Potensi Unit Produksi Untuk Meningkatkan Kompetensi Kerja Siswa SMK Oleh: Dr Adi Sutopo, M.Pd, M.T
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) keefektifan kegiatan belajar mengajar; dan 2) peningkatan kemampuan kompetensi siswa. Pendekatan penelitian dengan mixed method designs. Populasi penelitian adalah SMKN RSBI-SBI rumpun teknologi yang memiliki unit produksi. Penentuan sampel dengan purposive sampling yaitu: SMKN 2 Jetis Yogyakarta, SMKN 2 Depok Sleman, SMKN 2 Pengasih dan SMKN 2 Wonosari. Pengumpulan data kuantitatif dengan kuesioner dan data kualitatif dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data kuantitatif menggunakan analisis deskriptif, sedangkan data kualitatif dengan model Miles dan Huberman Hasil penelitian adalah: 1) sebagian besar program unit produksi mampu menyelaraskan terhadap program kurikulum sekolah; 2) peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa tercapai, walaupun jumlahnya masih terbatas; 3) pemakaian sarana pembelajaran efektif dalam kegiatan belajar mengajar dan produksi; 4) kualitas konstruksi dan bahan termasuk kategori, namun kualitas tampilan belum maksimal Kata kunci: unit produksi, kemampuan kompetensi kerja, sekolah menengah kejuruan Dunia
A. Pendahuluan Peningkatan
industri
memerlukan
pembangunan
sumber daya manusia yang memiliki
sumber
daya
keunggulan kompetetif agar mampu
manusia yang unggul yaitu memiliki
menghasilkan produk/jasa berkualitas
kemampuan
dan
dan mampu bersaing. Lulusan SMK
keterampilan serta kemampuan soft
dalam susunan piramida tenaga kerja
skill
merupakan
bangsa
memerlukan
sesuai
pengetahuan
perkembangan
ilmu
tenaga
terampil
dengan
jumlah
pengetahuan dan teknologi. Simbolon
tingkat
(2009) mengatakan “SDM merupakan
cukup besar. Oleh karena itu tingkat
salah
kemampuan lulusan SMK memegang
satu
faktor
kunci
dalam
menengah
kerja
reformasi ekonomi yakni bagaimana
peranan
penting
menciptakan
produksi.
Wardiman,
sumber
daya
yang
dalam
proses
(1998:
32)
berkualitas dan memiliki keterampilan
bahwa “keunggulan suatu industri
serta berdaya saing tinggi dalam
ditentukan oleh tenaga terampil yang
persaingan global”.
terlibat
langsung
dalam
proses
produksi, yaitu tenaga kerja yang
berada
di
front-line”.
Suyanto
menyatakan “bila seluruh
(2010:1)
pengganti praktik industri. Peraturan Pemerintah
No.
29
tahun
1990
atau sebagian besar dari lulusan SMK
menyatakan sekolah kejuruan dapat
punya kesiapan memadai sesuai de-
memiliki dan mengembangkan unit
ngan kebutuhan dunia usaha, maka
produksi
mereka adalah aset ekonomi yang
profesional
sangat penting”.
keuntungan (profit). PP No. 29 ini
Dikmenjur
menyebutkan
yang
memberi
dikelola
dan
secara
berorientasi
kebebasan
bagi
pada
SMK
bahwa permasalahan dan tantangan
menyelenggarakan unit produksi untuk
pendidikan kejuruan saat ini (2007)
mengelola
adalah:
menghasilkan barang atau jasa bagi
(a)
relevansi
dan
mutu
pendidikan menengah kejuruan masih
usaha
profit
yang
masyarakat umum.
rendah; (b) akses terhadap pelayanan
Hasil penelitian Iwa Kuntadi
pendidikan menengah kejuruan belum
(2011) terhadap pelaksanaan UP di
memadai
BLPT Bandung menyebutkan bahwa
dan;
pendidikan
(c)
masih
manajemen efisien.
organisasi dan mekanisme pengelolaan
disebabkan
unit produksi telah berjalan dengan
ketersediaan sarana dan prasarana
baik, mutu hasil pekerjaan termasuk
pendidikan
baik, dan
Permasalahan
terpenuhi
belum
tersebut
belum dan
sepenuhnya industri
memiliki relevansi dengan praktik
pasangan belum mencukupi. Selain itu
kejuruan di SMK. Berdasarkan hasil
didorong peningkatan jumlah siswa
penelitian ini
SMK.
kegiatan unit produksi apabila dikelola
Tahun
jumlah
kegiatan unit produksi
2007
perbandingannya
prosentase
dengan
SMA
dengan
baik
menunjukkan bahwa
dapat
menghasilkan
mencapai 41:59 dan didorong hingga
barang atau jasa yang dibutuhkan
mencapai
masyarakat
70:30
di
tahun
2015
(Dikmenjur, 2007). Menghadapi
dan
memberikan
pengalaman kerja pada siswa karena hal
tersebut
Dikmenjur (2005) menganjurkan SMK
memiliki relevansi dengan kurikulum yang berlaku
membuat program unit produksi jasa
Berdasarkan
uraian
di
atas
agar dapat memberikan pengalaman
menunjukkan bahwa unit produksi
kerja yang nyata pada siswa sebagai
bagi
sekolah
kejuruan
memiliki
where as the vocational education refers to as lower level education and training for the preparation of semi skilled and skilled workers in various trades
peranan yang sangat penting di dalam meningkatkan
kemampuan
pengetahuan dan keterampilan siswa, menumbuhkan jiwa wirausaha siswa dan dapat menghasilkan keuntungan ekonomi
bagi
sekolah.
Dalam
penelitian ini difokuskan pada peranan unit produksi dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa.
Makna
pendapat
tersebut
pendidikan
kejuruan
pendidikan
tingkat
bagi
adalah:
(a)
menengah
kejuruan; (b) tujuannya menyiapkan manusia dewasa sebagai tenaga kerja tingkat menengah; (c) sebagai teknisi
B. Kajian Pustaka
di level supervisi menengah; (d)
1. Sekolah Menengah Kejuruan Undang-undang
pendidikan
No. 20 th 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
menyatakan
bahwa
pendidikan
merupakan
pendidikan
kejuruan menengah
yang
pasal
15
mempersiapkan
peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu (UU Sistem Pendidikan
Nasional,
tujuan pendidikan kejuruan adalah mempersiapkan siswa dengan bekal
Pendidikan
untuk kejuruan
bekerja. merupakan
pendidikan tingkat menengah Shafqat Munir (2002: 1) menyatakan: The term technical education refers to post secondary courses of study and practical training aimed at preparation of technicians to work as middle level supervisory staff;
tenaga
kerja
tingkat
menengah dengan berbagai keahlian. Posisi lulusan SMK dalam piramida tenaga kerja sebagai tenaga kerja terampil tingkat menengah jumlahnya cukup banyak, sehingga kebutuhan industri
atau dunia usaha cukup
banyak. Penyelenggaraan
2003).
Berdasarkan undang-undang tersebut
keterampilan
menjadi
pengembangan dalam
sekolah
proses
mengajar
dan
kegiatan
berdasarkan
pendidikan
kejuruan belajar filosofi
Essentialism,
Existentialism
dan
Pragmatism.
Miller (Stroan, 1996: 1-2) menyatakan bahwa
kegiatan
berlandaskan
belajar
pada
tiga
mengajar filosofi
pendidikan yaitu: (a) Essentialism: the educator or trainer is the focal point of the learning prosess; mastery of subyect
matter is important; development of skills through drills, repetition, conditioning, and development of desirable habits; a desire to influence the behavior of learner; (b) Existentialism: the leaner is the focus of the learning process; truth is relative; and personal growth and development are key to the process; and (c) Pragmatism; The educator and learner are both important to the learning process; reality or real worldsituation are stressed; context and experience are important, and educator is progressive, and open to new ideas Guru
dalam
filosofi
belajar mengajar, demikian juga bahan ajar yaitu apa yang akan diajarkan pada siswa. Guru mengembangkan
dengan
keterampilan
melatih,
mengkondisikan
dan
siswa
mengulangkan, membiasakan
keterampilan, sehingga membiasakan siswa menggunakan keterampilan dan pengetahuan pada saat bekerja dalam menyesuaikan diri di tempat kerja yang sesungguhnya.
sifatnya
filosofi relatif,
pengetahuan perubahan
selalu akibat
Perkembangan
ilmu
Oleh sebab itu materi pelajaran harus mengikuti
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain itu filosofi
existentialism
bahwa
menekankan
pertumbuhan
dan
pengembangan individu merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar, yaitu berpusat pada siswa. Dengan demikian siswa memiliki kebebasan untuk berkembang sesuai kemajuan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi. Filosofi menyatakan
pragmatism
bahwa
dalam
proses
belajar menekankan pada: (a) pengajar dan siswa sebagai bagian utama dalam proses belajar mengajar; (b) kondisi di lingkungan belajar menjadi perhatian dan
pertimbangan;
(c)
konteks
lapangan dan pengalaman menjadi utama; dan (d) guru sebagai pendidik harus memiliki sikap progresif dan terbuka terhadap ide-ide baru. Siswa dalam
proses
belajar
mengajar
memerlukan guru agar lebih mudah
Kebenaran ilmu pengetahuan berdasarkan
atau memunculkan pengetahuan baru.
essentialism
memiliki peran penting dalam proses
kemampuan
mengakibatkan penyempurnan teori
existentialism karena
ilmu
mengalami perkembangan. pengetahuan
dalam
mengembangkan
ilmu
pengetahuan dan keterampilan, karena fungsi guru adalah sebagai pendidik, fasilitator, motivator
transformator, dan
mediator,
komunikator.
Pengalaman belajar untuk mencapai
pengembangan
keberhasilan
siswa
masyarakat. Salah satu usaha untuk
menjadi
mencapai fungsi SMK tersebut yaitu
penting,
belajar
sehingga
bagi
siswa
perhatian dan sasaran utama.
waralaba
bagi
dengan mendirikan unit produksi yang
Budiono, (Winarso dan Dakir,
berfungsi: (a) menjadi pusat pelatihan
1997: 123) menyatakan bahwa ”fungsi
keterampilan
pendidikan
meliputi
sebagai industri untuk menghasilkan
kerja,
produk atau jasa; dan (c) penghasil
masa
peningkatan
depan
produktifitas
produsen teknologi, menerapkan dan menciptakan
teknologi
meningkatkan
baru,
komunikasi
pendidik
meningkatkan
produktifitas
memasarkan
hasil-hasil
Konsep ekonomi
dan
memadai;
(b)
pendidikan;
halnya unit produksi adalah teaching factory atau learning factory . The learning factory is an industry-university partnership to produce world-class engineers by integrating design, manufacturing and business realities into the engineering curriculum. It integrates a practice-based curriculum and physical facilities for product realization (Lamancusa, Jorgensen, Castro, et. al, 2001: 12)
sekolah
pendidikan program
tenaga
pendidik
dengan dunia usaha dan industri.
2. Unit Produksi Dikdasmen
adalah:
bahwa
(1)
(2005) fungsi
sebagai
dalam
produksi
profesional; dan (d) jalinan kerjasama
manyatakan
lain
untuk kegiatan produksi/jasa seperti
ketepatan
(c)
yang
kegiatan
dan
kualitas
prasarana
program
memanfaatkan sumber daya di sekolah
kejuruan dengan menyediakan: (a) sarana
(b)
untuk
mendatang. Usaha peningkatan dan pengembangan
wirausaha;
tenaga kerja terampil.
dan
kemampuan
dan
SMK
trainning
Jorgensen,
et
al
(1995:
1)
mendefinisikan learning factory is a facility
that
supports
product
center/BLK daerah; (2) sebagai testing
realization within a new practice
center; (3) sebagai teaching factory;
based,
(4) sebagai outlet layanan penempatan
Learning factory dalam pelaksanaan
lulusan dan tenaga kerja; dan (5)
produksi atau jasa dapat melakukan
sebagai
kerjasama
pusat
bisnis
dan
engineering
dengan
curriculum.
industri
untuk
menghasilkan produk sesuai standar
teamnya
dan
pembelajaran.
dalam
memasarkan
produk.
Walaupun demikian proses kegiatan
untuk
mencapai
Manfaat learning factory bagi
produksi atau jasa tidak terlepas dari
sekolah
ketetapan program pokok kurikulum.
Simpson (2004: 1), adalah:
Learning
factory
bukan
sebuah
industri yang terlepas dari program sekolah,
tetapi
masih
program
kurikulum sekolah. Nuanjan dan Pongpan (2006: 3) mendefinisikan learning factory sebagai berikut: Learning factory is an innovative strategy, derived from the concept of “learning organization”. A learning factory is a workplace with supportive learning environment where members are encouraged to: - realize their needs for continuous learning - be given opportunity to pursue their learning targets - share knowledge for the growth of individuals as well as of the enterprise Definisi
learning
factory
tersebut
menyatakan sebagai salah satu strategi inovasi
belajar
keterampilan
khususnya dengan
belajar
dukungan
kondisi lingkungan belajar. Belajar yang demikian diharapkan mampu mendorong semua anggota learning factory
dalam
meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dengan sharing pengetahuan bersama teman
target
menurut
Lamancusa
&
(a) facilities: an open acces, cost efective, active learning laboratory, where student experience the realisties of design, manufacturing and business practice (b) industry interaction; an efficient infrastructure for actively involving industry in the educational process through student projects, curicullum improvement and engineers in the classrom; and (c) practice based curriculum, bringing engineering practice and real world examples into the enginering curiculum. Keuntungan
keberadaan
learning
factory bagi sekolah atau universitas adalah 1) pembiayaan sekolah menjadi efisien
karena
menghasilkan
produk/jasa bernilai ekonomis, 2) tempat praktik menjadi efektif, karena siswa memperoleh pengalaman nyata dalam merencana, berproduksi atau pelayanan
jasa
dan
latihan
berwirausaha, dan 3) dapat menjalin hubungan yang lebih erat dengan industri, instansi pemerintah/swasta. Unit
produksi
berhubungan
erat dengan teori workplace learning. Engeström dan Gröhn (2004: 1) menyatakan ’’transfer of learning
in
become involved in a "community of practice" which embodies certain beliefs and behaviors to be acquired.
collaborative interaction in which
Makna pernyataan tersebut adalah
both activity systems learn something
belajar merupakan fungsi aktivititas,
from
konteks dan budaya, karena aktifitas
takes
place
through
interaction
between activity systems. The school and
workplace
each
other’’.
engage
Teori
ini
menyatakan bahwa aktivitas proses
unit
produksi
sebagai
belajar di sebuah sistem merupakan
menghasilkan
bentuk hubungan timbal balik. Hal ini
melibatkan lingkungan sosial pekerja,
dikarenakan aktivitas kegiatan unit
organisasi industri dan kebutuhan
produksi memerlukan keterampilan
konsumen.
barang/jasa
Hubermas,
sebagai aplikasi ilmu pengetahuan
proses yang
Mezirow
yang diperoleh dari kegiatan belajar di
(Prayer,1993)
kelas. Oleh karena itu kegiatan unit
memerlukan
produksi merupakan kegiatan yang
keterampilan
menyatu antara sekolah dan tempat
nyata
kerja dalam peningkatan kemampuan
merupakan integrasi antara individu
pengetahuan dan keterampilan kerja
itu sendiri dengan organisasi tempat
siswa.
kerja. Hal ini didukung pendapat
a) Kegiatan
Belajar
di
Unit
Produksi
di
mengartikan
belajar
pengembangan kerja industri
sesuai
kondisi
dan
belajar
Mezirow (1985: 44) yaitu dalam belajar ada tiga hal yang berbeda dan
Kegiatan unit produksi sebagai
saling berhubungan, namun masing-
salah satu aktivitas belajar dengan
masing memiliki ciri kusus dalam
situasi yang sama seperti di industri
pembelajaran
mulai dari mencari dan menerima
dialogic dan self reflective.
pesanan hingga sampai memasarkan produk atau jasa. Lave (1991: 1) menyatakan learning as it normally occurs is a function of the activity, context and culture in which it occurs. …… Social interaction is a critical component of situated learning -- learners
yaitu:
instrumental,
(a) The instrumental focus is described as task-oriented problem solving that generally occurs in the workplace when workers learn how to improve job performance; (b) Dialogic learning occurs in the workplace when workers learn about the organization’s culture, goals and policies; and (c) Self-reflective learning
concerns worker learning to understand themselves. Ketiga hal tersebut terdapat dalam proses pembelajaran di unit produksi yaitu kegiatan dalam kondisi seperti di industri dan yang akan dihadapi siswa setelah lulus SMK yaitu sebagai tenaga kerja di industri atau sebagai wirausahawan. belajar
tersebut
seperti dalam teori situated cognition. Brown, Collins, & Duguid, (Oliver, 2)
menyatakan”situated
cognition is a theory of instruction that suggests learning is naturally tied to authentic activity, context, and culture”. Maknanya adalah dalam proses belajar mengajar di sekolah kejuruan agar menghasilkan lulusan berkualitas lingkungan
memerlukan belajar
kondisi
sesuai
dengan
konteks dan budaya industri, sehingga siswa
melakukan
aktivitas
sesuai
dengan pekerjaan di industri nantinya. Interaksi dan kolaborasi antara guru, siswa, dan lingkungan atau obyek menghasilkan pengetahuan dan pengalaman baru bagi siswa yang menunjukkan hubungan yang erat antara
konsep
situated
cognition
dengan teori belajar konstruktivisme. Sherman
rather 'constitutive' of the world. Knowledge is not a fixed object, it is constructed by an individual through her own experience of that object”. Teori
constructivism
(Lin
Hsiao,
2010:
2)
menyatakan ”constructivism views that
menyatakan
bahwa pengetahuan sifatnya dinamis, karena dalam berinteraksi dengan obyek
Kegiatan
1999:
knowledge is not about the world, but
belajar
menyebabkan
pengalaman seseorang berkembang, semakin banyak berinteraksi dengan obyek
belajar
permasalahan akan
dengan
sesungguhnya
mendapat
banyak
berbagai
pengalaman
dan
maka lebih
menghasilkan
pengetahuan lebih luas. Teori melibatkan
belajar proses
lain
belajar
yang dengan
lingkungan adalah situated learning. Harley (Fathul Himam, 2005: 66) menyatakan “Situated learning sebagai suatu proses belajar yang mengarah pada upaya untuk memahami the fusion point antara pengalamanpengalaman belajar peserta didik yang telah dipunyainya dengan pengetahuanpengetahuan baru yang secara substansif disusun atas dasar collective agreement antara para praktisi yang berpengalaman, yang tergabung dalam satu komunitas keilmuan”.
Model
belajar
situated
learning
Model Kolb dalam kegiatan
pada
interaksi
unit produksi dilaksanakan mulai dari
pengalaman dengan pengetahuan yang
penerimaan pesanan barang/jasa dari
dimiliki
konsumen.
menekankan
untuk
meningkatkan
Pada
kondisi
ini
pengetahuan dan keterampilan yang
berdasarkan pengetahuan yang telah
dimiliki. Lebih lanjut Winn (Fathul
dimiliki siswa melakukan pengamatan,
Himam,
2005:
66)
pemilihan peralatan dan bahan sesuai
“belajar
ini
harus
menyatakan memberi
dengan
kebutuhan
yang
kesempatan pada peserta didik untuk
digunakan
mengerjakan tugas-tugas belajar yang
produksi/jasa.
sifatnya otentik, yang penyelesainnya
menentukan bahan dan alat, maka
dilakukan dalam situasi kerja nyata”.
siswa
Pengalaman penting
dalam
mengajar
untuk
akan kegiatan
Setelah
memikirkan
siswa
bagaimana
nyata
sangat
melaksanakan
kegiatan
belajar
produk/jasa sesuai dengan pesanan
pengembangan
konsumen. Pada saat bagaimana cara
untuk
pesanan
pengetahuan dan keterampilan siswa
melaksanakan
dalam kegiatan produksi/jasa, seperti
maka
dalam
learning
produksi/jasa. Selama proses produksi
Kolb. Kolb, (Kolb, Boyatzis, dan
siswa terus memikirkan bagaimana
Mainemelis, 1999: 2) menyatakan
agar hasil pekerjaannya sempurna
“experiential learning theory defines
sesuai
learning as "the process whereby
tersebut membuat siswa mendapat
knowledge is created through the
banyak
transformation
maupun negatif.
teori
Knowledge combination
experiential
of
experience.
results of
from
the
grasping
and
kegiatan
agar
dilanjutkan
pesanan.
ditentukan,
dengan
Proses
pengalaman
proses
kegiatan
baik
positif
Berdasarkan konsep situated cognition,
situated
learning
dan
transforming experience. Teori ini
experiential learning keberadaan unit
menyatakan bahwa pengetahuan dan
produksi di SMK dibutuhkan. Unit
keterampilan
melalui
produksi membuat kualitas proses
transformasi
belajar mengajar menjadi lebih baik
kombinasi
diperoleh antara
pengalaman dan grasping.
karena: (a) siswa mengalami kegiatan belajar secara langsung; (b) belajar
bekerjasama
dalam
tim
untuk
perkembangan
teknologi;
menjalankan usaha; (c) mencari dan
mendorong
melayani konsumen sebagai unsur
menggunakan,
pemasaran; (d) melaksanakan kegiatan
memperbaiki
produksi; (e) mengetahui bagaimana
produksi; (f) mendidik siswa dalam
memasarkan
berkomunikasi
hasil
produksi
atau
siswa
(e)
memahami,
merawat berbagai
dengan
atau peralatan
pelanggan,
mencari peluang pasar; (f) melatih
merencanakan dan menjadwal kerja
disiplin dan intensitas belajar siswa;
serta menjaga kualitas sesuai dengan
dan (g) dapat mengevaluasi kualitas
permintaan konsumen; (g) siswa dapat
produk apakah diminati masyarakat
menghubungkan
atau tidak. Keberadaan UP yang
dengan belajarnya dan mengurangi
demikian memudahkan guru dalam
perbedaan antara kebutuhan industri
mengajarkan kepada siswa bagaimana
dan
menerapkan
mengembangkan
pengalaman nyata dalam pemanfaatan
yang dipelajari
waktu dan anggaran seperti di industri;
ilmu
dan
pengetahuan
pelatihan;
dalam menghadapi permasalahan yang
(i)
ada di dunia kerja.
pengembangan
Berdasarkan hal tersebut di
antara
(h)
memberi
pekerjaan
memberi
pengalaman dan
evaluasi
perlengkapan yang dimiliki terhadap
atas maka keberadaan unit produksi
relevansi
(teaching factory/ learning factory) di
meningkatkan
sekolah kejuruan memiliki kelebihan
lingkungan masyarakat karena produk
yaitu antara lain: (a) proses belajar
yang
menjadi lebih efektif karena belajar
mengembangkan
dalam situasi lingkungan yang nyata;
pengalaman nyata dalam kegiatan
(b) meningkatkan kualitas guru dan
produksi/jasa.
siswa serta membentuk sikap dan pola
b) Penjaminan Mutu Produk/Jasa
pikir siswa dan pengelola sekolah terhadap usaha wirausaha; (c) siswa menjadi
dengan
bisnisnya;
prestise
dihasilkan; ilmu
sekolah
dan
(j) di
(k)
berdasarkan
Unit Produksi Produk/jasa yang dihasilkan oleh
terbiasa dengan berbagai
sebuah perusahaan harus memenuhi
disiplin dan sifat ilmu teknik; (d) lebih
standar kualitas, sehingga mampu
efektif membentuk kemampuan siswa
bersaing
menghadapi
perusahaan lain yang sejenis dan
inovasi
dan
dengan
produk/jasa
memuaskan
konsumen.
whether your products or services are in fact doing what you expect and said they would (Markgraf, 2002).
Demikian
halnya dengan unit produksi sebagai sebuah unit usaha maka produk/jasa yang
dihasilkan
juga
memenuhi
standar kualitas. Oleh karena itu perusahaan/industri pada umumnya menggunakan prinsip total quality control untuk meningkatkan kualitas produk/jasa. Total quality control meliputi tiga hal yaitu: (1) elements
Standar
kualitas
tersebut
mempertimbangkan
dengan
kemampuan,
kebutuhan dan harapan konsumen. Konsumen akan memilih barang/jasa berkualitas
dengan
harga
yang
bersaing (standar).
such as controls, job management; (2) competence, such as knowledge, skills, experience, and qualifications; (3) soft elements, such as personnel integrity, confidence,
organizational
culture,
motivation, team spirit, and quality
Salah satu kesuksesan dalam perusahaan
adalah
bagaimana agar produk atau jasa dapat diterima oleh konsumen. Produk atau jasa yang dapat diterima konsumen adalah produk atau jasa memenuhi standar
kualitas
yang
Penelitian ini termasuk jenis penelitian evaluasi yang meliputi: effort evaluation, Process evaluation dan treatment specification approach. Metode
relationships (Adsit, 2007: 1).
pengelolaan
E. Metode Penelitian
diharapkan
konsumen. Ada tiga bagian yang perlu diperhatikan dalam penjaminan mutu
penelitian
evaluasi
ini
menggunakan mixed method designs dengan
concurrent
triangulation
designs (Creswell, 2009: 213). Populasi
penelitian
adalah
SMKN RSBI-SBI rumpun Teknologi di DIY yang memiliki unit produksi aktif. Penentuan sampel penelitian berdasarkan purposive sampling yaitu di SMKN RSBI-SBI yang memiliki unit produksi aktif.
yaitu: (a) what level of the quality the customer expects; (b) an internal matter-you have to make sure that the product or service you are selling is living up to what you told your customer; (c) external again- you have to checked
Pengumpulan
data
kuantitatif
melalui kuesioner, lembar penilaian dengan skala Likert 1-4 dan 1-5 dan dokumetasi.
Langkah
penyusunan
instrumen: (1) merumuskan kisi-kisi instrumen; (2) uji coba instrumen; dan
(3)
uji
validitas
instrument.
reliabilitas
variabel, (2) analisis data kualitatif
kualitatif
dengan menggunakan model Miles
wawancara
dan Huberman (1984) yaitu: data
Data
dikumpulkan mendalam
dan
melalui semi
terstruktur
dan
reduction, data display dan conclusion
observasi. Uji reliabilitas pedoman
drawing/ verification., dan (3) analisis
wawancara dengan cara (a) mengecek
data gabungan menggunakan logical
apakah
framework analysis (LFA).
pedoman
wawancara
dan
observasi tidak mengandung keraguan serta kesalahan; (b) konsistensi antara code, dan definisi; (c) berkoordinasi dan
mengkomunikasikan
C. Hasil
Penelitian
dan
Pembahasan
diantara
Proses
kegiatan
belajar
anggota dan sharing data; dan (d)
mengajar di UP merupakan bagian
mengadakan
kegiatan
cross
chek
dengan
peneliti lain (Creswel, 2010).
belajar
praktik
yang
menghasilkan produk jasa. Proses
Uji validitasnya dengan cara: (a)
kegiatan belajar mengajar meliputi
triangulasi; (b) member checking, dan
perencanaan,
(c) use rich, thick description. Selain
produk jasa, evaluasi pekerjaan dan
itu untuk menjaga keabsahan data
pemasaran
dengan
sebagai
Perencanaan pekerjaan ini membuat
subyek
guru
cara:
instrumen
a)
peneliti
utama;
(b)
pelaksanaan,
hasil
dan
siswa
produk
banyak
kontrol
jasa.
belajar
wawancara dari berbagai sumber; (c)
terhadap
permasalahan
menggunakan alat bantu perekam
Kegiatan
belajar
suara; (d) wawancara dilakukan pada
demikian dalam teori experiential
sekelompok
learning Kolb (Kolb, Boyatzis, dan
subyek;
(e)
menjaga
mengajar
Mainemelis,
alamai dan; (f) cross chek hasil
lingkaran proses melihat, merasakan,
wawancara.
mencari, data
2)
yang
kondisi dan situasi wawancara secara
Analisis
1999:
pekerjaan.
mengasimilasi
memasuki
antara
dilaksanakan
observasi dengan pikiran, dan berfikir.
dengan tiga cara yaitu: (1) analisis
Pelaksanaan perencanaan di
data kuantitatif dengan menggunakan
UP yang sifatnya membuat desain
statistik
lebih banyak dilaksanakan oleh guru,
deskriptif
kecenderungan
untuk
melihat
kategori
setiap
karena
membutuhkan
banyak
pengalaman untuk mendapatkan hasil
Kendaraan Ringan SMKN 2 Pengasih
yang baik, sementara siswa bersifat
dan UP Teknik Komputer Jaringan
membantu seperti dalam perencanaan
SMKN
pembuatan tralis, kanopi, tangga besi,
Pembelajaran
mebel,
langsung
dan
trainer
pelatihan.
2
Depok),
dan
dilaksanakan
ditempat
kerja
(b) secara
dengan
Perencanaan pekerjaan yang bersifat
memberi contoh langsung pada siswa
aplikasi langsung dan membutuhkan
(UP Teknik Konstruksi Kayu SMKN 2
identifikasi
dalam
Pengasih; UP Teknik Mesin, Teknik
perbaikan
perlengkapan
mengerjakan dapat
Otomasi Industri, Teknik Gambar
dilaksanakan siswa, seperti desain
Bangunan SMKN 2 Depok;
gambar bangunan, perbaikan mobil,
Teknik Kendaraan Ringan, Teknik
perbaikan
rumah
Bangunan, Teknik Instalasi Tenaga
perakitan
Listrik SMKN 2 Jetis; UP Teknik
PC/Laptop, sedangkan guru bertindak
Komputer Jaringan, Teknik Mesin,
sebagai supervisor.
Teknik
tangga,
alat-alat
listrik
perbaikan
dan
Lingkaran berikutnya dalam
berbuat
dan
perbuatan
dalam
hal
melakukan ini
adalah
SMKN
2
Wonosari).
teori experiential learning Kolb adalah dorongan
Bangunan
UP
Metode
pertama
banyak
memberikan kebebasan pada siswa untuk berkreatifitas dan berinovasi
dorongan untuk melakukan aktivitas
dalam
pemahaman desain yang dibuat guru
Selama melaksanakan pekerjaan siswa
pendamping
melaksanakan
sendiri
kelompoknya,
sedangkan
identifikasi
atau
memahami
permasalahan
sebagai
menyelesaikan
pekerjaan.
bersama guru
langkah awal melakukan pekerjaan
pendamping akan mengontrol pada
selanjutnya. Proses ini untuk setiap UP
hasil
berbeda
tingkat
kesulitan yang tidak dapat diatasi oleh
kesulitan permasalahan, tempat atau
siswa guru ikut menyelesaikan pada
pertimbangan
Dalam
saat itu juga. Metode kedua kurang
implementasinya ada dua metode yang
memberi kebebasan pada siswa dalam
dilakukan yaitu: (a) memberi pelatihan
penyelesaian pekerjaan, karena selama
untuk mengenal permasalahan dan
pelaksanaan
solusinya terlebih dahulu (UP Teknik
mendampingi dan mengarahkan pada
tergantung
yang
pada
lain.
akhir, walaupun
kalau
pekerjaan
ada
guru
siswa agar produk yang dihasilkan
Akhir dari lingkaran proses
langsung sempurna sesuai dengan
teori
standar,
dan
adalah menyelaraskan antara perasaan
permasalahan pekerjaan diselesaikan
dan fikiran, dalam hal ini guru dan
pada
siswa
sehingga
saat
kesulitan
siswa
melaksanakan
pekerjaan.
experiential
yang
pesanan
Kegiatan
belajar
learning
telah
pekerjaan
Kolb
menyelesaikan dan
diterima
mengajar
dengan baik oleh konsumen akan
yang terjadi di UP merupakan kegiatan
membentuk suatu pola fikir bahwa
belajar mengajar yang ideal bagi guru
serangkaian pekerjaan yang dimulai
dan siswa. Kegiatan belajar mengajar
dari
dengan dua metode tersebut berpusat
pengontrolan dan hasil akhir telah
pada siswa yaitu siswa melaksanakan
memberikan
kerja
Analisa
secara
kelompok
mandiri
kerja,
bersama
sedangkan
guru
perencanaan,
pelaksanaan,
pengalaman
nyata.
permasalahan
selama
melaksanakan pekerjaan atau diakhir
pendamping berfungsi sebagai pelatih
pekerjaan
yaitu
dan kontrol kualitas. Sebagai contoh
menghadapi
dan
pada saat siswa membuat sebuah
permasalahan
tralis, maka guru akan memberi
memberikan kesimpulan bagaimana
pengarahan bagaimana cara membuat
menghadapi dan menyelesaikan bila
sambungan sehingga bisa siku, rapi
menghadapi permasalahan pekerjaan
dan sesuai ukuran yang dibutuhkan
yang
dengan
memperhitungkan
efisiensi
pengetahuan yang lebih komprehensif
bahan,
dan
pengerjaan.
pada siswa Program Keahlian Teknik
waktu
bagaimana menyelesaikan
pekerjaan
sejenis.
Agar
diperoleh
Demikian halnya dengan pelaksanaan
Kendaraan
pekerjan yang mandiri, siswa harus
Pengasih,
memperhatikan prosedur yang benar
Jaringan SMKN 2 Depok mewajibkan
agar tidak menyebabkan kerusakan
siswanya membuat laporan tertulis
atau tidak berfungsinya produk jasa
terhadap semua kegiatan yang telah
yang
dilakukan di UP.
akan
merugikan
konsumen
maupun sekolah. Hal ini sesuai dengan
Ringan
dapat
dan
Teknik
Serangkaian di
SMKN
atas
2
Komputer
urutan
kerja
teori situated cognition dan philosophi
tersebut
menghasilkan
pragmatism.
peningkatan kemampuan kompetensi
kerja siswa yang merupakan kegiatan
penilaian
belajar dengan melakukan kegiatan
dalam buku raport atau ijazah dan
produksi jasa secara nyata seperti
berdasarkan ukuran masyarakat. Finch
halnya seorang pekerja yang bekerja di
dan Crunkilton (1979: 11) menyatakan
tempat kerja. Model belajar yang
kesuksesan
demikian merupakan penerapan teori
didasarkan pada dua kriteria yaitu: in
Situated Cognition yaitu “is a theory
school success standard and out of
of instruction that suggests learning is
school
naturally tied to authentic activity,
kesuksesan sekolah adalah siswa lulus
context, and culture” (Brown, Collins,
dengan mendapat nilai yang baik dan
& Duguid, (Oliver, 1999: 2). Dalam
memiliki sikap mental yang baik.
situasi seperti ini siswa dapat belajar
Standar kesuksesan di luar sekolah
memecahkan
adalah
kondisi
permasalahan
kerja
yang
dalam
sesungguhnya
guru
yang
dicantumkan
pendidikan
success
kejuruan
standard.
kemudahan
siswa
Standar
untuk
mendapatkan pekerjaan dan diakui
(Cognition & Technology Group at
masyarakat
Vanderbilt, 1993).
mengembangkan jiwa wirausahanya.
Hasil
penelitian
secara
serta
Hasil
mampu
penelitian
secara
kuantitatif terhadap proses kegiatan
kuantitatif terhadap kompetensi kerja
belajar mengajar di UP menunjukkan
siswa
bahwa
responden
Program Studi menilai kemampuan
memberikan penilaian yang tinggi
kompetensi kerja siswa kategori tinggi
(84,6% atau 11 Program Keahlian)
(61,5% atau 8 Program Keahlian) dan
dan sangat tinggi (15,4% atau 2
sangat tinggi (38,5% atau 5 Program
Program
Keahlian).
sebagian
besar
Keahlian).
Hal
ini
menunjukan
Hal
menunjukkan
bahwa
kegiatan UP mendukung dan sesuai
kegiatan UP kompetensi kerjanya
dengan kegiatan belajar siswa yang
meningkat. Peningkatan kompetensi
diharapkan
kerja siswa tersebut tidak terlepas dari
meningkatkan
kemampuan kompetensi kerja siswa. Indikator
peningkatan
yang
semua
menunjukkan bahwa secara kuantitatif
dalam
siswa
ini
bahwa
aktif
dalam
proses kegiatan belajar di UP yang mana
siswa
dihadapkan
pada
kemampuan kompetensi kerja siswa
permasalahan kerja yang sebenarnya
dapat dilihat dari dua hal yaitu
dan hal tersebut dilakukan secara
berulang-ulang seperti pada penjelasan
manusia (siswa, teknisi dan
proses
guru) belum optimal
kegiatan
belajar
mengajar
tersebut di atas.
2) Peningkatan pengetahuan dan
Standar kesuksesan di luar sekolah
adalah
masyarakat
dan
kepercayaan
dengan konsep teori situated
terhadap
cognition, situated learning,
lulusan SMK. Dalam hal ini adalah
teori belajar constructivism dan
penilaian masyarakat dan industri
experiential
dalam bentuk kepercayaannya pada
tercapai, namun masih terbatas
SMK,
pada sebagian kecil siswa
yaitu
industri
keterampilan melalui belajar
dengan
menjalin
kerjasama usaha dan memanfaatkan
3) Keefektifan
learning
Kolb
penyelenggaraan
hasil karya UP (SMKN 2 Depok
unit produksi sebagai sarana
Sleman, SMKN 2 Pengasih Kulon
pembelajaran tercapai, namun
Progo, SMKN 2 Wonosari Gunung
jumlah siswa dan guru yang
Kidul).
terlibat relatif kecil
Selain
itu
industri
juga
memberi kesempatan pada SMK untuk
4) Kualitas konstruksi dan bahan
mengadakan tes penerimaan karyawan
baku produk unit produksi
baru, seperti di SMKN 2 Depok
tinggi dengan harga jual sesuai
Sleman,
standar,
dan
SMKN
2
Jetis
namun
kualitas
Yogyakarta. karena menganggap SMK
tampilan belum sebaik produk
tersebut mampu menghasilkan lulusan
pabrik.
yang
sesuai
dengan
kebutuhan
industri.
DAFTAR PUSTAKA
D. Kesimpulan 1) Sebagian besar unit produksi mampu menyelaraskan antara program
kurikulum
dan
program unit produksi, namun pemanfaatan prasarana
sarana
dan
serta sumber daya
Adsit, D. (2007). What the call center industry can learn from manufacturing: Part I, In Queue. Diambil pada tanggal 19 oktober 2011 dari http://www.nationalcallcenters.or g/pubs/In_Queue/vol2no21.html Cognition & Technology Group at Vanderbilt, (1993). Anchored instruction and its relationship to situated cognition. Diambil pada tanggal 20 maret 2009 dari http//www.inkido.indiana.edu/sy
llab/p500/Anchored/20Instructio n.pdf Creswell, J.W. (2009). Research design, qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. Los Angeles: Sage. Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan. (2007). Program SMK 2007. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Pembinaan SMK. (2007). Panduan pelaksanaan th 2007, imbal swadaya smk model. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. (2005). Kebijakan Pendidikan Menengah Kejuruan 2005-2009. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Depertemen Pendidikan Nasional. Direktorat SMK. (2005). Garis-garis besar program pendidikan menengah kejuruan. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas Engeström, R. & Tuomi-Gröhn, T. (2004). Workplace learning and developmental transfer. Diambil pada tanggal 28 Juni 2010 dari www.edu.helsinki.fi/behav/engli sh/index.html Fatkhul Himam. (2005). Strategi pengembangan sistem penilaian untuk mendeteksi potensi peserta didik: situated approach. rekayasa sistem penilaian dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Yogyakarta: HEPI Program Pascasarjana UNY Finch, C. R, Cruinkilton, J. R. (1979). Curriculum development in
vocational and technical education. Massachusetts : Allyn and Bacon, Inc. Kolb, D.A, Boyatziz, R.E., Mainemelis, C. (1999). Experintial learning theory: previous research and new direction. Diambil pada tanggal 8 Agustus 2009 dari http://www.d.umn.edu/~kgilbert/ educ5165731/Readings/experientiallearning-theory.pdf Lamancusa J. S., Jorgensen, J. E., Castro, J.L.Z., et al. (2001) The learning factory-integrating design, manufacturing and business realities into engineering curricula - a sixthyear report card. International Conference on Engineering Education. August 6 – 10, 2001 Oslo, Norway. Diambil pada tanggal 10 November 2009 dari http://www.mne.psu.edu/lamanc usa/papers/icee2001.pdf Lave J. (1991). Situated learning. Diambil pada tanggal 29 April 2009 dari http//www. Vocational educational&teori/situated cognition.htm. Markgraf. B. (2002). How to ensure quality. Diambil pada tanggal 19 Oktober 2011 dari http//www.ensuren quality 1.htm Miles, M.B., & Huberman, A.M. (1984). Qualitative data nd analysis, (2 ed). London: Sage Publications Neill, J. (2005). John Dewey, the modern father of experiential education. Diambil pada tanggal 05 Desember 2007 dari Http//www.John/20Dewey, /20the/20Modern/20Father/20of/ 20Experiential/20Education.html .
Nuanjan, P. & Traimongkolkul. (2006). The learning factory: an innovative model of vocational education in Thailand. 10th APEID International Conference 2006 Bangkok, Thailand 6 December 2006. Diambil pada tanggal 12 November 2008 dari http://pirun.ku.ac.th/~feduppt/un esco%202006.pdf Prayer, F. (1993). Critical reflectivity learning theory: implications for the workplace. PAACE Journal of Lifelong Learning, 2, 43-48. Diambil pada tanggal 15 November 2009 dari http://www.iup.edu/WorkArea/D ownloadAsset.aspx?id=18143 Simbolon, T.F. (2009). Lulusan SMK belum siap di pasar kerja:
Diambil pada tanggal 12 Mei 2010 dari http//www.economy.dnaberita.co m/08% 20Desember%202009%20Ekono mi%20SMK.php. Wardiman Djoyonegoro. (1998). Pengembangan sumber daya manusia, melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Jakarta: PT. Jayakarta Agung Offset. _____________. (2006). Kolb learning stylesdavid kolb's learning styles model and experiential learning theory (elt). Diambil pada tanggal 28 januari 2010 dari http//evaluasi/teory learning/kolblearningstyles.htm.