PROFIL KIMIA URIN TIKUS PUTIH SETELAH DIBERI EKSTRAK ETANOL LEMPUYANG GAJAH (Zingiber zerumbet) SELAMA 28 HARI
NASKAH PUBLIKASI
Oleh: FEBRIYAN GALAN PRABASWARA K 100110165
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2015
1
PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI Berjudul:
PROFIL KIMIA URIN TIKUS PUTIH SETELAH DIBERI EKSTRAK ETANOL LEMPUYANG GAJAH (Zingiber zerumbet) SELAMA 28 HARI
Oleh: FEBRIYAN GALAN PRABASWARA K 100110165 Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada tanggal :
Mengetahui, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Dekan,
Azis Saifudin, Ph.D., Apt.
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Arifah Sri Wahyuni, M.Sc., Apt
Dedi Hanwar, M.Si., Apt.
Penguji: 1. Tanti Azizah S, M. Sc., Apt. 2. Andi Suhendi, M. Sc., Apt. 3. Arifah Sri Wahyuni, M. Sc., Apt. 4.
Dedi Hanwar, M.Si., Apt.
PROFIL KIMIA URIN TIKUS PUTIH SETELAH DIBERI EKSTRAK ETANOL LEMPUYANG GAJAH (Zingiber zerumbet) SELAMA 28 HARI PROFILE OF RATS URINE AFTER GIVEN ETHANOL EXTRACT OF Zingiber zerumbet FOR 28 DAYS Dedi Hanwar, Arifah Sri Wahyuni, Febriyan Galan Prabaswara# Fakultas Farmasi Univeritas Muhammadiyah Surakarta, Jalan Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan, Kartasura,Surakarta 57102 #E-mail :
[email protected] ABSTRAK Lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) telah diteliti memiliki khasiat sebagai antikanker pada sel T47D (sel kanker payudara). Ekstrak zingiber zerumbet berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat herbal terstandar, sehingga perlu diketahui keamanannya jika digunakan secara terus menerus selama 28 hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak lempuyang gajah terhadap profil kimia urin tikus setelah pemberian 28 hari dengan rancangan PrePost Test Controlled Group Design terhadap hewan uji sejumlah 30 ekor tikus yang dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol, tiap kelompok terdiri 5 jantan dan 5 betina. Pemberian ekstrak lempuyang gajah dilakukan secara peroral. Setelah 28 hari dilakukan analisis dengan cara membandingkan profil kimia urin sebelum dan setelah perlakuan. Penetapan profil urin menggunakan reagen kit untuk ditetapkan parameter berat jenis, pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, urobilinogen, nitrit dan leukosit. Hasil yang diperoleh setelah pemberian ekstrak lempuyang gajah selama 28 hari memberikan pengaruh pada profil kimia urin tikus yaitu pada parameter volume urin yang berkurang, terdeteksinya keton, bilirubin dan nitrit setelah perlakuan mungkin adanya gangguan pada organ ginjal dan hati pada tikus. Kata Kunci : Lempuyang gajah, Zingiber zerumbet, profil kimia urin.
ABSTRACT Zingiber zerumbet has been observed have efficacy as anticancer in T47D cells (breast cancer cells). Extract of Zingiber zerumbet was potential to be developed as a standardized herbal medicine, so need to observe the safety if used continuously for 28 days. This study aims to determine the effect of Zingiber zerumbet extract to profile urine of rat after administration for 28 days with pre-post test controlled group design, 30 rats were divided into two treatment groups and one control group, each group consisted of 5 males and 5 females. Zingiber zerumbet extract given by oral. After 28 days, the data was analyzed by comparing the profile urine before and after treatment. Determination of urinary profiles using the reagent strip to set parameters of specific gravity, pH, protein, glucose, ketones, bilirubin, urobilinogen, nitrite and leukocytes. The results obtained after administration extract ethanol Zingiber zerumbet for 28 days showed it had influence to urine profiles rats. The urine volume was decreased, there were detected of ketones, bilirubin and nitrite, its possible disruption in the kidneys and liver in rats. Keyword : Zingiber zerumbet, profile urine.
1
PENDAHULUAN Lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) adalah salah satu tumbuhan yang tumbuh di Indonesia yang memiliki banyak manfaat dan kegunaan. Bagian tanaman ini yang biasa dimanfaatkan adalah rimpangnya, secara tradisonal rimpang lempuyang gajah digunakan untuk mengobati sakit perut, demam, bengkak dan diare (Yob et al., 2011). Rimpang Lempuyang gajah mampu mengobati penyakit diabetes (Tzeng et al., 2013) serta memiliki manfaat lain sebagai anti-inflamasi dan anti-tumor (Masuda & Jitoe, 1994). Melihat banyaknya manfaat dari lempuyang gajah dan banyaknya konsumsi untuk tujuan mengobati penyakit yang diderita dalam jangka waktu yang lama, maka keamanan penggunaan tumbuhan lempuyang gajah ini harus dapat dipertanggungjawabkan. Keamanan obat tradisional patut diperhatikan, karena pandangan masyarakat yang selama ini menganggap penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional adalah aman. Hal ini belum tentu benar, apalagi jika digunakan dalam jangka waktu yang lama. Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional dalam jangka waktu yang lama bisa saja menyebabkan terjadinya gejala toksisitas (OECD, 2008). Dari hasil identifikasi kandungan dari minyak atsiri lempuyang gajah mengandung antara lain zerumbon, ά-pinen, ά-kariofilen, kamfer, sineol 1.8, ά humulen, kariofilen oksida, humulen epoksida dan sinamaldehid (Bhuiyan et al., 2009). Zerumbon sebagai senyawa mayor dan senyawa aktif dalam lempuyang gajah ini mampu menghambat pertumbuhan kanker pada sel T47D (sel kanker payudara) dengan IC50 sebesar 13,19 µg/mL (Hanwar et al., 2013). Urin merupakan jalur utama eksresi sebagian besar senyawa toksikan, sehingga ginjal mempunyai volume aliran darah yang tinggi, mengkonsentrasi toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus. Karena itu ginjal merupakan organ sasaran utama dari efek toksik. Pemeriksaan urin selain dapat memberikan data mengenai ginjal dan saluran urin, juga mengenai fungsi berbagai organ dalam tubuh seperti hati, pankreas, dan lain-lain (Hendriani, 2007). Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian toksisitas subkronis dari ekstrak etanol lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) terhadap hati dan ginjal dengan parameter yang diamati yaitu profil kimia urin tikus putih, karena urin merupakan jalur utama ekskresi sebagian besar senyawa toksikan oleh ginjal, maka untuk mengetahui fungsi ginjal normal atau tidak salah satu cara diantaranya adalah dilakukan dengan menganalisis profil kimia urinnya (Kassa, 2002). Tujuan penelitian ini adalah untuk pengaruh pemberian ekstrak 2
etanol lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) setiap hari dalam jangka waktu tertentu terhadap profil kimia urin tikus putih. Dari penelitian ini akan didapatkan data keamanan penggunaan ekstrak etanol lempuyang gajah terhadap fungsi hati dan ginjal yang dilihat dari profil kimia urin tikus putih dapat digunakan sebagai data penunjang untuk pengembangan ekstrak etanol lempuyang gajah sebagai Obat Herbal Terstandar dan fitofarmaka.
METODOLOGI Alat Alat-alat gelas (Pyrex), Kandang tikus, tempat minum tikus, timbangan tikus, seperangkat alat bedah, metabolit cage, jarum peroral. Bahan Ekstrak Etanol Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet), Minyak Jagung (Corn Oil) merk “Mama Suka”, binatang percobaan (15 ekor tikus jantan dan 15 ekor tikus betina, umur 2-3 bulan, berat 200-300gram, galur Sprague Dawley/SD), Reagen strip untuk urin “Uriscan” dan spuit injeksi 3 ml dan 5ml. Cara Kerja A. Pembuatan ekstrak Lempuyang Gajah Ekstrak lempuyang gajah didapatkan dengan cara mengekstraksi simplisia rimpang lempuyang gajah yang diserbukkan dan kemudian direndam dengan etanol 95% dengan rasio 1:5, yaitu 1 kg simplisia direndam dalam 5 L etanol 95% selama 5 hari dengan pengadukan. Disaring menggunakan corong buchner lalu dievaporasi hingga didapatkan ekstrak kental. Untuk lebih mengentalkan ekstrak, hasil evaporasi diletakkan diatas waterbath hingga didapatkan ekstrak yang lebih kental. B. Pembuatan Larutan Stok Larutan stok dibuat dua konsentrasi dosis, yaitu dosis 400 mg/kgBB dan 1000 mg/kgBB sebanyak 500 mL setiap pembuatan. Pembuatan stok dosis 400 mg/kgBB dibutuhkan 16 g dan 40 g ekstrak dan untuk dosis 1000 mg/kgBB. Masing-masing bahan dimasukkan ke dalam mortir sedikit demi sedikit yang diikuti dengan penambahan corn oil sebagai pelarut hingga semua bahan terdispersi merata dan terbentuk seperti suspensi, kemudian dimasukkan kedalam wadah yang bertutup baik. C. Dosis dan Cara Pemberian Sediaan Uji Ekstrak etanol lempuyang gajah diberikan secara peroral dan diberikan dengan tingkatan dosis yang berbeda tiap kelompok perlakuan. Hewan uji sejumlah 3
30 ekor tikus dikelompokkan secara acak sedemikian rupa sehingga penyebaran bobot badan merata pada semua kelompok. Hewan uji dikelompokkan dalam 3 kelompok, masing-masing kelompok terdiri 5 jantan dan 5 betina. Kelompok tersebut terdiri dari: Kelompok I
: Dosis 400 mg/kg bb Ekstrak Lempuyang Gajah (dosis
pemberian
yang
memberikan
efek
farmakologi sebagai antidiabetes (Hanwar et al, 2013)). Kelompok II
: Dosis 1000 mg/kg bb Ekstrak Lempuyang Gajah (dosis tertinggi pemberian sehari secara peroral (OECD, 2008)).
Kelompok III
: Hanya diberi Minyak Jagung (Corn oil) (sebagai kontrol negatif).
D. Pemeriksaan Parameter Urin Pemeriksaan parameter urin dilakukan pada hari ke-0 atau sebelum pemberian ekstrak lempuyang gajah (Baseline) dan setelah pemberian ekstrak lempuyang gajah selama 28 hari. Selama pemeriksaan hewan dipuasakan dan ditempatkan dalam metablolic cage, Urin yang ditampung selama minimal 16 jam kemudian dilakukan pemeriksaan profil urin dengan cara mencelupkan reagen strip ke dalam urin. Dianalisis parameter-parameter urin yang meliputi volume urin, warna urin, berat jenis, pH, protein, glukosa, bilirubin, keton, urobilinogen, keton, nitrit, ada tidaknya eritrosit dan leukosit.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Ekstrak Ekstrak lempuyang gajah diperoleh dengan cara mengekstraksi simplisia kering yang telah diserbukkan menggunakan metode maserasi. Metode maserasi dipilih karena peralatan yang digunakan relatif lebih sederhana dan waktu yang diperlukan lebih cepat apabila dibandingkan dengan metode perkolasi. Ekstrak lempuyang gajah yang diperoleh dan berwarna coklat bersifat sangat kental dan lengket mengandung zat aktif dari lempuyang gajah yaitu zerumbon yang memiliki khasiat atau efek farmakologi terhadap tubuh. 4
B. Preparasi Sampel Larutan stok dibuat dari ekstrak lempuyang gajah disuspensikan dengan menggunakan minyak jagung (corn oil). Ekstrak kental ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan perhitungan dosis yang akan diberikan ke hewan uji yaitu 16 gram untuk dosis 400 mg/kgBB dan 40 gram untuk dosis 1000 mg/kgBB masing-masing disuspensikan kedalam 500 mL minyak jagung. Larutan stok ini diberikan berdasarkan perhitungan bobot dari hewan uji dibagi hewan uji standar (200 g) dikalikan volume pemberian peroral (2,5 mL). C. Pemeriksaan Parameter Kimia Urin Urin merupakan jalur utama ekskresi sebagian besar zat zat dalam tubuh termasuk senyawa toksik, sehingga ginjal mempunyai tanggung jawab untuk mengekskresi toksikan dan senyawa-senyawa yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh (Kassa, 2002). Oleh karena itu pemeriksaan kimia urin dapat memberikan data mengenai fungsi ginjal dan saluran urin. Urin ditampung minimal 16-24 jam, karena akan mempunyai susunan yang tidak banyak berbeda dari susunan urin untuk pemeriksaan berikutnya. Sampel urin yang diambil pada waktu tertentu yang berbeda dapat memberikan susunan urin yang berbeda pula, dan dalam penelitian ini urin dianalisis antara jam 14.00-16.00 WIB. Analisis urin menggunakan reagen strip untuk pemeriksaan urin “Uriscan” dan parameter yang dianalisis adalah volume urin, warna urin, berat jenis, pH, protein, glukosa, bilirubin, keton, urobilinogen, nitrit, ada tidaknya eritrosit dan leukosit. Tabel 1. Rata-rata hasil penetapan pH, berat jenis, warna dan volume pada urin tikus (n=5) Parameter Kimia urin Ph
Berat Jenis
Warna Urin
Pengamatan pada kelompok jantan hari ke 0 28 7 ±1 7 ±1 7 ±1 7 ±1 6 8 1,020 ±0,010 1,018 ±0,010 1,024 ±0,550 1,020 ±0,010 1,030 ±0,010 1,018 ±0,010
Pengamatan pada kelompok betina hari ke 0 28 6 ±1 7 ±1 6 ±1 8 6 6 1,028 ±0,010 1,021 ±0,010 1,024 ±0,550 1,020 1,030 ±0,010 1,026 ±0,010
1000 mg/kgBB
Kuning agak keruh Kuning agak keruh Kuning jernih
Kontrol 400 mg/kgBB 1000 mg/kgBB
7,02 ±1,22 11,01 ±1,00 15,62 ±1,14
Kuning agak keruh Kuning agak keruh Kuning agak keruh 12,42 ±2,07 11,63 ±3,65 10,44 ±2,51
Perlakuan Kontrol 400 mg/kgBB 1000 mg/kgBB Kontrol 400 mg/kgBB 1000 mg/kgBB Kontrol 400 mg/kgBB
Volume Urin (mL)
Kuning jernih Kuning keruh Kuning keruh 4,68 ±1,83 3,82 ±0,94 3,56 ±0,56
Kuning jernih Kuning agak keruh Kuning jernih 8,22 ±3,74 2,12 ±0,11 7,38 ±4,19
5
1. pH Salah satu dari fungsi ginjal adalah untuk menjaga keseimbangan asam-basa tubuh, pH urin merupakan salah satu parameter apakah ginjal masih berkerja normal atau tidak (Mundt dan Shanahan, 2010). Hasil pemeriksaan pH urin tikus, dilakukan pada hari ke 0 atau sebelum perlakuan dan pada akhir perlakuan atau pada hari ke28, rata-rata pH urin sebelum pemberian berkisar antara 6-7 dan setelah perlakuan selama 28 hari terjadi sedikit kenaikan pH urin yaitu berkisar 6-8. Namun walau terjadi sedikit peningkatan pH urin masih pada rentang normal (4,6-8). 2. Berat Jenis Berat Jenis pada urin normal yaitu berkisar antara 1,005 -1,025 yang lebih berat dibanding dengan air, akan tetapi berat jenis urin akan bertambah apabila terdapat tambahan substan lain seperti protein dan glukosa (RN.ORG, 2013). Hasil penetapan kimia urin berat jenis baik sebelum dan sesudah perlakuan selama 28 hari rata-rata 1,020-1,030 ini masih bisa dibilang dalam rentang normal. 3. Warna Urin Dalam Pemeriksaan ini bersifat subyektif karena hanya berdasarkan pengamatan dan kondisi kebersihan dari metabolit cage, maka dari itu sangat mungkin terjadi perbedaan pengamatan tiap orang. Warna urin normal ialah kuning jernih (Kassa, 2002). Pada penetapan warna urin ini dikategorikan menjadi 4 warna, yaitu kuning jernih, kuning agak keruh, kuning agak pekat dan kuning kecoklatan. Hasil rata-rata warna urin urin yang diperoleh sudah normal walau agak sedikit keruh, ini mungkin terjadi karena urin terkena kontaminasi dari bakteri yang masih menempel pada metabolic cage yang mungkin kurang bersih waktu pencucian dan karena waktu tampung urin yang selama 24 jam mengakibatkan bakteri tersebut telah berkembang biak, sehingga urin menjadi keruh. 4. Volume Urin Volume urin setelah perlakuan rata-rata mengalami penurunan baik dalam kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan, akan tetapi pada kelompok perlakuan mengalami penurunan yang sangat mencolok. Bisa dikatakan bahwa pemberian ekstrak etanol lempuyang gajah mampu menghambat keluarnya urin.
6
Tabel 2. Hasil deteksi darah pada urin tikus (n=5) Parameter Kimia urin Darah (RBC/µL) Leukosit (WBC/µL)
Perlakuan Kontrol 400 mg/kgBB 1000 mg/kgBB Kontrol 400 mg/kgBB 1000 mg/kgBB
Pengamatan pada kelompok jantan hari ke 0 28 25 (n=1) 25 (n=1) 25 (n=2)
Pengamatan pada kelompok betina hari ke 0 28 -
-
5. Darah / Eritrosit Terdeteksinya darah pada urin itu menandakan bahwa terjadi kerusakan pada organ ginjal, yang gagal untuk memfiltrasi darah sehingga terdapat pada urin (Mundt dan Shanahan, 2010). Seluruh sampel sebelum dan sesudah perlakuan tetap tidak terdeteksi adanya darah dalam urinnya. Ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak lempuyang gajah selama 28 hari tidak mempengaruhi parameter darah dalam profil urin. 6. Leukosit Sama seperti pada eritrosit atau sel darah merah, pada ginjal yang normal leukosit juga seharusnya tidak terdapat pada urin hewan uji (Mundt dan Shanahan, 2010). Hasil pada penetapan sebelum perlakuan pada kelompok dosis 1000 mg/kgBB pada tikus jantan no 5 sudah terdeteksi adanya leukosit 25 WBC/µL. setelah perlakuan ada 3 tikus yang terdeteksi adanya leukosit 1 dari kelompok jantan 400 mg/kgBB dan 2 tikus dari kelompok jantan 1000 mg/kgBB masing-masing 25 WBC/µL. Terdeteksinya leukosit dalam urin dikarenakan adanya kerusakan di dalam tubuh tikus, sehingga tubuh memproduksi leukosit ini dan karena leukosit ini berlebih maka salah satu cara mengeluarkannya adalah melalui urin. Tabel 3. Hasil penetapan kimia urin lengkap pada tikus (n=5) Parameter Kimia urin Glukosa (mg/100mL) Protein (mg/100mL) Bilirubin (mg/100mL) Urobilinogen (mg/100mL)
Perlakuan Kontrol 400 mg/kgBB 1000 mg/kgBB Kontrol 400 mg/kgBB 1000 mg/kgBB Kontrol 400 mg/kgBB 1000 mg/kgBB Kontrol 400 mg/kgBB
Pengamatan pada kelompok jantan hari ke 0 28 100 (n=2) 162 ±131(n=5) 425 ±395 (n=4) 72 ±38 (n=5) 0,5 (n=3) 0,5 (n=4) 0,5 (n=2) 0,82 ±0,40 2,61 ±2,19 (n=5) (n=5) 0,28 ±0,40 0,46 ±0,49 (n=5) (n=5)
Pengamatan pada kelompok betina hari ke 0 28 25 ±10 (n=4) 182 ±138 (n=5) 340 ±458 (n=4) 0,46 ±0,49 0,46 ±0,49 (n=5) (n=5) 0,28 ±0,40 0,77 ±0,45 (n=5) (n=5)
7
Keton (mg/100mL) Nitrit
1000 mg/kgBB
0,82 ±0,40 (n=5)
1,61 ± 1,34 (n=5)
0,46 ±0,49 (n=5)
0,55 ±0,51 (n=4)
Kontrol 400 mg/kgBB 1000 mg/kgBB Kontrol 400 mg/kgBB 1000 mg/kgBB
-
3 ± 2 (n=5) 8 ±2 (n=4) 5 (n=2) 3 5
-
7 ± 3 (n=3) 8 ± 2 (n=4) 2 3
7. Glukosa Menurut Dipiro et al. (2008) kadar glukosa normal darah pada waktu puasa tidak melebihi 120 mg/dL dan 2 jam setelah makan kurang dari 200 mg/dL, peningkatan kadar gula dalam darah disebabkan adanya faktor yang menghambat kerja insulin. Dari hasil pemeriksaan kimia urin untuk sebelum perlakuan semua sampel tidak terdeteksi adanya glukosa dalam spesimen urinnya, namun pemeriksaan pada hari ke-28 pada dosis 400 mg/kgBB terdapat 2 tikus yang terdeteksi ada glukosa 100 mg/100mL pada urinnya. Glukosuria (glukosa dalam urin) umumnya berarti diabetes mellitus (RN.ORG, 2013). Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Jika nilai ambang ginjal begitu rendah bahkan kadar glukosa darah normal menghasilkan kondisi glukosuria, keadaan ini disebut sebagai glukosuria ginjal. 8. Protein Nilai normal ekskresi protein dalam urin tidak melebihi 20 mg/dL untuk dikatakan tidak mengganggu patologi ginjal, jika melebihi nilai normal protein didefinisikan sebagai proteinuria. Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena perubahan fisiologis (Mundt dan Shanahan, 2010). Hasil dari penetapan kadar protein pada kimia urin tikus sebelum perlakuan semua sampel negatif, dan setelah perlakuan walau terdeteksinya protein dalam urin tikus, kadar protein pada urin paling tinggi ditunjukkan yaitu 1000 mg/100mL dan jumlah tersebut biasanya menunjukkan adanya kerusakan ginjal. Analisis kimia urin dengan menggunakan reagen strip sangat mungkin terjadi positif palsu dikarenakan waktu pengumpulan urin selama 24 jam yang menyebabkan protein dalam setiap kali mengeluarkan urin menumpuk (RN.ORG, 2013), maka dari itu perlu dilakukan analisis kuantitatif
8
dengan metode yang selain dipstik agar mengetahui apakah hewan uji benar mengalami proteinuria. 9. Bilirubin Secara normal bilirubin tidak dijumpai dalam urin. Bilirubin terbentuk dari penguraian hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat berkonjugasi dan diekskresikan dalam bentuk empedu. Bilirubin mengindikasikan gangguan hati atau saluran empedu. Urin yang mengandung bilirubin yang tinggi tampak berwarna kuning pekat dan jika digoncang-goncangkan akan timbul busa (Mundt dan Shanahan, 2010). Pada kelompok kontrol baik sebelum dan sesudah perlakuan masih tetap tidak terdeteksi adanya bilirubin dalam spesimen urinnya, namun setelah perlakuan terdeteksi antara 0,1 – 0,5 mg/100ml kecuali pada kelompok kontrol betina dan kelompok dosis 400mg/kgBB betina.
Bilirubinuria (bilirubin dalam urin)
mengindikasikan gangguan hati atau saluran empedu, seperti pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar) 10. Urobilinogen Empedu yang sebagian besar terbentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Ekskresi urobilinogen kedalam urin berkisar 1-4 mg/24 jam. ekskresi mencapai puncak pada pukul 14.00-16.00 (Mundt dan Shanahan, 2010), sehingga pengambilan sampel dilakukan pada pukul tersebut. Hasil dari penetapan urobilinogen ini sebelum perlakuan yaitu rata-rata berkisar 0,1-1 mg/100ml, dan setelah perlakuan terjadi sedikit kenaikan antara 1-5 mg/100ml. Namun untuk kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan tidak terjadi kenaikan, ini bisa dikatan bahwa ekstrak lempuyang gajah mempengaruhi profil urin tikus. Pemberian ekstrak etanol lempuyang gajah mengakibatkan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi, karena fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk
melakukan rekskresi
sehingga
diekskresikan melalui urin (Mundt dan Shanahan, 2010). 11. Keton Keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam βhidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan. Keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohidrat (misal diabetes mellitus yang tidak terkontrol), gangguan absorbsi karbohidrat 9
(kelainan gastrointestinal), atau gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar. Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat ketosis, benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat (RN.ORG, 2013). Pemeriksaan keton dengan regen strip dapat mendeteksi 100 mg/100mL. Hasil positif palsu bisa didapatkan karena hewan uji dalam keadaan kekurangan karbohidrat atau berpuasa. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus urin didapatkan jumlah keton yang tinggi (Mundt dan Shanahan, 2010). Dalam keadaan normal pemeriksaan keton dalam urin negatif. Semua sampel sebelum perlakuan tidak terdeteksi keton dalam urinnya. Namun setelah perlakuan terdeteksi keton antara 5-10 mg/100ml, akan tetapi untuk kelompok kontrol betina tetap tidak terdeteksi adanya keton dalam urinnya dan hanya terdeteksi dalam jumlah kecil dalam urin kelompok kontrol jantan, hal ini terjadi mungkin karena dengan perlakuan pemberian ekstrak etanol lempuyang gajah mepengaruhi kebutuhan karbohidrat dan nafsu makan tikus, sehingga saat berada dalam metabolite cage tikus kekurangan makan dan terpaksa puasa karena diisolasi selama 24 jam mengakibatkan terdapatnya keton dalam urinnya. 12. Nitrit Nitrit merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen. Bentuk pertengahan dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Di alam nitrat sudah diubah menjadi bentuk nitrit atau bentuk lainnya. Pada kondisi yang normal, baik nitrat maupun nitrit adalah komponen yang stabil, tetapi pada suhu tinggi tidak stabil (Mundt dan Shanahan, 2010). Dari penetapan kimia urin tikus hanya kelompok perlakuanlah yang terdeteksi adanya nitrit dalam spesimen urin baik pada dosis 400 mg/kgBB maupun yang 1000 mg/kgBB. Terdeteksinya nitrit dalam urin dikarenakan terdapatnya bakteri yang dapat mereduktase yang ada disaluran kemih tikus, yang ditunjukkan dengan warna urin yang pekat dan keruh (Mundt dan Shanahan, 2010).
Dari hasil penetapan profil urin tikus sebelum dan sesudah perlakuan dengan ekstrak etanol lempuyang gajah selama 28 hari, terdapat pengaruh terhadap parameter fungsi ginjal yang bisa dilihat dari penetapan hasil profil urin pada tabel 1, table 2 dan tabel 3. Hasil penetapan kimia urin tersebut menunjukkan bahwa dari parameter tersebut terdapat pengaruh dari pemberian ekstrak etanol lempuyang yaitu menyebabkan terdeteksinya protein, bilirubin, keton dan nitrit pada urin hewan uji. 10
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian ekstrak lempuyang gajah selama 28 hari memberikan pengaruh pada profil urin tikus pada parameter berkurangnya volume urin dan terdeteksinya bilirubin, keton dan nitrit dalam beberapa sampel urin hewan uji. B. Saran 1. Perlu dilakukan pemerikasaan kimia urin dengan metode tersendiri untuk menganilisis parameter-parameter tertentu seperti protein, glukosa, bilirubin dan urobilinogen. 2. Perlu dilakukannya pemeriksaan histopatologi untuk organ organ yang bersangkutan tentang parameter urin yaitu ginjal. 3. Perlu Uji toksisitas dengan jangka waktu yang lebih lama. 4. Perlu pengawasan apabila ekstrak lempuyang gajah digunakan secara terus menerus.
UCAPAN TRIMAKASIH Kami ucapkan terimakasih Bapak Aziz Saifudin, P.hd. selaku Dekan Fakultas Farmasi UMS, Ibu Tanti Azizah Sujono, M.Sc., Apt. dan bapak Andi Suhendi, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji skripsi, semua jajaran dosen dan laboran Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, serta DIKTI melalui program hibah bersaing yang telah membantu kelancaran dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Bhuiyan, Nazrul Ilham, Chowdhury, Jasim Uddin dan Begum, Jaripa, 2009, Chemical Investigation of The Leaf and Rhizome Essential Oils of Zingiber zerumbet (L.) Smith from Bangladesh, A Journal of the Bangladesh Pharmacological Society (BDPS), 4, 912. Chang, C. J., Tzeng, T.-fong, Liou, S.-shii, Chang, Y.-shiun, & Liu, I.-min., 2012, Acute and 28-Day Subchronic Oral Toxicity of an Ethanol Extract of Zingiber zerumbet ( L .) Smith in Rodents, Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2012, 111. 11
Dipiro, Joseph T., Talbert, Robert L., Yee, Gary C., Matzke, Gary R., Barbara G. Wells dan Posey, L. Michael, Phaarmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 7th edition, Mc. Graw Hill Companies, 1208-1209. Hanwar, D., Melannisa, R. & Trisharyanti, I., 2013, Pengembangan Obat Antikanker Payudara dari Lempuyang Gajah dan Lempuyang Emprit dengan Kontrol Kualitas Berbasis Senyawa Penanda Zerumbone dan Aktivitas Antikanker pada Sel T47D. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hendriani, R., 2007, Uji toksisitas subkronis kombinasi ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) dan Rimpang Jahe Gajah (Zingiber officinalle Rosc.) pada Tikus Wistar, Karya Ilmiah, Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran. Kassa, Assamenew., Wolde, Mistir., dan Kibret, Belayhun., 2002, Urinalysis, Ethiopia Publik Health Training Initiative, Ethiopia. Masuda, T. & Jitoe, A., 1994, Antioxidative and antiinflammatory compounds from tropical gingers: isolation, structure determination, and activities of cassumunins A, B and C, new complex curcuminoids from Zingiber cassumunar, Food Chern, 42, 1850-1856. Mundt, Lillian. dan Shanahan, Kristy., 2010, Graff's Textbook of Urinalysis and Body Fluids, Wolters Kluwer, Philadhelpia, 36-51. OECD, 2008, Guidelines for The Testing of Chemicals : Repeated Dose 28-Day Oral Toxicity Study in Rodents, OECD. RN.ORG, 2013, The Complete Urinalysis and Urine Test, www.rn.org. Suganda, A. & Ozaki, Y., 1996, Efek Analgesik Ekstrak Rimpang Empat Jenis Tanaman Suku Zingiberaceae. Perhipba Balittro, Bogor, VIII, 330-331. Suhirman, S., Syukur, C., Penelitian, B., Obat, T., Besar, B., Pasca, P., & Pertanian, P, 2006, Uji Toksisitas Ekstrak Lempuyang Gajah ( Zingiber zerumbet ) terhadap Larva Udang ( Artemia salina Leach .) BSLT ( Brine Shrimp Lethality) sederhana dari biota laut. Bul. Littro, XVII, 30-38. Tzeng, T.-fong, Liou, S.-shii, Chang, C. J., & Liu, I.-min, 2013, The Ethanol Extract of Zingiber zerumbet Attenuates Streptozotocin-Induced Diabetic Nephropathy in Rats, 2013, 1-8. Yob, N. J., Jofrry, S. Mohd., Affandi, Moer.Mohd., The, I. K. Salleh, M. Z. dan Zakaria, Z. A., Zingiber zerumbet (L.) Smith : A Review of Its Ethomedical, Chemical, and Pharmacological Uses, Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2011, 1-12
12