1 PRAJURIT YANG HILANG
Bulan Merkurius, dalam sistem kalender Teffloo… Seorang gadis berusia kira-kira dua puluh tahunan – kalau tidak salah taksir– sedang duduk membelakangi meja marmer besar yang terletak di dalam sebuah gedung bertingkat paling tinggi yang ada di pusat kota Blue’s Vills, kota kecil yang memiliki banyak variasi musim, meski bertaruh tak ada seorang manusia pun di muka bumi ini yang tahu tentang gedung itu, karena tempat tersebut dibangun dengan memakai banyak kenangan; hanya orang-orang tertentu yang mampu merasakan keberadaan gedung unik itu, sehingga memang diperlukan suatu kemampuan khusus untuk bisa melihatnya, atau memetakannya ke dalam peta dunia. Gadis muda yang berambut pirang pendek sebahu, dengan mata biru jernih yang akan membuat siapapun yang memandangnya akan merasa tenang dan terus nyaman, tampaknya sedang lelah menunggu seseorang. Bertolak belakang dengan kedua matanya yang memancarkan ketenangan jiwa, gadis itu justru kelihatan sedang gelisah. Dari tadi kedua tangannya bersedekap di dada dan pandangannya selalu tertuju ke arah pintu yang ada di depannya. “Ayolah Evangelist…” bisik resah Carrie Carldforch, nama gadis itu. Seakan menjawab bisikan lirihnya tadi, mendadak pintu yang ada di hadapannya terbuka, dan mengantarkan seorang lelaki berumur empat puluh tahunan ke ruangan itu. “Filan?” Carrie Carldforch memekik kaget. Wajar saja demikian, karena penampilan laki-laki tadi memang agak di luar kewajaran. Dengan tubuh gempal berhiaskan pakaian seadanya, laki-laki ini tampaknya baru saja mengalami hal yang sangat luar biasa. Kemeja tipis yang dipakainya sudah sangat menyedihkan karena banyak robekan di bagian dadanya, dan celana panjangnya yang tak kalah compang-camping menandakan bahwa dia telah terlibat dengan hal-hal yang berbau heroik. Berbeda drastis dengan penampilannya yang mengagetkan itu, laki-laki tadi tampaknya tengah memeluk selimut tebal yang kondisinya masih bersih dan mungkin akan
membuat penampilannya lebih baik seandainya digunakan untuk mengganti pakaiannya yang compang-camping tadi. “Lapor, Kapten Carldforch…” laki-laki bernama Filan terengah. “Kau membuatku kaget, Filan! Aku sedang menunggu Evangelist, di mana dia?” tanya Carrie Carldforch. Agak mengherankan memang, terutama bagi siapapun yang sedang mengikuti cerita ini, karena tampaknya ada satu kekeliruan perilaku yang terjadi, mengingat umur Carrie Carldforch tampaknya jauh lebih muda daripada Filan, dan gadis itu jelas memanggilnya tanpa sebutan ‘Sir’, sementara Filan yang lebih tua daripadanya malah memanggilnya dengan sebutan ‘Kapten’. “Evangelist sudah aman bersama saya, Kapten…” Filan memberikan laporan. “Bersamamu? Jadi itu…” “Dave Evangelist, ya…” Filan mengangguk sambil menunjukkan gumpalan selimut yang ternyata membungkus seorang bayi laki-laki yang masih merah. “Kenapa anak ini bisa bersamamu, Filan?” tanya Kapten Carldforch lagi. “Bukankah seharusnya Fernandez yang membawanya kemari? Dan apa yang terjadi dengan bayi yang satunya?” Kapten Carldforch kelihatannya terlalu panik sehingga dia bermaksud menumpahkan semua pertanyaannya dalam satu tarikan napasnya yang memburu. “Fernandez diserang, Kapten…” Filan menarik napas sebentar sebelum menjawab. “Kira-kira di ketinggian seratus dua puluh kaki, Athmosphere muncul dan menyerangnya. Dua nyawa dalam dekapannya yang membuat Fernandez bertahan menghadapi serangan Athmosphere… Anda tahu, dia marah besar karena suaminya yang mendadak meninggalkannya demi wanita lain. Dan dia bermaksud mengacaukan semuanya, dia tak mau ada kelompok kita yang lahir lagi.” Filan berhenti sejenak sementara Kapten Carldforch menunggu dengan sorot mata penuh kengerian. “Fernandez terdesak dan mengirim pesan darurat kepada saya,” Filan melanjutkan dengan nada getir. “Detik itu juga saya menyusulnya dan…”
“Apa yang terjadi?” Kapten Carldforch menahan napas. “Fernandez sudah meninggalkan tempat bersama bayi yang satunya, sedangkan Evangelist ditinggalkan di tanah perkebunan keluarga Couster. Fernandez bermaksud untuk memecah perhatian Athmosphere. Dan dia meminta saya untuk mengambil Evangelist.” “Lalu?” “Rupanya Athmosphere memutuskan untuk mengejar saya,” Filan melanjutkan ceritanya. “Dia berbalik arah dan ganti menyerang saya untuk membinasakan Evangelist. Saya kerahkan seluruh kemampuan yang saya punya untuk mempertahankan anak ini, Kapten. Karena itulah saya yang ke sini mengantarnya untuk Anda.” Filan mendekat dan menyodorkan selimut tebal yang dipeluknya kepada Kapten Carldforch yang menerimanya dengan sangat merana. “Untung dia selamat…” desahnya. “Lalu apa yang terjadi dengan Fernandez dan bayi itu? Di mana mereka sekarang?” “Fernandez turun ke Bumi untuk menyerahkan bayi yang satu lagi ke rumah,” kata Filan. “Fernandez sudah mengirim kabar lewat pesan darurat.” “Syukurlah semua selamat… Terima kasih Filan,” Kapten Carldforch menarik napas lega. “Hanya sayang, aku belum sempat memberinya nama. Aku juga belum menyelidiki apakah dia memiliki kekuatan yang sama dengan kita, seperti Evangelist ini…” “Anda bisa memberinya nama sekarang,” ujar Filan. “Anak laki-laki Anda pasti sedang menunggu pesan dari Anda.” “Kau benar,” Kapten Carldforch tersenyum sedikit sambil menimang bayi yang sedang dipeluknya. Ingatannya melayang sejenak ke Bumi, tempat di mana bayinya sekarang berada. Kapten Carldforch sempat berencana untuk mendidik kedua bayi itu menjadi sepasang prajurit tangguh yang di masa mendatang mengemban tanggung jawab berat ketika sejarah menjadi porak poranda dan tiga lorong waktu dalam satu kehidupan ini terancam musnah… Namun mengingat apa yang baru saja terjadi, sepertinya Kapten Carldforch harus merelakan satu calon prajuritnya dan
hanya berkonsentrasi penuh pada calon prajurit kecil yang ada dalam dekapannya itu.
TIGA BELAS TAHUN KEMUDIAN – WAKTU BAGIAN BUMI…