perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik diamati. Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2012 jumlah penduduk lansia di Indonesia sebanyak 18 juta jiwa dengan usia harapan hidup (UHH) 60 tahun keatas, diperkirakan tahun 2014 jumlah lansia sebanyak 19 juta jiwa dan pada tahun 2020 diperkirakan sebanyak 29 juta jiwa. Lembaga riset Bank Dunia memaparkan UHH di Indonesia berada pada level 71 tahun pada 2012 dan bisa berada di level 81 tahun pada 2050. Individu yang berusia di atas 60 tahun pada umumnya memiliki tandatanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi (Mubarak, 2006). Peningkatan jumlah lansia berdampak pada status kesehatan terkait dengan faktor resiko biologis dan usia. Faktor resiko biologis dan usia pada lansia direfleksikan dengan perubahan-perubahan terkait usia. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada sistem tubuh dan penyakit degeneratif yang merupakan dampak fungsional negatif. Penurunan produktifitas, kemandirian, dan kualitas hidup adalah dampak fungsional negatif dari adanya perubahan pada lansia (Miller, 2004). Menurut Jubaidi (2008) ada beberapa perubahan fisik pada lansia yang dapat menjadi suatu kondisi lansia terserang penyakit, seperti perubahan kardiovaskuler yaitu menurunnya elastisitas pembuluh darah, perubahan pada respirasi yaitu menurunnya kekuatan otot-otot pernafasan, serta perubahan pada pendengaran dan perubahan pada penglihatan. Terdapat beberapa macam penyakit yang biasa menimpa para lansia antara lain hipertensi, diabetes mellitus, jantung koroner, stroke, katarak, dan lain sebagainya. Populasi lansia merupakan populasi berisiko mendapatkan masalah kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2000). Lansia paling tidak memiliki penyakit kronis sehingga dapat dikatakan sebagai populasi vulnerable. Kelompok rentan (vulnerable commit population) to useradalah kelompok atau sebagian
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan Lancaster, 2000; Leight, 2003). Hitchock, et al. (1999) menyatakan penyakit kronis yang biasanya diderita oleh lansia salah satunya adalah hipertensi juga meningkatkan kerentanan dan diperburuk dengan kemiskinan, kurangnya sumber-sumber, dan pelayanan yang tidak adekuat bagi lansia. Hipertensi bisa menjadi awitan dari berbagai masalah kardiovaskuler lainnya yang lebih gawat. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) penderita hipertensi pada tahun 1992 yaitu sebanyak 16% dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 26,4%. Hal ini menunjukkan prevalensi angka kejadian hipertensi semakin meningkat. Sekitar 80-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya. Menurut kamus kedokteran, hipertensi adalah tekanan darah tinggi. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Smeltzer dan Bare, 2002). Hipertensi merupakan kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis atau dalam jangka waktu yang lama. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) tekanan darah normal bagi setiap orang adalah 120/80 mmHg. Prevalensi kejadian hipertensi sangat tinggi pada lansia, yaitu 60%-80% pada usia diatas 65 tahun. Tidak sedikit orang yang menganggap penyakit hipertensi pada lansia adalah hal biasa. Sehingga mayoritas masyarakat menganggap remeh penyakit ini. Hipertensi dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain gagal jantung dan stroke (Muhammad, 2010). Studi pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan data tingginya angka kejadian hipertensi di Puskesmas Ngemplak pada tahun 2014 yaitu sebanyak 1.295 penderita. Data dari buku induk posyandu lansia bulan Desember 2014, jumlah lansia hipertensi di Wilayah Desa Sobokerto berjumlah 167 atau 26,55% dari total populasi lansia. Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi sebagai akibat dari perubahan yang dialami lansia salah satunya yaitu senam atau latihan pergerakan secara teratur, makan makanan bergizi, dan pemeriksaan kesehatan secara rutin (Maryam, commit to user 2008). Menurut Darmojo (2009),
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pencegahan penyakit pada usia lanjut meliputi upaya prevensi primer, sekunder, dan tersier. Dalam kategori pencegahan primer tindakan-tindakannya meliputi menghentikan merokok, latihan atau olahraga teratur, dan imunisasi atau suntikan pencegah infeksi. Kementerian Kesehatan dalam upaya untuk meningkatkan status kesehatan para lansia melakukan beberapa program, salah satunya melalui program posyandu lansia. Upaya-upaya yang dilakukan dalam posyandu lansia salah satunya adalah upaya peningkatan kesehatan dan kebugaran fisik lansia. Program pemerintah tahun 2004 dalam peningkatan kesehatan yaitu dengan adanya latihan fisik atau exercise. Aktivitas fisik seperti senam pada usia lanjut yang dilakukan secara rutin akan meningkatkan kebugaran fisik, sehingga secara tidak langsung senam dapat meningkatkan fungsi jantung dan menurunkan tekanan darah serta mengurangi resiko penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah sehingga akan menjaga elastisitasnya. Disisi lain akan melatih otot jantung dalam berkontraksi sehingga kemampuan pemompaannya akan selalu terjaga. Latihan fisik secara teratur sangat penting untuk mempertahankan kondisi fisik lansia, menurunkan resiko jatuh dan menjadi jalan untuk hidup mandiri (WHO, 2011). Latihan fisik yang dianjurkan adalah senam lansia (Sumintarsih, 2006). Menurut Juniwati (2010), meskipun gerakannya sederhana tetapi olahraga tersebut memiliki manfaat yang begitu besar terutama bagi kaum lansia. Dengan mengikuti senam ini, efek minimal yang akan mereka dapatkan yaitu kebahagiaan dan senantiasa bergembira karena mereka dapat bersosialisasi dengan bertukar pikiran dengan teman sebaya. Lemon et. al. (1972) mengusulkan bahwa orang tua yang aktif secara sosial lebih cenderung menyesuaikan diri terhadap penuaan dengan baik. Hasil penelitian menunukkan bahwa lansia dengan keterlibatan sosial yang lebih besar memiliki semangat dan kepuasan hidup yang lebih tinggi, penyesuaian serta kesehatan mental yang lebih positif daripada lansia yang kurang terlibat secara sosial (Potter dan Perry, 2005). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Senam lansia juga dapat mencegah atau memperlambat kehilangan fungsional seperti penurunan massa otot serta kekuatannya, toleransi latihan, dan terjadinya penurunan lemak tubuh, bahkan dengan senam secara teratur dapat memperbaiki morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh penyakit kardiovaskuler (Darmojo, 2009). Aktivitas olahraga ini juga akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu dalam aktivitas sehari-hari (Maryam, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Margiyati (2010) menunjukkan bahwa senam yang dilakukan oleh lansia dapat memberi pengaruh pada penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Penelitian oleh Sukartini (2010) tentang manfaat senam terhadap kebugaran lansia juga menunjukkan bahwa senam dapat mempengaruhi tidak hanya stabilitas nadi, namun juga stabilitas tekanan darah sistolik dan diastolik, pernafasan dan kadar immunoglobulin. Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur (Depkes RI, 1995). Senam lansia merupakan salah satu upaya menjaga kesehatan bagi lansia dan telah terbukti mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan lansia, namun masih banyak lansia yang tidak rutin mengikuti kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua kader posyandu lansia yang dilakukan peneliti di Desa Sobokerto, jumlah lansia di Desa Sobokerto Bulan April 2014 tercatat 629 lansia dan jumlah lansia yang aktif mengikuti kegiatan senam lansia di posyandu lansia sebanyak ±150 atau 23%, padahal posyandu lansia di Desa Sobokerto merupakan posyandu paling produktif di wilayah Kecamatan Ngemplak, Boyolali. Data ini menunjukkan bahwa masih sedikit lansia yang mengikuti kegiatan senam lansia. Beragamnya faktor ketidakikutsertaan lansia mengikuti kegiatan senam lansia, maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui faktor apa yang berpengaruh untuk meningkatkan partisipasi lansia mengikuti kegiatan senam lansia. Pengembangan konsep keikutsertaan atau kepatuhan berhubungan dengan interaksi perilaku dengan kepercayaan kesehatan seseorang adalah Health Belief Model (HBM). Rosenstock commit to(1966) user menjelaskan bahwa HBM dapat
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan yaitu didasarkan pada perilaku individu yang ditentukan oleh motif dan kepercayaan individu. Konsep HBM menjelaskan bahwa perilaku individu bergantung pada nilai, hasil tertentu atau manfaat yang dirasakan dan perkiraan hasil yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan (Erackel, et al, 1984 dalam Stanley dan Beare, 1999). Berdasarkan pemahaman bahwa kepatuhan seseorang berhubungan dengan interaksi perilaku dengan kepercayaan, maka konsep HBM sangat sesuai untuk penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan praktik senam lansia. B. Rumusan Masalah Angka harapan hidup penduduk Indonesia semakin meningkat sejalan meningkatnya taraf hidup manusia. Oleh karena itu, jumlah populasi lansia juga meningkat pertahunnya. Faktor kerentanan pada lansia sering memicu berbagai masalah kesehatan pada lansia seperti hipertensi. Hipertensi dapat dicegah dengan gaya hidup yang sehat seperti pola makan yang sehat dan olahraga yang teratur. Senam lansia merupakan salah satu upaya preventif dalam menjaga kesehatan dan pencegahan penyakit bagi lansia, namun berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di posyandu lansia Desa Sobokerto, masih banyak lansia yang tidak rutin mengikuti kegiatan senam lansia. Maka peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia di posyandu lansia Desa Sobokerto, Ngemplak, Boyolali. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: “faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia di Desa Sobokerto, Ngemplak, Boyolali?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia di posyandu lansia Desa Sobokerto, Ngemplak, Boyolali. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Tujuan Khusus. a. Mengetahui hubungan persepsi ancaman keseriusan penyakit dengan praktik senam lansia di posyandu lansia Desa Sobokerto, Ngemplak, Boyolali. b. Mengetahui hubungan petunjuk perilaku bertindak dengan praktik senam lansia di posyandu lansia Desa Sobokerto, Ngemplak, Boyolali. c. Mengetahui hubungan persepsi hambatan dengan praktik senam lansia di posyandu lansia Desa Sobokerto, Ngemplak, Boyolali. d. Mengetahui hubungan persepsi manfaat dengan praktik senam lansia di posyandu lansia Desa Sobokerto, Ngemplak, Boyolali. e. Mengetahui hubungan persepsi ancaman keseriusan penyakit, petunjuk perilaku bertindak, persepsi hambatan, dan persepsi manfaat dengan praktik senam lansia di posyandu lansia Desa Sobokerto, Ngemplak, Boyolali. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberikan masukan dan informasi secara objektif mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia sehingga dapat meningkatkan keberhasilan kegiatan lansia. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan memberi alternatif pilihan pemanfaatan waktu luang lansia yaitu kegiatan senam lansia, memberi pengetahuan kepada kader atau paguyuban lansia bahwa senam lansia sangat bermanfaat bagi lansia penderita hipertensi, memberi pengetahuan kepada masyarakat luas betapa pentingnya menjaga kesehatan fisik seperti berolahraga untuk menjaga kesehatan
baik
dimasa
sekarang
atau
commit to user
untuk
masa
datang.