-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
POLA KONSTRUKSI KUTIPAN TAK LANGSUNG BAHASA INDONESIA: Perspektif Penguatan Integritas Akademik dalam Karya Ilmiah Benedictus Sudiyana Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
[email protected]
Abstrak Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan pola-pola konstruksi kutipan tak langsung dalam karya ilmiah untuk pengungkapan sumber kutipan sebagai alternatif dalam upaya memecahkan masalah integritas akademik. Melalui pengkajian berbagai gaya pengutipan dapat disimpulkan bahwa pola konstruksi kutipan tak langsung dalam karya ilmiah yang direalisasikan terdapat setidaknya tiga pola dasar yang masing-masing potensial dimodi ikasi, yakni (a) Pola: Nama Akhir Pengarang -Acuan + Isi Kutipan, (b) Pola: Keterangan + Nama Akhir Pengarang - Acuan + Isi Kutipan, dan (c) pola: Isi Kutipan + (Nama Akhir Pengarang: Tahun). Untuk pengungkapan sumber kutipan sebagai alternatif dalam upaya memecahkan masalah integritas akademik penulis dapat memanfaatkan kemampuan menyusun pengantar yang relevan dengan keperluan konteks dengan pemanfaatan sarana transisi dan memodi ikasi kutipan secara variatif. Kata Kunci: pola konstruksi kutipan, integritas akademik
Pendahuluan Karya ilmiah merupakan karya manusia yang terbentuk melalui “akumulasi pengetahuan yang berupa fakta, konsep, generalisasi dan teori yang telah dihasilkan dari berbagai kegiatan ilmiah untuk memahami fenomena dan menyolusikan masalah saat ini dan masa datang” (Indihadi, TT). Melalui penulisnya, keberadaan sebuah karya ilmiah (termasuk skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian lainnya) senyatanya berhubungan dengan berbagai karya ilmiah antarmanusia lainnya. Oleh karena itu, sebuah hasil karya ilmiah yang sudah diterbitkan dalam berbagai bentuk penerbitan merupakan proses yang bersifat kolektif, kompleks, dan hak pemilikan “harus diakui dan dihormati oleh masyarakat ilmiah” (PPS Unand, 2014). Kekolektifan dihadirkan dalam bentuk pengutipan/sitasi sebagai tanda apresiasi atau ucapan terima kasih pada para penyumbang ide yang secara akademik. Sitasi merupakan rujukan terhadap suatu buku, artikel, halaman web, atau publikasi lain dengan rincian yang cukup untuk secara unik mengidenti ikasikan sumber tersebut (Anonim, TT; Stigler, 1994). Oleh karena itu, sebuah pelanggaran etik hingga tuduhan berat sebagai plagiat bilamana seorang penulis karya ilmiah bekerja secara tidak jujur dalam pengambilan informasi, misalnya tidak memberikan pengakuan ketika mengutip atau memparafasekan secara disengaja atau tidak disengaja untuk memperoleh keuntungan (Nursalam, Bani, dan Munirah, 2013: 128; PPS Undnad, 2014). Peran kutipan dalam konstelasi karya ilmiah tidak bisa dipandang sebelah mata. Setiap penulis (bidang apa pun) dalam upaya memublikasikan karya ilmiah dan temuan penelitiannya perlu memahami karakteristik kutipan. Secara umum dikenal kutipan langsung dan kutipan tak langsung, sedangkan gaya sitasi berbagai ragam. Kutipan langsung tinggal melakukan copy and paste (copas) dengan diberikan pengantar sebelumnya “sesuai dengan keperluannya” (Ari in, 2004: 31) dan melihat kriteria jumlah kata dan atau jumlah baris (umumnya lebih dari 4 baris atau lebih dari 40 kata) dengan blok paragraf tersendiri spasi rapat tanpa tanda petik, sedangkan yang kurang dari 40 kata diintegrasikan dalam teks utama dengan jarak spasi normal dengan diapit tanda petik (Fitriasari, TT: 3). Pilihan pada kutipan langsung sebaiknya direalisasikan bila benar-benar luar biasa hendak menunjukkan otentisitas kutipan sebagai landasan penting teori atau langsung menentukan justi ikasi. Bila kadarnya biasa, baiknya digunakan kutipan tidak 56
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
langung. Bentuk kutipan ini lebih bervariatif, lebih kompleks dan dinamis, serta memerlukan pemahaman si penulis. Dalam konteks global, dengan peran kontributif teknologi internet di satu pihak ditawarkan berbagai sumber informasi melalui format elektronik e-form: e-journal, e-research, e-academic writing, dan publikasi lainnya) dapat dipandang melengkapi bahkan mendominasi publikasi konvensional yang ada. Keadaan ini menjadi tantangan terhadap integritas penulis. Oleh karena itu, tulisan ini dimaksudkan untuk memperoleh deskripsi pola-pola konstruksi kutipan tak langsung dalam karya ilmiah untuk pengungkapan sumber kutipan sebagai alternatif dalam upaya memecahkan masalah integritas akademik. Kutipan dalam Karya Ilmiah: Pertimbangan Sumber
Setiap penulis yang hendak mengambil kutipan tentu tidak akan secara serampangan mengutip secara acak sumber-sumber yang bertebaran di hadapannya tanpa pertimbangan. Betts (Tanpa Tahun) mengajukan berbagai pertimbangan untuk pemilihan kutipan, yakni didasarkan: (1) otoritas sumber (authorship), (2) maksud (motive/intention), (3) objektivitas (objectivity), (4) kekinian (currency), (5) kemudahan veri ikasi atas fakta dan referensi (veri iable facts & reference), (6) review pakar (expert review), dan (7) kepantapan sumber (stability). Adapun teks publikasi sebagai sumber informasi dapat berupa buku, artikel jurnal, artikel surat kabar, website, dan tipe lainnya, seperti media sosial newscasts, podcasts, video, dan sejenisnya (Betts, TT). Apabila dilihat dari gradasi urutan kualitas sumber, terdapat sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer bilamana langsung dari penemu atau pemilik ide atau konsep (biasanya dalam artikel jurnal) dan sumber sekunder bilamana pemilik ide/konsep itu dicantumkan oleh sumber lain dan pada sumber lain itulah yang digunakan oleh penulis untuk diacu. Pertimbangan penting lainnya dalam memperoleh sumber adalah kekinian/ kemutakhiran seiring perjalanan waktu maka sumber yang terkemudian dipandang lebih up to date atau aktual dan lebih bernilai. Penguatan Integritas Akademik Integritas yang berkaitan dengan akademik dan nonakademik menyangkut berbagai permasalahan. Integritas akademik mencakupi permasalahan (1) absen/ketidakhadiran dalam kegiatan pembelajaran, (2) plagiarisme, (3) curang (cheating), (4) kolusi, (5) fabrikasi, (6) falsi ikasi, (7) ghosting, (8) deseit, dan (9) grati ikasi; integritas non-akademik mencakupi masalah: (1) impersonasi, (2) pelecehan, (3) merokok, (4) penggunaan narkotika, (5) perilaku yang berlebihan, (6) pencurian (Rejeki dan Heridiansyah, 2013: 4-6). Dalam penulisan karya ilmiah, sikap kejujuran akademik dalam memperoleh sumber informasi merupakan modal integritas kunci untuk menghindari plagiarisme. Ada tidaknya kualitas integritas akademik oleh penulis ditunjukkan salah satunya melalui keberadaan kutipan yang ditampilkan dalam teks karya tulis itu, serta adanya konsistensi pengutipan sebagai “pertanggungjawaban moral penulis” (Ari in, 2004:30). Kesadaran ungkapan berterima kasih sangat penting sekaligus membantu pemilik ide untuk menyebarkan gagasannya. Bilamana ini dilakukan, mental bangsa akan dikuatkan terkait dengan sumbangan ide anak bangsa yang otentik. Kejujuran terhadap pengambilan sumber kutipan akan membawa dampak peningkatan percaya diri bagi si penulis itu sendiri manakala hendak dipublikasikan ke masyarakat luas. Sebaliknya, ketidakjujuran sumber kutipan akan membuat si penulis terperangkap dan tersandera oleh rasa ketidakberanian diri untuk publikasi secara luas, secara daring dengan sarana teknologi internet karena dikejar oleh rasa kekhawatiran akan terbongkar kecurangan akademiknya. Banyaknya publikasi ilmiah terlebih secara internasional bereputasi akan meningkatkan derajat bangsa dalam pergaulan global.
57
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
Pola Konstruksi Kutipan Tak Langsung Berbagai pola kutipan dapat ditemukan dalam berbagai teks jurnal ilmiah. Secara umum terdapat dua kategori, yaitu kutipan tidak langsung dan langsung. Kutipan tidak langsung dilakukan bilamana penulis menggunakan bahasanya sendiri untuk mengutip ide, pendapat, konsep dari karya tulis yang sudah dipublikasikan orang lain atau diri sendiri. Karya tulis milik sendiri wajib diacu mengingat setiap karya tulis yang dipublikasikan sebenarnya sudah bukan lagi “hak milik diri si penulis”, tetapi sudah menjadi “hak milik publik”. Dalam mengutip, penulis wajib memperlakukan karya milik dirinya itu sejajar dengan karya tulis milik orang lain. Pola-pola kutipan terbagi dalam dua kategori, yakni kutipan dengan sosok nama pengarang diintegrasikan dalam teks dan sosok nama pengarang ditampilkan dalam tanda kurung (Taylor & Francis Group, TT). Mengingat keterbatasan ruang hanya dipaparkan pola kutipan tak langsung. 1. Pola: Nama Akhir Pengarang -Acuan + Isi Kutipan Pola ini digunakan oleh penulis untuk mengedepankan nama pengarang yang dipandang memiliki otoritas yang lebih dibandingkan isi kutipannya secara urut kronologis. Posisi urutan yang diletakkan di depan dalam bahasa Indonesia lebih dipentingkan dari urutan di belakangnya (Kridalaksana, 2002). Dalam acuan, ditulis tahun terbit kadang diikuti titik dua dan disertai nomor halaman dalam tanda kurung. (1) a. Banks (1993:24) menjelaskan bahwa terdapat lima dimensi dalam pendidikan multikultural sebagai berikut. Pertama, …. . Kedua,…. b. Parekh (2010:6) mengemukakan bahwa…. c. Fishman (1972:92) menganjurkan bahwa dalam mengkaji masyarakat dwibahasa atau multibahasa hendaknya…. Dalam contoh (1) kutipan digunakan verba menjelaskan, mengemukakan, menganjurkan, yang sejenis dengan kata mengatakan, menyebutkan, mengungkapkan, mengaku. Kata-kata tersebut ditandai dengan nama pengarang sebagai sayer (penutur) dan dengan ditandai oleh kata bahwa sebagai awal unsur verbiage. Verba lainnya yang juga sering digunakan dalam pola ini, seperti: (2) a. Piliang (2004) menguraikan aspek-aspek kehidupan yang dapat dilihat. b. Martono (2009) menggarisbawahi bahwa gagasan ….(Data9) Verba menguraikan, menggarisbawahi pada contoh 2 di atas menunjukkan penutur sebagai aktor, dan satuan di belakang proses material sebagai sasaran (goal). Adapun, katakata sejenis ini di antaranya verba, mengusulkan, memaparkan, menjabarkan, menganalisis, membagi-bagi, memilah-milah, menggolongkan, dan mengelompokkan, dan sejenis verba pelaporan (Bdk. Nurhidayah, 2006; Chatterjee, 2007: 7). Jenis verba yang diinventarisasikan tersebut mengandung makna fungsi untuk pernyataan pengakuan (claim). Sosok pengarang bisa berjumlah lebih dari satu. Variasi pola ini dapat direalisasikan dengan teks berikut. (3) a Santoso (2009:87) menyatakan ideologi menjadi kesadaran kolektif yang mampu mengakomodasikan kepentingan kelompok lain dan menarik kelompok lain itu ke kelompok ”penghegemonian”. b. Dalam kaitan dengan ini, Fairclough (1998:83) memandang bahwa sekolah mempunyai tatanan sosial dan tatanan wacana yang melibatkan struktur ruang sosial tersendiri.
58
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
Dalam contoh 3a, keberadaan tanda petik dapat dipahami sebagai kombinasi kutipan langsung (yang ditulis di antara tanda petik yang berwujud istilah), dengan kutipan tak langsung yang ditulis dalam wujud tanpa tanda petik. Dalam contoh 3b, penulis menggunakan sarana kebahasaan transisi dalam kaitan dengan ini mengawali kemunculan penggunaan nama pengarang dalam hal ini digunakan dengan “cara membuka uraian sudut pandang yang berbeda” (Sudiyana, Sukarno, dan Muryati, 2014: 21). Sarana kebahasaan transisi atau konjungtor antarklaimat (Alwi, 1998:300) atau konjungsi internal (Santoso, 2003: 68) meliputi: adisi (selain itu, di samping itu, lebih lanjut); urutan (pertama, kemudian, selanjutnya, berikutnya); sebab akibat (akibatnya, sebagai akibat, jadi, hasilnya); kontras (akan tetapi, sebaliknya, sementara itu, di sisi lain). Ari in (2004: 31) menganjurkan supaya dibuat transisi atau “pengantar kalimat yang sesuai dengan keperluan”. Perhatikan kutipan berikut. 2. Pola: Keterangan + Nama Akhir Pengarang - Acuan + Isi Kutipan (4) a. Menurut Fiske (1990:243), hegemoni merupakan strategi memenangkan terusmenerus kesepakatan di kalangan mayoritas terhadap …. b. Ideologi, menurut Raho (2004: 63—64), merupakan norma bagi masyarakat yang menganutnya. c. Pembaca, menurut Jausz (1974:12), mempunyai peranan aktif, bahkan merupakan kekuatan pembentuk sejarah.. d. Bangunan paradigma pendidikan multikultural yang sebagaimana yang ditawarkan Zamroni (2011: 145) sebagai berikut …. e. Merujuk Farsijana Adeney Risakotta (2005:141-87), cara relasi sosial dilakukan dengan merangkul pendatang dengan tetap berada dalam rule masyarakat tradisional setempat. f. Pengalaman semacam ini mengingatkan kita bahwa matrilinealisme yang tertuang dalam ide Bundo Kanduang di masyarakat Minang pada dasarnya tidak sekedar tentang garis keturunan—yang diambil dari sisi ibu dan kepemilikan kolektif, sebagaimana argumen Erwin (2006) dan Evers (1975). Kata “menurut” dan sejenisnya menunjukkan keterangan sudut pandang (angle). Pola ini dapat direalisasikan dengan berbagai posisi modi ikasi urutan, bisa di awal kalimat (4a dan 4e), di tengah kalimat (4b, 4c, dan 4d), atau di akhir kalimat (4f). Jumlah nama pengarang yang dikutip dapat juga lebih dari satu (4f). Pola kutipan macam ini juga memungkinkan pengambilan sumber secara sekunder. Artinya, pendapat yang dikutip terdapat dalam buku atau teks yang dikemukakan oleh penulis lain. Sumber referensi penulis lain itulah yang disajikan dalam daftar pustaka (references list). (5) a. Menurut Lokshin dan Ravallion (Strauss, 2004: 63), pengertian kesejahteraan dilihat dari dua pendekatan, yakni: kesejahteraan objektif dan kesejahteraan subjektif. b. Namun demikian, inti dari kesejahteraan adalah melihat kesenjangan antara aspirasi dengan tujuan yang ingin dicapai pada segolongan masyarakat maka menurut Campbell, Converse, dan Rodgers (Sumarwan dan Hira: Suandi, 2011), tolok ukur yang relevan dan akurat tentang kesejahteraan subjektif adalah menggunakan istilah “kepuasan.” 3. Pola: Isi Kutipan + (Nama Akhir Pengarang, Tahun: Halaman)* (6) a. Mereka cenderung tidak mau menerima perbedaan, dan justru yang berbeda dianggap sebagai musuh (Ratnaningsih, 2006:34). b. Analisis usaha pembuatan kompos digunakan B/C ratio (Djamaludin dan Murniati, 2008; Banowati, dkk., 2013).
59
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
c. Di sinilah aspek politik ‘merantau’berbeda dengan transmigrasi, karena transmigrasi merepresentasikan cenderung relasi kuasa negara yang koersif (Gardner, 2006; Hoppe dan Faust, 2004), meski keduanya sama-sama tentang ‘meninggalkan rumah’ untuk mencari sumber penghidupan. Pola ini lebih menekankan kekuatan gagasan yang dikutip dan kehadiran sosok acuan nama pengarang yang digunakan untuk memperkuat ide dan yang dituangkan oleh penulis (bandingkan: Pola 1 dan Pola 2 di atas). Letak acuan bersifat dinamis, yakni (1) bisa berposisi di bagian akhir kalimat (6a dan 6b) atau tengah kalimat (6c), tetapi tidak mungkin di bagian awal kalimat; dan (2) bisa menampilkan dua atau lebih acuan (multireferensi) (6b dan 6c). Identitas halaman bisa dihadirkan bisa pula tidak. Pola ini memerlukan juga pengantar atau transisi yang relevan sesuai dengan keperluan. Simpulan Pola konstruksi kutipan tak langsung dalam karya ilmiah yang direalisasikan terdapat setidaknya tiga pola dasar yang masing-masing potensial dimodi ikasi, yakni (a) Pola: Nama Akhir Pengarang -Acuan + Isi Kutipan, (b) Pola: Keterangan + Nama Akhir Pengarang - Acuan + Isi Kutipan, dan (c) pola: Isi Kutipan + (Nama Akhir Pengarang: Tahun). Untuk pengungkapan sumber kutipan sebagai alternatif dalam upaya memecahkan masalah integritas akademik penulis dapat memanfaatkan kemampuan menyusun pengantar yang relevan dengan keperluan konteks dengan pemanfaatan sarana transisi.
Daftar Pustaka Alwi, Hasan. dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Anonim. Tanpa Tahun. Panduan Pencantuman Sitasi Bibliogra is. http://www.usu.ac.id/id/ iles/panduan/pencantuman_sitasi.pdf. Diakses: 27 Februari 2007. Ari in, E. Zaenal. 2004. Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Grasindo. Betts, Shannon Nelson. Tanta Tahun. Evaluating Information Source. http://www.post.edu/ maincampus/library/Evaluating%20Information%20Sources-pdf. Diakses: 3 Mei 2014. Chatterjee, Meeta. 2007. Textual Engagements of A Different Kind? Bridging Discourses: ASFLA 2007 Online Proceedings. Fitriasari, Dewi. Tanpa Tahun. Pedoman Ringkas Cara Mengutip dan Menyajikan Referensi untuk Paper Ilmiah. http://dewi itriasari.dosen.narotama.ac.id/ iles/2012/02/PEDOMANCARA-MENGUTIP-DAN-MENYAJIKAN-REFERENSI.pdf. Diakses: 24 Oktober 2015. Indihadi, Dian. Tanpa Tahun. Urun-Bina Kiat Pengutipan dalam Tulisan Karya Ilmiah Guru di Sekolah Dasar. http://7jurnal.upi.edu/ ile/JURNAL_URUN_BINA_KIAT_PENULISAN_Dian_ Indihadi.pdf. Diakses: 3 Juni 2015. Kridalaksana, Harimurti. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori Sintaksis. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Nurhidayah. 2006. “Bahasa Indonesia dalam Karya Ilmiah” Makalah PPM Penulisan Karya Ilmiah Bagi Guru-Guru SMAN 10 Yogyakarta. http://staff.uny.ac.id/sites/default/ iles/ pengabdian/nurhidayah-mhum/bhs-ind-dlm-karya-ilmiah-pdf. Diakses: 28 April 2015. Nursalam, Suddin Bani, dan Munirah. 2013. Bentuk Kecurangan Akademik (Academic Cheating) Mahasiswa PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar. Lentera Pendidikan, Vol. 16 No. 2 Desember 2013: (127-138). 60
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
PPS Unand (Program Pascasarjana Universitas Anadalas). 2014. Panduan Penulisan Ilmiah dan Kepustkaan. http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2015/06/PANDUANPENULISAN-ILMIAH-DAN-KEPUSTAKAAN_2.pdf. Diakses: 23 Oktober 2015. Redjeki, D.P.S. & J.Heridiansyah. 2013. Memahami Sebuah Konsep Integritas. Jurnal STIE Semarang. Vol 5, No 3, Oktober 2013 (1-14). http://download.portalgaruda.orgGarticle. php?article=200091&val=6603&title=MEMAHAMI%20SEBUAH%20KONSEP%20 INTEGRITAS. Diakses: 18-10-2015. Stigler, Stephen M. 1994. “Citation Patterns in the Journals of Statistics and Probabilty” Statistical Journal. Vol. 9, No. 1 (94-108). http://imstat.org/membership/STS_article.pdf. Diakses: 25 Oktober 2015. Sudiyana, Benedictus, Sukarno, dan Sri Muryati. 2014. Genre Diskusi dalam Artikel Penelitian: Kajian Penggunaan Ragam Bahasa Ilmiah pada Berbagai Artikel dalam Jurnal Nasional Terakreditasi. Laporan Penelitian. Sukoharjo: Universitas Veteran Bangun Nusantara. Taylor & Francis Group. TT. Taylor & Francis Standard Reference Style: Chicago author-date. http://www.tandf.co.uk/journals/authors/style/reference/tf_ChicagoAD.pdf. Diakses: 26-Oktober 2015. Bahan Bacaan Contoh Kutipan (Tersebar): Al irdaus, Laila Kholid, Eric Hiariej, Farsijana Adeney-Risakotta. 2014. “Politik Relasi Etnik: Matrilinealitas dan Etnik Minoritas Cina di Padang, Sumatra Barat”. Jurnal Komunitas 6 (1) (2014): 136-150. Ardianto. 2013. “Tindak Tutur Direktif Guru dalam Wacana Interaksi Kelas Anak Tunarungu”. Litera, Volume 12, Nomor 1, April 2013: 1-12. Jati, Wasisto Raharjo. 2014. “Toleransi Beragama dalam Pendidikan Multikulturalisme Siswa Sma Katolik Sang Timur Yogyakarta”. Cakrawala Pendidikan, Februari 2014, Th. XXXIII, No. 1: 71-79. Suandi. 2014. “Hubungan Modal Sosial dengan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga di Daerah Perdesaan Jambi”. Jurnal Komunitas 6 (1) (2014): 38-46.
61