POLA KOMUNIKASI PADA SUB DINAS PEMBINAAN MENTAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN PRAJURIT DI MARKAS KOMANDO KORPS MARINIR
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Muhammad Sidiq NIM : 206051004140
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TA. 1431 H / 2010 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi islam (S.Kom.I) 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat,
Maret 2011
Muhammad Sidiq
ii
POLA KOMUNIKASI PADA SUB DINAS PEMBINAAN MENTAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN PRAJURIT DI MARKAS KOMANDO KORPS MARINIR
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh MUHAMMAD SIDIQ NIM : 206051004140
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TA. 1431 H / 2010 M
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Pola Komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir, telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Maret 2011 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta, 16 Maret 2011
iv
ABSTRAK
Muhammad Sidiq 206051004140 ”Pola Komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir” Disiplin bagi seorang anggota militer atau seorang Prajurit TNI merupakan suatu keharusan dan pola hidup yang harus dijalani. Pembentukan disiplin bagi Prajurit diawali dari masa pendidikan dasar keprajuritan. Pembinaan dan pengasuhan merupakan salah satu cara pembentukan disiplin bagi Prajurit. Pola pembinaan diberikan melalui intensitas kegiatan disertai doktrin bagi anggota TNI. Karena sifatnya yang ‘harus’ tadi, maka perlu diberlakukan suatu peraturan dan ketentuan demi lancarnya penegakan disiplin dalam tubuh organisasi militer. Disiplin prajurit adalah ketaatan dan kepatuhan yang sungguh-sungguh setiap prajurit yang didukung oleh kesadaran yang bersendikan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, untuk menunaikan tugas dan kewajiban serta bersikap dan berperilaku sesuai dengan aturan-aturan atau tata kehidupan prajurit. Dari penjelasan diatas timbullah beberapa pertanyaan, bagaimana pola komunikasi yang baik agar disiplin tersebut tetap terjaga tanpa ada paksaan dari atasan. Selain itu apa yang menjadi faktor pendorong dan penghambat dalam upaya meningkatkan disiplin prajurit khususnya prajurit Marinir di Markas Komando Korps Marinir. Metode penulisan skripsi ini adalah field research (penelitian lapangan), dimana penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan guna mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini. Dan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara objektif suatu masalah dalam skripsi ini. Sedangkan teknik penulisan bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran terhadap subjek dan objek penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumenter. Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi yang dilakukukan Sub Dinas Pembinaan Mental untuk mengurangi pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit dan untuk mengetahui faktorfaktor yang menjadi penghambat dan pendorong yang mempengaruhi prajurit Korps Marinir dalam hal kedisiplinan.
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan Rahmat dan Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pola Komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir”. Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata-1 (S-1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan 2 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Drs. Suhaimi, M.Si selaku pembimbing dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Keluarga besar terutama kedua Orang tua, bapak Sidiq dan ibu Darni yang selalu memberikan dukungan moril sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 6. Bapak Mayor Laut (KH) Sjafari Suratna yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan kuliah. 7. Untuk Istriku Puji Astuti, S.Kep dan anakku Muhammad Umar Ja’far Sidiq yang aku sayangi, yang selau memberikan dukungan dalam kuliah dan penyelesaian skripsi ini.
vi
8. Rekan-rekan kerja di kantor yang selalu memberikan bantuan dan dorongan dalam melaksanakan kuliah dan skripsi ini. 9. Teman-teman Non Reguler Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang bekerja sama dalam proses belajar. 10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu selama masa pendidikan hingga penyelesaian skripsi ini. Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Ciputat,
Maret 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL ................................................................................................... LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ABSTRAK .............................................................................................................. KATA PENGANTAR.............................................................................................. DAFTAR ISI............................................................................................................. DAFTAR TABEL.................................................................................................... DAFTAR BAGAN................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..............................................................................
i ii iii iv v vi viii x xi 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah................................................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................................
5
D. Metodoligi Penelitian .................................................................................
6
E. Tinjauan Kepustakaan ................................................................................
9
F. Sistematika Penulisan.................................................................................
10
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Komunikasi..................................................................................................
12
1. Pengertian Komunikasi ...........................................................................
12
2. Tingkatan Komunikasi ............................................................................
23
3. Teknik-teknik Komunikasi ......................................................................
25
4. Model Komunikasi ..................................................................................
27
5. Hambatan komunikasi .............................................................................
29
B. Pola Aliran dan Arah Komunikasi dalam Organisasi....................................
32
1. Pola Aliran Komunikasi ..........................................................................
32
2. Arah Aliran Komunikasi ..........................................................................
33
C. Mental dan Disiplin Prajurit .........................................................................
36
1. Pengertian Mental ....................................................................................
36
2. Pembinaan Mental Rohani .......................................................................
38
3. Pengertian Disiplin Prajurit ...................................................................... 39 4. Jenis Pelanggaran Disiplin .......................................................................
viii
40
BAB III SEJARAH DAN GAMBARAN UMUM DISIPLIN PRAJURIT DI MARKAS KOMANDO KORPS MARINIR A. Sejarah Terbentuknya Markas Komando Korps Marinir ........................
43
B. Kondisi Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir ...............
45
C. Tugas Dan Wewenang Sub Dinas Pembinaan Mental ............................
48
D. Struktur Organisasi Sub Dinas Pembinaan Mental Korps Marinir..........
51
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN A. Pola Komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental dengan Prajurit Marinir ................................................................................................. B. Upaya-upaya Peningkatan Disiplin Prajurit Marinir................................
52 64
C. Faktor Pendorong dan Penghambat Sub Dinas Pembinaan Mental dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Prajurit ..................................................... 73
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................. 77 B. Saran-saran................................................................................................ 78 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL 1. Tabel 1 Data pelanggaran Denma Mako Kormar .............................................. 47
x
DAFTAR BAGAN 1. Struktur Organisasi Sub Dinas Pembinaan Mental ........................................
51
2. Bagan 1 Komunikasi ke bawah.......................................................................
57
3. Bagan 2 Komunikasi ke atas...........................................................................
61
4. Bagan 3 Komunikasi horizontal.......................................................................
63
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Disiplin adalah sikap mental yang merupakan wujud dari kepribadian seseorang yang tercermin dari sikap, perbuatan terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran. Sebagai organisasi militer yang berfungsi sebagai alat negara dalam menjaga kedaulatan negara dilengkapi alatperalatan dan persenjataan yang dapat mematikan dan membunuh lawan (manusia). Alat-peralatan dan persenjataan yang dibeli dengan uang negara, dibenarkan secara hukum untuk digunakan TNI terhadap seseorang atau sekelompok orang yang dengan kekuatan padanya mengancam integritas dan kedaulatan negara.
Dengan fungsi dan tugas serta tanggung jawabnya seperti itu, maka disiplin merupakan harga mati yang tidak dapat ditawar di dalam organisasi militer Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kekuatan persenjataan yang ada padanya, membuat militer berkemampuan untuk berbuat apa pun, tanpa ada kekuatan lain yang dimiliki negara mampu mencegahnya. Karena itu, disiplin, yang berarti ketaatan terhadap hukum dan peraturan serta ketaatan pada perintah, adalah hal mutlak bagi setiap anggota militer, karena hanya itulah yang mampu mencegah militer untuk berbuat apa pun sekehendaknya.
Dalam Al-quran Surah An-Nisa Ayat 59 Allah berfirman:
1
Artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulul Amri (Pemegang kekuasaan diantara kamu). Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah (Al-quran) dan Rasul (Sunahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. Dari ayat di atas jelas bahwa kita diperintahkan untuk mentaati Allah Swt, Rasul dan Pemegang kekuasaan. Allah Swt Yang Maha Tahu mana yang terbaik buat manusia. Allah Swt memerintahkan manusia untuk shalat agar membentuk sikap ta’at dan berdisiplin tinggi dan tahu akan pentingnya waktu. Dalam lingkungan militer sebagai prajurit harus disiplin atau mentaati aturan-aturan dan perintah pimpinan atau atasan.
Disiplin menghadap Tuhan 5 kali sehari. Disiplin melakukan aturan-aturan shalat. Disiplin waktu, disiplin berjamaah, kebersamaan, disiplin kebersihan, disiplin mengikuti undang-undang ataupun aturan-aturan. Disiplin menghadap atau memberikan laporan kepada atasan, disiplin berbuat dan bekerja baik, hal ini sekaligus menjadikan manusia-manusia yang jujur, manusia yang bertanggung jawab, manusia bersih hati dan perbuatan, manusia bergotong-royong, manusia yang rajin dan sungguh-sungguh, manusia yang pandai mensyukuri pemberian Tuhan, manusia yang takut kepada Tuhan.1 Pasal 1(a) Peraturan Disiplin Militer berbunyi, "Disiplin Militer adalah suatu syarat mutlak untuk menepati semua peraturan militer dan semua perintah kedinasan dari tiap-tiap atasan, pun yang mengenai hal yang kecil-kecil, dengan tertib, tepat dan sempurna".
1
http://latifabdul.multiply.com/journal/item/28.
2
Disiplin merupakan rohnya militer. Maka di dalam beberapa hal, kehidupan militer menjadi amat berbeda dengan kehidupan masyarakat pada umumnya. Hak dan kewajiban antara atasan dan bawahan diatur secara ketat. Kewajiban bawahan untuk memberikan penghormatan pada atasannya di mana pun dan dalam keadaan apa pun. Baju seragam dengan tanda pangkat yang menunjukkan atasan dan bawahan yang dibuat mencolok, dimaksudkan agar setiap anggota tentara dapat dengan cepat mengenali siapa atasannya dan siapa bawahannya. Dalam keadaan yang paling kritis sekali pun yang mungkin menyangkut nyawa dan keselamatan negara, seorang anggota militer dalam hitungan detik, harus dapat segera mengenali perintah yang diberikan itu dikeluarkan oleh orang yang berhak atau tidak2 Prajurit Markas Komando Korps Marinir sebagai bagian dari komponen utama dalam penyelenggaraan pertahanan Negara yang memiliki kemampuan keprajuritan dan dihadapkan pada tugas rutin, maupun operasional serta pengaruh lingkungan, perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi, arus globalisasi yang dapat membawa dampak negatif terhadap pola kehidupan prajurit. Sebagai seorang prajurit yang disatu sisi prajurit dihadapkan dengan tuntutan untuk memenuhi kesejahteraan keluarga namun di sisi lain harus menjunjung tinggi nilai-nilai disiplin keprajuritan, dengan kondisi kesejahteraan prajurit yang pas-pasan, terkadang prajurit melakukan tindakan yang melanggar disiplin, Sebagai contoh dari tindakan prajurit yang melanggar disiplin seperti terlambat waktu masuk kekantor hingga Desersi atau tidak masuk kerja tanpa keterangan lebih dari dua hari, tidak melengkapi surat-surat kendaraan bermotor, hingga tindakan yang lebih besar seperti menjadi pengedar barang-barang terlarang (narkoba), menjadi bakking tempat-tempat hiburan malam dan berbagai masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut merupakan suatu masalah yang dihadapi Markas Komando Korps Marinir, dalam pembinaan disiplin prajurit. Dalam hal ini Sub Dinas Pembinaan Mental sebagai salah satu Satuan kerja yang mempunyai peran dalam hal pembinaan disiplin prajurit yang salah satu kegiatannya memberikan pengarahan 2
http://www.ksatrian.or.id/tulisan/patuh.htm.
3
kepada prajurit untuk mewujudkan sikap dan tingkah laku yang memiliki watak dan jati diri sebagai prajurit dengan menjunjung tinggi norma-norma dasar kehidupan. Dalam proses pembinaan disiplin tersebut, sebagai prajurit dituntut tetap berpedoman kepada nilai-nilai Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNIAL, dan Enam Tuntunan Korps Marinir. Komunikasi adalah Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan).3 Dalam hal ini komunikasi yang baik merupakan salah satu proses yang diperlukan dalam peran pembinaan rohani Islam dalam pembinaan disiplin prajurit. Dengan adanya pola komunikasi yang baik maka sebuah organisasi akan memiliki kekuatan baik secara keanggotaan maupun jaringan di luar organisasi. Kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi maka proses pengelolaan keorganisasian akan macet dan berantakan4. Dilihat dari pentingnya komunikasi dan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketidakdisiplinan prajurit dalam sebuah organisasi maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pola komunikasi yang terjadi dalam sebuah struktur organisasi yang dalam memberikan pembinaan disiplin prajurit di Markas Komando Korps Marinir agar dapat menekan tingkat penyimpangan prajurit demi terwujudnya prajurit yang tetap memelihara disiplin dalam melaksanakan tugas yang dilandasi dengan nilai-nilai Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNI-AL, dan Enam Tuntunan Korps Marinir.
3 4
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) ,cet.ke-1,h.18. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara,2007) cet ke-8 h.1.
4
Berdasarkan dari penjelasan di atas, penelitian ini di beri judul ”Pola Komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental (Subdisbintal) dalam Upaya Meningkatkan disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas penelitian ini berfokus pada program kegiatan Sub Dinas pembinaan Mental dan disiplin prajurit pada tahun anggaran 2010, dalam bekerja ditinjau dari sudut pandang agama Islam. 2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan menjadi acuan penelitian ini adalah: a. Bagaimana Pola Komunikasi Sub Dinas Pembinaan Mental dengan Prajurit Marinir dalam upaya meningkatkan disiplin prajurit di Markas Komando Korps Marinir? b. Apa Faktor Pendorong dan Penghambat Sub Dinas Pembinaan Mental dalam upaya meningkatkan disiplin prajurit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk mengembangkan penelitian berikutnya. b. Tujuan Praktis - Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi di lingkungan Sub Dinas Pembinaan Mental.
5
- Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat Sub Dinas Pembinaan Mental dalam mengkomunikasikan disiplin prajurit. - Memberikan gambaran kepada pimpinan Markas Komando Korps Marinir dalam menentukan kebijakan dan keputusan yang menyangkut disiplin prajurit di Markas Komando Korps Marinir. 2. Manfaat penelitian Penelitian ini ada dua manfaat yakni: a. akademis : - Mengembangkan kajian ilmu sosial dalam hal komunikasi mengenai pola komunikasi organisasi. - Membuktikan antara dua data yaitu teori dan fakta di lapangan mengenai komunikasi organisasi yang menjadi bidang dalam komunikasi. b. praktis: - Menambah pengetahuan pembaca dan semua pihak yang terkait tentang pembinaan rohani Islam dalam meningkatkan disiplin prajurit. - Sebagai masukan dan acuan untuk melaksanakan upaya-upaya dalam meningkatkan disiplin prajurit.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Sedangkan tipe penelitian ini menggunakan tipe deskriptif kualitatif, dimana peneliti hanya memaparkan situasi atau peristiwa dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara mendalam terhadap subjek penelitian untuk
mendapatkan
informasi
aktual,
6
mengidentifikasi
masalah,
membuat
perbandingan, dan menentukan langkah untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. 5 2. Subjek penelitian Subjek penelitian merupakan pengurus yang terdapat di dalam organisasi Sub Dinas pembinaan mental Korps Marinir yang beralamat di Jl. Prapatan No.40 kwitang Jakarta pusat. 3. Tahapan penelitian 3.1 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, karena menggunakan metode penelitian kualitatif dan bersifat deskriptif, maka penulis melakukan pengumpulan data membagi menjadi dua sumber yakni sumber data primer dan data sekunder. Data Primer berupa data yang berasal dari : a. Wawancara Mendalam Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas atau gejala yang dipilih untuk diteliti. 6 Wawancara ini dilakukan kepada orang-orang yang dianggap memiliki wewenang di Sub Dinas Pembinaan Mental Korps Marinir dalam hal ini Kasi Juang Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag dan Kasi Rohani Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag.
Dalam metode
wawancara nantinya penulis akan menggunakan catatan manual dan tape dalam setiap wawancara yang dilakukan. Dengan teknik ini 5
Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007) cet-
6
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKiS,2008) cet ke-2 h.132.
13 h.24.
7
peneliti berharap informan dapat memberikan jawaban dengan bebas sesuai pikiran dan pengetahunnya, sehingga tercipta suasana yang harmonis pada saat wawancara dan peneliti memperoleh informasi yang lebih luas. Sedangkan data Sekunder berasal dari: b. Pengamatan (observasi) Observasi berguna untuk menjelaskan dan merinci gejala yang terjadi, seringkali observasi dilakukan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dengan teknik-teknik penelitian lainnya. Pengamatan ini dilakukan dengan melihat langsung proses kegiatan prajurit setiap harinya yang menyangkut dengan kedisiplinan prajurit dalam bekerja serta mencermati setiap tanda-tanda pada objek penelitian yaitu prajurit di Markas Komando Korps Marinir. c. Dokumentasi Dokumentasi ini dilakukan untuk mengetahui kegiatankegiatan prajurit dan kegiatan Sub Dinas Pembinaan Mental dalam memberikan pengarahan kepada prajurit.
8
3.2 Pengolahan Data Setelah mendapatkan data-data dari sumber yang telah di tentukan maka data-data tersebut diklasifikasikan dan diolah melalui tabel-tabel. 3.3 Analisis Data Dalam penulisannya, peneliti akan menggunakan analisis data secara kualitatif dengan menggunakan cara berpikir induktif, yaitu cara berpikir yang berangkat dari hal-hal khusus yang peneliti dapatkan dari lapangan menuju deduktif, yaitu menuju hal-hal yang bersifat menggeneralisasi atau umum dan untuk memperjelas data akan di kemukakan melalui tabel. 4. Penentuan Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Markas Komando Korps Marinir dengan pertimbangan bahwa peneliti ingin mengetahui tingkat disiplin prajurit melalui pembinaan rohani, serta lokasi penelitian ini sekaligus menjadi tempat kerja peneliti, sedangkan waktu penelitian di mulai tanggal 10 Desember 2009 sampai dengan Maret 2010. 5. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan skripsi ini, peneliti berpedoman pada buku CeQDA yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah yang berjudul ”Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)”
E. Tinjauan Kepustakaan Dalam melakukan penelitian ini, peneliti selain mengadakan kajian pustaka dengan mengambil sumber dari buku-buku panduan yang terdapat di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan buku-buku lain yang mendukung penelitian ini
9
penelitian ini juga membandingkan dengan penelitian terlebih dahulu yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini sebagai pembanding. Berikut beberapa penelitian yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini: - Pola komunikasi kelompok mentoring dalam pembinaan akhlak remaja di lingkungan Yayasan Al-Wafi Jakarta Selatan, oleh Haidir Th.2007 - Pola Komunikasi dalam pembinaan akhlak siswa MAN 4 Wujud Pondok Pinang Jakarta Selatan, oleh Agus Ratina Th.2009 - Pola Komunikasi remaja dalam upaya meningkatkan pemahaman agama melalui pengajian remaja tunas Islam, oleh Abdul Fatah Th.2007 - Pola komunikasi organisasi Nur Mahmudi sebagai Walikota Depok Dalam Implementasi kebijakan Publik, oleh Januar Ashari Th.2008 Dari keempat skripsi di atas terdapat beberapa perbedaan penelitian, dimana perbedaan tersebut terdapat pada tempat yang akan diteliti, dan yang menjadi objek penelitian merupakan instansi militer.
F. Sistematika Penulisan Agar penulisan skripsi ini sistematis, maka penulis membaginya menjadi 5 (lima) bab, yang tiap-tiap babnya terdiri dari sub-sub. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan yang di dalamnya menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, analisis data, sistematika penulisan skripsi.
10
BAB II : Landasan Teori, yang di dalamnya menguraikan tentang komunikasi, mental, dan disiplin prajurit, serta bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh prajutir. BAB III : Gambaran Umum Disiplin Prajurit Marinir Di Markas Komando Korps Marinir, membahas tentang Sejarah Terbentuknya Korps Marinir, kondisi Disiplin Prajurit Marinir, tugas dan wewenang serta struktur organisasi Sub Dinas Pembinaan Mental, aktivitas komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental Korps Marinir. BAB IV : Temuan dan Analisa Data Lapangan,
membahas tentang Pola
Komunikasi Sub Dinas Pembinaan Mental dengan Prajurit, Faktor Pendorong dan penghambat Sub Dinas Pembinaan Mental dalam upaya meningkatkan disiplin prajurit. BAB V : Penutup, berisikan, kesimpulan, dan saran-saran.
11
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. 7 Menurut pakar komunikasi Hovland seperti dikutip Onong Uchjana dalam bukunya ilmu komunikasi teori dan praktek bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. 8 Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya , The Structure and Function of Communication in Society. Paradigma Lasswell tersebut terdiri dari lima unsur, yakni Komunikator, Pesan, Media, Komunikan, Efek. Dari paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.9 Menurut Wilbur Schrarmn seperti dikutip dari buku pengantar teori komunikasi mengatakan bahwa dalam konteks komunikasi, suatu masyarakat dapat dilihat sebagai sejumlah hubungan (relationship) di mana masing-masing orang mengambil bagian (sharing) atas informasi10. Schrarmn menguraikan bahwa apabila
7
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke 21, hal. 9. 8 Ibid hal.10. 9 Ibid. 10 Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi ( Yogyakarta: MediaPressindo, 2006), cet. 1 hal. 3.
12
kita berkomunikasi sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide dan sikap. Dengan uraian tersebut Schrarmn
menyimpulkan bahwa sebuah
komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness).
Kesepahaman
antara
sumber
dengan
penerimanya.
Sebuah
komunikasi akan benar–benar efektif apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai. 11 Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan. Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol). Konkretnya isi pesan tersebut adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa.12 Menurut Stewart L.Tubbs dan Silvia Mass, ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif paling tidak menimbulkan 5 hal: a. Memahami message yang disampaikan oleh komunikator. b. Kesenangan, menjadikan hubungan yang akrab dan hangat serta menyenagkan. c. Mempengaruhi sikap, dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa.
11
Ibid. Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), cet ke 3, hal. 28. 12
13
d. Hubungan sosial yang baik, menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi. e. Tindakan, membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan stimuli.13 Menurut Dr. Lasswell, ada lima unsur yang harus ada agar komunikasi berjalan lancar, yaitu: a. Who (siapa) yang kemudian disebut komunikator atau sender (pengirim komunikasi). b. What (apa) yang kemudian disebut message atau pesan komunikasi. c. Whom (siapa) yang kemudian disebut komunikan atau reeiver (khalayak). d. Channel (media) yang kemudian disebut sarana atau media e. Effect (dampak komunikasi) yang kemudian disebut dampak atau efek komunikasi yan diimplementasikan dalam umpan balik (feed back). Dari pengertian komunikasi sebagaimana di aatas, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup dan merupakan persyaratan terjadinya proses komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah: a. Komunikator Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, film dan sebagainya. 14 Dalam proses komunikasi ini, arus pesan tidak hanya datang dari satu arah yaitu dari sumber ke sasaran, melainkan merupakan suatu proses interaktif dan konvergen. Ini berarti komunikator dan komunikan bisa berganti peran, yaitu yang tadinya sebagai komunikator kemudian 13 14
Jalaludin Rahmat.Psikologi Komunikasi, 2003, cet ke-20 hal 13-16. A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h.12.
14
berperan sebagai komunikan karena komunikan menyampaikan feed back kepada komunikator. Agar komunikasi efektif terdapat dua faktor yang harus dipenuhi dalam diri seorang komunikator yakni:15 a) Kepercayaan pada komunikator, kepercayaan ini ditentukan oleh keahlian dan dapat tidaknya ia dipercaya. Bahwa kepercayaan yang besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedang kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang diterima komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris. b) Daya tarik komunikator, seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik, jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka dalam hubungannya dengan opini secara memuskan.
15 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003) cet.ke-3 h.43-45.
15
Ada beberapa ciri yang dilakukan oleh seseorang komunikator dalam melakukan kegiatannya, sesuai dengan situasi yang dihadapi. Ciri-ciri tersebut dapat dibedakan dalam beberapa model seperti:16 1. Komunikator yang membangun, ciri-cirinya adalah: a. Mau mendengarkan pendapat orang lain dan tidak pernah menganggap dirinya benar. b. Ingin bekerja sama dan memperbincangkan suatu persoalan dengan sesamanya sehingga timbul saling pengertian. c. Tidak terlalu mendominasi situasi dan mau mengadakan komunikasi timbal balik, d. Menganggap bahwa pikiran orang banyak lebih baik dari seorang. 2. Komunikator yang mengendalikan, cirinya adalah: a. Pendapatnya merupakan hal yang dianggap paling baik, sehingga ia tidak mau mendengarkan pendapat orang lain
yang berada
dilingkungannya dan orang yang di lluar lingkungannya. b. Menginginkan komunikasi satu arah saja. 3. Komunikator yang melepaskan diri, cirinya adalah: a. Lebih banyak menerima dari lawan komunikasinya. b.
Kadang-kadang
rasa
rendah
dirinya
timbul
sehingga
ketidakmampuannya keluar. c. Lebih suka mendengar pendapat orang lain dengan tidak bersungguh-sungguh menghadapinya.
16
Ibid h. 13-14.
16
d. Sumbangan pikirannya tidak banyak mengandung arti sehingga ia lebih suka melempar tanggung jawabnya kepada orang lain. 4. Komunikator yang menarik diri, cirinya adalah: a. Lebih bersifat pesimis sehingga menurutnya keadaan tidak dapat diperbaiki lagi. b. Lebih suka melihat keadaan apa adanya dan kalau mungkin berusaha menyadarkann keadaan tambah buruk. c. Selelu diam dan tidak menunjukkan reaksi dan jarang memberikan buah pikiran. b. Pesan Adapun yang dimaksud pesan dalam proses komunikasi adalah suatu informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima. 17 Pesan itu dapat berupa verbal maupun non verbal. Pesan verbal dapat secara tertulis seperti: surat, buku majalah, memo, sedangkan yang secara lisan dapat berupa percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, radio, dan sebagainya. Pesan yang non verbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka dan nada suara.18 Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berpa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan lain sebagainya. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengaruh di dalam usaha mengubah sikap dan tingkah
17 18
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara,1995), h.17. Ibid, h. 18.
17
laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar, tetapi perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikan.19 Adapun pesan yang dianggap berhasil disampaikan oleh komunikator harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut: a. Pesan harus dipersiapkan (direncanakan) secara baik serta sesuai dengan kebutuhan pembaca. b. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak. c. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan kepuasan.20 Pendapat lain menyatakan syarat-syarat pesan harus memenuhi: a. Umum Berisikan
hal-hal
umum
dan
mudah
dipahami
oleh
komunikan/audience, bukan soal-soal yang hanya dipahami oleh seorang atau kelompok tertentu. b. Jelas dan gamblang Pesan yang disampaikan tidak samar-samar. Jika mengambil perumpamaan diusahakan contoh yang senyata mungkin, agar tidak ditafsirkan menyimpang dari yang dikehendaki. c. Bahasa yang jelas Sejauh mungkin menggunakan istilah-istilah yang mudah dipahami oleh pendengar atau penerima. Bahasa yang dipergunakan jelas dan sederhana
19
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.2004) cet.ke-6 h. 6. 20 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003) cet.ke-3 h.41-42.
18
yang cocok dengan komunikan, daerah dan kondisi di mana komunikator berkomunikasi. d. Positif Secara kodrati manusia tidak ingin mendengarkan dan melihat hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh karena itu, setiap pesan
agar
diusahakan dalam bentuk positif. e. Seimbang Pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dirumuskan sesuai dengan kemampuan komunikan menafsirkan pesan tersebut seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan, sehingga pesan tidak berubah makna. f. Penyesuaian dengan keinginan komunikan Orang-orang yang menjadi sasaran dari komunikasi yang disampaikan oleh komunikator selalu mempunyai keinginan tertentu. Misalnya pesan yang disampaikan kepada kelompok petani yang buta huruf haruslah dirumuskan sedemikian rupa hingga para petani tersebut mampu menafsirkannya, seperti yang diharapkan oleh pengirim pesan. Untuk ini, maka pengirim pesan harus mengenal situasi dan kondisi sasaran. c. Komunikan Komunikan atau penerima pesan adalah orang yang menjadi sasran kegiatan komunikasi. Komunikan atau penerima pesan bisa bertindak sebagai pribadi atau orang banyak. 21
21
Y.s. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi (Jakarta:Gramedia,1998), h.71.
19
Komunikan atau penerima pesan dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: a. Individu yaitu ditujukan pada sasaran yang tunggal. b. Group atau kelompok, ditujukan pada group atau kelompok tertentu. Kelompok adalah suatu kumpulan manusia yang mempunyai hubungan sosil yang nyata dan memperhatikan struktur yang nyata pula. Hal ini group atau kelompok dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: 1. Kelompok kecil (small group, micro group). Menurut Robert F Bales dalam bukunya “Interaction Process Analysis” seperti dikutip Onong U.E dalam bukunya “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi” bahwa kelompok kecil sebagai: sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka (face to face meeting), dimana setiap anggota mendapat kesan atau penglihatan antara satu sama yang lainnya cukup kentara, sehingga dia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masingmasing sebagai perorangan. 22 2. Kelompok besar (large group, macro group) misalnya sekumpulan orang banyak di sebuah lapangan yang sedang mendengarkan pidato/ceramah.23
22
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h.72. 23 Ibid, h.73.
20
c. Organisasi, yaitu suatu kumpulan (sistem) individu yang bersamasama melalui pembagian kerja yang berusaha mencapai tujuan tertentu. d. Media Media disini adalah saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam hal ini menyangkut semua peralatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi. Tanpa saluran/media, pesan-pesan tidak dapat menyebar secara cepat dan luas.24 Media/saluran berdasarkan banyaknya pengguna dapat dibedakan menjadi 2, yaitu media massa dan media nirmassa. Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Contoh media massa seperti, radio, dan televisi dan film bioskop. Sedangkan media nirmassa digunakan dalam komunikasi untuk orang-orang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu. Contoh surat, telepon, telegram, papan pengumuman, poster, spanduk, pamflet, brosur, dll.25
24
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Grasindo,2000) h.7. Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.2004), cet.ke-6, h.10-11. 25
21
e. Efek atau Hasil Efek atau hasil akhir dari komunikasi, yakni sikap atau tingkah laku orang sebagai komunikan, sesuai atau tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator. Efek yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni:26 1. Dampak kognitif, yaitu dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Di sini pesan yang disampaikan komunikator adalah berkisar pada upaya mengubah pemahaman/pengetahuan dari komunikan. 2. Dampak afektif, dampak ini lebih tinggi kadarnya dari dampak kognitif. Pesan yang disampaikan komunikator ditujukan bukan hanya sekedar komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. 3. Dampak behavioral, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. 27 f. Umpan Balik Umpan balik (feed back) adalah tanggapan/reaksi dari penerima kepada pengirim. Kemudian dapat pula timbul tanggapan atau reaksi kembali dari pengirim kepada penerima. Maka terjadilah komunikasi timbal balik.
26
A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h.17.
27
Ibid, h.11.
22
Dengan adanya umpan balik inilah yang menjadikan komunikasi menjadi dinamis.28 Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan. Oleh karena itu umpan balik dapat bersifat positif dan bersifat negatif. Umpan balik positif adalah tanggapan/reaksi komunikan yang menyenagkan
komunikatornya
sehingga
komunikasi
berjalan
lancar.
Sebaliknya, umpan balik negatif adalah tanggapan/reaksi komunikan yang tidak menyenangkan komunikatornya sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasinya.29 2. Tingkatan Komunikasi Berdasarkan situasi komunikan, maka komunikasi diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:30 a. Komunikasi pribadi (personal communication), tatanan komunikasi ini di bagi menjadi dua macam yakni, -
Komunikasi
Intra
Pribadi (Intrapersonal communication)
adalah:
komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang ini berperan baik sebagai komunikator maupun komunikan.31 Menurut Ronald L.Applbum dalam bukunya “Fundamental Concept in Human Communication” (1973.13) seperti yang dikutip dalam buku “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi” bahwa komunikasi intra pribadi adalah
28
Sutarto, Dasar-dasar Komunikasi Administrasi (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1991), h.46. 29 Efendy, Dinamika Komunikasi, h.14. 30 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), cet.ke-3, h.53. 31 Ibid, h.57.
23
komunikasi yang berlangsung di dalam diri kita, ia meliputi kegiatan berbicara pada diri kita sendiri dan kegiatan-kegiatan mengamati dan memberikan makna kepada lingkungan. 32 - Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal communication) Secara teoritis komunikasi antar pribadi di bagi menjadi dua macam menurut sifatnya yaitu: a) Komunikasi diadik adalah komunikasi antar pribadi yang berlagsung antar dua orang yakni yang seseorang sebagai komunikator yang menyampaikan pesan dan yang seorang lagi sebagai komunikan yang menerima pesan. Oleh karena prilaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens. Komunikator memusatkan perhatiannya hanya kepada diri komunikan seorang. 33 - Komunikasi triadik adalah komunikasi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang menjadi komunikan.34 b. Komunikasi Kelompok (group communication) berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.35 c. Komunikasi Massa (mass communication) ialah: komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang sangat luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum.36
32 33 34 35 36
Ibid, h.58. Ibid, h.62-63. Ibid, h.63. Ibid, h.75. Ibid, h.79.
24
Berdasarkan sifat komponennya maka komunikasi massa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:37 - Komunikasi massa berlangsung satu arah, - Komunikator pada komunikasi massa melembaga, - Pesan pada komunikasi massa bersifat umum, - Media pada komunikasi massa menimbulkan keserempakan, - Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen. d. Komunikasi Medio (medio communication), mengenai pengertian komunikasi medio, memang belum ada yang memberikan penjelasan, baik secara bahasa maupun istilah. Adapun bentuk komunikasi medio adalah seperti, surat, telepon, pamflet, poster, spanduk dan lain-lain.38 3. Teknik-teknik Komunikasi istilah teknik berasal dari bahasa Yunani tecnikos yang berarti ketrampilan atau keperigelan.39 Berdasarkan ketrampilan berkomunikasi yang dilakukan komunikator, teknik komunikasi dibagi menjadi:40 a. Komunikasi Informatif, yaitu memberikan keterangan-keterangan (faktafakta), kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informatif justru lebih berhasil dari persuasif. b. Komunikasi Persuasif, yaitu berisikan bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa yang kita sampaikan akan
37
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,(Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke-21, h.21-25. 38 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003) cet.ke-3, h.54-55. 39 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Rosda Karya, 2007) h.55. 40 A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h.32.
25
memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehendak sendiri (bukan paksaan). c. Komunikasi instruktif/koersif, yaitu penyampaian pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan. Bentuk yang terkenal dalam penyampaian model ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan di kalangan publik. Koersif dapat berbentuk perintah-perintah, intruksi, dan sebagainya. d. Hubungan Manusiawi, bila ditinjau dari ilmu komunikasi hubungan manusiawi itu termasuk ke dalam komunikasi antarpersona sebab berlangsung pada umumnya antara dua orang secara dialogis. Dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu komunikasi karena bersifat action oriental, mengandung kegiatan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang. 41 Ada dua pengertian hubungan manusiawi yaitu, - Hubungan manusiawi dalam arti luas ialah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan. - Hubungan manusiawi dalam arti sempit ialah interaksi antar seseorang dengan orang lain. Akan tetapi, interaksi di sini hanyalah dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan.42
41
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) cet ke-21, h.138. 42 Ibid, h.140.
26
4. Model Komunikasi Model dianggap sebagai penggambaran tentang suatu bagian atau sebuah realita yang sengaja dibuat sederhana dalam bentuk-bentuk grafik. Semua model berusaha menunjukkan elemen-elemen utama dari setiap struktur atau proses, dan hubungan antar elemen tersebut (McQuail dan Windahl,1981).43 a. Model Komunikasi Linear Model komunikasi mula-mula diperkenalkan oleh Harold D. Lasswell dalam artikelnya tahun 1984 dengan satu kalimat yang terkenal dalam risetriset komunikasi, ia menulis, “cara untuk mengatakan dengan tepat sebuah tindakan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan : Who (siapa), Says what (mengatakan apa), In which channel (dengan saluran yang mana), To whom (kepada siapa), Whit what effect? (dengan efek bagaimana?)”.44 Karena menganggap model Lasswell itu sederhana, beberapa ahli riset Braddock (1958) mengembangkannya dengan menambahkan dua hal yang ada hubungannya dengan tindakan komunikasi, yaitu situasi dimana sebuah pesan dikirimkan dan apa tujuan komunikator mengatakan sesuatu. b. Model Komunikasi Transaksional Model transaksional sebagai suatu sistem yang disusun, dari berbagai komponen (sumber, pesan dan saluran) dan tingkah laku. Beberapa perubahan dalam satu komponen akan mempengaruhi seluruh sistem komunikasi. Komunikasi transaksional memiliki tujuan
untuk mendapatkan
tanggapan dari penerima. Mengamati perbedaan bentuk dari berbagai 43
Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006)
h.59-60. 44
Ibid, h.60.
27
komunikasi menunjukkan kepada kita bahwa komunikasi memiliki tujuan. Komunikasi transaksional merupakan komunikasi transaksi, ini adalah bukan seseorang berbuat sesuatu kepada orang lain. Perbedaan antara sumber dan penerima adalah berubah-ubah sejak keduannya aktif melibatkan dalam transaksi. Komunikasi ini juga subjektif, dimana persepsi terhadap objek di dalam lingkungan kita, tindakan mendecoding pesan semaunya dipengaruhi oleh budaya.45 c. Model Komunikasi Konvergensi Komunikasi sebenarnya bukan sekedar suatu proses pemindahan informasi tetapi adalah proses konvergensi dimana dua orang atau lebih berpartisipasi dalam tukar-menukar informasi untuk mencapai suatu saling pengertian antara satu dengan yang lainnya. Yang dimaksud dengan konvergensi adalah proses kecenderungan menuju ke suatu titik yang sama atau menuju satu sama lain. Sedang yang dimaksud divergensi adalah sebaliknya yaitu menjauh atau memisah. 46
45 46
Ibid, h.76-77. Ibid, h.78.
28
5. Hambatan Komunikasi Segala sesuatu yang menghalangi kelancaran komunikasi disebut sebagai gangguan (noise). Manusia sebagai komunikan memiliki kecenderungan untuk acuh tak acuh, meremehkan sesuatu, salah menafsirkan, atau tidak mampu mengingat dengan jelas apa yang diterimanya dari komunikator. Setidaknya ada tiga faktor psikologis yang menandasari hal itu: 1. Selective attention, orang biasanya cenderung untuk mengekspos dirinya hanya kepada hal-hal yang dikehendakinya. 2. Selective perception, suatu kali, seseorang berhadapan dengan suatu peristiwa komunikasi ia cenderung untuk menafsirkan isi komunikasi itu sesuai dengan prakonsepsi yang sudah dimiliki sebelumnya. 3. Selective retention, meskipun seseorang memahami suatu komunikasi, tetapi orang berkecenderungan untuk hanya mengingat apa yang mereka ingin untuk diingat.47 Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Ada banyak hal yang bisa merusak komunikasi. Hambatan komunikasi pada umumnya mempunyai dua sifat yaitu: a) sifat objektif adalah gangguan terhadap jalannya komunikasi, yang tidak disengaja di buat orang lain, tapi mungkin disebabkan oleh keadaan yang tidak menguntungkan. b) sifat subjektif adalah gangguan yang sengaja di buat orang lain,sehingga merupakan gangguan, penentangan terhadap suatu usaha komunikasi.48
47
Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006) h.9-
10. 48 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003) cet.ke-3, h.50.
29
Berikut ini ada beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses.49 1. Gangguan Menurut sifatnya ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi: a. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Hambatan mekanik dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh suara telepon yang krotokan, ketikan huruf yang buram pada surat, suara yang hilang-muncul pada pesawat radio, dll.50 b. Gangguan semantis, menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator
sebagai
“alat”
untuk
menyalurkan
pikiran
dan
perasaannya kepada komunikan. Ganguan semantis juga terjadi pada kata-kata yang sama bunyinya dan tulisannya, tetapi memiliki makna yang berbeda.51 2. Kepentingan Interest atau kepentinganakan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang hanya akan memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan, tingkah laku kita akan merupakan sifat reaktif
49
Ibid, h. 45. Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.2004) cet.ke-6, h.15. 51 Ibid, h.14. 50
30
terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.52 3. Motivasi Terpendam Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai dengan motivasinya. 53 4. Prasangka Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena itu orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi.54
52
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003) cet.ke-3, h.47-48. 53 Ibid, h.48. 54 Ibid, h.49.
31
B. Pola Aliran dan Arah Komunikasi dalam Organisasi 1. Pola Aliran Komunikasi Kata “Pola” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya bentuk atau system.55 Cara atau bentuk (struktur) yang tetap. Dimana pola juga diartikan sebagai model, contoh, pedoman (rancangan). Ada lima pola aliran informasi yang dapat dijumpai di umumnya kelompok dan organisasi, diantaranya: 56 B
B
E
C
A
A
A
B
C
D
C
E
E
D
Pola Roda
Pola Rantai
Pola Lingkaran D
E
B
D
A
A
C B
E
C D
Pola Bintang
Pola Y
Penjelasan: 1. Pola lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain disisinya.
55
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2002), h. 885. 56 Abdullah M, Komunikasi Organisasi dalamPerspektif Teori dan Praktek (Malang: UMM Perss, 2008), h. 57-58.
32
2. Pola roda, memiliki pemimpin yang jelas, yaitu yang posisinya di pusat. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. 3. Pola rantai sama dengan pola lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat di sini. Orang yang berada di posisi tengah-tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain. 4. Pola bintang atau semua saluran hampir sama dengan pola lingkaran dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum. 5. Pola Y relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan pola roda, tetapi lebih tersentralisasi disbanding dengan pola lainnya. Pada pola Y juga terdapat pemimpin yang jelas. Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainnya. 2. Arah Aliran Komunikasi Dalam komunikasi organisasi kita berbicara tentang informasi yang berpindah secara formal yang terbagi menjadi komunikasi kebawah, komunikasi keatas, komunikasi horizontal, dan komunikasi lintas saluran. Selain aliran informasi
33
tersebut terkadang dalam organisasi mengalir secara informal bersama-sama “selentingan”. a. Komunikasi ke Bawah Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Ada lima jenis informasi yang bisa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan, diantaranya: (1) informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan. (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan. (3) informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi. (4) informasi mengenai kinerja pegawai, (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas. 57 b. Komunikasi ke Atas Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi. Jenis komunikasi ini biasanya mencakup: (1) kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan. (2) masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan pertanyaan yang belum terjawab. (3) berbagai gagasan untuk perubahan dan saran-saran perbaikan. (4) perasaan yang berkaitan dengan pekerjaan mengenai organisasi, pekerjaan itu sendiri, pekerjaan lainnya, dan masalah lain yang serupa.58 c. Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekanrekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Adapun tujuan komunikasi horizontal dalam sebuah organisasi diantaranya adalah; (1) untuk mengkoordinasikan penugasan kerja. (2) berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan. (3) untuk memecahkan 57 58
Ibid, h. 64 Ibid, h. 67-68
34
masalah. (4) untuk memperoleh pemahaman bersama. (5) untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan. (6) untuk menumbuhkan dukungan antarpesona.59 d. Komunikasi Lintas Saluran Dalam kebanyakan organisasi, muncul keinginan anggota untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang tidak menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka. Mereka tidak memiliki lini untuk mengarahkan orang-orang yang berkomunikasi dengan mereka dan terutama harus mempromosikan gagasan-gagasan mereka. Namun mereka memiliki mobilitas tinggi dalam organisasi, mereka dapat mengunjungi bagian lain atau meninggalkan kantor mereka hanya untuk terlibat dalam komunikasi informal.60 e. Komunikasi Selentingan Dalam istilah komunikasi, selentingan digambarkan sebagai ”metode penyampaian laporan rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat diperoleh melalui saluran biasa”. Karena informasi informal/personal ini muncul dari interaksi di antara orang-orang, informasi ini tampaknya mengalir dengan arah yang tidak dapat diduga, dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan (grapevine).61
59 60
Ibid, h. 68-70 Ibid, h. 70
61 Deddy Mulyana, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006), cet-6, h. 199-200.
35
C. Mental dan Disiplin Prajurit 1. Pengertian Mental Seperti halnya fisik, kesehatan mental adalah penting bagi fase kehidupan. Kesehatan mental meliputi upaya-upaya mengatasi stress, berhubungan dengan orang lain, dan mengambil keputusan. Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan dan keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerjasama satu sama lain, sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan ragu dan bimbang serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik). Dapat diartikan bahwa kesehatan mental adalah terhindar nya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi yang ada semaksimal mungkin, dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup.62 Jadi dari urian diatas dapat disimpulkan bahwa mental adalah kondisi jiwa yang terpantul dalam sikap seseorang terhadap berbagai situasi yang dihadapinya. Danang
Hawari
(PR,19-1-1995)
mengemukakan
pendapat
WHO
(organisasi kesehatan dunia), bahwa ada delapan criteria jiwa (mental) yang sehat, yaitu: a. mampu belajar dari pengalaman b. mudah beradaptasi c. lebih senang memberi dari pada menerima d. lebih senang menolong dari pada ditolong e. mempunyai rasa kasih saying 62
Syamsu Yusuf, Mental Hygiene, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004) h.19-20.
36
f. memperoleh kesenangan dari hasil usahanya g. menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pengalaman h. berpikir positif. Sikun Pribadi (1981) mengemukakan bahwa ciri atau manifestasi jiwa yang sehat adalah sebagai berikut: a. perasaan aman, bebas dari rasa cemas b. rasa harga diri yang mantap c. spontanitas dan kehidupan emosi yang hangat dan terbuka d. mempunyai keinginan yang sifatnya duniawi, jasmani yang wajar, dan mampu memuaskannya. e. dapat belajar mengalah dan merendahkan diri sederajat dengan orang lain. f. tahu diri, artinya mampu menilai kekuatan dan kelemahan dirinya (baik fisik maupun psikis) secara tepat dan objektif. g. mampu melihat realitas secara realitas dan memperlakukannya secara realitas (tidak menghayal). h. toleransi terhadap ketegangan atau stress, artinya tidak panik ketika menghadapi masalah (fisik, psikis, dan sosial). i. integrasi dan kemantapan dalam kepribadian. j. kemampuan menyesuaikan diri dalam batas-batas tertentu dengan normanorma kelompok, dimana kita jadi anggotanya (tidak melanggar aturan-aturan yang telah disepakati bersama atau ditentukan dalam kelompok). k. kemempuan tidak terikat oleh kelompok. (mempunyai pendirian sendiri, dapat menilai baik-buruk, benar-salah tentang kelompoknya).
37
Uraian diatas, menunjukkan ciri-ciri mental yang sehat, sedangkan ciri-ciri mental yang tidak sehat adalah sebagai berikut:63 a. perasaan tidak nyaman. b. perasaan tidak aman. c. kurang memiliki rasa percaya diri. d. kurang memahami diri. e. kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial. f. ketidakmatangan emosi. g. kepribadiannya terganggu. 2. Pembinaan Mental Rohani Pembinaan berasal dari kata “bina” yang mendapat awalan pe- dan akhiran – an, yang berarti bangun/bangunan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembinaan berarti membina, memperbaharui, atau proses, perbuatan, cara membina, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.64 Mental diartikan sebagai kepribadian yang merupakan kebulatan yang dinamik yang dimiliki seseorang yang tercermin dalam sikap dan perbuatan atau terlihat dari psikomotornya. Dalam ilmu psikiatri dan psikoterapi, kata mental sering digunakan sebagai ganti dari kata personality (kepribadian) yang berarti bahwa mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (attitude) dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak laku, 63
Ibid, h.23.
64
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Ed. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 117.
38
cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan atau menggembirakan, menyenangkan dan sebagainya. Pembinaan mental adalah segala usaha tindakan dan kegiatan untuk membentuk, memelihara, serta memantapkan mental anggota berdasarkan Pancasila, Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Trisila TNI AL dan Enam Tuntunan Prajurit Marinir melalui pembinaan rohani, serta pembinaan tradisi sehingga mampu dan mantap dalam melaksanakan tugasnya. Pembinaan rohani adalah pembinaan kondisi jiwa seseorang/prajurit untuk mempertinggi moral, budi pekerti yang luhur dengan memperkuat keyakinan beragama, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan yang Maha Esa, maupun dalam hubungan manusia dengan sesamanya ataupun dalam hubungan manusia dengan diri pribadinya. Dengan demikian pembinaan mental rohani adalah usaha pekerjaan dan kegiatan untuk membentuk, memelihara, dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 3. Pengertian Disiplin Prajurit Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan dan kepatuhan. disiplin bagi seorang anggota militer atau seorang Prajurit TNI merupakan suatu keharusan dan pola hidup yang harus dijalani. pembentukan disiplin bagi Prajurit diawali dari masa pendidikan dasar keprajuritan. pembinaan dan pengasuhan merupakan salah satu cara pembentukan disiplin bagi Prajurit. pola pembinaan diberikan melalui intensitas kegiatan disertai doktrin bagi anggota TNI. karena sifatnya yang ‘harus’ tadi, maka perlu diberlakukan suatu peraturan dan ketentuan demi lancarnya penegakan disiplin dalam tubuh organisasi militer.
39
Disiplin adalah sikap mental yang merupakan wujud dari kepribadian seseorang yang tercermin dari sikap, perbuatan terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran. 4. Jenis Pelanggaran Disiplin
Penegakkan hukum disiplin militer bersumber kepada peraturan-peraturan hukum disiplin prajurit. Terdapat beberapa peraturan yang berlaku ataupun sudah berlaku dalam rangka penegakkan hukum disiplin militer. Beberapa peraturan tersebut adalah :
1. Undang-undang Nomor 26 Tahun 1997 tentang Hukum Disiplin Prajurit TNI. 2.
Peraturan Disiplin Prajurit TNI yang disahkan dengan Keputusan
Panglima TNI Nomor Kep/22/VIII/2005 Tanggal 10 Agustus 2005. 3.
Peraturan pelaksanaan lainnya yaitu Peraturan Urusan Dinas Dalam
(PUDD). 4.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia. 5.
Dokumen-dokumen penting lainnya yang materinya menyangkut disiplin
militer : a)
Sumpah Prajurit.
b) Sapta Marga. c)
Delapan (8) Wajib TNI.
40
Dalam undang-undang nomor 26 tahun 1997 tentang hukum disiplin prajurit TNI menyebutkan pelanggaran disiplin militer terbagi menjadi dua (2), yakni pelanggaran disiplin militer murni dan pelanggaran disiplin militer tidak murni.
a. Pelanggaran disiplin militer murni adalah setiap perbuatan yang bukan tindak pidana, tetapi bertentangan dengan perintah kedinasan atau peraturan kedinasan atau perbuatan yang tidak sesuai dengan tata kehidupan prajurit.
b. Pelanggaran disiplin militer tidak murni merupakan Pelanggaran hukum disiplin tidak murni merupakan setiap perbuatan yang merupakan tindak pidana yang sedemikian ringan sifatnya sehingga dapat diselesaikan secara hukum disiplin prajurit.
Kewenangan untuk menyelesaikan pelanggaran hukum disiplin militer tidak murni secara hukum disiplin ada pada Komandan yang bertindak sebagai Papera (Perwira penyerah perkara) setelah mendapat pendapat dan opini hukum dari Oditurat militer. Prajurit yang melakukan pelanggaran hukum disiplin militer akan dikenakan sanksi berupa tindakan disiplin dan hukuman disiplin. Pemberian sanksi dilakukan oleh Ankum (Atasan yang Berhak Menghukum). Sanksi tindakan disiplin yang dijatuhkan Ankum berupa tindakan fisik dan/atau teguran lisan untuk menumbuhkan kesadaran dan mencegah terulangnya pelanggaran hukum disiplin prajurit. Selanjutnya dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1997 tentang Hukum Disiplin Prajurit TNI menjabarkan jenis hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan Ankum berupa :
41
1.
Teguran;
2.
Penahanan ringan, paling lama empat belas (14) hari;
3.
Penahanan berat, paling lama dua puluh satu (21) hari. Penjatuhan tindakan disiplin tidak menghapuskan kewenangan Ankum dalam
memberikan hukuman disiplin kepada prajurit yang melakukan pelanggaran hukum disiplin militer.
Definisi Istilah 1. Pola Komunikasi adalah bentuk atau sistem. Cara atau bentuk (struktur) yang tetap. Pola komunikasi disini yang terjadi antara Kepala Sub Dinas Pembinaan Mental (Kasubdisbintal) dengan prajurit marinir.
2. Sub Dinas Pembinaan Mental adalah organisasi dibawah Dinas Administrasi Personel (Disminpers) yang bertugas membantu Kepala Disminpers dalam melaksanakan pembinaan kejuangan yang meliputi disiplin prajurit dan pembinaan kerohanian, termasuk pembinaan terhadap keluarga prajurit. 3. Disiplin Prajurit adalah sikap mental prajurit marinir yang merupakan wujud dari kepribadian seseorang yang tercermin dari sikap, perbuatan terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran.
4. Markas Komando Korps Marinir adalah Satuan Militer Komando Utama (Kotama) dibawah jajaran TNI AL yang bertempat di Jl. Prapatan no.40 Kwitang Jakarta Pusat.
42
BAB III SEJARAH DAN GAMBARAN UMUM DISIPLIN PRAJURIT DI MARKAS KOMANDO KORPS MARINIR
A. Sejarah Terbentuknya Korps Marinir Terlahir dari patriotisme pemuda yang menginginkan patahnya belenggu kolonialisme, Korps Marinir sudah eksis sejak berkecamuknya perang merebut kemerdekaan. Setelah gema Proklamasi 17 Agustus 1945 dikumandangkan, pada tanggal 22 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia membentuk tiga badan yaitu Komite Nasional Indonesia, Party Nasional Indonesia dan Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP). Dalam lingkungan BPKKP inilah dibentuk satu badan keamanan yang dinamakan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Bagi pelaksanaan tugas keamanan dan ketertiban di pantai, lautan dan daerahdaerah pelabuhan dibentuk BKR Laut yang didirikan pada 10 September 1945. Pada
5
Oktober
1945
Presiden
mengeluarkan
maklumat
tentang
pembentukan Tentara Keamanan Rakyat di mana BKR menjadi inti TKR. Dengan demikian BKR Laut pun berubah menjadi TKR Laut. TKR ini kemudian berkembang menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Pada 15 Nopember 1945 tercantum dalam Pangkalan IV ALRI Tegal nama Corps Mariniers (tanggal ini selanjutnya dijadikan sebagai hari lahir Korps Marinir). Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertahanan No. A/565/1948 pada tanggal 9 Oktober 1948 ditetapkan adanya Korps Komando di dalam jajaran Angkatan Laut. Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) kembali
43
menggunakan nama Korps Marinir sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut No. Skep/1831/XI/1975 tanggal 15 Nopember 1975.65 Seiring dengan berkembangnya jaman terutama untuk menuju terbentuknya organisasi militer yang modern dan profesional, Korps Marinir baik secara organisatoris maupun pembinaan kekuatannya mengalami beberapa perubahan. Perubahan yang dimaksud antara lain mulai dari penyebutan unsur kekuatan, likuidasi beberapa satuan, penambahan kekuatan satuan baik di lingkup Komando Pelaksana (Kolak) maupun Satuan Pelaksana (Satlak) hingga ke tingkat pola pembinaan personel atau pengawak organisasi. Di bidang organisasi, perubahan terakhir terjadi pada tahun 2004 di mana terbentuk kekuatan baru di jajaran Komando Pelaksana (Kolak) Korps Marinir yakni dengan terbentuknya Pasmar-2 dan Brigif-3 Marinir. Di masa mendatang, kekuatan Korps Marinir akan terus dikembangkan hingga mencapai bentuk yang ideal baik dari segi kualitas maupun kuantitas personel termasuk peralatan tempurnya. Diawal terbentuknya KKO AL tahun 1945 dengan perimbangan kepentingan dinas yang waktu itu masih dalam suasana mempertahankan kemerdekaan maka pimpinan merasa perlu membentuk organisasi yang bertugas memelihara, memperhatikan dan mengurus segala yang berhubungan dengan kepentingan prajurit. Maka dibentuklah organisasi Personel yang didalamnya terdiri dari beberapa sub organisasi salah satunya Sub Dinas Pembinaan Mental yang salah satu tugasnya membina disiplin prajurit, keluarga dan membina spiritual/rohani prajurit Korps Marinir yaitu yang bernama Jawatan personel. Seiring dengan
65
Bagian Sejarah KKO-AL, Korps Komando AL, Jakarta 1971, h.3-7.
44
perkembangan waktu Jawatan personel berubah menjadi Dinas Administrasi Personel (Disminpers) yang didalamnya terdapat Sub Dinas Pembinaan Mental yang semakin mendapat tantangan dalam berupaya menjaga kondisi disiplin prajurit yang mampu mempertahankan profesionalisme, dedikasi dan loyalitas sesuai perkembangan zaman. B. Kondisi Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir Disiplin pada hakekatnya adalah suatu sikap mental yang merupakan gambaran dari kualitas mental seseorang, oleh sebab itu disiplin berkaitan erat dengan kepribadian yang dimiliki oleh seseorang. Disiplin dapat ditanamkan melalui pendidikan dan latihan serta mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kepribadian seseorang. Tujuan disiplin bukan untuk membatasi kebebasan, melainkan untuk menciptakan situasi tertib dan teratur sebagai syarat terwujudnya koordinasi, singkronisasi, maupun menyangkut keselamatan dan keamanan. Disiplin adalah syarat mutlak untuk mentaati semua peraturan-peraturan dan semua perintah kedinasan dari tiap-tiap atasn, termasuk hal-hal yang kecil. Melaksanakan perintah secara tepat dan cepat dalam situasi yang sulit adalah merupakan tuntutan disiplin bagi prajurit Korps Marinir. Disiplin merupakan satu nilai yang harus dijadikan pedoman berpikir, bersikap dan bertindak sebagaimana tercantum dalam TRISILA TNI AL, karena disiplin sebagai faktor penentu bagi keberhasilan suatu tugas yang harus dilaksanakan. Nilai-nilai disiplin yang harus dijadikan pedoman adalah sebagai berikut:
45
a. Disiplin merupakan cermin kehidupan setiap prajurit, Sapta Marga yang dengan penuh kesadaran senantiasa mentaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku dilingkungan TNI/TNI AL/Korps Marinir. b. Disiplin berlaku bagi setiap prajurit di mana saja, kapan saja dan dalam kondisi apa saja. c. Disiplin adalah tanggung jawab bagi setiap individu, setiap atasn, kesatuan dan organisasi. d. Disiplin harus selalu ditegakkan, dipelihara dan di bina secara terus-menerus selama masih adanya keberadaan prajurit dan organisasi itu sendiri. e. Setiap prajurit yang melanggar didiplin harus dikenai sanksi-sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku, tanpa kecuali. f. Prajurit Korps Marinir yang disiplin adalah prajurit yang melaksanakan Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNI AL dan, Enam Tuntunan Korps Marinir dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab. g. Prajurit tanpa disiplin sama saja dengan kelompok yang dipersenjatai dan dapat membahayakan kesatuan organisasi, lingkungan, bangsa dan Negara. Secara umum kondisi disiplin prajurit di Markas Komando Korps Marinir saat ini relatif masih stabil. Hal ini dilihat dari berjalannya Perintah Harian Sifat Tetap (PHST) dan kepatuhan prajurit terhadap aturan-aturan, baik aturan internal TNI AL/Korps Marinir maupun aturan hukum yang berlaku di masyarakat. Tetapi kalau dilihat dari data pelanggaran yang ada di Satuan Provost di Markas Komando Korps Marinir menunjukkan masih terdapat sebagian prajurit yang melanggar disiplin baik disiplin murni maupun disiplin tidak murni yang dilakukan oleh beberapa oknum prajurit, baik perwira, bintara, maupun tamtama, meskipun
46
eskalasinya sudah ada penurunan dari tahun ke tahun. Kondisi ini tetap menjadi perhatian khusus, karena di Markas Komando Korps Marinir dijadikan barometer keberhasilan teganya disiplin prajurit di jajaran Korps Marinir. Adapun data jumlah pelanggaran tersebut pada tahun 2009 dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 1 DATA PELANGGARAN DENMA MAKO KORMAR Bulan Januari
Perwira 1
Bintara -
Tamtama 4
Februari
1
3
-
Maret April
-
5
1
Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah
2
2 10
1 1 7
Ket Pa 1 : Pengancaman Ta 4 : 1 Perceraian, 2 Penadahan kendaraan curian, 1 Pengelapan barang. Pa 1 : Perampasan Mobil Ba 3 : 1 Penembakan anggota Kopasus, 2 Mangkir Nihil Ba 5 : Terjaring Operasi Gaktiblin (STNK/SIM kendaraan Mati, Knalpot tidak sesuai standar) Nihil Nihil Ba 2 : Menjadi Beking Ta 1 : Mangkir Nihil Nihil Ta 1 : Desersi Nihil
Sumber : Laporan Bulanan Disprov Kormar
Dari data pelanggaran disiplin diatas, dapat dilihat di setiap bulannya selama tahun 2009 jumlah pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh personel Marinir di Markas Komando Korps Marinir cukup tinggi, dengan beragam pelanggaran yang dilakukan.
47
C. Tugas dan Wewenang Sub Dinas Pembinaan Mental Petunjuk kerja merupakan penjabaran lebih lanjut Organisasi dan prosedur Dinas Administrasi Personel Korps Marinir dalam organisasi dan prosedur badan staf, badan pelayanan staf dan badan pelaksanaan pusat tingkat Markas Komando Korps Marinir yang disyahkan dengan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut Nomor: Kep/16/IX/1993 tanggal 23 September 1993. Sub Dinas Pembinaan Mental adalah sebagai salah satu unsur pelaksana teknis dan pelaksana pembinaan mental dan disiplin personel Korps Marinir. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Sub Dinas Pembinaan Mental bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Administrasi Personel Korps Marinir. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut tersebut maka tugas dan wewenang Kepala Sub Dinas Pembinaan Mental (Kasubdis Bintal) adalah: 1. Mengevaluasi data dan menyusun konsep rencana, program dan anggaran pelaksana pembinaan mental di lingkungan Korps Marinir meliputi pembinaan mental kejuangan dan kerohanian. 2. Menyusun dan menyiapkan konsep petunjuk-petunjuk bersifat teknis pelaksanaan pembinaan mental bidang kejuangan dan kerohanian. 3. Menyiapkan dan menyusun konsep rencana, program dan anggaran fungsional Dinas Administrasi Personel Korps Marinir bidang mental kejuangan dan kerohanian. 4. Melaksanakan kegiatan mental termasuk pembinaan tata tertib/disiplin personel Korps Marinir termasuk keluarganya, meliputi: a. Pelaksanaan kegiatan sesuai kegiatan yang telah diprogramkan.
48
b. Memonitor pelaksanaan kegiatan pembinaan mental tata tertib dan disiplin yang dilaksanakan oleh Kolak/Satker Korps Marinir. 5. Membantu pengawasn, pengendalian, evaluasi dan penyusunan konsep laporan pelaksanaan program Dinas Administrasi Personel Korps Marinir bidang pembinaan mental kejuangan dan kerohanian. Dalam melaksanakan tugas Kepala Sub Dinas Pembinaan mental dibantu oleh dua orang kepala seksi (Kasi) yakni Kasi Juang dan Kasi Roh, yang bertanggungjawab kepada Kepala Sub Dinas Pembinaan Mental, Adapun tugas Kasi Juang adalah sebagai berikut: 1. Menghimpun bahan, menyusun data dan membantu menyusun konsep rencana program dan anggaran pelaksanaan pembinaan mental kejuangan. 2. Menghimpun bahan dan membantu menyusun konsep petunjuk-petunjuk bersifat teknis pelaksanaan pembinaan mental kejuangan. 3. Membantu mengevaluasi data dan menyusun konsep rencana program dan anggaran fungsional Dinas Administrasi Personel (Disminpers) Korps Marinir bidang metal kejuangan. 4. Membantu melaksanakan santi aji, santi karma, dan tata tertib/disiplin dilingkungan Korps Marinir. 5. Membantu pelaksanaan pembinaan tradisi dilingkungan Korps Marinir. 6. Menghimpun bahan dan menyusun data laporan pelaksanaan pembinaan mental kejuangan. Dalam pelaksanaan tugasnya Kasi Juang dibantu oleh Kaur Juang, yang memiliki tugas, untuk mengikuti perkembangan pelasksanaan pembinaan tata tertib dan disiplin dilingkungan Korps Marinir (pelaksanaan tiblin, ceramah sapta marga,
49
Sumpah Prajurit dan lain-lain). Adapun tugas dan wewenang Kasi Juang adalah sebagai berikut: 1. Memelihara jurnal dan sarana kendali lainnya mengenai pembinaan ideologi. 2. Memelihara Petunjuk teknik mengenai pembinaan mental ideologi, kejuangan tradisi Marinir. 3. Mengatur peredaran surat masuk dan keluar sesuai proses tata minu yang telah ditentukan 4. Melaksanakan pekerjaan sebagai Juru Tulis dan Juru Ketik penyelesaian administrasi dilingkungan Sub Dinas Pembinaan Mental (Subdis Bintal). Sedangkan Kasi Roh memiliki tugas sebagai berikut: 1. Menghimpun bahan, menyusun data dan membantu menyusun konsep rencana, program dan anggaran pelaksanaan pembinaan mental dan pengamalan ajaran agama. 2.
Menyusun
konsep
petunjuk-petunjuk bersifat teknis pelaksanaan
pembinaan mental dan pengamalan ajaran agama. 3. Mengevaluasi dan menyusun konsep rencana, program dan anggaran fungsional Disminpers Korps Marinir bidang mental dan pengamalan ajaran agama. 4. Membantu/melaksanakan pemeliharaan dan peningkatan kerukunan hidup beragama. 5. Menghimpun bahan dan menyusun data laporan pelaksanaan pembinaan mental rohani dan pengamalan ajaran agama.
50
Dalam pelaksanaan tugasnya Kasi Roh dibantu oleh Paroh Islam, Paroh Katholik, Paroh Protestan, Paroh Hindu/Budha. Adapun tugas sebagai Paroh adalah: 1. Membuat daftar personel (militer/PNS) beserta keluarga sesuai agama masing-masing. 2. Membuat daftar peringatan hari besar setiap agama. 3. Mengikuti perkembangan pelaksanaan kegiatan pembinaan mental rohani menurut agama masing-masing dilingkungan Korps Marinir. 4. Mendistribusikan buku-buku ajaran agama. D. Struktur Organisasi Sub Dinas Pembinaan Mental Korps Marinir KASUBDIS BINTAL UR MIN BINTAL
KASI JUANG
KASI ROHANI
KAUR JUANG PAROH ISLAM
PAROH KATHOLIK PAROH PROTESTAN
PAROH HINDU/BUDHA
51
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN
A. Pola Komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental dengan Prajurit Marinir Pola komunikasi Sub Dinas Pembinaan Mental yang digunakan adalah pola roda. Sedangkan arah aliran komunikasi formal yang digunakan dalam menjalankan proses birokrasi tugas-tugas dengan menggunakan komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi horizontal serta komunikasi lintas saluran. Arah aliran komunikasi lainnya yang juga digunakan adalah desas-desus atau grapevine. 1. Pola Komunikasi Roda Pola komunikasi Sub Dinas Pembinaan Mental yang
digunakan dalam
menjalankan tugas-tugas adalah dengan pola komunikasi roda. Di mana pola roda pemimpin dalam hal ini Kepala Sub Dinas Pembinaan Mental dalam jabatannya untuk periode saat ini sedang kosong atau tidak ada yang menjabat memiliki kewenangan penuh terhadap informasi yang akan disampaikan kepada bawahannya dalam hal ini Kepala Seksi Juang yaitu Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag dan Kepala Seksi Rohani yaitu Mayor Laut (KH) Syafruddin, S.Ag serta kepada seluruh prajurit di Markas Komando Korps Marinir. Adapun pengaruh pola roda dalam proses komunikasi Sub Dinas Pembinaan Mental dapat terlihat dari beberapa variabel berikut: 1. Pengawasan arus informasi tinggi. Dengan menggunakan pola roda, di mana setiap prajurit hanya dapat memperoleh informasi/pesan dari pemimpin. Sehingga pengawasan arus
52
informasi dapat terkendali, setiap kebijakan dari pimpinan dapat diterima dan dipertanggungjawabkan oleh seluruh anggota untuk pelaksanaannya. 2. Moral atau kepuasan sangat tinggi Setiap prajurit dengan adanya penerapan pola komuniksi roda maka dapat berkomunikasi langsung dengan pemimpin, dengan pola komunikasi roda maka akan terdapat kepuasan yang diperoleh prajurit, karena prajurit dapat menyampaikan pendapat, ide, gagasan langsung kepada pemimpin. 3. Kecermatan tugas baik. Dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai prajurit, dengan adanya pola komunikasi roda maka dapat berjalan dengan baik dan informasi dapat diperoleh dari atasan langsung dengan akurat. 4. Jumlah pesan yang dikirimkan tinggi Jumlah pesan yang masuk dan keluar organisasi Sub Dinas Pembinaan Mental sangat tinggi. Pesan yang keluar dipublikasikan langsung ke seluruh prajurit dengan media yang ada. 2. Pola Komunikasi Formal Bila komunikasi mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hirarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah, dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau secara horizontal. 66 Sehingga dalam komunikasi organisasi Sub Dinas Pembinaan Mental akan dibicarakan tentang informasi berpindah secara formal dari seseorang yang memiliki jabatan atau kepangkatan lebih tinggi ke seseorang yang jabatannya atau kepangkatannya lebih
66
Arni Muhammad, Komunikasi organisasi,(Jakarta: Bumi Aksara,2008) cet.ke-9,h.107.
53
rendah dan komunikasi dari seseorang yang memiliki jabatan atau kepangkatannya lebih rendah ke seseorang yang memiliki kepangkatannya lebih tinggi, komunikasi yang terjadi dalam tingkatan jabatan atau kepangkatannya yang sama, serta komunikasi yang bergerak di antara jabatan atau kepangkatan yang tidak menjadi atasan atau bawahan satu dengan yang lainnya dan mereka menempati bagian fungsional yang berbeda. a) Komunikasi ke Bawah Komunikasi ke bawah menunjukkan arus informasi/pesan yang mengalir dari para atasan dalam hal ini Kepala Sub Dinas Pembinaan Mental ke bawahannya yaitu seluruh prajurit di Markas Komando Korps Marinir dalam bidang militer di sebut dengan ”perintah atasan”. Secara umum tipe komunikasi kebawah dapat digolongkan menjadi lima tipe67: a. Instruksi Tugas yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. b. Rasional yaitu pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi. c. Ideologi merupakan perlusan dari pesan rasional, yang dalam hal ini mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi. d. Informasi, dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik-praktik
67
organisasi,
Ibid,h.108
54
peraturan-peraturan
organisasi,
keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional. e. Balikan berisikan informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya. ”Dalam organisasi militer tentu sudah jelas pembagian tugas dan wewenangnya semua sudah ada dalam buku panduan Petunjuk Taktis dan buku Petunjuk Pelaksana. Adapun tugas dan wewenang sebagai Kepala Sub Dinas Pembinaan Mental adalah memberikan beberapa informasi atau perintah dari atasan kepada bawahannya”68, diantaranya adalah: a) Pembinaan disiplin prajurit tidak terlepas juga dengan Dinas Hukum, dalam hal ini dalam memberikan penyuluhan tentang bidang hukum, sehingga para prajurit mengetahui hukuman/sanksi yang akan diterima jika melakukan pelanggaran tersebut. Diharapkan dengan mengetahui sanksi yang akan diterima maka para prajurit enggan untuk melakukan pelanggaran tersebut. b) Informasi/perintah menyusun dan menyiapkan konsep rencana, program dan anggaran dalam rangka pelaksanaan pembinaan kejuangan dan kerohanian. Perintah ini diberikan kepada anggota Sub Dinas Pembinaan Mental untuk menyiapkan konsep rencana dan anggaran dalam rangka pembinaan mental dilingkungan Korps Marinir meliputi pembinaan mental kerohanian dan pembinaan mental kejuangan yang menyangkut tentang kedisiplinan prajurit Marinir, sesuai jadwal waktu yang telah ditentukan. c) Memberikan Informasi dan pelaksanaan mengenai adanya peringatan harihari besar agama, seperti Isra Mi’raj, Nuzulul quran, tahun baru Islam (1 Muharam) dan sebagainya. Setiap ada hari besar keagamaan selalu 68 Wawancara Pribadi dengan Kasi Rohani, Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag, tanggal 09 Februari 2010.
55
mengadakan peringatan, sebagai salah satu pembinaan mental kerohanian prajurit Marinir. d) Memberikan Informasi adanya lomba dalam bidang keagamaan, seperti lomba ceramah, lomba baca Al quran, dan lain-lain. Ketika dari Markas besar Angkatan Laut (Mabesal) menberikan informasi adanya lomba dan setiap Satuan Kerja untuk menyiapkan anggota yang memiliki kemampuan sesuai bidang yang dilombakan maka anggota memiliki kesempatan. Dalam hal ini sebelum berlomba maka Sub Dinas Pembinaan Mental sebagai pelaksana di lingkungan Marinir maka terlebih dahulu melakukan seleksi dan pelatihan kepada prajurit terpilih. Setelah terpilih di tingkat lingkungan Marinir maka para peserta akan dilombakan terlebih dahulu di tingkat Marinir sebelum berlomba di tingkat Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal). e) Informasi kepada prajurit yang memiliki anak usia SMP-SMA untuk mengikuti BJRB (Bintal Juang Remaja Bahari). Setiap anak dari prajurit yang memiliki kemauan untuk lebih jauh mengenal tentang kelautan, maka Korps Marinir memberikan kesempatan untuk memgikuti praogram ini. BJRB merupakan kegitan yang mengenalkan kelautan dengan langsung merasakan ikut berlayar dengan menggunakan kapal perang TNI AL selama ± 2 minggu. f) Memberikan nasehat kepada prajurit yang akan melaksanakan pernikahan dan prajurit yang memiliki masalah dalam rumah tangganya. Salah satu kegiatan Sub Dinas Pembinaan Mental dalam memberikan informasi atau pencerahan kepada prajurit ialah ketika prajurit akan melaksanakan
56
pernikahan. Sebelum pernikahan dilaksanakan maka terlebih dahulu prajurit dan calon istrinya menghadap ke Sub Dinas Pembinaan Mental untuk melaksanakan tes tentang keagamaan dan menjawab beberapa pertanyaan. Sub Dinas Pembinaan Mental juga ikut bertanggung jawab ketika salah satu prajurit dalam rumah tangganya mengalami masalah sebagai contoh akan bercerai, maka Sub Dinas Pembinaan Mental ikut memberikan solusi agar perceraian tidak terlaksana dan memberikan nasehat-nasehat kepada keduanya. g) Bagan 01 Komunikasi Ke Bawah Kasubdisbintal (Jabatan Kosong) Urmin Bintal Sertu Mar Armawi
Kasi Juang Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag
Kasi Rohani Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag A
C Paroh Islam (Kosong)
Paroh Khatolik (Kosong)
B
Paroh Protestan Lettu Laut (KH) Oktovianus P.A.D, S.Th
Kaur Juang Serka Mar M. Mundir
Paroh Hindu/Budha Lettu Laut (KH) Rustam, S.Ag
57
Keterangan: A. Kepala seksi (Kasi) Rohani Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag sebagai atasan berkomunikasi kepada Paroh Protestan Lettu Laut (KH) Oktovianus P.A.D, S.Th sebagai bawahan. B. Kepala seksi (Kasi) Rohani Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag sebagai atasan berkomunikasi kepada Paroh Hindu/Budha Lettu Laut (KH) Rustam, S.Ag sebagai bawahan. C. Kepala Seksi (Kasi) Juang Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag sebagai atasan berkomunikasi kepada Kaur Juang Serka Marinir M. Mundir sebagai bawahan. Dalam komunikasi ke bawah di organisasi militer terdapat suatu pedoman yang sering dikenal dengan BFK (Bintal Fungsi Komando), dimana BFK terbagi menjadi 2 arti yakni: BFK dalam arti luas: bahwa setiap atasan atau golongan pangkat yang lebih tinggi atau usia lebih tua berkewajiban dan bertanggung jawab atas pembinaan mental/disiplin dari anggota/bawahan, atau golongan pangkat yang lebih rendah. BFK dalam arti khusus: bahwa pembinaan mental/disiplin merupakan tugas setiap lapisan kepemimpinan dalam saluran tatanan komando TNI (Tentara Nasional Indonesia). Setiap komandan/pemimpin sesuai lingkup tugas/tanggung
jawab
serta
tingkat
komandonya,
berkewajiban
bertanggung jawab atas pembinaan mental/disiplin kesatuannya. 69
69 Wawancara Pribadi dengan Kasi Rohani, Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag, tanggal 09 Februari 2010.
58
dan
b) Komunikasi ke atas Komunikasi ke atas adalah komunikasi yang dilakukan mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.70 Sub Dinas Pembinaan Mental Korps Marinir selalu melakuakan pola komunikasi ke atas dengan menerima laporan rutin bulanan dan triwulan dari setiap Komando Pelaksana (Kolak) di satuan bawah. Sesuai jalur birokrasi yang ada, ketika seorang prajurit akan menghadap komandan maka terlebih dahulu harus melalui kepala tata usaha (kataud) yang menjadi salah satu bagian dari jalur komunikasi agar berjalan lancar dan tidak menggangu jadwal kegiatan komandan. Sebagai Kepala Seksi Rohani (Kasi Roh) Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag selalu memberikan laporan kepada Kasubdisbintal tentang kegiatankegitan prajurit yang berhubungan dengan bidang kerohanian, begitu pula dengan Kepala Seksi Kejuangan (Kasi Juang) Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag juga memberikan laporan tentang pembinaan disiplin prajurit dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan dan Kepala Sub Dinas Pembinaan mental (Kasubdisbintal) demikian pula dengan Kasubdisbintal melakukan komonikasi keatas sebagai penanggung jawab laporan kepada Kepala Dinas Administrasi Personel (Kadisminpers) Korps Marinir yaitu Letkol Marinir Endi Supardi. ”Komunikasi di organisasi militer itu sudah diatur dengan jelas tentang hirarki kepangkatan dan jalur komandonya, jadi secara formalnya komunikasi ya mengalir sesuai jalur yang sudah ada. Misalnya Kasi juang dan Kasi Roh memberikan informasi/laporan kepada Kasubdisbintal, begitu juga Kasubdisbintal sebagai bawahannya Kadisminpers sesuai jalur
70
Arni Muhammad, Komunikasi organisasi,(Jakarta: Bumi Aksara,2008) cet.ke-9,h.116.
59
komando maka akan meyampaikan laporan hasil kegiatan kepada beliau.”71
Ada beberapa hal yang biasanya dikomunikasikan bawahan ke atasan antara lain adalah: a) Memberitahukan apa yang telah dilakukan bawahan, kegiatan latihan, prestasi, keadaan prajurit, rencana program dan lain-lain. b) Menjelaskan persoalan-persoalan kegiatan yang belum dapat dilaksanakan yang mugkin memerlukan bantuan. c) Memberikan saran dan ide kepada komandan untuk kebaikkan sarana dan prasarana penunjang untuk kegiatan prajurit. d) Memberikan ide tentang keadaan organisasi agar pimpinan mengetahui apa yang harus dilakuakan. e) Memberikan informasi kepada pimpinan tentang keadaan keluarga prajurit apabila ada yang tertimpa bencana/musibah.
Bagan 02 Komunikasi Ke Atas
71 Wawancara Pribadi dengan Kasi Roh, Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag, tanggal 09 Februari 2010.
60
Kasubdisbintal (Jabatan Kosong) Urmin Bintal Sertu Mar Armawi
Kasi Juang Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag
Kasi Rohani Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag
C
A Paroh Khatolik (Kosong)
Paroh Islam (Kosong)
Paroh Protestan Lettu Laut (KH) Oktovianus P.A.D, S. Th
B
Kaur Juang Serka Mar M. Mundir
Paroh Hindu/Budha Lettu Laut (KH) Rustam, S. Ag
Keterangan: A. Paroh Protestan Lettu Laut (KH) Oktovianus P.A.D, S.Th sebagai bawahan berkomunikasi kepada Kepala seksi (Kasi) Rohani Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag sebagai atasan. B. Paroh Hindu/Budha Lettu Laut (KH) Rustam, S.Ag sebagai bawahan berkomunikasi kepada Kepala seksi (Kasi) Rohani Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag sebagai atasan. C. Kaur Juang Serka Marinir M. Mundir sebagai bawahan berkomunikasi kepada Kepala Seksi (Kasi) Juang Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag sebagai atasan. c) Pola Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam suatu organisasi.72 Dalam hal ini
72
Arni Muhammad, Komunikasi organisasi,(Jakarta: Bumi Aksara,2008) cet.ke-9,h.121.
61
komunikasi yang dilakukan antara Kasi Juang Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag dan Kasi Roh Mayor Laut (KH) Syafruddin, S.Ag, masing-masing berkomuniksi untuk mengkoordinasikan tentang tugas dan rencana kegiatan Sub Dinas Pembinaan Mental dalam upaya meningkatkan Disiplin dalam tugas dan pembinaan rohani prajurit Korps Marinir. ”Koordinasi antar Kasi dalam Organisasi Subdisbintal itu memang diharuskan untuk menyamakan persepsi dalam menyelesaikan masalahmasalah yang ada, saya sebagai Kasi Rohani selalu koordinasi dengan Kasi Juang dalam berbagai masalah, sebagai contoh sesuai pertanyaan saudara tentang disiplin, kami selalu melakukan kajian-kajian agar bisa meminimalkan pelanggaran.”73 Begitu juga dengan Kepala Urusan kejuangan (Kaur Juang) selalu mengkoordinasikan rencana kegiatan prajurit dengan Kepala Urusan Rohani Islam (Kaur Rohis), dalam upaya perencanaan kegiatan dan pelaksanaan tugastugas yang menyagkut pembinaan mental kerohanian dan kedisiplinan prajurit di lingkungan Korps Marinir.
Bagan 03 Komunikasi Horizontal
73
Wawancara Pribadi dengan Kasi Juang, Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag, tanggal 12 Februari 2010.
62
Kasubdisbintal (Jabatan Kosong) Urmin Bintal Sertu Mar Armawi
Kasi Rohani Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag
Kasi Juang Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag
A
Paroh Khatolik (Kosong)
Paroh Islam (Kosong)
Paroh Protestan Lettu Laut (KH) Oktovianus P.A.D, S. Th
Kaur Juang Serka Mar M. Mundir Paroh Hindu/Budha Lettu Laut (KH) Rustam, S. Ag
B
Keterangan: A. Kepala Seksi Rohani Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag berkomunikasi kepada Kepala seksi Juang Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag ataupun sebaliknya, sebagai rekan kerja dimana posisi jabatan mereka sama tingkatannya. B. Paroh
Protestan
Lettu
Laut
(KH)
Oktovianus
P.A.D,
S.Th
berkomunikasi kepada Paroh Hindu/Budha Lettu Laut (KH) Rustam, S. Ag ataupun sebaliknya sebagai rekan kerja dimana posisi jabatan mereka sama tingkatannya.. 3. Pola Komunikasi Informal Bila prajurit marinir berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka pengarahan arus informasi bersifat pribadi. Informasi ini mengalir ke atas kebawah atau horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi, kalaupun ada mungkin sedikit. Karena komunikasi informal ini
63
menyebabkan informasi pribadi muncul dari interaksi di antara orang-orang dan mengalir keseluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan. Jaringan komunikasi ini lebih dikenal dengan desas-desus (grapevine) atau kabar angin.74 ”Sebagai contoh dari komunikasi informal adalah anggota Subdisdata berkomunikasi dengan Kasi (kepala Seksi) di sub lain seperti Subdisbintal yang berdiskusi membahas tentang olahraga atau masalah keagamaan”.75
Dalam menjalankan organisasi ini setiap prajurit sering melakukan komunikasi grapevine. Pada saat melaksanakan kegiatan apel pagi, apel sore, waktu istirahat, sholat berjamaah, dan ketika berolah raga semua prajurit dapat melaksanakan komunikasi grapevine. Komunikasi informal ini dilakukan melalui komunikasi personal, dengan interaksi tatap muka ataupun dengan menggunakan media misalnya melalui telepon. Informasi yang dikomunikasikan bisa saja bukan tentang pekerjaan, melainkan di luar pekerjaan, misalnya tentang kegiatan selama liburan, keadaan keluarga, dan juga cerita-cerita tentang pengalaman prajurit dengan prajurit yang lainnya. ” Komunikasi ini biasanya dilakukan ketika Apel Pagi, Apel Sore, olah raga, waktu istirahat makan siang dan Sholat, bisa juga dilakukan melalui telpon.”76 B. Upaya-upaya Peningkatan Disiplin Prajurit Marinir Dari kondisi yang berkembang saat ini, gejala menurunnya disiplin prajurit di Markas Komando Korps Marinir (Mako Kormar) dapat dilihat masih tingginya angka pelanggaran disiplin pada tahun terakhir. Hal ini perlu segera dilakukan upaya-upaya
74
Arni Muhammad, Komunikasi organisasi,(Jakarta: Bumi Aksara,2008) cet.ke-9,h.124. Wawancara Pribadi dengan Kasi Juang, Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag, tanggal 12 Februari 2010 76 Ibid. 75
64
oleh berbagai pihak dilingkungan Mako Kormar guna meningkatkan disiplin prajurit. Adapun upaya-upaya tersebut adalah dengan adanya komunikasi yang komperhensif Aplikasi Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNI AL dan Enam Tuntunan Korps Marinir salah satunya adalah komunikasi yang mempererat hubungan antar sesama prajurit baik atasan, bawahan, sesama pangkat, maupun dengan masyarakat. Dengan hal tersebut setiap permasalahan akan dapat diatasi, yang pada akhirnya tidak menimbulkan pelanggaran disiplin. Oleh karena itu, komunikasi yang komperhensif harus dilakukan oleh prajurit Markas Komando Korps Marinir antara lain: 1)
Hubungan antara atasan dan bawahan Setiap pimpinan dalam satuan harus menyadari bahwa dalam
hubungan dengan anggota bawahannya ia harus mempunyai peranan sebagai komandan, pimpinan, guru, pembina dan sebagai bapak yang perwujudannya telah tercermin dalam sebelas kepemimpinan TNI. Secara lebih mendalam dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Sikap sebagai komandan adalah: (1) Berpendirian teguh. (2) Tegas dan bertanggung jawab. (3) Memiliki kecakapan teknis, kemampuan mengambil keputusan dan memberikan perintah. (4) Penuh inisiatif, dinamis, dan bijaksana dalam melaksanakan tugas dan memelihara kondisi fisik dan mental anggota. b) Sikap sebagai pemimpin (1) Mengetahui disiplin dan aspirasi dari bawahan.
65
(2) Menghargai pendapat, pendirian dan kehendak serta sikap bawahan. (3) Bersikap arif bijaksana dalam memimpin satuan, pandai menyatukan perasaan dan pendapat dalam mencapai tujuan. (4) Mampu menjadi contoh/teladan dalam perkataan dan perbuatan serta menimbulkan kewibawaan diri atas dasar kepercayaan, keikhlasan dan kerelaan bawahan dan mampu membentuk calon-calon pemimpin. c) Sikap sebagai guru (1) Senantiasa memelihara dan meningkatkan pengetahuan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan pelaksanaan tugas. (2) Memelihara ketenangan dan kesabaran dalam mendidik/melatih. (3) Bersedia setiap saat memberikan bantuan baik secara perorangan maupun dalam hubungan kesatuan guna mencapai kemajuan dan ketrampilan kerja. d) Sikap sebagai pembina (1) Harus menguasai fungsi-fungsi pembinaan yaitu perencanaan, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan. (2) Senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efetivitas dalam mencapai tujuan. (3) Bertanggung jawab penuh dalam keberhasilan setiap tugas. e) Sikap sebagai bapak (1) Harus berlaku dan berpola hidup sederhana. (2) Mengenal setiap anggota bawahan dan bersikap terbuka. (3) Mengayomi, bijaksana, tetapi tegas dan adil.
66
(4) Mendorong dan berusaha meningkatkan kesejahteraan anggota bawahan baik material maupun spiritual. Contoh
sikap
seorang
atasan
terhadap
bawahannya
mampu
mempertanggung-jawabkan pekerjaan anggotanya kepada atasan yang lebih tinggi, mampu memberikan perintah kepada bawahannya dengan tegas, sebagai seorang pemimpin akan menerima pendapat dari bawahannya untuk dikaji dan disampaikan keatasan yang lebih tinggi, ketika bawahannya menemukan kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya maka seorang atasan mampu memberikan solusi, dan seorang atasan selalu memantau, mengarahkan, serta melihat pekerjaan bawahannya demi keberhasilan dalam tugasnya. Apabila kelima peranan tersebut dilaksanakan dengan baik oleh setiap pemimpin/komandan, maka diharapkan setiap anggota prajurit akan selalu berada pada kondisi disiplin, taat dan tertib, penuh pengabdian pada tugas secara optimal. Sebaliknya apabila diabaikan peranan-peranan tersebut maka akan mempercepat proses mengendornya disiplin dan rapuhnya kesadaran akan pengabdian terhadap tugas. 2)
Hubungan antar sesama prajurit Setiap prjurit korps marinir sesama pangkat, hendaknya menyadari
bahwa kedudukan mereka adalah sama satu dengan yang lainnya adalah sebagai teman seperjuangan, rekan kerja, kawan segolongan dan saudara sekorps. Hubungan ini hendaknya didasarkan atas kesadaran, keserasian, dan keseimbangan yang dilandasi dan dijiwai oleh nilai-nilai Sapta Marga,
67
Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNI AL dan Enam Tuntunan Korps Marinir. Adapun penjelasan sebagai berikut: a) Sikap sebagai teman seperjuangan (1) Pandai menyesuaikan diri, agar menjadi team work yang dapat diandalkan. (2) Memiliki rasa senasib sepenanggungan (3) Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban (4) Mencintai bangsa dan tanah air (5)
Menempatkan
persatuan dan
kesatuan,
kepentingan
dan
keselamatan satuan diatas kepentingan pribadinya. (6) Menjunjung tinggi nilai-nilai keprajuritan (7) Keikhlasan dan kerelaan berkorban baik fisik maupun perasaan. b) Sikap sebagai rekan kerja (1) Menghargai hasil karya orang lain (2) Suka bekerja keras (3) menjauhi sikap pemerasan terhadap sesama prajurit (4) Tidak memaksakan kehendaknya kepada sesama prajurit (5) Menghormati hak-hak orang lain (6) Bersikap
hormat menghormati, harga menghargai, bantu
membantu tanpa mengharapkan balas jasa, silih asah, silih asih, silih asuh dalam mencapai kemajuan pekerjaan terhadap sesama. c) Sikap sebagai kawan (1) sikap setia kawan
68
(2) Memiliki keseragaman dalam sikap dan perilaku sesuai dengan nilai dan insan Sapta Marga. (3) Bersatu padu tindakan/perbuatan dalam kegiatan pengabdian terhadap nusa dan bangsa. (4) Menjaga kehormatan prajurit, nama baik dan prestasi kerja yang baik. (5) Tidak melakukan kegiatan/perbuatan yang merugikan sesama prajurit. (6) Tidak suka memamerkan kekayaan dan bergaya hidup mewah. d) Sikap sebagai saudara sekorps (1) Memelihara disiplin yang baik dalam menaati/mematuhi aturanaturan yang berlaku dilingkungan prjurit. (2) Bersikap bijaksana. (3) Ramah tamah, sopan santun dan rendah hati. (4) Berani mengakui kelemahan/kekurangannya. (5) Memiliki jiwa korsa yang tinggi. Adapun contoh sikap sebagai antar sesama prajurit adalah saling menghargai hasil pekerjaan temannya, saling membantu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan misalnya membersihkan kendaraan tank amfibi. 3)
Hubungan bawahan terhadap atasan Setiap anggota bawahan hendaknya menyadari bahwa ia mempunyai
kedudukan terhadap atasannya sebagai pejuang dalam pelaksanaan tugas, sebagai pembangun dan sebagai pelaksana. Hubungan dengan atasan ini
69
hendaknya
dilandasi oleh
kepercayaan
terhadap
pimpinan.
Adapun
penjelasannya sebagai berikut; a) Sikap sebagai pejuang Memiliki dedikasi, kreatif yang dinamis terhadap pelaksanaan tugas,
menunjukkan
keikhlasan,
kerelaan
berkorban
untuk
mengemban tugas dan memiliki kewaspadaan dan kesiapsiagaan yang tinggi dan siap sedia melaksanakan tugas-tugas yang diberikan serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi yang dilandasi oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b) Sikap sebagai pembangun Pandai mengendalikan diri, mengutamakan kewajiban daripada menuntut haknya, memiliki kesetiaan dan loyalitas yang tinggi kepada atasannya serta melaksanakan setiap tugas dan perintah dengan penuh rasa tanggung jawab. c) Sikap sebagai pelaksana Senantiasa berusaha untuk memelihara dan meningkatkan ketrampilannya dalam bidang tugasnya, memegang teguh disiplin keprajuritan, kepatuhan dan ketaatan kepada pimpinan, tidak mudah putus asa, bersikap tangguh, ulet dan gigih dalam menghadapi kesukaran serta selalu bersemangat dan bertekad bulat akan kepentingan terlaksananya tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
70
4)
Hubungan dengan masyarakat Prajurit harus menyadari bahwa di sekitarnya ada masyarakat lainnya,
hubungan dengan masyarakat sekitar harus harmonis, tidak saling memusuhi. Oleh karena itu prajurit harus berusaha menjadi contoh dan tauladan disekitarnya sesuai dengan nilai-nilai Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNI AL dan Enam Tuntunan Korps Marinir. a. Aplikasi Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNI AL dan Enam Tuntunan Korps Marinir. Prajurit di Markas Komando Korps Marinir harus memahami tentang Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNI AL dan Enam Tuntunan Korps Marinir sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun metode untuk menjadikan prajurit di Markas Komando Korps Marinir memahami dan mengaplikasikannya melalui pembinaan personel secara terus menerus tanpa henti dan berlanjut. b. Membina Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir 1) Meningkatkan kualitas prajurit Kualitas disiplin prajurit di Markas Komando Korps Marinir yang mempunyai pengetahuan yang luas, skill, dan ketahanan fisik yang tinggi tanpa dilandasi disiplin yang baik tentu tidak akan berhasil pada setiap pelaksanaan tugasnya. Dengan demikian harus ada peran atasan dikaitkan dengan pembinaan karena atasan harus membina disiplin bawahan melalui pemeliharaan dan peningkatan kondisi disiplin yang telah dicapai. Peran
71
dan sikap atasan dalam mengendalikan bawahan melalui keteladanan perilaku yang menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran dan keadilan. Pembinaan disiplin juga dapat diwujudkan dalam bentuk bimbingan dan penindakan secara tegas bagi yang melanggar aturan, sehingga peningkatan disiplin dapat terwujud. Oleh karena itu prajurit di Markas Komando Korps Marinir harus dilatih dan diberi tugas untuk meningkatkan skill dan pengalaman. Peningkatan skill yang di dapat, di samping berguna untuk kepentingan organisasi juga untuk meningkatkan kualitas diri dari personel tersebut. 2) Meningkatkan latihan Prajurit di Markas Komando Korps Marinir harus diberi latihan untuk meningkatkan ketrampilan secara berjenjang dan berlanjut. Sehingga peningkatan kemahiran atau kecakapan personel dapat terwujud yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas kerjanya. 3) Penegakan hukum Menindak
tegas
setiap
pelanggaran
dan
kejahatan
yang
membahayakan satuan dan nama Korps Marinir, penegakan hukum dilaksanakan dengan tegas dan lugas, namun tetap berpedoman serta menjunjung tinggi keadilan, kearifan, dan konsisten terhadap peraturan yang berlaku. 4) Memberi penghargaan Pimpinan di Markas Komando Korps Marinir harus memberikan penghargaan kepada prajurit yang dapat menunjukkan prestasinya.
72
Sehingga mereka merasa dihargai dan akan muncul motivasi untuk berbuat yang terbaik pada setiap tugas yang dilaksanakannya. C. Faktor Pendorong dan Penghambat Sub Dinas Pembinaan Mental dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Prajurit Seiring dengan derasnya arus globalisasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mana banyak berpengaruh kepada pola hidup prajurit. Pengaruh yang diterima tidak semua cocok dengan kehidupan prajurit sehingga akan berdampak terhadap kondisi disiplin prajurit. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap disiplin prajurit di Markas Komando Korps Marinir, baik faktor pendorong maupun faktor penghambat akan terkait dengan nilai-nilai Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNI AL dan Enam Tuntunan Korps Marinir. ”Faktor pendorong dan penghambat dalam meningkatkat disiplin prajurit tentunya sangat banyak apalagi zaman globalisasi sekarang ini kemajuan zaman terkadang bisa mempengaruhi prajurit apabila imannya tidak kuat tentunya akan terpengaruh dengan pengaruh kemajuan tersebut.”77 1. Faktor Pendorong a. Kepemimpinan Kepemimpnan merupakan faktor yang menentukan terhadap disiplin prajurit
di
lingkungan
Markas
Komando
Korps
Marinir.
Dengan
kepemimpinan yang mengedepankan pola demokratis dan pendekatan persuasif, dapat menciptakan iklim satuan yang kondusif sehingga disiplin dan moril prajurit tetap terpelihara.
77
Wawancara Pribadi dengan Kasi Juang, Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag, tanggal 12 Februari 2010
73
b. Lingkungan keluarga Keluarga merupakan dasar pembentuan karakter seorang prajurit dimana waktu yang dipergunakan dalam keluarga lebih lama dab interaksi antar individu lebih luas. Hal ini berpengaruh terhadap sikap dan mental seorang kepala keluarga dengan berbagai masalah yang ada pada keluarga yang dipimpinnya. Keluarga yang harmonis akan berdampak kepada semangat kerja di satuan. Sebaliknya keluarga yang tidak harmonis, cenderung berpengaruh terhadap
semangat
kerja
prajurit.
Sehingga
lingkungan keluarga memiliki pengaruh besar terhadap disiplin dan moril prajurit. c. Aplikasi nilai-nilai agama Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta arus globalisasi yang semakin luas menimbulkan dampak langsung terhadap perubahan budaya dan karakter bangsa. Untuk mengimbangi hal-hal tersebut peran nilainilai agama dapat mengatasi dan menyikapi bagaimana cara bertindak yang tepat. Agama mengajarkan bagaimana bersikap dan berprilaku yang baik sehingga dapat memberikan keselamatan dalam menghadapi berbagai situasi. d. Nilai-nilasi dasar tradisi kejuangan Bertitik
tolak
kepada
sejarah
perjuangan
bangsa
dalam
mempertahankan kemerdekaan, terkandung nilai-nilai 45 yang menjadikan dasar semangat kejuangan yang tidak mengenal menyerah dan dilandasi iman dan takwa serta ikhlas berkorban. Dengan semangat juang ini akan menimbulkan sikap dan perilaku prajurit dalam mengabdikan jiwa raganya
74
kepada bangsa dan negara dengan ditunjukkan oleh sikap, moril dan disiplin yang tinggi. 2. Faktor Penghambat a. Perkembangan lingkungan sosial Kehidupan masyarakat di kota besar dapat berpengaruh kepada pola hidup materialistis, konsumtif, individualis, dan liberalis. Hal ini disebabkan oleh arus urbanisasi dari seluruh wilayah indonesia ke jakarta, khususnya mereka yang mencari pekerjaan sehingga persaingan kehidupan sangat kompetitif dan dapat menimbulkan budaya negatif. Bagi prajurit di Markas Komando Korps Marinir, tentu saja sangat sulit untuk menghindari kondisi tersebut. Fenomena ini akan memiliki dampak terhadap menurunnya disiplin dan moril prajurit. b. Krisis perekonomian nasional Kondisi
perekonomian
di
Indonesia
yang
sedang
menjalani
instabilitas, berdampak terhadap meningkatnya harga-harga kebutuhan bahan dasar masyarakat. Hal ini dirasakan oleh prajurit dalam mengatur keuangan keluarga dalam menyikapi kebutuhan sehari-hari yang semakin meningkat. Prajurit yang tidak mampu mengatur keuangannya akan mengalami kesulitan dan akan menurunkan kinerja dan disiplin serta moril prajurit. c. Kesejahteraan prajurit Pemenuhan kesejahteraan prajurit di Markas Komando Korps Marinir masih belum maksimal, terutama dalam pemenuhan sarana perumahan prajurit. Sarana perumahan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Ketidakmampuan pemimpin untuk memenuhi kebutuhan primer
75
prajurit tersebut menyebabkan banyak prajurit yang memilih untuk mengontrak rumah dan tetap bertempat tinggal yang berjauhan dengan tempat kerja. Fenomena ini sangat berpengaruh terhadap pengaturan keuangan keluarga prajurit dan pembagian waktu kerja dan waktu untuk keluarga. “Kesejahteraan prajurit ini bukan hanya masalah di Marinir saja, tetapi semuanya. Kesejahteraan tidak memandang TNI AL atau TNI AD, para pemimpin bangsa juga sedang memikirkan bagaimana caranya meningkatkan kesejahteraan prajurit sehingga angka pelanggaran prajurit di luar dinas bisa fokus dengan tugas pokok sebagai prajurit untuk menjaga Stabilitas/keamanan Negara ini.”78
78
Wawancara Pribadi dengan Kasi Juang, Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag, tanggal 12 Februari 2010
76
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Disiplin pada dasarnya adalah tuntutan ketaatan dan kepatuhan seseorang atau dalam hubungannya dengan orang lain atau dengan kesatuan/kelompok terhadap norma-norma yang berlaku, baik terhadap diri pribadi, rumah tangga maupun masyarakat sekitarnya. Disamping itu disiplin berkaitan dengan organisasi dan satuan. Apabila disiplin diabaikan oleh setiap personel, maka peran dari satuan tersebut tidak akan berjalan. Oleh karena itu, disiplin harus melekat pada prajurit agar tugas pokok dapat dilaksanakan dengan baik. Pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh prajurit di Markas Komando Korps Marinir masih relatif tinggi. Oleh karena itu, perlu adanya solusi dan upaya yang harus dilakukan dalam menekan pelanggaran. Dengan memperhatikan latar belakang dan penyebab dari pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit di Markas Komando Korps Marinir. Untuk membantu meningkatkan disiplin prajurit maka diperlukan pola komunikasi Sub Dinas Pembinaan Mental yang baik dengan prajurit, adapun pola komunikasi roda dimana pemimpin memiliki kewenangan penuh terhadap informasi yang akan diberikan kepada prajurit, mengingat disiplin itu dituntut pengorbanan, ketaatan, kepatuhan terhadap segala peraturan serta menanamkan jiwa ikhlas berkorban, patuh terhadap peraturan atau norma yang berlaku dan kepercayaan kepada kekuatan sendiri. Hal ini dapat menciptakan sosok prajurit yang utuh jasmani dan rohani.
77
Upaya-upaya untuk meningkatkan disiplin prajurit yang dapat dilakukan adalah dengan adanya komunikasi yang komperhensif antara atasan dengan bawahan, antara sesama prajurit dan dengan masyarakat. Yang menjadi faktor pendorong dalam meningkatkan disiplin prajurit antara lain; faktor kepemimpinan, lingkungan keluarga, aplikasi nilai-nilai agama, nilai dasar tradisi kejuangan. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah; perkembangan lingkungan sosial, krisis perekonomian nasional, dan kesejahteraan prajurit. B. Saran a. Untuk meningkatkan disiplin prajurit di Markas Komando Korps Marinir maka diperlukan optimalisasi komunikasi yang baik dengan didukung oleh kebijakan komandan satuan yang memfasilitasi sarana dan prasarananya dalam mendukung terwujudnya pembinaan terhadap prajurit. b. Penegakan hukum terhadap anggota harus memperhatikan aspek-aspek keadilan. c. Perlu adanya sosialisasi peraturan-peraturan yang berlaku bagi prajurit sebagai pedoman dalam bertindak dan berprilaku. d. Peranan atasan dalam pengawasan perlu ditingkatkan dengan menambah jam komandan dalam menyampaikan santiaji, santikarma, berolahraga bersama dan berekreasi bersama keluarga prajurit. e. Evaluasi dari atasan harus terus dilakuakn dan mengambil pelajaran dari setiap pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit, sehingga dapat dijadikan bahan masukan dalam melaksanakan pembinaan disiplin prajurit.
78
f. Memberikan penghargaan kepada setiap prajurit yang berdedikasi tinggi dalam berdinas, dan sebaliknya memberikan sanksi tegas kepada setiap prajurit yang melakukan pelanggaran.
79
DAFTAR PUSTAKA Amiroeddin, Sjarif, Hukum Disiplin Militer Indonesia; Rineka Cipta, 1996 Anwar, Arifin, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta: Raja Gafindo Persada, 2002 Aubrey, Fisher, Teori-teori Komunikasi (penyunting: Jalaludin Rakmat), Bandung: Remaja Karya, 1986. Deborah, Tannen, Seni komunikasi Efektif: membangun relasi dengan membina gaya percakapan, (alih bahasa dra. Amitya Komara), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,1996. Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek; PT. Remaja Rosdakarya Bandung, cet ke 21, 2007 ------------------------------, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi; PT. Citra Aditya Bakti Bandung, cet ke-3, 2001 ------------------------------, Dinamika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya Bandung, 2007 ------------------------------, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, PT. Rosdakarya, Bandung, 1994. Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah; Kencana Jakarta, 2006 Gunadi Y.s, Himpunan Istilah Komunikasi; Gramedia Jakarta, 1998 Joseph A. Devito, Komunikasi antar manusia (edisi kelima), Profesional Books, Jakarta; 1997. Komala, Lukiati, Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses, dan Konteks. Bandung; Widya Padjadjaran, 2009 Larry King, Bill Gilbert, Seni Berbicara: kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja (editor Tanti Lesmana), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002 Mabes TNI AL, Naskah Tentang Kesehatan Mental; Jakarta, 1999 Mabes TNI, Naskah Pembinaan Moril Prajurit, Jakarta, 1999 -----------------, Petunjuk Induk Bintal ABRI; Jakarta, 1997 -----------------, Teknik Konseling; Jakarta 1998
1
Maswadi, Rauf dan Mappa Nasrun, Indonesia dan Komunikasi Politik, Gramedia, Jakarta, 1993. Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi; Bumi Aksara Jakarta, cet ke-9, 2008 Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar; PT Remaja Rosdakarya Bandung, 2007 R. Wayne Pace, Don F. Faulos, Komunikasi Organisasi: Strategi meningkatkan kinerja perusahaan (editor Deddy Mulyana, MA, Ph.D.), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002. Rahmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi; PT Remaja Rosdakarya Bandung, 2007 ------------------------, Psikologi Komunikasi; PT. Remaja Rosdakaryacet ke-20 Bandung 2003 Rohim,Syaiful. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta, 2009 Roudhonah, Ilmu Komunikasi; UIN Jakarta Press, 2007 Saputra, Munzier dan Harjani Hefni, Metode Dakwah; Kencana Jakarta, 2006 Suprapto, Tommy, Pengantar Teori Komunikasi; Media pressindo Yogyakarta, 2006 Sutarto, Dasar-dasar Komunikasi Administrasi; Duta Wacana University Press Yogyakarta,1991 Widjaja A. W., Ilmu Komunikasi Pengantar Studi; PT. Rineka Cipta Jakarta, 2002 ------------------. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat; PT. Rineka Cipta Jakarta, 2002 Winarni, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, UMM Press, 2003. Wiryanto, Teori Komunikasi Massa; PT. Grasindo, Jakarta, 2000
2
3
4
5
Markas Komando Korps Marinir Jl. Prapatan 40. Kwitang Jakarta Pusat.
6
1. Upacara Kenaikan Pangkat prajurit Markas Komando Korps Marinir
2. Pengarahan Prajurit Markas Komando Korps Marinir
7
3. Foto Ceramah Ustad Cepot dalam peringatan tahun baru Hijriah
4. Foto Ceramah Ustad Arifin Ilham dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1431 H
8