BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Konsep KB
1.1.1
Pengertian KB Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan suatu
usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). Menurut UU No 10 tahun 1992 dalam Handayani (2010) Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil yang bahagia sejahtera. 1.1.2
Tujuan KB Mensinergikan target MDGs 2015 dengan program KB, ada 8 tujuan yang ingin
dicapai dalam MDGs, yaitu: mewujudkan pendidikan dasar untuk semua; mendorong kesehatan gender dan pemberdayaan perempuan; memberantas kemiskinan dan kelaparan; menurunkan angka kematian anak; maningkatkan kesehatan ibu; memerangi penyeberan HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya; memastikan kelestarian lingkungan hidup; membangun kemitraan global dalam pembangunan (Muryanta Andang, 2010)
Universitas Sumatera Utara
Ada 2 tujuan dalam program KB Nasional, yaitu: 1. Mewujudkan
keserasian,
keselarasan
dan
keseimbangan
kebijakan
kependudukan gunda mendorong terlaksananya Pembangunan Nasional dan daerah yang berwawasan kependudukan. 2. Mewujudkan penduduk tumbuh seimbang melalui pelembagaan keluarga kecil bahagia sejahtera (Muryanta Andang, 2010) 1.1.3 Manfaat KB Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita (Sulistyawati, 2012) 1.1.4 Sasaran KB Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah PUS yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijakansanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2010).
Universitas Sumatera Utara
1.1.5 Ruang Lingkup Program KB Sulistyawati (2012) ruang lingkup program KB mencakup sebagai berikut: 1. Ibu (dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. adapun manfaat yang diperoleh oleh ibu adalah tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama kesehatan organ reproduksi; meningkatkan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat yang cukup karena kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan) 2. Suami (dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal berikut: memperbaiki kesehatan fisik, mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya) 3. Seluruh Keluarga (dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan sosial setiap anggota keluarga; dan bagi anak dapat memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih saying orang tuanya) Ruang lingkup KB secara umum adalah sebagai berikut: keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, ketahanan dan pemberdayaan keluarga, penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas, keserasian kabijakan kependudukan,
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan
SDM
aparatur;
Penyelenggaraan
pimpinan
kenegaraan
dan
kepemerintahan, peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Negara.
1.2 Partisipasi Pria dalam KB Partisipasi pria adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan kesertaan ber KB dan Kesehatan Reproduksi, serta prilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangannya dan keluarganya (BKKBN, 2007) Bentuk nyata dari partisipasi pria tersebut adalah: sebagai peserta KB, mendukung dan memutuskan bersama istri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator KB merencanakan jumlah anak dalam keluarganya (BKKBN, 2007).
1.3 Faktor-faktor kurangnya partisipasi pria dalam KB Menurut BKKBN dalam Ekarini (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB yaitu: 1) Pengetahuan pria terhadap KB Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau
Universitas Sumatera Utara
perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007).Dari studi kualitatif yang dilakukan BKKBN menunjukkan pengetahuan menjadi salah satu faktor rendahnya partisipasi pria dalam KB. 2) Kualitas pelayanan KB pria Bruce menjelaskan bahwa terdapat enam komponen dalam kualitas pelayanan, yaitu pilihan kontrasepsi, informasi yang diberikan, kemampuan teknikal, hubungan interpersonal, tidak lanjut atau kesinambungan, kemudahan pelayanan.Dalam kerangka teorinya disebutkan pula bahwa dampak dari kualitas pelayanan adalah pengetahuan klien, kepuasan klien, kesehatan klien, penggunaan kontrasepsi penerimaan dan kelangsungannya.Keenam elemen ini tidak berdiri sendiri, tetapi satu dengan yang lain saling berkaitan, dan mempunyai latar belakang, pola pengelolaan, serta alokasi sumber-sumber yang sama. Salah satu isu penting yang perlu dikemukakan adalah masalah kualitas pelayanan KB pria dilapangan yang menjadi salah satu faktor rendahnya partisipasi pria dalam KB. 3) Dukungan istri terhadap pria untuk be-KB Menurut BKKBN dalam Jurnal Kes Mas Vol 4 No 1 September 2010 yang berjudul hubungan karakteristik suami dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di wilayah desa karangduwur kecamatan petenahan kabupaten jawa tengah, bahwa istri tidak setuju atau tidak rela suami ikut KB dengan alasan kasihan sama suami karena mencari nafkah meresa khawatir suami menyeleweng, takut pada efek samping terutama penurunan libido.
Universitas Sumatera Utara
4) Akses pelayanan KB pria Menurut Wijono dalam Ekarini, akses berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, budaya, organisasi atau hambatan bahasa.Dengan terbatasnya akses ke tempat pelayanan dan tidak adanya kemudahan dan ketersediaan sarana pelayanan berdampak negatif terhadap penggunaan suatu alat kontrasepsi. 5) Sosial budaya Di beberapa daerah masih ada masyarakat yang akrab dengan budaya “banyak anak banyak rejeki, tiap anak membawa rejekinya sendiri-sendiri atau anak sebagai tempat bergantung di hari tua”. Pada masyarakat ini selogan “dua anak cukup, lakilaki atau perempuan sama saja” masih agak sulit diterima, sehingga upaya program KB untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) nampaknya juga belum sepenuhnya dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat (Pinem, 2009) 6) Agama Berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi, terdapat kelompok masyarakat agama yang menolak dan menerima program tersebut. Dalam konteks ini tentunya sebagai tenaga kesehatan kita perlu untuk memahami pandangan kepercayaan atau agama pada masyarakat yang menjadi sasaran program KB. Tentunya kepercayaan
Universitas Sumatera Utara
agama bukanlah suatu yang dapat kita paksakan, tetapi yang terpenting adalah kita memahaminya (Badrujaman, 2008) Jika ditinjau dari segi agama, tidak ada satu agama pun di Indonesia yang secara pasti menolak program KB, meskipun pada awalnya banyak keraguan akan hukum agama dari program ini. Namun, pada saat ini agama telah mendukung program KB sepenuhnya. Berikut pandangan empat agama besar di Indonesia tentang KB (Riski, 2010): 1. Islam Pendapat para ulama di Indonesia tentang KB pada umunnya menyetujui atau sekurang-kurangnya tidak menentang. Bahkan pada masa Nabi Muhammad telah dikenal metode kontrasepsi alamiah yang dikenal dengan namaazl atau coitus interuptus yang disebut juga dengan senggama terputus. Namun beberapa pemikiran islam meragukan hokum ber-KB, karena menyamakan program ini dengan larangan membunuh bayi. Pembunuhan bayi sama sekali tidak sama dengan memakai alat kontrasepsi. Karena pembunuhan bayi adalah pembunuhan nyata dari anak yang telah lahir sedangkan memakai kontrasepsi adalah mencegah terjadinya pembuahan. Oleh karena itu aborsi sebagai metode KB dilarang di Indonesia dan cara KB lainnya diperbolehkan Metode kontap sebagai salah satu alat KB juga diperdebatkan oleh para ulama Islam, karena sifatnya yang permanen dan
menganggap cara ini sama
denganpengebirian yang dilarang dalam hukum Islam. Namun belakangan metode ini
Universitas Sumatera Utara
akhirnya diperbolehkan dengan pertimbangan bila metode KB yang lain memang tidak cocok dan alasan kesehatan dari PUS itu sendiri. Selain itu metode ini juga memang tidak sama dengan pengebirian dan sifatnya tidak permanen. 2. Kristen Pandangan agama Kristen, dalam hal ini Katolik, pada dasarnya menyetujui program KB dengan batasan-batasan yang telah ditentukan di antaranya adalah: masalah KB misalnnya: jenis alat kontrasepsi yang dipakai, jumlah anak yang diinginkan dan lain-lain ditentukan oleh suami isteri sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain termasuk pemerintah; penentuan tentang keikutsertaan ber-KB harus ditentukan bersama antara suami isteri; dalam kondisi disebutkan bahwa cara-cara ber-KB yang dilarang adalah pengguguran (aborsi) dan pembunuhan bayi. Selain itu caracoitus interuptus dan sterilisasi baik yang permanen maupun tidak juga dilarang; cara ber-KB yang dianjurkan oleh gereja adalah pantang berkala. Mengenai cara ini ensiklik hummanae menolak semua cara ber-KB selain pantang berkala; bila cara pantang berkala sudah dicoba dan ternyata mengalami kesulitan atau membahayakan kesehatan, maka suami isteri dapat meminta nasehat kepada imam sebagai Bapak rohani untuk menentukan jalan keluar yang tepat 3. Hindu Pandangan agama Hindu terhadap program keluarga berencana sangat positif bahkan cenderung mendukung karena program ini dianggap sejalan dengan ajaran Hindu. Alat kontrasepsi tercipta dari ilmu pengetahuan, dan ilmu yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
untuk kepentingan kesejahteraan manusia, akan disetujui oleh Hindu Dharma dan tidak akan ditentang. Bahkan penggunaan kontrasepsi di atur agar sesuai dengan desa/tempat, kala/waktu dan patra/keadaan. Namun demikian metode pengguguran (abortus criminalis) dianggap sebagai dosa besar kerena bertentangan dengan ajaran Ahimsa Karna. Pengguguran janin dianggap sama dengan pembunuhan orang suci oleh karena itu, metode ini sangat ditentang oleh umat Hindu. 4. Budha Agama Budha menyetujui program Keluarga Berencana dan penggunaan metode-metode kontrasepsi apabila:metode kontrasepsi tidak mengandung unsurunsur pembunuhan; kontrasepsi dilakukan atas dasar saling pengertian antara suami dan isteri dengan maksud memberikan kesempatan mendidik, merawat dan mempersiapkan diri buat kehidupan anak-anak yang sudah ada; tidak ada unsur-unsur melarikan diri dari tanggung jawab; semua tindakan ber-KB dilakukan atas dasar bimbingan dang pengawasan para ahli yang bersangkutan. Agama Budha memperoleh pemakaian kontrasepsi dalam ber-KB karena pencegahan kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi dianggap sama dengan pencegahan pertemuan antara sel telur dan sperma yang berarti pula mencegah terjadinya makhluk. Hal ini berarti tidak terjadi pembunuhan, karena sel telur dan sperma sendiri bukan merupakan makhluk menurut agama Budha.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Metode Kontrasepsi pria Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Saifuddin, 2011) Metode kontrasepsi pria adalah suatu cara yang dilakukan oleh pria untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan menghambat masuknya sperma kedalam kemaluan wanita. Metode kontrasepsi pria yang banyak dikenal masyarakat ada 2 yaitu kondom dan kontrasepsi mantap pria atau vasektomi. 2.4.1 Kondom 2.4.1.1 Pengertian Kondom merupakan sarung/selubung karet yang berbentuk silinder, dapat terbuat dari lateks (karet), plastic (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat bersenggama (Pinem, 2009) 2.4.1.2 Macam-macam Kondom Handayani (2010) kondom terdiri dari 3 macam yaitu: kulit (dibuat dari membrane usus biri-biri (caecum), tidak meregang atau mengkerut, menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama senggama, lebih mahal dan jumlahnya kurang dari 1% dari semua jenis kondom), lateks (paling banyak dipakai, elastis dan murah) dan plastik (sangat tipis (0,025-0,035 mm), juga menghantarkan panas tubuh dan lebih mahal dari kondom latek) 2.4.1.3 Cara Kerja
Universitas Sumatera Utara
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dengan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan. Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil) (Saifuddin, 2011) 2.4.1.4 Efektivitas Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual.Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif kerena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun (Handayani, 2010) 2.4.1.5 Keuntungan Beberapa keuntungan kondom adalah mencegah kehamilan, memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seks (PHS), dapat diandalkan, relatif murah, tidak memerlukan pemeriksaan medis atau supervisi, sederhana, ringan dan disposable (Hartanto, 2004) 2.4.1.6 Kerugian Kerugian kondom adalah angka kegagalan relatif tinggi, perlu menghentikan sementara aktifitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang kondom, perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada setiap senggama, harus
Universitas Sumatera Utara
selalu tersedia setiap kali hubungan seks dan masalah pembuangan kondom bekas (Handayani, 2010; Hartanto, 2004) 2.4.1.7 Indikasi Semua pasangan usia subur yang ingin berhubungan seksual dan belum menginginkan kehamilan, pada laki-laki penyakit genitalia, sensitivitas penis terhadap sekret vagina, ejakulasi dini (Suratun, 2008) 2.4.1.8 Kontra Indikasi Apabila secara psikologis pasangan tidak dapat menerima metode ini, malformasi penis, apabila salah satu dari pasangan alergi terhadap keret lateks, pria dengan ereksi yang tidak baik, riwayat syok septik (Suratun, 2008; Hartanto, 2004)
2.4.1.9 Efek Samping dan Komplikasi Keluhan utama dari akseptor adalah berkurangnya sensitivitas glans penis, alergi terhadap karet (Hartanto, 2004)
2.4.2 Kontrasepsi Mantap Pria atau Vasektomi 2.4.2.1 Pengertian Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anestesi umum (Hartanto, 2004)
Universitas Sumatera Utara
Menurut Saifuddi dalam Pinem (2009) vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa defrensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan ovum dengan sperma) tidak terjadi. 2.4.2.2 Efektivitas Setelah masa pengosongan sperma dari vesikula seminalis (20 kali ejakulasi menggunakan kondom) maka kehamilan hanya terjadi pada 1 per 100 perempuan pada tahun pertama penggunaan; pada mereka yang tidak dapat memastikan (analisis sperma) masih adanya sperma pada ejakulat atau tidak patuh menggunakan kondom hingga 20 kali ejakulasi maka kehamilan terjadi pada 2-3 per 100 perempuan pada tahun pertama penggunaan; selama 3 tahun penggunaan, terjadi sekitar 4 kehamilan per 100 perempuan; bila terjadi kehamilan pascavasektomi, kemungkinannya adalah pengguna tidak menggunakan metode tambahan (barier) saat sanggama dalam 3 bulan pertama pascavasektomi, oklusi vas deferens tidak tepat, rekanalisasi spontan (Saifuddin, 2011) 2.4.2.3 Keuntungan Beberapa keuntungan vasektomi adalah efektif, kemungkinan gagal tidak ada karena dapat di check kepastian di laboratorium, aman, morbiditas rendah dan tidak ada mortalitas, sederhana dan cepat, hanya memerlukan 5-10 menit dan pasien tidak perlu dirawat di RS, menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal
Universitas Sumatera Utara
saja, tidak mengganggu hubungan seksual selanjutnya dan biaya murah (Handayani, 2010) 2.4.2.4 Kerugian Kerugian vasektomi adalah harus dengan tindakan operatif, kemungkinan ada komplikasi seperti perdarahan dan infeksi, tidak seperti sterilisasi wanita yang langsung menghasilkan steril permanen, pada vasektomi masih harus menunggu beberapa hari, minggu, atau bulan sampai sel mani menjadi negatif, tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai anak lagi (reversibilitas tidak dijamin), pada orang-orang yang mempunyai problem-prolem psikologis yang mempengaruhi seks dan dapat menjadikan keadaan semakin parah (Handayani, 2010) 2.4.2.5 Indikasi Harus secara sukarela, mendapat persetujuan istri, jumlah anak yang cukup, mengetahui akibat-akibat vasektomi, umur calon tidak kurang dari 30 tahun, pasangan suami istri telah mempunyai anak minimal 2 orang dan anak paling kecil harus sudah berumur diatas 2 tahun ( Suratun, 2008) 2.4.2.6 Kontra Indikasi Infeksi kulit lokal di daerah operasi; infeksi traktus genitalia; kelainan skrotum dan sekitarnya seperti luka parut bekas operasi hernia, skrotum yang sangat tebal, filarisasi; penyakit sistemik seperti penyakit jantung coroner yang baru,
Universitas Sumatera Utara
diabetes mellitus, penyakit-penyakit perdarahan; riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil (Handayani, 2010; Hartanto, 2004) 2.4.2.7 Efek Samping, Risiko dan Komplikasi Tidak ada efek samping jangka pendek dan jangka panjang.Karena area pembedahan termasuk superfisial, jarang sekali menimbulkan risiko merugikan pada klien.Walaupun
jarang
sekali,
dapat
terjadi
nyeri
skrotal
dan
testikular
berkepanjangan (bulanan atau tahunan).Komplikasi segera dapat berupa hematoma intraskrotal dan infeksi. Teknik vasektomi tanpa pisau (VTP) sangat mengurangi kejadian infeksi pascabedah (Saifuddin, 2011)
Universitas Sumatera Utara