POTENSI UMKM BERBASIS AGROINDUSTRI DI KABUPATEN WONOGIRI DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA MELALUI PEMBIAYAAN Erlyna Wida Riptanti, SP. MP Staf Pengajar di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS
ABSTRACT MSMB (micro small middle business) base on agro industry in Wonogiri regency more than half represent the micro business. Product yielded by UMKM base on the agro industry have larger the marketing area and have been recognized by society in general because product have owned the trade mark. Despitefully, MSMB yield the good enough gross profit margin so that development business need to be improved. One of the strategy to develop business through the capital addition that can able to be accessed to defrayal institute. Key Words : Potency, Agro industry, and Development Strategy A. PENDAHULUAN Ketika terjadi krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1998, sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah sektor yang mampu bertahan sementara sektor yang lebih besar justru banyak bertumbangan. UKM terbukti tahan terhadap krisis dan mampu survive karena, pertama, tidak memiliki utang luar negeri. Kedua, tidak banyak utang ke perbankan karena mereka dianggap unbankable. Ketiga, menggunakan input lokal. Keempat, berorientasi ekspor (Mudradjad Kuncoro, 2008). Upaya pengembangan dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sekarang ini tengah mendapatkan perhatian besar dari berbagai kalangan seperti dari pemerintah, perbankan, lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun dari swasta. Hal ini dilatarbelakangi oleh besarnya potensi UMKM yang perlu diefektifkan sebagai penggerak perekonomian nasional setelah mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan. Peran UMKM selama ini dinilai memiliki posisi strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang dicirikan dengan kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan kerja terbesar, pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, pencipta pasar baru dan sumber inovasi serta sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.
1
Jumlah UMKM tahun 2011 di Soloraya mencapai 555.735 usaha, tersebar di Solo 85.319 usaha, Wonogiri 81.505 usaha, Boyolali 86.069 usaha, Sukoharjo 52.000 usaha, Klaten 89.468 usaha, Sragen 120.084 usaha dan Karanganyar 43.290 usaha. Berdasarkan skala usahanya, masih didominasi mikro mencapai 78 persen, disusul usaha kecil sebesar 21 persen, dan hanya 1 persen usaha pada usaha menengah (Doni P Joewono, 2011). Potensi UMKM di Kabupaten Wonogiri cukup besar dengan variasi skala usaha UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) di Kabupaten Wonogiri berturut-turut adalah sebagai berikut: UMKM skala mikro 36 persen, skala kecil 36 persen dan skala menengah 28 persen. Rata-rata umur usaha UMKM di Kabupaten Wonogiri adalah 15 tahun. Suatu usia yang cukup lama untuk pengembangn suatu usaha. Jika dilihat berdasarkan sektor usaha UMKM di Kabupaten Wonogiri sebagian besar bergerak di Sektor Industri Pengolahan yaitu sebesar 55 persen; yang diikuti oleh Sektor Pertanian sebesar 29 persen; Sektor Pertambangan sebesar 13 persen; serta Sektor Perdagangan sebesar 3 persen. Berdasar cakupan pemasaran, sebagian besar produk UMKM di Kabupaten Wonogiri berada dalam lingkup lokal dan regional (65 persen). Sementara itu, terdapat sekitar 27 persen cakupan pemasaran UMKM yang memiliki lingkup nasional dan 7 persen berorientasi ekspor (www.wonogirikab.go.id). Secara umum hampir seluruh UMKM di Kabupaten Wonogiri memiliki hambatan dalam pengembangan usaha. Terdapat sekitar 92 persen UMKM Kabupaten Wonogiri memiliki hambatan dalam pengembangan usaha, sementara hanya 8 persen UMKM yang sejauh ini tidak memiliki hambatan berarti dalam pengembangan usaha. Berbagai macam hambatan usaha yang dapat diidentifikasi antara lain yaitu: hambatan persaingan (persaingan klaster, persaingan domestik dan persaingan luar negeri), penyelundupan, kebjakan ekonomi, kebijakan harga, penguasaan teknologi, permodalan dan manajerial. Sebagian besar UMKM di Kabupaten wonogiri belum memanfaatkan bank sebagai alternatif pembiayaan dalam ekspansi usaha. Terdapat sekitar 67 persen UMKM belum menjalin kerjasama dengan bank sementara baru sekitar 33 persen yang sudah memanfaatkan perbankan sebagai alternatif pembiayaan usaha. Besarnya hambatan yang dihadapi oleh UMKM tidak terlepas dari pembinaan yang belum optimal. Terdapat sekitar 68 persen UMKM di Kabupaten Wonogiri yang belum mendapatkan pembinaan
2
dari pihak berwenang, sementara hanya 32 persen UMKM yang mendapatkan pembinaan. Namun jika dilihat dari aspek prospek pengembangan produk, sekitar 84 persen produk UMKM berada dalam tahapan berkembang dan matang. Hal tersebut menunjukkan bahwa produk-produk UMKM Kabupaten Wonogiri memiliki prospek untuk tumbuh dan berkembang. Isu strategis yang saat ini berkembang dalam wacana pembangunan nasional adalah bagaimana upaya memperbesar skala kegiatan ekonomi pertanian, industry dan perdagangan dalam rangka mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu konsep yang digunakan adalah meningkatkan potensi sumberdaya local melalui agroindustri sehingga keterkaitan antar sector tersebut dapat berkesinambungan atau terjalin keterkaitan yang tinggi antar sector hulu, sector antara dan sector hilir (Vini A dan Siti Syamsiar, 2011). Pengembangan agroindustri sebagai subsektor kelanjutan dari sektor pertanian akan meningkatkan nilai tambah dan pada gilirannya akan dapat meningkatkan pendapatan petani, memperluas lapangan kerja serta meningkatkan pembangunan perdesaan pada umumnya. Dengan demikian, pengembangan agroindustri merupakan salah satu upaya untuk pemberdayaan ekonomi rakyat di Indonesia (Sumodiningrat, 2001). UMKM di Kabupaten Wonogiri yang telah digambarkan di atas merupakan gambaran UMKM pada umumnya. UMKM yang mempunyai potensi sumberdaya local berbasis agroindustri perlu mendapat perhatian yang serius mengingat sector pertanian di Kabupaten Wonogiri masih menjadi tumpuan kehidupan bagi masyarakatnya. Pengembangan UMKM berbasis agroindustri akan dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja, mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan para pelakunya. Untuk itu diperlukan kajian potensi UMKM berbasis agroindustri dan strategi mengembangkannya melalui pembiayaan.
B. METODOLOGI PENELITIAN Metode Dasar Penelitian
3
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, yakni penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada dengan cara menyusun data yang telah dikumpulkan, setelah itu dijelaskan dan kemudian dianalisa (Surakhmad, 1994). Pengambilan data dengan teknik survei yakni penelitian dengan mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang kemudian ditabulasikan sebagai langkah awal untuk melakukan analisis data. Metode Penentuan Sampel Penelitian ini mengambil data dari Laporan Penyediaan Informasi Data Base UMKM Potensial di Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri dari Bank Indonesia Solo Tahun 2010 (Agus Widodo, dkk, 2010). Lokasi penelitian dipilih secara purposive di Kabupaten Wonogiri dengan pertimbangan bahwa Wonogiri memiliki jumlah UMKM yang relative banyak. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 150 responden yang terdiri dari : Tabel 1. Jumlah Sampel Pengusaha Menurut Kriteria Usaha No. 1. 2. 3.
Kriteria Usaha Proporsi (%) Jumlah Sampel Usaha Mikro 50 % 75 Usaha Kecil 40% 60 Usaha Menengah 10% 15 Total Responden 100% 150 Sumber data : Laporan Penyediaan Informasi Data Base Bank Indonesia, 2010 Untuk mengantisipasi adanya sampling error, diambil responden sebanyak 10% dari jumlah total responden, sehingga jumlah total responden sebanyak 165 responden. Penentuan sampel dilakukan secara purposive random sampling dengan kriteria: 1.
Responden tidak sedang mendapatkan fasilitas kredit dari perbankan pada saat disurvei
2.
Responden merupakan pelaku usaha UMKM dengan definisi/batasan pemahaman UMKM mengacu pada Undang-Undang RI No 20 Tahun 2008 tanggal 4 Juli 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
3.
Responden/pemilik bersedia profil usahanya dicantumkan dalam website umkmsoloraya.com yang dinyatakan secara tertulis
Adapun metode pengambilan sampel menggunakan snowball sampling method melalui petunjuk key person guna mendapatkan sampling sesuai kriteria. Jenis dan Sumber Data 4
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil survei kepada responden/UMKM dengan menggunakan kuesioner, wawancara maupun melalui pengamatan langsung mengenai keadaan atau lokasi penelitian sesuai maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. 2. Data sekunder, merupakan data yang dikumpulkan secara tidak langsung dari obyek, tetapi melalui tangan kedua baik. Data sekunder diperoleh dari Kantor Statistik Kabupaten, Bappeda, Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal, situs internet dan instansi/lembaga lainnya yang terkait baik yang berupa arsip, dokumen, laporan, penerbitan dan lain-lainnya. Teknik Pengolahan Data Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan yang telah ditetapkan. Data yang terkumpul disusun dan dianalisis dengan teknik analisis statistik sederhana berupa ratarata, prosentase dan sebagainya, yang ditampilkan dalam bentuk tabulasi sederhana, tabulasi silang, dan sebagainya.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan jumlah sample penelitian yang representative sebanyak 150 responden UMKM, kemudian dikelompokkan ke dalam UMKM berbasis agroindustri menjadi 103 responden. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar UMKM di Kabupaten Wonogiri berbasis agroindustri. Tabel 2 diketahui bahwa UMKM berbasis agroindustri di Kabupaten Wonogiri sebagian besar merupakan usaha mikro, kemudian disusul usaha kecil dan paling sedikit merupakan usaha menengah. UMKM agroindustri tersebut bila dikelompokkan berdasarkan kriteria agroindustri sebagai berikut :
5
Tabel 2. Pengelompokkan UMKM Berbasis Agroindustri No. 1.
Kriteria Usaha Usaha Mikro - Penyedia input dan saprodi - Penanganan pasca panen pengolahan - Distribusi dan pemasaran 2. Usaha Kecil - Penyedia input dan saprodi - Processing - Penanganan pasca panen pengolahan - Distribusi dan pemasaran 3. Usaha Menengah - Penyedia input dan saprodi - Processing Total Responden Sumber data : Data sekunder diolah
Jumlah Responden 73 6 dan
57 10 28 6 13
dan
Persentase (%) 71
27
6 3 2 1 1 103
2
100
Tabel di atas diketahui bahwa usaha penanganan pasca panen dan pengolahan pada criteria usaha mikro merupakan usaha yang terbesar dilakukan oleh UMKM. Pada usaha ini jenis usaha yang paling banyak dilakukan oleh pengusaha adalah pembuatan furniture/ meubel, pembuatan tempe/ tahu, aneka kripik, dan olahan limbah peternakan. UMKM berbasis agroindustri di semua tingkatan terdapat usaha penyedia input dan saprodi yang berhubungan dengan usaha bidang processing. Di Wonogiri berkembang peternakan ayam potong skala kecil dan menengah dimana penyediaan inputnya disupply oleh pengusaha setempat sehingga ada keterkaitan antara industry hulu dengan proses pada usahataninya. Keterkaitan usaha yang lain juga tampak dalam hal proses usahatani dengan usaha penanganan pasca panen dan pengolahan, sebagai contoh hasil usahatani kedelai sebagai bahan baku pada usaha pembuatan tempe/ tahu. 1. Potensi UMKM Berbasis Agroindustri Potensi UMKM berbasis agroindustri di Kabupaten Wonogiri dalam kajian ini ditinjau dari segi profil usaha, bentuk perusahaan, ijin usaha, jumlah tenaga kerja, daerah pemasaran, dan gross profit margin. Potensi UMKM berbasis agroindustri, profil usahanya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
6
a.
Penyedia input dan saprodi : benih ikan, penggergajian kayu, pembibitan tanaman perkebunan dan kehutanan, peralatan pancing, toko sarana produksi pertanian, pembuatan pupuk organic, toko pakan ternak
b.
Processing (produksi usahatani) : budidaya ikan nila merah, tanaman hias, budidaya ayam potong
c.
Penanganan pasca panen dan pengolahan : usaha furniture/ meubel, pengolahan kacang mete, tepung cassava, aneka kripik, tempe/ tahu, aneka rambak, mie, wayang kulit, aneka kue, pindang bandeng, bandeng presto, ikan bakar, rempekyek, aneka rengginan, jenang, kere bamboo, bakso dan karak gaplek.
d.
Distribusi dan pemasaran : daging ayam, daging sapi, susu etawa, sembako, telur puyuh, jagung, buah, madu, burung.
Dari usaha tersebut diatas, produk yang sudah mempunyai daerah pemasaran ekspor adalah meubel, kere bamboo dan wayang kulit. Untuk daerah pemasaran skala nasional yaitu produk kacang mete, rengginan, meubel, wayang kulit, kripik tempe, madu, sedangkan produk lainnya daerah pemasarannya hanya dalam ska regional dan local. Hasil survey UMKM berbasis agroindustri menunjukkan bahwa 98% jumlah UMKM berbasis agroindustri merupakan UMKM usaha perseorangan yang belum berbadan hukum. Hanya terdapat 1 UMKM yang berbadan hukum dalam bentuk CV yaitu bergerak pada usaha pembibitan tanaman perkebunan dan kehutanan dan 1 UMKM yang sudah berbadan hukum dalam bentuk PT yaitu bergerak dalam usaha pembuatan pupuk organik. UMKM berbasis agroindustri yang sudah memiliki badan hukum akan lebih mudah mengembangkan usaha jika dibandingkan UMKM yang belum memiliki badan hukum dalam hal pengajuan kredit di lembaga perbankan atau perluasan daerah pemasaran. Dalam hal pengajuan kredit, persyaratan administrasi pengajuan kredit lebih mudah segera dipenuhi karena dokumen administrasi seperti persyaratan SITU (Surat Ijin Tempat Usaha), SIUP (Surat Ijin Usaha Produksi), TDP (Tanda Daftar Perusahaan), HO dan Akte perusahaan sudah dimiliki oleh pengusaha yang usahanya telah berbadan hukum. Walaupun sudah ada produk agroindustri yang diekspor, namun pengusaha belum mampu melakukan ekspor langsung dimana masih melalui pihak ketiga. Hal ini disebabkan kendala perusahaan yang belum berbentuk badan hukum.
7
UMKM berbasis agroindustri di Kabupaten Wonogiri diharapkan mampu menyerap tenaga kerja baik tenaga kerja yang berasal dari lingkungan keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga. Berdasarkan serapan tenaga kerja, UMKM yang mampu menyerap tenaga kerja antara 100 – 300 orang adalah usaha pengolahan mete, sedangkan UMKM yang mampu menyerap tenaga kerja 20 – 99 orang adalah usaha pembuatan krupuk rambak dan pembuatan pupuk organik. Untuk UMKM yang mampu menyerap tenaga kerja 5 – 19 orang antara lain usaha furniture/ meubel, pembuatan kripik tempe, pembuatan tempe/ tahu, pengolahan kayu jati, pengolahan bandeng presto, peternakan ayam potong, pembibitan tanaman perkebunan dan kehutanan, pengolahan tepung cassava dan karak gaplek. Untuk usaha lainnya selain yang disebutkan di atas, usaha tersebut hanya mampu menyerap tenaga kerja kurang dari 5 orang. Profit/ laba merupakan tujuan akhir dari UMKM dalam menjalankan usahanya. Salah satu penilaian kinerja profit/ laba adalah gross profit margin (GPM) dimana laba kotor sebelum pajak selama setahun dibagi dengan omset penjualan selama setahun. Semakin tinggi gross profit margin (GPM) yang dapat dicapai oleh UMKM maka kinerja UMKM dalam mendapatkan laba semakin baik. Besarnya GPM dapat dilihat dapa tabel berikut : Tabel 3. Profil UMKM Berdasarkan Gross Profit Margin Gross Profit Margin
Jumlah UMKM
Jenis Usaha
30
Kripik tempe, meubel, rengginan, aneka rampak, tepung cassava, pindang bandeng, pengolahan pupuk organik
40
Wayang kulit, furniture/ meubel, kripik tempe, kacang mete, peternakan ayam potong
24
Meubel, pengolahan tempe/ tahu, mie, aneka kue, pembibitan tanaman perkebunan dan kehutanan, tanaman hias
9
Pembuatan jenang, pigura, tanaman hias, pengolahan aneka kue
0 - 25%
26 - 50%
51 - 75% 76 - 100% 103 Jumlah Sumber data : Data sekunder diolah
8
Tabel di atas diketahui bahwa usaha yang paling banyak mendapatkan gross profit margin antara 76 – 100% adalah usaha pembuatan jenang, pigura, tanaman hias dan pengolahan aneka kue. Tabel di atas juga diketahui bahwa ada beberapa jenis usaha yang sama namun memberikan gross profit margin yang berbeda. Perbedaaan ini dikarenakan 1) perbedaan efisiensi dan skala usaha, 2) perbedaan derah pemasaran, dan 3) perbedaan spesifik produk yang berbeda dengan produk sejenis lainnya (mempunyai trade mark). Usaha yang hanya mempunyai gross profit margin relatif kecil ( 0 – 25% ) dikarenakan usaha tersebut belum mencapai skala ekonomis dan perbedaan spesifik produk (trade mark) belum nampak jelas jika dibandingkan dengan produk sejenis lainnya. Berdasarkan kondisi usaha di atas, UMKM berbasis agroindustri pada umumnya membutuhkan tambahan permodalan dalam mengembangkan usahanya. Order belum terpenuhi atau tidak dapat diraih karena terbatas permodalannya, dimana pada umumnya permodalan yang dimiliki oleh UMKM hanya untuk dua sampai tiga kali siklus produksi saja. Beberapa UMKM bahkan merasa kesulitan mengembangkan usaha karena terbatas permodalannya sedangkan akses permodalan relatif sulit. Akses permodalan yang relatif sulit tersebut kemungkinan karena : 1) persyaratan pengajuan kredit di lembaga pembiayaan tidak terpenuhi seperti persyaratan TDP, SIUP dan lain-lain, dan
2)
kurangnya informasi mengenai skim kredit pembiayaan yang bisa diraih oleh pengusaha. Produk UMKM berbasis agroindustri di Kabupaten Wonogiri telah dikenal luas oleh masyarakat umum, hal ini menjadi kekuatan yang cukup besar dalam mengembangkan usaha. Tambahan permodalan merupakan salah satu strategi yang jitu dalam mengembangkan usaha berbasis agroindustri di Kabupaten Wonogiri, diharapkan dengan tambahan permodalan dapat meningkatkan gross profit margin.
2. Strategi Pengembangan Melalui Pembiayaan UMKM berbasis agroindustri di Kabupaten Wonogiri mempunyai potensi usaha yang cukup baik untuk dikembangkan dilihat dari produk yang dihasilkan, daerah pemasaran, keterkaitan UMKM satu dengan UMKM lainnya, serapan jumlah tenaga kerja dan gross profit margin. Lembaga pembiayaan seperti lembaga perbankan dan non perbankan memegang peranan yang cukup penting dalam pengembangan usaha melalui skim-skim pembiayaan yang ditawarkan. Akan tetapi jika UMKM salah dalam
9
mengakses pembiayaan pada lembaga pembiayaan maka UMKM tersebut justru akan menghadapi masalah dimana pencapaian profit/ keuntungan dalam kondisi yang menurun. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah dalam mengakses pembiayaan sebagai tambahan permodalan slam mengembangkan usaha ebagai berikut : 1) Menyiapkan bussines plan dalam pengembangan usaha seandainya usaha ini bertambah omset penjualan maupun permodalannya 2) Mengidentifikasi lembaga pembiayaan perbankan maupun non perbankan yang dapat dipercaya dimana lembaga pembiayaan tersebut jelas statusnya, persyaratan pembiayaan relative mudah, skim pembiayaan yang ditawarkan dan menawarkan tingkat suku bunga kredit relative lebih rendah 3) Mengidentifikasi lembaga pembiayaan yang memberikan tehnical asisstent usaha terhadap pengusaha dalam mengembangkan usaha 4) Memilih lembaga pembiayaan sesuai criteria tersebut di atas dan mengakses permodalan sesuai dengan kebutuhan pembiayaan usaha. 5) Skim kredit pembiayaan yang berhasil diraih digunakan sebagaimana mestinya dalam pengembangan usaha 6) Melakukan monitoring dan evaluasi dari tambahan permodalan tersebut terhadap pengembangan usaha
D. KESIMPULAN UMKM berbasis agroindustri di Kabupaten Wonogiri sebagain besar masih merupakan usaha mikro dimana melakukan jenis usaha pada usaha pasca panen dan pengolahan. Produk yang dihasilkan oleh UMKM berbasis agroindustri memiliki daerah pemasaran yang cukup luas dan sudah dikenal oleh masyarakat pada umumnya karena produk sudah memiliki trade mark. Di samping itu, UMKM menghasilkan gross profit margin yang cukup baik sehingga pengembangan usaha perlu untuk ditingkatkan. Salah satu strategi untuk mengembangkan usaha adalah melalui tambahan permodalan yang dapat diakses kepada lembaga pembiayaan yang menawarkan skim pembiayaan yang mudah diakses dan menguntungkan UMKM.
10
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pimpinan Bank Indonesia Solo yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis dalam melakukan penelitian dengan judul Penyediaan Informasi Data Base UMKM Potensial di Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri. Dari hasil penelitian tersebut berupa data base UMKM, digunakan oleh penulis dalam menyusun artikel ini.
REFERENSI
Agus Widodo, Heru Irianto, Erlyna Wida Riptanti. 2010. Laporan Penyediaan Informasi Data Base UMKM Potensial di Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri. Bank Indonesia Solo Anonim. 2010. Profil Kabupaten Wonogiri. www.wonogirikab.go.id Doni P Joewono. 2011. Memaparkan Pertumbuhan Solo hingga UMKM. Harian Joglo Semar. Selasa 8 Maret 2011 Mudradjad Kuncoro. 2008. dalam Harian Bisnis Indonesia pada tanggal 21 Oktober 2008 Sumodiningrat, G. 2001. Responsi Pemerintah Terhadap Kesenjangan Ekonomi. PT Cipta Visi Mandiri. Jakarta Surakhmad, W. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik. CV Tarsito. Bandung. Vini Arumsari dan Siti Syamsiar. 2011. Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan Berbasis Agroindustri Lokal (Suatu Kajian Agroindustri Gula Kelapa Kristal di Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Propinsi Daerah Istemewa Yogyakarta. Jurnal SEPA Vol 8 No 1 September 2011. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UNS. Surakarta ________. 2010. Profil Kabupaten Wonogiri. www.umkm-soloraya.com
11
12