PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 2 Warungkiara Kabupaten Sukabumi Tahun Pelajaran 2012/2013) POPI FAUZIAH ULFA e-mail:
[email protected]
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya ABSTRAK Kemampuan penalaran adaptif matematik yaitu kapasitas untuk berpikir secara logis antara hubungan situasi dan konsep. Kemampuan penalaran adaptif matematik ini perlu dikembangkan karena merupakan kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi yang memerlukan penggunaan kinerja otak secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Brain Based Learning terhadap peningkatan kemampuan penalaran adaptif matematik peserta didik. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kemandirian belajar peserta didik pada penerapan model pembelajaran Brain Based Learning. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Instrumen yang digunakan berupa soal tes kemampuan penalaran adaptif dan angket kemandirian belajar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Warungkiara Kabupaten Sukabumi Tahun Pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian diambil secara acak dan dipilih dua kelas, yaitu kelas VIIIA sebagai kelas eksperimen dengan jumlah peserta didik 40 orang dan kelas VIIIC sebagai kelas kontrol dengan jumlah peserta didik 43 orang. Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Brain Based Learning sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran langsung. Teknik analisis data menggunakan uji Wilcoxon karena salah satu sampel tidak berdistribusi normal. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada pengaruh positif model pembelajaran Brain Based Learning terhadap peningkatan kemampuan penalaran adaptif matematik peserta didik, dan pada penerapan model pembelajaran Brain Based Learning peserta didik memiliki kemandirian belajar tinggi. Kata kunci: Model Pembelajaran Brain Based Learning, Kemandirian Belajar, Kemampuan Penalaran Adaptif. ABSTRACT Mathematical Adaptive reasoning abilities, namely the capacity to think logically between situation and concept relationships. Mathematical adaptive reasoning skills need to be developed because it is a higher-order mathematical thinking ability that requires the use of optimal brain performance. This research aims to know the influence of the learning Brain Based Learning model of mathematical adaptive reasoning skills enhancement learner. In addition, the research also aims to determine the independence 1
of learning the students on the application of the learning Brain Based Learning model. This research uses experimental methods. The instruments used are a matter of adaptive reasoning ability tests and self regulated learning. The population in this research is all 8th grade students in SMP Negeri 2 Warungkiara Sukabumi district academic year 2012/2013. The samples of the research were randomly selected by taking two class, VIII A as class experiments with the number of students 40 people and class as a class controls with VIII C number of learners 43 people. Study on the experimental class using the learning Brain Based Learning model, whereas in a learning control using model class directly. Data analysis techniques using the Wilcoxon test for one sample is not derived from a normal gaussian populations. The result of research concludes that there is a positive influence of the Brain Based Learning model on the Adaptive mathematical reasoning skills enhancement of the students, and the application of Brain Based Learning Model, the students have high self regulated learning. Key word:
Brain Based Learning Model, Self Regulated Learning, Mathematical Adaptive Reasoning
PENDAHULAN Seiring dengan peradaban dan kemajuan teknologi yang semakin modern, maka dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan memiliki kapabilitas. Hal ini dapat dipenuhi dengan cara membekali SDM tersebut melalui program pendidikan dan pelatihan yang bermutu. Oleh karena itu, pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil yang maksimal. Dalam pendidikan, matematika memiliki peranan yang sangat penting. Hal ini sejalan dengan Suherman, Erman (2010:2.21) yang menyatakan “Matematika sebagai ratu dan pelayannya ilmu”. Artinya matematika ini merupakan dasar dari ilmu-ilmu eksakta maupun non eksakta yang lain. Akan tetapi, sekarang ini kualitas peserta didik dalam pendidikan matematika di Indonesia memiliki kualitas yang masih di bawah standar internasional. Hal ini sesuai dengan survei dari TIMSS pada tahun 2011 menurut Thomson, Sue, et.al. (2012:13-14) yang melaporkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke 38 dari 42 negara untuk bidang matematika dengan skor 386. Skor ini masih jauh di bawah rata-rata skor internasional yaitu 550. Buruknya kualitas peserta didik dalam pendidikan matematika bisa disebabkan oleh tidak dibekalinya peserta didik dengan kompetensi dasar yang sesuai dengan standar proses. Menurut Depdiknas (2006:33), “Standar proses meliputi kompetensi problem solving, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi, serta penyajian
2
matematika. Diantara kelima kompetensi tersebut perlu penekanan terhadap kemampuan penalaran. Hal ini dikarenakan dalam standar isi disebutkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah agar peserta didik dapat menggunakan penalaran pada pola dan sifat. Akan tetapi pada kenyataan yang terjadi disekolah, pembelajaran matematika yang biasa dilakukan oleh guru sekarang ini lebih menekankan pada menghafal konsep dengan tanpa memahaminya sehingga hal ini dapat mengakibatkan rendahnya kemampuan penalaran peserta didik. Kenyataan ini sejalan dengan penelitian Dahlia, Dini (2008:3) yang menyatakan bahwa pada saat peserta didik diberikan soal yang berbeda dari biasanya dan membutuhkan kemampuan penalaran yang lebih luas (penalaran adaptif), kebanyakan dari mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. Hal ini, sesuai dengan kondisi peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 2 Warungkiara. Kemampuan penalaran adaptif matematik merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi sehingga diperlukan penggunaan kinerja otak yang optimal. Untuk itu, upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kemampuan penalaran adaptif matematik peserta didik diantaranya dengan memilih suatu model pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip kerja otak. Salah satu pembelajaran yang diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan tersebut adalah model pembelajaran Brain Based Learning. Menurut Jensen, Eric (2008:12) “Model pembelajaran Brain Based Learning adalah
pembelajaran
yang
multidisipliner
dengan
berorientasi
pada
upaya
pemberdayaan penggunaan otak yang optimal serta didesain secara alamiah untuk belajar”. Alasan peneliti memilih model pembelajaran Brain Based learning karena pembelajaran dengan menggunakan model Brain Based learning memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengasah kemampuan berpikir mereka sehingga kemampuan penalaran adaptif matematik dapat dikembangkan. Selain itu, salah satu strategi utama dalam model pembelajaran Brain Based learning adalah menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, sehingga hal ini dapat membuat peserta didik merasa nyaman dan senang dalam pembelajaran. Kemandirian belajar adalah suatu hal yang perlu dikembangkan peserta didik dalam belajar matematika. Peserta didik diharapkan memiliki kemandirian belajar yang tinggi karena menurut Sumarmo, Utari (2007:5) peserta didik yang mempunyai kemandirian belajar tinggi “Cenderung belajar lebih baik, mampu memantau,
3
mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif; menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya; mengatur belajar dan waktu secara efisien, dan memperoleh skor yang tinggi dalam sains”. Dalam model pembelajaran Brain Based Learning, peserta didik dituntut untuk menemukan konsep suatu materi sendiri dengan bimbingan guru sehingga peran guru hanya sebagai fasilitator saja. Hal ini dilakukan agar peserta didik tidak bersifat pasif dalam belajar dan diharapkan inisiatif belajar mereka muncul sehingga akan tumbuh kemandirian belajar mereka. Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui pengaruh positif model pembelajaran Brain Based Learning terhadap peningkatan kemampuan penalaran adaptif matematik peserta didik. 2. Untuk mengetahui kemandirian belajar peserta didik pada penerapan model pembelajaran Brain Based Learning. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain penelitian yang dilaporkan oleh Lestari, Dian Dwi (2012) dengan judul “Penerapan desain pembelajaran matematika berdasarkan prinsip Brain Based Learning untuk meningkatkan kemampuan pemahaman rasional matematis siswa”. Berdasarkan hasil penelitian di kelas VII SMPN 43 Bandung dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman rasional matematis yang menggunakan desain pembelajaran berdasarkan prinsip Brain Based Learning lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang mendapatkan pembelajaran langsung, selain itu peserta didik pun memberikan respon yang positif terhadap matematika setelah diberikannya desain pembelajaran berdasarkan Brain Based Learning. Penelitian lain dengan judul “Penerapan pembelajaran Brain Based Learning untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa”. Penelitian ini dilaporkan oleh Nurmayanti, Nira (2012) dan dilakukan pada mata pelajaran matematika kelas VII SMPN 43 Bandung. Dari hasil analisis data dengan Uji Mann Whitney U data indeks gain dengan taraf signifikan 5% dipenuhi bahwa peningkatan kemampuan komunikasi kelas eksperimen (pembelajarannya berdasarkan prinsip Brain Based Learning) lebih baik dibandingkan kemampuan komunikasi kelas kontrol (pembelajarannya dengan model pembelajaran langsung) dengan nilai signifikansi 0,024.
4
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Warungkiara, sedangkan sampel diambil secara acak, terpilih kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelas kontrol. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan sebagai berikut: 1.
Tes Kemampuan Penalaran Adaptif Matematik Peserta Didik Tes kemampuan penalaran adaptif matematik pada penelitian ini, yaitu sebelum pembelajaran dimulai (pretes) dan setelah semua materi tersampaikan atau setelah pembelajaran selesai (postes). Tes ini diberikan dikelas eksperimen maupun kelas kontrol dan diharapkan dapat mengukur kemampuan penalaran adaptif matematik peserta didik. Tes kemampuan penalaran adaptif matematik peserta didik ini berupa soal-soal uraian sebanyak 4 soal. Skor maksimal setiap soal adalah 4, sehingga jumlah skor idealnya adalah 16 dengan menggunakan pedoman penskoran tes kemampuan penalaran adaptif matematik.
2.
Penyebaran Angket Kemandirian Belajar Angket kemandirian belajar ini diberikan kepada peserta didik setelah model pembelajaran Brain Based Learning diberikan di kelas eksperimen. Angket ini digunakan untuk mengetahui kemandirian belajar peserta didik pada penerapan model pembelajaran Brain Based Learning. Angket ini dianalisis dengan mengelompokan menjadi tiga criteria yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kriteria pengelompokkan kemandirian belajar peserta didik diadaptasi dari pengolahan skor angket peserta didik dengan menghitung rerata skor menurut Suherman, Erman (2008:2), yaitu: 𝑥 >3 kemandirian belajar tinggi 𝑥=3 kemandirian belajar sedang 𝑥<3 kemandirian belajar rendah Keterangan: 𝑥 = rata-rata skor angket kemandirian belajar peserta didik dalam satu kelas
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Warungkiara dengan bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Brain Based Learning terhadap peningkatan kemampuan penalaran adaptif matematik serta mengetahui kemandirian
5
belajar peserta didik pada penerapan model pembelajaran Brain Based Learning. Dalam penelitian ini, dipilih dua kelas yaitu kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Brain Based Learning dan kelas kontrol yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Data yang disajikan berupa data kuantitatif yang merupakan data kemampuan penalaran adaptif matematik peserta didik kelompok eksperimen yang terdiri dari 40 orang dan kelas kontrol yang terdiri dari 43 orang. Data tersebut diperoleh dari hasil pretes dan postes yang diberikan pada masing-masing kelompok dengan skor maksimal 16. Pretes dan postes tersebut diberikan untuk mendapatkan indeks gain yang digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan penalaran adaptif matematik setelah pembelajaran dengan model Brain Brain Learning ini diberikan. Selain itu, terdapat pula data kemandirian belajar peserta didik kelompok eksperimen yang diperoleh dari angket. 1. Pengujian Persyaratan Analisis a. Analisis pretes kemampuan penalaran adaptif matematik peserta didik Berdasarkan hasil pengujian, kedua data tidak berasal dari distribusi 2 2 normal dimana kelas eksperimen memperoleh hitung = 9,24 > daftar = 9,21 dan 2 2 kelas kontrol hitung = 13,41 > daftar = 13,3. Oleh karena itu uji homogenitas
varian tidak dilakukan dan dilanjutkan dengan uji Wilcoxon. b. Analisis indeks gain kemampuan penalaran adaptif matematik peserta didik 2 Berdasarkan hasil pengujian, kelas eksperimen memperoleh hitung = 2 3,78 < daftar = 11,3 maka data berasal dari distribusi normal dan kelas kontrol 2 2 memperoleh hitung = 14,3 > daftar = 11,3 maka data tidak berasal dari distribusi
normal. Oleh karena salah satu data tidak normal maka uji homogenitas varians tidak dilakukan dan dilanjutkan dengan uji Wilcoxon. 2. Pengujian Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian a. Uji Wilcoxon 1) Postes kemampuan berpikir kreatif matematik Hasil perhitungan dari pengujian hipotesis menggunakan uji Wilcoxon diperoleh W hitung > W0,01(40) , yaitu 239 > 218,4, maka H0 diterima. Artinya, tidak ada perbedaan kemampuan awal penalaran adaptif matematik peserta didik pada 6
kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan kata lain kemampuan awal kedua kelas tersebut sama. 2) Indeks Gain kemampuan berpikir kreatif matematik Hasil perhitungan dari pengujian hipotesis menggunakan uji Wilcoxon diperoleh W hitung < W0,01(40) , yaitu 168 < 218,4, H0 ditolak. Artinya peningkatan kemampuan penalaran adaptif matematik peserta didik melalui model pembelajaran Brain Based Learning lebih baik daripada model pembelajaran langsung. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada pengaruh positif model pembelajaran Brain Based Learning terhadap peningkatan kemampuan penalaran adaptif matematik peserta didik. b. Analisis Angket Kemandirian Belajar Peserta Didik Untuk mengetahui kemandirian belajar peserta didik pada penerapan model pembelajaran Brain Based Learning maka disusun sebuah angket. Penyebaran Angket kemandirian belajar ini dilakukan setelah pelaksanaan postes dan diberikan kepada semua peserta didik pada kelas eksperimen untuk dimintai pendapatnya. Angket tersebut terbagi kedalam sembilan indikator kemandirian belajar, yaitu inisiatif belajar, mendiagnosa kebutuhan belajar, menentukan tujuan belajar, memonitor dan mengatur belajar, memandang kesulitan sebagai tantangan, memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, memilih dan menetapkan strategi belajar yang tepat, mengevaluasi proses dan hasil, serta konsep diri. Kemudian angket dihitung rata-ratanya dan selanjutnya dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh bahwa rata-rata diperoleh ratarata kemandirian belajar peserta didik secara keseluruhan adalah 3,94, maka 𝑋 lebih besar 3 sehingga dapat dikatakan bahwa pada penerapan model pembelajaran Brain Based Learning peserta didik memiliki kemandirian belajar tinggi. Pembahasan 1. Pengaruh Model Pembelajaran Brain Based Learning dan Model Pembelajaran Langsung terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Data yang diolah merupakan indeks gain yang merupakan selisih antara pretes dengan postes tes kemampuan penalaran adaptif matematik peserta didik
7
dibagi dengan selisih skor maksimum dengan pretes. Dari hasil penelitian, rata-rata pretes kelas eksperimen sebesar 2,78 dan kelas kontrol memiliki rata-rata pretes sebesar 2,23. Setelah diuji dengan menggunakan uji Wilcoxon diperoleh bahwa kemampuan awal penalaran adaptif matematik peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama. Dengan demikian, peningkatan yang terjadi merupakan hasil dari perlakuan yang diberikan selama penelitian. Hal ini sejalan dengan Ruseffendi, E.T. (2010:53) yang menyatakan bahwa naiknya skor pada postes dibandingkan dengan pretes belum tentu disebabkan karena perlakuan, untuk itu perlu diuji kemampuan awal kedua kelas sehingga peneliti yakin bahwa kemampuan awal kedua kelas sama. Peningkatan kemampuan penalaran adaptif matematik peserta didik pada kelas eksperimen menunjukkan peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal itu terlihat dari rata-rata skor rata-rata indeks gain kelas eksperimen adalah 0,48 sedangkan rata-rata indeks gain kelas kontrol adalah 0,32. Selain itu, dengan pengujian hipotesis menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan bahwa ada pengaruh positif model pembelajaran Brain Based Learning terhadap peningkatan kemampuan penalaran adaptif matematik peserta didik. Hal ini dikarenakan perlakuan yang diberikan pada saat pembelajaran disesuaikan dengan cara kerja otak peserta didik. Sebelum pembelajaran dimulai peserta didik diajak untuk melakukan senam otak, ini dilakukan untuk mengurangi ketegangan dan menambah rileks peserta didik pada saat mengikuti pembelajaran sehingga konsentrasi mereka meningkat. Hal ini sejalan dengan Eliasa, Eva Imania (2007:2) “Dengan Brain Gym, pikiran akan lebih jernih, hubungan antar manusia akan lebih rileks dan senang, lebih semangat berkonsentrasi, anak akan kreatif dan efisien juga lebih sehat dan prestasi belajar akan meningkat”. Selain itu, pemberian musik juga berpengaruh pada proses pembelajaran, hal ini sesuai dengan Jensen, Eric (2008:387), “Musik dapat menghasilkan
kondisi
pembelajaran
yang
optimal,
sekaligus
juga
dapat
mengenergikan tubuh untuk mencapai kebugaran maksimum dan optimisme”. Jenis musik yang digunakan oleh peneliti adalah musik instrumental atau klasik karena jenis musiknya lembut dan membuat rileks.
8
Sebagian besar peserta didik mengalami kesulitan dalam hal mengingat dan memahami suatu rumus matematika, termasuk juga rumus keliling dan luas lingkaran sehingga pada saat pemberian materi, peneliti memberikan keterampilan mengingat untuk memudahkan peserta didik. Keterampilan mengingat yang digunakan juga disesuiakan dengan cara kerja otak dengan tidak menggunakan otak kirinya saja akan tetapi dengan menggunakan kedua belah otak (belahan kiri dan kanan). Hal ini sejalan dengan Windura, Sutanto (2011:87) “Mengingat dengan kedua belah otak akan menyenangkan dan tahan lama daya ingatnya”. Sistem mengingat atau keterampilan mengingat yang peneliti gunakan adalah sistem kartu kilas dan sistem singkatan tarikan. Untuk sistem kartu kilas, peneliti gunakan pada materi bagian-bagian dan unsur-unsur lingkaran. Peneliti memberikan contoh dengan membuat beberapa kartu seukuran kartu permainan sehingga dapat dimasukkan ke dalam saku baju peserta didik, kemudian kedua permukaan kartu digunakan untuk menulis materi (bagian depan untuk istilah dan bagian belakang bagian arti). Sedangkan untuk mengingat rumus dan keliling lingkaran, peneliti menggunakan sistem singkatan-tarikan. Sebagai contoh sistem tarikan-singkatan ini peneliti sisipkan pada bahan ajar, akan tetapi peneliti juga memberi kebebasan kepada peserta didik untuk membuat sendiri sesuai keinginan. Selain itu, pada poses diskusi bahan ajar dan peserta didik dirangsang untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Ini dilakukan untuk membangun pengetahuan mereka dan juga memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertukar pikiran dengan temannya jika mengalami kesulitan dalam menemukan konsep. Hal ini sejalan dengan teori interaksi sosial yang dikemukan oleh Vygotsky. Setelah melakukan tahap persiapan, pre-pemaparan dengan senam otak, diskusi materi dan presentasi hasil diskusi, kemudian peserta didik diberikan jeda untuk peregangan (istirahat). Kemudian, sebelum memulai kembali pembelajaran peserta didik diajak untuk melakukan relaksasi, salah satu yang digunakan adalah pernafasan beritme. Perlakuan-perlakuan yang diberikan kepada peserta didik pada proses pembelajaran melalui model pembelajaran Brain Based Learning diupayakan menyenangkan dan disesuaikan dengan kondisi peserta didik sehingga merasa tidak jenuh dan nyaman terlibat didalamnya.
9
Berbeda dengan model pembelajaran langsung, yang lebih mengutamakan peran guru, peserta didik tidak dituntut untuk aktif dan hanya mendapatkan pengetahuan dari guru tanpa berusaha menemukan sendiri. Selain itu tidak banyak perlakuan yang diberikan pada model pembelajaran ini, diantaranya guru menyampaikan materi dan memberikan latianh-latihan soal untuk dikerjakan peserta didik yang kemudian dibahsa secara klasikal oleh guru sehingga belajar menjadi tidak bermakna. 2. Kemandirian Belajar Peserta Didik Kemandirian belajar adalah suatu hal yang perlu dikembangkan peserta didik dalam belajar matematika. Peserta didik diharapkan dapat memiliki kemandirian belajar yang tinggi secara keseluruhan, hal ini dikarenakan menurut Sumarmo, Utari (2007:5) peserta didik yang mempunyai kemandirian belajar tinggi “Cenderung belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif; menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya; mengatur belajar dan waktu secara efisien, dan memperoleh skor yang tinggi dalam sains”. Berdasarkan hasil analisis pernyataan angket secara keseluruhan dapat diketahui bahwa pada penerapan model pembelajaran Brain Based Learning ini menunjukkan kemandirian belajar peserta didik tinggi dengan rerata skornya adalah 3,94. Hal ini disebabkan pada model pembelajaran Brain Based Learning ini, terdapat tahap diskusi kelompok dimana peserta didik dapat mencari konsep dan memahami materi sendiri dan guru hanya sebagai fasilitator. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik ingin belajar dengan tanpa harus disuruh dan terus dibantu oleh orang lain sehingga nantinya akan muncul inisiatif belajar peserta didik. selain itu dengan adanya perlakuan-perlakuan yang diberikan pun dapat meningkatkan kemandirian belajar peserta didik. proses pembelajaran dibuat semenarik mungkin agar mereka nyaman sehingga muncul keinginan mereka untuk belajar. selain itu, kemandirian belajar peserta didik terlihat pada saat mereka diberikan tugas individu, sebagian besar dari mereka mengerjakan dan mengumpulkan dengan tepat. Selain itu, analisis hasil pernyataan angket tiap indikator pun menghasilkan kesimpulan yang tidak berbeda dengan secara keseluruhan. Pada tiap indikator (sebanyak 9 indikator) sebagian besar peserta didik memiliki kemandirian belajar
10
pada kategori tinggi. Hal ini pun mengasumsikan bahwa model pembelajaran Brain Based Learning mendukung kemandirian belajar peserta didik. Rerata paling banyak untuk kategori kemandirian belajar tinggi terdapat pada indikator menetapkan tujuan belajar. Hal ini terlihat dari sebagian besar peserta didik ingin memahami matematika agar prestasi belajarnya bagus dan mereka mempunyai target tertentu dalam belajar matematika. Kemudian untuk rerata kedua paling banyak untuk kemandirian belajar tinggi pada indikator memandang kesulitan sebagai tantangan dengan reratanya 4,46. Hal ini dikarenakan, pembelajaran dengan model Brain Based Learning dapat mengembangkan pola pikir peserta didik. Selain itu, membiasakan peserta didik untuk dapat saling memotivasi dan mengontrol perilakunya.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 2 Warungkiara Kabupaten Sukabumi serta pembahasan yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya mengenai kemampuan penalaran adaptif matematik dan kemandirian belajar peserta didik melalui model pembelajaran Brain Based Learning, maka diperoleh simpulan sebagai berikut: 1.
Ada pengaruh positif model pembelajaran Brain Based Learning terhadap peningkatan kemampuan penalaran adaptif matematik peserta didik.
2.
Pada penerapan model pembelajaran Brain Based Learning peserta didik memiliki kemandirian belajar sedang.
Saran Berdasarkan simpulan penelitian, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Bagi kepala sekolah disarankan untuk menyediakan training kepada para guru mengenai model pembelajaran yang terkini dan salah satu diantaranya model pembelajaran Brain Based Learning, karena model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan penalaran adaptif matematik peserta didik. Akan tetapi diperlukan dukungan sarana dan prasarana yang memadai agar penerapan model pembelajaran ini optimal.
11
2. Bagi guru matematika penggunaan model pembelajaran Brain Based Learning dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran di kelas. Akan tetapi guru harus lebih cermat dan memperhatikan alokasi waktu yang lebih tepat agar setiap tahapan pada pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara optimal. Selain itu, dalam pemilihan musik yang akan digunakan sebaiknya disesuiakan dengan kondisi dan keadaan peserta didik 3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melanjutkan penelitian
pengunaan
model Brain Based Learning pada karakteristik populasi yang berbeda dan kemampuan matematik lainnya yang lebih luas seperti: kemampuan pemecahan masalah, pemahaman dan komunikasi matematik. Pada saat proses diskusi, guru harus membimbing setiap kelompok secara adil dan seimbang, sedangkan waktu yang tersedia tidak mencukupi maka disarankan model ini dimodifikasi dengan model tutor sebaya atau yang lainnya. Selain itu, untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyediakan arena bagi yang menyukai dan tidak menyukai musik agar tidak terganggu satu sama lain karena pada penelitian ini, hal tersebut belum terkondisikan.
DAFTAR PUSTAKA Dahlia, Dini. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Treffinger dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa. Skripsi UPI Bandung. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu [3 Desember 2012]. Depdiknas. (2006). Pedoman penulisan Buku Pelajaran: Penulisan Standar Mutu Buku Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas. Eliasa, Eva Imania. (2007). “Brain Gym, Brain Games (Mari Bermain Otak dengan Senam Otak)”. Makalah pada Program Parent Volunteer`s Week di SD Budi Mulia Dua. Yogyakarta. Jensen, Eric. (2008). Pembelajaran Berbasis Otak: Cara Baru dalam Pengajaran dan Pelatihan. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Ruseffendi, E. T. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta lainnya. Bandung: Tarsito. Suherman, Erman. (2010). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Modul UPI Bandung. Sumarmo, Utari. (2007). Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. [Online]. Tersedia: http://math.sps.upi.edu [2 Desember 2012]. Thomson, Sue, et.al. (2012). Highlights from TIMSS & PIRLS 2011 from Australia’s Perspective. Australia: ACER.
12
Windura, Sutanto. (2011). Be An Absolute Genius!: Panduan Praktis Learn How To Learn Sesuai Cara Kerja Alami Otak. Jakarta: Elex Media Komputindo.
13