Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
BAB I DUA TRADISI KEILMUAN Deskripsi Pokok Bahasan: Dalam tradisi keilmuan terdapat dua tradisi yang memilik asumsi yang berbeda yakni tradisi positivistik dan tradisi post-positivistik. Kedua tradisi ini memiliki asumsi dasar yang berbeda dan perkembangan kedua tradisi ini sangat mempengaruhi metode penelitian ilmiah dalam ilmu sosial. Implikasi metode berbeda muncul akibat dari asumsi berbeda yang dikembangkan kedua tradisi ini dalam melihat dan menginterpretasikan fenomena sosial. Tujuan Instruksional Umum 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami dua tradisi keilmuan yang berkembang dalam Ilmu sosial. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh dua tradisi tersebut terhadap metode penelitian A. Pendahuluan Penelitian sosial merupakan proses yang kompleks dan pluralis, berbagai metode dan tujuan serta didasari oleh berbagai struktur teoritikal. Pemahaman akan berbagai metode yang berkembang dalam ilmu sosial tak dapat dilepaskan dari faktor historis metodologis ilmu sosial yang mengkerangkainya. Historis metodologis ini dapat ditelusuri melalui jenis metodologis yang dominan yang sangat menentukan perbedaan metode penelitian. Persoalan paradigma ilmiah yang muncul dalam sejarah ilmu sosial sangat mempengaruhi metode penelitian yang berkembang. Perbedaan paradigma ini menyebabkan muncul debat yang panjang dalam ilmu sosial. Perdebatan ini kadangkala masih muncul hingga sekarang bagi sebagian kalangan ilmuwan sosial. Perdebatan ini muncul dan kerkelanjutan karena asumsi berbeda yang dibangun oleh masing-masing paradigma.
1
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
B. Paradigma Dominan dalam Ilmu Sosial Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn, dan dalam membahas pendapat Thomas Kuhn tersebut, (sebaiknya membahas Kuhn jangan hanya membaca Kuhn yang terbit 1962, tetapi juga yang terbit 1970 (setelah direvisi), dan tulisan atau tanggapan Kuhn setelah menerima kritik dari orang lain atas buku yang sama, yaitu yang ditulis 1970 juga. Kuhn menggambarkan arti penting paradigma sebagai berikut: Salah satu yang akan diperroleh oleh masyarakat ilmiah dari paradigma adalah kriteria untuk memilih permasalahan, yakni jika suatu paradigma diterima begitu saja. Lebih luas lagi, hanya inilah persoalan-persoalan bagi masyarakat ilmiah yang akan dianggap bersifat ilmiah yang akan mendorong anggotanya untuk melakukannya. Persoalan-persoalan lainnnya, termasuk banyak persoalan yang sebelumnya telah dianggap standar, ditolak karena sama metafisisnya dengan perhatian disiplin lainnya atau kadangkala terlampau problematik pada masanya. Dalam hal ini, suatu paradigma dapat membatasi masyarakat dari persoalan-persoalan sosial penting yang tidak dapat diturunkan dalam bentuk teka-teki karena persoalan-persoalan tersenut tidak dapat ditempatkan sebagai alat-alat konseptual dan instrumental yang disediakan oleh paradigma1. Perhatian Kuhn tertuju kepada bagaimana ilmu bisa berkembang. Menurut Khun kemajuan ilmu berbentuk “pergeseran paradigma”, dari yang mapan dan disepakati berubah menjadi ditolak ketika ada paradigma baru yang disepakati. Jika dilihat dari konsep yang dijelaskan oleh Kuhn paradigma merupakan model atau skema fundamental yang mengorganisir pandangan kita tentang suatu hal. Dalam terminologi lain paradigma merupakan seperangkat proposisi yang dapat menjelaskan bagaimana suatu hal diterima, mendapat persetujuan dari kalangan ilmiah dan memberikan cara bagaimana membawa kompleksitas konsep tersebut dalam dunia nyata, memberikan panduan bagi peneliti dan para ilmuan social secara umum “apa yang penting”, apa yang legitimate, apa yang reasonable. 2 Sedangkan metodologi adalah sebuah model yang menurunkan prinsip-prinsip teoritikal sebagai sebuah kerangka kerja yang memebrikan panduan bagi peneliti tentang bagaimana melakukan penelitian dalam konteks paradigma tersebut. 3 1
Thomas Kuhn, 1970, The Structure of scientific revolution, Peran Paradigma dalam Revolusi Sains, Terj. Tjun Surjaman, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 36 2 Patton, M,1990, Qualitative Evaluation and Research Methods, Newbury Park, Sage, hal. 37 3 .Sotirios Sarantakos, 1993, Social Research, Australia, MacMillan Education, hal. 30.
2
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Sebuah metodologi menterjemahkan prinsip-prinsip dari sebuah paradigma kedalam bahasa penelitian dan memperlihatkan bagaimana objek penelitian dapat dijelaskan, ditangani, didekati (approached) atau dipelajari. Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan menjawabnya,
apa
serta
yang
mesti
aturan-aturan
dijawab,
apa
yang
bagaimana harus
seharusnya
diikuti
dalam
menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan tersebut. Dari pandangan Ritzer ini dapat difahami bahwa dalam satu paradigma tertentu terdapat satu kesamaan pandangan tentang subject matter dari satu disiplin tertentu, kesamaan tentang metode dan instrument yang dipergunakan sebagai alat analisa (tool of analysis). Dengan pandangan ini maka batas atau perbedaan atau penggolongan antara komunitas ilmuwan yang satu dengan komunitas ilmuwan yang lainnya, antara subkomunitas yang satu dengan subkomunitas yang lainnya. Dan paradigma dapat menggolongkan, merumuskan dan menghubungkan : exemplar, teori-teori dan metode-metode serta seluruh pengamatan yang terdapat dalam metode itu. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapatlah disimpulkan bahwa dalam satu cabang ilmu tertentu (misal sosiologi atau ilmu politik) agaknya dimungkinkan terdapatnya beberapa paradigma. Artinya, dalam satu komunitas ilmuwan dimungkinkan terdapat paradigma yang masing-masing berbeda satu sama lain, kendatipun mereka berada dalam cabang ilmu yang sama. Jadi sekali lagi paradigma – menurut Afan Gaffar – adalah suatu parameter umum yang telah disetujui oleh masyarakat akademik yang menyangkut subject matter, teori, metode dan pernagkat alat teknis lain dalam satu disiplin ilmu tertentu. Persoalan kita sekarang berdasarkan perbedaan-perbedaan paradigma yang dianut oleh masing-masing komunitas ilmuwan itu tadi adalah apakah yang menyebabkan perbedaan-perbedaan paradigma tersebut muncul? Menurut Ritzer 4 perbedaan tersebut karena adanya tiga faktor : 1. Sejak semula pandangan filsafat yang mendasari pemikiran ilmuwan tentang
subject
matter
sudah berbeda.
Akibatnya asumsi (atau
aksiomanya) dari komunitas ilmuwan yang satu dengan komunitas 4
George Ritzer, 1980, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta, Rajawali Pers.
3
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
ilmuwan yang lain berbeda pula, termasuk sub-komunitas-sub-komunitas yang ada dalam disiplin yang sama juga berbeda. 2. Konsekuensi mengakibatkan
logis
dari
teori-teori
pandangan yang
tersebut
dibangun
yang
berbeda
ini
(building
theory)
dan
dikembangkan masing-masing komunitas ilmuwan menjadi berbeda pula, dan masing-masing komunitas ilmuwan ini tidak saja mempertahankan pandangan mereka, tetapi juga berusaha mengecam pandangan komunitas ilmuwan lain yang dianggap lawan mereka. 3. Dan dari perbedaan 1 & 2 diatas mengakibatkan pula metode yang dipakai untuk memahami subject matter itu berbeda pula. Ketiga faktor ini dalam perkembangannya lebih lanjut mengakibatkan masing-masing komunitas ilmuwan berusaha menyangkal validitas komunitas ilmuwan lain, dan berusaha merebut pengaruh masyarakat akademis untuk mendukung dan melanggengkan pandangan mereka tersebut. Dan dalam banyak hal dukungan terhadap suatu paradigma lebih banyak didasarkan atas pertimbangan politis ketimbang pertimbangan obyektif ilmiah. Oleh karenanya mereka yang menganut paradigma dominan akan mendapatkan alokasi kekuasaan yang lebih besar ketimbang penganut paradigma yang tidak dominan. Lagi pula dalam kondisi obyektif tertentu kebanyakan orang menganut paradigma dominan, dengan kata lain menganut “selera umum”. Namun dalam lapangan ilmu pengetahuan “value system” juga turut berpengaruh disamping obyektifitas. Satirios Sarantakos melihat ada beberapa paradigma yang berkembang dalam ilmu social terutama dalam ranah sosiologi. Meskipun beberapa ilmuan seperti Lather yang membagi paradigma dalam ilmu social menjadi dua yakni positivistic dan post-positivistik, namun Sarantakos melihat ada tiga paradigma yang berkembang dalam ilmu social yakni positivistik, interpretative dan paradigma kritis. Ketiga paradigma ini memiliki asumsi yang berbeda.
Tabel 1
4
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Perbedaan Tiga Paradigma Kriteria Realitas adalah .....
Manusia ........
adalah
Ilmu adalah .......
Positivism Obyektif, ‘out there’ (tidak tergantung pada kesadaran manusia) Diterima oleh indera Didefinisikan sama oleh seluruh anggota masyarakat Diarahkan oleh aturan/hukum yang universal Terintegrasi dengan baik untuk kepentingan semua orang
Interpretivism Subyektif Dibentuk melalui interaksi, bukan ditemukan Diintepretasikan oleh anggota masyarakat secara berbeda, sesuai dengan pengalaman masing-masing
Individu rasional Patuh pada aturan/hukum eksternal Tidak mempunyai keinginannya sendiri (free will)
Kreator bagi dunia mereka Memberi makna pada dunia Tidak dibatasi oleh aturan/hukum eksternal Menciptakan sistem makna untuk memahami dunia mereka
Didasarkan pada aturan/prosedur yang tegas, sehingga realitas sosial tidaklah tepat untuk dipelajari karena bias, tidak sistematis, dan tidak konsisten Deduktif (dimulai dari abstrak yang bersifat umum ke abstrak yang lebih spesifik) Nomothetic (berdasarkan
Hanya ‘common sense’ (tidak ada ilmu) Induktif Ideographic (menampilkan realitas secara simbolis dalam bentuk yang deskriptif) Tergantung pada interpretasi dan pemaknaan Tidak bebas nilai
Critical Perspective Antara obyektifitas dan subyektifitas Kompleks: ada perbedaan antara apa yang tampak dengan realitas yang sebenarnya. Dikonstruksi oleh manusia (yang mempunyai kekuatan untuk memanipulasi) dan bukan oleh alam Penuh konflik dan kontradiksi Didasarkan pada dan ekploitasi Dinamis, kreator bagi takdir mereka sendiri Tertekan, tereksploitasi, terasingkan, terbatasi (oleh kondisi dan faktor sosial) Tercuci otaknya, tersesatkan, terkondisikan (oleh sesamanya yang mempunyai kekuasaan) Tidak menyadari potensinya sendiri (karena ada kekuatan pembatas dari luar dirinya) Diantara kedua paradigma sebelumnya; kondisi membentuk kehidupan, tetapi dapat diubah Menyetarakan, memberdayakan (peneliti tidak hanya mempelajari realitas, namun juga melakukan tindakan), dan tergantung pula pada dinamika sistem
5
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Tujuan penelitian:
hukum/aturan kausal untuk menjelaskan kejadian dan hubungan sosial yang konkret) Tergantung pada kesan yang ditangkap oleh indera Bebas nilai Untuk menjelaskan fakta/akibat/dampak dan saling keterkaitan antara fakta sosial Untuk memprediksi (yang ditemukan dari hukum sebab akibat yang bersifat umum melalui poin 1) Menekankan pada ‘fakta’ Menekankan pada prediksi
Tidak bebas nilai
Untuk mengintepretasikan dan memahami kehidupan sosial/perilaku aktor Menekankan pada pemaknaan dan pemahaman
Untuk menggali apa yang tampak di permukaan untuk mengungkap hubungan yang nyata Untuk menutup mitos ilusi dan ide/kepercayaan yang salah Menyetarakan dan dan memberdayakan (karena memberikan peluang untuk mengkritisi realitas sosial yang ada dan kemudian menjadi katalis bagi proses transformasi sosial)
Sumber : Sarantakos, Sotirios, Social Research, MacMillan Education Australia, 1993, hal. 38-39)
Namun Sarantakos melihat bahwa perbedaan prinsip yang terjadi adalah perdebatan antara paradigma positivistik disatu sisi dengan dan paradigma nonpositivistik disisi lain. 5 Menurutnya meskipun ada perbedaan antara interpretative dengan kritis namun tidak signifikan sehingga tidak terjadi perdebatan yang mencolok. Dalam ilmu politik perbedaan-perbedaan paradigma itu – sebagaimana dalam ilmu sosial lainnya seperti dikemukakan Ritzer dengan tiga faktor itu tadi – dapat kita fahami ada dua tradisi intelektual yang besar pengaruhnya. Dua tradisi itu sering disebut dengan tradisi positivisme dan tradisi anti-positivisme (Humanisme). Pokok-pokok pemikiran dari kedua tradisi tersebut dapat dilihat berikut ini. 5
Satirios Sarantakos, ibid, hal. 32.
6
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Tabel 2 Perbedaan Positvistik dan Anti-positivistik Positivisme Anti-Positivisme Menganut kesatuan metode ilmu Menganut dualisme metode (Ilmu alam dan ilmu sosial alam dan ilmu sosial berbeda Metode ilmu alam dan matematika Metode ilmu alam dan matematika tidak dapat dipakai dalam ilmu sosial, dapat dipakai dalam ilmu sosial sebab yang diselidiki adalah manusia ( Methodological Monism) (Humanism) Scientific explanation (Menekankan Hermeneutic hubungan Causal) adanya generalisasi yang mengatur Ilmu sosial Understanding fenomena. Terdapat The Coverning Ilmu alam Explanasi Law Model. Yang menjadi persoalan apakah dalam ilmu sosial itu mempunyai general laws sebagaimana dalam ilmu alam. Ahistoris
Historis
Melahirkan metode kuantitatif
Melahirkan metode kualitatif
Sumber: Georg Henrik von Wright, Explanation and Understanding, Ithaca: Cornell University Press, 1971.
Bagi penganut-penganut interpretatif (hermeneutic) gejala-gejala sosial berbeda dari gejala-gejala alam. Pertanyaan yang sering dilontarkan kepada kaum hermeneutic adalah mengenai generalisasi. Kaum hermeneutik memang tidak berbicara masalah generaliasi. Sejak pagi-pagi kaum hermeneutik memandang gejala-gejala sosial amat berbeda dari gejala-gejala alam. Dalam gejala-gejala sosial tidak ada generalisasi karena gejala-gejala sosial semuanya berlaku khusus atau kasus dan unik. Mengapa? Sebab gejala sosial tidak mempunyai laws seperti gejala-gejala alam, dengan begitu tidak biasa dibuat generalisasi. Dalam hal understanding itu ada 3 syarat utama, yaitu (1) memahami proses mental; (2) memahami konteks (memahami kata dalam konteks kalimat); (3) memahami sistem social. Misal, kekuasaan bagi kaum Positivis, kekuasaan dilihat sebagai sesuatu yang dapat merubah perilaku orang atau memanipulasi prilaku orang lain. Atau kekuasaan yang lebih besar dapat memanipulasi kekuasaan yang lebih kecil. Sedangkan bagi kaum hermeneutic, kekuasaan itu
7
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
difahami secara kontekstual (kekuasaan di Jawa lain maknanya dengan kekuasaan di luar Jawa). Selanjutnya, para positivis datang ke lapangan dengan seperangkat asumsi, sedangkan kaum hermeneutik datang dengan “kepala kosong”. Kaum positifis sudah menjelaskan, sedangkan kaum hermeneutik belum menjelaskan sebelum mereka menggauli. Dengan kata lain, kaum positifis bersifat ahistoris, sedangkan kaum hermaneutik bersifat historis. Dalam istilah lain, kaum positifis bersifat apriori, sedangkan kaum hermaneutik bersifat apostriori. J. Donald Moon6 melancarkan kritik terhadap orang-orang hermeneutic, bahwa (1) dalam banyak hal ada peristiwa-peristiwa politik yang tidak dapat diinterpretasikan oleh hermaneutik; (2) orang-orang hermaneutik terikat dengan peristiwa-peristiwa khusus, padahal ilmu politik tidak hanya berbicara masalah khusus tetapi juga generalisasi; (3) banyak peristiwa politik terjadi karena sama sekali tidak oleh unsur kesengajaan. Moon lalu mengajukan jalan keluar, yaitu apa yang ia sebut sebagai kepentingan praktis (Practical inference). C. Pengaruh Paradigma terhadap Perkembangan Metode Penelitian Debat di kalangan peneliti mengenai kebenaran relatifitas antara penelitian kuantitatif dan kualitatif telah berlangsung sejak lama7. Perdebatan berfokus pada perbedaan landasan filosofis dan paradigma yang digunakan pada kedua metode penelitian tersebut. Para peneliti pro kuantitatif berorientasi pada logika positivisme yang dipelopori oleh August Comte (abad ke-19). Pandangan positivisme meyakini bahwa hanya pembuktian secara logis-empiris saja yang diterima sebagai satu-satunya kebenaran ilmiah.8 Mereka berkeyakinan bahwa suatu fenomena tidak terjadi secara kebetulan namun oleh karena adanya sebabakibat. Sedangkan peneliti pro kualitatif memiliki keyakinan “anti-positivisme”. Mereka mengkritisi budaya ilmiah yang obyektif, mekanistis, linear dan universal serta pandangan ilmu pengetahuan yang berkesatuan (unified science) dan bebas 6
J. Donald Moon, 1974, “The Logic Political Inquiry: A Synthesis of Opposed Perspectives”, dalam F. Greenstein dan Nelson Polsby (ed) Handbook of Political Science, Jilid 1, AddisonWesley: Reading Mass. 7 Patton, M, op.Cit, hal.31. 8 Lubis, A. Y, 2004, Filsafat Ilmu dan Metodologi Posmodernis, Bogor: AkaDemiA, hal.
8
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
nilai. Menurut Thomas Kuhn (1922-1996), ilmu pengetahuan selalu dimuati oleh asumsi-asumsi lain. Misalnya asumsi tentang realitas juga bersinggungan dengan realitas sosiologis dan epistemologis. Beberapa peneliti mengatakan bahwa salah satu metode penelitian lebih baik atau lebih ilmiah dibanding metode`lainnya. Mereka menganggap mazhab penelitian yang ia anut adalah paling shahih dan tidak dapat diganggu-gugat. Dalam buku Qualitative Data Analysis, Miles dan Huberman 9 mengutip pernyataan seorang peneliti kuantitatif, Fred Kerlinger, "There's no such thing as qualitative data. Everything is either 1 or 0". Pada halaman yang sama peneliti lain, D. T. Campbell, memberikan penegasan yang berlawanan dengan Fred Kerlinger, "all research ultimately has a qualitative grounding". Kedua pernyataan konfrontatif tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah ketidakproduktifan yang mendasar (essentially unproductive), karena banyak peneliti lain telah sepakat metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dapat digunakan secara bersamaan. 10 Keduanya dapat saling mengisi keterbatasan masing-masing dan memperkaya perspektif peneliti dalam mengungkapkan fenomena yang diteliti. Walaupun keberhasilan dalam mengkombinasikan dua metode penelitian tersebut tergantung pada kemampuan dan pengalaman peneliti. 11 Namun kadangkala peneliti membutuhkan jawaban interpretatif guna menjelaskan fenomena sosial yang abstrak dan tidak mudah diukur. Misal: makna dan pengalaman sakit bagi seseorang atau keluarga, dalam hal ini penelitian kualitatif tidak bisa menggunakan pertanyaan whether atau how much, tetapi akan lebih tepat menjelaskan fenomena dengan pertanyaan apa (what), bagaimana (how) dan mengapa (why).12
9
Miles M, & Huberman M, 1994, Qualitative Data Analysis,London: Sage Publications,hal,40 Lihat Julia Brannen, 1997, Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. lihat juga Denzin & Lincoln, 1994, “Entering the field of qualitative research”, In N.K. Denzin & Y.S. Lincoln (Eds), Handbook of Qualitative Research, Thaousand Oaks, CA: Sage Publications. 11 Patton, ibid., hal. 12 Sofaer, S. 1999, Qualitative methods: what are they and why use them?, Health Serv. Res. 34, hal. 1101. 10
9
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Menurut Glesne & Peshkin 13, perbedaan mendasar antara penelitian kuantitatif dan kualitatif dapat dijelaskan melalui empat aspek, yaitu: asumsi, tujuan penelitian, pendekatan, dan peran peneliti. Asumsi, penelitian kuantitatif memiliki ciri khas berhubungan dengan data numerik dan bersifat obyektif. Fakta atau fenomena yang diamati memiliki realitas obyektif yang bisa diukur. Variabel-variabel penelitian dapat diidentifikasi dan interkorelasi variabel dapat diukur. Peneliti kuantitatif menggunakan sisi pandangannya untuk mempelajari subyek yang ia teliti (etik). Keunggulan penelitian kuantitatif terletak
pada
metodologi yang digunakan. Penelitian kualitatif cenderung menggunakan data teks yang bersifat subyektif. Realitas yang dipelajari dikonstruksikan sesuai dengan nilai sosial partisipan (subyek penelitian), oleh karenanya pemaknaan realitas sesuai dengan
pemahaman partisipan (emik). Penelitian kualitatif
memiliki jalinan variabel yang kompleks dan sulit untuk diukur. Tujuan penelitian, penelitian kuantitatif memiliki tujuan mengeneralisasi temuan penelitian sehingga dapat digunakan untuk memprediksi situasi yang sama pada populasi lain. Penelitian kuantitatif juga digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat antar variabel yang diteliti. Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan realitas secara kontekstual, interpretasi terhadap fenomena yang menjadi perhatian peneliti dan memahami perspektif partisipan terhadap masalah sosial. Pendekatan, penelitian kuantitatif dimulai dengan teori dan hipotesis. Peneliti
menggunakan teknik manipulasi dan mengkontrol variabel melalui
instrumen formal untuk melihat interaksi kausalitas. Peneliti mencoba mereduksi data menjadi susunan numerik selanjutnya ia melakukan analisis terhadap komponen penelitian (variabel). Penarikan kesimpulan secara deduksi dan menetapkan norma secara konsensus. Bahasa penelitian dikemas dalam bentuk laporan. Penelitian kualitatif tidak memerlukan hipotesis, justru kadang-kadang diakhiri dengan hipotesis. Perumusan teori berdasarkan data yang telah tersaturasi (grounded theory). Peneliti menggunakan teknik penggambaran (portrayal) secara alamiah terhadap fenomena yang muncul sekaligus dirinya merupakan instrumen 13
Glesne, C. & A. Peshkin, 1992, Becoming Qualitative Researchers: an Introduction, White Plains, NY: Longman.
10
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
penelitian itu sendiri. Penarikan kesimpulan secara induksi dengan menemukan salah satu pola yang berlaku dari pluralitas dan kompleksitas norma. Bahasa penelitian dikemas secara deskriptif. Peran peneliti, dalam penelitian kuantitatif, peneliti secara ideal berlaku sebagai observer subyek penelitian yang tidak terpengaruh dan memihak (obyektif). Sedangkan penelitian kualitatif justru memerlukan keberpihakan dan keterlibatan peneliti agar ia dapat memahami (empati) situasi partisipan penelitian secara holistik. Akhirnya, pilihan metode yang digunakan sangatlah bergantung pada kepentingan peneliti. Kita tidak bisa mengklaim bahwa paradigma penelitian yang kita anut lebih ilmiah dibanding pandangan orang lain. Secara implisit Hukum Evaluasi Halcolm menekankan bahwa pilihan metode yang tepat harus sesuai dengan tujuan yang peneliti inginkan. Selain itu, pilihan metode penelitian perlu mempertimbangkan pengalaman, ketertarikan peneliti, populasi yang akan diteliti, waktu, biaya, tenaga dan sumber daya peneliti lainnya. Agaknya kita perlu sepakat dengan ungkapan Glesne dan Peshkin: different approaches allow us to know and understand different things about the world. D. Ringkasan Pada bagian ini kita telah membahas paradigma yang berkembang dalam ilmu sosial dan pengaruhnya terhadap perkembangan metode penelitian. Paradigma sebagai cara pandang dan kesepakatan
para ilmuawan dalam
memandang dan memahami suatu hal menjadi dasar penting bagi metode penelitian yang digunakan. Perbedaan prinsip-prinsip dari masing-masing paradigma akan mempengaruhi cara berfikir dan kerangka kerja metodologis. Perkembangan paradigma psotovistik dan anti-positivistik dalam ilmu politik telah memunculkan metode kualitatif dan kuantitatif. Prinsip-prinsip dan cara kerja kedua paradigm ini sangat jelas terlihat dari perbedaan cara kerja metode yang dimunculkan. Namun perbedaan ini bukan untuk diperdebatkan, tetapi bagaimana perbedaan paradigma dan metode sebagai konsekuensinya akan mampu mengembangkan ilmu secara lebih dinamis.
11
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
E. Tugas dan Latihan 1. Apa yang dimaksud dengan Paradigma? 2. Jelaskan paradigma yang berkembang dalam ilmu sosial? Apa asumsi dasar yang melatarbelakangi perbedaan paradigma? 3. Bagaimana pengaruh paradigma tersebut terhadap perkembangan metode penelitian?
Referensi: Denzin, N.K. & Lincoln, Y.S. 1994, “Entering the field of qualitative research”, In N.K. Denzin & Y.S. Lincoln (Eds), Handbook of Qualitative Research, Thaousand Oaks, CA: Sage Publications. F. Greenstein dan Nelson Polsby (ed) Handbook of Political Science, Jilid 1, Addison-Wesley: Reading Mass. Glesne, C. & A. Peshkin. 1992, Becoming Qualitative Researchers: an Introduction, White Plains, NY: Longman. Kuhn, Thomas, 1970, The Structure of scientific revolution, Peran Paradigma dalam Revolusi Sains, Terj. Tjun Surjaman, Bandung: Remaja Rosdakarya. Lubis, A. Y. 2004, Filsafat Ilmu dan Metodologi Posmodernis, Bogor: AkaDemiA. Miles M, & Huberman M. 1994, Qualitative Data Analysis, London: Sage Publications. Patton, M.Q. 1990, Qualitative Evaluation and Research Methods, 2nd Ed. California: Sage Publications. Sofaer, S. 1999, Qualitative methods: what are they and why use them?, Health Serv. Res. 34: 1101-18. Sarantakos, Sotirios, 1993, Social Research, Australia: MacMillan Education.
12
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
BAB II PERBEDAAN PENDEKATAN KUANTITATIF DENGAN PENDEKATAN KUALITATIF Deskripsi Pokok Bahasan: Metode kuantitatif dan kualitatif memang berbeda, terutama dalam axioma dan ciri-cirinya. Pada bab ini kita menganalisa tentang perbedaan-perbedaan tersebut terutama dari segi konsep-konsep dasar serta berbagai aspek dari masingmasing metode. Sehingga kita dapat memahami asumsi dasar dan logika berfikir masing-masing pendekatan yang menyebabkan perbedaan dalam metode dan desain penelitian. Perbedaan ini bukan ditujukan untuk memperlihatkan keunggulan
salah
satu
pendekatan,
namun
lebih
menekankan
kepada
memperkenalkan prinsip-prinsip dasar dari masing-masing pendekatan yang dapat digunakan sesuai dengan permasalahan penelitian yang relevan. Tujuan Instruksional Umum 1. Mahasiswa dapat
memahami perbedaan dasar antara pendekatan
kuantitatif dengan pendekatan kualitatif 2. Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip dasar metode penelitian kuantitatif dan pendekatan kualitatif A. Pendahuluan Menulis tentang metode tentu tidak mungkin secara singkat. Bagian ini mencoba melihat secara utuh, kedua pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang memang memiliki dasar, karakter, dan proses yang berbeda.14 Namun akhir-akhir tahun 1995-an, ada usaha-usaha untuk memadukan keduanya dalam satu penelitian15. Hal ini dirasakan perlu karena di masa global ini, banyak terobosan harus dilakukan pada suasana yang makin majemuk dan komprehensif, termasuk juga dalam dunia penelitian. Hal ini dikarenakan bidang-bidang tersebut, memiliki sifat-sifat tertentu yakni, statis matematik dan dinamis kemasyarakatan. Kata-kata
14
Sanapiah Faisal, 1990, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi. YA-3 Malang. Lihat juga Williams, D.C. 1988. Naturalistic Inquiry Materials, FPS IKIP Bandung. 15 Lihat Julia Brannen, 1997, Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
13
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
kebijakan, pengelolaan sumber daya daerah mengandung nilai-nilai kuantitatif dan kualitatif sekaligus. Walaupun telah ada pendekatan, namun masih banyak pihak di universitas/ perguruan tinggi belum memahami dasar perbedaan dan kesamaan antara kedua pendekatan ini. Masih acap kali terjadi bahwa keduanya harus tidak mungkin sejalan (kontradiksi antagonistik) atau sebaliknya, sebagai dua sisi dari satu mata uang (komplementatif). Padahal kedua pendekatan itu memang berbeda namun pada masa akhir-akhir ini keduanya dapat komprehensif dalam satu penelitian. Namun dilihat dari sejarah asal dari kedua pendekatan ini memang berbeda. B. Latar Belakang Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Apabila disimak tulisan-tulisan Faisal (1990, 2001), Brannen (1997), Miles and Huberman (1992), dan Denzin and Lincoln (1994) maka jelas perbedaan dasar sangat menonjol antara kuantitatif dan kualitatif. Sejak manusia memiliki awal peradabannya, manusia telah sadar akan curiosity-nya dan karena itu selalu to want to know anything. Ini adalah manusia dengan naluri penelitiannya. Seluruh ahli peneliti menjadi cikal bakal disiplin ilmu yang diciptakannya dan itu berkembang terus hingga masa globalisasi dengan teknologi dan informatika mutakhir. Dengan melihat pada perkembangan pohon ilmu sepanjang masa, maka manusia selalu menggunakan penelitian. Di dalam meneliti ini, manusia menggunakan metodologi yang selalu berubah untuk mencapai tujuan utama penelitian ialah pengembangan kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Jadi metodologi adalah alat yang dapat berubah dari saat ke saat, sejauh ia dapat dipergunakan untuk meneliti. Sudah barang tentu termasuk di dalamnya pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dengan kemajuan dan perkembangan jaman penelitian, tidak dapat diklaim bahwa satu pendekatan saja yang paling benar, pendekatan lain harus dipertimbangkan karena semua bergerak terus (Phanta Rhei). Ucapan Sumarno 16 adalah gamblang, antara lain: “…statistik hanyalah alat bantu dan tidak pernah dapat menggantikan sama sekali fungsi dari aspek logika material dan perspektif keilmuan dari masing-masing disiplin”.
16
Ibid, hal 8.
14
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Selain statistik, juga rumus, kamus ensiklopedia, materi kualitan, dan seterusnya tidak akan pernah tetap. Mereka hanya methodos (bahasa Yunani: artinya jalan, cara, sarana, alat, dan seterusnya) yang setiap saat dapat diganti dengan yang lebih tepat demi memecahkan masalah dalam suatu obyek penelitian. Perkembangan penelitian sangat pesat sejak revolusi industri di abad ke19. Ilmu-ilmu pengetahuan alam menjadi primadona di pentas keilmuan yaitu biologi, kedokteran, fisika, matematika, kimia, dan teknik. Pada saat itu pendekatan kuantitatif menjadi dasar dari semua itu. Terlebih ketika ilmu teknik berkembang dengan aneka cabangnya seperti sekarang ini dalam bentuk industri, teknologi, dan informatika. Metode penelitian kuantitatif yang bersumber dari filsafat positivisme yang diperkenalkan August Comte abad ke18 diakui mendominasi metode penelitian, baik untuk ilmu-ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial. Berkembangnya teknologi komputasi telah menambah akurasi uji-uji statistik, mendekati kepastian empiris dengan tingkat kesalahan yang rendah. Hal ini harus diakui menambah gengsi metode kuantitatif. Apalagi ditambah kenyataan bahwa ilmuwan yang mendalami metode kualitatif seringkali karena ketidakmampuan menguasai teknik-teknik statistik. Demikian pula dalam pendekatan kualitatif telah muncul hasil-hasil penelitian terbaru. Dimulai dengan Frederick Le Play dalam penelitian kaum miskin, dilanjutkan masyarakat kumuh di Chicago (mashab Chicago). Inilah awal pendekatan kualitatif. Ditambah dengan Patton17 1990, Glaser & Strauss18 dan Corbin 1990, maka pendekatan kualitatif dipakai di dunia kedokteran dan baru kemudian pada bidang sosial kemasyarakatan. Paradigma penelitian kualitatif di antaranya diilhami falsafah rasionalisme yang menghendaki adanya pembahasan holistik, sistemik, dan mengungkapkan makna di balik fakta empiris sensual. Secara epistemologis, metodologi penelitian dengan pendekatan rasionalistik menuntut agar obyek yang diteliti tidak dilepaskan dari konteksnya atau setidaknya obyek diteliti dengan fokus atau aksentuasi tertentu, tetapi tidak mengeliminasi konteksnya. Meminjam istilah Moleong, penelitian kualitatif 17
Patton, M.Q. 1990, Qualitative Evaluation and Research Methods, 2nd Ed. California: Sage Publications. 18 Berney G.Glasser dan Anselm L. Strauss, 1967,The Descovery of Grounded Theory: Strategies for Qualitative Research (New York: Aldine.
15
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
bertolak dari paradigma alamiah. Artinya, penelitian ini mengasumsikan bahwa realitas empiris terjadi dalam suatu konteks sosio-kultural, saling terkait satu sama lain. Karena itu, setiap fenomena sosial harus diungkap secara holistik. Bertolak dari pola pikir rasionalisme, variabel penelitian tidak bisa dipahami secara fragmentatif, melainkan harus dipahami secara holistik dalam suatu kerangka nilai dan sistem sosio-kultural, politik dan ekonomi. Karena itu, di antara kritik rasionalisme terhadap positivisme ialah: (a) positivisme cenderung mengabaikan pencarian makna di balik empiri sensual, sehingga hasil-hasil penelitian menjadi kehilangan makna; (b) positivisme terlalu mengunggulkan fakta fragmentatif, sehingga kehilangan konteks sosio-kultural hasil-hasil penelitian; dan (c) positivisme bersifat reduksionis karena hanya mengakui fakta empiris yang sensual, padahal di samping yang sensual masih terdapat empiri logik, teoritik, dan etik. C. Pandangan Dasar Perbedaan Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif Sebelum membahas tentang pandangan dasar kedua pendekatan ini, perlu dijelaskan batasan kedua istilah tersebut. Pendekatan kuantitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik. Sebaliknya pendekatan kualitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek-aspek kecenderungan, non perhitungan numerik, situasional deskriptif, interview mendalam, analisis isi, bola salju dan story. Berdasarkan Williams 19 maka ada lima pandangan dasar perbedaan antara pendekatan kuantitatif (istilah Williams dengan kuantitatif positivistik) dan kualitatif. Kelima dasar pandangan tersebut ialah sifat realitas, interaksi peneliti dan obyek penelitiannya, posibilitas generalisasi dan posibilitas kausal dan peranan nilai.
19
Williams, D.C. 1988. Naturalistic Inquiry Materials, FPS IKIP Bandung.
16
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
1. Dasar pandangan sifat realitas, maka pendekatan kuantitatif melihat realitas sebagai tunggal, konkrit, teramati, dan dapat difragmentasi. Sebaliknya pendekatan kualitatif melihat realitas ganda (majemuk), hasil konstruksi dalam pengertian holistik. Itulah sebabnya peneliti kuantitatif lebih spesifik, percaya langsung pada sang obyek generalis, meragukan dan mencari fenomena selanjutnya pada sang obyek realitas. 2. Dasar pandangan interaksi antara peneliti dengan obyek penelitiannya, maka pendekatan kuantitatif melihat sebagai independen, dualistik bahkan mekanistik. Sebaliknya pendekatan kualitatif melihat sebagai proses interaktif, tidak terpisahkan bahkan partisipatif. Itulah sebabnya penelitian kuantitatif agak memisahkan antara si peneliti sebagai subyek pelaku aktif dan obyek penelitian sebagai obyek pelaku pasif dan dapat dibebani aneka model penelitian oleh si peneliti atau dengan kata lain peneliti memiliki jarak dengan objek penelitian. Sebaliknya dalam pendekatan kualitatif ada substitusi situasi dan mutual experience, bersama-sama di suatu medan (arena) tak terpisahkan yang sangat mutual dan tumpang tindih. Terasa sekali kuantitatif melontarkan subyek atas obyek yang saling terpisahkan, meneliti tentang sesuatu. Sebaliknya kualitatif melontarkan obyek atas obyek, yang tak terpisahkan, meneliti menembus di dalam sesuatu. Dengan perkataan lain, pendekatan kuantitatif to solve the problem by surrounding the problem. Sebaliknya pendekatan kualitatif to solve the problem by penetrating the problem. 3. Dasar pandangan posibilitas generalis, maka pendekatan kuantitatif bebas dari ikatan konteks dan waktu (nomothetic statements), sedang pendekatan kualitatif terikat dari ikatan konteks dan waktu (idiographic statements). Itulah sebabnya peneliti kuantitatif dapat dikenai atau dibebani dengan percobaan tertentu, lalu diukur hasilnya (ada macam-macam jenis eksperimen). Sebaliknya peneliti kualitatif lebih menerjunkan diri dalam riak gelombang gejolak obyek penelitian dan terbenam di dalamnya. Ini agar dia menjadi mengerti, memahami, dan menghayati (verstehen) pada obyek penelitiannya.
17
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
4. Dasar pandangan posibilitas kausal, maka pendekatan kuantitatif selalu memisahkan antara sebab riil temporal simultan yang mendahuluinya sebelum akhirnya melahirkan akibat-akibatnya. Sebaliknya pendekatan kualitatif selalu mustahilkan usaha memisahkan sebab dengan akibat, apalagi secara simultan. Sebab dan akibat adalah nebula yang mengalir kontinyu terus menerus. Itulah sebabnya pendekatan kuantitatif selalu on line process, satu arah, mulai dari awal sebab, proses, dan akhirnya akibat (bersifat linier). Sebaliknya pendekatan kualitatif selalu on cyclus process, kontinyu dan banyak arah, suatu interaksi yang dipetakan dan masingmasing berupa sebab dan akibat sebagai kutub-kutubnya. Proses sebab akibat adalah suatu kelanjutan dari proses sistem model atau paradigma tertentu. 5. Dasar pandangan peranan nilai, maka pendekatan kuantitatif melihat segala sesuatu bebas nilai, obyektif dan harus seperti apa adanya. Sebaliknya pendekatan kualitatif melihat segala sesuatu tidak pernah bebas nilai, termasuk si peneliti sendiri yang subyektif. Itulah sebabnya penelitian kuantitatif selalu mengutamakan obyektifitas, jujur, netral, dan apa adanya, dan yang terpenting kebal terhadap nilai-nilai di sekitar suatu obyek penelitian. Penelitian kualitatif memustahilkan hal ini. Hasil pengamatan jenis penelitian, analisa data dan sekalian hasil penelitian tidak lepas (konstektual) dengan era, geografi, budaya dan aliran-aliran nilai yang berpengaruh di situ. Peranan nilai hendak dilihat dengan totalitas eksistensialnya. Demikianlah kelima dasar pandangan yang sangat berbeda antara pendekatan kuantitatif dengan kualitatif. Williams menyebut 13 karakter pendekatan kualitatif berdasar perbedaan di muka. Di antaranya, dijabarkan di sini hanya lima karena dianggap bahwa di antara karakter-karakter tersebut ada nuansa-nuansa yang overlapping antara kedua pendekatan tersebut. Cukup dari lima dasar perbedaan di muka untuk melihat perbedaan kedua pendekatan itu. Kaitan antara dasar untuk aplikasi kepada proses atau konstruk berikutnya sebagai follow-up ialah pada aspek ilmu dan metodologisnya.
18
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
D. Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Kualitatif dari Aspek Keilmuan dan Metodologis Apabila disimak tulisan Bogdan dan Biklen20 maka nampak ada perbedaan baik pada tatanan ilmu atau pun proses penelitiannya. Ada 15 aspek yang diperhadapkan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif pada nuansa ketajaman. Kelima belas aspek tersebut ialah sebagai berikut. 1. Aspek Pendekatan Metodologis Pada pendekatan kuantitatif, jenis-jenis bidang pendekatan ialah eksperimen, hard data, empirik, positivistik, fakta nyata di masyarakat dan statistik, eksperimen, survai, interview terstruktur, dan seterusnya. Pada pendekatan kualitatif, jenis-jenis bidang pendekatan ialah etnografis, tugas lapangan, soft data, interaksionisme simbolik, naturalistik, deskriptif, pengamatan dengan keterlibatan peran, phenomenologik, data dokumenter, studi kasus, studi sejarah deskriptif, dan studi lingkungan kehidupan, observasi, review dokumen, partisipan observer dan story. 2. Aspek Konseptualisasi Pada pendekatan kuantitatif, jenis-jenis konseptual kunci ialah variabel, validitas, reliable, signifikansi, hipotesis, replikasi, dan seterusnya. Pada pendekatan kualitatif, jenis-jenis konseptual kunci ialah: makna, akal sehat, pengertian, batasan situasi, fakta kehidupan sehari-hari, proses, kontruksi sosial, dan sebagainya. Pada umumnya pendekatan kunci berasal dari obyek penelitian alamiah dan biarlah apa adanya, jangan diintervensi, ataupun diubah. 3. Aspek Tokoh-tokoh Pelopornya Pada pendekatan kuantitatif, tokoh-tokoh beraliran positivistik seperti Emile Durkhein, L. Guttman, Fred Kerlinger, Donald Cambell, dan Peter Rossi. Ratarata tokoh-tokoh ini adalah ahli yang percaya pada ilmu pasti dan eksak dengan rumus-rumus kuantum yang kuat. Pada pendekatan kualitatif, tokoh-tokoh beraliran Pragmatik seperti Max Weber, Charles Horton Cooley, Harold Garfinkel, Margaret Mead, Anselm Strauss, Herbert Blumer, Erving Goffman, George H. Mead, dan Burney Glaser. Kebanyakan dari mereka, walaupun ada 20
Faisal, Sanapiah, 1990, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi. YA-3-Malang, hal. 2830.
19
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
yang ahli ilmu-ilmu eksak, ialah dari jenis jenis ilmu kemanusiaan misalnya kedokteran, psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi dan kebudayaan. 4. Aspek Orientasi Teoritik Pada pendekatan kuantitatif dasar teorinya ialah struktural fungsional, positivisme, behaviorisme, logika empirik dan sistem teoritik. Mereka mengutamakan teori yang tersistematik, jelas dan pasti. Pada pendekatan kualitatif, dasar teoritiknya ialah simbolik interaksionisme, etnometodologi, phenomenologik, kebudayaan, dan sebagainya. Para peneliti kualitatif ini mengutamakan bukan teori yang pasti atau mapan, mereka berteori tentang fenomena-fenomena manusia dari aspek simbol, etnik, dan seterusnya. Sesuatu yang dapat saja berubah, bahkan ada aliran ekstrim yang kualitatif dengan meniadakan teori dalam penelitian. 5. Aspek Jenis Ilmunya Bidang ini agak terbaur dan berubah secara nuansa (range), artinya sulit untuk menspesifikkan ilmunya an sich. Namun kecenderungan ada ilmu ilmu yang memiliki pendekatan ambivalen sekaligus. Kecenderungan kuantitatif terdapat pada ilmu-ilmu teknik, pasti dan alam, ekonomi, psikologi, sosiologi, computer science, dan seterusnya. Kecenderungan kualitatif terdapat pada ilmu-ilmu humaniora, sejarah, sosiologi, anthropologi, ilmu kebudayaan, dan seterusnya. Akhir-akhir ini ada ilmu yang memiliki pendekatan kedua-duanya seperti sosiologi, kedokteran, politik, perilaku, ekonomi deskriptif, dan seterusnya. 6. Aspek Tujuan atau Target Pada pendekatan kuantitatif arah dan fokus suatu penelitian ialah melalui uji teoritik, membangun atau menyusun fakta dan data, deskripsi statistik, kejelasan hubungan dan prediksi. Berarti tiap langkah mengutamakan aksioma, rumus, dan soal-soal penyelesaian dan mengatasi persoalan secara langsung. Pada pendekatan kualitatif arah dan fokus suatu penelitian ialah membangun teori dari data atau fakta, mengembangkan sintesa interaksi dan teori-teori yang dibangun dari fakta-fakta mendasar (grounded) mengembangkan pengertian, dan sebagainya. Berarti tiap langkah mengutamakan proses, apa adanya dan tanpa dibatasi norma-norma, rumus, dan seterusnya.
20
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
7. Aspek Korelasi dengan Responden Pada pendekatan kuantitatif diperlukan ukuran short term atau long term, jarak dengan yang diteliti, menilai sebagai peneliti penuh terhadap yang diteliti, dominasi pada peneliti, dan seterusnya. Mereka menghadapmukakan peneliti orang dan diteliti obyek dengan aneka ulah, aturan dan norma. Pada pendekatan kualitatif diperlukan hubungan yang sederajat dan tidak terbatas atau membedakan antara yang meneliti dan diteliti. Hubungan ialah emphatik, equilitarian, kontak yang intensif, interview mendalam, dan sebagainya. Mereka yang meneliti harus tenggelam atau sama derajat dengan yang diteliti. Bila perlu mereka berkedok sebagai informan rahasia di tengah penelitiannya. Mereka “menembus” di tengah masalahnya. 8. Aspek Instrumen dan Perlengkapan Pada pendekatan kuantitatif, maka perlengkapan seperti kuesioner, inventories, komputer, indeks, pengukuran dari rumus-rumus, dan seterusnya. Jelas mereka menerapkan aplikasi teknik rumus dan kepastian. Pada pendekatan kualitatif, maka perlengkapan seperti tape recorder, audiovisual, dan seterusnya yang diperlukan. Mereka menganggap “The researcher is often the only instrument”. 9. Aspek Pendekatan terhadap Populasi Pada pendekatan kuantitatif dipergunakan rechecking berupa kontrol, validitas, reification, obtrusiveness, dan seterusnya. Mereka mempergunakan kontrol yang jelas dengan pengulangan proses menuju pada kebenaran tujuan penelitian. Pada pendekatan kualitatif dipergunakan time consuming, reduksi data, reliabilitias, dan seterusnya. 10. Aspek Desain Pada pendekatan kuantitatif, mereka menginginkan disain yang terstruktur, terorganisasi, urut, bagan yang sistematik. “Design is a detailed plan of operation”. Pada pendekatan yang kualitatif, mereka menginginkan disain yang fleksibel, umum, dan muncul dengan sendirinya. “Design is a punch as to how to you might proceed”. Oleh karena itu disain pendekatan kualitatif tidak pernah uniform atau seragam.
21
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
11. Aspek Penggalian Data Lapangan Pada pendekatan kuantitatif, penggalian data dilakukan melalui coding kuantitatif, perhitungan, pengukuran, dan statistik. Kesemuanya diaplikasikan pada patokan umum dan diukur dengan patokan tersebut, untuk dinyatakan pembuktian diterima atau ditolak. Pada pendekatan kualitatif, penggalian data dilakukan melalui deskripsi obyek dan situasi, dokumentasi pribadi, catatan lapangan,
fotografis,
istilah-istilah
atau
jargon
jargon
kerakyatan,
dokumentasi resmi, dan sebagainya. Tidak ada patokan absah dari peneliti, semua proses dianggap absah asal itu terjadi benar-benar (empirik) dan patokan baru diadakan setelah semua peristiwa terjadi. 12. Aspek Pengambilan Sampel Pada pendekatan kuantitatif, jumlah sampel harus terseleksi jelas, dengan cara acak, terstruktur, mana yang kelompok eksperimen dan mana yang kelompok kontrol. Sampel harus mewakili populasi (representatif) sangat diutamakan. Pada pendekatan kualitatif, jumlah sampel tidak perlu besar, namun purposiveness, dapat berwujud sistem bola salju, analisis isi, historiografi, dan biographical evidence. 13. Aspek Analisa Data Pendekatan kuantitatif memakai penyimpulan analisa data berdasar deduksi, kesimpulan dari suatu koleksi data, akhirnya dihitung melalui perhitungan statistik. Analisa data kuantitatif membentuk batasan yang diterima atau ditolak oleh teori yang telah ada. Pendekatan kualitatif memakai penyimpulan konsep, induktif, model, tematik, dan sebagainya. Analisa data kualitatif dapat membentuk teori dan nilai yang dianggap berlaku di suatu tempat. 14. Aspek Keabsahan Data Pendekatan kuantitatif memakai kontrol berupa alat statistik, pengukuran, dan hasil hasil yang relevan dengan rumus yang berlaku. Pendekatan kualitatif memakai kontrol berupa
negative evidence, triangulasi,
kredibilitas,
dependabilitas, transferabilitas, dan konfirmabilitas. Alat-alat pada pendekatan berupa aktivitas paska penelitian untuk lebih meyakinkan dengan mengulang
22
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
pemeriksaan data, bertanya obyektif pada para ahli, hubungan-hubungan yang pasti, kepercayaan yang berulang-ulang mempola, dan seterusnya. 15. Aspek Penulisan Laporan Pendekatan kuantitatif menulis laporan menurut bagan formal tetap, isi yang tetap, lengkap dan merupakan hasil laporan dan hasil uji dengan perhitungan dari lapangan penelitian yang empirik. Pendekatan kualitatif menulis laporan menurut logika penulis dalam urutan laporannya. Isi tidak menurut formalitas yang
tetap,
namun
berupa
rangkaian
stories
yang
dapat
dipertanggungjawabkan oleh peneliti, terdiri dari story dengan penulisan yang dapat saja saling tumpang tindih namun bermakna. Selain perbedaan secara konseptual metodologis Nasution21 melihat secara perbedaan penekitian kuantitatif dan kualitatif dari proses penelitian. Menurutnya penelitian kuantitatif bersifat linier dan baku dalam proses penelitian. Gambar 1 Proses Penelitian Kuantitatif Topik/Masalah o Umum o Rincian Hipotesis o Pertanyaan Pokok Data yang diperlukan Metode Penelitian Persiapan sebelum kelapangan, o Tentukan Populasi dan Sampel, o Uraikan variable (defenisi operasional), o Kembangkan instrument penelitian. Memasuki Lapangan o Pengumpulan Data. Analisis Data Penulisan Laporan Selesai Sumber: Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, hal. 20-25. 21
Nasution, 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito, Bandung, hal. 20-27
23
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Langkah-langkah dalam penelitian kuantitatif ditentukan dengan cermat yang dipaparkan secara jelas dalam desain penelitian. Desain penelitian kuantitatif berbentuk linier (garis lurus). Sedangkan penelitian kualitatif bersifat sirkulasi yang bersifat fleksibel, Desain penelitian kualitatif berbentuk sirkuler mengikuti jalan lingkaran tanpa putus, karena proses analisa data dilakukan semenjak awal penelitian. Data yang dianalisis akan menimbulkan pertanyaan baru dan menjadi dorongan pada pengumpulan data selanjutnya. Gambar 2 Proses Penelitian Kualitatif 1. 2. 3. 4.
Topik Umum Pertanyaan Umum Informasi yang diperlukan. Memilih metode pengumpulan a. Observasi, wawancara, dokumen, bacaan. b. Mempertimbangkan waktu, biaya dan kemampuan. 5. Memasuki lapangan 6. Mengumpulkan data 1. Membuat Catatan, 2. Purposive Sampling, Triangulasi, Verifikasi Pertanyaan Baru Proses Berlangsung Terus Disain Sirkuler
Menganalisis Data
Laporan berdasarkan Catatan, ingatan Verifikasi Sumber: Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, hal. 25-27.
24
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
E. Ringkasan Mengakhiri tulisan tentang perbedaan pendekatan kuantitatif dan kualitatf ini, nampak, bahwa kedua pendekatan memang nyata perbedaannya. Hal ini nampak dalam disain, proses atau alur penelitian dan penyajian hasil penelitian. Keduanya Nampak belum dapat disatukan atau sinkronisasinya. Oleh sebab itu dianjurkan untuk tetap memilah keduanya. Apabila di dalam lembaga pendidikan/ penelitian, telah ada pengajar/ peneliti yang mengadakan pendekatan di antara keduanya, masih perlu kebijakan untuk berapa besar opini yang dapat dilakukan di antara para pengajar ini. Apabila telah ada pengertian dan kesamaan aliran pandangan antara kedua pendekatan ini, baru dapat dilaksanakan untuk penelitian komprehensif bersama.
F. Tugas dan Latihan 4. Jelaskan perbedaan pendekatan kuantitatif dengan pendekatan kualitatif? 5. Diskusikan dengan teman anda apa kensekuensi perbedaan prinsip-prinsip pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif terhadap metode penelitian? 6. Masing-masing kelompok berdiskusi tentang tema penelitian masingmasing anggota kelompok. Diskusikan pendekatan yang tepat yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian bagi tema masing-masing anggota kelompok. Tiap pilihan pendekatan yang digunakan pada tema harus disertai dengan alas an dan argumentasi-argumentasi yang berkaitan dengan prinsip-prinsip dasar masing-masing pendekatan.
25
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Referensi Bagong Suyanto. 1995. Metode Penelitian Sosial, Airlangga University Press. Bogdan, R.C. dan S.K. Biklen. 1982. Qualitative Research for Education. Allyn and Bacon ,Inc. USA. Brannen, Julia, Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, 1997. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Denzin, N.K. dan Y.S. Lincoln. Hand Book of Qualitative Research, 1994. Sage Production, Inc. USA. Faisal, Sanapiah. 1989. Format-Format Penelitian Sosial: Dasar-dasar dan Aplikasi, Rajawali Press, Jakarta. Faisal, Sanapiah, 1990, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi. YA-3Malang. Glaser, B.G. dan A.L. Strauss. 1967. The Discovery of Grounded Theory. Aldine de Gruyter Inc., New York. Lincoln, Y.S. dan E.G. Guba. 1985. Naturalistic Inquiry. Sage Publications, Ltd. USA. Miles, M.B. dan M.A. Huberman. 1992, Analisis Data Kualitatif, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Moleong, L.J. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Ramaja Karya, Bandung. Nasution. 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito, Bandung. Singarimbun. 1984. Pedoman Praktis Membuat Usulan Penelitian. Ghalia Indonesia. Williams, D.C. 1988. Naturalistic Inquiry Materials, FPS IKIP Bandung.
26
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
BAB III ASUMSI DASAR PENDEKATAN KUANTITATIF Deskripsi Pokok Bahasan: Bab sebelumnya kita telah membicarakan perbedaan pendekatan kuantitatif dengan kualitatif secara prinsip baik dari paradigma maupun secara metodologis. Pada bagian ini akan ditelusuri paradigma positivistic yang menjadi akar pendekatan kuantitatif, kemudian dibahas asumsi-asumsi dasar penelitian kuantitatif yang akan mempengaruhi metode penelitian. Dibahagian akhir akan dijelaskan ragam penelitian kuantitatif. Tujuan Instruksional Umum 1. Mahasiswa menjelaskan dan memahami asumsi/prinsip dasar penelitian kuantitatif. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami ragam penelitian kuantitatif. 3. Mahasiswa dapat memberikan contoh-contoh penelitian kuantitatif dalam Ilmu Politik dan mengidentifikasi tema-tema penelitian yang dapat diteliti dengan pendekatan kuantitatif. A. Pendahuluan Metode penelitian kuantitatif yang bersumber dari filsafat positivisme yang diperkenalkan August Comte abad ke-18 diakui mendominasi metode penelitian,
baik
untuk
ilmu-ilmu
eksakta
maupun
ilmu-ilmu
sosial.
Berkembangnya teknologi komputasi telah menambah akurasi uji-uji statistik, mendekati kepastian empiris dengan tingkat kesalahan yang rendah. Hal ini harus diakui menambah gengsi metode kuantitatif. Apalagi ditambah kenyataan bahwa ilmuwan yang mendalami metode kualitatif seringkali karena ketidakmampuan menguasai teknik-teknik statistik. Bagi ilmu-ilmu sosial, metode kuantitatif sekalipun diakui keunggulan dan tingkat akurasinya, tetapi sering dianggap reduksionis, hanya terfokus pada variabel-variabel yang bersifat manipulatif. Pola pikir positivisme yang menghendaki obyek yang teramati dan terukur mendorong metode kuantitatif
27
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
hanya terbatas pada korelasi dan eksperimen yang mencari hubungan/pengaruh satu atau beberapa variabel terhadap variabel lain. Hubungan kausalitas dalam ilmu-ilmu sosial harus dipahami dalam kerangka nilai dan sistem sosial, bahkan seringkali terkait atau dipengaruhi oleh keyakinan. Dengan kata lain, tata relasi antara X dengan Y harus dipahami dalam konteks yang bersifat alamiah. B. Menelusuri Akar Falsafah Positivisme Penelitian berusaha untuk mencapai kebenaran atau menemukan teoriteori ilmiah. Penelitian dalam konteks ini dapat dipahami sebagai proses epistemologis untuk mencapai kebenaran. Sumber kebenaran semata-mata berasal dari realitas empiris-sensual, demikian pandangan positivisme. Sunarto 22 menjelaskan, August Comte yang dianggap sebagai peletak dasar positivisme memperkenalkan “hukum tiga jenjang” perkembangan intelektual manusia, yakni: jenjang teologi, metafisika, dan positivis. Hal ini tercermin dari cara manusia menjelaskan berbagai gejala sosial ekonomi. Manusia pada jenjang pertama mengacu kepada hal-hal yang bersifat adikodrati; pada jenjang kedua mengacu kepada kekuatan-kekuatan metafisik, dan pada jenjang ketiga mengacu pada deskripsi dan hukum-hukum ilmiah. Positivisme tidak mengakui – atau setidaknya menganggap rendah -- hal-hal yang di luar empiris-sensual manusia. Menurut Comte, sarana yang dapat dilakukan untuk melakukan kajian ilmiah ialah: pengamatan, perbandingan, eksperimen, dan metode historis. Positivisme, menurut Muhadjir 23 – yang guru besar filsafat ilmu dan metode penelitian – tidak mempertentangkan antara logika induktif atau deduktif, melainkan lebih menekankan fakta empiris yang menjadi sumber teori dan penemuan ilmiah. Bertolak dari hukum-hukum ilmiah, positivisme menekankan bahwa obyek yang dikaji harus berupa fakta, dan bahwa kajian harus mengarah kepada kepastian dan kecermatan dengan menetapkan kriteria-ktiteria eksplanatoris dan
22
Kamanto Sunarto, 1993, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 23 Noeng Muhadjir, 2000, Metode Penelitian Kualitatif ,Yogyakarta: Rake Sarasin.
28
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
prediktif. Demi terpenuhinya kritteria-kriteria tersebut maka semua ilmu harus memiliki pandangan dunia positivistik sebagai berikut:24 1. Objektif, teori tentang alam semesta harus bebas nilai 2. Fenomenalisme, ilmu pengetahuan hanya berbicara tentang semesta yang teramati. Substansi metafisis yang diandaikan berada dibelakang gejala-gejala penempakan disingkirkan. 3. Reduksionisme, semesta direduksi menjadi fakta-kfakta keras yang teramati 4. Naturalisme, alam semesta adalah objek-objek yang bergerak secara mekanisme seperti bekerjanya jam. Positivistik memiliki klaim terhadap ilmu pengetahuan yakni, pertama klaim kesatuan ilmu yaitu bahwa ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan manusia berada di bawah payung paradigma yang sama yaitu paradigma positivistik. Kedua klaim kesatuan bahasa. Bahasa perlu dimurnikan dari konsep-konsep matalifis dengan mengajukan parameter verifikasi. Ketiga kesatuan metode. Metode verifikasi bersifat universal, berlaku baik untuk ilmuilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial. Tradisi positivistik ini kemudian melahirkan pendekatan-pendekatan kuantitatif dalam penelitian sosial di mana objek penelitian dilihat memiliki keberaturan yang naturalistik, empriris dan behavioralistik, dimana semua objek penelitian harus dapat direduksi menjadi fakta yang dapat diamati, tidak terlalu mementingkan fakta sebagai makna namun mementingkan fenomena yang tampak, serta bebas nilai atau objektif dengan menentang habis habisan sikapsikap subjektif. 25 Paradigma ilmiah-positivisme melahirkan berbagai bentuk percobaan, perlakuan, pengukuran dan uji-uji statistik. Paradigma ilmiah lebih ditekankan pada validitas internal dan eksternal, reliabilitas instrumen dan obyektivitas yang bersifat kuantitatif.
24
Burhan Bungin, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif, komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, hal. 31-32. 25 Ibid, hal. 32
29
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
C. Prinsip Pendekatan Kuantitatif Penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivistik-ilmiah dimana segala sesuatu dikatakan ilmiah bila dapat diukur dan diamati secara obyektif yang mengarah kepada kepastian dan kecermatan26. Paradigma positvistik sangat menentukan prinsip-prinsip pendekatan kuantitatif dimana akan mempengaruhi cara pandang peneliti terhadap sebuah fenemona dan juga proses penelitian secara keseluruhan. Dalam ilmu sosial paling tidak terdapat empat asumsi dasar dari penelitian kuantitatif. 27 1. Asumsi dasar Ontologis (hakikat dasar gejala sosial) Gelaja social dikatakan sebagai sesuatu gejala yang real, yang dapat diungkap dengan menggunakan indra manusia. Karena suatu gejala adalah real, bisa terjadi kesepakatan di antara individu-individu yang ada disekitarnya dan suatu ketika gejala tersebut menjadi fenemona yang sifatnya universal dan diakui oleh banyak orang. Penelitian sebagai alat untuk mempelajari kejadian social, mempelajari tentang interkoneksi diantara gejala social yang mana hukum
sebab
akibat
umum
dapat
ditemukan,
dijelaskan
dan
di
dokumentasikan28. 2. Asumsi dasar Epistemologi (hakikat dasar Ilmu Pengetahuan) Suatu gejala adalah nyata, karena gejala itu sifatnya nyata maka gejala yang ada bisa dipelajari. Gejala yang ada bisa ditangkap dengan menggunakan indra. Dengan demikian kita bisa membuat perbedaan satu dengan yang lainnya. Kita dat membuat tipologi-tipologi untuk memebedakan satu gejala dengan gejala lainnya. Epistimologi mencakup tiga hal: a. Keterkaitan antara ilmu dengan nilai. Individu adalah seorang yang bebas nilai. Bebeas nilai dapat diartikan bahwa individu tidak dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ada diantara orang –orang yang sedang diteliti. Bebas nilai karena individu tidak memeiliki seperangkat nilai yang ia gunakan untuk meneliti orang-orang 26
Sunarto,opCit.,hal. 3 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif:Teori dan Aplikasi, Jakarta:RajaGrafindo Persada, hal.28-33 28 Sotirios Sarantakos, 1993, Soscial Research, MacMilan Education Ltd., Australia, hal. 37. 27
30
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
tersebut. Nilai yang ia bawa dan ia gunakan adalah nilai-nilai yang sifatnya universal. Dengan sifat yang universal itu, individu berasumsi bahwa orang-orang yang akan ia teliti memiliki nilai-nilai yang sama dengan nilai-nilai yang ia bawa. Dalam praktiknya dilapangan digambarkan sebagai berikut. Kalau ada kesepakatan bahwa setiap orang dilarang merokok di dalam angkutan umum, nilai-nilai
kesekapatan itu akan diterapkan kepada semua orang.
Peneliti bisa mengabaikan seseorang yang memiliki penilaian bahwa ia adalah manusia bebas sehingga bias memutuskan apakah ia akan merokok atau tidak. Karena nilai yang ia gunakan ialah nilai yang universal, peneliti dapat menyatakan bahwa orang yang memiliki penilaian yang berbeda tentang boleh tidaknya merokok di angkutan umum sebagai orang yang salah. Dengan bebas nilainya individu (dalam hal ini peneliti), peneliti lebih dapat objektif. b. Keterkaitan ilmu dengan akal sehat. Segala sesuatu yang dapat diperoleh dengan menggunakan cara yang ilmiah atau dengan cara yang kita kenal sebagai ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang lebih baik dibandingkan dengan akal sehat belaka. Dengan demikian pada saatnya nanti ilmu pengetahuan akan menggantikan akal sehat. c. Metodologi Logika pemikiran ilmiah yang mencakup proses pembentukan ide dan gagasan diberlakukan secara ketat dengan memakai prinsip nomotetik dan menggunakan pola deduktif. Prinsip nomometik menggarisbawahi bahwa dalam melihat keterkaitan antara suatu gejala social dengan gejala social lainnya , difokuskan kepada beberapa factor atau gejala yang krusial saja, dan mengesampingkan gejala atau factor social yang lain. Dengan prinsip tersebut, tak jarang dalam penelitian hanya akan melihat hubungan antara satu akibat dengan dua atau tiga sebab saja.
Dua atau tiga sebab ini yang
diyakini atau diduga sebagai factor atau gejala yang krusial. Pola
31
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
deduktif menunjukkan bahwa pemikiran yang dikembangkan dalam penelitian didasarkan pada pola umum atau universal untuk kemudian mengarah pada pola yang lebih sempit atau spesifik. 3. Hakikat dasar manusia Dengan adanya pola yang bersifat universal, pada gilirannya
manusia
sesungguhnya diatur dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Manusia bukan merupakan individu yang bebas, dalam kenyataan hidup kita sehari-hari, kita pasti mengalami bahwa dalam setiap tindakan, perkataan, serta perilaku kita diatur oleh sebuah hukum yang universal. Pada dasarnya manusia sangat terikat dengan lingkungan dan ketentuan yang sudah diterima secara universal. 4. Aksilogi (tujuan dilakukannya sebuah penelitian) Tujuan dilakukannya sebuah penelitian adalah dalam upaya untuk menemukan hukum universal dan mencoba menjelaskan mengapa suatu gejala atau fenomena terjadi, dengan mengaitkan antara gejala atau fenomena yang satu dengan gejala atau fenomena yang lain. Penelitian lebih bertujuan prediktif dengan menekankan pada fakta.29 Dari penjelasan yang ada tentang asumsi dasar pendekatan kuantitaif, terlihat bahwa antara asumsi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Dengan demikian, jika suatu gejala memiliki asumsi dasar bahwa suatu gejala adalah real, secara epistemologi gejala tersebut bisa dipelajari, secara aksiologi penelitian yang akan dilakukan untuk mencari penjelasan-penjelasan antara gejala. D. Karakteristik penelitian kuantitatif Paradigma positivistik yang menjadi pegangan penelitian kuantitatif melahirkan karakteristik metode yang berbeda dengan penelitian kualitatif. Di antara unsur-unsur metode penting yang membedakan kedua jenis penelitian itu ialah: satuan kajian, desain, instrumen, waktu pengumpulan dan analisis data.
29
Ibid, hal. 39
32
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Satuan kajian dalam penelitian kuntitatif ialah variabel. Variabel ditempatkan menjadi variabel bebas dan variabel terikat berdasarkan teori, proposisi dan hipotesis. Karakteristik sosio-ekonomi, misalnya, dapat menjadi variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap partisipasi politik. “partisipasi politik” dalam konteks ini menjadi variabel terikat. Tetapi dalam konteks demokrasi misalnya “partisipasi politik” dapat menjadi variabel bebas. Sekali lagi, penempatan variabel menjadi variabel bebas dan variabel terikat tergantung kepada teori dan hipotesis yang hendak dibuktikan dan dilakukan pengujian. Dengan adanya variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian kuantitatif, desain penelitian menjadi baku. Mana yang menjadi variabel bebas, variabel terikat atau variabel kontrol? Ini tercermin dalam desain penelitian, khususnya penelitian eksperimen. Dalam eksperimen, misalnya, terdapat desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang tidak bisa berubah. Sebaliknya, dalam penelitian yang berlatar alamiah desain memang sudah disiapkan sebagai fokus penelitian, tetapi desain dapat berubah setiap saat tergantung pada realitas alamiah. Karakteristik lain yang membedakan kedua jenis penelitian ialah instrumen
pengumpulan
data.
Dalam
penelitian
kuantitatif
instrumen
pengumpulan data berupa tes tertulis, kuesioner, dan kolom-kolom pengamatan yang dibantu dengan alat tulis. Peneliti dapat menugaskan sejumlah enumerator (petugas pengumpul data), karena data yang akan dikumpulkan serta instrumen yang digunakan sudah baku. Sementara instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, karena desain, data yang dikumpulkan, dan fokus penelitian bisa berubah sesuai kondisi alamiah. Mengenai waktu pengumpulan dan analisis data sudah dapat dipastikan. Peneliti dapat menentukan berbagai aturan yang terkait dengan pengumpulan data; jumlah tenaga yang diperlukan; berapa lama pengumpulan data akan dilakukan; dan jenis data yang akan dikumpulkan sesuai hipotesis yang dirumuskan. Hal ini sejalan dengan instrumen yang sudah baku dan sudah dipersiapkan. Demikian halnya model analisis data, uji-uji statistik, dan penyajian data -- termasuk tabel-tabel yang akan dipergunakan -- sudah dapat ditentukan.
33
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Sebaliknya dalam penelitian kualitatif. Jenis data yang akan dikumpulkan, model analisis, penyajian data, dan waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data belum bisa ditentukan secara pasti. Hal ini tidak berarti bahwa penelitian kualitatif tidak memiliki fokus dan tidak punya aturan. Fokus sangat penting untuk membatasi lingkup penelitian dan data yang akan dikumpulkan. Adapun perbedaan antara metode kuantitatif dengan kualitatif dapat ditabelkan sebagai berikut : Tabel 3. Perbedaan Metode Kuantitatif dengan Kualitatif No
Metode Kuantitatif
1
Menggunakan
Metode Kualitatif
hiopotesis
yang Hipotesis
ditentukan sejak awal penelitian 2 3
dikembangkan
sejalan
dengan penelitian/saat penelitian
Definisi yang jelas dinyatakan sejak Definisi sesuai konteks atau saat awal
penelitian berlangsung
Reduksi data menjadi angka-angka
Deskripsi
naratif/kata-kata,
ungkapan atau pernyataan 4
Lebih memperhatikan reliabilitas Lebih skor
yang
diperoleh
suka
menganggap
cukup
melalui dengan reliabilitas penyimpulan
instrumen penelitian 5
Penilaian
validitas
berbagai
menggunakan Penilaian
prosedur
dengan pengecekan
mengandalkan hitungan statistic 6
Mengunakan
deskripsi
validitas
melalui
silang
sumber
atas
informasi
prosedur Menggunakan deskripsi prosedur
yang jelas (terinci)
secara naratif
7
sampling random
Sampling purposive
8
Desain/kontrol statistik atas variabel Menggunakan analisis logis dalam eksternal
9
Menggunakan desain khusus untuk Mengandalkan mengontrol bias prosedur
10
mengontrol variabel ekstern dalam
hasil
secara
mengontrol bias
Menyimpulkan hasil menggunakan Menyimpulkan statistic
peneliti
naratif/kata-kata
34
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
11
Memecah
gejala-gejala
menjadi Gejala-gejala yang terjadi dilihat
bagian-bagian untuk dianalisis 12
dalam perspektif keseluruhan
Memanipulasi aspek, situasi atau Tidak merusak gejala-gejala yang kondisi dalam mempelajari gejala terjadi secara alamiah /membiarkan yang kompleks
keadaan aslinya
diadaptasi dari Jack R. Fraenkel & Norman E. Wallen, 1993: 380. Tata pikir logika penelitian positivisme-kuantitatif yang meliputi tata pikir korelasi, sebab akibat, dan tata pikir timbal-balik atau interaktif, seperti nampak dalam model-model uji statistik inferensial, menurut Muhadjir 30, dapat ditempatkan dalam sebuah grand theory atau grand consept agar data empirik sensual dapat dimaknai dalam cakupannya yang lebih luas. Apa yang dimaksud dengan grand theory, sesungguhnya tiada lain ialah teori-teori besar yang menjadi kunci analisis untuk memahami fenomena sosial, baik statiska maupun dinamika sosial. Ini merupakan logika makro yang menjadi pijakan analisis. Penelitian kuantitatif hanya menggunakan logika mikro, seperti korelasi dan hubungan sebab akibat, sedangkan penelitian kualitatif seringkali tertarik pada logika makro. Karena itu, Muhadjir mengusulkan agar logika mikro kuantitatif ditempatkan dalam kerangka logika makro. Di antara logika makro itu ialah: Pertama, pola pikir historik atau proses perkembangan. Kedua, pola pikir yang terkait dengan sistematisasi pengetahuan, seperti pola pikir sistemik, fungsional, pragmatik dan pola pikir kontekstual. Ketiga, pola pikir yang mengarah dari kutub statika sosial seperti struktur sosial kepada dinamika sosial. Ketiga, pola pikir yang menggambarkan keterkaitan antara berbagai fenomena dengan asumsi bahwa suatu fenomena terkait dengan fenomena yang lain. Penempatan tata pikir mikro yang bersifat korelasional dan eksperimental dalam sebuah konteks grand theory, barangkali akan lebih jelas jika dirinci untuk masing-masing bentuk penelitian kuantitatif positivistik.
30
Noeng Muhadjir, 2000,Metode Penelitian Kualitatif ,Yogyakarta: Rake Sarasin, hal. 86-107
35
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
E. Ragam Penelitian Kuantitatif Jenis penelitian hanya sebuah upaya untuk mengklasifikasi penelitian yang sudah ada yang bertujuan untuk memudahkan bagi kita. Banyak klasifikasi penelitian yang dibuat oleh berbagai kalangan. Dengan mengikuti klasifikasi Bambang dan Jannah31 terdapat empat klasifikasi. a. Klasifikasi berdasarkan manfaat penelitian 1. Penelitian Murni (skripsi, tesis dan disertasi). Penelitian murni mencakup penelitian-penelitian yang dilakukan dalam kerangka akademis seperti penelitian untuk skripsi, tesis, disertasi. Penelitian murni biasanya dilakukan dalam kerangka pengembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman yang dapat dijadikan sumber metode, teori dan gagasan yang dapat diaplikasikan pada penelitian selanjutnya. 2. Penelitian Terapan (Memecahkan masalah). Penelitian terapan biasanya dilakukan untuk memecahkan masalah yang ada sehingga hasil penelitian segera
dapat
diaplikasikan.
Karena
penelitian
digunakan
untuk
memecahkan maslaah, seringkali penelitian ini menggunakan konsepkonsep yang operasional. b. Klasifikasi berdasarkan tingkat analisis Berdasarkan tingkat analisis dalm penelitian maka dapt dibagi dalam tiga bentuk. 1. Penelitian eskploratif (penjajakan) Penelitaan ini dilakukan untuk mengggali suatu gejala yang relatif masih baru. Fenemena atau gejala yang diteliti masih belum diketahui atau dirasakan sehingga penelitian ini bersifat fleksibel dan sangat terbuka. 32 Penelitian ini biasanya digunakan untuk penelitian pengembangan dari teori-teori yang sudah ada. Penelitian ini biasa diidentikkan dengan jenis pertanyaan “Apa” dan “Siapa” dalam menggali pertanyaan tentang fenemona atau gejala. Misalnya penelitian tentang “Kesiapan masyarakat 31
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, opCit., hal. 37-50. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed), 1995, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, hal. 4. 32
36
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
dalam menghadapi kemungkinan bencana di Sumatera Barat”. Peneliti masih mengeksplorasi data-data yang menyangkut kesiapan mereka dalam menghadapi resiko bencana. Tujuan penelitian ini antara lain (1) mengembangkan gagasan dasar
mengenai topik yang baru, (2)
memeberikan dasar bagi penelitian lanjutan. 2. Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang lebih cermat mengenai gejala social. Penelitian ini mengembangkan konsep dan menghimpun fakta teteapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Penelitina ini memberikan gambaran yang lebig detail mengenai suatu gejala, dimana hasil penelitian biasanya berupa pola-pola atau tipologi mengenai fenomena yang sedang diteliti. Penelitian ini sering juga dikatakan sebagai lanjutan dari penelitian eksploratif. “bagaimana”
Penelitian
deskriptif
diidentikkan
dengan
pertanyaan
dalam mengembangkan informasi yang ada. Tujuan
penelitian deskriptif adalah (1) menggambarkan mekanisme suatu proses, (2) menciptakan seperangkat kategori atau pola. 3. Penelitian eksplanasi (explanatory research) Penelitian ini dilakukan untuk menemukan penjelasan tentang mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi. Penelitian ini menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.33 Penelitian eksplanatif ini diidentikkan dengan pertanyaan “mengapa” dalam mengembangkan informasi yang ada. Tujuan penelitian eksplanatif adalah, (1) menghubungkan pola-pola yang berebeda namun memiliki kaitan, (2) mengasilkan pola hubungan sebab akibat. c. Klasifikasi berdasarkan dimensi waktu Pengklasifikasian ini didasari oleh pelaksanaan penelitian karena perbedaan waktu yang digunakan. Penelitian diklasifikasikan dalam 2 jenis
33
Ibid, hal. 5.
37
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
1. Penelitian cross-sectional Penelitian ini dilakukan dalam satu waktu tertentu dan tidak akan dilakukan penelitian diwaktu yang berbeda untuk diperbandingkan. Tidak ada batasan waktu tetrtentu untuk menunjukkan satu waktu, tetapi tergantung selesainya peneliti melakukan satu penelitian. 2. Penelitian longitudinal Penelitian jenis ini dilakukan antarwaktu, dalam artian penelitia dilakukan dalam waktu yang berbeda atau paling tidak dua kali untuk melihat topic permasalahan yang sama untuk diperbandingkabn hasil penelitian pada waktu yang berbeda tersebut. Penelitian longitudinal sudah direncanakan sejak awal, dan bukannya secara kebetulan terjadi. Penelitian longitudinal dibagi dalam 3 bentuk: a) Penelitian kecenderungan. Penelitian terhadap gejala yang sama dengan waktu yang berbeda, dengan responden atau informan yang berbeda. Contoh: Penelitian tentang Prilaku Memilih b) Penelitian Panel. Penelitian terhadap gejala yang sama dengan waktu yang berbeda, dengan responden atau informan yanng sama. Dus, responden atau informan paling tidak akan diteliti minimal sebanyak dua kali. Contoh: Penelitian yang ingin melihat “bagaimana pilihan responden terhadap Presiden sebelum putaran pertama dan setelah putaran kedua”. Orang-orang yang diteliti adalah orang yang sama c) Penelitian cohort. Penelitian terhadap gejala yang sama, yang dilakukan padqa waktu yang berbeda dengan responden atau informan yang memiliki karakteristik yang sama. Dus orangorangyang diteliti adalah berbeda tetapi memiliki ciri-ciri yang sama. Ciri-ciri ini bisa berbentuk apa saja. Bisa punya pengalaman yang sama, kesamaan tempat tinggal, kesamaan turunan, kesamaan latar belakang pekerjaan, dan sebagainya. Misal kita ingin meneliti orang yang pada tahun 1965 berusia 20 tahun yang dapat
38
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
mengetahui tentang kejadian G30S PKI. Karakteristik apa yang sama? Yaitu sama-sama berusia 20 tahu pada waktu 1965 itu. d. Klasifikasi berdasarkan teknik pengumpulan data Berdasarkan
teknik
pengumpulan
data
penelitian
kuantitatif
dapat
dikalisifikasikan atas tiga jenis penelitian yakni: 1.
Penelitian survei Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang utama dimana data dikumpulkan dari sampel yang merupakan bahagian dari populasi34. Boyd dan Hyman mengartikan survei sebagai penelitian terhadap orang-orang dalam jumlah yang besar, dipilih sampel dengan sangat teliti, yang dilakukan pada seting kehidupan normal dengan prosedur baku yang menghasilkan ukuran-ukuran kuantitatif.35
Kueisioner merupakan lembaran yang berisi pertanyaan
dengan struktur yang baku. Hasil survey dapat diguanakan untuk mengadakan prediksi mengenai fenomena social yang menjadi kajiannya. Pada umumnya unit analisa penelitian survai adalah individu. 2.
Analisi isi (content analysis) Analisis isi meruapakan teknik penelitian untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi karakteristik-karakteristik khusus suatu pesan secara objektif dan sistematis. Analisis isi meliputi pemberian kode pesan atau informasi yang terdapat didalamnya secara sistematis kedalam kategori-kategori
sehingga
dapat
dilakukan
analisis
kuantitatif 36
Penelitian ini tidak dilakukan kepada orang , tetapi lebih kepada symbol, gambar, film dan sebagainya. Material yang dianalisis misalnya surat kabar, dihitung berapa kali tulisan tentang topic tertentu muncul, lalu dianalisis dengan alat bantu statistik. Contoh penelitian analisis isi
34
Ibid, hal. 3. Richard W. Boyd and Herbert H. Hyman, 1975. “Survey Research” dalam Fred I Greenstein and Nelson W Polsby (Edited), Handbook of Political Science Volume 7, Strategies of Inquiry, Chapter 6, hal. 265-350. 36 Bruce A. Chadwick, Howard M. Barh & Stan L. Albrecht, 1991, Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial, Terj. Sulistia dkk, Semarang, IKIP Semarang Pres, hal. 270. 35
39
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
“Analisis pemberitaan kasus korupsi anggota DPRD Sumatera Barat periode 1999-2004 oleh Koran Padang ekspres dan Haluan”. 3.
Penelitian Eksperimen Kritikan terhadap penelitian kuantitatif yang paling utama sebenarnya diarahkan kepada penelitian eksperimen, karena eksperimen dianggap sebagai penelitian kuantitatif yang sebenarnya. Yang dimaksud dengan paradigma ilmiah yang sebenarnya ialah penelitian eksperimen, karena penelitian inilah yang berlatar belakang laboratorium dan bersifat manipulatif dengan memberi perlakuan untuk kemudian mengamati efek perlakuan. Namun sebenarnya perkembangan eksperimen, khususnya eksperimen manusia, beralih dari eksperimen murni yang berlatar belakang laboratorium
menjadi
kuasi-eksperimen
yang
berlatar
alamiah.
Eksperimen memang dimaksudkan untuk uji coba media, uji coba metode, atau penemuan-penemuan lain, bagaimana pengaruhnya penemuanpenemuan tersebut kepada manusia. Peneliti seringkali membentuk unitunit eksperimen yang bersifat buatan. Pengaruh yang terjadi bukan sebagaimana adanya melainkan diusahakan agar terjadi dalam uji-uji laboratorium (unit-unit eksperimen). Namun demikian, para peneliti eksperimen menyadari bahwa hal itu sangat sulit dilakukan karena manusia yang ditempatkan pada unit-unit eksperimen menyadari bahwa mereka sedang diuji coba. Karena itu, perilaku mereka seringkali bersifat artifisial, bukan perilaku yang sebenarnya. Atas hal demikian, para peneliti eksperimen memanfaatkan kelompok-kelompok yang ada dan sudah terbentuk dalam masyarakat untuk melakukan uji coba media, metode dan penemuan lainnya, sehingga mereka tidak merasa sedang diberi perlakuan. Perilaku mereka tidak bersifat artifisial. Inilah yang disebut kuasi-eksperimen. Selain itu, perlakuan pun seringkali mengandalkan sesuatu yang sudah terjadi di masyarakat, sehingga tidak terjadi manipulasi variabel bebas.
40
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
F. Ringkasan Penelitian kualitatif yang berkembang dari filsafat positivisme dan memiliki pola ilmiah yang menggunakan teknik-teknik yang baku. Asumsi dasar yang dibangun oleh pendekatan kuantitatif sangat memepengaruhi cara pandang terhadap fenomena dan metode yang digunakan dalam melakukan penelitian. Persoalan objektifitas menjadi perhatian serius peneliti kuantitatif sehingga kelihatan peneliti kuantitatif memiliki jarak dengan objek penelitiannya. Asumsi bahwa manusia (peneliti) bebas nilai menjadi landasan bagi penggunaan metode ini. Penelitian kuantitatif memiliki tiga jenis / bentuk dilihat dari teknik pengumpulannya datanya yakni penelitian survey, penelitian eksperimen dan penelitian analisis isi. Ketiga jenis penelitian ini memiliki teknik atau metode penelitian yang berbeda meskipun masih menggunakan pendekatan kuantitatif. Tetapi untuk penelitian politik lebih banyak menggunakan penelitian survey.
G. Tugas dan Latihan 1. Jelaskan asumsi dasar yang dimiliki oleh pendekatan kuantitatif. 2. Jelaskan karakteristik dasar perbedaan kuantitatif dengan penelitian kualitatif. 3. Kelas dibagi atas kelompok kecil dengan anggota 5 orang tipa kelompok. Masing-masaing kelompok mendiskusikan salah sati topic yang dipilih dari anggota kelompok. Diskusikan topic penelitian tersebut dengan mengidentifikasi permasalahan penelitian dan mengapa menggunakan pendekatan kuantitatif? Pada sesi terakhir masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan ditanggapi oleh kelompok lain.
41
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Referensi: Chadwick, Bruce A., Howard M. Barh & Stan L. Albrecht, 1991, Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial, Terj. Sulistia dkk, Semarang, IKIP Semarang Pres. Kamanto Sunarto, 1993, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Noeng Muhadjir, 2000, Metode Penelitian Kualitatif ,Yogyakarta: Rake Sarasin. Burhan Bungin, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif, komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana. Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif:Teori dan Aplikasi, Jakarta:RajaGrafindo Persada. Sotirios Sarantakos, 1993, Soscial Research, MacMilan Education Ltd., Australia Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed), 1995, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES Richard W. Boyd and Herbert H. Hyman, 1975. “Survey Research” dalam Fred I Greenstein and Nelson W Polsby (Edited), Handbook of Political Science Volume 7, Strategies of Inquiry, Kerlinger, Fred N. ,1986, The Foundation of Behavior Research, Third Edition Oregon, US: Holt, Rinehart and Winston, Inc.,.
42
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
BAB IV PEMILIHAN TOPIK DAN MASALAH PENELITIAN KUANTITATIF Deskripsi Pokok Bahasan: Para peneliti terutama peneliti pemula seringkali mengeluhkan tentang sulitnya menentukan topik penelitian yang akan diteliti. Seringkali kebingungan untuk menemukan permasalahan yang dapat diteliti, padahal jika dilihat dilingkungan sekitar kita begitu banyak permasalahan yang membutuhkan penyelesaian. Pemilhan topi penelitian memang tergantung kepad kepekaan dan kreativitas seseorang dalam melihat femomena social yang ada dalam dunia nyata. Namun secara akademik ada beberapa cara yang dapat membantu seseorang untuk menemukan topic ataupun permasalahan penelitian. Pada bahagian ini kota akan membahas tentang teknik dan cara dalam memilih topic penelitian, merumuskan masalah yang menarik untuk diteliti.
Tujuan Instruksional Umum 1. Mahasiswa mampu menjelaskan startegi dalam memilih topik permasalahan. 2. Mahasiswa dapat menurunkan topik permasalahn menjadi rumusan masalah penelitian. A. Pendahuluan Memilih topic adalah hal yang paling sulit dalam proses penelitian. Begitu banyak topic kajian tetapi belum tentu seseorang bisa mendapatkan topic sebuah penelitian. Topuk dan permasalahan dalam penelitian kunatitatif sering dibedakan saru dan lainnya. Topik dipandang sebagai kerangka besar masalah, sedangkan masalah adalah bahagian-bahagian dalam topic itu. Topic yang bagus akan melahirkan masalah yang bagus dan masalah yang bagus menghasilkan juduljudul penelitian yang menarik.
43
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Gambar 3 Hubungan Topik, Masalah dan Judul37 Topik
Masalah
Judul
Dari gambar diatas dapat kita lohat bahwa ketrkaitan topic dengan permasalahan dan judul adalah linear. Seorang peneliti harus memilih terlebih dahulu topic yang akan ditelitinya, kemudian ia dapat merumuskan masalah yang terdapat dalam topic tersebut. Sedangkan judul merupakan bahagian akhir dari proses ini, setelah permasalahan dapat ditemukan atau dirumuskan dari topic yang dipilih. Kebanyakan mahasiswa yang dalam proses penulisan skripsi atau tesis menggunakan logika terbali, mereka menuliskan judul penelitian terlibih dahulu, sehingga seringkali terjadi gonta ganti judul dan tak jarang judul telah dituliskan tetapi tidak menemukan permasalahan penelitian. Persoalan gonta ganti judul dalam rancangan penelitaian sebenarnya tidak perlu terjadi ketika seorang peneliti sudah memahami betul topic dan masalah penelitiannya. B. Memilih Topik Tidak ada rumus yang pasti atau sederhana untuk membantu seorang peneliti dalam memilih topic dan masalah penelitiaan sebenarnya. Tetapi ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan oleh seorang calon peneliti dalam memilih topik. Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh seorang calon peneliti dalam memilih topic adalah pertimbangan dari sisi topic (objek penelitian) dan kedua dari sisi peneliti (internal) 38.
Dari sisi topic (objek)
penelitian haruslah memperhatikan (1) keluasan topik, yakni peneliti harus mempertimbangkan cukup atau terlalu luaskah ruang lingkup topik penelitian? Berapa besar jumlah informan atau sumber datanya? Topik yang terlalu luas akan menyulitkan peneliti dalam merumuskan masalah penelitian. Misalnya peneliti
37
Burhan Bungin, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif, komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, hal.51. 38 M.G. Kweit dan Robert W Kweit, 1986. Konsep dan Metode Analisa Politik, Jakarta: Bina Aksara, hal. 228-229
44
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
tertarik dengan topic “otonomi darerah”. Tetapi topic ini begitu luas karena bisa saja menyangkut aspek penyelengaraan birokrasi dan pelayanan public, bisa menyangkut pilkada, bisa menyangkut keuangan daerah dan bida menyangkut persaingan elit daerah dan kepemimpinan daerah. Peneliti harus memilih topic yang lebih kecil dan mempertimbangkan juga sumber informasikan yang akan didapatkan. (2) Tempat topik dalam wilayah pengetahuan. Pertimbangan ini sangat terkait dengan posisi topic dalam ranah akademis. Apakah topik yang dipilih merupakan obyek penelitian yang sudah sering diteliti? Ataukah sebaliknya? Jika banyak peneliti telah mengkaji suatu wilayah topic yang sudah banyak dikaji oleh orang lain, mudah bagi peneliti untuk menemukan rujukan, tetapi sulit untuk menemukan bagian-bagian yang belum diteliti. Keadaan sebaliknya dihadapi peneliti yang memilih topik yang jarang atau sama sekali belum pernah diteliti akan kesulitan dalam menemukan rujukan tetapi lebih mudah meneukan masalah penelitian. (3) tingkat kesulitan, pertimbangan ini terkait dengan kondisi topic apakah mudah atau sulit untuk diakses oleh seorang peneliti. Jika peneliti sudah menentukan topic penelitian maka selanjutnya dalah mengidentifikasi masalah penelitian. Dalam menentukan permasalahan penelitian perlu pula memertimbangkan kondisi objektif dan kondisi subjektif. 39 a. Pertimbangan objektif. Maksudnya adalah petimbangan berdasarkan kondisi topic dan masalah itu sendiri, layak atau tidaknya suatu topic dan masalah diteliti yang didasarkan pada kualitas masalah dan dapatnya masalah dikonseptualisasikan. Suatu masalah dikatakan berkualitas apabila masalah tersebut memiliki: 1. Nilai penemuan yang tinggi 2. Masalah tersebut adalah masalah yang saat ini sedang dirasakan oleh banyak orang disuatu masyarakat, paling tidak oleh beberapa kelompok masyarakat tertentu merasakan ada masalah. 3. Penelitian terhadap maslaah bukan suatu pengulangan terhadap penelitian orang lain atau penelitian sebelumnya. 4. Masalah yang akan diteliti memiliki sumber refensi yang jelas. 39
opCit, hal. 52
45
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Sedangkan suatu maaslah dikatakan dapat dikonseptualisasikan apabila masalah tersebut: 1. Masalah memiliki batasan-batasan yang jelas 2. Masalah memiliki bobot dimensi operasional. 3. Masalah penelitian tersebut dapat dihipotesiskan sehingga dapat diujikan nantinya. 4. Masalah penelitian memiliki sumber data yang jelas 5. Maslah tersebut dapat diukur sehingga dapat didesain alat ukur yang jelas 6. Masalah penelitian memberikan peluang bagi peneliti untuk menggunakan alat analisis statistik yang jelas jika diuji nantinya. Jika dua persyaratan objektif tersebut telah dapat ditemuakan, maka secara objektif suatu maslah dapat diterima sebagai masalah yang akan diteliti. b. Pertimbangan subjektif. Pertimbangan ini berkisar tentang kredibilitas peneliti terhadap apa yang akan diteliti. Pertimbangan subjektif yang perlu diperhatiakan peneliti adalah: 1. Masalah harus benar-benar menarik minat peneliti. 2. Keahlian dan disipilin ilmu peneliti harus berkesesuaian dengan permasalahan tersebut. 3. Peneliti memiliki kemampuan penguasaan teoritis yang memadai mengenai masalah tersebut. 4. Apakah cukup waktu apabila peneliti melakukan penelitian terhadap masalah tersebut. 5. peneliti mempertimbangkan kemampuan untuk dapat mengakses informasi dari permasalahan tersebut. 6. Pertimbangan sumber dana dan besarnya dana untuk meneliti permasalahan tersebut
46
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Gambar 4 Pertimbangan dalam memilih topic penelitian
Sumber: Diolah dari berbagai sumber Kedua pertimbangan baik dari segi topic (objektif) permaslaahn maupun dari sisi peneliti (internal) memberikan jawaban yang positif bagi peneliti maka topic atau permasalahan tersebut dapat diterima untuk diteliti. C. Sumber Topik dan Masalah Penelitian Eksplorasi terhadap sumber-sumber inspirasi topic dan permusalahan memungkinkan peneliti untuk memperoleh gagasan yang segar tentang topic dan maslaah penelitian. Sebenarnya sumber topic dan masalah dalam penelitian kuantitatif bertebaran dimana-mana, terutama dilingkungan peneliti sendiri. Beberapa sumber topic40 yang dapat dieksplorasi oleh peneliti adalah: 1. Pengalaman-pengalaman pribadi dan kehidupan sehari-hari 2. Masalah dimedia massa 3. Pengetahuan lapangan dan perbandingannya dengan teori 4. Kebutuhan memecahkan masalah 5. Peluang 6. Nilai-nilai pribadi. 7. Diskusi dengan orang lain 8. Melalui kajian literatur atau penelitian sebelumnya. 40
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif:Teori dan Aplikasi, Jakarta:RajaGrafindo Persada, hal 54-55.
47
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Lingkungan merupakan sumber topic yang sangat banyuak memebrikan peluang bagi eksplorasi topic dan masalah penelitian. Kemampuan dan kepekaan peneliti terhadap situasi lingkungan41 adalah menjadi kunci utama dalam menemukan sumber topic dan masalah. D. Merumuskan masalah Sampai pada tahapan ini kita mengangap bahwa calon peneliti sudah menemukan topic yang sesuai dan menarik untuk diteliti. Ketika seorang peneliti melihat topic yang diteliti ada berbagai aspek yang menjadi substansial dalam topic tersebut. Tetapi permasalahan berikutnya yang muncul adalah bagaimana merumuskan masalah penelitian sehingga layak untuk diteliti. Karl Popper42 sebagaimana dikutip oleh Kweit mencatat tiga dasar merumusakan masalah yang didasarkan kepada inconsistencies/ kontardiksi yakni (1) kontradiksi dalam teori (2) kontradiksi antara teori (3) kontradiksi antara teori dengan realitas. Pertama jika teori tidak konsisten atau lengkap diperinci sebagaimana seharusnya maka hipotesis yang ditarik dapat bertentangan, disinilah salah satu sumber masalah dapat dipenuhi. Misalnya dapat berasal dari teori tekanan silang. Dalam teori ini dinyatakan bahwa individu sering menerima stimulasi yang berlawanan dengan peristiwa yang diharapkan. Jika kontradiski ini kuat, maka diduga bahwa sesorang itu menarik diri dari aktivitas dimana tekanan diciptakan. Inilah salah satu penjelasan yang diberikan sebagai alasan mengapa orang tertentu tidak memberikan suaranya dalam pemilu. Sebaliknya orang orang tertentu lainnya mengabaikan kontradiksi dan ikut berperan serta. Jadi masalah disini adalah dalam kondisi mana teori itu akan berlaku. Kedua kontradiksi diatara teori-teori yang ada. Misalnya pluralisme dan elitism sering sekali dijadikan penjelas dalam kebijakan public. Teori nelit mengatakan bahwa Pemerintah mengejar kebijakan yang menguntungkan si kaya, orang-orang yang beruntung sejak lahir dan orang-orang yang mampu, karena orang-orang inilah yang kelihatannya memerintah. Teori pluralis mengatakan
41 42
Burhan Bungin, opCit., hal 54. Karl Popper dalam M.G. Kweit dan Robert W Kweit, opCit., hal. 234-237.
48
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
bahwa kebijakan public adalah hasil akhir dari permainan antar berbagai kepentingan di dalam masyarakat. Sebenarnya penelitian haruslah memiliki suatu keputusan untuk menentukan penjelasan mana yang lebih masuk akal. Ketiga kontradiksi antara teori dengan realitas. Konsep-konsep dalam teori diperbandingkan dengan kenyataan empris memperlihatkan kesenjangan atau ketidak sesuaian. Hal ini sama dengan mencari ketidakserasian antara keadaan yang diharapkan (das sollen) dengan kenyataan (das sain) kemudian menimbulkan ketidakpuasan. Contohnya menurut teori Marxis meramalkan revolusi bermula dalam masyarakat industry. Observasi terhadap relitas menunjukkan bahwa revolusi Marxis terjadi di Negara terbelakang dan berkembang. Masalah disini adalah bagaimana menentukan apakah ada bagianbagian dari Marxis ini yang tadi dalam menjelaskan dunia nyata atau apakah teori Marxis harus dirumuskan kembali. Bagiamana teori Marxis digunakan untuk menjelaskan revolusi komunis di Negara berkembang. Ketika peneliti sudah menemukan masalah dengan kontradiksi tersebut, langkah beikur yang harus dilakuakan oleh peneliti adalah merumuskan masalah penelitian. Pada perumusan masalah peneliti harus sudah bisa memasukkan argumentasi-argumentasi yang mengarahkan kepada masalah yang menjadi focus penelitian. Tidak ada ketentuan yang tegas menentukan rumusan masalah yang “baik”, tetapi paling tidak terdapat empat factor yang ahrus diperhatiakan peneliti: 1. Rung lingkup permasalahan, rumusan masalah tidak terlalu luas tetapi harus focus. 2. Dirumuskan dengan kalimat yang jelas sehingga dapat memberi arah langkah-langkah penelitian selanjutnya. Kalau perumusan masalah tidak jelas, maka peneliti akan mengalami kesulitan dalam mencari jawaban terhadap masalah tersebut. 3. Masalah penelitian
harus
dapat
mengarahkan peneliti dalam
menyelesaikan penelitiannya. 4. Masalah harus mencakup faktor-faktor penting dalam penelitian, misalnya jenis, variabel, dan subjek penelitian.
49
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita lihat langkah dalam merumuskan masalah penelitian tidak dapat dipisahkan dari kajian literatur dan pembacaaan terhadap realitas emprik. Kajian kepustakaan baik yang terkait dengan konsep, teori maupun penelitian yang telah dilakukan orang lain menjadi signifikan. E. Ringkasan Pemilihan topic dan permasalahan penelitian adalah bahagian paling sulit dalam sebuah penelitian. Lingkungan merupakan sumber yang menyediakan masalah penelitian yang sangat banyak. Kreativitas dan kepekaan peneliti menjadi factor signifikan dalam memilih topic dan masalah penelitian. Tidak ada cara atau rumus khusus yang mengajarkan cara memilih topik dan masalah, yang ada hanya beberapa strategi untuk dapat membantu peneliti untuk lebih mudah menemukan topik dan permasalahan penelitian. Permasalahan penelitian dapat dimunculkan dari adanya perbedaan antara kondisi normative dengan kenyataan empiris, atau perbedaan diantara teori-teori yang dibaca oleh seseorang maupun perbedaan antara teori dengan kenyataan emprik. Semua jelas menuntut peneliti untuk harus melakukan kajian secara konseptual melalui studi kepustakaan dan kajian emprik (kenyataan).
F. Tugas dan Latihan 1. Jelaskan sumber-sumber topic dan masalah dalam penelitian. 2. Kelas
dibagai
atas
kelompok
kecil
yang
beranggotakan
3
orang.Kemukakan kesulitan anda dalam milih topic dan masalah dalam kelompok masing-masing kemudian diskusikan penyebabnya. 3. Masing-masing kelompok berdiskusi tentang topik penelitian masingmasing anggota kelompok. Diskusikan masalah yang tepat yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian bagi tema masing-masing anggota kelompok. Tiap topic dan permasalahan yang digunakan pada harus disertai dengan alasan dan argumentasi-argumentasi yang mendasari anda.
50
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Referensi Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif:Teori dan Aplikasi, Jakarta:RajaGrafindo Persada. Burhan Bungin, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif, komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana. M.G. Kweit dan Robert W Kweit, 1986. Konsep dan Metode Analisa Politik, Jakarta: Bina Aksara.
51
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
BAB V PENGGUNAAN TEORI DALAM PENELITIAN KUANTITATIF Deskripsi Pokok Bahasan: Pada bab ini akan membahas tentang peranan teori dalam penelitian kuantitatif. Teori merupakan faktor yang sangat penting dalam proses penelitian itu sendiri. Proses pengembangan tero dalam penelitian kuantitatif merupakan sebagian besar dari proses penelitian. Teori sudah digunakan semenjak peneliti menemukan permasalahan yang akan meneliti. Pada tahap pengembangan teori merupakan proses berfikir deduktif untuk menjawab permasalahan penelitian. Tujuan Instruksional Umum 1. Mahasiswa menjelaskan dan memahami peranan teori dalam penelitian kuantitatif. 2. Mahasiswa mampu membuat dan menyusun teori penelitian untuk masalah penelitian yang dipilih A. Pendahuluan Teori merupakan jantung dari suatu penjelasan ilmiah, tentu saja memiliki peranan yang sangat sentral dalam setiap penelitian. Dalam sebuah penelitian kuntitatif peranan teori menjadi sangat dominan, separuh dari kegiatan penelitian adalah proses teori atau proses berteori. 43 Dalam setiap penelitian kualitas pekerjaan seseorang akan makin diperbaiki melalui suatu pemikiran teori yang cermat. Teori digunakan untuk menuntun peneliti dalam menemukan masalah, menemukan hipotesis, menentukan metode penelitian dan alat analisa data yang tepat. Melihat pentingnya kedudukan teori dalam penelitian kuantitatif, maka merupakan suatu keharusan bagi seorang peneliti untuk memahami teori dan mengerti kedudukan teori dalam penelitian. Pertanyaan yang sering muncul dalam benak penelitian pemula adalah Apa yang dimaksud dengan teori? Kenapa teori begitu penting dalam penelitian? Bagaimana menentukan teori yang diperlukan 43
Burhan Bungin, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif, komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, hal. 26
52
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
bagi permasalahannya? Pertanyaan-pertanyaan ini yang akan kita jawab pada pembahasan bab ini. B. Defenisi Teori Sebelum kita melihat hubungan penting antara teori dengan penelitian, lebih dahulu kita bahas mengenai pengertian teori. Apa yang dimaksud dengan teori? Banyak sekali defenisi yang diberikan para ahli tentang teori. Menurut Neuman teori merupakan suatu sistem gagasan yang dan abstraksi yang memadatkan dan mengorganisasikan berbagai pengetahuan manusia tentang dunia social sehingga mempermudah pemahaman manusia tenatng dunia social. 44 Sementara Sarantakos mendefenisikan teori sebagai a set of systematically tested and logically interrelated propositions that have been developed through research and that explain social phenomena 45. Sedangkan Kerlinger mendefenisikan teori sebagai seperangkat konstruk (konsep),batasan dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci hubunganhubungan antar variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksikan gelaja tersebut.46 Meskipun defenisi berbeda yang diberikan oleh para ahli tetapi semua memiliki maksud yang sama. Jika dari berbagai defenisi tersebut dapat kita defenisikan teori sebagai hubungan antara konsep, proposisi, defenisi dan variabel dalam satu sistem berfikir yang terorganisir secara sistematis dan komprehensif untuk menjelaskan dan meramalkan suatu gejala. Batasan defenisi teori paling tidak mengandung tiga hal, pertama sebuah teori adalah seperangkat proposisi yang terdiri atas konstruk-konstruk yang terdefenisikan dan saling berhubungan. Kedua teori menyusun antarhubungan seperangkat variabel (konstruk) dan dengan demikian merupakan suatu pandangan sistematis mengenai fenomena-fenomena yang dideskripsikan oleh variabel-variabel itu. Ketiga teori mampu menjelaskan dan meramalkan suatu gejala atau fenomena. 44
Lawrence W. Neuman, 2003, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, Allyn and Bacon, Boston. 45 Sotirios Sarantakos, 1993, Soscial Research, MacMilan Education Ltd., Australia, hal. 9. 46 Fred N. Kerlinger, 1990, Asas-asas Penelitian Behavioral, Terj. Landung R. Simatupang, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal. 14.
53
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Pembeda utama satu teori dengan bentuk penjelasan yang lain adalah teori bersifat abstrak yang tidak sekedar menjelaskan, tetapi juga meramalkan satu gejala. Sifat abstrak yang dimiliki teori membuatnya tidak mungkin dibuktikan kebenarannya, namun dapat di uji kegunaannya. 47
Dari kandungan teori diatas
dapat kita pahami bahwa teori pada bukan sekedar kumpulan defenisi dari berbagai macam buku, namun lebih pada upaya penggalian teori yang dapat digunakan peneliti untuk menjelaskan hakikat dari gejala atau fenomena. Tetapi teori membantu kita untuk memahami fenemona dengan memberikan alasanalasan penjelas mengapa sesuatu terjadi. 48 C. Penelitian dan Teori Sebelumnya sudah dijelaskan juga bahwa teori memiliki perana yang penting dalam penelitian baik kuantitatif maupun penelitian kualitatif. Dalam penelitian Teori digunakan untuk menuntun peneliti dalam menemukan masalah, menemukan hipotesis, menentukan metode penelitian dan alat analisa data yang tepat. Bahkan untuk keperluan ini memetakan teori dalam menemukan khazanah ilmu pengetahuan secara luas mengenai permasalahan yang akan diteliti dan selanjutnya menemukan posisi penelitiannya dalam khazanah pengetahuan tersebut. Pertanyaan yang harus kita ajukan dalam tahapan ini adalah teori mana yang berguna bagi kita untuk menjelaskan permasalahan penelitian yang akan kita bahas.49 Homans berpendapat bahwa teori memiliki tiga ciri pokok terkait dengan penelitian yakni, pertama teori memiliki seperangkat konsep atau skema konseptual dimana sebagian konsep bersifat deskiptif dan sebagaian bersifat operatif. Konsep operatif biasanya disebut variabel, yang dapat digunakan untuk memeriksa hubungan variabel tersebut dalam fenomena empiri melalui penelitian. Kedua suatu teori berisi seperangkat proposisi (dalil) yang dikembangkan untuk melukiskan
hubungan
antara
variabel-variabel.
Apabila
teori
sudah
dikembangkan, proposisi-proposisi itu bersifat deduktif. Ketiga teori akan 47
Riswandha Imawan, 2000, Metode Penelitian Sosial, Bahan Kuliah PPS UGM-Yogyakarta. Tidak dipublikasikan, hal.4 48 Jarol B. Manheim and Richard C. Rich, 1981. Empirical Political Analysis. Research Methods in Political Science, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc., hal. 19. 49 Ibid.
54
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
memperjelas fakta-fakta bahwa sejumlah proposisi bersifat tergantung, dalam arti bahwa pengalaman akan relevan dengan kebenaran atau kepalsuan mereka. Artinya proposisi-proposisi dapat dites dalam dunia nyata dan data emprik yang nyata dapat dikumpulkan untuk memastikan validitasnya. Dengan demikian teori dapat digunakan untuk mensistematiskan dan mengorganisasi pengalaman seharihari kita. Dari sistematisasi ini kita dapat memperoleh atau mengembangkan hipotesis khusus yang bias diberikan kepada tes empiric melalui proses penelitian. 50 Singkatnya teori bisa dimanfaatkan untuk memberikan wawasan dan mengatur aktivitas penelitian. 51 Dalam setiap kegiatan penelitian kualitas pekerjaan sesorang akan makin diperbaiki melalui pemikiran teori yang cermat. Langkah penting yang harus dilakukan seorang peneliti untuk dapat memberikan penjelasan secara maksimal adalah dengan memahami bangunan dasar dari sebuah teori. Pemahaman pada bangunan dasar teori akan membantu peneliti menghindari kesalahan logika pada waktu membangu
konseptualisasi bagi permasalahannya. Misalnya peneliti
berusaha menghubungkan dua atau lebih variabel dari konsep yang sama, yang menjadi penyebab utama terjadinya autocorrelation dalam penelitian yang menggunakan teknik analisa statistik. Menurut Imawan52 bangunan teori dapat digambarkan sebagai berikut.
50
Bruce A. Chadwick, Howard M. Barh & Stan L. Albrecht, 1991, Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial, Terj. Sulistia dkk, Semarang, IKIP Semarang Pres, hal. 20-21 51 Denzin, N.K. & Lincoln, Y.S. 1994, “Entering the field of qualitative research”, In N.K. Denzin & Y.S. Lincoln (Eds), Handbook of Qualitative Research, Thaousand Oaks, CA: Sage Publications. 52 Riswanda Imawan,2000, Metode Penelitian Sosial, bahan kuliah Jurusan Ilmu Politk Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tidak dipublikasikan, hal. 2.
55
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Gambar 5 Bangun Dasar Teori TEORI
KONSEP
KONSEP
PROPOSISI
PROPOSISI
VARIABEL
VARIABEL
INDIKATOR
INDIKATOR
NILAI
NILAI
OBSERVASI
Teori menyediakan konsep-konsep yang relevan, asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan dan mengarahkan pertanyaan penelitian yang diajukan serta membimbing peneliti dapat memebrrikan makna terhadap data. Ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk mengoperasikan teori yakni: pertama confounding variables (rangkaian variabel) yang secara sengaja dipilih atau dogunakan oleh si pembuat teori. Hal ini dimungkinkan, karena tidak mungkin seorang peneliti mampu menjelaskan sebuah fenomena dengan memakai seluruh (selengkaplengkapnya) variabel yang membentuk teori tersebut. Bila pada pelacakan awal, fenomena yang hendak dijelaskan itu tidak didapati rangkaian variabel dasar yang membentuk satu teori,
maka teori itu tidak
layak digunakan untuk
menjelaskannya. Misalnya teori Marx mengenai revolusi yang didukung olhe
56
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
kelas buruh industri. Teori itu harus dimodifikasi ketika digunakan untuk menjelaskan fenomena RRC dimasa Revolusi kebudayaan karena saat itu yang ada di RRC adalah kelas petani. 53 Kedua unit analisis, yakni kelompok atau orang yang memiliki ciri-ciri tertentu (properties) yang digunakan sebagai basis analisa dan basis kesimpulan suatu penelitian. Dalam teori voting behavioral misalnya, mazhab Columbia menggunakan strata social sebagai basis analisisnya. Mazhab ini tidak bisa digunakan untuk menjelaskan mengapa anggota atau simpatisan suatu partai memilih partai lain dalam satu pemilu. Ketiga types of relationship among variables, yakni hubungan antara varaibel dalam satu rangkaian logika, yang sering sekali sangat spesifik. Bahkan dalam model yang sangat kompleks, yang penjelasan logikanya terdiri dari beberapa set variabel, hubungan antar sepasang variabel dengan pasangan variabel lainnya dapat saja berbeda. Misalnya peneliti hendak menjelaskan factor yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah seperti digambarkan berikut: Gambar 6 Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Otonomi Daerah54 Teknologi SDA & SDM
Otonomi Daerah
Kepemimipinan
Dukungan Struktur Politik
53 54
Ibid, hal. 5. Ibid hal. 6.
57
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Dari gambar diatas terlihat bahwa pelaksanaan otonomi daerah sebagai variabel terikat (dependent variabel/ DV) dijelaskan oleh hubungan timbale balik antara tiga
variabel
bebas
(independent
variabel/IV)
yaitu
SDA dan SDM,
kepemimipinan yang berlaku serta dukungan masyarakat. Ketiga IV (SDA+SDM, Kepemimipinan dan Dukungan) berhubungan seccara timbale balik (reciprocal). Sebenarnya ketiganya bias saja langsung menjelaskan keberadaan DV (otonomi daerah), namun kehadiran kedua variabel antara (Intervening Variabel) yakni teknologi dan struktur politik, membuat daya penjelas ketiga IV terhadap DV menjadi lebih kuat. Dari tanda panah yang tertera pada gambir tersebut terlihat bahwa kedua variabel antara ini berhubungan secara asimetris (satu arah) ke DV. Adanya dua bentuk hubungan dalam struktur logika penjelasan ini, selain menuntut digunakannya teknik analisa yang berbeda, juga membeda konsekuensi perbedaan penjelasan yang dikemukakan. Pada umumnnya variabel yang berhubungan yang secara reciprocal tidak bisa diketahui hukum hubungan diantara mereka, sehingga peneliti tidak bias menyatakan variabel mana yang mempengaruhi variabel lainnya. Namun dalam susunan variabel
yang
hubungannya bersifat asimetris, maka kita dapat menetapkan hukum hubungan tersebut. Tidak semua teori berguna bagi peneliti untuk melakukan teorisasi (theorizing), yakni proses menyediakan penjelasan dan melakukan prediksi berdasarkan subject of interest. Ada lima pedoman pokok untuk menentukan apakah teori itu berguna atau tidak berguna bagi penelitian: 55 1. Teori tersebut harus Testable, maksudnya teori dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diharapkan secara kongkrit dan spesifik yang dapat mendukung peneliti untuk melakukan observasi baik yang mendukung hipotesis maupun menolak hipotesis. 2. Teori harus dapat memiliki logika. Teori yang digunakan harus memperlihatkan konsistensi dalam logikanya dan asumsi-asumsi yang dibangun dalam teori tersebut sesuai dengan tema penelitian dan tidak bersifat ambigu. 55
Jarol B. Manheim and Richard C. Rich, opCit., hal. 20.
58
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
3. Teori harus komunikatif. Maksudnya membuka kemungkinan bagi peneliti lain untuk memahami konstruksi klogika yang dibangun. 4. Teori harus bersifat general. Artinya bahwa teori tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai variasi fenomena dalam waktu dan tempat yang berbeda. 5. Teori bersifat parsimonius. Maksudnya teori memperlihatkan apakah cukup mudah untuk digunakan dan dipahami. Apakah teori tersebut memiliki kesulitan bagi peneliti untuk menemukan secara eksplisit apa yang ada dalam dunia empris. Teori kadang kala memiliki semua karakteristik yang dibutuhkan oleh peneliti, tetapi peneliti harus memilih teori yang lebih tepat diantara teori tersebut untuk menjadi teori yang digunakan bagi penelitiannya. Dalam suatu teori memiliki kompleksitas yang kadang kala juga membingungkan peneliti dalam menentukan pilhan. Secara struktur satu teori dapat dikelompok dalam grand theory, middle theory dan application theory.56 Grand theory umumnya adalah teori-teori makro yang mendasari berbagai teori dibawahnya. Contoh teori demokrasi, teori elit dan teori structural fungsional. Disebut grand theory karena teori-teori tersebut mendasari lahirnya teori-teori lain dalam berbagai level dan berbicara tentang struktur dan tidak berbicara fenomenafenomena secara mikro. Sementara yang disebut middle theory adalah teori-teori yang berada pada level meso (level menengah), dimana focus kajiannya juga makro dan mikro. Teori-teori strukturalisasi Giddens salah satu contoh middle theory. Sedangkan teori yang disebut application theory karena teori ini berada di level mikro dan dan siap diaplikasikan dalam konseptualisasi. Teori kebijakan public, game theory adalah antara lain contoh teori aplikasi. Kunci kendali bagi peneliti dalam memilih teori yang akan digunakan untuk menjelaskan fenomena penelitian adalah memahami konsteks formal dan material sebuiah teori serta memahami konteks sejarah dan konteks social dimana 56
Burhan Bungin, opCit., hal 28.
59
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
teori tersebut dilahirkan. Sehingga apabila teori itu digunakan, peneliti akan memahami struktur masing-masing teori itu, bahkan mampu menyusun sebuah skema perkembangan teori dari masa lalu bahkan sampai pada konteks dimana seorang melakukan penelitian. Ketika sebuah masalah penelitian sudah ditemukan, maka peneliti mencoba membahas masalah penelitian tersebut dengan teori-teori yang dipilihnya yang dianggap mampu menjelaskan persoalan penelitian. Analisis deduktif dengan menggunakan teori akan sangat membantu peneliti dalam menemukan masalah, membangun hipotesis, menyusun kerangka metodologi maupun alat-alat analisis yang akan digunakan pada saat pembahasan hasil penelitian. D. Ringkasan Pembahsan kita diatas telah menjelaskan pentingnya teori dalam penelitian ilmiah. Teori sangat membantu peneliti dalam menemukan masalah, merumuskan hipotesis, menemukan hubungan variabel serta menetukan metodologi penelitian yang akan dilakukan. Peran penting teori tidak akan bermakna bila peneliti sendiri tidak dapat memahami cara yang tepat dalam memilih teori yang digunakan dalam penelitiannya. Pemahaman peneliti akan bangunan teori menjadi sangat penting untuk dapat
merangkai kerangka berfikir teoritik dari
permasalahnnya, karena ilmu pengetahuan sendiri menyediakan berbagai teiri yang memiliki karakteristik sendiri-snediri. Pemahaman bangunan teori baik konsep, proposisi maupun variabel yang dijelaskan dalam suatu teori akan menentukan berguna atau tidaknya teori tersebut dalam penelitian.
60
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
E. Tugas dan Latihan 1. Jelaskan pengertian anda tentang teori? Serta jelaskan peran teori dalam penelitian kuantitatif? 2. Masing-masing kelompok berdiskusi tentang tema penelitian masingmasing anggota kelompok. Diskusikan teori yang tepat yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian bagi tema masing-masing anggota kelompok. Tiap pilihan teori yang digunakan pada tema harus disertai dengan alasan dan argumentasi-argumentasi yang mendasari anda.
61
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Referensi Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif:Teori dan Aplikasi, Jakarta:RajaGrafindo Persada. Burhan Bungin, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif, komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana. Bruce A. Chadwick, Howard M. Barh & Stan L. Albrecht, 1991, Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial, Terj. Sulistia dkk, Semarang, IKIP Semarang Pres. Denzin, N.K. & Lincoln, Y.S. 1994, “Entering the field of qualitative research”, In N.K. Denzin & Y.S. Lincoln (Eds), Handbook of Qualitative Research, Thaousand Oaks, CA: Sage Publications. Riswandha Imawan, 2000, Metode Penelitian Sosial, Bahan Kuliah PPS UGMYogyakarta. Tidak dipublikasikan Jarol B. Manheim and Richard C. Rich, 1981. Empirical Political Analysis. Research Methods in Political Science, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc., Fred N. Kerlinger, 1990, Asas-asas Penelitian Behavioral, Terj. Landung R. Simatupang, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Lawrence W. Neuman,2003, Social Research Social Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, Allyn and Bacon, Boston. Sotirios Sarantakos, 1993, Soscial Research, MacMilan Education Ltd., Australia.
62
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
BAB VI PENENTUAN VARIABEL Deskripsi Pokok Bahasan: Variabel merupakan sebuah konsep yang penting dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan gejala atau fenomena yang dikonstruksikan dalam bentuk hubungan kausal (sebab akibat) diantara variabel-variabel yang diteliti. Tetapi ada pertanyaan penting bagaimana peneliti dapat mengidentifikasi variabel dalam fenomena atau gejala yang ditelitinya? Bagaimana peneliti menentukan bentuk hubungan diantara variabel-variabel yang ditelitinya. Pada bab ini kita akan membahas berbagai jenis variabel penelitian dan bentuk-bentuk hubungan variabel yang muncul dalam penelitian. Tetapi satu hal yang sangat penting dalam menentukan varaibel adalah konsep yang digunakan oleh penliti. Tujuan Instruksional Umum 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami pengertian variabel. 2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menyusun variabel pada permasalahan penelitian yang dipilih. 3. Mahasiswa mampu menetukan bentuk hubungan variabel dalam fenomena atau permasalahan penelitian masing-masing. A. Pentingnya Konsep Setiap penelitian ilmiah harus dilandasi oleh konsep-konsep, karena konsep merupakan kerangka acuan peneliti dalam mendesain instrument penlitian. Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama. Misalnya dalam hal konsepsi perilaku salah prosedur dalam birokrasi sebagai kategori dari fenomena penyalahgunaan wewenang, kebiasaan membolos kerja sebagai kategori dari fenomena ketidakdisiplinan. Sebagai hal yang umum, konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti. Karena itu konsep memiliki tingkat generalisasi yang berbeda satu dengan yang lainnya, dilihat dari
63
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
kemungkinan dapat diukur atau tidak. Misalnya konsep kepuasan pegawai lebih mudah di ukur dari pada konsep kesejahteraan pegawai. Pentingnya konsep dalam penelitian adalah untuk mendeteksi adanya variabel yang mebentuk realita yang kita amati. Tanpa kehadiran suatu konsep, tidak mungkin hadir satu atau beberapa varaibel. Dengan kata lain tidak mungkin ada variabel yang tidak dinaungi oleh seuatu konsep. Tidak mungkin juga suatu realita social hanya dapat dipahami dari satu dimensi saja. Misalnya untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melaksanakan hak pilihnya dalam pemilihan umum, kita tidak bias bersandar hanya pada konsep demokrasi saja. Mazhab Columbia misalnya percaya bahwa ada dorongan eksternal, sementara mazhab Michigan menyebutkan pentingnya dorongan internal yang menentukan pilihan seseorang dalam pemilu. Terlihat bahwa untuk menjelaskan perilaku memilih dalam pemilu sudah berbaur konsep norma social yang dikenal dalam sosiologi dengan konsep kepercayaan dan afiliasi yang dikenal dalam psikologi. Karena itu satu realita social harus dicermati melalui serangkaian variabel yang datang dari berbagai macam konsep dan dapat saja bergerak pada tingkatan yang berbeda. Konsep dalam penelitian ilmiah harus memiliki criteria yang tepat dalam menjelaskan variabel penelitian. Karena itu, konssep yang bermanfaat adalh konsep yang dibentuk menjadi penjelasan dan menyatakan sebab-akibat yaitu konsep dibentuk dengan kebutuhan untuk menguji hipotesis dan penyusunan teori yang masuk akal dan dapat diuji regularitasnya. B. Defenisi Variabel Variabel merupakan kata yang sangat identik dengan penelitian kuantitatif. Kata variabel sendiri berasal dari bahas Inggris variable yang berarti factor tak tetap atau berubah-ubah. 57 Variabel dalam bahas Indonesia dapat dipadankan dengan variasi. Dalam penelitian ilmiah variabel didefenisikan berbeda oleh berbagai ahli. Riswanda Imawan mendefinisikan variabel sebagai konsep yang
57
Burhan Bungin, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif, komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, hal. 59.
64
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
memiliki variasi nilai. 58 Manheim and Rich59 mendefenisikan variabel sebagai karakteristik yang dapat diobservasi secara emprik yang memiliki lebih dari satu nilai. Sedangkan Kerlinger 60 mendefinisikan variabel sebagai ‘suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai", atau "simbol/ lambang yang padanya dilekatkan bilangan atau nilai". Variabel lahir dari suatu konsep dan konsep hadir dari suatu teori. Dengan demikian tidak mungkin sartu ada variabel tanpa mengenali konsep dan teorinya. Kehadiran suatu variabel ditentukan oleh ada tidaknya indicator tertentu yang membedakannya dari variabel yang lain. Pada hakikatnya, setiap variabel adalah suatu konsep, yaitu konsep yang bersifat khusus yang mengandung variasi nilai. Banyak ahli yang menyebutnya dengan konsep variabel. Yang dimaksud dengan konsep variabel di sini adalah konsep yang bersifat observatible, maksudnya konsep yang sudah sangat dekat dengan fenomena-fenomena atau obyek-obyek yang teramati. Jadi konsep variabel itu merupakan sebutan umum yang mewakili semua atribut, dimensi atau nilai yang perlu diamati. Karena itu tidak semua konsep disebut variabel, karena masih terdapat konsep-konsep yang tidak mengandung memenuhi ciri seperti itu. C. Jenis Variabel Sebagai konsep yang mengandung nilai, variabel dapat dikelompokkan pada variabel kategori dan variabel dimensi. Kedua jenis variabel ini dapat dijelaskan sebagai berikut; Variabel kategori adalah konsep yang memiliki beberapa gejala yang dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan label, atribut atau unsur formal dari gejala itu. Variabel kategori adalah variabel mengandung nilai-nilai yang tidak dapat diutarakan dalam bentuk angka, tetapi dalam bentuk kategori-kategori. Karena itu, variabel ini disebut juga variabel kualitatif. Included terms atau idividu-individu yang terdapat pada konsep itu dikelompokkan berdasarkan ciri tertentu, tanpa melihat peringkatnya. Jadi, pada dasarnya tidak 58
Riswandha Imawan, 2000, Metode Penelitian Sosial, Bahan Kuliah PPS UGM-Yogyakarta. Tidak dipublikasikan, hal. 12. 59 Jarol B. Manheim and Richard C. Rich, 1981. Empirical Political Analysis. Research Methods in Political Science, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc., hal. 25 60 Fred N. Kerlinger, 1990, Asas-asas Penelitian Behavioral, Terj. Landung R. Simatupang, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
65
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
ada kelebihan peringkat nilai satu sub-himpunan dari sub-himpunan lainnya. Mengkategorisasikan berarti menempatkan suatu obyek ke dalam sub-himpunan, sebagai bagian dari himpunan. Karena itu, individu-individu yang termasuk dalam sub-kategori hanya mungkin dihitung secara nominal, dan perbedaan antara satu sama lain hanya karena ciri atributnya (bukan harganya). Contoh variable kategori ini adalah jenis kelamin (memiliki dua gejala; laki-laki dan perempuan). Pembuatan kategori yang terbaik adalah dengan merujuk teori yang sudah ada. Tetapi jika sistem kategori yang baku belum ditemukan, maka seorang peneliti dapat membentuk kategori sendiri. Ada dua ketentuan dalam membentuk kategori dari suatu variabel; 1) bersifat exhaustive; artinya semua unsur dari variabel tersebut harus dapat dimasukkan ke dalam salah satu kategori, dan 2) bersifat mutually exlusive, artinya satu usnur hanya dapat dimasukkan ke dalam salah satu kategori. Variabel dimensi adalah konsep yang menunjukkan suatu gejala berdasarkan nilai atau tingkatan. Ini berarti bahwa variabel dimensi itu mengandung dimensi-dimensi yang dapat diukur dan diberi skore dengan angka. Karena itu variabel dimensi ini disebut juga variabel kuantitatif. Variabel dimensi dapat dibedakan pada dua jenis; diskret dan kontinu. Secara umum, perbedaan antara kedua jenis variabel ini adalah bahwa, variabel diskret merupakan hasil perhitungan sedangkan variabel kontinu merupakan hasil pengukuran. Secara literal, diskret berarti tidak mempunyai pecahan (utuh). Maksudnya, dalam variable kuantitatif diskret (discrete quantitative variables), tiap nilai variabel dipisahkan oleh satu kesatuan tententu. Jadi, variabel diskret hanya dapat dinyatakan dalam satuansatuan (satu, dua, enam), dan satuan-satuan itu tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil. Dengan demikian, data yang diperoleh dari variabel ini adalah data nominal. Sedangkan variabel kuantitatif kontinu (continuous quantitative variables) adalah variabel yang bersambungan, artinya di antara dua unit ukuran masih terdapat unit-unit ukuran lain yang secara teoritik tidak terhingga banyaknya. Contohnya, di antara 1,5 meter dan 1,6 meter masih terdapat ukuran 1,51, 1,52 dan seterusnya. Data yang diperoleh dari variabel kontinu ini terdiri dari data skala rasio, skala interval, dan skala ordinal. Kerlinger menyatakan; bahwa variabel kontinu itu memiliki
66
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
sehimpunan harga yang teratur dalam suatu cakupan (range) tertentu. Ini menunjukkan; pertama, harga-harga suatu variabel kontinu mencerminkan suatu urutan peringkat (rank order). Harga yang lebih besar menunjukkan lebih banyak sifat tertentu yang dimilikinya dibanding dengan harga yang lebih kecil, dan kedua, ukuran-ukuran kontinu termuat dalam suatu range dan setiap individu mendapat skor yang ada dalam range itu. Dalam penelitian kuantitatif, variabel yang paling baik adalah konsep dimensi. Alasannya, adalah karena 1) konsep dimensi dapat diterapkan untuk semua budaya, dan 2) konsep dimensi akan menghasilkan data berbentuk skala sehingga lebih mungkin untuk dianalisis dengan metode-metode statistik yang lebih akurat. Hal ini bukan berarti konsep kategori tidak berguna, sebab konsep ini juga masih dapat dianalisis dengan statistik non-prametrik dengan hasil perhitungan kasar atau dapat juga diubah dengan cara-cara tertentu menjadi konsep dimensi. D. Bentuk Hubungan Variabel Menentukan hubungan gejala dalam ilmu social merupakan syarat utama sebelum kita mengidentifikasi variabel. Ada tiga jenis hubungan gejala dalam ilmu social yakni hubungan simetris, hubungan timbal balik (reciprocal) dan hubungan asimetris. Hubungan timbal balik adalah hubungan antara variabel satu dengan variabel lain dimana masing-masing variabel dapat menjadi sebab dan juga akibat, dalam hubungan macam ini sulit ditentukan mana variabel penyebab dan mana variabel akibat, karena bisa saja pada satu saat menjadi penyebab dan pada saat lain menjadi akibat. Hubungan Simetris adalah hubungan dimana variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel lainnya, hal ini dapat terjadi bila variabel-varibel (1) merupakan indikator dari konsep yang sama; (2) merupakan akibat dari faktor yang sama; (3) berkaitan secara fungsional, dan (4) berhubungan secara kebetulan. Apabila dalam fakta-fakta penelitian ditemukan macam hubungan yang demikian maka diperlukan pengkajian yang lebih
67
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
mendalam tentang kemungkinan-kemungkinan terdapatnya variabel-variabel lain yang berpengaruh. Hubungan Asimetris adalah hubungan apabila terdapat suatu variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Terdapat enam tipe hubungan asimetris yaitu hubungan antara : (1) Stimulus dan respon; (2) Disposisi dan Respon; (3) Ciri individu dan Tingkah laku; (4) prakondisi dan akibat; (5) Immanen; (6) tujuan dan cara. Dengan memahami macam-macam hubungan tersebut, peneliti akan terbantu dalam menentukan konsep dan atau variabel yang akan diteliti serta macam hubungannya sehingga terhindar dari kerancuan teoritis dalam penentuan indikator (operasionalisasi) variabel/Konsep. Umumnya dalam penelitian sosial hubungan antara variabel yang menjadi fokus penelitian lebih banyak mengacu pada hubungan Asimetris karena kita berasumsi bahwa satu variabel mempengaruhi variabel lain. Ada tiga jenis model hubungan variabel asimetris dalam konstruksi penelitian kuantitatif yakni model univariat, bivariat dan model multivariat. Model univariat merupakan model penjelasan variable yang paling sederhana. Dalam model univariat tidak ada hubungan antara variable dalam diagram kausal, karena peniliti hanya focus melihat satu variabel dari sebuah konsep. Variable ini merupakan sebuah ukuran dari sebuah konsep. 61 Penelitian univariat umumnya didasari pertanyaan seperti “berapa banyak?” dan analisis kategorikal merupakan bentuk umumnya. Misalnya penelitian yang bertujuan untuk melihat kecenderungan orang-orang yang memilih partai beraliran Islam. Analisis penelitian hanya fokus melihat kecendungan orang-orang memlih partai beraliran Islam, sehingga akan menghasilkan tampilan analisis dalam bentuk persentase. Model penelitian univariat memiliki keterbatasan dalam menjelaskan fenomena. Kesempatan peneliti untuk mengeksplorasi data sangat terbatas karena hanya mampu menganalisis kecenderungan rata-rata dari datanya. sehingga memiliki kemampuan penjelasan fenomena secara dangkal. Penelitian univariat seringkali digunakan untuk penelitian yang bersifat ekploratif. 61
Ibid, hal. 158.
68
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Model hubungan bivariat, memperlihatkan hubungan diantara dua variable pokok. Dua variabel mungkin akan memiliki hubungan kausal yang bersifat pengaruh langsung atau hubungan kausal yang bersifat saling mempengaruhi. Misalnya variabel A disebabkan oleh variabel B, atau juga variabel A saling mempengaruhi dengan variabel B. Model hubungan bivariat dapat menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel lain sekaligus dapat menjelaskan kekuatan satu variabel menentukan variabel lain melalui analisis regresi. Model hubungan variabel bivariat dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 7: Model HubunganBivariat: pengaruh langsung
Kelas Sosial
Preferensi Politik
Gambar 8: Model Hubungan Bivariat: saling mempengaruhi
Preferensi Partai
Pilihan Koran
Sumber: diadopsi dari David Marsh and Gerry Stoker (ed), 1995. hal. 159 Model hubungan multivariat, merupakan model hubungan antara tiga atau lebih variabel. Dalam model hubungan multivariate terdapat dua atau lebih variabel bebas (Independent Variable) yang mempengaruhi satu variabel terikat (Dependent Variable). Model hubungan multivariate ini juga dapat menentukan variabel dari variabel bebas mana yang lebih besar mempengaruhi variabel terikat.
69
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Gambar 9: Model Hubungan Multivariat
Kelas Sosial Pilihan Partai Agama
E. Jenis-jenis Variabel Dalam bentuk sederhana varaibel dalam penelitian kuantitatfi dibagi atas dua jenis yaitu variabel bebas (Independent Variable) dengan variabel terikat (Dependent Variable), meskipun tidak selalu satu variabel akan tetap menjadi variabel bebas (Independent Variable) atau variabel terikat (Dependent Variable). Variabel bebas (Independent Variable) merupakan variabel yang menyebabkan atau mempengaruhi variabel lain. Sedangkan variabel terikat (Dependent Variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel bebas. Tapi pada kenyataan sosial bahwa tidak selamanya Independent Variable (IV) dapat menjelaskan Dependent Variable (DV). Harus diingat bahwa dalam ilmu social variabel lain masih mungkin mempengaruhi dilluar varaibel yang secara konseptual telah dideteksi. Variabel lain ini dalam istilah metodologi disebut test factor.62 Dikenal paling tidak enam jenis test factor. a. Exstranous Variables Tujuan penggunaan variabel ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara IV dan DV itu benar-benar ada. Artinya bila pada awalnya kita fahami IV dan DV berdiri terpisah (independent), setelah kita cermati kembali konseptualisasi yang kita bangun, ternyata kedua variabel itu dating dari satu konsep yang sama. Bila digunakan teknik analisa statistic, maka akan ditemukan hubungan yang nyaris sempurna antara keduanya sebagai akibat dari keberadaan indikator masing-masing variabel yang secara logika saling mendukung. Dalam teknik analisa 62
Riswandha Imawan,opCit., hal. 4.
70
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
statistic kejadian ini disebut autocorrelation. Misalnya hubungan awal tampaknya nilai agama mempengaruhi nilai keluarga. Gambar 10 IV
DV
Nilai Agama
Nilai Keluarga
Setelah menimbang variabel lain yang sebelumnya tidak difikirkan peneliti, misalnya sosialisasi, maka bangunan hubungan antar variabel berubah menjadi seperti berikut . Gambar 11 Sosialisasi
Nilai Agama
Nilai Keluarga
Ternyata baik nilai agama maupun nilai kelurga dating dari konsep yang sama yaitu sosialisasi. Dampak metodologisnya adalah apabila kita sebelumnya kita melakukan evaluative research untuk menilai seberapa jauh nilai agama mempengaruhi nilai keluarga, sekarang berubah menjadi explorative research sebab kita hanya bekerja dengan satu variabel yakni sosialisasi mungkin metode sosialisasi, proses sosialisasi ataupun agen sosialisasi. b. Component Variables Persoalan utama dalam ilmu social adalah menunjukkan serangkaian proposisi yang benar tetapi tidak spesifik. Ini menimbulkan kejumbuhan pengaturan hubungan antar variabel. Misalnya ada pendapat bahwa lingkungan mempengaruhi tingkah laku individu, dan ada pula yang berpendapat bahwa tingkah laku individu member warna terhadap lingkungan. Keduanya benar tetapi tidak cukup spesifik memnunjukkan mana yang menjadi stimulus dan mana yang menjadi response.
71
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Persoalannnya mungkin terletak pada tingkat pembicaraan kita. Misalnya kita hendak membicarakan partisipasi masyarakat dalam pemilu (DV) dengan serangkaian IV yaitu agama, keluarga dan pendidikan. Pengkajian ulag diperlukan disini, sebab bisa jadi sebagai IV ketiganya tampaknya bergerak pada tingkatan yang berbeda dari DV. Ketiga IVkita miliki tampak bergerak pada tingkatan kelompok , sementara keputusan memilih bergerak pada tingkat individual. Kesesuaian antara level IV dengan DV sangat menentukan hasil penelitian Gambar 12 IV
DV
Nilai agama Pendidikan
Keputusan memilih dalam Pemilu
Orang tua
c. Intervening variables Variabel ini sering juga disebut variabel antara. Sekalipun pada inspeksi yang pertama IV dan DV tampak langsung berhubungan, kita tidak boleh langsung percaya bahwa DV memang dipengaruhi oleh IV tanpa adanya factor lain. Berlainan dengan extraneous variables, intervening variables tidak menghilangkan sama sekali hubungan antara IV dan DV. Adanya intervening variables justru memperkuat penejalsan IV terhadap DV. Misalnya konsep kita menyatakan bahwa identifikasi terhadap partai menentukan perilaku politik seseorang. Ternyata identifikasi terhadap partai itu tidak langsung menjelaskan perilaku memilih. Perilaku itu ternyata masih ditentukan oleh persepsi orang terhadap isu yang berkembang dan candidat yang ditampilkan satu partai.
72
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Gambar 13 IV
INT. V
DV
Isu kontemporer
Identifikasi partai
Keputusan memilih
Kualitas Kandidat
d. Anticedent variables Variabel ini berfungsi menjelaskan posisi IV karena letaknya mendahuli keberadaan IV. Bila hubungan antara anticedent variables dengan IV sangt signifikan maka anticedent variables harus diikutkan dalam keseluruhan bangin analisa. Bila tidak maka anticedent variables dapat ditinggalkan atau sekedar menjadi bahagian pengantar yang tidak mempengaruhi analisa maupun kesimpulan yang mungkin akan diambil. Dari contoh sebelumnya terlihat bahwa identifikasi partai berfungsi sebagai IV terhadap tingkah laku memilih. Tetapi kita tahu juga bahwa identifikasi partai merupakan hasil dari proses sosialisasi politik. Maka sosialisasi politik menjadi antecedent variables terhadap identifikasi terhadap partai. Gambar 14 ANT. V
IV
INT. V
DV
Isu kontemporer
Sosialisasi politik
Keputusan memilih
Identifikasi partai Kualitas Kandidat
73
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
e. Supressor variables Variabel ini digunakan untuk mennguji apakah hubungan antara dua variabel (IV dan DV) itu betul-betul kuat. Disebut juga variabel penindas sebab dengan memasukkan kedalam rangkaian logika kita, hubungan antara IV dan DV menjadi hilang atau melemah. Dalam hubungannya dengan IV dan DV, variabel penindas ini dapat berhubungan secara positif terhadap IV dan negative terhadap DV dan sebaliknya. Tetapi tidak bisa variabel penindas ini sekaligus berhubungan positif atau negative kepada IV dan DV. Misalnya dengan menggunakan variabel identifikasi terhadap partai (IV) dan perilaku pemilih (DV). Kemudian kita uji hubungan yang ada dengan memasukkan variabel baru yaitu intervensi pemerintah. Didapat bahwa intervensi ini berhubungan secara positif dengan perilaku pemilih dan berhubungan secara negative dengan identifikasi terhadap partai. Sekalipun hasil test ini tidak selamanya harus dimasukkan kedalam analisa kita, karena tujuan dan variabel penelitian telah ditetapkan, tetapi hasilnya meruapakan peringatan bila kita hendak melakukan penelitian selanjutnya. Gambar 15 IV
Sup. V
DV
Intervensi pemerintah
Identifikasi partai
Keputusan memilih
Ada dua kondisi yang mungkin terjadi akibat dari kehadiran suppressor variables, pertama bila ia berhubungan positif dengan IV dan berhubungan negative dengan DV maka suppressor variables berubah menjadi antecedent variables. Kedua jika ia berhubungan negative dengan IV dan
74
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
positif ke DV maka suppressor variables berubah menjadi independent. variables. f. Disastrous variables Kalau jenis variabel ini muncul dalam rangkaian logika yang sudah kita bangun maka arah pengaruh yang sudah kita temukan atau sudah kita ramalkan akan terbalik. Misalnya kita meramalkan atau menemukan bahwa identifikasi terhadap partai mempengaruhi perilaku pemilih, tetapi setelah kita menguji keberadaan dan hubungan DV dengan variabel lain misalnya dengan evaluasi isu kontemporer, ternyata perilaku pemilih menetukan identifikasi mereka terhadap partai. Mereka melihat apakah kandidat yang ditampilkan oleh partai bisa memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat atau tidak. Bila penampilan kandidat tidak meyakinkan, bukan mustahil identifikasi partai mereka melemah atau bahkan mereka terafiliasi dengan partai lain. Hingga dalam sistuasi ini telah terjadi perubahan posisi DV dari “keputusan memilih” ke varaibel “identifikasi partai”. Gambar 16 Hubungan awal IV Identifikasi partai
DV Keputusan memilih
Hubungan setelah disastrous variables DV Identifikasi partai
IV Keputusan memilih
Evaluasi isu kontemporer
Dist. V
75
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Bila hukum yang harus diikuti adalah bahwa variabel tergantung (dependent variable) tidak boleh berubah, maka kehadiran disastrous variable dapat dipandang sebagai petaka dalam penelitian. Dalam gambar diatas jelas berubah bahwa keputusan memilih yang pada logika awal merupakan dependent variable sekarang justeru berubah menjadi independent variable. Tujuan penelitian sebenarnya telah berubah dari upaya untuk menjelaskan mengapa orang memilih menjadi upaya untuk menguji apakah keputusan memilih menentukan identifikasi kepartaian seseorang. F. Ringkasan Ada berbagai jenis variabel yang dapat dibangun dalam model kerangka analitis dalam penelitian kuantitatif. Model hubungan variabel akan sangat menetukan hasil peneltian. Tetapi hal utama yang harus dilakukan oleh penelitia adalah mengidentifikasi variabel melalui konsep dan teori yang digunakan. Pemahaman peneliti terhadap teori dan objek penelitian akan menentukan model hubungan antara variabel yang akan dijelaskan dalam penelitan. Model hubungan varaibel juga akan menentukan model analisis terhadap data dan kesimpulan yang akan ditarik dari hasil penelitian.
G. Tugas dan Latihan 1. Jelaskan pemahaman saudara varaibel penelitian? 2. Berikan penjelasan dalam mengidentifikasi variabel dari sebuah permasalahan penelitian? 3. Kelas dibagi menjadi kelompok kecil dengan anggota 5 orang. Masingmasing kelompok berdiskusi tentang tema penelitian masing-masing anggota kelompok. Diskusikan variabel dapat digunakan untuk melakukan penelitian bagi tema masing-masing anggota kelompok. Serta tentukan model hubungan tentang variabel tersebut. Tiap pilihan variabel yang digunakan pada tema harus disertai dengan alasan dan argumentasi-argumentasi yang didsari oleh teori. Masing-masing kelompok akan mempresentasikan hasil diskusinya di kelas dan anggoat kelompok lain dapat bertanya atau menanggapi atau memberikan saran.
76
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Referensi Burhan Bungin, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif, komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana. Jarol B. Manheim and Richard C. Rich, 1981. Empirical Political Analysis. Research Methods in Political Science, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc., Fred N. Kerlinger, 1990, Asas-asas Penelitian Behavioral, Terj. Landung R. Simatupang, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Riswandha Imawan, 2000, Metode Penelitian Sosial, Bahan Kuliah PPS UGMYogyakarta. Tidak dipublikasikan
77
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
BAB VII HAKIKAT HIPOTESIS DALAM PENELITIAN KUANTITATIF
Deskripsi Pokok Bahasan: Hipotesis merupakan suatu bahagian krusial dari desain penelitian kuantitatif. Hipotesis merupakan dasar yang harus dipertimbangkan penelitian dalam memutuskan alat analisis data. Hipotesis merukapan dugaan penelitian terhadap objek penelitiannya. Hipotesis inilah yang akan diuji dari data lapangan yang diperoleh. Hipotesis tidak muncul dengan tiba-tiba, tetapi sangat berhubungan dengan teori dan logika hubungan variabel yang dibangun peneliti dalam melihat permasalahan penelitiannya. Bentuk hipotesis yang disusun peneliti tergantung kepada model variabel dan model kerangka teoritik yang digunakan. Hipotesis dalam penelitian kuantitatif dapat berupa hipotesis satu variabel dan hipotesis dua atau lebih variabel yang disebut juga hipotesis kausal. Selanjutkan kita akan membahas secara lebih rinci tentang hipotesis dan bentuk-bentuknya. Tujuan Instruksional Umum 1. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan hakikat hipotesis dalam penelitian kuantitatif 2. Mahasiswa mampu menyusun hipotesis dalam penelitian kuantitaif. A. Pendahuluan Pada hakikatnya setiap penelitian kuantitatif dalam ilmu-ilmu sosial menerapkan filosofi yang disebut deducto hipothetico verifikatif artinya, masalah penelitian dipecahkan dengan bantuan cara berpikir deduktif melalui pengajuan hipotesis yang dideduksi dari teori-teori yang bersifat universal dan umum, sehingga kesimpulan dalam bentuk hipotesis inilah yang akan diverifikasi secara empiris melalui cara berpikir induktif dengan bantuan statistika inferensial. Hipotesis mejadi guide dalam proses penelitian yang disusun sesuai dengan kepentingan penelitian. Karena itu dalam penyusunan hipotesis peneliti harus memahami maksud dan tujuan dalam menyusun hipotesis.
78
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Dalam suatu penelitian tidak ada keharusan untuk mebenarkan hipotesis. Sebagai jawaban sementara dan sebagai abstaksi, hipotesa bias benar (sesuai dengan bukti empirik yang didapat) atau bias pula salah (tidak sesuai dengan bukti empirik). B. Pengertian Hipotesis Secara semantik hipotesis dapat diartikan sebagai kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang belum sempurna. Pengertian ini kemudian diperluas dengan arti sebagai kesimpulan penelitian yang belum sempurna dari sebuah penelitian sehingga perlu disempurakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis tersebut melalui sebuah penelitian. Pembuktian itu hanya dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan. Dengan demikian hipotesis dapat didefenisikan perrnyataan sebab akibat dari dua atau lebih variabel yang dikonstruksi berdasarkan asumsi-asumsi teoritik yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pelacakan secara empiris. 63 Hipotesis dalam penelitian kuantitaif merupakan suatu hal yang krusial, karena hipotesis inilah yang akan diuji melalui data-data yang diperoleh dari lapangan. Penggunaan hipotesis dalam penelitian sesungguhnya baru sekedar jawaban sementara terhadap penelitian yang akan dilakukan. Dengan hipotesis arah penelitian menjadi jelas baik dalam menentukan objek penelitian maupun dalam pengumpula data. Karena itu dalam penelitian kuantitatif, sejak awal peneliti sudah harus mengetahui untuk apa hipotesis dirancang. Mendesain dan mengkonstrukti hipotesis, peneliti perlu memiliki sumbersumber yang mendasarinya. Dalam penelitian kuantitatif yang menjadi dasar dalam menyusun hipotesis64 adalah teori yang digunakan dalam penelitian tersebut. Selain teori peneliti juga dapat menggunakan pengalaman-pengalaman empiris sebagai dasar untuk menyusun hipotesis. Maka hipotesis merupakan kalimat pernyataan yang menunjukkan hubungan antara fenomena (variabel) yang
63
Riswanda Imawan,2000, Metode Penelitian Sosial, materi kuliah Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tidak dipublikasikan, hal.9 64 Sotirios Sarantakos, 1993, Soscial Research, MacMilan Education Ltd., Australia, hal. 119.
79
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
dimaksud dalam konsep yang digunakan peneliti65. Untuk menghasilkan observasi empiric yang dapat dipercaya maka peneliti harus bergerak dari level teori yang sangat abstrak kepada level konsep yang lebih spesifik yang dapat diobservasi yang dimulai dengan mengkonsepsikan variabel. 66 Dengan defenisi seperrti diatas maka dapat dikatakan bahwa hipotesis secara esensial merupakan pernyataan tentang keyakinan peneliti tentang hubungan variabel dari fenomena.
Gambar 17 Penggunaan sumber teori dan empiris untuk hipotesis Teori Hipotesis
Rancangan penelitian
Kenyataan Empiris Sumber: Burhan Bungin, 2005, hal. 76 Dari defenisi tersebut jelas bahwa hipotesis alat yang penting dan mutlak dalam penelitian ilmiah. Ada tiga alas an utama yang mendukung pandangan ini. Pertama, hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis dapat dirunut atau dijabarkan dari teori yang digunakan. Kedua, hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan betul dan salahnya. Karena hipotesis adalah proposisi-proposisi relasional yangvmerupakan alas an utama mengapa digunakan dalam penelitian ilmiah. Ketiga, hipotesis adalah alat yang memeiliki daya besar untuk memajukan pengetahuan karena para ilmuwan dapat “keluar” dari dirinya sendiri. 67
65
Jarol B. Manheim and Richard C. Rich, 1981. Empirical Political Analysis. Research Methods in Political Science, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc, hal.24. 66 Ibid, hal. 25. 67 Fred N.Kerlinger, 2004, Azas-azas Penelitian Behavioral,Terj. H. J. Koesoemanto, Gadjah mada University Press, Yogyakarta, hal. 32-33
80
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
C. Merancang Hipotesis Pada dasarnya hipotesis hanya dibangun untuk kegunaan penelitian ilmiah, Hipotesis tidak muncul dengan tiba-tiba, tetapi muncul dari rangkaian berfikir dari peneliti terhadap permasalahan penelitiannya. Oleh karena itu hipotesis muncul atas kesadaran keilmuan, sehingga harus mempertimbangkan validitasnya. 68 Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam menyusun sebuah hipotesis, sehinga hipotesis tersebut dapat membuat kesimpulan yang tidak salah. Syarat tersebut antara lain : 1. Hipotesis yang dibuat tidak melepaskan diri dari jangkauan konsep dan teori yang digunakan dengan masalah yang diteliti. 2. Hipotesis dinyatakan dalam bentuk kalimat yang didasari oleh masalah penelitian. Kalimat hipotesis memperlihatkan keadaan atau hubungan dua atau lebih variabel yang akan diteliti. 3. Hipotesis harus spesifik dan tidak menggunakan bahasa atau kalimat yang ambigu atau bermakna ganda. 4. Hipotesis yang dibuat memiliki kemungkinan diuji dan dapat diukur. Jadi, hipotesis yang diajukan peneliti, setelah membaca teori-teori yang relevan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan. Oleh karena itu, penggunaan kata tanya
dalam perumusan masalah harus juga
diperhatikan dengan mempertimbangkan jawaban yang logis dalam hipotesis, sehingga tidak mungkin peneliti dapat mengajukan hipotesis manakala kata tanya yang digunakan dalam perumusan masalah ilmiah adalah kata tanya seperti “sejauh manakah” atau “seberapa besarkah,” karena jawabannya sejauh itu atau sebesar itu. Pada umumnya, dalam penelitian sosial terdapat dua macam rumusan masalah yaitu yang menghubungkan dan membedakan antar variabel. Dalam hal ini, menghubungkan dalam kaitannya dengan studi korelasional, merupakan studi non kausal artinya variabel bebas hanya mampu menentukan (to determine), dalam bentuk persentase. Apabila peneliti memiliki teori yang kuat tentang hubungan antar variabel, maka dapat dilakukan penelitian kausal melalui 68
Burhan Bungin, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif, komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, hal 77.
81
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
hubungan dengan menguji model pengaruh (path model) antar variabel yaitu melalui studi kausal yang bersifat non eksperimen. Analisisnya dapat berupa path anlysis atau linear structural relation (lisrel) bila model bersifat non-recursive. Jenis lain yaitu penelitian kausal melalui eksperimen atau ex post facto bila tidak dapat dilakukan treatment karena variabel bebas tidak dapat dimanipulasi mengingat variabel tersebut sudah after the fact artinya sudah terjadi sebelumnya seperti perbedaan jenis kelamin atau jenis pekerjaan. D. Bentuk-bentuk Rumusan Hipotesis Penelitian Apapun bentuk penelitiannya, pada umumnya hipotesis ada dua yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistic.
Diatas sudah dijelaskan bahwa
persyaratan hipotesis adalah dinyatakan dalam kalimat pernyataan yang memperlihatkan hubungan antara variabel yang diteliti. Berdasarkan model hubungan antar variabel penelitian hipotesis dapat dibedakan atas tiga bentuk. Bentuk hipotesis ini sekaligus akan menetukan bentuk alat analisis statistik yang akan digunakan dalam menganalisa data. 1. Hipotesis Deskriptif Hipotesis deskriptis merupakan hipotesis yang menyatakan tentang nilai suatu variabel mandiri dan tidak membuat perbandingan atau hubungan. Perumusan hipotesis deskriptif ini didasari oleh permasalahan penelitian yang tidak bertujuan membuat perbandingan atau melihat hubungan antar variabel. Dalam penelitian hanya bertujuan untuk menjelaskan satu variabel saja atau lebih dikenal dengan penelitian univariat.
Hipotesis deskriptif dirumuskan untuk
menjawab permasalahan taksiran atau estimasi atas satu variabel. Contoh hipotesis deskriptif a. Gaya kepemimpinan di lembaga X telah mencapai 70 % dari yang diharapkan b. Mahasiswa Ilmu Politik rata-rata membaca 3 buku dalam satu minggu c. Kinerja rumah sakit daerah Dr. M. Djamil baik.
82
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Hipotesis diatas merupakan hipotesis penelitian untuk variabel yang diteliti, namun penelitian yang bersifat univariat tidak mengharuskan adanya rumusan hipotesis. 2. Hipotesis Komparatif Hipotesis komparatif adalah penyataan yang menunjukkan dugaan nilai pada satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda atau dengan kata lain membandingkan antara dua sample. Penelitian model ini dubuat untuk penelitian yang bertujuan membandingkan antara dua sampel yang berbeda dengan variabel yang sama. Contoh seorang peneliti hendak melihat perbedaan kualitas layanan publik pada kantor catatan sipil antara kota Padang dengan kota Solok. Maka ada dua sampel dalam penelitian ini yaitu kantor catatan sipil kota Padang dan kantor catatan sipil kota Solok, maka hipotesisnya adalah: “Ada perbedaan kualitas pelayanan kantor catatan sipil Kota Padang dengan pelayanan kantor catatan sipil Kota Solok”. Hipotesis diatas menunjukkan perbandingan (komparasi) dari dua sampel, karena tujuan penelitian ini juga berrtujuan untuk mencari perbedaan atau persamaan sebagai perbandingan focus penelitian dari sampel yang berbeda. 3. Hipotesis Asosiatif Hipotesis asosiatif adalah suatu pernyataan yang menunjukkan hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih variabel. Hipotesis asosiatif digunakan untuk penelitian yang bersifat kausal yang memperlihatkan hubungan antara varibel baik bivariat maupun multivariat. Contoh peneliti hendak melihat kinerja anggota DPRD Sumatera Barat, peneliti menduga kinerja anggota DPRD sangat ditentukan oleh latar belakang pendidikan dan keaktifan organisasi para anggota DPRD tersebut. Peneliti melihat hendak menguji apakah ada hubungan pendidikan dan keaktifan organisasi dengan kinerja anggota DPRD Sumatera Barat periode 2009-2013. Hipotesis penelitian yang dibangun oleh peneliti adalah: a. Ada hubungan antara pendidikan dengan kinerja anggota DPRD Sumatera Barat periode 2009-2013
83
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
b. Ada hubungan antara keaktifan organisasi dengan kinerja anggota DPRD Sumatera Barat periode 2009-2013. Contoh diatas memperlihatkan hubungan kausal dari variabel yang dikonsepsikan peneliti. Penelitian model bivariat atau multivariat bertujuaan untuk menjelaskan (eksplanasi) fenomena.
E. Macam-macam Hipotesis dalam Statistik Hipotesis penelitian adalah dugaan sementara peneliti terhadap pertanyaan penelitian, maka perlu dilakukan pengujian dengan data empirik. Untuk pengujian hipotesis ini menggunakan alat bantu statistik, namun dalam statistik tidak secara langsung menguji hipotesis penelitian, tetapi hipotesis penelitian harus dirumuskan lagi kedalam hipotesis statistik. Hipotesis statistik inilah yang akan diuji dengan alat analisis statistik. Hipotesis statistik meruapkan hipotesis yang akan diuji dengan data-data yang didapatkan dilapangan yang dirumuskan dengan kata-kata verbal, apakah berkaitan dengan hubungan atau perbedaan dan hipotesis statistik yang ditulis dengan notasi-notasi parameter yang dapat diuji. Hipotesis statistik memiliki dua macam hipotesis yaitu pertama hipotesis nol dan kedua hipotesis alternatif. Hanya hipotesis inilah yang dapat diuji dengan statistika inferensial. Misalnya dalam penelitian kuantitatif dirumuskan masalah sebagai berikut, “apakah terdapat hubungan antara pendidikan dengan partisipasi politik”, maka rumusan hipotesis penelitiannya adalah terdapat “hubungan antara pendidikan dengan partisipasi politik”. Namun hipotesis penelitian ini masih ngambang karena tidak secara tegas menyatakan hubungan apa, positif atau berbanding lurus ataukah negatif atau berbanding terbalik, tergantung teorinya. Kalau teorinya menemukan bahwa makin tinggi pendidikan maka makin tinggi partisipasi politiknya maka hipotesis dinyatakan “terdapat hubungan positif antara pendidikan dengan partisispasi politik. Demikian juga bila masalah yang dirumuskan seperti apakah kecerdasan emosional berpengaruh langsung terhadap kepemimpinan, sehingga hipotesisnya menjadi “kecerdasan emosional berpengaruh langsung terhadap kepemimpinan”.
84
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Dalam statistik, hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenaranya. Maka dalam statistik dikenal dua bentuk hipotesis. a. Hipotesis Nol (Ho) yaitu hipotesis yang akan diuji dengan statistik. Hipotesis Nol memiliki ciri bahwa pernyataan yang dirumuskan dalam kalimat negatif. Dengan kata lain hipotesis nol menyatakan tidak ada hubungan, pengaruh atau perbedaan antara variabel yang diteliti. Contoh: -
Tidak ada hubungan antara keaktifan organisasi dengan kinerja anggota DPRD Sumatera Barat Periode 2009-2013
-
Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap pilihan partai seseorang
-
Tidak ada hubungan antara mobilitas sosial dengan pandangan politik masyarakat.
b. Hipotesis Alternatif (Ha) merupakan lawan dari hipotesis nol. Hipotesis alternatif dapat langsung dirumuskan apabila hipotesis nol ditolak. Salah satu ciri hipotesis alternatif adalah dinyatakan dalam bentuk kalimat positif yaitu yang menyatakan ada hubungan, pengaruh atau perbedaan antara variabel yang diteliti. Bila dilihat dari contoh hipotesis nol diatas maka hipotesis alternatifnya adalah -
Ada hubungan antara keaktifan organisasi dengan kinerja anggota DPRD Sumatera Barat periode 2009-2013
-
Ada pengaruh pendidikan terhadap pilihan partai seseorang
-
Ada hubungan antara mobilitas sosial dengan pandangan politik masyarakat
Selain dua bentuk hipotesis diatas, biasanya masih ada hipotesis yang dugunakan dalam penelitian dikenal dengan hipotesis kerja (Hk). Hipotesis kerja ini biasanya digunakan untuk mempertegas hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha) dalam pernyataan yang lebih spesifik pada indikator tertentu dari nariabel yang dihipotesiska. Dari contoh diatas Ho berbunyi “Tidak ada hubungan antara mobilitas sosial dengan pandangan politik masyarakat”, maka Hk dapat dirumuskan dengan pernyataan antara lain:
85
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
1. Tidak ada hubungan antara perubahan status pekerjaan dengan pandangan politik seseorang 2. Tidak ada hubungan antara perpindahan tempat tinggal dengan pandangan politik seseorang. 3. Tidak ada hubungan antara perpindahan fisik dengan pandangan politik seseorang. Jadi hipotesis kerja merupakan hipotesis yang dikembangkan dari hipotesis nol atau hipotesis alternatif yang telah dirumuskan. Dengan adanya hipotesis kerja akan memperlihatkan kesimpulan penelitian yang lebih spesifik. Dalam pengujian hipotesis peranan alat bantu statistik sangat besar dan menentukan. Tetapi alat bantu statistik tidak akan berguna jika peneliti salah menggunakan atau memilih alat uji yang tepat bagi penelitiannnya. Penggunaan alat uji statistic ditentukan oleh paling tidak tiga hal dari penelitian, pertama Jenis hipotesis penelitian. Peneliti harus menentukan jenis hipotetsisnya apakah hipotesis deskriptif, komparatif atau hipotesis asosiatif . Kedua jenis data penelitian, apakah jenis datanya nominal, ordinal, interval atau rasio. Ketiga tujuan penelitian dalam menjeaslkan hubungan, apakah untuk menejlaskan adanya huhungan (korelasi) atau hingga melihat pengaruh (regresi) diantara variabel. Pada tabel berikut akan disajikan alat uji ststistik yang sering digunakan dalam penelitian kuantitatif ilmu sosial.
86
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Tabel 4 Penggunaan Statistik Untuk Pengujian Hipotesis Macam Data
Nominal
Bentuk Hipotesis Deskriptif (satu variabel)
Komparatif (dua sampel)
Komparatif (lebih dari 2 sampel)
Related
Independen
Related
Independen
Binomial
Mc Nemar
Fisher Exact Probability
2 for k sample
2 for k sample
Contingency Coefficient C
2 Two Sample
Cochran Q
Sign test
Median test
Friedman
Median Extension
Wilcoxon matched parts
Mann-Whitney U test
Two WayAnova
Spearman Rank Correlation
2 One Sample
Ordinal
Run Test
Kolmogorov Simrnov
KruskalWallis One Way Anova
Asosiatif (hubungan)
Kendall Tau
WaldWoldfowitz Interval Rasio
T Test*
T-test of* Related
T-test of* independent
One-Way Anova*
One-Way Anova*
Pearson Product Moment *
Two Way Anova*
Two Way Anova*
Partial Correlation* Multiple Correlation*
* Satatistik Parametrik Sumber: Sugiyono,2006, Statistika untuk Penelitian, hal. 18. Tabel diatas memberikan gambaran sederhana dalam menentukan atau pemilihan alat bantu statistik yang akan digunakan peneliti dalam melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitiannya. Peneliti harus memperhatikan jenis data, bentuk hipotesis dan model sampel yang digunakan.
87
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
F. Ringkasan Hipotesis merupakan dugaan jawaban peneliti atas pertanyaan penelitian. Hipotesis tidak muncul begiru saja dari peneliti, tatapi hipotesis muncul dari kerangka berifikir peneliti yang menghubungkan permasalahan dengan teori yang digunakan. Dalam merumuskan hipotesis harus memperhatikan bebarapa syarat yang penting seperti kesesuaian dengan teori dan permasalahan, dapat diuji dengan data empiric dan harus dinyatakan secara jelas. Hipotesis sangat menentukan model analisa data dalam penelitian kuantitatif.
G. Tugas dan Latihan 1. Jelaskan pemahaman saudara tentang hipotesis? Dan 2. Jelaskan bentuk-bentuk hipotesis? 3. Susunlah hipotesis berdasarkan permasalahan penelitian saudara. Diskusikan
dengan
teman
satu
kelompok.
Masing-masing
memperesentasikan alasan merumuskan hipotesis tersebut. Anggota kelompok
yang
laian
mengkritisi
rumusan
hipotesis
yang
dipresentasikan.
88
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Referensi Burhan Bungin, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif, komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Fred
N.Kerlinger, 2004, Azas-azas Penelitian Behavioral,Terj. Koesoemanto, Gadjah mada University Press, Yogyakarta.
H.
J.
Manheim, Jarol B. and Richard C. Rich, 1981. Empirical Political Analysis. Research Methods in Political Science, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Riswanda Imawan,2000, Metode Penelitian Sosial, materi kuliah Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tidak dipublikasikan. Sotirios Sarantakos, 1993, Soscial Research, MacMilan Education Ltd., Australia. Sugiyono,2006, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.
89
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
BAB VIII PENGUKURAN DALAM PENELITIAN KUANTITATIF Deskripsi Pokok Bahasan: Pada bagian ini akan dibahas mengenai berbagai pengukuran dalam penelitian kuantitatif. Pengukuran bertujuan untuk mengaplikasikan konsep variabel dalam ranah nyata (empiris). Variabel yang bersifat abstrak akan dapat dilihat dan ditemukan dengan pengukluran yang tepat. Pengukuran juga sangat berguna bagi peneliti dalam proses analisis data. Pemilihan pengukuran yang tepat akan menetukan benar atau tidaknya data dan analisis data dalam penelitian. Berikut kita akan membahas jenis skala pengukuran dan bentuk-bentuk pengukuran sikap yang sering dipergunakan dalam penelitian-penelitian behavioral. Tujuan Instruksional Umum 1. Mahasiswa
mampu
menjelaskan
pengertian
dan
jenis
skala
pengukuran sikap. 2. Mahasiswa mampu memahami dan menentukan skala pengukuran yang akan dipakai dalam permasalahan penelitian yang dipilih.
A. Pendahuluan Ilmu pengetahuan selalu memiliki perbedaan dengan realitas melalui konsep-konsep, sehingga apabila konsep baik tunggal maupun yang berhubungan, mau diteliti maka diperlukan operasionalisasi agar konsep / variabel yang menjadi fokus perhatian dapat diamati dan diobservasi, sesuatu yang dapat diobservasi, baik secara langsung ataupun tidak langsung, juga bermakna dapat diukur (Measurable), oleh karena itu pengukuran menjadi penting dalam kaitannya dengan penelitian khususnya penelitian kuantitatif. Pengukuran tidak bisa dilakukan secara sembarangan, sebab memerlukan keterkaitan/keselarasan antara konsep dengan pelaksanaan penelitian serta kehatihatian terhadap kesalahan pengukuran (Measurement error) yang dapat menjadi
90
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
ancaman bagi keabsahan suatu penelitian. Dalam suatu penelitian sosial, menurut Sofian Effendi69, proses pengukuran adalah rangkaian dari empat aktivitas, yakni : 1. menentukan dimensi konsep penelitian 2. rumusan
ukuran
untuk
masing-masing
dimensi
(pertanyaan-
pertanyaan yang relevan dengan dimensi) 3. tentukan tingkat ukuran yang akan digunakan (Nominal, Ordinal, Interval, Rasio) 4. tentukan tingkat kesahihan dan keajegan dari alat pengukur Secara sederhana dapat juga dikatakan bahwa untuk melakukan pengukuran, maka peneliti perlu menentukan konsep/variabel yang akan diteliti, menentukan indikator-indikator
dari
variabel
tersebut,
menentukan
item-item
untuk
pengukuran sesuai dengan indikator masing-masing, dan kemudian melakukan pengujian atas kesahihan (validitas) dan keajegan (reliabilitas) alat ukur tersebut (Instrumen Penelitian). Meskipun seorang peneliti berusaha secermat mungkin, namun terjadinya kesalahan dalam pengukuran masih mungkin, sehingga diperlukan pemahaman tentang kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran. Terdapat dua tipe kesalahan dalam pengukuran yaitu Random error yakni ketidakajegan (unreliability) pengukuran dimana pengulangan pengukuran menghasilkan hasil yang berbeda, hal ini terjadi apabila pengacakan sampel kurang representatif atau karena ukuran sampel yang terlalu kecil dan Non-random error yakni ketidak validan (invalidity) atau bias dalam pengukuran dimana instrumen pengukuran tidak mengukur apa yang seharusnya diukur. Penelitian yang baik adalah penelitian yang menggunakan pengukuran dengan menghilangkan atau paling tidak mengurangi kedua tipe kesalahan tersebut. Dalam analisa data yang menggunakan statistik pengukuran adalah hal yang sangat penting karena merupakan sumber angka-angka yang dipakai dalam analisa statistik, disamping sebagai pedoman dalam penentuan teknik analisis statistik yang dapat dipergunakan. Secara umum pengukuran diartikan sebagai 69
Sofian Efendi, “Prinsip-prinsip pengukuran dan penyusunan skala”, dalam Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed), 1995, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, hal. 95
91
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
proses membedakan sesuatu (The process by which things are differentiated), sedang secara operasional, Pengukuran adalah penerapan aturan bilangan pada obyek atau fenomena tertentu, dalam suatu penelitian Kuantitatif pengukuran dikenakan pada variabel yang kita teliti. Dengan kata lain pengukuran bermakna menandai nilai-nilai suatu variabel dengan tanda bilangan tertentu secara sistematis. B. Skala Pengukuran Memang
diakui
bahwa
apabila
hasil
suatu
pengukuran
dapat
dikuantifikasikan serta dinyatakan dalam bentuk angka, ambiguitas bahasa akan sangat berkurang (seperti “saya tinggi” dengan “Saya 1,62 cm tinggi), namun demikian dalam proses pengukuran tidak selamanya harus menggunakan penandaan dalam bentuk angka (Kuantifikasi), yang penting tergambar suatu perbedaan posisi yang satu dengan yang lain dalam suatu kontinum nilai. ketentuan penerapan nilai suatu variabel dengan tanda bilangan atau lambang disebut skala (Levels of Measurement). Dalam hubungan ini terdapat beberapa skala pengukuran (Terkadang disebut jenis data atau tipe variabel berdasarkan tingkat pengukuran) yang perlu dipahami oleh seorang peneliti 1. Skala
Nominal,
adalah
skala
yang
hanya
mendasarkan
pada
pengelompokan atau pengkategorian peristiwa atau fakta dan apabila menggunakan notasi angka hal itu sama sekali tidak menunjukan perbedaan kuantitatif melainkan hanya menunjukan perbedaan kualitatif. Banyak variabel dalam penelitian sosial menggunakan skala nominal seperti agama, jenis kelamin, tempat lahir, asal sekolah dan sebagainya. Adapun ciri dari skala nominal adalah : (a) kategori data bersifat mutually exclusive (saling memisah), (b) Kategori data tidak mempunyai aturan yang logis (bisa sembarang) hanya sebagai pembeda. 2. Skala Ordinal, adalah pengukuran dimana skala yang dipergunakan disusun secara terurut dari yang rendah sampai yang tinggi menurut suatu ciri tertentu, namun antara urutan (ranking) yang satu dengan yang lainnya tidak mempunyai jarak yang sama, skala ordinal banyak dipergunakan dalam
penelitian
sosial
terutama
berkaitan
dengan
pengukuran
92
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
kepentingan, persepsi, motivasi serta sikap, apabila mengukur sikap responden terhadap suatu Kebijakan publik , responden dapat diurutkan dari mulai Sangat setuju (1), Setuju (2), Tidak berpendapat (3), Kurang Setuju (4), dan Tidak setuju (5), maka angka-angka tersebut hanya sekedar menunjukan urutan responden, bukan nilai untuk variabel tersebut. Adapun ciri dari skala ordinal adalah : (a) kategori data bersifat saling memisah, (b) kategori data mempunyai aturan yang logis, (c) kategori data ditentukan skalanya berdasarkan
jumlah karakteristik khusus yang
dimilikinya. 3. Skala Interval, adalah skala pengukuran dimana jarak satu tingkat dengan tingkat lainnya sama, oleh karena itu skala interval dapat juga disebut skala unit yang sama (equal unit scale), contoh yang sangat dikenal adalah temperatur, pendapatan dan lainnya. Adapun ciri-ciri skala interval adalah : (a) kategori data bersifat saling memisah, (b) kategori data mempunyai aturan yang logis, (c) kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang dimilikinya, (d) perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang sama dalam jumlah yang dikenakan pada kategori, (e) angka nol hanya menggambarkan suatu titik dalam skala (tidak punya nilai Nol absolut). 4. Skala Rasio. Skala interval yang benar-benar memiliki nilai nol mutlak disebut skala rasio, dengan demikian skala rasio menunjukan jenis pengukuran yang sangat jelas dan akurat (precise). Jika kita memiliki skala rasio, kita dapat menyatakan tidak hanya jarak yang sama antara satu nilai dengan nilai lainnya dalam skala, tapi juga tentang jumlah proporsional karakteristik yang dimiliki dua obyek atau lebih, dan contoh untuk skala ini adalah uang. Adapun ciri-ciri dari skala rasio adalah : (a) kategori data bersifat saling memisah, (b) kategori data mempunyai aturan yang logis, (c) kategori data ditentukan skalanya berdasarkan
jumlah
karakteristik khusus yang dimilikinya, (d) perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang sama dalam jumlah yang dikenakan pada kategori, (e) angka nol menggambarkan suatu titik dalam skala yang menunjukan ketiadaan karakteristik (punya nilai Nol absolut)
93
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Bagi seorang peneliti pemahaman secara tepat tentang skala pengukuran sangat penting karena dua alasan : Pertama, tiap skala pengukuran memberikan jumlah informasi yang berbeda, skala rasio memberi informasi lebih banyak dibanding interval, interval lebih banyak dibanding ordinal, dan ordinal memberi informasi lebih banyak dibanding skala pengukuran nominal, oleh karena itu, jika memungkinkan peneliti sebaiknya menggunakan skala pengukuran yang dapat memberikan informasi paling maksimum yang diperlukan
untuk menjawab
permasalahan penelitian. Kedua, beberapa jenis prosedur analisa statistik tidak tepat untuk dipergunakan pada skala pengukuran yang berbeda, untuk itu kejelasan penentuan skala pengukuran akan menentukan jenis analisis statistik yang bagaimana yang akan dipergunakan.
Gambar 1. Empat jenis Skala Pengukuran SKALA
CONTOH
Jenis Kelamin (Karakteristik : hanya data Kelompok dan Label, melaporkan frekuensi atau prosentase)
Nominal
Peringkat dalam suatu Lomba (Karakteristik : data
Ordinal
Ke-4
Ke-3
Ke-2
Ke-1
urutan, menggunakan angka
hanya untuk
menunjukan peringkat)
Interval
Temperatur (Karakteristik : Menganganggap bahwa
94
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
10
20
perbedaan antar skor benar-benar menunjukan perbedaan yang sama dalam variabel yang diukur)
30
Rasio 0 Rp. 10
Rp.20
Rp.30
Rp.40
Uang (Karakteristik : mencakup seluruh karakteristik di atas ditambah nilai nol mutlak/yang sebenarnya)
C. Penentuan Indikator/Konsep Empiris Konsep
merupakan konstruksi teoritis
yang
dimaksudkan untuk
mengorganisasikan realitas dan bukan sesuatu yang punya gambaran visual, konsep mempunyai gradasi yang berbeda-beda dalam hal kesulitan dan kemudahannya untuk diukur tergantung pada tingkatan abstraksi, konsep tinggi, berat merupakan contoh yang mudah diukur, namun bagaimana halnya mengukur konsep yang punya tingkat abstraksi tinggi seperti : partisipasi politik, persepsi , IQ, perilaku, dan konsep lain yang sejenis, sudah barang tentu untuk konsepkonsep seperti itu pengukurannya tidak sederhana karena memerlukan upaya mengempiriskan konsep-konsep tersebut agar dapat dilakukan pengukuran. Dengan demikian agar suatu konsep dapat diukur maka diperlukan pengetahuan tentang unsur-unsur yang dapat dijadikan petunjuk (indikator) terhadap suatu konsep, oleh karena itu konsep dan indikator merupakan dua hal yang penting dalam suatu penelitian. Keduanya harus menunjukkan validasi konsep yaitu penyimpulan yang valid atas suatu konsep (yang tidak dapat diobservasi) atas dasar indikator (yang dapat diobservasi). Seorang peneliti tidak meneliti konsep secara langsung melainkan secara tidak langsung melalui pengumpulan data sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditentukan, untuk itu indikator harus benar-benar dapat menggambarkan konsepnya, dalam hubungan ini langkah penting dalam penentuan indikator adalah dengan pengkajian definisi dan teori yang berkaitan dengan konsep 95
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
tersebut . Penentuan indikator dapat dilakukan melalui : 1). penelusuran akibatakibat dari suatu konsep, hasilnya disebut Reflective Indicator/Reflector/Effect indicator ; dan 2). Penelusuran sebab-sebab dari suatu konsep, hasilnya disebut Formative indicator/Cause indicator. Cara mana saja yang dipergunakan tidaklah menjadi soal yang penting indikator-indikator yang dipilih/ditentukan harus merupakan representasi dari konsep-konsep yang menjadi fokus penelitian. Karena konsep / variabel tidak dapat diukur langsung, maka langkah penentuan satuan-satuan yang bisa diobservasi menjadi sangat penting dalam suatu penelitian, dalam hubungan ini terdapat dua cara dalam proses tersebut yaitu: 1. Melalui penjabaran konsep dari mulai konsep teori, konsep empiris, konsep analitis, dan konsep operasional. 2. Melalui penelusuran dari konsep, dimensi, indikator, dan item pertanyaan-pernyataan. D. Pengukuran sikap
Di dalam penelitian Sosial dengan pendekatan Kuantitatif, disamping pengukuran dengan menggunakan bentuk test, seorang peneliti akan banyak menghadapi penggunaan pengukuran berbentuk Skala, baik dengan metode Thurstone, Bogardus ataupun Likert yang umumnya dikenal dengan Skala Sikap, hal ini tidak lain karena dalam bidang sosial banyak sekali Personological variable yang sulit, bahkan tidak dapat diobservasi secara langsung melainkan melalui penyimpulan dari indikasi tidak langsung (seperti Konsep diri, bakat, motivasi belajar). Sikap (attitude) merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap obyek tertentu, para akhli telah memberikan definisi yang bervariasi terhadap konsep sikap, Thurstone sebagai pelopor dalam pengukuran sikap mendefinisikan sikap sebagai berikut : o attitude… “the sum total of man’s inclinations and feelings, prejudice and bias, preconceived notion, ideas, fears, threats, and conviction about any specified topic” (definisi tahun 1928)
96
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
o attitude is the affect for or against a psychological object (definisi tahun 1931) o attitude…”the intensity of positive or negative affect for or against a psychological object” (definisi tahun 1946) definisi-definisi tersebut oleh Daniel J. Mueller dirumuskan kembali sebagai berikut : o Attitude is : 1. affect for or against 2. evaluation of 3. like or dislike 4. positiveness or negativeness toward a psychological object. pengertian di
atas
menunjukan
bahwa
suatu
sikap
merupakan
suatu
perasaan,penilaian, kesukaan atau ketidaksukaan, kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu obyek psikologis tertentu. Sementara itu Bogardus mendefinisikan Sikap sebagai a tendency to act toward or against some environmental factor. Menurut Prof. Mar’at dalam bukunya Sikap Manusia, Perubahan dan Pengukurannya, kriteria informal untuk mengedit pernyataan yang digunakan untuk mengkonstruksikan skala sikap adalah : 1. menolak pernyataan yang dihubungkan dengan masa lalu daripada saat sekarang 2. menolak
pernyataan
yang
faktual
atau
yang
baik
untuk
diinterpretasikan sebagai faktual 3. menolak pernyataan yang dapat diinterpretasikan lebih dari satu 4. menolak pernyataan yang tidak relevan kepada obyek psikologi 5. menolak pernyataan yang dapat diterima oleh hampir semua orang atau bahkan tidak satupun yang menerima 6. memilih pernyataan yang dianggap memiliki pilihan dari skala efek mengenai minat 7. menjaga bahasa yang sederhana dari pernyataan untuk jelas dan langsung (tidak berbelit-belit)
97
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
8. pernyataan haruslah pendek kurang lebih dua puluh kata 9. pernyataan haruslah memiliki suatu pemikiran 10. menolak pernyataan yang mengandung kata-kata : semua; selalu; tidak satupun; tidak pernah; yang sering menimbulkan ketidakjelasan 11. kata-kata : hanya, benar/tepat, hampir, dan kata-kata lain yang hampir sama artinya harus digunakan dengan hati-hati dalam menulis pernyataan 12. bila mungkin pernyataan harus dalam bentuk kalimat yang sederhana sehingga tidak merupakan bentuk yang kompleks dan berlebihan 13. menolak penggunaan kata-kata yang tidak mempunyai arti 14. menolak penggunaan negatif rangkap.
Contoh Skala Sikap Untuk lebih memperoleh gambaran tentang bagaimana pakar membuat Skala Sikap, berikut ini akan dikemukakan dua cara masing-masing mengacu pada Skala Thurstone dan Likert 1. Method of equal appearing Interval (Thurstone) Metode ini dikemukakan oleh Edward pengarang Buku Technique of attitude scale construction. Menurut Mar’at cara ini biasanya digunakan bila pernyataan yang akan diskala adalah cukup banyak, sehingga sukar untuk dilakukan penilaian secara perbandingan, sementara itu Saifuddin Azwar menyatakan bahwa cara penskalaan ini mengacu pada model skala Thurstone yang mengacu pada pendekatan penskalaan Stimulus serta penilaiannnya dilakukan oleh kelompok penilai tertentu yang diberi tugas membaca dengan seksama setiap pernyataan untuk kemudian memberikan penilaian atau perkiraan tingkat favorable atau tidaknya suatu pernyataan dalam suatu Psychological Continuum. Psychological Continuum tersebut disusun dalam bentuk abjad dengan asumsi bahwa jarak/interval antara hurup dengan huruf setara mulai dari yang tidak Favorable sampai yang Favorable dimulai dari abjad A sampai K, dimana abjad F merupakan bagian yang netral, dalam prakteknya yang tidak Favorable bernilai 1 dan yang Favorable bernilai 11, akan tetapi pilihan terhadap suatu nilai 98
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
tertentu tidak lantas dijadikan nilai skala suatu item tertentu melainkan sebagai bahan untuk diolah kembali, adapun kontinum skala tersebut nampak sebagai berikut
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Tak Favorable
Netral
Favorable
Apabila pernyataan-pernyataan Skala Sikap telah dinilai/dijawab oleh kelompok kemudian dihitung frekuensi untuk masing-masing pilihan alternatif per item pernyataan, sebagai contoh : misalkan skala sikap model tersebut diberikan pada 100 orang (N = 100) penilai dengan 30 item pernyataan, kemudian kita ambil satu item nomor 1 untuk ditentukan nilainya, dengan deskripsi sebagai berikut : Alternatif Pilihan No Item A B C 1 2 3 F 4 5 6 1 P 0.04 0.05 0.06 Pk 0.04 0.09 0.15
D 4 8 0.08 0.23
E 5 10 0.10 0.33
F 6 12 0.12 0.45
G 7 30 0.30 0.75
H 8 6 0.06 0.81
I 9 8 0.08 0.89
J 10 9 0.09 0.98
K 11 2 0.02 1.00
Keterangan : F
= Frekuensi, jumlah penilai yang memilih tiap-tiap alternatif
P
= Proporsi tiap Frekuensi pilihan dengan jumlah penilai/penjawab F dibagi N (F : N)
Pk
= Proporsi Kumulatif yaitu penambahan besarnya proporsi dengan proporsi sebelumnya, misal 0.09 = 0.04 + 0.05
karena penentuan nilai/skor skala menggunakan ukuran tendensi sentral Median, maka setiap item perlu dicari mediannya dengan menggunakan Rumus Median yang diberi lambang S sebagai berikut :
99
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
S = bb+ 0.5 – pkb pm
i
Keterangan : S
= Skala nilai dari pernyataan (Median)
pkb
= Proporsi kumulatif di bawah posisi median
pm
= proporsi pada posisi Median
i
= interval (dalam hal ini sama dengan 1)
apabila diterapkan pada contoh dalam tabel 2 akan nampak sebagai berikut : S = 6.5+
0.5 – 0.45 0.30
i
S = 6.67 Nilai 6.67 ini merupakan nilai skala untuk item nomor 1 tersebut, pencarian nilai ini dilakukan sebanyak item-item yang tertuang dalam Skala sikap yang akan dipergunakan dalam penelitian. Disamping itu untuk mengetahui variasi distribusi dapat dilakukan perhitungan rentang antar kuartil (K75 - k25) dengan rumus :
K25 = bb + 0.25 – pkb Pk25
i
K75 = bb + 0.75 – pkb i Pk 75 Bila diterapkan pada item tersebut di atas diperoleh nilai K25
= 4.7
K75
= 7
Q
= 2.3 (Rentang antar Kuartil)
100
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Setelah dilakukan perhitungan nilai S bagi tiap Item pernyataan maka akan diperoleh nilai/skor skala untuk setuap item yang menggambarkan posisi sikap responden dalam suatu kontinum psikologis, dan apabila bentuk pernyataannya Ya dan Tidak, maka jawaban Ya saja yang diberi skor untuk kemudian dijumlahkan atau dicari Median/Mean untuk tiap responden, semakin tinggi skor responden semakin menunjukan sikap Favorable terhadap masalah yang diungkapkan dalam Item pernyataan, sedang jawaban Tidak tidak dihitung (diberi nilai 0), karena hal itu berarti pernyataan item tidak mendeskripsikan pengalaman yang dialami oleh yang bersangkutan (responden/kelompok penilai). Adapun nilai Q lebih dimaksudkan untuk memilih Item-item, dimana sebaiknya dipilih yang punya nilai Q kecil sebab ini menunjukan tingkat kesepakatan yang tinggi di antara kelompok penilai. Untuk bahan kajian dan perbandingan serta contoh bagaimana konstruksi skala sikap model Thurstone, berikut ini akan dikemukakan skala sikap yang dibuat oleh Thurstone pada tahun 1931, untuk melihat sikap masyarakat terhadap etnis China. Dalam skala ini Thurstone ingin mengungkap/mengukur bagaimana sikap orang Amerika terhadap Suku China dengan meminta responden untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang terdapat angket skala sikap. Pernyataan-pernyataan yang diungkap diawali dengan hal-hal yang berkaitan dengan perasaan, seperti perasaan netral/tak peduli, benci, tertarik dan cinta, dikombinasikan dengan pernyataan-pernyatan yang bersifat keyakinan seperti inferioritas suku china dibanding suku bangsa responden (Amerika), dan kecenderungan prilaku yang dimiliki responden terhadap suku china, seperti untuk hidup di negeri China. Skala sikap Thurstone ini juga menggambarkan suatu kombinasi pernyatan positif dan negatif dengan jumlah yang hampir seimbang, kombinasi semacam ini memang diperlukan dalam penyusunan skala sikap agar dapat diketahui konsistensi pilihan dari responden, sehingga skala sikap yang dibuat dapat benarbenar memberikan gambaran sesungguhnya dari sikap responden terhadap obyek sikap yang menjadi obyek penelitian. 101
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Contoh Skala Sikap yang dibuat Thurstone tahun 1931 Attitude toward the Chinese Try to indicate either agreement or disagreement for each statemen. If you simply can not decide about statemen, you may mark it with a question mark. This is not an examination, there are no right or wrong answer tothese statements. This is simply a study of people’s attitudes toward the chinese. Please indicate your own conviction by a check mark when you agree and by a cross when you disagree Put a check mark if you agree with the statement. Put a a cross if you agree with the statement. -----------------------------------------------------------------------
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
I have no particular love or hate for the Chinese (6.5) I dislike the Chinese more every time I see (10.1) The chinese are very preety decent (4.2) Some Chinese traits are admirable, but on the whole I don’t like them (7.2) The Chinese are superior to all other races (0.5) The Chinese, as part of the yellow race, are inferior to the white races (8.7) I like yhe Chinese (3.5) The more I know about the Chinese, the better I like them (2.8) The Chinese are aptly described by the term “yellow devil” (11.0) The high-class Chinese are superior to us (1.8) The Chinese are different, but not inferior (5.2) I hate the Chinese (11.5) Chinese parents are unusually devoted to their Children (4.1) Although I respect some of their qualities, I could never consider a Chinese as a friend (7.7) -----15. I would rather live in China than any other place in the world (1.2) -----16. There are no refined or cultured Chinese (9.7) -----17. The Chinese are no better and no worse than any other people (6.0) -----18. I think Chinese should be kept out of the United States (8.4) -----19. I consider it a privilege to associate with Chinese people (2.2) -----20. The Chinese are inferior in every way (10.6) -----21. I don’t see how anyone could ever like the Chinese (9.4) -----22. Chinese have a very high sense of honor (3.0) -----23. I have no desire to know any Chinese (8.6) -----24. Chinese people have a refinement and depth of feeling that you don’t find anywhere else (1.4) -----25. There is nothing about the Chinese that I like or admire (9.8) -----26. I’d like to know more Chinese people (3.9) Note : Scale values appear in parentheses following each item. Sumber : Daniel J. Mueller. 1986. Measuring Social Attitude
2. Method of Summated Rating (Likert) Metode ini merupakan metode penskalaan pernyataan sikap dengan menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan skala serta tidak menggunakan kelompok penilai. Dalam skala Likert, kuantifikasi dilakukan
102
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
dengan menghitung respon kesetujuan atau ketidaksetujuan (dalam suatu kontinum) terhadap obyek sikap tertentu. Skala model Likert, kategori respon terdiri dari lima, mulai dari Sangat setuju, Setuju, Tidak pasti/tidak memutuskan, tidak setuju, sangat tidak setuju, bila pernyataan itu sifatnya posistif diberi skor 5,4,3,2,1, dan bila pernyataan negatif diberi skor 1,2,3,4,5. Adapun prosedur konstruksi skala model Likert adalah : a. Identifikasi obyek-obyek sikap serta jelaskan secara spesifik b. Kumpulkan item-item opini (30 atau lebih) tentang obyek sikap. Semua item harus menyatakan sesuatu yang positif atau negatif c. Uji cobakan item-item tersebut pada sekelompok responden, tiap responden menunjukan suatu tingkat persetujuan untuk tiap item d. Beri skor untuk tiap responden, kemudian jumlahkan skor tersebut untuk tiap responden e. Korelasikan skor tiap item dengan skor total untuk tiap responden f. Hilangkan item yang korelasinya tidak signifikan atau yang korelasinya negatif. Perhatikan keseimbangan antara item positif dan negatif. g. Setelah langkah-langkah tersebut dilakukan maka sebagai hasilnya akan diperoleh sejumlah pernyataan untuk mengukur sikap yang dapat dipercaya untuk dapat digunakan dalam penelitian, karena hanya item yang signifikan saja yang dipergunakan dalam instrumen penelitian.
Contoh Skala Sikap Model Likert Attitude About Marijuana Indicate on the line to the the left of each statement how much you agree or disagree with it. Please mark every item. Use the following response category A = Strongly agree. B = Agree. C = Uncertain. D = Disagree. E = Strongly disagree ----------------
1. 2. 3.
No right-thinking person would use marijuana (N) Marijuana use leads to heroine use (N) Only hippies and weirdos use marijuana (N)
103
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
E. Konversi Nilai Skala Skala sikap yang diberi bobot nilai 0 – 4 atau 1 – 5 sesuai dengan alternatif respon pada dasarnya merupakan skala yang bernilai Ordinal atau pemeringkatan ,sebab responden diminta merespon/menjawab sesuai dengan kecenderungan sikapnya untuk kemudian diberi kode/nilai peringkat oleh peneliti, namun demikian terdapat para Pakar yang menganggapnya sebagai Skala Interval 104
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
sehingga memungkinkan pengolahan datanya dengan analisis Statistik Parametrik. Terlepas dari kontroversi tersebut, mereka yang berpendapat bahwa skala sikap bernilai ordinal mengajukan suatu cara untuk mengkonversi nilai skala tersebut menjadi bernilai Interval dengan menempatkan masing-masing nilai skala dalam kelompoknya pada suatu distribusi normal, sehingga jarak nilai menjadi sama. Dengan cara ini penentuan nilai skala dilakukan dengan memberi bobot dalam satuan deviasi normal bagi setiap kategori respon pada suatu kontinum psikologis. Pengkonversian nilai skala dilakukan pada seluruh pernyataan yang dipergunakan dalam skala, bila yang diteliti 3 variabel dengan banyak item pernyataan 30 untuk tiap instrumen, maka penghitungan konversi dilakukan sebanyak 90 kali (90 Item), jadi banyaknya penghitungan konversi ditentukan oleh banyaknya item pernyataan dalam suatu skala. Sebagai contoh, kita ambil satu item pernyataan Positif dengan nilai skala mulai dari 0 sampai dengan 4 (skala 5), dengan jumlah responden 200 orang (contoh 2.1), dan satu item pernyataan negatif dengan nilai skala 1 sampai dengan 4 (skala 4), jumlah responden sebanyak 50 0rang (contoh 2.2). Dalam kenyataannya, terkadang (bahkan sering) nilai skala konversi (akibat pembulatan) sama dengan nilai skala asal yang ditetapkan berdasarkan judgement, namun karena nilai konversi telah melalui pengolahan maka jelas akan lebih dapat dipertanggungjawabkan bila diperlakukan sebagai data dengan skala pengukuran interval serta dapat dianalisa menggunakan statistik parametrik (sudah tentu ditambah syarat lainnya).
Contoh Pengkonversian nilai skala. Contoh 1. Pernyataan Positif Alternatif NS Asal F
P
pk
pkt
z
STS TS R
0.030 0.145 0.210
0.030 0.175 0.385
0.015 0.103 0.280
-2.170 0 -1.265 0.905 -0.583 1.587
0 1 2
6 29 42
z+2.170 NS Konversi 0 1 2 105
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
S 3 103 SS 4 20 Jml Responden (N) 200
0.515 0.100
0.900 1.000
0.643 0.950
0.366 1.645
2.536 3.815
3 4
Contoh 2. Pernyataan Negatif Alternatif NS Asal F
P
pk
pkt
z
z+2.555 NS Konversi
SS 1 6 S 2 15 TS 3 20 STS 4 9 Jml Responden (N) 50
0.120 0.300 0.400 0.180
0.120 0.420 0.820 1.000
0.060 0.270 0.620 0.910
-1.555 -0.613 0.305 1.341
1 1.942 2.86 3.896
1 2 3 4
Penjelasan 1. Hitung frekuensi setiap alternatif respon untuk seluruh responden. Dalam contoh 2.1 : yang menjawab STS = 6 orang; TS = 29; R = 42; S = 103;
SS =
20; jumlah total 200 (banyaknya responden). Dalam contoh 2.2. yang menjawab SS = 6; S = 15; TS = 20; STS = 9; jumlah total 50 (banyaknya responden) 2. hitung proporsi tiap alternatif. Dalam contoh 2.2 untuk alternatif STS dengan f = 6, proporsinya (p) adalah 6 : 50 = 0.120, perhitungan ini dilakukan untuk setiap alternatif respon. 3. setelah proporsi untuk setiap alternatif dihitung, kemudian dilanjutkan dengan penghitungan proporsi kumulatif (pk) dengan cara menjumlahkan proporsi alternatif dengan proporsi sebelumnya, misalnya untuk pk 0.420 diperoleh dengan cara menjumlahkan 0.300 dengan 0.120, demikian juga untuk alternatif lainnya. 4. kemudian dihitung pk tengahnya (pkt) dengan cara menjumlahkan ½ p alternatif yang sedang dicari pkt-nya dengan pk alternatif sebelumnya. Misalnya untuk pkt = 0.620 (contoh 2.2) diperoleh dari ½ x 400 + 420. 5. selanjutnya untuk tiap-tiap pkt dicari nilai z nya dengan menggunakan Tabel Deviasi Normal (terlampir), contoh nilai z = - 2.170 (contoh 2.1) untuk pkt = 106
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
0.015, diperoleh dengan cara melihat pertemuan antara baris yang bernilai 0.01 dengan kolom yang bernilai 5. 6. sesudah diperoleh nilai z untuk masing-masing alternatif respon (pkt), maka untuk memperoleh nilai skala, nilai z yang pertama (alternatif dengan nilai skala terkecil) angka mutlaknya ditambahkan pada nilai z tiap alternatif sedangkan untuk nilai skala yang paling kecil langsung ditetapkan sesuai judgment yang telah ditentukan (nilai 0 untuk contoh 2.1. ; dan 1 untuk contoh 2.2.), apabila nilai skala dimulai dari 0, nilai z yang diperoleh langsung ditambahkan, sedangkan jika nilai skala terkecil sama dengan 1, maka nilai z harus ditambah nilai 1 dahulu baru kemudian ditambahkan pada masingmasing nilai z berikutnya. Misal (contoh 2.2.) nilai 3.896 merupakan hasil dari 1.341 + 2.555. sesudah tiap alternatif respon memperoleh nilainya kemudian dibulatkan seperti terlihat dalam Nilai Skala Konversi. Dari nilai inilah seluruh analisa data dilakukan. Langkah pengkonversian nilai skala dengan memberikan bobot dalam suatu deviasi normal akan menghasilkan suatu nilai interval yang tepat dalam memposisikan masing-masing kategori/alternatif respon dalam suatu kontinum, namun demikian penggunaan cara penentuan nilai tanpa konversi pun dapat saja dilakukan dengan alasan kepraktisan, disamping Likert sendiri pada tahun 1932 telah menunjukan penemuannya bahwa skor kelompok responden yang menggunakan cara konversi berkorelasi sebesar 0.99 dengan penentuan skor cara biasa (cara sederhana), namun demikian untuk kemantapan analisa terutama analisis statistik, pengkonversian nilai skala nampaknya diperlukan. Sementara itu Saifuddin Azwar menyatakan bahwa apabila skala sikap yang disusun tidak untuk digunakan
sebagai instrumen pengukuran yang menyangkut keputusan yang
penting sekali, seperti penelitian pendahuluan atau studi kelompok secara kecilkecilan, kadang-kadang demi kepraktisan, penyusun skala sikap dapat menempuh cara sederhana untuk menentukan nilai skala (tanpa konversi dengan deviasi normal) E. Ringkasan
107
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Mengukur gejala atau indicator dari fenomena yang diteliti merupakan langkah penelitian yang sangat penting. Pengujian hipotesis yang diajukan atau penarikan kesimpulan sangat tergantung kepada ketepatan alat ukur yang diguakan. Pengukuran tidak hanya sekedar penugasan angka-angka untuk mewakili fenomena yang diteliti, tetapi pengukuran harus dikaitkan dengan teori. Skala numeric yang digunakan mengharuskan adanya kuntinuitas psikologis dimana responden secara realistis dapat menempatkan diri dalam bentang nilai (skala) yang ditawarkan. Pengukuran merupakan konfirmasi logika dari operasionalisasi konsep yang digunakan.
Referensi Sofian Efendi, “Prinsip-prinsip pengukuran dan penyusunan skala”, dalam Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed), 1995, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES.
108
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Fred N. Kerlinger, 1990, Asas-asas Penelitian Behavioral, Terj. Landung R. Simatupang, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Jarol B. Manheim and Richard C. Rich, 1981. Empirical Political Analysis. Research Methods in Political Science, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc., Sotirios Sarantakos, 1993, Soscial Research, MacMilan Education Ltd., Australia. Riswandha Imawan, 2000, Metode Penelitian Sosial, Bahan Kuliah PPS UGMYogyakarta. Tidak dipublikasikan
BAB IX PENYUSUNAN KUESIONER Deskripsi Pokok Bahasan: Pokok bahasan ini akan membahas mengenai alat / instrumen pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif. Salah satu bentuk instrument penelitian kualitatif adalah kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan
109
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
yang akan diajukan kepada responden guna mendapatkan data yang dibutuhkan oleh peneliti. Keterandalan kuesioner sangat menetukan kevalidatan data penelitian. Penyusunan kuesioner merupakan salah satu bagian penting dalam penelitian kuantitatif. Ketelitian peneliti dalam menurunkan konsep-konsep teoritik menjadi pertanyaan yang tidak lagi bersifat abstrak membutuhkan kemampuan yang baik. Dalam pembahasan berikut ini kita akan menjelaskan beberapa teknik penyusunan kuesioner dan bentuk-bentuk kuesioner. Bahagian ini juga akan disertai dengan contoh kuesioner. Tujuan Instruksional Umum 1. Mahasiswa mampu memahami alat pengumpulan data kuantitatif. 2. Mahasiswa mampu memahami teknik-teknik pengusunan kuesioner penelitian. 3. Mahasiswa mampu menyusun kuesioner penelitian dengan baik
A. Pendahuluan Penelitian pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memahami masalah-masalah yang ditemui dalam kehidupan manusia, keterbatasan manusia untuk memahami permasalahan tersebut hanya dengan mengandalkan pengalaman hidup sehari-hari secara sporadis dan tidak tertata, jelas tidak cukup untuk menjadi dasar yang kuat bagi pemahaman terhadap suatu masalah. Keadaan ini telah mendorong upaya-upaya pakar untuk membuat prosedur dan alat yang dapat dipergunakan guna mengungkap kenyataan-kenyatan (Data) yang dapat dijadikan dasar dalam memecahkan berbagai masalah. Untuk itu instrumen penelitian menempati kedudukan penting dalam suatu penelitian, hal ini tidak lain karena keberhasilan suatu penelitian dipengaruhi pula oleh instrumen yang dipergunakan. Dalam suatu penelitian Kuantitatif (adanya jarak antara subyek dan obyek) yang bersifat verifikasi hipotesis (pengujian hipotesis), instrumen penelitian merupakan alat yang dipakai untuk menjembatani antara subyek dan obyek (secara substansial antara hal-hal teoritis dengan empiris, antara konsep dengan data), sejauhmana data mencerminkan konsep yang ingin diukur 110
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
tergantung pada instrumen (yang substansinya disusun berdasarkan penjabaran konsep/penentuan indikator) yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, sehingga gambaran umumnya telah dipahami, adapun pembahasan berikut akan lebih menjurus pada pembahasan instrumen sebagai alat/cara untuk memperoleh data. B. Instrumen Penelitian Menurut Nana Sudjana, dalam penyusunan instrumen penelitian ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu : 1. Masalah dan variabel yang diteliti termasuk insikator variabel harus jelas dan spesifik sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan digunakan. 2. Sumber data/informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika item dalam instrumen penelitian. 3. Keterandalan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpulan data baik dari keajegan, kesahihan maupun obyektivitas. 4. Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga peneliti dapat memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah penelitian. 5. Mudah dan praktis digunakan, akan tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan. Hal penting dari suatu instrumen adalah bahwa substansinya harus benarbenar menggali informasi yang diperlukan bagi suatu penelitian dengan mengacu pada konsep empiris atau indikator yang telah ditentukan, adapun mengenai prosedur penggunaannya, apakah dilengkapkan oleh peneliti (seperti : rating Scale, Interview, performance checklist) atau responden (seperti : Kuesioner, skala sikap, test prestasi dan bakat, test kinerja) sangat ditentukan oleh kepraktisan, obyektivitas dan jangkauan/cakupan perolehan data. Secara umum terdapat beberapa jenis instrumen penelitian yang dapat digunakan oleh seorang peneliti yaitu :
111
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
1. Tes, yaitu suatu alat ukur yang diberikan pada individu (responden) untuk mendapat jawaban-jawaban baik secara tertulis ataupun lisan, sehingga
dapat
diketahui
kemampuan
individu/responden
yang
bersangkutan. Contohnya : Tes prestasi belajar yang dimaksudkan untuk mengetahui/mengukur kemampuan dan penguasaan terhadap hasil dari proses pembelajaran; Test intelegensi adalah test yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan atau potensi individu secara umum, seperti test IQ dari Binet Simon untuk mengetahui tingkatan kecerdasan (IQ) seseorang. 2. Kuesioner, merupakan instrumen penelitian dalam bentuk pertanyaan yang biasanya dimaksudkan untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan pendapat, aspirasi, persepsi, keinginan, keyakinan dan lain-lain secara tertulis, dan apabila pertanyaan dan jawaban dilakukan secara lisan disebut Wawancara. Dalam suatu penelitian kedua instrumen ini sering dikombinasikan dengan maksud untuk lebih meyakinkan. 3. Skala, merupakan alat untuk mengukur nilai/keyakinan, sikap dan hal-hal yang berkaitan dengan personological Variable, instrumen bentuk skala biasanya disusun dalam bentuk pernyataan pada suatu kontinum nilai tertentu, umumnya bentuk skala dipakai untuk mengukur sikap (skala sikap), atau skala lainnya (tergantung pada konsep yang ingin diukur sesuai dengan fokus/masalah penelitian). Instrumen-instrumen penelitian di atas merupakan sebagian dari jenis-jenis instrumen lainnya, namun dalam penelitian kuantitatif (dengan obyek penelitian yang cukup besar) instrumen tersebut sangat sering dipergunakan dan sangat aplikabel untuk penerapan teknik analisis dengan statistik. Namun dalam penelitian kuantitatif Ilmu Politik lebih sering menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Pada bahagian ini kita akan memfokuskan pembahasan pada teknik pembuatan kuesioner. C. Penyusunan Kuisioner Membuat kuesioner merupakan proses yang paling sulit dan melelahkan dalam penelitian kuantitatif. Butuh waktu yang cukup dan diskusi yang intensif untuk menyelesaikan proses ini. Oleh karena itu dalam schedule riset, peneliti 112
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
pada umumnya menyediakan porsi waktu yang cukup panjang untuk membuat kuesioner. Kuesioner umumnya memiliki beberapa sifat yang khas. Pertama, menurut prosesnya membuat kuesioner lebih merupakan seni ketimbang sains. Tidak ada konsep dan teori mengenai bagaimana membuat pertanyaan yang baik. Sejauh ini tulisan yang memuat cara membuat kuesioner lebih banyak ditemukan dalam bentuk tuntunan (tips) yang di dalamnya berisi rambu-rambu. Sebagaimana seni, membuat kuesioner lebih membutuhkan kecakapan, kesabaran, kreatifitas, dan konsentrasi tinggi. Seseorang yang berbakat, mungkin dapat lebih baik dalam membuat kuesioner dibanding mereka lain yang sudah lama menggeluti bidang itu. Kedua, kuesioner merupakan alat ukur. Jika termometer digunakan untuk mengukur temperatur, maka kuesioner digunakan untuk mengukur pemahaman, persepsi sikap atau opini manusia. Akan tetapi, mengukur sikap, opini, pendapat tidaklah semudah mengukur temperatur atau tinggi badan seseorang. Sebab sikap, pendapat atau opini seseorang sangat tergantung pada latarbelakang atau cara berpikir manusia. Untuk itu, asumsi-asumsi yang dipakai pada saat menyusun pertanyaan harus jelas. Sebagai alat ukur, kuesioner pada dasarnya harus memenuhi kriteria pengukuran seperti validitas dan realibilitas. Ketiga, meskipun kuesioner digunakan dalam konteks penelitian politik, akan tetapi pada dasarnya kuesioner
adalah
apolitik.
Kuesioner
harus
benar-benar
menunjukkan
kenetralannya. “Haram hukumnya” menyusun kuesioner yang berkesan memihak. Unsur keberpihakan inilah yang menjadi salah satu unsur yang dapat menggiring (mempengaruhi) responden menjawab sesuai dengan keinginan penyusun pertanyaan. Keempat, kuesioner dapat menunjukkan pemahaman, wawasan bahkan kecerdasan penyusunnya. Membuat kuesioner melibatkan proses kreatif di dalamnya. Membuat pertanyaan tidak semudah yang dibayangkan. Sebab kuesioner harus benar-benar dapat mengukur “isi kepala” orang secara tepat. Tujuan pembuatan kuesioner adalah untuk (a) memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan (b) untuk memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin. Untuk tujuan itu, pertanyaanpertanyaan dalam kuesioner memang hal yang langsung berkaitan dengan hipotesa dan tujuan penelitian.
113
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Penyusunan pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner sangat terkait dengan variabel-variabel penelitian yang telah ditetapkan peneliti sesuai dengan tujuan penelitian. Mudah atau tidaknya penyusunan pertanyaan penelitian sangat terkait dengan jelas atau tidaknya variabel. Ketika peneliti tidak memiliki variabel yang jelas akan sangat sulit untuk menurunkan kedalam pertanyaan-pertanyaan. Konseptual variabel yang masih abstrak biasanya menjadi permasalahan dalam penyusunan pertanyaan kuesioner, bahkan akan memunculkan pertanyaanpertanyaan yang tidak relevan dengan tujuan penelitian. Dalam mengembangkan kuesioner penelitian peneliti harus memperhatikan beberapa hal: 70 1. Isi pertanyaan, peneliti harus memahami secara benar informasi apa yang diinginkan dari setiap item pertanyaan dan bagaimana informasi tersebut digunakan dalam analisis data. Hal ini berkaitan erat dengan variabel dan hipotesis yang dibangun peneliti tentang objek penelitiannya. 2. Bentuk pertanyaan, peneliti harus memperhatikan bentuk pertanyaan yang akan digunakan apakah open-ended atau closed-ended questions. 3. Format pertanyaan, dimaksudkan dengan cara apa pertanyaan akan ditampilkan dan dijawab, apakah pertanyaan dijawab secara langsung, secara lisan atau secara tertulis. 4. Kata-kata dalam pertanyaan, terkait dengan penggunaan kata-kata yang tepat dalam pertanyaan. Hal ini merupakan bagian krusial yang menentukan baik atau tidaknya kuesioner penelitian. Penggunaan katakata yang dimengerti dan dipahami oleh responden adalah hal yang sangat penting diperhatikan peneliti. Bentuk umum dari sebuah kuesioner terdiri dari beberapa bahagian yakni71, (a) bagian pendahuluan, beirisi penjelasan ringkas tentang penelitian dan petunjuk pengisian, (b) bagian identitas, berisikan identita responden seperti nama, umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan dan sebagainya, (c) bagian isi
70
Jarol B. Manheim and Richard C. Rich, 1981. Empirical Political Analysis. Research Methods in Political Science, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc, hal.109- 111. 71 Sotirios Sarantakos, 1993, Soscial Research, MacMilan Education Ltd., Australia, hal. 159. Lihat juga Burhan Bungin, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif, komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana.hal. 123.
114
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
angket, terkait dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian. Bentuk Pertanyaan Kuesioner pada dasarnya adalah kumpulan dari banyak pertanyaan yang tersusun secara terstruktur. Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut kuesioner diharapkan mampu menggali kenyataan yang dipersepsikan oleh orang banyak. Secara umum ada 3 bentuk pertanyaan: 1. Pertanyaan
terbuka
(open-ended
question),
yakni
pertanyaan
yang
mengharapkan jawaban apa saja dari responden. Contoh: Pertanyaan: Menurut Anda, masalah apakah yang paling mendesak untuk ditangani pemerintah saat ini? Jawaban:
___________________________________
2. Pertanyaan tertutup (close-ended question), yakni pertanyaan yang mengarah pada jawaban tertentu dan responden tidak punya pilihan jawaban lain selain yang telah disediakan. Contoh: Pertanyaan: Apakah Anda setuju atau tidak setuju dengan kebijakan pemerintah mencabut subsidi BBM? Jawaban: 1. Setuju
2. Tidak setuju
3. Pertanyaan setengah tertutup atau setengah terbuka, yakni pertanyaan yang sebagian kemungkinan jawaban telah disediakan oleh peneliti, akan tetapi responden masih diberi peluang untuk memberikan jawaban yang berbeda dari yang telah disediakan. Bentuk pertanyaan seperti ini dibuat umumnya karena peneliti
tidak
mampu
menyediakan pilihan
yang
mencakup
semua
kemungkinan jawaban. Contoh: Pertanyaan:
Menurut Anda, masalah apakah yang paling mendesak untuk ditangani pemerintah saat ini?
Jawaban:
1. ekonomi 115
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
2. politik 3. kriminalitas 4. Lainnya: _________________________ Dalam survei, pertanyaan dianjurkan dalam bentuk tertutup atau setidaknya pertanyaan setengah tertutup. Bentuk pertanyaan seperti ini memiliki kelebihan yakni, agar jawaban para responden dapat dibandingkan, lebih mudah dijawab oleh responden, lebih mudah untuk di-code dan dianalisa. Akan tetapi harus hatihati dengan bentuk pertanyaan seperti ini sebab bentuk pertanyaan ini dapat membuat atau mengarahkan responden untuk menebak-nebak jawaban, menutup peluang responden untuk menjelaskan jawabannya dan dapat “memaksa” responden untuk menjawab salah satu dari pertanyaan meskipun kemungkinan responden memiliki jawaban lain. Kategori Pertanyaan Tertutup Bentuk pertanyaan tertutup terdiri atas beberapa kategori. Kategori ini terutama dilihat dari jenis jawaban yang telah disediakan. Kategori pertanyaan ini memiliki konsekuensi pada analisa terutama berakibat pada penggunaan uji statistik. Kategori pertanyaan tertutup terdiri atas: Pertanyaan tertutup dengan kategori jawaban nominal Ciri utama kategori pertanyaan ini adalah jawaban tidak menunjukkan gradasi dan nilai jawabannya tidak dapat dijumlahkan atau dikurangkan. Contoh: Pertanyaan: Apa status pernikahan Anda? Jawaban:
1. Menikah 2. Belum kawin 3. Duda/Janda
Pertanyaan tertutup dengan kategori jawaban ordinal Ciri utama kategori pertanyaan ini adalah jawaban yang diberikan menunjukkan gradasi. Gradasinya pada umumnya dari yang bernilai positif ke yang bernilai negatif atau sebaliknya. Untuk kepentingan analisa, jawaban dari 116
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
kategori pertanyaan ini disusun mulai dari yang bernilai negatif ke yang positif. Dengan kata lain jawaban yang bernilai negatif diberi angka yang rendah dan sebaliknya. Contoh: Pertanyaan: “Apakah Anda sangat setuju, setuju, kurang setuju atau tidak setuju jika presiden dipilih langsung oleh rakyat?” Jawaban:
1. Tidak setuju 2. Kurang setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju
Pertanyaan tertutup dengan kategori jawaban interval Kategori pertanyaan ini pada umumnya jawabannya berbentuk skala jarak. Sebagaimana skala pada umumnya, jawaban dari kategori pertanyaan ini menunjukkan rentang penilaian tertentu. Agak berbeda halnya dengan kategori pertanyaan ordinal, jawaban dengan interval ini menunjukkan jarak antara satu angka dengan angka berikutnya adalah sama. Selain itu kategori pertanyaan ini membutuhkan penjelasan dari maksud interval (skala) tersebut. Misalnya interval menunjukkan penilaian baik atau buruk, suka atau tidak suka. Jawaban skala pada umumnya dibuat untuk mengukur intensitas sikap responden terhadap sesuatu hal. Sama halnya dengan kategori jawaban ordinal, untuk kepentingan analisa secara statistik jawaban dengan interval disusun mulai dari yang bernilai negatif hingga yang positif. Contoh: Pertanyaan: Bagaimana Anda menilai kinerja pemerintahan SBY? Penjelasan:
Anda dapat memilih angka diantara 1 sampai 10. Angka 1 menunjukkan kinerja pemerintahan SBY sangat buruk dan angka 10 menunjukkan kinerja pemerintahan SBY sangat baik.
Jawaban: 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
117
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Selain menggunakan angka, kategori jawaban dengan skala dapat dibuat dalam bentuk lain misalnya gambar termometer. Yang perlu diperhatikan apabila menggunakan skala seperti ini adalah nilai gradasinya harus jelas, agar pada saat membuat analisa tidak keliru. Perlu dijelaskan bahwa antara kategori jawaban ordinal dan interval terkadang
membingungkan.
Akan
tetapi
keduanya
berbeda
meskipun
perbedaannya sangat halus. Ordinal pada dasarnya adalah kategori jawaban yang bersifat diskrit (discrete variable), sementara interval bersifat satu kesatuan (continuous variable). Pertanyaan tertutup dengan kategori jawaban rasio Kategori jawaban rasio paling mudah dikenali, yakni jawaban yang berbentuk bilangan. Contoh: Pertanyaan: Berapa usia Anda? Jawaban: 30 tahun Ciri utama kategori jawaban rasio adalah responden diminta menyebutkan sesuatu angka atau bilangan yang bernilai ril. Akan tetapi dalam penelitian kuantiatif kategori jawaban rasio ini sangat jarang digunakan kecuali untuk menggali usia, pendapatan dan pengeluaran responden.
Pertanyaan tertutup dengan kemungkinan jawaban lebih dari satu (multiple response) Dalam mengajukan pertanyaan seringkali peneliti membuka peluang kepada responden untuk mengajukan jawaban lebih dari satu. Kategori pertanyaan seperti ini juga memiliki konsekuensi pada pengolahan data dan analisa. Ciri utama dari pertanyaan multiple response adalah hasil tabulasinya bisa lebih dari seratus persen. Contoh:
118
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Pertanyaan: Menurut Anda untuk kepentingan apa saja dana subsidi BBM sebaiknya dialihkan? Jawaban:
1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Beras murah 4. Mencari sumber energi alternatif
Hal-Hal Yang Ditanyakan Hal-hal
yang
utama
ditanyakan
dalam
survei
terdiri
atas
pemahaman/pengetahuan, pendapat/persepsi dan sikap. Selain itu survei juga dapat menanyakan fakta yang menyangkut diri responden. Sementara itu fakta atau kejadian di luar diri responden seperti jumlah orang meninggal dalam kecelakaan di Yogyakarta tahun 2010 tidak dapat ditanyakan. Pertanyaan tentang pemahaman atau pengetahuan sering digunakan sebagai pertanyaan screening untuk menanyakan pertanyaan berikutnya. Jenis pertanyaan ini sering juga disebut pertanyaan kondisional. Contoh: Pertanyaan:
“Apakah Anda tahu bahwa saat ini DPR telah menetapkan Undang-undang tentang pemerintahan daerah yang baru?”
Jawaban:
1. Tahu
2. Tidak tahu
Pertanyaan ini sebenarnya diajukan untuk menanyakan perihal undang-undang tersebut. Hanya mereka yang telah mengetahui undang-undang tersebut yang dapat menjawab pertanyaan selanjutnya. Pertanyaan terhadap pemahaman atau pengetahuan yang diajukan pada umumnya adalah pertanyaan yang berkaitan dengan isu-isu yang sedang berkembang. Untuk menghindari pertanyaan mengenai pengetahuan yang bias, sok tahu, gunakan kata-kata misalnya: “sepengetahuan Anda …”. Mengenai beberapa hal yang sulit untuk ditanyakan secara verbal, dapat digunakan gambar atau alat non verbal lainnya sebagai media pembantu.
119
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Serangkaian Hal yang di hindari dalam Menyusun Pertanyaan Terutama karena sifat khas kuesioner sebagai alat ukur dimana di dalamnya terkandung aspek validitas, realibilitas dan keakuratan, terdapat beberapa ketentuan untuk mencapai aspek tersebut. Di bawah ini terdapat berbagai hal yang harus dihindari pada saat membuat kuesioner. Penghindaran ini dapat dianggap sebagai rambu-rambu yang harus dipatuhi peneliti. a. Pertanyaan Terbuka Hindari bentuk pertanyaan terbuka. Bentuk pertanyaan semacam ini memang dapat menjaring semua kemungkinan jawaban yang ada. Akan tetapi akan sangat menyulitkan peneliti pada saat melakukan kategorisasi. Oleh karena itu yang
menjadi
tantangan
pada
saat
menyusun
pertanyaan
adalah
membayangkan semua kemungkinan jawaban yang akan diberikan oleh calon responden. b. Pertanyaan memihak Hindari pertanyaan yang menguntungkan satu pihak. Meskipun peneliti memiliki tendensi pada sikap tertentu akan tetapi pada saat membuat pertanyaan perlu dihindari mengikutkan sikap tersebut dalam pertanyaan yang dibuat. Apabila hal tersebut terjadi maka pertanyaan yang dibuat akan cenderung menggiring responden untuk menjawab sebagaimana pertanyaan tersebut berpihak. Contoh: “Apakah anda setuju dengan pernyataan Amin Rais untuk meminta Abdurrahman Wahid mundur dari jabatannya sebagai presiden karena tidak becus mengurus negara?” c. Satu pertanyaan dua makna Hindari membuat satu kalimat pertanyaan yang di dalamnya mengandung dua makna. Sebab pertanyaan seperti ini akan membingungkan responden. Contoh: “Apakah anda setuju dengan usul pemerintah untuk menaikkan harga BBM dan tarif telepon bulan depan?”
120
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Pertanyaan ini mengandung dua makna, yakni kenaikan harga BBM dan kenaikan tarif telepon. Di antara responden yang ditemui mungkin ada yang hanya setuju salah satu dari kedua kenaikan tersebut. Dengan demikian akan sulit bagi responden jika hanya diberi pilihan jawaban setuju dan tidak setuju saja. d. Bias identitas responden Hindari membuat pertanyaan yang membuat orang terpaksa menjawab satu jawaban tertentu karena pertanyaan tersebut berkaitan dengan identitas diri responden. Contoh: “Sebagai orang NU, apakah Anda setuju dengan pernyataan Amin Rais untuk meminta Abdurrahman Wahid mundur sebagai presiden?” Tentu saja dengan pertanyaan seperti ini responden cenderung menjawab tidak setuju. Karena kita tahu bahwa Abdurrahman Wahid adalah pemimpin NU sementara Amien Rais adalah pemimpin Muhammadiyah di mana kedua organisasi ini memiliki hubungan yang kurang harmonis pada tingkat massa pada beberapa kasus dan tempat. Dan sebagai orang NU, sang responden terpaksa menjawab tidak setuju karena bila menjawab setuju responden merasa takut dianggap kurang kadar ke-NU-annya. e. Bias simbol kehormatan Hindari istilah yang mengandung simbol kehormatan. Hal seperti ini juga cenderung menggiring responden kepada jawaban tertentu. Contoh: “Apakah Anda setuju dengan usulan Presiden Gus Dur untuk membubarkan DPR?” Istilah Gus adalah gelar atau simbol kehormatan bagi anak seorang kyai dari Nadhatul Ulama (NU). Tentu saja bagi warga NU yang menjadi responden, kata Gus yang disebutkan dalam pertanyaan akan membuat mereka harus mengikuti apa yang menjadi pernyataan pemilik gelar itu. Tentu saja tidak ada larangan seorang warga NU, misalnya, untuk setuju dengan apa yang menjadi
121
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
keinginan Gus Dur, akan tetapi jangan sampai sikap setuju tersebut didorong oleh sifat pertanyaannya. f. Bias nilai kebaikan umum Hindari pertanyaan yang mengandung sikap yang dianggap benar oleh masyarakat. Dengan pertanyaan seperti ini dapat membuat responden tidak jujur dalam menjawab. Contoh: “Menurut Anda, apakah Anda adalah orang yang taat beragama atau tidak?” Pertanyaan seperti ini memperhadapkan langsung responden dengan nilai kebenaran yang dianut oleh masyarakat. Dengan pertanyaan ini responden akan cenderung menjawab taat sebab ia takut dinilai, bahkan oleh pewawancara itu sendiri, sebagai seorang yang tidak baik dalam konteks nilai kebenaran yang dianut masyarakat pada umumnya. Bagi masyarakat Indonesia yang cenderung tidak dapat bersikap ekstrim, peneliti harus berhatihati memformulasikan pertanyaan yang berkaitan dengan nilai kebenaran atau kebaikan yang dianut oleh masyarakat umum. g. Istilah asing dan teknis. Hindari membuat kuesioner dengan memakai istilah-istilah asing dan yang bersifat teknis. Terutama jika calon responden kita memiliki tingkat pendidikan dan profesi yang beragam. Contoh: “Apakah Anda setuju dengan sistem pemilihan distrik atau sistem pemilihan proporsional?” Bagi respoden yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang sistem pemilihan, maka pertanyaan ini beresiko. Sebab mungkin saja peneliti mendapat jawaban dari responden tersebut, akan tetapi jawaban tersebut tidak berarti karena tidak reliabel. h. Istilah membingungkan
122
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Tidak hanya istilah asing dan teknis saja yang beresiko tidak dipahami oleh responden, istilah atau kata yang sederhana sekalipun juga cenderung menimbulkan permasalahan. Kata-kata tersebut terutama yang masih memerlukan interpretasi. Contoh: “Apakah Anda mendukung atau tidak mendukung pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono?” Kata mendukung dalam hal ini masih kurang jelas. Sebab kata dapat diinterpretrasikan dalam berbagai bentuk. Kata mendukung bisa dalam bentuk pasif atau aktif. Dukungan pasif misalnya tidak melakukan tindakan apa-apa meskipun sebagian anggota DPR akan mengajukan hak angket. Sebaliknya dukungan aktif dapat berupa tindakan nyata misalnya ikut melakukan demonstrasi untuk menentang hak angket tersebut. Oleh karena itu harus dicari satu padanan kata yang dimaksud sebagai kata mendukung itu. i.
Pertanyaan prediski di luar diri responden Hindari membuat pertanyaan yang intinya menanyakan prediksi atau ramalan responden terhadap sesuatu hal yang berada di luar kemampuan responden. Contoh: “Menurut anda setelah tahun 2010 nanti, apakah keadaan perekonomian akan lebih baik atau tidak?” Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sangat sulit dijawab oleh ahli ekonomi sekalipun, apalagi oleh responden dari kalangan masyarakat umum. Memerlukan sebuah studi tersendiri untuk meramal keadaan perekonomian nasional setahun mendatang. Pertanyaan berkaitan dengan masa datang dapat ditanyakan sepanjang itu menyangkut diri responden. Pertanyaan tersebut umumnya berkaitan dengan keyakinan atau kepercayaan responden tentang sesuatu hal di masa datang. Pertanyaan di atas dapat diubah dengan bentuk: “Apakah anda yakin keadaan ekonomi rumahtangga anda menjadi lebih baik dalam jangka waktu satu tahun ke depan?”
123
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Pertanyaan ini pada dasarnya berkaitan secara tidak langsung dengan keadaan perekonomian nasional. Akan tetapi pendekatannya ditanyakan kepada keyakinan responden terhadap masa depan perekonomian rumahtangganya. Pertanyaan ini tidak bias sebab kemungkinan besar responden telah melakukan berbagai macam upaya atau semacam rencana mengenai pendapatan dan pengeluaran rumahtangga dalam setahun ke depan. j.
Pertanyaan negatif ganda Hidari pertanyaan negatif ganda. Sebab pertanyaan semacam ini dapat menimbulkan kebingungan. Contoh: “Apakah anda setuju atau tidak setuju jika pemerintah tidak melarang tempat hiburan malam tetap beroperasi pada bulan puasa?” Kata tidak melarang pada dasarnya mengandung makna negatif ganda. Kata tersebut sebenarnya dapat diganti dengan memperbolehkan. Dengan kata yang baru ini pertanyaannya lebih langsung mengarah kepada maksudnya dan tidak membuat responden berpikir ulang untuk menafsirkan kata tidak dilarang.
k. Kategori jawaban tidak menampung semua kemungkinan Hindari membuat jawaban yang hanya menampung sebagian kecil dari kemungkinan yang ada. Contoh: Pertanyaan: “Jika pemilu dilaksanakan hari ini, anda memilih partai apa?” Jawaban:
1. PDI-P
2. Golkar
Menuliskan jawaban seperti ini tidak adil sebab berpeluang menggiring responden untuk menjawab salah satu dari kedua jawaban yang dituliskan itu. Meskipun kedua partai tersebut adalah partai yang mayoritas, akan tetapi sebaiknya dalam pertanyaan seluruh partai peserta pemilu disebutkan. Sebab tidak semua orang mau dan mampu berpikir lebih jauh. Mungkin untuk menyenangkan pewawancara mereka menjawab dengan jawaban yang sudah tersedia.
124
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
l.
Kategori jawaban tidak menunjukkan prioritas penempatan Penempatan urutan juga dapat mempengaruhi responden dalam memilih jawaban. Jawaban yang berada pada urutan teratas ada kecenderungan dipilih oleh responden. Ini terutama karena pada saat wawancara responden hanya mampu mengingat beberapa jawaban pertama yang disebutkan. Bahkan pada dasarnya jawaban yang disebutkan paling depan memiliki peluang lebih tinggi untuk dipilih sebagai jawaban oleh responden. Contoh “Jika pemilu dilaksanakan hari ini, anda memilih partai apa?” 1. PAN 2. Partai Keadilan 3. PPP 4. Partai Golkar 5. PDI-P 6. PKB Susunan jawaban seperti ini akan lebih menguntungkan PAN untuk dipilih oleh responden, sebaliknya PKB justru dirugikan. Untuk menghindari bias penempatan kategori jawaban ini, maka harus ada alasan yang mendasari penempatan tersebut. Alasan yang dapat diajukan misalnya berdasarkan nomor urut partai, berdasarkan urutan abjad atau mungkin berdasarkan keacakan.
m. Kategori Jawaban yang Tumpang Tindih Hindari membuat kategori jawaban yang tumpang tindih atau tidak mutually exclusive. Selain dapat menyulitkan responden, kategori semacam ini juga mengurangi validitas. Contoh: Pertanyaan: Menurut anda, masalah apakah yang harus segera ditangani oleh pemerintahan SBY? Jawaban: 1. Perekonomian
125
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
2. Politik 3. Sosial 4. Ketersediaan lapangan kerja 5. Pengendalian harga Contoh di atas memperlihatkan bahwa jawaban perekonomian dengan ketersediaan lapangan kerja dan pengendalian harga adalah jawaban yang tumpang tindih. Bukankah kedua hal terakhir itu merupakan bagian dari persoalan perekonomian yang harus segera ditangani pemerintah? Tahap Penyusunan Kuesioner Menyusun atau membuat kuesioner tidak semudah yang dibayangkan. Peneliti tidak boleh serta merta menentukan topik kemudian duduk didepan komputer untuk kemudian membuat pertanyaan pertama hingga ke sekian. Sebab cara ini selain tidak dapat menghasilkan kuesioner yang sistematik, arah analisisnya juga tidak akan terfokus. Sebab pada saat menuliskan pertanyaan gagasannya tercerai-berai. Padahal antara satu pertanyaan dengan pertanyaan yang lain umumnya mengandung kaitan dalam analisis. Agar kuesioner yang disusun dapat mengukur variabel dan mendapatkan informasi dari responden dengan baik, netral dan sistematik, sebaiknya kita mengikuti tahap menyusun kuesioner di bawah ini. 1. Pahami masalah dan aspek-aspeknya Jangan terburu-buru menuliskan pertanyaan. Pahami terlebih dahulu masalah yang akan ditanyakan. Jika merasa kurang yakin dengan pemahaman atau pengetahuan tentang tema atau masalah yang ingin digali, sebaiknya undang seseorang yang paham dengan masalah tersebut untuk berdiskusi. Setelah paham betul, langkah pertama adalah menyusun aspek-aspeknya. Misalkan untuk mengetahui pendapat masyarakat mengenai keberhasilan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, susun terlebih dahulu aspek-aspek atau indikator yang dapat menunjukkan keberhasilan atau kegagalanya, misalnya aspek politik, ekonomi, hukum dan sebagainya. Setelah itu turunkan aspek-aspek itu ke dalam variabel-variabel tertentu. Misalnya untuk melihat keberhasilan atau
126
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
kegagalan dalam bidang ekonomi, variabel yang penting diketahui antara lain nilai tukar rupiah, ketersediaan sembako dan sebagainya. Setelah menyusun variabel sebaiknya dibuat indikator untuk mengukur variabel yang dimaksud. Setiap variabel yang diukur bisa hanya terdiri atas satu indikator atau lebih. 2. Identifikasi calon responden Sebelum pertanyaan disusun berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, identifikasi terlebih dahulu karakteristik calon respondennya. Karakteristik responden sangat menentukan cara atau bahasa yang dipakai. Seandainya calon responden adalah masyarakat umum, istilah-istilah asing akan sangat sulit dipahami. Misalnya untuk menanyakan masalah otonomi daerah bagi masyarakat yang berpendidikan SD tentu tidak mudah, sebab istilah otonomi itu sendiri kemungkinan besar tidak dipahami. Pada dasarnya, semakin tinggi tingkat pendidikan populasi yang menjadi objek penelitian, semakin mudah membuat pertanyaan. 3. Buat pertanyaan dengan asumsi yang jelas Membuat pertanyaan dengan asumsi yang jelas, bukan dimaksudkan agar semua jawaban responden diharapkan seragam, akan tetapi lebih pada bagaimana responden memahami pertanyaan dalam kerangka yang sama. Dengan kata lain kuesioner yang disusun haruslah memenuhi prinsip realibilitas yang tinggi. 4. Cermati apakah pertanyaan yang dibuat tidak melanggar rambu-rambu membuat pertanyaan Setelah pertanyaan tersusun, peneliti harus senantiasa mengecek apakah pertanyaan yang dibuat telah memenuhi prinsip penghindaran sebagaimana dikemukakan di atas. Jika masih terjadi segera revisi pertanyaan tersebut. Kegiatan mengecek pertanyaan yang disusun harus dilakukan bahkan pada saat menjelang kuesioner akan dicetak. 5. Pre test Agar anda yakin partanyaan yang disusun sudah dapat dipahami calon responden dan sesuai dengan aturan, sebaiknya diujicobakan kepada kalangan
127
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
yang sesuai dengan karakter calon responden. Pre-test juga sangat berguna untuk melakukan revisi terhadap kuesioner yang telah disusun. Urutan Pertanyaan Tidak ada aturan tentang urutan pertanyaan akan tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. a. Pertanyaan yang ringan dan bersifat umum perlu didahulukan, sebab responden akan tidak nyaman jika langsung ditanyakan sesuatu hal yang bersifat sensitif. Misalnya di pertanyaan pertama seseorang langsung ditanya partai pilihannya. b. Letakkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat sensitif di akhir-akhir kuesioner. c. Untuk kuesioner wawancara tatap muka, pertanyaan yang sifatnya demografis,
misalnya usia,
pendidikan,
status perkawinan boleh
ditanyakan di awal kuesioner. Akan tetapi untuk pertanyaan wawancara melalui telepon,
pertanyaan yang
bersifat
demografis
sebaiknya
ditanyakan di bagian akhir kuesioner. d. Jika dalam kuesioner ada dua atau lebih topik, selesaikan satu topik untuk kemudian pindah ke topik lain. e. Untuk berpindah topik gunakan kalimat-kalimat penyambung agar responden siap menghadapi pertanyaan lanjutan. f. Susun pertanyaan agar tidak tumpang tindih dan berulang-ulang. g. Untuk pertanyaan yang bersifat kondisional, agar tidak terjadi salah pengisian gunakan petunjuk yang jelas. h. Buatlah kuesioner sesederhana dan sesingkat mungkin dengan mengurangi pertanyaan yang mengulang (redundant) atau tidak perlu. Panjang kuesioner usahakan tidak lebih dari 2 jam wawancara.
Format Kuesioner a. Tanggal, judul survei, nama organisasi penyelenggara, harus diletakkan di halaman terdepan dari kuesioner 128
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
b. Atur letak pertanyaan sedemikian rupa sehingga ruang yang tersedia dapat digunakan seefisien mungkin dan mudah dibaca. Sediakan ruang yang cukup terutama untuk jawaban pertanyaan terbuka. c. Jika menggunakan format kuesioner lebih dari satu, usahakan memberi warna yang berbeda pada sampul kuesioner. Demikian halnya jika dalam kuesioner ada bagian-bagian yang berbeda. Pewarnaan ini
untuk
memudahkan pewawancara dalam membedakan setiap format kuesioner. d. Setiap pertanyaan diberi nomor yang jelas. e. Hindari membuat pertanyaan yang jawabannya ada di halaman berikutnya. f. Setiap lembar kuesioner diusahakan diberi nomor halaman untuk menghindari kesalahan bertanya yang tidak berurutan. g. Untuk kalimat-kalimat yang bersifat arahan kepada pewawancara, gunakan huruf yang berbeda dengan pertanyaan. Misalnya dengan menggunakan huruf kapital. h. Usahakan membuat pilihan jawaban dalam bentuk vertikal. i.
Gunakan kartu petunjuk (show card) untuk pertanyaan yang pilihan jawabannya banyak atau jika pilihan jawabannya berbentuk skala.
j.
Lama wawancara sebaiknya dicatat secara khusus dalam kuesioner.
k. Tulis selalu kata terima kasih di akhir kuesioner. Mengenai Pre-test Kuesioner Pre-test kuesioner sangat diperlukan untuk mengevaluasi baik pertanyaan maupun bentuk, format dan kesesuaian lain dengan responden. Hasil pre-test dijadikan bahan untuk melakukan revisi terhadap kuesioner sebelum benar-benar digunakan untuk alat pengumpulan data. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat pre-test: a. Pada saat pre-test, amati berapa lama kuesioner tersebut diwawancarakan b. Pastikan apakah ada kata yang belum dipahami c. Cermati apakah ada pertanyaan yang tumpang tindih atau tidak perlu ditanyakan. d. Cermati apakah sekuens pertanyaannya kurang baik
129
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
e. Jika ada pertanyaan yang terbuka (open ended) identifikasi apakah memungkinkan dibuat menjadi pertanyaan tertutup (close ended) setelah mendengar jawaban pada saat pre-test f. Pastikan bahwa semua pertanyaan jelas bagi responden g. Amati apakah semua instruksi dalam kuesioner jelas dan tepat h. Identifikasi pertanyaan mana yang diinterpretasikan berbeda oleh setiap responden i.
Lakukan revisi pada pertanyaan-pertanyaan yang mempunyai masalah.
Berikut ini diberikan contoh kuesioner yang memuat berbagai bentuk pertanyaan dalam satu kuesioner penelitian. Contoh Kuesioner
Nomor Kuesioner Lokasi Penelitian (Kab/Kota/Provinsi) Tanggal Wawancara Nama Enumerator
130
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Pengantar Penelitian merupakan kerjasama antara Pemerintah Propinsi Sumatera Barat dengan Jurusan Ilmu Politik Universitas Andalas. Penelitian ini sematamata bertujuan untuk kepentingan ilmiah. Secara khusus penelitian ini bermaksud mendeskripsikan dan menjelaskan upaya rasionalisasi PNS di lingkungan pemerintah daerah Sumatera Barat berdasarkan kinerja yang dihasilkan. Untuk itu kami meminta bantuan Bapak/Ibu/Sdr untuk menjawab beberapa pertanyaan yang ada dalam kuesioner kami ini dengan sungguh-sunguh sesuai dengan realita yang terjadi. Jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr berikan sangat mempengaruhi hasil analisis kami sebagai bagian dari rekomendasi dan perbaikan pembinaan PNS ke depan. Tentunya kami akan sangat berterima kasih atas kerjasama yang Bapak/Ibu/Sdr berikan.
I. IDENTITAS RESPONDEN No Keterangan 1 2 3 4 5 6
Nama Responden Pangkat/Golongan Jabatan Struktural/Fungsional Unit Kerja Spesialisasi/Bidang Keilmuan Umur
7
Jenis kelamin
8
Pendidikan Terakhir
9
Agama
10
Suku Bangsa
Kod e
1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
< 20 tahun 20-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun > 50 tahun Laki-laki Perempuan Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Akademi/Sarjana (S1) Magister (S2) Doktor (S3)
1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3.
Islam Protestan Katolik Hindu Budha Minang Jawa Sunda 131
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
4. Batak 5. Bugis 6. dst……………………… ……….. 11
Masa Kerja
12
Kursus / pelatihan non gelar
0. < 1 tahun 1. 1-5 tahun 2. 6-10 tahun 3. 11-15 tahun 4. 16-20 tahun 5. > 20 tahun 1. …………………………….. 2. …………………………….. 3. …………………………….. 4. …………………………….. 5. ……………………………..
II. DESKRIPSI KINERJA PNS Petunjuk: Pilihlah jawaban yang sesuai dengan kenyataan yang ada. Gambaran jawaban yang diberikan disesuaikan dengan intensitas sikap responden mulai yang tertinggi yaitu “Sangat Setuju(SStj)”, “Setuju”(Stj), “Netral”(Ntr), “Tidak setuju”(Tstj), dan “Sangat Tidak Setuju(STstj).” SStj 5
Stj 4
Ntr 3
Tstj 2
STstj 1
a.1. Sarana dan prasarana di unit kerja ini mendukung pekerjaan rutin saya sebagai PNS a.2. Kualifikasi pendidikan saya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja ini a.3. Setiap pekerjaan yang saya lakukan selalu mengacu pada petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis yang jelas a.4. Kondisi sumber daya di unit kerja ini seperti jumlah pegawai, kualitas kerja dan keahlian serta pendanaan mendukung penyelesaian tugas rutin yang saya kerjakan a.5. Saya merasakan adanya komitmen yang kuat dari pimpinan di unit kerja ini dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi. a.6. Saya merasakan bahwa 132
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
pengalaman dan keahlian saya sebagai PNS mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di unit kerja ini a.7. Saya mengetahui dan memahami dengan tugas pokok dan fungsi yang ada di unit kerja ini SStj 5
Stj 4
Ntr 3
Tstj 2
STstj 1
SStj 5
Stj 4
Ntr 3
Tstj 2
STstj 1
SStj 5
Stj 4
Ntr 3
Tstj 2
STstj 1
SStj
Stj
Ntr
Tstj
STstj
b.1. Dalam menyelesaikan pekerjaan rutin yang saya dilakukan selalu menghasilkan produk atau jasa bagi masyarakat b.2. Menurut saya ada kesamaan produk atau jasa yang dihasilkan oleh unit kerja ini dengan rencana strategis yang ada b.3. Menurut saya produk atau jasa yang dihasilkan oleh unit kerja ini sudah sesuai dengan sasaran yang ditetapkan
c.1. Produk atau jasa layanan yang saya hasilkan sesuai dengan realita kebutuhan masyarakat c.2. Ada kepuasan dari masyarakat penguna produk atau jasa layanan yang saya hasilkan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi dalam pekerjaan ini
d.1. Produk atau jasa layanan yang saya hasilkan sudah sesuai dengan visi, misi, tujuan dan sasaran dari unit kerja ini d.2. Menurut saya produk atau jasa yang dihasilkan unit kerja ini dapat dimanfaatkan masyarakat
133
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
5
4
3
2
1
e.1. Saya menyadari selain manfaat yang diperoleh masyarakat, ada dampak negatif yang dihasilkan dari pekerjaan rutin yang saya lakukan ini e.2. Menurut saya pimpinan di unit kerja ini berusaha meminimalkan dampak negatif dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang diselenggarakan III. DISTRIBUSI PEKERJAAN YANG DILAKUKAN 1. Apa bidang tugas Bapak/Ibu/Saudara pada saat ini? a. Keuangan b. Kepegawaian c. Bagian Umum d. Humas e. Lain-lain (sebutkan…………………………………………) 2. Pada bidang tugas apa saja Bapak/Ibu/Saudara pernah bekerja? (boleh diisi lebih dari satu jika pernah bekerja lebih dari satu bidang tugas) a. Keuangan b. Kepegawaian c. Bagian Umum d. Humas e. Lain-lain (sebutkan …………………………………………) 3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara dapat menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh atasan Bapak/Ibu/Saudara secara tepat waktu? a. Bisa b. Kadang-kadang c. Tidak Pernah 4. Dalam satu hari, berapa jam Bapak/Ibu/Saudara dapat melakukan kerja secara efektif? a. 1-2 jam b. 3-4 jam c. 5-6 jam d. > 6 jam 5. Berapa hari dalam satu bulan Bapak/Ibu/Saudara hadir ke kantor? a. 0 - 6 b. 7 - 12 c. 13 – 20 d. > 20
134
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
6. Jika tidak hadir ke kantor, apa alasan ketidakhadiran Bapak/Ibu/Saudara? a. Sakit b. Urusan Keluarga c. Anak Sakit d. Malas e. Lain-lain (sebutkan…………………………………………) 7. Selama Bapak/Ibu/Sdr berhalangan ke kantor karena sesuatu dan lain hal, apakah ada yang menyelesaikan tugas rutin yang seharusnya Bapak/Ibu/Sdr kerjakan? a. Ada b. Tidak ada c. Tidak tahu 8. Selama bekerja sebagai PNS, pernahkah Bapak/Ibu/Saudara menjalani rotasi (mutasi) pada unit kerja yang lain? a. Pernah b. Tidak pernah 9. Berdasarkan pengalaman Bapak/Ibu/Saudara, berapa jangka waktu antara perpindahan tugas pertama dengan perpindahan tugas berikutnya (mutasi)? a. 6 bulan – 1 tahun sekali b. 2 – 3 tahun sekali c. 4 – 5 tahun sekali d. > 5 tahun sekali 10. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah pada unit kerja sekarang jumlah staf sudah mencukupi? a. Berlebih b. Sudah c. Masih Kurang d. Tidak tahu 11. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah pembagian tugas pada unit kerja ini telah terdistribusi secara merata? a. Sudah b. Masih Kurang c. Tidak Tahu IV. KUALITAS KERJA 12. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah memberikan saran secara lisan ataupun tulisan pada unit kerja terkait dengan penyelenggaraan tugas rutinnya? a. Pernah b. Tidak Pernah
135
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
13. Pernahkah Bapak/Ibu/Saudara menerima Reward (insentif selain uang, Uang, Penghargaan) atas prestasi kerja yang pernah dilakukan? a. Pernah b. Tidak Pernah c. Tidak tahu 14. Selama ini apakah ada kejelasan atau transparansi dari atasan dalam pembagian kerja bagi bawahannya? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah d. Tidak tahu 15. Adakah kejelasan atau transparansi dalam penggunaan sumber dana pada unit kerja ini? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak Pernah d. Tidak tahu 16. Apakah Bapak/Ibu/Saudara dapat memahami tugas pokok dan fungsi dari bidang tugas yang sekarang Bapak/Ibu/Saudara jalani? a. Memahami b. Kurang memahami c. Tidak memahami 17. Ketika Bapak/Ibu/Saudara dipindahkan dari satu bidang tugas ke bidang tugas yang lain, kira-kira berapa lama Bapak/Ibu/Saudara dapat memahami tugas baru tersebut? a. 1-2 bulan b. 3-4 bulan c. 4 bulan d. > 5 bulan 18. Menurut Bapak/Ibu/Sdr apakah ada pembinaan dan pengawasan khusus yang dilakukan atasan terkait dengan pekerjaan rutin yang dilakukan? a. Ada b. Tidak ada c. Tidak tahu
Terima Kasih atas kerjasama Bapak/Ibu/Sdr/i D. Ringkasan
136
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Pada bab ini kita telah membahas berbagai hal yang berkaitan pengusunan kuesioner sebagai isntrumen pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif. Penyusunan kuesioner sangat membutuhkan keahlian dan kejelian peneliti, pemahaman yang jelas terhadap variabel dan tujuan penelitian sangat mempengaruhi proses penyusunan kuesioner. Berbagai bentuk dan langkah dalam menyusun kuesioner sudah dibahas diatas, tetapi semua sangat tengantung kepada kemampuan peneliti dalam merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang benar.
E. Tugas dan Latihan 1. Berikan penjelasan apa yang dimaksud dengan kuesioner ? 2. berikan penjelasan tahapan penyusunan kuesioner ? 3. Faktor-faktor apa saja yang menentukan dalam menyusun pertanyaanpertanyaan dalam kuesioner? 4. Kelompok yang telah dibagi dengan 3 orang anggota saling berdiskusi untuk menysusun kuesioner masing-masing sesuai dengan penelitian anda. Kuesioner yang sudah disusun oleh anggota kelompok seccara individual didiskusikan. Anggota yang lain mengkritik dan melakukan perubahan kuesioner yang dikritik sesuai dengan alasannya. Anggota yang telah mengyusun kuesioner dapat berargumen untuk mempertahankan kuesionernya. Kritikan terhadap kuesioner anggota lain harus didasari argumenatsi teoritis yang jelas. Kuesioner terbaik dari masing-masing kelompok akan dipresentasikan dalam kelas dan kelompok lain harus melakukan kritikan atau saran bagi kuesioner yang dijasikan oleh kelompok lain.
Referensi
137
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Bungin, Burhan, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif, komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana. Manheim, Jarol B. and Richard C. Rich, 1981. Empirical Political Analysis. Research Methods in Political Science, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Neuman, W. Lawrence, 1994, Social Research Methods: Quantitative and Qualitative Approach, Second edition. Allyn and Bacon. Massachusetts. Oskamp, Stuart, 1991, Attitude and Opinions, Second Edition. Prentice-Hall. New Jersey. Sarantakos, Sotirios, 1993, Soscial Research, MacMilan Education Ltd., Australia
BAB X 138
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
VALIDITAS DAN RELIABILITAS Deskripsi Pokok Bahasan: Bab berikut ini kita akan membahas mengenai keretandalan (reliabilitas) dan kecermatan (validitas) dari instrument penelitian. Validitas dan reliabilitas instrument menjadi sangat penting untuk menjamin kebenaran data yang dikumpulkan. Sebelum seorang peneliti benar-benar menggunakan instrument penelitian pada populasi yang yang menjadi subjek penelitian instrument tersebut harus memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas. Ada beberapa jenis validitas dan reliabilitas yang disyaratkan bagi instrument penelitian. Termasuk berbagai teknik pengujian validitas dan reliabilitas akan dibahas lebih lanjut pada bab ini. Tujuan Instruksional Umum 1. Mahasiswa
mampu
menjelaskan
pengertian
Validitas
dan
reliabilitas 2. Mahasiswa mampu melakukan pengujian validitas dan reliabilitas terhadap alat pengumpulan data masing-masing yang sudah disusun. A. Pendahuluan Sebagaimana diketahui bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang variasi karakteristik variabel secara obyektif. Instrumen mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu penelitian karena kualitas data (berarti juga kualitas hasil penelitian) sangat ditentukan/dipengaruhi oleh kualitas instrumen yang digunakan. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan diperlukan instrumen yang dapat dipertanggungjawabkan pula, dalam hubungan ini instrumen penelitian harus memenuhi kriteria Validitas dan Reliabilitas agar penggunaannya dalam suatu penelitian dapat menghasilkan data/informasi yang akurat dan obyektif.
139
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
B. Validitas Validitas atau kesahihan menunjukan pada kemampuan suatu instrumen (alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur (…. a valid measure if it succesfully measure the phenomenon), seseorang yang ingin mengukur tinggi harus memakai meteran, mengukur berat
dengan timbangan, maka meteran,
timbangan merupakan alat ukur yang valid dalah kasus tersebut. Suatu instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.72 Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung kepada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran secara tepat. Dalam suatu penelitian yang melibatkan variabel/konsep yang tidak bisa diukur secara langsung, masalah validitas menjadi tidak sederhana, di dalamnya juga menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis sampai tingkat empiris (indikator), namun bagaimanapun tidak sederhananya suatu instrumen penelitian harus valid agar hasilnya dapat dipercaya. Mengingat pentingnya masalah validitas. Maka tidak mengherankan apabila Para Pakar telah banyak berupaya untuk mengkaji masalah validitas serta membagi validitas ke dalam beberapa jenis, terdapat perbedaan pengelompokan jenis-jenis validitas,
Fred N. Kerlinger73 menyatakan bahwa
validitas yang
umum dipakai tripartite classification yakni validitas isi (Content),validitas criteria yang berhubungan (Criterion related) dan validitas konstruk (Construct), sementara Kenneth Bailey mengelompokan tiga jenis utama validitas yaitu : Face validity, Criterion Validity, dan construct validity, dengan catatan face validity cenderung dianggap sama dengan content validity. Sedangkan Manheim melihat validitas dari internal Validity dan external validity.74 Berikut ini akan dikemukakan beberapa jenis validitas yaitu :
72
Saifullah Anwar, 2006, Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hal. 5. Fred N. Kerlinger, 1990, Asas-asas Penelitian Behavioral, Terj. Landung R. Simatupang, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal.731. 74 Jarol B. Manheim and Richard C. Rich, 1981. Empirical Political Analysis. Research Methods in Political Science, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc, hal. 60-61. 73
140
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
1. Validitas isi (Content Validity). Validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Misalnya test bidang studi IPS, harus mampu mengungkap isi bidang studi tersebut, pengukuran motivasi harus mampu mengukur seluruh aspek yang berkaitan dengan konsep motivasi, dan demikian juga untuk halhal lainnya. Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi terutama berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini dia berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga mempunyai validitas rupa, sedang keadaan sebaliknya belum tentu benar. 2. Validitas Rupa (Face validity), adalah validitas yang menunjukan apakah alat pengukur/instrumen penelitian dari segi rupanya nampak mengukur apa yang ingin diukur, validitas ini lebih mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen. Menurut Djamaludin Ancok validitas rupa amat penting dalam pengukuran kemampuan individu seperti pengukuran kejujuran, kecerdasan, bakat dan keterampilan. 3. Validitas kriteria (Criterion validity), adalah validasi suatu instrumen dengan membandingkannya dengan instrumen-pengukuran lainnya yang sudah valid dan reliabel dengan cara mengkorelasikannya, bila korelasinya signifikan maka instrumen tersebut mempunyai validitas kriteria. Terdapat dua bentuk Validitas kriteria yaitu : Validitas konkuren (Concurrent validity), Validitas ramalan (Predictive validity). Validitas konkuren adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran untuk mengukur gejala tertentu pada saat sekarang kemudian dibandingkan dengan instrumen pengukuran lain untuk konstruk yang sama. Validitas ramalan adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran memprediksi secara tepat dengan apa yang akan terjadi di masa datang. Contohnya apakah test masuk sekolah mempunyai validitas ramalan atau tidak ditentukan oleh kenyataan apakah terdapat korelasi yang signifikan antara hasil test masuk dengan prestasi belajar sesudah menjadi siswa, bila ada, berarti test tersebut mempunyai validitas ramalan.
141
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
4. Validitas konstruk (Construct Validity). Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah validitas
yang berkaitan dengan
kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Kerlinger validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas cakupannya terpenting dalam penelitian ilmiah75 dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria. Lebih jauh Jack R. FraenkelI menyatakan bahwa untuk mendapatkan validitas konstruk ada tiga langkah di dalamnya yaitu : 1. Variabel yang akan diukur harus didefinisikan dengan jelas 2. Hipotesis, yang mengacu pada teori yang mendasari variabel penelitian harus dapat membedakan orang dengan tingkat gradasi yang berbeda pada situasi tertentu 3. Hipotesis tersebut diuji secara logis dan empiris. Dalam upaya memperoleh validitas konstruk, maka seorang peneliti perlu mencari apa saja yang menjadi suatu kerangka konsep agar dapat menyusun tolok ukur operasional konsep tersebut. Pencarian kerangka konsep menurut Djamaludin Ancok76 dapat ditempuh beberapa cara : 1. Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan oleh para akhli yang tertulis dalam buku-buku literatur. 2. Mendefinisikan sendiri konsep yang akan diukur, jika tidak diperoleh dalam buku-buku literatur 3. Menanyakan definisi konsep yang
akan diukur kepada calon
responden atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden. Mengingat pentingnya pendefinisian suatu konsep yang ingin diukur, maka seorang peneliti perlu mencermatinya, sebab definisi suatu konsep perlu dikembangkan dari mulai definisi teoritis, definisi empiris, sampai definisi
75
Fred N. Kerlinger, opCit., hal. 731 Djamaluddin Ancok, “Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian”, dalam Masri Singarimbun (ed), 1995, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, hal. 125. 76
142
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
operasional (dapat dipadankan dengan konsep teori, konsep empiris, konsep analitis/operasional, atau dengan konsep, dimensi, dan indikator) pemahaman definisi tersebut dapat dijadikan awal yang strategis untuk penjabaran konsep sampai diperoleh indikator, untuk kemudian disusun item-item yang diperlukan untuk sebuah instrumen penelitian. Sementara itu Manheim mengemukakan dua pendekatan dalam Validasi konstruk yaitu : 1). External validation; 2). Internal validation. Analisis logis dalam konteks validasi konstruk dimaksudkan untuk membentuk hipotesis pembanding sebagai alternatif penjelasan berkaitan dengan konstruk/konsep yang akan diukur, hubungan antar konsep dan yang sejenisnya. Dalam pendekatan ini langkah yang diperlukan adalah pendefinisian konstruk/konsep,
penentuan
kesesuaian isi item dengan indikator, serta penentuan prosedur pengukuran. Analisis struktur internal merupakan pendekatan kedua dalam validasi konstruk,
analisis
ini
berkaitan dengan validitas
indikator
dari suatu
konsep/konstruk, artinya indikator-indikator yang digunakan bersifat homogin (dalam tingkatan minimum) serta mengukur konsep yang sama (terdapatnya kesesuaian antara indikator-indikator dengan konsepnya). Gambar 20: Internal Validity
Sumber: Jarol B. Manheim and Richard C. Rich, 1981, hal. 62 Sementara itu analisis struktur silang berkaitan dengan pengkajian analisis internal dari masing-masing konsep terhubung (unobservable) yang dihubungkan pada tataran empirisnya (indikator), sebab pada tataran inilah suatu hipotesis diuji.
143
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Gambar 21: External Validation
Pengujian Validitas Instrumen Apabila langkah-langkah penjabaran konsep yang kemudian diikuti dengan penyusunan item-item instrumen telah dilakukan, maka perhitungan statistik dapat dilakukan untuk perhitungan/pengujian validitas instrumen pengukuran. Perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi internal (sering juga disebut validitas item atau discriminating power/daya diskriminasi item), dalam arti sampai sejauh mana item-item mampu membedakan antara individu yang memiliki dan tidak memiliki sifat dari item pengukuran, hal ini berarti juga bahwa item-item dalam instrumen mengukur aspek yang sama. Dalam hubungan ini langkah yang dilakukan adalah dengan cara mengkorelasikan antara skor tiap item dengan skor total. Dalam melakukan perhitungan korelasi antara skor item dengan skor total dapat menggunakan rumus korelasi Product moment apabila nilai-nilai skala telah dilakukan konversi menjadi interval (atau secara langsung dianggap interval dengan mengacu pada pendapat bahwa nilai skala dapat diperlakukan sebagai data interval), atau menggunakan rumus korelasi tata jenjang (Rank-Spearman). Untuk memperjelas cara perhitungannya berikut ini akan dikemukakan contoh perhitungan korelasi Product momen dan korelasi tata jenjang Spearman. Sebuah instrumen penelitian/pengukuran terdiri dari 10 item dan disebarkan pada 10 orang responden dengan hasil skor seperti dalam tabel 1 144
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
perhitungan korelasi dilakukan untuk tiap item dari item nomor 1 sampai item no 10, untuk contoh perhitungan akan diambil item no 2 Tabel 5 Resp A B C D E F G H I J I II
Nomor Item
1 4 2 3 3 3 2 2 4 3 4 .289 .362
2 2 2 2 4 4 4 2 2 2 4 .900 .870
3 2 2 2 3 4 4 2 2 2 4 .925 .879
4 4 3 3 3 4 4 2 4 3 4 .743 .789
5 2 2 2 3 4 4 2 2 2 3 .892 .872
6 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 .856 .830
7 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 .508 .525
8 3 3 3 4 4 4 2 3 3 4 .907 .910
9 3 2 3 3 4 4 2 3 2 3 .889 .904
10 3 2 3 3 4 4 2 3 2 4 .956 .950
Jml 28 22 26 32 38 36 21 28 24 36
Contoh Perhitungan Validitas menggunakan Korelasi Product Moment adalah sebagai berikut :
Tabel 5 perhitungan Korelasi Product moment Responden Item no 2 (X) Jumlah (Y) A 2 28 B 2 22 C 2 26 D 4 32 E 4 38 F 4 36 G 2 21 H 2 28 I 2 24 J 4 36 Jumlah 28 291
r
=
X2 4 4 4 16 16 16 4 4 4 16 88
Y2 784 484 676 1024 1444 1296 441 784 576 1296 8805
XY 56 44 52 128 152 144 42 56 48 144 866
N XY - ( X) ( Y) --------------------------------------------------N X2 – ( X)2 N Y2– ( Y)2 145
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
r
=
r
=
10 x 866 - 28 x 291 -------------------------------------------10 x 88 – (28)2
10 x 8805 – (291)2
512 -------------------
= 0.900
9.8 x 58.04
nilai r untuk item no 2 sebesar 0.90 kemudian dibandingkan dengan tabel r pada baris N – 2 (10 – 2) yaitu 8 sebesar 0.632 untuk taraf signifikansi 5%, karena nilai r lebih besar dari nilai r tabel maka item no 2 adalah valid, untuk item lainnya bandingkan nilai r untuk tiap-tiap item (tabel 1 romawi I menunjukan nilai r untuk tiap-tiap item) dengan r tabel, hasilnya item no 1 dan nomor 7 tidak valid (r hitung lebih kecil dari r tabel) sedangkan item lainnya valid. Item-item yang valid saja yang dipergunakan dalam penelitian sedang yang tidak valid dibuang atau peneliti harus merevisi pertanyaan pada item yang tidak valid.
Contoh perhitungan Validitas menggunakan Korelasi tata jenjang dari Spearman sebagai berikut
Tabel 6 Perhitungan Korelasi Tata Jenjang Responden Item no 2 (X)) Jumlah (Y) Rank X Rank Y A B C D E F G H I J Jumlah
2 2 2 4 4 4 2 2 2 4 28
28 22 26 32 38 36 21 28 24 36 291
7.5 7.5 7.5 2.5 2.5 2.5 7.5 7.5 7.5 2.5
5.5 9 7 4 1 2.5 10 5.5 8 2.5
B
b2
2 -1.5 0.5 -1.5 1.5 0 -2.5 2 -0.5 0 0
4 2.25 0.25 2.25 2.25 0 6.25 4 0.25 0 21.5
Rumus korelasi tata jenjang :
146
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
rho
= 1 -
rho
= 1 -
rho
= 1 -
rho
= 0.870
6 x b2 -------------n (n2 - 1)
6 x 21.5 -------------10 (102 - 9) 0.13
nilai rho untuk item no 2 sebesar 0.870 kemudian dibandingkan dengan tabel rho dengan N = 10 sebesar 0.648 untuk taraf signifikansi 5%, karena nilai rho lebih besar dari nilai rho tabel maka item no 2 adalah valid, untuk item lainnya bandingkan nilai rho untuk tiap-tiap item (tabel 1 rumawi II menunjukan nilai rho untuk tiap-tiap item) dengan rho tabel, hasilnya item no 1 dan nomor 7 tidak valid (rho hitung lebih kecil dari rho tabel), sedangkan item lainnya valid. Item-item yang valid saja yang dipergunakan dalam penelitian sedang yang tidak valid dibuang atau peneliti harus melakukan revisi terhadap item pertanyaan tersebut. Dengan memperhatikan hasil kedua perhitungan tersebut nampak bahwa baik skor item-item tersebut diperlakukan sebagai data interval maupun ordinal hasilnya tidak menunjukan perbedaan.
C. Reliabilitas Reliabilitas berarti keterpercayaan atau keajegan, suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut dipergunakan secara berulang memberikan hasil ukur yang sama. Menurut Elazar J. Pedhazur “reliability refers to the degree to which test score are free from errors of measurement”, kesalahan pengukuran akan berakibat pada hasil yang berbeda dalam mengukur sesuatu yang sama. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang
147
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. 77 Dalam ilmu sosial masalah reliabilitas terutama dalam presisi hasil ukur cukup sulit apalagi bila dikaitkan dengan pengulangan, hal ini tidak lain karena obyek yang diteliti cenderung berubah dari waktu kewaktu apalagi jika rentang waktu
pengulangan
cukup
lama,
untuk
itu
upaya-upaya
untuk
menghitung/menguji reliabilitas suatu instrumen merupakan estimasi nilai pengukuran yang diteliti dengan nilai pengukuran yang sebenarnya. Dalam upaya tersebut terdapat beberapa pandangan/cara untuk menilai/menghitung reliabilitas suatu instrument sebagaimana akan terlihat dalam uraian berikut. 1. Teori pengujian klasik teori pengujian klasik mengacu pada The true-score model dari Spearman. Menurut model ini skor/nilai hasil observasi terdiri dari dua komponen yaitu komponen nilai yang benar ditambah kekeliruan acak, yang dalam bentuk simbul nampak sebagai berikut : M = T + E M = nilai/skor yang diukur/diobservasi (measured value) T = nilai/skor yang benar (True value) E = Kesalahan Pengukuran (Measurement error) Pengukuran yang reliabel adalah pengukuran yang mempunyai tingkat kesalah Nol (E = 0), sehingga nilai yang diobservasi sama dengan nilai yang sebenarnya (M = T). bila menggunakan analisis statistika reliabilitas pengukuran merupakan perbandingan antara
varians nilai/skor yang sebenarnya dengan
varians nilai/skor yang diobservasi, dan akar pangkat duanya adalah korelasi antara nilai/skor yang sebenarnya dengan nilai/skor yang diobservasi dan hasil korelasinya disebut indeks reliabilitas. Indeks ini menurut Pedhazur disebut juga validitas pengukuran teoritis (Theoritical validity of a measure) atau korelasi epistemik (epistemic correlation).
77
Saifullah Anwar, opCit., hal. 4
148
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Secara teoritis cara tersebut cukup bermakna, namun sulit bahkan tidak dapat dipergunakan untuk memperkirakan tingkat kesalahan yang terdapat dalam suatu instrumen pengukuran karena tidak diketahuinya nilai yang benar (T) dan tingkat
kesalahan (E), sehingga diperlukan asumsi-asumsi berkaitan dengan
konstannya substansi yang diukur serta kesalahan yang terjadi bersifat acak, dan berdasar asumsi tersebut jika pengukuran dilakukan pada seseorang secara berulang-ulang, maka akan diperoleh sejumlah persamaan yang masingmasingnya akan mengandung nilai T dan rata-rata dari E akan (diharapkan) sama dengan Nol, sehingga nilai yang diobservasi akan sama dengan nilai yang sebenarnya (M = T). 2. Test-retest (Repeated measure) Pengukuran ulang dimaksudkan untuk melihat konsistensi dari waktu ke waktu. Cara pelaksanaannya adalah dengan meminta responden untuk menjawab pertanyaan atau merespon pernyataan yang sama sebanyak dua kali sesudah selang waktu tertentu. Sesudah diperoleh jawaban/respon responden untuk dua kali pelaksanaan kemudian nilai/skor dari hasil pengukuran yang pertama dikorelasikan dengan
nilai/skor hasil pengukuran yang ke dua dengan
menggunakan formula korelasi product momen atau korelasi tata jenjang sesuai dengan karakteristik data yang diperoleh. Sebagai ilustrasi berikut ini akan diberikan contoh. Misalkan sebuah instrumen pengukuran dibuat untuk mengetahui persepsi masyarakat Kota X terhadap kepemimpinan Walikota kepada 10 responden dengan hasil sebagai mana terlihat dalam tabel berikut : Tabel 7 nilai skor hasil dua kali pengukuran Resp
Skor pada Pengukuran Pertama
Skor pada pengukuran
A
20
20
B
25
24
C
21
21
D
23
23
E
22
21
Kedua
149
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
F
21
21
G
24
24
H
26
26
I
21
20
J
22
22
Skor pengukuran pertama kemudian dikorelasikan dengan skor pengukuran kedua (cara perhitungan sama seperti dalam perhitungan Validitas), koefisien korelasi yang diperoleh kemudian di bandingankan dengan nilai tabel, bila lebih besar berarti instrumen tersebut reliabel. Hasil perhitungan data skor di atas diperoleh nilai r = 0.970 (nilai tabel = 0.632 pada taraf signifikansi 5%), dan nilai rho = 0.953 (nilai tabel = 0.648 pada taraf signifikansi 5%), ini berarti bahwa instrumen pengukuran tersebut reliabel. Dalam penggunaan cara ini seorang peneliti harus memperhatikan selang waktu antara pengukuran yang pertama dan yang kedua, tidak ada patokan yang pasti, yang penting harus dihindari kemungkinan terjadinya bias akibat responden merasa diperlakukan tidak wajar jika terlalu pendek atau terjadi perubahan jika terlalu lama, namun Djamaludin Ancok78 menyatakan bahwa selang waktu antara 15-30 hari pada umumnya dianggap memenuhi persyaratan tersebut.
3. Metode paralel (Alternate Method) cara ini dilakukan dengan memberikan dua bentuk pengukuran yang identik (dalam arti sejajar) kepada responden yang sama secara serempak. Dua pengukuran identik bermakna bahwa
dua instrumen pengukuran tersebut
dimaksudkan untuk mengukur konstruk yang sama namun dengan item-item pertanyaan/pernyataan yang berbeda. Sebagai contoh terdapat dua instrumen pengukuran motivasi yaitu instrumen A dan instrumen B, kedua instrumen tersebut dikenakan pada sepuluh responden dengan hasil sbb :
78
Djamaluddin Ancok, opCit., hal. 142
150
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Tabel 8 nilai skor hasil dua Instrumen Pengukuran Resp
Skor Instrumen A
Skor Instrumen B
A
20
20
B
25
24
C
21
21
D
23
23
E
22
21
F
21
21
G
24
24
H
26
26
I
21
20
J
22
22
Skor pengukuran Instrumen A dikorelasikan dengan skor Instrumen B (cara perhitungan sama seperti dalam perhitungan Validitas), koefisien korelasi yang diperoleh kemudian di bandingankan dengan nilai tabel, bila lebih besar berarti instrumen tersebut reliabel. Hasil perhitungan data skor di atas diperoleh nilai r = 0.970 (nilai tabel = 0.632 pada taraf signifikansi 5%), dan nilai rho = 0.953 (nilai tabel = 0.648 pada taraf signifikansi 5%), ini berarti bahwa instrumen pengukuran tersebut reliabel. Pendekatan Konsistensi internal Pendekatan konsistensi internal merupakan satu cara untuk mengurangi kesulitan yang diakibatkan oleh dua perlakuan atau dua bentuk pengukuran seperti dalam metode test-retest dan metode paralel. Dengan cara ini pengukuran hanya dilakukan satu kali (single-trial administration), sehingga dapat lebih efisien. konsistensi internal bermakna keajegan dari tiap item dengan item-item lainnya dalam suatu kerangka instrumen pengukuran. Terdapat beberapa cara untuk melakukan perhitungan reliabilitas antara lain Teknik belah dua (Split half method), Formula Rolon, KR20, KR21, dan Koefisien Alpha. Berikut ini akan dikemukakan contoh perhitungan reliabilitas. 1. Teknik Belah Dua (Split-half method)
151
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Metode atau teknik belah dua menggunakan formula Spearman-Brown, cara ini hanya dapat dikenakan pada instrumen pengukuran dengan jumlah item genap (pengelompokan dilakukan pada item-item yang valid),adapun langkahlangkahnya adalah sbb :
Kelompokan item-item menjadi dua kelompok didasarkan pada kelompok ganjil (nomor item ganjil) dan kelompok genap (nomor item genap), atau secara random.
Jumlahkan skor pada setiap kelompok sehingga diperoleh skor total untuk tiap kelompok.
Korelasikan skor total antar kelompok
dengan formula korelasi
Product moment atau tata jenjang.
Masukan nilai koefisien korelasi tersebut ke dalam rumus SpermanBrown untuk mencari koefisien reliabilitas
ri
=
2 . r
b
1 + r b
ri = koefisien reliabilitas rb = koefisien korelasi antar kelompok Contoh perhitungan : Tabel 9 nilai skor total kelompok ganjil dan genap Resp
Skor total kelompok ganjil
Skor total kelompok genap
A
20
20
B
25
24
C
21
21
D
23
23
E
22
21
F
21
21
G
24
24
152
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
H
26
26
I
21
20
J
22
22
Hasil perhitingan korelasi r = 0.970 Koefisien/angka reliabilitasnya adalah : ri
=
2 x 0.970 1 + 0.970
ri
=
1.940 1.970
ri
=
0.985
2. Formula Rulon Cara ini juga hanya berlaku pada pengelompokan seperti teknik belah dua, namun estimasi reliabilitas tidak didasarkan pada perhitungan korelasi melainkan pada varians perbedaan skor dengan varians total, adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
SDb2
rxx’
=
1 --
SDt2
rxx’
= Koefisien reliabilitas 2 SDb = Varians perbedaan skor belahan 2 SDt = Varians skor Total
153
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Contoh perhitungan : Tabel nilai skor total kelompok ganjil dan genap Resp
Skor total kelompok ganjil
Skor total kelompok genap
Skor b (selisih ganjil genap)
Skor total
A
20
20
0
40
B
25
24
1
49
C
21
21
0
42
D
23
23
0
46
E
22
21
1
43
F
21
21
0
42
G
24
24
0
48
H
26
26
0
52
I
21
20
1
41
J
22
22
0
44
Hasil perhitungan varians menunjukan : SDb2 = 0.233
SDt2 = 15.344
Rumus mencari Varians : ΣX2 – (ΣX )2 N
Koefisien reliabilitasnya adalah : 0.233 rxx’
=
N -1
1 -15.344
rxx’
=
1 --
0.015 =
0.984
3. Formula Flanagan Formula Flanagan merupakan estimasi nilai/angka reliabilitas yang tidak mengacu pada perhitungan korelasi, melainkan sama seperti formula Rulon yang mengacu pada veriansi tiap-tiap kelompok hasil belah dua, bedanya dalam formula ini ada nilai konstanta 2 serta varians kelompok dijumlahkan dan bukan varians beda, sementara pembaginya sama yaitu varians total.
154
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Rumus :
rxx’
S12 + S22 =
2 (1 --
St2
)
S12 = Varians belahan pertama S22 = Varians belahan kedua St2 = Varians total Contoh perhitungan : Tabel nilai skor ganjil dan genap dan skor total Resp
Skor total kelompok ganjil
Skor total kelompok genap
Skor total
A
20
20
40
B
25
24
49
C
21
21
42
D
23
23
46
E
22
21
43
F
21
21
42
G
24
24
48
H
26
26
52
I
21
20
41
J
22
22
44
S12 = 3.833 S22 = 3.956 St2 = 15.344 Bila nilai-nilai tersebut dimasukan dalam rumus, akan nampak sebagai berikut : 3.833 + 3.956 rxx’
=
2 (1 --
) 15.344
rxx’
=
2 (0.492) = 0.985
155
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
4. Formula K-R 21 (Kuder Richardson) Formula K-R merupakan prosedur pencarian nilai reliabilitas dengan tidak mensyaratkan pembelahan item ke dalam dua kelompok, sehingga bisa diterapkan pada instrumen yang jumlah itemnya tidak genap. Rumus : k
rxx’ =
M (k – M)
(
) (1 -k - 1
M
= Mean/rata-rata skor total
k SDt2
= kelompok/banyaknya item = Varians total
)
kSDt2
Contoh perhitungan : Tabel skor tiap item dan Total Resp
Nomor Item
1 4 2 3 3 3 2 2 4 3 4
A B C D E F G H I J
2 2 2 2 4 4 4 2 2 2 4
M
= 2.91
SDt2
=
k
= 10
3 2 2 2 3 4 4 2 2 2 4
4 4 3 3 3 4 4 2 4 3 4
5 2 2 2 3 4 4 2 2 2 3
6 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4
7 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2
8 3 3 3 4 4 4 2 3 3 4
9 3 2 3 3 4 4 2 3 2 3
10 3 2 3 3 4 4 2 3 2 4
Jml 28 22 26 32 38 36 21 28 24 36
37.433
masukan nilai-nilai di atas ke dalam rumus 10 rxx’ =
rxx’ =
(
2.91(10 – 2.91) ) (1 --
9 ( 1.11 ) (1 --
) 37.433
20.631
) 156
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
37.433
rxx’ =
0.498
5. Rumus Alpha (Cronbach) Formula Alpha juga merupakan prosedur pencarian nilai reliabilitas dengan tidak mensyaratkan pembelahan item ke dalam dua kelompok (meski bisa juga diterapkan pada teknik belah dua), sehingga bisa diterapkan pada instrumen yang jumlah itemnya tidak genap. Namun hal yang perlu diingat adalah bahwa pembelahan mesti dilakukan secara seimbang, sebab jika dibelah tidak seimbang akan underestimasi terhadap nilai reliabilitas yang sebenarnya (biasanya lebih rendah). Rumus : ΣSDb2
K =
(
) K- 1
SDb2 SDt2
= Varians =
( 1 --
SDt2
)
skor kelompok
Varians skor Total
K = Kelompok/jumlah item
Sebagai contoh terdapat 10 item yang ingin dibelah menjadi lima kelompok secara berurutan, untuk itu jumlah tiap-tiap kelompok harus diketahui untuk dicari variansnya, sesudah itu baru dimasukan ke dalam rumus Alpha.
157
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Contoh perhitungan :
Tabel skor tiap item, skor kelompok, skorTotal Res
1 4 2 3 3 3 2 2 4 3 4
A B C D E F G H I J
2 Jml 3 2 6 2 2 4 2 2 5 2 4 7 3 4 7 4 4 6 4 2 4 2 2 6 2 2 5 2 4 8 4
No Item dan Jml tiap kelompok 4 jml 5 6 jml 7 8 jml 4 6 2 3 5 2 3 5 3 5 2 2 4 2 3 5 3 5 2 3 5 2 3 5 3 6 3 3 6 3 4 7 4 8 4 4 8 3 4 7 4 8 4 4 8 2 4 6 2 4 2 3 5 2 2 4 4 6 2 3 5 2 3 5 3 5 2 3 5 2 3 5 4 8 3 4 7 2 4 6
9 3 2 3 3 4 4 2 3 2 3
Tot. 10 jml Jml 3 6 28 2 4 22 3 6 26 3 6 32 4 8 38 4 8 36 2 4 21 3 6 28 2 4 24 4 7 36
SDt2 = 37.433 ; k = 10 ; SDb21 = 1.733 ; SDb22 = 2.1 ; SDb23 = 1.956 SDb24 = 0.944 ; SDb25 = 2.322 5 =
(
) (1 --
1.733 + 2.1 + 1.956 + 0.944 + 2.322 )
4
37.433
9.055 =
( 1.25 ) (1 --
=
( 1.25 ) (0.758) = 0.948
37.433
)
Standar Reliabilitas Besarnya nilai reliabilitas yang bisa diterima sebagai estimasi yang signifikan terhadap reliabilitas yang sebenarnya merupakan masalah yang banyak dibicarakan oleh para pakar, pada dasarnya semakin besar koefisien reliabilitas, semakin baik, namun permasalahannya terletak pada berapa besarnya nilai yang memadai. Dalam hubungan ini banyak pengarang yang memberikan patokan umum tentang standar minimum tingkat nilai koefisien reliabilitas. Nunnally dalam bukunya
Psychometric Theory sebagaimana dikutif oleh Elazar J.
Pedhazur menyatakan bahwa koefisien yang relatif rendah dapat ditoleransi dalam tingkatan penelitian awal, reliabilitas yang lebih tinggi diperlukan jika pengukuran dipakai untuk menentukan perbedaan antar kelompok, dan reliabilitas yang sangat tinggi menjadi esensil jika skor-skor dipakai untuk membuat
158
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
keputusan penting tentang seseorang (misalnya keputusan dalam seleksi dan penempatan). Lebih jauh Nunnally menyatakan bahwa untuk penelitian awal koefisien reliabilitas 0.60 atau 0.50 sudah cukup, sementara itu Caplan, Naidu dan Tripathi dalam tulisannya pada Journal of health and social behaviour (1984) menyatakan bahwa koefisien alpha 0.50 atau lebih dianggap cukup untuk suatu tujuan penelitian. Disamping pendapat tersebut ada juga ahli yang menggunakan harga kritik nilai tabel korelasi Product Moment, sehingga nilai reliabilitas yang diperoleh dibandingkan dengan r tabel, bila lebih besar berarti instrumen pengukuran tersebut reliabel, sedang bila lebih kecil dari r tabel berarti instrumen pengukuran tersebut tidak reliabel. D. Ringkasan Sebagaimana telah dibahas diatas, masalah validitas dan reliabilitas sangat erat berkaitan dengan tujuan pengukuran. Oleh karena itu tidak ada validitas dan reliabilitas yang berlaku umum untuk tujuan pengukuran. Suatu alat ukur biasanya hanya merupakan ukuran yang valid untuk satu tujuan yang spesifik. Untuk itu pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur harus dilakukan oleh setiap peneliti terhadap instrumennya tersebut meskipun sudah pernah digunakan oleh orang lain.
E. Tugas dan Latihan 1. Jelaskan pemahaman saudara tentang validitas dan reliabilitas? 2. Jelaskan salah satu teknik pengukuran validitas instrument penelitian?
159
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Referensi Ancok Djamaluddin, “Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian”, dalam Masri Singarimbun (ed), 1995, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES Anwar, Saifullah, 2006, Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Kerlinger, Fred N., 1990, Asas-asas Penelitian Behavioral, Terj. Landung R. Simatupang, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Manheim, Jarol B. and Richard C. Rich, 1981. Empirical Political Analysis. Research Methods in Political Science, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.,
160
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
BAB XI SAMPEL DALAM PENELITIAN Deskripsi Pokok Bahasan: Penelitian kuantitatif dapat memiliki objek penelitian yang luas baik objeknya fenomena, benda maupun orang. Sangat tidak memungkinkan seorang peneliti mengambil data dari seluruh objek penelitiannya, baik dengan pertimbangan besarnya jumlah objek, waktu maupun keterbatasan dana yang dimiliki, sehingga mengharuskan penelitian hanya mengambil data dari sebagian saja dari seluruh objek penelitianya. Sebagian dari populasi yang diambil menjadi sumber data inilah yang disebut sampel. Pada bab ini akan masalah utama yang diperlu dipertanyakan dalam penentuan sampel penelitian adalah, pertama, apa yang dimaksud dengan sampel yang representatif? Kedua, bagaimana cara memilih kasus yang dijadikan sebuah sampel? Ketiga, seberapa besar kasus yang diambil menjadi sampel sehingga dapat dikatakan representatif? Tujuan Instruksional Umum 1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian populasi dan sampel, teknik penarikan sampel. 2. Mahasiswa mampu membuat/ menyusun populasi dan sampel untuk permasalahan penelitian masing-masing.
A. Pengantar Suatu penelitian pasti memiliki obyek penelitian, apakah obyek tersebut fenomena, benda maupun individu. Obyek penelitiaan inilah yang menjadi sumber data utama bagi peneliti. Obyek penelitian tentu akan besar dan banyak elemen atau bagiannya misalnya seorang peneliti akan meneliti perilaku politik masyarakat Minangkabau, peneliti tentu saja tidak mungkin mengambil data dari semua orang Minangkabau tersebut yang mungkin saja berjumlah 3 juta jiwa. Bisa saja peneliti mengambil data dari semua orang Minangakabau tersebut tetapi akan memerlukan dana, waktu dan tenaga yang sangat besar. Karena keterbatasan inilah peneliti akan mengambil hanya sebagian saja dari obyek penelitian tersebut.
161
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Dengan meneliti sebagian dari populasi akan dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Penentuan sampel akan sangat terkait dengan yang namanya generalisasi, yakni kemampuan untuk menggambarkan kesimpulan umum yang didasari pada analisis dari kasus yang lebih sedikit. 79 Masalah utama yang diperlu dipertanyakan dalam sampel penelitian adalah, pertama, apa yang dimaksud dengan sampel yang representatif? Kedua, bagaimana cara memilih kasus yang dijadikan sebuah sampel? Ketiga, seberapa besar kasus yang diambil menjadi sampel sehingga dapat dikatakan representatif? B. Pentingnya Sampel Populasi adalah keseluruhan dari unit analisis individu atau suatu hal yang ciri-cirinya akan diteliti, misalnya seorang peneliti ingin mengetahui apakah reformasi sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Karena reformasi adalah konsep yang lahir dari gagasan mahasiswa, maka yang menjadi fokus penelitiannya adalah mahasiswa. Peneliti tersebut akan mewawancarai sejumlah mahasiswa yang ada di kota Padang. Dari gejala di atas kita akan dapat menarik kesimpulan bahwa yang menjadi populasi dalam penelitian tersebut adalah mahasiswa di Kota Padang. Jika ada mahasiswa yang berada di luar Kota Padang, mereka bukanlah populasi dalam penelitian tersebut. Guna memberi focus penelitian yang akan dilakukan peneliti mencoba mengurai beberapa kriteria dari mahasiswa yang memenuhi syarat untuk di teliti. Peneliti menetapkan bahwa dari populasi tersebut akan diambil sejumlah mahasiswa (sekitar 500 orang) untuk menjelaskan tujuan penelitian. Dengan demikian, sejumlah mahasiswa (sekitar 500 orang) yang ada dalam populasi yang diambil dan memiliki ciri-ciri yang sama dengan keseluruhan sifat obyek yang diteliti disebut sample (sampling). Adalah sesuatu yang tidak mungkin seorang peneliti meneliti semua mahasiswa di Kota Padang, menginterogasinya dan menyimpulkan apa yang berhasil diungkapnya. Keterbatasan peneliti ini sangat dipengaruhi oleh (1) ketersediaan waktu, (2) ketersediaan dana, (3) ketersediaan tenaga untuk
79
Jarol B. Manheim and Richard C. Rich, 1981. Empirical Political Analysis. Research Methods in Political Science, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
162
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
melakukan penelitian tersebut. Akan tetapi, peneliti juga bisa menemukan suatu keadaan no sample situation, yaitu suatu keadaan dimana peneliti menjadikan seluruh populasi menjadi obyek penelitian. Ini jarang terjadi, kecuali misalnya penelitian seorang antropolog mengamati perilaku suku terasing dan kharisma kepemimpinan tradisional yang hanya berpenduduk sekitar 100 orang. Keadaan ini bagi peneliti mungkin tidak membutuhkan sampel. Dalam penelitian sosial sampel memiliki makna penting. Ini terkait dengan keakuratan data yang ingin diperoleh dalam penelitian. Menurut Earl R. Babbie 80 sensus memang memungkinkan seorang peneliti untuk meneliti pendapat semua anggota sehingga kesalahan yang disebabkan oleh sampel dapat dihilangkan. Tetapi penelitian dengan tipe sensus berarti lebih banyak lagi yang harus diwawancarai, sehingga kemungkinan kesalahan juga akan lebih besar.
Lalu
pertanyaannya, berapa banyak sampel yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Jawabannya tidak ada jawaban yang pasti. Prinsip yang harus dipegang semakin banyak sampel adalah semakin baik. Tapi yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana dengan sampel yang ada kita mendapatkan data yang akurat. Ada 2 faktor yang akan mempengaruhi representatif atau tidaknya sampel : 1. Jumlah (besar) sampel. Sampai saat ini belum ada jawaban yang pasti tentang seberapa besar harusnya sampel dalam sebuah penelitian. Sebenarnya jumlah populasi hanyalah sedikit hubungannya dengan seberapa banyak sampel yang representatif. Sebagian peneliti percaya bahwa 5 – 10 % dari pupulasi sudah mencukupi. Sebagian peneliti juga mengembangakan rumus secara kuantitatif untuk menentukan besarnya sampel ini dengan memasukkan beberapa pertimbangan. 2. Cara/strategi memilih sampel. Strategi yang digunakan dalam memilih sampel sangat menentukan akurat atau tidaknya data yang didapatkan. Meskipun jumlah sampel besar tetapi jika cara yang digunakan untuk memilih sampel salah maka data yang didapat menjadi tidak akurat. Misalnya seorang peneliti ingin meneliti proses pengangkatan kepala dinas pada Pemerintah Provinsi tentu tidak mungkin mewawancarai semua 80
Eriyanto, 1999. Metodologi Polling. Bandung: Remaja Rosda Karya, hal. 86. bandingkan dengan Earl. R. Babbie, 1983 The Practice of Sosial Research. Belmont, California: Wardsworth Publishing Company.
163
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
pejabat dilingkungan pemerintah propinsi, tentu akan lebih tepat bila yang diwawancarai adalah Gubernur. Penggunaan sampel lebih menonjol dalam penelitian survey ketimbang penelitian
lain.
Penyebabnya
adalah penelitian
survey kita
cenderung
menggunakan individu sebagai unit of analysis, sehingga karakter sosial maupun kelompok yang ada benar-benar harus diperhitungkan. Sekalipun tidak ada ketentuan resmi berapa banyak sampel yang dibutuhkan, tetapi peneliti percaya bahwa jumlah 5%-10% dari populasi dipandang memadai. Bila mengikuti pedoman perhitungan analisis kuantitatif yang mengenal terminologi “sampel besar” dan “sampel kecil”, maka jumlah minimal sampel yang dibutuhkan adalah 30 orang.81 Dalam pengambilan sampel perlu diperhatikan beberapa langkah-langkah berikut: 1. Mendefinisikan
populasi
yang
akan
dijadikan
obyek
penelitian
/Menetapkan target populasi. Pendefinisian populasi merupakan langkah pertama yang sangat penting, dari sini dapat tergambar bagaimana keadaan populasi, sub-sub unit populasi, karakteristik umum populasi serta keluasan dari populasi tersebut. Populasi itu sendiri masih belum jelas, maka seorang peneliti harus menetapkan siapa target populasi yang akan diteliti. Kalau peneliti menetapkan bahwa populasi adalah buruh, buruh apa? Dimana? Peneliti harus dapat menetapkan pembatasan dan definisi operasional buruh tersebut. Oleh karenanya, kriteria yang relevan untuk mendefinisikan target populasi itu haruslah memasukan kategori tertentu yang dapat membatasi populasi, misalnya wilayahnya, umur, jenis kelamin, pendidikan. Dengan demikian, peneliti dapat memperketat seleksi dalam penentuan target populasi. Contoh target populasi (1) semua mahasiswa universitas andalas yang terdaftar tahun akademik 2004/2005, (2) semua buruh pabrik yang ada di kota padang, (3) semua perempuan yang sudah berumur 17 tahun ke atas, dst.
81
Riswandha Imawan, 1999, Survey Research. Bahan Kuliah PPS UGM-Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.
164
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
2. Menentukan prosedur sampling. Penentuan prosedur sampling (Sampling Method) yang akan dipergunakan pada dasarnya sebagian besar tergantung pada ada tidaknya kerangka sampel (Sampling Frame : daftar unit-unit analisis dari populasi yang akan diambil sampelnya)) yang lengkap dan akurat, jika tidak demikian maka diperlukan pembaruan daftar tersebut agar sampel dapat benar-benar menjadi representasi dari populasi 3. menyusun kerangka sampel (sampling frame). Populasi adalah konsep yang abstrak, peneliti harus dapat memperkirakan (estimasi) populasi. Oleh karenanya, seorang peneliti harus dapat mengoperasionalkannya dengan membuat daftar dengan memperkirakan semua elemen dalam populasi. Setelah target populasi didefenisikan secara jelas, peneliti kemudian membuat kerangka yang lebih operasional guna penarikan sampel dari target populasi yang ada. Penarikan sampel di dahului oleh penentuan sampling frame, yakni ciri-ciri khas yang kita gunakan dalam batasan minimal bagi seseorang untuk dapat atau tidak dapat terlibat sebagai anggota sampel. Kerangka sampel (sampling frame) merupakan daftar yang memuat nam-nama seluruh populasi. Misalnya, kita ingin mengetahui partisipasi politik buruh pabrik di Kota Padang. Dari realitas yang ada kita harus mengetahui daftar pabrik yang ada di Kota Padang. Kita juga harus mengetahui daftar nama buruh yang ada di setiap pabrik tersebut. Ini berguna untuk penyusunan sampling frame. Contoh yang lebih sulit, kita ingin mengetahui sikap mahasiswa dalam demonstrasi di DPRD tentang pesangon anggota dewan. Jelas populasinya adalah mahasiswa yang ikut demonstrasi tersebut. Tetapi ketika harus menyusun daftar nama pengikut demonstrasi, kita kesulitan membuatnya. Perbedaan yang terdapat antara target populasi dan kerangka sampel yang dibuat seringkali membuat sampel menjadi tidak valid. 4. Menentukan besarnya sampel. Besarnya sampel sebaiknya sebanyak mungkin; semakin besar sampel yang diambil umumnya akan semakin representatif
dari
populasinya
dan
hasil
penelitian
lebih
dapat
digeneralisasikan. Masalah besarnya sampel merupakan hal yang sulit untuk dijawab sebab terkadang dipengaruhi oleh dana yang tersedia untuk
165
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
melakukan penelitian. Namun demikian hal yang penting untuk diperhatikan adalah terdapatnya alasan yang logis untuk pemilihan teknik sampling serta besarnya sampel dilihat dari sudut metodologi Penelitian. Dilihat dari substansi tujuan penarikan sampel yakni untuk memperoleh representasi populasi yang tepat, maka besarnya sampel yang akan diambil perlu mempertimbangkan karakteristik populasi serta kemampuan estimasi.82 Pertimbangan karakteristik populasi akan menentukan teknik pengambilan
sampel,
ini
dimaksudkan
untuk
mengurangi
atau
menghilangkan bias, sementara kemampuan estimasi berkaitan dengan presisi dalam mengestimasi populasi dari sampel serta bagaimana sampel dapat digeneralisasikan atas populasinya, upaya untuk mencapai presisi yang lebih baik memerlukan penambahan sampel, seberapa besar sampel serta penambahannya akan tergantung pada variasi dalam kelompok, tingkat kesalahan yang ditoleransi serta tingkat kepercayaan. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besar sampel : Derajat keseragaman semakin homogen (seragam), jumlah sampel makin kecil. Tingkat kepercayaan yang diharapkan semakin tinggi tingkat kepercayaan, sampel makin besar. Rencana Analisis. Tenaga, biaya dan waktu. Menurut Pamela L. Alreck dan Robert B. Seetle dalam bukunya The Survey Research Handbook untuk populasi yang besar, sampel minimum kira-kira 100 responden dan sampel maksimumnya adalah 1000 responden atau 10% dengan kisaran angka minimum dan maksimum, secara lebih rinci Jack E. Fraenkel dan Norman E. Wallen menyatakan (meskipun bukan ketentuan mutlak) bahwa minimum sampel adalah 100 untuk studi deskriptif, 50 untuk studi korelasional, 30 per kelompok untuk studi kausal komparatif.
82
L.R Gay dalam bukunya Educational Research
Sotirios Sarantakos, 1993, Soscial Research, MacMilan Education Ltd., Australia, hal. 143-144
166
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
menyatakan bahwa untuk riset deskriptif
besarnya sampel 10% dari
populasi, riset korelasi 30 subjek, riset kausal komparatif 30 subjek per kelompok, dan riset eksperimental 50 subjek per kelompok. Model lain dalam menentukan besarnya sampel dengan menggunakan rumus seperti rumus Frank Lynck ( Sugiarto, 2001) sebagai berikut: n=
NZ 2 .P (1 P ) Nd 2 Z 2 (1 P )
dimana: n N Z P D
= Jumlah Sampel = Populasi = nilai variable normal (1,96) untuk tingkat kepercayaan 95% = harga patokan tertinggi (0,50) = Sampling Error ( 0,10)
Dalam menentukan besarnya sampel peneliti harus juga memperhatikan besarnya sampling error yang dapat ditoleransi bagi penelitiannya. Menentukan besarnya sampling error tergantung peneliti yang meyakini akan ketepatan dalam memilih sampel. Manheim dan Rich83 memberikan tabel estimasi besarnya sampel terkait dengan sampling error dan tingkat kepercayaan penelitan. Tabel 10 Estimasi sampling error dalam ukuran sampel Persentase toleransi sampling error ±1
Ukuran Sampel Tingkat Tingkat Kepercayaan 95 % Kepercayaan 99 % 10.000 22.500
±2
2.500
5.625
±3
1.111
2.500
±4
625
1.406
±5
400
900
± 10
100
_
Sumber: Jarol B. Manheim and Richard C. Rich, 1981, hal.98
83
Jarol B. Manheim and Richard C. Rich, Op. Cit, hal. 98
167
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Semakin rendah sampling error dan semakin tinggi angka tingkat kepercayaan merupakan penelitian yang lebih baik, tetapi dengan memperkecil
margin
sampling
error
dan
memperbesar
tingkat
kepercayaan akan juga memperbesar jumlah sampel. C. Teknik Penarikan Sampel Dalam penelitian sosial terdapat dua cara / teknik untuk mendapatkan sampel yang representatif yaitu ; (1) sampel acak ( probability sampling). (2) sampel tidak acak (non probability sampling). Cara yang pertama biasanya digunakan dalam penelitian kuantitatif dan cara yang kedua digunakan dalam penelitian kualitatif. 1. Sampel acak (Probability Sampling) Penggunaan cara pertama ini terkait dengan pengetahuan peneliti terhadap elemen-elemen atau kateristik dari populasi yang sudah diketahui, ini terkait dengan kemungkinan dan peluang bagi seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel serta sudah dapat diperkirakan. Artinya, setiap individu dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel, pertimbangan seseorang untuk menjadi sampel tidak tergantung pada sampel subjektif peneliti tetapi sangat tergantung kepada aplikasi kemungkinan ( probabilitas). Misalnya, peneliti ingin mengetahui tanggapan mahasiswa Unand terhadap transportasi kampus. Target populasi adalah mahasiswa UNAND. Selanjutnya peneliti menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa saat itu pergi kuliah. Hasil yang diperoleh bisa bias, sebab tidak semua elemen mahasiswa yang datang
ke
kampus. Bisa saja yang datang ke kampus adalah mahasiwa angkatan baru. Sehingga memilki kesempatan yang besar untuk menjadi sampel. Teknik ini tidak memberikan kesempatan pada mahasiswa angkatan lama yang mungkin KKN, cuti studi dst. Teknik seperti ini tidak dapat dibenarkan dalam teknik probability sampling. Jika peneliti ingin menerapkan sampel acak barangkali dapat dengan cara di strata atau di undi sehingga sampel yang diperoleh respresentatif. Perlu diingat bahwa sampel yang baik adalah representasi dari populasi, artinya sampel yang baik itu dapat merefleksikan populasi yang sesungguhnya. Ini dibuktikan dengan contoh berikut. Jika proporsi dari populasi 25 % adalah
168
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
perempuan, maka sampel yang baik juga menunjukkan proporsi yang sama. Proporsi ini sangat terkait dengan tujuan untuk melakukan generalisasi, karena generalisasi dapat tepat dengan syarat bahwa pengambilan sampel harus baik pula. Beberapa Metode/ Teknik Penarikan Sampel Acak (Probability Sampling) a. Sampel Acak Sederhana ( Simple random Sampling) Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang paling sederhana. Penarikan sampel seperti ini terkait dengan keinginan peneliti untuk memastikan bahwa setiap unsur yang ada dalam populasi mempunyai peluang atau kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Perbedaan antara individu tidak diperhatikan. Contoh peneliti ingin melihat pendapat mahasiswa UNAND yang berjumlah 25.000 orang tentang pemilihan rektor langsung oleh mahasiswa. Peneliti menetapkan akan mengambil sampel sebanyak 500 orang responden dari seluruh mahasiswa tersebut. Maka kesempatan masing-masing mahasiswa untuk terpilih menjadi sampel adalah 500/25.000 = 1/50. Penggunaan teknik sampel acak sederhana (simple random sampling) ini harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Tersedianya kerangka sampel. Jika kerangka sampel tidak ada maka peneliti harus membuatnya terlebih dahulu. b. Sifat populasi harus homogen dan tidak luas secara geografis. Untuk memilih individu yang akan dijadikan sampel ada dua cara. Pertama dengan cara mengundi. Peneliti harus membuat nomor urut populasi untuk dijadikan pedoman pengundian. Kedua dengan menggunakan tabel acak. Biasanya tabel acak ini sudah dibuat dan digunakan untuk populasi yang cukup besar. Teknik pengambilan sampel acak sederhana ini akan sulit digunakan jika jumlah populasi sangat besar. b. Sampel Acak Sistematis (Systematic Random Sampling) Sampel sistematis merupakan cara sederhana untuk mengambil sampel jika tersedia sebuah daftar populasi dengan urutan tertentu. Pengambilan sampel sistematis adalah satu metode dimana hanya unsur pertama saja yang dipilih
169
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
secara acak. Sedangkan unsur-unsur selajutnya akan dipilih secara sistematis dengan pola tertentu. Metode ini digunakan apabila (1) Nama atau identitas dari individu dalam populasi itu terdapat dalam satu daftar sehingga satuan-satuan di dalamnya dapat di beri nomor urut. (2) Populasi tersebut mempunyai pola berurutan seperti abjad, umur, tahun terdaftar dan sebagainya. Cara penarikan sampel ini sebagai berikut. Pertama peneliti mentukan jumlah sampel yang dibutuhkan. Kedua peneliti membuat daftar nama populasi dengan cara menempatkan secara acak seluruh nama populasi dalam daftar tersebut. Ketiga peneliti menetukan jarak interval dari daftar populasi tersebut. Perhitungan jarak interval dilakuan dengan cara membagi jumlah populasi dengan jumlah sampel yang dibutuhkan. Masilnya kita akan mengambil 10 orang dari mahasiswa Ilmu Politik angkatan 2006 yang berjumlah 100 orang. Maka jarak intervalnya adalah 100/10 = 10. Keempat peneliti memilih satu individu sebagai dasar perhitungan awal dan individu yang menjadi sampel diambil setiap kalipatan 10 sampai terpenuhinya jumlah sampel yang dibutuhkan. c. Sampel Acak Stratifikasi proporsional (stratified proportional ramdom sampling) Pengambilan sampel dengan teknik ini terkait dengan karakteristik populasi yang heterogen seperti dari segi pendidikan, pendapatan, pekerjaan, suku bangsa dan sebagainya. Makin hetorogen populasi tersebut maka makin besar pula perbedaan sifat diantara lapisan-lapisan populasi tersebut. Untuk dapat menggambarkan populasi secara tepat sifat-sifat populasi yang heterogen tersebut, maka populasi terlebih dahulu di bagi-bagi dalam lapisan atau strata yang sejenis dan dari setiap lapisan (strata) diambil sampel secara acak sesuai dengan proporsi masing-masing strata dalam populasi tersebut. Cara penggunaan teknik ini adalah setelah daftar kerangka sampel ditetapkan dan dibagi ke dalam strata tertentu. Kemudian ditentukan proporsi masing-masing strata terhadap jumlah populasi. Kemudian anggota sampel diambil secara acak dari masing-masing strata sesuai dengan proporsi setiap strata tersebut. Contoh kita ingin meneliti tentang sikap mahasiswa Universitas Andalas tentang penyaluran dana Bantuan Langsung Tunai (BLT). Kita tetapkan jumlah
170
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
sampel yang dibutuhkan 1.000 orang dari 9 fakultas dengan jumlah mahasiswa 18.000 orang yang aktif pada semester Ganjil 2010/2011. Upaya pertama yang dilakukan adalah menetapkan strata masing-masing guna dapat menyusun kerangka sampel. Kerangka sampel diurutkan berdasarkan abjad dari nama-nama mahasiswa yang ada pada masing-masing fakultas tersebut. Kemudian ditentukan proporsi sampel pada masing-masing fakultas seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 11 Sebaran Sampel pada populasi Fakultas
Populasi N
Sampel %
N
%
Pertanian
2700
15
150
15
Kedokteran
1900
10
100
10
Peternakan
2700
15
150
15
MIPA
2300
13
130
13
Teknik
2400
14
140
14
Ekonomi
2500
14
140
14
Hukum
1750
10
100
10
Sastra
950
5
50
5
ISIP
800
4
40
4
18.000
100
1.000
100
Jumlah
Pengambilan sampel pada masing-masing fakultas dapat dilakukan dengan teknik sampel acak sederhana atau dengan teknik acak sistematis, dengan syarat kerangka sampling sudah tersedia seperrti daftar nama mahasiswa pada masingmasing fakultas. d. Sampel acak stratifikasi tidak proporsional (stratified non-proportional random sampling) Cara pengambilan sampel dengan teknik ini hampir sama dengan teknik sampel acak stratifikasi proporsional. Perbedaannya terletak pada proporsi sampel dari masing-masing strata tidak sama dengan proporsi strata dalam populasi. Bisa saja satu strata disajikan dengan proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan 171
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
strata yang lainnya. Misalnya dengan melihat strata Status Sosial Ekonomi (SSE) populasi, maka peneliti membagi strata atas, menengah dan bawah dengan proporsi 20 % strata atas, 30 % strata menengah dan Pembagian
ini
berasumsi dengan
memperbesar
50 % strata bawah.
proporsi strata
bawah
dibandingkan dengan dua strata lainnya akan merepresentasikan objek yang diteliti. Pengambilan sampel acak tidak proporsional berarti peneliti akan memberikan bobot yang lebih besar untuk beberapa strata dan mengurangi bobot terhadap strata yang lainnya dengan peyebaran yang tidak proporsional dalam populasi. Penggunan teknik ini adalah untuk menjangkau semua strata agar terwakili dalam penelitian, dimana jumlah yang ada tidak mengalami perbedaan yang timpang dengan strata yang lainnya. e. Sampel Klaster (Cluster Sampling) Teknik pengambilan sampel ini merupakan perluasan dari teknik stratified random sampling. Dasar munculnya pengambilan sampel ini adalah tidak selamanya kerangka sampel tersedia dengan baik. Misalnya kita ingin meneliti tentang pendapat mahasiswa Sumatera Barat tentang perilaku para anggota legislatif. Tentu sangat sulit untuk membuat kerangka sampel dan kalaupun ada akan membutuhkan waktu yang lama. Untuk mengatasi itu dapat digunakan teknik sampel klaster. Dalam teknik ini populasi dibagi atas area-area tertentu yang jelas. Kemudian ditiap area ada beberapa strata dan strata diambil secara acak. Kemudian untuk melakukan penarikan sampel pada masing-masing strata dengan menggunakan prosedur yang sama dengan stratified random sampling. Contoh kita ingin meneliti tentang pendapat mahasiswa Sumatera Barat tentang perilaku anggota legislatif (DPRD). Dari jumlah Perguruan Tinggi yang ada di Sumatera Barat yaitu 24 buah, peneliti menetapkan hanya membutuhkan 6 sampling unit. 6 PT tersebut dipilih secara acak dari 24 PT yang ada di Sumatera Barat dengan menggunakan daftar PT yang ada di Kopertis Sumbar. Dalam menentukan PT tersebut dapat dibagi stratifikasi dengan menetapkan status PT Negeri atau Swasta. Kemudian dari masing-masing PT ditarik sampel dengan teknik yang sama dengan teknik stratified random sampling. 172
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
f. Multistage Sampling Teknik penarikan sampel ini hampir sama dengan cluster sampling tetapi pada teknik ini dilakukan beberapa langkah dalam pemilihan strata secara acak. Dalam teknik ini tidak semua strata dalam populasi menjadi sampel tetapi hanya sebagian dan hanya sebagian pula dari subpopulasi yang dijadikan sampel. Contoh, kita ingin melakukan penelitian Pendapat masyarakat Sumatera Barat mengenai PP 37/2006 tentang tunjangan kumunikasi intensif DPRD. Karena wilayah penelitiannya Sumatera Barat dengan 19 Kabupaten/Kota maka dipilih hanya 2 Kabupaten/Kota. Dari masing-masing Kab/Kota tersebut dipilih 2 Kecamatan dan dari masing-masing Kecamatan dipilih 2 Nagari/ Kelurahan. Kemudian dari masing-masing Nagari/Kelurahan dipilih 2 Jorong/Rt. Baru kemudian dipilh sampel dari Jorong/RT sesuai dengan proporsi jumlah sampel yang ditentukan. Langkah ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 22 Teknik Multistage Sampling Propinsi (Sumbar) Kab. Pasaman
2 Kecamatan
4 Nagari
8 Jorong
Rumah Tangga
Kota Padang
2 Kecamatan
4 Kelurahan
8 RT
Rumah Tangga
173
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Untuk memilih anggota rumah tangga yang dijadikan informan bisa ditentukan sesuai dengan kebutuhan penelitian, seperti kepala rumah tangga atau dengan menggunakan metode kisgrid yakni cara memilih responden dalam satu rumah tangga dengan menggunakan tabel yang memiliki angka acak. Contoh peneliti harus terlebih dahulu mendata dan mengurutkan anggota rumah tangga yang masuk dalam populasi. Misalnya dalam satu rumah tangga ada nenek, ibu, bapak, dan tiga orang anak. Maka dalam rumah tangga itu terdapat 6 orang yang masing-masing diberi nomur urut dari satu hingga 6. Untuk memilih siapa yang akan diwawancarai sebagai responden maka dapat digunakan tabel acak yang sudah disiapkan peneliti. Model tabel acak dapat dilihat pada contoh berikut: Tabel 12 Model Kisgrid 2
8
1
4
6
7
5
3
1
6
2
5
7
4
3
8
3
5
6
8
1
7
4
2
4
8
3
1
5
6
2
4
5
7
4
3
8
1
6
2
8
4
5
6
2
3
1
7
Peneliti sudah memberi tanda pada salah satu angka di baris pertama dan satu angka pada kolom pertama. Untuk menentukan anggota rumah tangga yang menjadi responden adalalh dengan menarik garis lurus antara angka yang sudah ditandai pada baris dan kolom tersebut. Angka yang terdapat pada pertemuan garis tersebut adalah nomor urut anggota rumah tangga yang akan dijadikan responden. Dalam contoh tabel kisgrid diatas yang menjadi responden adalah anggota rumah tangga dengan nomor urut lima. Artinya yang berhak menjadi responden adalah seorang anak yang berada pada urutan nomor lima. 2. Sampel Tidak Acak ( Non Probability Sampling) Pengambilan sampel dengan cara yang sudah disebutkan di atas umumnya dilakukan pada populasi yang bersifat terbatas (finit), sementara itu untuk Populasi yang jumlah dan identitas anggota populasinya tidak diketahui (Infinit) 174
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
pengambilan sampel biasanya dilakukan secara tidak acak (Non random Sampling) / non probability sampling.. Adapun yang termasuk pada cara ini adalah : 1. Quota Sampling: yaitu metode penarikan sampel yang lebih mempertimbangkan tujuan penelitian dalam menentukan sampel. Penarikan sampel yang hanya menekankan pada jumlah sampel pada masing-masing unit dari karakteristik populasi yang ditentukan oleh peneliti. Peneliti mengklasifikasikan populasi atas beberapa unit yang relevan dengan tujuan penelitian ( seperti jenis kelamin, umur atau pekerjaan) dan setiap individu dalam masing-masing unit harus diwawancarai untuk mendapatkan data.84 Misalnya 2. Purposive Sampling: pengambilan sampel hanya pada individu yang didasarkan pada pertimbangan dan karakteristik tertentu. Karakterristik dan pertimbangan yang digunakan peneliti sangat terkait dengan fokus penelitiannya. Pada penggunaan teknik ini, peneliti harus bebenarbenar mengetahui secara komprehensif populasinya, sehingga sampel yang diambil tidak mengalami kesalahan. 3. Accidental Sampling: pengambilan sampel dengan jalan mengambil individu siapa saja yang dapat dijangkau atau ditemui. Teknik ini biasanya digunakan jika peneliti tidak memiliki data yang jelas tentang populasi atau tidak tersedianya kerangka sampling. Menggunakan teknik pengambilan sampel Accidental adalah metode sampling yang paling lemah85 akan memiliki resiko kesalahan (error) yang lebih besar, sehingga persoalan representatif tidak menjadi signifikan jika menggunakan metode ini. 4. Snowball Sampling. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan memilih satu orang saja untuk menjawab pertanyaan peneliti. Lalu meminta daftar orang lain yang akan tepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti dari orang tersebut. Teknik ini sangat kecil tingkat validitas dan keobjektifannya. 84
Jarol B. Manheim and Richard C. Rich, Op.Cit., hal. 96. Fred N. Kerlinger, Azas-azas Penelitian Behavioral,Terj. H. J. Koesoemanto, Gadjah mada University Press, Yogyakarta, 2004, hal. 207. 85
175
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
D. Kesalahan Pengambilan Sampel (Sampling Error) Secara umum peneliti harus dapat memperoleh besarnya sampel minimum yang diperlukan agar dapat merepresentasikan populasi secara akurat, namun disadari bahwa sampel bukanlah populasi sehingga kemungkinan melakukan kesalahan dapat saja terjadi. Oleh karena itu peneliti harus memandang hasil dari sampel bukanlah hasil yang pasti, tapi sebatas estimasi. Kesalahan pengambilan sampel terjadi apabila sampel yang diproleh tidak/kurang akurat dalam merepresentasikan populasi, masalahnya berapa besar kesalahan sampling yang ditoleransi agar generalisasi dari suatu penelitian sampel dapat diandalkan. Sebagaimana telah diketahui bahwa besarnya sampel yang diperlukan agar dapat merepresentasikan populasi tidak hanya tergantung pada ukuran besarnya populasi tapi juga pada heterogenitas variasi variabel dalam populasi. Semakin besar populasi, semakin besar sampel yang diperlukan, demikian juga semakin heterogen variabel dalam populasi semakin besar sampel yang diperlukan dalam penelitian. Teori pengambilan sampel (Sampling Theory) menyatakan bahwa jika banyak sampel (dengan jumlah tertentu) diambil dari suatu populasi, maka sebagian besar Mean sampel akan berada dekat dengan Mean populasi , dan hanya sedikit saja yang berada jauh dari mean populasi , hal ini berarti bahwa jika sampel diambil secara tepat, maka penyimpulan atas sampel akan mendekati penyimpulan atas populasi. Dari suatu populasi dapat digambarkan suatu distribusi sampel Mean (Sampling distribution), dan menurut Teorema batas pusat (Central limit Theorem) mean-mean dari sampel akan berdistribusi normal diseputar mean populasi serta mean dari mean semua sampel akan sama dengan nilai mean populasi. Namun demikian kemungkinan melakukan kekeliruan tetap saja ada, dan untuk menghitung/mengetahui kekeliruan tersebut pertama-tama perlu dilihat dulu bagaimana variasi dalam suatu populasi, akan tetapi karena variasi populasi secara empirik tidak diketahui, maka yang dapat digunakan adalah nilai variasi sampel, adapun ukuran-ukuran untuk mengetahui variasi suatu data penelitian yang biasa dipergunakan adalah Mean Deviasi merupakan nilai rata-rata dari harga mutlak semua simpangan terhadap rata-rata (mean) kelompoknya. Rumus
176
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Mean Deviasi (SR) =
x n
x
, Varians (V) =
x x n
2
, dan Standar Deviasi
yaitu Standar deviasi ini digunakan untuk memperlihatkan seberapa besar perbedaan data yang ada dibandingkan dari rata-rata data itu sendiri. Rumus standar deviasi (SD) =
x2 n 1
. Pengukuran penyimpangan (deviasi) ini
digunakan untuk melihat penyebaran data serta tingkat homogenitas dari data yang ada. Deviasi (penyimpangan) akan memperlihatkan seberapa tersebar data dibandingkan dengan kecendrungan rata-ratanya. Dengan demikian akan terlihar perbandingan sebaran data dibanding sebaran rata-rata dalam populasi. Sebelum mengetahui nilai kesalahan pengambilan sampel terlebih dahulu perlu diketahui Standard Error, dan ukuran variasi Standard Deviasi merupakan ukuran yang baik untuk mengetahui rata-rata penyimpangan, adapun
rumus
perhitungan Standard Error (SE) adalah Standar Deviasi dibagi akar pangkat dua jumlah sampel (N). SE =
SD , standar deviasi (SD) yang digunakan dalam N
rumus tersebut mestinya SD populasi, tapi karena yang diteliti adalah sampel, maka SD sampel yang dipergunakan dengan asumsi SD sampel sama dengan SD populasi. Standar Error merupakan estimasi terbaik bagi Sampling Error; semakin kecil Standar deviasi,dan semakin besar jumlah sampel maka semakin kecil Standard Error, yang berarti semakin kecil Sampling error, karena Kesalahan penarikan sampel merupakan perkalian antara Standard error dengan nilai z pada tingkat kepercayaan tertentu ( 95% = 1,96; 99% = 2,58). E. Ringkasan Pada bab ini kita telah membahas mengenai pentingnya sampel dalam penelitian kuantitatif. Penarikan sampel sangat terkait dengan kebenaran generalisasi yang dihasilkan sebuah penelitian. Ketepatan dalam memilih metode penarikan sampel akan menetukan representatif atau tidaknya data yang diambil untuk menggambarkan populasi. Berbagai teknik pengambilan sampel telah dibahas diatas yakni teknik probabilitas dan non probabilitas sampling. Pemilihan
177
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
teknik penarikan sampel tergantung peneliti dengan mempertimbangkan kondisi populasi dan tujuan penelitian.
F. Tugas dan Latihan 1. Berikan penjelasan alasan-alasan kenapa dalam suatu penelitian diperlukan pengambilan sampel yang representatif ? 2. berikan penjelasan pertimbangan-pertimbangan apa yang harus diperhatikan dalam penentuan besarnya sampel ? 3. jelaskan apa yang dimaksud dengan Sampling error, serta cara untuk mengetahuinya ? 4. berikan contoh-contoh penarikan sampel secara berstrata, cluster, Quota, Purposive, dan insidental ?
178
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Referensi:
Babbie, Earl. R., 1983 The Practice of Sosial Research. Belmont, California: Wardsworth Publishing Company Burnham, Peter, Karin Gilland, Wyn Grant and Zig Layton-Henry, 2004, Research Methods in Politics, Palgrave Macmillan, New York Eriyanto, 1999. Metodologi Polling. Bandung: Remaja Rosda Karya. Imawan, Riswandha, 1999, Survey Research. Bahan Kuliah PPS UGMYogyakarta. Tidak dipublikasikan Kerlinger, Fred N., Azas-azas Penelitian Behavioral,Terj. H. J. Koesoemanto, Gadjah mada University Press, Yogyakarta, 2004 Manheim, Jarol B. and Richard C. Rich, 1981. Empirical Political Analysis. Research Methods in Political Science, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc., Sarantakos, Sotirios, 1993, Soscial Research, MacMilan Education Ltd., Australia
179
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
BAB XII ANALISIS DATA KUANTITATIF Deskripsi Pokok Bahasan: Analisis data kuantitatif sangat tergantung kepada model hubungan variabel yang dibangun peneliti dalam melihat objek penelitiannya. Analisis penelitian kuantitatif dimaksudkan adalah proses dimana peneliti mengolah datadata kuantitatif yang telah diperoleh melalui alat pengumpulan data (kuisioner). Analisis data kuantitatif sangat membutuhkan bantuan ilmu statistik untuk mengolah data-datanya sehingga mudah untuk di interpretasikan. Pengujian terhadap asumsi/ hipotesis yang dibangun oleh peneliti menjadi bagian penting dalam analisis data kuantitatif. Ketepatan alat analisis menjadi faktor penting bagi kebenaran interpretasi data. Tujuan Instruksional Umum 1. Mahasiswa mampu menjelaskan teknik analisis data kuantitatif 2. Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan teknik analisis data penelitian kuantitatif. A. Pendahuluan Berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan selalu menimbulkan berbagai pertanyaan, mengapa itu terjadi? bagaimana itu terjadi? dan pertanyaanpertanyaan lain yang pada dasarnya menunjukan keingintahuan manusia untuk dapat memahami dan menjelaskannya. Kompleksnya masalah yang terjadi baik secara bersamaan maupun beriringan berakibat pada tidak sederhananya jawaban yang bisa dimunculkan. Keadaan ini telah mendorong manusia untuk memilih dan memilah-milah berbagai kejadian serta mengkajinya sebagai upaya untuk memahaminya. Apabila terjadi suatu gejala yang sama dengan gradasi yang berbeda dengan latar sebab (secara rasional) yang sama, manusia mencoba mengkaji perbedaan tersebut dengan memunculkan pertanyaan apakah perbedaan tersebut benar-benar merupakan perbedaan yang nyata ataukah tidak?, bila terjadi gejala
180
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
yang sama dengan gradasi yang berbeda dan latar sebab yang berbeda, manusiapun akan mencari jawabannya terhadap perbedaan tersebut. Ketika pengkajian terhadap masalah-masalah tersebut dilakukan, manusia mencoba mengkaitkan antara satu gejala dengan gejala lainnya, baik itu terhadap gejala yang menunjukkan kesamaan ataupun perbedaan. Secara sederhana jawaban terhadap masalah-masalah tersebut terkadang dicukupkan pada jawaban yang bersifat Common Sense dengan menunjuk pada bukti empiris (dengan keterbatasan pengamatan) serta mengkaitkannya dengan gejala yang mengiringinya. Akan tetapi bukti-bukti empiris (dalam penggunaan Common Sense, bukti empiris umumnya bersifat tunggal karena keterbatasan pengamatan) yang teramati pada dasarnya merupakan masalah yang kompleks pula sehingga memerlukan pendalaman dan pengulangan pengamatan baik secara beriringan ataupun bersamaan, dalam upaya ini frekuensi kejadian serta representasi kejadian terhadap kejadian secara keseluruhan menjadi penting untuk dikaji sebelum dimunculkan jawabannya. Dalam konteks inilah berkembang metode kuantitatif yang lebih melihat fenomena social sebagai suatu fakta yang terdiri dari berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Dalam kaitan ini maka Statistik menjadi alat bantu yang penting guna mengkaji dan menganalisa berbagai gejala tersebut, sehingga dapat diperoleh bukti-bukti statistik yang dapat memperkuat bukti-bukti empiris (Common Sense), dan Ilmu Statistik telah lama mengembangkan alat untuk menganalisis berbagai hubungan antara gejala-gejala yang bergradasi atau bervariasi. Karenanya metode kuantitatif tidaklah selalu diidentikkan metode tentang statistik yang kompleks, tetapi merupakan suatu metode yang mengkonsentrasikan pada kuantitas. 86 B. Macam-macam Hubungan Variabel Secara sederhana hubungan antar variabel penelitian didasarkan pada pengelompokan variabel ke dalam variabel bebas (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Variabel bebas, sering juga disebut variabel yang mempengaruhi, sementara itu variabel terikat sering disebut variabel yang 86
W. L. Miller, “Quantitative Methods”, dalam David Marsh and Gerry Stoker (ed), 1995. Theory and Method in Political Science, Macmillan Press Ltd., London. Hal. 154
181
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
dipengaruhi.
Istilah
Hubungan
dan
pengaruh
sebenarnya
tidak
dapat
dipersamakan dalam Ilmu sosial, Pengaruh mengacu pada hubungan sebab akibat (Kausal), sedangkan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tidak selalu merupakan hubungan kausal. Namun demikian terdapat kecenderungan untuk
mempertukarkan pemahaman tersebut
diungkapkan oleh Peter Hagul dkk
cukup
besar,
sebagaimana
bahwa walaupun terdapat kemungkinan
pengertian hubungan dicampuradukan dengan pengaruh, istilah variabel pengaruh dan variabel terpengaruh lebih mencerminkan kecenderungan dan arah dalam penelitian sosial. Usaha untuk mencari hubungan antar variabel sesungguhnya mempunyai tujuan akhir untuk melihat pengaruh antar variabel. Disamping pemahaman hubungan seperti tersebut di atas, dilihat dari kejadiannya dengan mengacu pada teori tertentu hubungan antar variabel dapat dikelompokan kedalam tiga macam hubungan yaitu : 1. Hubungan Timbal balik 2. Hubungan Simetris 3. Hubungan Asimetris Hubungan timbal balik adalah hubungan antara variabel satu dengan variabel lain dimana masing-masing variabel dapat menjadi sebab dan juga akibat, dalam hubungan macam ini sulit ditentukan mana variabel penyebab dan mana variabel akibat, karena bisa saja pada satu saat menjadi penyebab dan pada saat lain menjadi akibat. Hubungan Simetris adalah hubungan dimana variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel lainnya, hal ini dapat terjadi bila variabel-varibel (1) merupakan indikator dari konsep yang sama; (2) merupakan akibat dari faktor yang sama; (3) berkaitan secara fungsional, dan (4) berhubungan secara kebetulan. Apabila dalam fakta-fakta penelitian ditemukan macam hubungan yang demikian maka diperlukan pengkajian yang lebih mendalam tentang kemungkinan-kemungkinan terdapatnya variabel-variabel lain yang berpengaruh. Hubungan Asimetris adalah hubungan apabila terdapat suatu variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Terdapat enam tipe hubungan asimetris yaitu hubungan antara : (1) Stimulus dan respon; (2) Disposisi dan Respon; (3) Ciri
182
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
individu dan Tingkah laku; (4) prakondisi dan akibat; (5) Immanen; (6) tujuan dan cara. Dengan memahami macam-macam hubungan tersebut, peneliti akan terbantu dalam menentukan konsep dan atau variabel yang akan diteliti serta macam hubungannya sehingga terhindar dari kerancuan teoritis dalam penentuan indikator (operasionalisasi) variabel/Konsep, umumnya dalam penelitian sosial hubungan antara variabel yang menjadi fokus penelitian lebih banyak mengacu pada hubungan Asimetris, dan paling tidak tercakup dalam enam macam hubungan seperti tersebut di atas. Untuk lebih jelas berikut ini akan dikemukakan contoh-contoh hubungan : Tabel 13 Contoh Hubungan Asimetris No
Macam Hubungan
Hubungan antar Konsep/Variabel Bebas (X)
Terikat (Y)
1
Stimulus – Respon
Kompensasi
2
Disposisi – Respon
Kecerdasan Emosi
3
Ciri Individu - T Laku
Tingkat Pendidikan
4
Prakondisi – Akibat
5
Immanen
Jumlah Pegawai
Span of Control
6
Cara – Tujuan
Disiplin
Prestasi mahasiswa
Quality of Work Life
Motivasi Kerja Buruh Kinerja pegawai Rasionalitas memilih Kepuasan Kerja
Umumnya hubungan asimetris inilah yang banyak digunakan para peneliti kuantitatif dalam mengkonstruksi penelitian. Model hubungan asimetris yang digunakan dalam mengkonstruksi penelitian kuantitatif berbeda dengan bentuk hubungan diatas. Model hubungan dalam konstruksi penelitian akan menentukan model analisis yang dilakukan peneliti terhadap variabel tersebut. Seringkali dalam penelitan kuantitatif peneliti telah mendefeniskan jenis varaibel yakni variabel bebas (Independent Variable) dengan variabel terikat
183
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
(Dependent Variable), meskipun tidak selalu satu variabel akan tetap menjadi variabel bebas (Independent Variable) atau variabel terikat (Dependent Variable). Variabel bebas (Independent Variable) merupakan variabel yang menyebabkan atau mempengaruhi variabel lain. Sedangkan variabel terikat (Dependent Variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel bebas. Ada tiga jenis hubungan variabel dalam konstruksi penelitian kuantitatif yakni model univariat, bivariat dan model multivariat. Model univariat merupakan model penjelasan variable yang paling sederhana. Dalam model univariat tidak ada hubungan antara variable dalam diagram kausal, karena peniliti hanya focus melihat satu variabel dari sebuah konsep. Variable ini merupakan sebuah ukuran dari sebuah konsep. 87 Penelitian univariat umumnya didasari pertanyaan seperti “berapa banyak?” dan analisis kategorikal merupakan bentuk umumnya. Misalnya penelitian yang bertujuan untuk melihat kecenderungan orang-orang yang memilih partai beraliran Islam. Analisis penelitian hanya fokus melihat kecendungan orang-orang memlih partai beraliran Islam, sehingga akan menghasilkan tampilan analisis dalam bentuk persentase. Model penelitian univariat memiliki keterbatasan dalam menjelaskan fenomena. Kesempatan peneliti untuk mengeksplorasi data sangat terbatas karena hanya mampu menganalisis kecenderungan rata-rata dari datanya. sehingga memiliki kemampuan penjelasan fenomena secara dangkal. Penelitian univariat seringkali digunakan untuk penelitian yang bersifat ekploratif. Model hubungan bivariat, memperlihatkan hubungan diantara dua variable pokok. Dua variabel mungkin akan memiliki hubungan kausal yang bersifat pengaruh langsung atau hubungan kausal yang bersifat saling mempengaruhi. Misalnya variabel A disebabkan oleh variabel B, atau juga variabel A saling mempengaruhi dengan variabel B. Model hubungan bivariat dapat menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel lain sekaligus dapat menjelaskan kekuatan satu variabel menentukan variabel lain melalui analisis regresi. Model hubungan variabel bivariat dapat dilihat pada gambar 1.
87
Ibid, hal. 158.
184
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Gambar 23 Model HubunganBivariat: pengaruh langsung
Kelas Sosial
Preferensi Politik
Gambar 24: Model Hubungan Bivariat: saling mempengaruhi
Preferensi Partai
Pilihan Koran
Sumber: diambil dari David Marsh and Gerry Stoker (ed), 1995. Hal. 159
Model hubungan multivariat, merupakan model hubungan antara tiga atau lebih variabel. Dalam model hubungan multivariate terdapat dua atau lebih variabel bebas (Independent Variable) yang mempengaruhi satu variabel terikat (Dependent Variable). Model hubungan multivariate ini juga dapat menentukan variabel dari variabel bebas mana yang lebih besar mempengaruhi variabel terikat. Gambar 25: Model Hubungan Multivariat Kelas Sosial Pilihan Partai Agama
Hubungan-hubungan tersebut bila dilihat dari variasi antar Variabel serta nilai prediksinya termasuk ke dalam tipe hubungan korelasional atau regresional dimana di dalamnya tidak terdapat true value nilai Y untuk tiap nilai X, berbeda dengan tipe hubungan Fungsional dimana untuk tiap-tiap nilai X mempunyai True Value nilai Y, hubungan jenis ini kebanyakan berlaku dalam Ilmu Alam,
185
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
sedangkan tipe hubungan korelasional atau regresional lebih banyak ditemukan dalam penelitian Ilmu-ilmu sosial. C. Teknik Analisis Analisis data dalam penelitian kuantitatif merupakan proses dimana peneliti memperlihatkan fakta dan gambaran interpretasi mereka atas hasil penelitian kedalam konteks fenomena yang diteliti dan memberikan pernyataan tentang signifikansi temuannya mereka bagi individu atau masyarakat yang menjadi objek penelitian. 88 Analisis data kuantitatif menurut Sarantakos merupakan kegiatan yang terdiri dari enam kegiatan utama yakni (1) menyiapkan data (data preparation), (2) penghitungan (counting), (3) pengelompokan (grouping), (4) menghubungkan (relating), (5) prediksi (predicting), (6) Uji statistik (statistical testing). Menyiapkan Data (Data Preparation) Pengolahan data merupakan proses lanjutan dari tahapan pengumpulan data. Penelitian kuantitatif yang mengumpulkan data melalui kuisioner sebagai salah satu alatnya, memiliki jumlah data yang banyak. Data-data ini perlu dipersiapkan untuk dapat dioleh. Tahapan pengolahan data diawali dengan tahap pemeriksaan data (editing), kemudian memberikan pengkodean (coding) pada data. Kegiatan editing data menjadi bahagian kegiatan penting dalam memulai analisis data karena seringkali data yang terhimpun dilapangan melalui kuisioner belum sesuai dengan harapan peneliti, ada yang tertinggal atau tumpang tindih. Ketika peneliti menggunakan orang lain untuk membantu mengumpulkan data, menjadi rentan akan adanya data yang tertinggal atau salah menempatkan. Sehingga proses editing perlu, bahkan dapat dilakukan semenjak pengumpulan data dilakukan. Jika terjadi kesalahan data maka peneliti harus melakukan pemeriksaan kepada pengumpul data lapangan untuk mengkroscek kembali. Jika 88
Sotirios Sarantakos, 1993, Soscial Research, MacMilan Education Ltd., Australia, hal. 311
186
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
data yang salah akan mengganggu validitas maka peneliti bisa menyisihkan instrument tersebut sebagai instrument yang tidak terpakai meskipun harus mengurangi jumlah sumber data. Setelah tahapan editing peneliti dapat melakukan pengklasifikasian data sesuai dengan kebutuhan peneliti, kegiatan ini disebut pengkodean. Pengkodeaan bertujuan untuk memberikan identitas pada data yang dapat dilakukan dengan pengkodean model numeric (angka) dimana setiap kategori data diberi nilai dengan angka. Pengkodean angka digunakan untuk data yang memiliki poin bobot tertentu, misalnya data tentang pendidikan menggunakan kode 1 untuk tidak tamat SD, angka 2 untuk SD, angka 3 untuk SLPT, angka 4 untuk SLTA/SMU dan angka 5 untuk perguruan tinggi. Pengkodean juga bisa juga dilakukan dengan pengkodean lambing, misalnya untuk data jenis kelamin diberi kode angka 1 untuk jenis kelamin laki-laki dan 2 untuk jenis kelamin perempuan. Pengkodean lambang digunakan untuk data yang tidak menunjukkan bobot tertentu, hanya untuk melihatkan perbedaan kategori. Tujuan pemberian kode pada data ini adalah untuk memudahkan dalam melakukan analisis sehingga setiap data memiliki arti tertentu. Dalam proses pengkodeaan data, seringkali peneliti mengalami persoalan dalam melakukan pengkodean untuk kuisioner yang menggunakan pertanyaan terbuka (open-ended questionare). Data yang didapat dari model kuisioner terbuka akan lebih bervariasi dan sangat tidak memungkinkan peneliti memberikan kode
pada
data
satu
persatu.
Peneliti
harus
melakukan
pengelompokan data yang bervariasi kedalam kategori yang sesuai dengan fokus penelitian. Peneliti harus berhati-hati dalam merumuskan kategori yang digunakan89 dan pengkodean dilakukan pada kategori yang disusun tersebut. Penghitungan (Counting) Penghitungan data dalam penelitian kuantitatif dapat dilakukan dengan manual maupun
elektronik. Menggunakan penghitungan manual akan
memerlukan waktu yang lama dan tidak efisein ketika data penelitian dalam 89
Ibid, hal. 325.
187
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
jumlah besar. Dalam pengolahan data kuantitatif sudah dikembangkan program komputer yang dapat melakukan pengolahan data secara cepat termasuk penghitungan. Tetapi peneliti tetap harus menyiapkan data dan melakukan pengkodean terhadap data terlebih dahulu. Penghitungan
menunjukkan
kegiatan
yang
bertujuan
untuk
memperlihatkan data kepada peneliti tentang frekuensi data dari responden untuk masing-masing item pertanyaan pada kuisioner. Penghitungan ini sangat berpengaruh kepada proses analisis data berikutnya. Hasil penghitungan akan digunakan untuk menampilkan data penelitian dalam bentuk tabel silang yang lebih sederhana. Penghitungan data untuk item-item pertanyaan dapat dilakukan secara manual dengan metode telly, tetapi perkembangan alat analisis data kuantitatif juga sudah menyediakan program secara komputerisasi yang lebih mudah dan cepat. Dengan menggunakan program seperti Statistical Package for Social Science (SPSS) peneliti dengan mudah dapat menghitung frekuensi data dari seluruh responden. Proses penghitungan ini juga dapat sekaligus berfungsi untuk melakukan cros cek data pada masing-masing kuisioner. Proses pengitungan (counting) sekaligus akan melakukan pengelompokan (grouping) data sesuai dengan variabel yang dikonstruksi dalam desain penelitan. Proses penghitungan dan pengelompokan akan menentukan cara untuk melakukan kegiatan analisis selanjutnya terutama dalam proses menghubungkan variabel dan tes statistik.90 Menghubungkan (Relating) Analisis hubungan antar variabel pada dasarnya mengindikasikan adanya data pengamatan/penelitian yang berpasangan, dan cara menganalisisnya dapat dilakukan dengan tiga cara sebagaimana diungkapkan oleh Robert G. D. Steel dan Jammes H. Torrie yaitu : 1. Mengabaikan hubungan antar keduanya, dan menganalisis
masing-
masing secara terpisah 2. memeriksa korelasinya. 90
Ibid, hal. 327
188
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
3. menggunakan analisis regresi di sini yang akan dibahas adalah cara nomor dua dan nomor tiga yakni regresi dan korelasi, sedang yang nomor satu tidak akan dibahas karena lebih mengarah pada analisis perbandingan guna membedakan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Dalam melakukan analisis hubungan, statistika menjadi alat bantu penting dalam proses pendeskripsian dan penganalisaan, baik itu dalam penggambaran tunggal variabel maupun dalam penggambaran lebih dari satu variabel. Analisis hubungan pada dasarnya merupakan upaya untuk melihat variasi yang bersamaan antara satu variabel dengan variabel lainnya guna memperoleh gambaran tentang keterkaitannya antara variabel bebas dengan variabel terikat, baik dalam kekuatannya maupun kemampuan prediksi variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam statistika, analisis yang bermaksud memahami kekuatan serta arah hubungan antar variabel adalah teknik analisis Korelasi, sedangkan analisis yang bermaksud untuk memahami bentuk serta prediksinya adalah teknik analisis Regresi, kedua teknik analisis ini pada dasarnya saling berhubungan, sehingga dalam penerapannya sering digunakan secara bersamaan dalam melakukan analisis hubungan antar variabel, dan penggunaan keduanya sering disebut sebagai analisis korelasional (Correlational Research/Study). Sementara itu apabila analisis dilanjutkan dengan model kausal (atas dasar formulasi teori tertentu) maka analisis jalur (Path Analysis) merupakan teknik analisis yang tepat. Dalam penerapannya, teknik analisis hubungan mempunyai variasi urutan yang berbeda, ada yang menempatkan analisis regresi terlebih dahulu baru kemudian analisis korelasi seperti Sudjana, dan Santosa Murwani, ada pula yang sebaliknya yakni mendahulukan analisis korelasi baru kemudian analisis regresi seperti Dennis E Hinkle, Sementara itu menurut Made Putrawan pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian yang bersifat hubungan yaitu (1) bagaimana model regresinya?, (2) bagaimana bentuk hubungannya?, dan (3) berapa kekuatan/keeratan hubungannya , model regresi dan bentuk hubungan diketahui melalui persamaan regresi, sementara keeratan hubungan dapat diketahui dengan perhitungan korelasi (koefisien korelasi).
189
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Perbedaan tersebut secara prinsip tidak akan mempengaruhi hasil analisis, tetapi nampaknya pengurutan itu tergantung pada pertanyaan analisis yang diharapkan. Bila seseorang ingin mengetahui lebih dahulu tentang ada tidaknya hubungan antar variabel, maka analisis korelasi didahulukan baru kemudian analisis regresi untuk melihat bentuk hubungan serta persamaannya untuk melakukan prediksi; sementara itu bila ingin mengetahui bentuk hubungan serta persamaan untuk melakukan prediksi, analisa regresi bisa didahulukan baru analisis korelasi untuk mengetahui keeratan hubungan atau efisiensi garis regresi (persamaan regresi) guna menentukan akurasi prediksi. Suatu hal yang perlu dipahami adalah bahwa analisis regresi dan korelasi sangat erat hubungannya, hal ini juga terlihat dari cara-cara perhitungannya, disamping itu akurasi prediksi dalam persamaan regresi ditentukan juga oleh korelasinya sebagaimana dikemukakan oleh Kerlinger91 bahwa The higher the correlation, the better the prediction… the higher the correlation whether positive or negative, the closer the plotted values will be to the regression line. Dalam penelitian korelasional, perumusan masalahnya harus mengarah pada suatu hubungan sesuai dengan variabel-variabel yang akan diteliti apakah bersifat sederhana atau multiple o Perumusan masalah untuk Korelasi tunggal/regresi linier sederhana Apakah terdapat hubungan antara Variabel X dengan Variabel Y o Perumusan masalah untuk Korelasi Ganda/regresi linier Ganda (X1,X2,Y) Apakah terdapat hubungan antara Variabel X1 dengan Variabel Y Apakah terdapat hubungan antara Variabel X2 dengan Variabel Y Apakah terdapat hubungan antara Variabel X1 dan X2 secara bersamasama dengan Variabel Y o Perumusan masalah untuk Korelasi Multiple 3 Variabel bebas (X1,X2,X3,Y) Apakah terdapat hubungan antara Variabel X1 dengan Variabel Y Apakah terdapat hubungan antara Variabel X2 dengan Variabel Y Apakah terdapat hubungan antara Variabel X3 dengan Variabel Y 91
Fred N. Kerlinger, Foundation of Behavioral Research, third edition, Rinehart and Winston inc., 1986.
190
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Apakah terdapat hubungan antara Variabel X1, X2, X3 secara bersamasama dengan Variabel Y a. Regresi Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton pada tahun 1887 ketika mengadakan penelitian tentang hubungan antara tinggi orang tua dengan tinggi anaknya, dan sampai pada kesimpulan bahwa rata-rata tinggi anak yang berasal dari orang tua yang tinggi lebih rendah dibanding rata-rata tinggi orang tuanya, sedangkan anak-anak yang berasal dari orang tua yang rendah, tinggi rata-ratanya lebih tinggi dari tinggi orang tuanya, dengan demikian terjadi regress (kemunduran) atau tendensi terjadinya penurunan. Selanjutnya istilah Regression digunakan untuk menggambarkan garis yang menunjukan arah hubungan antar variabel, serta dipergunakan untuk melakukan prediksi, selain istilah tersebut, di kalangan ahli Statistik ada juga yang menggunakan istilah estimating line atau garis taksiran sebagai padanan istilah Regresi. Sutrisno Hadi dalam bukunya Analisis Regresi menyatakan bahwa analisis regresi bertujuan untuk : 1. memeriksa apakah garis regresi tersebut bakal efisien dipakai sebagai dasar 2. Menghitung persamaan garis regresi 3. untuk mengetahui sumbangan relatif dan sumbangan efektif bila prodiktornya lebih dari satu variabel. Regresi yang terdiri dari satu variabel bebas (independent variable) dan satu variabel terikat (dependent variable) disebut regresi linier sederhana (bivariate regression), sedangkan regresi yang variabel bebasnya lebih dari satu disebut regresi jamak (Multiple regression/multivariate regression), yang dapat terdiri dari dua bebas (regresi ganda) maupun lebih. Dalam persamaan regresi variabel bebas (independent variable) biasanya dilambangkan dengan X, dan variabel terikat dilambangkan dengan Y, dalam penulisan persamaan Y perlu diberi topi (Y cap) untuk menunjukan Y yang diprediksi berdasarkan persamaan (Regression equation). Adapun bentuk persamaannya adalah : 1. Ŷ
= a + b X (Regresi linier sederhana)
191
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
2. Ŷ
= a + b1X1 + b2X2 (Regresi linier Ganda)
3. Ŷ
= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 (Regresi linier tiga prediktor)
a adalah koefisien konstanta dari persamaan, yang berarti nilai Y pada saat nilai b = nol, dan pada saat ini garis regresi akan memotong garis Y, sehingga a juga biasa disebut intercept. Sementara itu b adalah koefisien regresi atau koefisien arah dari persamaan regresi, yang menunjukan besarnya penambahan Y apabila niai X bertambah sebesar satu. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam gambar 3.1. berikut ini : Y
Ŷ = a + bX
b satuan 1 satuan a (0,0)
X Gambar 3.1. Grafik Garis Regresi
Gambar di atas dapat memberikan pemahaman tentang konsep analisis regresi dengan melihat posisi masing-masing koefisien, baik koefisien konstan (a) maupun koefisien arah atau koefisien regresi (b). Regresi Linier Ganda (dua prediktor) Regresi Ganda adalah regresi dengan dua Variabel bebas (Misalnya X 1 dan X2) dan satu variabel Terikat (Y).
dilihat dari perumusan masalah
sebagaimana dikemukakan di muka, maka untuk untuk melihat persamaan garis regresi bagi masing-masing variabel bebas dapat dilakukan dengan cara perhitungan regresi linier sederhana, yakni regresi Y atas X 1 dan Regresi Y atas X2, oleh karena itu uraian berikut hanya berkaitan dengan regresi Ganda. Adapun bentuk persamaan Regresi Ganda adalah :
192
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Ŷ
= a + b1X1 + b2X2 (Regresi linier Ganda/dua prediktor)
b. Korelasi Korelasi adalah suatu hubungan, Koefisien korelasi adalah indeks arah dan besaran suatu hubungan/relasi, Koefisien korelasi Product Moment ( r ) dapat dihitung dengan beberapa rumus yang ekuivalen. Ada beberapa manfaat dalam mempelajari korelasi yakni : 1. Penentuan adanya hubungan serta besarnya hubungan antara variabel dapat diketahui, sebab koefisien korelasi merupakan ukuran yang dapat menjelaskan besar kecilnya hubungan 2. dengan mengetahui adanya hubungan, maka prediksi terhadap variabel lainnya dapat dilakukan dengan bantuan garis regresi. Korelasi pada dasarnya hanya menunjukan tentang adanya hubungan antara dua variabel atau lebih serta besarnya hubungan tersebut, ini berarti bahwa korelasi tidak menunjukan hubungan sebab akibat. Apabila dipahami sebagai suatu hubungan sebab akibat, hal itu bukan karena diketahuinya koefisien korelasi melainkan karena rujukan teori/logika yang memaknai hasil perhitungan, oleh karena itu analisa korelasional mensyaratkan acuan teori yang mendukung adanya hubungan sebab akibat dalam variabel-variabel yang dianalisa hubungannya. Koefisien korelasi dari suatu perhitungan berkisar antara +1 dan –1, koefisien korelasi yang bertanda (+) menunjukan arah korelasi yang positif, sedangkan yang bertanda (-) menunjukan arah hubungan yang negatif. Sementara itu bila koefisien korelasi bernilai 0, berarti tidak ada hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Hubungan tersebut bila digambarkan nampak sebagai berikut :
193
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Y
Y Korelasi Positif
Korelasi Negatif
0
X
0
X
Y Tidak berkorelasi
0
X
Berikut ini akan dikemukakan beberapa cara perhitungan untuk memperoleh nilai koefisien korelasi . Korelasi Sederhana korelasi sederhana merupakan korelasi yang mencoba memahami hubungan antara satu variebel bebas (X) dengan satu variabel terikat (Y). dalam perhitungannya terdapat beberapa cara yang dapat dipergunakan, berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh perhitungan, dan jika terdapat sedikit perbedaan hasil untuk masing-masing cara perhitungan,hal itu semata-mata akibat proses pembulatan
194
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
1. Rumus yang menggunakan Standar Skor Penghitungan nilai koefisien korelasi dengan menggunakan rumus standar skor dapat dilakukan dengan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menghitung nilai rata-rata untuk tiap variabel yang akan dikorelasikan. b. Menghitung nilai Standar deviasi untuk tiap-tiap variabel yang akan dikorelasikan. c. Menghitung nilai Z untuk masing-masing variabel yang akan dikorelasikan dengan menyelisihkan masing-masing niali tiap variabel untuk kemudian dibagi dengan nilai Standar deviasinya d. Mengalikan nilai Z variabel satu dengan yang lainnya, kemudian dijumlahkan e. Membagi hasil jumlah perkalian nilai Z tersebut dengan jumlah data dikurangi satu Adapun rumusnya adalah : rxy
zxzy =
n–1 dimana : rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y zx =
X– X Sdx
zy = Y - Y Sdy
195
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
2. Rumus Deviasi Skor (Mean Deviasi) xy
rxy
=
( x2) ( y2)
x = X - X y = Y - Y
3. Rumus dengan metode Product Moment Momen adalah ukuran yang didasarkan pada deviasi tiap nilai variabel. Momen X adalah x dan momen Y adalah y. Product Moment (Pm) adalah hasil perkalian antara momen X dengan Momen Y, yang dirumuskan : Pm =
xy N-1
4. Rumus Angka Kasar (Raw Score) Karl Pearson
r
=
N XY - ( X) ( Y) --------------------------------------------------N X2 – ( X)2 N Y2– ( Y)2
5. Rumus menggunakan Persamaan dan Koefisien arah regresi
r
=
1 - Σ (Y- Ŷ)2 Σ (Y- Y )2
196
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Pengujian signifikansi Korelasi Sederhana untuk mengetahui apakah hasil perhitungan korelasi sederhana signifikan atau tidak, maka diperlukan uji signifikansi dengan uji t, adapun rumusnya adalah:
Uji signifikansi : th
=
r
(N - 2) (1 - r )
th th
>
tt
<
tt
=
korelasi signifikan
=
korelasi tidak signifikan
Korelasi Ganda korelasi yang terdiri dari dua variabel bebas (X1, X2) serta satu variabel terikat (Y). apabila perumusan masalahnya terdiri dari tiga masalah, maka hubungan antara masing-masing variabel dilakukan dengan cara perhitungan korelasi sederhana, oleh karena itu berikut ini hanya akan dikemukakan cara perhitungan ganda antara X1, dan X2 dengan Y, yang bila dibagankan akan nampak sebagai berikut :
X1 A. Y
X2
197
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Adapun untuk menghitung koefisien korelasi ganda dapat digunakan rumus berikut: Cara pertama Menggunakan rumus sebagai berikut
r2 yx1+r2yx2 - 2ryx1.ryx2.rx1 x2 Ry.x1x2
=
1 – r2x1x2
Cara kedua
Menggunakan nilai Jumlah Kuadrat Regresi dan Jumlah Kuadrat Total direduksi
Ry. x1 x2
=
JK (reg) JK (R)
Uji signifikansi Korelasi Ganda : Fh
=
(R2/2) : (1-R2)/(n-3)
Fh < Ft
=
Korelasi tidak signifikan
Fh > Ft
=
Korelasi signifikan
Korelasi Parsial Korelasi parsial adalah korelasi antara satu variabel bebas dengan variabel terikat dengan dengan variabel bebas lainnya bersifat tetap. Sebagai contoh korelasi dengan dua variabel bebas : X1, X2 dan Y, maka korelasi parsial anara X1
198
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
dengan Y dikontrol oleh variabel X2 dan korelasi X2 denga Y dikontrol oleh X1 adapun rumusnya adalah sbb :
Korelasi X1 dengan Y dikontrol oleh X2 ry1.2
=
ry1 -
ry2 .r12
(1 – ry22) (1 - r122) Korelasi X2 dengan Y dikontrol oleh X1: ry2.1
=
ry2 -
ry1 .r12
(1 – ry12) (1 - r122) uji signifikansi korelasi parsial :
th
=
r
N -3
1 - r2 th
>
tt
=
th
>
tt
=
Korelasi signifikan Korelasi tidak signifikan
penafsiran koefisien korelasi koefisien korelasi pada dasarnya tidak hanya menunjukan hubungan antara variabel satu dengan lainnya, tapi juga menunjukan indeks proporsi perbedaan satu variabel terkait dengan variabel lainnya, dengan demikian koefisien korelasi juga menunjukan berapa besar varians total satu variabel berhubungan denga varians variabel lain. Hal ini berarti bahwa tiap nilai r perlu ditafsirkan posisinya dalam keterkaitan tersebut. 199
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Untuk memberikan tafsiran pada nilai koefisien korelasi, dapat digunakan patokan berikut : POSITIF
NEGATIF
PENAFSIRAN
0.90 - 1.00
-0.90 - -1.00
Korelasi sangat tinggi (Very high)
0.70 - 0.90
-0.70 - -0.90
Korelasi tinggi (High)
0.50 - 0.70
-0.50 - -0.70
Korelasi sedang (moderate)
0.30 - 0.50
-0.30 - -0.50
Korelasi rendah (Low)
0.00 - 0.30
-0.00 - -0.30
Korelasi kecil (Little if any)
Sumber : Dennis E. Hinkle, Applied Statistics for behavioural Science, hal. 118
Mnghitung Kontribusi Variabel Prediktor Untuk mengetahui berapa besar kontribusi/sumbangan variabel prediktor (Variabel bebas) terhadap Variabel kriteria (variabel terikat), dapat dilakukan dengan menghitung Koefisien Diterminasi (r 2) yang merupakan pangkat dua dari koefisien korelasi, sebagai contoh hasil perhitungan koefisien korelasi sederhana menunjukan nilai r = 0.93, maka koefisien diterminasinya adalah 0.93 2 = 0.8649, ini berarti bahwa 86,49% variasi dalam variabel Y dapat diterangkan/ditentukan oleh variasi dalam variabel X. Adapun untuk Regresi/Korelasi, maka disamping kontribusi totalnya dapat diketahui melalui perhitungan koefisien diterminasi (R2), perlu juga diketahui sumbangan relatif masing-masing prediktor. Pengujian Persyaratan Analisis Dalam melakukan analisis data yang menggunakan teknik korelasional dengan dua berntuk perhitungan yaitu korelsi product moment dan regresi diperlukan asumsi – asumsi tertentu agar intrepretasi terhadap hisilnya dapat dipertanggungjawabkan dilihat dari sudut pandang statistika. Dalam hubungan ini, asumsi/persyaratan yang perlu dipenuhi adalah :
Korelasi product momen/Pearson 1. sampel diambil secara acak 2. ukuran sampel minimum dipenuhi 200
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
3. data sampel masing-masing variabel berdidtribusi normal 4. bentuk regresi linier (Santosa Murwani. 2000. h 32) sementara itu menurut Dennis
E. Hinkle
menyatakan bahwa analisis
menggunakan korelasi Pearson perlu memenuhi dua kondisi yaitu : 1. Variabel yang dikorelasikan harus berpasangan bagi individu atau subjek yang sama. 2. variabel yang dikorelasikan
skala pengukurannya harus interval atau
rasio, dan hubungannya harus bersifat linier. 3. Homogenitas kelompok Regresi92
1. Skor Variabel Y (dependent Variable) harus berdistribusi normal untuk setiap nilai X, sedangkan untuk variabel bebas (X) tidak disyaratkan berdidtribusi normal. 2. Skor variabel dependen (Y) mempunyai varians yang sama (homogenitas variansi) untuk setiap nilai variabel bebas (X). Dengan memperhatikan persyaratan di atas, nampak bahwa asumsi normalitas distribusi serta homogenitas variansi diperlukan baik dalam perhitungan korelasi maupun regresi, sedangkan asumsi-asumsi lainnya lebih bersifat pra analisa, oleh karena itu uraian berikut akan difokuskan pada pengujian normalitas dan homogenitas. 1. Uji Normalitas Distribusi Terdapat
beberapa
cara
pengujian
normalitas
distribusi
yaitu
menggunakan formula/prosedur Kolmogorov-Smirnov, Liliefors, dan Chi Square (
2
)
1.1. Uji Kolmogorov-Smirnov Untuk perhitungan normalitas distribusi, dimisalkan terdapat sekelompok data dengan skala pengukuran interval dengan dua variabel bebas dan satu variabel terikat. 1.2. Uji Lilliefors Cara lain pengujian normalitas distribusi adalah menggunakan formula Lilliefors sama dengan perhitungan dengan menggunakan uji Kolmogorov92
Fred N. Kerlinger, opCit,. Hal. 879
201
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
smirnov dalam penentuan nilai tiap-tiap kolom, sedangkan kolom terakhir dalam pengujian normalitas distribusi ini sama dengan nilai a2 pada uji KolmogorovSmirnov. Bila diperhatikan kedua cara pengujian normalitas tersebut mengacu pada prinsip yang sama namun dengan tabel uji yang berbeda, disamping itu perlu juga dipahami bahwa nilai-nilai yang dibandingkan dengan nilai tabel mengambil nilai mutlaknya, dalam arti positif atau negatif diperlakukan sama. 1.3. Uji Chi-Kuadrat Pengujian dengan cara ini agak berbeda dengan dua cara sebelumnya, dimana dalam pengujian ini harus dicari selisih antara Zt dengan Zt dibawahnya yang menggambarkan luas tiap kelas, dan perlunya dicari frekuensi yang diharapkan serta tidak perlunya dicari prosentase. Namun untuk itu sebaiknya data dikelompokan terlebih dahulu agar dapat ditentukan batas kelasnya. Pengujian homogenitas Variansi Sebagaimana telah dikemukakan dimuka bahwa dalam analisis regresi diperlukan asumsi bahwa nilai Y mempunyai varians yang sama/homogen untuk setiap nilai X, oleh karena itu data variabel Y mesti dikelompokan berdasarkan nilai X nya, sebelum dilakukan pengujian hogenitas variansi. Uji yang biasa digunakan untuk ini biasanya Uji Bartlett dengan menggunakan nilai Chi-Kuadrat sebagai ukuran pengujian. Untuk memperjelas pengertian tersebut berikut ini akan dokemukakan cara perhitungan dengan menggunakan data-data yang telah dipergunakan dalam uji normalitas. Dengan data tersebut maka perhitungan uji homogenitas dilakukan dua kali terhadap variabel Y, pertama yang dikelompokan berdasarkan X 1 dan kedua yang dikelompokan berdasarkan X2 , pengelompokan dilakukan dengan mengurutkan nilai X dari kecil ke besar. Pengujian homogenitas bila untuk regresi ganda dengan variabel bebas X1 dan X2 , pengujian homogenitas Variansi dilakukan dua kali yaitu untuk regresi Y atas X 1 dan untuk regresi Y atas X2, sehingga harus dilakukan pengelompokan Y berdasarkan X1 dan pengelompokan Y berdasarkan X2, adapun langkah-langkah perhitungannya sama.
202
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
D. Interpretasi Hasil Pengolahan Data Analisis data dalam penelitian kuantitatif dengan menggunakan statistic tidak serta merta mengasilkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Hasil pengolahan data statistik seperti frekuensi, rata-rata (mean), persentase maupun koefisien korelasi dan sebagainya bukanlah hasil yang memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian. Perlu adanya interpretasi atau penafsiran terhadap data statistik tersebut. Menafsirkan adalah menjelaskan dan menemukan artinya, menggarap hasil hasil analisis itu, membuat inferensi yang relevan dengan relasi penelitian yang dikaji, serta membuat kesimpulan tentang relasi tersebut.93 Dalam menafsirkan hasil-hasil penelitian peneliti dapat menempuh dua cara. Pertama menafsirkan relasi-relasi di dalam telaah penelitian itu beserta datanya. Cara ini merupakan penerapan pengertian interpretasi dalam arti sempit, sebagaimana banyak yang dilakukan orang dalam penelitian kuantitatif. Dalam hal ini penafsiran dan analisis berjalin erat, hamper secara otomatis peneliti melakukan penafsiran sembari menganalisis. Misalnya peneliti menghitung koefisien korelasi antara status social ekonomi dengan partisipasi politik, pada saat yang bersamaan ketika mendapat angka koefisen korelasi peneliti mengiferensikan (menyimpulkan) adanya relasi. Cara kedua, penafsiran dalam arti yang lebih luas dari penelitian. Peneliti menbandingkan hasil-hasil penelitian dan inferensi yang diambil berdasarkan data itu dengan teori serta hasil-hasil penelitian lain. Peneliti mencari arti dan implikasi hasil penelitiannya di dalam hasil kajian dan mencari kongruensi dan ketidakadaan kongruensi hasil-hasil penelitiannya dengan hasil-hasil penelitian lain. Bagian terpenting dalam interpretasi adalah peneliti membandingkan hasilhasil penelitiannya dengan hal-hal yang dibutuhkan dan diharapkan oleh teori. 94 Banyak sekali peneliti kuantitatif yang mengalisis data hanya sampai pada tahap menguji hipotesis, tetapi tidak sampai kepada kesimpulan penelitian terkait dengan teori yang digunakan. Peneliti seakan-akan lupa dengan teori yang digunakan untuk mengkerangkai penelitiannya.
93 94
ibid, hal. 217. Ibid, hal. 218
203
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
E. Ringkasan Diatas kita telah membahas tentang pengertian anlisis data, tahapantahapan analisis data. Bentuk-bentuk analisis data sangat terkait dengan model hubungan variabel yang dibangun dalam sebuah penelitian. Dalam pembahasan bab ini sudah menjelaskan bahwa analisis penelitian kuantitatif tidak bias dilepaskan dari bantuan alat analisis yang disebut statistik. Tetapi analisis data penelitian kuantitatif tidak selelsai pada tahapan menghasilakan skor atau angkaangka statistik. Hasil penelitian tersebut harus diartikan dan di interpretasikan oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan tujuan penelitian dan teori yang digunakan.
F. Tugas dan Latihan 1. elaskan pemahaman saudara tentang analisis data? 2. Berikan penjelasan pertimbangan-pertimbangan apa menentukan pemilihan teknik analisis data?
yang
3. Berikan penjelasan keterkaiatan antara analisa regresi dengan analisa korelasi ? 4. Beri penjelasan tentang interpretasi data dalam analisis penelitian kuantitatif?
204
Bahan Ajar Metode Penelitian Ilmu Politik Kuantitatif By Irawati, S.IP., MA
Referensi: Burhan Bungin, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif, komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana. Janet Buttolph Johnson and Richard A. Joslyn, 1991. Political Science Research Methods, Washington, D.C.,: Congressional Quarterly Inc., Jarol B. Manheim and Richard C. Rich, 1981. Empirical Political Analysis. Research Methods in Political Science, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Fred N. Kerlinger, 1990, Asas-asas Penelitian Behavioral, Terj. Landung R. Simatupang, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sotirios Sarantakos, 1993, Soscial Research, MacMilan Education Ltd., Australia.
205