Agustus 2010 Lillesand, T. M. and R. W. Kiefer, 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Diterjemahkan oleh Dulbahri, P. Suharsono, Hartono dan Suharyadi. Yogjakarta : Gajah Mada University Press
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lintz Jr, and Simonett, 1976, Remote Sensing of Envoronment, Addison-Wesley Publishing Company, London. (online) (http://www.google.com /books?hl=id&lr=&id=O02MW3rhPAC&oi=fnd&pg=PR13&dq=Remote +Sensing+of+Environment,+lintz&ots=DRFwkQT_2N&sig=VvLiVe37Uj S64LZ861I_AZ_RDKM#v=onepage&q=Remote%20Sensing%20of%20E nvironment%2C%20lintz&f=false), diakses 20 Mei 2010 Meurah R. C. 2004. Penginderaan jauh. Modul Geografi. Mulyanto, 1987. Teknik Budidaya Laut Tiram Mutiara di Indonesia. Diktat Akademi Usaha Perikanan. INFIS Manual Seri No.45. Jakarta Nazir. M. 1998. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 622 hal. Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Nikyuluw, L. L. U. 2005. Kajian Variasi Musiman Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a dalam Hubungannya dengan Penangkapan Lemuru di Perairan Selat Bali. Tesis. Bogor : Program Pascasarjana IPB Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa oleh M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo, S. Sukardjo. Jakarta : Gramedia Parwati, E. 2004. Inventarisasi dan Prediksi Dinamika kawasan Pesisir Segara Anakan Menggunakan Teknologi penginderaan Jauh. Disertasi. Bogor : Institut Pertanian Bogor Prasetio, H. 2010. Keterkaitan Suhu Permukaan Laut dan Kandungan Fitoplankton Di perairan Malang Selatan (Studi Kasus 2008). (Online). Prezelin, B. B. 1985. Observations of diel patterns of photosynthesis in cyanobacteria and nanoplankton in the Santa Barbara Channel during ‘el Nino’. Journal of Plankton Research Vol.7 No.6. USA. 779 – 790 Rachman, B. T. Yuniarti., a.Dimyati. 2007. Pembudidayaan kerang Mutiara Air Tawar (Margaritifera sp) di Kolam Terkontrol. Jurnal Budidaya Air Tawar Vol.4 No.2 november 2007 (67-75) Romimohtarto, K dan Juwana, S. 2007. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta Silalahi, Juliana. 2010. Analisis kualitas air dan Hubungannya deengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan. Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Suriadi, AB. Arsjad,M. Siswantoro, Yudi, dan Dewi, Ratna Sari. 2004. Inventarisasi SDA dan Lingkungan Hidup : Sea Surfase Temperature. Bogor : BAKOSURTANAL Suryabrata, S. 1993. Metodologi Penelitian. Rajawali. Jakarta. 115 hal Sutanto. 1998. Penginderaan jauh, Jilid I, Fakultas Geografi, Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Suwiyanto, 1986. Tinjauan Perkembangan Pemanfaatan Citra Satelit di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geoteknologi LIPI 1972-1986. Jurnal RISET, Jilid 7 no.1,Puslitbang Geoteknologi LIPI. Bandung. Hal 1-16. Tarwiyah. 2001. Teknik Budidaya laut Tiram Mutiara di Indonesia. Jakarta Thoha, A. 2008. Karakteristik Citra Satelit. Karya Tulis . Medan : Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Tisch, T. D., S. R. Ramp, and C. A. Collins. 1997. Observations and modeling of the 1991-1992 El Nino signal off central California. Journal of Geophysical Research Vol.102 No C3. California. 5553 - 5582 Wiadnyana, N. 1983. Kesuburan Perairan dan Hubungannya Dengan Kehidupan Biota Laut. Tesis . Bogor : Institut Pertanian Bogor. Wiadnyana, N. 1999. Variasi Kelimpahan Zooplankton Dalam Kaitannya Dengan Produktivitas Perairan Laut Banda. Jurnal Oceanologi dan Limnologi di Indonesia. No.31 : 57 - 68 Wyrkti, K. 1961. Physical Oceanography of South East Asian Water. Naga Report. Vol 2. Scripps Institution of Oceanography. The University of California. La Jolla. California. ( online ), (http://www.docstoc.com/docs/21215214/Journal-of-PhysicalOceanography), diakses 29 April 2010
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Geografis Kabupaten Jembrana, Bali
Sumber : www.googlemaps.com (2010)
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 2. Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Pada Musim Timur 2009
(A)
(B)
(C)
(D)
(E)
Keterangan : (A) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 12 Juni 2009, (B) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 14 Juni 2009, (C) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 21 Juni 2009, (D) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 23 Juni 2009, dan (E) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 30 Juni 2009.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 3. Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Musim Barat 2009
(A)
(B)
(C)
(D)
Keterangan : (A) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 1 Desember 2009 , (B) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 3 Desember 2009, (C) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 4 Desember 2009, dan (D) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 7 Desember 2009.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 4. Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Pada Musim Timur 2009
(A)
(B)
(C)
(D)
(E)
Keterangan : (A) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal 12 Juni 2009, (B) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal 14 Juni 2009, (C) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal 21 Juni 2009, (D) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal 23 Juni 2009, dan (E) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal 30 Juni 2009.
PKL
Prakiraan kesuburan....
SONY ANGGA SATRYA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 5. Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Pada Musim Barat 2009
(A)
(B)
(C)
(D)
Keterangan : (A) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal Desember 2009, (B) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal Desember 2009, (C) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal Desember 2009, dan (D) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal Desember 2009.
PKL
Prakiraan kesuburan....
1 3 4 7
SONY ANGGA SATRYA