PROFIL KROMATOGRAM EKSTRAK ETANOL LEMPUYANG EMPRIT (Zingiber amarincans Bl.) DAN PENETAPAN KADAR ZERUMBON-NYA DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh:
AKHMAD MUHLASIN K100090143
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2013
2
PROFIL KROMATOGRAM EKSTRAK ETANOL LEMPUYANG EMPRIT (Zingiber amarincans Bl.) DAN PENETAPAN KADAR ZERUMBON-NYA DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI ASSESMENT OF Zingiber amaricans Bl. METABOLITE PROFILE AND ZERUMBONE CONTENT BY HPLC Akhmad Muhlasin, Rosita Melannisa, dan Andi Suhendi Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl A Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102
ABSTRAK Rimpang lempuyang emprit secara tradisional digunakan sebagai obat herbal. Kualitas obat herbal dipengaruhi oleh komposisi kandungan kimia dari suatu tanaman. Profil kromatogram dan penetapan kadar kandungan zat aktif dapat digunakan sebagai kontrol kualitas ekstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan profil kromatogram ekstak etanol lempuyang emprit dan penetapan kadar zerumbon yang merupakan metabolit aktif dari rimpang lempuyang emprit. Sampel diperoleh dari dua tempat yaitu rimpang lempuyang emprit dari Pasar Gede Surakarta dan Merapi Farma Yogyakarta. Analisis menggunakan KCKT 3D dengan fase diam C18 dan sistem eluisi secara gradient menggunakan fase gerak campuran asetonitril:metanol:kalium dehidrogen fosfat 0,01 M. Hasil menunjukkan profil kromatogram ekstrak lempuyang emprit dari Merapi Farma Yogyakarta memberikan 17 peak dan Pasar Gede Surakarta memberikan 18 peak. Kadar zerumbon ekstrak lempuyang emprit dari Merapi Farma Yogyakarta dan ekstrak lempuyang emprit dari Pasar Gede Surakarta adalah 30,95% ±0,39 dan 28,05% ±0,98. Kata kunci: lempuyang emprit, KCKT, profil kromatografi, zerumbon ABSTRACT Rhizome zingiber amaricans Bl. is traditionally used as an herbal remedy. The quality of herbal medicines is influenced by the composition of the chemical constituents of the plant. Chromatogram profiles and assay of active substances can be used as a quality control extracts. The purpose of this study was to determine the profile of the chromatogram ethanol extact zingiber amaricans Bl. and zerumbon assay which is the active metabolite of rhizomes zingiber amaricans Bl. Samples obtained from two places,was rhizome zingiber amaricans Bl. from Pasar Gede of Surakarta and Merapi Farma Yogyakarta. HPLC analysis using 3D with C18 stationary phase and a mobile phase mixture of acetonitrile: methanol: potassium phosphate 0:01 dehidrogen M. Gradient elution system, 1
elution time 15 minute, detection at λ 290 nm. The results showed the extract chromatogram profiles of zingiber amaricans Bl. from Merapi Farma Yogyakarta shows 17 peak and Pasar Gede of Surakarta show 18 peak. Content of Zerumbon extract zingiber amaricans Bl in the Merapi Farma Yogyakarta and Pasar Gede Surakarta was 30.95% ± 0.39 and 28.05% ± 0.98. Keywords: lempuyang emprit, HPLC, profile cromathogarm, Zerumbone PENDAHULUAN Obat herbal telah digunakan sejak zaman kuno untuk pengobatan berbagai penyakit. Meskipun telah terjadi kemajuan dalam dunia kedokteran modern dalam beberapa dekade terakhir ini, obat herbal masih memiliki peran penting dalam dunia kesehatan saat ini (Clixto, 2000). Keamanan dan kemanjuran obat-obat herbal menjadi perhatian utama bagi otoritas kesehatan nasional dan masyarakat umum (WHO, 2004). Kontrol kualitas merupakan tahap yang penting dalam suatu produksi untuk menghasilkan produk herbal yang berkualitas (Groot dan Roest, 2006). Kontrol kualitas obat herbal bertujuan untuk memastikan konsistensi, keamanan dan kemanjuran dari produk herbal tersebut. Pemilihan senyawa kimia penanda (chemical marker) sangat penting untuk kontrol kualitas obat herbal, termasuk otentikasi spesies asli, waktu panen bahan baku yang berkualitas tinggi, penanganan pasca panen, penilaian intermediet dan produk jadi serta deteksi bahan berbahaya dan beracun. Kontrol kualitas bisa dilakukan dengan mengidentifikasi senyawa penanda pada produk herbal. Senyawa kimia penanda yang ideal harus menjadi komponen terapi dari produk herbal tersebut (Li, et al. ,2008). Zingiberaceae merupakan salah satu tanaman dengan jumlah keluarga terbesar dari kerajaan tanaman dengan sekitar 50 genus dan lebih dari 1000 spesies dan salah satu herba terpenting (Sukari et al., 2008). Penelitian hubungan kekerabatan zingiber yang dilakukan oleh Marsusi (2001), menunjukkan spesies yang memiliki kekerabatan paling tinggi adalah lempuyang emprit, lempuyang wangi, dan lempuyang gajah sehingga sulit untuk membedakan ketiga lempuyang tersebut. Ketiga lempuyang ini memiliki khasiat yang berbeda-beda, lempuyang wangi digunakan sebagai pelangsing sedangkan lempuyang gajah dan lempuyang
2
emprit memiliki khasiat sebagai penambah nafsu makan. Kenyataannya dalam masyarakat banyak terjadi kesalahan dalam menentukan ketiga lempuyang tersebut. Jika terjadi kekeliruan dalam membuat ramuan obat pelangsing seharusnya menggunakan lempuyang wangi tetapi keliru lempuyang emprit atau lempuyang gajah, maka konsumen tidak akan langsing melainkan sebaliknya (menjadi gemuk) (Katno, 2008). Profil kromatografi dapat digunakan untuk otentikasi dan identifikasi obat-obat herbal dilakukan secara akurat karena dapat memperlihatkan kesamaan dan perbedaan antar berbagai sampel (Nikam et al., 2012). Kromatografi sidik jari dari obat herbal adalah pola kromatogarafi yang menunjukkan beberapa komponen kimia yang aktif secara farmakologi dan senyawa karakteristik dari suatu ekstrak (Nikam et al., 2012). Selain itu senyawa sidik jari merupakan pola unik yang dapat menunjukkan kehadiran penanda kimia (chemical marker) dalam beberapa sampel tanaman obat (Li et al., 2008). Zerumbon merupakan senyawa utama dari lempuyang emprit (Riyanto, 2007; Sukari et al., 2008 ). Zerumbon adalah siskuiterpen monosiklik, yang mempunyai potensi sebagai anti inflamasi yang efeknya mirip dengan piroksikam yang merupakan obat golongan anti inflamasi non steroid (Somchit et al., 2012). Zerumbon juga dilaporkan memiliki kemampuan mencegah sinar ultraviolet B yang memicu pembentukan katarak (Chen et al., 2011), berpotensi sebagai agen kemotrapi yang dapat mengobati kanker serviks dan ovarium hal ini dikarenakan zerumbon dapat menghambat pertumbuhan sel kanker tersebut (Abdelwahab et al., 2012). Selain itu zerumbon dapat juga digunakan sebagai agen imunomodulator (Keong et al. , 2010), dan dapat digunakan juga untuk mengobati leukimia (Huang et al., 2005) serta dapat menghambat virus AIDS (Dai et al., 1997). Metode yang sudah digunakan untuk menganalisis zerumbon diantaranya adalah kromatografi lapis tipis kinerja tinggi. Selain itu penelitian Elamin et al (2010), yang memvalidasi metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) untuk analisis zerumbon dalam plasma hasilnya adalah metode ini valid untuk penetapan zerumbon.
3
Metode KCKT dengan deteksi photodiode array (PDA), menawarkan profil kualitatif alternatif dan banyak digunakan untuk otentikasi dari simplisia atau ekstrak tanaman obat (Springfield et al., 2004). Selain itu KCKT merupakan metode yang populer untuk analisis obat herbal karena metode ini mudah dipelajari dan tidak terbatas oleh volatilisasi atau stabilitas senyawa dari sampel. Secara umum kromatografi cair kinerja tinggi digunakan untuk menganalisis hampir semua senyawa dalam obat-obat herbal (Liang et al., 2004). Penelitian
ini
dilakukan
untuk
memberikan
gambaran
(profil
kromatogram) mengenai metabolit lempuyang emprit (Zingiber amaricans Bl). Profil kromatogram ini berhubungan dengan kualitas metabolit sekunder dari ekstrak etanol lempuyang emprit yang dianalisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Penetapan kadar zerumbon yang menjadi metabolit berkhasiat secara biologis dalam ekstrak etanol lempuyang emprit menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Hasil penelitian ini dalam jangka panjang diharapkan dapat menjadi landasan ilmiah dan kajian pemanfaatan bahan ekstrak lempuyang emprit untuk obat herbal atau fitofarmaka yang berguna.
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat: Alat-alat gelas, evaporator (Heiddolph), water bath (Memert), blender, neraca analitik (AND), lempeng KLT GF254 (merck), HPLC-Waters Pump Alliance 2695 Detektor PDA 2998, kolom C18 (kromasil 100-5C18), panjang 25 cm, diameter 4,6 mm. Bahan: rimpang lempuyang emprit yang diperoleh dari Merapi Farma Yogyakarta dalam bentuk rimpang kering dan Pasar Gede Surakarta dalam bentuk rimpang basah. Bahan kimia: standart zerumbon (sigma), etanol 96% teknis, etanol absolute p.a, asetonitril for liquid chromatography, metanol for chromatography preparative, 0,01 M kalium dihidrogen fosfat (Merck), dan aquabidest (Ikapharmindo).
4
Jalannya Penelitian Determinasi Tanaman Rimpang lempuyang emprit yang diperoleh dari Pasar Gede Surakarta dan rimpang yang diperoleh dari Merapi Farma Yogyakarta dideterminasikan di laboratorium Biologi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pembuatan Ekstrak Etanol Rimpang Lempuyang Emprit Ekstrak etanol rimpang lempuyang emprit dibuat dengan cara maserasi menggunakan etanol 96% (1:10). Serbuk kering rimpang lempuyang gajah sebanyak 500 g direndam dengan etanol 96% sebanyak 5000 mL. Serbuk direndam sambil sekali-kali diaduk dan didiamkan selama 24 jam. Maserat dipisahkan dan proses diulangi 2 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan vacuum rotary evaporator. Hasil penguapan, diuapkan kembali menggunakan water bath untuk memperoleh ekstrak yang kental. Rendemen yang diperoleh ditimbang dan dicatat. Analisis Profil Metabolit Dengan KLT Sebanyak 100 mg ekstrak etanol rimpang lempuyang emprit dari 2 daerah masing-masing dilarutkan dalam 1 mL etanol Pa. Larutan sampel tersebut ditotolkan sebanyak 0,5 µL pada lempeng KLT. Lempeng KLT dielusi pada bejana yang telah jenuh dengan fase gerak heksana: etil asetat (8:2) dengan jarak pengembangan 5 cm. Bercak diamati pada UV254nm dan UV366nm. Deteksi komponen spesifik golongan minyak atsiri menggunakan anisaldehid-H2SO4; golongan polifenol menggunakan FeCl3; golongan alkaloid menggunakan dragendrof; dan golongan flavonoid menggunakan sitroborat. Deteksi komponen spesifik setiap golongan setelah dilakukan penyemprotan dimasukkan dalam oven selama 10 menit pada suhu 100°C. Analisis Profil Metabolit Dengan KCKT Sebanyak 100 mg ekstrak lempuyang emprit dilarutkan dalam 10 mL etanol, kemudian disaring menggunakan filter dengan ukuran pori membran 0,22 µm. Sebanyak 10 µL sampel diinjeksikan dalam fase terbalik KCKT dengan fase diam silica C18 dan fase gerak campuran asetonitril:metanol: 0,01 M kalium dihidrogen fosfat. Optimasi fase gerak menggunakan beberapa sistem fase gerak.
5
Tabel 1. Komposisi sistem fase gerak yang digunakan untuk optimasi Sistem A B
C
D
E
Menit -
Asetonitril 25
Metanol 50
KH2PO40,01M 20
0 2 6 8 10 15 20 0 2 4 8 10 13 15 16 18 19 20 22 25 0 2 4 8 10 13 15 18 19 20 22 25 0 2 6 8 10
20 15 15 20 25 25 25 30 15 15 40 40 20 25 25 15 25 25 35 25 30 15 15 40 40 20 25 15 25 25 25 25 30 30 40 50 65
20 15 15 20 25 45 55 30 15 15 10 20 20 45 35 15 25 25 35 55 30 15 15 10 20 20 45 15 25 25 45 55 30 30 35 40 35
60 70 70 60 50 30 20 40 70 70 50 40 60 30 40 70 50 50 30 20 40 70 70 50 40 60 30 70 50 50 30 20 40 40 25 10 5
Penetapan Kadar Zerumbon Dengan KCKT Sebanyak 10,0 mg zerumbon dilarutkan dalam 5,0 mL etanol, sehinggga didapat kadar 0,25%. Dibuat seri kadar zerumbon sebesar 0,0025%; 0,005%; 0,01%; 0,02%; 0,04%; 0,08 %; dan 0,16%. Lempuyang emprit yang berasal dari dua daerah ditimbang sebanyak 100,0 mg dilarutkan dalam 10,0 mL etanol kemudian seri kadar dan sampel disaring menggunakan filter dengan ukuran pori membran 0,22 µm. Sebanyak 10,0 µL standar dan sampel diinjeksikan dalam fase terbalik KCKT dengan fase diam silika C18 dan fase gerak campuran asetonitril:metanol: 0,01 M kalium dihidrogen fosfat. Elusi 6
gradien menggunakan sistem E dengan waktu elusi selama 15 menit dan deteksi pada pada λ 254 nm. penetapan kadar untuk masing-masing sampel dari tiap daerah direplikasi sebanyak 3 kali. Analisis Data Data yang diperoleh pada analisis dengan KCKT berupa profil kromatogram, banyaknya puncak, peak purity, kadar relatif, bentuk puncak dan luas area masing-masing peak. Peak menunjukkan jenis metabolit dan intensitas peak yang menunjukkan kadar. HASIL DAN PEMBAHASAN Determinasi Tanaman Lempuyang emprit yang diperoleh dari Pasar Gede Surakarta dan Merapi Farma Yogyakarta di determinasi dengan mencocokkan ciri-ciri tanaman dengan kunci determinasi yang terdapat dalam buku karangan Backer dan Van den Brink (1965). Hasil determinasi tanaman lempuyang emprit sebagai berikut : 1b-2b-3b4b-12b-14b-17b-18b-19b-20b-21b-22b-23b-24b-25b-26b-27b-28b-29b-30b 31a32a-33b-35a-36d-37b-38b-39b-41b-42b-44b-54b-46e-50b-51b-53b-54b-56b-57b58b-49d-72b-73b-74a-75b-76b-333b-334b-335a-336a-337b-338a-339b-340a-207. Zingiberaceae- 1a-2b-6a-Zingiber-1a-2a-3a-4a-5b-Zingiber amaricans Bl. Kedua simplisia yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai urutan kunci determinasi yang sama sehingga tanaman yang diteliti merupakan tanaman lempuyang emprit. Pembuatan Ekstrak Etanol Lempuyang Emprit Randemen yang diperoleh dari rimpang yang berasal dari Merapi Farma Yogyakarta adalah sebesar 11,567% sedangkan lempuyang emprit yang berasal dari Pasar Gede Surakarta 11,702% (Tabel 2). Hasil randemen masing-masing ekstrak berbeda hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tipe tanaman, bagian tanaman, dan kandungan air. Hasil randemen yang diperoleh dari masingmasing daerah tidak ada perbedaan yang signifikan. Ekstrak yang diperoleh dilakukan uji organoleptis untuk mengetahui sifat fisik dari ekstrak dengan panca
7
indera meliputi bau, rasa, dan warna dan hasilnya seperti yang tertera dalam tabel 2. Tabel 2. Rendemen dan uji organoleptis ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah No 1 2 3 4
Keterangan Rendemen (%) Warna Bau Rasa
Merapi Farma 11,567 Coklat Khas, aromatik Pahit
Pasar Gede 11,702 Coklat kehitaman Khas, aromatik Pahit
Analisis Metabolit Menggunakan KLT Uji KLT ini merupakan tahap awal untuk mengidentifikasi kandungan senyawa dalam rimpang lempuyang emprit. Profil KLT setelah disemprot dengan reagen semprot dapat digunakan untuk identifikasi golongan senyawa metabolit sekunder. Senyawa yang diuji adalah flavonoid, alkaloid, polifenol, dan minyak atsiri. Profil ekstrak etanol rimpang lempuyang emprit dari kedua daerah memiliki kemiripan. Identifikasi senyawa flavonoid memberikan hasil yang positif ditandai dengan adanya bercak biru kekuningan setelah disemprot menggunakan sitroborat pada kedua sampel. Identifikasi polifenol dan alkaloid menggunakan reagen semprot FeCl3 dan dragendrof memberikan hasil yang negatif ditandai dengan tidak adanya bercak bewarana biru dan kuning pada kedua sampel. Identifikasi senyawa minyak atsiri menunjukkan hasil yang positif ditandai dengan adanya bercak berwarna ungu pada kedua sampel setelah disemprot menggunakan anisaldehid-H2SO4. Ekstrak etanol lempuyang emprit yang berasal dari Merapi Farma Yogyakarta dan Pasar Gede Surakarta diidentifikasi mengandung zerumbon karena pada keduanya terdapat bercak yang Rf yang sama dengan standar zerumbon. Analisis metabolit sekunder dengan KLT hanya memberikan informasi mengenai metabolit sekunder dan hasil analisis belum dapat menunjukkan perbedaan profil metabolit sekunder ekstrak dari kedua daerah. Analisis penentuan kromatogram ekstrak etanol rimpang lempuyang emprit selanjutnya dilakukan menggunakan KCKT karena metode KCKT lebih sensitif, selektif dan resolusi tinggi.
8
Analisis Metabolit Rimpang Lempuyang Emprit Menggunakan KCKT Optimasi menggunakan sistem A dengan komposisi fase gerak asetonitril: metanol: 0,01 M kalium dihidrogen ortofosfat (25:50:20) dengan sistem isokratik belum didapatkan pemisahan yang bagus. Hasil optimasi sistem A menunjukkan banyak senyawa yang bersifat polar karena sistem kromatografi yang digunakan adalah fase terbalik dimana fase diamnya bersifat non polar dan fase geraknya bersifat polar sehingga senyawa yang bersifat polar akan terelusi terlebih dahulu. Elusi gradien dilakukan untuk mendapatkan pemisahan yang baik dan waktu analisis yang cepat. Optimasi gradien dilakukan dengan meningkatkan kekuatan elusi secara bertahap yaitu dengan meningkatkan persentase asetonitril dan metanol. Sistem E merupakan pemisahan yang optimum karena memiliki resolusi yang baik mendapatkan jumlah peakyang banyak dibandingkan optimasi yang lain dan waktu elusi yang singkat. Komposisi fase gerak yang diperoleh dari optimasi yaitu campuran fase gerak antara asetonitril: metanol: kalium dehidrogen phosphat 0,01M dengan elusi gradien dimulai dari menit ke-0 perbandingan (30:30:40), menit ke-2 (30:30:40), menit ke-6 (40:35:25), menit ke-8 (50:40:10), menit ke-10 (65:35:5) dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit, Rt 20 menit, dan volume injeksi 10 µL. Sistem deteksi menggunakan detektor PDA 3D mempunyai keuntungan yaitu deteksi tidak hanya pada satu panjang gelombang tetapi dapat dilakukan dalam rentang panjang gelombang yang ditentukan. Hasil Analisis profil kromatografi ekstrak lempuyang emprit yang berasal dari Merapi Farma Yogyakarta dan Pasar Gede Surakarta (Gambar 1) masing-masing lempuyang menghasilkan 17 peak dan 18 peak. Peak karateristik yang selalu muncul dari kedua ekstrak pada waktu retensi ± 2,1; 2,9; 3,2; 3,8; 4,2; 5,9; 6,2; 9,4; 9,8; 11,5; 11,8; 12,5; 14,8; dan 15,7 menit. Kedua ekstrak memiliki persen area yang berbeda-beda dimasing-masing peak. Senyawa yang terdapat dimasing-masing ekstrak etanol lempuyang emprit berdasarkan prosentase area dibedakan menjadi dua yaitu senywa mayor dan senywa minor. Senyawa mayor memiliki % area sebesar > 10% sedangkan senyawa minor memiliki % area sebesar < 10%. Ekstrak etanol lempuyang emprit yang berasal dari dua daerah memiliki empat senyawa mayor yaitu pada waktu retensi ± 3,2; 4,2; 6,2,;dan 12,5 menit.
9
Gambar 1. Perbandingan profil kromatografi ekstrak etanol lempuyang emprit dari Merapi Farma Yogyakarta (garis merah) dengan ekstrak etanol lempuyang emprit dar Pasar Gede Surakarta (garis hijau) yang dideteksi pada λ 290 nm.
Gambar 2. Kromatogram Standar zerumbon pada λ 290 nm Rt= 12,518 menit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya senyawa yang bersifat polar dan non polar dari kedua ekstrak. Senyawa yang terelusi terlebih dahulu adalah senyawa yang bersifat polar karena pada KCKT sistem terbalik fase diam bersifat lebih non polar dibandingkan dengan fase gerak (Sarker, 2006), sehingga interaksi senyawa polar dengan fase diam lemah. Flavonoid gugus kromofornya mempunyai serapan yang spesifik pada λmax 265 dan 354 (Ruslay et al., 2007), sehingga peak-peak awal ekstrak lempuyang emprit dari Merapi Farma Yogyakarta dan Pasar Gede Surakarta dimungkinkan merupakan senyawa golongan flavonoid. Peak dengan Rt 12,528 dan 12,488 menit dari ekstrak rimpang lempuyang emprit dari Pasar Gede dan dari Merapi Farma Yogyakarta merupakan zerumbon senyawa golongan sesquiterpen (Sakinah et al., 2007) karena Rt dari kedua peak tersebut sama dengan Rt standar zerumbon (Gambar 2).
10
Sukari et al (2008) melaporkan bahwa kandungan utama dari ekstrak heksan rimpang lempuyang emprit adalah zerumbon (40,7%) dan kandungan lainya adalah benzil heptanoat (23,5%), monoterpen (8,2%), dan monotrepen teroksigenasi (10,6%). Hasil penelitian ini zerumbon termasuk senyawa mayor dengan persen area sebesar 12, 85 %. Penetapan Kadar Zerumbon Menggunkan KCKT Standardisasi melibatkan pemastian kadar senyawa aktif farmakologis melalaui analisis kuantitatif metabolit sekunder yang akan menjamin keseragaman khasiat (Saifudin, 2011). Zerumbon merupakan senyawa aktif farmakologis dari rimpang lempuyang emprit, sehingga dapat dijadikan parameter kontrol kualitas produk herbal. Penetapan kadar ini dilakukan menggunakan campuran fase gerak antara asetonitril: metanol: kalium dehidrogen phosphat 0,01M dengan elusi secara gradien menggunakan sistem E dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit, waktu elusi selama 15 menit, dan volume injeksi 10 µL panjang gelombang yang digunakan adalah 254 nm yang merupakan panjang gelombang maksimal dari zerumbon (Elamin et al., 2010). Kurva baku yang diperoleh adalah Y= 190365864,93X + 226573,44, dengan r = 0,99. Berdasarkan perhitungan statistik diperoleh nilai LOD adalah 13,74 ppm, nilai ini menunjukkan kadar minimal yang dapat dideteksi oleh detektor. Sedangkan nilai LOQ diperoleh sebesar 45,82 ppm, nilai ini menunjukan kadar minimal yang dapat dikuantifikasi. Hasil perhitungan kadar zerumbon ekstrak lempuyang emprit dari Merapi Farma Yogyakarta diperoleh kadar rata-rata sebesar 31,07±0,95 % b/b, sedangkan ekstrak lempuyang emprit dari Pasar Gede Surakarta kadar rata-rata sebesar 28,15±0,33 % b/b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan kadar zerumbon dari kedua daerah. Bhuiyan (2009) menyebutkan bahwa kondisi geografi dan ekologi yang berbeda mempengaruhi komposisi dan presentasi dari kandungan suatu ekstrak tanaman. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perbedaan kadar suatu tanaman adalah umur dari tanaman yang digunakan, Chen (2008) menyebutkan kandungan zerumbone tertinggi terdapat pada rimpang dengan periode 11
pertumbuhan 5 bulan. Rimpang lempuyang emprit yang berasal dari Merapi Farma Yogyakarta diketahui umur tanaman saat dipanen yaitu 12 bulan. Sedangkan Rimpang lempuyang emprit yang berasal dari Pasar Gede Surakarta tidak diketahui umur tanaman saat dipanen. Kandungan senyawa dalam simplisia akan mempengaruhi keamanan dan kemanjuran suatu obat herbal (Liang et al., 2004). Sukari et al (2008) melakukan penelitian
ekstrak
heksan
rimpang
lempuyang
emprit
yang
dianalisis
menggunakan GC-MS hasilnya diperoleh kadar zerumbon sebesar 40,7% b/b. Hasil penelitian tersebut jika dibandingkan dengan ekstrak etanol yang dianalisis pada penelitian ini terdapat perbedaan kadar zerumbon yang cukup jauh, hal ini disebabkan zerumbon bersifat relatif non polar sehingga zerumbon tersari lebih banyak pada heksan yang sifatnya lebih nonpolar dibandingkan dengan etanol. Pelarut heksan bersifat lebih toksik dibandingkan dengan metanol sehingga tidak digunakan dalam pembuatan produk herbal, oleh sebab itu penelitian ini menggunakan etanol karena pelarut ini merupakan pelarut yang umum digunakan pada produk herbal KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Profil kromatografi ekstrak etanol rimpang lempuyang emprit yang berasal dari Merapi Farma Yogyakarta memberikan 17 puncak dengan kadar zerumbon sebesar 30,95% ±0,39% b/b dan dari Pasar Gede Surakarta memberikan 18 puncak dengan kadar zerumbon sebesar 28,05% ±0,98% b/b.
Saran Berdasarkan penelitian disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui korelasi antara keberdaan metabolit sekunder dan aktivitas farmakologi ekstrak lempuyang emprit.
12
DAFTAR ACUAN Abdelwahab, S. I. , Abdul A. B, Zain, Z. N. and Abdul, A. H, 2012, Zerumbone inhibits interleukin-6 and induces apoptosis and cell cycle arrest in ovarian and cervical cancer cells, International Immunopharmacology. 12 (4) : 594602 Bhuiyan, N, I., Chowdury, J, U., & Begum, J., 2009, Chemical Investigation of the Leaf and Rhizome Essential Oil of Zingiber zerumbet (L.) Smith from Bangladesh. Bangladesh J Pharmacol, 4, 9-12. Clixto, J.B., 2000, Efficacy, safety, quality control, marketing and regulatory guidelines for herbal medicines (phytotherapeutic agents). Braz J Med Bio Res, 33: 179-189. Chen, H., Zuo, Y., Deng, Y., 2001, Separation and Determination of Flavonoids and Other Phenolic Compounds in Cranberry Juice by High-Performance Liquid Chromatography, Journal of Chromatography, 913 (2001) 387–395. Chien, T, Y., Chen, L, G., Lee, C, J., Lee, F, Y., & Wang, C, C., 2008, Antiinflammatory constituents of Zingiber zerumbet, Food Chemistry, 110, 584– 589. Dai, J. R. , Cardellina, J. H. , Mc Mahon, J. B. And Boyd, M. R, 1997, Zerumbone, an HIV-Inhibitory and Cytotoxic Sesquiterpene of Zingiber aromaticum and Z. zerumbet, Nat. Prod. Lett. 10 : 115-118. Elamin M, E., Abdul, A. B., Al-Zubairi. A. S., Aspollah, M. , Sukari and Abdullah, R., 2010, validated High Performance Liquid Chromatographic (HPLC) Method for Analysis of Zerumbone in Plasma, African Journal of Biotechnology. 9 (8); 1260-1265). Huang, G. C., Chien, T. Y. Chen, L. G. And Wang, C. C. , 2005, Antitumor effects of zerumbone from Zingiber zerumbet in P-388D1 cells in vitro and in vivo, Plant Med. 71(3), 219-224. Katno, 2008, Tingkat Manfaat, Keamanan, dan Efektivitas Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jawa Tengah. Keong YS, 2010, Alitheen, N. B. ,Mustafa, S. , Abdul Aziz, S., Adul Rahman, M., And Ali, A. M, Immunomodulatory Effects of Zerumbone Isolated from Roots of Zingiber zerumbet, Pak J Pharm Sci. 23(1) : 75-82.
13
Li, S., Han, Q., Qiao, C., Song, J., Cheng, C. L. and Xu, H., 2008, Chemical markers for the quality control of herbal medicines (review), Licensee BioMed Central Ltd, Vol. 3 Chapt. 7. Liang, Yi-Zeng., Xie,P and Chan, K., 2004, Review : Quality control of herbal medicines, J. of Chromatography B, 812: 53-70. Marsusi, Ahmad Dwi Setyawan, dan Shanti Listyawati, 2001, Studi Kemotaksonomi pada Genus Zingiber, Biodiversita, 1 (2) : 92-97. Nikam, P. H., Kareparambam, J. , Jadhav, A. , Kadam, V. , 2012, Feuture Trensd In Standardization Of Herbal Drug, Journal of Applied Pharmaceutical Science, 02 (06) : 34-44. Riyanto, S., 2007, Identification Of Isolated Compounds From Zingiber amaricans BL. Rhizome, Indo. J. Chem., 7 (1) : 93 – 96. Ruslay, S., Abas, F., Shaari, K., Zainal, Z., Maulidiani, Sirat, H., Israf, D, A., & Lajis, N, A., 2007, Characterization of the components present in active fractions of health gingers (Curcuma xanthorrhiza and Zingiber zerumbet) by HPLC-DAD-ESIMS, Food Chemistry, 104, 1183-1191. Saifudin, A., Viesa, R. dan Teruna, H Y., 2011, Standarisasi Obat Alam, Graha ilmu,Yogyakarta. Sakinah, S., Handayani, TS., and Hawariah, L. P. , 2007, Zerumbone Induced Apoptosis in Liver Cancer Cells via Modulation of Bax/Bcl-2 ratio, Cancer Cell International: 7-4. Sarker, 2006, Natural Product Isolation, Second edition, Humana press, Totowa, New Jersey, hal 214. Somchit, M. N. , Zerumbone Isolated from Zingiber zerumbet Inhibits Inflamation an Pain in Rats, Juornal of Medicinal Plants Research, 6 (2): 117-180. Springfield, E.P., Eagles, P. K. F and. Scott, G., 2004, Quality assessment of South African herbalmedicines by means of HPLC fingerprinting. Journal of Ethnopharmacology. Volume 101, Issues 1–3 Sukari, M.A., Mohd Sharif, A. L. C. , Yap, S. W., Tang, B. K. , Noeh, M. , Rahman, G. C. L. , Ee, Y. H. , Taufiq, Yap and Yusuf, U. K. , 2008, Chemical Constituents Variatiosns of Essential Oils from Rhizomes of Four Zingiberaceae Specie, The Malaysian Journal of Analytical Sciences, 12 (3): 638-644.
14
Tiwari, P. , Kumar, B. , Kaur, M., Kaur, G. , and Kaur, H. , 2011, Phytochemical screening and extraction : A Riviews, IPS, Vol 1, Isu 1. WHO, 2004. WHO guidelines for safety monitoring of herbal medicines in pharmacovigilance. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.
15