BAB V METODE-METODE KEILMUAN
Untuk hidupnya, binatang hanya mempunyai satu tujuan yang terlintas dalam otaknya
yaitu
pemenuhan
kebutuhan
untuk
makan.
Manusia
dalam
sejarah
perkembangannya yang paling primitifpun juga mengenal pemenuhan kebutuhan untuk hidupnya, tetapi sejalan dengan itu telah dikenal dan ditemukan herhagai peralatan yang terbuat dari hatu, tulang helulang hewan yang digunakan untuk kemudahan memenuhi kebutuhan hidupnya. Yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya adalah karena kemampuannya berfikir. Jadi berfikir adalah ciri utama manusia. Dengan berfikir manusia sudah menggunakan metode memperoleh pengetahuan yang dapat dipakai untuk mengubah alam menjadi hermanfaat untuk kehidupannya. Berfikir adalah proses bekerjanya akal. Sejalan dengan itu pengetahuan-pengetahuan baru yang disebut ilmu diperoleh melalui metode ilmiah. 1. Metode ilmiah Secara etimologis metode berarti meta (Y): sesudah dan hodos: jalan/langkah. Jadi metode adalah langkah yang diambil untuk mendapatkan ilmu. Metode juga berarti prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Metode keilmuan adalah pemahaman umum tentang cara, langkah atau prosedur yang digunakan dalam limu. Metode ilmiah adalah suatu prosedur, cara kerja, pola dan pikiran untuk mendapatkan atau mengembangkan pengetahuan baru menurut struktur ilmu, yang mecakup berbagai kegiatan pikiran, pola kerja, cara teknis dan tahapan. llmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah. Karena itu ilmu juga dapat dikatakan merupakan suatu metode khusus yang telah dikembangkan secara terus-menerus untk meningkatkan kesejahteraan manusia melalui pengamatannya terhadap realitas dunia dan isinya. Langkah itu sesuai dengan ciri ilmu yaitu harus diperoleh menurut tatacara yang teratur, sistematis, berpola dan dilakukan hertahap. Sementara itu yang disebut dengan metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Metodologi ini di dalam filsafat disebut dengan epistemologi, membahas bagaimana mendapatkan pengetahuan baru (Yuyun, 1994) Dengan demikian maka berkembanglah metode ilmiah yang menggabungkan herbagai cara berpikir. Metode ilmiah sangat penting dalam mengembangkan limu pengetahuan_ .Karena ilmu pengetahuan terkelompokkan dalam ilmu-ilmu kealaman dan humaniora dimana obyek material dan formalnya berbeda, maka akibatnya adalah terdapat 2 metodologi yang berbeda dalam melihat obyek tersebut. Oleh karenanya perlu diktetahui ciri-ciri dasar hubungan obyek dan metode pada masing-masing ilmu. ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta. Ito Universitas Gadjah Mada
1
berarti bahwa obyek harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar. Metode ilmiah menga-lami perkembangannya sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri. Terpecahnya menjadi banyak cahang ilmu itu karena juga metode
yang
digunakannya
berbeda-beda
untuk
menghadapi
fakta
yang
ada.
Perkembangan ilmu pada suatu jaman tidak saja akan berdampak pada perkembangan ilmu-ilmu dengan tingkat kemajuannya tetapi juga sckaligus masalah-masa-lah yang dihadapi. Ada 2 kelompok bidang keilmuan menurut metodologinya yaitu bidang ilmu ke alaman misalnya ilmu fisika, kimia, biologi dll dan bidang ilmu sosial-humanistik seperti sosiologi, antroplogi sosial budaya, ilmu hukum, psikologi dan lainnya. Karena metode menyangkut obyek, maka hubungan metode-obyek ini harus diketahui cirinya masing-masing. Ciri 1.Ilmu ke alaman harus mempunyai obyek yang dapat ditangkap atau dicatat oleh indera. Contoh fakta berat, luas, panjang, besar, kecil clan lain lain harus dapat dicatat, oleh suatu instrumen sebagai alat bantu dalam ujud eksperimen. Ciri 2.Mempunyai sifat deterministik artinya bahwa adanya suatu aksi akan ada respon terhadapnya yang spesifik karena itu maka harus dapat diuji dan diulangi. Sementara itu ilmu sosial-humanistik atau ilmu tentang tingkah laku mempunyai ciri normatif-teleofogis. Yang ditemukan adalah arti, nilai dan tujuan. Beberapa model metode ilmiah. Pada dasarnya hanya ada dua metode utama dalam ilmu pengetahuan yaitu aposteriori ilmuilmu empiris yang sering diberi nama cara kerja induktif, dan apriori ilmu-ilmu pasti yang biasanya disebut dengan cara kerja deduktif (Sutarjo, 1983). 1.
Metode deduktif Batasan dari metode deduktif ini adalah penalaran dengan kesimpulan yang wilayahnya lebih sempit daripada wilayah premis nya. Dasar bagi penjabaran secara deduktif pengalaman manusia adalah silogisme. Metode ini dimulai dari Plato dan Aristoteles. Pada waktu itu cara berpikir ini merupakan yang paling sistematis pada zaman Yunani dan Romawi kuno. letapi dalam metode ini cara bertikirnya sama sekali tanpa hubungan dengan pengamatan dan pengalaman nyata. Cara bertikir ini dimulai dari setuju pada suatu kesimpulan dan baru dimulai usaha umtuk mengumplkan fakta yang mendukung kesimpulan tersebut.
2.
Metode induktif Batasan dari metode induktif ini adalah penalaran dengan kesimpulan yang wilayahnya lebih luas daripada wilayah premisnya. Pelopor dari pemikiran ini adalah Francis Bacon (abad 17) dan karena itu masa iw disebut masa Baconian. Dalam pemikiran Bacon ini logika dimanfa-atkan sebagai hipotesis dan bukan sebagai bukti atas kebenaran, dimana mereka berpegang kepada bukti empiris sebagai tes kebenaran. Universitas Gadjah Mada
2
3.
Metode induktif-deduktif Dipelopori. oleh Charles Darwin yang menggabungkan metode deduktif dengan induktif. Metode berfikir ini merupakan kegiatan beranting antara induksi dari Bacon dan deduksi dari Aristoteles. Dimulai dari men;:unakan metode induksi dalam menghubungkan antara pengamatan dengan hipotesis. Kemudian secara deduktif hipotesis ini dihubungkan dengan pengetahuan yang ada untuk kecocokan dari implikasinya. Hipotesis ini kemudian diuji melatui serangkaian data yang dikumpulkan untuk mengetahui syah tidaknya hipotesis tersebut secara empiris. Penggabungan kedua metode itu oleh Tyndall dikenal sebagai proses logico-hypothetico-veriti-kasi. Langkahlangkah pemikiran yang demikian adalah sebagai berikut: (Yuyun, 1994) a.
Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan yang jelas batas-batasnya dan dapat diidentifikasi mengenai suatu obyek empiris.
b.
Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis. Kerangka berfikir inl disusun secara rasional dengan memperhatikan premis yang telah teruji kebenarannya.
c.
Perumusan hipotesis : perumusan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan.
d.
Pengujian hipotesis yaitu pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan. Disini ditunjukkan ada tidaknya fakta yang mendukung.
e.
Penarikan kesimpulan adalah penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima. Hipotesis yang diterima dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah karena telah memenuhi persyaratan keilmuan.
4.
Metode tinier ilmu sosial humanistik disebut pula dengan ilmu tingkah laku. Obyek dari ilmu ini adalah semua aspek tingkah laku manusia. Aspek tingkah laku manusia merupakan hasil ekspresi roh manusia yang dalam ujudnya tampak sebagai bahasa, permainan, syair dan lainnya. Gejalanya dapat diamati sebagai fakta empiris, tetapi sekaligus termuat juga arti, nilai dan tujuan. Ciri-ciri ilmu sosial humanistik adalah normatif-teleologis. Metode yang digunakan adalah metode linier yang mempunyai 3 tahapan yaitu persepsi (penangkapan data melalui indera), konsepsi (pengolahan danpenyusunan data) dan prediksi (merupakan penyimpulan sekaligus ramalan ).
Universitas Gadjah Mada
3
Langkah-langkah diatas walaupun harus dianggap sebagai patokan utama di dalam mendapatkan kebenaran, tetapi dalam petaksanaannya dapat terjadi variasi dan hubungan antara langkah satu dengan yang lain itu tidak terikat secara statis melainkan secara dinamis. 2. Sarana berfikir ilmiah Secara garis besar ada 2 macam berpikir yaitu berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Berpikir alamiah adalah pola berpikir berdasarkan kebiasaan sehari-hari, jadi tidak memertukan pengkajian-pengkajian. Berpikir ilmiah adalah kegiatan berpikir yang memeriukan sarana tertentu, dikerjakan secara runtut, melalui pengamatan yang cermat. Sarana tertentu tersebut adalah sarana berpikir ilmiah, yang memungkinkan manusia melakukan pengamatan secara cermat, runtut dan terukur. Sarana berpikir ilmiah itu pada dasarnya adalah suatu alat yang membantu kegtatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Sarana ilmiah ini mempunyai ciri-ciri khas yang harus dikuasai yang sebenarnya merupakan fungsi-fungsi dalam kegiatan ilmiah secara menyeluruh. Ada 4 macam sarana berpikir ilmiah yaitu a) Logika b) Bahasa dan c) matematika dan d) statistika. a) Logika Dalam pengertian sehari-hari logika diartikan sebagai 'menurut akal'. Tetapi di dalam suatu sarana berpikir ilmiah, logika berarti suatu metoda atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penataran atau penarikan kesimpulan. Penalaran adalah suatu bentuk pemikiran yang dimulai dad mengemukakan konsep (pengertian) kemudian diikuti dengan proposisi (pernyataan) dan terakhir adalah reasoning (nalar, alasan), dimana ketiga bentuk pemikiran ini harus dipahami bersama-sama. Pengetahuan diperoleh karena adanya suatu penalaran yaitu proses berpikir logis dan analitis. Proses berpikir ini dilakukan dengan cara tertentu agar pengetahuan yang diperoleh itu mempunyai dasar kebenaran. Kebenaran ini berasal dari penarikan kesimpulan. Agar penarikan kesimpulan ini valid (sahib), maka proses penarikan kesimpulan tersebut harus dilakukan menurut cara tertentu tersebut. b) Bahasa (ilmiah) Bahasa merupakan bentuk pikiran atau perasaan manusia yang digunakan sebagai alat komunikasi. Bahasa pada dasarnya terdiri dari kata-kata atau istilah dan sintaksis. Kata atau istilah merupakan simbul dari sesuatu, dapat benda, kejadian, proses. Sintaksis adalah cara untuk menyusun kata-kata atau istilah menjadi suatu kalimat. Kalimat dibedakan dalam kalimat bermakna dan kalimat tidak bermakna. Kalimat bermakna dibedakan menjadi kalimat berita dan bukan kalimat berita. Kalimat berita dapat dinilai benar atau salah. Kalimat bukan berita dibedakan dalam kalimat perintah, kalimat seru, kalimat tanya dan kalimat harapan. Dengan bahasa manusia akan mengkomunikasikan Universitas Gadjah Mada
4
tiga hat yaitu buah pikiran, perasaan dan sikap atau bahasa mempunyai fungssi simbolik (dalam
komunikasi
ilmiah),
emotif
(dalam
komnukisasi
estetik)
dan
efektif
(dalammenentukan sikap). Dalam komunikasi ilmiah proses komunikasi itu bebas dari unsur emotif. Bahasa ilmiah adalah kalimat berita yang merupakan suatu pernyataanpernyataan atau pendapat. Dapat dipahami bahwa kalau manusia menguasai bahasa, mereka akan menguasai pengetahuan. Manusia bahkan disebut sebagai Animal symbolicum atau makhluk yang mempergunakan simbol karena dalam berpikir manusia selalu menggunakan simbol-simbol. c)
Matematika Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari suatu
pernyataan. Lambang-lambang matematika bersifat 'artifisial' yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Tanpa hal itu matematika hanya merupakan rumus-rumus yang tidak mempunyai arti. Karena bersifat artifisial maka bahasa ini tidak bersifat emotif dan afektif. Baik matematika dan logika Iebih mementingkan bentuk logisnya. Contoh: jika dua hal yang sama, yang saw diketahui sama dengan hal ketiga, maka yang lain pun pasti sama, simbolnya dapat ditulis ((A = B) (B = C)) (A = C). Dengan contoh tersebut maka matematika sebagai bahasa mempunyai sifat yang jelas,spesifik dan informatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional. d)
Statistika Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan
fakta, pengolahan, analisis, penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan yang cukup beralasan berdasarkan fakta dan analisis yang dilakukan Sebagai dasar filsafat, berfilsafat harus dilandasi dengan logika, baik logika deduktif maupun logika induktif. Ilmu harus didukung oleh penalaran logiis dan sistematis, yang merupakan salah saw syarat sifat ilmiah. Di dalam logika deduktif disebut juga dengan logika formal atau simbolik yang dibicarakan hanya bentuknya saja. Oleh karena itu untuk penarikan kesimpulan logika deduktif berpaling pada matematika. Kesimpulan yang ditarik adalah benar sekiranya premis-premis
yang
dipergunakannya
adalah
benar
dan
prosedur
penarikan
kesimpulannya adalah sah. Logika induktif adalah cara penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat 'mungkin' atau 'boleh jadi'. Jadi penarikan kesimpulan yang berasal dari premis-premisnya yang benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah, kesimpulannya belum tentu benar. Karena hal yang demikian maka diperlukan sejumlah pengamatan sehingga sampai pada suatu kesimpulan yang bersifat umum. Tentu hal ini tidak mungkin dilakukan karena akan terlalu banyak menyita waktu, tenaga dan pikiran. Dalam hal yang demikian, Universitas Gadjah Mada
5
statistika akan memberikan jalan keluar. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, karena semakin besar pengamatan yang dilakukan, semakin memberikan ketelitian yang akurat.
Universitas Gadjah Mada
6