Laporan Kasus
POWER ASSISTED LIPOSUCTION : KASUS SERI SEDOT LEMAK LENGAN ATAS I Gusti Nyoman Darmaputra, Made Wardhana, Made Swastika Adiguna Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar
ABSTRAK Power assisted liposuction merupakan salah satu teknik sedot lemak populer. Teknik ini menghemat tenaga operator sehingga lebih terfokus pada area penyedotan. Sedot lemak di area lengan atas lebih berisiko terjadi efek samping berupa permukaan kulit lebih bergelombang dibandingkan dengan area tubuh lainnya. Dilaporkan 2 kasus, perempuan yang ingin mengecilkan lengan atas karena mengganggu penampilan. Telah dilakukan tindakan sedot lemak dengan anestesi lokal (teknik tumescent) menggunakan mesin (Power Assisted MicroAire's PAL® LipoSculptor™). Kanul yang digunakan be ruk ura n 3 mm, d ila nju tka n d eng an kan ul 2,4 mm un tuk me ngh alu ska n. Selanjutn ya menggunakan korset selama 1-2 bulan agar hasil maksimal. Sedo t lemak merupaka n cara terbaik untuk membentuk tubuh, menghilangkan lemak berlebihan pada area tertentu. Penggunaan tehnik power assisted liposuction mengurangi rasa lelah bagi operator sehingga perhatian lebih terfokus dan pengambilan lemak lebih merata. Kanul berukuran kecil memudahkan pengambilan lemak secara merata. Penggunaan power assisted liposuction serta kanul berukuran kecil membantu meminimalkan risiko efek samping permukaan kulit bergelombang. (MDVI 2014;41/S:42S - 50S)
Kata kunci: sedot lemak, power assisted liposuction
ABSTRACT Power assisted liposuction is a popular liposuction technique. Using this technique the operator don't need to use much force, leads to better concentration on the procedure. Liposuction on arm has a greater complication risk of skin contour irregularity compare to other area. We reported two cases of female who wanted to reduce arm size for cosmetic purpose. Liposuction procedure was done using local anesthesia (tumescent) and machine (Power Assisted MicroAire's PAL® LipoSculptor™). The canule size was 3 mm continued with 2.4 mm size for smoothing . After the procedure the patients used support bandage for better result. Liposuction is the best procedure for body sculpting by removing excess fat from specific area of the body. Power assisted liposuction reduce fatigue for the operator, resulting in increasing precision on fat removal. Smaller size canule make the removal of the fat distribution evenly. This technique and smaller size canule also minimize the risk of contour irregularity of the skin. (MDVI 2014;41/S:42S - 50S)
Korespondensi : Jl. Diponegoro, Denpasar- Bali Telp : 0361-257517 Email :
[email protected]
42 S
Keywords:liposuction, power assisted liposuction,
IGN Darmaputra, dkk
Power assisted liposuction
PENDAHULUAN
70 mmHg, denyut nadi 80 kali per menit, frekuensi napas 20 kali per menit, dan suhu aksila 36,7 °C. Pada status generalis didapatkan kepala normocephali, kedua konjungtiva tidak tampak adanya anemia atau ikterus, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening leher. Pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorokan tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan toraks didapatkan jantung dan paru dalam batas normal, pada abdomen tidak didapatkan distensi, serta bising usus dalam batas normal, tidak teraba pembesaran hati dan limpa. Ekstremitas teraba hangat serta tidak tampak edema. Pada pemeriksaan kuku, rambut, mukosa, dan saraf tidak ditemukan kelainan. Pada lengan atas dijumpai timbunan lemak (Gambar 1). Pada pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, pembekuan darah dan EKG tidak didapatkan kelainan. Pasien direncanakan untuk sedot lemak menggunakan metode power assisted dan anestesi tumescent. Pasien dan keluarga diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan dan efek samping yang mungkin terjadi. Setelah memahami tentang tindakan yang akan dilakukan, maka pasien dan keluarga diminta untuk menandatangani surat persetujuan tindakan. Kemudian dilakukan persiapan alat-alat yang akan digunakan. Sebelum tindakan, pasien diberikan premedikasi berupa tablet diazepam agar merasa nyaman saat dilakukan tindakan. Pasien difoto dari posisi depan dan belakang, kemudian dibuat tanda atau marker pada area tindakan menggunakan gentian violet (Gambar 2). Pasien dibaringkan di atas meja operasi dengan posisi terlentang. Lapangan operasi didesinfeksi dengan povidon iodin 10% kemudian dilanjutkan dengan NaCl 0,9% dan ditutup dengan kain steril. Selanjutnya anestesi lokal dilakukan dengan menggunakan cairan tumescent pada 2 titik lokasi dengan cara memasukkan kanul. Cairan tumescent yang digunakan berdasarkan formula Klein. Dilakukan insisi selebar kurang lebih 0,5 mm menggunakan skalpel di bagian medial dan lateral siku. Cairan tumescent dimasukkan secara perlahan-lahan menggunakan kanul dan mesin infiltrasi di lengan atas kanan (Gambar 3), sambil melihat ekspresi wajah pasien agar proses ini tidak terlalu terasa sakit. Cairan pertama-tama dimasukkan untuk mengisi area lemak bagian dalam dan digerakkan dengan metode fanning agar merata. Kemudian diarahkan untuk mengisi area lemak yang lebih superfisial. Setelah merata dilanjutkan dengan memasukkan cairan tumescent untuk lengan kiri dengan cara yang sama. Kemudian diperhatikan tanda-tanda bahwa anestesi sudah lengkap, yaitu warna pucat di area yang dianestesi. Setelah anestesi tercapai, dilakukan penyedotan menggunakan mesin (Power Assisted MicroAire's PAL® LipoSculptor™) dengan kanul yang berukuran 3mm (Gambar 4). Pertama-tama dilakukan pengambilan lemak di bagian lemak bagian bawah dengan metode fanning agar merata. Kemudian dilakukan pengambilan lemak superfisial secara merata. Untuk memastikan area yang terambil sudah merata
Sedot lemak merupakan tindakan bedah yang paling efekif untuk menghilangkan lemak berlebih di area tubuh tertentu. Sedot lemak tidak bertujuan untuk menurunkan berat badan namun lebih untuk membentuk tubuh, sehingga kandidat terbaik sedot lemak adalah pasien dengan berat badan ideal namun dengan kelebihan lemak di area tertentu. Power assisted liposuction merupakan salah satu teknik sedot lemak yang banyak dipilih oleh para dokter. Teknik ini lebih menghemat tenaga operator sehingga bisa lebih fokus pada area yang disedot. Metode lain sedot lemak dapat dilakukan dengan cara manual, menggunakan ultrasound atau laser. Setiap metode menunjukkan kelebihan dan kekurangan sehingga setiap dokter dapat memilih teknik yang terbaik. Hasil terbaik tidak bergantung pada jenis teknik yang digunakan, namun lebih kepada kemampuan dan pengalaman operator. Jenis dan ukuran kanul yang dipilih menentukan lama operasi dan mempengaruhi hasil akhir operasi maupun risiko efek samping. Sedot lemak dapat dilakukan pada beberapa area tubuh dengan lemak berlebih. Umumnya sedot lemak dilakukan di area perut, paha, lengan, dagu dan punggung. Lemak area lengan merupakan salah satu keluhan utama perempuan selain perut, karena timbunan lemak di lengan dapat mengganggu penampilan saat menggunakan baju berlengan pendek. Sedot lemak area lengan lebih berisiko, karena hasil akhir dapat terjadi permukaan kulit yang bergelombang dibandingkan dengan sedot lemak area perut atau paha. Namun, apabila dikerjakan dengan baik, sedot lemak area lengan dapat memberikan hasil yang cepat terlihat dan membuat pasien puas. Berikut ini dilaporkan 2 kasus sedot lemak area lengan atas dengan menggunakan teknik power assisted, untuk menambah wawasan tentang sedot lemak dan penggunaaan teknik power assisted.
KASUS 1 Seorang perempuan, usia 38 tahun, suku Jawa, datang dengan keluhan timbunan lemak berlebih di lengan atas yang dirasakan sangat mengganggu penampilan. Berdasarkan anamnesis dikatakan pasien sudah memiliki bentuk lengan yang cukup besar sejak remaja. Pasien sudah mencoba berbagai cara, misalnya dengan suntikan, diet ketat maupun olah raga namun ukuran lengan tidak banyak berkurang. Timbunan lemak di lengan atas dirasa sangat mengganggu penampilan pasien terutama saat menggunakan baju lengan pendek dan ketat. Tidak terdapat riwayat penyakit kencing manis, hipertensi dan jantung. Pasien juga tidak mempunyai bakat terjadi keloid bila luka serta tidak sedang mengkonsumsi jamu atau obat-obatan lainnya. Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum pasien baik, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 110/
43 S
MDVI
Vol 41 No. Suplemen Tahun 2014; 42 S - 50 S
KASUS I
Gambar 1. Timbunan lemak pada area lengan atas
Gambar 2. Area yang ditandai untuk dilakukan sedot lemak
Gambar 3. Infiltrasi cairan tumescent
44 S
Gambar 4. Suction menggunakan mesin (Power Assisted MicroAire's PAL® LipoSculptor™)
IGN Darmaputra, dkk
Gambar 5. Dilakukan cubitan untuk memeriksa lemak
Power assisted liposuction
Gambar 6. Posisi pasien telungkup untuk pengambilan area triseps
Gambar 8. Lengan pasien sesaat setelah sedot lemak
Gambar 7. Lemak yang diambil
Gambar 9. Setelah 3 bulan sedot lemak
45 S
MDVI
dilakukan tes cubitan di beberapa tempat untuk menganalisis apakah ketebalan lemak sudah merata (Gambar 5). Apabila belum, akan dilakukan pengambilan kembali di area yang lemaknya masih tebal. Untuk mendapatkan hasil yang lebih halus, digunakan kanul 2,4 mm sampai lemak yang diambil benar-benar merata. Setelah selesai pengambilan lemak di area biseps kanan, dilanjutkan dengan cara yang sama untuk area biseps kiri. Untuk pengambilan di area triseps, posisi pasien telungkup untuk memudahkan operator (Gambar 6). Setelah semua area diambil merata, dilakukan massage untuk mengeluarkan sisa-sisa cairan tumescent. Pada kasus didapatkan 650 ml campuran lemak dan cairan tumescent dengan perbandingan lemak 500 ml dan cairan tumescent yang bercampur darah 150ml (Gambar 7). Kemudian dilakukan jahitan dengan teknik simple interrupted suture, pengolesan antibiotik topikal dan penutupan dengan kasa steril (Gambar 8). Area yang telah diambil lengkap kemudian ditutup dengan kasa absorbent untuk menekan area tersebut serta menyerap sisa-sisa cairan. Setelah itu ditutup dengan kasa gulung dan elastic bandage yang digunakan selama 1 hari. Diberikan terapi siprofloksasin 2x500 mg dan asam mefenamat 3x500 mg. Pasien disarankan untuk kontrol 1 hari setelah sedot lemak. Jahitan diangkat 1 minggu setelah sedot lemak dan diharapkan kontrol 3 bulan setelah sedot lemak (Gambar 9).
KASUS 2 Seorang perempuan, usia 28 tahun, suku Jawa, mengeluhkan timbunan lemak yang berlebih di lengan atas. Berdasarkan anamnesis didapatkan, bahwa pasien mulai merasakan lengannya bertambah besar dalam beberapa bulan ini seiring dengan peningkatan berat badannya. Pasien belum pernah mencoba cara-cara lain untuk mengecilkan lengannya. Timbunan lemak di lengan dirasa sangat mengganggu penampilan pasien. Tidak terdapat riwayat penyakit kencing manis, hipertensi dan jantung. Pasien juga tidak memiliki riwayat terjadinya keloid bila luka serta tidak sedang mengkomsumsi jamu atau obat-obatan lainnya. Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum pasien baik, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 120/ 80 mmHg, denyut nadi 84 kali per menit, frekuensi napas 20 kali per menit, dan suhu aksila 36,5 °C. Pada status generalis didapatkan kepala normocephali, kedua konjungtiva tidak tampak adanya anemia atau ikterus, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening leher. Pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorokan tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan toraks didapatkan jantung dan paru dalam batas normal, abdomen tidak didapatkan distensi, bising usus dalam batas normal, serta tidak teraba pembesaran hati dan limfa. Ekstremitas teraba hangat serta tidak didapatkan edema. Pada pemeriksaan kuku, rambut, mukosa dan saraf tidak ditemukan kelainan. Pada lengan dijumpai timbunan lemak. Pada pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, pembekuan darah dan EKG tidak didapatkan kelainan. Pasien
46 S
Vol 41 No. Suplemen Tahun 2014; 42 S - 50 S
direncanakan untuk sedot lemak dengan metode power assisted dan anestesi tumescent. Pasien dan keluarga diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan dan efek samping yang mungkin terjadi. Setelah memahami tentang tindakan yang akan dilakukan, maka pasien dan keluarga diminta untuk menandatangani surat persetujuan tindakan. Kemudian dilakukan persiapan alat-alat yang akan digunakan. Sebelum tindakan, pasien diberi premedikasi berupa tablet diazepam agar merasa nyaman saat tindakan. Pasien difoto dari posisi depan dan belakang. Kemudian dibuat tanda atau marker di area yang akan diambil lemaknya dengan gentian violet (Gambar 11). Pasien dibaringkan di atas meja operasi dengan posisi terlentang. Lapangan operasi didesinfeksi dengan povidon iodin 10% kemudian dilanjutkan dengan NaCl 0,9% dan ditutup dengan kain steril. Selanjutnya disuntikkan anestesi lokal dengan cairan tumescent pada 2 titik lokasi untuk tempat memasukkan kanul. Cairan tumescent yang digunakan berdasarkan formula Klein. Dilakukan insisi selebar kurang lebih 0,5 mm menggunakan skalpel di bagian medial dan lateral siku. Pertama-tama dimasukkan cairan tumescent secara perlahanlahan menggunakan kanul dan mesin infiltrasi di lengan kanan (gambar 12), sambil melihat ekspresi wajah pasien agar proses ini tidak terlalu terasa sakit. Cairan pertama-tama dimasukkan untuk mengisi area lemak bagian dalam dan digerakkan dengan metode fanning agar merata. Persiapan tindakan dan prosedur serta tahapan tindakan dilakukan seperti pada kasus pertama (gambar 3-6). Pada kasus ini didapatkan 500 ml campuran lemak dan cairan tumescent dengan perbandingan lemak 300 ml dan cairan tumescent yang bercampur darah 200 ml (gambar 16). Pemberian terapi, waktu kontrol serta waktu pengangkatan jahitan dilakukan seperti pada kasus pertama.
PEMBAHASAN Sedot lemak merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mengurangi lemak yang berlebihan di area tertentu, sehingga lebih dikenal sebagai tindakan liposculpture atau seni memahat tubuh. Kandidat terbaik untuk sedot lemak adalah individu sehat dengan proporsi tubuh mendekati ideal, dengan bagian tertentu mengalami kelebihan lemak sehingga mengganggu penampilan.1,2 Pada kasus 1 dan 2, kedua pasien memiliki berat badan ideal namun dengan kelebihan lemak di area lengan atas yang dirasakan mengganggu penampilan. Marking pada tindakan sedot lemak merupakan salah satu tahap yang penting. Sangat diperlukan komunikasi yang baik antara dokter dengan pasien dalam penentuan area yang akan dilakukan sedot lemak untuk menghindari kesalahpahaman dan harapan pasien yang berlebihan. Setiap dokter memiliki kebiasaan atau pola marker tertentu yang berbeda-beda sesuai imaginasi dan pengalaman dokter.
IGN Darmaputra, dkk
Power assisted liposuction
KASUS II
Gambar 10. Timbunan lemak pada lengan atas
Gambar 11. Marking area yang akan dilakukan sedot lemak
Gambar 12. Memasukkan cairan tumescent
Gambar 13. Area pucat tanda komplit anestesi
47 S
MDVI
Vol 41 No. Suplemen Tahun 2014; 42 S - 50 S
Gambar 14. Area superfisial
Gambar 15a. Pengambilan yang masih belum rata
Gambar 15b. Pengambilan yang masih belum rata
Gambar 17. Sesaat setelah sedot lemak
48 S
Gambar 16. Lemak hasil sedot lemak
IGN Darmaputra, dkk
Power assisted liposuction
Gambar 18 a dan b. Bandage setelah sedot lemak
Gambar 19. Satu minggu setelah sedot lemak
Marker berperanan penting sebagai patokan dokter dalam melakukan sedot lemak, karena lemak yang menggantung terutama tampak nyata saat posisi pasien berdiri, namun saat posisi operasi dengan pasien terlentang dan telah dimasukkan cairan tumescent, batas area yang banyak lemak dan sedikit lemak menjadi tidak jelas. Marker dapat mengarahkan operator agar mengambil lemak yang lebih banyak pada bagian yang paling banyak lemak, dan mengambil sedikit lemak atau hanya bersifat menghaluskan pada bagian yang tidak banyak lemak. Karena tujuan utama sedot lemak bukanlah untuk mengambil lemak sebanyak mungkin, tetapi membentuk tubuh agar menjadi proporsional.2-4 Pada kasus 1 dan 2 dibuat marker dengan posisi pasien berdiri. Marker menggunakan gentian violet agar penanda lebih tahan lama dan tidak hilang saat dilakukan desinfeksi dengan betadine dan NaCl 0,9%. Marker diberikan pada area yang banyak lemak, yaitu pada bagian bawah serta diberikan tanda arsir pada area perbatasan untuk patokan bagi operator agar mengambil lebih banyak di bagian bawah dan hanya mengambil sedikit untuk menghaluskan di area perbatasan.
Terdapat banyak posisi pilihan saat dilakukan sedot lemak, bergantung pada kebiasaan dan kemudahan operator. Umumnya digunakan 2 posisi yang berbeda agar dapat menjangkau semua area. Posisi lateral dekubitus dengan lengan di samping badan dan di samping kepala banyak dipilih operator.1,5 Pada kedua kasus dipilih 2 posisi, yaitu lengan di samping tegak lurus dengan badan dengan posisi pasien terlentang untuk pengambilan area biseps dan posisi telungkup untuk pengambilan area triseps. Anestesi menggunakan teknik tumescent merupakan metode yang sangat penting untuk keberhasilan operasi sedot lemak. Anestesi tumescent pertama kali ditemukan oleh Jeffrey Klein dan telah berhasil memberikan solusi untuk operasi sedot lemak yang aman sejak puluhan tahun. Kombinasi antara lidokain, epinefrin, natrium bikarbonat dan cairan NaCl 0,9% menghasilkan solusi agar efek anestesi lidokain menjadi tahan lama serta mengurangi toksisitas lidokain walaupun menggunakan dosis tinggi. Kombinasi dengan epinefrin berefek mengurangi perdarahan serta mengurangi risiko emboli lemak. Penggunaan cairan NaCl 0,9% dalam jumlah yang cukup banyak mampu
49 S
MDVI
menggembungkan lemak sehingga lebih mudah disedot dan menjauhkan area yang berbahaya dan mengurangi risiko perforasi pada organ-organ penting. Untuk mengurangi rasa nyeri saat penyuntikan karena lidokain bersifat asam, larutan anestesi ini dikombinasi dengan natrium bikarbonat yang bersifat basa. Penggunaan kombinasi cairan anestesi ini memungkinkan operator melakukan tindakan sedot lemak dalam kondisi pasien sadar. Kondisi sadar sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko perforasi pada organ-organ penting. Anestesi umum cukup berisiko karena otot menjadi rileks dan pasien tidak sadar saat kanul menyentuh fascia. Sebaliknya apabila pasien sadar saat kanul menyentuh area fascia, pasien akan reflek mengkontraksikan ototnya, sehingga lebih sulit ditembus oleh kanul. Kelemahan tumescent adalah rasa nyeri saat proses memasukkan cairan tumescent. Rasa nyeri ini tentunya tidak dijumpai pada tindakan dengan anestesi umum. Untuk mengurangi rasa nyeri, sebaiknya cairan dimasukkan secara perlahan. Metode memasukkan cairan tumescent dapat dilakukan secara manual atau menggunakan mesin infiltrasi khusus. Penggunaan mesin memudahkan dalam memasukkan cairan serta menghemat waktu. Anestesi tumescent pada lengan umumnya lebih mudah dilakukan dengan nyeri yang minimal. Dibutuhkan waktu bagi adrenalin yang digunakan pada campuran tumescent, agar terjadi vasokonstriksi maksimal. Sebaiknya ditunggu 15 menit - 1 jam sampai tercapai anestesia dan vasokonstriksi lengkap. Vasokonstriksi dan anestesi yang sudah sempurna ditandai dengan warna pucat yang merata dan teraba dingin di area yang diberikan anestesi.6,7 Pada kedua kasus digunakan kombinasi cairan tumescent formula Jeffrey Klein. Cairan tumescent dimasukkan perlahan menggunakan mesin infiltrasi, menanyakan apakah nyeri sambil melihat ekpresi wajah pasien. Pada area yang yang masih dirasakan nyeri oleh pasien, diberi tambahan cairan tumescent. Cairan dimasukkan dengan metode fanning secara merata, dimulai pada lapisan lemak profunda kemudian lemak superfisial sampai merata yang ditandai permukaan kulit seperti kulit jeruk. Proses pemasukan cairan anestesi dapat ditoleransi dengan baik oleh kedua pasien. Setelah cairan anestesi dimasukkan merata, kemudian ditunggu selama 30 menit sampai berwarna pucat dan teraba dingin. Sedot lemak area lengan merupakan area yang paling sering memberikan hasil yang memuaskan dan segera terlihat hasilnya dibandingkan dengan area lainnya. Namun apabila pengambilan lemak tidak merata, area ini cenderung lebih mudah menimbulkan permukaan yang tidak rata dibandingkan dengan area lain misalnya perut dan paha. Untuk mengurangi risiko hasil permukaan yang tidak rata dapat digunakan kanul yang berukuran kecil 2 atau 3 mm. Kanul yang berukuran besar lebih berisiko menimbulkan hasil yang tidak rata karena pengambilan lemak cenderung lebih tidak merata terutama apabila dilakukan pengambilan lemak superfisial. Keunggulan kanul besar adalah dalam kecepatan
50 S
Vol 41 No. Suplemen Tahun 2014; 42 S - 50 S
pengambilan lemak sedangkan kanul kecil cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama sehingga akan melelahkan operator. Namun dengan teknologi power assisted liposuction (PAL), yaitu mesin membantu kerja otot dengan cara vibrasi atau gerakan maju mundur sehingga memecah lemak dan mengurangi tenaga yang kita keluarkan. Apabila kita kehabisan tenaga akan berisiko menurunkan konsentrasi dalam pengambilan lemak yang merata sehingga lebih berisiko hasil permukaan tidak rata. Jumlah lemak yang diambil bergantung pada ketebalan lemak dan massa otot pasien.1,6,8 Pada kasus 1 tampak lemak yang lebih tebal dibandingkan dengan kasus 2 dan pada hasil setelah operasi dijumpai jumlah lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan kasus 2. Pada kedua kasus dilakukan sedot lemak menggunakan mesin (Power Assisted MicroAire's PAL® LipoSculptor™) yang merupakan gold standard untuk mesin power assisted karena terjadi getaran yang cepat namun halus sehingga mempercepat proses sedot lemak dan getarannya tidak terlalu melelahkan tangan operator. Pada kasus dilakukan sedot lemak menggunakan kanul berukuran kecil yaitu 3 mm untuk pengambilan awal serta dilanjutkan dengan kanul berukuran 2,4 mm untuk menghaluskan hasilnya. Kanul 2,4 mm terutama digunakan untuk menghaluskan area tepi, yaitu perbatasan antara area yang diambil lemaknya dengan area yang tidak, sehingga pada kedua kasus dijumpai hasil yang rata pada permukaannya serta halus pada area perbatasan. Pada kedua kasus, pasien menyatakan puas dengan hasil yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA 1. Flynn TC, Coleman WP III, Field LM, Klein JA, Hanke CW. History of Liposuction. Dermatol Surg. 2000; 26: 515-20. 2. Coleman WP III, Glogau RG, Klein JA, Moy RL, Narins RS, Chuang TY, dkk. Guidelines of care for liposuction. J Am Acad Dermatol. 2001;45:438-47. 3. Lawrence N, Coleman WP. Liposuction. J Am Acad Dermatol. 2002;47:105-8. 4. Klein JA. Subcutaneous fat: Anatomy and histology. Dalam: Klein JA, penyunting. Tumescent technique. St Louis: Mosby; 2000. p. 213-21. 5. Coleman WP. Powered liposuction. Dermatol Surg. 2000;26:315-8. 6. Klein JA. Surgical Technique: Microcannular Tumescent Liposuction. Dalam: Klein JA, penyunting. Tumescent technique. St. Louis: Mosby; 2000. p. 248-70 7. Yoho RA, Romaine J, O'Neil D. Review of liposuction, abdminoplasty, and facelift mortality and moribidity risk literature. J Dermatol Surg. 2005;31:733-43. 8. Klein JA. Post-liposuction care: Open drainage and bimodal compression. Dalam: Klein JA, penyunting. Tumescent technique. St Louis: Mosby; 2000. p. 281-93.