POLITEKNOSAINS VOL. XIII NO. 2
September 2014
STUDI EKSPERIMENTAL NILAI OKTAN NUMBER BAHAN BAKAR PERTAMAX PLUS DAN SHELL SUPER EXTRA R95 TERHADAP EMISI GAS BUANG CO DAN HC PADA SEPEDA MOTOR NINJA 150RR 1)
Sarjono , 2)Sugiyarta
1)
Jurusan Teknik Mesin STTR Cepu E-Mail:
[email protected] 2) Jurusan Teknik Mesin Politama Surakarta E-Mail:
[email protected]
ABSTRACT This study was conducted to determine the effect of fuel use shell super extra R95, pertamax plus, and premium on the motor performance and exhaust emissions of CO and HC. In this study the fuel to be tested is a premium, pertamax plus, and super extra R95 shell. Tests done as much repetition (3) three times on each sampelbahan fuel to obtain valid test results. The results showed that at 8770 rpm rotation at each fuel (premium, plus pertamax, and shell super extra R95) generate power equal: 20.7 HP; 21.6 HP, and 24.4 HP. While on rotation 8189 rpm Torque generates respectively 17.61 kg.m; kg.m 14.36, and 20.37 kg.m. HC exhaust emissions highest in fuel use premiumsebesar 4020 ppm, while the lowest CO exhaust emissions in the use of premium fuel of 0.76%. Kata kunci : Nilai oktan, Bahan bakar, Emisi gas buang CO dan HC PENDAHULUAN Mesin mobil maupun motor memerlukan jenis bensin yang sesuai dengan desain mesin itu sendiri agar dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan kinerja yang optimal. Jenis bensin tersebut biasanya diwakili dengan angka / nilai oktan (RON), misalnya Premium ber-oktan 88, Pertamax beroktan 92 dan seterusnya. Semakin tinggi angka oktan, maka harga per liternya pun umumnya lebih tinggi (mahal). Namun belum tentu bahwa jika mengisi bensin ber-oktan tinggi pada mesin mobil atau motor kita
Studi Eksperimental. . .
kemudian akan menghasilkan tenaga yang lebih tinggi pula. Sekarang ini SPBU swasta juga semakin banyak yang membuat kita punya banyak pilihan bahan bakar. Harga bensin produk swasta ini juga bersaing dengan produk lokal. Karena kualitas bahan bakar yang dijual SPBU swasta hanya bensin yang beroktan tinggi yaitu oktan 92 dan 95. Tinjauan Pustaka Menurut Eri Sururi dan Budi Waluyo, ST (2010) dari hasil penelitian perbandingan penggunaan premium dan pertamax ini dapat 1
POLITEKNOSAINS VOL. XIII NO. 2
September 2014
ditarik beberapa kesimpulan, antara lain Torsi tertinggi pada penggunaan jenis bahan bakar premium yaitu, 10,21 kgf.m pada putaran mesin 6000 rpm. Sedangkan torsi tertinggi yang dihasilkan pada penggunaan jenis bahan bakar pertamax adalah 9,92 kgf.m juga pada putaran mesin 6000 rpm. Hal ini berarti bahwa torsi yang dihasilkan oleh bahan bakar premium lebih tinggi daripada yang dihasilkan oleh bahan bakar pertamax. Daya tertinggi yang dihasilkan oleh premium dan pertamax besarnya sama, yaitu : 10,85 HP dan juga pada putaran mesin yang sama yaitu : 10000 rpm. Penggunan bahan bakar jenis pertamax pada sepeda motor Suzuki Thunder Tipe EN-125 dengan kondisi mesin standard tidak memberikan peningkatan daya yang signifikan. Pada putaran mesin 4000 s/d 8000 rpm, konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) premium lebih rendah /irit daripada pertamax. Meskipun pada putaran mesin 9000 rpm ke atas sfc premium mengalami peningkatan dan lebih tinggi daripada pertamax akan tetapi secara garis besar, konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) premium lebih rendah / irit daripada pertamax. Perlu diketahui, bahwa setiap jenis mesin mobil ataupun sepeda motor memiliki spesifikasi mesin yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Studi Eksperimental Nilai Oktan Number Bahan Bakar Pertamax Plus dan Shell Super Ekstra R95 Terhadap Emisi Gas Buang CO dan HC Pada Sepeda Motor Ninja 150RR. Parameter yang
digunakan untuk mengkaji prestasi mesin tersebut meliputi : torsi, daya, dan konsumsi bahan bakar spesifik (Specific Fuel Consumption) dan emisi gas buangnya. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai Studi Eksperimental Nilai Oktan Number Bahan Bakar Pertamax Plus dan Shell Super Ekstra R95 Terhadap Emisi Gas Buang CO dan HC Pada Sepeda Motor Ninja 150RR.
Studi Eksperimental. . .
Landasan Teori Motor bakar adalah suatu pesawat kalor yang mengubah tenaga panas kedalam bentuk tenaga mekanis (Haryono,G., 1984, Uraian Praktis Mengenal Motor Bakar). Dengan cara mengubah energi kimia dari bahan bakar menjadi energi panas, dan menggunakan energi tersebui untuk melakukan kerja mekanik. Energi thermal diperoleh dari pembakaran bahan bakar pada mesin itu sendiri. Jika ditinjau dari cara memperoleh energi thermal ini (proses pembakaran bahan bakar), maka motor bakar dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu: motor pembakaran luar (External Combustion Engine) dan motor pembakaran dalam (Internal Combustion Engine). Motor Bakar Torak 2 Langkah Dibawah ini secara ringkas diperlihatkan cara kerja motor 2 langkah sebagimana diperlihatkan pada gambar 1.
2
POLITEKNOSAINS VOL. XIII NO. 2
September 2014
Gambar 1. Diagram Lubang Simetris
Diagram lubang tertera pada lingkaran engkol saat membuka dan menutup. Bagaimana menemukan titik-titik ini dapat dilihat pada gambar 2. Jalannya tekanan dalam silinder (pada motor dengan beban penuh) dapat dilihat pada gambar 3. Pada gambar ini terlihat bahwa pemampatan dimulai setelah lubang buang A ditutup. Bila selama langkah ekspansi lubang buang C dibuka turunlah tekanan dalam silinder.
Gambar 3. Tekanan Dalam Silinder Motor 2 Langkah Dibebani Penuh
Penurunan tekanan ini (gambar 4) memungkinkan pemasukan campuran baru dari karter ke silinder setelah dibukanya lubang bilas.
Gambar 4. Tekanan Dalam Silinder
Gambar 2. Susunan Diagram Lubang
Studi Eksperimental. . .
Ruang Karter Isi ruang karter motor dua langkah itu penting sekali untuk pembilasan motor. Bila isinya besar maka disebabkan oleh pencapaian tekanan kurang yang kecil sedikit sekali campuran yang diisapnya. Disamping tekanan lebih yang harus dicapai dalam karter cukup kecil sewaktu piston bergerak ke bawah. Sehingga kecepatan bilas sangat kurang. Dengan demikian pengisian silinder akan memburuk 3
POLITEKNOSAINS VOL. XIII NO. 2
September 2014
lebih-lebih pada frekwensi piston tinggi. Pada motor dua langkah yang biasa dipakai besarnya isi karter yang merugikan kira-kira dua atau tiga kali sebesar isi langkah. Untuk meningkatkan motor dua langkah, ruang ini harus dibatasi dengan cara, memberi tambahan pada pipa engkol. Kecepatan bilas menjadi tinggi, sehingga arus gas terdepan mancapai lubang buang, sewaktu lubang ini masih membuka lebar. Akibatnya akan mengalami kerugian besar lebih-lebih pada fiekwensi putar rendah dan muatan penuh. Pada frekwensi putar lebih tinggi langkah ini dapat memberi perbaikan pada pengisian silinder.
motor 2 langkah, pemasukanya langsung masuk kedalam karter. Lubang- lubangnya tidak lagi dilayani oleh piston sehingga jalannya pengisian lebih menguntungkan. Jadi lubang isian diatur oleh piringan gas yang berputar pada poros engkol.
Gambar 6. Diagram Lubang Asimetris
Gambar 5. Tekanan Dalam Karter Motor Dua Langkah
Jalannya tekanan di dalam karter ditunjukkan pada Gambar 5. Setelah penutupan lubang bilas oleh piston yang mengarah keatas, tekanannya sebesar 15 kPa. Setelah pembukaan lubang isian tekanan karternya membesar lagi. Apabila piston bergerak kebawah lagi, di dalam karter terjadi tekanan lebih, yang pada TMB meningkat sampai kira-kira 70 kPa. Pada beberapa jenis Studi Eksperimental. . .
Gambar 7. Langkah Masuk dan Buang Motor 2 Langkah
Gambar 7 memperlihatkan langkah piston ke atas (Pengisian Karter) dan gambar b adalah piston bergerak ke bawah (tekanan karter). Menarik untuk diketahui bahwa diagram lubang itu dapat dibuat simetris, sehingga dapat mencapai pengisian dan pembilasan yang lebih baik. 4
POLITEKNOSAINS VOL. XIII NO. 2
September 2014
Beberapa motor dua langkah seperti sepeda kumbang mempunyai katup membran sebagai pengisian, sehingga diagramnya berbentuk asimetris juga.
Bensin Premium Premium adalah merupakan bahan bakar cair yang telah lama digunakan untuk kendaraan bermotor di Indonesia, memiliki nilai Oktan 88. Hal ini sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Minyak Dan Gas Bumi No 3674 K / 24 / DJM 2006 tanggal 17 Maret 2006. Premium berasal dari bensin yang merupakan salah satu fraksi dari penyulingan minyak bumi yang diberi zat tambahan atau aditif, yaitu Tetra Ethyl Lead (TEL). Bensin premuim mempunyai rumus empiris Etlyl Benzena (C8H18). Premium adalah bahan bakar jenis distilat berwarna kuning akibat adanya zat pewarna tambahan. Penggunaan premium pada umumnya digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti mobil, sepeda motor, dan lain lain. Bahan bakar ini juga sering disebut motor gasoline atau petrol dengan angka oktan adalah 88, dan mempunyai titik didih 30°C 200°C. Karakteristik bahan bakar minyak yang perlu diketahui secara umum adalah:
Bahan Bakar Banyak macam dan jenis dari bahan bakar baik dalam bentuk cair, padat, maupun gas yang masingmasing mempunyai nilai bakar yang berbeda. Bahan bakar cair dan gas yang umum digunakan oleh motor bakar diantaranya : premium, solar, LPG, dan avtur. Bahan bakar premium adalah hasil dari pemurnian Nephta, yang komposisinya dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk motor bakar ( Internal Combustion Engine ). Nephta adalah semua jenis minyak ringan (Light Oil) yang memiliki sifat antara gasoline dan kerosin. Premium (bensin) berasal dari kata Benzena (C6H8) bagian dari minyak bumi mentah yang berupa campuran berbagai hidrokarbon dan mudah rnenguap. Bensin untuk motor-motor Auto mobile terdiri atas campuran hydrogen yang di distilasi pada suhu 1000F, dan campuran terdiri atas : (1) Straight Run Nephta yaitu minyak bumi yang mendidih sampai suhu 400o F, (2) Refrom Nephta diperoleh dengan cara pengolahan secara thermis atau dengan dihedrogenisasi katalistis dari nephta yang berat, (3) Cracked Nephta diperoleh dengan proses thermis atau dengan katalistik distilasi seperti minyak dan gas ( Gas Oil ), dan (4) Casing Head Gasoline diperoleh dari hasil distilasi kering gas alam (natural gas ).
Studi Eksperimental. . .
Bensin Pertamax PIus Pertamax Plus merupakan bahan bakar superior Pertamina dengan kandungan energi tinggi dan ramah lingkungan, produksi menggunakan bahan baku pilihan berkualitas tinggi sebagai hasil penyempurnaan formula terhadap produk Pertamina sebelumnya. Pertamax Plus telah memenuhi standar performance International World Wide Fuel Charter (WWFC). 5
POLITEKNOSAINS VOL. XIII NO. 2
September 2014
Pertamax Plus merupakan jawaban atas kebutuhan teknologi otomotif mutakhir saat ini. Ditujukan untuk kendaraan yang berteknologi mutakhir yang mempersyarat-kan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan ramah lingkungan. Pertamax Plus sangat direkomendasi-kan untuk kendaraan yang memiliki kompresi ratio > 10,5 dan juga yang menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection (EFI), Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI), Turbochargers dan catalytic converter. Bagi pengguna kendaraan yang menginginkan performance mesin kendaraannya pada kondisi puncak, akselerasi tinggi, efisien, dan emisi rendah dapat mempergunakan produk ini. Keunggulan Pertamax Plus yaitu diformulasikan dengan aditif generasi terakhir yang berfungsi menyempurnakan proses kimia pada pembakaran didalarn mesin kendaraan anda dimana telah memperoleh sertifikasi dari laboratorium Independen bertaraf intemasional di Houston, Texas yang telah sejak lama dikenal sebagai pusat riset bahan bakar dan motorgas dunia. Pertamax Plus memiliki nilai oktan 95 yang didalamnya terkandung energi besar yang akan membuat pembakaran kendaraan anda lebih bertenaga, berakselerasi tinggi, lebih responsif dan knock free. Pertamax Plus mampu membersihkan timbunan deposit pada fuel injector, inlet valve, ruang bakar yang dapat menurunkan performance mesin kendaraan dan mampu melarutkan air di dalam tangki mobil, sehingga dapat
mencegah karat dan korosi pada saluran dan tangki bahan bakar. Kemampuan Pertamax Plus ditambah dengan komposisi bahan bakunya yang sudah tidak menggunakan campuran timbal dan metal lainnya membuat emisi gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan ramah lingkungan. Pertamax Plus dapat menekan biaya perawatan dan menghemat konsumsi bahan bakar.
Studi Eksperimental. . .
Dynamometer Dynamometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur prestasi atau unjuk kerja sebuah mesin. Menurut cara/ metode pengukurannya, dynamometer dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: Engine Dynamometer (ED), dan Chassis Dynamometer (CD). Metode pengukuran dengan dynamometer pada tipe ED, poros output mesin dihubungkan langsung dengan dynamometer, sedangkan untuk tipe CD pengujian dilakukan melalui roda penggerak kendaraan. Selanjutnya dalam waktu yang relatif singkat mesin dihidupkan sampai mencapai kecepatan putar maksimal. Besarnya hasil pengukuran dapat dilihat melalui monitor atau panel analog yang terdapat pada unit display dynamometer.
6
POLITEKNOSAINS VOL. XIII NO. 2
September 2014
Lb.ft (british) atau N.m.(SI). Adapun rumusannya adalah sebagai berikut : T : F.L : m.g.l Dimana F : Beban pada dynamometer (N) L : Panjang lengan dynamometer (m) g : Percepatan Gravitasi ( m / S2) m: Massa dalam dynamometer ( kg )
Gambar 8. Dyno Test Dynamometer atau Dyno Test digunakan untuk mengetahui unjuk kerja dari motor bakar, sehinggga diketahui parameterparameter yang terjadi akibat pembakaran motor bakar. Cara kerja dynamometer : mesin yang akan di uji di letakkan sedemikian rupa agar memiliki satu sumbu poros dynamometer. Saat mesin bekerja pada putaran tertentu yang dihitung dengan tacometer kemudian akan memutar rotor. Dengan adanya transmisi dan kopling di dalam dynamometer, saat kopling dilepaskan maka terjadi gaya pengereman. Parameter Unjuk Kerja Motor Baik atau tidaknya suatu desain motor dapat dilihat melalui unjuk kerja mesin (performance) yang dihasilkannya. Adapun parameter-parameter dari unjuk kerja tersebut adalah: 1. Torsi (T) Torsi adalah ukuran kemampuan suatu motor untuk
memberikan gaya tangensial yang berguna untuk menghasilkan kerja. Torsi dilambangkan dengan hurtuf T yang mempunyai satuan Studi Eksperimental. . .
2. Daya Daya adalah kerja yang dihasilkan per satuan waktu Merupakan. ukuran kemampuan suatu motor untuk menghasilkan kerja berguna per satuan waklu yang dinyatakan dalam kiloWatt (kW) dan dirumuskan sebagai berikut : P : (2.π.n.T)/6000 Dimana: P : Daya motor (KW) n : putaran poros engkol (rpm) T : Torsi (Nm) 3. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Konsumsi bahan bakar spesifik (Spesific Fuel Consumption) adalah merupakan parameter yang biasa digunakan pada motor pembakaran dalam untuk menggambarkan pemakaian bahan bakar. Spesific Fuel Consumption didefinisikan sebagai perbandingan antara laju aliran massa bahan bakar terhadap daya yang dihasilkan (output). Dapat pula dikatakan bahwa Spesific Fuel Consumption SFC) menyatakan seberapa efisien bahan bakar yang disuplai ke mesin untuk dijadikan daya output. Satuan dalam Sistem Internasional (SI) adalah kg/kWh. SFC disebut Brake Spesific Fuel
7
POLITEKNOSAINS VOL. XIII NO. 2
September 2014
Consumption (BSFC) jika menggunakan brake horse power. Nilai SFC yang rendah mengindikasikan pemakaian bahan bakar yang irit, oleh sebab itu, nilai SFC yang rendah sangat diinginkan untuk mencapai efisiensi bahan bakar. Brake Spesific Fuel Consumption (BSFC) juga merupakan suatu parameter yang tepat untuk membandingkan kinerja mesin. Besarnya jumlah kilogram bahan bakar yang dibutuhkan mesin setiap jam untuk menghasilkan daya efektif sebesar 1 HP. Pemakaian konsumsi bahan bakar spesifik dapat dirumuskan dengan :
yang sudah aus. HC terbentuk selama proses pembakaran tidak sempurna sehingga bahan bakar tidak terbakar habis. Sedangkan kadar CO akan bertambah tinggi jika dalam proses pengapian, komposisi bahan bakar lebih banyak ketimbang udara (O2) yang diperlukan untuk mengubah CO menjadi (CO2). Akibatnya CO yang terbuang meningkat. Gas CO dapat menyebabkan radang tenggorokan. Bila kadarnya tinggi, gas CO mampu melumpuhkan sistem pembuluh darah serta meredam kemampuan sel darah merah mengedarkan oksigen keseluruh tubuh. Gas beracun HC bisa menyebabkan timbulnya penyakit kanker, asma dan sakit kepala. Menurut badan kesehatan dunia WHO ambang batas kandungan timbal dalam darah sebanyak 20 mikrogram per 100 mililiter darah.
Sfc = mf / P mf = (b. 3600)/(t.1000) x ňbb (kg/jam) dimana : mf : konsumsi bahan bakar (kg/h) t : Waktu pemakaian bahan bakar (s) b : volume buret dalam pengujian (cc) P : daya (kW) Ňbb: massa jenis bahan bakar (kg/l) Emisi Gas Buang Komponen utama bahan bakar fosil kendaraan bermotor adalah hidrogen (H) dan karbon (C). Pembakarannya akan menghasilkan senyawa HC, CO, karbon dioksida (CO2 ) serta NOx pada kendaraan berbahan bakar minyak khusunya jenis premium. Dari senyawasenyawa itu, HC dan CO paling berbahaya bagi kesehatan manusia. Penyebab tingginya HC antara lain karena pengapian tidak tepat, kompresi lemah, maupun kabel busi Studi Eksperimental. . .
METODOLOGI Skema Alat Pengujian
Gambar 9. Skema dynamometer/ dyno test
Bagian-bagian utama dynamometer ditunjukkan Gambar 9, yaitu : (1) Engine under test, (2) Coupling (3) Tachometer (4) Scales (5) Torque arm (6) Housing (7) Rotor .
pada pada
8
POLITEKNOSAINS VOL. XIII NO. 2
Alat - Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah: speda motor kawasaki RR, bahan bakar pertamax plus 95 dan shell super extra 95, dynamometer, gelas ukur (buret), stop watch, gas analizer. Diagram Alir Penelitian
September 2014
Analisa Daya Tabel 1. Data Hasil Pengujian Daya Terhadap Putaran Rpm Premium Pertamax Plus (hp) (hp) 4000 4250 4500 4750 5000 5250 5500 5750 6000 6250 6500 6750 7000 7250 7500 7750 8000 8250 8500 8648 8770 8996 9250 9500 9750 10000
5.1 6.0 6.8 7.8 8.6 9.1 10.0 10.7 11.3 11.8 12.5 13.5 14.8 16.1 17.4 18.8 20.2 20.5 20.7 20.8 20.7 20.5 19.3 19.1 17.8 17.3
4.4 5.0 5.4 6.0 7.2 8.2 8.6 8.2 9.9 10.7 10.6 11.0 12.0 13.3 13.8 14.7 14.1 16.7 19.2 21.1 21.6 21.7 21.1 20.5 18.6 18.6
Shell Super Extra R 95 (hp) 3.2 5.6 6.4 6.7 7.8 9.3 10.2 10.7 10.8 10.6 11.4 13.2 15.5 17.8 19.8 21.5 22.9 23.9 24.0 24.4 24.4 24.3 23.9 23.6 23.0 23.0
Gambar 11. Grafik Hubungan Daya Terhadap Putaran
Gambar 10. Diagram Alir Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dalam pengolahan data ini meliputi: daya, torsi, pemakaian bahan bakar spesifik, dan analisis gas buang CO dan HC.
Studi Eksperimental. . .
Gambar 11 menunjukkan bahwa mesin pada putaran tinggi (8770 rpm) bahan bakar shell super extra R95 dapat menghasilkan daya yang maksimal (tertinggi) dibanding penggunaan bahan bakar pertamax plus dan Premium. Adanya perbedaan daya ini disebabkan karena perbedaan nilai oktan yang terkandung dari masingmasing bahan bakar. Semakin tinggi nilai oktan yang terkandung pada bahan bakar,semakin tinggi 9
POLITEKNOSAINS VOL. XIII NO. 2
September 2014
pula daya yang dihasilkan bahan bakar tersebut.
dengan perbandingan kompresi yang tinggi. Semakin tinggi nilai oktan yang terkandung dalam bahan bakar, semakin kecil kemungkinan terjadinya detonasi atau knocking.
Analisa Torsi Tabel 2. Data Hasil Pengujian Torsi Terhadap Putaran Rpm Premium Pertamax Plus (kg.m) (kg.m) 4000 4250 4500 4750 5000 5250 5500 5750 6000 6250 6500 6750 7000 7250 7500 7750 8082 8189 8500 8750 8906 9250 9500 9750 10000
9.01 9.99 10.64 11.62 12.17 12.24 12.91 13.24 13.28 13.36 13.66 14.20 15.03 15.77 16.44 17.25 17.96 17.61 17.23 16.74 16.08 14.73 14.20 12.93 12.24
7.89 8.39 9.01 8.92 10.23 11.01 11.09 10.10 11.73 12.16 11.56 11.54 12.18 12.98 13.02 13.40 12.42 14.36 16.00 17.09 17.19 16.14 15.21 13.48 13.14
Analisa Sfc Tabel 3. Data Hasil Pengujian SfcTerhadap Putaran
Shell Super Extra R 95 (kg.m) 5.56 9.34 10.02 10.07 11.07 12.60 13.19 13.15 12.71 12.04 12.46 13.79 15.71 17.40 18.77 18.77 20.28 20.37 20.03 19.73 19.09 18.32 17.64 16.72 16.32
No.
Bahan Bakar
1
Premium
2
Pertamax Plus 95
3
Shell Super Extra R 95
Rpm
SFC (Kg/hp jam)
4000 6000 8000 4000 6000 8000 4000 6000 8000
0.29 0.19 0.105 0.39 0.14 0.087 0.45 0.13 0.053
Gambar 13. Grafik Hubungan Sfc Terhadap Putaran Gambar 12. Grafik Hubungan TorsiTerhadap Putaran
Gambar 12 menunjukkan penggunaan bahan bakar shell super extra R95 menghasilkan torsi terbesar jika dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar pertamax plus dan premium, perbedaan tersebut disebabkan karena bahan bakar dengan nilai oktan yang tinggi sangat cocok untuk motor Studi Eksperimental. . .
Gambar 13 menunjukkan bahwa pada putaran tinggi penggunaan bahan bakar bakar shell super extra R95 adalah paling irit (efisien) jika dibandingkan dengan penggunaan pertamax plus dan premium. Karena proses pembakarannya lebih
sempurna dan nilai oktannyajuga lebih tinggi. Analisa Gas Buang CO 10
POLITEKNOSAINS VOL. XIII NO. 2
Tabel 4. Data Hasil Pengujian Gas Buang CO No.
Bahan Bakar
1
Premium
2
Pertamax Plus 95
3
Shell Super Extra R 95
Rpm
Gas CO %
4000 6000 8000 4000 6000 8000 4000 6000 8000
0.76 0.82 1.04 3.05 2.68 2.15 1.92 2.11 1.49
Gambar 14 menunjukkan bahwa kandungan gas CO pada penggunaan bahan bakar premium lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar shell super extra R95 dan pertamax plus. Hal ini disebabkan karena komposisi bahan bakar premium memiliki kandungan timbal yang rendah daripada yang lain yaitu maksimal 0,013 gr/liter.
Gambar 14. Grafik Hubungan Gas Buang CO terhadap Putaran
Analisa Gas Buang HC Tabel 5. Data Hasil Pengujian Gas Buang HC No.
Bahan Bakar
1
Premium
2
Pertamax Plus 95
Rpm
Gas HC (ppm)
4000 6000 8000 4000 6000 8000
4020 3530 2460 1115 1013 671
Studi Eksperimental. . .
September 2014 3
Shell Super Extra R 95
4000 6000 8000
1807 1503 812
Gambar 15. Grafik Hubungan Gas Buang HC Terhadap Putaran
Gambar 15 menunjukkan grafik penggunaan Bahan Bakar shell super extra R95 dan pertamax plus menghasilkan kandungan kadar HC lebih rendah jikadibandingkan dengan penggunaan bahan bakar premium, ini berarti dapat dikatakan karena jumlah kandungan timbal pada bahan bakar premium lebih tinggi. KESIMPULAN Hasil penelitian ini dapat disimpul-kan bahwa : 1. Pada mesin mesin putaran tinggi (di atas 8000 rpm) bahan bakar shell super extra R95 menghasilkan daya(24,4 HP), torsi(20,37 kg.m) paling maksimal dan konsumsi bahan bakar (Sfc) irit/rendah (0,053 kg/HP.jam) dibanding pertamax plus dan premium. 2. Kandungan emisi gas buang pada penggunaan bahan bakar shell super extra R 95 masih terlalu tinggi. Untuk nilai gas CO-nya yaitu l,92 % sedangkan nilai gas HC-nya yaitu 1807 11
POLITEKNOSAINS VOL. XIII NO. 2
September 2014
ppm. Bila dibandingkan dengan hasil emisi gas buang pada penggunaan bahan bakar premium, hasil gas CO-nya yaitu 0,76 % dan gas HC-nya yaitu 4020 ppm. DAFTAR PUSTAKA Arends, BPM. and Berenschot H., 1980, Motor Bensin, Penerbit Erlangga, Jakarta. Arismunandar, W, 1988, Motor Bakar Torak, Penerbit ITB, Bandung. Daiyanto, Drs., 1994, Motor Bakar Untuk Mobil, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Haryono, G.,1984, Uraian Praktis Mengenal Motor Bakar, CV.Aneka Ilmu, Semarang. Matofani, Irfan Yanuar, 2011, Tugas Akhir, Pengaruh Penggunnan Variasi Merk Busi Terhadap Performance Mesin Pada Motor Suzuki Shogun 125 R 2004 Dengan Menggunakan Bahan Bakar Biopremium E10, Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe Cepu. PT.Toyota-Astra Motor, 1995, New Step 1 Training Manual, PT.Toyota-Astra Motor, Jakarta. Subroto, Pengaruh Penggunaan Koil Racing Terhadap Unjuk Kerja Pada Motor Bensin, Media Mesin Vol. 10 2009 Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Studi Eksperimental. . .
12