POTENSI ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA EKSTRAK SEDUHAN TEH HERBAL LEMPUYANG GAJAH (Zingiber zerumbet L.)
RAIZA ARIYANI
DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
ABSTRAK RAIZA ARIYANI. Potensi Antihiperkolesterolemia Ekstrak Seduhan Teh Herbal Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet L.). Dibimbing oleh SULISTIYANI dan DIMAS ANDRIANTO. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas komposisi teh herbal lempuyang gajah sebagai antihiperkolesterolemia. Ekstrak teh herbal lempuyang gajah diujikan pada 26 ekor tikus jantan galur Sprague-Dawley yang dibagi menjadi empat kelompok perlakuan, yaitu kelompok: normal, hiperlipidemia, ekstrak teh herbal 1, dan ekstrak teh herbal 2. Tikus dibuat hiperlipidemia dengan induksi propil tiourasil 0.5 mg/Kg BB secara oral dan pemberian pakan kaya kolesterol (1.5% kolesterol). Kolesterol darah total ditentukan secara enzimatis dengan metode kolesterol oksidase menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian pakan kolesterol berhasil menaikkan konsentrasi kolesterol darah sebesar 76.11 % (p=0.004). Pakan tanpa kolesterol dapat menurunkan konsentrasi kolesterol darah dari kondisi hiperkolesterolemia menjadi kondisi normal sebesar 43.82 % (p=0.101). Pemberian pakan tanpa kolesterol dan ekstrak teh herbal 1 hanya menurunkan konsentrasi kolesterol menjadi normal sebesar 43.20% (p=0.005). Sedangkan pemberian ekstrak 2 berhasil menurunkan konsentrasi kolesterol darah sebesar 51.70 % (p=0.000). Dengan demikian disimpulkan bahwa ekstrak 2 lebih berkhasiat daripada ekstrak 1.
ABSTRACT RAIZA ARIYANI. The Antihypercholesterolemia Potency of Herb Tea Infusion Extracts of Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet L.). Under the direction of SULISTIYANI and DIMAS ANDRIANTO. The objective of this research was to study the effectivity of herbal tea compositions of lempuyang gajah as antihypercholesterolemic agent. Extracts were tested in Sprague-Dawley male rats. Forty six rats were divided into four experimental groups as follow: normal, hyperlipidemic, herbal tea extract 1, and herbal tea extract 2. Rats were made hiperlipidemic by oral administration of propil tiouracil (0.5 mg/Kg BW) and high cholesterol feeding (1.5 % cholesterol). Total blood cholesterol concentrations were measured by cholesterol oxidase enzymatic methods of ‘CHOD-PAP’ using spectrophotometer at wavelenght 500 nm. Results showed that cholesterol diet increased blood cholesterol concentration by 76.11 % (p=0.004). Following free cholesterol diet (washed out period), blood cholesterol concentration was decreased by 43.82 % (p=0.101). Similarly, extract 1 reduced cholesterol concentration by 43.20 % (p=0.005). Antihyperlipidemic potency of extract 2 is higher than extract 1 as shown by significant reduction of cholesterol by 51.70 % (p=0.000).
POTENSI ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA EKSTRAK SEDUHAN TEH HERBAL LEMPUYANG GAJAH (Zingiber zerumbet L.)
RAIZA ARIYANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biokimia
DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul Skripsi Nama NIM
: Potensi Antihiperkolesterolemia Ekstrak Seduhan Teh Herbal Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet L.) : Raiza Ariyani : G84051756
Disetujui, Komisi Pembimbing
drh. Sulistiyani, M.Sc, Ph.D. Ketua
Dimas Andrianto, M.Si. Anggota
Diketahui,
Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc Ketua Departemen Biokimia
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya penulis diberi kemudahan dan kekuatan untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada suri tauladan Nabi Muhammad SAW. Tema yang dipilih dalam usulan penelitian ini adalah potensi antihiperkolesterolemia, dengan judul Potensi Antihiperkolesterolemia Ekstrak Seduhan Teh Herbal Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet L.). Penelitian ini didanai oleh DIKTI melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKMP) atas nama Raiza Ariyani, Novita Sari, Feni Tri Asmoro, Rezana Falachi, dan Lutfi Anshori dengan judul Teh Herbal dari Campuran Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet L.) dan Teh Hijau (Camellia sinensis) sebagai Antihiperkolesterolemia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada drh. Sulistiyani, M.Sc, Ph.D. sebagai pembimbing utama dan Dimas Andrianto, M.Si. selaku pembimbing anggota yang telah memberikan ilmu dan waktunya dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih penulis juga kepada Mama, Reva, dan Nanda yang telah memberikan dukungan materi dan motivasi, serta do’anya. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada, Almira, Rena, Fitri, Bakuh, Avissa, dan Ratna atas bantuannya selama penelitian. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Bogor, Februari 2010
Raiza Ariyani
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Januari 1988 dari ayah Uminarto Siswanto (Alm.) dan Ibu Nani Nuryani. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bogor Kota Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gentra Kaheman periode 2005/2006 dan 2006/2007 serta pengurus Himpunan Profesi Departemen Biokimia (CREBs) periode 2006/2007. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten praktikum Metabolisme (2009/2010), Teknologi Asam Nukleat dan Protein (2009/2010). Pada bulan Juli sampai Agustus 2008 penulis melakukan Praktik Lapangan di Balai Besar Teknologi Tepat Guna, LIPI-Subang. Penulis berhasil terseleksi dan mendapatkan dana penelitian dari DIKTI melalui Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) bidang Penelitian pada tahun 2009.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ v PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 TINJAUAN PUSTAKA Metabolisme Kolesterol ................................................................................... Hiperlipidemia .................................................................................................. Obat-Obatan Penurun Kolesterol ..................................................................... Bahan-Bahan Alami Penurun Kolesterol ......................................................... Tikus Percobaan ...............................................................................................
1 2 3 3 5
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat ................................................................................................. 5 Metode .............................................................................................................. 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan dan Konsumsi Pakan .................................................................. 7 Kolesterol Darah .............................................................................................. 8 SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 10 UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ 10 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10 LAMPIRAN ......................................................................................................... 13
9
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Lempuyang gajah (Zingiber zerumbet L.) .......................................................... 4 2 Bobot badan tikus selama percobaan .................................................................. 7 3 Konsentrasi kolesterol darah tikus sebelum percobaan ...................................... 8 4 Konsentrasi kolesterol darah tikus selama induksi hiperlipidemia ..................... 9 5 Konsentrasi kolesterol pada masa pemberian ekstrak ......................................... 9
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Tahap penelitian .................................................................................................14 2 Bobot badan tikus selama percobaan .................................................................15 3 Konsumsi pakan selama percobaan ...................................................................17 4 Hasil uji statistik bobot badan ............................................................................18 5 Hasil uji Duncan konsumsi pakan tikus ..............................................................19 6 Penentuan kolesterol dengan metode CHOD-PAP .............................................20 7 Konsentrasi kolesterol darah tikus selama percobaan ........................................21 8 Hasil uji Duncan konsentrasi kolesterol darah ...................................................23 9 Penentuan konsentrasi kolesterol tepung kuning telur........................................25 10 Komposisi pakan kolesterol ..............................................................................26 11 Perhitungan pembuatan larutan PTU ................................................................27 12 Perhitungan dosis ekstrak seduhan teh herbal...................................................28
PENDAHULUAN Akhir-akhir ini, banyak masyarakat yang menjalankan pola hidup tidak sehat dengan diet yang tidak seimbang dan berlebihan. Contohnya yaitu 13% masyarakat di Jawa Tengah mengkonsumsi makanan berlemak lebih dari tiga kali seminggu sampai dengan setiap hari, dan 52,3% masyarakat mengkonsumsinya satu kali dalam seminggu (DINKES JATENG 2006). Kondisi yang bisa timbul akibat diet yang tidak seimbang dan berlebihan salah satunya yaitu hiperlipidemia. Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan meningkatnya konsentrasi trigliserida dan kolesterol total dalam darah yang dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit degeneratif seperti aterosklerosis yang merupakan penyebab terjadinya penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke. Umumnya seseorang dikatakan mengalami hiperlipidemia salah satu cirinya adalah jika kolesterol total dalam darahnya melebihi batas normal (>200 mg/dL). Sejak tahun 1990 hingga kini, diketahui bahwa PJK merupakan penyebab kematian utama di dunia. Meskipun faktor genetik memiliki peranan terhadap terjadinya PJK, gaya hidup yang tidak seimbang merupakan faktor utama penyebab kematian pada penderita PJK (WHO 2004). Jumlah kematian akibat penyakit jantung dipengaruhi oleh faktor risiko yang berbeda pada masyarakat di setiap negara. Faktor risiko tersebut antara lain: tekanan darah tinggi, merokok, asupan asam lemak jenuh, usia, jenis kelamin pria, penyimpangan genetik, obesitas, hiperlipidemia, hilangnya hormon estrogen, dan diabetes (Getz & Reardon 2007). Penurunan konsentrasi kolesterol dalam darah dapat dilakukan dengan pengaturan diet, menggunakan obat-obatan, atau bahan alam (tanaman obat). Tanaman obat telah banyak dimanfaatkan secara komersial oleh masyarakat sebagai minuman herbal yang memiliki beragam khasiat. Minuman herbal tersebut disajikan dalam bentuk simplisia (jamu), ekstrak herbal siap minum, ataupun dalam bentuk teh herbal. Beberapa contoh bahan alami yang digunakan orang untuk menurunkan kadar kolesterol darah salah satunya adalah tanaman rimpang seperti temulawak, kunyit, jahe, bangle, dan lempuyang. Bentuk pemanfaatan herbal lempuyang gajah secara komersial belum banyak digunakan, padahal lempuyang
gajah ini memiliki beragam khasiat, salah satunya yaitu sebagai peluruh lemak atau pelangsing (MTIC 2000). Oleh karena itu, pemanfaatan lempuyang gajah perlu dikembangkan agar dapat digunakan oleh masyarakat secara luas di samping untuk lebih mengenalkan jenis tanaman obat Indonesia terhadap masyarakat. Penelitian mengenai lempuyang gajah (Zingiber zerumbet L.) sebagai penurun lipid telah dilakukan oleh Yasni et al. (1996). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak air lempuyang gajah pada konsentrasi 5% tidak mempengaruhi kadar kolesterol darah tikus putih galur Sprague-Dawley. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bahwa khasiat antihiperkolesterolemia ekstrak lempuyang gajah belum terbukti pada penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, perlu diteliti pengaruh ekstrak seduhan teh herbal lempuyang gajah dengan komposisi tertentu terhadap kolesterol darah tikus hiperlipidemia. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas komposisi teh herbal lempuyang gajah yang dapat menurunkan konsentrasi kolesterol dalam darah tikus hiperlipidemia. Hipotesis penelitian ini adalah ekstrak teh herbal lempuyang gajah dapat berfungsi sebagai antihiperkolesterolemia yang tercermin dari turunnya konsentrasi kolesterol dalam darah tikus. Diharapkan penelitian ini memberikan informasi mengenai potensi teh herbal lempuyang gajah dalam menanggulangi hiperkolesterolemia pada tikus percobaan.
TINJAUAN PUSTAKA Metabolisme Kolesterol Lipid yang utama kita konsumsi terdiri atas kolesterol, lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Lipid dan karbohidrat di dalam tubuh akan diubah menjadi senyawa yang disebut Asetil koenzim-A (asetil Ko-A) yang kemudian diproses sehingga dihasilkan adenosin-trifosfat (ATP) yang berfungsi sebagai suplai energi. Asetil Ko-A membentuk kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas. Oleh sebab itu, jika terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lipid maka jumlah trigliserida dan kolesterol dalam tubuh akan semakin banyak pula. Tiga fraksi lipid pertama (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) berikatan dengan protein khusus bernama apoprotein menjadi kompleks lipid-protein dan lipoprotein, sehingga lipid dapat larut dan mengalir di peredaran darah. Sedangkan asam
2
lemak bebas akan berikatan dengan albumin (Dalimartha 2005). Lipoprotein berfungsi mengangkut lipid dari tempat sintesisnya ke tempat penggunaanya (Tapan 2005). Lipoprotein terbagi atas 5 fraksi berdasarkan berat jenisnya. Kelima fraksi tersebut adalah kilomikron, very low density lipoproetin (VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL) (Murray et al. 2003). Absorbsi lipid yang diangkut oleh lipoprotein, dibantu oleh enzim ekstraselular lipoprotein lipase, yang menghidrolisis triagliserol menjadi asam lemak dan gliserol sehingga dapat diserap oleh sel target (Nelson 2004). Selain mengangkut bahan pembuat membran dan hormon steroid, lipoprotein bertugas mengambil kolesterol yang berlebihan dari jaringan perifer sehingga mencegah penimbunan lemak dan aterosklerosis. Semakin banyak HDL maka semakin mudah kolesterol yang terangkut tersebut dibawa menuju ke hati kemudian diubah menjadi asam empedu, lalu dikeluarkan ke usus untuk mengaktifkan absorpsi lipid. Oleh karena itu, HDL disebut kolesterol baik (Tapan 2005). Hal ini berbeda dengan LDL yang disebut kolesterol jahat karena merupakan pengangkut kolesterol terbesar untuk disebarkan ke seluruh endotel jaringan perifer dan pembuluh nadi. Partikel LDL bersifat aterogenik, yaitu mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan lipid yang dapat menyempitkan pembuluh darah (Dalimartha 2005). Lebih dari separuh jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis (± 700 mg/hari), dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari. Pada manusia, hati menghasilkan kurang lebih 10% dari total sintesis, sementara usus sekitar 10% lainnya. Pada hakekatnya, semua jaringan yang mengandung sel-sel berinti mampu menyintesis kolesterol. Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap, yaitu: 1) sintesis mevalonat dari asetil-KoA, 2) unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat dengan menghilangkan CO2, 3) enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk skualena, 4) skualena mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk, yaitu lanosterol. Tahap terakhir yaitu kolesterol dibentuk dari lanosterol. Enzim yang berperan penting dalam biosintesis kolesterol adalah HMG-KoA reduktase, yang mengkatalisis konversi HMG-KoA menjadi
mevalonat, pada reaksi awal (Murray et al.2003). Banyak faktor mempengaruhi keseimbangan kolesterol di dalam jaringan. Peningkatan kolesterol dalam jaringan antara lain terjadi akibat pengikatan lipoprotein yang mengandung kolesterol oleh reseptor, pengikatan kolesterol bebas yang kaya akan kolesterol ke membran sel, sintesis kolesterol, dan hidrolisis ester kolesterol oleh enzim ester kolesterol hidrolase. Sedangkan penurunan kolesterol dalam jaringan dapat terjadi akibat aliran keluar kolesterol dari membran sel ke lipoprotein yang potensial kolesterolnya rendah (HDL). Penurunan kolesterol juga dapat terjadi karena adanya esterifikasi kolesterol oleh enzim asil-KoA kolesterol asiltransferase (ACAT) dan penggunaan kolesterol untuk sintesis senyawa steroid lainnya, seperti hormon dan asam empedu, di hati (Murray et al.2003). Hiperlipidemia Peningkatan atau penurunan fraksi lipid di dalam darah dapat menyebabkan kelainan metabolisme lipid yang disebut dengan dislipidemia. Fraksi lipid yang umum diperiksa adalah kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan kolesterol HDL, serta trigliserida (triad lipid). Dislipidemia yang dapat menyebabkan proses aterogenesis adalah tingginya kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida (hiperlipidemia), serta rendahnya kolesterol HDL (hipolipidemia) yang dapat terjadi pada semua usia. Kelainan ini dapat disebabkan oleh faktor genetik atau bawaan, perubahan kebiasaan dan cara hidup seperti kurangnya aktivitas fisik, perubahan pola makan, maupun meningkatnya stress (Dalimartha 2005). Pedoman klinis profil lipid darah erat kaitannya dengan PJK. Kolesterol total normal darah yaitu <200 mg/dl, dan nilai berbahaya jika nilai tersebut mencapai ≥240 mg/dl. Selain kolesterol total, informasi penting lainnya yang peru diketahui yaitu kadar LDL dalam darah. Kondisi normal darah, LDL menunjukkan nilai <130 mg/dl, sedangkan pada kondisi bahaya nilai LDL dapat mencapai ≥160 mg/dl (Dalimartha 2005). Hiperkolesterolemia familial merupakan penyakit genetik karena adanya berbagai mutasi gen reseptor LDL ketika timbulnya kesalahan klinis pada metabolisme kolesterol di berbagai kondisi yang berbeda, bergantung pada kemampuannya dalam mengurangi fungsi dari reseprot LDL (Brown & Goldstein
3
1986 dalam Sulistiyani 1990). Pada fibroblas manusia normal, metabolik sekunder terjadi di jalur reseptor LDL, antara lain: internalisasi, hidrolisis protein dan komponen ester kolesteril dari LDL, penghambatan HMGKoA reduktase, dan stimulasi pembentukan ester kolesteril yang bergantung pada pengikatan LDL ke reseptor. Adanya reseptor yang berfungsi pada permukaan sel dan perannya terhadap regulasi metabolik menunjukkan kemampuan jalur reseptor LDL dalam mengatur kolesterol selular. Hal tersebut ditunjukkan dengan ekpresi reseptor LDL di permukaan sel berperan dalam regulasi umpan balik untuk mencegah akumulasi kolesterol yang berkepanjangan di dalam sel (Goldstein & Brown 1986 dalam Sulistiyani 1990). Kolesterol sangat berperan dalam pembentukan aterosklerosis pada lapisan dalam pembuluh darah penyebab terjadinya penyumbatan pembuluh darah otak. Pembuluh darah yang telah tersumbat secara total (rongga pembuluh darah telah tertutup) dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah menuju otak sehingga terjadilah stroke (Mahendra & Rachmawati 2007). Aterosklerosis ditandai dengan deposisi kolesterol dan ester kolesteril dari lipoprotein yang mengandung apo B-100 pada jaringan ikat pembuluh arteri. Penyakit dengan meningkatnya kadar VLDL, IDL, dan LDL di dalam darah (misalnya penyakit diabetes melitus, nefrosis lipid, hipotiroidisme, serta keadaan hiperlipidemia lainnya) yang berkepanjangan, seringkali disertai dengan pembentukan aterosklerosis yang dini dan lebih berat (Murray et al. 2003). Obat-obatan Penurun Kolesterol Obat-obatan penurun kolesterol yang dijual secara komersil sudah bayak jenisnya. Obat-obatan yang biasa digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol dibagi menjadi empat golongan, antara lain: 1) resin pengikat empedu (sequestrans), 2) golongan asam nikotinat (niasin), 3) golongan asam fibrat, dan 4) golongan statin. Sequestrans bekerja dengan cara mengikat asam empedu sehingga asam tersebut tetap berada di dalam usus dan proses resirkulasi ke hati tidak terjadi. Akibatnya akan terjadi peningkatan penggunaan kolesterol di hati sebagai bahan baku getah empedu sehingga cadangan kolesterol di hati menurun. Contoh obat ini adalah kolesteriamin dan kolestipol. Niasin bekerja dengan menghambat pembentukan lipoprotein yang bekerja dengan cara
mengurangi kecepatan pembentukan VLDL dan meningkatkan HDL, contoh obat ini adalah niasin (Murray et al.2003 ).. Asam fibrat bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase sehingga menghambat produksi VLDL di hati dan meningkatkan aktivitas reseptor LDL, contoh obat ini adalah sifofibrat, simfibrat, bezafibrat, flofibrat, fenofibrat, dan gemfibrosil. Penghambat HMG-KoA reduktase (golongan statin) bekerja dengan cara menghambat secara kompetitif enzim HMG-KoA reduktase. Obat ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan simpanan kolesterol intrasel. Obat ini juga menghambat sintesis VLDL di hati sehingga produksi kolesterol LDL menurun dan meningkatkan jumlah reseptor LDL, contoh obat ini yaitu fluvastatin, lovastatin, pravastatin, simvastatin, dan atorvastatin (Murray et al.2003). Bahan-Bahan Alami Penurun Kolesterol Masyarakat Indonesia biasanya lebih memilih bahan-bahan tradisional untuk mengobati suatu penyakit. Begitu pula untuk menurunkan konsentrasi kolesterol biasa digunakan bahan alami. Bahan alami yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk menurunkan konsentrasi kolesterol antara lain dari golongan buah-buahan, sayur-sayuran, rimpang-rimpangan, rempah, jamur, dan tanaman perkebunan. Buah-buahan yang sering dipakai yaitu alpukat, belimbing manis, belimbing wuluh, pepaya, ceremai, jambu biji, mengkudu, murbei, labu siam, anggur, apel, jeruk nipis, dan nanas. Sayur-sayuran antara lain jagung, kubis, kacang tanah, kacang polong, buncis, seledri, wortel, kedelai, terung, dan pare. Rimpang yang biasa digunakan adalah temulawak, akar manis, kunyit, bangle, sambiloto, akar wangi, temugiring, dan temu hitam. Golongan rempah yang biasa digunakan yaitu bawang putih, angkak, bawang merah, asam jawa, sirih, dan salam. Adapun golongan jamur yang biasa digunakan adalah jamur kuping hitam dan jamur putih. Tanaman perkebunan yang biasa digunakan adalah teh, gandum, dan jati belanda (Dalimartha 2005). Saat ini, bahan-bahan alami tersebut telah banyak digunakan secara komersial sebagai minuman herbal baik dalam bentuk serbuk jamu maupun dalam bentuk teh herbal. Berbagai teh herbal komersial memiliki khasiat yang berbeda-beda sesuai dengan
4
kandungan yang terkandung dalam teh tersebut. Berdasarkan hasil survey terhadap berbagai jenis teh herbal komersial yang berkhasiat sebagai penurun lipid (pelangsing), tanaman obat yang paling banyak digunakan adalah kunyit (Curcuma domestica Val.), jeruk nipis (Citrus aurantfolia), dan daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). Sedangkan, famili Zingiberaceae yang banyak digunakan sebagai teh herbal yaitu jahe (Zingiber officiale) dan bangle (Zingiber purpurium) (Dalimartha 2005). Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet L.) Lempuyang gajah adalah tanaman semak berumur tahunan yang memiliki rimpang dan termasuk dalam kelompok temu-temuan (Zingiberaceae). Tanaman ini berasal dari Srilangka dan banyak ditanam di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1200 m di atas permukaan laut dan seringkali dijumpai tumbuh liar di hutan-hutan tropis (Darwis et al. 1991). Rimpang kering bersifat keras, kuat, dengan bau yang khas dari senyawa aromatik (spice taste). Lempuyang gajah banyak digunakan oleh masyarakat terutama sebagai makanan lalapan, bumbu masakan, dan bahan ramuan obat luar maupun dalam, antara lain obat gosok sewaktu demam dan sakit perut, serta berkhasiat sebagai obat batuk, asma, pembasmi cacing, penyakit kulit, tonikum untuk obat perangsang serta pembersih darah (Darwis et al. 1991). Tewtrakui et al. (1997) menganalisis minyak lempuyang gajah hasil destilasi uap dan menentukan komposisi senyawa kimia dari Z. zerumbet dengan kromatografi gas dan spektrofotometri massa. Senyawa kimia yang terkandung dalam rimpang lempuyang gajah antara lain minyak atsiri, zerumbon, α-pinem, α-kariofilena, kamfer, limonin, dan sineol (Syamsuhidayat dan Hutapea 1991). Komponen utama minyak aromatik yang telah ditemukan yaitu zerumbon (8-oksohumulena) (56.8%).
Gambar
1
Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet L.).
Komponen lain yang jumlahnya signifikan yaitu 1,8-sineol (1.07 %), okariofilena (1.41%), humulene epoksida (3.62%), humulena epoksida 11 (2.45%), 3,4o-diasetilafzelin dan zerumbon epoksida yang diisolasi dari rimpang. Rimpang mengandung minyak atsiri sebesar 0.8% dengan kandungan lainnya yaitu flavonoid dan saponin. Rimpang dimanfaatkan dalam ramuan untuk pelangsing, penghangat badan, obat pusing, obat disentri, dan membantu mengeluarkan gas pada perut kembung (MTIC 2000). Yasni et al. (1996) meneliti pengaruh lempuyang gajah dan fraksi ekstraknya terhadap konsentrasi kolesterol, trigliserida, dan glukosa tikus Sprague-Dawley. Penelitian dilakukan dengan empat jenis perlakuan, yaitu perlakuan dengan tepung lempuyang, ekstrak distilasi uap, jamu lempuyang, dan ekstrak etanol 95%. Setiap perlakuan dilakukan secara oral selama 14 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simplisia tepung lempuyang gajah dengan konsentrasi 5% secara nyata dapat menurunkan trigliserida serum darah. Namun, simplisia tepung lempuyang gajah tersebut tidak berpengaruh terhadap konsentrasi kolesterol dan glukosa serum darah. Teh Herbal Tanaman obat banyak dimanfaatkan sebagai minuman herbal yang dapat disajikan dalam bentuk simplisia (jamu), ekstrak herbal siap minum, ataupun dalam bentuk teh herbal. Untuk mengembangkan pemanfaatan lempuyang gajah, pada penelitian ini dibuat campuran herbal dalam bentuk teh herbal. Teh herbal atau herbal tea merupakan produk minuman teh, bisa dalam bentuk tunggal atau dalam bentuk campuran herbal. Selain dikonsumsi sebagai minuman biasa, teh herbal juga dikonsumsi sebagai minuman yang berkhasiat untuk meningkatkan kesehatan. Khasiat yang dimiliki setiap teh herbal berbeda-beda, tergantung bahan bakunya. Campuran bahan baku yang digunakan merupakan herbal atau tanaman obat yang secara alami memiliki khasiat untuk membantu mengobati jenis penyakit tertentu (Hambali et al. 2005). Menurut Hambali et al. (2005), teh herbal biasanya disajikan dalam bentuk kering seperti penyajian dari tanaman teh. Tanaman obat dalam bentuk kering yang diformulasikan menjadi teh herbal dapat dimanfaatkan untuk konsumsi sehari-hari, skala rumah tangga maupun industri. Pembuatan herbal kering meliputi pencucian, pengirisan, pengeringan,
5
pengecilan ukuran, dan pengemasan. Kondisi proses tersebut harus diperhatikan untuk menghindari hilangnya zat-zat penting yang berkhasiat dari bahan segar. Berbagai herbal atau tanaman obat sebenarnya dapat diolah menjadi teh herbal kering. Pada dasarnya, pengolahan semua jenis tanaman obat hampir sama. Biasanya perbedaan terletak pada lama dan besarnya suhu saat pengeringan karena disesuaikan dengan karakteristik bahan segar. Herbalherbal kering tersebut selanjutnya dicampur dengan komposisi tertentu sesuai dengan jenis teh herbal yang akan disajikan. Lalu diseduh dengan air panas dan air seduhannya diminum. Sejak ditemukannya cara penyajian minum teh dengan teh celup, pengolahan teh dengan sistem penghancuran intensif makin berkurang (Lestari 2003). Pengolahan teh celup yang digunakan sampai sekarang adalah metode CTC (cutting, tearing, curling). Pembuatan teh celup dimulai dengan pencampuran (blending) dua komponen yaitu komponen utama dan pengisi. Komponen utama adalah teh dengan mutu baik dan jumlah yang lebih banyak, biasanya berasal dari tingkat mutu (grade) superior seperti pekoe fanning dan orange pekoe (Lestari 2003). Pembuatan teh celup dilakukan dengan melanjutkan pengepakan dari produksi teh dasar. Hasil produksi dasar teh yang berupa simplisia teh dihaluskan agar memudahkan dalam pelarutan, baru kemudian dalam kantung kertas kecil berpori sehingga mudah dilalui air (Carolina 2004). Digunakan kemasan teh herbal pada penelitian ini yaitu agar penyajian teh herbal ini lebih praktis, sehingga masyarakat lebih menyukai teh herbal lempuyang gajah. Tikus Percobaan Hewan rodensia yang paling banyak digunakan untuk keperluan evaluasi atau penelitian adalah tikus putih (Rattus novergicus) galur Wistar galur SpragueDawley, mencit (Mus musculus), dan tikus hitam (Rattus rattus). Kelebihan menggunakan hewan coba tikus ialah tikus dapat hidup sendiri dalam kandang secara lebih baik dibandingkan dengan hewan lain, mudah pengaturannya, mudah dipelihara, merupakan hewan yang relatif sehat, dan lebih ekonomis. Beberapa karakteristik Sprague-Dawley adalah aktif pada malam hari, tidak memiliki kantung empedu, tidak dapat mengeluarkan isi perutnya atau muntah, dan tidak pernah
berhenti tumbuh, meskipun kecepatannya menurun setelah berumur 100 hari (Malole & Pramono 1989). Zat-zat gizi yang digunakan untuk pertumbuhan tikus hampir sama dengan manusia yaitu karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin. Hiperlipidemia dapat dibuat pada tikus percobaan dengan menambahkan lemak dan kolesterol dalam makanannya yang disebut dengan induksi eksogen (Santillo et al. 1999). Induksi hiperlipidemia pada tikus dapat dilakukan dengan pemberian pakan tinggi kolesterol dan propil tiourasil (PTU) (0.01%) (Rachmadani 2001, Berry 2004). Senyawa PTU adalah zat antitiroid yang akan meningkatkan konsentrasi kolesterol darah secara endogen dengan merusak kelenjar tiroid. Propil tiourasil akan menimbulkan kondisi hipotiroid yang dihubungkan dengan peningkatan konsentrasi LDL plasma akibat penurunan katabolisme LDL. Penyebabnya yaitu pada hipotiroid terjadi penurunan sintesis dan ekspresi reseptor LDL di hati, sehingga LDL banyak beredar di plasma dan menjadi penyebab hiperkolesterolemia (Murray et al. 2003). Pakan tinggi kolesterol terdiri atas kuning telur ayam 1.5%, lemak kambing 10%, minyak barco 1%, dan pakan standar hingga 100% (Rachmadani 2001 dan Berry 2004). Selain kombinasi di atas, dapat digunakan pakan kolesterol dengan konsentrasi lemak yang berbeda yaitu lemak kambing 5% dan minyak goreng curah 6% (Kristiani 2003).
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan galur Sprague-Dawley berumur 4 minggu yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB. Rimpang lempuyang gajah (Z.zerumbet L.) diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balitro) Cimanggu, Bogor. Kantung teh celup yang digunakan adalah buatan dari PT Swarna Buana Semesta, Yogyakarta. Bahan-bahan untuk analisis kolesterol tepung kuning telur antara lain: akuades, larutan alkohol:eter (3:1), kloroform, larutan asetat anhidrat, dan H2SO4 96%. Untuk induksi hiperlipidemia digunakan propil tiourasil dan pakan kolesterol (kuning telur ayam, lemak kambing, minyak goreng curah, dan pakan standar). Bahan untuk analisis kolesterol yaitu kit enzim kolesterol oksidase ‘CHOL Randox’.
6
Alat-alat yang digunakan antara lain oven, spektrofotometer UV, neraca analitik, vortex, alat gelas, rotavapor dan hot plate. Selain itu, digunakan mikrofuge Beckman untuk sentrifugasi darah. Sentrifus klinis dengan jenis rotor Hettich universal digunakan pada penentuan konsentrasi kolesterol tepung kuning telur. Metode Pembuatan Simplisia Lempuyang Gajah Rimpang lempuyang gajah diiris tipis melintang dengan ketebalan 0.1 cm. Irisan rimpang dikeringkan dalam laminar air flow selama 24 jam. Lempuyang dikatakan cukup kering bila dapat dipatahkan. Simplisia tersebut dihancurkan kembali berbentuk serbuk kasar (20 mesh). Rimpang lempuyang gajah sebanyak 5 Kg menghasilkan 500 g simplisia kering dan 1 Kg teh hijau menghasilkan 100 g simplisia kering. Pembuatan Teh Herbal Teh herbal terdiri atas campuran bahan berupa lempuyang gajah dan teh hijau. Teh herbal 1 mengandung 2 g lempuyang gajah dan 4 g teh hijau, sedangkan teh herbal 2 terdiri atas 5 g lempuyang gajah dan 4 g teh hijau. Jumlah lempuyang gajah yang digunakan pada penelitian ini lebih banyak daripada penelitian Yasni et al. (1996). Masing-masing konsentrasi dimasukkan ke dalam kantung filter sehingga menjadi teh herbal celup. Air yang digunakan untuk membuat seduhan adalah sebanyak 200 ml. Teh herbal dalam dua konsentrasi tersebut masing-masing diseduh dengan air panas (100oC) selama 5 menit. Kemudian seduhan tersebut dikeringkan menggunakan rotavapor pada suhu 50oC selama 2 jam hingga diperoleh ekstrak seduhan teh herbal lempuyang gajah. Rendemen yang diperoleh dari ekstrak teh herbal 1 dan 2 masing-masing yaitu 0.17 % dan 0.16 %. Berdasarkan jumlah ekstrak yang diperoleh, diketahui dosis ekstrak teh herbal 1 dan 2 yaitu 14.29 mg/Kg BB dan 21.00 mg/Kg BB, sebelum dicekokkan masing-masing ekstrak dilarutkan dalam 100 µl akuades. Pembuatan Pakan Kolesterol (Kristiani 2003) Pakan kolesterol dibuat dari 1.5% dari kuning telur ayam, lemak kambing 5%, minyak curah 6%, dan sisanya pakan standar sampai 100%. Semua bahan diaduk sampai tercampur rata, dan dijadikan bentuk pelet seperti bentuk pakan standar. Tepung
kolesterol dipersiapkan dari kuning telur ayam negeri, pada penelitian ini digunakan 48 Kg telur ayam. Kuning telur direbus selama 15 menit atau sampai matang, lalu kuning telur dipisahkan dari putihnya. Kemudian kuning telur tersebut dikeringkan dalam oven 70oC selama ±24 jam dan digerus hingga halus. Kolesterol tepung kuning telur dianalisis dengan menggunakan metode Liebermanbuchard. Tabung sentrifus 15 ml diisi dengan 12 ml campuran alkohol:eter (3:1). Kemudian dimasukkan 0.02 g tepung kuning telur sampai semuanya bercampur dengan alkohol:eter. Tabung ditutup rapat dan didiamkan selama 15 menit. Selanjutnya campuran disentrifugasi dengan sentrifus klinis dengan rotor Hettich universal pada 3000 rpm selama 3 menit. Supernatan yang diperoleh dipindahkan ke dalam gelas piala ukuran 50 ml lalu diuapkan pada penangas air mendidih sampai supernatan kering. Residu yang tersisa ditambahkan kloroform 2 ml dan dikocok perlahan agar residu terekstrak. Hasil ekstraknya dipindahkan ke dalam tabung sentrifus. Gelas piala tadi dibilas lagi dengan 2 ml kloroform. Ukuran ekstrak ditepatkan menjadi 5 ml dengan kloroform, untuk standar kolesterol diambil sebanyak 5 ml, dan blanko yaitu kloroform 5 ml, lalu ditambahkan asetat anhidrida dan 0.1 ml asam sulfat pekat pada semua tabung, kemudian dikocok. Setelah itu, tabung disimpan dalam ruang gelap selama 15 menit dan larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV. Hasil analisis menunjukkan konsentrasi kolesterol dalam tepung kuning telur yaitu 47.35 mg/g tepung kuning telur. Rancangan Percobaan Hewan percobaan yang digunakan adalah 26 ekor tikus putih jantan galur SpragueDawley. Tikus dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing terdiri atas 6 ekor untuk kelompok 1 dan kelompok 2, sedangkan kelompok 3 dan kelompok 4 masing-masing terdiri atas 7 ekor. Kelompok 1 adalah kontrol normal yang hanya diberi pakan standar selama percobaan. Kelompok 2 adalah kelompok hiperlidemia. Kelompok 3 dan kelompok 4 adalah kelompok perlakuan ekstrak. Kelompok hiperlipidemia dan perlakuan mendapatkan pakan kolesterol dan PTU (0.01%) selama 6 minggu pada masa percobaan, hal ini lebih panjang 2 minggu dari rencana semula (4 minggu). Kelompok 3 dan kelompok 4 dicekok dengan ekstrak seduhan teh herbal
7
lempuyang gajah mulai minggu ke-7 sampai minggu ke-10 masa percobaan. Semua tikus diadaptasikan selama 7 hari untuk menyeragamkan cara hidup dan makanannya. Makanan hewan percobaan diberikan sebanyak 20 g/ekor/hari, baik pakan standar maupun kolesterol, dan air minum diberikan secara ad libitum. Pengukuran bobot badan dilakukan satu kali dalam satu minggu dan konsumsi pakan ditimbang setiap hari. Analisis kolesterol serum dilakukan pada minggu ke 0, 2, 4, 6, 8 dan 10. Pengambilan Darah dan Analisis Kolesterol Serum Darah Sebelum dilakukan pengambilan darah, tikus dipuasakan terlebih dahulu kurang lebih 16 jam. Pengambilan darah tikus dilakukan 2 minggu sekali pada masa percobaan. Darah tikus diambil dengan cara menggunting ekor tikus kira-kira 1 mm dari bagian ujung ekor yang sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70%. Selanjutnya, ekor tikus diurut perlahan-lahan sampai darahnya keluar ± 1 ml dan ditampung dalam tabung eppendorf. Untuk mendapatkan serum, darah dibiarkan selama 24 jam pada suhu 4ºC, selanjutnya disentrifugasi selama 10 menit menggunakan mikrofuge Beckman dengan rotor Buchi pada kecepatan 3000 rpm. Kolesterol total serum dianalisis secara enzimatis dengan metode kolesterol oksidase menggunakan spektrofotometer. Sebanyak 10 µL serum darah dimasukkan ke dalam eppendorf. Kemudian ditambahkan dengan 1 ml reagen dari kit enzim dan diinkubasi selama 15 menit. Reaksi enzimatis yang terjadi akan membentuk warna merah muda pada larutan. Semakin besar konsentrasi kolesterol dalam serum, warna merah muda yang terbentuk semakin pekat. Selanjutnya larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 500 nm. Analisis Statistik (Matjik & Sumertajaya 2000) Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap atau RAL. Model rancangan tersebut adalah: Yij = µ + τi + εij Keterangan: Yij = pengamatan perlakuan ke-I dan ulangan ke-j µ = pengaruh rataan umum τi = pengaruh rataan ke-i, I = 1, 2, 3, 4, 5, 6 εij = pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j, j = 1, 2, 3, 4, 5, 6
Data yang diperoleh di analisis dengan anova (Analysis of variance) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α= 0.05. uji lanjut yang digunakan adalah uji Duncan. Semua data dianalisis dengan program SPSS.
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan dan Konsumsi Pakan Bobot badan dan konsumsi pakan diukur selama percobaan untuk memastikan bahwa semua tikus dalam kondisi sehat, ditunjukkan dengan tidak adanya penurunan bobot badan. Pengukuran konsumsi pakan dilakukan untuk memantau nafsu makan tikus dan memastikan semua tikus mendapatkan kalori yang cukup. Rata-rata bobot badan semua tikus (n=26) sebelum percobaan yaitu 174 ± 26 gram (p=0.452). Terjadi kenaikan bobot badan pada semua tikus di setiap minggunya (Gambar 1), meskipun bobot badan tikus kelompok normal cenderung lebih rendah dibandingkan dengan bobot badan kelompok tikus yang diberi pakan hiperlipidemia. Rata-rata kenaikan bobot badan yang terjadi sebesar 53.45% dan di akhir percobaan rata-rata bobot badan semua tikus mencapai 267 ± 38 gram (p=0.376). Adanya perbedaan bobot badan tikus kelompok normal dan kelompok tikus yanng diberi pakan kolesterol masih sejalan dengan pernyataan Ide et al. (1978) bahwa pertumbuhan tikus dengan pakan yang mengandung lemak, lebih besar daripada tikus dengan pakan bebas lemak. Akan tetapi, sescara statistik pakan kolesterol ini tidak berpengaruh pada bobot badan, karena bobot badan kelompok tikus yang diberi pakan kolesterol, tidak mengalami perbedaan bobot badan yang bermakna dibandingkan dengan kelompok normal (p=0.082).
Masa induksi hiperlipidemia
Pemberian ekstrak
Gambar 2 Bobot badan tikus (♦kelompok normal; ■, ●, ▲ kelompok yang diinduksi hiperlipidemia) selama percobaan.
8
Pemberian Ekstrak
Masa Induksi Hiperlipidemia
Tabel 1 Rataan konsumsi pakan hewan coba selama percobaan Minggu Konsumsi pakan (g) keKelompok Kelompok Normal perlakuan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
15.76±2.52 16.24±2.99 16.24±2.99 18.56±0.93 18.36±0.93 19.75±0.68 19.98±0.11 19.17±0.62 20.03±0.01 19.36±1.07
13.84±1.84 13.45±1.93 13.45±1.93 13.88±2.32 14.18±1.95 13.09±3.51 13.86±2.48 17.68±1.64 20.04±0.01 17.77±1.73
10
18.25±1.52
16.52±2.17
Konsumsi pakan standar rata-rata kelompok normal dari awal hingga akhir percobaan yaitu 18.24 ± 1,66 gram. Kelompok yang diinduksi pakan kolesterol (minggu ke-1 sampai minggu ke-6) cenderung mengkonsumsi pakan lebih sedikit daripada kelompok normal (Tabel 1). Rata-rata konsumsi pakan kolesterol oleh kelompok tikus yang diinduksi hiperlipidemia yaitu 13.98 ± 2.62 gram. Berdasarkan uji ANOVA, perbedaan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh kelompok normal dan kelompok yang diberi pakan kolesterol sangat bermakna (p<0.05). Hal ini karena pakan kolesterol mengandung kalori lebih tinggi dibandingkan dengan pakan standar. Pada masa pemberian ekstrak (minggu ke-7 sampai minggu ke-10), ketiga kelompok yang telah diinduksi hiperlipidemia, mengkonsumsi pakan standar dan jumlah konsumsinya menjadi 18.01 ± 2.23 gram. Kolesterol Darah Efek antihiperkolesterolemia ekstrak teh herbal lempuyang gajah dilihat dari kemampuannya menurunkan konsentrasi kolesterol darah tikus yang hiperkolesterolemia. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibuat hewan model hiperkolesterolemia dengan induksi PTU dan pemberian pakan kolesterol. Sebelum Percobaan Sebelum percobaan (minggu ke-0), ratarata konsentrasi kolesterol darah semua tikus (n = 26) adalah 50.21 ± 11.13 mg/dL (P=0.392). Hal ini berbeda dengan penelitian Giri (2008), yang konsentrasi kolesterol tikus sebelum percobaannya yaitu 83.62 ± 24.15 mg/dL. Namun pada penelitian ini nilai
konsentrasi kolesterol darah tersebut masuk dalam kisaran konsentrasi kolesterol normal darah tikus, sekitar 40 – 130 mg/dL (Malole & Pramono 1989), Walaupun rata-rata konsentrasi kolesterol kelompok hiperlipidemia nilainya paling rendah (44.34 ± 10.52 mg/dL), tidak ada perbedaan konsentrasi kolesterol yang bermakna antarkelompok sebelum percobaan (p=0.392). Rata-rata konsentrasi kolesterol darah kelompok normal pada awal percobaan yaitu 52.81±2.73 mg/dL. Konsentrasi kolesterol darah kelompok normal tidak mengalami perubahan yang berarti hingga akhir percobaan (P=0.971). Pada minggu ke-10, konsentrasi kolesterol kelompok normal adalah 54.25±13.96 mg/dL.
Gambar 3 Konsentrasi kolesterol serum darah sebelum percobaan. Induksi Hiperlipidemia Induksi PTU dan pemberian pakan kolesterol menyebabkan naiknya konsentrasi kolesterol darah tikus percobaan. Pada minggu ke-6, rata-rata konsentrasi kolesterol darah ketiga kelompok yang menerima induksi hiperlipidemia yaitu 78.08±22.62 mg/dL, 79.03 ± 28.61 mg/dL, dan 81.76 ± 15.04 mg/dL. Konsentrasi kolesterol darah kelompok hiperlipidemia pada minggu itu naik sebesar 76.11% dari sebelum percobaan. Seperti kelompok hiperlipidemia, dua kelompok lain yang diinduksi hiperlipidemia juga menunjukkan kenaikan konsentrasi kolesterol darah, masing-masing sebesar 58.64% dan 53.06 % dari sebelum percobaan. Meskipun kenaikan konsentrasi kolesterol yang terjadi pada dua kelompok tersebut lebih rendah daripada kelompok hiperlipidemia, berdasarkan statistik konsentrasi kolesterol antarkelompok yang mendapat induksi hiperlipidemia pada minggu ke-6 tidak berbeda (p=0.575). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pemberian pakan kolesterol mampu meningkatkan konsentrasi kolesterol darah semua kelompok tikus yang diinduksi hiperllipidemia secara bermakna, dibandingkan dengan sebelum percobaan (p=0.004).
9
Hal ini sejalan dengan pernyataan Grundy (1991) bahwa konsumsi makanan yang kaya asam lemak dan kolesterol dapat menghambat pembentukan reseptor LDL, sehingga kolesterol terakumulasi di dalam darah. Sedangkan peran PTU yaitu sebagai zat antitiroid yang dapat merusak kelenjar tiroid dan menyebabkan kondisi hipotiroid. Pada kondisi tersebut, terjadi penurunan sintesis dan ekspresi reseptor LDL di jaringan. Oleh karena itu, LDL banyak beredar di dalam darah dan menjadi penyebab hiperkolesterolemia (Santillo et al. 1999). Konsentrasi kolesterol pada penelitian ini dikatakan mencapai kondisi hiperkolesterolemia meskipun konsentrasi kolesterol darah tikus kurang dari 130 mg/dL, akan tetapi perbedaan konsentrasi kolesterol darah pada minggu ke-6 dengan konsentrasi kolesterol sebelum percobaan, sangat bermakna secara statistik (p=0.004) (Gambar 4). Selain itu, semua tikus memiliki konsentrasi kolesterol sebelum percobaan yang cukup rendah. Konsumsi pakan kolesterol pada tikus dapat berpengaruh terhadap konsentrasi kolesterol darah. Konsentrasi kolesterol yang masuk hanya sekitar 1%, karena konsumsi pakan kolesterolnya sebanyak 14 gram. Akibatnya, diperlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai konsentrasi kolesterol yang jauh lebih tinggi (> 130 mg/dL). Seperti halnya percobaan yang dilakukan oleh Giri (2008), diperlukan waktu 13 minggu untuk meningkatkan konsentrasi kolesterol sebesar 44.48%. Setiap kelompok tikus menunjukkan respon yang berbeda terhadap induksi PTU dan pemberian pakan kolesterol. Hal itu terlihat dari persentase perubahan konsentrasi kolesterol yang berbeda pada setiap kelompok yang diinduksi hiperlipidemia. Meskipun galur tikus yang digunakan sama dengan penelitian ini yaitu galur SpragueDawley, namun umur tikus yang digunakan berbeda, sehingga diduga hal tersebut menyebabkan respon yang berbeda terhadap pemberian pakan kolesterol. Umur tikus yang digunakan dalam percobaan Giri (2008) yaitu 8 bulan, sedangkan dalam penelitian ini digunakan tikus yang berumur 5 bulan. Tikus yang berusia muda cenderung membutuhkan jumlah kolesterol yang lebih banyak untuk pembentukan membran sel. Oleh karena itu, asupan kolesterol berlebih menimbulkan respon yang berbeda pada tikus yang masih muda dan tikus dewasa.
Gambar
4
Konsentrasi kolesterol tikus (♦kelompok normal; ■, ●, ▲, yang diinduksi kelompok hiperlipidemia) selama induksi hiperlipidemia.
Pengaruh Diet Kolesterol Dengan atau Tanpa Ekstrak Pemberian pakan tinggi lemak dihentikan pada minggu ke-6 dan selanjutnya selama 4 minggu terakhir semua kelompok tikus mendapatkan pakan standar. Kelompok hiperlipidemia mulai menunjukkan penurunan konsentrasi kolesterol pada minggu ke-8. Pada akhir percobaan (minggu ke-10), konsentrasi kolesterol darah kelompok ini turun sebesar 43.82 % menjadi 43.87 ± 9.86 mg/dL dari 78.08 ± 22.62 mg/dL. Namun, berdasarkan uji ANOVA, perubahan konsentrasi kolesterol darah pada akhir percobaan tersebut tidak bermakna (p=0.101). Dua kelompok lain mendapatkan ekstrak teh herbal lempuyang gajah dengan komposisi yang tidak sama. Gambar 5 menunjukkan pemberian ekstrak teh herbal 1 selama 4 minggu mampu menurunkan konsentrasi kolesterol darah sebesar 43.20 % dari kondisi sebelumnya pada minggu ke-6 (P=0.005). Turunnya konsentrasi kolesterol darah juga terjadi pada kelompok perlakuan ekstrak teh herbal 2.
Gambar 5 Konsentrasi kolesterol (♦kelompok normal, ■ kelompok hiperlipidemia , ●ekstrak teh herbal 1, ▲ekstrak teh herbal 2) pada masa pemberian ekstrak teh herbal lempuyang gajah.
10
Penurunan konsentrasi kolesterol darah yang terjadi pada kelompok ini lebih besar dari kelompok yang diberi ekstrak teh herbal 1 yakni 51.70 % dari kondisi sebelumnya. Hal itu menunjukkan bahwa ekstrak teh herbal 2 lebih berpotensi menurunkan konsentrasi kolesterol darah (p<0.005). Berdasarkan data yang ada, ekstrak teh herbal 2 memiliki efek yang lebih kuat terhadap konsentrasi kolesterol dibandingkan dengan ekstrak teh herbal 1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teh herbal lempuyang gajah berpengaruh terhadap konsentrasi kolesterol darah tikus. Berbeda dengan penelitian Yasni et al. (1996), pada akhir percobaan, konsentrasi kolesterol darah kelompok tikus yang dicekok ekstrak yaitu 68 ± 10.6 mg/dL dengan konsentrasi kolesterol normalnya 58 ± 4.4 mg/dL. Hal itu karena pada penelitian tersebut (Yasni et al. 2003) jumlah lempuyang gajah yang digunakan lebih sedikit (1 g) dibandingkan dengan penelitian ini. Oleh karena itu, diduga zat-zat yang terkandung dalam ekstrak teh herbal lempuyang gajah pada penelitian ini lebih banyak, sehingga dapat menurunkan konsentrasi kolesterol darah. Penurunan konsentrasi kolesterol darah salah satunya dapat disebabkan oleh adanya diet kolesterol, asam lemak, dan kalori. Secara alami, tubuh dapat mendegradasi kelebihan kolesterol menjadi asam empedu (Murray et al. 2003). Akan tetapi, tubuh masih dapat membentuk kolesterol meskipun tidak ada asupan kolesterol melalui makanan. Oleh karena itu, diet kolesterol yang tidak disertai dengan faktor hipokolesteremik lainnya tidak akan memberikan efek yang memadai dalam penurunan konsentrasi kolesterol darah (Handschin et al. 2002). Diet kolesterol yang disertai pemberian ekstrak teh herbal lempuyang gajah menyebabkan penurunan yang lebih besar pada konsentrasi kolesterol darah dibandingkan dengan diet kolesterol tanpa pemberian ekstrak teh herbal lempuyang gajah. Menurut Syamsuhidajat dan Hutapea (1991), rimpang lempuyang gajah mengandung flavonoid dan saponin. Sedangkan pada daun teh terkandung molekul fitokimia seperti tannin dan pektin (Dalimartha 2004). Saponin dapat berikatan dengan kolesterol di saluran pencernaan, akibatnya kolesterol tidak terserap ke dalam darah. Begitu juga tanin yang dapat menghambat penyerapan kolesterol ke dalam darah dengan mengendapkan kolesterol pada dinding
mukosa usus sehingga kolesterol tidak dapat diserap dan ikut diekskresikan bersama feses. Sedangkan senyawa pektin yang dikandung ekstrak juga dapat mengganggu proses transport kolesterol dan lemak. Pektin didalam tubuh dapat mengikat asam empedu dalam usus sehingga jumlah asupan asam empedu berkurang dan dengan sendirinya, hati akan meningkatkan sintesis asam empedu yang hilang di usus (Dalimartha 2005). Peningkatan sintesis asam empedu ini dapat menurunkan konsentrasi kolesterol darah karena semakin banyak kolesterol yang didegradasi menjadi asam empedu (Tiemann et al. 2003). Adanya senyawa-senyawa tersebut yang terkandung dalam rimpang lempuyang gajah dan teh hijau, diduga berperan dalam menurunkan konsentrasi kolesterol darah.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ekstrak 2 lebih berkhasiat sebagai antihiperkolesterolemia dibandingkan ekstrak 1. Ekstrak 2 berhasil menurunkan konsentrasi kolesterol darah sebesar 51.70%. Sedangkan, ekstrak 1 hanya menurunkan konsentrasi kolesterol darah mendekati normal yaitu 43.20%. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap aktivitas antihiperkolesterolemia teh herbal lempuyang gajah dengan konsentrasi yang lebih bervariasi. Selain itu, perlu dilakukan analisis lanjutan mengenai mekanisme penurunan konsentrasi kolesterol darah oleh teh herbal lempuyang gajah.
UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini didanai oleh DIKTI melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKMP) tahun 2009.
DAFTAR PUSTAKA Berry A. 2004. Karakteristik kolesterol total, HDL, dan trigliserida dalam darah tikus putih (sparague-dawley) akibat pemberian curdlan dari Agrobacterium sp. [skripsi]. Bogor: IPB. Bustamam et al..2008. Zerumbon: a natural compound with anticholinesterase activity. Pharmacology and toxicology 3: 209-211. Carolina T. 2004. Analisis keputusan pembelian dan keragaman atribut produk
11
teh celup Sariwangi: kasus di Kotamadya Bekasi. [skripsi]. Bogor: IPB. Ciptadi W, MZ Nasution. 1979. Mempelajari cara pemanfaatan teh hitam mutu rendah nuntuk pembuatan teh dadakan. [skripsi]. Bogor: IPB. Dalimartha S. 2005. 36 Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kolesterol. Surabaya: Penebar Swadaya. Daroini OS. 2006. Kajian pembuatan teh herbal dari campuran teh hijau (Camellia sinensis), rimpang bangle (Zingiber cassumunar Roxb.), dan daun ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels). [skripsi]. Bogor: IPB. Darwis MI, Hasiyah S. 1991. Tumbuhan Obat Famili Zingiberaceae. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. [DINKES JATENG] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2006. Laporan hasil pemeriksaan faktor risoko penyakit tidak menular tertentu pegawai dinas kesehatan provinsi Jawa Tengah. Semarang: DINKES JATENG. Dufresne C, E Framworth. 2000. Tea, kambucha, and health: a review. Food Research International 33:409-421. Eden T. 1976. Tea. New York: Longman Group Ltd. Getz GS, Reardon CA. 2007. Nutrition and cardiovascular disease. Arterioscler Thromb Vasc Biol 27: 2499-2506. Giri LN. 2008. Potensi antioksidasi daun salam: kajian in vivo pada tikus hiperkolesterolemia dan hiperglikemia. [skripsi]. Bogor: IPB. Goodman, Gilmans. 2001. The Pharmacologycal Basic of Tehrapeutics. 10th Ed. USA: Mc Graw Hills. Grundy SM. 1991. Multifactorial ethiology of hypercholesterolemia: implication for prevention of coronary heart desease. Artherioschlerosi and Thrombosis 11: 1619-1635. Handschin et al. 2002. Cholesterol and bile acids regulate xenosensorsignailng in drug-mediated induction of cytochrom P450*. J Biology Chemistry 277:2956129567.
Hambali E, MZ Nasution, E Herliana. 2005. Membuat Aneka Herbal Tea. Jakarta:Penebar Swadaya. Harler. 1963. Tea Manufacture. New York: Oxford University. Hartoyo A.2003. Teh dan khasiat bagi kesehatan. [tinjauan ilmiah]. Yogyakarta: Kanisius.
Ide T, Okamatsu, Sugano. 1978. Regulation by dietar fats of hydroxy-3-metylglutarylcoenzym A reduktase in liver. J.Nutrition 180: 610-612. Kristiani EBE. 2003. Ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) sebagai obat alternatif untuk hiperlipidemia: kajian in vivo dan in vitro. [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana IPB. Lestari JE. 2003. Analisis preferensi konsumen terhadap produk the celup merk Gunung Mas (studi kasus di Kecamatan makasar dan pancoran, DKI Jakarta). [skripsi]. Bogor: IPB. Mahendra B, Rachmawati E. 2007. Atasi Stroke dengan Tanaman Obat. Jakarta: Penebar Swadaya. Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Bogor: PAU IPB. Matjik AA, Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan Jilid I. Edisi ke-2. Bogor: IPB Press. Muchtadi D, Palupi NS. 1993. Metabolisme Zat Gizi, Sumber, Fungsi, dan Kebutuhan Bagi Manusia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Murray RK et al. 2003. Biokimia Harper. Andi Hartono, penerjemah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Mursito B. 2004. Ramuan Tradisional untuk Melangsingkan Tubuh. Jakarta: Penebar Swadaya. [MTIC] Martha Tilaar Inovation Center. 2000. Budidaya Secara Organik: Tanaman Obat Rimpang. Depok: Penebar Swadaya. Nelson DL, Michael MC. 2004. Principle of Biochemistry. New York: Worth Publisher. Rachmadani. 2001. Ekstrak air daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)
12
berpotensi menurunkan konsentrasi lipid pada darah tikus putih galur Wistar. [skripsi]. Bogor: IPB. Santillo M, et al. 1999. Dietary an hypotyroid hypercholesterolemia induces hepatic apolipoprotein E expession in the rat: direct role of cholesterol. FEBS letter 463: 83-86. Sulistiyani. 1990. Influence of the method of isolation of priary cells and the passage in culture on LDL receptor expressions in pigeon and chicken embryo cells in culture. [tesis]. North Carolina: Wake Forest University. Syamsuhidajat SS, Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Tapan E. 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta: Alex Media Komputindo. Tewtrakui et al. 1997. Studies on volatile components in Zingiber zerumbet rhizomes by gas chromatography. J Sci Technol 19: 197-202. Tiemann et al. 2003. Cholesterol feeding of mice expressing cholesterol 7αhydroxylase increases bile acid pool size despite decreased enzyme activity. PNAS 7: 1846-1851. Wang H, GJ Provan, K Halliwell. 2000. Tea flavonoids: teh function, utilization, and analysis. Food science and technology 11: 152-160. [WHO] World Health Organization. 2004. The atlas of heart disease and stroke. [terhubung berkala] http:// www.who.gov/. [4 Maret 2009]. Yasni S, Sulaksono ME, Budiyanto S, Ishak I. 1996. Pengaruh lempuyang gajah (Zingiber zerumbet L.) dan fraksi ekstraknya terhadap kadar kolesterol, trigliserida, dan glukosa darah serta hati tikus sparague-dawley. Teknologi dan industri pangan 7: 40-46.
13
LAMPIRAN
14
Lampiran 1 Tahap penelitian Pembuatan teh herbal
Pembuatan pakan kolesterol
Induksi kolesterol (6 minggu)
Perlakuan (4 minggu)
Normal , akuades N=6
Hiperlipidemia, akuades N=6
Ekstrak teh herbal (2g lempuyang gajah: 4g teh hijau) N=7
Pengukuran kolesterol darah
Pengolahan data dan penulisan laporan
Ekstrak teh herbal (5g lempuyang gajah: 4g teh hijau) N=7
Lampiran 2 Bobot badan tikus selama percobaan
2 225 164 232 227 182 164 199 33
Kelompok Normal Bobot badan (gram) Minggu ke3 4 5 6 239 249 255 272 171 181 183 195 252 271 279 241 222 236 241 251 187 195 205 218 165 184 192 155 206 219 226 222 37 38 38 42
7 254 191 239 241 229 213 228 23
8 266 203 249 251 244 198 235 28
9 287 210 249 258 244 204 242 31
10 302 227 265 267 268 227 259 29
2 209 151 182 220 235 245 207 35
Kelompok Hiperlipidemia Bobot badan (gram) Minggu ke3 4 5 6 227 240 258 266 161 169 173 182 195 224 234 250 241 261 277 288 252 271 279 287 253 266 280 293 221 238 250 261 36 38 42 42
7 273 182 252 299 293 304 267 46
8 275 184 257 301 298 308 270 47
9 281 187 254 305 294 306 271 46
10 283 193 261 315 306 311 278 46
No tikus 5a 10a 12a 2c 8b 9b Rata-rata SD
awal 122 98 117 129 109 116 115 11
0 178 137 201 224 158 173 179 31
1 193 150 208 217 169 170 185 26
No tikus 1a 2a 11a 7b 11b 13b Rata-rata SD
awal 110 86 96 128 119 126 111 17
0 170 141 156 186 195 202 175 24
1 189 137 163 203 202 220 186 31
15
Lanjutan lampiran 2 Bobot badan tikus selama percobaan
2 214 199 204 184 148 191 267 201 36
Kelompok Ekstrak I Bobot badan (gram) Minggu ke3 4 5 6 231 247 257 265 212 223 231 243 229 240 253 269 193 194 207 184 157 175 186 195 204 214 219 229 284 306 308 324 216 229 237 244 39 42 40 48
7 262 241 272 225 206 244 332 254 41
8 260 243 275 228 203 242 339 256 43
9 264 243 272 231 201 242 337 256 43
10 268 246 288 245 209 252 349 265 44
2 220 163 216 166 173 225 191 194 27
Kelompok Ekstrak II Bobot badan (gram) Minggu ke3 4 5 6 234 253 262 276 177 191 204 223 220 236 238 248 180 196 200 219 186 202 214 225 225 237 235 252 176 188 197 207 200 215 221 236 26 26 24 24
7 283 238 257 228 232 261 216 245 23
8 287 247 260 232 235 265 220 249 23
9 283 254 261 235 241 269 221 252 21
10 300 266 272 254 246 272 216 261 26
No tikus 7a 8a 9a 13a 4b 6b 12b Rata-rata SD
awal 116 103 107 106 72 148 141 113 26
0 191 205 156 165 122 176 217 176 32
1 189 209 177 172 129 178 245 185 36
No tikus 7a 8a 9a 13a 4b 6b 12b Rata-rata SD
awal 113 87 106 86 117 128 98 105 16
0 197 124 177 132 160 210 160 166 32
1 208 142 193 147 162 220 177 178 30
16
Lampiran 3 Konsumsi pakan tikus selama percobaan Kelompok Normal Hiperlipidemia Perlakuan ekstrak I Perlakuan ekstrak II
0 15.76 14.75 13.89 13.00
1 16.24 13.76 14.21 12.43
2 15.64 14.42 16.32 15.86
Konsumsi pakan (gram) Minggu ke3 4 5 6 7 18.56 18.36 19.75 19.98 19.17 14.47 14.75 12.11 13.52 18.23 12.31 12.96 11.86 12.38 16.64 14.93 14.90 15.15 15.62 18.25
8 20.03 20.04 20.04 20.04
9 19.36 17.71 17.78 17.82
10 18.25 16.95 16.15 16.51
17
18
Lampiran 4 Hasil uji statistik bobot badan tikus selama percobaan Bobot badan tikus Duncan Subset for alpha = .05 kelompo k N 1 2 1 77 218.14 4 77 219.68 3 77 229.04 229.04 2 77 238.69 Sig. .142 .168 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 77.000. Paired Samples Statistics Mean Pair 1 minggu bobot
Std. Deviation
N
Std. Error Mean
5.00
52
5.049
.700
219.63
52
56.468
7.831
Paired Samples Correlations N Pair 1 minggu & bobot
Correlation 52
Sig.
.824
.000
Paired Samples Test Paired Differences
Std. Std. Error Mean Deviation Mean Pair 1 minggu – bobot
214.63 5
52.388 7.265
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
t
df
-229.220 200.05 29.54 51 0 4
Sig. (2tailed) .000
19
Lampiran 5 Hasil uji Duncan konsumsi pakan Konsumsi pakan sebelum percobaan Duncan Subset for alpha = .05 kelompo k N 1 2 4 7 13.0029 3 7 13.8857 13.8857 2 7 14.7529 14.7529 1 7 15.7643 Sig. .114 .091 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 7.000. Konsumsi pakan pada masa induksi hiperlipidemia Duncan Subset for alpha = .05 kelompo 1 2 3 k N 3 7 12.3843 2 7 13.5229 4 7 15.6186 1 7 19.9786 Sig. .236 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 7.000. Konsumsi pakan setelah masa induksi hiperlipidemia Duncan
Subset for alpha = .05 kelompo k N 1 3 7 16.1500 4 7 16.5086 2 7 16.9543 1 7 18.2486 Sig. .081 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 7.000.
20
Lampiran 6 Penentuan kolesterol metode CHOD-PAP Komposisi Konsentrasi 4-Aminoantipirin 0,30 mmol/L Fenol 6 mmol/L Peroksidase ≥ 0,5 U/mL Kolesterol esterase ≥ 0,15 U/mL Kolesterol oksidase ≥ 0,1 U/mL Buffer pipes 80 mmol/L; pH 6,8 Standar 5,17 mmol/L (200 mg/dL) Pengukuran konsentrasi kolesterol dengan metode CHOD-PAP mengikuti reaksi sebagai berikut: Ester kolesterol + H2O kolesterol esterase kolesterol + asam lemak Kolesterol + O2 kolesterol oksidase kolesterin + H2O2 2 H2O2 + fenol + 4-Aminoantipirin peroksidase Quinonemin + 4 H2O Pembuatan kurva standar untuk pengukuran kolesterol darah Larutan Seri konsentrasi larutan standar (mg/dL) 0 25 50 100 150 200 Stok standar yang diambil (µL) 5 5 5 15 10 Akuades (µL) 10 35 15 5 5 Standar yang diambil (µL) 10 10 10 10 10 10 Reagen (µL) 1000 1000 1000 1000 1000 1000 Kurva standar kolesterol darah [Standar] (mg/dL) A1 25 0,064 50 0,126 100 0,199 150 0,300 200 0,423
A2 0,057 0,118 0,190 0,286 0,440
Arata-rata 0,061 0,122 0,195 0,293 0,422
Lampiran 7 Konsentrasi kolesterol darah tikus selama percobaan
2 20.25 92.77 51.97 45.93 103.85 35.35 58.35 32.96
Kelompok Normal Konsentrasi kolesterol (mg/dL) minggu ke4 6 55.49 40.89 60.54 54.99 47.44 80.68 43.41 53.49 46.94 43.92 47.95 47.44 50.30 53.57 6.39 14.34
8 37.37 69.57 71.59 47.41 60.51 50.94 56.23 13.37
10 61.54 103.34 84.71 76.65 67.59 66.58 76.74 15.42
2 64.56 94.28 82.69 93.78 51.97 83.19 78.41 16.85
Kelompok Hiperlipidemia Konsentrasi kolesterol (mg/dL) minggu ke4 6 51.47 60.54 53.49 70.61 40.89 57.51 70.61 115.43 67.59 69.09 67.59 95.29 58.61 78.08 11.80 22.62
8 69.57 60.51 55.47 62.02 39.36 63.53 58.41 10.39
10 55.49 53.49 62.55 60.03 51.47 89.24 62.05 13.94
No tikus 5a 10a 12a 2c 8b 9b rata-rata SD
0 53.99 53.49 51.47 47.95 54.49 55.49 52.81 2.73
No tikus 1a 2a 11a 7b 11b 13b rata-rata SD
0 54.99 40.89 42.91 53.99 46.94 26.29 44.34 10.52
21
Lanjutan lampiran 7 Data konsentrasi kolesterol selama percobaan
2 56 79.17 29.31 65.57 102.84 47.44 72.12 64.64 23.61
Kelompok Ekstrak I Konsentrasi kolesterol (mg/dL) minggu ke4 6 65.57 52.48 66.08 77.66 44.92 48.45 53.99 76.65 73.13 81.18 105.86 136.08 66.08 80.68 67.95 79.03 19.16 28.61
8 39.36 55.97 29.79 41.87 55.47 54.97 57.99 47.92 10.89
10 79.17 86.22 42.41 56.51 60.03 67.59 52.48 63.49 15.31
2 56 79.17 29.31 65.57 102.84 47.44 72.12 64.64 23.61
Kelompok Ekstrak II Konsentrasi kolesterol (mg/dL) minggu ke4 6 65.57 52.48 66.08 77.66 44.92 48.45 53.99 76.65 73.13 81.18 105.86 136.08 66.08 80.68 67.95 79.03 19.16 28.61
8 39.36 55.97 29.79 41.87 55.47 54.97 57.99 47.92 10.89
10 79.17 86.22 42.41 56.51 60.03 67.59 52.48 63.49 15.31
No tikus 7a 8a 9a 13a 4b 6b 12b rata-rata SD
0 38.88 32.84 40.89 54.99 77.16 46.43 57.51 49.81 14.90
No tikus
7a 8a 9a 13a 4b 6b 12b rata-rata SD
0 38.88 32.84 40.89 54.99 77.16 46.43 57.51 49.81 14.90
22
Lampiran 8 Hasil uji Duncan terhadap konsentrasi kolesterol darah ANOVA Kolesterol antarkelompok minggu ke-0 Sum of Mean Squares df Square F Sig. Between 361.568 3 120.523 1.042 .392 Groups Within Groups 2774.895 24 115.621 Total 3136.463 27 kolesterol Duncan Subset for alpha = .05 kelompo k N 1 2 7 44.3357 3 7 49.8143 1 7 52.8129 4 7 53.4143 Sig. .161 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 7.000. ANOVA kolesterol kelompok normal selama percobaan Sum of Mean Squares df Square F Sig. Between 233.610 5 46.722 .173 .971 Groups Within Groups 8088.773 30 269.626 Total 8322.384 35 kolesterol Duncan Subset for alpha = .05 mingg u N 1 4 6 50.2950 0 6 52.8133 6 6 53.5683 10 6 54.2517 8 6 56.2317 2 6 58.3533 Sig. .463 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
24
Lanjutan lampiran 8 Hasil uji Duncan terhadap konsentrasi kolesterol darah ANOVA Kolesterol antarkelompok pada akhir masa induksi hiperlipidemia (minggu ke-6) Sum of Mean Squares df Square F Sig. Between 3614.433 3 1204.811 2.934 .054 Groups Within Groups 9854.456 24 410.602 Total 13468.88 27 9 kolesterol Duncan Subset for alpha = .05 kelompo k N 1 2 1 7 53.5686 2 7 78.0786 3 7 79.0257 4 7 81.7586 Sig. 1.000 .752 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 7.000. ANOVA Kolesterol antarkelompok pada akhir percobaan (minggu ke-10) Sum of Mean Squares df Square F Between 2363.293 3 787.764 8.934 Groups Within Groups 2116.297 24 88.179 Total 4479.590 27 kolesterol Duncan Subset for alpha = .05 kelompo k N 1 2 3 4 7 39.4914 3 7 44.8843 44.8843 1 7 54.2514 54.2514 2 7 63.5700 Sig. .293 .074 .076 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 7.000.
Sig. .000
25
Lampiran 9 Penentuan konsentrasi kolesterol tepung kuning telur Hasil pengukuran larutan standar kolesterol
[larutan standar] (µg/ml) 100 200 300 400 500
A1
A2
Arata-rata
0,290 0,638 0,874 1,270 1,464
0,284 0,634 0,862 1,258 1,460
0,287 0,636 0,868 1,264 1,462
Kurva standar Sampel Bobot tepung A [kolesterol] tepung kuning kuning telur (mg/g) telur (g) Sampel 1 0,0208 0,582 46,2 Sampel 2 0,0208 0,611 48,5 Y = 0,00298x + 0,01 Contoh perhitungan (sampel 1): Y= 0,582 0,582 = 0,00298x + 0,01 X (konsentrasi kolesterol) = 191,95 (µg/ml), dalam larutan sampel 5 ml, X = 959,73 µg Bobot tepung kuning telur yang ditimbang = 0,0208 g tepung kuning telur, maka dalam 1 g tepung kuning telur yaitu 46,2 mg/g tepung kuning telur Konsentrasi kolesterol tepung kuning telur = kuning telur
47,35 mg/g tepung
26
Lampiran 10 Komposisi pakan kolesterol Kolesterol tepung kuning telur = 47,35 mg/g tepung kuning telur Pembuatan pakan dalam 15 Kg, persentase kolesterol kuning telur1,5%, maka tepung kuning telur yang dibutuhkan adalah: 1,5 g x 15000 g = 225 g kolesterol 100 g 225 g x 1 g tepung kuning telur = 4752 g tepung kuning telur 0,04735 g
Maka, komposisi pakan kolesterol mengandung: 1,5% kolesterol tepung kuning telur : 4752 gram 5% lemak kambing : 750 gram 6% minyak curah : 900 gram 6402 gram Pakan standar : 8598 gram 15000 gram
Komposisi nutrisi pakan standar Nutrisi Protein Karbohidrat Lemak Serat Kalsium Fosfor
Konsentrasi (%) 18 8 7 6 0,5 1
27
Lampiran 11 Perhitungan pembuatan larutan PTU Diketahui tablet PTU 100 mg dan konsentrasi yang digunakan: PTU 0,01% = 0,01 g/100 mL air = 0,1 mg/ml Tablet PTU 100 mg tersebut dilarutkan dalam 100 ml air: Konsentrasi larutan 0,1%, sehingga untuk mendapatkan konsentrasi 0,1 mg/ml, diperlukan 100 µL Dosis yang diberikan: 0,5 mg/Kg BB Pada tikus dengan bobot 200 gram, maka volume yang dicekokkan: x 0,2 Kg = 0,1 mg [PTU] = dosis yang diinginkan = x = 100 µL, maka PTU yang harus dicekokkan jika bobot badan tikus 200 g adalah 100 µL
28
Lampiran 12 Perhitungan dosis ekstrak seduhan teh herbal Teh Herbal 1
Bobot simplisia (g) 6
Bobot ekstrak (g) 1,00
Rendemen (%) 0,17
2 9 1,47 Contoh perhitungan: Rendemen ekstrak 1 = (bobot ekstrak/bobot simplisia) x 100 % = (1,00 g/6 g)x 100 % = 0,17 %
Ekstrak Teh Herbal 1
Dosis (mg/Kg BB) 14,29
2
21,00
Contoh perhitungan dosis ekstrak 1: 200 ml seduhan the herbal biasa diminum oleh orang dewasa (70 Kg) Dari 200 ml seduhan diperoleh ekstrak 1,00 g, Jadi dosis ekstrak 1 dapat dihitung, 1,00 g/70 Kg = 14,29 mg/Kg BB
0,16