1 POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU
Chintya Nurul Aidina¹, Zulhaida Lubis², Fitri Ardiani² ¹Mahasiswi Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU ²Dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155 Email:
[email protected]
ABSTRACT Food patterns of under five years old in poor families consume staple food such as rice, side dishes, vegetables and fruits are very limited. This study aimed to determine food patterns, nutrition adequacy and nutritional status of children in poor families. The research was a descriptive survey, cross-sectional design. Sample in this study consisted of 65 children taken from 196 children. Respondents in this study were mothers of children under five. Collecting data on family characteristics obtained through interviews using a questionnaire, toddler food consumption data obtained through food recall and food frequency data using scales weight toddlers underfoot and data using microtoise toddler height. The results showed that the diet of children under five according to the type of food consumed staple is rice, side dishes are consumed eggs, and tempeh, vegetables are often consumed are spinach, and fruits consumed is papaya. Generally good level of energy consumption by 53,8%, good protein consumption level of 100%, and the rate of consumption of good fats 46,2%. Nutritional status (BB/U) are good at 92,3%, nutritional status (TB/U) are normal at 66,2% and nutritional status (BB/TB) are normal at 92,3%. Suggestions of this study was to local health officials are expected to focus more on education, especially for mothers of children under five in improving nutrition in particular on the provision of food within the household level which is very important to support improved nutrition of children under five. Keywords: food pattern, nutrition adequacy, nutritional status, children under five years old, poor families PENDAHULUAN Pola makan balita secara umum hampir sama dengan pola makan keluarga. Hanya saja pola makan yang baik untuk anak yaitu dengan memperhatikan kebutuhan gizi anak dan sesuai dengan jadwal usianya. Pada usia balita (1-5 tahun), sudah dapat dikenalkan dengan makanan rumah atau makanan keluarga dengan variasi makanan yang lebih beragam dengan mengolah makanan yang memenuhi standar gizi seimbang dengan pilihan menu yang bervariasi sehingga anak tidak cepat bosan (Adriani, 2014). Ditinjau dari sudut pendistribusian makanan, sebagian rumah tangga cenderung
untuk memprioritaskan suami daripada anggota rumah tangga lainnya. Suami biasanya dianggap yang paling berkuasa maka dari itu diberikan keistimewaan dalam banyak hal, termasuk hal khusus untuk mendapat bagian makanan yang paling baik dan paling banyak. Menurut Sediaoetama (2008) anak-anak, terutama balita harus diberikan jatah utama dalam distribusi makanan rumah tangga karena anak-anak sedang dalam proses pertumbuhan yang sangat pesat sehingga memerlukan zat-zat makanan yang relatif lebih banyak dengan kualitas yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian Realita (2010) mengenai hubungan antara pola makan
2 dengan pertumbuhan balita yang menjelaskan bahwa konsumsi makanan atau dalam pola pemberian makan yang baik berpengaruh terhadap status gizi dan pertumbuhan balita. Status gizi baik bila tubuh memperoleh asupan gizi yang baik, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik dan kesehatan secara umum pada keadaan umum sebaik mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan zat gizi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa prevalensi kurus dan sangat kurus (wasting) berdasarkan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) pada anak balita berjumlah 12,1% menurun dari 13,3% pada tahun 2010. Angka kejadian gizi buruk pada tahun 2008 yang mendapat perawatan sebanyak 41.064 kasus, dan pada tahun 2009 sebanyak 56.941 kasus. Prevalensi anak pendek secara nasional tahun 2013 adalah 37,2% meningkat dibandingkan tahun 2010 yang berjumlah 35,6% dan 2007 berjumlah 36,8%. Prevalensi tersebut terdiri dari 18,0% sangat pendek dan 19,2% pendek. Secara nasional, prevalensi gizi kurang pada balita mengalami perubahan yang fluktuatif dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 yaitu jumlah gizi kurang dan gizi buruk mencapai 18,4% kemudian mengalami kenaikan menjadi 19,6% (Riskesdas 2013). Berdasarkan hasil survei pendahuluan, pola makan balita pada keluarga miskin hanya mengonsumsi makanan pokok berupa nasi dengan lauk pauk. Lauk pauk yang biasa dikonsumsi adalah tahu, tempe, ikan, dan telur. Sementara itu, daging sangat jarang dikonsumsi karena harganya relatif mahal. Konsumsi sayur dan buah juga masih sangat terbatas. Frekuensi makan balita tersebut hanya 2 kali dalam sehari. Kelurahan Kenangan Baru di Perumnas Mandala adalah salah satu kelurahan dengan penduduk miskin. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pedagang, yaitu membuka kedai kecil, sebagai supir angkot dan tukang becak dengan rentang penghasilan antara Rp 500.000 - Rp 1.800.000 untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penghasilan yang rendah dikhawatirkan dapat mempengaruhi ketersediaan pangan anak
sehingga memungkinkan konsumsi pangan dan gizi anak rendah. Tingkat penghasilan juga menentukan jenis pangan yang akan dibeli. Indikator dari keluarga miskin di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala adalah keluarga tersebut mendapat bantuan seperti beras miskin (raskin), dan keluarga miskin yang memiliki balita diberikan bantuan dari Puskesmas yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa biskuit, susu dan beras jimpitan. Berdasarkan data dari Kelurahan Kenangan Baru tahun 2014 di Perumnas Mandala menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin sebanyak 2.640 orang dan sebesar 196 orang (5,3%) diantara penduduk miskin tersebut memiliki balita. Masalah gizi kurang berdasarkan BB/U juga terdapat di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan Baru sebanyak 20 orang. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah crossectional. Lokasi penelitian ini di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan Baru, dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Agustus 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita dari keluarga miskin di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan Baru. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu sebanyak 65 balita. Pengolahan data meliputi analisis deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk tabel tabulasi silang dan tabel distribusi frekuensi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Kelurahan Kenangan Baru Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner, gambaran umum Kelurahan Kenangan Baru di Perumnas Mandala menurut karakteristik keluarga ditampilkan pada tabel 1 sebagai berikut:
3 Tabel 1.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Distribusi Karakteristik Keluarga di Kelurahan Kenangan Baru
Karakteristik Keluarga Umur 1. 21-25 tahun 2. 26-30 tahun 3. 31-35 tahun 4. 36-40 tahun Jumlah Jumlah Anggota Keluarga 1. 3-4 orang 2. 5-6 orang 3. ≥ 7 orang Jumlah Agama 1. Islam 2. Protestan 3. Khatolik Jumlah Pendidikan 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. D3/S1 Jumlah Pekerjaan 1. Pedagang 2. Tukang Becak 3. Supir Angkot 4. Buruh 5. IRT Jumlah
Ayah %
n
n
Ibu %
0 23 30 12 65
0 35,4 46,2 18,5 100,0
6 36 18 5 65
9,2 55,4 27,7 7,7 100,0
40 23 2 65
61,5 35,4 3,1 100,0
40 23 2 65
61,5 35,4 3,1 100,0
42 20 3 65
64,6 30,8 4,6 100,0
42 20 3 65
64,6 30,8 4,6 100,0
3 26 29 7 65
4,6 40,0 44,6 10,8 100,0
16 28 21 0 65
24,6 43,1 32,2 0 100,0
42 7 14 2 0 65
64,6 10,8 21,5 3,1 0 100,0
2 0 0 7 56 65
3,1 0 0 10,8 86,2 100,0
pendidikan SMP sebesar 43,1%. Mayoritas pekerjaan ayah adalah sebagai pedagang sebesar 64,6%, dan pekerjaan ibu sebagian besar adalah sebagai ibu rumah tangga sebesar 86,2%. Tabel 2.
No. 1.
2.
Karakteristik Balita Umur Balita 1. 24 – 36 bulan 2. 37 – 60 bulan Jumlah Jenis Kelamin 1. Laki – Laki 2. Perempuan Jumlah
n
%
30 35 65
46,2 53,8 100,0
30 35 65
46,2 53,8 100,0
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa umur balita pada 24 – 36 bulan sebesar 46,2% dan umur balita pada 37 – 60 bulan adalah 53,8%. Jenis kelamin laki-laki sebesar 46,2% dan jenis kelamin perempuan sebesar 53,8%. 2. Pola Makan Balita Pola makan yang baik mengandung makanan pokok, lauk-pauk, buah-buahan dan sayur-sayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Tabel 3.
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar umur ayah pada 31 – 35 tahun sebesar 46,2%, dan ibu pada umur 26 – 30 tahun sebesar 55,4%. Jumlah anggota keluarga terbanyak yaitu antara 3 – 4 orang sebesar 61,5%. Mayoritas agama yang dianut yaitu agama islam sebesar 64,6%. Tingkat pendidikan terakhir ayah sebagian besar pada pendidikan SMA sebesar 44,6%, dan tingkat pendidikan terakhir ibu sebagian besar pada
Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Kenangan Baru
No. 1. 2.
Distribusi Pola Makan Balita di Kelurahan Kenangan Baru Pola Makan Lengkap Tidak Lengkap Jumlah
n 28 37 65
% 43,1 56,9 100,0
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa pola makan lengkap sebesar 43,1% dan pola makan tidak lengkap sebesar 56,9%.
4 Tabel 4.
Distribusi Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Balita di Kelurahan Kenangan Baru
Jenis Makanan Makanan Sumber Energi Nasi Makanan Sumber Protein Ikan Daging Ayam Daging Sapi Telur Tahu Tempe Sayur-Sayuran Bayam Tauge Kol/Wortel/Buncis Kentang Kacang Panjang Daun Ubi Kangkung Buah-Buahan Pisang Pepaya Jeruk Rambutan Buah-buahan lain Susu Jajanan Kerupuk Biskuit/Roti Chiki dan lain-lain
1-3 x/hr n %
Frekuensi 4-6 x/mgg 1-3 x/mgg n % N %
1 x/bulan n %
n
%
65
100
0
0
0
0
0
0
65
100
6 5 0 8 5 7
9,23 7,69 0 12,30 7,69 10,76
34 24 5 48 36 42
52,30 36,92 7,69 73,84 55,38 64,61
25 28 18 9 24 16
38,46 43,07 27,69 13,84 36,92 24,61
0 8 42 0 0 0
0 12,30 64,61 0 0 0
65 65 65 65 65 65
100 100 100 100 100 100
10 4 3 3 4 7 10
15,38 6,15 4,61 4,61 6,15 10,76 15,38
17 23 28 23 27 22 16
26,15 35,38 43,07 35,38 41,53 33,84 24,61
38 38 29 31 31 33 38
58,46 58,46 44,61 47,69 47,69 50,76 58,46
0 0 5 8 3 3 1
0 0 7,69 12,30 4,61 4,61 1,53
65 65 65 65 65 65 65
100 100 100 100 100 100 100
4 5 1 0 3 32
6,15 7,69 1,53 0 4,61 49,23
36 22 8 5 12 21
55,38 33,84 12,30 7,69 18,46 32,30
25 23 18 29 28 12
38,46 35,38 27,69 44,61 43,07 18,46
0 15 38 31 22 0
0 23,07 58,46 47,69 33,84 0
65 65 65 65 65 65
100 100 100 100 100 100
2 5 4
3,07 16,92 6,15
9 15 15
13,84 23,07 23,07
40 30 38
61,53 46,15 58,46
14 15 8
21,53 21,53 12,30
65 65 65
100 100 100
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar pangan sumber karbohidrat yang dikonsumsi balita adalah nasi dengan frekuensi 1-3x/hari sebesar 100%. Konsumsi sumber protein dari pangan hewani balita pada umumnya adalah telur dengan frekuensi 4-6x/mgg sebesar 73,84%, dan sebagian kecil balita mengonsumsi daging sapi sebesar 64,61% dengan frekuensi 1x/bulan. Hal ini diasumsikan karena mahalnya harga daging sehingga keluarga kurang mampu untuk membeli daging. Konsumsi sumber vitamin dari sayursayuran yang sering dikonsumsi balita yaitu bayam, tauge dan kangkung sebesar 58,46% dengan frekuensi 1-3x/mgg. Konsumsi sumber vitamin dari buahbuahan yang sering dikonsumsi yaitu pepaya sebesar 7,69% dengan frekuensi 1-3x/hari. Konsumsi makanan selingan balita sebagian besar mengonsumsi makanan ringan seperti biskuit/roti sebesar 16,92% dengan frekuensi 1-3x/hari.
Tabel 5.
No. 1.
2.
3.
Jumlah
Distribusi Kecukupan Energi Kelurahan Kenangan Baru
Kecukupan Zat Gizi Kecukupan Energi 1. Baik 2. Sedang 3. Kurang Jumlah Kecukupan Protein Baik Jumlah Kecukupan Lemak 1. Baik 2. Sedang 3. Kurang 4. Defisit Jumlah
n
%
35 25 5 65
53,8 38,5 7,7 100,0
65 65
100,0 100,0
30 30 3 2 65
46,2 46,2 4,6 3,1 100,0
di
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa kecukupan energi baik sebesar 53,8%, kecukupan protein baik sebesar 100%, dan kecukupan lemak baik sebesar 46,2%.
5 3. Status Gizi Balita Dari hasil penelitian diperoleh status gizi anak balita berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi/panjang badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi/panjang badan (BB/TB). Tabel 6.
No. 1.
2.
3.
Distribusi Status Gizi Balita di Kelurahan Kenangan Baru Status Gizi BB/U 1. Kurang 2. Baik Jumlah TB/U 1. Pendek 2. Normal Jumlah BB/TB 1. Kurus 2. Normal Jumlah
n
%
5 60 65
7,7 92,3 100,0
22 43 65
33,8 66,2 100,0
5 60 65
7,7 92,3 100,0
Hasil penelitian mengenai gambaran status gizi (BB/U), dapat dilihat bahwa status gizi kurang sebesar 7,7%. Gambaran status gizi (TB/U), dapat dilihat status gizi pendek sebesar 33,8%. Gambaran status gizi (BB/TB), dapat dilihat status gizi kurus sebesar 7,7%, dan status gizi normal adalah sebesar 92,3%, Tabel 7.
hal ini dikarenakan bahwa ibu kurang memperhatikan dalam hal pemberian makanan yang bergizi pada balita sehingga balita mengalami masalah gizi pada awal pertumbuhannya. Balita yang mengalami status gizi kurang, pendek dan kurus di Kelurahan Kenangan Baru merupakan keluarga besar yang jumlah anggota keluarga yaitu sebanyak 6 sampai dengan 7 orang. Hal ini sesuai dengan pendapat Harper (2010), keluarga miskin dengan jumlah anak yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya, jika dibandingkan keluarga dengan jumlah anak sedikit. Hal ini diikuti pendapat Suhardjo (2003) yang menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga juga mempunyai pengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. 4. Pola Makan dan Kecukupan Gizi Balita Berdasarkan Status Gizi Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Pola Makan di Kelurahan Kenangan Baru
No.
Pola Makan
1. 2.
Lengkap Tidak Lengkap
Status Gizi (BB/U) Kurang Baik n % n % 0 0 28 100,0 5 13,5 32 86,5
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa sebagian besar balita pada status gizi baik memiliki pola makan lengkap sebesar 100%. Balita pada status gizi kurang memiliki pola makan tidak lengkap sebesar 13,5%. Balita yang memiliki pola makan yang tidak lengkap ditemukan pada ibu dengan tingkat pendidikan terakhir SD dan SMP
Jumlah n 28 37
% 100,0 100,0
sehingga diasumsikan ibu kurang mengetahui pola pemberian makanan yang seharusnya diberikan kepada balitanya. Kartika (2002) menjelaskan bahwa perilaku pemberian makanan berhubungan secara bermakna dengan tingkat pendidikan ibu dan status gizi anak.
6 Tabel 8.
Distribusi Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Pola Makan di Kelurahan Kenangan Baru
No.
Pola Makan
1. 2.
Lengkap Tidak Lengkap
Status Gizi (TB/U) Pendek Normal n % n % 0 0 28 100,0 22 59,5 15 40,5
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa sebagian besar balita pada status gizi normal memiliki pola makan lengkap sebesar 100%. Balita pada status gizi pendek memiliki pola makan tidak lengkap sebesar 59,5%. Pola makan pada balita sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan pada balita, karena dalam makanan banyak mengandung gizi. Gizi menjadi bagian yang sangat penting Tabel 9.
Pola Makan
1. 2.
Lengkap Tidak Lengkap
1. 2.
3.
% 100,0 100,0
dalam pertumbuhan. Gizi di dalamnya memiliki keterkaitan yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Jika pola makan tidak tercapai dengan baik pada balita maka pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh kurus, pendek bahkan bisa terjadi gizi buruk pada balita (Realita, 2010).
n 0 5
Status Gizi (BB/TB) Kurus Normal % n % 0 28 100,0 13,5 32 86,5
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar balita pada status gizi normal memiliki pola makan lengkap sebesar 100%. Balita pada status gizi kurus memiliki pola makan tidak lengkap sebesar 13,5%. Berdasarkan hasil penelitian Wello (2008), yang mengatakan bahwa ada hubungan
No.
n 28 37
Distribusi Status Gizi (BB/TB) Berdasarkan Pola Makan di Kelurahan Kenangan Baru
No.
Tabel 10.
Jumlah
Jumlah n 28 37
% 100,0 100,0
antara pola makan dengan status gizi pada balita di Semarang. Semakin baik pola makan yang diterapkan orang tua pada anak maka semakin meningkat status gizi anak tersebut. Sebaliknya, status gizi berkurang apabila orang tua menerapkan pola makan yang salah pada anak.
Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Zat Gizi
Konsumsi Zat Gizi Konsumsi Energi 1. Baik 2. Sedang 3. Kurang Konsumsi Protein Baik Konsumsi Lemak 1. Baik 2. Sedang 3. Kurang 4. Defisit
Status Gizi (BB/U) Kurang Baik n % n %
n
%
0 0 5 5
0 0 100,0 7,7
35 25 0 60
100,0 100,0 0 92,3
35 25 5 65
100,0 100,0 100,0 100,0
0 0 3 2
0 0 100,0 100,0
30 30 0 0
100,0 100,0 0 0
30 30 3 2
100,0 100,0 100,0 100,0
Dalam hal status gizi (BB/U) berdasarkan tingkat konsumsi zat gizi,
Jumlah
diperoleh bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi baik pada tingkat
7 konsumsi energi baik sebesar 100%, tingkat konsumsi protein baik sebesar 92,3% dan tingkat konsumsi lemak baik sebesar 100%. Menurut Hardinsyah (2012), bahwa tingkat konsumsi secara tidak langsung dapat Tabel 11.
No.
Distribusi Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Zat Gizi
Konsumsi Zat Gizi n
1. 2.
3.
Konsumsi Energi 1. Baik 2. Sedang 3. Kurang Konsumsi Protein Baik Konsumsi Lemak 1. Baik 2. Sedang 3. Kurang 4. Defisit
Status Gizi (TB/U) Pendek Normal % n %
No.
2.
3.
n
%
0 68,0 100,0 33,8
35 8 0 43
100,0 32,0 0 66,2
35 25 5 65
100,0 100,0 100,0 100,0
0 17 3 2
0 56,7 100,0 100,0
30 13 0 0
100,0 43,3 0 0
30 30 3 2
100,0 100,0 100,0 100,0
konsumsi energi baik sebesar 100%, tingkat konsumsi protein baik sebesar 66,2%, dan tingkat konsumsi lemak baik sebesar 100%.
Distribusi Status Gizi (BB/TB) Berdasarkan Tingkat Konsumsi Zat Gizi
Konsumsi Zat Gizi n
1.
Jumlah
0 17 5 22
Dalam hal status gizi (TB/U) berdasarkan tingkat konsumsi zat gizi, diperoleh bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi normal pada tingkat Tabel 12.
sebagai indikator keadaan gizi seseorang, masalah gizi pada anak balita sering terjadi oleh karena tidak tersedianya zat-zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizinya.
Konsumsi Energi 1. Baik 2. Sedang 3. Kurang Konsumsi Protein Baik Konsumsi Lemak 1. Baik 2. Sedang 3. Kurang 4. Defisit
Status Gizi (BB/TB) Kurus Normal % n %
Jumlah n
%
0 0 5 5
0 0 100,0 7,7
35 25 0 60
100,0 100,0 0 92,3
35 25 5 65
100,0 100,0 100,0 100,0
0 0 3 2
0 0 100,0 100,0
30 30 0 0
100,0 100,0 0 0
30 30 3 2
100,0 100,0 100,0 100,0
Dalam hal status gizi (BB/TB) berdasarkan tingkat konsumsi zat gizi, diperoleh bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi normal pada tingkat konsumsi energi baik sebesar 100%, tingkat konsumsi protein baik sebesar 92,3%, dan tingkat konsumsi lemak baik sebesar 100%. Berdasarkan penelitian Fauziah (2009) tentang hubungan antara tingkat konsumsi pangan dengan status gizi balita menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
kecukupan energi dan protein dengan status gizi anak balita, baik indeks BB/U, TB/U maupun BB/TB. Hal ini dikarenakan metode food recall yang digunakan untuk menentukan tingkat kecukupan pangan tidak cukup menggambarkan status gizi anak balita, karena hanya dilakukan selama dua hari. Selain itu, status gizi tidak hanya berhubungan oleh konsumsi pangan tapi juga dengan infeksi yang diderita anak balita.
8 KESIMPULAN 1. Pola makan anak balita pada keluarga miskin di Kelurahan Kenangan Baru, Perumnas Mandala sebagian besar kurang bervariasi, hanya mengonsumsi makanan pokok berupa nasi dengan lauk pauk, konsumsi sayur dan buah juga masih sangat terbatas. 2. Pola makan yang tidak lengkap dan konsumsi zat gizi pada kategori kurang sebagian besar pada kelompok umur 37-60 bulan. 3. Status gizi pada kategori kurang sebagian besar terdapat pada kelompok umur 37-60 bulan. 4. Status gizi baik memiliki pola makan yang lengkap dan konsumsi zat gizi pada kategori baik sedangkan status gizi kurang memiliki pola makan yang tidak lengkap dan konsumsi zat gizi pada kategori kurang.
Hardinsyah., 2012. Kecukupan Energi, Lemak, Protein dan Karbohidrat. IPB Press : Bogor. Harper LJ, BJ Deaton., 2010. Pangan, Gizi dan Pertanian. Universitas Indonesia Press : Jakarta. Kartika V., 2002. Pola Pemberian Makan Anak (6-18 Bulan) dan Hubungannya Dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin. IPB Press : Bogor. Riset Kesehatan Dasar., 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI : Jakarta. Realita., 2010. Hubungan Antara Pola Makan dengan Perubahan Berat Badan. STIKES Kendal : Kendal. Sediaoetama A.D., 2008. Ilmu Gizi. PT. Dian Rakyat : Jakarta.
SARAN Kepada petugas kesehatan setempat diharapkan lebih memfokuskan penyuluhan terutama bagi ibu yang memiliki anak balita dalam upaya peningkatan gizi khususnya tentang penyediaan makanan dalam tingkat rumah tangga yang sangat penting untuk mendukung perbaikan gizi anak balita. DAFTAR PUSTAKA Adriani M, Wirjatmadi B., 2014. Gizi dan Kesehatan Balita. Cetakan pertama, Kencana Prenada Media Group : Jakarta. Fauziah D., 2009. Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Anak Balita Yang Tinggal Di Daerah Rawan Pangan Di Kabupaten Banjar Negara, Jawa Tengah. IPB Press : Bogor.
Suhardjo., 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara : Jakarta. Wello.,
2008. Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran : Semarang.