PIDATO PENGUKUHAN Diucapkan pada Upacara Peresmian Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Ternak Unggas pada Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang, 6 Oktober 2004
Oleh : OWl SUNARTI PRAYITNO
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua,
Yang terhormat Rektor/Ketua Senat Universitas Diponegoro Yang kami hOm1ati Sekretaris dan Anggota Sena~ serta Dewan
Guru
Besar
Universitas
Diponegoro Ketua dan Anggota Dewan Penyantun Universitas Diponegoro Bapak Gubernur dan Muspida Propinsi Jawa Tengah atau yang mewakili Para Pembantu Rektar Universitas Diponegora Para Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas di Lingkungan Universitas Diponegoro Para Ketua dan Sekretaris Lembaga di Lingkungan Universitas Dipanegoro Para Dasen di Lingkungan Universitas Diponegoro Para Mahasiswa Universitas Diponegora Segenap tamu undangan, rekan sejawat, kawan seprofesi. dan seluruh keluarga yang berbahagia Pada
kesempatan
memanjatkan
puji syukur
senantiasa melimpahkan diberi kesempatan
yang ke
berbahagia
hadirat Allah
ini, perkenankanlah Subhanahu
rahmat dan hidayah-Nya
untuk membacakan
saya
Wata'ala
sehingga
Pidato Pengukuhan
pada hari ini sebagai Guru
Segar Tetap dalam mata kuliah Ilmu Ternak Unggas di hadapan Senat Terbuka muliakan.
Universitas
Selanjutnya
kasih dan penghargaan yang
telah
berkenan
Diponegoro
perkenankanlah
dan
para
yang setinggi-tingginya meluangkan
hadirin
saya menyampaikan
waktu,
yang
yang
Rapat saya
rasa terima
kepada hadirin sekaHan
guna
menghadiri
upacara
pengukuhan ini.
PencahQ}'aml Sebaga; Lrpaya Pencegahan Ceka1llan pada (Jlrggas Tropis Benvmva.~(J}1 Anunal Welfare
1
Hadirin yang saya muliakan, Tingkah
laku ternak
dengan
animal
unggas
welfare
dalam
kaitannya
(kenyamanan
selama mesa pemeliharaan,
ternak)
sudah dipelajari dan
dicermati oleh para peneliti di Eropa dan Amerika lebih
dari
40
kenyamanan
tahun
dan
kepermukaan
yang
tingkah
secara
latu,
namun
laku mulai
isu
diangkat
lugas kira-kira dua puluh
tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi
yang
menyebabkan
memperhatikan
kenyamanan
dipelihara,
tetapi
eksploitasi
secara
kejam
yang
mengarah (croelty).
pad a
Salah satu
tercekamnya
pemeliharaan
pencahayaan.
kurang
unggas
justru
aspek yang menyebabkan selama
manusia
adalah
unggas program
Penggunaan jenis, sumber, warna,
lama dan intensitas
cahaya
akan meningkatkan
cekaman
yang kurang tepat dan menurunkan
kenyamanan unggas yang dipelihara. Berdasarkan
berbagai
terlihat
bahwa- cahaya
faktor
penting
dalam
informasi
merupakan industri
salah
diatas satu
perunggasan,
khususnya terkait dengan tingkah laku, produksi dan kenyamanan ternak.
2
Pidato Pen,l,'llknhanGtlru Besar Universitas Diponegoro -1)..,.'1 Slln(n-ti
Ilmu temak unggas telah kami tekuni baik dalam
bidang
pengabdian
pendidikan,
pede
penelitian
dan
serta
studi
masyarakat
komparasi sejak menjadi mahasiswa 8-1, 8-2, 83 dan setelah menjadi tenaga pengajar selama lebih dari 23 tahun,
Pemilihan Judul
sedangkan
menjadi
pusat perhatian
terakhir.
Hal ini mendorong
animal welfare
saya sejak
rasa keprihatinan
yang mendalam
karena di Indonesia
belum
disentuh.
ban yak
merupakan unggas,
luaran
aspek
den tingkah
akhir
cahaya
13 tahun
ranah ini
Meskipun
produksi
proses
pemeliharaan
terhadap
kenyamanan
laku merupakan
bidang
keilmuan
yang kami tekuni dan menjadi citra diri keilmuan kami.
Untuk
itulah
perkenankanlah pengukuhan Sebagai
saya dengan
Upaya
pada
menyampaikan judul
Pencegahan
Unggas Tropis Berwawasan
Beberapa naskah Klarifikasi
pidato
kesempatan
Cekaman Animal
adalah
Istilah, Karakteristik
pidato
Pencahayaan pada
Welfare.
hal yang disampaikan ini
ini
dalam
Pendahuluan, Unggas,
Pencah(l).'aanSebagai UpU}'Upencegahan Cekmnan pada UlIggas Tropis Berwawasan Animal U'e(fare
Faktor
3
yang
Mempengaruhi
Cakupan
Kenyamanan,
Pidato
Problem Perunggasan
Pengukuhan
Cekaman,
Indikator
reran Pencahayaan pada Unggas,
Penanggulangan
di Daerah Tropis. Upaya
dan Penutup.
1.PENDAHULUAN Bangsa burung, termasuk unggas, sangat sensitif
terhadap
berpengaruh
Pendahuluan
aktivitas
cahaya,
terhadap
produksi
Cahaya
tingkah
maupun
cahaya
proses biologis
hormonal.
mempengaruhi
karena
antara
laku,
reproduksi
melalui lain
pertumbuhan,
(North
and Bell,
1990; Prayitno and Omed, 1997).
Berdasarkan ethology
di
saatnya
untuk
kontribusi
kesepakatan
forum-forum
pakar
internasional,
memberikan
atau alokasi
para
dana
sudah
perhatian, sekecil
apa
dan pun
untuk mewujudkan
kondisi nyaman bagi unggas
di setiap negara.
Penyediaan
bagi
unggas
akan
kondisi
menghasilkan
nyaman unggas,
peternak, lingkungan serta konsumen yang sehat. Oi samping itu bila unggas selama pemeliharaan
4
Pidato Pengukuhall Gzlru Resar lhliversitas Diponegoro -L~\!i .I}'unar/i
merasa nyaman, maka dapat dipastikan unggas tersebut
mampu
memberikan
memuaskan
bagi
perunggasan
di Eropa,
produk
peternaknya. misalnya
lama telah merekomendasikan
yang Industri
Inggris,
sejak
sebuah peraturan
perundangan untuk kepentingan perwujudan rasa nyaman
bagi ternak,
dan
publikasi besar-besaran publik
agar
bahkan
melakukan
untuk menggeser
masyarakat
hanya
opini
mengkonsumsi
ternak unggas yang memperhatikan
aspek-aspek
animal welfare.
Pada tahun 1990-an pernah terjadi prates keras
dari
Inggris
masyarakat
atas
keserakahan
mengeksploitasi pembatasan energi
kOnsumen
yang
manusia
ternak
gerak
unggas
dalam
unggas
seminima!
diperoleh
dengan
mungkin
hanya
yang
agar
digunakan
semaksimal mungkin untuk berproduksi. dipelihara _dala!!1 kandang
di
Unggas
sangat sempit
sehingga tidak ada tempat untuk bergerak. Kasus terbesar
pad a
penyakit
dischondroplasia
kegemukan,
saat
utamanya
itu
adalah
merebaknya
(kelumpuhan) pada
ayam
akibat
pedaging
Pencahayaml Sebaga; UPOJ'OPencegahan Cekaman pada L'ngga.v 7"OP;5 Bent'owa.van "willla! If'errare
5
(broiler).
Ayam broiler yang dihasilkan
memiliki
badan gemuk namun kaki dan kepala relatif kecil. Hidup seekor broiler seolah hanya makan dan makan,
tanpa
diberi
kesempatan
sedikit
pun
untuk berjalan, berlari dan bertengger.
Animal
Welfare
Advissory
Committee
(1999) yaitu sebuah komite penasihat yang peduli terhadap
kenyamanan
ternak menyatakan
suatu
standar yang tinggi terhadap kenyamanan ternak termasuk
unggas.
Komite
meyakinkan
pada
industri perunggasan
bahwa standar kenyaman-
an yang baik tidak
hanya menunjang
tivitas,
tetapi
prod uk;
juga
dengan
keuntungan
memfasilitasi kata
ekonomis
pemasaran
lain bagi
produk-
memberikan dunia
usaha
peternakan. Animal Welfare Advissory Committee (1999) menyatakan
bahwa peningkatan
hidup
akan
unggas
meningkatkan
seGars
kualitas otomatis
kualitas produk. Magensten (1999)
menyatakan bahwa telur hasil produksi non-cage (bukan batere) di Switzerland tiga kali lebih mahal dari telur hasil produksi cage (batere). Sementara 50%
6
telur
yang
dikonsumsi
di
Switzerland
P;dato Pen.l?1lku/7an Gllnl Besar (rn;ver,~;far Diponegoro ~ LA"; ,S'u'7arti
2.
merupakan telur impor hasil batere. Selanjutnya dikatakan akan
bahwa Swedish
memberlakukan
Farmers Association
larangan
penggunaan
kandang cage di tahun 2004. Selain hal tersebut European
Union
International menerapkan laying
Welfare
Egg
yang
dinaungi
oleh
yang
akan
Commission
larangan penggunaan
cages
sebelum
conventional
2012
juga
masih
diperdebatkan (Ellsworth, 2001)
Rekomendasi
dan
minimum kenyamanan
penetapan
standar
ternak termasuk
unggas
Standar
dimaksudkan agar unggas yang dipelihara dapat
Nyaman Ternak
terjamin mengenai hal-hat sebagai berikut :
1 Bebas dari rasa haus, lapar dan malnutrisi (Freedom
from
thirst,
hunger
and
harus
cukup
malnutrition). Bagi unggas
yang
dipelihara
tersedia air segar serta ransum yang mampu memenuhi kebutuhan kesehatan dan vitalitas..
Bebas
dari
(Freedom discomforl)
ketidaknyamanan from
thennal
lingkungan
and
physical
Bagi unggas dipelihara
Pencahll}'uan Sebagui Upaya Pencegahan Cekaman pada Unggus Tropi.T Benl'awasan.lnimaJ
pada
JVe/fure
7
lingkungan
yang
kelembaban terlindung
nyaman,
yang dan
temperatur
sesuai
secara
fisik
dan
untuk
hidup,
nyaman
untuk
bergerak dan beristirahat
3
Bebas
dari
(Freedom Program
sakit,
from
cedera
dan
penyakit
injury
and
disease).
pain,
pencegahan
maupun
non
terhadap
tingkah
penyakit
infeksi, laku
baik infeksi
pengamatan tidak
dini
normal,
dan
melakukan diagnosis yang cepat dalam usaha mengatasi cedera, dan sakit.
4. Bebas dari ketakutan (Freedom proses
dan tekanan/cekaman
from fear and distress). pemeliharaan,
kenyamanannya. menyebabkan
unggas
Artinya
dijamin
Selama dijamin tidak
cekaman dan ketakutan yang
menimbulkan penderitaan psikologis.
5.
Bebas
bergerak
dan
berperilaku
normal
(Freedom to exercise most normal pattem of behaviour). dan
8
Tersedianya
terpenuhinya
ruang yang cukup
fasilitas
untuk
semua
Pidato Pengltkuhall (runtLJesar liniversitus Diponegoro --[)wi ,S'lIIarli
kebutuhan cahaya
hidup
dan
memberikan
termasuk
olah
gerak.
Ruang
kesempatan
meng-ekspresikan
makan,
bagi
minum,
yang
cukup
unggas
untuk
pola perilaku normal sebagai
wujud kenyamanan hidupnya. Nampaknya
hingga
saat
ini
kondisi
nyaman bagi ternak yang dipelihara di Indonesia
Arti Penting Animal Welfare
belum mendapatkan
perhatian
yang bermakna.
Hal ini dapat dilihat dari belum adanya peraturan penentu
kebijakan
tentang
aspek
ternak pada industri perunggasan
kenyamanan sebagai aspek
khusus yang perlu diterapkan. Meski perlu dicatat ba:hwa persyaratan persatuan
individu
perkandangan dalam
telah mempertimbangkan
memelihara
human
welfare
bngkungan
diangkat sebagai
Hal ini dapat dimaklumi
saat ini pemerintah
unggas
masalah animal welfare,
namun belum secara khusus persyaratan.
dan luasan
mengingat
masih terus mengupayakan dari
pada
(environment)
animal dan
welfare.
kenyamanan
ternak saat ini telah menjadi isu global, artinya produk
ternak
perhatikan
dua
yang aspek
dipelihara terse but
tanpa di
mematas
di
kemudian hari akan terkena sanksi dan tersingkir-
Penca/la;.'aan ,S'ehagai Upaya Pence.l:ahan <eklDnan pada llnggas Tropi.r nel"~'(J\i'aran .1nimal/¥e?fare
9
kan dari jaringan
pasar global. Oleh karena itu,
hanya unggas yang dipelihara dalam lingkungan yang
nyaman
dan sehat,
yang
akan
dapat
penting
yang
perlu
diterima di pasar global.
Salah mendapat welfare
satu
hal
perhatian adalah
dalam mewujudkan pembebasan
animal
unggas
dari
cekaman. Cekaman dapat disebabkan oleh suhu, kelembaban, daerah
cahaya
tropis
kelembaban, ternak
dan lain sebagainya.
adalah
tingginya
hal ini merupakan
unggas.
Cekaman
Ciri
suhu
dan
cekaman
bagi
dapat
menurunkan
produksi telur hingga 25% (Rahardjo, dkk., 2001), mortalitas di atas 10%,
dan bobot badan serta
konversi ransum yang sulit dicapai sesuai dengan standar potensi genetik.
Cahaya
sangat diperlukan
bagi makhluk
hidup termasuk unggas. Akan tetapi penggunaan pencahayaan
yang
menyebabkan
cekaman.
peternak
meyakini
tidak
tepat,
justru
akan
Bertahun-tahun
para
bahwa
broiler
sebaiknya
diberikan cahaya terus menerus agar tetap dapat
iO
Pidato PengukuhGJI <-JuruBe.~ar lllliver.(ilas Diponegoro -Dwi
Sunarti
makan.
sehingga
pertumbuhannya lain
program
dapat
memuaskan.
OJ sisi
pencahayaan
berselang antara terang dan gelap
selama ini hanya dimanfaatkan pembibit
manipulasi
untuk petelur dan
dalam
proses
pendewasaan
dan
dalam
rangka
reproduksi
peningkatan
produksi telur. Oewasa ini, hasil-hasil membuktikan terhadap
bahwa
cahaya.
Terbukti
program pencahayaan memperbaiki
konversi
pertambahan
broiler
penelitian
sangat bahwa
pakan,
untuk
meningkatkan
bobot badan. meningkatkan
(spiking mortality
peka
berbagai
dapat dimanfaatkan
imunitas, menekan kasus kelumpuhan, mendadak
organ
reaksi
kematian
syndrome) maupun
kasus-kasus lain.
2. KLARIFIKASIISTILAH Hadirin yang kami hormati, Dalam rangka memudahkan
Klarifikasi Istilah
isi tulisan,
perlu disampaikan
pemahaman
penjelasan
bebe-
rapa istilah yang digunakan, antara lain:
PencahU}'aan Sebagai Upaya Pencegahan CekanJallpada {mggas Tropis Berwmva5an .4nimal H'e/fare
11
Pencahayaan Pencahayaan yang
diartikan
adalah pemberian cahaya,
sebagai
suatu sumber cahaya, dan
lampu
yang
sinar
atau terang
seperti matahari,
dari bulan
memungkinkan
mata
menangkap bayangan benda-benda di sekitarnya (Pusat
Pembinaan
dan
Pengembangan
Bahasa ,1997).
Cekaman Cekaman stress.
seringkali
Pusat Pembinaan
diidentikkan
dengan
dan Pengembangan
Bahasa (1997) memberikan difinisi stress sebagai gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang
disebabkan
Beberapa dunia
oleh
narasumber perunggasan
yang
faktor-faktor
luar.
aktif bergerak
mendefinisikan
di
stress
sebagai suatu tekanan yang berasal dari kondisi atau faktor-faktor di luar tubuh, dan menyebabkan terganggunya
keadaan f\.lngsional unggas.
Cekaman
melibatkan
per1ukaran panas
antara unggas dengan lingkungan, yang dalam
12
Pidato l'engukllhml Ci,tru Resar (rni"'f!rsita,~ Dipo"..goro -DM'i ,SI/narti
prosesnya
terdapat mekanisme
penyesuaian sirkulasi
system
darah,
produksi panas,
cairan
tubuh,
pemafasan,
pada keadaan tercekam
dan
hormon,
pencernaan
dan kebutuhan
pakan
ternak yang sedang tercekam
Unggas yang tercekam beberapa tingkah
ketidaknormalan
ditandai dengan
kondisi fisik maupun
laku seperti pial kebiruan,
kulit telur
tipis,
lesu,
berkurang"
terengah-engah
keras terus-menerus, minum terlampau
gelisah,
nafsu
(panting),
panas
banyak,
telur benjol,
tubuh
makan bersuara
naik/turun,
saling mematuk
dan
berkelahi.
Unggas Unggas adalah hewan anggota kelas aves, secara taksonomi masuk dalam ordo Galliformis, Famili Phasianidae,
dan genus Gallus. produk
atau
Unggas
mampu
menyajikan
manusia,
sebagai imbalan atas campur tangan
manusia
pacta pengelolaan
dan
jasa
bagi
pengembang-
biakannya. Termasuk ke dalam golongan unggas ialah ayam, itik, angsa, kalkun,
puyuh
dan
Pencahayaan .S'ebagaiUpaya PenceKahan Cekaman pada [lnggas rropis Herww~'a.~an..Jnilnal Ulelfare
3
merpati.
Beberapa
dimasukkan walau
juga
ke dalam
golongan
bersifat inkonvensional,
Pheasant,
burung
Pusat Pembinaan (1997)
unggas
bersayap, yang
species lain kadang-kadang
dan
burung
Guinea (Srigandono,
1991).
dan Pengembangan
berkaki
dipelihara
misalnya
didefinisi-kan
mencakup
unggas
ssbagai
dua, berparuh segala
jenis
diternakkan
Bahasa ternak
dan berbulu, burung,
sebagai
dapat
penghasil
pangan (daging dan telur).
Industri
perunggasan Industri
perunggasan
adatah
segata
aktivitas produksi unggas dalam skala komersial. Aktivitas
produksi
mencakup
prasarana, proses produksi dan
sarana
dan
pasca produksi.
Pada tulisan ini pengertian industri perunggasan hanya difokuskan
pada industri proses produksi
yang
produksi
aktivitas
penghasil disebut
telur sebagai
dan
daging,
utamanya den
perusahaan/usaha
adalah
selanjutny~ peternakan
unggas.
14
Pidafo Pengukuhall ('rUm Be.yar Universitas Diponegoro -i)}vi Sunarfi
Kenyamanan
Hewan
(Animal
Welfare)
Kenyamanan ternak adalah kondisi ternak yang dipelihara dengan
daJam lingkungan
kebutuhan
Kenyamanan
fisik
hewan
yang sesuai
dan dan
fisiologis. produktivitas
(productivity) adalah dua unsur yang tidak dapat terpisahkan.
Kenyamanan
hewan
menjadi
penting adanya bagi suatu usaha peternakan dan diyakini
berpengaruh
ternak
yang
produktivitas ternak
terhadap
pada
akhirnya
ternak
itu
sendiri.
merupakan
pola
perilaku
mempengaruhi Produktivitas
implementasi
dari
pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi
Peraturan
Kenyamanan
Welfare
Ternak (Welfare Code)
code
perundang-undangan
adalah
yang
peraturan
berkenaan
dengan
standar kenyamanan ternak yang harus dipenuhi oleh
industri
peternakan.
tindakan-tindakan ternak,
dalam
telah disyahkan
sejak tahun
1969.
Peraturan rangka
kenyamanan
oleh Parlemen
berisi antara
tentang
Inggris
lain larangan
memotong ekor sapi, melakukan kastrasi terbuka pada ayam atau memotong ekor babi apabila
Pencahayaall Sebagai Up~1
Pencegahan rekmnan pada UnggtL~ Irapi.. Benl'awa..an .-lnimal U-'e!far..
5
umurnya
lebih
terse but
telah
kesadaran
7
hari,
peraturan-peraturan
berkembang
masyarakat
sesuai
tentang
dengan
animal
welfare
(West, 1979).
3. KARAKTERISTIK UNGGAS Unggas termasuk hewan berdarah panas, bersayap,
berkaki dua, dan pada setiap kakinya
memilliki 4 jari, berparuh dan berjengger. Unggas dapat hidup di darat dan di air. Unggas antara
lain
ayam,
merpati,
kalkun,
darat puyuh.
Sedangkan contoh dari unggas air antara lain itik, angsa, 'enthog'.
Sebagai hewan berd8rah panas,
unggas akan selalu mempertahankan tubuh
yang
tetap
agar
dapat
temperatur
melaksanakan
fungsi fisiologis secara normal.
4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CEKAMAN
PADA UNGGAS
Banyak sekali faktor penyebab cekaman
Penyebab
Cekaman
16
pad a unggas menjadi
Pidalo
yang secara
factor eksternal
PengukuhO1I
/
garis besar terbagi dan internal.
Guru Be.,ar (In;ver.,itas
Diponegoro-
Faktor
Dwi .Sllnarti
eksternal
antara
pencahayaan,
lain
kelaparan,
meliputi
program
kehausan,
kandang
kotor dan buruknya ventilasi, kandang terlampau padat,
pindah
kandang,
pakan. tindakan juga
vaksinasi,
pergantian
potong paruh yang kasar dan
perubahan
cuaca
yang
mendadak.
Sedangkan faktor internal meliputi sistim syaraf, sistim indera. dan sistim endokrin.
4.1. Faktor eksternal Pada prinsipnya, berbagai faktor eksternal tersebut merupakan tekanan yang menyebabkan terlepasnya radikal bebas dalam tubuh, sehingga keseimbangan terganggu. atau
elektrolit
tubuh
dan
hormon
Radikal bebas, adalah atom, molekul
senyawa
yang
dapat
berdiri
sendiri,
mempunyai elektron tidak berpasangan dan berat molekulnya menyebabkan ini
rendah.
molekul
rendah
radikal bebas sangat sensitif. Hal
memungkinkan
menyusup
Berat
ke
unsur
tempat-tempat
radikal yang
leluasa ikatan
elektronnya kuat.
Pencahayaan Sebago; (lpaya PencegaJllllI C'ekamall palla Unggas Trap;.t BerwmVll.tan A11;mcdWelfare
17
Sebagian mengganggu,
elektron
kuat
tetapi sebagian
berpotensi
yang lain penting
untuk reaksi metabolisme sel, fungsi fagositik sel dan transduksi sinyal senyawa pengoksidasi yang bersifat reaktif, Lepasnya terjadi
dapat
radikal
merusak
bebas
akibat adanya
hormonal
dalam
sel-sel tubuh..
pada tubuh
gangguan
tubuh
sehingga
unggas,
keseimbangan fungsi
organ
terganggu. Akhir dari proses tersebut daya tahan tubuh menurun, pembentukan
antibodi terganggu
dan unggas lebih peka terhadap serangan aneka penyakit. Faktor
Pakan dan Keseimbang an Nutrisi
timbangan
eksternal
menonjol
yang
suhu dan kelembaban. berpengaruh
adalah salah
: jumlah satu
nutrisi, cahaya,
Aspek pakan dan nutrisi
terhadap
performans
dan kualitas pakan.
atau
per-
pada industri perunggas-an
antara lain; pakan, keseimbangan
yang
menjadi
lebih
unsur
unggas
Defisiensi
nutrisi,
ketidak
seimbangan nutrisi dan bentuk ransum yang tidak sesuai performans
secara unggas.
nyata
akan
OJ samping
menurunkan aspek
pakan
dan nutrisi, peran cahaya sangat besar terhadap
18
Pidalo Peng1/kuhaJlGuru Resar fTnive1:titafDiponegoro -Dwi Sunarti
perforrnans unggas. Namun demikian, be/urn ada penelitian
yang
mernbuktikan
berapa
persen
kontribusi cahaya terhadap performans dibanding aspek lain.
lingkup
Cahaya
terhadap
cahaya
fisiologis
unggas
(lama pencahayaan), berselang, adalah
waktu
alami (matahari).
berpengaruh
yaitu
intensitas,
dan sumber
lama
yang
photoperiod
warna,
cahaya.
terang
cahaya
Photoperiod
dari
Photoperiod
pencahayaan untuk
aktivasi
hormon yang ideal 11-12 jam. Intensitas
adalah
kekuatan cahaya yang di berikan kepada unggas, pada umumnya berkisar antara 5 -20 cahaya
sangat
laku dan
berpengaruh
performans
unggas.
lux. Warna
terhadap
tingkah
Warna
cahaya
merah menjadikan unggas lebih aktjf dan agresif (Prayitno et a/1994). Sumber cahaya adalah asal sinar yang dapat berasal dari alam dan buatan . Sumber
cahaya
sedangkan
alam
sumber
catlaya
lampu neon dan tungsten Cahaya berselang
misalnya buatan
matahari, antara
lain
ser1a lampu minyak.
(intermitent) adalah pengatur-
an cahaya antara gelap dan terang.
Pencaha;vaan
,,>ebagai Upaya Pencegahan
Ceklonan
Pllda Ungga.f
Tropis Bern'aK'asan
,1ninral
We({are
19
Cahaya
berselang
sering
dilakukan
cahaya buatan. Tujuan dilakukannya an berselang
antara
listrik, peningkatan
penampilan
lain penghematan
biaya
kunci keberhasilan produksi.
Perubahan
Suhu
pencahaya-
ukuran telur, efisiensi pakan
sebagai faktor-faktor
menyebabkan
terhadap
iklim
yang
fluktuasi unggas.
ekstrim
dapat
luas
pada
yang
Sebagai
ternak
homeo-
thermis unggas berusaha mempertahankan
suhu
tubuh sekitar 41.5°C sebagai suhu thermonetral. Suhu
tubuh
unggas
biasanya
daripada suhu sekitarnya, terus
menerus
mekanisme
yaitu
dan evaporasi. dan
hilang
radiasi
melalui
Selanjutnya
wajar, sedangkan
tinggi
sehingga panas akan
: konveksi,
diartikan
lebih
empat
macam
konduksi, konveksi,
kehilangan
radiasi konduksi
panas
yang
evaporasi diartikan kehilangan
panas yang tidak wajar.
Kemampuan panas dimiliki tubuhnya. mengalihkan
20
unggas
Unggas
mengubah
kehilangan
untuk mengontrol yang
kepanasan
aliran darah ke jengger
suhu akan
dan pial di
Pidato Pengukuhan Gunl Besar Universitas Diponegoro -1Jwi Sl/l/arti
kepala dan juga meningkatkan kaki. Unggas
akan membuat
aliran darah ke perubahan
posisi
seperti istirahat dengan sayap mengembang kaki
terbentang
menjauhi
untuk meningkatkan
badan
konveksi
dan
(stretching)
hilangnya
panas.
Unggas dalam sebuah kelompok akan berpencar untuk
berusaha
sekitar
meningkatkan
mereka
pertambahan
dan
aliran
untuk
udara
di
mengurangi
panas konduksi dan panas radiasi
dari unggas yang lain.
Unggas juga akan menghindari pada
sinar
matahari
meningkatkan
langsung
pertambahan
Sebaliknya
unggas
yang
mengurangi
aliran darah
berkerumun
bersama,
istirahat
karena panas
akan radiasi.
kedinginan
akan
ke kaki dengan
menghindari
cara
aliran udara
dan berkumpul di sumber panas radiatif misalnya cahaya tidak
matahari mempunyai
satunya cara
atau lampu brooder. kelenjar
adalah
keringat
penguapan
Unggas
dan
satu-
air melalui-
paru-paru dengan cara panting (terengah-engah).
Pencallayaan .\'ebagai Upaya Penceguhall ('ekalnun palla Unggas Tropi.fBe~'mI'usan .4nimul ~""elrare
21
Panting akibatkan asam
berkepanjangan
dehidrasi,
dapat
keseimbangan
mengelektrolit
dan basa dalam tubuh terganggu
terganggunya
proses metabolisme terutama pada
pencernaan unggas
serta
nutrisi.
Pacta suhu sekitar
mengalami
panting
dengan
42,2°C
membuka
mulut dan pacta suhu 45°C unggas sesak napas dan pada batas pingsan
dan
respirasi
(AR)
suhu yang lebih tinggi
akhirnya pada
mati. ayam
kali/menit.
Pacta suhu
dan
semakin
meningkat
akan
meningkatnya
angka
respirasi mencapai hanya
dapat
sementara kali/menit,
20
-30
kelembaban diikuti
respirasi.
bertahan
normal
adalah
100 -110
hila angka
Angka
akan
yang dengan
Ketika
angka
kali/menit unggas
hidup
selama
respirasi
6 jam,
sebesar
200
unggas hanya bertahan hidup selama
30 menit.
4.2. Faktor Internal Faktor internal pada ayam meliputi sistem syaraf; sistem
indera
dan sistem endokrin.
(1992)
membagi
sistem
syaraf pusat dan periferal.
22
syaraf
Frandson
dalam
sistem
Sistem syaraf pusat
Pidato Pengukuhan (h~m Besar Univel~ita~ Dipone,l?oro -D"i
,)ullarti
mencakup
otak dan corda spinalis
syaraf peripheral
terdiri dari syaraf kranial dan
Sistem
syaraf spinal yang menuju
Syaraf
(badan)
serta
struktur
visceral
kelenjar).
dan sistem
ke struktur somatic
syaraf otonom (otot palos,
Sistem
syaraf
yang menuju otot jantung
pusat
adalah
ke dan
sistem
syaraf yang bertanggung jawab terhadap gerakan tubuh di bawah perintah,
yang terdiri dari otak
dan sumsum tulang belakang; sedangkan sistem syaraf
otonom
adalah
sistem
syaraf
yang
bertanggung jawab untuk koordinasi gerak yang tidak di bawah perintah,
seperti gerakan usus,
pembuluh darah dan kelenjar.
Sistem
Sistem Indera
indera
indera penglihatan, perasa
kimia,
penciuman. dalam
terdiri
indera pendengaran,
indera
perasa
fisik
dan
dari
indera indera
Pada saat embrio berusia 17 hari di
inkubator,
embrio
merespon cahaya. mata
pad a unggas
secara
unggas
telah
mulai
Unggas tak dapat memutar
bebas
namun
mereka
mampu
melihat pacta jarak pandang lebih dari 300 derajat dengan
suatu
lapang
binokuler
sebesar
26
derajat.
PencahayaanSebago;UpayaPencegah011 Cekamanpada UnggasTropis BerwawasanAn;mal fVe/fare 23
la
mengikuti
mobilitas
obyek
kepala.
dengan
menggunakan
Ketajaman
penglihatannya
bagus pada jarak pandang cukup jauh. Mereka mampu
membedakan
bentuk
segi empat dan
segitiga, demikian juga titik-titik merah dan hitam.
Suatu
penelitian
menunjukkan
bahwa
anak ayam (kuthuk) yang baru menetas memilih mematuk bends warns biru dibanding hijau atau orange, meskipun orange juga akan dipatuk dulu sebelum hijau.. Kuthuk belajar secara cepat untuk menghindari pakan berwarna, bila ternyata akan menyakiti mereka. Anak ayam lebih tertarik dan mematuk pakan berbentuk dibanding unggas
yang dapat
bandingkan bahwa
rata.
bulat terlebih dahulu
Ketajaman
dimengerti
ukuran
penglihatan
dengan
memper-
kepala dan otak. Diketahui
perbandingan
be rat
kedua
mata
di-
bandingkan dengan otak hampir 1: 1, sementara pads
manusia
aDak ayam
1 :25.
terhadap
Sensitivitas stimulan
terkuat cahaya
mats adalah
warns hijau dengan panjang gelombang 560 nm, sensitivitas
tersebut
akan
berubah
setelah
unggas menjadi dewasa ke warna kuning dengan
24
Pidato Pengukuhan GtlMl Besar Universitas Diponegoro
D»'i
unarti
panjang gelombang
580 nm. Proses perubahan
tersebut dikarenakan oleh perubahan oil droplets yang seiring
dengan
pertumbuhannya.
demikian secara umum kemampuan mata
ayam
manusia
hampir
yaitu
gelombang
400-700
menunjukkan
penglihatan
menyerupai
cahaya nm.
bahwa
kemampuan
dengan
panjang
Beberapa
penelitian
cajon
petelur
melalui
penglihatannya
mampu
panjang
pendek
bentuk
garis,
Namun
(pullet)
membedakan pakan,
tempat
pakan, gelap-terang dan warna lampu (Apppleby, 1992 dan Prayitno and Phillips, 1994 ; 1997).
Ayam memiliki 340 papilla-papilla
perasa
yang terletak pada dasar dan atap rongga mulut. Ayam tidak sensitif terhadap QuIa, namun dapat mendeteksi glukosa di atas 2,5% dalam cairan. Toleran
dan sensitif terhadap
asam
dan bas a
serta tidak menyukai makanan asin. Ayam tidak mengkonsumsi
air dengan
kandungan
garam
0,9%. Penolakan dan penerimaan ayam terhadap makanan,
khususnya
berkenaan
dengan
juga terjadi pada mrnuman. Artinya, terhadap
makanan
asin, juga terjadi
rasa,
penolakan apabila
PencahayaanSebagaiUpayaPencegahan Cekamanpatia Unggaslropis Benvawas£Ol A/lilnal/f'e(fare
25
makanan dibuat dalam bentuk minuman berkadar garam
lebih
dari
0,9%.
Ayam
juga
mampu
mendeteksi perbedaan temperatur sebesar 2,8°C. Oleh karena
itu ayam akan menolak
minuman
yang suhunya ditingkatkan sebesar 5,5°C di atas temperatur
tubuhnya
walaupun
mereka
dapat
minum air yang sangat dingin (Appleby, 1992).
Unggas
tidak
memiliki
telinga
yang
sempurna seperti ternak teristrial lainnya, namun pendengarannya Sensitivitas
berkembang dengan baik.
pendengaran
pad a unggas
lebar, mampu mendengarkan antara
15-10.000
Appleby
(1992).
suara pada rentang
Hz (Bremond,1963), Namun
sangat
dilaporkan
dalam
pula oleh
Appleby (1992) bahwa penelitian yang dilakukan oleh Temple
et al
(1984) menunjukkan
unggas memiliki sensitivitas lebih
sempit
Penelitian
dan
yaitu
rentang suara yang
sekitar
publikasi
bahwa
3000-5DOOHz.
berkenaan
dengan
kemampuan ayam memanfaatkan !I1dera pembau sangat aversive
sedikit.
Oiketahui
terhadap
bahwa
darah.
ayam Artinya
sangat ayam
cenderung agresif bila melihat darah.
26
Pidato Pengukllhan Guru Resar Universitas Diponegoro -Dwi Sulwrti
Namun
belum jelas
benar
apakah
agresivitas
ayam karena bau darah atau warna merah darah.
Beberapa bahwa
indera
berkembang kasus
behaviourist pembau
dan
merupakan menemukan
bangsa
burung
cukup baik, seperti misalnya
migrasi
sarang,
pada
menyatakan
burung
dara
kotoran
yang
petunjuk
pada
(pigeon).
Aroma
terbawa
angin
yang amat penting dalam
sarang dan makanan.
Oi samping
hal tersebut juga diyakini bahwa unggas dapat dilatih untuk merespon misalnya
bau yang cukup tajam,
minyak sitroen,
amonia
dari ekskreta
dan sisa pakan yang busuk.
Unggas
memiliki
antara lain; te/ereceptor
beberapa yaitu
penglihatan dan pendengaran, reseptor
pada permukaan
receptor
reseptor organ
exterroceptor i~ah tubuh
yang
sensitif
terhadap sentuhan, tekanan, temperatur dan rasa sakit. Sedangkan indera
interoceptor
perasa faktor
kimiawi
adalah reseptor yang
terdiri dari
reseptor rasa dan bau. Dengan demikian, sistem indera
pada unggas
beserta sensitivitasnya
PencahQ)'aan Sebagai(lpaya PencegahanCekanlanpada UnggasTropis Benl'mvasanAnim(1/*'elfare
27
merupakan gambaran kemampuan receptor.
Sistem kelenjar
tanpa
berbagai
Endokrin
merupakan
saturan
fungsi
sebelum
Sistem
endokrin
yang
vital
lahir sampai
sistem
mempengaruhi
tubuh
seekor
hewan
mati (Frandson.
1992).
Hormon pada unggas dihasilkan oleh beberapa kelenjar
yaitu
hipophysa, adrenal,
kelenjar
thyroid, parathyroid,
pancreas,
sistem
ke~a
feedback feedback.
pineal,
testis
hormon
ultimobranchia/,
dan
ovarium.
dikenal
yaitu negative Contoh
hipotha/amus,
dua
feedback
negative
Pada sistem
dan positive
feedback
adalah
mekanisme ketersediaan Ca dalam plasma darah; sedangkan
positive
feedback
releasing faktor dan sekresi (LH) oleh pada
pituitary
ovary
yang
sehingga
mengatur
kerja
luteinizing
hormon
menstimulasi
steroid
releasing
factor
(RF)
dihasilkan lagi oleh hipothalamus.
5. INDIKA TOR KENY AMANAN
PADA
UNGGAS
Indikator Nyaman
28
Seperti nyamanan
halnya
cekaman,
ke-
maka
pada unggas dapat dilihat dari dua
Pidalo Pengrlkuhan Guru Besar L'niversilas Diponegoro -Dwi
S'unarli
I
faktor yaitu faktor unggas dan kondisi lingkungan pemeliharaan.
Unggas yang nyaman dapat dilihat
dari indikator tingkah Sedangkan nyaman
lingkungan dapat
kelembaban, angin
laku dan status fisiologis. pemeliharaan
dilihat
dan
kandungan
dan
indikator
gas-gas,
sirkulasi
udara
yang suhu,
kecepatan (unsur-unsur
mikroklimat).
5.1. Tingkah laku unggas. Ternak bertingkah beradaptasi
laku dalam usahanya
Tingkah
untuk
dengan
lingkungan,
dimana
Laku
faktor genetik dan lingkungan terlibat di dalamnya. lingkungan sekitar, mendorong ternak bertingkah laku untuk menyesuaikan pula penyesuaian
diri dan bahkan terjadi
hereditas.
Dengan kata lain,
jenis atau spesies hewan mempengaruhi
reaksi
dalam beradaptasi dengan lingkungannya (Curtis,
1983). Pola
tingkah
yang terorganisasi
laku
merupakan
perilaku
dengan fungsi tertentu, dapat
berupa sebuah aksi tunggal atau aksi berurutan yang terintegrasi
dan biasanya
muncul sebagai
PencahayaaJl.'i'ehagai UpayaPencegahan(;ekamallpatia UnggasTropi.~Berwowasan_4nimalllle/jare 29
respons
temadap
stimulus
tingkah
laku dasar
lingkungan.
(Basic Behaviour
pada unggas terdiri dari 7 -9 berbeda
tergantung
System)
macam jenis yang
pengelompokan
masing peneliti. Tabel-1 merupakan pengelompokan
tingkah
Pola
laku
masing-
resume dari dasar
yang
dilakukan oleh 3 (tiga) ahli tingkah laku unggas.
Tabel1: Pengelompokan
tingkah laku dasar
pad a unggas
Ensminger (1992)
I 2. Eliminatif
I 2. Eliminatif I 3. Seksual
I 2. Eliminatif I 3. Seksual 4. Allelometik
6. Agonistik
30
Pidato Pengllkuhan (;U11/Be.far (lniver.filas Diponegoro --DIll; Sunarli
banyak
dipengaruhi
sehingga
oleh
perlu sinkronisasi
Ayam, poligamus
itik,
sistem
hormonal,
aktivitas seksual.
puyuh
den
artinya satu jantan
kalkun
bersifat
dapat digunakan
untuk banyak betina, karena bertemu, berkenaian den berpasangan dan
satu
dapat dilakukan
betina,
monogamus
sedangkan
(courtship
dengan lebih
merpati
sampai
mating
hanya untuk sepasang jantan-betina). bertemu
dengan
menunjukkan
betina,
agresivitas
bersifat
Pede seat
ayam
lebih
terjadi
jantan
dibandingkan
dengan kalkun. Sinyal seksual diberikan unggas dalam bentuk postur den gerakan-gerakan
seat
bertemu.
Tingkah laku induk dalam care and giving dapat
dilihat
menemukan bersuara
misalnya makanan,
(clucking)
dan anak-anaknya mematuk
pad a maka
memanggil berl§rian
makanan.
Ayam
saat
induk
induk
akan
anak-anaknya
ikut mencari dan
kalkun
dan betina
senang melindungi anaknya di bawah bulu-bulu sayap
terhadap
ancaman.
32
udara
dingin
dan
berbagai
Induk betina akan secara agresif
Pidato Pengukuhan Gunt Be.var Unive7:vifav Diponegoro -Dwi Sunarfi
/
I
menyerang
ternak
dan
manusia
manakala
anaknya diganggu.
Tingkah
laku
mempertahankan antarunggas
agonistik
berbagai
sebab.
meliputi bertarung,
dan reaksi lain yang berkaitan Tingkah
laku ini dominan
dan dipengaruhi
tingkat
pengalam-an
(experience).
sosial
pada
mempertahankan
Tingkah
terbang,
Jari,
dengan konflik.
pada unggas jantan,
oleh penampilan
keagresifan,
terjadi
perilaku
diri saat terjadi konftik sosial
karena
laku agonistik
adalah
(appearence) ,
hormon
gonad
Pada
itik jantan
wilayahnya
itik,
yang
dan konflik
berusaha
dari itik jantan lain,
sedangkan pada kalkun, khususnya kalkun jantan muda bertarung dan
untuk mendapatkan
kehormatan
Pertarungan
dalam
kedudukan
kelompoknya.
ini biasa terjadi pada kalkun jantan
berusia 3-5 bulan.
Tingkah unggas
laku allelometik
menirukan
dan
unggas lain (mimicking). akan dan
memunculkan juga
mengikuti
gerakan
Tingkah laku allelometik
seekor
memunculkan
adalah perilaku
pemimpin fenomena
informal, kompetisi
PencahaJ'aall Sehagai UpaJ'a Pencegahan L'ekanlall pada Ungga~ 7ropis Berwffii'usan .4nimal U/e!fare
33
untuk menjadi pemimpin, tanpa melalui tingkah laku
agonistik.
ditunjukkan
Salah
dalam
satu
tingkah
mendapatkan
laku
ini
dan memulai
makan. Pada tingkah laku ini selalu ada seekor ayam yang mendahului kemudian
mendekat dan mematuk,
memanggil teman-temannya
(pecking
order). Apabila terdapat lebih dari satu sumber pakan,
maka
mencan
akan
kawan,
terjadi
dan
kompetisi
ayam
akan
saling memilih
kelompok. Apabila hanya satu sumber pakan, maka akan terjadi perebutan makanan.
Tingkah
laku
shelter-seeking
peritaku mencari tempat berlindung, dari
berbagai
matahari, predator.
ketidaknyamanan
angin,
hujan,
salju,
udara
dingin
untuk
mendapatkan
sengatan
beristirahat, seperti
terik
serangga
dan
Nenek moyang ayam hidup di hutan,
berlindung dan bertengger
berlindung
ialah
ayam
di
berkumpul
sayap
udara
Pada
bersama-sama
kehangatan.
bawah
matahari,
di pepohonan.
Anak
ayam
induknya
dingin
dan
darL angin
kencang.
34
PidalO Pengukt/hml Gllnl Be.far l.lni1.'ersilas Diponegoro -Dwi
Sunarli
Tingkah keingin
laku investigatif,
tahuan
Hngkungan, membau,
unggas
dengan
untuk
adalah peritaku mengeksplorasi
mengamati,
merasakan
mendengar,
dan menyentuh.
Tingkah
laku ini sangat terlihat apabila unggas memasuki daerah
yang
baru
dikenalnya
(Curtis,
1983;
Ensminger, 1992).
Curtis domestikasi
(1983) terhadap
yang terbatas,
menyatakan ternak
dalam
lingkungan
dan jauh dari lingkungan
untuk berbagai kepentingan perubahan
bahwa
aslinya
akan menrmbulkan
1erhadap perilaku
alamiah.
Secara
alamiah unggas jantan akan menunjukkan
postur
tubuh dan gerak khusus untuk menarik unggas betina, setelah kawin unggas jantan pergi begitu saja
Oomestikasi
mudah
membuat unggas jantan lebih
bertemu
melakukan unggas
unggas
perkawinan tersebut
betina
dan
berkali-kali,
dapat namun
kehilangan
sebagian
muda berinteraksi
erat dengan
kebebasannya.
Unggas induknya meniru,
saat baru men etas dan mengikuti
dan berperilaku
gerak-gerik
induknya
Pencahayaan SebagaiLrpayaPencegahwlCekaJtlanpada Unggm TropisBerwawa.~an Animal IVelfare
35
(imprinting). unggas
Pad a periode
memiliki
man usia biarkan
sensitif
kecenderungan
relatif berdekatan aktivitas
ini, induk membiarkan
dengannya,
geraknya
mem-
terbatas
dengan
harapan pada seat terbang atau meninggalkan induknya, mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, termasuk menyesuaikan diri dalam aktivitas makan, hingga aktivitas berreproduksi.
Meski
mengalami
domestikasi,
tingkah laku unggas tidak jauh berbeda
pola
dari pola
tingkah laku alamiah nenek moyangnya.
Hal ini
dapat dilihat pada perilaku mengais pakan (feed seeking), mematuk-matuk
bulu (feather pecking),
kopulasilkawin, reaksi terhadap panggilan bahaya dan
perilaku
mampu
belajar
secara
tetap
temu-kenal
menggunakan mengenali makanan dan
pengalaman
dan bunyi
bahwa
tertentu,
waktu
pad a
demikian tingkah
ini
Namun
generasi
dilatih Dengan
ayam
makan
tidak
Ayam
bits
berkali-kali.
telah tersedia.
keterampilan
diturunkan
36
dari
(courtship).
dapat
tiba,
atau
pengetahuan
secara
otomatis
berfkutnya.
laku ini dapat dilatihkan
Walau oleh
I'idalo l'engukuhcm Gt'l1l Besar Universila, Diponegoro --DK'i .S'tmarti
induk
pada
masa
mengikuti
imprinting
induknya).
(meniru
Hal
dan
yang
perlu
mendapatkan perhatian dalam upaya domestikasi adalah
siklus tingkah
laku
rutin, tingkah
laku
so sial dan tingkah laku genetis.
Siktus respons
tingkah
ayam terhadap
misalnya
suhu
terang,
hormonal. yang
perilaku
rutin
merupakan
sinyat-sinyal
tingkungan,
sedangkan
mempengaruhi
laku
musim,
sinyal rutin
eksternal gelap
internal adatah
dan yang
aktivitas
Itik yang mandi pad a interval waktu
tetap
setiap
harinya
merupakan
contoh
peritaku rutin. Kalkuri dan ayam memulai harinya dengan
mencari makan,
mereka
mandi debu (dust bathing).
mencari
tempat
beristirahat harinya.
dan
Siklus
dan menjelang
bertengger tidak
Sore hari
(roast)
aktif sampai
siang
untuk
keesokan
musim juga akan berpengaruh
pad a aktivitas kawin beberapa spesies.
Tingkah faku sosial dapat difihat karena unggas
dalam kelompoknya
saling berinteraksi
satu dengan
yang lain. Interaksi ini membawa
konsekuensi
bahwa pola perilaku tiap individu
Pelzcahayaan .wbagai Upaya PencegahO1ICekmllGn pada ('ngga~ Tropis BerwQ\vas/111 rlnimal We(faJ"e 37
mengalami modifikasi untuk saling menyesuaikan. Unggas
cenderung
berkelompok
sosial
secara
homogen (tiap spesies) dalam alam bebas, akan tetapi dapat pula hidup secara heterogen dengan kelompok lain yang jelas berbeda dalam spesies, jenis kelamin dan umur. Kemampuan bertoleransi dengan
kelompok
lain satu
dalam area
kehidupan
heterogen
dalam
lebih
banyak
ditunjukkan
pada unggas yang telah mengalami
domestikasi.
Pada industri modem
diperlukan
mengenai
perunggasan adanya
perbedaan
bangsa dan strain
intensif
catalan
perilaku
dan
(recording)
antarspesies,
terhadap lingkungan tertentu,
sehingga dapat mempermudah seleksi yang tepat bagi program berhasil
pemuliaan.
dilakukan
meminimalkan
Seleksi
semacam
daJam memperbaiki
agresivitas,
libido,
sifat mengeram
keindukan- ayam. Ayam lokal diketahui
ini
dan
bertelur
pada siklus 26 jam per butir telur dan dalam satu siklus
(clutch)
menghasilkan
11-15
butir,
dan
selanjutnya dieram. Dalam satu tahun ayam lokal hanya mampu memproduksi 5-6 siklus.
38
Pidato Pengukuhml GUIU Be.far Uniwrsitas Diponegoro -D14'i .'iilnm.ti
Pengertian bertelur atau
clutch
terus-menerus
istirahat
menerus.
adalah
masa
dan kemudian
setelah
Pada rase
ayam
berhenti
ayam
bertelur
terus-
tersebut
pejantan
hanya
datang dan pergi dari sarang dan secara teratur mengawini betina. Anak-anak ayam hasil eraman secara naluriah segera mengikuti induk, makan dan dieram.
Demikian
ayam selalu bersama sampai dengan mengembara
secara
rutin anak-anak
hingga beberapa
suatu saat mereka dan
memanjat
minggu
akan pergi
pohon
untuk
bertengger.
Ayam-ayam ayam-ayam awal
liar.
dilakukan
modern
dikembangkan
Domestikasi terhadap
maupun
kadar
dan
daging, agresi, kebiasaan mematuk, pada
paha,
respons
sosial
dan
dari
seleksi kualitas
perlemakan warna
yang
menarik. Domestikasi terhadap ayam liar dengan berbagai
perubahan
perilaku
mampu
ningkatkan
produksi tel~r hingga mencapai
me300-
365 butir/tahun.
PencahayaanSebagaiUpa;'a PencegahanCekamanpada UnggasTropis BenvUlva.vUJl Animal ~'elfare
-
39
Tingkah molting.
laku
Molting
alamiah
unggas
merupakan
proses perontokan
bulu.
masa
adalah
terjadinya
Molting dikontrol
oleh
gonad dan kelenjar tiroid yang berhubungan
erat
dengan turunnya tingkat estrogen.
Faktor
penyebab
molting,
hormonal di atas juga disebabkan fisiologis, lama waktu pencahayaan, dan kelembaban. beberapa pada
selain oleh
kondisi
nutrisi, suhu
Dalam industri perunggasan
negara,
program
molting
ayam-ayam
berumur
24
pembatasan
faktor
air minum,
dilakukan
bulan
kualitas
di
melalui
dan kuantitas
ransum serta pembatasan program pencahayaan dengan tujuan untuk mendapatkan
produksi yang
lebih baik pada saat siklus produksi kedua pasca molting. ASOHI
(2001)
dalam
Buku
Setengah
Abad Ayam Ras di Indonesia menjelas~an bahwa usaha ayam ras baik petelur maupun pedaging dari berbagai setengah
aspek
abad,
ayam ras kepada
40
yaitu
telah sejak
berjalan
lebih dari
diperkenalkannya
masyarakat Indonesia
Pillara Pellgukrlhwl Guru Besar Un;ver"ita, D;ponegoro
melalui
Duo; Sunarti
i
program Rencana Kesejahteraan 1950,
hingga
program
Istimewa tahun
Kemitraan
1997.
Intensifikasi
budidaya
ayam
buras
telah
memberikan
konstribusi
yang
sangat
nyata
terhadap peningkatan konsumsi daging dan telur masyarakat.
Namun
perunggasan
di
perkembangan
Indocesia
tidak
industri lepas
dari
berbagai konflik dalam rangka menjaga popu!asi unggas
lokal
Perlindungan
dan
usaha
peternakan
rakyat.
dan perhatian pemerintah terhadap
perunggasan
d~unjukkan
dengan
adanya
program bimas ayam, pembinaan usaha Keppres
No.50/1981
No.22/1990 Keppres produksi
yang
dig anti
dan pada akhimya No.
85/2000.
petemakan
meningkatkan bulan dengan
Dan
melalui Keppres
dicabut
melalui
aspek
teknologi
ras
mampu
ayam
per1umbuhan dari 1 kg selama 2 konversi
pakan 2,5 pada tahun
1960-an menjadi hanya 35 hari dengan konversi ransum sebesar 1,62. Sedangkan ayam petelur, pada tahun 1960-an produksi yang dicapai hanya 200
butir/tahun
butir/tahun.
meningkat
menjadi
300
Populasi ayam buras, ayam petelur,
ayam broiler dan itik
senantiasa
meningkat dari
tahun ke tahun karena jenis-jenis unggas di atas ncahayaanSebagaiUpayaPencegahanCekamanpatia Unggm TropisBerwawa,anAnimal Welfare
4t
merniliki segmen demikian,
pasar yang berbeda.
pengembangan
modernisasi
Namun
teknologi
perunggasan
yang
ada
dan belum
banyak menyentuh ranah animal welfare.
Aspek
Standar
dapat
Fisiologis
normalnya
lain kondisi
ditunjukkan ya,itu;
nyaman
dari
bagi ayam
standar
fisiologis
suhu tubuh ayam dewasa .:!:
41 ,49°C ; angka respirasi 20-30 kali/menit; jumlah darah .:!:7% berat badan; tekanan darah 150-190 mmHg,
jumlah
berjumlah
lekosit didominasi
40.000-80.000/mm3.
ayam dewasa 250-350/menit, chick 300-560/menit. old
chick
235
oleh
limfosit
Denyut jantung sedangkan day old
Kadar glukosa plasma day
mg/100
ml,
sedangkan
ayam
berumur 2-5 bulan 242/100 mi. Jumlah eritrosit ayam
betina
2,72 juta-3 juta/mm3,
sedangkan
ayam jantan 3,24 juta-3,8 juta/mm3.
6. PERAN PENCAHA Y AAN
lingkup Cahaya
Kebutuhan
cahaya
pada
unggas
ditentukan oleh bangsa unggas, type, dan strain; tujuan produksi,
42
umur unggas, sumber cahaya
Pidato Pengukuhan Grim Besar Universita5 Diponegoro -Dwi
Sul/arti
I
dan lingkungan. program
Sampai
pencahayaan
Berbagai
hasil
namun
saat
penelitian
program
ada
yang baku bagi unggas. dapat dimanfaatkan,
sangat disarankan
manipulasi
ini belum
sebelum
melakukan
pencahayaan
hendaknya
mengkaji terlebih dahulu pola pertumbuhan
serta
karakteristik unggas yang dipelihara.
Jenis
lampu
juga
penting
neon memancarkan terang
dibanding
diperhatikan
karena
intensitas cahaya 3 kali lebih pijar biasa.
Demikian
pula wama cahaya akan memancarkan
intensitas
cahaya
yang
menurunkan
lampu
berbeda.
dingin
efisiensi daya gelombang
Kandang
yang
pemantul
cahaya
yang
Suhu
ditangkap
berdebu juga
serta
ayam.
dalam Widjaja (1999b) melaporkan
cahaya.
terdapatnya
menurunkan
oleh mata
akan
intensitas Bill (1995)
bahwa pada
suhu 5°C intensitas ~ampu neon hilang
sampai
40% bila dibandingkan dengan suhu kamar.
Manipulasi sebenarnya dasarnya
sudah
program ban yak
tingkup pencahayaan
pencahayaan dilakukan.
Pada
dalam siklus 24
jam acta 4 macam yaitu : lama pencahayaan 'encahayaan .\'ebagai Upaya Penc'egahO1ICekaman pada Unggas 7ropis Ben.'awasan Animal UfelJare
43
(photoperiode) ,
cahaya
(light
;ntensitylillumination) , warna/gelombang
cahaya
(light
intensitas
colour/spectral
composition)
maupun
pemberian cahaya secara berselang (intermittent light).
Berbagai
teknik
pengaturan
lama
pemberian cahaya dalam satu siklus 24 jam telah
Lama Pencahayaan
digunakan
sebagai
upaya
untuk
memperoleh
respons atau performans yang paling bagus pada unggas.
Morris
pengaturan (8L:16D)
(1994)
8 jam
mengatakan
terang
menunjukkan
merangsang
2 jam
16 jam
gelap
produksi telur sebanyak
288-298 butir per ekor/tahun. pencahayaan
dan
bahwa
Peningkatan
dari 8 jam
pendewasaan
lama
ke 10 jam,
kelamin
dan
meningkatkan fertilitas (Brake, 1990). Lebih lanjut dikatakan
bahwa lama pencahayaan
jam menunjukkan
kecenderungan
yang sarna, namun penambahan
8 dan 10
produksi telur pencahayaan
menurunkan kec~patan peneluran dan berat telur.
Austic dan Nesheim,
(1990) mengatakan
bahwa lama pencahayaan lebih dari 17 jam akan
44
Pic/ala Penj?ukuhall Guru Besar [Jniversi(av Dipanej?ora -Dwi
y
Slinarti
menyebabkan produksi
unggas depresi, terjadi penurunan
telur.
Lama
pencahayaan
dengan 14 jam masih menunjukkan maksimum. dilakukan
Penelitian oleh
mengatakan
Leason
sampai
produksi telur
sebelumnya dan
yang
Summers
(1988)
bahwa program pencahayaan
10 0 menunjukkan
14L :
produksi telur 9% lebih tinggi,
akan tetapi kualitas kulit dan berat telur menurun.
Intensitas
Intensitas
Cahaya
cahaya
merupakan
kekuatan
atau kemampuan
sinar yang dipancarkan
oleh
cahaya
cahaya
dari
dimana
alami
berasal
matahari (North and Bell, 1990). Menurut Nassau (1983),
intensitas
cahaya
dinyatakan
dalam
energi per satuan luas. Intensitas cahaya alami dari hari ke hari akan berbeda, karena intensitas dipengaruhi oleh posisi matahari, keadaan awan, kelembaban
udara
dan
panjang
gelombang
cahaya (North and Bell,1990). Kuatnya intensitas cahaya dari suatu sumber cahaya menggunakan candle
(fc).
dapat diukur
satuan cahaya yang disebut. feet Satu feet candle
adalah
kuatnya
penyinaran yang jatuh pada suatu bidang seluas 1 feet persegi
dan be~arak 1 feet dari sumber
PencahayaallSebagaiUpayaPencegahm!Cekanlanpada UnggasTropi.sBerwawasanAnimal U;elfare 45
penyinaran
yang
berkekuatan
and Bell, 1990).Lebih
1 candle
lanjut dikatakan
(Nor1h bahwa
kekuatan penyinaran suatu sumber cahaya pad a suatu bidang, berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara bidang dengan sumber penyinaran. Hal tersebut dirumuskan dengan :
E = Clif dimana
E = kuat penyinaran (feet candle) C = kuat sumber penyinaran ( candlelwatt) d = jarak bidang dengan sumber cahaya
Hubungan
lux dan feet candle adalah;
1
lux = 0,0929 fc atau 1 feet candle = 10,76 lux (Nor1h and Bell,1990). persegi
setara
broiler
dibutuhkan
Satu watt per 0,37 meter
dengan
10,8 lux.
cahaya
terang
ayam dengan
intensitas
1O-2O lux dan cahaya gelap dengan
intensitas
sekitar 1-3 lux. Intensitas cahaya dapat
diketahui dengan menggunakan luxmeter digunakan
46
Pada
atau
suatu alat yaitu
spectrofotometer
selain untuk
mengetahui
yang
dapat
intensitas
Pidato Pengukuhan Glint Be.far l.!nivers;taf D;ponegoro-
/)\4'; Sunarti
Icahayaan
juga
untuk
mengetahui
panjang gelombang
cahaya (Nassau, 1983).
Pengurangan
intensitas
cahaya
yang
masuk dalam kandang dapat dilakukan
dengan
pemasangan
dinding
kandang.
filter
pad a
sekeliling
Menurut Nassau (1983) beberapa filter
cahaya yang dapat digunakan yaitu kaca, kristal, gelatin atau plastik yang terbuat dari bahan yang mampu menyerap dengan baik.
Warna
cahaya
yang
berbeda
akan
Warna
dihasilkan dari panjang gelombang
Cahaya
berbeda pula (Morris, 1994). Agar ayam dapat melihat
sesuatu
penglihatan, mata
yang
terletak
cahaya yang
pada
wilayah
harus ada cahaya yang melintas ke
dan membentuk
suatu
gambaran
pada
retina.
Hal sensoris
ini (batang
akan
merangsang
-dan- kerucut)
reseptor
menghasilkan
impuls yang dipancarkan
ke otak bagian visual
cortex.
(1983),
Menurut
mempunyai
Nassau
warna
merah
intensitas yang kuat sedangkan
Sebagai Upaya Pencegahan Cekaman pada Unggas Tropis Be~'awasan ,.Jnimat U'"elfare
47
Tabel2.
Pengaruh Berbagai Warna Cahaya
w~~~ Cahaya
Parameter Merah
Produksi
Oranye
Meningkatkan
oertumbuhan Menurunkan
Kuning I Hijau x
x
efisiensi pakan Memperlambat dewasa kelamin
x
x
x
Mempercepat
Biru x
x
x
x
dewasa kelamin x
I Memperlebar~ata
x
I MenQuranQi stress
Menurunkan
x
x
kanibalisme x
Meningkatkan oroduksi telur Menurunkan produksi telur
x
x x
Meningkatkan ukuran telur
x
Meningkatkan fertilitas telur Menurunkan fertilitas peiantan
x
x
Sumber
dibawah
: North and Bell, 1990
warna
ini adalah oranye,
kuning dan
hijau. Warna biru, hitam, violet dan cyan (biruhijau)
merupakan
warna
dengan
intensitas
rendah dan warna putih merupakan warna yang mampu mendistribusikan
48
cahaya dengan baik.
Pidalo Pengu"7~han Gum Be..ar Unive/:sitas Diponegoro -D-,..1 ,'I:l~narti
II
Panjang gelombang untuk merah adalah 700 nm, oranye 600 nm, kuning 580 nm, putih 560 nm, hijau 520 nm, cyan 488 nm, biru 480 dan violet 400
nm.
bahwa
North
dan
Bell
terdapat
efek
warna
beberapa
hal,
seperti
(1990)
menyatakan
cahaya
terhadap
pertumbuhan,
dewasa kelamin, produksi,
tingkat
berat telur dan lain-
lain, terlihat pad a Tabel 2. diatas.
Pencahayaan (1993)
berselang.
program
Pencahayaan
merupakan
Berselang
menggabungkan
Menurut Etches
pencahayaan
program antara
berselang
pencahayaan
dengan
periode
dengan
gelap
periode terang. Program pencahayaan
berselang
pertama diterapkan tahun 1970, karena adanya suatu dorongan yang mempengaruhi yaitu harga minyak di dunia naik dan biaya listrik mahal, hal ini menjadi elemen utama dalam biaya produksi unggas.
Atas
Tienhoven
dasar dan
hal
Ostrander
mempraktikkan
rencananya
produksi
yang
telur
tersebut
maka
(1973)
Van mulai
untuk mendapatkan
maksimal
dari
program
pencahayaan berselang.
'encahayaat/SebagaiUpayaPencegahanCekamanpada UnggasTropis Beni'a\vatQJ/.4nima/ ff'e/fare
49
Menurut
Rowland
(1985)
perbedaan
program pencahayaan berselang yang diterapkan pada unggas petelur diklasifikasikan macam
yaitu
Sedangkan sendiri
Cornell, Biomittent program
dialokasikan
6L:60:6L:60
Lebih
lanjut
symmetrical
asymetrical
dinyatakan
berpengaruh rata-rata
dan menambah
ukuran telur,
dewasa
dengan
program
pad a lamanya
peneluran
akan berpengaruh
kelamin
yaitu
(Morris,1988).
bahwa
interval ovulasi,
asymetrical
2 kategori
10L:40:2L:80
akan
berselang
dengan pola pencahayaan
dan program
pola pencahayaan
3
dan French.
pencahayaan menjadi
program symmetrical
menjadi
berkurang
sedang
program
pada lambatnya
dan menambah
ukuran telur,
tetapi mengurangi rata-rata peneluran. Biomittent dan
Comell
berselang
merupakan pada
progam
katagori
asymmetrical.
Sedangkan
French
merupakan
pencahayaan
berselang
katagori symetrical.
sisi lain West (1979) mendifinisikan gelap-terang dengan
program Oi
bahwa siklus
yang lengkap dalam 24 jam disebut
hemeral,
siklus gelap-terang
50
pencahayaan
sedangkan
ahemeral
adalah
yang tidak persis selama 24
Pidu(o Pengllkuhl1J! (i'urn Besar 1}IIivel:si(as Dipollegoro -Dwi
S/llIarti
jam ,misalnya gelap 12 jam:terang
13 jam. Siklus
semacam ini pernah dianjurkan untuk diterapkan pada manajemen ayam petelur mengingat siklus bertelur ayam antar 2 oviposisi lebih dari 24 jam.
Beberapa pencahayaan memiliki
peneliti
membuktikan
bahwa
berselang
(intermittent
light)
keistimewaan
dalam
mempengaruhi
lama interval ovulasi, rata-rata jumlah peneluran, ukuran
telur,
menurunkan
dewasa
berselang
1988); ransum
41% dan 9% (Mid ley etal., 1988). pada
disimpulkan
(Morris,
biaya listrik dan konsumsi
masing-masing Sedangkan
kelamin
penelitian
Etches
bahwa penggunaan
(1993)
pencahayaan
15 menit terang, 45 menit gelap akan
lebih ekonomis
karena dapat menghemat
15%
konsumsi pakan tanpa mengubah produksi telur. Suatu penelitian bertujuan mencari alternatif bagi peternak
untuk menentukan
dalam pengumpulan mengatakan
bahwa
waktu yang
tepat
telur puyuh. Sunarti (2000) pada
tingkat
pencapaian
produksi yang sarna, maka dapat dipilih program 12 jam terang : 12 jam gelap dengan waktu ertefur terbanyak
antara jam 14.00 -16.00
WIB atau
ncahayaQ11Sebagai UpO)'a Pencegahan Cekan,an pada Unggas Tropis BerM'{}\va.~QtI.lnima' Welfare
51
program 15 menit terang : 15 menit gelap dengan waktu telur amara jam 04.00 -06.00.
6.1. pengaruh
Cahaya Terhadap Fisiologis
Unggas Pencahayaan
Respons Fisiologis
pads ternak
dapat lepas dari proses hormonal. kelenjar
utama
senantiasa
dalam
tubuh
memproduksi
hipotalamus,
unggas tidak Terdapat unggas
yang
hormon yaitu hipofise,
pineal, tiroid, paratiroid,
ultimobranchial,
10
pancreas,
adrenal
ovarium,
testes
(1990)
menjelaskan
bahwa
(Ensminger, 1992). Nalbandov cahaya
melalui
retina
mata
akan
diteruskan
melalui syaraf mats menuju hipotalamus anterior,
kemudian substansi untuk Hormon
merespon yang
dengan
merangsang
memproduksi ini bersama
melepaskan
kelenjar
hormon
hipofise
gonadotropin.
aliran darah merangsang
ovarium serta organ reproduksi lain. Oi sam ping itu hormon juga membantu folikel telur di gonad, jengger
perkembangan
bulu dan
pada ayam petelur. Oi sisi lain, cahaya
juga memacu
52
proses pematangan
kelenjar tiroid untuk menghasilkan
Pidato Pengukl.lhan Guru He,var Universitas f)iponegoro -j)-..'i Sunarti
II
hormon
pertumbuhan
metabolisme.
untuk
androgen
pembentukan
hormon androgen.
(Buyse
tingkat
hormon
rendah,
dan hormon
dengan
tingkat stres.
periode
kor1ikosteroid
steroid
menjadi
hormon
menjadikan
lebih gelap
berbanding
Tingkat
akan
proses
et al 1996),
bahwa selama
ternyata
rendah
gelap
ini ikut serta dalam
tulang
lanjut dinyatakan
yang
proses
Selain hat tersebut cahaya
juga memacu dilepaskannya Hormon
mengatur
lurus steroid
unggas
lebih
tenang dan cukup istirahat.
Kelenjar
pineal berlokasi
di bagian atas
otak ayam sebagai penghasil hormon melatonin. Hormon ini merupakan
hat menarik dan banyak
diteliti dalam dekade terakhir ini. akan
merangsang
sekresi
berperan dalam memperbaiki
Cahaya gelap
melatonin
yang
respons kekebalan
ayam broiler. Oleh karenanya penggunaan sistem pencahayaan
terang-gelap
pad a broiler
menekan
kasus-kasus
spiking
syndrome
dan hipoglisemia
(Widjaja,
lebih
lanjut
Widjaja
(1999a,b)
dapat
mortality 1999b).
menyatakan
bahwa skor lesio pada saluran pernafasan ayam "encahQ}'aan
.S'ebagai Upaya
PenC'egahan (,'ekmtla1l pada Unggas
lrQpi.~Ben"m"a.\,(J11
AnimallVefjare
53
sangat menurun,
setelah
bronchitis
aktif.
program
pencahayaan
meningkatkan
Hal
divaksinasi
ini
infectious
membuktikan yang
kekebalan
bahwa
tepat
dapat
ayam broiler.
Hal lain
dijelaskan pula bahwa melatonin mampu bekerja sebagai
antioksidan,
sehingga
dapat
bekerja
sarna dengan vitamin E untuk mengikat
unsur-
unsur radikal bebas dalam tubuh yang sangat merugikan. dalam
Penting
keadaan
untuk diperhatikan,
gelap
melatonin
bahwa
akan
terus
mengatur proses metabolisme
dan proses retensi
nitrogen
sehingga
proses
berlangsung
secara
secara
pertumbuhan
maksimal,
ayam
terus
maksimal sesuai dengan potensi genetiknya.
6.2. Pengaruh
cahaya
terhadap
tingkah
laku
unggas Deskripsi
Respons Tingkah Laku
tingkah
laku
hewan
Ensminger (1992) adalah reaksi yang ditimbulkan karena adanya rangsangan yang
timbul
Sedangkan
kareoa tingkah
laku
tertentu atau reaksi
gengaruh
lingkungan.
menu rut Fraser
Broom (1990) adalah kondisi spesifik otot, pergerakan
54
menurut
dan
kontraksi
dari salah satu bagian tubuh,
PidalO Pengukuhan (rurn Besar Uni,,-ersila.5Diponexoro -D-.vi ,'i'unarli
Pergerakan menyesuaikan
unggas
diri dengan
dalam kondisi
dan individu yang lain. Wodzicka
upaya
lingkungan
et a/. (1991)
menyatakan bahwa tingkah laku (animal ethology) sangat penting
dalam
berg una
mengetahui
untuk
mengatasi
proses
penjinakan
yang
bagaimana
ternak
Appleby
(1992)
lingkungannya.
menyatakan tingkah laku merupakan
bagian dari
fungsi umum ternak yang sangat spesifik dalam rangka
penyesuaian
mempertahankan
dengan
lingkungan
dan
kenyamanan.
Tingkah laku dasar pada ternak menurut Wodzicka
et a/. (1990)
terdiri
dari
beberapa
kriteria yaitu tingkah laku ingestif, shelter seeking, investigation,
ailielometik,
agonistik,
eliminatif,
care giving dan tingkah laku anak untuk minta perhatian dari induk (care soliciting), tingkah laku seksual dan tingkah laku bermain. Ditambahkan oleh Fraser dan Broom (1990) bahwa ternak juga memiliki tingkah laku tidur dan istirahat.
Blockhuis
(1984)
menjelaskan
bahwa
istirahat adalah waktu yang panjang dalam
PencahQ}'aan Sebaga; Upaya Pencegahan Cekanla11pada Unggas Trapis Benl'aK'aS{DI.4n;maIIVelfare
55
ketidakaktifan.
Bentuk
istirahat dipertimbangkan
sebagai salah satu cara adaptasi tingkah yaitu
mengurangi
kehilangan
panas
laku
melalui
jengger dan pial. Pada pengamatan tingkah laku istirahat dibedakan menjadi (dozing)
dan tidur
keadaan mengantuk
(sleeping).
Appleby
(1992)
menyatakan
bahwa tingkah laku unggas terdiri
dari tingkah
laku bermain,
makan dan minum,
mengkais tanah (dushbathing) , membuat sarang (nesting), tenggeran
(roosting),
berguling-guling
(crawling), mematuk
(pecking) dan tingkah laku
reproduksi.
Intensitas dan warna cahaya mempunyai pengaruh
nyata terhadap
dan ayam
(Newberry
pertumbuhan
et al., 1987).
puyuh
Intensitas
cahaya yang tinggi penting pada minggu pertama pericde
pemeliharaan
yang
akan
unggas
untuk menemukan
Setelah
1tu intensitas
harus
cahaya
alam
mencegah
untuk
pakan
membantu dan minum.
rendah
dibanding
kanibalisme.
Penambahan intensitas cahaya yang terlalu tinggi dalam suatu tick juga dapat menyebabkan
ayam
stres (Cavalchini et aI, 1984).
56
Pidato PenKukilhOll Gum Be.'iar Unive/:vitm Dipolle,~oro -/)tvi ,'i'un<Jrti
North
dan Bell
(1990)
menyatakan
cahaya yang tinggi dibutuhkan
intensitas
untuk anak ayam
pads saat pertama dipelihara atau umur 3 hari, guns Pads
mempercepat saat
belajar makan
di indukan
4-7
dan minum.
minggu,
intensitas cahaya yang digunakan
tingkat
adalah 3,5 fc
atau 35 lux. Intensitas cahaya yang rendah sering digunakan
untuk
mengurangi
aktivitas
dan
kanibalisme (Cherry dan Barwick, 1962). Weaver dan Siegel (1968) menemukan
bahwa aktivitas
makan akan bertambah dengan adanya kekuatan cahaya. Selanjutnya ditambahkan
oleh Newberry
et at. (1986) bahwa aktivitas unggas lebih besar di bawah intensitas yang tinggi (12 lux) dibanding intensitas
rendah
(5 lux). Tingkah
berdiri dan total aktivitas
laku jalan,
yang ditemukan
oleh
Newberry et a/. (1988) lebih tinggi pada intensitas di bawah 180 lux dibanding
6 lux, akan tetapi
tingkah laku makan dan minum tidak terpengaruh oleh intensitas cahaya. Selanjutnya ditambahkan bahwa proporsi
berdiri dan aktif antara pagi dan
malam sangat berpengaruh. (1968) menemukan
Wheaver dan Siegel
bahwa tingkah laku makan
paling besar pada jam 08.00 dan karakter ini
mulai nampak Siegel
pad a jam 07.30 setiap harinya.
(1984)
.pertumbuhan
menyatakan
secara
umum
broiler lebih baik dengan intensitas cahaya yang rendah.
Intensitas pertumbuhan Intensitas
cahaya
menyebabkan Penambahan
lebih
besar
unggas
itu
akan
mematuk.
penerangan melebihi angka optimal
kerontokan pakan Sturkie
digunakan
dari
saling
di atas dapat menyebabkan
intensitas
masa
paling optimal adalah 0,5 fc (5 lux). yang
konsumsi
selama
kanibalisme,
bulu dan berpengaruh dan minum
pada
dan Bell, .1990). menyatakan bahwa
(1986)
(North
saling-patuk,
-.
cahaya antara 2 -50 lux masih dapat dan tidak mengganggu
pertumbuhan.
Hill et aJ(1988), Tucker dan Charles (1993) yang dikutip
oleh Morris
(1994)
menyatakan
bahwa
penurunan intensitas cahaya dari 34 lux menjadi 1,75
lux
produksi. dan
tidak
berpengaruh
Penelitian
Wathes
nyata
~
terhadap
yang dilakukan oleh Alsan
(1991)
menunjukkan
bahwa
perbedaan yang nyata antara pengaruh intensitas cahaya dan panas terhadap tingkah laku unggas.
58
~
Pidato Pengukuh(l1l (mrtJ Besar Uni1.'ersitas Diponegoro -Dwi Sunarli
/
Penelitian menunjukkan
lain
pada
itik
dan
puyuh
bahwa cahaya merah (sekitar 620
nm) lebih merangsang dibanding cahaya lain. Hal ini disebabkan tengkorak.
karena cahaya merah menembus
dan
otak
lebih
efisien
cahaya lain. Sedangkan
cahaya
respon yang maksimum
dibanding
untuk mE~njangkau hipotalamus jumlah
photon
dibanding
hijau memberi cahaya
lain
dengan catatan
harus sarna (Foster dan Follet,
1985).
IVlenurut Foss et al. (1972) ayam petelur di bawah
cahaya
banyak
pakan dibanding
Sedangl(an bawah
merah
konsumsi
warna
mengkonsumsi hijau,
pakan
biru sejalan
lebih
biru dan putih. yang
dengan
tinggi
di
rendahnya
aktivitas, yang lain seperti jalan, saling patuk dan sebagainya.
Penelitian
yang
dilakukan
Prayitno et al. (1994) menemukan makan
tidak
dipengaruhi
namun timbulnya
keadaaan
oleh
untuk
bahwa waktu warna
cahaya
ayam yang agresif,
_merentang atau meregangkan sangkalr lebih tinggi
oleh
sayap, mematuk unggas
di bawah
cahaya merah dan lebih sedikit untuk unggas
60
Pidato Pengl/kuhan Giro Besar Universitas Diponegoro --lJwi Sunarti
dibawah
cahaya
biru
dan
hijau.
Sedangkan
unggas dibawah cahaya putih berada di tengahtengah arltara cahaya
merah
dan cahaya
biru
serta hijau. Selanjutnya ditambahkan bahwa tidak ada pengaruh dihabiskan
yang berbeda
untuk
dihabiskan
berdiri
untuk duduk,
pacta waktu yang tapi
waktu
yang
tidur-tiduran
(dozing)
dan tidur (sleeping) lebih besar untuk warna hijau, dan biru
Berbagai d~am
warna tirai berpengaruh
tingkah laku jalan,
namun tidak berbeda
nyata
istirahat dan agonistik
nyata pada pola tingkah
laku makan, minum dan panting. Pemakaian tirai pad a semua warna dapat mengurangi agonistik.
Tirai dengan warna-warna
gelap dE!ngan panjang 545
nm
seperti
mengurangi
gelombang
hijau,
aktivitas
biru
jalan
dan dan
aktivitas
cenderung antara hitam
350dapat
meningkatkan
waktu istirahat (Sunarti,2001)
PencahO)'aall ,'l'ebagai UpO)'~ Pencegahwl Cekmnan p(lda Unggas 7ropi.v Bern'u..'a.va1lAnimal JVe({are
61
6.3 pengaruh
Respons Pertumbuh
an
cahaya terhadap
dan produksi
pertumbuhan
daging
1:\I'1enurutCavalcini et aI, (1984) cahaya tidak h;anya diterima oleh mata, tetapi cahaya juga mampu menembus tengkorak berpen~~aruh
mengakltifkan
kepala dan
pituitari
mense~:resikan hormon gonadotropin.
untuk
Pengaruh
sesunglguhnya penyinaran adalah memacu syaraf reseptor ma~a. Rangsangan akan
jjiteruskan
tersekresikan
pada
tersebut kemudian
hipotalamus
somatotropic
sehingga
hormone
releasing
factor (STH-RF) dan tirotropik releasing hormone (TRH).
Faktor
meran~,sang
releasing
glandula
mensekresikan
STH
tersebut
pituitari dan
anterior
tiroid
akan untuk
stimulating
hormone (TSH), TSH akan merangsang
kelenjar
tiroid
Hormon
untuk
somatatropik
melepaskan dan
tiroksin
tiroksin. akan
merangsang
tubuh IJntuk meningkatkan aktivitas pertumbuhan (Bell dan Freeman, 1971 dan Card dan Nesheim, 1972).
Ditambahkan
menyatakan
bahwa
kelenjclr pituitari tiroid
beke~a
terhadiap
62
anterior secara
pertumbuhan
Isroli hormon
(1996)
pertumbuhan
can tiroksin simultan
yang
dalam
kelenjar kontrol
unggas menjelang
Pidata PengukuhanGuru Besar UniversitasDiponegoro- ~'i Sunarti
puber1as.
~iormon
berfungsi
memacu
pembentukan
somatotropik aktivitas
kolagen,
tubuh
sintesa
protein,
metabolisme
metabolisml3 lipid, metabolisme metabolism-e mineral.
dalam
Tiroksin
ion,
karbohidrat di dalam
dan tubuh
berfungsi memacu aktivitas-aktivitas
: peningkat-
an konsumsi oksigen, mempercepat
denyut nadi,
meningkatk.an aktivitas metabolisme,
meningkat-
kan cadan!Jan nitrogen, meningkatkan an
energi
dan
merangsang
pem-bentukan
hormon
!;omatotropik.
Meningkatnya
hormon
tersebut
menaikkan
akan
penyedia-
kedua konsumsi
ransum, sehingga per1umbuhan akan lebih cepat (Harper et a/., 1.979). Ditambahkan pula oleh Isroli (1996)
bahwa
peningkatan
kedua
hormon
tersebut pada unggas menjelang puber1as dapat memper1irlggi efisiensi
nafsu
penggunaan
laju metabolisme
makan,
meningkatkan
pakan dan meningkatkan
basal sehingga
meningkatkan
laju per1umbuhan, tetapi kadar yang terlalu tinggi akan memberikan
umpan balik negatif terhadap
pertumbUih_an. Kadar dalam
darah
menyebabkan
jika
kedua terlalu
kekerdilan
hormon rendah
terse but dapat
dan laju per1umbuhan
Pellcuhayaan ,')'ebagui Upaya PencegaJlmr ('ekalll{Jn pacia Ungga~ Tropi.~ Bel"I'Q\l'a.~ull..jnimul iVe!{ure
63
yang rE~ndah. Kerja hormon pertumbuhan mulai
postnatal
ternak
dan
mencapai
dewaSc3
efektif
pubertas,
tubuh
pertumbuhan
paling
ternak
efektif
pada
fase
karena
semakin
pengaruh
hormon
semakin menurun dan sebaliknya
hormon-hormon
lain
metabolisme
lipid
yang dan
menin~Jkat. Selanjutnya hormon-hormon
semakin
dapat dikatakan
setelah lebih
dengan
karbohidrat
lain yang berpengaruh
pertumbuhan pubertas
berkaitan
ternak
bahwa
terhadap
melewati
berpengaruh
awal
terhadap
penggemukan. Cahaya meningkatkan disamakan
secara
tidak
konsumsi
langsung
ransum
dan
sebagai metode pemberian
Sinar yang memenuhi
kebutuhan
akan dapat ransum.
dan brooder
yang memenuhi syarat akan memacu anak ayam untuk makan, sedangkan dalam keadaan gelap menYlulitkan
untuk
dapat
meningkatkan
nafsu
makan (McArdle. 1972).
6.4. Ffengaruh cahaya terhadap Selain berpengaruh
reproduksi
pada perangsangan
sekre~si hormon-hormon pertumbuhan, Card dan
64
Pidalo Pen"""kt,han CUrti Besar Universitas Dipone,I,'oro
l).vi S,marti
Nesheim (1 ~~72)menyatakan bahwa cahaya yang mengenai
Respons Reproduksi
bertelur.
untuk
rnata akan merangsang
merlsekresikan
hormon
hipotalamus
gonadotropin
releasing
(Glr:'
oksitosin
ke
dalam
anterior dan
hipofise
posterior.
Gonadotropin
releasing hormon berfungsi
merangsang
pelepasan
untuk
hormon-hormon
yang
dibentuk dil hipofise anterior yaitu FSH dan LH. Card dan Nesheim
(1972) menyatakan
FSH berfungsi untuk merangsang folikel-folikel
dalam
ovarium
bahwa
perkembangan dan
membantu
perkembangan ovarium. Apabila salah satu folikel sudah masak, hipofise
maka LH akan dilepaskan
anterior,
sehingga
terjadinya
ovulasi.
dihasilkan
oleh
progesteron
menyebabkan
Hormon-hormon
ovarium dan
menyebabkan
dari
adalah
yang estrogen,
androgen.
peningkatan
Estrogen
kadar
Ca, protein,
lemak, vi'lamin dan substansi lain di dalam darah yang
diperlukan
untuk
Estrogen
juga-merangsang
pubis
dan
hipotalamus
telur.
peregangan
tulang
pembesaran
memper:5iapkan ProgestE~ron
pembentukan
ayam berperan
betina
vent untuk
terhadap
untuk memproduksi
guna
kelenjar
LH dari
pituitari anterior
yang menyebabkan
pelepasan
yolk yang! sudah masak dari ovarium ke funnel atau infundibulum.
Yolk yang sudah masuk ke
dalam in1'undibulum langsung menuju magnum. Oi tempa1 ini albumen dan putih telur disekresikan untuk membalut kuning telur. Selanjutnya
kuning
telur den!~an suatu gerakan memutar meluncur ke bawah
ke
b:agian
bawah
cangkan~~ ditambahkan
oviduk.
Membran
ke dalam isthmus. Telur
berada di isthmus kurang lebih 20 jam. Pada saat peneluran,
sphincter
di
antara
kelenjar
pembentuk cangkang dan vagina dalam keadaan rileks,
~:elenjar cangkang
meningkatkan melalui
tekanan
berkontraksi,
ayam
perut dan telur
keluar
vagina dan terjadilah
proses peneluran
(Morris, 1994). I\pabila
peneluran
dimulai
yang terlalu awal,
melalui
dengan
cahaya
intensitas
siang- had
yang
terlalu
berukur;an
kecil.
Apabila
pada
peningkatan
umur cahaya
sangat
tinggi
atau
panjang,
telur
akan
peneluran
ditunda
sampai umur yang lebih tua, telur umumnya lebih besar
(Morris,
1994).
Lasley
(1975),
waktu
peneluran sekitar 13 jam setelah mulainya siklus
66
Pidato Pengukuhan Guru Be.far lJniversita~ Diponegoro -Owi Sunarti
gelap sehingga peneluran. Lebih lanjut dikatakan oleh Campl::lell dan berikutnya menurun
sekitar 30 sampai
pertama
kali bertelur
waktunya
akan
60 menit.
Unggas
unggas
tersebut
apabila
telah mencapai dewasa kelamin.
6.5. PengarlJh cahaya terhadap abnonnalitas Pene:litian Prayitno bahwa
Abnormalitas karena cahaya
wa~:tu makan
(1994)
tidak
membuktikan
dipengaruhi
warna cahaya, tetapi mempengaruhi ayam,
akti\fitas
sayap
(stretching).
meningkatkan sedangkan aktivitas
merentang Warna
aktivitas dibawah
tersebut
dan
agresivitas
meregangkan
cahaya
mematuk
cahaya
diatas
oleh
biru
merah sangkar
dan
hijau
lebih rendah.
Unggas
dibawah cahaya putih berada di antara
cahaya
merah dan cahaya biru serta hijau. Lebih lanjut Prayitno
(1994)
berwarna
hijau, biru meningkatkan
dihabiskan
menyatakan
untuk
bahwa
duduk, tiduran
cahaya
waktu yang (dozing)
qan
tidur (sleepling) sedangkan warna cahaya merah justru
meningkatkan
Pemberian
cahaya
merah
aktivitas terang
siklus hidup akan meningkatkan
(walking). pada
awal
jumlah waktu
67
berjalan. nnakan, menggeliat,dimana memungkinkan kebutuharlnya.
ayam melakukan exercise sesuai Pada
meningka1:kan
hal tersebut
proses
kekuatan
berlanjut
tulang
dan
dapat
menekan
risiko abnormalitas (dischondroplasia). PE~makaian tirai
pacta berbagai
warna
cenderun'g mampu sedikit mengundurkan dewasa ketamin dlan meningkatkan
bobot badan pubertas.
OJ sam ping hal tersebut pemakaian warna tirai hijau cenderung mengakibatkan
dewasa kelamin
paling lal'nbat serta bobot dan be rat telur paling tinggi (Sunarti.2001)
7. PROEILEM PERUNGGASAN 01 OAERAH TROP'IS ~~ondisi daerah tropis termasuk Indonesia dikenal
memiliki
temperatur
dan
kelembaban
tinggi (1lebih dari 24°C dan 40%), yang kondisi
Problem Perunggasan
tersebu1: sering
menimbulkan
~kam~n
pada
unggas yang pada akhirnya berakibat turunnya produksii.
Problem
utama
daerah
tropis
yang
sering dijumpai adalah tingginya angka mortalitas
68
Pidato Pengukuhan Gtlnl Besar Univel-sitas Dipolzegoro --Dwi St/narti
(diatas
10%).
OJ samping
sulitnya menghasilkan beret daging, yang
hal
performans
produksi telur,
sesu.3i dengan
tersebut
juga
(bobot badan,
konversi
ransum)
potensi
genetik.
standar
Nor1h (198~.), menyatakan bahwa setiap kenaikan temperatur kandang 3°C akan secara nyata mempengaruhi performans unggas yang dipelihara.
Sehubungan dengan tingginya temperatur dan kelembaban di daerah tropis perlu diketahui bahwa
banyak
faktor
yang
mempengaruhinya
antara lain: umur unggas (bobot badan), panjang waktu ter~laan panas, suhu air minum, sirkulasi udara, unggas
be:sarnya
radiasi
per m2.
Secara
unggas
senantiasa
mempertahankan evaporasi
suhu
aktivitas,
kepadatan
fisiologis
sebenarnya
berupaya
untuk
tubuhnya
(pernafasan,
(mengurangi
maupun
melalui
dan panting), mencari
konduksi
tempat
dingin),
konveksi ( menjauhkan sayap dari tubuh), radiasi (Iewat banyak, lanjut,
pE~mbuluh darah ekskresi ejfek suhu
pe rife r) , minum
(kadang-kadang tinggi
apabila (jiikuti dengan
akan
lebih
diare).
Lebih
semakin
besar
kelembaban
yang tinggi.
69
Kombinasi suhu dan kelembaban serta kombinasi faktor-faktor suhu
tersebut
mengakibatkan
1ubuh unggas.
Kondisi
kenaikan
ini
merupakan
cekaman. Pada
suhu
kelemb,aban
55%,
lingkungan maka
suhu
37°C tubuh
menin~lkat menjadi 45°C, sedangkan ambierl maka
yang
sarna dengan
suhu tubuh
unggas
dapat menyebabkan
perunggasan
berhut)ungan
dengan
adalah
stress
heat
syndrome udara
unggas
pada suhu
kelembaban menjadi
kematian.
pad a industri
dan
75%
47°C
dan
Kasus kematian
di Indonesia
suhu
dan
syndrome.
yang
kelembaban Heat
stress
lazim terjadi pad a waktu dini hari saat
dingin
ataupun
matah,ari, bahkan
siang
seringkali
hari
dijumpai
saat
terik
kematian
ayam mendadak. Hal ini dapat dimengerti karena pada udara dingin unggas akan menguras energi dalam rangka mempertahankan sementara
suhu tubuhnya,
pada udara panas proses metabolis-
me pakan akan melepaskan
panas yang.harus
dilepaskan melalui proses evaporasi (penguapan melalui
udara pernapasan)
bahkan
mengalami
pantil'1g (megap-megap). Pi-data Pengukuhan (Iu/U Be.'aT Uniwr.!itas Diponegoro -Dwi
70
/
Sunarti
~(asus merupakan pada
Spiking
syndrome
penyakit virus yang banyak dijumpai
industri
pencahayaan intensitas
mortality
perunggasan terus menerus,
cahaya
pencahalyaan menerusi
tersebut,
Kekebalan
terinfeksi
saluran
pencernaan
secara
Virus
ini
sehingga
akan
yang
hanya
menyebabkan
ringan dan immunosupresi.
ini semakin
parah
pada
dengan
munculnya
Kondisi
unggas
lepas
IBO. Hal ini ditunjukkan
gejala
kalanya (jiikuti dengan
saat
sangat
ada pada
hipoglisemia
atau divaksin
terus-
dan kekebalan tubuh. rendah
virus.
indukan
program
cekaman,
yang
mudah
Pada
unggas
daya tahan tubuh
program
atau penggunaan
yang tinggi.
mengalami
menururlkan
dengan
tremor,
yang
ada-
kematian tiba-tiba (James
dan Thornas, 1996). Kondisi turunnya daya tahan dan tingkat tidak
kekebalan
mlJngkin
akan
akibat
cekaman
mendorong
bukan
merebaknya
wabah fIll burung (avian influenza) seperti kasus beberapal waktu yang lalu.
Kasus dijumpai
kelumpuhan
pada broiler.
Kasus
kaki
seringkali
ini lebih populer
dikenal sE~bagai Tibial Dyschondroplasia
(TO)
J'encahayuan ,)'ehagai Up~'a PenceKahan Cek'~lmanpada Un,~(LS Tropi,s BeJ,.'mva,san.-lnilJloll"'elfare
71
yang
diindikasikan
sebagai
secara
g~~netik yang
berlebihan
hiperplasia
dan
melampauli
hipertrofi
Tingginya
matahari
unggas
bagi
yaitu
sel-sel
kemampuan
menyangganya.
peternak
perkembangan proses
otot
yang
kaki
untuk
intensitas
cahaya
telah
menyadarkan
untuk selalu waspada
dan berupaya
menguran1~i dengan
berbagai
cara
sehingga
dapat seminimal mungkin mengalami cekaman.
8. UPA YA PENANGGUlANGAN Manipulasi
cahaya
meningkatl(an saat panen 19~6).
antara
yang Zubair
menyatakan mengubah jaringan tiga
terang
umur 6-7 minggu
OJ samping
abdomen
dan
dapat
berat badan rata-rata 1,1 % pada
cahaya terang-gelap,
panen.
gelap
hal
menunjukkan
jauh
lebih
(1996) bahwa
tersebut
-cahaya
pola hiperplasia
manipulasi
deposit lemak
rendah
dalam
(Buyse,
pada
Widjaja gelap
saat
(1999b) akan
dari perkembangan
acliposa pada ayam umur dua sampai
ming~~u, sehingga
akan
mengakibatkan
proliferasi jc~ringan adiposa terhambat dan jumlah
72
Pidato PengukllhanGuru Besar Universita,Diponegoro-Dwi Sunarti
pada umur
gel yang a!kan mengalami hipertrofi 4-5 minggu menurun. Prolgram pencahayaan memperbaliki 3,6%
konversi
bila dibandingkan
pakan
terang-gelap
akan
rata-rata
dengan
hingga
pencahayaan
kontinyu. (::fisiensi pakan akan tebih nyata apabila gelap diberikan
pada waktu hari terdingin
hari, berkisar jam 01.00-03.00)
(dini
atau hari terpanas
(siang hall berkisar jam 11.00-14.00).
Kasus tibia dischondroplasia
Penanggulangan
ditekan
tulang)
dapat
karena
c:ahaya gelap akan memacu
yang membantu sehingga
proses kalsifikasi
kasus
pencahayaan
dengan
(kerapuhan
TO
harus
dapat
cahaya
androgen
pada tulang.
ditekan.
dilakukan
gelap
Program
dengan
jelas
sesuai d1angan jenis, umur, strain unggas maupun tujuan pemeliharaan. pemelihc~raan memberikan
Cahaya merah pada awal
diikuti
dengan
dampak
positif
warna karena
biru, dapat
mencegah (dischondroplasia).
73
nya intensitas cahaya alami yang masuk dalam kandan!g.
Tirai
cender!ung
gelap
antara 350 -545 dapat
dengan dengan
panjang
yang
gelombang
nm seperti hijau, biru dan hitam,
mengurangi
menin~lkatkan
warna-warna
aktivitas
waktu
istirahat
jalan (Sunarti,
dan 2001).
Masa Iqitis air minum broiler terjadi pad a 7 hari pertama masa pemeliharaan,
dengan suhu ideal
air mnlJm 60-70% dari suhu tubuh ayam (41.5°C), sehinglga
suhu
air minum
ideal
25 -29°C.
Sedan!~kan setelah masa kritis tersebut suhu air minum
yang
lingkurlgan.
baik Suhu
apabila kandang
berkisar antara 25 -33°C mungkin
menunjukkan
dibawah periode
suhu starter
dan diberi pakan sedini performans
yang
lebih
baik (~;unarti dan Mei, 2004). Suhu tubuh broiler naik
:5ekitar 7 -12%
pada saat 2 jam setelah
makan sehingga pembatasan jam makan 3 jam sebelum timbul stressor temperatur
tinggi perlu
dilaku~~an. Mengingat suhu dan cahaya merupakan dua faktor yang saling terkait maka program pencahayaan, pengaruhnya
74
harus terhadap
selalu
memperhatikan
suhu dan kelembaban.
Pidato PengukuhlD!Gunt Besar Universita~Diponegoro- Dwi Sunarti
Isu lingkungan (environmental kenyan'lanan
issues) dan
(welfare) telah menjadi isu global
dan merupakan kesepakatan internasional dalam memproduksi simposium
ternak
unggas.
Bahkan
internasional tentang animal ethology
di Denmark
1994 telah direkomendasikan
pemerintah
mulai
untuk
pada
penelitian
mengalokasikan dan
welfarE! (kenyamanan kenyarnanan
agar
anggaran
pengembangan
animal
ternak). Peraturan tentang
ternak (Animal welfare
code) dan
pedoman tentang lingkungan yang nyaman bagi ternak (A guide line on controlled environment for livesto(;k) perlu mulai diterbitkan. Indonesia
akan
internasional,
dapat
apabila
kesepakatan
diterima
di
mengikuti
pasar
beberapa
kecenderungan
internasioal
dalam bidang animal welfare dan
menghindari
cruelty
dan
Produk unggas
dalam
memelihara
dan
memproduksi
ternak unggas.
Hadirilrl
yang
saya
Izinkanlah pada
para
UNDIF'
hormati,
saya memberikan
mahasiswa,
khususnya
Fakultas
Program
Studi
pesan
ke-
Peternakan Produksi
Terna~;.
76
Pidato PengttkuhallGuru Be.varUniversitasDiponegoro-Dwi Sunarti
Anda
merupakan
pewaris,
penerus,
sekaligus
Pesan
tumpuan
untuk
serta sel:ara aktif dalam pengembangan
Mahasiswa
masa depan bangsa yang akan turut ternak
unggas. ICepat ataupun lambat aspek kenyamanan (welfare) merupakan salah satu faktor penting dalam
n1emproduksi
menghadapi kerjakan
temak
unggas
pasar global. Apa yang telah saya
merupakan
hasil
kerja
dengan Anda dan kawan-kawan yang telah sangat
utamanya
saya berikan
jauh
keterbatasan
dari yang
saya
seprofesi.
kepada
sempurna, ada
sarna
Anda dan
Ilmu masih
banyak
pad a diri saya,
oleh
karena i1u, belajarlah dengan lebih tekun, jangan mudah
putus
jauhkan
asa
dan frustrasi,
hal-hat yang
kurang
hindari
dan
baik agar tidak
menjadi masalah di kelak kemudian hari.
Janganlah mengejalr
Anda
nilai,
belajar
belajarlah
hanya
karena
untuk senang,
belajarlah karena Anda ingin tahu; pergunakanlah setiap kesempatan pengetahuan (skills and
(knowledge)
dan
attitude), karena
keterampilan bangku
yang ada untuk menambah
kuliah
yang
Anda
merupakan
keterampilan
pengetahuan
peroleh modal
dan
selama dasar
Pencahayawl,)'ebagai[lpaya Pencegahun(;ekamwIpatia (inggasIropis Berw~a!an ftnimallf'elfare
di
yang 77
masih perlu diperkaya untuk dapat bermakna di masyalrakat.
Persaingan sebag;ai
global jangantah
ancaman,
tetapi
dipandang
lihatlah
bahwa
kesemlpatan terbuka sangat lebar bagi Anda yang berpre'stasi dan berkualitas untuk dapat berkarya tanpa melihat batas negara. Memang ini sebuah tantangan,
tapi saya
mampu menghadapi
sangat yakin Anda
akan
persaingan tersebut. Belajar
dan b(~lajarlah tiada henti. Life is learning.
Kepada adik-adik stat pengajar yang lebih
Pesan untuk
muda, apa yang telah say a kerjakan dan capai
Dosen Muda
sampai
dengan
memacu mend.3lami
hari
prestasi
ini semoga
Anda
protesi
untuk
dapat lebih
dan memberikan
nyata bagi perkembangan
lebih tekun
kontribusi
ilmu pengetahuan dan
teknologi yang Anda tekuni. Saya selalu berharap Anda sekalian
lebih maju dan berprestasi
dari
saya.
Hadirin yang saya muliakan, Sebelum
saya
mengakhiri
ngukuihan ini, perkenanlah
78
pidato
pe-
sekali lagi saya
Pidato Pengul.-uhan Guru Besar Universitas Diponegoro -Dwi
.~marti
menguc:apkan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala 1nikmat yang telah diberikan kepada saya sekeluarga.
Uc:apan
terima
kasih
yang
tak
terhing~la juga saya sampaikan kepada berbagai pihak
yang
langsurlg,
sec:ara telah
kesempatan
langsung
maupun
menyetujui,
serta
tak
memberikan
peluang,
mengarahkan,
membantu dan mendukung serta hadir pad a saat ini untluk memberi
restu
kepada
saya
dalam
membalc:a pidato pengukuhan di hadapan Sidang Senat l-erbuka yang mulia ini.
Secara ucaparl
khusus,
terima
kasih
saya kepada
menyampajk~n yang
terhormat
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia,
Ucapan Terima kasih
yang tlerkenan
mengangkat
Besar di Universitas
saya sebagai Guru
Diponegoro.
Terima
kasih
yang tlJlus saya sampaikan kepada Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc. Rektor Universitas Diponegoro, yang 1telah memberikan kemudahan
segala dukungan
dan
sehingga saya dapat berdiri di atas
mimbalr ini. Demikian
pula ucapan terima kasih
saya 1ujukan kepada Prof. Sudarto, S.H. (aim), Prof. (ir. Mulyono S. Trastotenojo, Mulad'i, SH,
dan Prof. Dr.
Rektor pada masanya yang telah
Pencahayaan Sebagai UPQ}'uPence""ahwl Cekmnml pada Unggas lropis
Bel~'ml'a.~an Animal rVe!{are
79
telah
rnendorong
kepada
dan
memberi
saya untuk mengikuti
kesempatan
studi lanjut dan
berkiprah lebih maju.
Kepada Sekretaris
Ketua
Senat,
Dewan
Fakulta~) Peternakan, Sekretaris
Senat
Guru Besar,
Ketua,
Sekretaris
Program
di Jurusan
Produksi
Stat Administrasi
Fakultas
STudi sierta Stat Pengajar Ternak serta seluruh UNDIP,
yang
telah
mendorong
membelrikan fasilitas dan mengusulkan sebagai
Guru
Dekan
Senat Fakultas, Ketua dan
Jurusan,
Peternakan
Universitas,
Besar
Ilmu Ternak
diri saya
Unggas
di
UNDIP, saya ucapkan banyak terima kasih.
I=>ara
Dekan
pad a
Soepharno Hendrosoekarjo,
masanya
MAgr,Sc.(alm),
Drs. Prof.
Dr. H. l_achmudin Sya'rani, Kolonel drh. Soetopo Andar,
Ir. Soelistyono
HS.,
Prof. Dr. drh. H.
Soedar:50no, Dr. Ir. Didiek Rahmadi, telah memberikan pendidikan
S-1,
kesempatan
MS. yang
saya belajar di
memberikan
izin
saya
menempuh pendidikan S-2 di UNPAD dan S-3 di University
of
Wales,
saya
tak
lupa
juga
mengu(;apkan banyak terima kasih.
80
PidatoPengukl.hanGuru Be.~arUni"~rsitasDiponegoro -Dwi Sunarti
Kepada yang saya hormati Dr. Didiek Rahmadi. drh. Nuigroho, Prof. Dr. Dawan
Sugandi (aim),
Prof. Dr. Ir Ruhyat Kartasudjana, Warsa,
MS, Dr. C.J.C.
masing-masing
Phillips,
pembimbing
yang tellah dengan
sabar
MS, If. Toto Dr. H. Omed
S-1, S-2 dan S-3 dan tekun
memberi
bimbingan dan kesempatan
untuk memperdalam
ilmu prclduksi dan tingkah
laku ternak
hingga
:saya dapat menyelesaikan
unggas
studi tepat
waktu, saya ucapkan terima kasih yang setulustulusnya..
Saudara-saudaraku unggas,
Ir. Sugiarsih
Srigandolno,
di faboratorium ternak
PandeJaki.
Jr. Bambang
Msc, Prof. Dr. Jr. Umiyati AM, Ir.
Warsono, Sarengat, MS, fr. Nuniek Sriyuningsih, MS, Dr. Ir. Edjeng Supriyatna, Djauhari,
MSc,
MS, Dr. Ir. Luthfi
Dr. Ir. Sri Murni Ardiningsasi,
MSc. Ir. Sri Kismiati, MS yang tak pernah henti mendorong.
membantu
saya untuk selalu maju,
untuK itu semua saya sampaikan
terima kasih.
Kepada Ilr. Warsono Sarengat, MS, terima kasih tefah memperkaya
gambar
dan asupan
dalam
penulisar1 ini. PencahayaO/l Sebagai Upu)'a Pencegahan Ce~:anlan pada Unggas rropi.~ Belwm"a.~an ,4ni",al flleifare
81
TI3rima kasih dan penghargaan yang tulus juga saya sampaikan
kepada Tim Manajemen
Program Doktor dan Six Universities ment an<1 Rehabilitation temen Pendidikan
Develop-
(SUDR) Project, Depar-
dan Kebudayaan
yang telah
memberikan beasiswa program $-2 dan $-3.
K,epada para Guru Besar Prof. Dr. Ir. C. Imam Sutrisno (UNDIP). (UNPAD).
Prof. Dr. fr. Suharsono
Prof. Dr. Jr. Tri Yuwanto (UGM) dan
Prof. Dr. Ir. Achmanu memberikan
(UNIBRAW)
rekomendasi
yang telah
dan referensi kepada
saya untuk mencapai Guru Besar dalam bidang
IlmuTerrlak Unggas.
Klepada mereka yang telah berjasa dalam mendorong, membimbing, berikan
berbagai
membantu dan mem-
kemudahan
untuk
gemban~lkan karier saya sebagai dosen termasul<
mengantarkan
saya
menjadi
menmuda dosen
teladan cli tahun 1989 hingga hari ini saya dapat -berdiri
di mimbar ini, antara
lain drh. Soetopo
Andar, Ir. Bambang Srigandono, MSc, Prof. dr. H. Moelyono S. Trastotenojo,
82
Prof. Ir. Joetata,
Pidato PengukuhanGuru Besar llniversitas Diponrg,'ro /),,'i Sunarti
I
Hadihardaja Prof. Or. H. Muladi, SH, Prof. Ir. Eko Budihar,:ijo, MSc, Prof. Dr. Lachmuddin Sya'rani, Prof. dr. H. Soebowo, Soedar~;ono,
saya
DSPA, Prof. Dr. drh. H.
sampaikan
ucapan
terima
kasih yang tutus.
~(epada seluruh Guru-guru
kami di SON
Wonogiri III, SMPN I dan SMAN I Boyolali yang pada
hari
yang
berbahagia
ini
beberapa
Bapak/lbu berkenan hadir, nanda menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga atas pendidikan pada
saya.
yang
Bapak
Ucapan
yang
dan Ibu berikan sarna
juga
saya
sampaikan kepada seluruh Guru saya di Fakultas Peternakan pula
Universitas
kepada
1975
dan
dimana
seluruh para
Oiponegoro. rekan-rekan
alumni
Demikian seangkatan
Fakultas
Peternakan
pun berada yang memberikan
untuk pengembangan
support
karier kejenjang tertinggi,
saya sarnpaikan terima kasih
Terima segenap' organisasi
kasih mendalam
rekan-rekan non
profesi,
dalam
ditujukan
pada
kepengurusan
organisasi
profesi,
Pencahayaml Sebagai (fpaya Pencegaha11Cek£lIlIa11pada Unggas Tropis Bent'awavall .4nimal Uelfare
83
lembagal
maupun
paguyuban
yaitu
OSIS,
KepramlJkaan di Undip maupun Kwarda Jateng, Ikatan
Sarjana
Peternakan
Indonesia.
World
Poultry Science
Association
Indonesian
Branch
(Masyar,akat
Ilmu
Puslitbal1gtek Penelitian
Perunggasan
dan
Undip,
Puslit
Dharma
Fakultas. Peternakan Tengah.
Sumarah,
concern
dengan
pember(jayaan
Gender Wanita
dan UNDIP, LSM-LSM nasib
wanita.
Lembaga
Persasutuan YPAC Jawa
utamanya
yang
petani-peternak
dan
Semua
dalam p{oses pendewasaan
Indonesia).
sangat berperan
dan pengembangan
diri hingga saya menjadi seperti ini.
lJcapan terima kasih yang tulus juga sara sampai~~an kepada Prof. Dr. drh. H. Soedarsono, Prof.
Dr.
Ir. C.
Imam
Sutrisno,
Prof,
Dr. Ir.
Soenar~;o, MS yang telah memberikan dukungan dan semangat
sejak saya menjadi
mahasiswa
hingga !;aat ini. -
Kepada Prof. Dr. Orh. Soedarsono,
Prof.
Dr. Ir. (~. Imam Sutrisno, Prof. Dr. Ir. Soenarso, MS, Prof. dr. H. Soebowo, OPSA, Prof. Dr. dr. Suharjo Hadisaputro, SpPO (KTI), 84
Pidato' Pengukr/han (Iuru Be.far Uni~lersitas Diponegoro -IJw;
Sunarti
Prof. Dr. lachmuddin Soedjalrwo
Sya'rani
sebagai
memberikan
peer
asupan,
dan Prof. Drs.
group
saran
naskah pidato pengukuhan
yang
dan
telah
perbaikan
ini, saya sampaikan
terima fcasih yang sangat mendalam.
Secara
khusus
ucapan
terima
kasih
ditujukan kepada Prof. Dr. dr. Satoto dan Prof. Dr. dr.
I.
Riwanto
yang
kesem(:'atan
sebagai
membimbing
disaat
telah
memberikan
peneliti
dan
senantiasa
saya
sebagai
Kapuslit
Bangte~, serta support yang tak pernah henti.
Kepada Ayahanda Ibunda
Sriatoen
tersayang
nanda banggakan, impian
Yanda
mewarisi
yang
BA dan
senantiasa
hari ini nanda mewujudkan
dan
profesi
R. Soepono,
Bunda
sebagai
agar
nanda
pendidik
dapat
yang
lebih
tinggi. Doa Bapak dan Ibu sekalian yang tanpa kenai batas waktu telah mengantarkan jenjang jabatan
tertinggi
nanda ke
sebagai pendidik yaitu
sebagai guru besar, untuk itu nanda sampaikan rasa
hormat
dan
terima
kasih
yang
tidak
terhingga atas segala kesabaran, dorongan,
PencaJlayaOlI.S'ehagaitTptI}'a Pencegahan (~ekamanp~a
l Inggas Tropis RerwawosOlI A/lima! Welfare
85
bimbingan dan pengorbanan serta doa restu yang diberikarl selama ini.
~Ial kepada
yang
Ayah
Soetinah
sam a
R.
yang
juga
nanda
Soebardjo
dengan
(aim)
penuh
mengasuh dan membesarkan tahun hingga mengantar
tujukan dan
kasih
Ibu
sayang
nanda sejak usia 3
ke jenjang perkawinan
serta selalu mendampingi kami sekeluarga dalam duka maupun suka. pernah Ibu.
Pengorbanan
ini tak akan
dapat terbalas.Terimakasih
Demikian
pula
kepada
Bapak Ayah
Soetarno (aIm) dan Ibu tersayang doa restu. kasih sayang,
dan
tercinta
Sri So9darni.
perhatian.
pengertian
dan dorongan Bapak dan Ibu telah mengantarkan nanda dapat berdiri di sini.
Kepada semua kakak-kakakku, adikku
sekalian,
saya
kasjh
atas semua
dan adik-
menyampaikan
dca, perhatian,
terima
pengertian,
bantuan dan dorongan yang terus menerus saya dapat
dan
menyelesaikan
rasakan
sehingga
pendidikan
dan
saya
dapat
tugas-tugas
sampai seperti sekarang ini.
86
Pidato Pengtlkuha11 lrUnI Be.Jar (fniversilas Diponegoro -Dwi Sunarti
Tak Iupa pula kepada Widhiastuti, Sumardi
dan
Haryanti.
Tanpa
Rilia
Rulty,
pengorbanan
tenaga, waktu, pikiran, bantuan dan kasih sayang kalian, saya tidak akan selancar ini.
Kepada suamiku tercinta S. Budi Prayitno, dorongan
meniti karier, bimbingan,
kesabaran,
kasih sayang, bantuan, serta pengorbanan tak
pernah
putus
memberi
dalam kehidupanku.Tanpa akan
makna
yang
tersendiri
semua ini saya tidak
(japat berdiri di mimbar ini. Begitu
anak-anakku Laksono,
tersayang
pula
Arief Prasetyo dan Adhi
kalian semua adatah mutiara-mutiara
sekaligus
pelita
dan
penyemangat
dalam
kehidupan mama. Dengan tutus ikhlas suami dan anak-anakku
telah
mengorbankan
sebagian
besar waktu kalian untuk mendukung karier dan keilmuan
mama.
Tanpa
saling
pengertian,
dukungan, kekompakan dan pengorbanan, tidak
akan
capai
mama
dapat seperti ini. Apa yang mama
hari ini merupakan
prestasi
kalian
pula.
Oleh karena itu tiada kala yang mampu mama berikan yang
kecuali tak
kekurarlgan
rasa terima
pernah
lekang.
kasih dan sayang Maafkan
segala
mama dalam mencurahkan perhatian
Pencahayaan .S'ebaga;[fpaya Pencegahan L'ekmnwl padu (!ngga.~ Trapi.! Hero'Q\,'man Animal Iflelfare
87
dan pe:ngertian selama ini. Mudah-mudahan yang telah motiva:;i
apa
bapak dan mama raih merupakan
bagi
anak-anakku
tercinta
di
kelak
kemudian hari.
Kepada Panitia Pengukuhan Guru Besar, baik
yang
Program lainnya,
berada Studi
di Pusat,
maupun
di Fakultas,
panitia
yang telah mempersiapkan
di
pendukung upacara ini
saya sampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya dan mohon maaf bila ada hal-hal yang tidak berkenan.
Last but not least, terima kasih
sara tujukan kepada sabat Ir. Sriroso Satmoko, MS. yangtelah khusus
untuk
memilih lagu dan mengaransir saya,
serta
tim
paduan
suara
Univer~;itas Diponegoro yang telah menyemarakkan u~lacara pengukuhan
pada hari ini dengan
sempurna sehingga berjalan lancar.
Akhirnya kepada semua hadirin yang says muliakan, terima
terimalah kasih
yang
penghargaan
says
setulus~tulusnya
den etas
kehadiran Bapak, Ibu den Saudara sekalian.
88
Pidato PengttkuhQ}l GlJnt Be.far L!niversitas Diponej?oro ~ Dwi .'l'tJnarli
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan
rahmat
dart hidayah-Nya kepada kita semua. Amien.
Wassalamu'alaikum
warahmatullahi
wabarokatuh
PencaJlayaan .S'ehagaic.fpaya PencegahlJll Cekmnan pat/a c.fnggas 1.,.opi.~Berwawa.~lJIlAnimaIIVe({are
89
10. DAFTAR PUSTAKA A
Farm Electric Handbook. 1990. Controlled Environment for Livestock. Electricity J~ssociation Services Limited, London, UK.
Alsan,
Hand C.M. Wathes. 1991. Conjoin Preference of Chicks for Heat and Light Intensiity. British Poultry Science 32 : 899 -916. Welfare
Advislory Committee. 1999. Code of ~~nd Minimum StKalianrds for Welfare of Chickens. J~nimal Welfare Advisory Committee clo
Animal Recommendations Broiler
Ministry of Agriculturl3 and Forestry. Wellington. ASOHI. 2001. Setengah Abad Ayam Ras di Indonesia (1950 -2000). Edisi Pertama. Asosilasi Gbat Ternak Indonesia. Jakarta. Appleby, M.C., 8.0. Hugh~~s and H.A. Elson. 1992. Poultry Production System: Behaviour, Management and Welfare. C.A.B International, Wallin~}ford, 238 pp
.Austic,
R.E. and M.C. Ne~sheim.1992. Poultry Production. 3rd edition Lea and Febiger. Philadelphia, London.
Bell, D.J., and B.M. Freemlan. 1971. Physiology and biochemistry of the Domestic Fowl. Vo1ume 2. Acade,mic Press, London. p. 1039 -
1083. Blockhuis,
H.J.
Science
Bowlby,
-Brake,
1984.
F~est in poultry.
Applied
Animal
Behaviour
12 : 289 -:303.
G.M.S. 1957. Some preliminary investigation into the effect of light on broiler. World's Poultry Science Journal 13 : 214 -226. J. 1990. The effect of a hour increase in photoperiod at 18 weeks of age on broiler breeder performance. Poultry Science
.69:910-914. 90
Pidalo Pengukuhall Guru Besar Universita~ Dipone.~oro -Dwi ,S'unarti
Buyse, J., P.C.M. Simons;, F.M.G. Boshouwers and E. Decuypere. 1996. Effect of intE~rmittentlighting, light intensity and source of the performance and welfare of broilers. World's Poultry Scince Journal52: 121 --130. Campbell, J.R and J.F. Lasley. 1975. The Science of Animals That Serve Mankind. Second edition. McGraw Hill Book Company INC., New York.
Card, L.E and M.C. Nesheim. 1972. Poultry Production. 4thedition. Lea and Febiger, Philadelphia. Cavalchini, l.G., S. Cerollini and A. Giardini. 1984. Light management for the rearing of the light pullet. Animale 10: 38 -41. Charoen Pokphand CP 909.
Indolilesia,
Zootechnica
e Nutrizione
Tbk. 1994a. Manual Manajemen Layer
Charoen Pokphand Indlonesia, Broiler CP 707.
Tbk.
1994b.
Manual
Manajemen
Cherry,
P., and M.W. Barwick. 1962. The effect of light on broiler growth. I: Light intensity and colour. British Poultry Science 3 : 31 -39.
Curtis,
S.E. 1983. Environmental Management The Iowa State University Press, Iowa
in Animal Agriculture.
Ellswords, B (International Egg Commision, Chairman). 2001. EU welfare directive\'Draconian'. Poultry International. July Vol 40, No 8 : 12 -16. Ensminger, M.E. 1992. P':)ultry Science (Animal Agriculture Series). 3rd edition. Interstate F)ublisher, Illinois. Etches, R.J. 1993. Production in Poultry. In : G.J. King and Elsevier PencaJlayaan Sebaga; Upaya PencegaJlan ('ekaman pada Unggas 7rop;" Bel"!"a\lIa,an A/l;mal Jfrelfare
91
(Editors). Reproduction in Domesticated Animal. Science Publishers B.V London. p : 521 -524 Frandson, R.D. 1992. An;atomi dan Fisiologis Ternak. Edisi keempat. Gajah Mada Univer:sity Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh : B. Srigandono dan Koen Praseno). Fraser, A.F and D.M. Broom. 1990. Farm Animal Behavior and Welfare. Third edition. Balliere Tindall, London.
Foss,
D.C., J.R. Carey,r., and E.L. Arnold.
1972. Physiological
development of cockerela as influenced by selected wavelengths of environmental light. Poultry Science 51 : 1922 -1927. Foster,
R.G., and B.K. Follett. 1985. The involvement of a rhodopsinlike photopigment in the photoperiodic response of the Japanese Quail.Journal of Comparative Physiology. A. Sensory, Neutral and Behavioral Physiology and Anatomy 157 : 519 -528.
Harper,
H.A., V.W. Rodwell Physiological Chemistry. Los Altos, California.
Hill,
and P.A. Mayes. 1979. Review of 1Th edition.Lange Medical Publication,
J.A., C.R. Charles, H.H. Spechter, R.A. Bailey and A.J. Ballantyne. 1988. The effect of multiple environmental and nutritional factors ir'i laying hens. British Poultry Science 29 : 499 -511.
Isroli. 1996. Telaah pertumbuhan Peternakan
James
92
Pustaka : reran ternak menjelang
Univer~;itas Diponegoro,
hormon dalam pengaturan pubertas. Media, Fakultas Semarang.
-
Davis and Thomi!s Siopes. 1996. let there be light and dark. Broiler Industry, Production Management. Address Dr. James F. Davis, Georgia Poultry Diagnostic Laboratory, PO Box: 20, Oakwood, GA 30566; and Dr. Thomas Siopes. Dept. of Poultry
PidaJo Penguklthall (Tttru He.,ar Un;vers;/m D;ponegoro -l)Wi
,\'unar/;
Science,
North C:arolina State University, Raleigh, NC
27695 -7608.
Leeson,
S, and J.D. Summers. 1988. Early application of confensional or ahemeral photoperiods in an attempt to improve egg size. Poultry Science 64 : 2020 -2026.
Magensten,
R.
2001.
In
ht ://a ri. ov.ns.ca/pVlives/poult
Ihealthl
welfare.htm.. Poultry Welfare' Research. Poultry Fad Department of Agriculture and Marketing. NOVASCOTIA.
Sheet
Temp/e, W., T.M. Foster, and C.S. 0' Donne/. 1984. Behavioural estimates of audi'tory thresholds in hens. British Poultry Science 25 : 487 -493.
McArdle, A.A. 1972. Poultry Management Press, Sydney.
and Production.
Halstead
Midgley, M., T.R. Morri~i, and E.A. Butler. 1988. Experiments with the bio-mittent lightjn~1 system for laying hens. British Poultry Science 29: 333 -342.
Morris,
T.R. 1988. Use of intermittent lighting to save feed and improve egg quality in laying flocks. Proceedings of 18th World's Poultry Congress, p. 161 -164.
Morris,
T.R. 1994. Lighting for layers: What we know and what we_need to know. Proceeding of Spring Meeting. Scarborough, 23 -24 March. World's Poultry Science Association, UK Branch. p. : 7 -
9. Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Marnalia dan Unggas. Universitas Indol'1esia Press. Jakarta (Diterjernahkan oleh Sunaryo Kernan). Nassau,
K. 1983. The f)hysics and Chemistry of Colour. The Fifteen Causes of Colour. John Wileyand Sons, Inc., Canada.
Pe/lcuhayaa/l .'i'ebagai[JpayaPe/lceguillDlCekamanpada V/lggasTrapi.,Berwm,'usu/I.1/1imallfe({are 93
Newberry, M.C., J.R. Hunt and E.E. Gardiner. 1986. Light intensity effects on performarlce, activity, leg disorders and sudden death syndrome of roaster chickens. Poultry Science 65 : 2232 -2238. 1987. Influence of light intensity on betlaviour and performance of broiler chickens. Poultry
North,
Science
67 : 1020 -1025.
M.O and D.O. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4thedition. \/an Nostrand Reinhold, New York.
Prayitno, Dwi Sunarti and C.J.C Phillips. 1994. The initial and longterm of Broiler for red,blue and green after being reared in red, blue and green or white light. Animal Production, 56 : 430
(Abstr.). Prayitno, Owi Sunarti, C.J.C. Phillips and O.K. Stokes. 1994. Berhavioural and physiology responses of broilers to red and blue light pattern. British Poultry Science, 35 : 826 -827 (Abstr.). Prayitno, Dwi Sunarti, C.J.C. Phillips and H.M. Omed. 1994. The effect of colour and intensity of light on behaviour and performance of broiler. British Poultry Science, 35: 826 -827 (Abstr.). Prayitno, Owi Sunarti, and C.J.C. Phillips. 1994. Equating brightness perception of blue and red lights and length of line discrimination with hens by pE.ychological tests. Proceedings The 28th International Congress of International Society for Applied Ethology, Tjele, Denmark. Prayitno, Dwi Sunarti, and H.M. Omed. 1997. The effect of colour of lighting on the beihaviour and production of meat chickens. Poultry Science, 76 : 452 -457. ,," Prayitno, Dwi Sunarti and C.J.C. Phillips, 1997. Equating the perceived intensity of coloured lights to hens test. British Poultry .Science, 38: 136-141.
94
Pidala l'engukU/la11 Guru BesarUniversilay Dipanegoro -I),.'i
,S'unarli
Pusat Pembinaan dan PE~ngembangan Bahasa. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. I=disi Kedua. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta
RahardjoJ Y.J U. Satriyo dan F.A. Purnomo. 2001. Pintu gerbang masuknya penyakit. Infovet. Edisi 085. Agustus. ASOHI. Jakarta. Siegel, P.B. 1984. The role behaviour in poultry producton : A review of research. Applied Animal Ethology 11 : 299 -316. Srigandono, B. 1991. Kamus Istilah Peternakan Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sturkie,
Cetakan
Kedua
P.O. 1986. Aviarl Physiology. 4th edition. Springer-verlag York, Berlin, Heidelberg, Tokyo. Pp. 37 -48.
Sunarti,
New
Dwi. 2000. -Penampilan burung puyuh (cotumix-cotumix Japonica) pada berbagai pola pencahayaan berselang. Jumal Pengembangan Tropis. ISSN : 0410 -6320. Vol 25 No.25: 4450.
Sunarti,
Dwi. 2001. Respon pola tingkah laku ayam pedaging jantan pacta berbagai suhu dalam system kKalianng tertutup. Sainteks. ISSN: 0854 -736X. Vol. VIII. No.3: 174 -182.
Sunarti,
Dwi dan Mei ~~ulistyoningsih. 2004. Respon fisiologis dan tingkah laku ayam broiler periode starter akibat cekaman temperatur dan avvat pemberian pakan yang berbeda (inpress).
Van Tienhoven, A and (~.E. Ostrander. 1973. The effect of interruption -of the dark perio(j at different intervals on egg production and shell breaking strength. Poultry Science 52 ; 998 -1001.
Weaver, W.O. and P.B. Siegel. 1968. Photoperiodsm as a factor in feeding rhytms of broiler chickens. Poultry Science 47 : 1148 -
1154.
Widjaja,
H. 1999a. Bolehkah DOC dipuasakan? September. GAPPI .Jakarta. Hal. 33 -34.
program
Poultry Indonesia,
1999b Qptimalisasi potensi genetic broiler dengan pencahay.3an. Poultry Indonesia, November. GAPPI
Jakarta Wodzicka, M. Tomaszewska, D.C. Thamrin, I Ketut Sutama dan I Gede Putu. 1991. Reproduksi, Tingkah Laku dan Produksi Ternak di Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
96
Pidato
Pengukuhan
Guru
BeSllr
Uniwrsitas
Diponegoro
-Dwi
Slmarti
RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRI8AD! Nama
NIP Tempat dan tanggallahir Agama Pangkat/Jabatan Akademik Jabatan Struktural Suami Anak Alamat Rumah
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 2.
3. 4. 5. 6.
Prof. Ir. Dwi Sunarti, MS. PhD 130 938 268 Situbondo, 21 Mei 1956 Islam Pembina tk I Gol. IV/b Pembantu Dekan II Prof. Dr. Jr. S. Budi Prayitno, MSc 1. Arief Prasetyo, ST (23 th) 2. Adhi Laksono (20 th) JI. Tembalang Baru VI/121 Semarang 50275 Telp. (024) 7471220
FORMAL
SD Negeri III, Wonogori SMP Negeri I, Boyolali SMA Negeri I, Boyolali Sarjana Peternakan Universitas. Diponegoro (Ir) Magister Ilmu Ternak (MS), Universitas. Padjadjaran Doctor of Philosophy (PhD) in Animal. Science, University of Wales, Inggris
Lulus Lulus Lulus Lulus
tahun tahun tahun tahun
1968 1971 1974 1980
Lulus tahun 1987 Lulus tahun 1994
-
III. RIWAYAT PENDIDIKAN/PELATIHAN/KURSUS 1. 2. 3.
Penataran P4 Tingkat Jawa Tengah Penataran Media I<:omunikasi Pendidikan UNDIP ke IV Penataran Metodoiogi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UNDIF)
TAMBAHAN 1982 1982 1982
Pencahayaan ~ebagai UpayaPencegaJlan Cekammlpada Ungguslropis BerwaM'USU/l.'JnimaJ Welfare 97
4. 5. .6. ,c7. 8. , 9.
Penataran Penataran
Metode Statistika, UNDIP Akta Mengajar V -UNDIP
Semarang
1982
19831984 1987 1990 1991 1991 1991
Kursus Efldokrinologi -Satyawacana, Salatiga Kursus Penerjemah Buku Ajar, Sanur -Bali Penataran Rekonstruksi Kuliah -UNDIP Kursus Bahasa Inggris EAP 2, ITB -Banduflg
10.
Kursus Bahasa Inggris, University of Wales, Inggris 11 Teaching Improvement -Universitas Indonesia 12.Pefatihan Peningkatan Kualitas tenaga Peneliti, PSW se Jateng dan DIY 13. Pefatihan Metodologi Penelitian Kualitatif Lanjutan -UNDIP 14 Pelatihan Participatory Rural Appraisal (PRA) Solo 15. Training of Trainers dalam Pemberdayaan Wanita -Semarang dan Pembangunan (Lanjutan) -Cisarua .16 .Gender 17.Pelatihan Gender Equality in Asia and The Pacific A Call to Action (Asia Pacific Women in Politics Network (APWIP), Gender and Development Research Institute (GDRI), Convention Watch Group -Jakarta 18. Pelatihan ANSOS (Analisa Sosial), Tlogo -
1995 1996
1998
Salatiga
IV. RIWAYAT KEPEGAWAIAN 1. 2.
Calon Pegawai Negeri Penata Muda
3. 4. 5.
Penata Muda Tingakat I
q. .,..
Penata Penata Tingkat I Pembina Pembina Tingkat I
III a III a III b III c III d IV a IVb
1 -3 -1981 1 ~ 5 -1982
1 -10
-1983
1 -4
-1986
5 -3
-1990
1 -4
-1997
1 -4
-2004
t
98
Pidato l'engllktlhan (ntYU Besor Universitas Diponegoro -Dwi Sunarti
v. RIWAYAT JABATAN STRU~~TURAL Sebagai Pendamping Pembantu Dekan Fakuttas Petemakan UNDIP
1989 -1991
2
Ketua Laboratorium tlmu Ternak Unggas Fakultas Peternakan UNDIP
1997 -2001
3
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi, Lembaga Penelitian UNDIP
2000 -2003
4.
Pembantu Dekan II Fakultas Peternakan UNDIP
2003 -sekarang
VI. JABA T AN FUNGSIONAL 1.
2 3. 4.
5.
6 7
Asisten Ahn Madya Asisten Ahli Lektor Muda Lektor Madya Lektor Kepala Madya (Melompat) Lektor Kepala (Inpassing) Guru Besar dalam mata kuliah/bidang Ilmu Ternak Unggas
VII. JABATAN lAIN DllINGKUNGAN F AKUl T AS/UNIVERSIT AS/DllUAR
1 -3
-1981
1- 10 -1983 1 -4 -1986 1 -1
-1990
1 -1
-1997
1 -1
-2001
1 -4
-2004
UNDIP
1
1984-- 1987
2
1987 -1989
3
1987 -2000
PencaJl/1}'UmlSebagai Up/1}'U PencegahaJIL'ekama11P(Jdu Unggas Tropis Benl'QM'a'tDl .wimul fVelfare
99
5.
7.
Forum Peduli Gender, ~;emarang, sebagai ketua Pengembangan Ayam Buras, Gerbang Serba Bisa Kabupaten Purbalingga, sebagai pendamping professional Pendirian Sekolah Tinggi Farming Semarang, sebagai assessor laboratorium Asia Pacific Women in Politics Network (APWIP),
8.
sebagai anggota Seleksi Mahasiswa
4. 5.
~6.
9
10 11
.12.
Berprestasi
UNDIP,
sebagai
penguji Special Initiative for Women Unemployment (SIWU) Jateng, sebagai team leader Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Semarang sebagai anggota Bidang Pendidikan Direktorat P3M, Dikti, sebagai reviewer kajian wanita Pembuatan Rencana Induk Pengembangan Jawa Tengah 2001 -2010, Dinas Peternakan Jateng, sebagai ketua
1995 -1997 1996 -1997
1998 -1999 1999 -2002 1999 -2002 2000 -2003
,. VIII. KEANGGOT AAN DAN KEPENGURUSAN DALAM ORGANISASI PROFESI 1.
2.
3. 4.
~
100
Pidato Pt"nguk1lhan Gunl Besar [lniversilaf Diponegoro ~ DM1Sunarli
6
7 8 9.
1991 -1996
World Pou~ry Scierlce (WPSA), sebagai anggota International Society for Applied Ethology (ISAE),
1994 -1996
sebagai anggota Perhimpunan Burung Indonesia, Semarang, sebagai anggota Jaringan Pengembangan Iptek Jateng, sebagai
1997 -2001
2000 sekarang
anggota IX. DAFT AR KARY A ILMIAH HASIL PENELITIAN YANG DIPUBLIKASIKAN SEBAGAI PENULIS UTAMA
Nasional
1
pengaruh penggunaan tingkat protein ransum terhadap performans kalkun pada periode pertumbuhan. Ditulis bersama Ruhyat, Kartasudjana dan Endang Romzali dalam Proceedings Seminar Program Penyediaan Pakan dalam Upaya Mendukung Industri Peternakan Menyongsong Pel ita V. Semarang, 14 April 1988, Fakultas Peternakan UNDIP (Hal. : 136-
141) 2
pengaruh kepadatan dan tingkat protein terhadap performans kalkun pada kKalianng sistem litter. Ditulis bersama Dawan Sugandi dalam Proceedings Seminar Nasional Peternakan dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak II. Ciawi, Bogor. 18 -20 Juli 1998. Balitnak-Puslitbang Petemakan. Departemen Pertanian (Hal. : 524 -530)
a Penampilan barung puyuh (Cortunix-cortunix Japonica) . berbagai pola pencahayaan berselang. Diterbitkan dalam Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. ISSN 0410-6320. Vol 26 No.2. Juni 2000 (Hal. : 73 -77)
Pencaha;\'aall.\'ehugai
Association pad 3.
Up(tyu Pellcegah(m
CeklJmun pac/a Un&~as
Tropis
Bel~'lJWa~m!
/lnimlJl
Ite?fare
10]
4
Efek warna tirai kandang terhadap tingkah laku. Diterbitkan dalam Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. ISSN 0410-6320. Vol 26 No. 25. Juni 2001 (Hal. : 44 -50)
5..
Respon pola tingkah laku ayam pedaging jantan pada berbagai suhu dalam sistem kandang tertutup. Diterbitkan dalam Sain Teks. ISSN : 0854-736x. Vol VIII No.3. Juni 2001 (Hal. : 174 -182)
Internasional 1
The initial and long term of broilers for red, blue and green after being reared in red, blue and green or white light. Ditulis bersama C.J.C. Phillips dalam Animal Production, 56: 430 (Abstract). 1994
2
Behavioral
and
light pattern. Oitulis bersamaPoultry Science,
physiology C.J.C.
responses Phillips
35:826 -827
dan
of broilers O.K.
Stokes
to red and dalam
blue
British
(Abstract).1994
3
The effect of color and intensity of light on behavior and performance of broiler. Ditulis bersama C.J.C. Phillips dan H.M. Omed da!am British Poultry Science, 35: 826 -827 (Abstract). 1994
4
Equiting brightness perception of blue and red light and length of line discrimination with hens by psychophysical tests. Ditulis bersama C.J.C. Phillips dam Proceedings The 28th Intern. Congress of Intern Society for Appl. Ethology. Denmark_1994
5
The effect of color of lighting on the behavior and production of meat chickens. Ditulis bersama C.J.C. Phillips dan H.M. Omed dalam Poultry Science, 76: 452 -457. 1997
102
PidalOl'engllkztllanGuro Be.,ar tfniver.,itasDiponegoro Dwi ~unarti
6.
Equating the perceived intensity of colored lights to hens tests. Ditulis bersama C.J.C. Phillips dalam British Poultry Science,
38
136-141.1997 X. DAFTAR KARYA ILMIAH HASIL PENELITIAN YANG DIPUBLIKASIKAN SEBAGAI PENULIS PEMBANTU 1
Performans anak ayam keturunan pertama (F1) hasil persilangan ayam kampung dengan ayam Kedu dan ayam rag petelur pada pemeliharaan intensif. Ditulis bersama Warsono Sarengat, Sugiarsih dan Sriyuningsih dalam Proceeding Seminar Peternakan dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak Ciawi, Bogor, 19 -20 Maret 1985 Puslitbang Peternakan. Departemen Pertanian (Hal. : 159-163)
2
Prestasi produksi kalkun lokal di Jawa Tengah. Oitulis bersama Sugiarsih dan Sri Kismiati dalam Proceeding Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal, 1990. Badan Penerbit UN DIP. ISBN: 979-8056, 35-3 (Hal. : 159 -163)
3
Alas kandang dan pengaruhnya terhadap kualitas penampilan hidup dan kualitas karkas itik Tegal jantan. Ditulis bersama Lusi Indra Hertin dan Bambang Srigandono dalam Proceeding Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal, 1990. Badan Penerbit UNDIP. ISBN: 979-8056, 35-3 (Hal. : 208 -212)
4.
Pengaruh jumlah pemberian Pakan itik jantan yang diintegrasikan dengan tanaman padi di sawah terhadap persentase karkas. Ditulis bersama Mahfudz, L.D, 8. Srigandono dan Umiyati A.M dalam Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. ISSN : 04106320. Edisi Khusus, November 1999 (Hal. :2-15 -222)
PencahayaOlI Sehagai [Jpaya Pencei(ah0l1 ('ekwllan palla [rngl.'as Tropi.~ Berwawasan .'1nimal IVe/fare
103
s.
Ampas Tahu Yang Difermentasi Laru Oncom Sebagai Bahan Pakan Ayam Broiler. Ditulis bersama Mahfudz, L.D, W. Sarengat, U. Atmomarsono. 2004. Poster 13 dalam Buku Panduan Seminar Nasiona! Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balitnak, Bogor ( Proceeding: Inpress).
XI. DAFTAR KARY A ILMIAH BUKAN HASIL PENELITIAN YANG DIPUBLIKASIKAN SEBAGAI PENULIS UTAMA 1
Kemungkinan Pemanfaatan Kalkun di Indonesia Diterbitkan dalam Bulletin Fakultas Peternakan UNDIP. Th. IV (3) November 1982 (Hal. : 5 -9)
2
Peran Pencahayaan pada Ayam Petelur Diterbitkan dalam Sintesis. ISSN : 0835-9812, September 1996 (Hal. :3 -6)
3
No.8,
Th
v
Teknologi Pengawetan Telur Itik Diterbitkan dalam Proceeding Sarasehan Pengembangan Peternakan Itik di Jawa Tengah "Itik Sebagai Usaha Agribisnis" Semarang, 14 November 2000 (Hal. : 99 -104)
XII. DAFT AR KARY A ILMIAH BUKAN HASIL PENELITIAN YANG DIPUBLIKASIKAN SEBAGAI PENULIS PEMBANTU
1
Sumbangan Pemikiran Pengembangan Itik di Jawa Tengah Ditulis bersama Bambang Srigandono dalam Proceeding Sarasehan Pengembangan Peternakan Itik di Jawa Tengah "Itik Sebagai Usaha Agribisnis" Semarang, 14 November 2000 (Hal. : 33 -37)
2.
Pengembangan Anak Itik Menggunakan Teknologi "Inditik" Ditulis bersama Luthfi D.M dalam Proceeding Sarasehan Pengembangan Peternakan Itik di Jawa Tengah "Itik Sebagai Usaha Agribisnis" Semarang, 14 November 2000 (Hal. : 91 -97)
-
104
Pic/ato Pengukuhal! Guru Besar Universitas Diponegol'O -Dwi
Sunurti
XIII. OAF TAR KARYA IlMIAH
BERUPA BUKU
1
Proceeding Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal Ditulis bersama B. Srigandono, Sugiarsih den Warsono Sarengat. ISBN: 979-9156-62-9, diterbitkan oleh Badan Penerbit UNDIP (234 hal., Th. 1989/200 exp)
2.
Manajemen Kandang Ayam Ras Pedaging Ditulis bersama L. Wahono E.Y, ISBN: 979-661-017-5, oleh PT. Trubus Agriwidya (75 hal., Th. 1997/2500 exp)
diterbitkan
3
Pencemaran Pad a Sistem Produksi Ternak (Terjemahan) Oitulis bersama O.K. Haryo Putra, ISBN: 0-85198-8571, diterbitkan oleh CV. IKIP Semarang Press (508 hal., Th. 1999/1000 exp)
4
Pengembangan Peternakan Itik Ditulis bersama Warsono Sarengat, Subiharta dan Lusi MesraVl/ati, ISBN: 979-9176-62-9, diterbitkan oleh Penerbit UNDIP Semarang (130 hal., Th 2001/60 exp)
XIV. DAFT AR KARY A ILMIAH LAIN
A. Hasil Penelitian dalam Bidang Ilmu yang Tidak Dipublikasikan 1
Pemanfaatan Kunyit (Curcuma Broiler (1983)
2
Pengaruh Gerhana Matahari Total terhadap Produksi dan Daya Tetas Telur Burung Puyuh (1984) Pengaruh Perbandingan Pejantan Burung Puyuh terhadap Fertilitas Telur (1985)
3.
4
domestica) dalam Ransum Ayam
Pertumbuhan Relatif Karkas Kalkun Berdasar (ditulis bersama Bambang Srigandono, 1985)
I'encah~.'aan
,\'ehaga; (iPll}'a
I'en,,'ej!ahan
( 'ek(lInun pQ(fa (Jngga,~ 7i'op;.~ BenVln"a.fUll.
Umur
Fisiologis
ulimalll:e(flire
105
pengaruh Kepadatan dan Tingkat Protein teerh~,!'jap Kalkun pada Kandang Sistem Litter (Thesis S2, 19~'7) Pakan
~
7.
Itik dan Pemberiannya
pada
Peternakan
PerfonTlans
l"':lk di Kabupaten
Boyolali (ditulis bersama Lutfi D.M, 1991) The effect of Color and Intensity of Light on T~.~ Behavior and Performance of Broilers (Disertasi S3, 1994) Gerakan Pembangunan Sentra Baru Pembibif;;'-' Pedesaan di Kabupaten Purbalingga (ditulis bersar'.a 1996) Penerapan
Teknologi
Inseminasi
Buatan
Ayam Buras Seno Jauhari,
' ,.(~bagai
Pelestarian Ayam Kedu Hitam/Cemani d;;' Pendapatan Peternak (ditulis bersama Sri Kisrr,t::1ti, Barep S, dan Nuniek S.Y, 1997)
Upaya
Peningkatan Warsono S,
Budidaya Inseminasi Buatan pad a ayam Ker;, Hitam (ditulis bersama Sri Kismiati, Warsono S, Barep S, dan N!..' ,ek S.Y, 1998) Studi tentang Pembinaan Kelompok Remaj;; Putri Melalui Pengelolaan Ayam Buras di Pedesaan Jawa Tengah (ditulis bersama Warsono S, Sri Kismiati, dan Nuniek S. Y /']00)
12.
Studi tentang Kegiatan Peningkatan Pen';.;: patan Melalui Pengelolaan Ayam Buras pada Kelompok F'.~::maja Putri di Pedesaan Jawa Tengah (ditulis bersama Warsor,'" S. Sri Kismiati, dan Nuniek S.Y, 2001) Pengembangan Model Inkubator Agribisnis Pet:~rnakan. bersa_ma Edjeng Supriyatna, Warsono S. dkk, 200~: J
(ditulis
~
106
Pidato Penguktillall Glint Be.var Uniwr.,;f'"
/
!)f!',megoro -D\~'i .~imarti
2. 3.
B. Hasil Penelitian Dipublikasikan
1
di luar Bidang Ilmu yang Tidak
Percontohan Pembuatan Kompos sebagai Pemanfaatan Sampah Pasar untuk Pemupukan Lahan Tepian Pantai (ditulis bersama FX. Subiyanto, 1984) Pendayagunaan Sampah Kota untuk Kompos dalam Rangka Mengembangkan Per1anian di Oaerah Pantai Utara Jawa Tengah (ditulis bersama FX. Subiyanto, 1985) Profil Peranan dan Kedudukan Wan ita Jawa Tengah (ditulis bersama Nuniek S.Y, Kartini Sekartaji dan Diah Mardiningsih, 1995/1996 ) Profil Anak Jalanan di Kotamadya Dati II Semarang (Post Doctor -UNICEF. ditulis bersama Ari Subowo dan Kartini Sekartaji.
4
1996/1997)
5
Profil Kedudukan dan Peranan Wanita di Kabupaten Jepara. Kodya Magelang, Kodya Semarang dan Kabupaten Semarang (ditulis bersama Nuniek S.Y, Kartini Sekartaji dan Diah Mardiningsih, 1997/1998)
C. Karya IImiah Bukan Hasil Penelitian yang Tidak Dipublikasikan
1
Manajemen Ayam Ras Petelur (disampaikan Mahasiswa KKN, 1985)
pada Pembekalan
Penanganan Produk Unggas Segar (disampaikan Kantor Dipenda Propinsi Jateng, Semaraang, 1987) 3
2. PencahUJ'aan
pada Hari Ibu
Pala Perkandangan pada Ternak Unggas (disampaikan pada Pelatihan Tenaga Penyuluh Transmigrasi, Balatrans, Semarang, 1988) .~bagai (Tpaya Pencegahan ('ekamall pada (Tngga~Tropi.~ Benl'awa.~an.mirna' U'e!fare
107
4
Cara Beternak Ayam Buras (disampaikan pada ceramah pembinaan karangtaruna di desa Tembalang, 1990)
5
Pendidikan Kesehatan Reproduksi Keluarga (disampaikan kelompok Remaja Putri di Kabupaten Magelang, 1995)
6.
Cara Belajar Efektif di Perguruan Orientasi Studi dan Pengenalan Peternakan UNDIP, 1996)
pad a
Tinggi (disampaikan pada Kampus/OSPEK Fakultas
Pol a Makan Tidak Sehat (disampaikan pad a siswa-siswi SO Sompok dan SO Tengger Kodya Semarang sekaligus pembinaan Kantin Sehat, 1996) 8
Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (disampaikan pacta Latihan KepemimpinanPramuka Penegak Pandega se Ajwa Tengah di Karanggeneng, Semarang, 1996)
9.
reran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir (disampaikan pada Pelatihan PRA di Lembaga Penelitian UNDIP. 1997)
10,
Kesenjangan Gender di Bidang Pendidikan (disampaikan Sosialisasi Wawasan Kemitra-sejajaran, Tim Penggerak Propinsi Jawa Tengati dan Kabupaten Banyumas, 1997)
11
Norma dan Etika Kehidupan Kampus (disampaikan pad a Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus/OSPEK Fakultas Petemakan UNDIP, 1998)
12
Manajemen Ternak Burung Puyuh (disampaikan karyawan Purna Tugas BRI, 2000)
13
Rencana Induk Pengembangan Peternakan Jawa Tengah 2001 2010 (sebagai ketua tim bekerjasama dengan Dinas Peternakan Propinsi Jateng, 2001)
108
pada PKK
pada pelatihan
Pic/ala PellguktlllaJ1 (;uru Be.'w' Univer.,ita, Dipollegaro -Dwi .S'unarti
:1982), 199&),
A. Tingkat Nasional Peserta
Seminar Penelitian Peternakan, Cisarua Bogar
1
Seminar
2
Peternakan
dan
Forum
Ptemak
Unggas
dan
Aneka
Ternak, Ciawi Bogor (1985), Peserta Seminar
3
Nasional
Peran Unggas
Lokal di Indonesia,
Semarang
(1989), Ketua Seminar
4
Kesempatan
Kerja
Bagi
Wanita
dan
Keharmonisan
Keluarga, UNDIP (1990), Peserta Seminar Sehari NKKBS, UNDIP (1990), Peserta
5 6
Lomba Design Kandang dalam Rangka Dies Fakultas Peternakan
7
UNDIP (1991), Panitia
Pembinaan Administrasi
Organisasi
8.
Seminar Peserta
9
Symposium Nasional Pengembangan pangan Modern Yogya (1995), Peserta
Tempe
1994)
dalam Industri
Sekretaris
10
11
UNDIP
Seminar Prospek dan Tantangan Bisnis Pangan. Semarang (1996) Peserta
12
Seminar Makanan Lezat dan Sehat Menyongsong
Era Globalisasi
Semarang (1996), Peserta
109
25.
Lokakarya Pengembangar) Akademik, Fakultas Peternakan UNDIP (2000), Panitia Seminar Pembahasan Us ulan Pengkajian dan Oiseminasi 2002 di BPTP I Ungaran (2001), Pembahas Utama
27
Seminar Nasional Pengen1bangan Agribisnis Peternakan Berbasis Sumber Daya Lokal, UNSOED (2001), Peserta
28
Seminar tentang Sertifikasi Halal Produk Peternakan UNDIP (2001). Pembahas
29
Diskusi Panel "Membangun Sinergi Pendidikan Tinggi dengan Mitra Kerja", UNDtP beke~asama dengan The Asean Foundation (2003), Peserta
Unggas,
Fakultas
Seminar dan Ekspose Nasional Sistem Integrasi Tanaman- Ternak, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali dan Crop-Animal Systems Research Network/CASREN (2004), Peserta 31
Kongres II Masyarakat Bogar. 2004. Pengurus
32
Seminar Nasional Teknologi Bogor (2004). Pemakalah
Ilmu Perunggasan
Peternakan
Indonesia
Baliknak,
dan Veteriner Balitnak,
B. Tingkat Internasional 1
The Winter Meeting of British Society of Animal Production and World Poultry Science Association at Scarborough, UK (1992), Paper Presenter
2
Nor1hern Poultry Par1icipant
Conference
at Leyland,
UK (1992),
Poster
Pencahll}'aan Sebaga; [Ipaya Pencegahan Cekanlan pada Unggas Trop;,yBerwQ\~'asal1.ln;ma/ lie/fare
1
5.
3.
Round Field Trip and Comparative Study in Animal Production and Behavior Cheko, Slovak, Germany, Netherland and Hungary
4
(1992), Participant The Winter Meeting of British Society of Animal Production and World Poultry Science .t\ssociation at Scarborough, UK (1993), Paper Presenter International
Conference
on Pollution
in Livestock
Production
Systems in Bangor, UK (1993), Participant The 9th European Poultry Conference,
6.
Glasgow, UK (1994), Paper
Presenter The Winter Meeting of British Society of Animal Production and World Poultry Science Association at Scarborough. UK (1994),
7
Paper Presenter The 28th International Congress of The International Society for Applied Ethology, Research Center, Foulum, Denmark (1994),
8
Poster Presenter 9
The Second Poultry Science Symposium of The World's Poultry Science Association (WPSA) , Semarang Indonesia (1995), Organizing Committee
10
Comparative
Study in Poultry Production
and Egg Quality, Nihon
IJniversity, Japan (1997), Participant
11.
Gender Equality in Asia and The Pacific: A Call to Action (Asia Pacific Women in Politics Network (A-PWIP) , Gender and Development Research Institute (DGRI), Convention Watch Group, Jakarta (1998), Participant
12.
World Jambore 2000. Satahib Camp Site. Thailand sebagai International Technical ~3ervices in the Global Development Village.
13.
Studi Perbandingan Bidang Produksi Ternak di Kinabalu University Malaya. Malaysia. 2000
112
Pidato Penguktlhan Guru Besar L'niversitas D!ponegoro -Dlvi Sunarti