SEKELUMIT
TENTANG PENGGUNAAN BAHASA
INDONESIA DALAM KARYA
TULIS ILMIAH 1. Pendahuluan Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi salah satu fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan adanya fungsi tersebut penguasaan bahasa Indonesia sangat menentukan dalam penyusunan media pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berupa karya ilmiah. Berkaitan dengan itu setiap orang yang akan menulis karya ilmiah dituntut untuk memahami bahasa Indonesia sebagai medianya. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang amat kompleks. Dalam menulis seseorang dituntut untuk memiliki keterampilan kognitif yang meliputi kemampuan memahami, mengetahui, dan mempersepsikan suatu fenomena untuk kemudian
dikomunikasikan
melalui
media
bahasa.
Selain
itu,
dalam
mengkomunikasikan idenya tersebut seorang penulis dituntut untuk menganalisis konteks pembaca yang menjadi sasaran tulisannya.. Selanjutnya berkaitan dengan keterampilan menulis tersebut D. Angelo dan Breor (1977) mengemukakan bahwa untuk dapat menulis seseorang perlu memahami
prinsip-prinsip
penulisan
dan
juga
berlatih
menulis
sebanyak-
banyakmya. Secara lebih khusus dijelaskan bahwa untuk dapat menulis karya ilmiah harus dapat (1) memilih topik yang menarik, aktual, dan spesifik, (2) menyusun dan mengorganisasikan topik-topik yang dipilih, (3) menguasai sistem kebahasaan, dan (4) menguasai hal-hal yang bersifat mekanik. Leggett (1982:174) mengemukakan bahwa dalam menulis karya ilmiah penulis harus memahami apa yang harus dilakukan pada tiga tahapan, yakni (1) tahap pra penulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap revisi. Dalam proses perencanaan, penulis membangkitkan ide dari ingatannya dan menyusunnya ke dalam outline. Dalam proses ini juga penulis menentukan tujuannya yang akan merupakan pembimbing seluruh kegiatan dalam proses penulisan. Proses penulisan berisi kegiatan menulis karangan yaitu menuangkan ide ke dalam wujud bahasa sesuai dengan kaidah pemakaian bahasa.
1
Dalam proses perbaikan (revisi) penulis membaca konsep karangan yang disusunnya. Umpan balik yang diperoleh dari membaca tersebut digunakan untuk memperbaiki dan mengembangkan karangan.. Dari ketiga kegiatan menulis tersebut di atas, yang berhubungan dengan pemakaian bahasa adalah (1) penyusunan dan pengembangan paragraf (baik dari segi isi maupun struktur), (2) penyusunan kalimat, dan (3) pemilihan dan pemakaian kata. Berkaitan ketiga hal tersebut tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini diarahkan untuk membahas dua aspek, yang pertama adalah penyusunan paragraf dan penyusunan kalimat.
2. Penyusunan dan Pengembangan Paragraf Pengertian paragraf dapat dilihat dari segi isi dan dari segi struktur. Dilihat dari segi isi, paragraf adalah suatu pernyataan tentang suatu pokok pikiran yang dikemukakan secara lengkap dan merupakan satu kesatuan. Dilihat dari segi struktur, paragraf adalah sekelompok pernyataan kalimat yang saling berhubungan, dirangkaikan dalam urutan yang teratur dan jelas kaitan-kaitannya.
2.1 Kelengkapan sebagai Syarat Isi Paragraf Ditinjau dari isinya, suatu paragraf mengemukakan isi yang lengkap dan merupakan satu kesatuan. Paragraf dikatakan lengkap apabila mengemukakan halhal yang semestinya disampaikan agar pikiran utama yang dikemukakan dalam paragraf itu menjadi jelas bagi pembaca. Hal-hal yang dikemukakan untuk kelengkapan isi paragraf itu harus tetap relevan dengan pikiran utama, sehingga keseluruhan isi paragraf tetap merupakan satu kesatuan. Untuk membuat paragraf yang lengkap dapat ditempuh teknik pengembangan. Contoh teknik pengembangan adalah sebagai berikut. Ide Pokok: Dalam rangka mengejar ketertinggalan desa dalam bidang pengetahuan maupun pembangunan berbagai usaha telah dilakukan pemerintah. Teknik Pengembangan: Contoh (illustrasi) Bentuk paragraf dengan ide pokok dan teknik pengembangan seperti tersebut di atas adalah sebagai berikut. 2
Dalam rangka mengejar ketertinggalan desa baik dalam pembangunan maupun dalam bidang pengetahuan, berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah, ABRI masuk desa (AMD) sudah lama kita kenal. Hasilnya pun lumayan, misalnya perbaikan jalan, pembuatan jembatan, pemugaran kampung. Contoh lain KKN yang dilaksanakan oleh mahasiswa. Hasil-hasil positif telah pula dinikmati oleh desa yang bersangkutan, misalnya: peningkatan pengetahuan masyarakat, pemberantasan buta aksara, perbaikan dalam bidang kesehatan dan gizi, serta penyuluhan hukum. 2.2 Kesatuan sebagai Isi Paragraf Pengembangan pikiran utama dalam suatu paragraf dengan menggunakan berbagai macam cara tersebut di atas harus tetap berpusat pada pikiran pokok itu sendiri. Informasi yang digunakan harus terseleksi sedemikian rupa sehingga diperoleh informasi yang relevan dan tetap berpusat pada pikiran pokok. Jadi sebuah paragraf dikatakan memiliki kesatuan bila kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topiknya. Semua kalimat terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan. Fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan sebuah gagasan tunggal, agar tidak terjadi pemasukan unsur-unsur yang sama sekali tidak memiliki pertalian dengan maksud tunggal tadi. Penyimpangan-penyimpangan dari maksud tunggal tadi akan membingungkan atau mempersulit pembaca. Oleh karena itu, setiap kalimat dalam paragraf
tersebut harus membicarakan gagasan pokok paragraf
tersebut. Tidak boleh ada kalimat-kalimat sumbang atau kalimat-kalimat yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pokok paragraf tersebut. Untuk memperjelas kesatuan paragraf tersebut, perhatikan contoh berikut ini. Setiap negara pada dasarnya harus mampu menghidupi dirinya sendiri dari kondisi, posisi, dan potensi wilayahnya masing-masing. Tetapi tidak setiap wilayah kondisinya memungkinkan, posisinya menguntungkan, atau mempunyai potensi yang cukup untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat yang bermukim diwilayah itu, sehingga harus mencukupinya dari tempat lain. Untuk itu dibinalah hubungan internasional yang memungkinkan terbukanya peluang bagi setiap negara untuk mencukupi kebutuhannya dari negara lain melalui jalan damai. Namun, untuk mencukupi kebutuhan itu tidak jarang pula ditempuh jalan kekerasan. Paragraf di atas membicarakan satu gagasan pokok yakni setiap negara pada dasarnya harus mampu menghidupi dirinya sendiri dari kondisi, posisi dan potensi wilayahnya. Gagasan pokok itu dirinci atau dijelaskan oleh beberapa gagasan 3
penunjang yang meliputi (1) tidak semua negara kondisinya memungkinkan, (2) diperlukan hubungan dengan negara lain, dan (3) kadang untuk memenuhi kebutuhannya
ditempuh
dengan
kekerasan.
Rincian
tersebut
dirangkaikan
sedemikian rupa, sehingga mampu membuahkan satu kesatuan paragraf yang bulat. 2.3 Kepaduan sebagai Syarat Isi Paragraf Syarat ketiga yang harus dipenuhi oleh sebuah alinea adalah koherensi atau kepaduan. Yang dimaksud kepaduan adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk paragraf itu. Kepaduan yang baik terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang membangun paragraf itu baik, wajar, dan mudah dipahami. Pembaca dengan mudah dapat mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa mengalami hambatan, karena urutan pikiran teratur baik tidak ada loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan. Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan menggunakan pengait paragraf. Pengait paragraf ada tiga macam, yaitu pengulangan kata yang dipentingkan atau pengulangan kata kunci, penggunaan kata ganti, penggunaan transisi, dan paralelisme. Berikut ini diberikan contoh paragraf yang memiliki kepaduan. Dalam mengajarkan sesuatu, langkah pertama yang perlu kita lakukan ialah menentukan tujuan mengajarkan sesuatu itu. Tanpa adanya tujuan yang sudah ditetapkan, materi yang kita berikan, metode yang kita gunakan, dan evaluasi yang kita susun, tidak akan memberikan manfaat bagi anak didik dalam menerapkan hasil proses belajar-mengajar. Dengan mengetahui tujuan pengajaran, kita dapat menentukan materi yang akan kita ajarkan, metode yang akan kita gunakan, serta bentuk evaluasinya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.. Kepaduan pada paragraf di atas diperoleh dengan menggunakan pengulangan kata kunci, yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah paragraf. Selain menggunakan kata kunci, kepaduan paragraf itu dapat diperoleh dengan menggunakan transisi baik berupa kata maupun kelompok kata. Perhatikan contoh berikut ini. Pengusaha Indonesia hendaknya bersiap-siap menyongsong peluang usaha pasca Perang Teluk untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak selama perang. Oleh karena itu, perlu dibentuk semacam task force untuk mengantisipasi hal itu. 4
Perkuliahan bahasa Indonesia seringkali sangat membosankan sehingga tidak mendapat perhatian sama sekali dari mahasiswa. Hal ini disebabkan, bahan kuliah yang disajikan dosen sebenarnya merupakan masalah yang sudah diketahui oleh mahasiswa, atau merupakan masalah yang tidak diperlukan mahasiswa. Di samping itu, mahasiswa yang sudah mempelajari bahasa Indonesia sejak mereka duduk di bangku Sekolah Dasar atau sekurang-kurangnya sudah mempelajari bahasa Indonesia selama dua belas tahun, merasa sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia. Akibatnya, memilih atau menentukan bahan kuliah yang akan diberikan kepada mahasiswa, merupakan kesulitan tersendiri bagi para pengajar bahasa Indonesia. 3. Penyusunan Kalimat dalam paragraf Ditinjau dari aspek strukturnya, kalimat-kalimat yang digunakan dalam karangan haruslah benar. Suatu kalimat dikatakan benar strukturnya apabila kalimat tersebut
dibangkitkan
dengan
menggunakan
kaidah-kaidah
bahasa
yang
bersangkutan baik kaidah struktur frasa maupun kaidah transformasi. Ini penting, karena struktur kalimat akan berpengaruh terhadap maksud kalimat. Kesalahan struktur kalimat akan berpengaruh terhadap maksud kalimat, dalam arti kalimat tersebut tidak komunikatif. 3.1 Aspek Kebenaran dalam Penyusunan Kalimat Kalimat memenuhi kriteria kebenaran jika kalimat tersebut disusun sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa aspek kebenaran dapat dilihat baku tidaknya (gramatikal tidaknya) struktur suatu kalimat. Untuk memahami aspek kebenaran kalimat tersebut dapat dilihat pada contohcontoh sebagai berikut. Tidak gramatikal
Gramatikal
1. Dia tidak bicara tentang masa lalunya.
Dia
tidak
berbicara
tentang
masa
lalunya. 2. Masalah itu belum semuanya disadari oleh kita 3. Hari ini dia mau pergi Surabaya.
Masalah
itu
belum
semuanya
kita
sadari. Hari ini dia mau pergi ke Surabaya.
. 3.2 Aspek Kejelasan dalam Penyusunan Kalimat Kalimat memenuhi aspek kejelasan jika kalimat tersebut memiliki ciri (1) adanya penalaran (kalimat logis), (2) kalimat tidak goyah (tidak ambigu), (3) kalimat 5
padu, dan (4) tidak ada penumpukan ide dalam satu kalimat. Ciri-ciri tersebut dapat diperjelas dengan contoh-contoh sebagai berikut.
3.2.1 Kalimat logis Penyusunan kalimat hendaknya didukung oleh jalan pikiran yang logis. Hal ini sangat menentukan sebab penyusunan kalimat merupakan penyusunan ide yang berkaitan dalam penulisan karya ilmiah. Kalimat yang tidak logis tidak dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca dan dapat menimbulkan kerancuan hubungan ide yang satu dengan yang lain. Untuk memperjelas penyusunan kalimat logis dapat dilihat contoh-contoh sebagai berikut. Tidak Logis
Logis
1. Saya belum jelas.
Saya belum mengerti.
2. Naik sepeda diharap turun!
Pengendara sepeda diharap turun!
3. Waktu kami persilakan.
Bapak kepala sekolah kami persilakan.
3.2.2 Kalimat Tidak Goyah Untuk mencapai aspek kejelasan kalimat penyusunan kalimat tidak boleh menimbulkan ambiguitas. Kalimat yang memiliki ambiguitas (bermakna banyak) akan menyebabkan berbagai kesalahpahaman. Dalam konteks penulisan karya tulis ilmiah kesalahpahaman tersebut harus dihindarkan. Penghindaran kesalahpahaman tersebut dapat ditempuh dengan cara menyusun kalimat yang tidak goyah (tidak banyak makna). Untuk memperjelas penyusunan kalimat tidak goyah dapat dilihat contoh-contoh sebagai berikut. Goyah
Tidak Goyah
1. Isteri Pak Lurah yang baru.
Isteri baru Pak Lurah.
2. Uang itu sudah dikirimkan kakak kemarin. Uang itu sudah dikirimkan kepada kakak kemarin. Uang itu sudah dikirimkan oleh kakak kemarin.
6
3.2.3 Kalimat Padu Untuk mencapai aspek kejelasan penyusunan kalimat harus memperhatikan kepaduan kalimat. Kalimat dikatakan tidak padu karena hubungan subjek dan predikat suatu kalimat terganggu oleh keterangan panjang yang disisipkan antara subjek dan predikat. Selain itu, kalimat juga bisa terganggu kepaduannya karena subjek menyisip dalam keterangan kalimat. Untuk memperjelas penyusunan kalimat padu tersebut dapat dilihat contoh-contoh sebagai berikut. Tidak Padu 1. Pembaca melakukan
Padu setelah
selesai
kegiatannya
dapat
menangkap isi suatu buku.
2. Selanjutnya saya akan jelaskan pentingnya bahasa bagi manusia.
3. Dalam kita menghadapi berbagai cobaan kita harus tetap tabah.
Pembaca buku
dapat
setelah
menangkap
selesai
isi
melakukan
kegiatannya.
Selanjutnya
akan
saya
jelaskan
pentingnya bahasa bagi manusia.
Kita
harus
tetap
tabah
dalam
menghadapi berbagai cobaan.
3.2.4 Penumpukan Ide dalam Sebuah Kalimat Kalimat panjang dengan ide yang bertumpuk-tumpuk sering menyulitkan pembaca. Untuk memahami isinya, pembaca perlu membaca berulang-ulang. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan. Untuk itu, penulisan karya ilmiah kalimat harus disusun sedemikian rupa sehingga mudah dan cepat dipahami serta tidak membosankan pembaca. Ide yang bertumpuk-tumpuk dalam suatu kalimat hendaknya dihindarkan. Contoh sebagai berikut. Karena dalam kurikulum itu bidang studi bahasa Indonesia mendapat tempat yang teratas berdasarkan alokasi waktu yang disediakan untuk pelajaran bahasa Indonesia, yaitu 8 jam pelajaran seminggu, sedangkan untuk bidang studi yang lain berkisar dari 2 sampai dengan 6 jam seminggu, maka pengajaran bahasa Indonesia dianggap sangat penting dalam rangka mencapai pendidikan nasional berdasarkan Pancasila.
7
Agar mudah dan cepat dipahami kalimat panjang di atas dipecah-pecah sehingga tidak terjadi penumpukan ide. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini yang mencoba untuk memecah kalimat di atas menjadi beberapa kalimat. Dalam kurikulum itu bidang studi bahasa Indonesia mendapat tempat teratas, yaitu 8 jam pelajaran seminggu. Berbeda dengan bidang studi bahasa Indonesia, bidang studi yang lain berkisar dari 2 sampai dengan 6 jam seminggu. Karena itu, pengajaran bahasa Indonesia dianggap penting dalam rangka mencapai pendidikan nasional berdasarkan Pancasila. 3.3 Aspek Keefektifan dalam Penyusunan Kalimat Aspek keefektifan kalimat dapat dilihat dari segi (1) kehematan, (2) kevariasian, dan (3) kesejajaran. Untuk memperjelas ciri-ciri tersebut dapat dilihat contoh berikut. 3.3.1 Kehematan dalam Kalimat Kehematan dalam kalimat efektif meliputi kehematan pemakaian, kehematan frase atau bentuk lainnya. Kehematan itu menyangkut soal gramatika dan makna kata. Termasuk ke dalam aspek kehematan ini adalah menghindarkan pengulangan subjek kalimat. Contoh: 1. Mahasiswa itu segera mengubah rencananya setelah dia menerima uang dari bapaknya. 2. Anak muda itu berlari-lari setelah dia dinyatakan lulus ujiannya.
3.3.2 Kevariasian dalam kalimat Variasi kalimat diperlukan untuk menghindarkan pembaca dari suasana monoton dan kebosanan. Variasi kalimat dapat dilakukan dengan (1) variasi pembukaan kalimat, (2) variasi pola kalimat, dan (3) variasi jenis kalimat.
3.3.3 Kesejajaran dalam Kalimat Sebuah kalimat harus memperhatikan unsur kesejajaran, Yang dimaksud dengan kesejajaran ialah penggunaan bentuk-bentuk bahasa dalam penulisan dengan konstruksi yang sama dalam susunan serial. Kesejajaran dalam bentukbentuk itu memberi kejelasan dalam kalimat secara keseluruhan. Contoh:
8
Harga kertas meningkat, upah kerja naik, biaya cetak bertambah, terpaksa harga buku itu dinaikkan juga. Kalimat di atas tidak menunjukkan kesejajaran bentuk-bentuk bahasa yang dipergunakannya (meningkat-bertambah, naik-dinaikkan), sehingga perlu diperbaiki lagi sebagai berikut. Harga kertas meningkat, upah kerja dinaikkan, biaya cetak meningkat, terpaksa harga buku itu dinaikkan juga. . 3.4 Aspek Keserasian dalam Penyusunan Kalimat Keserasian di sini dikaitkan dengan pemilihan ragam bahasa yang sesuai dengan tujuan penulisan. Dalam bahasa Indonesia kita kenal adanya ragam baku dan ragam tidak baku. Ragam baku digunakan pada situasi-situasi resmi, sedangkan ragam tidak baku digunakan pada situasi penulisan yang tidak resmi. Dalam kaitannya dengan penulisan karya ilmiah jelas kita harus menggunakan ragam baku, sebab karya ilmiah termasuk penggunaan bahasa resmi. Dialek-dialek ragam bahasa percakapan atau dialek daerah perlu dihindarkan dalam penyusunan kalimat suatu karya ilmiah.
4. Penutup Keterampilan menyusun paragraf dan menyusun kalimat merupakan sebagian dari keterampilan yang diperlukan dalam menulis sebuah karya ilmiah. Dalam penyusunan paragraf harus diperhatikan syarat penyusunan paragraf yang meliputi (1) kesatuan, (2) kepaduan, dan (3) kelengkapan. Selain itu, perlu juga dikuasai berbagai teknik pengembangan paragraf sehingga membentuk suatu paragraf yang utuh dan padu. Selanjutnya berkaitan dengan keterampilan menyusun kalimat perlu diperhatikan aspek (1) kejelasan, (2) kebenaran, (3) keefektifan, dan (4) keserasian. Untuk menguasai keterampilan menulis perlu dilakukan latihan secara terusmenerus. Dengan latihan tersebut seorang penulis pemula akan menerapkan berbagai teori tentang menulis dalam berbagai konteks penulisan. Akhirnya dengan latihan yang terus-menerus dapat terbentuk keterampilan menulis yang memadai. 9
Karena itu, keberanian untuk mencoba sangat diperlukan. Keberanian mencoba dan berlatih inilah yang harus ditumbuhkan pada diri kita semua.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Muhsin. 1991. Pengembangan Paragraf serta Penciptaan Bahasa Karangan. Malang: YA3. D, Angelo, Frank J. 1977. Process and Thought in Composition. Cambridge, Massachusetts: Winthrop Publisher. Inc. Legget, Glen et al. 1982. Handbook for Writing. Englewood Cliffs, New York: PrenticeHall, Inc. Parera, Daniel. 1984. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga. Soedjito. 1986. Kalimat Efektif. FPBS IKIP Malang. Syafi’ie, Imam. 1990a. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Proyek LPTK. ____________.1990b. Bahasa Indonesia Profesi. Malang: IKIP Malang. Pusdiklat PSDM, Kementerian Keuangan. 2011. Bahasa Indonesia. Jakarta.
Penulis: Abu Samman Lubis Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Malang.
10