perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
POLA PERILAKU ASUH KESEHATAN PADA ANAK BALITA DI KELUARGA LAPISAN BAWAH (Studi Deskeptif Kualitatif Tentang Pola Perilaku Asuh Kesehatan Pada Anak Balita Di Keluarga Lapisan Bawah Desa Pomah, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten)
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sosiologi Jurusan Sosiologi Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh : Widian Lupitasari S (D3207054)
JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Motto
*Hidup memerlukan pengorbanan. pengorbanan memerlukan perjuangan. perjuangan memerlukan ketabahan. ketabahan memerlukan keyakinan. keyakinan pula menentukan kejayaan. kejayaan pula akan menentukan kebahagiaan*
*Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan – kesalahan, tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi kesalahan lagi*
*Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya adalah sesuatu yang utama*
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur, karya yang sederhana ini ku persembahkan kepada: Ø ALLAH SWT atas segala rahmat dan berkah yang diberikan padaku selama ini. Ø Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Gatot Subroto dan Ibu Winarni) terima kasih atas untaian do’a dan kasih sayangnya selama ini. Ø Adikku yang tersayang (Arga dan Hillan) terima kasih atas motivasi dan dukungannya. Ø Keluarga
Besar
Pringgondani
yang
telah
membantuku dan memberikan motivasi selama ini. Ø Sahabat-sahabat terbaik ku yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepadaku. Ø Almamater tercinta. commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosiologi. Allah telah menguatkan, dan memberi petunjuk di tengah ketidaksanggupan menghadapi masalah dalam penyusunan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “PERILAKU IBU MUDA DALAM POLA ASUH KESEHATAN ANAK (BALITA) PADA LAPISAN BAWAH (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Perilaku Ibu Muda dalam Pola Asuh Kesehatan Anak (balita) pada Lapisan Bawah Desa Pomah Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten). Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini dapat selesai berkat keterlibatan banyak pihak yang turut membantu. Untuk itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak H. Supriyadi SN. SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ibu Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si, selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Dra. LV. Ratna Devi S, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi Non Regular Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. TA Gutama, M.Si, selaku Pembimbing Akademik Jurusan Sosiologi Non Regular angkatan 2007 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Bapak Prof. Dr. RB. Soemanto, MA, selaku pembimbing untuk pemikiran yang telah diberikan selama membimbing penulis hingga tersusunnya skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen Sosiologi atas ilmu yang telah diberikan sehingga menambah pengetahuan diri penulis. commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Bapak serta Ibu staff Administrasi Akademis yang telah memberikan pelayanan kepada penulis selama kuliah. 8. Bapak serta Ibu petugas perpustakaan FISIP yang telah memberikan pelayanan buku-buku dan referensi yang penulis butuhkan. 9. Bapak Lurah Pomah, MU. Mulyoto, atas kesediaannya memberikan berbagai informasi dan data untuk memudahkan penulisan skripsi ini. 10. Bapak Gatot Subroto dan Ibu Winarni yang telah setia merawat dan mendidik aku sampai saat ini. 11. Para informan dalam penelitian ini yang telah mengorbankan banyak waktu untuk membimbing penulis. 12. Buat sahabat-sahabatku : Tyas, Eni, Aga, Adit, Betha, Meme, yang telah memberi semangat dan dukungan serta telah membantuku selama pembuatan skripsi ini. 13. Terimakasih untuk semua teman-teman Sosiologi FISIP Non-Reguler UNS angkatan 2007 : Bintang, Puput, Dicky, Senja, Wely, Hanif, Mbk Suly, Ely, Suci, Nindy, Ikek, Ana, dan teman-teman yang lain yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu. 14. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun demi kebaikan skripsi ini sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Surakarta, Penulis commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
v
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xi
DAFTAR BAGAN ..........................................................................................
xii
DAFTAR MATRIKS .......................................................................................
xiii
ABSTRAK .......................................................................................................
xiv
ABSTRACT .....................................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. Latar Belakang .....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
7
C. Tujuan Penelitian..................................................................................
7
D. Manfaat Penelitian................................................................................
7
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................................
8
1. Konsep Yang Digunakan ...............................................................
8
2. Landasan Teori ...............................................................................
19
3. Penelitian Terdahulu ......................................................................
23
F. Kerangka Berfikir .................................................................................
27
G. Metodologi Penelitian ..........................................................................
29
1. Jenis Penelitian ..............................................................................
29
2. Lokasi Penelitian ...........................................................................
29
3. Sumber Data ..................................................................................
30
4. Teknik Pengambilan Sampel .........................................................
31
5. Teknik Pengumpulan Data............................................................. commit to user 6. Validitas Data ................................................................................
31
viii
32
perpustakaan.uns.ac.id
7.
digilib.uns.ac.id
Analisis Data .................................................................................
33
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN.................................................
36
A. Keadaan Geografis ...............................................................................
36
B. Keadaan Demografi..............................................................................
37
1. Jumlah Penduduk ..........................................................................
37
2. Komposisi Penduduk ....................................................................
37
C. Sarana Dan Prasarana ...........................................................................
44
1. Sarana Kesehatan ............................................................................
44
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................
49
A. Hasil Penelitian ....................................................................................
50
1. Profil Informan ..............................................................................
50
2. Usaha Yang Diberikan Keluarga Ibu Muda Dalam Membantu Mengasuh Anak .............................................................................
60
3. Program Dan Layanan Kader Yang Ada Dalam Posyandu ...........
65
4. Perilaku Ibu Muda Dalam Pola Asuh Kesehatan Anak .................
72
4.1 Pengetahuan .....................................................................
73
4.2 Kesadaran .........................................................................
84
4.3 Perilaku .............................................................................
91
B. Pembahasan ..........................................................................................
112
BAB IV PENUTUP .........................................................................................
124
A. Kesimpulan...........................................................................................
124
B. Implikasi ...............................................................................................
128
1. Implikasi Teoritis ...........................................................................
128
2. Implikasi Empiris ...........................................................................
130
3. Implikasi Metodologis....................................................................
134
C. Saran .....................................................................................................
135
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
1 Komposisi Penduduk menurut Umur kelompok Pendidikan Desa Pomah ...........................................................................................
Tabel
37
2 Komposisi Penduduk menurut Umur kelompok Tenaga Kerja Desa Pomah ...................................................................................
38
Tabel
3 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Pomah ...
39
Tabel
4 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Pomah
42
Tabel
5 Komposisi Penduduk Menurut Agama Desa Pomah ....................
43
Tabel
6 Jumlah Sarana Kesehatan Desa Pomah .........................................
44
Tabel
7 Laporan Bulanan Posyandu Desa Pomah ......................................
46
Tabel
8 Tabel Informan Inti ........................................................................
54
Tabel
9 Tabel Informan Pendukung ...........................................................
58
Tabel
10 Tabel informan pendukung ..........................................................
60
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN Bagan 1 : Kerangka Berfikir ...........................................................................
28
Bagan 2 : Model Analisis Interaktif ................................................................
35
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR MATRIKS
Matriks 1 :
Usaha yang diberikan Keluarga Ibu Muda dalam Mengasuh Anak ........................................................................................
63
Matriks 2 :
Program dan Pelayanan Kader yang ada dalam Posyandu ......
69
Matriks 3 :
Pengetahuan..............................................................................
80
Matriks 4 : Kesadaran .................................................................................
85
Matriks 5 : Perilaku ....................................................................................
94
Matriks 6 : Perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak ................
110
Matriks
: Matrik jawaban
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK WIDIAN LUPITASARI SUBRATA, D3207054, SKRIPSI, PERILAKU IBU MUDA DALAM POLA ASUH KESEHATAN ANAK (BALITA) PADA LAPISAN BAWAH (Study Deskriptif Kualitatif tentang Perilaku Ibu Muda dalam Pola Asuh Kesehatan Anak pada Lapisan bawah Desa Pomah Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret. Kesehatan anak (balita) itu sangat penting diperhatikan karena perkembangan anak itu tergantung dengan perilaku seorang ibu yang mengasuhnya, yang mana sangat berperan penting dalam membesarkan anaknya agar tumbuh sehat. Apalagi ibu muda berada dalam perekonomian pada lapisan bawah, ini sangat berpengaruh dalam perilaku pola asuh sehat terhadap anak. Dan perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak pada lapisan bawah yang berada di Desa Pomah, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten ini menarik untuk diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak (balita) pada lapisan bawah dan juga bisa mengetahui tentang cara-cara yang dilakukan ibu muda dalam mengasuh anak balitanya yang berada di Desa Pomah. Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah data dan informasi dari informan di lokasi penelitian, dokumen dan arsip. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Sedangkan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Validitas data dengan menggunakan triangulasi sumber. Teknik analisis data yaitu dengan model analisis interaktif yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Model analisis ini merupakan alur kegiatan yang terjadi bersama- sama serta sebagai proses siklus dan interaktif. Teori yang digunakan adalah teori pertukaran sosial dan teori sosiologi perilaku. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam perilaku ibu muda mengasuh anaknya itu dilihat dari pengetahuan, kesadaran dan juga perilaku ibu muda tersebut. Dalam perilakunya ibu muda mendapatkan pengetahuan itu dari lingkungan keluarga, pengalaman kerja, tetangga dan belajar sendiri. Serta ibu muda tersebut menerapkan sebagian ilmu yang mereka dapatkan dengan bersikap kesadaran sendiri tanpa adanya paksaan dalam mengasuh anaknya. Perilaku di dalam mengasuh anak bisa dilihat para ibu muda juga memberikan ASI sebagian dengan batas waktu atau aturan sesuai kesehatan karena mereka mengetahui kualitas ASI itu sangat bagus. Selain ASI juga memberikan makanan yang bergizi dengan se pengetahuan ibu muda tersebut serta juga semampu ibu muda memberikan makanan bergizi. Dan juga jika sakit ibu muda mengambil tindakan dengan membawanya ke puskesmas atau dengan memberikan obat tradisional yang sudah menjadi kebiasaan ibu muda jika anaknya sakit. Keluarga juga mempunyai peranan penting selain memberikan pengetahuan dalam mengasuh anak juga membantu dalam mengasuh anak ibu muda, secara kesadaran sendiri commit to user membantu ibu muda mengasuh anak. Selain itu juga kegiatan dalam masyarakat xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang ada hubungannya dengan kesehatan ibu dan anak yaitu posyandu juga memberikan bantuan dalam mengetahui perkembangan anak ibu muda masingmasing, karena dalam posyandu tersebut adanya penimbangan, imunisasi serta pemberian vitamin agar anak bisa berkembang lebih baik lagi. Tetapi dalam kegiatan ini tidak adanya program khusus untuk membantu ibu muda memberikan pengetahuan yang lebih detail tentang pola asuh kesehatan anak disebabkan karena kurangnya kordinasi antara bidan serta kader posyandu.
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT WIDIAN LUPITASARI SUBRATA. D03207054. THESIS, NEW MOTHER’S BEHAVIOR IN CHILDREN (UNDER-FIVE AGE) HEALTH CARE PATTERN IN LOW LAYER (A Descriptive Qualitative Study on New Mother’s Behavior in children Health Care Pattern in Low Layer in Pomah Village of Tulung Sub District of Klaten Regency) Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret University. Children (under-five age) health is very important to consider because the children development depends on a mother’s behavior caring them, playing a very important role in raising children in order to grow healthily. Moreover the new mother belonging to low-layer economy highly affects the health care pattern behavior on the children. And new mother’s behavior in children health care pattern in the low layer in Pomah Village of Tulung Sub District of Klaten Regency is interesting to study. The objectives of research are to find out the new mother’s behavior in children (Under-five age) health care pattern in low layer and also to find out the measures taken by the new mothers in caring their under-five age children in Pomah Village of Tulung Sub District of Klaten Regency. This study belongs to a descriptive qualitative research. The data sources of research were data and information from informants in the research location, document and archive. Techniques of collecting data used were observation, indepth interview and documentation. Meanwhile, the sampling technique used was purposive sampling. The data validation was done using source triangulation. Technique of analyzing data used was an interactive analysis model encompassing data collection, data reduction, data display and conclusion drawing. This analysis model is the plot of activities occurring simultaneously and as the cycle and interactive process. The theory used was social exchange and behavioral sociology theories. The result of research shows that in the new mothers’ behavior, caring their children is viewed from their knowledge, awareness and behavior. In their behavior, new mothers also obtain their knowledge from family environment, work experience, neighbor, and learning by themselves. The new mothers also apply a part of knowledge they obtained with their self-awareness without compellation in caring their children. The behavior of caring children can be seen from the new mothers who breastfeed their children in the time and rules consistent with the health standard because they know that breastfeed quality is very good. In addition to breastfeed, mothers also give nutritious food according to their knowledge and the best they can. And if their children are sick, they bring them to puskesmas (public health center) or give them traditional medicine that has become their habit when their children are sick. Family also plays an important role, in addition to giving knowledge in caring children, in helping to care the new mother’s child voluntarily. In addition, the activity in the community relevant to maternal and children health, namely posyandu (integrated service post) also gives help in monitoring the development of each new mother’s child, commit to user because posyandu undertakes weighing, immunization as well as vitamin xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
administration in order that the children can grow better. However, in this activity, there is no special program to help new mother giving more detail knowledge about the children health care pattern because the less coordination between the midwife and posyandu cadres.
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, masalah kesehatan termasuk permasalahan besar. Terutama permasalahan kesehatan ibu dan anak (KIA). Hal ini ditunjukan dengan tingkat kematian ibu dan bayi yang masih tinggi di beberapa wilayah ini. Angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (0-12 bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Angka kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 sebesar 10,48/1.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun dibandingkan pada tahun 2006 yaitu 11,03/1.000 kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan target yang diharapkan dalam MDG (Millenium Development Goals) ke - 4 tahun 2015 yaitu 17/1.000 kelahiran hidup, berarti angka kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah sudah di bawah angka tersebut. Hal ini dimungkinkan karena peningkatan pelayanan kesehatan bayi dimana cakupan kunjungan neonatus dan kunjungan bayi terus meningkat dan sudah mencapai target standar pelayanan minimal tahun 2010 sebesar 90%. Sedangkan kematian ibu maternal paling banyak adalah waktu bersalin sebesar 50,09%, kemudian disusul waktu nifas sebesar 30,58%, dan pada waktu hamil sebesar 19,33%. Urutan penyebab kematian ibu dari yang terbanyak adalah perdarahan, eklamsi, perdarahan sebelum persalinan, dan infeksi. Secara sosiologis masalah kesehatan tidak hanya sebatas tidak sakit, akan tetapi jauh lebih luas karena masalah kesehatan lebih banyak disebabkan commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
oleh perilaku sehat itu sendiri serta punya dampak terhadap masalah sosial lainnya. Masalah-masalah kesehatan yang tidak baik akan berdampak kepada pola pengasuhan dan gizi keluarga. Kekurangan gizi terhadap ibu dan bayi akan memiliki dampak kepada kesehatan dan kecerdasan anak, sedangkan kecerdasan anak itu sendiri berdampak kepada tersedianya sumber daya manusia berkualitas. (http://repository.unand.ac.id/id/eprint/1389). Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator kualitas sumber daya manusia. Indikator utama derajat kesehatan penduduk adalah meningkatkan umum harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi dan ibu, menurunya angka kesakitan dari beberapa penyakit penting, menurunnya angka kecacatan dan ketergantungan, meningkatnya status gizi masyarakat, dan menurunnya angka fertilitas (Rencana Program Kesehatan Menuju Indonesia Sehat). Untuk mencapai derajat kesehatan tersebut maka diadakannya berbagai upaya kesehatan yang terdiri dari Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), yang diarahkan pada masyarakat rentan (bayi, anak, ibu), masyarakat miskin, masyarakat di daerah konflik, daerah perbatasan, dan terpencil (Hapsara Habib Rachmat, 2004). Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih dalam kandungan. Upaya kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga melahirkan, ditujukkan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
selamat (intact survival). Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukkan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesui dengan potensi genetiknya (Departemen Kesehatan RI, 2007:1). Perkawinan pada masyarakat di pedesaan sering terjadi pada usia muda, yaitu sekitar usia “menarche” adalah resiko untuk melahirkan BBLR (berat badan bayi rendah) sekitar dua kali lipat dalam dua tahun setelah “menarche”. Hal ini juga berpengaruh dari gizi ibu saat hamil sampai perkembangan anaknya saat lahir, itu semua merupakan salah satu pola asuh yang harus diperhatikan seorang ibu pada saat hamil sampai anak itu lahir dan berkembang (Soetjiningsih, 1995:96). Saat ini masih banyak perempuan yang menikah pada usia di bawah 20 tahun. Secara fisik dan mental mereka belum siap untuk hamil dan melahirkan. Hal ini karena karena rahimnya belum siap menerima kehamilan dan ibu muda tersebut belum siap untuk merawat, mengasuh serta membesarkan bayinya. Bayi yang lahir dari seorang ibu muda kemungkinan lahir belum cukup bulan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan mudah meninggal sebelum bayinya berusia satu tahun. Sebaliknya perempuan yang umurnya diatas 35 tahun akan lebih sering menghadapi kesulitan selama kehamilan dan pada saat melahirkan serta akan mempengaruhi kelangsungan hidupnya (Soetjiningsih, 1995:11). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Masa balita ini merupakan masa yang menentukan dalam tumbuh kembangnya, yang akan menjadi dasar terbentuknya manusia seutuhnya. Oleh karena itu pemerintah memandang perlu untuk memberikan suatu bentuk pelayanan yang menunjang tumbuh kembang Balita secara menyeluruh terutama dalam aspek mental dan sosial. Karena aspek pertumbuhan fisiknya telah lebih dahulu mendapat perhatian, antara lain melalui berbagai usaha perbaikan gizi keluarga, penimbangan dengan menggunakan KMS (kartu menuju sehat) sebagai alat untuk mengetahui pertumbuhan anak, upaya peningkatan penggunaaan Air Susu Ibu, keluarga berencana, dan lain-lain. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tsb antara lain dengan Program BKB (Bina Keluarga Balita). Program BKB ini terutama bermanfaat bagi keluarga yang berpenghasilan rendah baik itu daerah pedesaan, pantai maupun perkotaan. Pada keluarga-keluarga yang kurang mampu ini upaya untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anaknya masih belum merupakan prioritas utama di dalam kehidupan keluarganya. Mereka masih menghadapi berbagai masalah lain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya (Soetjiningsih, 1995:115). Sikap seorang ibu dalam mengasuh anaknya merupakan suatu pancaran kasih sayang. Seorang ibu akan merasa sangat berbahagia jika ia dapat menyusui anaknya sendiri. Rasa kasih sayang melalui hangatnya pelukan si ibu pada saat menyusui akan dirasakan oleh bayinya dan menimbulkan rasa aman. Disamping itu ASI juga bermanfaat untuk bayi, sehingga tumbuh kembang bayi yang minum ASI tersebut lebih optimal. ASI commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
juga merupakan salah satu penunjang untuk kesehatan seorang bayi karena bayi memerlukan pengasuhan baik secara lahiriyah juga secara kejiwaan (Soetjiningsih, 1995:123). Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari orang tua, paling utama adalah seorang ibu, dengan cara segera membawa anaknya yang sakit ketempat pelayanan kesehatan yang terdekat. Anak yang sehat pada umumnya akan tumbuh dengan baik. Berbeda dengan anak yang sering sakit, biasanya pertumbuhannya akan terganggu. Selain dengan perilaku ibu dalam pola asuh kesehatan anak juga ada faktor lain yang mempengaruhi kesehatan anak yaitu kebersihan perorangan memegang peranan penting untuk tumbuh kembang anak. Selain itu, anak memerlukan linkungan yang memungkinkan anak untuk tumbuh kembang dengan optimal antara lain, perumahan yang layak, gizi yang baik, pemeliharaan kesehatan yang memadai, kasih sayang serta stimulasi (lingkungan luar anak) yang terarah. Semua usaha ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak
(Soetjiningsih,
1995:135). Mengingat jumlah balita di indonesia sangat besar yaitu sekitar 10 persen dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang. Selain hal-hal tersebut, berbagai faktor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak juga perlu dieliminasi (Departemen Kesehatan RI, 2007:1). Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas dalam pola asuh anak. Tetapi perlu disadari bahwa pendapatan tidak selalu membawa perbaikan pada susunan pengasuhan anak. Tingkat pendapatan juga ikut menentukan dalam perilaku ibu dalam pengasuhan anak. Orang miskin membelanjakan sebagian pendapatan mereka untuk makanan, sedangkan orang kaya jauh lebih rendah. Semakin tinggi pendapatan semakin besar pula persentase dari pendapatan tersebut dipergunakan untuk mencukupi keburuhan hidupnya masing-masing (Satoto, 1990). Keadaan sosial ekonomi merupakan salah faktor dalam perilaku seorang ibu pada pola asuh anak. Apalagi ibu muda ini berada dalam perekonomian pada lapisan bawah, ini sangat berpengaruh dalam perilaku pola asuh sehat terhadap seoarang anak. Kebanyakan ibu-ibu muda ini tidak mempunyai pekerjaan yang tetap dalam memenuhi kebutuhan anaknya. Dan ini juga merupakan salah satu perilaku
pola asuh anak dalam kesehatan
anaknya masing-masing. Kesehatan anak (balita) itu sangat penting untuk diperhatikan, karena perkembangan anak ini tergantung dengan perilaku orangtuanya yang paling utama adalah seorang ibu yang mana berperan penting dalam pola asuh kesehatan terhadap anaknya (Sunarti, 1989). Dari uraian latar belakang diatas, merupakan gambaran tentang perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak balita. Dan di desa Pomah, ditemukan ibu-ibu muda yang mengasuh anak balitanya disini akan mengkaji commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
tentang perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak (balita) pada lapisan bawah Desa Pomah Keacamatan Tulung Kabupaten Klaten.
B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: “Bagaimana pola perilaku asuh kesehatan pada anak balita di keluarga lapisan bawah Desa Pomah Kecamtan Tulung Kabupaten Klaten?”
C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak (balita) pada lapisan bawah (studi di Desa Pomah Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten). Selain itu juga bisa mengetahui cara-cara yang dilakukan ibu dalam mengasuh anak balitanya.
D. MANFAAT PENELITIAN a. Manfaat Teoritis Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi kajian tentang sosiologi kesehatan, dan mengembangkan serta menanamkan teori sosiologi pada umumnya. b. Manfaat Praktis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
Untuk memberikan wacana pemikiran bagi pembaca yang tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak pada lapisan bawah.
E. TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Yang Digunakan a. Lapisan Bawah Lapisan bawah pada penelitian ini yang di maksud adalah keluarga yang kurang mampu atau keluarga miskin. Kata miskin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tidak berharta, serba kekurangan ( berpenghasilan sangat rendah). Miskin sendiri merupakan situasi dimana seseorang hanya dapat memenuhi makanan, pakaian
dan
perumahan
yang
sangat
diperlukan
untuk
mempertahankan tingkat kehidupan yang minimum (KBBI, 1998). Miskin
menurut
WHO
umumnya
didefinisikan
sebagai
ketidakmampuan individu atau rumah tangga untuk mencapai standar minimum kehidupan (Laporan Komisi WHO. Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001). Miskin atau biasa disebut tidak mampu atau kurang mampu dalam bahasa sehari-hari adalah keadaan interval batas bawah dari kemampuan ekonomi seseorang atau keluarga atau masyarakat. Miskin dalam Wikepedia Indonesia adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
berhubungan dengan erat dengan kualitas hidup. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa lapisan bawah adalah suatu unit atau kesatuan masyarakat yang tidak memiliki kemampuan mencapai standar minimum kehidupan. Dalam penelitian ini yang di maksud keluarga miskin atau lapisan bawah adalah sebagaimana yang ditetapkan oleh BPS, ada 14 kriteria, yaitu: 1. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 meter persegi per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber
air
minum
berasal
dari
sumur/mata
air
tidak
adalah
kayu
kali
dalam
terlindung/sungai/air hujan. 7. Bahan
bakar
untuk
memasak
sehari-hari
bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya
mengkonsumsi
daging/susu/ayam
satu
seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan hanya satu/dua kali dalam sehari. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
11. Tidak
sanggup
membayar
biaya
pengobatan
di
puskesmas/poliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,- (Enam Ratus Ribu Rupiah) perbulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala keluarga : tidak bersekolah/tidak tamat SD/hanya SD. 14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah), seperti sepeda motor kredit/non-kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
b. Perilaku Perilaku adalah pengembangan pribadi
yang dapat di
manifestasikan ke dalam tindakan individu yang diamati atau diobservasi secara obyektif. Penjelasan lain tentang perilaku yaitu, suatu cara bertingkah laku yang di ciptakan untuk ditiru oleh banyak orang. Suatu cara bertindak yang tetap melakukan proses dalam waktu relatif lama sehingga terbentuk kebiasaan (Hendro Puspito, 1991:160). Perilaku manusia merupakan hasil dari segala pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan dengan kata lain perilaku merupakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
respon individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun berasal dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan, berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif melakukan tindakan (Salito Sarwono, 1993:1). Perilaku adalah suatu perbuatan kelakuan yang dilakukan atau dijalankan oleh seorang individu dalam suatu masyarakat (KBBI, 1998). Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, kesadaran, perilaku, tradisi dari orang-orang dan masyarakat yang bersangkutan.
c. Pola Asuh Pengertian Pola Asuh Pola asuh adalah praktek di rumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan pangan, pertumbuhan, dan perkembangan anak. Pola asuh yang baik akan mempengaruhi keadaan kesehatan dan keadaan gizi pada anak (Sunarti, 1990). Pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia dibawah lima tahun. Masa anak usia 1 – 5 tahun (balita) adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang memadai. Pada masa ini juga, anak – anak masih sangat tergantung pada perawatan dan pengasuhan ibunya. Oleh karena itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
pengasuhan kesehatan dan makanan pada tahun pertama kehidupan sangat penting untuk perkembangan anak. Seorang ibu memegang peranan penting dalam pengasuhan anaknya. Pola pengasuhan pada tiap ibu berbeda karena dipengaruhi oleh faktor yang mendukungnya, antara lain latar belakang pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anak dan sebagainya. Aspek pola asuh yaitu pengasuhan psiko-sosial terwujud dalam pola interaksi dengan anak. Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Pengasuhan psiko-sosial ini antara lain terdiri dari cinta dan kasih sayang serta interaksi antara ibu dan anak. Salah satu hak anak adalah untuk dicintai dan dilindungi. Pengasuhan psiko-sosial didasarkan pada frekuensi interaksi antara ibu dan anak (Departemen Kesehatan RI, 2007:5). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Faktor – faktor yang mempengaruhi pola asuh antara lain : a. Pendidikan Ibu Pendidikan merupakan proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat tempat ia hidup. Pendidikan ibu dalam hal ini adalah latar belakang pendidikan ibu. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan
anaknya,
pendidikannya,
dan
sebagainya
(Soetjiningsing, 1995:10). b. Pengetahuan Gizi Ibu Seorang ibu rumah tangga bukan merupakan ahli gizi, tetapi juga harus dapat menyusun dan menilai hidangan yang akan disajikan kepada anggota keluarganya. Pengetahuan gizi ibu merupakan pengetahuan seorang ibu dalam menyediakan makanan yang
bergizi
guna
mendapat
kesehatan
yang
baik
serta
mempertahankan kesehatan. Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan merupakan masalah yang sudah umum. Salah satu sebab masalah kurang gizi yaitu kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari – hari (Soetjiningsing, 1995:6 ). c. Aktifitas Ibu Dewasa ini makin banyak ibu berperan ganda selain sebagai ibu rumah tangga juga sebagai wanita karier semua itu guna menciptakan keluarga yang lebih mapan tapi juga menimbulkan pengaruh terhadap hubungan dengan anggota keluarga terutama pada anaknya. Seorang ibu yang tidak bekerja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
dapat mengasuh anaknya dengan baik dan mencurahkan kasih sayangnya (Soetjiningsing, 1995:10 ). d. Jumlah Saudara Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak lebih – lebih kalau jarak anak terlalu dekat. Sedangkan pada keluarga dengan keadaan sosial ekonominya yang kurang jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya perhatian dan kasih sayang pada anak juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahan tidak terpenuhi oleh karena itu keluarga berencana tetap diperlukan (Soetjiningsing, 1995:10 ). e. Umur Ibu Saat ini masih banyak perempuan yang menikah pada usia di bawah 20 tahun. Secara fisik dan mental mereka belum siap untuk hamil dan melahirkan. Hal ini karena karena rahimnya belum siap menerima kehamilan dan ibu muda tersebut belum siap untuk merawat, mengasuh serta membesarkan bayinya. Bayi yang lahir dari seorang ibu muda kemungkinan lahir belum cukup bulan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan mudah meninggal sebelum bayinya berusia satu tahun. Sebaliknya perempuan yang umurnya diatas 35 tahun akan lebih sering menghadapi kesulitan selama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
kehamilan dan pada saat melahirkan serta akan mempengaruhi kelangsungan hidupnya (Soetjiningsih, 1995:11).
d. Pola Asuh Kesehatan Pola asuh adalah berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal memberi makan, kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan (fisik atau mental) (Satoto, 1990). Pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian, dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan sebaikbaiknya secara fisik, mental dan sosial. Pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang memadai. Pada masa ini juga, anak-anak masih sangat tergantung pada perawatan dan pengasuhan ibunya. Oleh karena itu, pengasuhan kesehatan dan makanan pada tahun pertama kehidupan sangat penting untuk perkembangan anak (Sunarti, 1990). Pemeliharaan
kesehatan
anak
balita
adalah
perilaku
sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior). Misalnya makan-makanan yang bergizi, olahraga dan sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan penyakit (health commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
prevention behavior) yang merupakan respons untuk melakukan pencegahan penyakit. ·
Adapun aspek Pemeliharaan Kesehatan Anak balita : a) Perawatan dan perlindungan bagi anak balita Setiap orang tua berkewajiban untuk memberikan perawatan dan perlindungan bagi anaknya. Masa lima tahun pertama merupakan masa yang akan menentukan pembentukan fisik, psikis, maupun intelegensinya sehingga masa ini mendapatkan perawatan dan perlindungan yang intensif. Bentuk perawatan bagi anak dimulai sejak bayi lahir sampai dewasa misal sejak bayi lahir memotong tali pusar bayi, pemberian makan dan sebagainya. Perlindungan bagi anak berupa pengawasan waktu bermain dan pengaturan tidur (Departemen Kesehatan RI, 2007:4). b) Kebersihan diri dan sanitasi lingkungan Lingkungan
merupakan
faktor
yang
sangat
mempengaruhi proses tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak adalah dengan membentuk kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang sehat. Hal ini menyangkut dengan keadaan bersih, rapi, dan teratur (Departemen Kesehatan RI, 2007:4). Oleh karena itu anak perlu dilatih untuk mengembangkan sifatsifat sehat meliputi: : (1) Mandi dua kali sehari; (2) Cuci tangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
sebelum dan sesudah tidur; (3) Menyikat gigi sebelum tidur; (4) Membuang sampah pada tempatnya; (5) Buang air kecil pada tempatnya atau WC. c) Praktek kesehatan Praktek kesehatan di rumah dan Pola pencarian pelayanan
terpadu.
Bayi
dan
anak
perlu
diperiksa
kesehatannya oleh bidan atau dokter bila sakit sebab mereka masih memiliki risiko tinggi untuk terserang (Departemen Kesehatan RI, 2007:5 ).
Adapun
penyakit praktek
kesehatan yang dapat dilakukan dalam rangka pemeriksaan pemantauan kesehatan
adalah
:
(1)
Imunisasi;
(2)
Pemantauan pertumbuhan balita. ·
Ruang Lingkup Pemeliharaan Kesehatan Secara naluriah setiap orang tua pasti akan melindungi anaknya, terlebih apabila anak masih dalam usia balita dan dianggap masih belum bisa mandiri dan belum memiliki keterampilan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan menjaga dirinya dari penyakit. Dalam konteks ini akan terasa aneh jika seorang anak balita yang seharusnya masih sangat tergantung dengan pengasuhan orang tuanya justru malah banyak yang mengalami gangguan gizi seiring dengan bertambahnya usia. Tahun - tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis : tumbuh kembang fisik, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
mental, dan psiko-sosial berjalan demikian cepatnya sehingga keberhasilan
tahun-tahun
pertama
untuk
sebagian
besar
menentukan hari depan anak. Kelainan/penyimpangan apapun apabila tidak diintervensi secara dini dengan baik pada saatnya, dan tidak terdeteksi secara nyata mendapatkan perawatan yang bersikap purna yaitu : promotif, preventif, dan rehabilitatif. Peran ibu dalam kontrol sumber daya keluarga kaitannya dengan status gizi balita dan mempunyai peran yang tinggi dengan makanan, mulai dari perencanaan, penyusunan menu, pembelian, dan pemberian makanan. Selain itu aspek perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan promotif sebagai suatu hal yang penting, walaupun kedua faktor tersebut (makanan dan non makanan) merupakan faktor yang menentukan (asuh) (Departemen Kesehatan RI, 2007:7). Status kesehatan merupakan salah satu aspek pola asuh yang dapat mempengaruhi status gizi anak kearah membaik. Status kesehatan adalah hal – hal yang dilakukan untuk menjaga statsu gizi anak, menjauhkan dan menghindarkan penyakit serta yang dapat menyebabkan turunnya keadaan kesehatan anak. Status kesehatan meliputi: hal pengobatan penyakit pada anak apabila anak menderita sakit dan tindakan pencegahan terhadap penyakit sehingga anak tidak sampai terkena suatu penyakit. Status kesehatan anak dapat ditempuh dengan cara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
memperhatikan keadaan gizi anak, kelengkapan imunisasinya, kebersihan diri anak dan lingkungan dimana anak berada, serta upaya ibu dalam hal mencari pengobatan terhadap anak apabila sakit. Jika anak sakit hendaknya ibu membawanya ke tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik, puskesmas, dan lain – lain (Departemen Kesehatan RI, 2007:8).
2. Landasan Teori Fokus dalam penelitian ini adalah perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak (balita). Dan dalam hal ini menjadi informan dalam peneltian ini adalah para ibu muda sebagai informan inti serta keluarga dan kader, bidan setempat sebagai informan pendukung. Weber memandang sosiologi sebagai ilmu yang bertujuan untuk memahami perikelakuan sosial melalui penafsirannya dan dengan itu menerangkan jalan perkembangannya dan akibat-akibatnya menurut sebab-sebabnya. Perilaku sosial hanya dan sejauh mana arti maksud subjek dengan
tingkah
laku
yang
membuat
individu
memikirkan
dan
mempertentangkan kelakuan orang lain dan mengarahkannya kepada itu (Veeger, 1993:171). Berbeda dengan pendapat B.F. Skinner bahwa objek studi sosiologi yang konkret dan realistis adalah perilaku manusia yang nampak serta kemungkinan perulangannya (behavior of man and contingencies of reinforcement). Kebudayaan masyarakat tersusun dari tingkah laku, dengan kata lain adalah tingkah laku yang berpola. Untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
memahami tingkah laku yang terpola itu tidak diperlukan konsep-konsep seperti ide-ide dan nilai-nilai. Maka dalam penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma perilaku sosial. Paradigma ini memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya. Lingkungan itu terdiri atas: a. Bermacam-macam obyek sosial b. Bermacam-macam obyek non-sosial Prinsip yang menguasai antar hubungan individu dengan obyek sosial adalah sama dengan prinsip yang menguasai hubungan antara individu dengan obyek non sosial. Singkatnya hubungan antara individu dengan obyek sosial dan hubungan antara individu dengan obyek non sosial di kuasai oleh prinsip yang sama. Secara singkat pokok persoalan dalam sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku (Ritzer, 2010: 71-72). Pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan Teori Pertukaran Sosial (exchange theory). Teori ini bertumpu pada asumsi bahwa orang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman. Sehingga tindakan yang dilakukan seseorang itu bergantung pada ganjaran (reward) atau hukuman (punishment) yang diberikan terhadap tindakan tersebut. Proposisi yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
a) Makin tinggi ganjaran (reward) yang diperoleh atau yang akan diperoleh makin besar kemungkinan sesuatu tingkah laku akan diulang. b) Demikian sebaliknya. Makin tinggi biaya atau ancaman hukuman (punishment) yang akan diperoleh makin kecil kemungkinan tingkah laku yang serupa akan diulang. c) Adanya hubungan berantai antara berbagai stimulus dan antara berbagai tindakan. Keseluruhan materi teori exchange itu secara garis besarnya dapat dikembalikan kepada lima proposisi (Ritzer, 2010 : 78). George homans percaya bahwa proses pertukaran ini dapat dijelaskan lewat lima proposisi berikut ini : 1. Proposisi sukses Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh ganjaran maka kian kerap tindakan itu dilakukan seseorang. 2. Proposisi stimulus Jika di masa lalu terjadinya stimulus yang khusus, atau seperangkat stimuli merupakan penyebab peristiwa dimana seseorang memperoleh ganjaran, maka stimuli yang mirip pada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan semakin mungkin seseorang melakukan tindakan serupa atau yang agak sama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
3. Proposisi nilai Semakin tinggi nilai tindakan, maka kian senang seseorang melakukan tindakan itu. 4. Proposisi Deprivasi – Satiasi Semakin sering di masa yang baru berlalu seseorang menerima suatu ganjaran tertentu, maka semakin kurang nilai dari suatu tindakan bagi orang tersebut. 5. Proposisi Restu – Agresi (Aproval Agression) Bila
tindakan
seseorang
tidak
memperoleh
ganjaran
yang
diharapkannya, atau menerima hukuman yang tidak diinginkan, maka dia akan marah, dia akan cenderung menunjukkan perilaku yang agresif, dan hasil dari perilaku yang demikian menjadi lebih bernilai baginya. Bilamana tindakan seseorang memperoleh ganjaran yang diharapkannya, khusus ganjaran yang lebih besar dari yang dikiranya, atau tidak memperoleh hukuman yang diharapkannya, maka dia akan merasa senang, dia akan lebih mungkin melaksanakan perilaku yang disenanginya, dan hasil dari perilaku yang demikian akan menjadi lebih bernilai baginya. Homans menekankan bahwa proposisi itu saling berkaitan dan harus diperlukan sebagai satu perangkat. Masing-masing proposisi hanya menyediakan sebagian penjelasan untuk menjelaskan seluruh perilaku, kelima prorosisi tersebut harus dipertimbangkan (Poloma, 1994 : 62-64). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Selain teori pertukaran ( exchange theory ) dalam paradigma perilaku sosial adalah teori sosiologi perilaku ( behaviour sociology ). Teori behaviour sociology memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor. Ini bearti tingkah laku-tingkah laku yang terjadi tersebut melalui akibat-akibat yang
mengikutinya
kemudian.
Konsep
dasarnya
adalah
adanya
“reinforcement” yang berarti ganjaran ( reward ). Suatu ganjaran yang tidak membawa pengaruh terhadap aktor tidak akan diulang ( Ritzer, 2010:73 ) 3. Penelitian Terdahulu 1. Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah pola pengasuhan anak adalah peelitian yang dilakukan oleh Diah Kumalasari. Peneltian tersebut berjudul Pola Pengasuhan anak usia Sekolah Dasar (6-12 tahun) dalam keluarga yang ditinggal orangtuanya merantau di Desa Karanganyar, Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen. Hasil dari penelitian tersebut adalah selama orangtua pergi merantau, anak dididik dan diasuh oleh kerabat dekat ataupun memperkerjakan seseorang untuk menjadi pengasuh ataupun dititipkan oleh tetangga dekat. Pola pengasuhan yang diterapkan adalah dengan pola pengajaran, pengganjaran dan pembujukan. Meskipun bukan anaknya sendiri, pengasuh atau tetangga yang dititipi mengasuh dan mendidik anak layaknya anak sendiri. Sehingga dalam mengasuh dan mendidiknya tidak dibedakan dengan mendidik dan mengasuh. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
2. Dalam journal ini dibahas tentang bagaimana hubungan yang masuk akal antara tanggung jawab orangtua atas perawatan anak dengan sistem pekerjaan yang ada di negara eropa sebagai berikut. The reconciliation of family and employment is currently a popular theme in social sciences. It is mainly used in order to discuss how a coherent relationship between the responsibility of parents for childcare and the employment system could be developed and why this relationship is often incoherent in many European countries. The main focus of the debate is on problems of gender inequality and limitations for women to participate in the labour market. Much less emphases is placed on the question what this means from the perspective of children and the well-being of children. It is argued here that the concept of “reconciliation” is not an adequate academic concept to analyse the relationship between family and the employment system and the tensions and contradictions that might develop. Also, it is not an adequate concept to analyse the situation of children in thiscontext. Moreover, the way it is used does not adequately take into account that what people perceive as an adequate relationship of family and employment and a good life situation of children, because of cultural differences, in part differs in a comparative perspective between societies. It is suggested here to use instead a broader approach of the “arrangement of work and family” which is based on historical institutionalism. This approach conceptualises the ways in which the situation of mothers, fathers and children develops in the context of the specific institutional constellation and cultural context of family, employment system and social policies in a society and offers a theoretical framework for cross-national comparative analyses ( international journal of behaviour development sociology & education 2007 ). ( www.ciimu.org/webs/wellchi/publications.htm )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Perdamaian
antara keluarga dengan
pekerjaan
saat
ini
merupakan sebuah tema yang populer dalam ilmu pengetahuan sosial. Hal ini terutama dituangkan guna membahas bagaimana suatu hubungan yang masuk akal antara tanggung jawab orang tua atas perawatan anak dengan sistem pekerjaan dapat dikembangkan dan mengapa hubungan ini seringkali tidak masuk akal di banyak negara Eropa. Fokus utama dari perdebatan ini adalah terhadap masalah ketidaksetaraan gender dan pembatasan bagi wanita untuk berpartisipasi di pangsa pasar. Penekanan yang jauh lebh kecil diletakkan kepada pertanyaan tentang apa arti hal ini dari perspektif anak dan kesejahteaan anak. Disini dikatakan bahwa konsep “rekonsiliasi (perdamaian)” bukan merupakan sebuah konsep akademis yang cukup untuk menganalisa hubungan antara keluarga dengan sistem pekerjaan dan ketegangan dan pertentangan yang dapat berkembang. Lagipula, cara ia digunakan tidak cukup memperhitungkan apa yang orang persepsikan sebagai suatu hubungan yang memadai antara keluarga dengan pekerjaan dan situasi kehidupan yang baik bagi anak, karena perbedaan budaya sebagian berbeda dalam perspektif komparatif antar masyarakat. Disini dianjurkan agar menggunakan sebuah pendekatan yang lebih luas pada “struktur pekerjaan dan keluarga” yang didasarkan pada institusionalisme sejarah. Pendekatan ini memahami cara-cara dimana situasi ibu, ayah dan anak-anak berkembang dalam konteks konstelasi (perbintangan) kelembagaan tertentu dan konteks budaya keluarga, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
system pekerjaan dan kebijakan sosial dalam suatu masyarakat dan menawarkan sebuah kerangka teoretis untuk analisis perbandingan antar Negara (jurnal sosiologi perkembangan dan pendidikan perilaku internasional 2007) 3. Penelitian terdahulu dalam journal internasional di negara pakistan tentang dampak pertumbuhan anak yang hidup dalam keluarga miskin. The role of care as a critical influence on child nutrition, health, and development has received increasing attention in the last decade. While the role of care has been well elaborated at a conceptual level, we still lack simple valid and reliable tools to measure many aspects of care. Psychosocial care includes the behaviors and practices that support children's healthy growth and psychosocial development. The research presented here constitutes one of the first attempts to quantify some of the various dimensions of child-care practices (namely type, quality, and frequency) and to summarize the information into a composite, age-specific index of child-care practices. The main purpose of this research is to examine, specifically within the context of Pakistan, which of the maternal and household characteristics constituted more severe constraints to the provision of good child care. The main findings of this research have important policy implications. They suggest that specific training in child feeding and the use of preventive health services for poor mothers with little formal education could have a large impact on the growth of children living in impoverished environments ( International journal of social economics 2004 ). ( www.journal.org/web/of socialeconomic.htm ) Peran asuhan sebagai pengaruh kritis terhadap gizi, kesehatan dan perkembangan anak telah mendapatkan semakin banyak perhatian dalam sepuluh tahun terakhir. Meskipun commit toperan userasuhan telah diuraikan panjang lebar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
pada suatu tingkat konseptual, namun kita masih kekurangan alat sederhana yang valid, dan terpercaya untuk mengukur banyak aspek asuhan. Asuhan psikososial meliputi perilaku dan praktek-praktek yang mendukung pertumbuhan yang sehat dan perkembangan psikososial anak. Penelitian yang disajikan disini merupakan salah satu upaya pertama untuk menghitung beberapa dimensi praktek asuhan anak (yaitu jenis, kualitas, dan frekuensi) dan untuk merangkum informasi tersebut kedalam sebuah indeks gabungan khusus usia tentang praktek asuhan anak. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkaji, khususnya didalam konteks Pakistan, karakteristik ibu dan rumah tangga manakah yang merupakan penghalang yang lebih berat terhadap penyediaan asuhan anak yang baik. Temuan-temuan pokok dari penelitian ini memiliki implikasi yang penting. Mereka menunjukkan bahwa pelatihan khusus dalam memberi makan anak dan penggunaan layanan kesehatan pencegahan bagi ibu-ibu miskin dengan pendidikan formal rendah dapat memiliki dampak yang besar terhadap pertumbuhan anak-anak yang hidup di lingkungan miskin (Jurnal Sosial Ekonomi Internasional 2004).
F. KERANGKA BERPIKIR Agar penelitian bisa dilaksanakan secara lancar, dan mengarah pada analisanya disini perlu dikembangkan kerangka pikir yang akan digunakan. Adapun kerangka pikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Pengetahuan, kesadaran, perilaku Pengasuhan kesehatan anak (balita)
Program
Keluarga
KIA
Perilaku ibu muda dalam pola asuh Kesehatan anak (balita) pada lapisan bawah Bagan I Kerangka Berpikir Perilaku Ibu Muda Dalam Pola Asuh Kesehatan Anak (Balita) Pada Lapisan Bawah Perilaku ibu muda itu sangat mempengaruhi dalam pola asuh kesehatan anak. Perkembangan kesehatan anak itu juga tergantung pada seorang ibu dalam pengasuhannya, dan dalam perilaku ibu muda juga tergantung pula dengan keluarga dan diluar keluarga. Keduanya itu sangat mempengaruhi pengetahuan, kesadaran dan perilaku ibu muda dalam pengasuhan kesehatan anak (balita). Yang di maksudkan pengaruh dari luar keluarga itu, misalnya ibu muda mendapatkan pengetahuan dalam mengasuh anak (balita) dari program KIA yang di dapat dari posyandu ataupun puskesmas setempat. Keduanya tersebut juga secara tidak langsung mempengaruhi perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak (balita) pada lapisan bawah. Maka dari itu pentingnya perilaku ibu dalam pola asuh kesehatan anak, agar menjadikan commit todiinginkan user tumbuh kembang anaknya seperti yang oleh semua orang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
G. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara untuk menghasilkan data dan analisis data yang sahih untuk menemukan jawab yang benar atas suatu masalah penelitian sehingga tercapainya tujuan dari penelitian tersebut. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang menggambarkan situasi sebenarnya yang terdapat dilapangan dengan menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata, kalimat, atau gambar yang memiliki arti (Sutopo, 2002:35) yang nantinya bisa menggambarkan tentang perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak (balita) pada lapisan bawah. Alasan menggunakan jenis penelitian ini karena sesuai dengan masalah yang di kaji di samping itu, agar peneliti lebih bisa memahami atau mengerti maksud yang disampaikan informan. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di desa Pomah, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten adapun alasan memilih lokasi ini karena melihat banyaknya ibu-ibu muda lapisan bawah mempunyai anak (balita) dan ingin mengetahui perilaku dalam pola asuh kesehatan anak, serta juga dekat dengan tempat tinggal peneliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
3. Sumber Data Menurut Moleong, Lofland&Lofland mengatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan dokumen dan yang lainnya. Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai adalah sumber data utama. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan merupakan hasil kegiatan dari melihat, mendengar, dan bertanya. Pada penelitian kualitatif kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah, dan senantiasa bertujuan memperoleh suatu informasi yang diperlukan (Moleong, 2007:157-158). Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan yang diperoleh melalui wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah ibu muda yang mempunyai anak balita, keluarga ibu muda seperti ibu kandung atau ibu mertua dan juga bidan setempat dan kader posyandu yang ada di desa Pomah. b. Data Sekunder Adalah data yang diperoleh bukan secara langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini data monografi yang ada dikantor kelurahan
Pomah dan data anak balita yang ada di posyandu
merupakan data sekundernya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
4. Tehnik Pengambilan Sampel Dalam penelitian kualitatif, hasil sampel yang dikumpulkan tidak dimaksudkan untuk mewakili hasil keseluruhan populasi. Oleh karena itu, fungsi sampel lebih ditekankan untuk menggali serta menemukan sejauh mungkin informasi yang penting. Dalam penelitian ini pengambilan sampelnya dengan menggunakan tehnik purposive sampling, yaitu peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah ibu muda yang ber usia dibawah 30 tahun, keluarga ibu muda seperti ibu kandung dan ibu mertua yang tinggal dalam satu rumah dan tidak satu rumah serta kader posyandu atau bidan setempat. Ibu muda disini mempunyai kriteria tersendiri yaitu dengan ibu muda yang tidak bekerja, ibu muda yang bekerja antara lain bekerja dirumah maupun diluar rumah, serta usia pernikahan muda atau menikah dibawah usia 20 tahun. Keluarga ibu muda yang dimaksudkan disini adalah mungkin ibu mertuanya ataupun orang tua ibu muda tersebut yang tinggal dalam satu rumah dan keluarga ibu muda yang tidak satu rumah. Sedangkan kader posyandu ataupun bidan setempat tersebut adalah yang memberikan program di desa pomah tentang perkembangan kesehatan anak. 5. Tehnik Pengumpulan Data a. Wawancara mendalam Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviwee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007:186). Wawancara mendalam mengarah pada kedalaman informasi, guna menggali padangan subjek yang diteliti tentang fokus penelitian yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam. Tehnik wawancara ini tidak dilakukan secara ketat dan terstruktur, tertutup dan formal, tetapi lebih menekankan pada suasana akrab dengan mengajukan pertanyaan terbuka, yang mana pewawancara telah mempersiapkan daftar pertanyaan yang dimungkinkan dapat berkembang saat wawancara berlangsung. b. Observasi tak berperan Observasi adalah cara pengumpulan data melalui pengamatan maupun pencatatn secara langsung terhadap hal yang berkaitan dengan persoalan-persoalan yang diteliti. Pada saat pengumpulan data primer yang berupa pengamatan terhadap perilaku ibu muda, peneliti tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan yang dilakukan obyek penelitian, namun hanya sebatas seorang pengamat. 6. Validitas Data Untuk menguji keabsahan data yang telah terkumpul, peneliti menggunakan tehnik Triangualasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
data yang memanfaatkan suatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Tehnik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat dicapai dengan jaln : (1). Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. (2). Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. (3). Membandingkan apa yang dikatakan orang-oarang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. (4). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang (5). Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong,2007:331). Untuk melakukan pembandingan dan pengecekan, peneliti melakukannya dengan menanyakan kembali kebenarannya pada suami, keluarganya. 7. Analisis Data Menurut Moleong, Patton (1980:268) mengatakan bahwa analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat diketemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja sperti disampaikan oleh data (Moleong, 2007:280). Dalam penelitian ini menggunakan tehnik analisis data model interaktif, yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu: reduksi data, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
penyajian data dan penarikan kesimpulan. a. Reduksi Data Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan. Proses ini berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan penelitian, yang dimulai sebelum pengumpulan data yang dilakukan. Data reduksi dimulai sejak peneliti mengambil keputusan dalam memilih kasus, pertanyaan yang akan diajukan, dan tentang cara pengumpulan data yang dipakai. b. Penyajian Data Kegiatan merakit informasi atau mengorganisasikan data serta menyajikannya dalam bentuk cerita agar dapat diambil suatu kesimpulan. c. Penarikan Kesimpulan Yaitu menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Yang mana kesimpulan masih bersifat sementara sampai penelitian berakhir baru dapat diambil kesimpulan yang sesungguhnya. Jika laporan penelitian mengalami kesulitan, maka diadakan proses pengumpulan data lagi dari awal sehingga dapat diperoleh yang diinginkan. Ketiga komponen tersebut, aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses siklus. Dari uraian tersebut dapat dibuat skema sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
PENGUMPULAN DATA
REDUKSI DATA
PENYAJIAN DATA
PENARIKAN KESIMPULAN Gambar 2.
Bagan II Model Analisis Interaktif (Sumber : Sutopo, 2002)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. KEADAAN GEOGRAFIS Desa Pomah secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Desa Pomah mempunyai orbitasi sebagai berikut : jarak dari pusat pemerintahan kelurahan atau desa ke pusat pemerintahan kecamatan adalah 10 km, sedangkan ke ibu kota kabupaten 30 km, kemudian ke ibukota propinsi 80 km, dan jarak ke ibukota Negara 800 km. Dari jarak tersebut dapat diketahui bahwa Desa Pomah itu sangat jauh jaraknya dengan kota baik kota Kecamatan maupun kota Kabupaten. Hal tersebut, bisa dilihat tidak terlalu mudah dalam mobilitas untuk urusan pemerintahan desa dalam hubungannya dengan jajaran pemerintahan. Desa Pomah mempunyai luas 242 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah utara
: Desa Bono
b. Sebelah selatan
: Desa Socokangsi Kec. Jatinom
c. Sebelah barat
: Desa Sedayu
d. Sebelah timur : Desa Krajan Kec. Jatinom Desa Pomah secara keseluruhan merupakan dataran tinggi. Penggunaan lahan secara dominan untuk pertanian, sehingga desa Pomah jumlah penduduk yang sebagian besar itu adalah petani. commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
B. KEADAAN DEMOGRAFI 1. Jumlah Penduduk Desa Pomah terbagi menjadi 13 dusun dan 30 RT. Dilihat dari pembagian RT yang tidak banyak dapat diketahui jumlah penduduk yang relatif sedikit. Desa Pomah pada tahun 2010 mencapai 3225 jiwa, yang terdiri dari 1591 penduduk laki-laki dan penduduk perempuan sebanyak 1634 jiwa. Dari 3225 jiwa tersebut dapat diperinci menjadi 1006 KK. Dari jumlah tersebut juga bisa dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih besar daripada penduduk laki-laki. 2. Komposisi Penduduk a. Komposisi Penduduk Menurut Umur Berdasarkan data monografi Desa Pomah keadaan penduduk bila ditinjau dari tingkat umurnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu kelompok pendidikan dan kelompok tenaga kerja. Untuk mengetahui lebih lanjut berikut data dari dua kategori komposisi penduduk berdasarkan umur. Tabel 1 Komposisi Penduduk Menurut Umur Kelompok Pendidikan Desa Pomah No
Kelompok Pendidikan
Jumlah
Presentase (%)
1
0-3
80
2,48
2
4-6
293
9,08
3
7-12 commit to user
376
11,65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
4
13-15
96
2,97
5
16-18
84
2,60
6
>19
2296
71,19
3225
100 %
Jumlah
Sumber : Data Monografi Desa Pomah, Desember, 2010 Dari data tersebut mayoritas penduduk Desa Pomah berusia > 19 tahun yaitu sebesar 2296 orang atau 71,19 % dari keseluruhan penduduk menurut umur kelompok pendidikan. Dari data tersebut juga diketahui bahwa penduduk yang tergolong usia produktif cukup besar. Sedangkan data penduduk dari kelompok tenaga kerja adalah sebagai berikut : Tabel 2 Komposisi Penduduk Menurut Umur Kelompok Tenaga Kerja Desa Pomah No
Kelompok Pendidikan
Jumlah
Presentase (%)
1
10-14
87
3,34
2
15-19
295
11,35
3
20-26
253
9,73
4
27-40
321
12,35
5
41-56
703
27,05
6
>57
939
36,14
2598
100 %
Jumlah
Sumber : Data Monografi Desa Pomah, Desember, 2010 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa angkatan tenaga kerja terbesar ditempati oleh kelompok umur > 57 tahun yaitu sebesar 939 orang atau 36,14 % dari keseluruhan penduduk menurut umur kelompok tenaga kerja. Dari data tersebut juga menunjukkan bahwa penduduk angkata tenaga kerja Desa Pomah mayoritas sudah tergolong usia lanjut jika digolongkan sesuai dengan usianya. b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Berdasarkan data monografi di bawah ini yang disusun setiap semester/6 bulan dapat diketahui mata pencaharian penduduk Desa Pomah sangat beragam. Data desa Pomah sangat beragam. Data desa Pomah untuk bulan Juli-Desember disusun berdasarkan data yang diambil dari penduduk dalam sensus penduduk.
Tabel 3 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Pomah No
Mata Pencaharian
Jumlah
Persentase (%)
1
PNS
51
4,99
2
ABRI
10
0,97
3
Swasta
63
6,16
4
Wiraswasta
41
4,01
5
Tani
477
46,67
195
19,08
6
Tukang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
7
Buruh tani
135
13,20
8
Pensiunan
21
2,05
9
Jasa
29
2,83
1022
100 %
Jumlah
Sumber : Data Monografi Desa Pomah, Desember, 2010 Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk Desa Pomah terbesar adalah sebagai petani yaitu sebesar 46,67 % atau 477 orang dari keseluruhan penduduk menurut mata pencaharian. Yang di maksudkan petani disini adalah masyarakat yang bekerja sebagai petani yang mempunyai lahan untuk bisa dikerjakan, karena di desa Pomah ini banyak mempunyai lahan untuk dikerjakan, atau juga masyakatnya sangat menyukai bekerja seperti itu. Kebanyakan petani tersebut menanam berbagai jenis tanaman seperti padi, jagung, cabai, kacang dan masih banyak lagi. Kemudian tukang sebesar 19,08 % atau 195 orang. Dalam hal ini tukang tersebut bekerja pada bangunan yang ada disekitar desa Pomah, atau juga ada yang memjadi tukang yang bekerja di luar desa Pomah, yang ada di kotakota lain atau di daerah lain. Untuk mata pencaharian terbesar ketiga adalah buruh tani sebesar 13,20 % atau 135 orang. Kemudian swasta sebesar 6,16 % atau 63 orang, disini yang di maksudkan swata adalah sebagai karyawan perusahaan ataupun karyawan industri. Penduduk desa Pomah ini juga ada yang bermata pencaharian sebagai PNS yaitu sebesar 4,99 % atau 51 orang kebanyakan disini sebagai guru dan perangkat desa. Wiraswasta commitditodesa userPomah ini sebesar 4,01 % atau 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
orang sebagian mereka atau penduduk desa sini berwiraswasta sebagai buka toko, minimarket, salon, dan bengkel. Kemudian jasa 2,83 % atau 29 orang dan pensiunan 2,05 % atau 21 orang. Untuk mata pencaharian jasa dan pensiunan memang tergolong minim bila diletakkan dalam posisi desa. Karena dalam kenyataan sangat kurang yang bekerja dengan memberikan jasanya untuk orang lain, tidak adanya warga yang menjadi pengacara, psikolog, tukang ojek, sopir, dan kernek. Kebanyakan masyarkat desa Pomah bekerja sebagai petani, karena mempunyai banyak lahan ataupun sawah, dan mempunyai kegemaran untuk bercocok tanam. Pensiunan juga tergolong sangat sedikit, itu disebabkan juga pensiunan disini bukan hanya dari PNS tetapi dari ABRI atau militeran jaman dulu. Dilihat dari data tersebut dapat diketahui bahwa kesejahteraan masyarakat penduduk Pomah pas-pasan atau sedang-sedang saja. Hal ini juga terlihat dari rumah dan fasilitas yang dimiliki. c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Mengenai tingkat pendidikannya, penduduk Desa Pomah sangat bervariasi. Hal ini disebabkan karena tingkat perekonomian yang berbeda. Mereka kebanyakan kelas ekonomi menengah. Kita ketahui bahwa salah satu faktor pendukung pendidikan adalah tingkat ekonomi, walaupun disamping itu semangat/motivasi adalah juga hal yang penting. Namun sebagai pola kehidupan desa, banyak dari merekan setelah lulus SMA lebih memilih bekerja. Hal ini di dukung dengan adanya lapangan kerja yang relatif luas yang ada di desa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
tersebut. Untuk variasi tingkat pendidikan di Desa Pomah dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat pendidikan Desa Pomah No
Pendidikan
Jumlah
Presentase (%)
1
Tamat Taman kanak-kanak
52
30,76
2
Tamat Sekolah Dasar
63
37,27
3
Tamat SMP/SLTP
25
14,79
4
Tamat SMA/SLTA
21
12,42
5
Tamat Akademi (D1 – D3)
5
2,95
6
Tamat Sarjana (S1 – S3)
3
1,77
169
100 %
Jumlah
Sumber : Data Monografi Desa Pomah, Desember, 2010 Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa penduduk Desa Pomah menduduki terbesar ditingkat tamat SD yaitu sebesar 37,27 % atau 63 orang. Kemudian kemudian pada tingkat tamat taman kanakkanak mencapai 30,27 % atau 52 orang. Selanjutnya ditempayi tamat SMP sebesar 14,79 % atau 25 orang, terus tamat SMA sebesar 12,42 % atau 21 orang. Dan kemudian tamat D1-D3 sebesar 2,95 % atau 5 orang dan yang tamat S1-S3 sebesar 1,77 % atau 3 orang. Oleh karena itu tingkat pendidikan Desa Pomah sedang-sedang saja, karena terlihat pada tabel diatas sangat sedikit tahun 2010 ini commit to user anak jaman sekarang berhenti kelulusannya. Kebanyakan pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
pada tingkat SMP/SMA itu dikarenbakan mereka memilih untuk bekerja karena biaya untuk melanjutkan sekolah tidak punya ataupun mereka tidak mau sekolah lagi. Alasan yang paling kuat tidak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi adalah didasari faktor ekonomi keluarga. Dan juga yang malas untuk sekolah dengan alasan meringankan beban orangtuanya. d. Komposisi Penduduk Menurut Agama Sebagian besar penduduk Desa Pomah memeluk agama Islam, disamping itu juga agama yang lain seperti Kristen. Komposisi penduduk Desa Pomah menurut agama adalah sebagai berikut :
Tabel 5 Komposisi Penduduk Menurut Agama Desa Pomah No
Agama
Jumlah
1
Islam
3202
99,28
2
Kristen
23
0,77
Jumlah
3225
Persentase (%)
100 %
Sumber : Data Monografi Desa Pomah, Desember, 2010. Dari tabel diatas diketahui bahwa mayoritas penduduk beragama Islam yaitu sebesar 99,28 % atau 3202 orang, kemudian Kristen sebesar 0,77 % atau 23 orang. Dan di Desa Pomah ini hanya ada dua agama yang dianut oleh masyarakatnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
C. SARANA DAN PRASARANA Sarana dan prasarana yang ada pada suatu daerah mempengaruhi perkembangan daerag tersebut, jika suatu daerah memiliki sarana dan prasarana yang lebih komplek dan memadai, maka segala aktifitas penduduk daerah tersebut akan cepat berkembang. Sarana dan prasarana di Desa Pomah untuk menunjang kehidupan masyarakat yang sudah memadai. Ini terlihat dengan adanya sarana kesehatan yang ada di desa pomah seperti berikut :
Sarana Kesehatan Sarana kesehatan yang ada di Desa Pomah kurang memadai, karena hanya terdapat beberapa saja sehingga masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya. Berikut tabel sarana kesehatan yang dimiliki masyarakat Desa Pomah : Tabel 6 Jumlah Sarana Kesehatan Desa Pomah No
Sarana Kesehatan
Jumlah
1
Rumah Sakit Bersalin
1 buah
2
Poliklinik/Balai Pelayanan Masyarakat
1 buah
3
Posyandu
4 buah
Jumlah Sumber : Data Monografi commit Desa Pomah, to userDesember, 2010
6 buah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa fasilitas kesehatan yang ada kurang memadai. Maka masyarakat Desa Pomah sangat kesulitan untuk memeriksakan kesehatannya. Dari tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa hanya terdapat 1 Rumah Sakit Bersalin yang melayani kesehatan bagi ibu hamil dan anak balita. Selain itu juga tersedia 4 buah posyandu yang tersebar di beberapa dusun untuk memberikan pelayanan kesehatan untuk ibu-ibu usia subur dan anak balita. Ibu-ibu dapat mengetahui kesehatan anaknya setiap sebulan sekali di Posyandu dengan biaya yang relatif murah dibandingkan pelayanan kesehatan di tempat lain. Dengan adanya posyandu tersebut masyarakat diharapkan untuk berpartisipasi penuh untuk mendukung kesehatan anak dari ancaman gizi buruk yang saat ini meresahkan ibu dan anak di indonesia serta juga dapat mengetahui pola asuh seorang ibu. Dalam kegiatan posyandu yang ada di Desa Pomah ini merupakan suatu kegiatan rutin yang di adakan satu bulan sekali. Diantaranya terbagi menjadi empat tempat yang terpisah. Dan setiap pos posyandu itu terdiri dari lima orang kader dan satu orang bidan yang mengurusinya. Kader disini diambil dari ibu-ibu PKK yang ada di Desa Pomah tersebut, sesuai dengan wilayah dusun-dusun tertentu. Kader tersebut bertugas atau mempunyai tugas yang telah ada misalnya, menimbang, mencatat absensi, memberi makanan, serta menulis laporan secara global. Sedangkan seorang bidan itu bertugas untuk memeriksa kesehatan bayi atau balita yang datang ke posyandu ini. Sehingga dengan adanya posyandu ini bisa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
membantu ibu-ibu khususnya yang mempunyai balita untuk melihat perkembangan bayinya setiap bulan. Berikut ini adalah tabel laporan bulanan kegiatan posyandu di desa Pomah :
Tabel 7 Laporan Bulanan Posyandu Desa Pomah
No
Kegiatan
0 s.d 1
1 s.d 3
3 s.d 5
Jumlah
UPGK
L
P
J
L
P
J
L
P
J
L
P
J
1
S
36
28
64
54
36
90
42
39
81
132
103
235
2
K
36
28
64
54
36
90
42
39
81
132
103
235
3
D
34
20
54
34
32
66
33
30
63
101
82
183
4
N1
5
4
9
-
-
-
-
-
-
5
4
9
5
N2
9
7
16
20
22
42
12
7
19
41
36
77
6
N
14
11
25
20
22
42
12
7
19
46
40
86
7
T1
14
9
23
1
2
3
-
-
-
15
11
26
8
T2
6
-
6
8
-
8
11
5
16
25
5
30
9
T3
-
-
-
5
8
13
10
18
28
15
26
41
10
T
20
9
29
14
10
24
21
23
44
55
42
97
11
B1
1
1
2
-
-
-
-
-
-
1
1
2
Sumber : Data Laporan Gizi Desa Pomah, Februari, 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Berdasarkan Tabel tersebut diatas diketahui bahwa data atu jumlah bayi dan balita yang datang posyandu lumayan banyak, hal ini terlihat dengan data yang ada diatas. Serta juga tabel diatas tersebut dikategorikan sesuai dengan poin-poin yang ada. Dan dibawah ini akan di terangkan poin-poin tersebut : 1.
Jumlah semua Balita yang ada di desa bulan ini (S)
2.
Jumlah balita yang terdaftar atau punya KMS bulan ini (K)
3.
Jumlah balita yang ditimbang bulan ini di posyandu (D)
4.
Jumlah balita yang garis pertumbuhannya melebihi arah garis baku KMS/ Tumbuh Kejar (N1)
5.
Jumlah balita yang garis pertumbuhannya sesuai arah garis baku KMS/ Tumbuh Normal (N2)
6.
Total jumlah balita yang naik berat badannya bulan ini (N)
7.
Jumlah balita yang BB lebih di banding bulan lalu, tetapi peningkatannya BB-nya tidak sesuai arah garis baku KMS/ Tumbuh kurang sesuai (T1)
8.
Jumlah balita yang tidak meningkat BB-nya dalam dan periode penimbangan/ Tumbuh Datar (T2)
9.
Jumlah balita yang turun BB-nya bulan ini (T3)
10.
Total jumlah balita yang tidak naik / tetap berat badannya bulan ini (T)
11.
Jumlah bayi yang baru pertama kali datang dan ditimbang di posyandu (B1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Keterangan diatas merupakan kegiatan dalam posyandu untuk mengetahui beberapa macam tumbuh kembang bayi dan balita yang harus diperhatikan dalam masa pertumbuhan. Tumbuh kembang bayi itu semua tergantung dengan cara pola asuh seorang ibu atau orang tuanya. Serta dari lingkungan yang ada. Posyandu hanya sebuah sarana untuk mengetahui perkembangan balita, masuk dalam kategori normal ataupun kurang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Perkembangan penduduk indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan.
Dengan
semakin
meningkatnya
jumlah
penduduk
akan
mempengaruhi tingkat kepadatan suatu daerah, dimana kepadatan penduduk yang sangat bervariasi di berbagai daerah distribusinya tidak merata. Susunan penduduk yang demikian menyebabkan timbulnya permasalahan berbagai bidang salah satunya adalah kesehatan. Dan yang paling menonjol disini bisa kita lihat tentang kesehatan anak balita, yang disebabkan oleh beberapa faktor bisa dilihat dari cara pengasuhan oleh orang tuanya, kemiskinan, kurangnya pengetahuan tentang pentingnya kesehatan pada sekarang ini. Keluarga merupakan salah satu kelompok kecil yang terpenting dalam tumbuh kembang seorang anak, apalagi seorang ibu yang mengasuhnya. Ibu merupakan faktor yang terpenting demi tumbuh kembang anak, bagaimana perilaku seorang ibu diberikan untuk mengasuh anaknya, itu semua tergantung dengan lingkungan yang ada. Dan tidak hanya seorang ibu saja yang berperan dalam mengasuh anaknya tapi keluarga yang lainnya misalnya suami, keluarganya. Apalagi kalau seorang ibu harus bekerja untuk mencari nafkah yang disebabkan karena kurangnya pendapatan untuk keluarganya, maka bisa jadi anaknya kurang diperhatikan dan hanya diasuh oleh keluarga dekatnya misalnya neneknya.
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
A. HASIL PENELITIAN Pada bagian ini penulis menyajikan hasil penelitian dilapangan seperti profil informan, perilaku ibu muda, usaha keluarga dalam membantu mengasuh anak dan program yang ada di posyandu. Profil informan ini tidak hanya terpusat pada ibu muda saja tapi juga ada informan pendukungnya seperti keluarga ibu muda dan kader posyandu. Penulis juga menjelaskan dengan detail perilaku yang diberikan ibu muda dalam mengasuh anaknya, dari pengetahuan, kesadaran dan perilakunya ibu muda tersebut. Selain itu juga usaha keluarga dalam membantu mengasuh anak ibu muda tersebut. Dan juga dari kegiatan posyandu tentang program yang ada disitu, adakah program yang akan diberikan kepada ibu muda cara mengasuh anaknya menurut ketentuan yang diberikan dari posyandu. Berikut ini akan dijelaskan tentang informan antara lain informan inti dan pendukung yang memberikan informasi tentang pola asuh kesehatan anak balita yang berada di Desa Pomah ini. 1. PROFIL INFORMAN Informan yang sangat membantu dalam penelitian ini adalah keluarga ibu muda yaitu ibu mertua dan ibu kandung serta bidan setempat dan kader posyandu. Yang mana ibu-ibu diatas merupakan informan pendukung. Sedangkan informan inti adalah berjumlah 6 orang. Untuk mengetahui gambaran umum tentang kehidupan informan tersebut dapat dilihat dibawah ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
1. Ibu Iis Usianya 21 tahun. Pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, mengurus anak dan suami serta membantu dalam pekerjaan rumah seperti memasak dan bersih-bersih. Pendidikan terakhir SMA. Usia perkawinan 1,5 tahun. Mempunyai satu orang anak perempuan berumur 9 bulan. Masih tinggal bersama mertuanya. Suami ibu iis bekerja sebagai buruh bangunan dengan penghasilan kurang lebih Rp. 25000,- perhari, tetapi ibu iis dalam satu hari hanya diberikan Rp. 5000,- perhari. Selain suami yang mencari nafkah ibu iis juga masih mengandalkan mertuanya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Ibu Dina Ibu dina ini berusia 25 tahun. Pekerjaan sehari-hari juga sebagai ibu rumah tangga, dulu sempat bekerja dijakarta ketika anaknya berusia 9 bulan tapi hanya dua bulan pulang lagi karena tidak tega meninggalkan anaknya, dan sekarang hanya dirumah mengurus anak dan rumah saja karena jauh dari suami. Pendidikan terakhir SMK. Usia perkawinan ibu dina 1 tahun 10 bulan. Mempunyai satu anak perempuan berusia 1 tahun 3 bulan. Ibu dina tinggal bersama orangtua kandungnya, karena kan suaminya kerja di luar kota jadi dia masih ikut sama orangtuanya. Suami ibu dina bekerja diluar kota sebagai penjaga malam, penghasilannya Rp. 500.000,- per bulan. 3. Ibu Surani Usianya 27 tahun. Pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus anak, suami dan rumahnya. Pendidikan terakhir hanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
tamat SD. Usia perkawinan ibu surani 4 tahun. Mempunyai satu anak lakilaki usianya 2,5 tahun. Ibu surani ini sudah tinggal dirumah sendiri bersama anak dan suaminya, tapi juga jarak dengan rumah orangtuanya masih dekat. Suami ibu surani bekerja sebagai buruh pelihara ayam yang ada di dekat rumahnya, dan penghasilannya Rp. 450.000,- perbulan. 4. Ibu Rahayu Ibu rahayu berusia 29 tahun. Pekerjaannya adalah jualan kecil-kecilan dirumah sambil juga jadi ibu rumah tangga, mengurus anak, rumah dan suaminya. Penghasilannya dari ibu rahayu jualan ini Rp. 17.500,- perhari, ibu rahayu ini berjualan karena untuk membantu suami, dan daripada menganggur. Pendidikan terakhir yaitu tamat SMAE. Usia perkawinannya adalah 3 tahun. Mempunyai satu anak laki-laki berusia 1,5 tahun. Dan masih tinggal bersama orangtua sendiri. Suami ibu rahayu sebagai buruh tukang, yang penghasilannya tidak tetap setiap harinya terkadang Rp. 20.000,- perhari kadang juga lebih. 5. Ibu Wahyuti Berusia 28 tahun. Pekerjaannya jualan atau dagang makanan di pasar, untuk tambah uang jajan anaknya. Penhasilannya Rp. 17.500,- perhari, biasanya kalau ibu wahyuti berjualan anaknya yang mengajak mbah kakungnya karena kalau ke pasar berangkatnya jam 3 pagi. Pendidikannya tamat SMK. Usia perkawinannya 4 tahun. Mempunyai dua anak laki-laki semua, anak pertama usianya 3,5 tahun dan anak keduanya 1 tahun, jaraknya antara anak pertama dan kedua yaitu 2,5 tahun. Ibu wahyuti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
masih satu rumah dengan orangtuanya. Suaminya bekerja di jakarta sebagai tukang masak, penghasilannya kira-kira Rp. 500.000,-perbulan. 6. Ibu Sri Lestari Usianya masih 20 tahun. Bekerja sebagai buruh ayam potong untuk menambah penghasilan. Penghasilannya Rp. 20.000,- perhari biasanya kalau ibu sri ini bekerja anaknya di ajak sama mertuanya. Pendidikan ibu sri ini tamat SMP. Usia perkawinannya 4,5 tahun. Mempunyai satu anak perempuan berusia 3 tahun. Ibu sri ini masih tinggal bersama mertuannya. Suaminya
tidak
tetap
bekerja
Cuma
kadang-kadang
saja,
jadi
penghasilannya juga tidak mesti. Semua informan yang diambil untuk penelitian ini adalah ibu-ibu muda yang berusia dibawah 30 tahun di Desa Pomah yang mempunyai anak balita dengan karakteristik berdasarkan usia anak balita yang dimiliki. Untuk menyingkan gambaran umum informan dapat dilihat dari tabel 12 tentang tabel informan inti dibawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Tabel 8 Tabel Informan Inti No
Nama
Umur
Jenis
Anak
infoman
(thn)
Kelamin
Balita
inti 1
Iis
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
SMA
Ibu rumah
-
Ke/usia 21
Perempuan
1/9 bln
tangga 2
Dina
25
Perempuan
1/ 1 thn 3
SMK
bln 3
Surani
27
Perempuan
1/2,5 thn
Ibu rumah
-
tangga SD
Ibu rumah
-
tangga 4
Rahayu
29
Perempuan
1/1,5 thn
SMAE
Jualan
Rp. 17500,-
kecil2an
perhari
dirumah 5
Wahyuti
28
Perempuan
1/3,5 thn.
SMK
2/1 thn
Dagang
Rp. 17500,-
makanan di
perhari
pasar 6
Sri Lestari
20
Perempuan
1/3 thn
SMP
Buruh ayam
Rp. 20000,-
potong
perhari
Berikutnya adalah gambaran umum tentang informan pendukung yang mana ada 2 kategori yaitu yang pertama orangtua dan mertua ibu muda, dan yang kedua kader posyandu dan bidan setempat, yang akan di jelaskan oleh penulis dibawah ini : Secara tidak langsung keluarga ibu muda ini juga ikut berperan dalam mengasuh anak balita tersebut. Karena keluarga yang paling penting orangtuannya seorang ibu dan mertuanya juga ikut campur dalam hal mengasuh balita, karena mereka itu sumber informasi yang paling utam bagi ibu muda untuk mereka bertanya dan mencari informasi dalam hal commit toDiuser membesarkan dan merawat anaknya. sini penulis akan sedikit memberi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
gambaran tentang profil informan orangtua kandung ibu muda dan mertuanya yang ikut berperan dalam mengasuh anak balita: 1. Ibu Siti Ibu siti ini berusia 40 tahun. Pekerjaannya sebagai buruh rumah tangga. Ibu siti ini adalah mertua dari ibu iis. Dan masih tinggal satu rumah dengan anak dan menantunya. Selain itu ibu siti juga mempunyai dua orang anak yang mana anak pertama sudah menikah dengan iis tadi dan yang kedua masih SD. Suami ibu siti juga bekerja sebagai buruh bangunan, penghasilannya pun juga tidak tentu, selain itu juga sebagai tani mengerjakan lahan di sawahnya, itu untuk menambah penghasilan. Karena kan untuk menghidupi satu rumah, walaupun anaknya juga sudah bekerja tapi juga masih bergantung kepada ibu siti dan suaminya. Kadang juga ibu siti ini juga membantu dalam mengasuh cucunya, tapi juga tidak setiap hari karena ibu siti juga sibuk dengan pekerjaannya sendiri. 2. Ibu Marto Usianya 55 tahun. Bekerja sebagai petani. Ibu marto adalah mertua ibu sri lestari. Masih satu rumah dengan anaknya dan menantu. Ibu marto ini sebenarnya mempunyai 4 orang anak tapi yang tinggal bersamanya hanya 1 orang anak saja, yang lainnya sudah punya rumah sendiri-sendiri. Suami ibu marto sudah lama meninggal sejak anaknya yang masih kecil umur 5 tahun, jadi terbiasa hidup Cuma bersama anak-anaknya dan mencari nafkah sendiri, dengan mengandalkan hasil panen yang ada di sawahnya. Walaupun ibu marto juga bekerja, tetapi juga ikut dalam mengasuh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
cucunya karena kalau ditinggal ibu sri bekerja, anaknya yang mengajak ibu marto itu. Tapi ibu sri tidak setiap hari bekerja dalam satu minggu itu hanya 4 kali saja. 3. Ibu Endang Berusia 46 tahun. Sebagai ibu rumah tangga. Ibu endang ini adalah ibu kandung dari ibu dina. Ibu endang ini mempunyai 4 orang anak, yang tinggal satu rumah sama ibu endang hanya anak pertama yaitu ibu dina dan anak ke empatnya karena yang kedua anaknya itu bekerja di luar kota, serta yang berkeluarga baru 1 orang anak saja. Suami ibu endang ini juga bekerja di luar kota, pulangnya saja hanya 1 bulan sekali, dan ibu endang mengandalkan penghasilan yang didapat dari suaminya, karena untuk menghidupi anaknya yang masih sekolah dan cucunya. Ibu endang ini juga ikut serta dalam mengasuh cucunya malah sejak lahir sampai sekarang masih membantunya. 4. Ibu Cipto Usianya 53 tahun. Pekerjaanya sebagai ibu rumah tangga. Dan ibu cipto ini merupakan ibu kandung dari ibu surani. Tapi sudah tidak tinggal satu rumah karena ibu surani sudah mempunyai rumah sendiri dan mengikuti suaminya. Ibu cipto ini mempunyai tiga orang anak dan semuanya sudah berkeluarga. Dan suami ibu cipto bekerja sebagai buruh tani, jadi penghasilannya juga cuma dari suami ibu cipto sendiri. Tapi terkadang ibu cipto juga ikut dalam membantu mengasuh cucunya kalau cucunya datang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
kerumah atau kadang ibu cipto sendiri yang kerumah ibu surani karena jaraknya cuma dekat. 5. Ibu Juminten Berusia 45 tahun. Pekerjaannya sebagai pedagang sayur di pasar. Ibu juminten merupakan ibu kandung dari ibu wahyuti. Masih juga satu rumah dengan ibu wahyuti karena suami ibu wahyuti bekerja di luar kota, jadi ibu wahyuti masih ikut dengan orangtuanya. Ibu juminten mempunyai 3 orang anaknya, anak pertamanya juga ibu wahyuti itu dan kedua anaknya yang lain bekerja juga diluar kota. Dan suami ibu juminten tersebut juga membantu berjualan dipasar, mereka menggantungkan hidupnya juga dari pasar. Karena walaupun satu rumah dengan ibu wahyuti itu pendapatannya juga sudah sendiri-sendiri. Dalam mengasuh cucunya ibu juminten juga ikut serta, tapi tidak sepenuhnya Cuma terkadang kalau pas ibu juminten tidak ada kerjaan pasti ikut mengasuh cucunya. Jadi ibu juminten sama ibu wahyuti bisa bagi tugas, antara mengasuh balita sama mengurusi rumah. 6. Ibu Juatri Usianya 50 tahun. Bekerja sebagai pedagang makanan di pasar. Meruapakan ibu kandung dari ibu rahayu. Ibu juatri ini tinggal satu rumah dengan ibu rahayu, karena ibu juatri ini Cuma bersama suaminya jadi dirumah kesepian dan ibu rahayu suruh tinggal disitu. Karena anak ibu juatri yang lain telah berkeluarga semua dan mengikuti suaminya semua. Suami ibu juatri hanya dirumah mengerjakan lahan di sawah, mereka berpenghasilan juga dari jualan ibu juatri dan penghasilan sawah. Karena commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
walaupun satu rumah dengan anaknya yang bekerja, pendapatan anaknya juga digunakan untuk kebutuhan sehari-harinya. Tetapi dalam mengasuh cucunya ibu juatri juga turun tangan kalau pas ibu rahayu tidak bisa mengasuh atau masih repot, ibu juatri juga membantu mengasuhnya tapi cuma saat-saat tertentu saja. Tabel 9 Tabel Informan Pendukung ( Ibu mertua dan Ibu kandung ) No
1
Nama pendukung
Umur
informan
(thn)
Ibu Siti
40
Pekerjaan
Hubungan dengan ibu muda
Buruh rumah
Ibu mertua iis
tangga 2
Ibu Marto
55
petani
Ibu mertua sri lestari
3
Ibu Endang
46
Ibu rumah tangga
Ibu kandung dina
4
Ibu cipto
53
Ibu rumah tangga
Ibu kandung surani
5
Ibu Juminten
45
Pedagang sayur di
Ibu kandung
pasar
wahyuti
Pedagang makanan
Ibu kandung rahayu
6
Ibu juatri
50
di pasar
Informan pendukung selain ibu kandung dan ibu mertua juga ada yaitu 1 bidan setempat dan 2 kader posyandu sebagai berikut : 1. Ibu Melati Berusia 24 tahun. Bekerja sebagai bidan desa. Masih tergolong baru menjadi bidan dari 2 tahun yangto lalu. commit user Dan masih muda pula, belum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
mempunyai seorang anak karena belum lama menikah. Bu melati ini sering atau rutin datang ke posyandu karena mempunyai tugas yang sangat penting yaitu memeriksa balita yang datang ke posyandu serta memberikan imunisasi rutin setiap bulannya. Selain diposyandu bu melati ini juga menbuak praktek di puskesmas desa Pomah, untuk melayani ibu hamil dan anak anak balita serta juga melayani KB. 2. Ibu Pujiani Berusia 31 tahun. Bekerja sebagai ibu rumah tangga. Mempunyai 2 orang anak yang masih kecil, anak pertamanya perempuan sekolah kelas 6 dan anak yang kedua laki-laki kelas 3. Dan suaminya bekerja sebagai tukang kayu yang bikin meja, kursi dan almari. Ibu pujiani ini menjadi kader posyandu kurang lebih juga baru 4 tahun jalan, menggantikan kader yang sudah tua. Dan ibu pujiani ini bertugas sebagai pencatat dalam absen dan buku KIA. 3. Ibu Sri Lestari Berusia 43 tahun. Bekerja sebagai buruh. Mempunyai dua orang anak. Anak yang pertama sudah bekerja dan yang kedua masih duduk di bangku SMA. Suami ibu sri sebagai buruh tukang. Mereka berpenghasilan dari mereka kerja itu. Dan ibu sri di posyandu sebagai kader, yang bertugas menimbang, mengukur lingkar kepala dan membagikan makanan tambahan. Ibu sri ini menjadi kader kurang lebih baru 5 tahun berjalan. Semenjak bergantinya kader yang sudah tua, diganti dengan yang muda-muda. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Tabel 10 Tabel Informan Pendukung ( Kader Posyandu ) No
Nama
Umur
Jabatan di
Lama
informan
(thn)
Posyandu
Menjadi
pendukung
Pekerjaan
Kader (thn)
1
Ibu Melati
24
Bidan
2
Bidan desa
2
Ibu Pujiani
31
Kader
4
Ibu rumah tangga
3
Ibu Sri Lestari
43
Kader
5
Buruh
2. USAHA YANG DIBERIKAN KELUARGA IBU MUDA DALAM MEMBANTU MENGASUH ANAK Keluarga mempunyai peranan penting dalam membantu mengasuh anak ibu muda tersebut, selain suami juga ada orangtua yang bisa disebut sebagai ibu kandung ataupun ibu mertua yang satu rumah. Sejauh mana keluarga dalam membantu mengasuh memberi pengetahuan menilai perilaku yang ada pada ibu muda ini. Keluarga ibu muda ini selalu ada pada saat dibutuhkan oleh ibu muda ini serta semuanya membantu setiap hari, yang mana mungkin karena masih anaknya atau masih satu rumah, alasannya bermacam-macam. Sperti yang di ungkapkan oleh Ibu Endang merupakan Ibu kandung dari Dina dan masih tinggal dalam satu rumah, sebagai berikut : “Ya bertanya terus, ya selalu tukar pendapat dan pengalaman dalam mengasuh anaknya, paling juga cara memandikan dengan baik selain commit to userdengan teratur. Tapikan anak saya itu juga cara memberikan makanan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
juga sudah punya pengalaman saat kerja dulu mengasuh anaknya” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Dan menurut Ibu Endang bahwa anaknya selalu tukar pendapat dan pengalaman dalam mengasuh anaknya, dan pengetahuan yang diberikan cara memandikan meberikan makananan. Selain itu sudah mempunyai pengalaman dalam mengasuh anak orang lain sewaktu bekerja. Lain halnya yang disampaikan oleh Ibu Marto sebagai mertua dari Sri Lestari yang masih tinggal satu rumah dengannya : “Ya suka bertanya caranya memandikan, mengasih maem ganti popok, ya yang ditanyakan sama menatu saya, saya kasih tahu semua, dari mandiin, maemi, ganti popok” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Sedikit berbeda pengetahuan yang diberikan dari keluarga Ibu Dina diatas, tetapi semua mempunyai maksud yang sama memberikan atau membagi ilmu kepada ibu muda tersebut, agar mereka tahu dan paham cara mengasuh anak yang benar. Walaupun bukan anak kandung hanya anak menantu tapi kasih sayang serta perhatiaannya yang diberikan itu sama, tidak membeda-bedakan satu sama lain. Dalam hal-hal kecil, keluarga ibu muda ini sering membantu mengasuhnya dengan baik, tidak dimintapun keluarga ibu muda membantu secara sukarelawan. Seperti bergantian dalam mengajak, memandikan, memberi makan dan ketika anaknya nangis. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Endang : “Ya, sejak anaknya lahir sampai sekarang dan secara langsung juga serta dengan kesadaran sendiri karena kan baru anak pertama dan cucu to user pertama saya, jadi sayacommit iklas membantunya. Untuk membesarkan cucu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
saya. Secara langsung dari kebutuhan saat bangun tidur dan saat tidur lagi, karenakan dulu pernah ditinggal ibunya bekerja, jadi saya yang merawatnya” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011) Menurut Ibu Endang bahwa membantu anaknya itu dari sejak cucunya lahir dan secara langsung serta dengan kesadaran sendiri karena menurut Ibu Endang itu baru cucu pertama jadi dengan iklas membantunya, semua kebutuhannya dipenuhi soalnya dulu pernah ditinggal bekerja oleh ibunya. Ibu Endang ini sangat memperhatikan sekali perkembangan yang ada pada cucunya, dilihat dari sejak lahir sudah membantu mengasuhnya. Berbeda lagi dengan keluarga Ibu Iis membantu mengasuh anaknya tidak sepenuhnya dan juga tidak tia hari dibantu dalam mengasuh anak, hanya kadang-kadang saja. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Siti adalah Ibu mertua Ibu Iis yang masih tinggal satu rumah : “Yo tak bantu, sedikit-sedikit kan bisa gantian, kalau melihat ya kasihan momong sendiri. Sejak cucu lahir, ya langsung mbak saya bantunya, secara kesadaran sendiri mbak, namanya juga momong putu, iis itu tidak pernah meminta saya untuk momong tapi yo kadang memang tak momong biar gantian” (Sumber : Wawancara 17 Maret 2011) Dari ungkapan yang telah disampaikan oleh Ibu Siti tersebut bahwa beliau membantu mengasuh cucunya atas inisiatif sendiri serta kesadaran sendiri dan menantunya tidak pernah menyuruh Ibu Siti untuk membantu mengasuhnya. Karena Ibu Siti merasa kasihan jadi secara langsung dan tidak setiap hari membantu mengasuh cucunya. Seperti matrik yang ada dibawah ini menggambarkan tentang usaha yang diberikan kelurga ibu muda dalam mengasuh anaknya. commit to user
Matrik. 1 Usaha yang diberikan Keluarga Ibu Muda dalam mengasuh Anak Pengetahuan yang diberikan
Cara membantu dalam mengasuh anak
Penilaian terhadap perilaku ibu muda
·
Cara memandikan
·
Menggendong
tidak semuanya dan tidak tiap hari,
tidak
·
Memberi makan
hanya kadang-kadang saja.
kareana sudah mempunyai 2 anak,
·
Menggantikan popok
Bantuin sejak lahir, serta dengan
banyak pengalamannya.
·
Memakaikan baju
kesadaran
·
Kalau anak menangis
kebutuhan anak ikut menyiapkan.
·
Melatih kesabaran
-
-
Membantu secara langsung tapi
sendiri,
semua
-
-
Sudah bisa mengasuh anaknya, ada
yang
perlu
dirubah
Dari perilakunya dalam mengasuh anaknya tidak perlu
ada yang
dirubah, tapi harus sabar dalam menangani anaknya.
Sumber : Data primer bulan Maret 2011
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Dari matrik diatas menerangkan tentang kelurga ibu muda yang khusunya adalah ibu mertua dan ibu kandung yang berperan penting dalam membantu mengasuh cucunya atau anak dari ibu muda tersebut. Selain itu berbeda lagi pendapat dari keluarga ibu muda yang menilai tentang perilaku ibu muda tersebut, menurut keluarganya adakah yang perlu dirubah dari berbagai perilaku yang telah dipraktekkan dalam mengasuh anak. Sebagian kecilnya juga masih ada yang harus dirubah dalam mereka mengasug anaknya menurut keluarganya, ada yang tidak sabar menghadapi anaknya, ada yang terlalu sabar dalam menghadapi anaknya itu sudah berbeda-beda. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Marto sebagai ibu mertua dari Sri Lestari yang masih satu rumah : “Kalau cara perilakunya dan cara mengasuh anaknya sudah benar karena sudah bisa semua mengurus anak. Dan masih ada satu ada satu perilaku yang harus dirubah yaitu emosi dan kesabarannya, menantu saya ini duka memarahi cucu saya, pokoknya ngadepi anak itu harus sabar” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Ibu Marto ini menjelaskan bahwa menantunya itu kurang sabar dalam menghadapi anaknya, selalu emosi yang diutamakan, tetapi menantunya sudah memahami dalam mengasuh anaknya dan tidak ada yang perlu dirubah perilakunya. Sedangkan kalau keluarga ibu muda yang satu ini dalam menilai perilaku anaknya itu sudah membenarkannya artinya ibu muda sudah bisa mengasuh anaknya dengan baik, serta tidak ada yang perlu dirubah sama sekali. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Juminten : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
“Udah, bisa momong anaknya dan mengasuh anaknya dengan baik. Apalagi anaknya udah dua jadikan sudah pengalaman banyak merawat anaknya. Tidak ada yang perlu dirubah, telaten kalau momong anaknya” (Sumber : Wawancara 17 Maret 2011)
Ibu juminten ini menilai bahwa Ibu Wahyuti tersebut sudah bisa mengasuh anaknya dengan baik karena sudah mempunyai anak 2 jadi banyak pengalamannya dan tidak ada perilaku yang harus dirubah dalam mengasuh anaknya. Sebagian besarnya keluarga yang membantu itu adalah seorang ibu atau mertua yang dulunya juga mempunyai pengalaman dalam mengasuh anak. Ibu-ibu tersebut memberikan bantuannya secara langsung dan dengan kesadaran sendiri tanpa ibu muda itu menyuruhnya para ibu-ibu itu membantunya, tetapi tidak setiap hari membantu hanya kadang-kadang saja. Jadi kebanyakan ibu muda masih membutuhkan tambahan bantuan dari keluarganya walaupun tidak setiap hari. Selain itu mereka juga masih membutuhkan pengetahuan selain pengetahuan dasarnya yang nantinya sebagai bekal dalam mengasuh anaknya.
3. PROGRAM DAN PELAYANAN KADER YANG ADA DALAM POSYANDU Dalam program ini telah diikutsertakan para ibu ( masyarakat ) dalam perawatan anak-anak mereka, dengan bimbingan kader poyandu dan bidan setempat. para ibi dilatih untuk dapat menimbang sendiri anak-anak mereka. Sedangkan pengisian KMS dilakukan oleh kader posyandu di Desa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Pomah dilakukan setiap satu bulan sekali di tiap-tiap kelompok berdasarkan tanggal yang telah ditetapkan. Kader posyandu adalah ibu-ibu setempat yang menawarkan diri untuk menjadi kader sebagai wujud pelayanan sosial, karena mereka tidak memperoleh imbalan. Biasanya peserta posyandu itu kurang lebih sekitar 25-50 orang setiap kali posyandu diadakan. Setiap kader mempunyai tugas sendiri sendiri. Seperti yang dingkapkan oleh Ibu Sri Lestari: “Tugas ibu kader biasanya ada yang nulis berat badan, ada yang menimbang, ada yang ngasih snack, ada yang nulis KMS. Ibu kader memberi bimbingan kepada ibu muda kalau anaknya kurang timbangannya ibu kader kasih saran untuk menambah makanannya atau gizinya. Ibu muda kalau posyandu nggak ada program cuman menimbangkan anaknya. Ya yang tahu programnya itu kan bu bidan, ibu kader hanya membantu menimbang dan mencatat saja, kalau tidak ada pemberian dari bu bidan ya tidak tahu. Kadang bu bidan hanya ngasih penyuluhan saja pada bayi yang kurang sehat pertumbuhannya” (Sumber : Wawancara 23 Maret 2011)
Ibu Sri Lestari ini menyebutkan para ibu kader sudah mempunyai tugas sendiri-sendiri dan ber beda-beda. Dan juga dijelaskan bahwa yang tahu program yang ada diposyandu ini adalah bidan desa, kalau pas ada program sebelum diadakannya posyandu biasanya dihubungi terlebih dahulu. Kalaupun program rutin yang ibu kader itu juga sudah tahu tentang penyuluhan jika ada bayi yang pertumbuhannya kurang, langsung kepada ibu bayi tersebut, dan dikasih tau tentang cara-cara perawatannya lebih lanjut. Hal berbeda disampaikan oleh Ibu pujiani juga selaku kader setempat : “Kader, Cuma ngasih atau perkembangan kesehatan balitanya. commit to user bila balitanya ada kelainan Kadang-kadang dikasih penyuluhan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
kesehatan misala berat badan dibawah garis merah, atau lingkar kepalanya kurang normal penyampeannya secara langsung kepada ibunya tersebut” (Sumber : Wawancara 22 Maret 2011) Ibu Pujiani menyampaikan bahwa tugas kader hanya mengasih tahu perkembangan kesehatan balitanya, dan kadang juga ada penyuluhan tapi itu diberikan kepada balita yang mempunyai kelainan kesehatannya, sedangkan penyampaian ini dilakukan secara langsung kepada ibu muda yang mempunyai anak balita. Program yang diberikan ibu kader kepada ibu muda yang mempunyai anak balita itu hanya diberikan kepada balita yang mengalami gangguan dalam perkembangan tubuhnya misalnya kurangnya berat badan, tidak normalnya ukuran lingkar kepala. Dari situ ibu kader atau bidan setempat segera mengambil tindakan yang di berikan kepada ibu muda berupa penyuluhan yang dilakukan secara langsung. Selain program itu juga kalau akan diadakanya lomba balita sehat, itu baru di kasih tau. Bidan Melati menyampaikan bahwa : “Pelayanan berupa penyuluhan dan konseling tentang kesehatan dan tumbuh kembang anak. Ada kunjungan rumah tetapi kunjungan rumah dilaksanakan jika anak ibu muda tersebut mengalami masalah misalnya gizi kurang/gizi buruk” (Sumber : Wawancara 22 Maret 2011)
Bidan melati mengatakan program atau pelayanan berupa konseling tentang kesehatan dan tumbuh kembang anak, dan juga dijelaskan lagi ada kunjungan rumah jika ada anak ibu muda yang mengalami masalah kurang gizi. Lain halnya yang disampaikan oleh kader posyandu ini, yaitu Ibu Sri Lestari : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
“Pelayanan ibu kader kepada ibu muda ya tanya, udah ditimbang belum kalau udah ya udah kalau belum ya ditimbang. Ya ada kunjungan dirumah kalau ibu bidan menyuruh misalanya ada lomba balita gitu baru berkunjung” (Sumber : Wawancara 23 Maret 2011) Dari situ bisa dilihat bahwa hanya pelayanan atau program standarstandar saja dan tidak adanya program kusus yang diberikan oleh ibu muda tersebut. Maka dari itu posyandu yang ada di Desa Pomah ini kalau tidak ada program yang diberikan dari pusat, tidak ada pula program yang diberikan kepada ibu muda ini. Hanya masalah perkembangan yang kurang normal yang nantinya akan diadakannya program berupa penyuluhan kepada ibu muda tersebut. Hal ini bisa dilihat dari matrik program dan pelayanan kader yang ada dalam posyandu pada setiap bulannya
kegiatan
commit to user
tersebut
dilakukan.
Matrik. 2 Program dan pelayanan kader yang ada dalam posyandu Kegiatan
Tugas kader
Program
Pelayanan
Penilaian perilaku ibu muda dalam mengasuh anak
· Posyandu 1 bulan sekali · Pesertanya 25-50 orang
· Memberikan
Program
diberikan kepada anak pemeriksaan
imunisasi · Memberikan vit,
balita yang mengalami ada
· Menimbang
pertumbuhan
· Mengukur kepala
· Cukup baik, cukup peduli
hanya Melayani bayi,
imunisasi,
kurang menimbang,
dilakukan
kunjungan tambahan vit, dan
kusus untuk memberi yang
paling
rutin
tahu dan harus ditindak memberikan lanjuti. Serta juga jika tambahan
memperhatikan
kesehatan
serta
tumbuh
kembang, terbukti banyak
lingkar lingkar atau berat badan di mengukur bawah garis merah. Itu kepala, memberi
· Menulis buku KMS
dan
ibu muda yang bertanya kepada bidan desa. · Kurang
karena
kesibukan orang desa, tapi bagi
makana
perhatian,
ibu
berpengalaman
muda juga
yang lebih
akan diadakan lomba kecil untuk balita,
memperhatikan balita tapi
balita itu juga baru yang
hanya sebagian kecil saja.
dikasih tau.
diberikan
secara geratis.
Sumber : Data primer bulan Maret 201
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Selain program yang ada pastinya juga ada pelayanan dari ibu kader kepada ibu muda yang mempunyai balita, bukan hanya menimbang, mengukur lingkar kepala dan mencatat pada buku KMS tapi juga adanya pelayanan yang lain seperti memberi makanan tambahan yang diberikan secara gratis serta juga tambahan vitamin setiap 3 bulan sekali. Seperti yang diungkapkan oleh bidan Melati : “Ada pemberian makanan tambahan. Makanan yang diberikan biasanya berupa telur rebus, biskuit, makanan tersebut disediakan oleh kader posyandu. Yang menentukan makanan tersebut juga ibu-ibu kader posyandu, tidak ada kriteria kusus dalam pemberian makanan kepada anak balita, semua makanan boleh diberikan asalkan makanan tersebut tidak mengandung pewarna berlebihan, bahan pengawet dan MSG (micin) yang berlebihan” (Sumber : Wawancara 22 Maret 2011)
Bidan Melati menyampaikan bahwa ada pemberian makanan tambahan yang ada pada posyandu, makanan tersebut tidak ada kriteria kusus, semua makanan boleh diberikan asalakan tidak mengandung pewarna makanan, bahan pengawet dan MSG (micin) yang berlebihan. Hal senada juga disampaikan oleh Sri Lestari bahwa : “Di posyandu ada makanan tambahan. Makanannya sperti telur puyuh, roti, bubur kacang ijo. Makanan dari ibu kader, ibu kader uang dari kelurahan satu tahun di jatah Rp. 400000,- “(Sumber : Wawancara 23 Maret 2011)
Sama seperti yang disamapaikan oleh bidan Melati, ada makanan tambahan, ibu kader ini juga menyampaikan seperti itu, tapi ada penjelasannya makanan yang diberikan dari ibu kader sedangkan biayanya dari kelurahan yang setiap tahunnya mendapat empat ratus ribu rupiah. Bisa commitinito juga user menguntungkan bagi ibu muda dilihat bahwa kegiatan posyandu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
karean selain bisa melihat perkembangan anaknya juga bertambahnya ilmu mereka dalam mengasuh anaknya. Kader posyandu dan bidan setempat mestinya bisa menilai tentang perilaku ibu muda dalam mengasuh anaknya. Itu dapat dilihat kader posyandu dan bidan dari seringnya ibu muda datang ke posyandu, dari situ dapat dilihat perilaku ibu muda sudah benar belum dalam mereka mengasuh anaknya. ibu kader pun punya penilaian sendiri-sendiri dalam melihat ibu muda mengasuh anaknya. Ibu pujiani berpendapat bahwa : “Kurang perhatian, karena kesibukan orang desa, tapi bagi ibu muda yang berpengalaman juga lebih memperhatikan balitanya tapi hanya sebagian kecil saja” (Sumber : Wawancara 22 Maret 2011)
Ibu Pujiani menilai bahwa kurang perhatiannya ibu sekaran ini dalam mengasuh anaknya karena kesibukan mereka, tapi bagi ibu muda yang mempunyai pengalaman juga memperhatikan balitanya tapi hanya sebagian kecil saja. Lain halnya pendapat yang disampaikan oleh bidan Melati : “Cara mengasuh anaknya sangat baik, para ibu muda peduli dan memperhatikan kesehatan serta tumbuh kembang anaknya, terbukti dengan banyak ibu muda yang bertanya kepada bidan desa tentang hasil penimbangan di posyandu” (Sumber : Wawancara 22 Maret 2011)
Bidan melati menilai lain dari ibu kader, menyebutkan sangat baik dalam mengasuh anak serta peduli terhadap kesehatan serta tumbuh kembang anaknya. dari semua program dan pelayanan dalam posyandu ini juga bisa dilakukan untuk melihat perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan balitanya, karena dari segi rajin atau tidaknya mereka datang ke posyandu itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
juga tergantung dengan ibu mudanya, Tetapi posyandu tidak sepenuhnya bisa menilai perilaku yang ada pada ibu muda, hanya dengan kegiatan sehariharinya saja itu bisa dinilai dengan benar atau tidak mereka mengasuh anaknya, posyandu hanya untuk sarana bagi ibu muda dalam mengetahui perkembangan tumbuh kembang bayi. Dari sini bisa dilihat bahwa posyandu ini tidak memberikan banyak program kepada ibu muda yang mempunyai anak, tapi program hanya disampaikan ketika ada salah satu balita yang mengalami pertumbuhan yang kurang baik, serta program tersebut diadakan jika ada pengumuman dari pusat. Serta juga ibu kader dan bidan setempat menilai bahwa perilaku ibu muda dalam mengasuh anaknya itu sudah baik karena dilihat anaknya tumbuh kembang dengan baik, tetapi ada juga yang menilai bahwa ibu muda sekarang ini kurang perhatian pada anaknya karena kurangnya mereka datang ke posyandu dan ada juga yang datang tapi hanya diwakilkan oleh salah satu kelurganya. Jadi sangat bermacam-macam kalau dilihat dari penilaian tersebut, balik lagi semua hanya tergantung pada pribadi dari ibu muda masing-masing. Serta juga kegiatan posyandu tersebut kurang maju karena kurangnya dana yang akan dilakukan untuk berbagai kegiatan atau program untuk memajukan posyandu di desa Pomah ini.
4. PERILAKU IBU MUDA DALAM POLA ASUH KESEHATAN ANAK Masa balita sering dikatakan sebagai masa kritis karena kegagalan orangtua dalam mengasuh dan mendidik anak pada masa ini akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
berdampak buruk di kemudian hari. Pola asuh berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal memberi makan, kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan (fisik atau mental) (Satoto, 1990). Didalam hal tersebut juga perlu adanya pengetahuan, kesadaran dan perilaku yang diberikan ibu muda dalam hal mengasuh anak, karena itu sangat mempengaruhinya. Apalagi kalau masih muda atau seumuran di bawah 30 tahun itu belum banyak mereka mempunyai ilmu untuk mengasuh anak. Ibu muda masih bergantung dengan orang terdekatnya.
4.1. Pengetahuan Di dalam bersikap dan berperilaku
mengasuh anaknya di
dasari dengan pengetahuan yang ada dari seorang ibu muda untuk mengasuh anaknya. Dan itu juga bisa dilihat dari ilmu ataupun pengalaman ibu muda dalam mengasuh anak sehari-hari. Dari pengalaman yang didapat itu menjadi suatu bekal seorang ibu muda untuk merawat anaknya. Seperti yang di ungkapkan oleh Ibu Dina : “Dari pengalaman mengasuh anak orang lain, dan keluarga sendiri, itu juga buat pengetahuan saya dalam mengasuh anak saya. Dari kedua-duanya karena menurut saya itu sangat baik “ (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Pengetahuan ataupun pengalaman bisa di dapat dari luar maupun dari dalam keluarga sendiri. Dari luar itu bisa dari bekerja maupun dari tetannga, dan itupun yang menjadi bekal dalam mengasuh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
anaknya. Hal senada juga di ungkapkan oleh Ibu Sri Lestari sebagai berikut: “Dari orang-orang yang lebih tua dari saya atau tetangga saya. Karena orang yang lebih tua pasti tau, saya lebih suka pengetahuan kedua-duanya karena kan tidak semua pengetahuan itu sama pasti kan berbeda-beda jadi mana yang baik itu saya ambil” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Menurut Ibu Sri Lestari, bahwa pengetahuan yang dia dapat itu bisa dari orang yang lebih tua misalnya dari mertua ataupun dari tetangga. Karena orang yang lebih tua terutama seoarng ibu itu pasti pengetahuannya lebih banyak dari pengalaman yang ada, dan pengetahuan dari orang satu ke yang lain itukan berbeda, jadi bisa diambil salah satu yang menurutnya itu baik. Dalam hal-hal yang kecil, biasanya ibu mengasuh anak itu kebanyakan pengetahuannya dari orangtuanya karena merasakan kenyamanan dan tidak adanya rasa sungkan kalau sewaktu-waktu bertanya. Dan orangtua pasti juga memberikan pengetahuan mengasuh anaknya seperti yang dilakukan dulu saat mengasuh anaknya juga. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Wahyuti : “Dari orangtua saya, karena kalau bertanya sewaktu-waktu bisa dan pengaruh positifnya lebih banyak dan saya lebih suka pengetahuan dari dalam keluarga saya karena saya lebih yakin untuk mempraktekkannya” (Sumber : Wawancara 17 Maret 20011)
Menurut
Ibu Wahyuti
bahwa pengetahuan
mempunyai
pengaruh positif adalah dari orangtua sendiri, karena kalau bertanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
sewaktu-waktu pasti ada jawabannya serta lebih meyakinkan untuk dipraktekkan jika dari orangtua sendiri. Selain dari pengetahuan yang dipunyai oleh ibu muda mengasuh anaknya, dalam mengasuh pasti ibu muda juga mempunyai pengalaman yang didapat atau pengetahuan yang dipunyai sebelum ibu itu bertanya dengan orangtua dan tetangga. Yang mana mungkin dulu pengalaman itu dari belajar memandikan, menyuapi dan menggendong adiknya atau anak saudaranya. Dari situ bisa dilihat bahwa pengalaman yang ada merupakan pembelajaran yang sudah di jalani oleh ibu muda, dengan secara langsung ibu muda mengasuh anak, walaupun bukan anaknya sendiri. Pengalaman yang di dapatpun masih ilmu dasar dalam mengasuh anak, misalnya cara menggendong, memandikan, menyuapi, memakaikan pakain, hal-hal seperti itulah yang pernah dilakukan ibu muda dalam mengasuh anak. Belum sepenuhnya atau dengan detail ibu muda mengetahui dalam mengasuh anak. Hal tersebut di ungkapkan oleh Ibu Iis, yang menceritakan pengalaman mengasuh anak : “Pengalaman yang saya dapat adalah bisa memandikan anak, menyuapi saat makan, mengatur anak dengan baik, mengetahui perkembangan anak, dan cara memakaikan pakaian” (Sumber : Wawancara 17 Maret 2011)
Dan menurut Ibu Iis bahwa pengalaman yang di dapat hanya bisa memandikan, menyuapi saat makan, mengatur anak dengan baik, mengetahui perkembangan anak, dan cara memakaikan pakaian. Dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
situ bisa di lihat pengalaman yang di punyai oleh salah satu ibu muda merupakan sebagai ilmu atau pengetahuan dasar dalam mengasuh anaknya. Bahkan ibu ini belum mengetahui secara dalam tentang bagaimana mengasuh anaknya dengan benar, hanya saja dengan ilmuilmu dasarnya saja. Dalam mengasuh anak terutama balita itu tidak hanya mengetahui ilmu dasarnya saja, melainkan juga harus mempunyai rasa sabar yang juga diterapkan dalam mengasuh anak. Sabar di sini bisa di maksudkan dalam situasi pada saat mengasuh misalnya saat anak nangis/rewel, saat anak sakit. Dan menjadi seorang ibu itu tidak mudah, maka dari itu harus mempunyai rasa sabar yang harus diterapkan dalam mengasuh anak. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Rahayu : “Pengalaman saya hanya sabar dalam mengasuh anak, karena jadi seorang ibu itu tidak mudah, harus bisa melatih kesabarannya” (Sumber : Wawancara 21 Maret 2011) Menurut Ibu Rahayu, pengalamannya hanya sabar, karena menjadi seorang ibu itu tidak mudah dan harus bisa melatih kesabaran dengan baik. Kunci mengasuh anak itu selain mempunyai ilmu dasarnya juga rasa sabar, sabar dalam menghadapi tingkah laku anaknya. Orangtua sangat berperan dalam mendidik dan membantu perkembangan anak balitanya, terutama seorang ibu. Sebab, sebagian besar dari waktu yang dilewatkan bersama orangtua. Orangtualah yang memberi makan, minum, merawat, mengasuh dan bermain dengan anak. Bilamana anak menjadi lebih besar dapat diajak bercakap-cakap, commit tobersama user bertanya jawab, bernyanyi dan seterusnya. Mengingat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
peranannya sangat besar, hendaknya seorang ibu mengetahui dengan tepat dan bagaimana pembinaan yang harus di lakukan oleh ibu kepada anaknya. Tetapi dengan semua itu, ataupun hal-hal yang sudah diketahui atau ilmu yang didapat ibu muda dalam mengasuh anaknya, masih juga ada kesulitan dalam mengasuhnya, terkadang ibu muda masih merasa sulit untuk bisa mengasuh anaknya dengan benar. Mengasuh anak itu memang tidak semudah yang dibayangkan, perlu kesabaran dan pengetahuan yang banyak dalam menerepkannya. Kadang ilmu atau pengetahuan saja tidak cukup untuk diterapkan, itu semua juga tergantung dengan ibu muda itu sendiri. Dalam penelitian ini ada beberapa ibu muda yang mengalami kesulitan dalam mengasuh anaknya. Dan hal ini di ungkapkan oleh Ibu Sri Lestari : “Ya terkadang ada, ya saya memilih cara itu juga saya harus hatihati karena mengasuh anak itu tidak gampang, perkembangan anak sekarang cepat, juga daya ingatnya bagus jadi kita harus berhatihati dalam kita bicara atau melakukan sesuatu” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Yang disampaikan Ibu Sri Lestari bahwa mengasuh anak itu juga ada kesulitannya dalam ilmu yang diterapkannya, karena melihat perkembangan anak sekarng ini sangat cepat, dan cerdas, terkadang juga ibu muda mengalami kewalahan dalam mengasuhnya. Maka dari situ sebagai ibu muda harus hati-hati dalam bersikap dan bertindak jika di depan anak balita. Pada zaman sekarang ini memang zaman modern, perkembangan dari segi alat komunikasi sangat canggih, usersudah sedikit banyak dikenalkan apalagi sekarang anakcommit balita tosaja
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
dengan alat-alat tersebut. Misalnya seperti tv, hp, komputer, maka ibu muda harus berhati-hati dalam mendidiknya, apabila ibumuda salah dalam mengambil cara dalam mengasuhnya saja nanti jadi menghambat perkembangan dan pertumbuhan yang sehat bagi anak. Selain itu juga ada seorang ibu muda yang dengan gampangnya mengasuh anak, dengan cara yang sudah mereka dapat dari berbagai pihak untuk diterapkan. Menganggap bahwa cara yang sudah di ambil itu merupakan cara yang sudah baik, dan dengan berbagai banyaknya pengetetahuan dari tempat yang berbeda itu juga bisa lebih memahami dalam mengasuh anak. Serta juga ibu muda bisa membandingkan dan memilah-milah pengetahuan yang di dapat dari berbagai pihak, mana pengetahuan itu yang harus di terapkan dalam mengasuh anak. Sperti yang diungkapkan oleh Ibu Dina ini yang mana beliau mendapatkan pengalaman atau pengetahuan dari mengasuh anak orang lain, sebagai berikut : “Tidak, karena dengan banyaknya pandangan akan lebih cepat saya memahami polah-polah anak dan menambah pengetahuan” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Dina bahwa banyaknya padangan dalam mengasuh anak menjadikan tidak adanya kesulitan yang ada, dan akan lebih cepat dalam memahami polah-polah anak serta menambah pengetahuan Ibu Dina dalam mengasuh anaknya. Hal ini juga bisa dilihat dalam matrik yang ada dibawah ini commit user pola asuh anak. Dan didalamnya tentang pengetahuan ibu mudatodalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
mempunyai beberapa pengetahuan tentang dasar-dasar mengasuh anaknya, dari sumbernya, hal yang diketahui dalam mengasuh anak, serta kesulitan dalam pengambilan sikap, seperti berikut ini.
commit to user
Matrik. 3 Pengetahuan Ibu muda
Sumber
Hal yang di ketahui dalam
Kesulitan dalam
pengetahuan
mengasuh anak
pengambilan sikap
mengasuh anak Ibu Iis
Dari lingkungan keluarga
Keterangan
mengasuh anak Memandikan anak
Ada
kesulitan,
kalau
Menyuapi saat makan
dijalani
dengan
pelan-
Mengatur anak dengan baik
pelan
Mengetahui perkembangan anak
kewajiban
Cara memakaikan pakaian
seorang ibu tidak mudah.
pasti
bisa,
tapi
sebagai
Memilih dari lingkungan keluarga
karena
banyak
masih
pengalaman
mengasuh anak serta tidak kekuk mau tanya tentang apapun juga.
Ibu Dina
Pengalaman mengasuh orang
lain
Saat anak terbangun dari tidur anak harus ditemani dan diperhatikan dan perkembangan
keluarga sendiri.
anak serta tau
Tidak
ada,
Pengalaman
mengasuh
banyaknya padangan akan
anak
lain
lebih
pengetahuan dari keluarga
bisa
semakin
memahami
tentang mempersiapkan peralatan
polah polah anak, dan
dan
makannya setiap hari.
menambah pengetahuan.
sangat
orang
kedua-duanya baik
dan
itu untuk
dipraktekkan. 80
Ibu Surani
Dari orangtua dan Dapat merawat dan mendidik
Tidak ada, sudah yakin
Memilih cara dari orangtua
belajar sendiri.
anak dari hal cara memandikan,
cara itu sudah baik untuk
yang bisa mengarahkan
menyuapi dan mengajak bermain
anak.
kalau ada yang salah dan
anak.
belajar sendiri, tapi lebih komplit pengetahuan dari orangtua dibanding belajar sendiri,
karena
lebih
berpengalama, Ibu Rahayu
Dari ibu sendiri.
Harus
selalu
sabar
dalam
Tidak,
karena
mengasuh anak, menjadi seorang
menjadi
ibu itu tidak mudah, harus bisa
seorang
melatih kesabaran.
mengasuh anaknya.
sudah
kewajiban ibu
untuk
Pengalaman sendiri,
dari
karena
ibu bisa
langsung dipraktekkan dan lebih bisa dipercaya, yang paling
penting
melatih
kesabaran. Ibu Wahyuti
Dari orangtua.
Tau
cara
mengasuh
yakin
Kalau pengetahuan dari
momong anak, cara memberikan
dengan cara ini dalam
orangtua itu jika bertanya
makan,
mengasuh anak ada yang
sewaktu-waktu bisa dan
membantu.
pengaruhnya positif lebih
memandikan
menggantikan
popoknya
anak,
dan kalau
Tidak,
karena
81
ngompol.
banyak dan lebih yakin untuk mempraktekkannya.
Ibu Sri
Dari
orang-orang Menggendong
anak,
memberi
Terkadang ada kesulitan,
Memilih dari orang yang
Lestari
yang lebih tua dan makanan, dan memandikan. Yang
karena dengan cara itu
lebih tua itu karena pasti
tetangga.
juga
lebih tau dan tetangga.
lainnya masih bertanya-tanya.
harus
berhati-hati
karena mengasuh anak itu
Dari
kedua-duanya
itu
tidak gampang.
bagus karena tidak semua itu sama pengetahuannya.
Sumber : Data primer, bulan Maret 2011
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa setiap pengetahuan yang di dapat oleh beberapa Ibu muda ini berbeda-beda serta tingkat kesulitannya dan tidak sulitnya dalam menerapkan pengetahuan ini juga berbeda-beda. Untuk merawat tumbuh kembang seorang balita agar nantinya bisa menjadi sehat itu tidak cukup dengan adanya pengetahuan saja, tetapi juga harus adanya kesabaran yang dipunyai oleh setiap para ibu muda. Perilaku yang dipunyai oleh ibu muda ini, sebagain besar mereka hanya mempunyai pengetahuan dasar dalam mengasuh anaknya, serta sebagian besar pengetahuan itu dari dalam keluarga, masih sangat awam bagi mereka mendapatkan ilmu dari luar, misalnya baca buku, bertanya dengan orang yang lebih tau tentang perkembangan anak. Hal ini di pengaruhi karena ibu muda kurang percaya dengan pengetahuan yang di dapat dari luar keluarga, serta tidak nyamannya ibu muda itu untuk bertanya, masih adanya rasa canggung dalam berkomunikasi jika ibu muda tersebut ingin bertanya tentang pengetahuan mengasuh anaknya. Walaupun bisa dilihat disini bahwa pendidikan mereka yang cukup tinggi, tapi kurangnya komunikasi dengan dunia luar serta kurangnya pergaulan membuat ibu muda ini hanya sampai segitu dalam mendapatkan pengatahuan dalam mengasuh anaknya. Ibu muda yang mempunyai pengalaman dari luar dalam mengasuh anaknya itu hanya dari pengalaman mereka bekerja dan bertanya dengan tetangganya yang lebih tua dari ibu muda itu. Dalam mengasuh anaknya, ibu muda ini menginginkan semua pengetahuan yang didapat dari dalam keluarga karena mereka berpikir commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
bahwa dari orangtua lah yang paling mereka sukai, karena merasakan kenyamanan dan kemudahan bertanya sewaktu-waktu tentang mengasuh anaknya. 4.2. Kesadaran Tidak hanya pengetahuan yang harus diterapkan didalam mengasuh anak, tetapi juga pentingnya kesadaran yang harus diterapkan. Tanpa adanya kesadaran para ibu muda tidak bisa menerapkan pengetahuan yang mereka punya. Mengenai kesadaran yang berkaitan dengan perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak, disini di maksudkan bahwa seorang ibu muda itu melakukan atau menerapkan ilmu atau pengetahuan tentang mengasuh anak yang didapatnya serta juga sikap dalam mengasuh anak masih dengan paksaan atau kesadaran sendiri, tidak adanya paksaan dari manapun, karena ibu muda sudah menyadari bahwa mengasuh anak itu memang tanggung jawabnya yang harus di lakukan dengan sebaikbaiknya. Hal ini bisa dilihat pada matrik yang ada dibawah ini tentang kesadaran
ibu
muda
dalam
commit to user
mengasuh
anaknya.
Matrik. 4 Kesadaran Ibu muda
Kesadaran dalam menerapkan pengetahuan dan sikap mengasuh
keterangan
anak Praktek Ibu Iis
Paksaan / kesadaran
Dari pengetahuan yang di dapat Dengan kesadaran sendiri
Dengan kesadaran sendiri karena sudah
sudah
mempunyai pengalaman mengasuh anak
dipraktekkan
tapi
tidak
semua dipraktekkan cuma diambil
dari yang di dapatkan.
hal hal yang penting, terkadang ada yang lupa. Ibu Dina
Sudah
dijalankan
mempraktekkan
dan Tidak ada paksaan
hal-hal
yang
penting saja dalam mengasuh anak.
Dijalankan dan tidak ada paksaan karena dengan iklas dalam mengasuh anak, serta selalu bertanya jika ada yang tidak tahu dan merawatnya.
Ibu Surani
Sudah dijalankan pengetahuan dari Kesadaran sendiri
Karena sudah tau dari orangtua dan
orangtunya,
pengalaman menjaga dan merawat anak.
dan
dijalankan
85
semampunya saja. Ibu Rahayu
Pengetahuan
dari
ibu
tentang Tidak terpaksa
Karena dengan memberikan ASI kepada
kesabaran itu, selalu ditanamkan
anak bisa menjaga kekebalan tubuh, dan
dalam membesarkan anak.
makanan bergizi sangat diperlukan dalam perkembangan dan pertumbuhan, karena kesehatan selalu dijaga agar tidak mudah sakit.
Ibu Wahyuti
Sudah
dijalankan,
pengetahuannya
karena Kesadaran sendiri
dipraktekkan
semua jadi nyaman.
Karena naluri seorang ibu menunjukkan kasih
sayangnya
memandikan, menidurkan
kepada ngasih
dan
ketika
anak
dari
makanan, memberikan
pengetahuan yang ada disekitarnya. Ibu Sri Lestari
Pengetahuan yang didapat, dari Tidak ada paksaan
Karena mengurus anak harus hati-hati dan
orangtua dan tetangga itu semua di
perhatian yang lebih, agar tumbuh sesuai
jalankan atau dipraktekkan.
dengan umurnya serta tidak mudah sakit.
Sumber : Data primer, bulan Maret 2011 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Dari penelitian ini dan beberapa ibu muda kebanyakan dalam hal mengasuh anaknya secara kesadaran sendiri atau tidak adanya paksaan dari siapapun, karena sudah menjadi kewajiban yang harus di jalankan oleh semua ibu yang mempunyai anak. Misalnya seperti yang diungkapkan oleh Ibu Surani sebagai berikut : “Sudah, tidak ada paksaan, dengan kesadaran sendiri kan sudah tahu dari orangtua dan pengalaman saya menjaga dan merawat anak saya” (Sumber : Wawancara 19 Maret 2011)
Ibu Surani mengatakan bahwa, sudah menjalankan praktek dalam mengasuh anaknya dengan benar, dan juga dengan kesadaran sendiri, sudah mempunyai pengetahuan atau bekal dalam mengasuh anaknya dari orangtua jadi menurut ibu surani itu dalam mengasuh anaknya itu sudah yakin dengan cara yang di pilih dalam merawat anaknya. Seorang ibu muda dalam mengasuh anak biasanya dia memilih dengan cara yang lebih mudah, apalagi saat menikah masih berumur dibawah 20 tahun, kebanyakan masih bergantung pada orangtua. Melakukan kegiatan apapun itu masih juga dengan orangtuanya. Ini disebabkan karena seumuran 20 tahun itu masih masa-masa menginjak ke dewasa jadi masih labil emosinya, terkadang kelakuannya masih seperti gadis yang belum mempunyai anak. Umur itu juga sangat mempengaruhi sekali dengan tingkat kesadaran yang dipunyai oleh ibu-ibu muda sekarang ini, umurnya sudah mencukupi tapi kelakuannya masih seperti anak kecil. Tetapi hal seperti itu berbeda dengan seorang ibu muda yang satu commitkepada to user anaknya, mengasuh anak dengan ini, ibu muda ini sangat sayang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
hati seorang ibu tidak dengan emosi sesaat. Itu semua jika seorang wanita itu sudah menjadi ibu atau sudah mempunyai seorang anak, akan tumbuh dewasa dengan sendirinya, karena terdesak oleh hati, nalurinya keluar sebagai perempuan dewasa. Seperti yang di ungkapkan oleh ibu wahyuti seperti berikut ini : “Ya sudah saya jalankan, ya dengan kesadaran sendiri. Karena naluri seorang ibu kan menunjukkan kasih sayangnya kepada anaknya dari memandikan, ngasih makanan, menidurkan dan ketika memberi pengetahuan yang ada disekitarnya” (Sumber : Wawancara 17 Maret 2011)
Maksudnya adalah, dalam mengasuh anak itu sudah di jalankan dan dengan kesadaran sendiri bahwa naluri seorang ibu itu ditunjukkan dengan kasih sayangnya kepada anak dalam mengasuh anaknya dengan baik. Dalam mengasuh anak, tidak dengan kita mencukupi kebutuhan lahiriyah saja tetapi juga kebutuhan batiniyah juga harus dipenuhi, karena hal seperti itu juga sangat penting dalam mengasuh anak. Tanpa adanya kasih sayang dari orangtua terutama seorang ibu, pertumbuhan anak yang ada pasti akan terhambat, yang mana mungkin dari pertumbuhan psikologynya. Anak akan cenderung menjadi pemalu, penakut dengan orang jika besar nanti, serta tidak akan bisa berkomunikasi dengan dunia luar. Hal seperti ini di karenakan kurangnya kasih sayang dari seorang ibu disaat balitanya. Banyak cara yang dapat di lakukan untuk merangsang tumbuh kembang anak. Senyum, belaian, kasih sayang serta penghargaan seperti ucapan terimakasih dan pujian pada balita merupakan cara berinteraksi yang tidak commit to user perlu di beli tetapi sangat bermanfaat bagi perkembangan balita.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Kesehatan fisik juga sangat penting dalam mengasuh anak, karena itu merupakan sumber untuk bertahan hidup. Tanpa mempunyai fisik sehat anak juga tidak bisa berkembang dengan baik. Tetapi semua ini balik dari seorang ibu mengasuh anaknya, tidak cukup hanya diberi makan yang bergizi dalam mengasuh anak, selain itu juga masih memerlukan tambahan yang lainnya, seperti diberikannya ASI selama 2 tahun, karena ASI merupakan makanan yang sangat penting dan berkwalitas tinggi. ASI jika masih bayi itu sangat dibutuhkan banyak karena pengganti makanan yang paling utama, tanpa ASI anak tidak bisa berkembang dengan baik. Seperti ibu muda yang satu ini, sangat pduli sekali dengan perkembangan anak terutama pada kesehatan dan pertumbuhan badannya, dan sangat menjaga asupan yang masuk, berikut ini ungkapan dari Ibu Rahayu : “Insyaallah sudah dan tidak terpaksa, karena dengan saya memberikan ASI kepada anak bisa menjaga kekebalan dalam tubuh, makanan bergizi sangat diperlukan dalam perkembangan dan pertumbuhan, kesehatan itu harus dijaga agar tidak mudah sakit” (Sumber : Wawancara 21 Maret 2011)
Dari ungkapan Ibu Rahayu, sangat mempedulikan kesehatan anaknya terlihat dari rutinnya memberikan ASI, dan makanan bergizi agar nantinya berkembang dengan sehat dan tidak mudah sakit. Dari sini bisa kita lihat bahwa setiap ibu muda itu mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mengasuh anaknya, itu di sebabkan mereka mempunyai latar belakang yang berbeda, dari pendidikan, umur, pengetahuan yang didapat, keluarga dan ekonomi ibu muda tersebut. Semakin tinggi pendidikannya commit to user yang didapat, karena secara tidak maka akan semakin banyak pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
langsung pasti mendapatkan pengetahuan dari berbagai pihak yang bisa di praktekkan dalam mengasuh anak balitanya. Umur juga begitu pula, jika sorang perempuan menikah sebelum usia 17 tahun, itu pasti ibu muda tersebut belum siap untuk mempunyai anak, karena pikirannya masih kurang dewasa, serta kurangnya pengetahuan tentang mengasuh anak yang benar, yang ibu muda tahu hanya pengetahuan dasarnya seperti memandikan, memberi makan, memakaikan pakaian, tetapi ibu muda belum begitu memahami atau mendalami mengasuh anak yang benar. Ibu muda tersebut hanya bisa melakukannya setau saja. Itu juga berhubungan dengan ekonomi dalam keluarga tersebut, dimana dalam mengasuh anak juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit, untuk mencukupi gizinya setiap harinya pun juga memerlukan biaya yang tidak sedikit, untuk membeli makanan, susu, peralatan anak dan kalau anak sakit juga harus di obati, semua membutuhkan uang. Tetapi itu semua juga tidak bisa menjamin bahwa ibu muda bisa atau mengetahui banyak tentang mengasuh anak, balik lagi pada kepribadian ibu muda tersebut, terkadang pendidikan tinggi juga belum bisa menjamin bahwa mereka mempunyai banyak pengetahuan atau sudah begitu paham dengan pola asuh anak begitupun seterusnya. Dalam penelitian ini yang diambil adalah ibu muda yang berada di lapisan bawah, itu artinya bahwa ibu muda tersebut hanya mempunyai penghasilan kurang dari enam ratus ribu rupiah perbulannya itu dasar dari kemiskinan menurut BPS yang ada, dengan pendapatan hanya segitu tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
akan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Para ibu muda sekarang ini akan melakukan segala cara untuk mereka memenuhi kebutuhan buah hatinya agar bisa sehat, kebanyakan dalam pemikiran ibu muda itu sing penting sehat yang artinya bahwa tidak harus dengan makanan yang bergizi, minum susu formula, dan vitamin, tapi dengan cara mengasuh anak yang bener dan tidak mudah sakit itu ibu muda sudah senang. Karena hidup di desa ini ibu muda masih menggunakan atau menganut cara yang diterapkan oleh keluarganya yaitu ibunya sendiri atau mertuanya. Ibu muda telah mengasuh anaknya dengan semampu mereka serta dengan kesadaran dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang di dapatnya. Agar supaya anak yang di asuh oleh ibu muda tersebut berkembang dengan baik, sehat serta pintar yang menjadi harapan dari semua orangtuanya. Menjaga kesehatan anak itu tidaklah gampang perlu pengetahuan yang banyak untuk diterapkannya ilmu, tetapi hal tersebut tidak bisa berjalan jika tidak adanya kesadaran pada ibu muda dalam membesarkan anaknya. 4.3. Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil dari segala pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan dengan kata lain perilaku merupakan respon individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun berasal dari dalam dirinya. Perilaku ibu muda dalam mengasuh anaknya tersebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
juga di pengaruhi oleh lingkungan yang ada di sekitarnya. Bisa dari dalam keluarga dan lingkungan keluarga yang ada sekarang ini. Perilaku dalam mengasuh ini bukan hanya perilaku dalam dasar sebagai ibu saja tetapi lebih dari itu, maksudnya seorang ibu benar-benar mengasuh dengan kasih sayang sepenuhnya, dari mulai menyiapkan segala peralatannya sampai urusan kesehatan yang ada pada anak tersebut. Perilaku yang diterapkan pada ibu muda ini juga harus di dasari dengan pengetahuan dan kesadaran yang ada dalam mengasuh anaknya. Tidak hanya sembarangan dalam bertindak atau berperilaku kepada anak semua itu hanya untuk mendapatkan anak sehat, dan berkembang dengan baik hingga besar nanti. Perilaku ibu muda ini bisa dilihat dari cara merawatnya, misalnya memberikan ASI berapa lama anak tersebut diberikan ASI, diberikan pengganti apa setelah tidak minum ASI (susu formula, air putih, teh) atau malah tidak diberikan apa-apa hanya seadanya saja. Selain itu juga bisa dari makananya, makanan seperti apa yang diberikannya, sudahkan memenuhi kebutuhan gizinya, ibu muda disini harus bisa mengarahkan asupan yang masuk untuk perkembangan anaknya. Dan juga jika anak sakit itu ibu muda merawatnya dengan cara yang bagaimana, (diobati, dibawa puskesmas) atau dengan memberikan obat lain, tergantung dengan kepercayaan serta pengetahuan yang dimilikinya. Dan tidak kalah pentingnya jika dalam usia kurang dari 5 tahun itu harus sangat berhatihati dalam mengasuh anak karena itu merupakan masa-masa yang rentan dengan penyakit, harus rutin di kasih imunisasi, vitamin, dan pemeriksaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
yang lainnya. Seperti dalam matrik dibawah ini dijelaskan bahwa perilaku ibu muda dalam mengasuh anaknya, yang mana perilaku itu masuk dalam praktek yang dilakukan oleh ibu muda terhadap anaknya. baik buruknya perkembangan anak itu juga dipengaruhi oleh cara mengasuhnya atau perilaku yang dipraktekan dalam kesehariannya.
commit to user
Matrik. 5 Perilaku Ibu muda
Perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak ASI
Ibu Iis
Makanan bergizi
Posyandu
· Minum ASI
Makanan
bergizi
Sering
sakit,
· Selama 1.5 thn
seperti sayuran, lauk
karena
seumuran
pauk
sudah
segini
rentan
bulan
sekali, baik dan nyaman, karena
diberikan
karena
dengan
sakit.
karena
untuk anak berkembang dengan
harus hati
dalam
Biasanya
·Penggantinya
air
putih, teh dan susu
Ibu Dina
Sakit
Dampak perilaku
Memberikan selama diganti
9
ASI bulan,
dengan
itu
dibawa
Pernah
ke Dengan perilaku yang
posyandu
satu dipraktekkan itu dampaknya
mengetahui
baik dan juga mengetahui
memberikan
kepuskesmas,
perkembangan
tentang tentang mengasuh
makanan, kalau masih
paling sering sakit
anak.
anak yang sesungguhnya.
kecil
flu,
itu
rentan
panas
dan
dengan sakit.
batuk.
Tidak
Tidak sering sakit,
Satu bulan sekali, Positif,
dan apabila sakit
dan pernah
karena selalu mengajarkan
dicoba dengan
datang untuk
atau apa-apa yang baik dan
makanan
diberikan yang
mengandung banyak
sangat
nyaman
94
susu formula.
gula dan lemak yang
obat tradisional
mengetahui
mengarahkan
agar
berlebih dan memilih
dulu, kalau belum
perkembangan
salah
beraktivitas
memberikan makanan
sembuh dibawa ke
anak tentang
sehari-hari.
sayuran yang bergizi
puskesmas.
berat badan serta
saja
Biasanya Cuma
keadaan
pilek dan panas
tubuhnya.
diberikan
secukupnya.
dalam
tidak
saja. Ibu Surani
Diberi ASI selama
Makanan yang bergizi
Kadang-kadang
Pernah dan rutin, Dampaknya lebih bisa sabar
22 bulan
itu, seperti bubur, nasi
saja, saya kasih
supaya mengerti lagi dan pengalaman
penggantinya
dan lauk dan yang
obat dari warung
pertumbuhan
bertambah serta juga
dengan bubur,
membuat kenyang
kalau belum turun
anak.
nyaman.
nasi, teh manis.
anak.
panasnya dibawa kepuskesmas, biasanya Cuma badannya yang panas.
Ibu Rahayu
Memilih ASI
Makanannya seperti
Sering sakit,
Rutin tiap bulan
Senangdan bahagia bisa
selama 1.5 thn.
sayur, buah, lauk
dikasih obat dari
selalu
menjadi seorang ibu yang 95 94
Dan diganti
pauk, yang
warung kalau
keposyandu,
bisa merawat anak agar
dengan susu
mencangkup 4 sehat 5
belum sembuh
untuk
tumbuh dengan sehat dan
formula saja
sempurna, tapi tidak
dibawa
mengetahui berat
cerdas, dan nyaman.
setiap hari diberikan
kepuskesmas,
badan dan
karena kalau pas ada
biasanya sakit flu
pertumbuhan
saja dan yang penting
saja atau pas
tubuh yang lain.
baik untuk anak.
tumbuh gigi badannya juga panas.
Ibu
Diberikan ASI
Yang penting
Jarang sakit,
Pernah ke
Dampaknya positif, karena
Wahyuti
selama 2 tahun,
makanannya bersih
dicoba obat dulu
posyandu, untuk
senang merawat anak jadi
diganti dengan air
dan sehat itu sudah
kalau tidak ada
mengetahui
juga merasa nyaman, karena
putih saja.
merupakan makanan
perubahan
pertumbuhan
kan juga di asuh sendiri
bergizi.
kepuskesmas,
berat badannya
tidak dengan oranglain,
biasanya karena
dan untuk
paling gantian juga Cuma
cuaca, cuma batuk
mendapatkan
dengan orangtua saja.
dan pilek saja.
tambahan vitamin.
96
Ibu Sri
Diberikan ASI
Makanan bergizi itu,
Tidak, langsung
Pernah, karena
Dampaknya bagus karena
Lestari
hanya 1.5thn.
makanan yang
dibawa
kegiatan rutin
anak dapat menurut dan
diganti dengan
mengandung 4 sehat
kepuskesmas,
sebulan sekali,
berperilaku baik, dan selama
susu formula.
5 sempurna misal
biasanya Cuma
dan juga bisa
bisa mengasuhnya dengan
sayuran, susu, lauk
pilek dan panas
melihat
baik.
pauk, dan itu sudah
saja.
perkembangan
cukup.
anak.
Sumber : Data primer, bulan Maret 2011
97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
Dari semua perilaku yang ada yang selalu di terapkan oleh ibu muda tersebut pasti juga berdampak bagi ibu muda itu, dari dampak positif atau negatif itu pasti ada. Dan para ibu muda tersebut pasti mempunyai pendapat yang berbeda-beda. a) ASI Perilaku yang diterapkan oleh Ibu Rahayu untuk mengasuh anaknya dalam menberikan ASI, Ibu Rahayu ini sangat rajin dalam memberikan ASInya karena kwalitas susu terjamin. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Ibu Rahayu dalam wawancara sebagai berikut : “Saya memilih ASI, karena sangat bagus buat tumbuh kembang anak serta kwalitas susu terjamin. Saya memberikan ASI selama 1,5 tahun saja, karenakan menurut agama kalau anak laki-laki itu hanya samapi umur 1,5 tahun dan perempuan 2 tahun, dan juga puting saya suka di gigit. Saya ganti dengan susu formula saja, yang bisa memberikan gizi untuk pertumbuhannya, walaupun tidak sebagus ASI tapi minimal juga ada gizinya dan bisa tumbuh kembang dengan baik” (Sumber : Wawancara 21 Maret 2011) Dari apa yang telah diungkapkan oleh Ibu Rahayu tersebut bahwa ibu muda ini hanya memberikan ASI selama 1,5 tahun saja karena dari beberapa pertimbangan yang ada, serta juga ibu muda ini memilih ASI karena bagus untuk perkembangan anaknya dan kwalitas susunya juga terjamin. Ibu Rahayu ini memberikan susu formula sebagai pengganti ASI supaya bisa memberikan gizi untuk pertumbuhannya, walaupun tidak sebagus ASI tapi minimal juga ada gizinya dan bisa berkembang dengan baik. ASI itu penting bagi bayi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
disaat masih lahir minimal sampai umur 6 bulan saja masih membutuhkan ASI, didalam ASI tersebut terdapat kandungan yang sangat bagus untuk perkembangan anaknya dibandingkan jika diberikan susu yang lain. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi serta mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia ataupun susu hewan seperti susu sapi, susu kerbau dan lain-lainnya. Air susu ibu sangat menguntungkan dilihat dari berbagai segi, baik segi gizi, kesehatan, ekonomi maupun sosio-psikologis. Hal ini terlihat di berbagai negara atau wilayah dimana higiene lingkungan belum memadai di samping makanan bayi pengganti air susu ibu tidak tersedia ataupun harganya sangat mahal dan tidak terjangkau oleh daya beli penduduk pada umumnya. Banyak faktor yang menyebabkan keengganan seorang ibu menyususi bayinya, diantaranya adalah kurangnya informasi tentang manfaat dan keunggulan ASI, serta kurangnya pengetahuan ibu tentang upaya mempertahankan kualitas dan kuantitas ASI selama periode menyusui. Hal tersebut sama seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dina yang hanya samapai umur 9 bulan memberikan ASI terhadap anaknya karena alasan tertentu, sebagai berikut : “Iya tak beri ASI, karena begitu saya melahirkan, ASI langsung keluar dan juga ASI sangat baik untuk bayi apalagi yang baru lahir karenakan ASI itu adalah makanan dan minuman pertama yang paling baik untuk bayi. Tapi Cuma sampai umur 9 bulan, karena dulu saya mencoba mencari pekerjaan, dan setelah saya commit user dengan susu formula, karena hentikan ASInya sajato ganti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
menurut saya kandungan gizinya juga baik dan anak saya juga bisa tumbuh seimbang” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011) ASI yang menurut ibu muda ini sangat baik bayi dan merupakan makanan dan minuman pertama yang paling baik untuk bayi, tetapi hanya sampai umur 9 bulan saja ASI itu diberikan oleh bayinya karena ibu muda ini mencari pekerjaan di luar kota dan disini mengharuskan untuk menghentikannya. Setelah itu ASI di hentikan kemudian di ganti dengan susu formula yang ada guna untuk memenuhi gizi dan anak bisa tumbuh seimbang. Tetapi hal tersebut lain halnya yang disampaikan oleh Ibu Dina tesebut, bahwa tidak semua pengganti ASI ini diberikan susu formula, karena tidak semua bayi itu menyukainya terkadang ibu muda itu kalau memberi pengganti ASI ini hanya cukup dengan minum teh, air putih atau makanan yang menurutnya bisa bikin kenyang dan bisa menyehatkan bagi anak. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Surani sebagai berikut : “Ya diberikan ASI karena pertumbuhan ASI itu sangat baik dari gizi dan kwalitasnya, selama 22 bulan saja saya rasa sudah cukup dalam memberi ASI, saya ganti dengan bubur, nasi, teh manis agar lebih irit saja, dan itu semua juga sudah cukup” (Sumber : Wawancara 19 Maret 2011)
Hal senada juga diungkapkan Ibu Wahyuti yang juga memberikan pengganti ASI hanya dengan air putih karena alasan tertentu sebagai berikut : “Iya saya selalu memberikan ASI kepada anak saya karena mempunyai kwalitas yang bagus, selama 2 tahun, karena menurut saya itu sudah cukup waktunya. Biasanya saya berikan ganti air putih saja, anak saya itu tidak suka dengan susu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
formula jadi minum air putih saja sudah cukup” (Sumber : Wawancara 17 Maret 2011)
Perilaku ibu muda dalam memberikan ASI itu sangat berbedabeda, berbagai cara yang ibu muda berikan kepada anaknya agar bisa tumbuh kembang dengan baik. Dengan memberikan apapun itu sebagai pengganti ASI dari hal makanan dan minuman yang menurut ibu muda tersebut bisa memenuhi gizinya dengan baik. Ibu muda mempunyai cara-cara tersendiri untuk merawat anaknya, dari hal cara mengasuhnya sampai dengan pemberian ASI itu yang paling penting. Dan ibu muda pastinya juga sudah mempunyai gambaran yang nantinya akan diterapkan untuk anaknya. Dari uraian diatas maka bisa dilihat bahwa tidak hanya susu formula saja yang di gunakan sebagai pengganti ASI tetapi juga hanya sebatas minuman dan makanan yang menurut ibu muda tersebut sudah mencukupinya. b) Makanan Bergizi Mengenai
makanan
bergizi,
ibu
muda
ini
umumnya
memberikan makanan bergizi setelah usia 4 bulan, begitu bayi lahir biasanya diberikan ASI itu sekaligus makanan dan minuman saat bayi. Setelah itu ibu muda mencoba untuk memberikan makanan lumat sebagai pendamping ASI yang diberikan umur 4-6 bulan, selanjutnya umur 6-12 bulan ASI ditambah makan pendamping ASI berupa makanan lembik, dari situ umur 1-2 tahun ASI ditambah makanan keluarga, tahap akhir umur 2 tahun atau lebih makanan keluarga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
ditambah dengan susu formula. Itulah tahap-tahap makanan yang harus diberikan kepada bayi yang baru lahir sampai umur 2 tahun. Dari situ nanti bisa di lihat perilaku ibu muda dalam mengasuh anaknya, dengan cara apa ibu muda memberikan makanan yang menurut ibu muda tersebut bergizi dan bagaimana cara memberikannya. Tetapi pada kenyataan yang ada dalam penelitian ini sangat bermacam-macam ibu muda memberikan asupan makanan yang menurutnya itu mengandung gizi, padahal belum tentu bahwa yang menurut ibu muda sudah mencukupi gizinya tetapi menurut orang lain belum. Maka dari itu perilaku yang ada pada ibu muda untuk mengasuh anaknya berbedabeda. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Surani sebagai berikut : “Ya, saya kasih makan yang bergizi dan sudah saya berikan seperti yang tak bilang tadi, yang membuat kenyang, ada bubur, nasi dan lauknya” (Sumber : Wawancara 19 Maret 2011)
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Wahyuti sebagai berikut : “Iya selalu saya kasih makanan yang bergizi dan bersih. Saya rasa sudah saya berikan seperti yang saya katakan tadi yang penting makanan bergizi dan sehat” (Sumber : Wawancara 19 Maret 2011)
Ibu Surani memgungkapkan bahwa menurutnya makanan yang bergizi itu makanan seperti bubur nasi dan lauknya dan yang membuat anak kenyang. Sedangka Ibu Wahyuti mengungkapkan juga yang penting makanan bergizi itu bersih dan sehat, dan tidak ada kriteria kusus dari kedua ibu muda tersebut. Bisa dilihat bahwa ibu muda ini commit todan usermengerti tentang makanan yang tidak terlalu memperhatikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
bergizi itu seperti apa dan yang sesuai diberikan kepada anaknya itu yang bagaimana. Makanan bergizi tidak hanya makanan yang bersifat memberi kenyang kepada anak tapi juga harus tau takaran yang pas, dari segi porsi, gizi dan jenis makanannya. Untuk perkembangan anak yang umurnya diatas 1 tahun itu sudah diberikan makanan seperti orang dewasa misalnya, nasi, sayuran, lauk pauk, buah serta kalau ada dengan tambahan susu yang biasanya orang menyebut adalah 4 sehat 5 sempurna. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Rahayu sebagai berikut: “Ya makanan juga harus dijaga, seperti sayuran, buah, lauk pauk pokoknya kalau bisa mencangkup makanan 4 sehat 5 sempurna. Ya kalau pas ada ya saya berikan makanan itu, tapi kalau tidak ada ya se adanya yang penting baik untuk anak saya” (Sumber : Wawancara 21 Maret 2011)
Ibu muda ini mengatakan bahwa makanan yang bergizi itu yang mencakup dalam 4 sehat 5 sempurna. Tetapi hanya diberikan pada saat ibu muda ini mempunyainya, kalau tidak punya hanya makanan yang penting buat anak saja. Sebenarnya ibu muda ini sudah baik dan mengerti tentang makanan yang bergizi tetapi karena faktor ekonomi yang menjadi alasan maka hanya diberikan makanan bergizi pada saat punya saja. Tapi ibu muda ini menyiasati dengan memberikan makanan seadanya yang penting baik untuk anak. Berbeda lagi dengan salah satu ibu muda ini, memilih makanan bergizi yang tidak memihat dari berbagai macam makanan, hanya saja tidak mengandung gula dan lemak yang berlebihan. Makanan yang commit to user seperti itu juga tidak baik untuk perkembangan anak malah bisa juga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
memperlambat pertumbuhan yang ada. Makanan tersebut paling banyak terkandung pada jenis makanan tertentu seperti jajanan anakanak, tanpa ada pengawasan yang ketat dari ibu muda yang nantinya anak hanya bisa bergantung pada makanan tersebut. Orangtua yang paling utama adalah seorang ibu harus berhati-hati dalam memberikan makanan kepada anaknya. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dina : “Ya, makanan yang tidak saya berikan adalah yang mengandung banyak gula atau kadar gula yang berlebih dan banyak mengandung lemak, dan saya memilihkan makanan yang bergizi saja. Karena jika itu semua diberikan terlalu berlebihan itu juga tidak baik bagi pertumbuhan anak saya. Ya sudah saya berikan seperti yang saya katakan tadi” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Ibu Dina merupakan salah satu ibu yang telah mengasuh anaknya dengan cara tidak memberikan asupan makanan kepada anaknya yang mempunyai
kandungan kadar gula dan lemak yang
terlalu berlebihan. Karena ibu muda ini berpikir bahwa jika asupan tersebut diberikan secara berlebihan juga tidak baik bagi pertumbuhan anak. Dari penjelasan makanan bergizi diatas yang diberikan ibu muda terhadap anaknya itu merupakan salah satu dari perilaku ibu muda yang ada untuk bisa melihat anaknya tumbuh kembang dengan baik serta sehat. Maka ibu muda harus selalu memperhatikan asupan yang akan diberikan kepada anaknya. Perilaku ibu muda ini dalam mengasuh anaknya sangat berbeda-beda terlihat dari pemberian to userdari pengetahunnya, keluargannya makanannya, selain itucommit juga berbeda
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
dan ekonominya. Semua ini sangat mempengaruhi dalam peilaku ibu muda ini.
c) Sakit Masa-masa anak berumur 0 sampai 5 tahun ini adalah rentan sekali dengan sakit. Sebagai ibu yang mengasuhnya setiap hari harus sangat berhati-hati didalam merawatnya. Dari makanan dan lingkungan harus dijaga karena sangat berpengaruh bagi perkembangannya. Apalagi ditambah pada zaman sekarang ini yang musimnya tidak menentu. Kadang panas kadang hujan itu juga berpengaruh, biasanya kalau musimnya tidak menentu anak gampang sekali sakit. Kalau sudah
sakit
juga
ibu
muda
harus
memikirkan
untuk
bisa
menyembuhkan anaknya. Perilaku ini juga termasuk sikap ibu muda ketika anak sakit. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Iis kalau anaknya sering menderita sakit karena anaknya baru berumur 9 bulan, hampir tiap bulannya sakit. Seperti berikut ungkapan Ibu Iis : “Kalau seumuran anak saya ini masih rentan dengan sakit, minggu kemarin, langsung saya bawa kepuskesmas soalnya sudah terbiasa kalau sakit dibawa kesitu, sakit flu, panas dan batuk” (Sumber : Wawancara 17 Maret 2011)
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Rahayu yang anaknya sering menderita sakit, karena alasan tertentu saja, sebagai berikut : “Ya sering sakit, karena perubahan cuaca tapi minggu kemarin pas tumbuh gigi badannya juga panas, kalau biasanya Cuma flu saya belikan obat diwarung saja biasanya juga langsung commit to userpanas itu saya bawa kepuskesmas sembuh, tapi kalau kemarin
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
karena saya lebih percaya kesitu” (Sumber : Wawancara 21 Maret 2011)
Pendapat dari Ibu Iis dan Ibu Rahayu itu sama-sama anaknya sering menderita sakit, sama-sama kalau sakit dibawa kepuskesmas. Tetapi yang membendakan bahwa sakit karena masih rentan umur dan sakit karena cuaca saja. Perilaku ibu muda ini dala mereka melihat kalau anaknya menderita sakit dengan cara segera membawa ke puskesmas untuk di mintakan obat, agar cepat sembuh. Setiap anak itu mempunyai kekebalan tubuh yang berbeda-beda tergantung pada daya tahan tubuhnya masing-masing, ada yang sering sekali sakit, tapi juga ada yang jarang sekali sakit. Seperti Ibu Sri Lestari ini anaknya jarang sekali sakit dan langsung dibawa kepuskesmas kalau anaknya menderita sakit, sebagai berikut ungkapannya : “Tidak, bulan februari kemarin sakitnya, saya bawa kepuskesmas karena sudah terbiasa kalau sakit pasti saya bawa kesitu. Cuma sakit demam biasa, maksudnya Cuma panas dan pilek, dan tidak yang mengkawatirkan” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Ibu muda ini menjelaskan bahwa anaknya tidak sering menderita sakit, kalau sakit langsung dibawa kepuskesmas karena sudah terbiasa, dan jenis sakitnya paling Cuma panas dan pilek saja, belum sampai penyakit yang terlalu mengkawatirkan. Kebiasaan yang ada para ibu muda tersebut adalah membawa kepuskesmas jika anaknya sakit, itu sebabnya ibu muda sudah merasa cocok anaknya commit yang to user berobat kesitu. Serta perilaku dijalankan ibu muda juga bisa dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
kepercayaan yang ada, bisa juga ikut dalam adat istiadat yang ada dalam keluarga ibu muda itu, misalnya jika sakit tidak langsung dibawa kepuskesmas tapi diberikan obat yang diramu sendiri, ibu muda ini mencontoh dari orangtua mereka yang apabila anaknya sakit hanya dikasih obat ramuan sendiri terus bisa sembuh. Ada yang begitu juga, bermacam-macamlah caranya untuk membuat anak agar bisa sembuh dari penyakit. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dina sebagai berikut : “Tidak sering, sudah seminggu yang lalu. Pertama-tama apabila dia sakit saya dan ibu saya coba kasih obat tradisional seperti kalau sakitnya pilek ditempelin daun kemangi dan bawang merah yang sudah ditumbuk, lalu ditempelin di ubun-ubun. Dan apabila sakitnya belum juga mereda baru dibawa kepuskesmas terdekat, biar cepat sembuh, setelah diberi obat dari puskesmas dan diminumkan secara teratur dan setelah sembuh saya berikan vitamin agar tidak mudah sakit. Biasanya Cuma sakit pilek dan panas saja” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Ibu muda mempunyai cara sendiri-sendiri jika anaknya menderita sakit, cara apapun pasti akan dilakukannya. Seperti yang dilihat dari perilaku Ibu Dina dalam menangani jika anaknya sakit. Tidak seperti ibu muda lainnya langsung dibawa kepuskesmas jika tau anaknya sakit, tapi beda dengan Ibu Dina yang memberikan obat tradisional yang turung temurun dari ibunya tersebut. Tetapi jika belum sembuh juga harus dibawa kepuskesmas untu di periksakan. Dalam penelitian ini, rata-rata anak menderita sakit flu, batuk, panas dan juga bertambahnya gigi itu juga bisa membuat anak sakit. Dilihat dari to dalam user mengangani saat anaknya sakit uraian diatas perilaku commit ibu muda
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
itu sudah semua mempunyai antusias agar anaknya cepat sembuh. Ibu muda selalu menjaga dan merawat anaknya agar tidak mudah sakit. Tetapi masih bermacam-macam cara untuk bisa menyembuhkan anaknya tergantung pada kebiasaan dan kepercayaan yang dimilikinya. Dari uraian semua diatas bisa dilihat jika perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan yang telah diberikan kepada anaknya itu mempunyai atau berdampak bagi ibu muda. Dampak tersebut bisa positif atau negatif sesuai dengan pendapat ibu muda sendiri-sendiri dari perilaku yang telah dipraktekkan oleh ibu muda ini. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Surani : “Dampaknya lebih bisa sabar lagi dan pengalaman saya bertambah, dan saya juga merasakan kenyamanan itu. Karena pengetahuan yang saya tau itu dipraktekkan dengan semampu saya demi untuk anak saya tumbuh dan berkembang dengan baik” (Sumber : Wawancara 19 Maret 2011)
Hal senada juga diungkapan oleh Ibu Rahayu sebagai berikut : “Ya saya senang dan bahagia bisa menjadi seorang ibu yang bisa merawat anaknya agar tumbuh dengan sehat dan cerdas, dan saya merasakan kenyamanan, karena semua pengetahuan dari ibu saya terutama dalam melatih kesabaran itu selalu saya tanamkan dalam membesarkan anak saya” (Sumber : Wawancara 21 Maret 2011)
Dari kedua ibu muda ini menyebutkan bahwa dampak yang dialaminya merupakan dampak positif setelah pengetahuannya tersebut dipraktekkan oleh ibu muda ini, yang paling utama bisa melatih kesabaran dalam menjadi seorang ibu, karena menurut ibu commitkunci to userdalam mengasuh anak. Selain itu muda ini sabar merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
dengan pengetahuan yang dipraktekkan ibu muda ini merasakan kenyamanan dalam segala perilaku yang telah diberikan kepada anaknya. Dampak dari segala perilaku ini selain yang disebutkan diatas juga pengetahuan bertambah dengan sendirinya. Dan benarbenar merasakan sekali menjadi seorang ibu. Dalam pengalamannya ibu Iis ini mengungkapkan bahwa : “Dampaknya baik bagi saya maupun anak saya soalnya anak saya berkembang dengan baik dan saya juga jadi tau tentang mengasuh anak yang sesungguhnya, dan saya juga nyaman karena untuk anak apa yang dibutuhkan akan saya berikan supaya pintar. Pengetahuan yang saya dapatkan itu tidak semua saya praktekkan karena Cuma saya ambil hal-hal yang penting saja dan selain itu terkdang ada yang lupa tidak saya praktekkan” (Sumber : Wawancara 17 Maret 2011) Ibu muda ini mengutarakan dampak dari perilakunya dalam mengasuh anak, dan ternyata apa yang dirasakan ibu muda ini adalah kenyaman karena jadi tau tentang mengasuh anak yang sesungguhnya. Serta juga kebutuhan anaknya akan berusaha memberikannya hanya ingin melihat anaknya bisa pintar. Dari dampak yang telah diungkapkan oleh sebagian ibu muda ini bahwa mereka itu mempunyai kenyamanan dan positif dalam mengasuh anaknya, karena di lakukannya dengan iklas tanpa melihat yang lainnya. Kewajiban seorang ibupun harus dipenuhi dalam mengasuh anaknya, agar tumbuh dengan sehat dan pintar. Dan dibawah ini adalah kesimpulan dari ketiga matrik yang ada diatas dari pengetahuan, kesadaran dan perilaku ibu muda. commit to user
Matrik. 6 Perilaku Ibu muda dalam Pola Asuh Kesehatan Anak (balita) pada Lapisan Bawah Pengetahuan ·
Dari lingkungan keluarga
·
Dari pengalaman bekerja mengasuh anak oranglain
Kesadaran · ·
Perilaku
Prakteknya dilakukan semua dari pengalaman
·
Memberikan ASI
yang di dapat
·
Memberikan makanan bergizi
Prakteknya tidak dilakukan semua, hanya
·
Mengobati jika sakit
·
Dari orangtua
·
Belajar sendiri
·
Di jalankan dengan semampunya sendiri
·
Dari tetangga dan orang
·
Atas kesadaran sendiri tidak ada paksaan
sebagian saja dari pengetahuan yang di dapat
yang lebih tua Sumber : Data primer, bulan Maret 2011
110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
Dari ke tiga matrik perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan ini bisa dilihat bahwa perilaku tidak akan bisa dijalankan atau dipraktekkan jika tidak adanya pengetahuan dan kesadaran yang ada pada ibu muda tersebut. Pengetahuan yang didapat oleh para ibu muda tersebut bisa diambil dari dalam keluarga misalnya orangtua atau saudara dan bisa juga dari luar keluarga misalnya tetangga atau pengalaman dalam bekerja. Mereka sangat menyukai pengetahuan dari keluarganya karena mereka bisa merasa nyaman dan tidak canggung dalam bertanya, tetapi pengetahuan yang mereka dapat hanya pengetahuan dasar dan melatih kesabarannya tidak semuanya mereka tahu atau memahaminya. Selain itu juga adanya kesadaran yang ada dalam diri ibu muda tersebut, karena tanpa adanya kesadaran dalam diri ibu muda mereka tidak akan menerapkan pengetahuan yang mereka dapat dan hanya menggantungkan pada oranglain dalam mengasuh anak, bisa dikatakan tidak bisa mandiri. Dalam kesadaran ini bisa dilihat dari penerapan yang dilakukan dijalankan dengan bersikap atas kesadaran sendiri atau dengan paksaan. Dijalankan semua atau hanya sebagaian saja dari pengetahuan yang didapatnya. Dan juga perilaku, perilaku merupakan pokok dari semuanya, karena walupun sudah mempunyai pengetahuan dan kesadaran tapi tidak adanya perilaku itu juga sama saja dengan tidak adanya praktek. Dalam perilaku ini bisa dilihat dari pemberian ASI, makanan bergizi, mengobati jika sakit. Ini semua bisa dilihat tadi bahwa ibu muda commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
mempunyai cara yang berbeda beda, dari pemberian ASI sampai berapa bulan, pengganti setelah ASI itu sangat bervariasi, makanan bergizi ini hampir semua sama bahwa mencakup pada 4 sehat 5 sempurna tapi diberikan jika ibu muda mempunyai uang untuk mencukupi makanan tersebut, serta juga dalam mengobati saat sakit ada yang dibawa ke puskesmas dan ada yang menggunakan obat tradisional dan yang terakir juga bisa dilihat dengan keaktifannya dalam mrngunjungi posyandu setiap satu bulan sekali. Dari pengetahuan, kesadaran dan perilaku tersebut dapat dilihat bahwa keluarga ibu muda ini sangat berpengaruh bagi perilaku yang ada pada ibu muda tersebut. Keluarga merupakan faktor yang paling utama dalam memberikan berbagai contoh dan gambaran sampai bantuan dalam mengasuh anak.
B. PEMBAHASAN Kesehatan anak itu sangat penting untuk dijaga, apalagi anak balita itu sangat rentan dengan sakit. Dengan jaman yang serba modern saat ini yang seharusnya sudah terbebas dari penyakit-penyakit yang tidak selayaknya ada lagi, misalnya terkena gizi buruk, diindonesia ini masih banyak anak-anak yang terkena penyakit tersebut. Tetapi dengan zaman modern ini malah justru bertambahnya penduduk yang kurang mampu atau miskin yang sebagian besar disebabkan karena banyaknya pengangguran dan kurangnya lapangan kerja yang tersedia. Sehingga dalam perkembangan anak tersebut mengalami commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
kemunduran dan kemajuan tergantung denga perilaku orangtuanya dan yang paling utamanya adalah seorang ibu. Ibu disini sangat penting dan banyak dibutuhkan dalam pola asuh anak. Perilaku yang ada pada ibu muda ini juga dipengaruhi oleh lingkungan yang ada, dari pengetahuan, kesadaran dan perilakunya itu sendiri. Pengetahuan itu bisa diperoleh dari orang terdekat ibu muda tersebut, misalnya ibunya atau ibu mertuanya dan juga bisa di dapat dari berbagai pengalaman kerja serta dari tetangganya. Pengetahuan ini bermacam-macam yang diperolehnya dari cara memandikan, menggendong, menyuapi, memakaikan baju serta juga kalau menangis yang bisa disebut pengetahuan dasar yang diperolehnya. Ibu muda disini kebanyakan hanya memperoleh pengetahuan tentang mengasuh anaknya dari orang terdekatnya atau pengalaman kerja dan tetangga karena ibu muda tersebut merasakan kenyamanan memperoleh pengetahuan ini, serta nantinya tidak canggung untuk bertanya lagi. Ibu muda dalam mengasuh anaknya tidak adanya paksaan, mereka mengasuh anaknya dengan kesadaran sendiri karena walaupun masih muda ibu-ibu disini sudah bisa menjadi ibu yang baik untuk anaknya, tapi terkadang masih dengan emosi dalam mengasuh anaknya karena kurang sabar dalam menghadapi anaknya. Tidak hanya pengetahuan dasar yang harus dikuasai ibu muda tetapi juga kesabaran atau ketelatenan dalam menghadapi anak juga perlu diterapkan. Mengasuh anak tidak hanya bisa memandikan, menggendong tapi juga harus memberikan perhatian atau berperilaku lebih jika anaknya sedang sakit, tindakan apa yang harus dilakukan, dengan dibawa kepuskesmas dan diobati commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
sendiri. Tapi ada juga ibu muda tersebut yang memberikan obat tradisonal kalau anaknya sakit. Bermacam-macam dalam memberikan obat jika anaknya menderita sakit. Makanan bergizi itu sangat penting, dimana umur 0-5 tahun itu membutuhkan banyak gizi, bertahap dalam memberikan makanan. Makanan bergizi disini makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna itu menurut buku panduan KIA, tapi ibu muda disini mempunyai asumsi yang bermacam-macam. Bagi ibu muda yang berpenghasilan pas-pasan dalam keluarganya itu sulit dalam mendapatkan makanan bergizi, tidak setiap hari mereka mendapatkannya, hanya kalau disaat mempunyai uang yang lebih bisa memberikan makanan bergizi. Mereka memberi asupan makananm pada anaknya berpedoman dengan yang penting bersih dan anaknya kenyang. Ibu muda yang ada di Desa Pomah ini lebih mengutamakan memberikan ASI karena dilihat dari kualitasnya itu sangat bagus, bahkan waktu memberikan ASI itu juga sangat panjang tidak hanya dalam waktu tiga sampai enam bulan, tetapi lebih dari itu. Kebanyakan kalau hidup didesa itu memang sudah terbiasa jika memberikan ASI sampai lama karena sudah menjadi kebiasaan dari orangtuanya terdahulu sehingga sampai saat ini pun masih kebiasaan dilakukan. Keluarga itu juga berperan penting dalam membentuk perilaku ibu muda mengasuh anaknya, karena keluarga merupakan sumber utama yang nantinya menentukan baik buruknya ibu muda mengasuh anaknya. Seorang ibu kandung atau mertua itu berperan penting dalam membantu ibu muda mengasuh anaknya, tetapi disini suami juga mempunyai peranan penting commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
didalam mengasuh anaknya karena suami juga yang mencukupi kebutuhan ekonomi dalam keluargannya. Dari yang masih satu rumah dengan ibu kandung atau mertuanya dan juga sudah mempunyai rumah sendiri. Para keluarga berusaha membantu dalam mengasuh cucunya. Kebanyakan kelurga ibu muda membantu dalam mengasuh cucunya itu dengan kesadaran sendiri tidak dengan paksaan, karena mereka berfikir bahwa itu juga merupakan kewajiban yang harus dipenuhi. Keluarga ibu muda ini dalam membantu mengasuh juga bermacam-macam, ada yang hanya sebagian saja membantu karena kadang ditinggal bekerja ibu muda jadi dititipin kepada neneknya atau membantu mengasuh pada saat keluarga ibu muda punya waktu saja. Tetapi ada yang sepenuhnya membantu dari bangun tidur hingga tidur lagi hal ini dikarenakan sudah terbiasa dari sejak lahir dan ibu muda ini juga masih sangat bergantung pada keluarganya. Dalam mengasuh anak selain ibu kandung dan ibu mertua ibu muda tersebut juga ada suami. Suami disini berperan sebagai pencari nafkah dan juga ikut mengasuh anaknya, walau gimanapun suami juga ikut menentukan dalam membesarkan anak, bagaimana dan gimana cara membesarkan anak dengan benar. Dan sebagian dari semua ini seorang suami selalu setuju dengan apa yang dilakukan seorang istri untuk membesarkan anaknya agar tumbuh kembang dengan baik. Kalau penulis melihat bahwa adanya kegiatan posyandu yang ada di Desa Pomah ini kurang begitu lengkap atau maju. Posyandu yang diadakan setiap satu bulan sekali ini, hanya menyediakan penimbangan, dan melihat perkembangan balita yang mengikuti kegiatan tersebut. Tidak adanya program commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
untuk memberikan informasi tentang cara mengasuh anak, hanya program itu diberikan
jika
dalam
penimbangan
ada
salah
satu
balita
yang
perkembangannya dibawah rata-rata, dan disitu baru nantinya ditindak lanjuti untuk diberi pengarahan agar segera dibawa ke dokter. Dari semua ini bisa dilihat bahwa masyarakat Desa Pomah pada umumnya dan ibu muda pada kususnya dalam mereka mengasuh anak masih dengan campur tangan keluarganya serta juga masih sebagian menggunakan cara tradisional yang mana hal tersebut dilihat dari cara mengobati jika sakit, dari pengetahuan yang mereka punyai, serta juga dari cara mereka memberi makanan. Ibu muda di Desa Pomah ini belum begitu menunjukkan perilaku mengasuh anaknya yang benar-benar sehat, mereka hanya bergantung pada keuangan atau pendapatan yang dipunyainya karena memang ibu muda ini berada pada lapisan bawah, yang hanya mengandalkan dari pekerjaannya saja untuk makan sehari-hari. Yang mana dalam satu keluarga tidak semua bekerja, hanya salah satunya saja. Penelitian ini didukung dengan teori yang digunakan yaitu teori pertukaran sosial yang mana teori ini bertumpu pada asumsi bahwa orang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran (reward) atau menghindari hukuman (punishment) yang diberikan terhadap tindakan tersebut. Dari hasil penelitian tentang perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak balita ini, bahwa apa yang telah dilakukan oleh ibu muda itu merupakan kemampuan masing-masing yang dipunyai ibu muda dalam mengasuh anaknya. Ibu muda disini telah memberikan kasih sayangnya dalam mengasuh anaknya tanpa adanya paksaan dari berbagai pihak. Agar bisa melihat anaknya tumbuh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
kembang dengan baik tanpa adanya gangguan apapun. Mereka berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya agar berkembang menjadi anak yang sehat. Jadi sama dengan teori pertukaran sosial bahwa orang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman yang diberikan terhadap tindakan tersebut. Telah berusaha sebaik mungkin dalam mengasuh anaknya agar nantinya mereka juga bisa melihat anaknya yang selalu sehat, seperti ibu muda ini memberikan ASI mengontrol asupan makanan yang masuk serta merawat jika anaknya sakit. Mereka melakukan hal tersebut agar dari perilaku yang diberikan dalam mengasuh anaknya tidak mengalami kemunduran dalam perkembangannya, jadi para ibu muda berusaha dengan semampunya mereka. Dalam teori pertukaran sosial ini secara garis besar dapat dikembalikan kepada lima proposisi karena George homans percaya bahwa proses pertukaran ini dapat dijelaskan lewat lima proposisi berikut ini :
1. Proposisi sukses Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh ganjaran maka kian kerap tindakan tersebut dilakukan seseorang. Seperti yang dilakukan ibu muda misalnya didalam mereka memberikan ASI ketika umur 0-2 tahun atau kurang dari dua tahun. Didalam memberikan ASI tersebut para ibu muda tahu bahwa kwalitas ASI sangat bagus untuk pertumbuhan anaknya. Jadi ibu muda selalu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
memberikan ASI pada anaknya karena sudah terlihat dari hasilnya jika diberikan ASI, itu bagus untuk pertumbuhan anak diusia dibawah dua tahun. Dari sini ibu muda harus wajib memberikan ASI untuk memperoleh hasil yang baik dalam mengasuh anaknya dan demi perkembangan anaknya juga. 2. Proposisi stimulus Jika di masa lalu terjadinya stimulus yang khusus, atau seperangkat stimuli merupakan penyebab peristiwa dimana seseorang memperoleh ganjaran, maka stimuli yang mirip pada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan semakin mungkin seseorang melakukan tindakan serupa atau yang agak sama. Hal seperti ini bisa dilihat kebanyakan para ibu muda memperoleh pengetahuan itu dari lingkungan keluarganya. Keluarga mengajarkan tentang pengetahuan yang dulunya sudah pernah digunakan untuk mengasuh
anaknya,
misalnya
dalam
menggendong,
memyuapi,
memandikan dan lain-lain. Karena menurut ibu muda dengan cara yang sudah pernah digunakan salah satu keluarganya dalam mengasuh anaknya juga harus diterapkan didalam diri ibu muda tersebut yang mereka sudah percaya bahwa apa yang telah diajarkan oleh keluarganya itu sangat baik untuk anak-anaknya. Jadi hal tersebut harus digunakan ibu muda dalam mengasuh anaknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
3. Proposisi nilai Semakin tinggi nilai tindakan, maka kian senang seseorang melakukan tindakan itu. Dengan kata lain bahwa ada salah satu ibu muda jika anaknya menderita sakit, tidak langsung mereka membawanya ke puskesmas terdekat, tapi ibu muda tersebut memberikan obat tradisional untuk mengobati anaknya yang sakit tersebut, hal ini sudah menjadi kebiasaan dalam perilaku ibu muda. Kalau dengan obat tradisonal yang diberikan langsung sembuh maka anak tersebut tidak perlu dibawa ke puskesmas. Dari perilaku tersebut telah menjadi kebiasaan ibu muda ini, dia akan selalu melakukan hal seperti itu sudah karena telah melihat hasil yang sangat baik. 4. Proposisi Deprivasi – Satiasi Semakin sering di masa yang baru berlalu seseorang menerima suatu ganjaran tertentu, maka semakin kurang nilai dari suatu tindakan bagi orang tersebut. Hal ini bisa dilihat dari apa yang telah dilakukan oleh keluarga ibu muda dalam membantu mengasuh anaknya ibu muda ini. Ada sebagian keluarga ibu muda ini membantu sepenuhnya dalam mengasuh anaknya, dengan alasan membantu dalam mengasuh cucu karena kasihan ibunya mengasuh sendiri. Hal tersebut malah bisa menjadikan ibu muda terlalu keenakan karena dalam mengasuh anaknya, dia dibantu sepenuhnya dan tidak bisa melatih ibu muda tersebut menjadi mandiri. Hanya bisa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
bergantung pada keluarganya saja. Jadi semakin sering ibu muda dibantu dalam mengasuh anaknya maka semakin tidak berguna pengetahuan yang sudah didapat untuk mengasuh anaknya karena ibu muda tersebut masih bergantung pada keluarganya.
5. Proposisi Restu – Agresi Bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran yang diharapkannya, atau menerima hukuman yang tidak diinginkan, maka dia akan marah, dia akan cenderung menunjukkan perilaku yang agresif, dan hasil dari perilaku yang demikian menjadi lebih bernilai baginya. Dalam mengasuh anak itu tidak hanya mempunyai bekal pengetahuan dasar saja tapi ibu muda ini juga harus mempunyai kesabaran yang lebih dalam mengasuh anaknya dan bisa memahami tingkah laku anaknya. Karena anak itu sangat bermacam-macam tingkahnya dan ibu muda harus bisa memahami. Tapi ibu muda masih menggunakan emosi dalam mengasuh anaknya, jika anaknya rewel dan ibu muda tidak bisa mengatasinya biasanya ibu muda tersebut emosi karena merasa jengkel. Dari situ bisa dilihat bahwa tidak semuanya ibu muda mempunyai rasa sabar karena kesabaran itu sangat sulit diwujudkan. Bilamana
tindakan
seseorang
memperoleh
ganjaran
yang
diharapkannya, khusus ganjaran yang lebih besar dari yang dikiranya, atau tidak memperoleh hukuman yang diharapkannya, maka dia akan merasa senang,
dia
akan
lebih mungkin melaksanakan commit to user
perilaku
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
disenanginya, dan hasil dari perilaku yang demikian akan menjadi lebih bernilai baginya. Didalam kegiatan posyandu yang diadakan setiap satu bulan sekali, biasanya ibu muda datang keposyandu itu hanya untuk mengetahui perkembangan anaknya, berkembang dengan baik atau malah memburuk, itu semua juga tergantung pada cara dari ibu muda mengasuh anaknya. Tapi kalau ibu muda tersebut melihat bahwa anaknya berkembang dengan baik, maka ibu muda akan merasa senang karena tidak sia-sia dari apa yang telah diberikan kepada anaknya mendapatkan hasil yang baik, dari situ ibu muda akan selalu senang membawa anaknya ke posyandu setiap bulan untuk mengetahui perkembangan anaknya tersebut. Dari keterangan proposisi diatas bisa juga dilihat dengan perilaku ibu muda dalam mengasuh anaknya. Proposisi tersebut menggambarkan tindakan perilaku yang ada dalam diri ibu muda dan keluarganya. Serta juga dari temuan dilapangan itu menguatkan teori pertukaran sosial bahwa suatu tindakan atau perilaku itu untuk memperoleh ganjaran dan menghindari hukuman. Kenyataan yang ada ibu muda berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya agar berkembang sehat serta tidak adanya kekurangan, walaupun mereka berada pada ekonomi yang pas-pasan. Tetapi juga masih ada salah satu ibu muda yang tidak bisa menghindari hukuman tersebut karena perilaku yang telah diterapkannya. Dari proposisi-proposisi diatas sudah menggambarkan bahwa perilaku ibu muda ini bisa berlangsung dengan baik karena lingkungan yang ada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
disekitarnya, ibu muda tidak bisa melakukan itu dengan kemanpuan atau pengetahuan yang mereka dapat, tapi juga harus mempelajari dari lingkungan sekitar. Selain teori pertukaran sosial juga digunakannya teori sosiologi perilaku yang memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor. Di gambarkan pada perilaku yang telah di terapkan pada ibu muda dalam mengasuh anaknya, dengan cara apapun mereka mengasuh anaknya pasti ada akibat dari itu semua. Misalnya jika ibu muda tersebut selalu belajar untuk membesarkan anaknya dan tidak semua bergantung pada keluarganya maka hasilnya pasti juga akan baik, selain itu juga perilaku yang diberikan kepada anaknya itu sesuai dengan kemampuan dan tidak adanya paksaan itu juga pasti hasilnya memuaskan. Semua hasil baik dan buruk itu juga tergantung dari perialku yang diberikan kepada anaknya. Selain gambaran diatas juga ada salah satu yang ditemukan dalam penelitian yaitu ketika didalam kegiatan posyandu tidak adanya program tentang pengetahuan mengasuh anaknya dari situ juga berdampak bagi ibu muda yang mana hanya memperoleh pengetahuan dari keluarga dan lingkungan sekitar saja. Seharusnya pemerintah juga mempunyai program untuk bisa memajukan posyandu yang ada di desa ini, karena untuk para ibu muda yang kurang mampu ini sangat sulit memperoleh pengetahuan selain dari keluarga dan lingkungan sekitar. Yang mana posyandu ini juga sangat berperan dalam memajukan para ibu muda yang berada dalam ekonomi commit to user kurang. Hanya dari pemerintah yang bisa mereka dapatkan program
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
karena bersifat gratis. Kalau para ibu muda ini harus mengeluarkan biaya hanya untuk mendapatkan pengetahuan mereka tidak akan mampu. Di dalam menjaga kesehatan anaknya selain juga dilihat dari cara mengasuhnya juga harus didukung dengan materi yang ada. Karena sekarang ini tidaklah murah untuk membiayai anak, perlu biaya yang sangat banyak. Maka dari situ para ibu muda yang ada pada lapisan bawah ini harus bisa mengatur kebutuhan di dalam keluarganya. Perilaku ini bisa diwujudkan menjadi baik dan berdampak lebih baik lagi jika ibu muda tersebut berusaha dengan sungguh-sungguh memberikan yang terbaik dalam mengasuh anaknya. Seperti yang ada dalam teori sosiologi perilaku tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP
Dalam BAB IV ini, peneliti menarik kesimpulan berdasarkan hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan, dokumentasi serta analisa data dan informasi yang telah dilakukan. Selain itu penulis akan memaparkan beberapa implikasi dan saran yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yaitu perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak (balita) pada lapisan bawah Desa Pomah, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten.
A. KESIMPULAN Pada masa balita juga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sehingga anak mudah sakit dan terjadi kekurangan gizi. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan modal serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Sehingga setiap penyimpangan sekecil apapun apabila tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari. Dari hal ini bisa dilihat bahwa anak bisa tumbuh kembang dengan baik itu hanya tergantung pada cara mengasuhnya. Balita ini sangat membutuhkan kasih commit to user
124
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
sayang yang lebih dari kedua orangtuanya, dan yang paling utama seorang ibu. Seorang ibu muda khususnya dalam mengasuh anak belum begitu memahami semua tentang tingkah laku anaknya, karena ibu muda tersebut masih banyak belajar dari lingkungan sekitar. Dalam adanya perilaku dalam mengasuh anak itu juga ada tahapan-tahapan tersendiri yang mana itu bisa menjadi pedoman bagi para ibu, adanya pengetahuan, kesadaran dan perilaku itu sendiri. Pengetahuan disini bisa dari lingkungan keluarga dan juga dari pengalaman kerja, biasanya ibu muda itu mendapatkan pengetahuan tentang mengasuh anak hanya dasarnya saja seperti memandikan, menyuapi, menngendong, memakaikan baju dan lain-lain. Itupun mereka dapat dari keluarga dekat seperi ibunya atau mertuanya. Ibu muda disini merasa nyaman jika mereka mendapatkan pengetahuan dari keluarga sendiri, karena tidak canggung untuk bertanya yang lebih banyak lagi. Serta juga mereka mendapatkan pengetahuan dari penga laman kerja yang dulunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Selain pengetahuan itu juga adanya kesadaran yang ada dalam mengasuh anaknya, para ibu muda di sini dalam mengasuh anaknya sudah tidak ada paksaan lagi, semua dengan kesadaran sendiri karena mereka sudah pada mengerti jika menjadi seorang ibu itu mempunyai kewajiban untuk mengasuh anaknya dengan baik. Walaupun ada salah satu ibu muda yang berumur dibawah 20 tahun saat berkeluarga tetapi setelah mempunyai anak mereka bisa dewasa karena tuntutan menjadi seorang ibu harus bisa belajar mandiri dari sebelumnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
Sedangkan dengan perilakunya sendiri ibu muda itu mempraktekkan dari pengetahun yang didapat dalam mengasuh anaknya. Perilaku disini tidak hanya dengan pengetahuan dasarnya saja yang diterapkan tapi juga harus bisa lebih mendalami dan memahami dalam mengasuh anaknya. Dalam pemberian ASI, karena ASI sangat penting untuk pertumbuhan balita, serta juga manfaatnya sangat banyak. Ibu muda ini memberi ASI paling sedikit sampai umur 9 bulan dan paling lama umur 2 tahun. Karena mereka mempunyai alasan tersendiri, dan sebagai pengganti ASI ibu muda juga harus berfikir lebih jauh lagi serta tidak sembarangan dalam memilihnya. Tetapi disini ibu muda memilih menggatikan ASI dengan susu formula, dan ada juga yang hanya dengan air putih atau teh, karena di samping tuntutan ekonomi yang tidak bisa membeli susu juga anak tersebut tidak menyukai susu formula itu. Jika anak sakit, ibu muda harus tau tindakan apa yang harus dilakukan. Seperti ibu-ibu yang lain kalau anaknya sakit pasti juga langsung di beri obat, bisa dari warung, puskesmas. Tapi ibu muda disini ada yang memberi obat tradisional kalau anaknya sedang sakit, karena itu sudah turun temurun dari neneknya. Dan hasilnya pun biasanya juga bisa sembuh. Ibu muda mempunyai cara tersendiri untuk menyembuhkan anaknya dari sakit. Agar tidak mudah sakit ibu muda juga menjaga asupan makanan pada anaknya, yang mana harus dengan makanan yang bergizi dan bisa mencangkup 4 sehat 5 sempurna. Selain dari makanan, ASI, ibu muda harus menjalankan imunisasi untuk anaknya yang ada pada posyandu di tempatnya. Dilakukan setiap satu bulan sekali, serta selain untuk iminisasi juga penimbangan dan pemeriksaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
yang lainnya. Agar nantinya para ibu muda mengetahui perkembangan anaknya. Keluarga, itu sangat berperan penting dalam membantu mengasuh anak ibu muda ini. Ibu kandung atau ibu mertua itu yang berperan penting dalam mengasuh anaknya. karena ibu muda ini mendapatkan pengetahuan juga dari mereka. Biasanya tanpa ada yang menyuruh ke dua ibu tersebut sudah membantu dengan sendirinya. Membantu secara langsung dan sepenuhnya terkadang juga ada yang membantu hanya sebagian saja. Keluarga disini sangat antusias sekali dalam membantu ibu muda untuk mengasuh anaknya, karena mereka merasa senang. Sebagian keluarga menilai bahwa ibu muda ini sudah bisa mengasuh anaknya dengan baik, tapi harusnya ibu muda lebih sabar lagi dalam menghadapi anaknya. Posyandu, merupakan salah satu wadah masyarakat untuk bisa mengetahui kesehatan anak di bawah umur lima tahun. Yang mana dalam kegiatan ini tidak dipungut biaya, agar nantinya warga yang kurang mampu juga bisa melihat perkembangan anaknya dari umur 0-5 tahun. Kegiatan ini satu bulan sekali diadakan, hanya saja dalam posyandu ini tidak mempunyai program yang khusus untuk para ibu muda mengembangkan ilmu dalam mengasuh anaknya. Di dalam posyandu itu ibu muda selain imunisasi anaknya juga menimbang, mengukur lingkar kepala, pemberian vitamin serta pencatatan buku KIA itu dan juga diberikan makanan tambahan secara geratis untuk anaknya. Program hanya diberikan kepada ibu muda yang anaknya mengalami penurunan dalam pertumbuhannya, supaya segera di tindak lanjuti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
dalam penanganannya segera di bawa ke dokter. Jadi tidak adanya program yang lain karena terbatasnya biaya yang ada.
B. IMPLIKASI 1. Implikasi Teoritis Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma perilaku sosial. Paradigma ini memusatkan perhatiaannya kepada hubungan antar individu dan lingkungannya. Secara singkat pokok persoalan dalam sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. Dalam pola asuh kesehatan anak ini ibu muda itu masih membutuhkan bantuan dari lingkungan sekitar, selain memberi pengetahuan tentang mengasuh anaknya, tetapi juga membantu dalam mengasuh anaknya dari lahir sampai sekarang, karena itu sudah menjadi kewajiban bagi keluraganya dan itu juga menjadi kebiasaan dalam keluarganya. Hidup di desa sangat berbeda jauh dengan di kota, masih membutuhkan satu sama lain sampai orang yang membantu tersebut tidak mempedulikan dirinya sendiri. Dengan pengetahuan yang diberikan kepada ibu muda tersebut lama kelamaan akan merubah tingkah laku yang ada di dalam ibu muda ini. Karena menjadi seorang ibu itu juga melatih agar menjadi lebih dewasa dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
sebelumnya. Jadi pastinya tingkah laku akan berubah sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada. Dan juga pendekatan yang digunakan adalah dengan teori pertukaran sosial yaitu bertumpu pada asumsi bahwa orang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran atau menhindari hukuman. Melalui konsep pertukaran sosial ini, maka perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak ini mereka berusaha memberikan yang terbaik untuk perkembangan anaknya agar nantinya ibu muda juga mendapatkan hasil yang baik juga, dengan anaknya sehat serta berkembang dengan normal. Tetapi juga harus adanya pengorbanan dari ibu muda ini, karena mengasuh anak itu tidaklah mudah, harus bisa melatih kesabaran dan benar-benar memahami anaknya, supaya mendapatkan hasil yang baik dan sesuai yang diharapkannya. Dan dalam teori ini secara garis besarnya dapat dikembalikan kepada lima proposisi yang ada didalamnya. Selain teori pertukaran dalam paradigma perilaku sosial adalah teori sosiologi perilaku yang memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor. Yang mana tingkah laku-tingkah laku yang terjadi tersebut melalui akibatakibat yang mengikutinya kemudian. Dalam perilaku pola asuh kesehatan anak ini tergantung dari latar belakang orangtuan atau seorang ibu mengasuh anaknya. Jika menanamkan yang baik maka hasilnya juga akan baik. Sebagian ibu muda dalam mengasuh anaknya yang melatar belakangi adalah dari lingkungan sekitar, seperti keluaraga dekatnya. Biasanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
mereka yang selalu memberikan bantuan yang lebih dalam mengasuh anak. Karena merasa bahwa yang lebih dekat, jadi perhatiannya dipusatkan kepadanya. Keluarga memberikan pengetahuan itu pasti juga berasal dari pengalaman yang sudah pernah mereka alami sebelumnya. Dengan begitu ibu muda akan mengikutinya apa yang telah di ajarkannya, karena ibu muda lebih nyaman jika pengetahuan tersebut dari keluarga sendiri tidak dari orang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik buruknya dalam mengasuh anak itu tergantung dengan seorang ibu yang merawatnya. Serta juga sedikit banyaknya ibu muda mendapatkan pengetahuan juga dari banyaknya pengalaman dari masing-masing individu. Ibu muda di sini sebagian bisa dikatakan masih termasuk ibu muda yang selalu bergantung kepada keluarganya belum begitu mandiri karena mungkin dengan umurnya yang masih muda mereka belum begitu bisa memahami semuanya. Hanya saja mereka masih belajar dari pengalaman yang ada.
2. Implikasi Empiris Pada dasarnya perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak (balita) itu ada tahap-tahapan seperti berikut ini : a. Pengetahuan Pengetahuan bisa di dapatkan dari lingkungan keluarga atau dari pengalaman kerja. Dari orangtua seorang ibu atau dari ibu mertuanya yang sudah banyak mempunyai pengetahuan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
mengasuh anak. Sebagian mereka mendapatkan pengetahuan dasar yang berupa cara-cara memandikan, menggendong, menyuapi dan memakaikan pakaian selebihnya itu mereka belajar sendiri sambil berjalan. Ibu muda merasa lebih nyaman dalam mendapatkan pengetahuan dari keluarga karena tidak sungkan apabila bertanya lebih banyak lagi tentang pengetahuan ini. Tetapi ada seorang ibu muda itu harus bisa menanamkan kesabaran di dalam mengasuh anaknya. Selain pengetahuan dasar tersebut, rasa sabar itu harus ditanamkan dalam mengasuh anaknya, karena memahami anak itu lebih sulit dari pada menerima pengetahuan yang ada. b. Kesadaran Mengasuh anak tidak hanya pengetahuan yang diutamakan tapi juga kesadaran tidak boleh di kesampingkan karena nantinya percuma kalau para ibu muda tidak mempunyai rasa kesadaran dalam mengasuh anaknya akan mendapatkan hasil yang kurang baik. Ibu muda dalam penelitian ini, mereka tidak lagi dengan paksaan dalam mengasuh anaknya karena sudah dengan kesadaran sendiri. Sudah bisa membandingkan mana yang harus segera dikerjakan dan mana yang tidak. Sedikit demi sedikit mereka sudah bisa berfikir dewasa dalam menjalankan apapun itu yang berhubungan dengan anaknya, tapi juga perlunya mereka harus melatih kesabaran yang ada. Sebisa mungkin mereka berusaha untuk bisa mengasuh anaknya walaupun juga masih membutuhkan bantuan dari keluarga yang lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
c. Perilaku Setelah adanya pengetahuan, kesadaran kemudian juga adanya perilaku yang ada dalam mengasuh anaknya. Tidak hanya pengetahuan dasar yang diterapkan tapi juga perilaku yang lain seperti pemberian ASI, makanan bergizi, jika anak sakit serta kegiatan posyandu yang ada. ASI itu biasanya diberikan dari umur 0-2 tahun, tapi ada juga yang hanya sampai umur 9 bulan atau kurang dari dua tahun sudah dikahiri, semua ibu mempunya alasan masing-masing didalamnya. Karena kita tahu bahwa ASI itu mempunyai kualitas yang baik untuk perkembangan anak, maka sebisa mungkin kita memberikan ASI yang cukup untuk anak. Setelah ASI, ibu muda juga harus memikirkan pengganti yang tepat untuk anaknya itupun juga harus disesuaikan dengan kemampuan ekonominya masing-masing. Tidak semua anak itu menyukai susu formula hanya sebagian saja ibu muda memberikan susu formula sebagai pengganti ASI. Dan yang lainnya hanya diberikan air putih atau teh saja. Selain ASI juga makanan bergizi itu menunjang bagi kesehatan anak, tanpa ada tambahan makanan anak tidak bisa tumbuh kembang dengan cepat. Makanan bergizi tidak hanya yang membuat kenyang atau mahal, tapi makanan bergizi yang mengandung 4 sehat 5 sempurna yang ada. Tapi bagi ibu muda sedikit kesulitan dalam mendapatkan makanan yang benar-benar mencangkup itu semua. Hanya kadang-kadang saja mereka bisa memberikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
makananan seperti itu kepada anaknya karena keterbatasan ekonomi yang ada. Jika anak menderita sakit, maka seorang ibu pasti akan segera memgantarkan anaknya berobat agar cepat sembuh. Biasanya di bawa ke puskesmas terdekat atau hanya di belikan obat yang ada di warungwarung itu jika sakita anaknya tidak begitu parah. Tapi ada juga disini ibu muda yang selalu mengasih obat tradisional jika anaknya sakit, mereka melakukan itu karena terkadang ibu muda ini tidak mempunyai biaya untuk membawanya ke puskesmas dan hal itu juga sudah merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh ibu muda tersebut. Untuk mengetahui perkembangan anaknya ibu muda rajin mendatangi kegiatan posyandu yang diadakan setiap satu bulan sekali. Agar ibu muda bisa mengetahui perkembangan anaknya setiap bulanya serta juga bisa melakukan imunisasi dan pemberian vitamin secara rutin. Dalam posyandu ini tidak adanya program khusus yang diberikan kepada ibu muda, program itu hanya diberikan kepada ibu muda jika ada salah satu anaknya yang tumbuh kembangnya terhambat harus segera
ditindak
lanjuti
sehingga
para
kader
posyandu
itu
meberitahukan kepada para ibu muda tersebut. Ibu muda tidak hanya sendiri dalam mengasuh anaknya, mereka masih membutuhkan keluaraga untuk membantu mengasuh anaknya. Karena ada salah satu ibu muda yang bekerja jadi harus ada yang membantu mengasuh anaknya. Dalam membantu mengasuh ini, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
dengan kesadaran sendiri tanpa adanya paksaan, karena menurut mereka sudah menjadi kewajiban untuk membantunya. Cara keluarga yang membantu dalam mengasuh anaknya itu ada yang sepenuhnya misalnya dari anak bangun tidur sampai tidur lagi ikut dalam mengasuhnya, itu sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga mereka, tapi ada juga yang sebagian saja membantu, untuk menggantikannya mengasuh jika di tinggal pergi.
3. Implikasi Metodologis Penelitian yang telah dilaksanakan ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini lebih menekankan pada suatu analisis gambaran tentang kondisi realitas yang ada. Dengan metode deskriptif kualitatif peneliti lebih mungkin untuk mendiskripsikan tentang perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak (balita) pada lapisan bawah Desa Pomah, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten. Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah informan di lokasi penelitian, serta dokumen dan arsip. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan wawancara, pengamatan (observasi), dan dokumentasi, sedangkan teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah teknik purposive sampling (teknik sampel bertujuan) yang didasarkan pada informan inti dan informan pendukung dalam penelitian ini dengan jumlah 6 informan inti yaitu ibu muda, 6 informan pendukung yaitu ibu kandung dan ibu mertua dari ibu muda, serta 3 informan pendukung yang terdiri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
dari 1 bidan desa dan 2 kader posyandu. Kesulitan – kesulitan yang dialami dalam proses pengambilan data lebih disebabkan oleh kendala yang bersifat teknis yang berkaitan dengan waktu yang disepakati untuk menentukan wawancara dilakukan, kesediaan dan keterbukaan pelaku. Kesulitan – kesulitan seperti itu akhirnya dapat dilalui sehingga terkumpul data – data penelitian yang cukup bervariasi dan kaya akan informasi. Kemudian data yang terkumpul tersebut agar memiliki validitas data maka penulis menggunakan trianggulasi sumber. Teknik analisa data diawali dengan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan dilapangan selalu berkembang, oleh karena itu penulis menggunakan tingkatan dan menyeleksi data yang diperoleh dilapangan dan diikuti oleh penyusunan data yang berupa uraian – uraian secara sistematis. Setelah pengumpulan data berakhir, kemudian penulis menarik kesimpulan dengan verifikasinya berdasarkan semua informasi yang ada dalam reduksi data dan sajian data.
C. SARAN Sebagai penutup dalam penelitian ini penulis mengajukan beberapa saran yang bisa dipertimbangkan dan ditindaklanjuti. 1. Untuk Ibu Muda Desa Pomah a. Bagi para ibu muda harus mengembangkan pengetahuannya yang ada tidak hanya dari keluarga maupun pengalaman kerja tetapi juga dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
media lain, agar bisa lebih mengerti tentang pengetahuan yang lain dan memahami dalam mengasuh anaknya. b. Menjaga kebersihan lingkungan dari tempat untuk bermain, tempat makannya dan juga dari makannanya. c. Lebih
mandiri
dalam
mengasuh
anak
agar
tidak
selalu
menggantungkan terhadap keluarganya. d. Rajin datang ke posyandu agar mengerti perkembangan anaknya dan rutin dalam pemberian vitamin dan imunisasinya. 2. Untuk Keluarga Ibu Muda a. Jangan hanya memberikan pengetahuan dasar saja kepada ibu muda dalam mengasuh anaknya tapi lebih untuk memahami seorang anak karena selain pengetahuan ibu muda juga harus bisa mengetahui sifat dari anaknya tersebut. b. Jangan membantu sepenuhnya dalam mengasuh anak ibu muda , karena akan menyebabkan ibu muda selalu bergantung pada keluarga serta tidak bisa mandiri. c. Selalu mengingatkan jika ibu muda dalam mengasuh anaknya ada yang kurang pas, misalnya kebiasaan dari ibu muda dalam menangani anaknya yang kurang sabar. d. Lebih bisa bersabar lagi dalam menghadapi anaknya serta lebih memperhatikan lagi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
3. Untuk Bidan dan Kader Posyandu a. Bidan : ikut serta memperhatikan dan meninjau perkembangan kegiatan posyandu. Menyediakan pelayanan kesehatan yang lebih komplek dengan peralatan yang modern. b. Lebih mengoptimalkan kinerja kader posyandu agar kesehatan anak meningkat dan mengatasi gizi buruk bagi anak balita. c. Ditambahnya program tentang pengetahuan mengasuh anak secara langsung.
commit to user