7/28/2012
POINTERS ARAHAN KEPALA BADAN LITBANG KEHUTANAN Disampaikan dalam Pertemuan Forum Peneliti-Widyaiswara-Penyuluh Cisarua 16 Juli 2012
PRINSIP DASAR: 1. Forum komunikasi Peneliti-Widyaiswara-Penyuluh merupakan forum ad-hoc yang tidak termasuk struktur, tetapi sangat penting untuk menjembatani arus informasi IPTEK hasil penelitian agar tersampaikan kepada pengguna secara efektif. 2. Forum ini terbentuk sebagai upaya untuk mendayagunakan hasil penelitian agar IPTEK hasil penelitian dapat diformulasikan dalam bahasa sederhana menjadi materi ajar dan bahan penyuluhan sehingga bisa mudah diterima oleh pengguna. Di sisi lain umpan balik yang berupa usulan topik penelitian dapat dimungkinkan berdasarkan masukan Penyuluh dan Widyaiswara sesuai kebutuhan pengguna. 3. Keberhasilan forum ini diukur dari banyaknya IPTEK yang telah menjadi materi ajar dan bahan penyuluhan, banyaknya materi ajar dari hasil penelitian yang yang diikuti peserta didik, dan banyaknya hasil penelitian yang diikuti oleh masyarakat karena penyuluhan.
1
7/28/2012
4. Bagi Badan Litbang tersampaikannya IPTEK hasil penelitian ke pengguna ini sangat penting karena hal ini berarti hasil penelitian telah berfungsi dan menjadi outcome. Dalam IKUIKK Badan Litbang ditargetkan minimal 60% hasil penelitian harus menjadi outcome. 5. Agar Forum ini dapat berfungsi secara efektif maka hasil nya harus konkrit dan mendukung tugas masing-masing komponen fungsional peneliti-widyaiswara-penyuluh. Dengan demikian maka interaksi ketiga komponen fungsional dalam hal pemilihan dan pendalaman materi harus menjadi kegiatan utama dalam Forum ini. 6. Agar kontribusi Forum ini menjadi konkrit diperlukan fokus dalam pemilihan materi. Oleh karena itu pemilihan thema materi diskusi dalam forum (misalnya kali ini memilih thema KPH) jangan dipandang sebagai pemaksaan dan pembatasan kebebasan berinteraksi, tetapi harus dilihat sebagai upaya agar hasil Forum dapat konkrit dan implementatif
MEKANISME KERJA FORUM UNTUK EFEKTIVITAS DISEMINASI Diperlukan kesepakatan untuk menentukan cara dan waktu interaksi peneliti-widyaiswara-penyuluh, baik secara tidak resmi maupun resmi. Fasilitas yang ada, seperti halnya milis, website dan pertemuan tatap muka rutin secara resmi maupun tidak resmi, harus dirancang untuk efektivitas proses pencapaian tujuan. Proses interaksi, misal pertemuan rutin, juga secara bertahap harus dilakukan secara mandiri dan tidak menggantungkan terus pada ketersediaan anggaran. Hal ini bisa dilakukan apabila interaksi ketiga komponen tersebut dirasakan manfaatnya dan sudah menjadi kebutuhan. Formulasi interaksi ini harus disepakati dalam pertemuan ini dan menjadi komitmen bersama untuk segera ditindaklanjuti. Pengembangan forum di daerah juga perlu diprogramkan agar interaksi tidak hanya terjadi di Pusat tapi mencakup seluruh komponen peneliti widyaiswara dan penyuluh baik pusat maupun daerah.
2
7/28/2012
KONTRIBUSI FORUM UNTUK MENDUKUNG PROGRAM KEMENTERIAN • Sebagai institusi pendukung, Badan Litbang dan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM harus menjadi pemandu dan pendamping bagi eselon I lainnya. Oleh karena itu kiprah forum juga harus mengarah pada program-program Kementerian. • Sasaran strategis Kementerian Kehutanan dapat digunakan untuk sebagai acuan untuk menentukan thema-thema diskusi, sehingga kontribusi forum dapat konkrit dan dirasakan manfaatnya • Interaksi dengan eselon I lain yang menjadi pelaksana sasaran strategis juga sangat penting, untuk memformulasikan kebutuhan pengguna. Rapat-rapat resmi biasanya hanya diikuti oleh management dan sangat sedikit keterlibatan fungsional. Padahal dalam rapat inilah persoalan riel muncul untuk didukung.
HASIL-HASIL LITBANG YANG SIAP DI DISEMINASIKAN UNTUK MENDUKUNG HTR • Kegiatan Penelitian di Badan Litbang dirancang berdasarkan hirarki perencanaan yang telah mapan. Perencanaan dimulai dari Perencanaan Jangka Panjang/Roadmap yang menentukan 9 thema riset dan 5 program. • Perencanaan tersebut kemudian dirinci ke dalam rencana jangka menengah 5 tahunan yang diuraikan dalam Renstra Badan Litbang. Renstra Badan Litbang membagi 5 program menjadi 25 Rencana Penelitian Integratif (RPI) yang dilaksanakan dalam periode Renstra, yaitu 5 tahun. • Pelaksanaan Penelitian integratif mengikuti Kerangka Kerja Logis (KKL) masing-masing, bahwa semua penelitian integratif mempunyai objective/tujuan utama. Objective tersebut diuraikan menjadi spesifik objective, dan setiap spesific objective mempunyai output. • Masing-masing output terdiri dari beberapa kegiatan. Kegiatan-kegiatan untuk menghasilkan output inilah yang dilaksanakan baik oleh Puslitbang maupun Balai.
3
7/28/2012
• Dalam memberikan kontribusi untuk operasionalisasi KPH, maka dibutuhkan pemahaman tentang proses operasionalisasi tersebut. Permasalahan utama mungkin tidak researchable atau tidak menyangkut hal-hal teknis, tetapi lebih banyak menyangkut kebijakan dan hal-hal non teknis. • Tetapi karena hasil litbang lebih banyak bernuansa teknis, maka kami akan mencoba mengkaitkan hasil litbang yang aplikatif pada proses operasionalisasi dan lebih menekankan pada aspek teknis. • Pembahasan lebih dalam akan dilakukan pada diskusi siang dan sore nanti berdasarkan hasil litbang terkini dan pool of knowledge.
HASIL LITBANG YANG APLIKATIF UNTUK OPERASIONALISASI KPH
4
7/28/2012
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
Kegiatan Pengelolaan Hutan yang meliputi: - tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan; - pemanfaatan hutan; - penggunaan kawasan hutan; - rehabilitasi dan reklamasi hutan; - perlindungan hutan, dan - konservasi alam
IPTEK Kehutanan
Penguatan Tata Kelola Kehutanan: - Rekomendasi penataan kelembagaan KPH - Rekomendasi kebijakan KPH - Rekomendasi penyelesaian permasalahan land tenure
Pembangunan KPH antara berbagai wilayah memiliki kekhasan masingmasing. Rekomendasi pembangunan KPH tersebut akan disesuaikan dengan potensi kawasan, kondisi daerah (sosial, ekonomi dan budaya) dan kebijakan yang dimiliki oleh setiap daerah.
5
7/28/2012
Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, jasa lingkungan, hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
Hasil IPTEK kehutanan yang mendukung kegiatan pemanfaatan hutan antara lain: multisistem silvikultur, mikrohidro, alat ukur diameter pohon, alat ukur volume pohon berdiri, rekayasa bioinduksi gaharu, peningkatan kualitas kokon ulat sutera, sidik cepat pemilihan jenis pohon hutan rakyat dan peningkatan produksi koloni lebah madu.
Multisistem Silvikultur “Menjadikan pemanfaatan hutan produksi lebih baik” Multisistem silvikultur adalah pilihan terbaik saat ini untuk mengoptimalkan kinerja IUPHHK Hutan Alam. Dalam pola multisistem silvikultur, penggunaan tiga sistem silvikultur (TPTI, TPTJ, THPB) secara bersamaan dapat menghasilkan produk yang lebih variatif, meliputi kayu pertukangan dan kayu pulp. Dengan demikian, secara akumulasi dihasilkan total produksi kayu dalam jumlah yang besar. Dari aspek sosial, pola ini mampu menyediakan jenis dan volume pekerjaan yang lebih memadai sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja.
6
7/28/2012
Listrik Mikrohidro “Lestari hutan ku, terang desa ku” Listrik Mikrohidro adalah pembangkit listrik skala kecil (<1 mW) yang dapat dibangun di daerah hulu DAS dengan memanfaatkan tenaga dari aliran sungai. Keunggulan dari listrik mikrohidro adalah jaringan distribusi yang mudah dan sederhana serta biaya yang relatif murah dibandingkan tenaga listrik lainnya. Keuntungan lainnya adalah dapat meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat untuk secara swadaya dan kolektif menjaga dan melestarikan fungsi hutan. Hutan yang lestari dapat menjamin kontinuitas hasil air yang akan bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri (on site) maupun masyarakat di bagian hilirnya (off site).
Alat Ukur Diameter Pohon WESYAN Alat ukur diameter pohon ini didesain untuk dapat digunakan tidak hanya pada diameter pohon kurang dari 30 cm, tetapi juga dapat mengukur diameter pohon yang lebih besar dari 60 cm, bahkan sangat praktis digunakan pada pohon berbanir tinggi. Paten Sederhana ID S0001084 B tanggal 26 Mei 2011
7
7/28/2012
Pita Volume Pohon Berdiri Merupakan alat bantu pengukur volume pohon berdiri yang praktis dan mudah penggunaannya. Cukup dengan melingkarkan pita tersebut ke batang pohon pada ketinggian setinggi dada, petani hutan rakyat sudah dapat mengetahui volume pohon tersebut dalam satuan meter kubik (m3). Keuntungan lain, selain praktis untuk dibawa dalam saku celana atau baju, pita volume ini pun mudah dibuat dengan biaya murah. Pita volume ini disusun berbasis data dari tabel volume lokal, sehingga penggunaannya dibatasi hanya pada jenis pohon contoh dan lokasi yang mempunyai karakteristik lingkungan (biofisik) serupa dengan kondisi tempat tumbuh pohon contoh yang dipergunakan untuk menyusun /tabel . Dengan demikian sangat diperlukan untuk penyusunan pita volume untuk jenis dan lokasi berbeda. Ekstrapolasi nilai tidak direkomendasikan, karena akan menurunkan tingkat ketelitian hasil penaksiran
Kuantifikasi Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan • Telah dihasilkan model-model volume pohon dan model pertumbuhan dan informasi riap untuk berbagai jenis tanaman di beberapa lokasi • Kegiatan pelatihan penggunaan tabel volume sebagai metode pendugaan volume yang praktis dan akurat dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.
8
7/28/2012
Teknologi Bio-Induksi Pohon Penghasil Gaharu Bioinduksi adalah teknik untuk mempercepat proses pembentukan gaharu secara biologi dengan bantuan fungi Fusarium. Teknik pembentukan gaharu pada pohon hasil budidaya dilakukan dengan menyuntikkan isolat jamur fusarium atau inokulan stimulan gaharu pada batang pohon penghasil gaharu. Inokulasi dengan isolat jamur tersebut akan menyebabkan terjadinya infeksi pada batang pohon gaharu yang akan mendorong terbentuknya oleoresin atau damar. Dengan teknologi inokulasi maka produksi gaharu dapat direncanakan dan dipercepat melalui induksi jamur pembentuk gaharu pada pohon penghasil gaharu.
Peningkatan Kualitas Kokon Ulat Sutera bombyx mori L. Telah dihasilkan beberapa hibrid hasil persilangan yang dapat menghasilkan bahan yang lebih baik yaitu BS-08 (asal bibit betina ras Cina dan jantan ras Jepang) dan BS-09 (asal bibit betina ras Jepang dan jantan ras Cina). Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan: • Bekerjasama dengan petani Jawa Barat (Tasikmalaya dan Sukabumi) dalam pembuatan demplot budidaya. • Memberi kesempatan pelatihan dan magang mahasiswa dan petani sutera mengenai pemeliharaan kebun murbei dan budidaya ulat sutera. • Melakukan pembinaan kepada para petani sutera agar dapat memproduksi kokon yang baik dan berkualitas.
9
7/28/2012
Sidik Cepat Pemilihan Jenis Pohon Hutan Rakyat Sidik Cepat Pemilihan Jenis Pohon Hutan Rakyat merupakan alat bantu bagi petani hutan untuk memilih jenis pohon yang sesuai dengan kondisi tempat tumbuh. Alat ini menyajikan variabel yang sederhana dan umum dijumpai. Alat ini juga disertai petunjuk operasional sehingga petani dapat menggunakannya dengan mudah. Pemilihan jenis pohon dilakukan berdasarkan variabel: • Daur yang diinginkan (daur pendek/10 thn atau daur panjang/lebih dari 10 thn) • Jenis hasil hutan yang diharapkan (kayu atau nonkayu) • Kondisi tanah (berlempung, berpasir, berkapur) • Altitude/ketinggian dari muka laut (dataran rendah/dibawah 500 m dpl, dataran tinggi/diatas 500 m dpl)
Langkah-Langkah Memaksimalkan Produksi dan Produktivitas Lebah Madu 1. Pengembangan tanaman sumber pakan 2. Pengelolaan koloni yang produktif • Perbaikan teknik pemanenan madu lebah hutan • Budidaya lebah madu secara menetap • Penggembalaan lebah 3. Seleksi koloni unggul • Penangkaran lebah ratu • Evaluasi hasil penangkaran
10
7/28/2012
Penyiapan Lahan Tanpa Bakar Meliputi teknik : • penyiapan lahan (persiapan, penebasanpenebangan-pelapukan, pembersihan lahan, pengolahan, konservasi dan pencegahan kebakaran) • pemanfaatan limbah : - kayu diameter besar dan kecil - limbah sisa di lapang (utk arang, kompos, arang kompos, pot organik dan media bermikoriza, media jamur, mulsa, bahan anggelan)
Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.
Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yangrusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.
11
7/28/2012
Hasil IPTEK kehutanan yang mendukung kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan antara lain: teknologi perbenihan, perbanyakan bibit secara massal (KOFFCO system), penggunaan mikoriza dalam pembibitan, pembuatan kompos dari gulma, bioreklamasi lahan bekas tambang, biorehabilitasi rawa gambut, pet perwilayahan jenis pohon andalan, menyelamatkan ramin dengan teknik vegetatif.
Atlas Benih Tanaman Hutan Badan Litbang Kehutanan telah menghasilkan risalah benih 139 jenis tanaman hutan yang dimuat dalam 6 jilid buku Atlas Benih. Jenis yang disajikan adalah berbagai jenis tanaman hutan yang berpotensi dan menjanjikan bagi kesejahteraan masyarakat.
Risalah benih ini menyajikan informasi sebaran tumbuh; musim buah; pengumpulan, ekstraksi, penyimpanan dan perkecambahan benih; pencegahan hama dan penyakit; serta persemaian. Atlas benih ini dapat memandu masyarakat, khususnya pengguna benih dalam menangani benih sampai ke persemaian serta memilih jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan yang ada.
12
7/28/2012
Atlas Rotan Indonesia Badan Litbang Kehutanan telah menerbitkan risalah 21 jenis rotan dalam 2 jilid buku Atlas Rotan Indonesia. Risalah yang disajikan mencakup nama jenis, daerah persebaran, habitus, struktur anatomi, komponen kimia, sifat fisis-mekanis, pelengkungan, ketahanan terhadap bubuk, pemanfaatan dan silvikultur. Pemilihan jenis rotan yang dimuat dalam atlas ini didasarkan pada jenis rotan yang batangnya telah digunakan di Indonesia, baik yang diperjualbelikan dalam skala besar untuk keperluan industri maupun yang digunakan secara lokal oleh para pengrajin.
Teknik Perbanyakan Bibit Massal (KOFFCO System) Keberhasilan dalam pembangunan tegakan hutan antara lain ditentukan oleh ketersediaan bibit secara berkesinambungan dalam jumlah dan kualitas yang mencukupi. Upaya pengadaan bibit beberapa jenis tanaman hutan secara generatif, masal, dan berkesinambungan masih menghadapi beberapa kendala antara lain (1) periodisitas pembungaan yang tidak teratur dan (2) benihnya tidak dapat disimpan dalam jangka panjang (recalcitrant). Oleh sebab itu, teknik perbanyakan secara vegetatif khususnya stek pucuk merupakan teknik alternatif penting dalam pengadaan bibit secara massal. Pengembangan teknik KOFFCO System atau Komatsu-FORDA Fog Cooling System ini telah berhasil meningkatkan produksi massal bibit dipterokarpa di atas 70%. Untuk jenis pulai bahkan dapat ditingkatkan sistem perakaran dan produksi massalnya sampai mendekati 100%. KOFFCO System juga telah diterapkan pada jenis-jenis lainnya seperti ramin, rasamala, nyawai, nyamplung, jabon, dan gaharu.
13
7/28/2012
Menyelamatkan Ramin Melalui Perbanyakan Bibit dengan Teknik Vegetatif Teknik vegetatif dengan cara stek adalah yang paling memungkinkan untuk perbanyakan bibit ramin yang memiliki musim berbunga/berbuah yang sangat jarang (4-5 tahun). Bahan stek yang dipotong dari pohon induk kurang dari 24 jam sebelum ditanam di persemaian dan kondisi persemaian dengan sistem KOFFCO telah terbukti menghasilkan persen stek lebih dari 90%. Kelebihan dari perbanyakan vegetatif melalui stek pucuk adalah bibit dapat dihasilkan terus menerus dan tidak tergantung pada musim berbunga atau berbuah dan rendahnya daya simpan benih ramin. Dengan teknik ini dapat tersedia bibit ramin dalam jumlah cukup sehingga kegiatan penanaman ramin dapat dilakukan pada skala yang lebih luas.
Gulma, Bahan Baku Kompos Potensial Pada lahan gambut yang rusak/terlantar terdapat sekitar 23 jenis gulma lahan gambut yang potensial sebagai bahan baku kompos. Kompos berbahan baku jenis Calopogonium muconoides (kalopogonium) menunjukkan kualitas terbaik dengan nilai C/N te-rendah serta kandungan unsur N, P, Ca dan Mg yang tinggi. Untuk mendapatkan kompos dengan kualitas unsur hara yang lebih baik, petani dapat menggunakan bahan rock phosfat, pupuk kandang, abu, serbuk gergaji dan sedikit kapur. Petani dapat mengkonsumsi sendiri kompos yang telah dibuat. Ini akan mengurangi kebutuhan petani akan pupuk anorganik disamping memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia melimpah di lahan gambut
14
7/28/2012
Aplikasi Mikoriza Fungi mikoriza merupakan salah satu produk mikroba simbiotik yang mampu memacu pertumbuhan. Beberapa jenis pohon hutan dan jenis tanaman perkebunan dan pertanian dapat menggunakan mikoriza. Tanaman perkebunan yang dapat menggunakan mikoriza diantaranya adalah kopi, coklat, karet, kelapa sawit, cabe, jagung, tomat, bawang, kacang-kacangan, dan sebagainya. Aplikasi mikoriza, adalah salah satu alternatif teknologi untuk rehabilitasi lahan. Aplikasi ini ditujukan untuk dapat memproduksi bibit berkualitas dalam jumlah besar, hemat pemakaian pupuk dan dapat dilakukan pada pembibitan vegetatif dan generatif. Mikoriza mampu meningkatkan pertumbuhan, serapan nutrisi dan daya hidup tanaman.
Peta Perwilayan Jenis Pohon Andalan untuk Rehabilitasi Hutan/Lahan
Peta perwilayahan jenis pohon andalan adalah peta yang menyajikan data dan informasi spasial jenis-jenis pohon andalan di seluruh pulau di Indonesia yang dilengkapi dengan informasi persyaratan tempat tumbuh. Peta ini disajikan dalam bentuk digital sehingga mampu menampilkan informasi lebih jelas dan menarik. Peta digital ini dimasukkan ke dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) dan dilengkapi dengan atribut yang berkaitan dengan jenis-jenis andalan tersebut. Saat ini telah berhasil dibuat peta perwilayahan jenis-jenis pohon andalan untuk rehabilitasi hutan dan lahan di Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Papua.
15
7/28/2012
Bio-reklamasi pada Lahan Bekas Tambang dan Bio-rehabilitasi pada Hutan Rawa Gambut Bio-reklamasi adalah teknologi yang berbasis pada pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) yang mampu bersimbiosis secara terus menerus pada kondisi tanah yang sangat ekstrim, seperti pH masam atau pH basa. Akar tanaman melalui simbiosis dengan FMA mempunyai kemampuan menyerap unsur-unsur penting dan nutrisi mikro yang dibutuhkan tanaman hutan. Bio-rehabilitasi adalah teknologi yang berbasis pada pemanfaatan Fungi Ektomikoriza (ECM) lokal yang spesifik bersimbiosis dengan jenis meranti rawa. ECM berguna untuk membantu menyerap nutrisi dan mempercepat pertumbuhan bibit. Kontribusi dari ECM adalah menghasilkan bibit meranti yang berkualitas dan mampu beradaptasi pada kondisi lahan gambut yang terdegradasi.
Perlindungan hutan Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
16
7/28/2012
Alat Pemadam Kebakaran Hutan: Portable dan Efektif di Lahan Kering dan Gambut Peralatan ini merupakan modifikasi alat serupa eks impor yang memiliki kelebihan harga jauh lebih murah karena sepenuhnya menggunakan bahan produksi dalam negeri. Spesifikasi juga disesuaikan dengan fisik orang Indonesia sehingga lebih ergonomis dan lebih efektif dalam pemadaman api baik di lahan kering maupun lahan gambut. Peralatan pemadam hasil rekayasa tersebut terdiri atas pompa gendong JUFA, kepyok pemukul api, kantong air 1000 liter, stik jarum dan mesin pompa pemadam.
Pengendalian Hama pada Tanaman Penghasil Gaharu Serangan hama ulat daun (Heortia vitessoides Moore) meningkat tajam dari tahun ke tahun. Serangan tesebut menghambat pertumbuhan tanaman dan bahkan menimbulkan kematian apabila tidak ditanggulangi. Untuk mengatasi serangan hama ulat daun tersebut, perlu diterapkan strategi pengendalian yang tepat baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang. • Jangka pendek: secara mekanis dan kimiawi • Jangka menengah: secara biologi • Jangka panjang: dengan musuh alami dan teknik silvikultur
17
7/28/2012
Pengendalian Penyakit Karat Tumor pada Sengon Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengembangan sengon saat ini adalah wabah penyakit karat tumor (gall rust). Pada tanaman muda, penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Gejala serangan pada sengon berupa hiperplasia (pembengkakan/pertumbuhan lebih) pada bagian tanaman (daun, cabang, dan batang) yang terserang. Teknik pengendalian yang sudah dilakukan adalah teknik pengendalian terpadu. Teknik ini mencakup perpaduan teknik mekanik (pemangkasan tumor sebelum perlakuan) dan pemberian formula campuran belerang-kapurgaram dengan komposisi tertentu untuk menghambat pertumbuhan karat tumor pada sengon. Teknik pengendalian tersebut terbukti efektif sampai 96% untuk menghambat pertumbuhan karat tumor pada sengon.
Pengendalian Hama Kutu Lilin pada Pinus
Pengendalian hama cabuk lilin pada tegakan Pinus merkusii dengan menggunakan cuka kayu (wood vinegar) dan agensia hayati Bacillus thuringiensis, baik murni maupun campuran (kombinasi).
Telah diujicoba di lapangan (RPH Cijambu, BKPH Manglayang Timur, dan KPH Sumedang)
Perbandingan campuran yg hasilnya paling efektif (hampir 100%) untuk mengendalikan hama cabuk lilin sampai dg bulan ke-6 setelah penyemprotan, yaitu 320 cc cuka kayu + 8 gr Bacillus thuringiensis (80 %: 20%), dilarutkan dalam 10 liter air.
18
7/28/2012
Konservasi alam Beberapa hasil iptek kehutanan terkait konservasi alam antara lain: Sidik cepat degradasi sub DAS, teknik mitigasi banjir dan tanah longsor, konservasi bekantan dan rusa, serta alat takar hujan sederhana. DAERAH TANGKAPAN AIR (CATCHMENT AREA) BAGIAN DR DAS
Sidik Cepat Degradasi Sub DAS Sidik cepat degradasi sub DAS digunakan untuk memperoleh gambaran spesifik/karakter sub DAS yang dicirikan oleh parameter keadaan morfometri, topografi, tanah, geologi, vegetasi penggunaan lahan, hidrologi dan manusia. Parameter-parameter tersebut yang memberikan informasi kinerja sub DAS berupa tingkat kerentanan/ permasalahan dan potensinya. Sistem karakterisasi sub DAS dapat digunakan sebagai alat penyidikan secara cepat terhadap degradasi sub DAS, baik letak/tempat, penyebab, ataupun tingkat degradasinya.
Proses penyidikan degradasi sub DAS
19
7/28/2012
Teknik Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana melalui pembangunan fisik serta peningkatan kesadaran dan kemampuan menghadapi bencana.Teknik mitigasi banjir dan tanah longsor adalah bagian dari sistem pengelolaan daerah aliran sungai (DAS). Acuan utama yang digunakan dalam teknik ini adalah ‘Sidik Cepat Degradasi Sub DAS’. Tindakan yang perlu dilakukan untuk mitigasi banjir dan tanah longsor mencakup identifikasi daerah rawan bencana, teknik pengendalian dan teknik peringatan dini. Kewaspadaan masyarakat penghuni wilayah rawan bencana sangat diperlukan, dan pengembangan keberdayaan masyarakat dalam mitigasi bencana alam harus selalu dilakukan secara nyata setiap saat.
Menyelamatkan Monyet Belanda dari Kalimantan Biologi Konservasi Bekantan
Degradasi hutan lahan basah sebagai habitat bekantan serta perburuan liar, telah menurunkan populasi bekantan sampai 90% dalam 20 tahun terakhir. Sebagai salah satu keanekaragam hayati hutan tropis Indonesia, bekantan perlu diselamatkan. Rehabilitasi dan restorasi habitat, konservasi eksitu dan peningkatan kepedulian masyarakat adalah program konservasi yang harus dilakukan.
20
7/28/2012
Penangkaran Rusa: Konservasi Eksitu Dalam rangka mendukung konservasi jenis satwa yang dilindungi, sejak tahun 2009 Badan Litbang Kehutanan telah membangun Breeding Centre atau Penangkaran Rusa Timor (Rusa timorensis) di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor. Sampai saat ini di Hutan Penelitian Dramaga sedang ditangkarkan sekitar 50 ekor Rusa Timor yang umurnya bervariasi mulai dari anak rusa sampai dengan dewasa. Mulai tahun 2012 rencananya akan dilakukan pelepasan secara terbatas bibit rusa kepada masyarakat.
Hasil IPTEK kehutanan lainnya yang siap diaplikasikan oleh pengguna antara lain: 1. Teknologi penanganan benih 2. Aplikasi animasi 3D anatomi kayu 3. Teknologi budidaya cendana 4. Pengolahan dan pemanfaatan kayu sawit dan kayu kelapa 5. Pengeringan kayu kombinasi tenaga surya dan tungku
6. Teknologi inovasi arang kompos bioaktif 7. Pengawetan kayu 8. Teknologi produksi arang dan cuka kayu secara terpadu 9. Xylarium Bogoriense 10.Teknologi pengolahan bambu untuk bambu lamina
21
7/28/2012
22