Modul 6: Alinea Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah M. L. Mullik
MODULE 6
ALINEA DALAM PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
Oleh Marthen L.Mullik
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA TAHUN 2010
6-1 | Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 6: Alinea Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah M. L. Mullik
MODULE 6
ALINEA DALAM PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
I. PENDAHULUAN Tiap tulisan imliah yang baik, pasti bertolak dari sebuah tesis (pernyataan). Tesis inilah yang dikembangkan dalam alinea-alinea yang mempunyai pertalian yang jelas, baik pertalian dalam perkembangan gagasannya maupun perpaduan alinea-alineanya. Karena hubungan yang jelas itulah, pembaca dapat mengikuti uraian dengan jelas dan mudah. Itulah sebabnya, seorang penulis harus mampu membangun tulisannya dalam rangkaian alinea-alinea yang saling berkaitan di sekitar topik yang dibahas.
Seorang penulis yang terampil tahu bagaimana memulai dan mengakhiri sebuah tulisan. Untuk menjadi seorang penulis terampil, diperlukan pemahaman tentang jenis-jenis alinea dan isinya, dan di mana meletakkannya dalam karangan. Dengan demikian, pembaca akan mengikuti alur pikir penulis dengan jelas. Peletakan rengkaian alinea yang kurang cermat dan tidak logis akan mengaburkan pemahaman bahkan menimbulkan kekacauan pikir bagi pembaca. Tulisan yang tidak didasarkan pada kaidah pengembangan alinea diumpamakan seperti sebuah kamar yang berisi berbagai macam barang yang diletakkan sembarangan tanpa ditata. Modul 6 ini, membuat dua sub pokok bahasan penting yaitu (1) jenis-jenis alinea dalam karya tulis ilmiah, dan (2) pola pengembangan alinea dalam karya tulis ilmiah.
A. Kompetensi Khusus Dengan mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mengidentifikasi jenis-jenis alinea dalam sebuah karya tulis 2. Menjelaskan pola pengembangan alinea penghubung 3. Memperbaiki/menyempurnakan unsur-unsur alinea dalam karya tulis ilmiah 6-2 | Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 6: Alinea Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah M. L. Mullik B. Petunjuk Belajar Sebelum Anda mempelajari modul ini, Anda perlu terlebihdahulu mempelajari modul tentang Paragraf/Alinea (Modul 5) sehingga Anda memiliki pemahaman tentang pengertian dan unsurunsur alinea. Pemahaman dasar tersebut penting karena Isi Modul 6 ini didasarkan pada prinsipprinsip dalam yang membahas tentang alinea.
2. Alinea Dalam Karya Tulis Ilmiah 2.1 Peran alinea dalam karya tulis ilmiah Alinea/paragraf
terbentuk dari rangkaian kata, kataan, dan kalimat (Sakri, 2000). Kalimat
tersusun dari dua atau lebih kataan. Kataan tersusun dari untaian dua kata atau lebih yang bermakna. Serangkaian kalimat membentuk sebuah alinea, dan serangkaian alinea membentuk sebuah karangan. Ilustrasi bangun sebuah tulisan ilmiah disajikan pada Skema 4.1.
Skema 4.1. Bangun sebuah karangan ilmiah
Sebuah karangan tak mungkin baik jika alineanya tidak tersusun dengan baik. Alinea merupakan satuan terkecil sebuah karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangannya. Oleh karena itu, sebuah karangan hanya akan baik jika alineanya ditulis dengan baik dan dirangkai dalam runtunan yang makul (logis/masuk akal). 6-3 | Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 6: Alinea Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah M. L. Mullik
Dari segi penglihatan, alinea tampak sebagai penggalan nas karena baris pertama biasanya bertakuh (ruang pada awal baris). Takuh tersebut dapat menjorok ke dalam dari tepi kiri atau selebar satu kali spasi dari baris terakhir alinea sebelumnya (seperti yang digunakan dalam modul ini).
Namun, ada yang lebih hakikat dari pemisahan yang terlihat dengan mata. Sebuah alinea tertangkap oleh pikiran pembaca sebagai penggalan yang bulat dari pikiran penulis. Sebagai penggalan pikiran, sebuah alinea terpisah dari alinea lainnya. Ketika mata pembaca beralih dari alinea yang satu kepada alinea berikutnya, ia akan merasakan adanya peralihan pikiran dari tahapan pertama kepada tahapan selanjutnya. Peralihan itu bukanlah lompatan antara dua gagasan yang sama sekali berbeda dan tak ada kaitannya. Dengan menggubah dan merangkai alinea, penulis berusaha menyajikan jalan pikirannya tahapan demi tahapan. Maksudnya agar dalam menafsirkan isi karangan itu, pembaca mengikuti juga penahapan tersebut.
2.2. Jenis alinea dalam karya tulis ilmiah Berdasarkan sifat umum dan tujuannya, alinea-alinea dalam sebuah tulisan dapat dibedakan atas tiga yaitu alinea pembuka, penghubung, dan penutup.
2.2.1. Alinea Pembuka Tiap karangan mempunyai alinea pembuka atau penghantar karangan, atau menghantar pokok pikiran dalam karangan tersebut. Alinea ini juga disebut alinea topik. Sebab itu, sifat-sifat alinea ini harus menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yang akan diuraikan. Alinea-alinea pembuka yang pendek dan jelas jauh lebih efektif, karena alinea pembuka yang panjang akan menimbulkan kejenuhan pembaca.
Teknik yang dapat digunakan dalam sebuah alinea pembuka untuk menimbulkan minat pembaca dapat berbeda sesuai jenis dan sifat karangan. Berikut ini dikemukakan beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memulai sebuah alinea pembuka:
Mulailah dengan sebuah kutipan
6-4 | Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 6: Alinea Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah M. L. Mullik
Mulailah dengan peribahasa atau anekdot
Mulailah dengan membatasi arti dari pokok atau subyek tersebut
Menunjukan mengapa subyek tersebut sangat penting
Memulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Membuat tantangan atas suatu pernyataan atau pendapat
Menciptakan suatu kontras yang menarik
Mengungkapkan suatu pengalaman yang menarik (pribadi atau orang lain).
Menyatakan maksud dan tujuan dari karangan tersebut.
Berikut ini adalah contoh sebuah karangan yang baik: Pelajaran Bahasa mempunyai nilai yang lebih penting bila dibandingkan dengan matapelajaran-matapelajaran lain, oleh karena ia akan menjadi kunci yang membukakan pintu yang akan dilalui oleh matapelajaran-matapelajaran lainya. Hasil pekerjaan remedy yang dilakukan oleh para ahli dalam membantu siswa-siswa yang terkebelakang telah membuktikan kebenaran pernyataan di atas. Salah satu hasil yang dapat dirujuk adalah hasil pekerjaan Dr. Mullik. Pada umumnya, siswa-siswa yang kurang menguasai pemakaian bahasa memperlihatkan gejala-gejala perkembangan mental yang lambat bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang baik penggunaan bahasanya. Biasanya siswa yang kurang mampu berbahasa mempunyai sifat pemalu, pendiam dan kurang dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan. Hasil pekerjaan remedi dalam pelajaran bahasa membuktikan, bahwa segera setelah si anak baik penguasaan bahasanya, dan anak yang tadinya dianggap bodoh oleh karena sering tidak naik kelas, sekarang memperlihatkan dirinya sebagai seorang anak yang cerdas. Malah, ada di antara mereka yang kecerdasannya akhirnya melebihi kecerdasan anak yang sebelumnya dianggap guru lebih cerdas. Dalan pergaulan di sekolah pun, anak itu tidak lagi bersifat malu-malu dan mengasingkan diri. Ia menjadi anak yang periang dan disukai temantemannya. Banyak contoh yang dapat dikemukakan untuk membuktikan bahwa anak-anak yang kurang baik penguasaan bahasanya, bukanlah semata-mata disebabkan kebodohannya, tetapi mungkin pula disebabkan oleh kesalahan pengajaran bahasa yang diberikan kepadanya. Kesalahan pelaksanaan pengajaran bahasa yang diterimanya menyebabkan ia benci kepada matapelajaran itu, ia menjadi putus asa dan akibatnya ia ketinggalan dalam matapelajaran tersebut. Hal ini menyebabkan ia tidak memperoleh penguasaan bahasa yang baik. Kekurang-mampuannya berbahasa berakibat pula terhadap matapelajaran-matapelajaran lainnya, sehingga ia sering gagal mengikuti pelajaran dan tertinggal dari teman-temannya. Gambaran di atas memperlihatkan kepada kita, betapa pentingnya pengajaran bahasa, dan oleh karena itu menjadi kewajiban guru bahasalah untuk melaksanakan pengajaran ini dengan sebaik-baiknya”. 6-5 | Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 6: Alinea Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah M. L. Mullik
Alinea pertama pada kutipan di atas merupakan alinea pembuka. Alinea pertama menunjukkan betapa pentingnya penguasaan bahasa bagi setiap orang.
2.2.2. Alinea Penghubung/batang tubuh Alinea penghubung/batang tubuh adalah semua alinea yang terdapat antara alinea pembuka dan alinea penutup. Alinea-alinea penghubung mengandung semua inti persoalan yang dikemukakan penulis dalam tulisannya. Sebab itu, dalam membentuk alinea-alinea penghubung harus diperhatikan agar hubungan antar alinea dengan alinea teratur dan logis.
Sifat alinea-alinea penghubung tergantung dari jenis karangannya. Dalam karangan yang bersifat diskriptif, naratif, atau biografi dan eksposisi, alinea-alinea ini harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis.
Bila uraian tersebut mengandung pertentangan pendapat, maka
beberapa alinea disiapkan sebagai dasar untuk kemudian melangkah kepada alinea-alinea yang menekankan pendapat pengarang.
Pada kutipan contoh di atas, terlihat bahwa terdapat dua alinea penghubung yaitu alinea 2 dan 3. Mengemukakan fakta-fakta dari hasil penelitian untuk mendukung alinea bahwa kemampuan berbahasa penting bagi perkembangan kecerdasan intelektual dan emosional.
2.2.3. Alinea Penutup
Alinea penutup adalah alinea yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain, alinea penutup mengadung simpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam alinea-alinea penghubung.
Seperti halnya dengan alinea pembuka dan penghubung, alinea penutup berbeda-beda pula menurut jenis karangannya. Dalam membicarakan pokok-pokok ilmiah atau politis, maka ramalan masa depan merupakan suatu simpulan yang sangat baik. Dalam karangan diskursif dan kontroversial di mana dikembangkan pikiran-pikiran atau argumen-argumen yang segar, maka
6-6 | Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 6: Alinea Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah M. L. Mullik simpulan yang paling baik adalah ringkasan persoalan dijalin dengan pandangan pribadi penulis. Dalam karangan bersfiat biografi, penilaian terakhir atas karya dan pengaruh orang tersebut merupakan simpulan yang paling tepat. Dalam karangan tentang pergerakan atau suatu aktivitas yang khusus, misalnya perlawatan, darmawisata dan sebagainya, maka tidak ada persoalan dalam simpulannya.
Namun, apa pun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan, haruslah tetap diperhatikan agar alinea penutup tidak terlalu panjang. Hal yang paling esensail adalah bahwa alinea tersebut harus merupakan sebuah simpulan yang bulat dan benar-benar mengakhiri karangan tersebut, serta menimbulkan banyak kesan kepada pembaca. Mengapa demikian? Karena alinea penutup mempunyai dua fungsi (Tarigan, 1994) yaitu: 1. Sebagai penutup atau rangkuman 2. Menyajikan hal-hal penting yang perlu diingat oleh pembaca. Tarigan (1994) menyarankan, bahwa dalam merangkai sebuah alinea penutup, penulis dapat memandang ke belakang dan/atau ke depan. Dalam hal memandang ke belakang, penulis dapat saja kembali kepada beberapa fakta atau pernyataan pada alinea pendahuluan, menyatakan kembali tesis, atau merangkum pokok penting dalam alinea-alinea sebelumnya. Dalam hal memandang ke depan, penulis dapat meramalkan apa yang dapat terjadi berdasarkan fakta yang telah diuraikan dalam alinea-alinea penghubung, menyarankan tindakan selanjutnya, memnggambarkan implikasi-implikasi, menunjukkan ketepatgunaan, mengemukakan manfaat gagasan-gagasan tersebut, dll. Agar lebih jelas, maka rangkaian simpulan disajikan pada Skema 4.2.
6-7 | Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 6: Alinea Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah M. L. Mullik
Memandang ke belakang:
Memandang ke depan:
- Kembali ke alinea pembuka
- Meramalkan apa yang akan terjadi
- Menyatakan kembali tesis
- Menyarankan tindak lanjut
- Merangkan bitir-butir penting
- Memngemukakan implikasi
-
- menunjukkan makna/gagasan
Skema 4.2. Butir-butir utama simpulan (alinea penutup)
2.3. Pola pengembangan dan Keterpaduan antar alinea dalam sebuah tulisan Hal yang paling penting dalam pengembangan alinea dalam sebuah tulisan adalah keterpaduan antar alinea. Yang dimaksud dengan pola pengembangan alinea ialah cara merangkai informasi yang dihimpun menurut kerangka dan runtunan tertentu. Informasi dituangkan dalam kalimat, kemudian kalimat dirangkai secara khusus dan selanjutnya dirangkai dalam tulisan.
Seperti halnya keterpaduan kalimat dalam sebuah alinea, maka keterpaduan antar alinea dalam sebuah karangan perlu ditata dengan baik. Untuk menjaga keterpaduan antar paragraf digunakan beberapa teknik yaitu:
2.3.1. Pengulangan kata sebagai perangkai Mengulang kata atau pokok karangan dari alinea yang satu pada alinea berikutnya merupakan cara yang baik untuk mempertautkan berbagai alinea dalam sebuah karangan. Pengulangan katakata kunci, terutama repetisi yang dinamakan anafora. Anafora adalah perulangan kata yang sama pada alinea yang berurutan. Baik kata-kata kunci maupun kata-kata ganti dipakai untuk menghubungkan hal-hal yang sudah disebut dalam alinea sebelumnya (Keraf, 2004). 6-8 | Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Di
Modul 6: Alinea Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah M. L. Mullik samping kata-kata kunci, bisa dipergunakan kata-kata ganti. Baik kata-kata kunci maupun katakata ganti dipakai untuk menghubungkan hal-hal yang sudah disebut dalam alinea sebelumnya.
Ketika pembaca beralih membaca dari alinea yang satu kepada alinea berikutnya, ia diingatkan oleh kata yang diulangi itu kepada perkara yang dibacanya pada alinea sebelumnya (Sakri 1992). Dengan demikian, gagasan pada alinea yang sedang dibacanya tidak terlepas dari gagasan yang mendahuluinya. Perhatihan contoh berikut: Pada hari minggu, 2 Januari 2011, seorang wanita berumur 24 tahun dari Kupang merasakan nyeri pedih yang luar biasa dalam perutnya bagian kanan bawah. Dokternya menentukan agar ia dikompres pada perutnya dengan air hangat, menjalankani enema air hangat (air hangat dipompakan ke dalam perut melalui anus), dan minum morfin dosis tertentu –semuanya diulangi ‘jika perlu’. Dua hari kemudian, rasa nyeri itu reda, tetapi kambuh lagi ketika menjelang sore hari, dan sekarang meluas ke seluruh perut. Setelah dokter menambah dosis morfin, nyerinya reda lagi. Selama dua hari berikutnya, denyut nadi wanita itu berkisar 88 dan 96, sedangkan suhu tubuhnya antara 37,5 dan 38oC. Pada hari Kamis, ia diberi kastroli. Ia mulai muntah yang melanjut sempai hari berikutnya, sementara perutnya membengkak. Dokternya, disertai dua konsultan yang dipanggil, kini memberikan magnesium sitrat, kalomel, dan salep –semuanya obat pencahar- dan wanita itu menjalani enema lagi. Sabtu pagi, denyut nadinya, yang mencapai 140, hampir tidak terasa, bengkak perutnya bertambah, sedangkan kaki dan tangannya menjadi dingin. Ia mulai muntahmuntah lagi dengan hebatnya, dan pada pukul 12.30 malam ia meninggal. Kasus wanita itu muncul dalam Pos Kupang pada hari berikutnya. Kebetulan sekali, edisi hari itu juga mengulas tentang salah satu penemuan penting di bidang kedokteran di masa lampau yakni hasil kajian DR. Reginal Fits dari Boston tahun 1886 yang berhasil memecahkan teka-teki apendisitis untuk selama-lamanya. Kematian seperti di atas sebenarnya tidak perlu terjadi kalau para dokter yang menangani wanita tersebut memiliki keahlian yang tidak ketinggalan zaman. Solusinya sebenarnya sangat sederhana yaitu operasi usus buntu. Kalau saja para dokter yang menangani wanita itu mau belajar, maka nyawa wanita itu tidak perlu melayang sia-sia. Kata ‘wanita’ pada awal alinea pertama diulang pada awal alinea kedua. Untaian kata ‘kematian seperti di atas’ pada alinea kedua mengingatkan pembaca pada informasi yang dikemukakan pada alinea pertama. Dengan demikian, kedua unsur ini memperpautkan alinea pertama dan kedua.
6-9 | Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 6: Alinea Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah M. L. Mullik 2.3.2. Kata rangkai Cara lain untuk mempertautkan sebuah alinea dengan alinea berikutnya ialah dengan dengan menggunakan kata atau gugus kata rangkai pada awal kalimat pertamanya. Kata-kata rangkai yang umum digunakan adalah sementara itu, namun, dengan demikian, sebaliknya, anehnya, sebagaimana dikatakan di muka, sehubungan dengan hal itu, dsb. Pada contoh di bawah ini tentang peranan metoda dan teknik dalam ilmu politik. Gugus kata ‘sementara itu’ pada awal alinea kedua mempertautkannya dengan alinea yang mendahuluinya. Peranan metode dan teknik dalam ilmu pada umumnya, dan ilmu sosial khususnya, sangatlah besar. Bagi ilmu sosial, metode sering dipandang sebagai patokan untuk menetapkan ada tidaknya ilmu sosial tertentu. Karena itu, tidak salah kiranya jika peranan metode dan teknik itu bagi ilmu sosial pada umumnya, termasuk ilmu politik, dipersamakan dengan perlengkapan penelitian ilmu pengetahuan alam seperti mikroskop bagi ilmu kedokteran atau teleskop bagi astronomi. Sementara itu, pada obyek penelitiannya terdapat perbedaan yang mendasar antar ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial. Obyek ilmu pengetahuan alam adalah benda mati yang merupakan faktor yang malar (konstan), sedangkan obyek ilmu pengetahuna sosial adalah manusia sebagai makluk yang berakal dan berperasaan. …………………………………………………………………………………………………………….’ 2.3.3. Kalimat sebagai perangkai Perangkai dapat pula berupa sebuah kalimat yang: a. Berdiri sendiri sebagai sebuah alinea. Isinya dapat berupa simpulan uraian sebelumnya. Perhatikan contoh berikut: Sebagaimana diketahui di muka, keterlambatan tidak akan terjadi seandainya kendaraan yang ditumpanginya tidak mogok di tengah perjalanan. Kalimat itu menghubungkan pembicaraan sebelumnya yaitu bahwa seseorang terlambat datang karena kendaraan yang ditumpanginya mogok di tengah perjalanan. b. Berada di awal alinea berikutnya, seperti terlihat pada alinea kedua pada contoh berikut: Pada tahun 1652, seorang pendeta Yesult Jerman yang bernama Christopher Scheiner berjasa mengakhiri pengertian yang salah tentang penglihatan. Ia membuktikan dengan jelas bahwa cahaya yang masuk ke dalam mata membawa santir (bayangan) benda yang 6-10 | Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 6: Alinea Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah M. L. Mullik kita lihat. Pembukatiannya sederhana dan langsung. Ia membuang kulit belakang mata hewan yang baru saja disembelih. Setelah dinding bening di bagian dalam mata hewan itu, yang disebut retina, terdedah, Pater Scheiner seolah-olah dapat melihat ke dalam bola mata dari belakang mata itu. Terlihat olehnya rekaman benda yang berada di depan mata dalam bentuk mini. Ibarat seorang pemotret modern, yang melihat benda lewat tingkap pembidikan sebuah kamera. Sekarang diterima dengan bulat bahwa mata itu gawai penangkap santir. Berapa besar pun perbedaan gawai pelihat itu di antara hewan yang satu dan yang lainnya, dalam satu seginya yang mendasar, penglihatan selalu sama. Prosesnya dimulai dari masuknya cahaya ke dalam mata. Cahaya tersebut membawa informasi yang dipungut dalam perjalanannya ketika menyentuh atau melewati berbagai benda. Cahaya yang berpola itu kemudian bergerak melalui berbagai bagian sampai akhirnya santir terlontar pada dinding belakang mata, yaitu pada retina. Tiada bedanya dengan sebuah gambar yang dicampakan ke permukaan film oleh sebuah kamera. Kalimat ‘Sekarang diterima dengana bulat bahwa mata itu gawai penangkap santir.’ Berperan sebagai perangkai yang menguraikan alinea sebelumnya. Pernyataan pokok bahasan alinea kedua bergeser tempatnya ke belakang kalimat perangkai itu.
2.3.4. Alinea sebagai perangkai Kadang-kadang terjadi bahwa sebuah alinea dapat pula bertindak sebagai sebuah transisi, seperti halnya sebuah kata transisi dalam sebuah alinea. Alinea-alinea semacam ini biasanya digunakan pada saat penulis menyelesaikan suatu bagian dari karangannya, dan ingin meneruskan ke bagian berikutnya. Cara menggunakan alinea sebagai perangkai bermacam-macam yakni: a. Merupakan ringkasan dari apa yang telah diuraikan sebelumnya, dan hubungannya dengan bagian berikutnya. Perhatihan contoh berikut: Permasalahan yang dijelaskan di depan masih bersifat abstrak. Agar lebih konkrit, ada baiknya saya kemukakan tiga buah contoh yang semuanya diambil dari pengalaman hidup sehari-hari. Alinea di atas hendak mengakhiri satu bagian bahasan dengan mengemukakan contoh yang konkret agar pembaca lebih paham akan isi bahasan tersebut sebelum melangkah kepada bagian bahasan berikutnya. b. Menyampaikan sebuah ilustrasi atau contoh pendek dari pokok yang telah diuraikan dalam alines atau alinea-alinea sebelumnya. Lihat contoh berikut: 6-11 | Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 6: Alinea Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah M. L. Mullik Dari penjelasan sebelumnya, kita dapat mengerti bahwa cara berpikir seseorang merupakan faktor kunci yang menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Hal ini dapat diilustraisikan sebagai berikut; seorang mahasiwa yang malas dan kuliahnya asal-asalan akan mencap dosen yang tegas dan disiplin sebagai ‘dosen killer’ dan patut dibenci, sebaliknya, seorang mahasiswa yang rajin belajar dan ingin maju akan melihat dosen tersebut sebagai orang yang memacu semangatnya untuk lebih tekun belajar dan mendisiplinkan dirinya sehingga ia akan menjadi jauh lebih baik. Alinea di atas merupakan perangkai untuk alinea sebelumnya dengan mengemukakan sebuah ilustrasi untuk memautkan alinea tersebut dengan alinea sebelumnya.
c. Menjelaskan apa yang akan diuraikan dalam alinea-alinea selanjutnya. Perhatikan contoh di bawah ini: Setelah memperhatiakn beberapa contoh tentang jenis masalah yang menjadi pemikiran kaum metafisikawan, kita sekarang akan membicarakan beberapa teori metafisika yang utama, yang dibangun dalam sejarah filosofi. Karena jumlahnya banyak, pembicaraan akan dibatasi pada beberapa teori dasar saja, yaitu sejak zaman renesan. Kata orang, semua jenis metafisika sebenarnya hanyaalh permutasi pandangan Plato dan Aristoteles. Dalam batas tertentu, pandangan tersebut ada benarnya, dank arena itu sigi kita pun bertolak dari situ. Alinea di atas menggambarkan bahwa penulis mengakhiri babak pembicaraan terdahulu, dan hendak beralih pada babak berikutnya untuk membeicarakan beberapa teori metafisika yang utama. pembaca juga diberitahu oleh alinea perangkai sebagai pembuka babak baru bahwa pembicaraan terpaksa dibatasi pada teori dasar saja, yang akan dimulai dengan membahas pandangan Plato dan Aristoteles.
3. PENUTUP 3.1. Rangkasan Sebuah karya tulis ilmiah dibangun oleh tiga jenis alinea yaitu alinea pembuka/topik, alinea penghubung/isi, dan penutup.
Alinea topik mengandung uraian tentang topi/subyek yang
menjadi thema karangan, alinea penghubung menyajikan argumentasi atau fakta-fakta baik yang mendukung maupun yang kontra serta argumentasi penulis berkaitan dengan topik tulisan. Sedangkan alinea terakhir merupakan alinea penutup yang tidak saja sebagai simpulan, tetapi juga berfungsi sebagai kado yang berisi inti-inti dari apa yang telah diuraikan sehingga dapat diingat dengan mudah oleh pembaca. 6-12 | Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 6: Alinea Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah M. L. Mullik
3.2. Latihan 1. Pelajarilah contoh karangan yang disajikan pada bagian 2.2.1, kemudian berilah judul tulisan yang menurut Anda paling tepat. 2. Buatlah sebuah tulisan ilmiah yang terdiri dari minimal 5 alinea dengan memperhatikan susunan alineanya sehingga terdapat alinea pembuka, penghubung, dan penutup.
3.3. Jawaban Latihan 1. Tilik secara seksama alinea 1 dan 4 pada contoh karangan pada bagian 2.2.1 dan temukan inti/isu pokoknya. Itulah yang merupakan judul yang cocok untuk tulisan tersebut 2. Pelajarilah jenis alinea dan prinsipnya pada bagian 2.1 dan 2.2. Gunakan pemahan tersebut sebagai panduan dalam menyelesaikan latihan 2.
3.4. Tes Mandiri A. Jawablah petanyaan berikut 1. Sebutkan tiga jenis alinea dalam sebuah karya tulis ilmiah 2. Dapatkah topik tulisan diuraikan dalam alinea lain selain alinea pembuka?
Jelaskan
alasannya 3. Apa fungsi dari alinea-alinea penghubung 4. Mengapa alinea penutup harus pendek jelas
B. Urutkanlah alinea-alinea berikut sehingga membentuk sebuah tulisan yang logis a.
Dalam masa 65 tahun itu, bahasa Indonesia
mengalami perkembangan pesat sekali.
Perkembangan sangat pesat terjadi sejak proklamasi. Sampai saat ini pun, bahasa Indonesia terus dikembangkan sesuai perkembangan peradaban manusia dan ilmu pengetahuan. Perkembangan bahasa Indonesia terjadi dalam dua arah vertikal dan horizontal. b. Perkembangan horizontal menyangkat wilayah. Di awal pencetusannya, pemakai bahasa Indonesia masih sangat terbatas pada wilayah tertentu, terutama daerah-daerah perkotaan saja. Sebaliknya, di daerah-daerah perdesaan tidak banyak, bahkan sangat jarang yang bisa 6-13 | Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 6: Alinea Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah M. L. Mullik berbahasa Indonesia. Namun, semakin lancarnya jalur transportasi dan komunikasi, pemakai bahasa Indonesia pun semakin meluas dan menjangkau seluruh pelosok wilayah Indonesia. Bahkan bahasa Indonesia telah merambah hingga daerah-daerah perdesaan dari Sabang sampai Merauke dan dari Sangir sampai Rote. c. Sejak Seruan Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa yang menggema lebih dari 65 tahun lalu, Bahasa Indonesia terus berkembang. Meskipun perkembangannya tidak mulus karena sangat dipengaruhi oleh situasi politik dalam negeri, tetapi ia terus mengalami mengayaan seiring perjalanan waktu dan peradaban masyarakat. Para ahli bahasa secara berkala memasukkan unsur-unsur serapan baru ke dalam bahasa Indonesia. d. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang bersifat dinamis dan selalu mengalami perkembangan. Sejak pertama kali ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan sehingga secara vertikal telah dipakai oleh semua kalangan, dan secara horizontal telah dipakai di seluruh pelosok wilayah Indonesia. Sebagai bahasa yang dinamis, bahasa Indonesia terus diperkaya selaras dengan peradaban bangsa Indonesia dan perkembangan ilmu pengetahuan. e. Perluasan vertikal mencakup perluasan wilayah pemakaian sosial. Wilayah sosial yang dimaksud adalah lapisan sosial masyarakat. Saat ini pemakai bahasa Indonesia mulai dari masayarakat di pasar sampai di gedung dewan perwakilan rakyat, dan yang tidak bersekolah hingga professor, serta dari tukang becak hingga presiden. Keadaan ini sangat jauh berbeda daripada masa-masa sebelum dan awal proklamasi.
C. Baca dan temukan alinea-alinea dalam tulisan di bawah ini berdasarkan alur pikir dan penggunaan perangkai alinea. Berapa banyak alinea dan mana kalimat awal tiap alinea tersebut? Kita pada umumnya menggambarkan gugung api sebagai gunung yang besar, yang memuntahkan lava dan asap dari kawahnya. Sebetulnya unsur utama gunung api bukanlah bangun luarnya, melainkan liang di dalam bumi yang membawa batuan cair ke permukaan. Batuan cair disebut magma selama masih berada di bawah tanah, dan disebut lava setelah diletuskan. Lava yang mengalir atau yang meledak dari mulut liang kemudian membentuk bangunan gunung api yang dapat betumbuh menjadi sebuah Vesuvius, misalnya seperti Mauna Loa atau Gunung St. Hellens. Sedikit orang yang pernah menyaksikan kelahiran sebuah gunung api, di antaranya Dionisio Pulido. Pada tanggal 20 Februari 1943 ia hadir menyaksikan gunung api Purikutin, yang beranjak 6-14 | Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 6: Alinea Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah M. L. Mullik menampilkan diri di ladang jagungnya di lembah Ranco Tepakua di Meksiko. Ia bersama istri dan anak laki-lakinya serta seorang tetangga ketika itu melihat asap dan abu mengepul dari lubang kecil di tengah-tengah ladang. Asap dan abu itu diiringi bunyi gemuruh dan mendesir, dan lontaran butir batuan panas yang membakar pohon cemara di sekitarnya. Keesokan harinya, abu dan puing batuan itu sudah membentuk kerucut setinggi 10 meter, dan seminggu kemudian bertambah menjadi 140 meter. Ketika pada akhirnya kegiatan Parikutin mereda pada tahun 1952, kerucut tadi telah mencapai ketinggian 410 meter di atas permukaan ladang jagung tersebut. Purikutin merupakan kerucut terak yang luar biasa besarnya dan sebagai salah satu dari empat jenis dasar bangunan gunung api. Kerucut terak, yang seluruhnya terdiri atas keratin lava, jarang melebihi 300 meter tingginya di atas lingkungannya. Jenis ini merupakan gunung api yang paling sederhana, dan sangat umum terdapat di Amerika Utara sebelah barat. 3.5. Umpan Balik Cocokan jawaban Anda dengan jawaban Test Mandiri pada bagian 3.6. dalam modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan materi yang telah Anda pelajari dalam modul ini.
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖 =
jumlah jawaban benar 𝑥 100 Jumlah soal
3.6. Jawaban Test Mandiri A. 1. Alinea pembuka, alinea penghubung/isi, dan alinea penutup 2. Tidak bisa, sebab alinea pembuka berfungsi sebagai pemberi informasi kepada pembaca tentang hal apa yang akan dibahas
dalam tulisan ini, sehingga topik tulisan harus
diuraikan di alinea pembuka . 3. Alinea penghubung berfungsi sebagai penyaji informasi dan/atau fakta dan/atau pandangan penulis berkaitan dengan topik yang diulas dalam tulisan tersebut 4. Karena alinea penutup merupakan simpulan yang memuat inti tulisan sehingga harus berkesan dan mudah diinggat oleh pembaca. B. Urutan yang benar adalah c, a, e, b, d. C. Tiga alinea. Kalimat awal alinea pertama adalah pada kalimat pertama. Kalimat awal alinea kedua adalah ‘Sedikit orang yang pernah menyaksikan kelahiran sebuah gunung 6-15 | Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 6: Alinea Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah M. L. Mullik api, di antaranya Dionisio Pulido.’.
Kalimat awal alinea ketiga adalah ‘Purikutin
merupakan kerucut terak yang luar biasa besarnya dan sebagai salah satu dari empat jenis dasar bangunan gunung api’.
4. DAFTAR PUSTAKA Keraf, G. 2004. Komposisi. Nusa Indah, Ende. Syakri, A. 1992. Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. ITB Press, Bandung. Taringan, H. G.1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa, Bandung.
6-16 | Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011