Penyakt Orf Sinonim pada hewan: Scabby Mouth, Contagious Ecthyma, Contagious Pustular Dermatitis, Contagious Pustular Stomatitis, Infectious Pustular Dermatitis. Agen Penyebab: Parapox Virus Kejadian pada hewan: - Menyerang domba dan kambing. Merupakan penyakit endemik pada domba di seluruh dunia. Hal ini disebabkan oleh virus dapat bertahan di alam selama berbulan-bulan. - Menyerang hewan pada semua umur (paling sering umur 3-6 bulan). Virus masuk melalui luka lecet pada kulit. Lesi dimulai dengan kemerahan yang membengkak, dengan cepat menjadi papula, vesikel, pustule dan ulser. - Kerak terbentuk dalam seminggu dan terlepas setelah 3 sampai 4 minggu. - Lesi paling sering dijumpai pada bibir, cuping hidung, muka dan lidah, sesekali dapat pada ambing, skrotum dan alat kelamin. - Pada hewan muda penyakit lebih serius sebab menyebabkan perdarahan pada bibir, mengurangi nafsu makan sehingga menurunkan berat badan dan daya tahan tubuh.
Epidemiologi - Sekali kelompok hewan diserang maka biasanya penyakit tetap endemic yang disebabkan oleh kontak antara hewan dan tahannya virus pada lingkungan luar. - Kerugian terjadi karena penurunan berat badan yang diakibatkan kesulitan makan karena lesi pada mulut dan bibir. - Laju prevalensi meningkat apabila lapangan pengembalaan mengandung banyak duri yang dapat melukai bibir hewan sebagai tempat masuknya virus. Penularan dan kejadian pada manusia Infeksi pada manusia terjadi sebagai akibat adanya lecet kulit yang kontak dengan hewan terinfeksi atau bahan asal hewan seperti wool ataupun vaksin. Kelompok beresiko 1. Pekerja rumah potong hewan 2. Peternak 3. Dokter hewan 4. Orang lain yang kontak dengan hewan Penyakit pada manusia - Bagian tubuh yang terserang adalah jari dan tangan. - Masa inkubasi penyakit 3-7 hari. - Terbentuknya macula yang berkembang menjadi vesikel besar yang dikelilingi oleh sellulit yang tidak terasa sakit. - Vesikel berkembang menjadi pustule dan pergerakan terjadi setelah dua minggu. - Kesembuhan terjadi setelah 4-6 minggu.
PEWARNAAN SITOKIMIA HEMATOLOGI XIV.1 PENDAHULUAN Di laboratorium kadang dengan pewarnaan sediaan hapus darah tepi menggunakan metode Giemsa atau Wright belum memuaskan untuk membedakan seri leukosit untuk menunjang diagnosis leukemia dan kelainan leukosit, oleh sebab itu diperlukan pewarnaan sitokimia lainnya. Dalam bahasan kali ini membahas mengenai pewarnaan (pulasan) peroksidase, Sudan Black, Periodic Acid Schiff (PAS) dan Leukocyte Alkaline Phosphatase (LAP). XIV.2 PULASAN PEROKSIDASE Adakalanya membedakan jenis leukosit menemui kesukaran, teristimewa jika menghadapi sel muda atau yang abnormal. Dalam keadaan ini boleh digunakan bahwa
granula dalam sel jajaran granulosit dan monosit mengandung peroksidase, sedangkan sel jajaran limfosit tidak ada. Pulasan peroksidase yang sering digunakan menurut Sato dan Sekiya. XIV.1.1 Sato dan Sekiya Larutan yang diperlukan : 1. Larutan Cupri Sulfat : CuSO4.5H2O 0,5 gram dalam 100 ml aquadest. 2. Larutan benzidine : benzidine basa 0,2 gram digerus dalam cawan porselin dalam 200 ml aqudest. Disaring dan tambahkan 0,25 ml H2O2 3% dan simpan dalam botol coklat. Tahan selama 6 bulan. 3. Larutan Safranin : safranin 1 gram dalam 100 ml aquadest. Cara : 1. Letakkan sediaan kering dan difiksasi di atas rak. 2. Genangi sediaan dengan larutan kuprisulfat selama 30 – 60 detik. 3. Buang larutan tadi dan genangi dengan larutan benzidine selama 2 menit. 4. Bilas dan warnai dengan larutan safranin selama 1 menit. 5. Bilas dan keringkan. Hasil : Plasma jajaran granulosit berwarna biru sedangkan granula berisi peroksidase akan berwarna hijau biru. Mielobast dengan hasil negatif. Monosit memiliki granula namun terlihat kecil-kecil. Limfosit tidak ada dan berwarna merah. XIV.1.2 Ellias Larutan yang digunakan : 1. Larutan Chloronaftol. Larutkan 15 mg 4-chloro-1-naftol dalam 2 ml etanol absolut, simpan suhu 4°C. 2. Buffer Tris. Larutan 19,2 ml larutan Tris-(hidroksimetil) aminometan 0,2 mol/L dicampur dengan 80,8 ml HCl 0,1 mol/L, kemudian tambahkan air sampai 500 mL. pH harus 7,4 – 7,6. 3. Larutan H2O2 segar : 0,4 mL H2O2 30% diencerkan dalam 100 mL aquadest. 4. Larutan methylgreen 1% dalam aquadest. Larutan peroksidase dibuat dengan mencampur 2 mL larutan Chloronaftol dengan 38 mL buffer Tris. Kemudian ditambahkan 1 mL H2O2.
Cara : 1. Sediaan digenangi dengan reagent peroksidase selama 10 menit. 2. Bilas dengan air dan warnai dengan larutan methylgreen selama 2 menit. 3. Bilas dengan air dan keringkan. Hasil : Pulasan ini membuat granula yang peroksidase positif (+) berwarna biru tua. XIV.3 PULASAN SUDAN BLACK Zat warna Sudan Black memberi warna hitam kepada granula dalam leukosit yang mengandung zat lemak. Antara sudanofilia dan reaksi peroksidase positif terhadap korelasi positif. Larutan yang diperlukan : 1. Larutan Sudan Black : 0,5 gram Sudan Black B dicampur dengan 100 mL etanol absolut. Biarkan selama 2 hari dan saring. 2. Larutan Buffer : Phenol 16 gram, etanol absolut 30 mL, Na 2HPO4.12H2O 0,3 gram dan aquadest 100 mL. 3. Larutan kerja : dicampur 60 mL larutan Sudan Black dan 40 mL Buffer. Saring. Cara : 1. Sediaan direkatkan dengan uap formalin dalam wadah tertutup selama 10 menit. 2. Genangi sediaan dengan larutan kerja selama 30 menit. 3. Bilas dengan etabol absolut dan bilas dengan air. 4. Bisa juga di warnai dengan safranin 0,1 %. Hasil : Granula yang mengandung lipid/lemak akan berwarna hitam. XIV.4 PULASAN PAS (PERIODIC ACID SCHIFF) Pulasan ini berguna untuk mengenali sel-sel dalam jajaran limfosit yang mengandung glikogen. Reaksi yang terjadi adalah oksidasi glikogen oleh asam periodat (periodic acid) menjadi aldehide, lalu bereaksi dengan reagen schiff menjadi warna merah. Larutan yang diperlukan : 1. Larutan asam periodat : HIO4. 2H2O 1 gram dalam 100 mL aquadest.
2. Reagent Schiff : Basic Fuchsin 1 gram dimasukkan dalam 400 mL air mendidih, biarkan dingin sampai 50°C, saring, tambah 1 mL thionylchloride (SOCl 2), simpan tempat gelap 24 jam, tambah 2 gram carbon adsorbens, kocok saring, simpan lemari es dalam botol gelap. 3. Larutan hematoksilin 2 gram dalam 100 mL aquadest. Cara : 1. Sediaan hapus direkatkan denga uap formalin dalam cawan petri selama 10 menit. 2. Bilas dengan air selama 15 menit. 3. Genangi sediaan dengan asam periodat selama 30 menit. 4. Bilas dengan aquadest, genangi dengan reagent schiff selama 30 menit. 5. Bilas dengan air, bilas dengan aquadest selama 5 menit. 6. Genangi dengan hematoksilin selama 10 menit. Hasil : Granula dalam leukosit yang berisi glikogen menjadi merah. XIV.5 PULASAN FOSFATASE ALKALIS (LAP) Adanya enzim ini dalam granula dan sitoplasma sel-sel jajaran granulosit dapat dipergunakan untuk membedakannya dari leukosit-leukosit lainnya. Hasil pulasan ini memberikan petunjuk dalam membedakan leukositosis oleh leukemia granulositik kronik dari leukositosis oleh sebab-sebab lain. Darah segar sebaiknya digunakan : kapiler, darah vena dengan antikoagulan heparin atau double oxalat. Darah EDTA tidak boleh digunakan karena mengganggu pulasan. Metode Kaplow LAP Larutan yang diperlukan : 1. Larutan perekat : formalin (40%) 10 mL, metanol absolut 90 mL. simpan dalam lemari es freezzer. Sebagian larutan diambil dan ditaruh pada suhu 5°C. 2. Larutan stok propanadiol : 2-amino-2-metil-1,3-propanadiol 10,5 gram dalam aquadest 500 mL. 3. Larutan kerja Buffer Proponadiol : larutan stock proponadiol 0,2 M 25 mL, larutan HCl 0,1 N 5 mL dan aquadest 100 mL dan pH harus 9,75 dan simpan dalam lemari es. 4. Larutan substrat pH 9,5 – 9,6 : natrium alfa naftil fosfat 35 mg. fast blue RR 35 mg, larutan kerja proponadiol 35 mL, saring. Larutan ini harus segar dan tidak boleh ditunda. 5. Larutan hematoksilin menurut Harris.
Please download full document at www.DOCFOC.com Thanks