TEMU ILMIAH IPLBI 2016
Pola Perubahan Rumah ‘Subsidi’ dan Dampaknya bagi Kenyamanan Penghuni Faizah Mastutie(1), Suridjadi Supardjo(2), Racmat Prijadi(3) (1) (2) (3)
Perumahan dan Permukiman, Budaya dan Perilaku, Arsitektur, Teknik, Universitas Sam Ratulangi. Perancangan Arsitektur, Estetika, Arsitektur, Teknik, Universitas Sam Ratulangi. Perancangan Arsitektur, Studio Arsitektur, Arsitektur, Teknik, Universitas Sam Ratulangi.
Abstrak Pemerataan pembangunan merupakan hal yang penting diperhatikan oleh pemerintah, karena setiap manusia (masyarakat) memiliki hak yang sama tanpa membedakan status sosial ekonomi, termasuk hak untuk memiliki rumah tinggal yang sehat dan nyaman. Olehnya itu hingga saat ini pemerintah terus berupaya untuk menyediakan rumah ‘subsidi’ yang notabene dianggap sudah layak (sehat dan aman) bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa bagi masyarakat dengan kondisi ekonomi mengengah ke bawah tersebut, rumah sehat dan nyaman nyaris sulit dipenuhi. Hal yang paling lazim terjadi adalah seiring dengan tuntutan kebutuhan ruang mendorong penghuni melakukan perilaku adjustment (penyesuaian) dengan merubah kondisi rumah asli. Akan tetapi baynyak bukti berkembang bahwa perubahan rumah yang terjadi umumnya justru menjadikan rumah cenderung tidak sehat, misalnya ; 1). Pencahayaan yang masuk ke dalam ruang tidak cukup, 2). Penghawaan yang tidak mengalir, 3). Tidak adanya halaman (ruang terbuka) yang memadai dan notabene menyebabkan tidak ada resapan air hujan, dan lain sebagainya. Jika hal ini dibiarkan bukan tidak mungkin dapat berdampak pada menurunnya kualitas kehidupan penghuni. Fokus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola perubahan rumah tinggal ‘subsidi’ dan dampaknya bagi kenyamanan penghuni ditinjau dari aspek fungsi dan aspek perilaku. Kata-kunci : kinerja, penghuni, pola perubahan, rumah
Pengantar Rumah merupakan bangunan untuk tempat tinggal yangsecara nyata memenuhi kebutuhan fisiologis manusia agar senantiasa terlindungi dan terhindar dari kondisi lingkungan yang tidak diinginkan termasuk kegiatannya dan ganguan musuh. Selain itu rumah juga memenuhi fungsi sosial, fungsi estetis bahkan merupakan objek yang efektif untuk pengaktualisasikan diri di dalam suatu lingkungan. Sejalan dengan eksistensi manusia yang umumnya dinamis, rumah pun umumnya mengalami perubahan-perubahan mengikuti kebutuhan dan keinginan sang pemilik. Akan tetapi perubahan yang terjadi cenderung tidak didasari oleh kaidah-kaidah arsitektural. Kondisi ini umumnya terjadi pada rumah ‘subsidi’ bagi masyarakat ber-penghasilan menengah ke bawah. Umumnya penghuni nyaris tidak menyadari bahwa melakukan perubahan pada hunian yang tidak berlandaskan
pada kaidah arsitektur, sesung-guhnya juga dapat berdampak negatif bagi penghuni itu sendiri. Peluang terjadinya hal tersebut sangat dimungkinkan, akibat minim atau bahkan tidak adanya pengetahuan penghuni di bidang arsitektur, dan ketidak-mampuan menggunakan jasa arsitek untuk medesain rumah yang akan dikembangkan. Fenomena perubahan rumah pada rumah ‘subsidi’ yang terjadi umumnya justru menjadikan rumah cenderung tidak sehat, misalnya ; 1). Pencahayaan yang masuk ke dalam ruang tidak cukup, 2). Penghawaan yang tidak mengalir, 3). Tidak adanya halaman (ruang terbuka) yang memadai dan notabene menyebabkan tidak ada resapan air hujan, dan lain sebagainya. Jika hal ini dibiarkan bukan tidak mungkin dapat berdampak pada menurunnya kualitas kehidupan penghuni. Penelitian ini diharapkan dapat memberi konstribusi informasi bahkan panduan bagi : 1. Masyarakat khususnya bagi strata menengah ke bawah dalam hal Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | G 191
Pola Perubahan Rumah ‘Subsidi’ dan dampaknya Bagi kenyamanan Penghuni
pengembangan hunian, 2. Pengembang (developer) dalam hal pengaturan pola perumahan dan orientasi rumah tinggal di dalamnya, 3. Pemerintah dalam hal aturan pemberian izin membangun (IMB) demi terwujudnya hunian yang nyaman dan sehat, 4. juga manfaat jangka panjang tentunya bagi peningkatan kualitas hidup manusia sebagai aset bangsa. Rumah adalah salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga kebtuhan akan rumah mengikuti hukum jenjang kebutuhan (hierarchy of needs). Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi lima jenjang. Kelima jenjang tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kebutuhan fisiologis, adalah kebutuhan yang paling dasar dari manusia agar tetap hidup. 2. Kebutuhan rasa aman dan nyaman. 3. Kebutuhan hubungan sosial, antara lain termasuk adanya rasa memiliki dan mencintai. Jenjang ini membuhtuhkan pengakuan hasil akan barang tersebut. 4. Kebutuhan penghargaan terhadap diri sendiri, sehingga dapat memberikan ciri-ciri tertentu pada kebutuhan masyarakat 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, merupakan jenjang kebutuhan tertinggi. Sementara menurut Rapoport (1969), rumah lebih merupakan proses bermukim karena kehadiran dan aktivitas dan pola perilaku manusia. Sehingga rumah dalam suatu ling-kungan permukiman dapat di ungkapkan dengan baik apabila rumah dikaitkan dengan manusia yang menempatinya. Rumah juga merupakan penjelmaan diri pribadi manusia, di mana eksistensi manusia pada umumnya tidak statis melainkan senantiasa berkembang atau mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikiguna memenuhi kebutuhannya, Budiharjo (1987). Hakekat rumah menurut kehidupan manusia menurut Djoko Santoso (dalam Mastutie, 2001), adalah sebagai pusat realisasi kehidupan manusia dan peranannya sebagai tempat menampung, menyalurkan dan mengembangkan usaha serta langkah menuju perbaikan taraf hidup sebagai manusia. Kemampuan manusia untuk mengadaptasikan dirinya pada saat kondisi lingkungan fisik dan kemampuan membentuk rasa rumah mengakibatkan terjadinya variasi konsep perubahan fisik sebuah rumah. Metode Penelitian ini merupakan penelitian terhadap suatu objek fisik, yang secara argumentatif diadaptasikan dari suatu penelitian mengenai fisik lingkungan (rumah) dan non fisik (aktifitas G 192 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
manusia). Perumahan ‘subsidi’ bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang dijadikan studi kasus adalah Perumahan Banua Buha Asri yang terletak (BTN Politeknik) di Kelurahan Buha Kecamatan Mappanget. Gambar 1. Gambar udara perumahan posisinya pada kota Manado
Untuk penelitian ini, sampel yang diambil sebanyak 10 % dari populasi. Alasan pengambilan sampel nantinya adalah didasari atas pertimbangan Objek yang diteliti sifatnya homogen . Dalam hal ini rumah yang menjadi unit amatan adalah rumah yang dirancang typical oleh pengembang, baik bentuk, dimensi layout, material maupun struktur. Rumah merupakan satuan terkecil dalam lingkungan perumahan yang diteliti, dengan pemilik rumah tersebut disebut sebagai responden guna mencapai gambaran keseluruhan dari populasi. Pemilihan responden dilakukan secara random. Sedangkan untuk memahami aktivitas penghuni adalah seluruh keluarga di dalam rumah, dalam hal ini termasuk bapak, ibu dan anak. Dalam katannya dengan proses pengumpulan data, ada beberapa cara yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu ; 1. Observasi langsung, 2. Wawancara dan 3. Kuesioner Hasil Penelitian Gambaran Umum Objek Penelitian Perumahan BTN Politeknik adalah salah satu perumahan ‘subsidi’ yang ada di kota Manado, dibangun secara bertahap di lahan seluas kurang lebih 9 Ha di Kelurahan Buha Kecamatan Mapanget sekitar 9 Km dari pusat kota Manado. Perumahan ini berada pada kondisi area perbukitan yang mendapat perlakuan cut (pengupasan) dan fill (timbunan) untuk menyiasati penataan tapak. Identifikasi Perumahan BTN Politeknik Berdasarkan observasi lapangan beberapa hal yang diidentifikasi berkaitan dengan data lingkungan lokasi penelitian adalah sebagai berikut :
Faizah Mastutie Tabel 1. Identifikasi Perumahan BTN Politeknik
jendela terbuat dari kayu kelapa, sedangkan bukaan jendelanya adalah kaca naco. Meskipun demikian kondisi hunian baik dengan jumlah dan luasan bukaan yang memadai dan luas lahan yang tidak terbangun sangat luas berbanding 65 : 35, sehingga dapat dikategorikan dalam hunian sederhana dan sehat. Denah rumah ‘subsidi’ Politeknik ini dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4. Denah Rumah Asli
Identifikasi Pola Perubahan Rumah ‘Subsidi’ Kondisi pada Perumahan Kondisi lahan permukiman adalah berkontur dengan kemiringan antara 5 hingga 35 derajat. Garis dan titik- titik kontur dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Denah Rumah Asli
Pola Sebaran Hunian
Lay out dan kondisi perletakan rumah dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3. Lay out perumahan dan Kondisi Perletakan
Denah Rumah Tinggal Sebelum Mengalami Perubahan Rumah subsidi Politeknik memiliki luas 40,5 m2 dan berdiri di atas lahan kapling seluas 120 m2. Standart hunian sangat sederhana yakni : material dinding hollow brick, lantai semen pc, atap seng gelombang dan kayu kusen pintu dan
Identifikasi perubahan dimaksudkan untuk menggambarkan secara umum perubahan rumah yang terjadi di perumahan subsidi Politeknik. Identifikasi ini juga akan dijadikan sebagai dasar acuan dalam melakukan analisis untuk mengetahui dan memahami bagaimana pola perubahan rumah di perumahan tersebut. Pola perubahan rumah di perumahan ‘subsidi ‘Politeknik diidentifikasi dari 4 aspek perubahan yang mencakup : 1. Luas Pengembangan yaitu perubahan yang dapat diidentifikasi dengan adanya penambahan atau pengurangan luasan lantai rumah. 2. Jumlah Ruang yaitu perubahan yang dapat diidentifikasi dari adanya pemindahan atau penambahan jumlah ruang. 3. Fungsi Ruang yaitu perubahan yang dapat diidentifikasi dari adanya pemindahan atau penambahan fungsi ruang. 4. Orientasi pengembangan perubahan yang diidentifikasi melalui cara penghuni mengembangkan huniannya. Dalam penelitian ini meliputi : pengembangan yang selalu mengacu dan terikat pada posisi perletakan hunian asli. Identifikasi perubahan ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | G 193
Pola Perubahan Rumah ‘Subsidi’ dan dampaknya Bagi kenyamanan Penghuni Tabel 2. Identifikasi Perubahan Rumah
setelah mengami perubahan. Orientasi hunian dikatakan berubah jika pengembangannya tidak terpaku pada tiang-tiang (kolom praktis) atau modul pada hunian lama. Dari semua responden, hanya 3 hunian yang orientasinya berubah. Pola 1 Memperluas ruang keluarga dan ruang tamu, menghadirkan dapur dan sebuah kamar tidur. Hirarki ruang sangat jelas dari publik (rg. Tamu) , semi publik (rg.Keluarga) dan privat (rg. Tidur, servis dapur dan km/wc) baik secara horizontal maupun vertikal.
Tabel di atas menjelaskan bahwa perubahan rumah di perumahan subsidi dapat diidentifikasi dari bagian-bagian rumah yang berubah, yaitu perubahan luas, jumlah ruang, fungsi ruang, orientasi pengembangan, hubungan ruang. Mengacu pada tabel di atas, maka berikut ini akan diuraikan penjelasan menyangkut identifikasi perubahan rumah di perumahan subsidi Politeknik. Pada perubahan luas lantai, tabel di atas menunjukkan seluruh rumah mengalami penambahan luas lantai yang cukup signifikan. Ratarata perubahan rumah hampir memanfaatkan seluruh lahan kapling yang disedikan oleh developer dan hanya tersisa sedikit lahan untuk ruang terbuka, itupun hanya terjadi pada beberapa hunian. Penambahan luasan ruang terjadi selain karena penambahan jumlah ruang, juga perluasan ruang yang sudah tersedia dan terasa sempit oleh penghuni, misalnya : ruang tamu. Ada sekitar 50 % lebih atau sejumlah 11 responden yang mengalami perubahan luas yang maksimal yakni di atas 95 m2. Perubahan jumlah ruang nampak sedikit bervariasi, rata-rata responden menambah jumlah ruang 3 hingga 4 ruang, yakni ; kamar tidur, teras, dapur dan ruang keluarga. Penambahan ruang teras terjadi pada setiap hunian, dengan luasan antara 8 m2 hingga 18 m2. Pada perubahan fungsi ruang pada umumnya hanya pada ruang keluarga yang berubah menjadi ruang tamu yang diperluas dari ruang tamu pada rumah sebeluam dirubah, demikian juga dengan kamar mandi yang rata-rata berubah posisi. Hanya 3 responden yang tetap mempertahankan posisi kamar mandi atau tidak merubah posisi maupun menambah luasannya. Tabel di atas juga menunjukkan hampir semua hunian tidak merubah orientasi huniannya G 194 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
Gambar 5. Pola Perubahan 1
Pola 2 Pada pola 2 ini hirarki ruang secara vertikal kurang jelas dibanding dengan hirarki horizontalnya. Ada pengelompokan ruang-ruang yang sifatnya servis pada sisi kanan atau kiri rumah asli yang memanfaatkan lahan kosong yang lebih luas.
Gambar 6. Pola Perubahan 2
Pola 3 Perubahan Pola 3 ini nyaris sama dengan pola 2 akan tetapi hirarkinya lebih jelas disbanding pola 2. Hanya ada penambahan 1 ruang makan, 1kamar tidur dan dapur pada posisi lahan kosong dan menempatkan carport di depan dapur yang sekaligus berfungsi sebagai teras untuk mewadahi aktivitas ibadah warga.
Faizah Mastutie
Gambar 7. Pola Perubahan 3
Pola 4 Pola 4 nyaris tidak merubah hunian lama, karena hanya menggeser posisi kamar mandi ke bagian pojok kiri atau kanan dari posisi semula untuk member ruang sirkulasi alternatif ke halaman rumah. Penambahan ruang tidur pada pojok atas dan menghadirkan 1 ruang usaha (toko/warung) dan teras yang posisinya memenuhi seluruh halaman depan dari hunian. Sehingga perumahan yang terjadi cukup maksimal.
Dalam kaitannya dengan realitas perubahan rumah tinggal ‘subsidi’ pada tataran interaksi yang terjadi antara penghuni dan lingkungannya huniannya pada dasarnya juga ditengarai oleh upaya penghuni dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan huniannya yang baru. Terjadi proses adaptasi (menyesuaikan diri dengan lingkungan) dan proses adjusment (merubah lingkungan agar sesuaikan dengan penghuni) agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan yang berbeda-beda dari setiap penghuni menyebabkan pola perubahan rumah tinggal juga berbeda-beda. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Perubahan Rumah Tinggal ‘subsidi’ Faktor-faktor yang mempengaruhi pola perubahan rumah tinggal di perumahan ‘subsidi’ Politeknik meliputi : a. Faktor Eksternal yakni : 1). Kondisi rumah asli, dan 2). Kondisi lahan yang berkontur. b. Faktor Internalnya yakni : 1). Kebutuhan penghuni akan fungsi ruang tertentu, 2). Ekonomi, 3). Jumlah anggota keluarga, 4). Preferensi dan 5). Faktor Persepsi.
Gambar 8. Pola Perubahan 4
Analisis dan Interpretasi Kebutuhan Penghuni Abraham Maslow dalam teori Hierarchy of Need nya menyatakan bahwa kebutuhan manusia bertingkat-tingkat manusia memiliki lima tingkat kebutuhan hidup yang akan selalu berusaha untuk dipenuhi sepanjang masa hidupnya. Lima tingkatan yang dapat membedakan setiap manusia dari sisi kesejahteraan hidupnya, teori yang telah resmi diakui dalam dunia psikologi. Kebutuhan tersebut berjenjang dari yang paling mendesak hingga yang akan muncul dengan sendirinya saat kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi. Setiap orang pasti akan melalui tingkatan-tingkatan itu, dan dengan serius berusaha untuk memenuhinya, namun hanya sedikit yang mampu mencapai tingkatan tertinggi dari piramida ini.
Faktor dari luar yang sangat mempengaruhi pola perubahan adalah kondisi pola rumah asli dan kondisi lahan yang berkontur. Karena dua faktor ini dianggap cukup menyulitkan penghuni untuk merubah pola huniannya sehingga pilihan posisi perletakan ruang dan sebagainya terbatas. Sedangkan faktor yang sangat mempengaruhi penghuni dalam merenovasi huniannya adalah faktor ekonomi, sementara kebutuhan ruang untuk mewadahi aktivitas penghuni tidak terelakkan. Olehnya itu pola perubahan yang terjadi dominan mengikuti pola hunian lama, dan memanfaatkan hampir seluruh lahan kapling hunian yang ada. 1. Aktivitas Penguhuni dalam Kaitannya Pola Perubahan a. Aktivitas dan Perwadahan Manusia dalam melakukan aktifitasnya membutuhkan tempat atau wadah. Dasar dari pemilihan tempat tersebut sesungguhnya berProsiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | G 195
Pola Perubahan Rumah ‘Subsidi’ dan dampaknya Bagi kenyamanan Penghuni
sumber dari kebutuhan selanjutnya sebagaimana yang dikatakan Maslow dalam jenjang kebutuhan (hierarchy of need). Manakala tempat tersebut tidak tersedia maka yang terjadi adalah manusia akan memanfaatkan apa yang ada di lingkungannya. Demikian halnya yang terjadi pada rumah tinggal ‘subsidi’ Aktifitas dalam kaitannya dengan perwadahan berbanding lurus dengan jumlah penghuni. Misalnya ; semakin banyak dan beragam kebutuhan penghuni, maka kebutuhan ruang juga semakin banyak. Penghuni yang memiliki anak lebih dari 2 dan berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, tentunya membutuhkan kamar tidur lebih dari kamar tidur yang ada sebelumnya (2 buah), atau kamar mandi lebih sehingga efektifitas dalam melaksanakan aktivitas MCK tercapai. b. Aktivitas untuk memenuhi kenyamanan Hampir semua responden merasa cukup nyaman secara fungsi setelah mengembangkan huniannya dibanding ketika belum dirubah. Meskipun secara teknis di atas 75 % dari sejumlah pola perubahan rumah belum memenuhi standart dalam hal penghawaan (pengaliran udara yang cukup) dan pencahayaan, mereka masih cukup merasa nyaman, salah satu alasannya karena dapat memanfaatkan teras yang besar atau ruang tamu untuk bersantai atau tidur-tiduran di siang hari saat suhu di dalam rumah khususnya kamar tinggi. Sebagian responden sudah mengantisipasi dengan menggunakan penghawaan buatan. Kesimpulan Beberapa pokok kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perilaku penghuni di perumahan subsidi yang teridentifikasi menunjukkan besarnya peluang lahan kosong pada setiap kapling hunian dimanfaatkan oleh penghuni dalam memenuhi kebutuhan akan wadah untuk melakukan aktivitasnya. Perubahan yang terjadi meliputi 4 pola, dan umumnya perubahannya secara sinambung dan modular (orientasi tetap) dengan mengikuti modul rumah asli yang dibangun oleh develover. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola perubahan meliputi faktor Eksternal dan faktor interna. Faktor Eksternal, yakni : 1). Pola rumah asli, dan 2). Kondisi lahan perumahan yang berkontur, sedangkan faktor internal yakni : 1). 1). Kebutuhan penghuni G 196 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
akan fungsi ruang tertentu, 2). Ekonomi, 3). Jumlah anggota keluarga, 4). Preferensi dan 5). Faktor Persepsi. 3. Pola perubahan yang terjadi pada hakekatnya untuk memenuhi kebutuhan penghuni akan : perwadahan dan kenya-manan ‘privasi baik individu maupun kelompok’, tanpa memperhatikan standar kelayakan tersedianya ruang terbuka yang cukup, aliran udara yang baik dan pen-cahayaan yang cukup menerangi ruang-ruang pada rumah tinggal. Daftar Pustaka Budiharjo, Eko, (1987), Percikan Masalah Arsitektur Perumahan dan Perkotaan, Gadjah Mada Djemabut,C, (1986), Perumahan dan Permukiman sebagai Kebutuhan Pokok, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Gifort Robert, (1987), Environment Psycologi, Principle and Practice, Univercity Of Victoria Haryadi dan Setiawan B, (1995), Arsitektur Lingkungan dan Perilaku, Suatu Pengantar ke Teori, Metodlogi dan Aplikasi, Proyek Pengembangan Pusat Studi Lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Habraken,N.J, (1982), Tansformation Of The Site, Cambridge, Massachusetts Summer Leedy, Paul,(1997), Practical Reaseach, Planning and Design, The American University, Prentice Hall, Colombus Ohio Mastutie, Faizah, (2001), Keragaman Pola peru-
bahan Rumah di Permukiman Nelayan Biringkanaya Makassar, Tesis S2, Univer-
sitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pemerintah RI, (1992) , Pedoman Pembangunan
Perumahan Lingkungan
dan Permukiman dengan Hunian yang Berimbang,
Jakarta Rapoport, Amos, (1969), House Form and Culture, Prentice Hall, inc, Engelwood ClifsNew Jersey