Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 10 (1):17-22 ISSN 1410 – 5020
Potensi Hasil Tiga Belas Galur Jagung Hibrida Silang Tunggal Rakitan Politeknik Negeri Lampung Potential Results Strain Thirteen Single Cross Hybrid Maize Assembled on Politeknik Negeri Lampung J. Kartahadimaja Staf Pengajar Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Negeri Lampung, Jlnl. Soekarno-Hatta, Rajabasa Bandar Lampung Tel. 0721-703995 ABSTRACT Hybrid corn is a first generation (F1) from the cross between two or more inbred line. Hybrid maize seed produced in Indonesia by BISI, PT.Du Pont Indonesia, and Syngentha. Inbred line as seed imported from abroad. In Indonesia the company only produce F1 hybrid seed corn. The problem for Indonesia is a very large dependency needs seed hybrid corn to foreign countries.Polinela current tread olready up 13 singlecross maize hybrid with inbred line the assembly itself in Polinela. Research aims to find the groove single cross corn hybrids that have superior characters in the quality and quantity.Research conducted in Polinela, Maret 2009 until July 2009. Research conducted with Randomize Completly Block Design (RCBD) as the treatment were 13 single cross maize hybrid assembly Polinela. Use as a benchmark Pioneer 23 (P-23), all treatment repeated three times. To know the differences between the treatment then continued with Least Significant Different (LSD) on stage 5%. Results of the research potential of 13 single cross hybrid there are (1) Generally assembly Polinela hybrid have caracteristics not significant rather than P-23, (2) Two assembly Polinela hybrid that has the potential of higher than P-23, that is hybrid C (PL. 401xPL. 201) and Hybrid K (PL. 20xPL.401). Keywords: Hybrid corn, inbred line, single cross Diterima: 14-12-2009, Disetujui: 30-12-2009
PENDAHULUAN Jagung merupakan bahan makanan pokok utama di Indonesia, yang memiliki kedudukan sangat penting setelah beras. Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini, disamping sebagai bahan makanan pokok, jagung telah menjadi lebih sangat penting karena merupakan bahan pokok bagi industri pakan ternak. Said (2008 ) menyatakan bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) seperti yang terjadi pada tahun 2007 dan 2008 mendorong naiknya harga pangan dunia yang terjadi pada komoditas beras, jagung, dan kedelai. Harga jagung mencapai rekor tertinggi dalam 11 tahun
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan
terakhir. Kebutuhan jagung di pasar dunia semakin meningkat, ini terjadi akibat tren konversi jagung menjadi etanol sebagai pencampur bahan bakar minyak (Gumala, 2007). Keadaan ini merupakan peluang yang baik bagi Indonesia untuk terus mengembangkan produksi jagung dalam negeri. Kebutuhan jagung nasional tahun 2007 adalah 13,8 juta ton dengan produksi jagung nasional pada tahun 2007 baru mencapai 13,2 juta ton, sehingga Indonesia masih mengalami kekurangan yang harus dipenuhi melalui impor sebanyak 600.000 ton (Setiokusomo, 2007). Berdsarkan angka ramalan tiga produksi jagung nasional tahun 2008 diperkirakan mencapai 15,9 juta ton dengan luas areal panen 3,9 juta hektar (Biro Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2008). Berdasarkan angka tersebut diatas, Apriyantono (2008) menyatakan bahwa pemerintah Indonesia optimis akan menjadi eksportir jagung. Dari luas lahan jagung nasional 3,9 juta hektar, baru 30 persen yang menggunakan benih jagung hibrida, 70 persen petani masih mempergunakan benih jagung bukan hibrida. Jika setiap hektar lahan membutuhkan benih 20 kg, maka setiap tahun diperlukan benih jagung sebanyak 78.000 ton. Berdasrkan kebutuhan benih tersebut berarti jagung hibrida baru dipakai sebanyak 23.400 ton, 55.000 ton masih digunakan benih jagung bukan hibrida. Sampai sat ini produsen benih jagung hibrida utama yang ada di Indonesia menggunakan paren seed (inbred) sebagai tetua dalam perakitan benih jagung hibrida F1 masih diimpor dari luar negeri. Masalah bagi Indonesia adalah jika suatu saat Indonesia mengalami gangguan ekonomi (pembatasan) oleh negara asing sebagai produsen galur inbred, bukan hal yang mustahil suatu saat Indonesia akan mengalami krisis produksi jagung yang sangat hebat. Bangsa Indonesia harus segera berusaha mengurangi ketergantungan keperluan benih jagung hibrida terhadap negara lain dengan cara melakukan perakitan benih jagung hibrida di dalam negeri yang dimulai dari perakitan galur-galur inbred sebagai tetua persilangan pada perakitan benih hibrida F1 dengan menggunakan potensi plasma nutfah berbasis lokal atau nasional. Penelitian bertujuan untuk (1) Mengevaluasi karakteristik dan daya hasil 13 galur jagung hibrida silang tunggal (single cross) hasil rakitan Politeknik Negeri Lampung; (2) Mendapatkan galur jagung hibrida baru yang unggul secara kualitas dan kuantitas sehingga layak untuk dikembangkan menjadi benih unggul jagung hibrida F1 komersial di tanah air.
METODE Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung selama 5 bulan (Maret–Juli 2009). Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain benih jagung hibrida silang ganda (double cross) sebanyak 13 dan satu jenis hibrida komersial P-23 sebagai pembanding. Pupuk dan pestisida yang dipakai dalam penelitian ini digunakan sesuai dengan dosis anjuran umum. Perlakuan disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Sebagai perlakuan adalah 13 galur jagung hibrida silang tunggal (single cross) yaitu galur A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, dan M. Sebagai pembanding yaitu varietas hibrida komersial P-23. Semua perlakuan diulang tiga kali. Untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan yang dicoba data dianalisis dengan sidik ragam. Jika terdapat perbedaan diantara perlakuan yang dicoba maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Setiap populasi di dalam satuan percobaan ditanam empat baris tanaman dengan panjang baris 4 m, jarak antarbaris 75 cm, dan jarak antartanaman ditanam di dalam barisan 25 cm. Setiap lubang tanam ditanam 1 butir benih. Pemupukan dilakuan tiga tahap, yaitu tahap pertama dengan 18 Volume 10, Nomor 1, Januari 2010
J. Kartahadimaja: Potensi Hasil Tigabelas Galur Jagung Hibrida ...
menggunakan Urea 1/3 dosis + KCl semua dosis + TSP semua dosis diberikan sebagai pupuk dasar yaitu pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam. Pemupukan kedua (susulan 1) dengan menggunakan Urea 1/3 dosis yang diberikan pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam. Pemupukan ke tiga (susulan ke -2) dengan menggunakan urea 1/3 dosis diberikan pada saat tanaman berumur 45 hari setelah tanam. Pengairan dilakukan dengan menggunakan pompa air yang disambung dengan selang ke lahan tanam. Pengairan dilakukan terutama jika curah hujan sedikit. Pengendalian gulma dilakukan secara manual, yaitu pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam dan pada saat tanaman berumur 40 hari setelah tanam. Pengamatan dilakukan terhadap peubah tinggi tanaman, panjang tongkol, diameter tongkol, bobot 100 butir biji, bobot biji pipilan per tanaman kadar air 12%, dan produksi biji pipilan kering per hektar kadar air 12%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan menunjukan bahwa ada tiga galur hibrida rakitan Politeknik Negeri Lampung yang memiliki tinggi tanaman berbeda yaitu lebih rendah dibandingkan dengan varietas hibrida komersial Pioneer 23, yaitu galur D yang merupakan hasil persilangan antara PL.101x PL.401, galur E hasil persilangan PL.101x PL.407, dan galur F hasil persilangan PL.101xPL.202 (Tabel 1). Secara morfologi galur inbred PL.101 sebagai tetua jantan dalam perakitan galur hibrida di atas memiliki karakter tinggi tanaman yang pendek dibanding dengan galur-galur inbred yang lain yang sudah dirakit di Politeknik Negeri Lampung (Kartahadimaja, 2007). Karakter tinggi tanaman yang rendah yang dimiliki oleh Inbred PL.101 menunjukkan sifat dominan yang diwariskan kepada zuriat hibrida F1(galur hibrida D, E, dan F). Selain karakter tinggi tanaman yang dimiliki oleh galur inbred PL.101 yang dominan diturunkan kezuriat (keturunan) hibrida F1, juga umur tanaman yang lebih genjah juga dominan diwariskan oleh inbred PL.101 ke keturunan hibrida F1, sehingga dibandingkan dengana galur-galur hibrida F1 yang lain ternyata yang berasal dari persilangan PL.101 umur masak fisiologisnya lebih cepat. Galur hibrida rakitan Politeknik Negeri Lampung yang lainnya memiliki tinggi tanaman yang tidak berbeda dibandingkan dengan varietas hibrida Pioneer 23 (P-23). Ini menunjukan bahwa hibrida rakitan Politeknik Negeri Lampung memiliki karakter tinggi tanaman yang setara dengan varietas hibrida komersial. Tinggi letak tongkol dari permukaan tanah umumnya tidak berbeda dibandingkan dengan varietas hibrida P-23. Hanya ada dua galur hibrida Politeknik Negeri Lampung yang tinggi letak tongkolnya lebih rendah dari P-23, yaitu galur hibrida D (PL.101x PL.401), dan F (PL.101xPL.202) (Tabel 1). Sudut daun yang sempit merupakan salah satu karakter agronomi yang perlu dimiliki oleh suatu galur tanaman budidaya. Sudut daun yang sempit menunjukkan tipe pertumbuhan daun tanaman yang tegak. Kondisi ini memungkinkan penetrasi cahaya yang masuk ke bagian tanaman akan lebih banyak diterima oleh bagian tubuh tanaman. Tipe pertumbuhan daun yang tegak akan memungkinkan pengaturan jarak tanam yang lebih rapat sehingga populasi tanaman yang bisa ditanaman pada suatu areal akan lebih banyak. Hasil pengamatan di lapangan (Tabel 1) menunjukkan ada tiga galur hibrida rakitan Politeknik Negeri Lampung yang memiliki sudut daun lebih sempit dibandingkan dengan P-23, yaitu galur L (PL.205xPL.304), galur J (PL.202xPL.407), dan galur C (PL.401xPL. 202).
Volume 10, Nomor 1, Januari 2010
19
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan
Tabel 1. Tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, dan sudut daun 13 galur jagung hibrida silang tunggal (single cross) rakitan Polinela Galur (Asal Persilangan) Tinggi Tinggi Letak Sudut daun Daun atas (♂ x ♀) Tanaman (cm) Tongkol (cm) (derajat) tongkol (helai) 199,6 bcd 90,7 bcd 32,7 ab 5,86 bc A (PL.401xPL.101) 213,5 ab 101,3 ab 25,9 bcde 5,86 bc B (PL.401xPL. 304) 218,3 a 90,5 bcd 22,7 e 6,13 ab C (PL.401xPL. 202) 192,6 cd 82,1 cd 32,0 bcd 5,86 bc D (PL.101xPL.401) 189,1 d 89,4 bcd 40,0 a 5,46 d E (PL.101xPL.407) 184,4 d 76,8 d 27,1 bcde 5,93 ab F (PL.101xPL.202) 207,9 abc 97,9 ab 27,1 bcde 6,13 ab G (PL.304xPL.401) 207,9 abc 96,6 abc 27,1 bcde 5,4 d H (PL.304xPL.407) 210,1 ab 101,7 ab 28,5 bcde 5,53 cd I (PL.407xPL.304) 216,1 a 94,1 abc 25,1 de 5,86 bc J (PL.202xPL.407) 217,9 a 101,7 ab 27,5 bcde 6,26 a K (PL.205xPL.401) 212,5 ab 106,4 a 21,5 e 6,06 ab L (PL.205xPL.304) 220,7 a 101,7 ab 25,3 cde 6,06 ab M (PL.205xPL.407) 210,7 ab 100,6 ab 32,5 bc 6,13 ab P-23 (Pioneer-23) Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5% UJI BNT.
Jumlah daun diatas tongkol yang lebih banyak diduga dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap aktivitas fotosintesis tanaman. Daun merupakan organ tanaman yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis. Ukuran jumlah daun merupakan salah satu peubah fisiologis yang erat kaitannya dengan produksi. Humphries dan Wheeler (1963) dalam Gardner, et. al., (1991), bahwa jumlah daun dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan. Daun yang lebih muda memiliki aktivitas fotosintesis yang lebih tinggi dibandingkan dengan daun yang sudah menua. Daun-daun yang tumbuh di atas tongkol merupakan daun-daun yang pertumbuhannya relatif lebih muda dibandingkan dengan daun yang ada di bawah tongkol. Bewley dan Black (1985) menyatakan bahwa kontribusi untuk pengisian benih dari fotosintesis pada tanaman serealia yang sedang berjalan dalam berbagai bagian tanaman ditentukan oleh potensi aktivitas fotosintesis bagian-bagian tanaman itu, longevitas bagian-bagian tanaman selama pematangan benih, dan lingkungan cahaya dalam kanopi tanaman. Dari 13 galur hibrida rakitan Politeknik Negeri Lampung yang diuji, hanya ada tiga galur yang memiliki jumlah daun diatas tongkol yang lebih sedikit dibandingkan dengan varietas hibrida P-23 (Tabel 1), yaitu galur E (PL.101xPL.407), galur H (PL.304xPL.407), dan galur I (PL.407xPL.304), sedangkan galur hibrida yang lain memiliki jumlah daun diatas tongkol tidak berbeda nyata dibandingkan dengan P23. Banyaknya tongkol yang bisa dipanen setiap tanaman, rata-rata panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris biji tiap tongkol, bobot 100 butir biji, dan hasil biji tiap tanaman merupakan beberapa variebel komponen hasil yang dapat menentukan hasil tanaman jagung per satuan luas (hektar). Berdasarkan jumlah tongkol, terdapat 4 galur hibrida rakitan Politeknik negeri Lampung yang memiliki karakter jumlah tongkol lebih banyak dari P-23, yaitu galur B, G, H, dan I, sedangkan yang lain tidak berbeda nyata dibandingkan dengan P-23 (Tabel 2). Galur C merupakan salah satu galur rakitan {Politeknik Negeri Lampung yang memiliki karakter panjang tongkol lebih panjang dibandingkan dengan P-23 (Tabel 2). Berdasarkan ukuran diameter tongkol, terdapat 4 galur hibrida rakitan Politeknik Negeri Lampung yang memiliki ukuran lebih besar dari P-23, yaitu galur A, C, D, dan K, sedangkan galur hibrida E, H, dan I memiliki ukuran diameter tongkol yang lebih kecil dari P-23.
20 Volume 10, Nomor 1, Januari 2010
J. Kartahadimaja: Potensi Hasil Tigabelas Galur Jagung Hibrida ...
Tabel 2. Jumlah tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol, dan jumlah baris biji tiap tongkol Jumlah Baris biji Tiap tongkol (baris) 1,00 c 15,76 abc 4,56 b 14,40 cde A (PL.401xPL.101) 1,53 ab 14,20 c 4,36 bcd 14,93 bc B (PL.401xPL. 304) 1,13 bc 16,76 a 4,86 a 17,20 a C (PL.401xPL. 202) 1,20 bc 15,63 abc 4,53 bc 14,66 bcde D (PL.101xPL.401) 1,00 c 15,26 abc 3,90 e 12,13 g E (PL.101xPL.407) 1,00 c 15,60 abc 4,23 d 13,73 def F (PL.101xPL.202) 1,53 ab 15,63 abc 4,40 bcd 13,73 def G (PL.304xPL.401) 1,66 a 14,56 c 3,80 e 12,93 fg H (PL.304xPL.407) 1,66 a 14,26 c 3,86 e 12,66 fg I (PL.407xPL.304) 1,33abc 16,73 ab 4,30 d 14,53 cde J (PL.202xPL.407) 1,26 abc 16,36 ab 4,83 a 15,73 b K (PL.205xPL.401) 1,20 bc 16,36 ab 4,33 cd 13,60 ef L (PL.205xPL.304) 1,26 abc 15,30 abc 4,30 d 14,80 bcd M (PL.205xPL.407) 1,00 c 15,10 bc 4,20 d 13,73 def P-23 (Pioneer-23) Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5% UJI BNT. Galur (Asal Persilangan) (♂ x ♀)
Jumlah tongkol (buah)
Panjang tongkol (cm)
Diameter tongkol (cm)
Galur B, C, dan K menunjukkan jumlah baris biji setiap tongkol lebih banyak dibandingkan dengan P-23 (Tabel 2). Hanya ada satu galur hibrida rakitan Politeknik Negeri Lampung yang memiliki jumlah baris tiap tongkol yang lebih sedikit dibandingkan dengan P-23, yaitu galur hibrida E. Secara umum galur hibrida rakitan Politeknik Negeri Lampung memiliki karakter jumlah tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol dan jumlah baris biji yang lebih baik dari P-23 sebagai pembanding. Berdasarkan karakter bobot 100 butir biji, hasil biji setiap tanaman, dan hasil biji setiap hektar, galur hasil persilangan antara PL. 401xPL.202 dan galur K hasil persilangan antara PL.205xPL.401 menunjukkan karakter yang lebih baik dibandingkan P-23. Bahkan kedua galur tersebut merupakan galur yang memiliki potensi hasil biji setiap tanaman dan hasil per hektar yang paling tinggi dibandingkan dengan galur-galur hibrida yang lain (Tabel 3). Tabel 3. Bobot 100 butir biji, hasil biji per tanaman, dan hasil biji per hektar Galur (Asal Persilangan) Bobot 100 butir biji Hasil biji per Hasil biji per Ha (♂ x ♀) (g) tanaman (g) (kg) 32,5 ab 150,6 abc 8030,4 abc A (PL.401xPL.101) 30,8 bc 154,4 abc 8234,6 abc B (PL.401xPL. 304) 32,1 ab 181,5 a 9681,5a C (PL.401xPL. 202) 33,2 ab 150,1 abc 8006,8 abc D (PL.101xPL.401) 29,3 cd 113,3 d 6041,0 d E (PL.101xPL.407) 27,7 d 120,4 cd 6419,6 cd F (PL.101xPL.202) 32,5 ab 161,1 ab 8593,5 ab G (PL.304xPL.401) 27,2 d 142,7 bcd 7609,0 bcd H (PL.304xPL.407) 27,8 d 141,4 bcd 7542,8 bcd I (PL.407xPL.304) 30,9 bc 157,0 ab 8373,2 ab J (PL.202xPL.407) 34,2 a 182,9 a 9753,1 a K (PL.205xPL.401) 30,7 bc 149,7 abc 7977,1 abc L (PL.205xPL.304) 29,0 cd 145,4 bcd 7756,2 bcd M (PL.205xPL.407) 29,4 cd 126,3 bcd 6734,3 bcd P-23 (Pioneer-23) Keteranngan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5% UJI BNT. Volume 10, Nomor 1, Januari 2010
21
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan
KESIMPULAN Hasil pengamatan terhadap 13 galur jagung hibrida rakitan Politeknik Negeri Lampung yang diuji, dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum karakter vegetatif dan generatif jagung hibrida rakitan Politeknik Negeri Lampung memiliki karakter yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan hibrida komersial P-23. Bahkan ada beberapa galur yang memiliki karakter nyata lebih baik dari P-23. Terdapat dua galur hibrida rakitan Politeknik Nergeri Lampung yang memiliki potensi hasil lebih tinggi dari varietas hibrida komersial P-23, yaitu galur hibrida C hasil persilangan antara PL.401 x PL.202, dan galur K hasil persilangan antara PL.205 x PL.401.
DAFTAR PUSTAKA Apriyantono, A. 2008. Pemerintah Optimis http://www.antara.co.id/arc/2008/5/28/.
Indonesia
Jadi
Eksportir
Jagung.
Bewley, J. D, and M. Black. 1985. Seed Fisiology of Development and Germination. Plenum Press. New York and London. 367 pp. Biro Pusat Statistik Dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2009. Produksi, luas Panen dan Produktivitas Palawija di Indonesia. http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/tan.isi infoekse tan.htm. Gardneer, F. P, R. P. Pearce, and R.L. Mitchell. 1985. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan oleh Herawati Susilo dan Subiyanto. Universitas Indonesia Press, 426 hlm. Gumala, A. 2007. Impor Jagung Turun pada 2007. http://search.yahoo.com. Kartahadimaja, J. 2007. Deskripsi beberapa galur Inbred Jagung Rakitan Politeknik Negeri Lampung. Laporan Penelitian. Politeknik Negeri Lampung. Tidak dipulikasikan. Said, A. U. 2008. Perubahan Kekuasaan Politik dan Peran "Kaum Muda http://kabarindonesia.com//. Setiokusomo, S. 2007. Produksi Jagung 2008 Diprediksi Penuhi Kebutuhan Dalam Negeri. http://www.antara.co.id/.
22 Volume 10, Nomor 1, Januari 2010