POLA DAN BENTUK KOMUNIKASI KELUARGA DALAM PENERAPAN FUNGSI SOSIALISASI PERKEMBANGAN ANAK DI PERMUKIMAN DAN PERKAMPUNGAN KOTA BEKASI Oleh Afrina Sari Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi, Sastra dan Bahasa Universitas Islam “45” Bekasi Abstract This research purpose that the family communications pattern analysis, function of socialization of family, form of communication happened at family who live in setlement and countrified in Bekasi City. Besides, also to know development of child of the the family. Method which in using in this research is descriptive method uses descriptive survey design, data analysis Statistik by using anova, wilcoxon and Rank Spearmen analysis. Result of research indicates that communications pattern to family in setlement is more usingly is combination pattern between patterns laisez-faire, protektif, pluralistic, and konsensual. Its use in corresponding to various conditions and situation when mothering. Function of active socialization, passive and radical in using in combination by family who live in setlement and countrified. In mother tongue usage ( area), both types of the family applies for inuring and recognition to child of child of they. Keywords: family communications pattern, socialization fungtion, communication
PENDAHULUAN Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya dalam berinteraksi. Untuk berhubungan dengan orang lain dibutuhkan komunikasi yang baik. Komunikasi hanya bisa terjadi apabila menggunakan sistem isyarat yang sama. Komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok akan sering terjadi dalam pembentukkan karakter seseorang. Menurut Verdeber (1990) dan Rakhmat (2007) komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasangagasan maupun perasaan. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan dalam keluarga bertujuan untuk mempererat hubungan sosial di antara individu yang ada dalam keluarga. Komunikasi antar pribadi yang baik akan membawa kepada hubungan interpersonal yang baik, sehingga terjadi pertukaran sosial yang baik pula. Pola komunikasi keluarga yang dijelaskan oleh McLeon dan Chafee dalam Turner B dan West C (2006) dan Huang (2010) terdiri dari pola laissez-faire, protektif, pluralistik dan konsensual. Keempat pola yang disampaikan McLeon dan Chafee ada pada masyarakat tradisional maupun masyarakat industri, sedangkan yang disampaikan oleh Huang ada pada populasi mahasiswa China di Amerika Serikat. Penelitian ini mengambil kasus keluarga di Kota Bekasi. Asumsi awal pada penelitian ini, bahwa perubahan pola hidup yang terjadi ditambah dengan bergesernya fungsi dan peran keluarga telah membuat keluarga mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga menyebabkan terjadinya pertukaran pola komunikasi dalam penerapan fungsi sosialisasi keluarga dalam memperhatikan perkembangan anak. Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Seperti apa pola komunikasi keluarga, fungsi sosialisasi keluarga, dan bentuk komunikasi yang terjadi pada keluarga yang tinggal di permukiman dan perkampungan di Kota Bekasi? 2. Bagaimana perkembangan anak pada keluarga yang tinggal di permukiman dan perkampungan di Kota Bekasi?
3.
4.
Bagaimanakah hubungan pola komunikasi keluarga dengan bentuk komunikasi secara verbal, nonverbal serta verbal dan nonverbal yang tinggal di permukiman dan perkampungan Kota Bekasi? Bagaimanakah hubungan bentuk komunikasi verbal, nonverbal serta verbal dan nonverbal dengan perkembangan anak di permukiman dan perkampungan Kota Bekasi?
METODE PENELITIAN Populasi penelitian adalah keluarga yang tinggal di wilayah Kota Bekasi, dengan kriteria keluarga mempunyai orangtua lengkap, bapak dan ibu yang memiliki anak berusia balita (3-5 tahun), baik laki-laki maupun perempuan. Teknik Pemilihan sampel secara teknik disporprotionate stratified random sampling. Penentuan jumlah sampel penelitian dirumuskan memakai rumus Taro Yamane, diperoleh 156 responden yang dibedakan antara di permukiman dan perkampungan. Pembagian sampel berdasarkan wilayah penelitian yaitu: kecamatan Bekasi Utara 78 responden, Kecamatan Pondok Gede 52 responden, Kecamatan Pondok Melati 26 responden. Pelaksanaan penelitian dilakukan antara bulan Mei 2010 hingga September 2010 dengan dua tahap yaitu: (1) Uji validitas dan reliabilitas instrumen dengan uji coba kuisioner di kelurahan Kaliabang Tengah Kecamatan Bekasi Utara. Hasil analisis product Moment Pearson, diperoleh nilai koefisien korelasi (r-hitung) dalam uji validitas item (butir) berkisar antara 0,304 – 1.000. Bila dibandingkan dengan r-tabel (r=0,5510; maka ada beberapa item yang belum valid. Terhadap item-item yang tidak valid dilakukan perubahan dan modifikasi. Uji reliabilitas menunjukkan nilai koefisien reliabilitas pola komunikasi keluarga (r=0,723), Fungsi sosialisasi (r=0,638), Bentuk komunikasi (r=0,551) dan perkembangan anak (r=0,787). Dan 2) pengumpulan data dilakukan di kecamatan Bekasi Utara, Pondok Gede dan Pondok Melati. Analisis data digunakan analisis statistik deskriptif berupa frekuensi, persentase, rataan skor, total rataan skor dan tabulasi silang. Untuk analisis hubungan digunakan analisis statistik inferensial berupa uji beda wilcoxon dan uji korelasi rank Spearman. (Riduwan, 2004). PEMBAHASAN Pola Komunikasi, Fungsi Sosialisasi, dan Bentuk Komunikasi di Permukiman dan Perkampungan Pola komunikasi laissez-faire Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, hal utama yang dilakukan oleh keluarga yang memiliki anak usia 3-5 tahun di permukiman dalam pola laissez-faire adalah membiarkan anak bermain sendirian yang diawasi oleh pengasuh. Sementara keluarga di perkampungan membiarkan anak main sendiri di dalam dan di luar rumah, hal ini dimungkinkan karena keluarga di perkampungan tinggal di antara keluarga luas, sehingga mereka tidak melarang anak-anak mereka untuk bermain dan harus dijaga. Pola komunikasi laissez-faire di permukiman maupun perkampungan sering membiarkan anak beraktivitas berdasarkan kemauannya tanpa diarahkan. Para orangtua hanya melarang saat anak melakukan kesalahan atau kekeliruan. Pola Komunikasi Protektif Hal utama yang selalu dilakukan oleh para orangtua yang memiliki anak usia 3-5 tahun adalah menemani bermain dan menjelaskan setiap yang ditanyakan oleh anak-anak mereka. Responden menyatakan bahwa sering menggunakan pola protektif saat berinteraksi dengan anak. Pola komunikasi Protektif digunakan orangtua pada saat mengarahkan anak-anak mereka dengan permainan yang menurut orangtua lebih baik, anak mereka patuh dan tidak pernah menolak. Pola protektif digunakan saat memberikan larangan-larangan yang harus
diketahui anak, biasanya sebelum anak bermain orangtua lebih dahulu menjelaskan apa yang harus dilakukan anak-anak mereka. Pola Komunikasi Pluralistik Hal utama yang dilakukan keluarga yang memiliki anak usia 3-5 tahun di permukiman dan di perkampungan adalah memberikan kebebasan kepada anak-anak dalam mengemukakan pendapat tentang mainan yang akan dipilih dan membiarkan anak bertanya sesuai dengan perkembangan kemampuannya. Dalam aktivitas bermain, orangtua memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih permainan, orangtua menjelaskan resiko dan akibat permainan tersebut. Larangan tidak dilakukan orangtua karena orangtua memahami maksud dari permintaan anak. Pola Komunikasi Konsensual Pola komunikasi konsensual di gunakan ketika orangtua memberi kebebasan kepada anak-anak mereka dalam bermain, mereka tidak melarang karena mereka menganggap anakanak sudah mengerti apa yang di lakukan anak-anak mereka. Rata-rata orangtua mempercayai apa yang dilakukan oleh anak-anaknya. Mereka beranggapan bahwa anak-anak mereka sudah mengerti apa resiko dari pilihan permainan mereka. Begitu juga saat anak mengemukakan pendapat, para orangtua memberikan kesempatan kepada anak-anak mereka untuk mengemukakan pendapat. Fungsi Sosialisasi Aktif Fungsi sosialisasi aktif dalam keluarga kedua lokasi termasuk dalam kategori pernah, sering dan bahkan cenderung selalu melakukan fungsi sosialisasi secara aktif dalam menjelaskan arti dari setiap yang ingin di ketahui oleh anak-anak mereka. Orangtua mengarahkan anaknya untuk mengenal lingkungan dan sosial secara baik. Sama-sama mengarahkan anak untuk melakukan perilaku sopan kepada siapa saja yang mereka temui, mereka diajarkan untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang yang lebih tua. Fungsi Sosialisasi Pasif Fungsi sosialisasi pasif yang di lakukan orangtua yang memiliki anak usia 3-5 tahun di permukiman adalah saat menonton televisi bersama, anak dibiarkan menonton, kalau ada pertanyaan baru diarahkan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan anak. Sedangkan keluarga di perkampungan lebih menggunakan fungsi sosialisasi pasif pada saat-saat tertentu seperti mengenal teman bermain, anak di biarkan melakukan sendiri. Mengambil mainan di tempat main sendiri. Orangtua membiarkan anak memilih teman, tanpa mengarahkan siapa yang harus dipilih sebagai teman. Pada saat anak mandi, beberapa keluarga di permukiman membiarkan anak-anak mereka bermain sambil mandi di kamar mandi, sambil mengajarkan apa yang dilakukan anak saat mandi. Sedangkan keluarga di perkampungan selalu membiarkan anak-anak mereka mandi sendiri baik dalam rumah maupun di sungai dekat rumah. Fungsi Sosialisasi Radikal Keluarga lebih radikal atau keras kepada anak-anaknya apabila menyangkut agama yang dianut. Para orangtua di perkampungan lebih keras dalam mendidik anak-anak mereka dan mewajibkan mengikuti pendidikan qur’ani yang diadakan di lembaga-lembaga Islam di lingkungan rumah mereka. Bagi keluarga yang beragama Khatolik dan Protestan, mereka menerapkan fungsi sosialisasi radikal pada saat anak ke sekolah minggu di gereja, mereka mendisiplinkan waktu harus ke gereja. Keluarga di permukiman dan di perkampungan melakukan hal yang sama dalam menerapkan sangsi kepada anak-anak mereka. Komunikasi Verbal Bahasa daerah yang dipakai oleh orangtua saat berinteraksi dengan anaknya lebih cenderung mengenai pembiasaan ucapan ataupun perintah singkat seperti ”tole..turu”, (bahasa Jawa yang di gunakan ibu kepada anak laki-laki kesayangan untuk meminta anaknya
tidur), “Buyung.. jaan main jauh-jauh yo” (bagi keluarga Minang dalam melarang anak untuk tidak bermain jauh-jauh dari rumah). “neng geulis…”(Bahasa daerah bagi keluarga Sunda terhadap anak perempuannya). Penggunaan bahasa yang mudah di mengerti oleh anak termasuk sering di pakai oleh keluarga pada kedua lokasi. Orangtua sering menggunakan nada rendah untuk memberitahu sesuatu kepada anaknya. Mereka mencoba merendahkan nada ketika marah. Bentuk komunikasi secara intonasi ditekankan pada kata-kata larangan sepeti ”jangan” ”tidak boleh”. Komunikasi Nonverbal Komunikasi nonverbal secara mimik wajah termasuk dalam kategori sering di gunakan. Keluarga yang tinggal di permukiman menggunakan mimik wajah untuk menunjukkan kemarahan, rasa sayang, serta menunjukkan larangan. Sedangkan keluarga yang tinggal di perkampungan menggunakan mimik wajah untuk melarang dan menunjukkan ketidak setujuan, seperti mendelikkan mata tanda tidak setuju dengan perbuatan anak. Komunikasi nonverbal proximity merupakan penunjukkan kedekatan orangtua terutama ibu dengan anaknya. Kedekatan orangtua ditunjukkan dengan mengajak bermain, menonton televisi bersama, atau menguntingkan kuku, atau mengajak anak bernyayi bersama. Memeluk anak sambil bermain, sambil menonton televisi termasuk dalam kategori sering dilakukan oleh keluarga yang tinggal di permukiman. Sedangkan keluarga di perkampungan tidak pernah melakukan memeluk anak sambil bermain atau sambil menonton televisi. Keluarga di permukiman memperhatikan anak bermain, memanjat kursi atau menaiki tangga. Sedangkan keluarga yang tinggal di perkampungan sebaliknya membiarkan bermain dengan sendirinya. Untuk Sentuhan dan belaian pada wajah anak, keluarga di kedua lokasi melakukan hal yang sama. Komunikasi Verbal dan Nonverbal Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga di permukiman dan di perkampungan termasuk sering menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal kata-kata kasar&pukulan. Alasannya, anak-anak mereka termasuk anak yang bandel dan kurang mendengarkan apa yang di katakan oleh mereka sebagai orangtua. Sehingga kecenderungan mereka menggunakan kata-kata kasar dalam menyampaikan nilai-nilai atau memerintahkan sesuatu kepada anak-anak mereka. Terkadang mereka memukul anak, jika apa yang mereka katakan tidak didengar oleh anak-anak. Keluarga di perkampungan, perkembangan anak-anak mereka secara perkembangan fisik tidak terlalu terpengaruh, mereka terlihat tumbuh seperti anak normal lainnya. Namun jika diperhatikan secara perkembangan emosi dan kognitif serta perkembangan psikososial dapat dikatakan ciri anak mereka yang dapat di katakan bahwa anak mereka terlihat takut mengungkapkan apa yang mereka inginkan. Anak-anak terlihat bermain sendiri dan menghindar apabila di tanya tentang keluarga mereka. Mereka lebih mengatakan ”tidak tahu” ketika di tanya orangtuanya sedang kemana. Komunikasi verbal dan nonverbal secara proximity dan kata-kata merupakan perlakuan orangtua yang di praktekkan dalam pola pengasuhan dengan menggunakan kata-kata yang bersifat empati dan menunjukkan rasa sayang dan mengungkapkan rasa sayang kepada anak-anaknya. Komunikasi haptik dan kata-kata dalam komunikasi verbal dan nonverbal terhadap anak merupakan perilaku orangtua dalam mengungkapkan rasa cinta dan sayang kepada anaknya. Sentuhan dan kata-kata manis serta bujukan kepada anak dilakukan dalam konteks menyentuh perasaan dan mengungkapkan rasa sayang dan cinta kepada anak. Tingkat Perkembangan Anak Pada Keluarga di Permukiman dan Perkampungan Perkembangan anak secara fisik;-- baik pada keluarga di permukiman dan keluarga di perkampungan menunjukkan kondisi yang sama yaitu sesuai dengan umur anak, memenuhi fase-fase pertumbuhan (Hurlock, 1978); seperti tumbuh gigi, pandai berjalan, berat badan setiap bulannya. Pada kedua keluarga baik di permukiman maupun
perkampungan mempunyai pola yang sama dalam mengadopsi informasi sehingga pengetahuan Ibu dan Ayah pada kedua wilayah penelitian dinilai cukup mengerti dengan perkembangan anak sesuai dengan umur anak. Perkembangan anak secara emosi;- baik di permukiman maupun di perkampungan dikatakan sudah mengarah baik (Gunarsa, 2002). Keluarga yang tinggal di pemukiman dan perkampungan mengatakan perkembangan emosi anak mereka di sinergikan dengan cara ibu membujuk saat anak menangis. Keluarga yang tinggal di permukiman menunjukkan bahwa ibu membujuk anak lebih dengan cara mengendong anak, menciumi wajah anak, membujuk sambil memuji, begitu juga dengan keluarga yang di perkampungan hampir melakukan hal yang sama. Ibu-ibu dari keluarga yang tinggal di permukiman memiliki cara lain yaitu memberikan kue yang di sukai anak yang telah disiapkan di dalam kulkas ataupun di meja makan. Juga memberikan mainan yang sangat di sukai anak, seperti mobil-mobilan ataupun boneka. Perkembangan anak secara kognitif;- sudah dalam tahap perkembangan yang disesuaikan dengan tingkat pengetahuan anak terhadap lingkungan yang ditunjukkan dengan keterampilan seperti bisa bicara, bentuk-bentuk pertanyaan yang dimunculkan anak ketika menonton televisi bersama orangtua, pendidikan yang di dapat anak (Crain, 2007). Perkembangan anak secara psikososial;- dapat dikatakan bahwa Hubungan Pola Komunikasi Keluarga dengan Bentuk Komunikasi pada Keluarga di Permukiman dan di Perkampungan Kota Bekasi Tabel 1. Hubungan Antar peubah pola komunikasi keluarga dengan komunikasi verbal Pola Komunikasi Keluarga Pola laissez-faire Pola protektif Pola pluralistic Pola konsensual
Bentuk Komunikasi Verbal (rs) Verbal secara bahasa Verbal secara nada Verbal secara kata-kata Permu Kiman
Perkam pungan
0,093 0,251* 0,295** 0,004
0,127 -0,112 0,356** 0,056
Permu kiman
0,132 0,079 0,235* 0,053
Perkam pungan
-0,039 0,154 0,081 0,000
Permu Kiman
0,184 0,224* 0,184 0,134
Perkam Pungan
-0,126 0,027 0,428** 0,062
Keterangan: rs=koefisien korelasi rank Spearman
Pada keluarga di permukiman menunjukkan bahwa terdapat hubungan sangat nyata (p<0,01) positif untuk pola pluralistik dengan bentuk komunikasi verbal secara bahasa dan berhubungan secara nyata (p<0,05) positif dengan bentuk komunikasi verbal secara nada. Pada pola protektif terdapat hubungan secara nyata (p<0,05) positif dengan bentuk komunikasi verbal secara bahasa dan kata-kata. Sedangkan pada keluarga di perkampungan terdapat hubungan sangat nyata (p<0,01) positif untuk pola pluralistik dengan bentuk komunikasi verbal secara bahasa dan kata-kata. Pada pola protektif terdapat hubungan nyata (p<0,05) positif dengan tindakan orangtua sudah di seimbangkan dengan informasi yang di dapat oleh oarngtua. Hal ini menunjukkan bahwa secara perkembangan psikososial anak yang tinggal di permukiman dan di perkampungan sudah dalam masa pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia mereka komunikasi verbal secara intonasi. Artinya keluarga di permukiman dan di perkampungan lebih dominan menggunakan pola komunikasi pluralistik yang di terapkan dengan bentuk komunikasi verbal secara bahasa, nada dan kata-kata, sedangkan pada keluarga di perkampungan lebih menekankan penggunakan pola pluralistik dipadu dengan bentuk komunikasi verbal secara bahasa dan kata-kata. Keluarga di permukiman memadukan pola pluralistik dan pola protektif dengan bentuk komunikasi verbal secara bahasa dan nada, untuk pola protektif dengan komunikasi verbal secara bahasa dan kata-kata.
Tabel 2. Hubungan antar Peubah Pola Komunikasi Keluarga dengan Komunikasi Nonverbal Pola Komuni kasi Keluarga Pola laissezfaaire Pola protektif Pola pluralisti c Pola konsens ual
Mimik wajah Permu Perkam kiman Pungan
Bentuk Komunikasi nonverbal (rs) Proximity Kinesik Permu Kiman
Haptik
Perka m punga n
Permu kiman
Perkam pungan
Permu kiman
Perka m punga n
0,209
0,042
-0,070
0,132
0,164
0,202
0,156
0,160
0,155
0,039
0,065 0,004
0,320 ** 0,272 *
0,080
0,396* *
0,052 0,381 **
-0,012
0,273*
0,023 0,104
0,012
0,256*
-0,194
0,032
0,000
0,187
0,026
0,116
0,197
0,127
Keterangan: rs=koefisien korelasi rank Spearman
Pada keluarga yang tinggal di permukiman terdapat hubungan nyata (p<0,05) positif untuk pola pluralistik dengan bentuk komunikasi nonverbal secara mimik wajah dan haptik, dan berhubungan secara sangat nyata (p<0,01) positif dengan bentuk komunikasi nonverbal secara kinesik. Pada penggunaan pola protektif di permukiman terdapat hubungan secara sangat nyata (p<0,01) positif dalam bentuk komunikasi nonverbal secara haptik. Sedangkan pada keluarga di perkampungan terdapat hubungan sangat nyata (p<0,01) positif untuk pola pluralistik dengan bentuk komunikasi nonverbal secara mimik wajah, dan pada pola konsensual di perkampungan terdapat hubungan secara nyata (p<0,05) posotif dengan bentuk komunikasi nonverbal secara mimik wajah. Artinya keluarga di permukiman menggunakan pola protektif yang di gabungkan dengan komunikasi nonverbal secara haptik, dimana keluarga di permukiman lebih sering memeluk, memangku anak saat bermain bersama. Begitu juga pada pola pluralistik, keluarga di permukiman lebih mengabungkan dengan bentuk komunikasi nonverbal secara kinesik yaitu pada saat mendapatkan anak sedang menangis maka keluarga di permukiman lebih menjelaskan kepada anak sebab akibat dari perilaku yang di lakukan anak. Sedangkan pada keluarga di perkampungan lebih dominan menggunakan pola komunikasi pluralistik yang di terapkan dengan bentuk komunikasi verbal secara bahasa, nada dan intonasi, dan menekankan penggunakan pola pluralistik dipadu dengan bentuk komunikasi verbal secara bahasa dan intonasi. Keluarga di permukiman memadukan pola pluralistik dan pola protektif dengan bentuk komunikasi verbal secara bahasa dan nada untuk pola pluralistik dan komunikasi verbal secara bahasa dan intonasi untuk pola protektif. Sedangkan keluarga di perkampungan menggunakan pola kombinasi antara pola komunikasi keluarga pluralistik dengan pola konsensual yang di gabungkan dengan bentuk komunikasi nonverbal secara mimik wajah.
Tabel 3. Hubungan Antar Peubah Pola Komunikasi Keluarga dengan Komunikasi Verbal dan Nonverbal Pola Komunika si Keluarga
Pola laissezfaaire Pola protektif Pola pluralistic Pola konsensua l
Bentuk Komunikasi verbal dan nonverbal (rs) Teriakan dan Proximity dan Haptik dan kataMimik wajah kata-kata kata
Kata-kata kasar dan pukulan Permu Perkam kiman pungan
Permu Kiman
Perkam pungan
0,226*
0,209
0,089
0,091
0,189
0,116
0,090
0,284*
0,275*
0,008
0,164
0,055 0,047
Permu kiman
Perka m punga n
Permu kiman
0,043
0,077
0,461* *
0,208
0,181
0,252*
0,225*
0,163
0,035
-0,036
0,167 0,026
0,145
-0,240*
0,422* * 0,117
0,434* * 0,196
0,123
Perkam pungan
Keterangan: rs=koefisien korelasi rank Spearman
Pada keluarga di permukiman menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata (p<0,05) positif untuk pola Laissez-faire dan pola pluralistik dengan bentuk komunikasi verbal dan nonverbal secara kata-kata kasar dan pukulan dan juga terdapat hubungan sangat nyata(p=<0,01) positif antara pola laissez-faire dan pola pluralistik dengan komunikasi verbal dan nonverbal secara haptik dan kata-kata. Pada pola protektif terdapat hubungan secara nyata (p<0,05) positif dengan bentuk komunikasi verbal dan nonverbal secara proximity dan kata-kata, haptik dan kata-kata. Sedangkan pada keluarga di perkampungan terdapat hubungan sangat nyata (p<0,01) positif untuk pola pluralistik dengan bentuk komunikasi verbal dan nonverbal secara haptik dan kata-kata, dan terdapat hubungan secara nyata (p<0,05) positif pola pluralistik dengan bentuk komunikasi verbal dan nonverbal secara kata-kata kasar dan pukulan. Artinya keluarga di permukiman menggunakan pola laissez-faire yang di gabungkan dengan komunikasi verbal dan nonverbal secara kata-kata kasar dan pukulan di kombinasikan dengan haptik dan kata-kata, dimana keluarga di permukiman lebih sering memeluk, memangku anak saat bermain bersama, dan pada saat tertentu keluarga di permukiman mengunakan kata-kata kasar dan pukulan untuk membuat anak jera, tetapi di padukan dengan sentuhan dan belaian. Begitu juga pada pola pluralistik, keluarga di permukiman lebih mengabungkan dengan bentuk komunikasi verbal dan nonverbal secara kata-kata kasar dan pukulan dengan haptik dan kata-kata yaitu pada saat mendapatkan anak sedang melakukan kesalahan seperti memecahkan perabotan, anak menangis maka keluarga di permukiman memukul dan marah menggunakan kata-kata, tetapi selanjutnya membujuk anak dengan mengendong dan memeluknya. Pada pola konsensual, terdapat hubungan nyata (p<0,05) negatif dengan bentuk komunikasi verbal dan nonverbal secara proximity dan kata-kata, ini dapat diartikan bahwa keluarga di permukiman kurang menggunakan pola konsensual yang dipadukan dengan pendekatan kepada anak. Sedangkan keluarga di perkampungan lebih dominan menggunakan pola komunikasi pluralistik yang di terapkan dengan bentuk komunikasi verbal dan nonverbal secara kata-kata kasar dan pukulan, haptik dan kata-kata. Ini dapat dikatakan bahwa keluarga di perkampungan lebih sering berinteraksi dengan anaknya menggunakan
kata-kata yang kadang kasar, dan memukul anak kalau anak melakukan kesalahan, namun juga memeluk anak untuk menunjukkan rasa sayang kepada anak dan juga mengendong, atau menyisirkan rambut anak. Hubungan Bentuk Komunikasi dengan Perkembangan Anak. Tabel 3. Hubungan antar Peubah Perkembangan Anak dengan Komunikasi Verbal, Nonverbal, Verbal dan Nonverbal Bentuk Perkembangan Anak (rs) Komunikasi Perkembangan Secara Perkembangan Secara Perkembangan Perkembangan Secara fisik Emosi Secara Kognitif psikososial Perkm Perkmp Permk Perkmp Permk Perkmp Permk Perkmp Verbal: Bahasa 0,341** 0,292** 0,301** 0,292** 0,215 0,208 0,259* 0,167 Nada 0,227* 0,032 0,065 0,032 0,156 -0,019 0,335** 0,011 Kata-kata 0,113 0,093 0,097 0,093 -0,057 0,003 0,124 0,127 Nonverbal Mimik wajah 0,125 0,124 0,255* 0,274* 0,240* 0,348** 0,166 0,317** Proximiti 0,087 0,126 -0,072 -0,129 -0,174 0,024 0,081 0,047 Kinesik 0,209 0,135 0,090 0,238* 0,217 0,130 0,118 0,085 Haptik 0,109 0,035 0,170 0,180 0,128 0,119 0,047 0,096 Verbal dan Nonverbval 0,195 0,180 0,176 Kata kasar -0,085 -0,078 -0,134 dan pukulan 0,185 -0,169 -0,058 Teriakan dan 0,252* 0,173 0,246* mimk wajah Proximiti dan kata-kata Haptik dan kata-kata Keterangan: rs=koefisien korelasi rank Spearman
0,125 -0,195 -0,158 0,181
0,156 -0,135 -0,004 0,137
0,301** -0,261* -0,233* 0,200
0,282* -0,124 0,018 0,257*
0,126 -0,182 -0,071 0,164
Pada keluarga yang tinggal di permukiman terdapat hubungan sangat nyata (p<0,01) positif untuk perkembangan anak secara fisik dengan komunikasi verbal secara bahasa dan berhubungan secara nyata (p<0,05) positif dengan bentuk komunikasi verbal secara nada. Pada perkembangan anak secara emosi berhubungan secara sangat nyata (p<0,01) positif dengan komunikasi verbal secara bahasa. Pada perkembangan anak secara psikososial berhubungan secara nyata (p<0,05) positif dengan komunikasi secara verbal bahasa, dan berhubungan secara sangat nyata (p<0,01) positif dengan komunikasi verbal secara nada. Sedangkan pada keluarga di perkampungan terdapat hubungan sangat nyata (p<0,01) positif untuk perkembangan anak secara fisik dengan bentuk komunikasi verbal secara bahasa. Pada perkembangan anak secara emosi terdapat hubungan sangat nyata (p<0,01) positif dengan bentuk komunikasi verbal secara bahasa. Artinya perkembangan anak secara fisik pada keluarga di permukiman maupun di perkampungan sangat di pengaruhi oleh penggunaan komunikasi verbal secara bahasa terutama dalam proses memberi makan dan minum. Perkembangan anak secara emosi pada keluarga di permukiman maupun di perkampungan juga di pengaruhi oleh penggunaan komunikasi secara bahasa. Perkembangan anak secara psikososial di permukiman di pengaruhi oleh penggunaan komunikasi secara bahasa dan nada, pada saat anak ingin bermain dengan temannya, bahasa dan nada orangtua menjadi perhatian bagi anak apakah di izinkan atau tidak hal ini karena keluarga di permukiman lebih protektif di bandingkan dengan keluarga di perkampungan. Pada keluarga yang tinggal di permukiman terdapat hubungan nyata (p<0,05) positif untuk perkembangan anak secara emosi dan perkembangan anak secara kognitif dengan komunikasi nonverbal secara mimik wajah dan haptik, artinya meningkatnya penggunaan komunikasi nonverbal secara mimik wajah dan haptik akan meningkatkan perkembangan emosi anak. Begitu juga akan meningkatkan perkembangan secara kognitif. Sedangkan pada keluarga di perkampungan terdapat hubungan sangat nyata (p<0,01) positif untuk
perkembangan anak secara kognitif dan perkembangan anak secara psikososial dengan bentuk komunikasi nonverbal secara mimik wajah, artinya meningkatnya penggunaan komunikasi secara mimik wajah akan meningkatkan perkembangan anak secara kognitif dan psikososial di perkampungan. Dan terdapat hubungan secara nyata (p<0,05) positif untuk perkembangan anak secara emosi dengan bentuk komunikasi nonverbal secara mimik wajah dan kinesik. Artinya semakin meningkatnya keluarga menggunakan komunikasi nonverbal secara mimik wajah dan kinesik maka akan meningkatkan perkembangan emosi anak. Pada keluarga yang tinggal di permukiman terdapat hubungan nyata (p<0,05) positif untuk perkembangan anak secara fisik dengan komunikasi verbal dan nonverbal secara haptik dan kata-kata, artinya semakin meningkat penggunaan haptik dan kata-kata maka semakin berhubungan dengan perkembangan anak secara fisik. Pada perkembangan anak secara emosi terdapat hubungan nyata (p<0,05) positif dengan komunikasi verbal dan nonverbal secara haptik dan kata-kata, artinya semakin meningkat penggunaan komunikasi nonverbal secara haptik dan kata-kata, maka semakin berhubungan kepada perkembangan anak secara emosi. Pada perkembangan anak secara psikososial terdapat hubungan nyata (p<0,05) positif dengan bentuk komunikasi verbal dan nonverbal secara kata-kata kasar dan pukulan, haptik dan katakata, artinya semakin meningkat penggunaan komunikasi nonverbal secara kata-kata kasar dan pukulaan, juga secara haptik dan kata-kata, maka semakin berhubungan dengan perkembangan anak secara psikososial. Sedangkan pada keluarga di perkampungan terdapat hubungan sangat nyata (p<0,01) positif untuk perkembangan anak secara kognitif dengan komunikasi verbal dan nonverbal secara kata-kata kasar dan pukulan, artinya semakin menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal secara kata-kata kasar dan pukulan saat berinteraksi dengan anak, maka semakin meningkatkan perkembangan anak secara kognitif. Juga terdapat hubungan nyata (p<0,05) negatif untuk perkembangan anak secara kognitif dengan komunikasi verbal dan nonverbal secara teriakan dan mimik wajah, haptik dan katakata, artinya semakin menurun penggunaan komunikasi verbal dan nonverbal secara teriakan dan mimik wajah, proximity dan kata-kata, maka semakin menurunkan perkembangan anak secara kognitif. SIMPULAN Simpulan a. Pola Laissez-faire pada keluarga di permukiman membiarkan anak bermain sendiri dalam rumah, sementara keluarga di perkampungan membiarkan anak main sendiri didalam dan diluar rumah. Pola Protektif mengarahkan anak-anak mereka pada permainan lebih baik. Pola Pluralistik memberikan kebebasan kepada anak-anak mengemukakan pendapat. Pola Konsensual memberi kebebasan kepada anak bermain, menganggap anak mengerti apa yang di lakukan. b. Perkembangan fisik anak menunjukkan kondisi yang sama yaitu sesuai dengan umur anak, memenuhi fase-fase pertumbuhan seperti tumbuh gigi, pandai berjalan, berat badan, mempunyai pola yang sama dalam mengadopsi informasi. Perkembangan Emosi anak di sinergikan dengan cara ibu membujuk saat anak menangis. Perkembangan kognitif pada anak ditunjukkan dengan keterampilan seperti bisa bicara, bentuk-bentuk pertanyaan, pendidikan anak. Perkembangan Psikososial anak sesuai dengan usianya. c. Komunikasi verbal secara bahasa dan kata-kata di gunakan keluarga kedua lokasi penelitian dalam rata-rata sama. Komunikasi verbal secara nada digunakan keluarga di permukiman dalam rata-rata tidak sama. Komunikasi nonverbal secara mimikwajah digunakan keluarga kedua lokasi dalam rata-rata sangat berbeda. Komunikasi secara proximity, kinesik dan haptik yang digunakan keluarga kedua lokasi dalam rata-rata sama. Komunikasi verbal-nonverbal secara kata-kata kasar & pukulan, teriakan dan
mimik wajah, proximity & kata-kata dan haptik&kata-kata yang digunakan keluarga kedua lokasi dalam rata-rata sama. d. Perkembangan anak secara fisik, perkembangan anak secara emosi dan perkembangan anak secara psikososial kedua lokasi berhubungan dengan komunikasi verbal secara bahasa, nada. Perkembangan anak secara emosi dan perkembangan anak secara kognitif di permukiman berhubungan dengan komunikasi nonverbal secara mimik wajah dan haptik, Sedangkan pada keluarga di perkampungan, perkembangan anak secara kognitif dan perkembangan anak secara psikososial berhubungan dengan bentuk komunikasi nonverbal secara mimik wajah. Perkembangan anak secara fisik, perkembangan anak secara emosi dan perkembangan anak secara psikososial berhubungan dengan komunikasi verbal dan nonverbal secara haptik dan kata-kata. Sedangkan pada keluarga di perkampungan, perkembangan anak secara kognitif berhubungan dengan komunikasi verbal dan nonverbal secara kata-kata kasar dan pukulan dan komunikasi secara teriakan dan mimik wajah, haptik dan kata-kata. Saran a. Untuk mendapatkan perkembangan anak secara fisik, emosi, kognitif dan psikososial yang baik maka keluarga disarankan memperhatikan komunikasi verbal (bahasa,nada), nonverbal (mimik wajah, haptik), verbal dan nonverbal (haptik dan kata-kata) yang di gunakan kepada anak. b. Keluarga yang memiliki anak usia 3-5 tahun menghindari bentuk komunikasi verbal dan nonverbal secara teriakan dan mimik wajah dengan kata kasar dan pukulan. DAFTAR PUSTAKA Crain. 2007. Teori Perkembangan Anak, Konsep dan Aplikasi. Edisi ketiga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Gunarsa. 2002. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Cetakan keenam. Jakarta : BPK Gunung Mulia. Huang, Yuan 2010. “Family Communication Patterns, Communication Apprehension and Socio-Communicative Orientative Orientation: A Study of Chinese Students” Thesis, Master of Arts, University of Akron, Communication. Hurlock, Elizabeth 1978. Perkembangan Anak. Alih Bahasa. Jakarta : Erlangga Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Karya. Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta Torres, Maria Beatriz 2001. “ Communication Challenges and Conflicts that Children Experience with Parents, Peers and Teachers due to Acculturation with the American Culture” Thesis Master of University, Interpersonal Communication.
Sojourner Arts, Ohio
Turner B dan West C. 2006, The Family Communication. Sage Publication. Verderber. 1990. Communicate. Six Edition. California : Wadsworth Publishing Company