ANALISA KEBERHASILAN PROGRAM KAMPUNG DERET PETOGOGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN EVALUASI PASCA HUNI Post Occupancy Evaluation Toward Petogogan Row Housing Program Harri A Setiadi1 dan Arip Pauzi Rahman2 Pusat Litbang Perumahan dan Permukiman, Badan Litbang Kementerian PUPR Jalan Panyawungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung 1 Email :
[email protected] 2 Email :
[email protected] Tanggal diterima: 07 Januari 2016; Tanggal disetujui: 22 Maret 2016
ABSTRACT Visually, the Petogogan Row Housing (PRH) Program are succeeded in transforming slum housing in some part of Petogogan area (RW 05) into non slum housing. Personally, the PRH Program according to the then Governor of Jakarta Province, considered as the most good-looking when it compared with other similar row housing, and as a housing model to built above slum housing, and would be replicated in other slum area within Jakarta Province. Research conducted to quantify the beneficiaries total satisfaction to the PRH Program and to find out the main contributor of the satisfactory to the PRH Program, all analyze within Post Occupancy Evaluation (POE) perspective and using Multivariable Regression Analysis (MRA) analytical tool. Conceptually a relationship exist between successfulness of a program and satisfaction of beneficiaries, therefore 25 indicators were used for the purpose of measuring successful level of PRH program based upon the satisfactory level of beneficiaries. In general, research revealed that variability of total satisfaction to the PRH Program can be explained by 69% regression formula using 25 indicators, and predicted, assuming all of the indicator value are constant, that Housing design is the main predictor-variable with significant contribution of total satisfaction to the PRH Program. Some improvement were needed for the betterment of the future program as all of those are reduction factor of total satisfaction to the PRH Program, such as construction process exceed the time limit, some part of construction below the required standard, some low quality building material are used in construction. Keywords: Petogogan Row Housing, slum housing, Post Occupancy Evaluation, succes and satisfactory level, Multivariable Regression Analysis
ABSTRAK Secara visual, Program Kampung Deret Petogogan (KDP) berhasil mengubah sebagian kawasan perumahan kumuh RW 05 Petogogan menjadi perumahan yang tidak kumuh. Secara personal, KDP dinilai Gubernur DKI saat itu sebagai kampung deret yang paling bagus dibandingkan model kampung deret lainnya, dianggap sebagai model ideal permukiman yang dibangun diatas lokasi permukiman kumuh dan rencananya akan direplikasi di lokasi Jakarta lainnya yang ada kawasan kumuhnya. Penelitian ini hendak mengungkapkan besarnya tingkat kepuasan warga penerima manfaat terhadap program KDP dan mengetahui faktor-faktor yang menjadi kontributor utama kepuasan terhadap program KDP, analisa dilakukan menggunakan perspektif Evaluasi Pasca Huni (EPH) dan menggunakan Analisa Regresi Multivariabel (ARM). Secara konseptual terdapat hubungan antara keberhasilan suatu program dengan tingkat kepuasan penerima program dan untuk kepentingan pengukuran maka digunakan 25 indikator untuk menilai tingkat keberhasilan program KDP berdasarkan tingkat kepuasan penerima program. Hasil penelitian mengungkakan secara umum variasi tingkat kepuasan total warga penerima manfaat terhadap program KDP, 69% nya bisa dijelaskan dengan persamaan regresi menggunakan 25 indikator tersebut dan secara prediktif, dengan asumsi seluruh variabel prediktor bernilai konstan, maka indikator Desain rumah yang indah dan menarik, merupakan variabel prediktor dengan kontribusi yang sangat signifikan terhadap kepuasan total program KDP. Beberapa hal perlu dilakukan perbaikan untuk program yang akan datang karena dinilai menjadi faktor pengurang kepuasan total terhadap Program KDP, beberapa diantaranya adalah lama pengerjaan yang melebihi waktu yang ditetapkan, hasil pengerjaan ada yang dibawah standar dan penggunaan bahan bangunan ada yang tidak berkualitas. Kata Kunci : Kampung Deret Petogogan, Perumahan kumuh, Evaluasi Pasca Huni, Tingkat keberhasilan dan Tingkat kepuasan, Analisa Regresi Multivariabel
51
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.8 No.1, April 2016, hal 51 - 61
PENDAHULUAN Latar belakang Lima belas bulan pasca diresmikan oleh Gubernur Jakarta Joko Widodo – sekarang Presiden RI (3 April 2014), berita-berita mengenai Kampung Deret Petogogan (KDP) oleh media masa sebagian besar memberitakan mengenai keberhasilan Pemprov DKI Jakarta mengubah kawasan perumahan kumuh di RW 5 (di RT 008, 010, 011 dan 012) kelurahan Petogogan, menjadi perumahan baru yang sama sekali tidak kumuh pasca implementasi Program peremajaan Kampung Deret Petogogan. Secara umum keberhasilan implementasi program ini bila dinilai dari antusiasme dan tanggapan warga penerima manfaat (beneficaries) yang diberitakan oleh media masa, maka Program KDP dinilai berhasil dan sukses. Secara visual perubahan yang terjadi antara sebelum dan sesudah inisiasi Program KDP sangat kontras. Wilayah yang sekarang dikenal sebagai KDP ini pada awalnya (tahun 1950 –an) adalah lokasi bedeng karyawan yang dilibatkan Kementerian PU untuk membangun Proyek Pembangunan Kota Kebayoran Baru (1956) dan Kompleks Olah Raga Senayan (1960). Pasca berakhirnya kedua proyek besar tersebut, kawasan yang kemudian dikenal sebagai kawasan PCK berubah menjadi lokasi permukiman, Status terakhir wilayah permukiman tersebut sebelum program peremajaan dan pembangunan kembali dikenal sebagai Kampung Petogogan (Gambar 1, atas).
Sebelum inisiasi Program KDP, deskripsi wilayah ini adalah sebagai berikut: (1) posisi rumah yang berdesakkan dan bersinggungan satu sama lain tanpa batas yang jelas, sehingga kurang sekali mendapatkan pencahayaan alami dan sirkulasi udara, (2) satu atap rumah ada yang dihuni lebih dari satu Kepala Keluarga (KK), dimana jumlah KK yang selalu dinamis, karena ada KK yang berstatus sebagai penyewa atau pengontrak, (3) konstruksi rumah yang tidak standar, baik kualitas bahan bangunan maupun konstruksi/struktur bangunannya, (4) tidak adanya drainase, baik drainase air kotor seperti air buangan rumah tangga sampai drainase air hujan, (5) jamban komunal hampir seluruhnya terkonsentrasi di Sungai Krukut. Tidak ada upaya pengolahan air buangan sehingga tingkat pencemaran lingkungan menjadi tidak terkendali. Kali krukut sebagai badan air adalah anak sungai kali Pesanggrahan yang setiap tahunnya selalu banjir akibat sampah dan sedimentasinya yang tinggi, (6) sebagian area di wilayah RT 011 dan RT 012 berada di bawah peil banjir kali Krukut serta tidak memiliki pengelolaan dan pengolahan
52
sampah, akibatnya sungai yang sudah sempit dipenuhi sampah. Sumber sampah bisa kiriman dari hulu sungai, maupun timbulan sampah masyarakat setempat.
Gambar 1. Kawasan perumahan di RW 05 Kelurahan Petogogan, sebelum inisiasi Program KDP (gambar atas) dan sesudah inisiasi Program KDP (gambar bawah) Sumber : Harri A Setiadi
Sesudah inisiasi program, KDP dinilai berhasil karena seluruh indikator pencapaian program seluruhnya terbangun semua, yaitu (1) tata ruang KDP sesuai dengan rencana kota, (2) rumah-rumah yang dibangun memiliki sirkulasi udara sehat, (3) seluruh bangunan KDP menggunakan konstruksi bangunan standar, (4) memiliki cukup cahaya matahari, (5) dilengkapi dengan jamban standar, (6) memiliki saluran drainase yang berfungsi, dan (7) yang paling penting dari semuanya adalah KDP menjadi kawasan bebas kumuh, sehat dan nyaman. Lebih-lebih lagi KDP dianggap sebagai model ideal permukiman yang dibangun diatas lokasi permukiman kumuh dan rencananya akan direplikasi di lokasi Jakarta lainnya yang ada kawasan kumuhnya. Bahkan secara personal, KDP dinilai Gubernur Joko Widodo sebagai kampung deret yang paling bagus dibandingkan model kampung deret lainnya. Namun demikian, walaupun program KDP ramai diberitakan oleh media masa dan sebagian besar dinilai “Berhasil”, media massa tidak memberitakan secara eksplisit maupun implisit indikator apa yang digunakan untuk menilai status “Berhasil” Program
Analisa Keberhasilan Program Kampung Deret Petogogan Menggunakan Pendekatan Evaluasi Pasca Huni Harri A Setiadi dan Arip Pauzi Rahman KDP tersebut. Pendekatan konvensional yang biasa digunakan untuk menilai keberhasilan tingkat keberhasilan suatu program adalah bila unsur SIDCOM (survey, investigation, design, construction, operation, maintenance) telah dipenuhi. Berbeda dengan pendekatan konvensional, penelitian ini menilai tingkat keberhasilan Program KDP menggunakan pendekatan Evaluasi Pasca Huni (EPH). Dalam pandangan peneliti, pendekatan ini bisa jadi alternatif atau pelengkap terhadap pendekatan konvensional yang sudah ada. Penelitian ini hendak mengungkapkan besarnya tingkat kepuasan warga penerima manfaat terhadap program KDP dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi kontributor utama kepuasan terhadap program KDP. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan mengukur tingkat kerberhasilan program dari perspektif kepuasan penerima manfaat dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut. Dari perspektif Manajemen Pembangunan penelitian ini adalah penting karena mengetahui apa yang disampaikan oleh penerima manfaat, dalam bentuk umpan balik, mengenai kepuasan terhadap progam yang mereka terima, sangat menentukan keberhasilan suatu program secara holistik.
Kajian Pustaka
Penanganan wilayah kumah dan program KDP Umumnya, penanganan wilayah kumuh (slum upgrading) secara mendasar dilakukan dengan cara, pertama perbaikan fisik lingkungan wilayah kumuh melalui perbaikan atau pemasangan layanan jasa infrastruktur mendasar seperti air, sanitasi, pengumpulan sampah. Cara kedua adalah melalui intervensi perbaikan rumah dan pemberian jaminan keamanan tinggal (securing land tenure). Ketiga, Metode penanganan wilayah kumuh lainnya meliputi integrasi sosial, ekonomi dan organisasi (Andavarapu and Edelman 2013) (Patel 2013) (Galiani, et al. 2013).
Sedikit berbeda dengan ketiga pendekatan tersebut, kebijakan penanganan wilayah kumuh di kawasan Petogogan yang diinisiasi oleh Gubernur DKI Jakarta pada masa Bapak Joko Widodo walaupun cenderung masuk kategori pendekatan ke tiga, namun dalam implementasinya melibatkan instansi non-pemerintah melalui pemanfaatan dana corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan swasta. Pendekatan ini dilaksanakan dengan memperluas cakupan intervensi, tidak hanya secara parsial pada sub infrastruktur suatu kawasan melainkan secara menyeluruh untuk kawasan itu sendiri. Bentuk intervensinya meliputi penataan
kawasan (land settlement), pembangunan kembali permukiman lengkap dengan infrastrukturnya (housing and infrastructure redevelopment), dan legalisasi status kepemilikan (tenancy legalization). Secara normatif pemanfaatan dana CSR dilakukan dalam bentuk pemberian langsung dari perusahaan kepada warga yang membutuhkan, namun dalam implementasinya warga tidak menerima dana tersebut dalam bentuk tunai melainkan bantuan pembangunan rumah yang diterima dalam tiga tahap sebesar 40%, 40% dan 20%. Evaluasi pasca huni – Post Occupancy Evaluation (POE)
Evaluasi Pasca Huni (EPH) pada awalnya didefinisikan oleh Friedman “An appraisal of the degree to which a designed setting satisfies and supports explicit and implicit human needs and values .. of those whom a building is designed for (Stevenson 2009). Dalam perkembangnnya terdapat berbagai definisi POE yang dikembangkan akademisi sesuai kebutuhan, namun masih tetap mengacu pada adanya keterkaitan antara bangunan dan penghuni (Cleveland and Fisher 2013) (Pati and Pati 2013).
Dalam penelitian ini definisi EPH yang digunakan mengacu pada definisi dari Jacqueline Vischer yaitu “Study or analysis of how occupants perceive, use and judge their build environment, using social research to gather systematic feedbacks from user and, in some cases, instruments to measure building performance”. Menurutnya tiga indikator utama yang dievaluasi dan berkaitan POE ditekankan pada tingkat kesejahteraan (quality of life), kesehatan (health), kenyamanan termal (thermal comfort), dan kebisingan (noise). Metoda pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara terhadap penghuni dan FGD (Focus Group Discussion) serta survey kepada penghuni tentang berbagai aspek kepenghunian, seperti tingkat kepuasan tinggal di bangunan baru, persoalan yang dihadapi tinggal di bangunan baru. Tiga variabel yang sering digunakan EPH untuk mendapatkan feedback dari penghuni sekaligus untuk menilai keberhasilan suatu program adalah kenyamanan fisik, atribut bangunan dan infrastruktur permukiman (Dodson 2011). Secara operasional, berbagai indikator yang pernah digunakan EPH untuk menilai keberhasilan suatu program atau kepuasan terhadap rumah diantaranya menggunakan variabel kenyamanan fisik (Dekker, et al. 2011) (Torbica and Stroh 2001), yaitu (1) desain rumah, (2) lingkungan rumah, (3) kebutuhan terhadap cahaya alami, (4) sirkulasi udara, dan (5) kenyamanan termal, serta (6) tingkat kebisingan. Sedangkan pengukuran terhadap variabel atribut rumah meliputi indikator
53
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.8 No.1, April 2016, hal 51 - 61
(1) jaminan kepastian tinggal, (2) kualitas material bangunan yang menjadi komponen bangunan dan (3) kelengkapan infrastruktur permukiman (air bersih, listrik, pengelolaan sampah dan limbah dan jaringan) (Torbica and Stroh 2001). Secara rinci indikator infrastruktur permukiman memiliki sub indikator kualitas layanan air bersih, kualitas layanan energi (listrik) (Torbica and Stroh 2001) (Singh 2011), kualitas pengelolaan sampah dan air kotor, serta kualitas jaringan jalan lingkungan permukiman (Torbica and Stroh 2001).
Mewakili variabel kualitas teknologi, secara spesifik penelitian ini dilakukan untuk menilai kualitas teknologi yang digunakan pada program KDP yaitu teknologi struktur modular RISHA (teknologi ini dikembangkan oleh peneliti dari Puslitbang Perumahan dan Permukiman). Sebagai gambaran, teknologi struktur modular RISHA digunakan untuk pembangunan seluruh rumah baru tipe 36 (3 x 6 meter, dua lantai) sebanyak 139 unit) dan sebagian kecil digunakan untuk pembangunan tipe 18 (3 x 3 meter, dua lantai, sebanyak 20 unit, teknologi RISHA hanya digunakan untuk pilar rumah bagian depan), sedangkan untuk rumah-rumah yang mendapatkan bantuan perbaikan (13 unit rumah), hampir seluruhnya tidak menggunakan teknologi RISHA karena pada dasarnya adalah perbaikan rumah yang sudah terbangun (159 dari 172 unit rumah 92,4% - di KDP menggunakan teknologi RISHA).
METODOLOGI
atau jasa memiliki performa yang bagus dan sesuai dengan harapan maka tingkat kepuasannya tinggi, demikian juga berlaku sebaliknya (Torbica and Stroh 2001).
Mengacu pada konseptualisasi mengenai kepuasan tersebut diatas maka kerberhasilan Program KDP pada penelitian ini diukur dengan cara menilai tingkat kepuasan penerima manfaat. Semakin tinggi tingkat kepuasan maka semakin tinggi keberhasilan implementasi program, demikian pula berlaku kebalikannya. Dari hasil penulusuran literatur dan deduksi terhadap penafsirannya maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Prediksi kepuasan total Program KDP (K) ditentukan oleh kontribusi kepuasan terhadap dimensi kenyamanan fisik rumah (D1), kepuasan terhadap dimensi atribut rumah (D2), kepuasan terhadap dimensi kualitas infrastruktur (D3) dan kepuasan terhadap dimensi teknologi yang digunakan untuk membangun rumah (D4) secara bersamaan”. Batasan. Mengacu pada hasil kajian literatur maka variabel independen yang menjadi elemen dari suatu dimensi penentu kepuasan dan digunakan sebagai variabel prediktor tingkat kepuasan adalah sebagai berikut: Tabel 1. 25 Variabel Prediktor tingkat kepuasan Program KDP
Desain Penelitian, Hipotesis, dan Batasan
No
Notasi
Keterangan
Var. prediktor
Desain penelitian. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan EPH dan survei digunakan sebagai metoda utama pengambilan data. Analisa terhadap data-data tersebut dimanfaatkan untuk mengukur tingkat kepuasan warga KDP dan memprediksi besarnya faktor-faktor yang diduga memberi kontribusi terhadap tingkat kepuasan tersebut menggunakan metoda statistik untuk penelitian ilmu sosial, yaitu metoda Analisa Regresi Multivariabel (ARM) dari Vogt (Vogt 2007).
1
D1
Dimensi kenyamanan �isik rumah
x1 - x6
3
D3
Dimensi kualitas infrastruktur
Hipotesis dan asumsi. Secara konseptual terdapat hubungan antara keberhasilan dari penerapan suatu program dengan tingkat kepuasan penerima program tersebut. Dalam pendekatan EPH, secara kuantitatif tingkat keberhasilan (successful level) suatu program diukur dari tingkat kepuasan (satisfactory level) penerima program (Shepley 2011) (Poblete 2013) (Stevenson 2009). Secara konseptual, kepuasan terhadap suatu barang atau jasa pencetusnya adalah performa dari barang atau jasa tersebut dan ekspektasi seseorang terhadap performa dari barang atau jasa tersebut. Jika barang
54
2
4
D2
D4
Dimensi atribut rumah
Dimensi kualitas teknologi
Sumber : interpretasi peneliti dari literatur
x7 – x9
x10 – x17 x18 – x27
Penelitian ini tidak disertai dengan pengukuran kualitas fisik bangunan rumah (kenyamanan termal, kenyamanan audial, kenyamanan spasial). Seluruh variabel prediktor yang digunakan dalam penelitian ini dianggap satu kesatuan paket dan dianggap mewakili variabel independen keberhasilan “Program KDP”.
Sumber Data, Metoda Pengambilan Data dan Sampel Metoda pengambilan data. Data primer penelitian ini berasal dari penyebaran kuesioner,
Analisa Keberhasilan Program Kampung Deret Petogogan Menggunakan Pendekatan Evaluasi Pasca Huni Harri A Setiadi dan Arip Pauzi Rahman desain kuesioner yang digunakan dan analisa terhadap data hasil survey mereplikasi penelitian yang telah dilakukan oleh Torbica dan kawankawan (Torbica and Stroh 2001). Data tambahan lain yang digunakan untuk elaborasi hasil survey berasal dari kegiatan FGD, wawancara terstruktur dengan penghuni dan data tertulis lainnya yang berisi tentang Petogogan dan Program KDP. Survei dilaksanakan selama dua minggu (11 – 25 November 2014). Kuesioner yang digunakan dan disebarkan ke responden dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama, berisi isian data demografi responden, kedua berisi satu pertanyaan inti untuk menilai tingkat kepuasan warga KDP terhadap Program KDP secara keseluruhan (Tabel 4) dengan lima pilihan jawaban (Tabel 2). Ketiga, berisi 6 pertanyaan untuk menilai sub variabel dimensi kenyamanan fisik rumah, 3 pertanyaan untuk menilai sub variabel dimensi atribut rumah, 7 pertanyaan untuk menilai sub variabel dimensi kualitas infrastruktur permukiman, dan 9 pertanyaan untuk menilai sub variabel dimensi kualitas teknologi yang digunakan untuk membangun rumah KDP (Tabel 5), terdiri lima pilihan jawaban (Tabel 3). Penentuan Responden dan Desain Sampel
Penentuan responden. Penentuan sampel menggunakan kategori probability samples berdasarkan fakta-fakta berikut (1) seluruh rumah yang menjadi outcome dari Program KDP dihuni oleh satu atau lebih kepala keluarga, sehingga kepala keluarga dijadikan unit terkecil dari populasi (2) seluruh populasi walaupun berada di RW yang sama namun terbagi kedalam RT – RT berbeda, dan (3) seluruh populasi tinggal di lokasi yang secara fisik berdekatan antara satu dengan yang lainnya. Responden pada penelitian ini adalah kepala keluarga atau individu yang mewakili keluarganya dan dianggap sebagai unit terkecil dari populasi. Responden adalah sebagian kepala keluarga yang menghuni rumah bantuan peremajaan di KDP yang menggunakan teknologi struktur modular RISHA (Penghuni rumah KDP tipe 36 dan 18) dengan status sebagai pemilik dan atau penyewa (atau individu lain yang mewakili atas sepengetahuannya), dipilih secara acak dan bersedia dijadikan sampel (Grafik 1). Populasi adalah seluruh kepala keluarga yang menghuni rumah bantuan peremajaan yang menggunakan teknologi RISHA di KDP dengan status sebagai pemilik dan atau penyewa. Desain sampel. Pada awalnya sensus (survei penarikan sampel untuk seluruh populasi) digunakan sebagai metode pengambilan data), namun karena tidak seluruh kepala keluarga
sekaligus juga pemilik rumah dan tinggal di KDP serta bersedia dijadikan sampel, maka dengan mempertimbangkan fakta-fakta yang digunakan untuk menentukan responden, desain sampel yang dipilih dan digunakan untuk penelitian ini menggunakan prinsip (1) setiap individu kepala keluarga, sebagai elemen populasi terkecil, memiliki kemungkinan yang sama pula bila dipilih sebagai sampel (equal likelyhood of being selected), (2) ukuran sampel walaupun mengacu pada prinsip “bigger is always better”, namun dengan jumlah populasi kurang dari 500 maka jumlah sampel ditentukan sekurang-kurangnya 30% dari populasi (Neuman 2011). Berdasarkan fakta-fakta dan prinsip statistik yang digunakan maka desain sampel menggunakan metode stratified random sampling (Davies and Smith 2005). Secara operasional peneliti memilih individu kepala keluarga dengan jumlah sekurangkurangnya 30% dari populasi kepala keluarga pemilik rumah yang ada di setiap RT untuk dijadikan sampel, namun tidak membatasi bila ada individu KK lainnya (pemilik rumah dan atau penyewa) yang bersedia juga dijadikan sampel. Penyebaran kuesioner dilakukan pada periode waktu yang sama (one shoot survey). Metode Penilaian dan Analisa
Metoda penilaian. Metoda analisa regresi yang digunakan sebagai analisa pada penelitian ini mengacu pada tulisan Paul Vogt. Karena variabel indepeden yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu maka digunakan Metoda Analisa Regresi Multivariabel (ARM) (Vogt 2007). Formula umum yang dirumuskan untuk analisa regresi multivariabel yang digunakan pada penelitian sosial menurut Vogt adalah berikut: y=a+b_1 x_1+b_2 x_2+b_n x_n
(1)
K=D_1+D_2+D_3+D_4
(2)
K=a+b_1 x_1+b_2 x_2+b_n x_n
(3)
Karena secara hipotetis
Maka persamaan regresi diatas adalah
K adalah total kepuasan terhadap program KDP (y), sedangkan x1 – xn merupakan variabel operasional mewakili setiap dimensi yang mempengaruhi kepuasan terhadap program KDP. Secara operasional dimensi D1 diwakili oleh variabel prediktor x1 – x6, D2 diwakili oleh variabel prediktor x7 – x9, D3 diwakili oleh variabel prediktor x10 – x17 , dan D4 diwakili oleh variabel prediktor x18 – x27 (Tabel 6). Program SPSS (v.22) digunakan
55
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.8 No.1, April 2016, hal 51 - 61
untuk menghitung besarnya nilai Koefisien Regresi (R2), bilangan intercept atau derajat kemiringan garis regresi (a), koefisien regresi setiap variabel independen (bn), dan serta signifikansi koefisien regresi (α).
Analisa. Pada penggunaan Metoda Analisa Regresi Multivariabel, besarnya nilai Koefisien regresi (R2) digunakan untuk memprediksi dugaan besarnya kontribusi seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan nilai derajat kemiringan garis regresi (bn) memprediksi besarnya kontribusi masing-masing variabel independen relatif dengan masing-masing variabel independen lainnya. Nilai koefisien regresi memprediksi kontribusi seluruh variabel independen relatif bila seluruh variabel tersebut dianggap tidak ada dan nilai α untuk menilai signifikansi hasil penelitian berdasarkan sampel yang diperoleh relatif terhadap populasi yang diteliti (Leary, 2012) (Vogt, 2007).
Tabel 2. Pilihan jawaban dan skor setiap jawaban untuk pertanyaan inti pada Tabel 4 Sangat tidak memuaskan
Tidak memuaskan
Agak memuaskan
Memuaskan
Sangat memuaskan
1
2
3
4
5
Sumber : Survei Tingkat Kepuasan & Penerimaan terhadap KDP 2014, desain kuesioner mengacu pada (Torbica and Stroh 2001)
Tabel 3. Pilihan jawaban dan skor setiap jawaban untuk seluruh dimensi (D1 – D4) Sangat tidak Tidak setuju Agak setuju setuju 1
2
3
Setuju
Sangat setuju
4
5
Sumber : Survei Tingkat Kepuasan & Penerimaan terhadap KDP 2014, desain kuesioner mengacu pada (Torbica and Stroh 2001)
Tabel 4. Pertanyaan inti dan tabulasi tingkat kepuasan warga KDP terhadap Program KDP secara keseluruhan N
135
Variabel dependen (y)
Menurut penilaian anda seberapa memuaskan keberhasilan program “Kampung Deret Petogogan” dalam mengubah permukiman RT 008, 010, 011, 012 menjadi lebih baik
Min
Max
1
5
Kalkulasi Nilai y ∑y (∑y)2
∑y2
510
2030
Sumber : Tabulasi hasil survei Tingkat Kepuasan & Penerimaan Warga terhadap Program KDP 2014
56
260.1
3,64
Analisa Keberhasilan Program Kampung Deret Petogogan Menggunakan Pendekatan Evaluasi Pasca Huni Harri A Setiadi dan Arip Pauzi Rahman Tabel 5. Dimensi dan variabel operasional yang digunakan pada kuesioner EPH Dimensi kepuasan terhadap kenyamanan fisik rumah (D1) Var. Apakah anda menerima hal-hal berikut tentang hunian anda yang baru dibandingkan hunian sebelumnya x1 Desain rumah nampak lebih indah dan menarik x2
b x1-x6
n 135
3.91
0.55
135
4.10
-0.00
x3
Desain antar rumah yang berderet lebih menciptakan kebersamaan / keguyuban diantara para warga Cahaya alami lebih banyak yang masuk ke rumah
136
4.07
0.12
x4
Udara luar lebih bersirkulasi dan masuk kedalam rumah
136
4.06
-0.05
x5
Temperatur ruangan dalam rumah lebih sejuk dari temperatur luar
134
3.72
0.05
x6
Kebisingan dari luar lebih sedikit yang masuk kedalam rumah
135
3.54
0.08
3.90
Dimensi kepuasan terhadap atribut rumah (D2) Var. Apakah anda menerima hal-hal berikut tentang hunian anda yang baru dibandingkan hunian sebelumnya x7 Dilengkapi dengan surat jaminan kepemilikan yang pasti x8
Secara fisik rumah lebih kokoh dan lebih tahan lama karena menggunakan komponen bangunan yang berkualias
bx7 - x9
n 129
3.50
-0.02
136
4.00
-0.02
3.90
0.12
3.80
Dimensi kepuasan terhadap atribut rumah (D2) x9
Bisa langsung ditempati karena telah dilengkapi dengan berbagai layanan 136 infrastruktur (air bersih, listrik, pengelolaan sampah dan limbah dan jaringan) Dimensi kepuasan terhadap kualitas infrastruktur (D3) Apakah anda menerima hasil akhir penanganan kampung Petogogan Var. n untuk hal-hal berikut x10 Kualitas layanan air bersih dari PDAM Jakarta sudah bagus dan memadai 137 x11
Kualitas layanan listrik dari PLN sudah bagus dan mencukupi
Kualitas layanan pembuangan sampah oleh Dinas Kebersihan telah dilakukan optimal x13 Kualitas saluran pembuangan WC & kapasitas Septic-tank sudah memadai untuk keb. keluarga x14 Kualitas dan kapasitas saluran pembuangan air limbah sudah memadai untuk keb. keluarga x15 Kualitas jaringan jalan depan pintu rumah yang diperkeras semen sangat memuaskan x16 Kualitas jaringan jalan depan teras rumah yang diperkeras paving sangat memuaskan Dimensi kepuasan terhadap kualitas teknologi (D4) Var. Apakah anda menerima hasil akhir penanganan kampung Petogogan untuk hal-hal berikut x17 Teknologi struktur (RISHA) sederhana dan mudah dipahami x12
x18 x19
Teknologi struktur (RISHA) mudah diaplikasikan sehingga tidak memerlukan keahlian atau tukang tertentu Secara struktural rumah dengan teknologi RISHA lebih aman karena kokoh terhadap guncangan dan kuat terhadap pembebanan
b x10 – x16 2.75
-0.03
137
4.11
0.17
137
3.18
-0.15
136
3.94
0.03
136
3.85
0.10
134
3.93
-0.04
134
3.92
0.06
135
3.88
-0.14
134
3.64
0.17
134
3.82
0.05
Bila ada satu atau dua komponen struktur (panel) yang rusak maka bisa diperbaiki tanpa merusak keutuhan rumah
132
3.60
-0.03
x21
Penggantian setiap komponen struktur RISHA yang rusak mudah dilakukan dan komponen penggantinya mudah diperoleh
133
3.27
0.04
x22
Teknologi struktur (RISHA) lebih efisien untuk ruang terbatas, sehingga lebih banyak ruang yang bisa dinikmati Menggunakan teknologi struktur (RISHA) rumah bisa lebih tahan lama
132
3.51
0.01
134
3.76
0.03
133
3.86
0.10
131
3.92
0.10
x24 x25
Secara visual rumah yang memanfaatkan teknologi struktur (RISHA) bisa memiliki tampilan indah Pemanfaatan teknologi struktur (RISHA) digabung dengan teknologi lainnya (lantai - keraton, panel pintu & jendela, atap metal) membuat kualitas rumah deret Petogogan tidak kalah dengan rumah biasa (konvensional)
3.67
bx17 – x25
n
x20
x23
3.80
3.70
Sumber : Tabulasi hasil survei Tingkat Kepuasan & Penerimaan Warga terhadap Program KDP 2014 , (D_x ) ̅ = (∑▒D_x )/(Jum.Var.), lihat Tabel
57
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.8 No.1, April 2016, hal 51 - 61
Tabel 6. Dimensi dan penentuan nilai rata-rata dimensi No
Dimensi
Jumlah sub Var. prediktor
1
D1
6
2
D2
3
3
D3
7
4
D4
9
Sumber : Interpretasi peneliti terhadap literatur
Populasi dan distribusi responden 100
87
81
80
69
60 40 20
47
47 35
20
15
57 38 21
20
0 008
010
011
KK (Pemilik rumah + Penyewa)
KK (Pemilik rumah)
012 KK (Responden)
Grafik 1. Jumlah populasi pemilik rumah dan penyewa serta responden Sumber : Data RW & Dinas Perumahan dan Bangunan Pemerintah Pemprov DKI Jakarta, wawancara dengan ketua RT & RW dan hasil Survei Tingkat Kepuasan & Penerimaan Warga terhadap Program KDP 2014
HASIL DAN PEMBAHASAN Signifikansi data hasil survei Signifikansi besarnya sampel. Signifikansi terhadap sampel dipengaruhi oleh (1) ukuran sampel atau akurasi (Neuman 2011) dan (2) keterwakilan populasi dari sampel yang diambil (Vogt 2007). Pertama, untuk menilai ukuran sampel, sebesar minimal 30% sampel dari seluruh populasi, maka digunakan prinsip rasio sampel-populasi. Secara deskriptif prinsip rasio sampel-populasi adalah semakin kecil populasi maka semakin besar rasio sampel dengan populasi yang digunakan. Secara praktis, untuk populasi yang kecil (dibawah 500) dibutuhkan sampel minimal 30% dari populasi atau kurang lebih 150 sampel. Sedangkan untuk populasi yang besar (150.000), maka untuk mendapatkan akurasi sama dengan ukuran sampel sebelumnya, maka dibutuhkan sampel sebanyak 1% atau 1500 sampel (Neuman 2011, 263).
58
Kedua, untuk menilai keterwakilan sampel secara deskriptif telah dijelaskan pada bagian “Penentuan Responden dan Desain Sampel”.
Grafik 1 memperlihatkan, jumlah sampel lebih dari 30% seluruh populasi, namun demikian hanya 3 dari 4 RT (RT 010, 011 dan 012) yang memenuhi syarat, secara statistik jumlah sampel pada penelitian ini signifikan untuk satu prinsip, yaitu akurasi.
Signifikansi nilai Cronbach’s alpha dan uji collinearity. Dalam analisa regresi multivariabel, nilai Cronbach’s alpha merupakan ukuran penilaian reliability (kehandalan) atau konsistensi variabel yang dinilai, dengan rentang nilai ⍺ berkisar dari 0 hingga 1,00. Secara statistik nilai Cronbach’s alpha yang dianggap reliabel atau konsisten adalah minimum 0,70 atau bila nilainya lebih maka itu akan lebih baik lagi (Vogt 2007, 90).
Analisa Keberhasilan Program Kampung Deret Petogogan Menggunakan Pendekatan Evaluasi Pasca Huni Harri A Setiadi dan Arip Pauzi Rahman Uji collinearity dibutuhkan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya pengulangan siklus penghitungan (redundancy) akibat beberapa variabel prediktor memiliki korelasi yang sangat kuat dengan variabel dependen. Apabila korelasi bivariat terhadap variabel prediktor dengan variabel dependen memiliki nilai 0,7 atau lebih maka untuk kepentingan analisa variabel prediktor tersebut harus dihilangkan sebagai komponen prediktor pada metoda ARM.
Analisa dengan bantuan program SPSS versi 22 untuk menilai dua puluh lima variabel xn (x1 – x25) dan satu variabel y memperlihatkan nilai α untuk seluruh variabel yang dianalisa adalah 0,94, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh dari hasil survei untuk ARM adalah reliabel atau konsisten menurut kaidah statistik. Demikian pula nilai korelasi bivariat antara seluruh variabel prediktor dengan variabel dependen memiliki nilai dibawah 0,7 sehingga untuk kepentingan analisa penelitian ini tidak ada variabel prediktor yang dihilangkan karena tidak ada multicollinearity. Lokasi Penelitian, Demografi Responden, dan tingkat kepuasan terhadap Program KDP
Lokasi penelitian. KDP merupakan nama yang diberikan pada kompleks perumahan yang warganya menerima bantuan peremajaan dari pemerintah DKI Jakarta. Lokasinya terletak di RT 008, 010, 011, 012, RW 05 Kelurahan Petogogan, Kebayoran Baru (Gambar 2). Bantuan peremajaan terdiri dua, pertama bantuan untuk pembangunan rumah baru masing-masing dengan tipe 36 (3 x 6 meter, dua lantai) sebanyak 139 unit dan tipe 18 (3 x 3 meter, dua lantai) sebanyak 20 unit. Kedua bantuan perbaikan untuk 13 unit rumah.
Gambar 2. Deretan rumah dan ruang terbuka terdapat di KDP Sumber : Harri A Setiadi
Demografi responden. Jumlah responden yang berpartisipasi sebanyak 140, berdasarkan hasil tabulasi data hasil survei rata-rata umur responden adalah 48,24 tahun (umur terendah 18 tahun dan tertinggi 79 tahun). Mayoritas responden memiliki
pekerjaan utama sebagai pelaku usaha informal (seperti pedagang kecil, Pedagang Kaki Lima, sopir angkot), dengan perkiraan pendapatan perbulannya lebih kecil dibandingkan pengeluarannya, atau memiliki pendapatan yang tidak menentu sehingga anggota keluarganya (istri atau anak) memiliki pekerjaan tambahan lain (33,6% memiliki pekerjaan tambahan formal dan 41,4% pekerjaan tambahan informal).
Secara kualitatif, seperti dituturkan oleh Ketua RW 05 dan Ketua RT 008, 010, 011 dan 012 Petogogan, pendidikan terendah yang dimiliki mayoritas warga KDP adalah SMA atau setara, bahkan untuk sebagian besar kelompok muda mereka memiliki pendidikan yang lebih tinggi (perguruan tinggi atau akademi). Selain itu rumahrumah yang ada di wilayah Kelurahan Petogogan oleh pemiliknya banyak yang dijadikan usaha kontrakan, termasuk rumah-rumah di lokasi KDP. Hal ini menjadi penjelasan karakteristik demografis penduduk KDP memiliki jumlah KK lebih banyak dibandingkan dengan jumlah unit rumah yang ada (Grafik 1). Verifikasi terhadap kedua data kualitatif ini berasal dari wawancara dengan ketua RW 05 dan catatan monografi kelurahan Petogogan serta observasi visual oleh tim peneliti.
Tingkat kepuasan terhadap program KDP. Pada tahun-tahun awal Bapak Joko Widodo menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta (2013 – 2014, sekarang presiden RI), diinisiasi sembilan program unggulan untuk membangun “Jakarta Baru”. Satu diantara sembilan program tersebut adalah Program perumahan Rakyat dan Penataan Kampung yang berisi empat kegiatan, salah satunya adalah Program Penataan Kampung dan Lingkungan Kumuh. Kegiatan tersebut bertujuan menata permukiman kumuh yang terdapat di sepanjang bantaran sungai, jaringan rel kereta api, dan wilayah yang sering dilanda bencana banjir. Implementasi program tersebut adalah bantuan pembangunan rumah baru atau bantuan perbaikan rumah atau keduanya sekaligus.
Diantara berbagai lokasi permukiman kumuh yang mendapat program tersebut adalah lokasi permukiman di RT 08, 10, 11 dan 12 RW 05 Kelurahan Petogogan. Secara visual bila dilihat dari posisi Jalan Wijaya I (Gambar 3), permukiman di 4 RT tersebut berlokasi dekat dengan Sungai Nipah dan Krukut, tersembunyi, dan nampak kontras dengan permukiman Kebayoran Baru lainnya (RT 01 – 07 dan 09) yang sangat asri, ideal, tertata baik, mewah & sangat mewah, bergaya modern, lengkap dengan sarana & prasarana permukiman yang sangat berkualitas serta dihuni oleh penduduk dengan strata sosial ekonomi yang sangat mapan.
59
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.8 No.1, April 2016, hal 51 - 61
Secara operasional salah satu indikasi keberhasilan suatu program dinilai berhasil bila tingkat kepuasan penerima manfaat adalah
Persamaan regresi dengan 25 variabel prediktor memiliki koefisien regresi 0,69 sehingga variasi tingkat kepuasan total warga penerima manfaat terhadap program KDP 69% nya bisa dijelaskan dengan persamaan regresi tersebut.
Secara khusus, prediksi terhadap kepuasan total program KDP, dengan asumsi seluruh variabel prediktor bernilai konstan, maka variabel prediktor x1 yang mewakili dimensi kenyamanan fisik rumah (Desain rumah yang indah dan menarik), merupakan variabel dengan kontribusi yang sangat signifikan terhadap kepuasan total program KDP. Variabel prediktor x1 (Desain rumah yang indah dan menarik) yang mewakili Dimensi kenyamanan fisik rumah memiliki koefisien regresi (b1) dengan nilai lebih tinggi dibandingkan variabel prediktor lainnya (Tabel 5), bahkan dengan gap yang relatif lebih besar dibanding variabel prediktor lainnya.
Gambar 3. Lokasi relatif KDP dibandingkan dengan kawasan permukiman di wilayah Kebayoran Baru Sumber : Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah DKI Jakarta
“Cukup memuaskan” (posisi 3 dari lima tingkatan) atau lebih (Poblete , 2013). Hasil tabulasi terhadap data survei EPH mengungkapkan tingkat kepuasan terhadap Program KDP secara keseluruhan ada pada kategori “Memuaskan” (Tabel 4), satu orde diatas batas minimal tingkat keberhasilan. Dengan demikian secara eksplisit, maka dapat disimpulkan bahwa Program KDP sebagai outcome dari Program Penataan Kampung Kumuh dengan Pola Peremajaan dinilai berhasil dari persepsi penerima manfaat. Elaborasi terhadap variabel prediktor kepuasan terhadap program KDP Secara umum, hipotetis yang digunakan untuk memprediksi kepuasan total program KDP terbukti dengan adanya kontribusi dari satu atau lebih variabel operasional yang mewakili masing-masing dimensi walaupun dengan kontribusi yang beragam.
60
Elaborasi terhadap variabel prediktor x1 dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah implementasi program KDP menguatkan hasil analisa tersebut. Sebelum implementasi program KDP wilayah Petogogan sebagai wilayah kumuh kondisinya adalah sebagai berikut: (1) posisi rumah yang berdesakkan dan bersinggungan satu sama lain tanpa batas yang jelas, sehingga kurang sekali mendapatkan pencahayaan alami dan sirkulasi udara, (2) konstruksi rumah yang tidak standar, baik kualitas bahan bangunan maupun konstruksi/ struktur bangunannya (3) Lokasi berada dibawah titik peil banjir, tidak dilengkapi drainase, jamban standar (4) Tidak ada kawasan hijau, tempat bermain anak (5) Tidak ada akses terhadap air bersih dari PDAM. Desain rumah yang digunakan pada program KDP dalam implementasinya mampu mengubah deskripsi kondisi kumuh Petogogan menjadi sebaliknya.
KESIMPULAN
Secara umum, berdasarkan analisa terhadap tingkat kepuasan responden terhadap program KDP maka program KDP tergolong sukses. Analisa terhadap keberhasilan program KDP secara parsial mendukung hal tersebut. Secara parsial, rata-rata tingkat kepuasan responden terhadap empat dimensi berada pada tingkat “Memuaskan”. Bahkan 23 dari 25 variabel yang dinilai responden tergolong “Memuaskan”, dua lainnya dinilai “Cukup memuaskan”. Sedangkan secara prediktif, variabel prediktor x1 yang menjadi komponen dimensi kenyamanan fisik rumah, merupakan variabel prediktor dengan kontribusi yang sangat signifikan terhadap kepuasan total program KDP. Berdasarkan hasil elaborasi, terdapat berbagai
Analisa Keberhasilan Program Kampung Deret Petogogan Menggunakan Pendekatan Evaluasi Pasca Huni Harri A Setiadi dan Arip Pauzi Rahman aspek yang dinilai responden disarankan agar perlu dilakukan perbaikan atau upaya lebih karena dinilai menjadi faktor pengurang kepuasan total terhadap program KDP. Diantaranya kelengkapan dan kualitas infrastruktur perumahan (pada saat survei dilaksanakan) masih belum memadai dan sempurna, durasi proses pengerjaan melebihi tenggat waktu yang ditetapkan, komponen bangunan yang berkualitas namun pengerjaannya cenderung dilakukan tidak sesuai standar. Belajar dari pengalaman Program KDP tersebut, bila halhal yang di sarankan responden tersebut diperbaiki maka bukan tidak mungkin penelitian untuk memprediksi kepuasan total replikasi program KDP di tempat lain di Jakarta akan memberi hasil yang lebih baik lagi. UCAPAN TERIMAKASIH
Tulisan ini tersusun karena bantuan dari berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih disampaikan kepada: 1. K epala Pusat Litbang Perumahan dan Permukiman, dan Kepala Balai Perumahan & Lingkungan, yang memberi izin, dan masukan terhadap penyelenggaraan penelitian. 2. K etua RT 008, 010, 011 dan 012 serta Ketua RW 05 Petogogan yang membantu tim peneliti mendapatkan data primer (kuesioner dan wawancara) di KDP.
3. W arga RT 008, 010, 011 dan 012 RW 05 Petogogan penghuni KDP yang bersedia menjadi responden, memberi data, melaksanakan FGD dan memberi bantuan operasional selama penelitian dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA
Andavarapu, Deepika and David J. Edelman. 2013. Evolution of Slum Redevelopment Policy. Current Urban Studies Scientific Research 1 (4): 185-192. Cleveland, Benjamin and Kenn Fisher. 2013.The evaluation of physical learning environments: a critical review of the literature. SPRINGER Learning Environ Res. Davies, Stephen F and Randolph A Smith. 2005. An Introduction to Statistic and Research Method Becoming Psychological Detectives. Pearson & Prentice Hall. Dekker, Karien, Sjoerd De Vos, Sako Musterd, and Ronald Van Kempen. 2011. Residential Satisfaction in Housing Estate in European Cities. Housing Studies from Science Direct EBSCO.
Dodson, Melínda . 2011. Post Post Occupancy. Architecture Australia (Architecture Media Pty Ltd). Galiani, Sebastian , Paul Gertler, Ryan Cooper, Sebastian Martinez, Adam Ross, and Raimundo Undurraga. 2013. Shelter From The Storm: Upgrading Housing Infrastructure In Latin Americans Slums. Working Paper 19322. National Bureau Of Economic Research. Leary, Mark A. 2012. Introduction to Behavioral Research Methods. Pearson. Neuman, W. Lawrence. 2011. Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. Pearson Patel, Kamna . 2013. A successful slum upgrade in Durban: A case of formal change and informal continuity. Habitat International. Pati, Debajyoti and Sipra Pati. 2013. Methodological Issues in Conducting Post-Occupancy Evaluations to Support Design Decisions. Health Environments Research & Design Journal. Poblete , Nina Amor Hormazabal . 2013. Post Occupancy Evaluation of Homes in United Kingdom to Develop an Affordable PO Methodology for Homes in Chile. Thesis for the degree of Doctor of Philosophy. Universty of Notingham . Shepley, Mardelle McCuskey . 2011. Research Methods for Design Practitioners To Evaluate Facilities. Health Environments Research & Design Journal (HERD) 4 (3). Singh, Vipul . 2011. Analysis Methods for Post Occupancy Evaluation of Energy-Use in High Performance Buildings Using Short-Term Monitoring. Thesis Arizona State University . Stevenson, F. 2009. Post-occupancy evaluation and sustainability: a review. Urban Design and Planning ICE. Torbica, Zˇeljko M. and Robert C. Stroh. 2001. Customer Satisfaction In Home Building. Journal Of Construction Engineering And Management ASCE. Voght, Paul. 2007. Quantitative Research Methods for Professional. Pearson.
61