Potret Bencana Banjir Bandang di Wasior (Djadja, dkk)
POTRET BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR Djadja, Agus Solihin, Agus Supriatna Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Sari Wilayah Wasior terletak di Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat, merupakan semenanjung berupa pegunungan memanjang, bernama pegunungan Wondiboy dengan kemiringan lereng antara 5o – 75o. Penyusun utama batuan pegunungan ini berupa batuan metamorf genes (gneiss) mengandung kuarsa, amphibol . Pada 4 Oktober 2010, pukul 07.00 tiba-tiba terjadi banjir bandang setelah semalaman wilayah Wasior diguyur hujan lebat. Banjir bandang tersebut mengakibatkan puluhan rumah hanyut dan banyak menelan korban jiwa. Musibah banjir bandang Wasior ditetapkan menjadi bencana nasional, tercatat jumlah korban tewas dalam bencana tersebut lebih dari 150 orang dan lebih dari 150 orang lainnya hilang. Banjir bandang ini hampir mirip tsunami, air bercampur dengan lumpur akibat luapan beberapa sungai di wasior menerjang dasyat apa yang dilaluinya. Selain menelan banyak korban jiwa, banjir bandang ini juga mengakibatkan kerugian materi hingga miliaran rupiah Sementara itu sejumlah pengungsi yang sebagian besar merupakan warga pendatang ditempatkan di Kodim Manokwari dan Balai Latihan Kerja Manokwari serta sebagian kecil di Nabire, sedangkan yang tidak mengungsi umumnya warga asli Wasior.
PENDAHULUAN Bencana alam tanah longsor dan banjir bandang telah terjadi pada hari Senin tanggal 4 Oktober 2010, di wilayah Kecamatan Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat, telah menyebabkan banyaknya korban jiwa dan rusaknya sarana dan pra sarana kota.
Lokasi bencana tersebut tepatnya terjadi di Desa Rado, Sanduai, Kota Wasior, Manggurai dan Wondonawi yang termasuk Wilayah Kecamatan Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat.
Foto 1. Desa Sanduai salah satu wilayah yang paling parah dilanda banjir bandang (kiri) dan kawasan bandara Wasior (kanan) (A. Solihin, 2010)
Banjir Bandang tersebut berasal dari Penunungan Wondiboy yang berlereng terjal dengan lembah yang dalam dan merupakan hutan lindung. Material banjir bandang melanda wilayah kecamatan Wasior yang terletak di
daerah dataran di bagian barat pegunungan Wondiboy menghancurkan pemukiman, sarana dan prasarana yang dilaluinya.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3, Desember 2010 : 13-22
Hal :13
Potret Bencana Banjir Bandang di Wasior (Djadja, dkk)
Metodologi Pemeriksaan Metode pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan langsung di lapangan, meliputi: pengamatan kondisi geologi setempat, jenis
gerakan tanah, dimensi gerakan tanah, faktor penyebab gerakan tanah, tataguna lahan, kondisi keairan, pengamatan jenis serta sifat fisik tanah.
PETA LOKASI BENCANA BANJIR BANDANG DI KEC.. WASIOR, KAB. TELUK WONDAMA, PROVINSI PAPUA BARAT KETERANGAN Lokasi Gerakan tanah
Gambar 1. Peta Lokasi Banjir Bandang Wasior, Papua Barat
Hal :14
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3,, Desember 2010 : 14-22
Potret Bencana Banjir Bandang di Wasior (Djadja, dkk)
KONDISI DAERAH PENYELIDIKAN Morfologi Morfologi sekitar lokasi bencana merupakan pegunungan Wondiboy dengan kemiringan lereng antara 5 – 75°, ketinggiannya antara 1 – 2150 m dpl, di bagian pantainya merupakan dataran aluvial dengan kemiringan lereng 0 – 5° dan ketinggiannya antara 1 – 25 m dpl. Pada alur-alur pegunungan tersebut mengalir
beberapa sungai dengan pola relatif sejajar, berarah timur – barat. Tata Lahan Penggunaan lahan sekitar lokasi bencana umumnya berupa hutan lindung dengan vegetasi yang lebat, dan di daerah kaki pegunungan dan dataran pantai berupa kebun campuran dan pemukiman,
Foto 3. Longsoran-longsoran di sekitar puncak pegunungan Wondiboy (kiri) dan kondisi morfologi serta tataguna lahannya (kanan) (Djadja, 2010)
Geologi Batuan penyusun di sekitar lokasi bencana berdasarkan Peta Geologi Irian Jaya (Dow D.B., dkk, Puslitbang Geologi, 1986), berupa Genes (gneiss) mengandung kuarsa, amfibol felsfar dan mika (TmuTp). Batuannya berwarna abu-abu kehitaman, sebagian terkekarkan kuat
sehingga mudah pecah, Tanah pelapukan berupa pasir lempungan hingga lempung pasiran, berwarna kuning kecoklatan, bersifat gembur dan meluluskan air sedang dengan ketebalan antara 0,5 – 1,5 meter.
Foto 4. Material banjir bandang berupa batuan dan batang pohon mengakibatkan sungai tersumbat dan badan jembatan bergeser (kiri) serta merusak bangunan yang dilaluinya (kanan) (A. Solihin, 2010)
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3, Desember 2010 : 15-22
Hal :15
Potret Bencana Banjir Bandang di Wasior (Djadja, dkk)
Keairan Air tanah bebas di sekitar pegunungan sulit didapat, sedangkan di daerah dataran pantai kedalamannya antara 1 – 5 meter, berasa payau
akibat resapan dari pantai. Air permukaan yang ada terutama dari sungai dan air laut yang terdapat di bagian barat.
Gambar 2. Peta Geologi Daerah Wasior dan sekitarnya, Kabupaten, Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat (Dow D.G, dkk., 1986)
Foto 5. Beberapa kendaraan yang yang tersapu banjir bandang dengan material batuan serta batang pohon (A. Solihin, 2010)
Hal :16
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3,, Desember 2010 : 16-22
Potret Bencana Banjir Bandang di Wasior (Djadja, dkk)
Kerentanan Gerakan Tanah Berdasarkan peta prakiraan wilayah terjadi gerakan tanah Provinsi Maluku bulan Oktober 2010 (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), daerah tersebut termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah
menengah – tinggi, artinya daerah ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan diatas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.
Foto 6. Pelabuhan Wasior (kiri) dan pasar Sanduai (kanan) rusak berat akibat terjangan banjir bandang (A. Solihin, 2010)
Lokasi Bencan a
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3, Desember 2010 : 17-22
Hal :17
Potret Bencana Banjir Bandang di Wasior (Djadja, dkk)
GERAKAN TANAH Dampak Bencana Banjir bandang ini mengakibatkan: 153 orang Meninggal Dunia 157 orang hilang 86 bangnan pemerintan rusak berat, 30 bangunan rusak ringan 1473 rumah rusak berat dan 68 rusak ringan Jalan sepanjang 20,2 km rusak berat, dan 0,5 km rusak ringan
7 sekolah rusak berat 2 gereja rusak berat dan 1 rusak ringan. 4 jembatan dengan total panjang 29 meter rusak berat 7808 orang mengungsi dengan rincian 2652 orang di Wasior, 4771 orang di Manokwari, 355 orang di Nabire dan 30 orang ke luar Papua Barat
Foto 7. Beberapa kendaraan beratpun tidak luput dari terjangan banjir bandang (A. Solihin, 2010)
Foto 8. Beberapa kendaraan yang yang tersapu banjir bandang bertumpuk di depan hotel Sanduai Permai (kiri) dan pasar Sanduai (kanan) (A. Solihin, 2010)
Jenis Gerakan Tanah Gerakan tanah yang terjadi berupa longsoran dan Aliran Bahan Rombakan (Banjir Bandang). Longsoran banyak terjadi pada lereng bagian atas lereng dengan panjang antara 10 – 100 meter dan lebar 10 m – 100 meter. Material longsoran terakumulasi pada alur-alur sungai dan dipicu hujan yang terus menerus, berkembang menjadi banjir bandang pada 8 Hal :18
(delapan) sungai secara bersamaan. Luapan terbesar terjadi pada S. Rado, S. Anggris, S. Sanduai dan S. Manggurai, menghancurkan pemukiman, sarana dan prasarana yang ada di Kp. Rado, Sanduai Kota Wasior, Manggurai dan Wondonawi.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3,, Desember 2010 : 18-22
Potret Bencana Banjir Bandang di Wasior (Djadja, dkk)
Penyebab Gerakan Tanah Bencana gerakan tanah di lokasi ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: Curah hujan yang tinggi dan berlangsung lama. Sebelum bencana, terjadi hujan lebat selama lk. 10 jam, dengan curah hujan mencapai 179 mm. Padahal dalam kondisi normal curah hujan di wilayah tersebut rata-rata 200 mm per bulan (BMKG, 2010).
Batuannya yang terkekarkan dan mudah hancur, Tanah pelapukan yang tipis dan bersifat pasiran, sehingga gembur Kemiringan lereng yang terjal menyebabkan material mudah bergerak.
Foto 9. Para pengungsi korban banjir bandang yang ditampung di Wasior (kiri) dan lokasi penampungan pengungsi di lapangan Kodim, Manokwari (kanan) (A. Solihin, 2010)
Mekanisme terjadinya bencana Curah hujan ekstrim memicu longsoranlongsoran di daerah lereng terjal dan menyeret pepohonan, kemudian bahan rombakan ini mengalir ke alur lembah sungai yang berkelokkelok mengalami hambatan dan terjadi pembendungan. Bahan rombakan yang terdiri dari air, batuan lepas, dan batang pohon dapat membendung alur sungai di beberapa bagian. Kemudian curah hujan yang tinggi menyebabkan bendung yang terbentuk tidak kuat menahan beban akhirnya jebol. Dalam perjalanannya material yang mengalir semakin ke bawah menggerus dan menyeret batuan yang dilaluinya dan pepohanan yang tumbuh disepanjang pinggiran aliran sungai. Pada akhirnya volume aliran bahan rombakan bertambah banyak, sehingga menyebabkan banjir bandang. Aliran bahan rombakan pada daerah curam, bergerak sangat cepat dan mempunyai daya erosi yang besar, sedangkan
pada daerah yang datar alirannya melambat dan menyebar luas. Energi atau momentum aliran bahan rombakan di daerah dataran sangat besar walaupun kecepatannya melambat tetapi oleh karena melibatkan massa material yang sangat besar. Akibatnya apapun yang ada dilaluinya akan terseret ke arah hilir atau pantai. Wilayah terdampak umumnya berada di dataran yang dekat dengan daerah aliran sungai. Terdapat 8 (delapan) daerah aliran sungai yang mengalami banjir bandang, yaitu dari utara sampai ke selatan: S. Maemari, S. Rado/Rakwa, S. Sanduai , S. Anggris, S. Manggurai, S. Iriati, S. Wondamawi, dan S. Isei. Tetapi yang banyak menimbulkan korban ada 4 sungai ( S. Rado, S. Sanduai, S. Anggris dan S. Manggurai). Terjadinya banjir bandang pada 8 sungai tersebut di atas secara bersamaan berkaitan dengan karakter faktor geologi, kecuraman lereng, dan pemicu curah hujan bersifat sama (homogen).
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3, Desember 2010 : 19-22
Hal :19
Potret Bencana Banjir Bandang di Wasior (Djadja, dkk)
Foto 10. Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) dan Kepala BNPB Syamsul Maarif (kanan) ke Wasior (A. Solihin, 2010)
Foto 11. Posko penaggulangan bencana banjir bandang yang berada di Manokwari (kiri) dan di Wasior (kanan)
KESIMPULAN Gerakan tanah di Wasior merupakan longsoran dan Aliran Bahan Rombakan (Banjir Bandang). Longsoran banyak terjadi pada lereng bagian atas lereng dengan panjang antara 10 – 100 meter dan lebar 10 m – 100 meter. Material longsoran terakumulasi pada alur-alur sungai dan dipicu hujan yang terus menerus berkembang menjadi banjir bandang yang terjadi di 8 (delapan) sungai secara bersamaan. Luapan terbesar terjadi pada S. Rado, S. Anggris, S. Sanduai dan S. Manggurai, menghancurkan pemukiman, sarana dan prasarana yang ada di Kp. Rado, Sanduai Kota Wasior, Manggurai dan Wondonawi
Hal :20
Penyebab terjadinya gerakan tanah antara lain, curah hujan yang tinggi dan berlangsung lama; batuannya yang terkekarkan dan mudah hancur, tanah pelapukan yang tipis dan bersifat pasiran, sehingga gembur, dan kemiringan lereng yang terjal menyebabkan material mudah bergerak.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3,, Desember 2010 : 20-22
Potret Bencana Banjir Bandang di Wasior (Djadja, dkk)
DAFTAR PUSTAKA Dow D.G, dkk., 1986: Peta Geologi Irian Jaya, Jawa, Skala 1 : 1.000.000, Puslitbang Geologi Bandung. Pangluar dan Suroso, 985: Petunjuk Penyelidikan dan Penanggulangan
Gerakan Tanah, Puslitbang Pengairan Wesley, L.D, 1976, : Mekanika tanah dan batuan, Departemen Pekerjaan Umum, Cetakan ke-Vl.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3, Desember 2010 : 21-22
Hal :21
Potret Bencana Banjir Bandang di Wasior (Djadja, dkk)
Hal :22
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3,, Desember 2010 : 22-22