Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
STANDAR PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH UNTUK PUBLIKASI MAJALAH ILMIAH (Standard of Scientific Writing for Scientific Publication) SUBANDRIYO Tim Penilai Peneliti Instansi Kementerian Pertanian Jl. Raya Pajajaran Kav. E 59, Bogor 16151
ABSTRACT One of the tasks and responsibilities of functional official is reporting the results of activities related to research and development to the public. Generally, there are four kinds of articles in a periodical article namely: primary, secondary, tertiary and quarter article. Scientific periodical/journal generally contains primary and secondary article. Primary article is characterized by originality of data, presented in scientific detail to evaluate the validity of the arguments or results obtained, presentation done using technical terms, that are unlimited. Meanwhile, secondary article is characterized by: presenting the results of a scientific analysis of a number of primary articles published, so the discussion can be a criticism, support, or other opinion; reflect the status or level of development disciplines (state of the art); explain polemic or different interpretations between the primary author of the article; express new ideas or conceptions; reveal aspects that still need to be held proof or aspects that are expected to solve by other disciplines; reveal the problems and solutions for the benefit of decision-makers or practical interests. Structure of a primary article are: title, author name and address of institution, abstract, keywords, introduction, materials and methods, results and discussion, conclusion, words of gratitude, references, and appendix. Basically structure of secondary article is the same: title, author's name and address, abstract, keywords, introduction, contents of the article, conclusion, thank you note, and references. In general periodical/journal refers to 1901950-1990 SNI, ISO 81977. Key Words: Scientific Paper, Publication, Journal, Primary Article, Article ABSTRAK Salah satu tugas dan kewajiban pejabat fungsional antara lain adalah melaporkan hasil kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan yang dihasilkan kepada masyarakat. Secara umum terdapat empat macam artikel pada suatu terbitan berkala yaitu artikel primer, sekunder, tertier dan kuarter. Pada majalah berkala ilmiah pada umumnya memuat artikel primer dan sekunder. Artikel primer mempunyai ciriciri antara lain keorisinalannya tinggi, dilengkapi dengan perincian ilmiah untuk mengevaluasi kesahihan argumen atau hasil yang diungkapkan, penyajiannya dilakukan secara padat, pekat dengan istilah teknis, dengan kosakata dan istilah yang tidak terbatas jumlahnya. Sementara itu artikel sekunder mempunyai ciriciri antara lain: menyajikan hasil analisis ilmiah terhadap sejumlah artikel primer yang diterbitkan, sehingga pembahasannya dapat berupa kritik, dukungan, atau pendapat lain; mencerminkan status atau tingkat perkembangan disiplin ilmu (state of the art); menjelaskan polemik atau interpretasi yang berbeda antar penulis artikel primer; mengungkapkan gagasan atau konsepsi baru; mengungkapkan segi-segi yang masih perlu diadakan pembuktiannya atau segi-segi yang diharapkan pemecahannya oleh disiplin lain; mengungkapkan masalah dan pemecahannya untuk kepentingan para pengambil keputusan atau kepentingan praktik. Struktur artikel primer terdiri dari: judul, nama dan alamat instansi penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, ucapan terima kasih, daftar pustaka, dan lampiran atau appendix. Struktur artikel sekunder pada prinsipnya sama yaitu terdiri dari: judul, nama dan alamat instansi penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, isi artikel, kesimpulan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka. Secara umum terbitan berkala mengacu pada SNI 1901950-1990, serta ISO 8-1977. Kata Kunci: Karya Tulis Ilmiah, Publikasi, Majalah Ilmiah, Artikel Primer, Artikel
4
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
PENDAHULUAN Salah satu tugas dan kewajiban pejabat fungsional antara lain seperti peneliti, perekayasa, dosen, litkayasa, dan pustakawan adalah melaporkan hasil kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan yang dihasilkan kepada masyarakat. Laporan harus ditulis secara lengkap, jelas, tepat yang kemudian untuk diterbitkan, adalah merupakan suatu karya tulis. Suatu karya tulis disebut naskah (manuscript) adalah karya tulis yang belum atau tidak diterbitkan. Sementara itu, karya tulis disebut sebagai artikel, apabila dimuat didalam suatu publikasi (CBE, 1983, SOEHARDJAN, 1997). Dengan demikian tesis atau disertasi yang belum atau tidak diterbitkan adalah merupakan suatu naskah, dan apabila sudah diterbitkan dikategorikan sebagai artikel. Ada beberapa macam artikel, antara lain artikel primer dan artikel sekunder. Artikel primer adalah artikel yang dimuat atau dipublikasikan dalam suatu publikasi primer (primary publication), dan merupakan karya tulis hasil penelitian asli (original). Sementara itu artikel sekunder (secondary article) adalah karya tulis yang dimuat dalam publikasi sekunder (secondary publication), misalnya karya tulis tinjauan (review article), karya tulis yang dimuat dalam suatu risalah (proceeding). Penerbitan artikel primer dimaksudkan untuk menyebar luaskan informasi ke segala penjuru tanpa membedakan ras, etnik ataupun kebangsaan. Oleh karena itu, penerbit mengadakan pertukaran publikasi dengan kedudukan yang sama atau sejajar. Oleh karena itu, penerbit artikel primer wajib membuat terbitannya berlangsung secara teratur dan tepat waktu. Berbagai persyaratan penulisan artikel primer dan publikasi artikel primer akan dibahas dalam makalah ini. KARYA TULIS ILMIAH Karya tulis ilmiah, adalah karya tulis ilmu pengetahuan (science) yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya tulis ilmiah selalu ditulis dengan bahasa kongkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya atau tidak (BROTOWIDJOYO, 1993).
BROTOWIDJOYO (1993) secara ringkas memberikan ciri-ciri karya tulis ilmiah sebagai berikut: (1) menyajikan fakta obyektif secara sistematis atau menyajikan hukum alam pada situasi spesifik; (2) penulisnya cermat, tepat, benar dan tulus; (3) tidak mengejar keuntungan pribadi. Motivasi penulis hanya untuk memberitahukan tentang sesuatu; (4) setiap langkah direncanakan secara sistematis dan terkendali, konseptual dan procedural; (5) menyajikan sebab-musabab dan pengertian. Kata-katanya mudah diidentifikasi. Alasanalasan yang dikemukakan indusif, mendorong untuk menarik kesimpulan tidak terlalu tinggi, dan bukan ajakan; (6) tidak memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung, kecuali dalam hipotesis; (7) ditulis secara tulus, dan hanya memuat kebenaran; (8) karya tulis ilmiah itu tidak argumentatif. Karya tulis ilmiah itu mungkin mencapai kesimpulan, tetapi penulisnya membiarkan fakta berbicara sendiri; (9) tidak persuasif dan tidak melebihlebihkan sesuatu. Ada beberapa macam karya tulis ilmiah, antara lain berupa artikel primer, sekunder, tertier dan kuarter. Artikel primer (primary article) adalah karya tulis yang berisi temuan baru penelitian yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Artikel primer ini disajikan sedemikian rupa, menurut tolok ukur cara penulisan ilmiah, sehingga peneliti lain dapat mengulang penelitian tersebut dengan cara yang sama atau dapat mengembangkan metode yang dipakai oleh peneliti (Montagnes, 1991; SOEHARDJAN, 1997). Untuk kalangan peneliti sosial dan ekonomi, teori baru hasil kajian atau pemikiran asli (original) yang belum dikenal sebelumnya termasuk pula sebagai artikel primer (TANTERA, 1995). RIFAI (1995) mengemukakan bahwa artikel primer antara lain mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) keorisinalannya tinggi, sehingga hanya menjadi arena komunikasi pakar berkeahlian terspesialisasi; (2) dilengkapi dengan perincian ilmiah untuk mengevaluasi kesahihan argumen atau hasil yang diungkapkan; (3) penyajiannya dilakukan secara padat, pekat dengan istilah teknis, serta dengan perbendaharaan kata (kosakata) dan istilah yang tidak terbatas jumlahnya; (4) artikel ini memang hanya diperuntukkan bagi para ilmuwan spesialis saja.
5
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
Sementara itu, artikel sekunder adalah karya tulis yang merupakan kajian ulang dari artikel-artikel primer dalam bentuk karya tulis tinjauan (review article). Karya tulis tinjauan ada dua macam, yaitu artikel tinjauan informatif dan artikel tinjauan ilmiah. Artikel tinjauan informatif tidak menyajikan analisis terhadap artikel primer yang digunakan sebagai bahan. Artikel tinjauan informatif menyajikan uraian tentang hasil penelitian yang mengutamakan manfaat bagi kepentingan praktek atau pengambil kebijaksanaan. Artikel tinjauan ilmiah menyajikan evaluasi analisis, sintesis, kritik dan ungkapan konsep bagi kepentingan perkembangan ilmu dan teknologi (SOEHARDJAN, 1997). Ciri-ciri artikel sekunder menurut (RIFAI, 1995; SOEHARDJAN 1997) antara lain adalah: (1) menyajikan hasil analisis ilmiah terhadap sejumlah artikel primer yang diterbitkan, oleh karena itu pembahasannya dapat berupa kritik, dukungan, atau pendapat lain; (2) mencerminkan status atau tingkat perkembangan disiplin ilmu (state of the art) pada saat artikel tinjauan diterbitkan; (3) menjelaskan polemik atau interpretasi yang berbeda antar penulis artikel primer; (4) mengungkapkan gagasan atau konsepsi baru untuk mengembangkan ilmu pengetahuan atau memecahkan masalah; (5) mengungkapkan segi-segi yang masih perlu diadakan pembuktiannya atau segi-segi yang diharapkan pemecahannya oleh disiplin lain; (6) mengungkapkan masalah dan pemecahannya untuk kepentingan para pengambil keputusan atau kepentingan praktik; (7) penyajiannya bersifat padat dan masih memuat seperangkat istilah ilmiah, tetapi kosakatanya berjumlah terbatas dan umumnya kurang dari 4000 karena istilah teknis yang dipergunakan harus dikenal semua orang terpelajar. Disamping artikel primer, dan sekunder, terdapat pula artikel tertier dan kuarter. Artikel tertier adalah artikel hasil kajian serta sintesis artikel primer dan sekunder dalam bentuk monografi tentang suatu topik atau pedoman praktek suatu pekerjaan atau masalah. Topik dari pedoman atau petunjuk tersebut dapat beragam dari yang paling sederhana sampai dengan yang agak detail. Sementara itu artikel kuarter adalah dalam bentuk buku teks pelajaran sekolah yang ditulis oleh pakar dan penulis yang telah mahir menuliskan untuk
6
membuat berbagai proses yang kompleks menjadi sesederhana mungkin yang mudah ditangkap oleh pelajar/mahasiswa tanpa mengurangi ketelitian dari pelukisannya dan tanpa membuat pembaca menjadi salah tangkap dari makna dan arti kekompleksan proses tersebut (TANTERA, 1995). Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 01/E/2005 tentang Pedoman Akreditasi Majalah Ilmiah, yang kemudian direvisi pada tahun 2011 berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 04/E/2011, menyatakan bahwa akreditasi diperuntukkan untuk majalah yang berisi hasil penelitian primer dan/atau artikel sekunder. STRUKTUR ARTIKEL PRIMER Seperti dikemukakan diatas artikel primer disajikan sedemikian rupa menurut tolok ukur ilmiah. Struktur artikel primer pada umumnya terdiri dari judul, nama penulis dan nama-nama lembaga tempat penelitian diadakan beserta alamatnya, abstrak, kata kunci, pendahuluan, materi dan metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka. ISO 5966 (1982) menetapkan agar tulisan terdiri dari judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, inti tulisan (teori, metode, hasil, dan pembahasan), kesimpulan dan rekomendasi, ucapan terima kasih (jika ada) dan daftar pustaka. Nama penulis yang tertera pada naskah tidak perlu disertai gelar kesarjanaannya. Isi dari unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut: Judul Kedudukan judul dalam artikel primer adalah sangat penting, oleh karena itu, penyusunannya harus dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh. Judul yang tidak jelas, terlalu umum dan kurang informatif, dan tidak memikat akan menyebabkan tulisan diremehkan orang. Oleh karena itu, judul harus mencerminkan materi yang dibahas, tidak terlalu umum dan juga tidak terlalu spesifik. Menurut RIFAI (1995) judul sebaiknya tidak boleh lebih dari 12 kata atau paling banyak terdiri atas 90 ketukan mesin ketik. Namun menurut SOEHARDJAN (1997) jumlah kata tidak
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
lebih dari 15, jika lebih dari 15 kata dapat dipakai sebagai subjudul. MALMFORS et al. (2005) menyatakan bahwa judul memberikan gambaran tentang artikel yang ditulis, dengan tujuan utama mendorong pembaca agar membaca artikel tersebut, apalagi dalam kondisi seperti sekarang dengan sangat banyaknya informasi. MONTAGNES (1988) dan RIFAI (1995) menyarankan judul yang baik untuk artikel primer adalah memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. menerangkan isi makalah secara akurat 2. menjelaskan subyek sespesifik mungkin didalam batas-batas ketersediaan ruang 3. hindari penggunaan singkatan, formula, dan jargon 4. biasanya hilangkan kata kerja 5. semudah mungkin dimengerti 6. berisi kata kunci, yang berguna untuk information retrieval system 7. hindari penggunaan kata-kata klise seperti penelitian pendahuluan, studi perbandingan, penelaahan terhadap, pengaruh pemberian, dan pengamatan awal Nama penulis dan nama lembaga Pencantuman nama penulis dalam suatu artikel primer, harus mengikuti kode etik ilmiah yang berlaku, termasuk urut-urutannya bila lebih dari satu penulis. Seseorang dapat dikatakan tidak etis bila ia mengambil hasil karya orang lain dan kemudian menulis atas nama sendiri. Penulis yang dicantumkan namanya dalam suatu artikel primer harus benar-benar telah memberikan kontribusi dalam keseluruhan penelitian, baik dalam perancangan maupun dalam pelaksanaannya. Penulis pertama adalah mereka yang memberikan paling banyak. Tidak etis jika atasan penulis dicantumkan sebagai ucapan terima kasih. Bagi mereka yang membantu kelancaran penelitian termasuk atasan, jika dipandang perlu dapat dicantumkan dalam ucapan terima kasih. Penyebutan nama dan alamat lembaga menandakan bahwa penelitian tersebut dilakukan di lembaga tersebut. Jika penulis berasal dari lembaga yang berbeda, maka pencantuman nama pengarang dan alamat lembaga tempatnya bekerja harus jelas.
Nama penulis dan lembaga hendaknya ditulis secara mantap sesuai kebiasaan resmi. Khusus untuk nama penulis, haruslah dipakai suatu bentuk cara penulisan dan pengejaan untuk menghindari kesulitan dalam penulisan indeks dan bibliografi. Bagian terakhir nama janganlah disingkat, sebab pengindekan nama pengarang dilakukan dengan mengambil bagian terakhir dari nama sebagai indeks. Nama penulis dalam artikel primer tidak perlu disertai gelar kesarjanaan. Abstrak Abstrak merupakan kependekan yang secara lengkap, komprehensif dan jelas menerangkan keseluruhan isi tulisan. Abstrak biasanya disajikan dalam satu paragraf dengan menggunakan jumlah kata antara 250 – 500 kata, ditulis secara jelas, tidak mengandung gambar, tabel atau pustaka. Abstrak harus dapat dibaca dan berdiri sendiri, artinya pembaca harus dapat mengerti abstrak, meskipun tidak familiar terhadap penelitian secara detail. Abstrak menurut MALMFORS et al. (2005) dapat berupa abstrak yang indikatif atau yang informative. Abstrak yang indikatif adalah abstrak berisi tujuan dan hasil penelitian yang bersifat umum. Sementara itu informative abstrak berisi tujuan dan didukung kesimpulan yang berupa data. Pada umumnya abstrak meliputi beberapa aspek sebagai berikut: 1. Masalah pokok yang terdiri atas latar belakang dan tujuan penelitian 2. Apa yang dilakukan, terdiri atas bahan dan metode 3. Hasil yang dicapai 4. Kesimpulan penting yang diperoleh Kata kunci Kata kunci (Key words) umumnya dipakai untuk scanning isi dari artikel dengan komputer untuk keperluan sistem pencarian informasi secara cepat. Deretan kata kunci diletakkan setelah abstrak dan terdiri atas 8 kata atau tidak melebihi garis panjangnya. Terdiri atas kata-kata yang mewakili isi tulisan dan merujuk buku thesaurus.
7
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
Pendahuluan Tujuan dari pendahuluan adalah untuk mengemukakan informasi latar belakang penelitian, sehingga pembaca dapat mengerti dan menilai hasil-hasil penelitian sebelumnya tanpa harus membuka kembali publikasi yang bersangkutan. Pendahuluan memuat rasional penelitian. Pustakanya hendaknya dipilih secara teliti, yang memberikan benar-benar latar belakang penelitian. Sebaiknya pustaka yang diacu jangan melebihi 10 tahun terakhir (RIFAI, 1995). Dengan demikian pendahuluan memuat unsur-unsur sebagai berikut (SOEHARDJAN, 1997): 1. Uraian ringkas mengenai masalah, ruang lingkup, dan hasil-hasil penting yang berkaitan 2. Penyajian ringkas mengenai penemuan penting dari peneliti terdahulu yang akan diuji kebenarannya atau akan dikembangkan lebih lanjut 3. Perumusan hipotesis yang akan diuji, pertanyaan yang akan dijawab atau tujuan tulisan 4. Pendahuluan dapat diakhiri dengan menyebut dampak yang diharapkan dari hasil penelitian yang sedang dilaporkan. Dalam ilmu sosial dapat disajikan kerangka teori, pemikiran atau definisi 5. Jumlah kata sekitar 500 Bahan dan metode Tujuan utama dari bagian bahan dan metode adalah memberikan kemungkinan kepada peneliti lain untuk mengulangi penelitian yang dilakukan. Bahan dan metode memuat lokasi, bahan dan cara. Lokasi penelitian hendaknya dikemukakan secara obyektif apa adanya sesuai pendekatan. Sebaiknya diberikan uraian geografi dari sudut pandang responden sehingga pembaca atau peneliti lain yang datang ketempat tersebut akan memperoleh gambaran yang sama. Untuk bahan, spesifikasi teknis dan kuantitas yang tepat dari bahan yang digunakan dalam penelitian harus dikemukakan secara terperinci, dan penggunaan nama dagang sedapat mungkin dihindari. Sementara itu, metode dan tehnik yang dipakai, rancangan percobaan, analisis statistik
8
agar diuraikan secara singkat, tetapi tanpa mengurangi rincian sehingga orang lain bisa mengulangi percobaan. Metode yang baku atau yang dipakai peneliti lain tidak perlu dikutip secara lengkap, sedangkan metode yang dimodifikasi diuraikan secara terperinci. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam menulis bahan dan metode (WIGGIN dan BERNSTEN, 1979): 1. Bahan dan metode yang digunakan ditulis secara mendalam sehingga peneliti lain dapat mengulang tulisan tersebut 2. Urut-urutan penulisannya secara kronologis, dan menggunakan kalimat pasif 3. Hasil penelitian jangan dicantumkan dalam tulisan ini 4. Jangan terlalu banyak memberikan asumsi Hasil dan pembahasan Bagian hasil dan pembahasan dapat disatukan atau terpisah. Hasil merupakan inti dari tulisan. Oleh karena itu, di bagian ini disuguhkan data dan informasi yang ditemukan oleh peneliti. Apabila hasil dipisahkan, hasil yang berupa data hendaknya dalam bentuk tabel atau gambar (ilustrasi) sehingga setiap angka tidak perlu dikemukakan dalam teks. Hal yang perlu dikemukakan adalah data yang menonjol, kecenderungan, atau hubungan antar peubah. Hasil negatif dari penelitian juga perlu dikemukakan yang mungkin berguna bagi peneliti lain. Pada bagian pembahasan ini penting untuk menjelaskan mengapa dan apa arti atau implikasi hasil yang diperoleh. Oleh karena itu, sebaiknya dalam pembahasan tidak terjadi pengulangan yang sudah dikemukakan pada bagian hasil. SOEHARDJAN (1997) mengemukakan 5 unsur utama dalam pembahasan sebagai berikut: 1. Menyajikan prinsip, hubungan, dan generalisasi dari hasil penelitian 2. Menjelaskan adanya pengecualian atau tidak adanya korelasi dalam kasus demikian 3. Menyajikan persamaan atau perbedaan interpretasi dengan hasil penelitian terdahulu (berdasarkan pustaka) 4. Menjelaskan pentingnya hasil yang diperoleh untuk bahan perumusan kebijakan, kepentingan praktik, atau dikembangkan dengan penelitian lanjutan
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
5. Menjawab pertanyaan yang dirumuskan dalam bab pendahuluan (mengaitkan tujuan penelitian dan hasil yang diperoleh) Kesimpulan Artikel ilmiah harus diakhiri dengan kesimpulan, yang secara logika mengikuti data hasil penelitian. Kesimpulan hendaknya merumuskan intisari hasil pembahasan secara obyektif, serta merumuskan saran atau implikasi yang menyangkut bahan perumusan kebijakan, penelitian lanjutan yang diperlukan atau penerapan hasil penelitian dalam praktik. Ucapan terima kasih Ucapan terima kasih diucapkan kepada mereka yang telah memberikan bantuan, terdiri dari dua tipe yaitu umum dan khusus. Ucapan terima kasih yang bersifat umum termasuk didalamnya adalah ucapan terima kasih kepada institusi, laboratorium, atau sumber dana. Yang bersifat khusus adalah ucapan terima kasih pada kolega dan teknisi atau penelaah baik yang anonim atau yang diketahui namanya. Bila penelitian yang ditulis adalah merupakan bagian dari disertasi atau tesis, maka dapat dimasukkan pada ucapan terima kasih. Daftar pustaka Penulisan daftar pustaka mengacu dari media yang bersangkutan, dan hendaknya pustaka yang dirujuk sebagian besar adalah artikel primer.
Appendix atau lampiran Lampiran memberikan bahan tambahan (suplemen) bagi pembaca yang mungkin tidak penting, akan tetapi mungkin sangat membantu. Contoh lampiran antara lain kuesioner, program computer, derivasi matematik yang komplek atau pembuktian. Secara garis besar isi dari setiap bab suatu artikel primer dapat dilihat pada Tabel 1 (MALMFORS et al., 2005). STRUKTUR ARTIKEL SEKUNDER Struktur artikel sekunder atau yang dikenal dengan review article pada prinsipnya sama dengan artikel primer, namun pada umumnya pada artikel sekunder ini tidak ada bahan dan metode atau metodologi (RIFAI, 2006), sehingga susunan artikel sekunder atau review article ini terdiri dari, judul, penulis dan alamatnya, abstrak, pendahuluan, batang tubuh dari artikel ini, kesimpulan dan daftar pustaka. Bahkan menurut MALMFORS et al. (2005) sebelum kesimpulan dapat pula ditambahkan diskusi umum. Pendahuluan sama halnya dengan artikel primer, dimana ada pernyataan masalah dan mengapa kita melakukan review terhadap pustaka (literature), akan tetapi didalam pendahuluan ini tidak terdapat review. Kesimpulan dan daftar pustaka juga sama dengan artikel primer, yang berbeda adalah pada batang tubuh dari artikel tersebut. Dalam menulis artikel ini yang menjadi tantangan adalah membuat batang tubuh
Tabel 1. Garis besar isi dari setiap bab suatu artikel primer Bab
Apa yang akan disampaikan kepada pembaca
Judul
Tentang apa artikel tersebut
Abstrak
Ringkasan singkat yang dapat berdiri sendiri
Pendahuluan
Masalah, apa yang telah diketahui, apa yang tidak atau belum diketahui, dan tujuan
Bahan dan metode
Apa yang dikerjakan
Hasil dan pembahasan
Apa yang didapat dan bagaimana interpretasi hasil penelitian tersebut
Kesimpulan
Kemungkinan implikasi dan dampaknya
Ucapan terima kasih
Siapa yang berkontribusi dan bagaimana kontribusinya
Appendix atau lampiran
Bahan tambahan atau suplemen
Sumber: MALMFORS et al. (2005)
9
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
menjadi beberapa bab sesuai dengan topik atau tema yang jelas, sehingga pembaca dapat mengikuti alasan pembaban tersebut. Topik harus dibuat terpisah, tetapi dengan urutan yang logis. Pembaban ini dimulai dari yang umum kemudian mengkerucut kearah yang khusus, namun bab yang khusus tersebut harus masih ada hubungannya dengan bab yang umum dalam diskusi. JENIS DAN PERSYARATAN PUBLIKASI Karya tulis yang telah dicetak dan diterbitkan dalam suatu media disebut publikasi (publication). Pengertian diterbitkan adalah disebarluaskan atau diumumkan. Dengan demikian tujuan publikasi adalah menyebarluaskan informasi, yang dapat berupa data, ilmu pengetahuan, pesan, pedoman, himbauan atau gagasan yang bermanfaat yang disampaikan kepada masyarakat. Tanggapan dari pembaca dapat dipublikasikan sehingga publikasi menjadi media tukar-menukar informasi. Publikasi juga berfungsi sebagai dokumen yang tersimpan dalam perpustakaan, baik dalam bentuk cetakan maupun media elektronik dan apabila diperlukan mudah untuk ditelusuri. Oleh karena itu, publikasi harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya adalah perlunya nomor ISSN (International Standard Serial Number) untuk publikasi yang terbit secara berkala (seri) dan ISBN (International Standard Book Number) untuk publikasi (buku) yang terbit secara tunggal). Baik ISSN maupun ISBN dicetak ditempat yang mudah terlihat (SOEHARDJAN, 1997). Untuk terbitan berseri pada pada umumnya ISSN dicetak pada sudut kanan atas halaman sampul majalah atau pada halaman daftar isi (MONTAGNES, 1991). Untuk terbitan monografi tidak berseri, nomor ISBN dicetak pada halaman sampul depan. Sistem ISBN diatur dalam ISO 2108 (1972) yang dimaksudkan untuk keperluan identifikasi penerbit, distributor, dan jasa pengelolaan. Sistem ini juga diperlukan guna pemesanan, pembayaran, pustakawan, dan penjualan. Oleh karena itu, ISSN atau ISBN bukan mencirikan tinggi rendahnya mutu suatu publikasi (SOEHARDJAN, 1997). Nomor ISSN atau ISBN dapat diperoleh di Pusat Dokumentasi Ilmiah Indonesia (PDII), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
10
Publikasi dapat diterbitkan secara berurutan dan berkelanjutan (seri) atau diterbitkan secara tunggal. Publikasi yang diterbitkan secara berkala merupakan suatu media yang pada umumnya disebut majalah. Atau ada pula penerbit yang memberi nama majalahnya dengan sebutan jurnal, buletin, atau lainnya. Publikasi yang diterbitkan secara berurutan, tetapi tidak terikat jadwal terbit, digolongkan dalam publikasi seri (serial publication). Publikasi yang diterbitkan secara tunggal dengan topik tertentu dan tidak ada kelanjutan disebut buku atau monografi. Majalah maupun terbitan seri disyaratkan untuk menggunakan nomor yang berurutan, untuk memudahkan pengguna dalam menelusuri informasi. Disamping itu apabila buku atau majalah disimpan di perpustakaan akan mudah ditelusuri (SOEHARDJAN, 1997). Publikasi yang memuat karya tulis ilmiah berupa hasil penelitian asli (original) disebut publikasi primer (primary publication). Seperti dikemukakan diatas, karya tulis yang dimuat dalam publikasi primer adalah merupakan temuan baru yang pertama kali diumumkan disertai dengan rincian metodologi penelitian, pembahasan, kesimpulan, abstraksi, dan daftar pustaka. Penyajian metodologi penelitian disyaratkan dengan maksud agar pembaca dapat menilai validitas temuan penulis, serta peneliti lain dapat mengulangi atau mengembangkan temuannya (SOEHARDJAN, 1997). Menurut DAY (1983) artikel primer harus berisi informasi yang cukup sehingga para pakar dapat mengkaji pengamatan, mengulang percobaan dan mengevaluasi proses intelektual. Oleh karena itu, untuk mengkaji validitas informasi, penerbitan majalah ilmiah akan berbobot apabila dikelola dengan sistem referee (SOEHARDJAN, 1997). Publikasi yang memuat karya tulis tinjauan (review article), ulasan, rangkuman, atau bibliografi disebut publikasi sekunder. Ciri-ciri dan jenis artikel sekunder telah dikemukakan di atas. Publikasi yang memuat makalah atau prasaran yang dikemukakan dalam suatu pertemuan, seperti seminar, simposium, kongres, rapat kerja, atau lokakarya disebut prosiding (proceedings) atau risalah. Umumnya prosiding dimaksudkan untuk mempublikasikan karya tulis sekunder (secondary article). Namun ada pula prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
yang memuat karya tulis primer (primary article). Para pakar umumnya berpendapat bahwa artikel primer yang dimuat dalam prosiding merupakan laporan sementara. Artikel demikian tidak valid jika digunakan sebagai bahan rujukan suatu artikel ilmiah (SOEHARDJAN, 1997). Artikel primer dinilai valid jika dimuat dalam publikasi primer (DAY, 1983). Oleh karena itu, artikel primer yang dimuat dalam prosiding tidak diklasifikasikan sebagai artikel ilmiah primer. Publikasi ilmiah primer dan sekunder ditujukan terutama kepada para pakar, sedangkan publikasi populer ditujukan kepada kalangan yang lebih luas. Publikasi ilmiah adalah publikasi yang memuat artikel ilmiah yang telah dinilai validitasnya oleh pakar sebidang. Publikasi ini harus tersedia secara terbuka dalam komunitas pakar-pakar (SOEHARDJAN, 1997). Monografi dapat memuat artikel atau topik ilmiah yang merupakan status perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tertentu saat diterbitkan. Monografi semacam ini mencantumkan rujukan pada setiap pernyataan penting agar pembaca dapat mempelajari lebih mendalam dari pustaka yang dirujuk. Monografi demikian umumnya disebut buku pegangan (textbook) dipakai para mahasiswa atau pakar untuk memperluas pandangan. Monografi juga dapat berisi topik yang sifatnya populer yang bermanfaat bagi masyarakat lebih luas. Istilah yang dipakai umumnya adalah istilah yang telah populer dikenal oleh masyarakat. Publikasi berseri oleh International Standardization Organization (8-1974) dipersyaratkan secara ringkas bahwa publikasi primer harus mempertahankan konsistensi format dan tata letak yang tercantum dalam ISO 8-1974. Disamping itu, pada sampul depan harus tercantum sekurang-kurangnya sebagai berikut: 1. Nomor ISSN 2. Nama publikasi atau majalah 3. Volume atau tahun, bulan atau tanggal dan nomor terbitan 4. Nama dan tempat penerbit Pada sampul depan bagian dalam sekurangkurangnya dicantumkan: 1. Nama-nama redaksi (dewan redaksi dan redaksi pelaksana) 2. Ruang lingkup
3. Frekuensi terbit setiap volume atau tahun, 4. Singkatan nama publikasi (jika dapat disingkat) 5. Pada sampul belakang bagian dalam dicantumkan petunjuk bagi penulis Sementara itu, ketentuan tentang terbitan berkala dibahas dalam Sistematika Penyajian Terbitan Berkala Sesuai Standar Nasional dan Internasional (SUWAHYONO et al., 1999), serta Pedoman Penampilan Majalah Ilmiah Indonesia (SUWAHYONO et al., 2004). Secara umum terbitan berkala mengacu pada SNI 1901950-1990, serta ISO 8-1977. Publikasi prosiding atau risalah di Badan Litbang Deptan telah diatur dalam Pedoman Penyusunan dan Penilaian Prosiding Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BADAN LITBANG PERTANIAN, 1997) dan Keputusan Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 1661/D/1999 tertanggal 13 Juli 1999. Menurut Keputusan Ketua LIPI Nomor 1661/D/199, pasal 3, prosiding dapat dinilai sebagai publikasi yang diterbitkan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Merupakan hasil seminar ilmiah, dicetak sesudah seminar selesai, dan sesudah ada masukan dari peserta seminar untuk perbaikan, dan sudah diedit oleh dewan redaksi/penelaah/penyunting 2. Sifat seminar boleh nasional, regional atau internasional 3. Bahan yang diseminarkan dapat bervariasi; hasil penelitian, gagasan/tinjauan, hasil dari sebagian dari satu seri penelitian; 4. Peserta seminar harus berasal dari berbagai departemen, lembaga non-departemen, perguruan tinggi, dunia usaha, dll., dan bukan hanya dihadiri oleh satu atau dua instansi saja; 5. Makalah yang dipresentasikan dalam seminar minimal 10 makalah dengan jumlah peserta seminar minimal 50 orang, yang berasal dari berbagai departemen, lembaga non-departemen, perguruan tinggi, dunia usaha, dll. 6. Diterbitkan oleh pusat/lembaga eselon II dan/atau lebih tinggi, atau oleh organisasi profesi ilmiah atau oleh penerbit profesional 7. Ada dewan redaksi/penelaah/penyunting 8. Mempunyai nomor ISBN atau ISSN
11
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
9. Cover dicetak, manuskrip berbentuk buku, bukan diktat
dicetak,
Sementara itu publikasi dalam bentuk buku/monografi diatur pada pasal 2 Keputusan Ketua LIPI No 1661/D/1999, yang menyatakan bahwa buku dapat dinilai sebagai buku ilmiah apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Bertujuan untuk menampung/ mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian ilmiah, dan atau konsep ilmiah dari disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi tertentu 2. Ditujukan kepada masyarakat ilmiah/ peneliti 3. Diterbitkan oleh suatu organisasi/badan ilmiah setingkat pusat/lembaga eselon II atau lebih tinggi atau oleh organisasi profesi ilmiah, atau oleh penerbit profesional 4. Mempunyai redaksi/penelaah/penyunting yang terdiri dari para ahli menurut bidang keilmuan yang bersangkutan 5. Mempunyai nomor ISBN 6. Sekali terbit paling sedikit 300 eksemplar 7. Berisi tulisan ilmiah; tulisan ilmiah ditulis mengikuti norma-norma penulisan tulisan ilmiah 8. Penampilan buku; cover dicetak dan semua manuskrip dicetak, bentuk buku sebagaimana layaknya suatu buku, bukan diktat DAFTAR PUSTAKA BADAN LITBANG PERTANIAN. 1997. Pedoman Penyusunan dan Penilaian Prosiding Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.
BROTOWIDJOYO, M.D. 1993. Penulisan Karangan Ilmiah. Cetakan Pressindo, Jakarta.
Ketiga.
Akademika
CBE. 1983. CBE Style Manual. 5th Ed. Council of Biology Editors, Inc., Bethesda, Maryland, USA.
DAY, R.A. 1983. How to Write and Publish a Scientific Paper. Philadelphia, USA.
2nd
Ed.
ISI
Press,
LIPI. 2005. Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor: 01/E/2005, tanggal 26 Juli 2005 Tentang Pedoman Akreditasi Majalah Ilmiah. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
12
LIPI. 2011. Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor: 04/E/2011, tanggal 30 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi Majalah Ilmiah. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
MALMFORS, B., P. GARNSWORRTHY and M. GROSSMAN. 2005. Writing and Presenting
Scientific Papers. 2nd Ed. Nottingham University Press, Nottingham, UK.
MONTAGNES, I. 1991. Editing and Publication. A training manual. International Rice Research Institute, Manila.
RIFAI, M.A. 1995. Pegangan Gaya Penulisan Penyuntingan dan Penerbitan Karya-ImiahIndonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. RIFAI, M.A. 2006. Kiat-kiat meningkatkan kemampuan teknis penyusunan tulisan ulasan (review article). Makalah disampaikan dalam Workshop Penulisan Ilmiah, PUSTAKA Departemen Pertanian. Bogor, 5 – 8 Desember 2006.
SOEHARDJAN, M. 1997. Pengeditan Publikasi Ilmiah dan Populer. Balai Pustaka, Jakarta.
SUWAHYONO, N., SRI PURNOMOWATI dan M. GINTING. 1999. Sistematika Penyajian Terbitan Berkala Sesuai Standar Nasional dan Internasional. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
SUWAHYONO, N., S. PURNOMOWATI dan M. GINTING. 2004. Pedoman Penampilan Majalah Ilmiah Indonesia. Cetakan Kedua. Suwahyono, N., Sri Purnomowati, dan M. Ginting. 1999. Sistematika Penyajian Terbitan Berkala Sesuai Standar Nasional dan Internasional. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
SYAM, M. 1992. Penulisan makalah ilmiah. Bahan Latihan. Latihan Penyuntingan Ilmiah, Bogor 21 September – 4 Oktober, 1992. Kerjasama antara Pusat Penelitian Tanaman Pangan dengan Balai Penataran dan Latihan Pertanian (BPLP) Ciawi.
TANTERA, D.M. 1995. Berbagai persyaratan di dalam penulisan artikel primer. Makalah disampikan dalam Pelatihan Keredaksian Publikasi Ilmiah Pusat Penelitian Lingkup AP3I. Bogor, 24 – 29 April 1995.
WIGGIN,
B. and J. BERSTEN. 1979. Communicating and Technical English: A Handbook for Agricultural Scientists. English for Agricultural Training Project. Agency for Agricultural Research and Development, Bogor. Memio.