PLAGIARISME AKADEMIK: PERSPEKTIF METODE KEILMUAN DAN DOKTRIN HUKUM Jufrina Rizal 1
Abstrak The essence ofplagiarism is the passing off of another's idea as one's own or plagiarism is the borrowing of someone else's work withollt allribution. Academic plagiarism occurs when a writer repeadtedly lIses more words from a printed source wi/hollt the quo/ion mark and a precise reference 10 original sources. Although plagiarism is most often treated as an ethical and moral, rather than legal matter, unattributed copying can also constitute one or more of a variety of legal wrongs. In this article, we briefly consider the circumstances under which unattributed copying might constitute copyright infringement, unfair competition, or a violation of moral rights. Kata kunei: etika, plagiarisme, doktrin hukum
I.
Pengantar
Baru-baru ini kasus plagiat menjadi berita hangat di media, baik media cetak maupun elektronik. Seorang guru besar Universitas Pariangan di Bandung, dituduh melakukan plagiat. Altikelnya dalam koran Jakar/a Post yang berjudul "RJ as New Middle Power" dianggap menjiplak karya Carl Ungerer, peneliti Australia. Berbagai reaksi dan perdebatan muncul, baik melalui melalui media cetak dan elektonik muncu!. Dalam perdebatan tersebut terdapat dua sudut pan dang. Pandangan dari kelompok pertama, dari kalangan akademisi khususnya sangat prihatin atas tindakan tersebut dan tidak dapat mentolerir perbuatan tersebut. Di sisi lain, ban yak kalangan yang menganggap kelompok yang pertama sebagai orang-orang yang munafik, karena dian~gap sesuatu yang umum terjadi dan biasa dilakukan hampir semua orang
!
Penulis adalah Dosen Fakulta Hukum Universitas Indonesia. Alamat kontak:
[email protected] 2 Perang Melawan Plagiarisme, node/I00373>, diakses tanggal 14 Maret 2010.
Pikiran
Rakyat,
340
Jurnal HukulII dan Pembangunan Tahun ke-40 No.3 Juli-September 2010
Perilaku plagiat memang ser ing terjadi dimana-mana, baik secara tidak sengaja maupun sengaja. Di dunia ini, hampir setiap orang pernah melakukan plagiat. Sebagai dicontohkan oleh Robert Billing, bahwa Abraham Lincoln sering mengambil joke dari majalah, pastur memberi kutbah dari kutbah pastur lainnya, bahkan lawyer dan hakim dianggap paling banyak melakukan plagiat, karena sering sekali mengambil tulisan orang tanpa membuat catatan kaki. 3 Namun plagiat semacam ini dianggap suatu hal yang biasa. Berbeda keadaannya bila terjadi didunia akademik, perbuatan plagiat dianggap melanggar etika dan moral akademik dan mempunyai akibat yang serius. Banyak orang kehilangan kred ibil itas, baik sebagai mahas iswa, dosen maupun peneliti. Mahasiswa yang me lakukall plagiat ketika membuat skripsi , tesis maupun disertasi mempunyai resiko untuk diskors, bahkan dikeluarkan . Sedangkan para dosen, penel iti bila diketahui melakukall plagiat mendapat sanksi dari institus inya. Dewasa 1111 dengan berkembangnya teknologi internet, maka plagiari smepun semakin meningkat. Mahasiswa, dalam tllgas-tllgas yang diberikan dari dosen untllk membuat paper, dengan sistem copy-paste yang bahan-bahan dipero leh internet, dapat ditudllh melakukan plagiat. Dengan demikian internet, mempunyai dua sis i, yaitu mempermudah seseorang mencari data online, sekaligus dapat menjadi media mempermudah orang menjiplak hasil karya orang lain. Plagiarisme banyak dilakukan di dunia akademik, namun relatif sedikit data plagiarisme yang muncul kepermukaan. Sebagai co ntohnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Patrick Scanlon dan David Neuman pad a 9 kampus di Amerika, menemukan 19 % dari mahasiswa kadang-kadang mengkopi teks dari internet tanpa citas i, 8 % sering melakukan dan 6 % membeli paper' Alasannya mengkopi hasil kerja orang lain dari internet adalah lebih mlldah daripada membuat sendiri. Banyak mahasiswa mengira bahwa keberadaan teks di internet bagaimanapun sudah menjad i " public domain" . Ini ditafs irkan bahwa tidak perlu membuat citasi untuk hal tersebut. Di Indones ia, memang belum ada penelitian semacam itu. Namun dikalangan mahas iswa diduga banyak terjadi. Sedangkan di tingkat dose n dan peneliti
3 Robert Billing, Plagiarism in Academica and Beyond: Wh at is the role the Courts?, University o/San Fransisco Law Review. 2004 , hal 395.
" Stuart P. Green, Plagiarism. No rm and The Limits of Theft Law: Some Observations on Us e o[Criminal San ctions in EnforCing Intellectual Property Right, Has ting Jo urnal, November 2002. hal. 191.
Plagiarisme Akademik: Perspektif Metode Keilmuan dan Doktin Hukum, Rizal
341
pernah terungkap kasus plagiat dimana pelakunya mendapatkan sanksi dari institusi yang bersangkutan.'
II.
IImu Pengetahuan, Kebenaran dan Metode Keilmuan
lImu merupakan salah satll hasil dari usaha manusia lIntuk membuat dirinya lebih beradab. Berabad-abad lamanya, melintasi berbagai kurun waktu, zaman dan kebudayaan, dan ketika manusia merenung dalam-dalam tentang hakikat manusia, secara pelahan lahan mereka sampai pada kesimpulan bahwa mengetahui kebenaran adalah tujuan yang paling utama dari manusia. Perkembangan ilmu pada waktu lampau sampai sekarang merupakan jawaban dari rasa keinginan manusia untuk mengetahui kebenaran. IImu tersebut meliputi pengetahuan yang merupakan hasil dari ihnudan cara atau proses yang ditempuh. Pada dasarnya ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan mana teresebut dapat ditelaah secara kritis oleh orang lain. Pengetahuan disini adalah berupa kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancaindranya. Namun tidak semua pengetahuan merupakan suatu ilmu, hanya pengetahuan yang tersusun secara sistematik 6 Dalam mencapai kebenaran tersebut diperlukan suatu langkahlangkah, serangkaian prosedur atau tatacara yang disebut metode keilmuan. Metode kei Imuan inilah yang akan membimbing dalam perjalanan mencari pengetahuan.' Salah satu cara untuk memperoleh kebenaran adalah dengan penelitian ilmiah, suatu metode yang mempelajari satu atau beberapa gejala yang disoroti dengan cara melakukan analisis dan pemeriksaan. Selanjutnya ilmu pengetahuan yang diperoleh tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan dengan cara dapat ditelaah oleh umum secara kritis. Penelahan secara kritis hanya dimungkinkan apabila karya keilmuan tersebut diuji di
5 UI pernah menindak pengajarnya karena kasus plagiat, Senat Akademik Universitas UGM mencabut gelar doktor, dan di L1Pl beberapa kali menemukan karya ilmiah pejabat di Iingkungannya yang melakukan plagiat,
berita&116S156349&182&2002&>, diakses 9 Maret 2010. 6 Soerjono Soekanto, "Sosioiogi Suatu Pengantar", (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada" 2001), hal. 5. 7 Stanley_ M Honer dan Thomas Hunt, "Metode Dalam Mencari Pengetahuan : Rationalisme, Empirisme dan Metode Keilrnuan", dalam "I1mu Dalam Perpekstif', (ed) Juyun
S. Suriasumantri, (Jakarta: Yayasan Obor, 1983), hal. 99.
342
Jurnai Hukum dan Pembangunan Tahun ke-40 No.3 Juli-September 2010
depan orang lain atau disebarluaskan. Sebagaimana halnya Aristoteles mengawali metafisikanya dengan pernyataan "Setiap manusia dari kodratnya ingin tahu" Ia begitu yakin mengenai hal itu sehingga dorongan untuk tahu tidak hanya disadari tetapi benar-benar diwujudkan di dalam karyanya sendiri 8 Karya terse but berupa pikiran-pikirannya dapa! diwujudkan dengan metode keilmuan. Metode keilmuan merupakan gabungan antara pendekatan rasional dan empiris-' Rasionalisme memberikan kerangka yang koheren dan logis, sedangkan empirisme memberikan kerangka pengujian untuk memastikan kebenaran. Salah satti aspek metode keilmuan adalah menyusun konsep berpikir seeara teoritis. Pemikiran ini bersifat deduktif dan merupakan suatu proses berpikir yang logis dan sistematis.'" Tokoh yang menjadi pendukung rasionalisme adalah Rene Deserates, W.O. Leibniz, dan Spinoza, mereka adalah tokoh filsafat yang berasal dari daratan Eropa, sedangkan tokoh dari pendukung teori empirisme adalah John Locke, David Hume dan Barkeley. Secara singkat dapat dikatakan bahwa metode keilmuan adalah suatu sebuah teori pengetahuan yang dipergunakan manusia dalam memberikan jawaban tertentu terhadap suatu pernyataan." Metode ini menitik beratkan kepada urutan prosedur yang seksama dimana diperoleh sekumpulan pengetahuan yang diperdalam dan diperluas secara terus menerus. Metode keilmuan mendasarkan diri pada anggapan, bahwa terdapat keteraturan dalam hubungan gejala-gejala. Melalui perorganisasian yang sistematis dan pengujian , manusia mampu mengum pulkan pengetahuall seeara kumulatif. Kerangka dasar prosedur ini dapat dibagi dalam beberapa langkah yaitu membuat perumusan masalah, pengumpulall data yang rei evan, penyusunan atau klasifikasi data, hipotesis (bila ada), pengujian kebenaran/verifikasi. 12 Tiap-tiap langkah mempunyai metode sendiri, disamping itu terdapat perbedaan antara penelitian dibidang ilmu alam, ilmu sosial dan humaniora. Aspek terpenting dari proses dalam metode keilmuan adalah melaporkan hasil karya yang dibuat dalam suatu penulisan laporan.
8 P. Hardono HaJi, "Epistemologi Filsafat Pengetahuan", saduran dari Kenneth T.Galiagher. "The Philosophyo[Knowledge", (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1994), hal 13.
9
Stanley M. Honer dan Thomas Hunt, hal 106
10 Djoko Adi WaJuyo, Pendekatan Awal Filsafat IImu Pengetahuan ,
, diakses tanggal 8 April 2010. II
Stanley M. Honer dan Thomas Hunt, Gp. Cit., hal. 105.
12
Ibid.
Piagiarisme Akademik: Perspektif Metode Keilmuan dan Doktin Hukum, Rizal
343
Seorang ilmuwan seyogyanya mengkomunikasikan hasil tersebut agar dapat ditelaah secara kritis oleh pihak lain. Hasil penelitian atau temuan ini dapat dilaporkan dengan berbagai cara an tara lain dalam jurnal keilmuan, penerbitan buku, pembuatan laporan pada universitas atau lembaga tertentu, dsbnya. Bagaimana bentuk laporan terse but seringkali tiap lembaga memberikan syarat atau format tertentu. Penyebaran luasan ilmu penting artinya tidak saja dalam rangka penelaahan dari pihak lain, tetapi agar karyakarya ilmuwan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat.
III.
Universitas dan Etika Akademis
Penulisan akademik pada dasarnya terkait dengan munculnya institusi pemberi gelar akademik yaitu institusi yang bernama universitas, dimana kemudian ide penelitian berkembang. Gagasan awal universitas modern dibentuk oleh Wilhem von Humboldt" yang berpendapat bahwa universitas harus menjadi tempat penelitian ilmiah, dan kemudian merumuskan "kesatuan antara pengajaran dan penelitian".14 Universitas mempllnyai tugas yang khas, secara metodologi menemukan dan mengajarkan kebenaran . Sebagian tugas itu berupa peningkatan pengetahuan para mahasiswa dan melatih mereka dalam hal sikap-sikap dan metode-metode untuk mengkaji dan menguji secara kritis kepercayaan-kepercayaaan mereka sehingga 15 terbebas dari kekeliruan Humboldt sendiri mempunyai cita-cita mengenai kesatuan antara pengajaran dan penelitian, namun Universitas bukanlah lembaga penelitian. Menurut Humboldt, pada prinsipnya semua orang mempunyai jabatan tetap (sebagai dosen) dalam sebuah universitas harus melakukan pengajaran dan penelitian, namun tidak selalu harus dalam proporsi yang selalll sarna. 16 Dalam universitas modern, pengajaran dihubungkan dengan penelitian. Bahkan setelah Perang Dunia kedua, dibeberapa universitas terkemllka di Amerika Serikat, bidang penelitian lebih dihargai daripada pengajaran, sehingga seringkali penelitian dianggap hal
13 Seorang filsuf Jerman ( 1787-1835), tokoh reformasi pendidikan yang mendirikan Uni versitas Berlin (1810) dimana model universitasnya diikuti oleh uni versitas di Eropa dan dunia barat, Britannica online Encyclopedia, diakses 22 /0412010.
14
Edward Shils, ·'Elika Akademis", (te~jemahan), (Jakarta: Yayasan Obor
Indo nesia, 1993 ), hal. 57. 15
Ibid. , hal. 72.
16
Ibid. , hal. 78.
344
Jurnai Hukllm dan Pembangllnan Tahul1 ke-40 No.3 Juli-September 2010
utama. Di Jeman sendiri "pola Humboldt" tidak dipraktekkan lagi, karen a penelitian tidak lagi dapat dilakukan di universitas biasa. Gagasan Humbold tampaknya banyak dianut oleh berbagai universitas di dunia, termasuk di Indonesia. Pendidikan Tinggi menurut pasal PP NO.60 Tahun 1999 menyelenggarakan pendidikan , penelitian dan pengabdian masyarakat. Sehingga seorang dosen diharapkan menjalankan Tridanna Perguruan Tinggi, yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat terse but. Untuk dapat naikjabatan ketiga komponen tersebut diperlukan. Pada dasarnya seorang yang berada dalam lingkup akademis, seorang mahasiswa, dosen maupun peneliti mempunyai tanggung jawab akademik yang terkait dengan etika dan moraL Etika yang sering diterjemahkan filsafat moral, yang antara lain mempertanyakan apakah ada standar perilaku man usia. Webster's New Collegial Dictionary mendefinisikan etika sebagai berikut: "1 .. the discipline dealing what is good and bad and with moral duty and obligation, 2 a: a set of moral principles and values b: a theory of system of moral value, c:the principle of conduct governing and individual or a group"." Disini terlihat jelas bahwa etika menyangkut nilai, dan terkait dengan moral, dimana etika dan moral merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Bertens menyebutkan etika "ilmu yang membahas moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas". 18 Seeara etimologis memang etika dan moral mempunyai arti yang sama.' 9 Dalam pengertian lain, etika mempunyai pengertian yang lebih luas dari moral, yaitu merupakan refleksi kriti s tentang bagaimana manusia harus bersikap dalam situasi tertentu.
20
Etika akademik pada hakikatnya terserap dalam kebebasan ilmiah adalah kejujuran dalam meneari, menemukan serta mengungkapkan kebenaran. Parsudi Suparlan menyatakan bahwa inti dari etika akademik adalah kejujuran yang didukung oleh kebenaran, kebebasan dan kearifan.21
17 Hadi Nur, Etika Sains:Aspek Penling Dalam Riser Pendidikan Tinggi di indonesia, , diak ses tanggal8 April 2010. 18 Berten, "Etika ", Seri Filsafat Atmaj aya. 15. (Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1997), hal. 11. 19 Etika berasal dari kata Yunani ethos yang berarti kebiasaan, adat, sedangkan moral berasal dari kata Latin more, jamak mos yang berarti, kebiasaan, adat, , diakses tangga18 April 2010.
20 , diakses tanggal 8 April 2010.
Plagiarisme Akademik: Perspektif Metode Keilmuan dan Doktin Hukum, Rizal
345
Lebih dalam lagi , David B. Resnik menyatakan bahwa ilmu memerlukan antara lain kejujuran, objektivitas, keterbukaan, respek terhadap kolega, respek terhadap aturan dan mempunyai tanggung jawab sosial." Dengan demikian, kegiatan akademik selalu menuntut adanya pedoman etika dan moral yang secara bersamaan tersirat dalam kegiatan-kegiatan terse but. Etika akademik merupakan landasan bagi seorang akadem isi. Da lam pandangan filsafat etika adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan dan merupakan sebagai hal yang tertinggi dalam kehidupan . Etika dapat mendidik manusia supaya memiliki sikap yang pantas dalam segal a perbuatan.
IV,
Terminologi Plagiarisme Akademik
Kata plagiat berasal dari kata latin plagiarus yang terjemahan harafiahnya adalah kidnapper/pencuri. Istilah tersebut dipakai pertama oleh penyair bernama Marcus Valerius Martialis yang hidup dimasa Romawi sebagai metafor untuk menyindir penyair lain bernama Fedel1tius yang dituduh telah mel1yitir syair karangan Martialis di depan publik dan mengakuinya sebagai karyanya sendiriB Mengenai plagiarisme, definisi yang diberikan para ahli sangat beragam. Stuart P. Green, seorang gurubesar dari Lousiana State University Law Center mengatakan ''plagiarism has been variously defined as the act of "steal{ingJ and pass{ing} off (the ideas or words of another) as one's own," "us[ingJ (another's created production) without crediting the source, " or "present{ingJ as new and original an idea or product derived Fom an existing source. " or "present{ingJ as new and original an idea or product derived from an existing source,,2; Pada intinya plagiarisme dianggap sebagai perbuatan mencuri atau mengambil ide orang lain yang diakui sebagai idenya send iri , tanpa merujuk pad a sumbernya. Sedangkan Irving Hexham, seorang professor dari Universitas Calcary menyatakan:
21
Sebagaimana yang dijelaskan Parsudi Suparlan dalarn "Etika Akadernik", Edward
Sh ils, hal. viii. 22 David B. Resnik, "Ethics of Science", dalam "The Routledge Compan io n /0 Philosophy a/Sciences', (ed) by Stathis Psillos and Martin Curd, (London: Roudledge, 2008),
hal 152-156. 23
Stuart P. Green, hal. 177.
24
Ibid. , hal. 173.
346
Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-40 No. 3 Juli-Septelllber 201 0
Plagiarism is the deliberate attempt to deceive the reader throught the appropriation and representation as one's own work and words of others. Academic plagiarisme occur when a writer repeatedly uses more then f our words ji-om a printed source without use the quatiotion marks and the precise reference to the original source in work presented as author's own research and scolarship. Continous paraphrasing without serious interaction with another person 's views, by way or argument or addition of new material land insight. is a form of plagiarism in academic work. 25 Dapat dikatakan bahwa plagiator (pelaku plag iat) sengaja mencoba meyakinkan pembaca dengan mempresentasikan pekerjakan orang lain sebagai pekerjaannya sendiri . Dan plagiarisme akadell1ik terjadi ke tika seorang penulis menggunakan lebih dari 4 kata dari sumber tertu lis tanpa ll1enggunakan tanpa kutip dan merujuk refens i pad a sumber asl i. Pendapat lai nnya yang d ikell1ukakan Christian Vandendorp, seorang gurubesar semiot ik dari Uni versitas Ottawa menyatakan:
Le plagiat est un terme a connotation morale et estht!tique, par lequel on designe en lit!tirature Ie fai t qu'un texte reprend, de fa , on non avouee et plus au mains fidel ement, un element texluel provenanl d'un autre auteur. Ce terme n'a pas cours en droit, au I'on parlera plutot de contrefOl;:on et d'inji-action a la loi du droit d'auteur (copyright) . 26 Da lam pernyataan diatas Vandendorp, perbllatan plagiat mempunyai konotas i moral dan estetika, dimana berkaitan dengan mengambilan teks dari pengarang lain . Termino logi ini tidak termasuk terminologi hukum yang men yang kllt pemalsuan dan pe langgaran hukull1 dari hak cipta. Vandendorp sendiri j uga membedakan plagiat moral dan plagiat psiko logis, yang pertama dikategorikan sebagai suatu kesalahan dengan kesadaran sedangkan yang 27 Di sebagian besar dae rah di Amerika Serikat, kedua, tanpa kesadaran
25 Irv ing Hexham, Academic Plagiarism Defined, , diakses 2 1 Maret 20 10 26 Christian Vandendorpe, , diakses 2 1 Maret 20 10.
27
Ibid.
Plagiarisme Akademik: PerspektiJMetode Keilmuan dan Doktin Hukum, Rizal
347
plagiarisme tidak didefinisikan sebagai legal term , karena setiap komunitas akademik mendefini sikan masing-masing apa yang termasuk plagiarisme 28 Felicia Utorodewo dkk, dalam buku "Bahasa Indones ia: Sebuah Pengantar Penulisan IImiah", menggolongkan hal-hal sebagai berikut sebagai tindakan plagiarisme: 29 l. 2. 3. 4. 5.
6. 7.
Mengakui tulisan orang lain sebaga i tulisan sendiri; Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri ; Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri; Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan sendiri; Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usul sumbernya; Meringkas dan memprasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya; dan Meringkas dan memprafesekan dengan penyebutkan sumbernya tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya mas ih terlalu sama dengan sumbernya.
Tidak ada definisi yang lengkap mengenai plagiarisme, dan tidak ada sta ndar yang sam a dalam Illenentukan plagiarisme, tergantung konteks nya, liap defin is i berbeda mempunya i harapan dan pengaturan yang berbeda. Namun secara ringkas dapat dikatakan bahwa tindakan plagiarisme adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, ide orang lain tanpa memberikan s llmbernya atau menjadikannya seolah karangan/pendapatJ idenya sendiri. Dengan kata lain plagiarisme adalah menggunakan tulisan orang lain secara mentah, tanpa memberikan tanda jelas misalnya dengan menggunakan tanda kutip atau blok alinea yang berbeda bahwa teks atau mengambil gagasa n orang lain tanpa memberikan anotasi yang CUkllP tentang sumbernya. Plagiari sme tersebut mempunyai beberapa bentuk atau tipe. I-Iexham membagi ke dalam tujuh tipe .~ Iagiaris m e se bagai berikut, disertai contohcontoh dari teknik plagiarisme:'
28 Deborah R, Gerhardt, Plagiarisme in Cyberspace.' Learning The Rules Of The Rec.ycling Contem Wilh a View Toward Nurturing Academic Trust In An Electronic World, Richmond Journal O/Law & Technology, 2006, hal. 19. 29
Felicia Utorodewo, dkk, Bahasa Indonesia: Sebuah pengantar Penulisan IIntiah ,
Jakarta, Lembaga Penerbit UI, 2007, , diakses tanggal 8 Ap ril 20 IO.
3~8
Jumol Hukum dan Pembongunan Tahun ke-40 NO. 3 Juli-Seplem ber 20 10
Straight plagiarismeJ[ Type ini terjadi hanya mengganti huruf dengan huruf besar (kap ital) dan mengganti struktllr kalimat, penambahan dan penghapusan kata. Dan yang pa ling utama adalah tidak memberikan tahllkan sumber tulisan asli. Teknik ini seperti digambarkan dalam contoh dibawa h ini:" Teks asli: But Hertzog recognised the danger and stood up for the right of the right of the Afrikaner. Only the National Party offered a Christian so lution to South Africa's racial problems. The politics the nationalists, were in the view of Het Westen, unquestionably Christian. The Afrikaner people were a Christian people, therefore their politics must of necess ity be Christian (Source: Irving Hexham, The Irony of Aphartheid , Lewiston: Edwin Mellen, 1981 , pI85. I.
Teks plagiarisme: But Genera l Hertzog recognized the danger and fought for the rights of the Afrikaner. On ly the National Party offered, a Christian solut ion to South Africa's racial problem. The politics of National were in the view of the newspaper Het Westen, thoroughly. The Afrikane People were the Christian People, therefore their politics must of necessity be Christian. Kalimat yang tepat: Hexham writes "But Hertzog recognised the danger and stood up for the right of the rights of the Afrikaner. Only the National Party offered a Christian solution to South Africa's racial problems. The politics the nationalists, were in the view of Het Westen, unquestionably Christian. The Afrikaner People were a Christian people, therefore their politics mus of necessity be Christian" ( I) (I) Irving Hexham, The Irony of Apartheid (Iewiaton: Edwin Mellen, 1981 p.18S. 2.
Plagiarism yang dilakukan dengan mengutip seluruh kalimat pengarang asli tanpa tanpa kutip (quotion marks) dan referensi. Disini si pengarang hanya melakukan perubahan kecil, namun tidak
30 Contoh-contoh ini sengaja diambil dari tulisan Hexham yang cukup lengkap, untuk memperlihatkan secara jelas teknik pigiarisme ito dan bagaimana teknik meng "quote" yang seharusnya. Pengambilan conloh ini tentu saja hukan bermaksud plagiarisme.
31
Irving Hexham, Loc. Cit.
J2
Ibid.
Plagiarisme Akademik: Penpektif Metode Keilmuan dan Doktin Hukum, Rizal
349
memberikan catatan kaki sebagai referens i, seperti diuraikan dalam contoh dibawah ini ) 3 Teks asli: But Hertzog recogni zed the danger and stood upfor the rights of Afrikaner. Only the National Party offered a Christian so lution to South Africa 's racial problems. The politics the nationalists, were in the view of Het Westen, unquestionably Christian. The Afrikaner People were a Christian people, therefore the ir politics must of necess ity be Christian (Source: Irving Hexham , The Irony 0/ Aphartheid, Lewiston: Edwin Mellen, 1981 , P 185). Teks Plagiat: Proffesor Hexham brill iantly observes that Hertzog recognized the danger and stood up for the rights of Afrikaner. Only the National Party offered a Christian so lution to South Africa 's racial problems. The politics the national ists, were in the view of He! Westen, unquestionably Christian. The Afrikaner People were a Christian people, therefore their pol itics must of necess ity be Ch ristian. Disini menurut Hexham contoh pl agiarisme wa laupun si pengarang mengakui bahwa tulisan tersebut adalah tulisan dari Hexham , tetapi ia mengabaikan tanda kutip dan tidak memberikan referensi pada sumber as linya 34 Kalimat vang tepat Professor Hexham observed that "Hertzog recognized the danger and stood up for the rights of Afr ikaner. Only the National Party offered a Christian sol utiorl to South Africa' s racial problems. The po litics the nationa lists, were in the view of Het Westen, unquestionab ly Christiarl. The Afri kaner People were a Christian peop le, therefore their poli tics must of necessity be Christian. (I) ( I) Irving Hexham, The Irony of Apartheid (ILewiston: Edwin Mellen, 198 1 p.185.)
3.
Simple plagiarism using a/aatnates 35
13
Ibid.
,oj Ib id.
350
Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-40 No.3 Juli-Seplember 2010
Dalam tipe, referensi kepada sumber asli dilakukan , tetapi ridak menggunakan tanda kutip (quolation mark). Disamping itu dibuat sed ikit perubahan sehingga kelihatan berbeda dengan kalimat aslinya, sebagaimana dibawah ini: 36 Teks Asli: But Hertzog recognised the danger and stood up for the right of the right of the Afrikaner. Only the National Party offered a Christian solution to South Africa's racial problems. The politics the nationalists, were in the view of Het Westen , unquestionably Christian. The Afrikaner People were a Christi an people, therefore their politics must of necessity be Christian (Source: Irving Hexham , The Irony of Aphartheid , Lewiston: Edwin Mellen, 198I,pI85) Teks plagiat: In his insightful book The Irony of Apartheid Dr Hexham observed that Dr. Hertzog recognized the danger of stood up againrs the British for the rights of the Afrikaner. Only the Nationale Partie offered a real solution to South Africa's racial problems. The politics of Afrikaner Nationalists, were in the view of Het Weslen , enterely Christian. The Afrikaners Yolk were the Christian People, therefore there politics must of necessity be Christian. (1) (\) Irving Hexham, The Irony of Aphartheid, chapter 7. Dalam kalimat plagiat selain ada pujian yang berlebihan dengan adan ya kata "insightful", juga perubahan yang menyederhanakan dan mengubah arti yang sebenarnya, misalnya men gganti kata "General" menjadi "Dr" dan kata "Peop le" menjadi "Yolk". Selain itu tidak memberikan tanda kutip, walaupun ada footnotes, namun tidak lengkap menunjukkan halaman yang dikutip, hanya menunjukkan bab atau chapternya saja. Menurut Hexham kalimat yang seharusnya adalah sebagai berikut: 37 Kalimat yang tepat: In his book The Irony of Aphartheid Dr Hexham observed that "General Hertzog recognised the danger and stood up againts the British for the right of the Afrikaner. Only the National Party offered a real so lution to South Africa's racial problems . The politics the Nationalists, were in the
35
Ibid.
J6
Ibid.
37
Ibid.
Plagiarisme Akademik: PerspektifMetode Keilmuan dan Doktin Hukum, Rizal
351
view of Het Westen, enterely Christian. The Afrikaner People were a Christian People, therefore their politics must of necessity be Christian" (I) (I) Irving Hexham, The Irony of Aphartheid, (Lewiston: Edwin
Mellen, 1981), P 185
4. Compleks plagiarism usingfootnotes38 Dalam type ini terjadi banyak peru bah an dalam pellgkalimatan, pengambilan dari lebih dari satu halaman (halaman yang berbeda) walaupun menggunakan catatan kaki namun tidak menggunakan tanda kutip. Sebagai contoh dibawah ini :39 Teks asli: Such views articulated in the student magazines, also received clear, though less detail treatment in Het Westen. Afrikaners were reminded that they were a Calvinist People with a duty to retain their nationalism. In the view of Het Westen, ministers of Dutch Reformed Church like the general Botha=s friend Herman Bosman were mistaken in arguing, like their leader Andrew Murray, for the separation of religion and politics. (source: Irving Hexham, The Irony of Aphartheid, Lewiston: Edwin Mellen, 185 and 187). Teks Plagiarisme: Such views articulated in the student magazines, also received clear, though less detail treatment in Het Westen. Afrikaners which reminded that they were a Calvinist Yolk with a duty to retain their nationalism (I). In the view of this newspaper, ministers of Dutch Reformed Church like the Herman Bosman, General Botha=s friend, were "mistaken in arguing, like their leader Andrew Murray, for the separation of religion and politics." Even tho ugh he was their mentor (2) (I) Irving Hexham,
The Irony of Apharteid (Lewiston: Edwin
Mellen, 1981) , 182. (2) The Westener, 411211912 Didalam contoh diatas adanya perubahan dari Het Westen menjadi Het Westener memberikan kesan bahwa si penulis menterjemahkan dari orang as li Afrika. Begitu juga dalam tanda kutip yang dibuat, seolah-olah langsung dari koran bukan dari tulisan Hexham.
J8
Ibid.
J9
Ibid.
352
11lrnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke- 40 No.3 11l1i-September 201 0
Teks yang tepat: Hexham writes "Such views articulated in the student magazines, also received clear, though less detai l treatment in Het Westen.(I). Afrikaners were remi nded Afrikaners that they were a Calvinist Peop le with a d uty to retain their nationalism". (I) Later he adds that "In the view of Het Westen, ministers of Dutch Reformed Church like the general Botha=s friend Herman Bosman were mistaken in arguing, like their leader Andrew Murray, for th e separati on of religion and politics".(2) (I) Irving Hexham, The Irony of Apharteid (Lewiston: Edwin Mellen, 1981), 182 (2) Ibid. , p. 187
Plagiarism with hanging quotiations·o Dalam bentuk ini penulis memulai dengan menggunakan kutipan teta pi melanjutkan untuk mengutip sesudah menutup tanda kutip (quotation mark) tersebut, seperti contoh dibawah ini:41 Teks asli: Hertzog' s policies were also seen as an expression of the myth of appartheid . He, and he alone , was represented as holding a realistic racial policy by which was meant one which segretated black from white. "Natives have to learn that they are not equal to whites. Het Westen declared. The native must learn to recognize that wh ite technology and industry has raised them from barbarism . Too many people reacted emotionaly to the race question and assumed colored people could be given a greater say in the gouvernment of South Afrika (Source: Irving Hexham, The Irony of Apartheid, Lewiston: Edwin Mellen , 1981 , P 184) 5.
Teks plagiarisme According to Hexham"Hertzog policies were also seen as an expression of the myth of apaliheid" (I) I-Ie and he alone, was representated as holding a reali stic racial policy by which was meant one which segregated black from white. The Afrikaans newspaper, Het Westen dec lared "Native have to learn that they are unequal to white"(2) Hexham says this meant that "the natives must learn to recognized that white technology and industry has raised them from barbarism." Clearly, in in view of Het Westen, too many individuals reacted emotionally to the race question. Only radicals assumed
40
Ibid.
41
Ibid.
Plagiarisme Akademik: Perspektif Metode KeilnHlan dan Doktin Hukum, Rizal
353
Colored People could be given a greater say in the Government of South Africa. (3) (1) Irving Hexham, The Irony of Aphartheid (Lewiston: Edwin Mell en, 1981) p 184. (2) Het Westen, 71711906 (3) Irving Hexham, The Irony of Aphartheid (Lewiston: Edwin Mellen, 1981) P 184. Dalam hal ini plagiarism yang dilakllkan plagiarist atau pelakll palgiat membuat semacam sandwich antara dua kutipan asli. Dalam tulisan itu juga seolah-olah penulis mengutip langsung dari Het Westen dimana dalam kenyataan tidak demikian, karena seluruh kalimat berasal dari satu sumber. Sehubungan dengan itu Hexham mengllsulkan sebagai berikut: 42 Kalimat yang tepat According to Hexham " Hertzog's po licies were also seen an expression of the myth of apartheid. He and he alone, was representates as holding a realistic racial policy bay which was meant one which segregated black from white."(I ) The Afrikaans newspaper, Het Westen declared "Native have to learn that to regognize that they are unequal to whites"(2) Hexham says this meant that "the natives must learn to recognized that white technology and industry has raised them from barbarism" (3) Clearly, in view of Het Westen, "Too many people reacted emotionally to the race question and assumed colored people could be given a greater say in the Governmen of South Africa". (4) (I) Irving Hexham, The Irony Mellen), 1981, p 184. (2) Het Westen, 71711906, cited Aphartheid(Lewiston: Edwin (3) Irving Hexham, The Irony Mellen, 1981) p 184. (4) Het Westen, 717/1906, cited Aphartheid (Lewiston: Edwin
of Apharlheid (Lewiston: Edwin in Irving Hexham, The Irony of Mellen, 1981), p 184 of aphartheid (Lewiston: Edwin in Irving Hexham, The Irony of Mellen, (981) p 184
Kalau dalam tulisan plagiarism ada 3 footnotes, maka seharusnya 4 footnotes.
42
Ibid.
354
JlIrnal H"kum dan Pembangllnan Tahlln ke-40 No.3 luli-September 2010
6.
Paraphrasing as plagiaril71" Bentuk plagiarisme dengan membuat paraprasing (ka l imat sendiri), namun tidak mencantumkan referensi pada sumber as li dan membuat kalimat yang terlalu luas dengan menambahkan banyak informasi . Bentuk ini agak sulit dibuktikan. Pharaphrasing yang benar adalah dimana sumber asli disebutkan dan dilakukan apabila kalimat tidak didominasi oleh ide si penulis, kalimat yang dibuat mengikuti pikiran pengarang asli dan nanlllll dapat dikritisi dari sudut pandang orang lain, dan argumentasi dari teks as li ditulis dengan kata-kata sendiri. N Kalimat Asli: But Hertzog recognized the danger and stood for the rights of the Afrikaner. Only the National Party offered a Christian so lution to South Africa 's racial problems. The politics of the nationalist, were in the view of Het Westen, unquestionably Christian. The Afrikaners Peo ple were a Christian people, therefore their politics must of necess ity be Christian ... Such view articulated in the student magazines, also received clear, thought less detailed threatment in his Het Westen. Afrikaners were reminded that they were a Ca lvinist People with a duty to retain their nationalism. (Source Irving Hexham, The Irony of Apartheid, Lewiston: Edw in Mellen, 1981 . P 185 and 182 Kalimat yang tidak benar: Standing up for the Africaner's righ t because of the dangers he saw looming, Hertzog argued that Christian so lution to South Africa' s racial problems was to be found in the politics of the National Party . Nationalist politics were according to Het Westen undoubtedly Christian and the Afrikaner People must support them because they were Christian People. V iews like th ese were expressed by students in their magazine ..... . Kalimat yang tepal: Hexh am argues that standing up for the Afrikaner's right because of the dangers he saw looming. Hertzog argued that Christian solution to South Africa 's racial prob lems was to be found in the politics of National Party. National politics were according to Het Westen undoubtedly Chri stian and he Afrikan er People must support them because they were Christian Peop le ( I) He also observes that Views like these were expressed by students in their magazines (2). The problem with Hexham 's argument it that he pays far too
43
Ibid.
44
Ibid.
Plagiarisme Akademik: Perspektij Metode Keilmuan dan Doktin Hukum, Rizal
355
much attention to the views of Hertzog and the students who supported Hertzog views. He also fails to explain exactly what Hertzog mean by "Christian" thus overlooking the facts that Hertzog was actually an agnostic insprired by Bismark's son-in-law Count Keyserling. Consequently he fails .... (I ) Irving Hexham, The Irony of Apartheid (Lewiston: Edwin Mellen, 1981), p.185 (2) Irving Hexham, The Irony of Apartheid (Lewiston: Edwin Mellen, 1981), p.182
7. Selfplagiarisme.f5 Self plagiarisme mengutip tulisannya send iri yang telah dipublikasikan tanpa mensitirnya. Menurllt Hexham , hal ini tidak masuk dalam hllkum Amerika, karena seseseorang tidak mungkin mencuri miliknya sendiri. Pad a dasarnya si pengarang sendiri dianggap menyetujui mengkopi tulisannya. Hexams sendiri menganalogikan self plgiarisme ini seperti seseorang melakllkan penipllan asuransi4 6 Ada beberapa macam self plagiarisme antara lain: a) (redundant dan duplicate publication) terjadi karena tllii san tersebllt diterbitkan pad a lebih dari satu jurnal, tanpa menyebutkan bahwa tulisan tersebut dipllblikasikan di jurnallpenerbitan lain.b) apa yang disebut salami slicing adalah pemilahan sebuah studi kedalam beberapa dua atau lebih publikasi c) text recycling, yaitu suatu melakukan pendaurulangan teks oleh penulis yang sam a." Banyak orang menganggap hal ini tidak termaslIk dalam katagori plagiari sme, hanya saja pembacanya ditipll untllk percaya bahwa tulisannya adalah original'8 Di Indonesia amat jarang dipersoalkan seperti .yang dicontohkan oleh Hexham mengenai simple plagiarisme dan compleks plagiarisme, karena se lama memberikan rlljllkan kepada sllmber asii dianggap tidak melanggar prinsip plagiarisme. Menjadi persoalan adalah dalam ketika mahasiswa mengambil belasan halaman dengan kalimat asli si penulis asli, tanpa mengubah sedikitpun kalimat, walaupun tetap memberikan catatan kaki . Hexham sendiri tidak membicarakan bentuk plagiarisme yang paling berat,
" Ibid. 46 Miguil Roig, Avoiding Plagiarism, Self Plagiarism, and olher(Questionable riling Practices and Guide to Eth ical Writing. , diakses 5 Maret 20 10. 47
Ibid.
48
Ibid.
356
Jurnal Hukum dan Pembangzman Tahul1 ke-40 No.3 Juli-Septem ber 2010
yaitu mengambil seluruh bagian dari tulisan dan mengganti dengan namanya, yang tentunya masuk plagiarisme. Disamping kategori plagiarisme yang sudah dipaparkan diatas, dikenal istilah ghost writers. Ghost Writers adalah dimana sebuah lulisan yang dibuatkan oleh seseorang unluk orang lain alau alas nama seseorang. Ghost writers terjadi baik dikalangan politikus, celebritis maupun di lembaga peradilan. Misalnya seorang politisi yang berpidato, meminta orang lain menulisnya. Begitu juga seorang celebritis yang membual biog rafinya meminta orang lain untuk menuliskannya, hakim meminta orang lain/bawahannya untuk mempersiapkannya. Ini tidak dapat dikatakan plagiarisme karen a tidak satu orangpun dirugikan 4 9 Namun di dunia akademi s, ghost writers dapat dikategorikan kecurangan. Misalnya seorang yang skripsi, tesis dan disertasinya dibuatkan oleh orang lain atau disebut juga "invisible hand" . Perbuatan tersebut tidak dapat dibenarkan, melanggar etika akademik. Dalam berita di media akhir-akhir ini dikatakan banyak skripsi dan tesis yang dibuatkan oleh orang lain. Ada penjual jasa yang khusus membuatkan skripsi dan tes is dengan imbalan resmi, bahkan usaha semacam ini diiklan secara terbuka. so Di samping pengkategorian yang dibuat Hexham ada pengkategorian lain dari plagiari sme, plagiarism of ideas, plagiarism of source, plagiarism of
authorship, plagiarisme of text."
V,
Plagiarisme Ditinjau dari Metode Keilmuan
Dalam metode keilmuan, untuk menemukan kebenaran adalah dimungkin untuk menggunakan apa yang dimiliki orang lain atau sudah lebih dulu dirintis orang lain (ide, pendapat, teori, temuan). Kebenaran dalam ilmu tidak bersifat mutlak. Penggunaan pendekatan rasionali s dan empiris hanyalah untuk membuktikan kebenaran itu sendiri. Metode keilmuan yang berkembang di dunia ini tidak terlepas dari keingin tallUan manusia untuk menambah pengetahuannya. Mengembangkan ilmu untuk membuktikan
49
Stuart P Green , hal 190
so Dalam artikel Irene Sarwindaningrum Meraih Gelar dengan Skripsi Pesanan maraknya usaha pembuatan skripsi dan tesi s di Yogyakarta dan Bandllng. lihat KOMPA S 19 Februari 2010. 51 Miguil Roig, Loc. Cil., dan Parvaty lyer dan Abhipsita Singh, "Docum ent Similarity Analysis fo r a plagiarism Delection System"' Tulisan dibuat untuk The 2nd Indian International Conference on Altificiallntelengence (lICA·05 ),
Plagiarisme Akademik: Perspektij Metode Keilmuan dan DoWn Hukum. Rizal
3j7
kebenaran itu dalam menggunakan ide, pemikiran orang lain haruslah sesuai dengan aturan ilmiah, etika akademis dan moral. Kegiatan kegiatan akadem ik selalu menuntut adanya pedoman etika dan moral yang secara bersamaan tersirat dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Didunia pendidikan tinggi kita mengenal paling tidak ada dua macam tulisan sebagai suatu tulisan akademik. Pertama yang terkait dengan kesarjanaan yairu skrips i untllk Sarjana, thesis untuk tingkatan magister dan disertasi untuk tingkat Doktor dan kedua tulisan mandiri yang tidak terkait dengan kesarjanaan. Dan yang kedua berupa karya tu lis ilmiah lainnya yang dikenal sebagai suatu tulisan mandiri , berupa tlliisan maupun laporan penelitian yang tidak terkait dengan perolehan kesarjanaan. Tulisan ini dapat dibuat secara perorangan maupun kelompok. Dibedakan pula antara paper biasa yang berupa report dari segi tujuannya. Sebagaimana dikatakan oleh Rapl Berry, "a distinction between a report, which simply related facts in
neutral fashion, and a thesis which definitely seeks to draw conclusions and assest an evaluation of the material,,52 Namun dalam praktek hal ini batasannya menjadi kabuL Berkaitan dengan perbuatan plag iarisme akademik, pada dasarnya dianggap suatu pelanggaran etika dan mora l. Robert Billing menyatakan plagiarisme bllkanlah kriminal, tetapi mempllnyai akibat yang serius. 5J Perbuatan plagiat dapat menyebabkan seseorang kehilangan kredibilitasnya, dan leb ih jauh lagi mendapatkan sanksi, misalnya bagi mahas iswa tidak lulus ujian, dikeillarkan atau dicabut gelarnya, bagi pengajar dan pene liti diberhentikan. Menyangkut pelanggaran etika dan moral setiap universitas mempu nyai aturan sendiri dan kebijakan yang berbeda. Misalnya beberapa kaslls yang terjadi di Amerika, kebijakan ya ng d iambil berbeda-beda: kasus yang terjadi di Universitas Tennesse, Amerika, seseorang dicabllt ge lar doktornya karen a tlliisannya dianggap plagiat. Berbeda dengan di Ohio, walaupun mahasiswanya ditemukan melakukan plagiat, The Board of
Commisioners
011
Character and Fitness of Supreme Court of Ohio
merekomendasikan lIntllk diberikan nilai jelek, namlln dapat meneruskan studinya pada semester beriklltnya. Begitu juga yang terjadi pada seorang professor di Universitas Utah, dipecat dengan tidak hormat karena 90 % tulisannya dipersiapkan oleh mahasiswanya."
52 Ralph Berry, 1986), h.1. 5. 5l
"J-/01V
fo Write a Research Paper", 2"'} edition, (Pergamon Press,
Robert Billing, hal. 391.
5~ Ibid,
358
Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-40 No.3 luli-September 2010
Oi Indonesia, praktek-praktek peniruan, penjiplakan dalam gradasi tertentu terjadi sehari -hari. Hal ini terjad i baik seeal'a tanpa sengaja atau tanpa disadari, dan seeara sengaja denga n niat mengambil karya orang lain ba ik sebagian atau seluruhnya dengan mengakui atas namanya, bahkan banyak pula yang meminta orang lain untuk membuatnya. Oalam pengalaman pembimbingan dan melakukan ujian pad a strata satu sampai tiga selama ini, amat ban yak karya tulis yang menuangkan ide, data dan pernyataan lainnya lanpa mencantumkall sumbernya. Oalam praktek hal itu tidak selalu merupakall faktor kesengajaan, tapi faktor keteledoran dan ketidaktelitiall serta kemalasan si penul is. Bi la hal ini terjadi pembimbing atau penguj ilah yang wajib memberitahukan. Pada universitas di Amerika dan Eropa, suatu s istem yang dibuat untuk mendeteksi apakah suatu paper atau pekerjaan mahasiswa ada unsur plagiarisme dengan menggunakan sistem berbasis internet. 55 Oi Indonesia lallgkah untuk melakukan deteksi pekerjaan mahasiswa yang mirip atau menjiplak mulai dikemballgkan, sebagaimana yang dilakukan oleh Universitas Gajahmada yang membuat a lat dengan basis desktop dan menggunakan sistem operasi windows. 56 Dalam tulisan yang mandiri dimana kontrol dari pembimbillg tidak ada, agak sulit diketahui, kecuali bila tulisan tersebut dipublikasi atau di presentasikan seeara terbuka. Pada saat itu pihak terkait yang merasa tulisannya dijiplak baru mengetahuinya dan bereaksi. Bagaimana periakuan terhadap praktek-praktek plagiarisme di perguruan tinggi, sampai saat ini belum ada patokan yang sama. Setiap perguruan tinggi membuat kebijakannya sendiri yang dituangkan dalam Code of Conduct dari universitas atau fakultas dan sanksi diberikan oleh masing-masing institusinya. Oi Indonesia, pengaturan tentang pelarangan melakukan plagiarisme telah diatur dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dimana dalam pasal 25 ayat (2) dikatakan "Lulusan Perguruan Tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh gelar akademik, profesi atau vokasi, terbukti merupakan jiplakan dieabut gelarnya". Oisamping juga dalam pasal 70 dinyatakan bahwa pelakunya diberikan
S5 Samuel, J Horovitz, Two Wrongs Don', Negate a Copyright: Don '[ Make The Students Turnitin lfYou Won '( Give It Back, Florida Law Review, 2008, hal. 236.
56 UGM sedang rnengembangkan alat deteksi untuk pekerjaan mahasiswa yang dinamakan TESSI (Test a/Text Similarity), Restituta Ajeng Arjanti, Ala! Deteksi Mahasiswa f.iyontek, , diakses tanggal5 Maret 2010.
Plagiarisme Akademik: Perspektif Metode Keilmuan dan Doktin Hukum, Rizal
359
sanksi pidana paling lama 2 tahun dan atau denda paling banyak dua ratus juta ru piah.
VI.
Plagiarism Ditinjau dari Sudut Doktrin Hukum
Telj adi semacam pergeseran, dari semula plagiarisme di anggap suatu pelanggaran akademis semata, menjadi pelanggaran di bidan g hukum, yaitu pelanggaran hak cipta. Dalam kasus-kasus di pengadilan plagiarisme sering dicampur adukkan dengan "copyright infringement", dimana keduanya mempunyai terminologi yang berbeda. Dari doktrin hukum, plagiarisme dapat dili hat sebagai : pertama, pelanggaran hak cipta (copyright infringement), kedua, unfair competitition dan ketiga, pelanggaran hak moral (moral right)." Pertama, plagiari sme dianggap sebagai pelanggaran hak c ipta
(copyright infringement) . Wa laupun plagiarisme dianggap lebih kepada pelanggaran eti ka dan diselesaikan me lalui dunia akademik, namun ju ga kasus plagiarisme di selesaikan di pengadilan. Dalam hal III I seringkali pengad ilan mengkategorikannya sebagai pelanggaran hak cipta. Pada dasarn ya te rdapat perbedaan antara plagiarisme dengan pelanggaran hak cipta, dimana plagiarisme lebih menekan pengamb il an ide, sedangkan hak cipta menekankan pad a pengambilan ekspressi"8 Se la in itu plagiarisme lebih menekankan ke pada tidak dirujuknya suatu kutipan pada sumber as linya. Dengan demikian dimungkin kan terpenuhin ya unsur plagiarisme, tetapi bukan merupakan pelanggaran hak cipta. Kapan plagiarisme menjadi pelanggaran hak cipta? Da lam Federal Copyright Act, bukanlah merupakan pelanggaran apabila mengkopi hak cipta yang sudah kadaluarsa, atau telah menjadi public domain, atau ditulis oleh pegawai pemerintah . Sedangkan plagiarisme terj adi apabila si plagiator mengutip taopa menyebutkan sumber tu lisanoya, mengambil ide. Pelanggaran hak cipta terjadi apabila penjiplakan dilakukan secara berleb ihan. Sedangkan plagiarisme bukan karena masalah mengkopi tetapi masalah "passing off, yaitu tidak mencantumkan sumbern ya. Perbedaan lainnya adalah masalah kepentingan. Perlindungan hak c ipta terutama untuk melindungi kepentingao ekonomi pemegang hak c ipta, sedangka n aturan melawan plag iarisme bertujuan untuk melindungi pr ibadi
" Stuart P Green, Op. Cit. , hal. 200-205 . 58
Ibid., hal 20 I.
360
JlIrnaf Hukum dan Pembangllnan Tahun ke-40 No.3 JlIli-September 20/0
dan kepentingan moral. Selain itu untuk mengkopi hak cipta dikehendaki izin resmi dari pemegang hak cipta, sedang dalam plagiarisme secara implicit pengarang asli memberi izin untuk mengkopi pekerjaannya dengan catatan 59 yang bersangkutan harus secarajujur menyebutkan sumbernya Dalam UU Hak Cipta sendiri pada pasal 15 menyebutkan: "dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta. UU sendiri menghubungkan plagiarisme sebagai bentuk pelanggaran hak cipta dalam konteks fair use. Pen cantu man sum bel' merupakan hal yang utama dalam plagiarisme. Kedua, plagiarisme dianggap sebaga i unfair competition atau persaingan tidak sehat, Diantara kumpulan doktrin mengenai persaingan tidak sehat, ada dua doktrin yang mirip dengan aturan melawan plagiarisme, yaitu palming off dan misappropriation (penyalah gunaan). Konsep palming of menjual barang-barang dengan mengambil nama merk yang sudah terkenal. Misalnya Coca Cola, yang aslinya merupakan produk coke. Apabila kemudian sebuah supermarket membuang kata coke, dan menggantinya dengan Sam's Co la, maka perbuatan tersebut dianggap palming of.6
" Ibid., hal. 202. 60
Ibid., hal. 202.
Plagiarisme Akademik: PerspektifMetode Keilmuan dan Doktin Hukum, Rizal
361
penggunaan namanya untuk penulisan yang tidak dia lakukan. 61 Hak moral se lain tercantum dalam Konvens i Bern, juga diakui dalam Deklarasi Internasional tentang Hak Asasi Manusia. "Everyone has the right to the
protection of the moral and material interest resulting from any scientific, literary or artistic production of which is author".
VII, Penutup Plagiarisme akademik mempunyai tingkat atau gradasi yang berbeda, dari yang paling keci l mengkopi beberapa kalimat tanpa citasi dari pengarang sampai ya ng paling berat ada lah mengambil seluruh pekerj aan orang lai n dan mempresentasikannya tanpa hak. Pad a dasarnya pelanggaran terhadap plagiarisme dianggap pelanggaran terhadap moral dan etika daripada pelanggaran hukum, namun akibat yang ditimbulkannya cukup serius, dapat mengganggu karir atau masa depan seseorang. Sedangkan da ri segi doktrin hukum terkait paling tidak terkait dengan pclanggaran hak cipta, kOlllpetisi tidak se hat dan melanggal doktlin hak mOlal. Bila dikaitkan dengan metode kei lm uan, kemajuan ilmu pengetahuan akan seyogyanya akan l11engantar l11anus ia ketingkat peradaban yang lebih tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan. Pengembangan ilmu pengetahuan dengan melakukan pene litian-pene litian dan kemudian ditulis clalam suatu karya ilmiah memerlukan suatu prosedur dan standar yang baku. Standal tersebut tidak saJa menyangkut prosedur keilmuan tetapi menyangkut etika dan moral. Seperti halnya Francis Bacon, seorang filsuf mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kekuasaan. Apakah kekuasaan itu akan menjadi berkat atau malapetaka bagi umat manus ia sangat tergantung pada orang yang men ggllnakannya. Seorang i Imu wan ha rlls mampu meni lai yang baik dan yang buruk.
"Kekuasaan" yang besar
mengharllskan seorang ilmuwan mempunyai landasan moral.
6J
Ibid., hal. 206.
362
JlIrnal Hlikum dan Pembangllnan Tahul7 ke-40 No. 3 Juli-September 201 0
Daftar Pustaka Buku dan Jurnal Berry, Ralph. How to Write a Research Paper, 2"d edition, Pergamon Press, 1986. Bill ing, Roger. "Plagiarisme in Academia and Beyond: What is the role the Courts ? ", University of San Francisco Law Review, 2004. Gerhardt, Deborah R "Plagiarisme in Cyberspace: Learning The Rules Of
The Recycling Conlem With a View Toward Nurturing Academic hllsl In An Electronic World ", Richmond Journal Of Law & Technology, 2006. Green, Stuart P. "Plagiarism, Norm and The Limits of Theji Law: Some
Observations on Use of Criminal Sanclions in Enforcing Intellectual Properly Righi ", Hasting Law Journal, November 2002. Had i, Hardono P. Epistemologi Filsafat Pengelahuan, saduran dari Kenneth 1. Gallagher, "The Philosophy of Knowledge", Penerbit Kanisius, 1994. Ha mmers ley, Martyn. (ed). "Soc ia l Research, Philosophy, Po litics and Practice", 1993. Honer, Stanley. M & Hunt, Thomas. "Metode Dalam Mencari Pengetahuan: Rat ionali sme, Empirisme dan Metode Keilmuan dalam lim1l Dalam Perpekstif, (ed) Juyun S. Suriasumantri, Metode Yayasan Obor, 1983 Horovitz, Samuel, J. "Two Wrongs Don 'I Negate a Copyright: Don 't Make The Students Turnitin If You Won 't Give It Back ", Florida Law Review, 2008 . Me Connie, FJ. "The Plagiaro in Our Peeler Institution ", 8 Journal of
Teaching Writing, 1989. Resnik, David B. "Ethics of Science ", dalam , The Routledge Companion to Philosophy of Sciences, (ed) by Stathis Psillos and Mart in Curd. Published by Roudledge, London, 2008. Shils, Edward. Etika Akademis, terjemahan dari The Academic Ethics, Yayasan Obor Indones ia, Jakarta, 1993. Soekanto, Soerjono. "Sosiolog i Suatu Pengantar", PT. RajaGrafindo Persada, Ed Baru, cetakan ke 3 I, Jakarta, 200 I.
Plagiarisme Akademik: Perspektif Metode Keilllluan dan Doktin HukulII, Rizal
363
Internet Anonym, "Perang Melawan Plagiarisme", opml Pikiran Rakyat, , diakses tanggal 23 Maret 2010. Anonym, . diakses tanggal 21 Maret 20 10. Britannica on line Enciclopedia, diakses 20103 /20 I O. Hexham , Irving, "Academic Plagiarism Defined ", dalam , d iakses tanggal 21 Maret 20 1O. Hadi Nllr, "Etika Sains: Aspek Penting Dalam Riset Pendidikan Tinggi di Indonesia", , diakses tanggal 23 Maret 20 I O. Restituta Ajeng Aljanti, " Alat Deteksi Mahasiswa Tukang Nyontek", , diakses tanggal 23 Maret 20 I O. Roig,
M igui!. "Avoiding Plagiarism, Self Plagiarism, and other (Questionable Writing Practices and Guide to Ethical Writin ", , 5 Maret 2010
d iakses
Utorodewo, Felicia, dkk, "Bahasa Indonesia: Sebuah pengantar Penulisan lImiah", Jakarta, Lembaga Penerbit UI, 2007, , diakses tanggal 20 Maret 2010. Vandendorpe, Christian, , diakses tanggal 21 Maret 2010. Waluyo, Djoko Adi "Pendekatan awa l Fi lsafat lImu Pengetahuan", , diakses tanggal8 Maret 2010.