PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
i
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
i
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
i
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Padi (Beras) merupakan salah satu pangan pokok bagi Indonesia.Sejak Indonesia merdeka, perkembangan perpadian (perberasan) di Indonesia telah mengalami pasang surut.Diawal tahun kemerdekaan, ketidakmampuan menyediakan beras bagi rakyat Indonesia telah menimbulkan instabilitas politik.Pada tahun 1984, Indonesia telah mampu mencapai swasembada beras, tetapi setelah itu penyediaan beras bersumber dari produksi dalam negeri tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sehingga penyediaan beras dari impor menjadi alternatif untuk mengurangi resistensi sosial dan politik.Namun sejak tahun 2008 sampai saat ini, penyediaan beras telah kembali mencapai swasembada.Melihat realitas tersebut, beras menjadi komoditas yang fundamental dan strategis.Untuk itu, pengelolaan perpadian (perberasan) memerlukan perhatian khusus dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Kebutuhan padi (beras) akan terus meningkat seiring dengan proyeksi laju pertambahan penduduk. Laju pertumbuhan jumlah penduduk masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan produksi padi nasional, di sisi lain luas baku lahan sawah dan kualitasnya cenderung menurun akibat konservasi lahan dan faktor faktor lainnya. Oleh karena itu untuk mengimbangi kebutuhan akan beras nasional, upaya peningkatan produksi padi setiap tahunnya harus terus dilakukan. Dalam konteks tersebut diperlukan berbagai terobosan-terobosan peningkatan produksi. Menyadari fungsi dan peran penting padi tersebut, maka pemerintah terus berupaya untuk mewujudkan peningkatan produksi padi.Pada tahun
i
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
2016selain
difokuskan
pada
kegiatan
peningkatan
produktivitas
(intensifikasi) juga dirancang kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi). Dalam Pelaksanaannya
diharapkan mengadopsi Teknologi Tanam Jajar
Legowo. Untuk itulah maka diperlukan Petunjuk Teknis Teknologi Tanam Jajar Legowo Padi. Buku Petunjuk Teknis Teknologi Tanam Jajar Legowo Padi Tahun 2016 berisi kebijakan, strategi dan langkah aksi bagi pemerintah (pusat, provinsi dan kabupaten/kota) bersama stakeholders dalam melaksanakan kegiatan peningkatan produksi padi secara sinergis dan berkesinambungan baik pada lokasi kegiatan peningkatan provitas (intensifikasi) maupun perluasan areal tanam (ekstensifikasi) dengan tetap mengadopsi teknologi tanam jajar legowo, sehingga target produksi yang telah ditetapkan dapat tercapai seiring dengan upaya mewujudkan swasembada beras yang berkelanjutan. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan penerapan teknologi tanam jajar legowo baik pada lokasi intensifikasi dan apabila memungkinkan diterapkan di lokasi ekstensifikasi. Kepada semua pihak yang memberikan bantuan dalam pelaksanaan kegiatan ini, disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih. Jakarta, 23 Februari 2016
ii
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...............................................................
i
DAFTAR ISI
........................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................
iv
I.
PENDAHULUAN ..............................................................
1
A.
Latar Belakang .........................................................
1
B.
Tujuan dan Sasaran …………… ..............................
7
C.
Pengertian-Pengertian ............................................
9
II. KERAGAAN, TANTANGAN SERTA PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI TAHUN 2016.............
19
A.
Keragaan Produksi ..................................................
19
B.
Sasaran Produksi Padi Tahun 2016 ........................
20
C.
Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi .......
21
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2016 ....................................................................
23
A.
Strategi Pencapaian Produksi Padi Tahun 20 ..........
23
B.
Upaya Pencapaian Produksi Padi Tahun 2016 .......
25
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2016 ......................
30
A.
B.
C.
Kriteria Calon Lokasi Kegiatan Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi) dan Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi) ...................................
30
Kriteria Calon Petani Pelaksana Kegiatan Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi) dan Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi) ..................
34
Fasilitasi Bantuan Dalam Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi) dan Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi) ..................
36 iii
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
V. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONALISASI ........
48
A.
Pengorganisasian ....................................................
48
B.
Operasionalisasi .....................................................
50
VI. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN .........
53
VII. PENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ...................................................................
55
A.
Pengendalian ...........................................................
55
B.
Monitoring ...............................................................
56
C.
Evaluasi ...................................................................
57
D.
Pelaporan.................................................................
58
PENUTUP ........................................................................
63
LAMPIRAN .............................................................................
65
iv
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Tahun 2016 ....
66
Lampiran 2. Rekapitulasi Alokasi Kegiatan Budidaya Padi Tahun 2016 .......................................................
68
Lampiran 3. Alokasi Kegiatan Budidaya Padi Per Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2016 ......................
69
Lampiran 4. Daftar Calon Petani dan Lokasi Penerima Bantuan Pemerintah Tahun 2016 ......................
82
Lampiran 5. Contoh Surat Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) ................................................
84
Lampiran 6. Rencana Usaha Kelompok (RUK) Bantuan Pemerintah Tahun 2016 ....................................
87
Lampiran 7. Surat Pernyataan Penerima dan Penggunaan Bantuan Pemerintah Tahun 2016 ......................
88
Lampiran 8. Form Isian Hasil Ubinan ....................................
89
Lampiran 9. Jarak Tanam Jajar Legowo ...............................
90
Lampiran 10. Rencana Jadwal Pelaksanaan Teknologi Tanam Jajar Legowo Tahun 2016 .....................
98
Lampiran 11. Blangko Laporan Bulanan Kecamatan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan .......................
99 v
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
Lampiran 12. Blangko Laporan Bulanan Kabupaten Realisasi Pelaksanaan Kegiatan .......................
100
Lampiran 13. Blangko Laporan Bulanan Provinsi Realisasi Pelaksanaan Kegiatan .......................
101
Lampiran 14. Blangko Laporan Akhir Provinsi/Kabupaten Realisasi Pelaksanaan Kegiatan .......................
102
vi
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
I. PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan sehingga dari sisi Ketahanan Pangan Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis. Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah satu strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Selain berperan sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya keadaan “rawan pangan” di masa yang akan datang. Selain itu, dengan
semakin
meningkatnya
tingkat
pendidikan
dan
kesejahteraan masyarakat, terjadi pula peningkatan konsumsi per-kapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya Indonesia membutuhkan
tambahan
ketersediaan
pangan
guna
mengimbangi laju pertambahan penduduk yang masih cukup tinggi.
1
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
Untuk memenuhi kebutuhan beras dari produksi dalam negeri, telah ditetapkan sasaran produksi padi tahun 2016 sebesar 76,23 juta ton gabah kering giling (GKG). Banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai sasaran produksi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya peningkatan produksi yang luar biasa. Masih terdapatnya senjang hasil di areal yang selama ini sudah dimanfaatkan serta masih tersedianya areal pertanian dan lahan potensial yang belum termanfaatkan secara optimal seperti lahan kering, rawa, lebak, pasang surut, lahan sementara tidak diusahakan dan lainnya, merupakan peluang bagi peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi. Potensi sumberdaya lahan ini harus dirancang dengan baik pemanfaatannya untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani,
salah
produktivitas
satunya
(intensifikasi)
melalui dan
kegiatan
peningkatan
peningkatan luas
tanam
(ekstensifikasi). Berbagai upaya peningkatan produksi baik melalui kegiatan peningkatan produktivitas maupun peningkatan luas tanam, telah dilaksanakan antara lain melalui Penerapan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Upaya ini telah terbukti mengungkit pencapaian produksi, namun kedepan akan dihadapkan dengan berbagai tantangan yang lebih beragam, oleh
karena
itu
diperlukan
penyempurnaan
dan
atau 2
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
peningkatan kualitas baik pada tatanan perencanaan maupun operasionalisasi di lapangan. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) bukan merupakan paket teknologi, tetapi adalah pendekatan dalam peningkatan produksi melalui pengelolaan tanaman, tanah, air, hara dan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara menyeluruh dan berkelanjutan. Dalam penerapannya, PTT bersifat partisipatif, dinamis, spesifik lokasi, terpadu dan sinergis antar komponen teknologi yang diterapkan. Dewasa ini telah diperkenalkan berbagai teknologi tanam budidaya padi, antara lain budidaya sistem tanam benih langsung (Tabela), sistem tanam tanpa oleh tanah (TOT) maupun sistem tanam jajar legowo (Jarwo). Salah satu penciri pendekatan melalui PTT adalah komponen sistem tanam jajar legowo. Pengenalan dan penggunaan sistem tanam tersebut disamping dapat mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimal
juga
ditujukan
untuk
meningkatkan
hasil
dan
pendapatan petani. Pada umumnya, varietas padi pada kondisi jarak tanam sempit akan mengalami penurunan kualitas pertumbuhan, seperti jumlah anakan dan malai yang lebih sedikit, panjang malai yang lebih pendek, dan tentunya jumlah gabah permalai berkurang bila dibandingkan pada kondisi jarak tanam yang lebar (potensial). Fakta dilapangan membuktikan bahwa penampilan 3
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
individu tanaman padi pada jarak tanam yang lebar lebih bagus dibandingkan dengan jarak tanam yang rapat. Beberapa
kemungkinan
yang
menyebabkan
rendahnya
produktivitas pada jarak tanam rapat antara lain : persaingan dalam penerimaan cahaya matahari, pengurasan unsur hara yang intensif, peluang berkembangnya penyakit endemik sebagai
akibat
dari
kondisi
lingkungan
mikro
yang
menguntungkan perkembangan penyakit, dll. Dengan teknologi tanam jajar legowo maka pada barisan tanaman terluar memberikan ruang tumbuh yang lebih longgar sekaligus sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih baik untuk pertanaman. Selain itu upaya penanggulangan gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Pemahaman terhadap teknologi tanam jajar legowo padi menjadi penting agar manfaat yang akan diperoleh dari penerapannya akan lebih optimal. Sejalan dengan hal tersebut diatas, maka pada tahun 2016 upaya peningkatan produksi padi akan diarahkan pada kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi) melalui penerapan teknologi tanam jajar legowo. Untuk itu, seluruh kegiatan peningkatan produktivitas
(intensifikasi)
diwajibkan
menerapkan
teknologi tanam jajar legowo, sementara untuk kegiatan perluasan areal tanam(ekstensifikasi) diharapkan dapat 4
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
menerapkan teknologi tanam jajar legowo tersebut atau disesuaikan dengan kondisi setempat.Untuk mendukung penerapan teknologi tanam jajar legowo maka akan difasilitasi bantuan benih dan alat tanam antara lain caplak kepada petani/kelompok
tani/gapoktan/LMDH
pelaksana
kegiatan.
Selain itu juga difasilitasi biaya pembuatan papan nama, kegiatan ubinan, gerakan tanam dan panen, pembinaan, bimbingan, pemantauan dan evaluasi. Melalui upaya ini maka petani/kelompok tani/gapoktan/LMDH akan mampu mengelola potensi sumberdaya yang tersedia secara terpadu dalam budidaya padi di lahan usahatani secara spesifik lokasi, sehingga petani mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi. Namun demikian, wilayah di luar program (pertanaman swadaya petani) tetap dilakukan pembinaan, bimbingan, pendampingan dan pengawalan sehingga produksi dan produktivitas tetap dapat meningkat, mengingat sasaran produksi yang telah ditetapkan meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan berbagai fasilitasi/stimulan yang diberikan pemerintah, diharapkan pelaksanaan penerapan teknologi tanam jajar legowo
padi
(intensifikasi)
pada dan
kegiatan kegiatan
peningkatan perluasan
produktivitas areal
tanam
(ekstensifikasi) dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran. 5
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
Agar upaya pencapaian sasaran produksi padi melalui kegiatan penerapan teknologi tanam jajar legowo padi pada kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan perluasan areal tanam (ekstensifikasi) dapat tercapai, maka perlu disusun Petunjuk Teknis sebagai acuan umum bagi semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan. Dengan adanya petunjuk teknis ini, semua pihak terkait akan berkontribusi secara positif sehingga akhirnya kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan yang berkontribusi terhadap pencapaian keberagaman
sasaran kondisi
produksi di
padi.
Mengingat
masing-masing
tingginya
daerah
dan
kemampuan adopsi inovasi teknologi, maka Petunjuk Teknis ini dilengkapi oleh Dinas Pertanian Provinsi dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK), sehingga kegiatan tersebut dapat dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran, dan selanjutnya dirinci secara teknis oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi spesifik lokasi agar lebih operasional sesuai kebutuhan di lapangan dan tidak multitafsir. Apabila terdapat perubahan dan ada yang belum diatur dalam Petunjuk Teknis ini, selanjutnya akan diatur lebih lanjut. Mekanisme perubahan melalui usulan dari Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan selanjutnya disampaikan ke Pusat (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan). 6
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
B. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan a. Menyediakan acuan pelaksanaan teknologi tanam jajar legowo baik pada kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) maupun kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi) padi, bagi Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas
Pertanian
Kabupaten/Kota
dalam
rangka
mendukung peningkatan produksi padi tahun 2016. b. Mendorong
dan
meningkatkan
keterpaduan
pelaksanaan
tanam
legowo
jajar
koordinasi
pengembangan
padi
baik
dilokasi
dan
teknologi kegiatan
peningkatan produktivitas (intensifikasi) maupun pada lokasi kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi) antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. c. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani guna mempercepat penerapan teknologi tanam jajar legowo padi dalam usahataninya baik dilokasi kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) maupun pada
lokasi
kegiatan
perluasan
areal
tanam
(ekstensifikasi). d. Meningkatkan produksi padi dan pendapatan petani.
7
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
2. Sasaran a. Tersedianya acuan pelaksanaan teknologi tanam jajar legowo
padi
baik
dilokasi
kegiatan
peningkatan
produktivitas (intensifikasi) maupun di lokasi kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi), bagi Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi tahun 2016. b. Terkoordinasinya pengembangan teknologi tanam jajar legowo
padi
baik
dilokasi
kegiatan
peningkatan
produktivitas (intensifikasi) maupun di lokasi kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi), antara Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, cq Direktorat Serealia, Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. c. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap petani sehingga pelaksanaan penerapan teknologi tanam jajar legowo padi baik dilokasi kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) maupun di lokasi kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi) dapat berjalan lebih cepat dan keberlanjutan. d. Meningkatnya produktivitas padi melalui penerapan teknologi tanam jajar legowo minimal 1,50 ton/ha GKG. 8
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
C.
Pengertian – Pengertian 1. Sistem Tanam Jajar Legowo Padi adalah pola bertanam padi yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau empat) baris tanaman dan satu baris kosong. Istilah legowo diambil dari bahasa jawa yaitu “lego” yang berarti luas dan “dowo” yang berarti panjang. Legowo juga diartikan sebagai cara tanam padi yang memiliki beberapa barisan dan diselingi satu barisan kosong. 2. Peningkatan produktivitas (intensifikasi) dimaksudkan peningkatan produktivitas padi yaitu usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan
hasil
pertanian
dengan
cara
mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah tersedia (existing). Dalam pelaksanaan intensifikasi pertanian akan fokus
pada
upaya
penanganan
masalah
terkait
:
pengelolaan tanah, penggunaanbenih bermutu, penanaman, pemupukan, pemberantasan hama serta penyakit pada tanaman, pemanenan dan kegiatan selama pasca panen. 3. Perluasan Areal Tanam (PAT) Padi adalah upaya untuk menambah luas areal pertanaman padi di lahan sawah, lahan sawah non irigasi, lahan pertanian bukan sawah dan lahan sementara tidak diusahakan (termasuk lahan sawah yang terkena bencana). 4. Lahan Sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk 9
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang darimana diperoleh atau status lahan tersebut. 5. Lahan Sawah Irigasi Teknis adalah lahan sawah yang mempunyai jaringan irigasi dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air ke dalah sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Biasanya lahan sawah irigasi teknis mempunyai jaringan irigasi yang terdiri dari saluran primer dan sekunder serta bangunannya dibangun dan dipelihara oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU). 6. Lahan Sawah Irigasi Setengah Teknis adalah lahan sawah yang memperoleh irigasi dari irigasi setengah teknis. Sama halnya dengan pengairan teknis, namun dalam hal ini PU hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan tidak dikuasi oleh PU. 7. Lahan Sawah Irigasi Sederhana adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari irigasi sederhana yang sebagian jaringannya (bendungan) dibangun oleh PU. 8. Lahan Sawah Irigasi Desa/Non PU adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem pengairan yang dikelola sendiri oleh masyarakat.
10
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
9. Lahan Sawah Tadah Hujan adalah lahan sawah yang bergantung pada air hujan. 10. Lahan Sawah Pasang Surut adalah lahan sawah yang pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. 11. Lahan
Sawah
Lebak
adalah
lahan
sawah
yang
pengairannya berasal dari reklamasi rawa lebak (bukan pasang surut). 12. Polder dan Sawah Lainnya adalah lahan sawah yang terdapat di delta sungai yang pengairannya dipengaruhi oleh air sungai tersebut. Sedangkan sawah lainnya antara lain rembesan-rembesan rawa yang biasanya ditanami padi. 13. Lahan Pertanian Bukan Sawah adalah semua lahan pertanian selain lahan sawah. Lahan pertanian bukan sawah terdiri dari tegal/kebun, ladang/huma, dan lahan yang sementara tidak diusahakan. 14. Tegal/Kebun adalah lahan pertanian bukan sawah (lahan kering) yang ditanami tanaman semusim atau tahunan dan terpisah
dengan
halaman
sekitar
rumah
serta
penggunaannya tidak berpindah-pindah. 15. Ladang/Huma adalah lahan pertanian bukan sawah (lahan kering) yang biasanya ditanami tanaman semusim dan 11
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
penggunaannya
hanya
semusim
atau
dua
musim,
kemudian akan ditinggalkan bila sudah tidak subur lagi (berpindah-pindah). Kemungkinan lahan ini beberapa tahun kemudian akan dikerjakan kembali jika sudah subur. 16. Lahan Yang Sementara Tidak Diusahakan adalah lahan yang biasanya diusahakan tetapi untuk sementara (lebih dari 1 (satu) tahun tetapi kurang dari atau sama dengan 2 (dua) tahun) tidak diusahakan, termasuk lahan sawah yang tidak diusahakan selama lebih dari 2 (dua) tahun. 17. Lahan
Kering
adalah
hamparan
lahan
yang
tidak
mempunyai pematang dan sumber airnya berasal dari air hujan. 18. Lahan Tidur adalah lahan pertanian yang sudah tidak digunakan selama lebih dari 2 (dua) tahun dan lahan tidur umumnya
merupakan
sebuah
bagian
dari
sistem
peladangan berpindah dimana petani membuka hutan, menanamnya
selama
beberapa
musim
tanam,
dan
meninggalkannya untuk membuka lahan baru. 19. Lahan
Alang-Alang/Padang
Penggembalaan
adalah
lahan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya menurut kebutuhannya
dalam
waktu
singkat. Padang
penggembalaan adalah tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/legume yang 12
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan ternak 20. Lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah sebidang lahan yang sengaja ditanami dengan tanaman industri, yaitu tanaman berkayu dengan tipe sejenis untuk mencapai tujuan menjadi sebuah hutan yang secara khusus dapat dieksploitasi tanpa membebani hutan alami, pertanaman padi dapat
ditanam pada
lahan
HTI selama
tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman pokok. 21. Lahan Perkebunan (Tanaman Belum Menghasilkan, Replanting) yaitu penggantian suatu macam tanaman perkebunan, karena sudah tua/tidak produktif dengan tanaman perkebunan yang sama dan dapat dilakukan secara selektif maupun menyeluruh. 22. Lahan Kritis merupakan suatu kondisi lahan tidak dapat lagi mengatur fungsinya sebagai media pengatur tata air dan unsur produksi pertanian yang baik. Lahan kritis merupakan lahan yang sudah tidak produktif ditinjau dari segi pertanian, karena pengelolaan dan penggunaan yang kurang memperhatikan syarat-syarat pengolahan tanah maupun kaidah konservasi. 23. Indeks Pertanaman (IP) adalah frekuensi penanaman pada sebidang lahan pertanian untuk memproduksi bahan pangan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
13
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
24. Teknologi Hazton adalah adalah cara bertanam padi dengan menggunakan bibit tua 25 – 30 hari setelah semai dengan jumlah bibit padat yaitu 20 - 30 batang per lubang tanam. Komponen yang lain kurang lebih sama dengan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi yang direkomendasikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 25. Desa Pertanian Organik Padi adalah desa yang di dalamnya telah dikembangkan sehamparan lahan pertanian organik padi atau lebih yang menerapkan sistem pertanian organik
padi,
yang
siap
disertifikasi
oleh
Lembaga
Sertifikasi Organik (LSO) yang diakui pemerintah. 26. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) adalah
suatu
pendekatan
inovatif
dalam
upaya
meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui perbaikan teknologi
sistem/pendekatan yang
sinergis
dalam
antar
perakitan
komponen
paket
teknologi,
dilakukan secara partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik lokasi. PTT merupakan inovasi baru untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan produktivitas padi. Teknologi intensifikasi padi bersifat spesifik lokasi, bergantung pada masalah yang akan diatasi (demand driven technology). Komponen teknologi PTT ditentukan bersama-sama petani melalui analisis kebutuhan teknologi
(need
assessment).
Komponen
teknologi 14
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
PTTdasar/compulsoryadalah
teknologi
yang
dianjurkan
untuk diterapkan di semua lokasi. Komponen teknologi PTT pilihan adalah teknologi pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan. Komponen teknologi PTT pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP (Kajian Kebutuhan teknologi
dan yang
Peluang) memprioritaskan dimaksud
menjadi
komponen
keharusan
untuk
pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar. 27. Bantuan
Pemerintah
adalah
bantuan
yang
tidak
memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada perseorangan, kelompok masyarakat atau lembaga pemerintah/nonpemerintah. Bentuk Bantuan Pemerintah meliputi: Pemberian penghargaan; Beasiswa; Tunjangan profesi guru dan tunjangan lainnya; Bantuan Operasional;
Bantuan
sarana
prasarana;
Bantuan
rehabilitasi/pembangunan gedung/bangunan; dan Bantuan lainnya yang memiliki karakteristik bantuan pemerintah yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran (PA). 28. Petani, adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang
pertanian,
wanatani,
minatani,
agropasture,
penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang. 15
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
29. Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang
dibentuk
atas
dasar
kesamaan
kepentingan;
kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumber daya;
kesamaan
komoditas;
dan
keakraban
untuk
meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota. Gabungan Kelompok tani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. 30. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana kerja usahatani dari kelompok tani untuk satu periode musim tanam yang disusun melalui musyawarah dan kesepakatan
bersama
dalam
pengelolaan
usahatani
sehamparan wilayah kelompok tani yang memuat uraian kebutuhan saprodi yang meliputi:jenis, volume, harga satuan dan jumlah uang yang diajukan untuk pembelian saprodi sesuai kebutuhan di lapangan (spesifik lokasi) dan pengeluaran lainnya (bantuan alat tanam jajar legowo) dan lainnya. 31. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian, Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), Pengawas Benih Tanaman (PBT)yang telah mengikuti pelatihan SL-PTT dan berperan sebagai pendamping dan pengawal pelaksanaan kegiatan. 32. Pengawalan dan Pendampingan oleh Petugas Dinas adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas Dinas 16
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh, POPT, PBT, Mantri Tani dan atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan. 33. Pengawalan dan Pendampingan oleh Aparat adalah kegiatan yang dilakukan oleh TNI-AD beserta jajarannya (Babinsa), Camat, Kades dan atau petugas lainnya sesuai dengan
kebutuhan
di
lapangan
dalam
melakukan
pengawalan, pendampingan dan membantu pelaksanaan pencapaian target tanam (produksi) padi di lapangan. Dalam pelaksanaannya Babinsa secara berkala hadir di lokasi kegiatan. Dalam rangka pemberdayaan kelompok tani, Babinsa bersama penyuluh lapangan melaporkan pelaksanaan tanam sampai produksi di wilayah masingmasing. 34. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) didukung oleh peneliti UK/UPT Lingkup
Badan
Litbang
Pertanian
gunameningkatkan
pemahaman dan akselerasi adopsi PTT dengan menjadi narasumber
pada
pelatihan,
penyebaran
informasi,
melakukan uji adaptasi varietas unggul baru, demplot, dan supervisi penerapan teknologi.
17
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
35. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai rekomendasi BPTP dan secara berkala hadir di lokasi kegiatan dalam rangka
pemberdayaan
kelompok
tani
sekaligus
memberikan bimbingan kepada kelompok tani dalam penerapan teknologi. 36. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT(Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan) adalah kegiatan pendampingan
oleh
Pengawas
OPT
dalam
rangka
pengendalian hama terpadu(PHT). 37. Pengawalan dan Pendampingan oleh PBT (Pengawas Benih Tanaman) adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas Benih dalam rangka pengawasan mutubenih. 38. Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral
dan/atau
mikroba,
yang
bermanfaat
untuk
meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. 39. Benih Bina adalah benih dari varietas unggul yang telah dilepas produksi dan peredarannya diawasi. 40. Benih Varietas Unggul Bersertifikat adalah benih bina yang telah disertifikasi. 18
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
41. Swadaya adalah semua upaya yang dilakukan petani dengan sumber pembiayaan yangberasal dari modal petani sendiri. 42. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Menteri/Pimpinan Lembaga yang bertanggung jawab atas penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. 43. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. 44. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK
adalah
pejabat
yang
diberi
kewenangan
oleh
PA/Kuasa PA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.
19
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
II. KERAGAAN, TANTANGAN SERTA PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI TAHUN 2016 A. Keragaan Produksi Produksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 2,48%/tahun, dari 66,47 juta ton GKG pada tahun 2010 menjadi 74,99 juta ton GKG pada tahun 2015 (ARAM II) sedangkan laju peningkatan produktivitas mencapai rata-rata 1,08%/tahun dan luas panen meningkat rata-rata 1,37 %/tahun, sebagaimana terlihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Tahun 2010-2015
2010 2011
LUAS PANEN PRODUKTIVITAS Ha % Ku/Ha % 13.253.450 50,15 13.203.643 (0,38) 49,8 (0,70)
PRODUKSI Ton % 66.469.394 65.756.904 (1,07)
2012
13.445.524
1,83
51,36
3,13
69.056.126
5,02
2013
13.835.252
2,90
51,52
0,31
71.279.709
3,22
2014
13.797.307 (0,27) 51,35
(0,33)
70.846.465
(0,61)
2015*
14.178.172
3,00
74.997.788
5,86
TAHUN
RATA-RATA
2,76 1,37
52,89
1,08
2,48
*) ARAM II BPS
19
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
B. Sasaran Produksi Padi Tahun 2016 Sasaran produksi padi tahun 2016 sejumlah 76,23juta ton GKG atau meningkat 3,79% dibanding sasaran produksi tahun sebelumnya sebesar 73,44 ton GKG. Sasaran sejumlah tersebut diperoleh dari sasaran luas tanam 15,02 juta ha, sasaran luas panen 14,27 juta hadan sasaran produktivitas 53,40 ku/ha. Apabila
dibandingkan
dengan
pencapaian
pada
tahun
2015(ARAM II), sasaran produksi tahun 2016 meningkat 1,65%, sasaran luas panen meningkat 0,63%, produktivitas meningkat 0,96 %,seperti pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2016 Terhadap ARAM II 2015 (BPS)
KOMODITAS
PADI
ARAM II SASARAN 2015 2016 Luas Tanam (jt Ha) 14,69 15,02 Luas Panen (jt Ha) 14,18 14,27 Produktivitas (Ku/Ha) 52,89 53,40 Produksi (jt ton GKG) 74,99 76,23 URAIAN
% 2,26 0,63 0,96 1,65
Sasaran indikatif luas tanam, panen, produktivitas dan produksi padi tahun 2016 per Provinsi, disajikan pada Lampiran 1.
20
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi Kendala dalam peningkatan produksi tanaman pangan yang semakin
kompleks
karena
berbagai
perubahan
dan
perkembangan lingkungan strategis di luar sektor pertanian berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman pangan. Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan adalah : 1). Meningkatnya permintaan beras
sesuai
dengan
peningkatan
jumlah
penduduk,
2).
Terbatasnya ketersediaan beras dunia, dan 3). Kecenderungan meningkatnya harga pangan. Disamping tantangan, upaya peningkatan produksi tanaman juga dihadapi oleh sejumlah permasalahan, yaitu antara lain : 1). Meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global, 2). Terbatasnya ketersediaan infrastruktur, 3). Belum optimalnya sistem perbenihan nasional, 4). Terbatasnya akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga usaha tani, 5). Masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh, 6). Meningkatnya alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian, serta 7). Kurang harmonisnya koordinasi kerja antar sektor terkait pembangunan pertanian. Disamping itu, pembangunan pertanian selama ini masih dilaksanakan tersekat-sekat oleh batasan administratif serta berorientasi pada kegiatan-kegiatan yang tidak mampu menjadi
21
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
faktor pengungkit untuk pencapaian sasaran pembangunan pertanian. Disamping tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam upaya peningatan produksi tanaman pangan, terdapat sejumlah peluang
yang
memberikan
apabila
dimanfaatkan
dengan
baik
akan
kontribusi pada upaya peningkatan produksi.
Peluang tersebut antara lain : 1). Kesenjangan hasil antara potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi, 2). Tersedia teknologi
untuk
meningkatkan
produktivitas,
3).
Potensi
sumberdaya lahan sawah, rawa/lebak, pasang surut, lahan kering (perkebunan, kehutanan) dan lahan sementara tidak diusahakan masih
luas,
4).
Penyuluh/PPL,
Pengetahuan/Keterampilan Pengendali
Organisme
SDM
(Petani,
Pengganggu
Tumbuhan/POPT, Pengawas Benih Tanaman/PBT, dan Petugas Pertanian Lainnya) masih dapat dikembangkan, 5). Tersedianya potensi pengembangan produksi berbagai pangan pilihan selain beras, 6). Dukungan Pemerintah Daerah dan 7). Ketersediaan sumber genetik.
22
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2016
Mengingat komoditi serealia khususnya beras merupakan komoditas pangan strategis yang masih terus mendapatkan perhatian khusus dari
pemerintah
maka
upaya
meningkatkan
produksi
dan
produktivitas padi terus dilakukan, antara lain dilakukan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi. Program tersebut dilakukan melalui penyediaan input, penyediaan teknologi, air, pemasaran hasil dan lain sebagainya yang memungkinkan untuk lebih menggairahkan para petani untuk berusahatani lebih optimal, sehingga pada akhirnya peningkatan produksi dan produktivitas padi dapat dicapai. A. Strategi Pencapaian Produksi Padi 2016 a.1. Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi) Peningkatan produktivitas padi merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produksi padi dengan cara mengoptimalkan lahan
pertanian
yang
sudah
tersedia
(existing).
Dalam
pelaksanaan kegiatan intensifikasi padi akan difokuskan pada upaya
penanganan
penggunaan
benih
masalah
terkait:
bermutu,
pengelolaan
penanaman,
tanah,
pemupukan,
pemberantasan hama serta penyakit pada tanaman, pemanenan dan kegiatan selama pasca panen. 23
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
Peningkatan produktivitas padi dilakukan melalui peningkatan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul spesifik lokasi dan musim dengan produktivitas tinggi termasuk benih padi hibrida, peningkatan jumlah populasi tanaman dengan sistem tanam jajar legowo, pemupukan sesuai rekomendasi spesifik lokasi serta berimbang, pemakaian pupuk organik serta pupuk bio-hayati, pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya lainnya
dan
pendampingan,
disertai
dengan
pemantauan
dan
peningkatan koordinasi.
pengawalan, Strategi
ini
terutama dilaksanakan di wilayah dimana perluasan areal sudah sulit dilakukan, sehingga dengan penerapan teknologi spesifik lokasi diharapkan masih dapat ditingkatkan produktivitasnya. a.2. Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi) Permasalahan substantif yang dihadapi dalam peningkatan produksi padi adalah berkurangnya luas areal lahan sawah akibat alih fungsi dari lahan pertanian ke peruntukan di luar pertanian. Berdasarkan permasalahan tersebut, dalam upaya peningkatan produksi padi, maka Kementerian Pertanian melalui APBN TA. 2016
melaksanakan
kegiatan
perluasan
areal
tanam
(ekstensifikasi) dan peningkatan indeks pertanaman padi pada lahan yang masih berpotensi untuk ditingkatkan, antara lain lahan kering, lahan tadah hujan, lahan hutan, lahan gambut,
24
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
lahan rawa, lahan pasang surut, lahan yang sementara tidak diusahakan, lahan marginal, dan lahan lainnya. Guna mendukung kegiatan tersebut, maka pelaksana kegiatan akan diberikan fasilitasi/bantuan prasarana dan sarana pertanian yang terdiri dari: benih padi, alat dan mesin pertanian baik pra panen maupun pasca panen serta infrastruktur air irigasi/jaringan irigasi sesuai kebutuhan lahan dan didukung oleh potensi sumber daya alam yang tersedia dilokasi, sebagai stimulan. B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2016. Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi tahun 2016 adalah
peningkatan
produktivitas
padi melalui
penerapan
teknologi tanam jajar legowo. Sejalan dengan hal tersebut, maka pada tahun 2016 upaya peningkatan produksi padi akan diarahkan pada kegiatan intensifikasi (peningkatan produktivitas) dan kegiatan ekstensifikasi (perluasan areal tanam). Seluruh kegiatan intensifikasi diwajibkan menerapkan teknologi tanam jajar legowo, sementara untuk kegiatan ekstensifikasi diharapkan dapat menerapkan teknologi tanam jajar legowo atau disesuaikan dengan kondisi setempat. Rekapitulasi alokasi kegiatan budidaya padi tahun 2016 disajikan pada Lampiran 2sedangkan rincian per provinsi dan kabupaten/kota disajikan pada Lampiran 3. Untuk mendukung penerapan teknologi tanam jajar legowo maka akan difasilitasi bantuan benih dan alat tanam antara lain caplak 25
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
kepada
petani/kelompok
tani/gapoktan/LMDH
pelaksana
kegiatan serta fasilitasi biaya pembuatan papan nama, dukungan pembinaan, bimbingan, pemantauan, evaluasi pengelolaan produksi padi, kegiatan ubinan bersama serta gerakan tanam dan panen. Sedangkan di luar fokus utama melalui berbagai upaya dan dukungan
anggaran
guna
peningkatan
produksi
dan
produktivitas pada areal tanam seluas 10,5 juta ha. Upaya penambahan luas tanam tahun 2016 antara lain diperoleh dari pertambahan luas tanam dari pembangunan waduk antara lain Waduk Jati Gede, pembangunan bendungan di Kabupaten Aceh Barat,
serta
rencana
pertambahan
luas
tanam
melalui
pembangunan bendungan baru. Selain itu potensi tambah tanam juga diperoleh dari pemanfaatan cetak sawah tahun 2015 seluas 31 ribu ha serta pemanfaatan lahan rawa/gambut seluas 2 ribu ha.Skenario pencapaian sasaran produksi padi tahun 2016 sebagaimana terlihat pada Tabel 3 berikut ini :
26
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
Tabel 3. Skenario Pencapaian Produksi Padi Tahun 2016
27
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi di luar wilayah
fokus
dilakukan
melalui
serangkaian
pembinaan,
pengawalan, pendampingan dan bimbingan yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan pemanfaatan bantuan benih, benih bersubsidi, benih non subsidi dan atau benih dari sumbersumber lain, pupuk bersubsidi (urea, ZA, SP-36, NPK dan pupuk organik), alsintan, pemanfaatan cetak sawah tahun 2016, rehabilitasi jaringan irigasi tahun 2016, dukungan APBD Provinsi/APBD Kabupaten/Kota, dan swadaya murni petani melalui KKP-E/KUR, Dukungan Penyuluh/PPL Swadaya dan lainnya. Agar upaya ini dapat berhasil maka dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan melalui gerakan yang luar biasa antara lain: (1). gerakan pengolahan tanah, (2). gerakan tanam dan panen serentak, (3). gerakan pemupukan berimbang, (4). gerakan penerapan teknologi, (5). gerakan pengendalian OPT, (6). gerakan penanganan panen dan pasca panen, dan (7). gerakan lainnya dengan dukungan dana APBN maupun APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kotaserta dana masyarakat dan stakeholder. Penyuluh Pertanian/PPL, POPT, PBT, Aparat (TNI-AD) tetap harus melakukan pengawalan dan pendampingan pada areal tanam di luar program. Pada prinsipnya semua dana yang ada dan dikelola oleh Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian 28
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
Kabupaten/Kota
dan
Bakorluh/Bapeluh
ditujukan
untuk
meningkatkan produksi padi baik di areal program maupun di luar areal non program. Pos simpul koordinasi (POSKO) pelaksanaan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi dapat memanfaatkan Pokja yang ada di masing-masing daerah antara lain seperti Pokja UPSUS. Sedangkan mekanisme dan hubungan kerja antar lembaga dalam rangka UPSUS peningkatan produksi padi dalam pencapaian swasembada berkelanjutan padi mengacu pada Permentan 131/Permentan/OT.140/12/2014 tentang Mekanisme dan Hubungan Kerja antar Lembaga yang Membidangi Pertanian dalam Mendukung Peningkatan Produksi Pangan Nasional.
29
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2016 Upaya peningkatan produksi padi akan diarahkan pada kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi). Seluruh kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) diwajibkan menerapkan teknologi tanam jajar legowo, sementara untuk kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi) diharapkan dapat menerapkan teknologi tanam jajar legowo atau disesuaikan dengan kondisi setempat.
A. Kriteria Calon Lokasi Kegiatan Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi) dan Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi) A.1. Kriteria Umum a. Merupakan
daerah
ditingkatkan
yang
berpeluang
untuk
dan/atau
indeks
produktivitas
pertanamannya. b. Diprioritaskan
bukandaerah
endemis
hama
dan
penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa. c. Diusahakan berada dalam satu hamparan/kawasan yang strategis dan mudah dijangkau petani atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan. d. Penetapan
lokasi
hendaknya
memperhatikan
kontribusi peningkatan (incremental) produksi yang akan dihasilkan dan oleh karena itu Dinas Pertanian 30
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
Kabupaten/Kota perlu melakukan identifikasi terhadap calon lokasi dengan cermat dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait agar prasyarat dimaksud dapat terpenuhi. e. Lokasi
kegiatan
diberi
papan
nama
sebagai
tanda/identitas lokasi pelaksanaan kegiatan.
A.2. Kriteria Khusus A.2.1. Lokasi Peningkatan Provitas (Intensifikasi) Padi. a. Lokasi
dapat
beririgasi,
berupa
dan/atau
persawahan
sawah
tadah
yang hujan,
dan/atau pasang surut dan/atau lebak yang produktivitasnyamasih dapat ditingkatkan. b. Lokasi yang belum menerapkan teknologi tanam jajar legowo 2:1 atau 4:1 secara sempurna,
dengan
tetap
memperhatikan
kondisi di lapangan. A.2.2. Lokasi Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi) Padi. a. Lokasi
kegiatan
dimaksudkan
untuk
menambah luas areal tanam padi di lahan sawah (sawah irigasi setengah teknis, sawah irigasi sederhana, sawah irigasi desa), lahan 31
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
sawah non irigasi (lahan sawah tadah hujan, lahan sawah lebak, polder dan lahan sawah lainnya),
lahan
pertanian
bukan
sawah
(tegal/kebun, ladang/huma, lahan perkebunan dan lahan HTI) dan lahan sementara tidak diusahakan (termasuk lahan sawah yang terkena bencana serta lahan yang belum diusahakan/ditinggalkan). b. Lokasi yang mampu meningkatkan IP minimal 100%. c. Status lahan tidak dalam sengketa. d. Lokasi kegiatan memiliki kemiringan lahan < 15%. e. Luas satu kawasan minimal 150 ha dan dapat terdiri dari beberapa lokasi hamparan yang mudah dijangkau alat mesin pertanian atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan (spot parsial namun terhubung dengan aksesbilitas yang memadai). f. Lokasi kegiatan memiliki potensi sumber air (sungai, waduk, sumur tanah dalam/dangkal dll) untuk dapat memenuhi kebutuhan air selama pertanaman padi utamanya pada musim kemarau. 32
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
A.2.3. Lokasi Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi) Padi Melalui Peningkiatan IP. a. Lokasi kegiatan dimaksudkan untuk menambah luas tanam padi melalui peningkatan indeks pertanaman di lahan sawah tadah hujan, dan/atau lahan kering, dan/atau pasang surut dan/atau lebak,yang masih berpeluang untuk dapat ditingkatkan indeks pertanamannya. b. Lokasi bukan lahan baru tetapi sebelumnya tidak ditanami padi seperti: tegalan, kebun, ladang,
huma,
lahan
sementara
tidak
diusahakan, lahan hutan tanaman industri, lahan perkebunan (replanting), dan lahan kritis. c. Lokasi kegiatan dapat berupa pula lahan yang sebelumnya ditanami selain padi (penggantian komoditas). d. Status lahan tidak dalam sengketa. A.2.4. Lokasi Budidaya Padi dengan Teknologi Hazton. a. Lokasi dapat pada lahan eksisting dan/atau lokasi baru (Perluasan Areal Tanam/PAT) dan/atau
Peningkatan
Indeks
Pertanaman
(PIP).
33
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
b. Lokasi kegiatan dapat berupa persawahan yang beririgasi, sawah tadah hujan, lahan kering,pasang
surut
dan
lebak
yang
produktivitas dan/atau indeks pertanamannya masih dapat ditingkatkan. A.2.5. Lokasi Pengembangan Desa Pertanian Organik Padi. a. Lokasi
diutamakan
pada
daerah
dimana
pertanian organik padi sudah berkembang (Kelas
Eksportir
dan
Domestik)
dan/atau
daerah pertumbuhan (Kelas Pemula). b. Lokasi
diprioritaskan
berada
pada
lokasi
ekspelaksanaan kegiatan SL-PHT dan/atau; lokasi eks pelaksanaan kegiatan SRI dan/atau lokasi eks pelaksanaan kegiatan UPPO. Format daftar calon petani dan calon lokasi penerima bantuan pemerintah Tahun 2016, disajikan pada Lampiran 4. B. Kriteria Calon Petani Pelaksana Kegiatan Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi) dan Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi). a. Kelompok tani/petani/Gapoktan/LMDHpelaksanan kegiatan merupakan
kelompok
bertempat
tinggal
berdekatan
dan/atau
yang
dalam
dinamis, satu
disesuaikan
pro
aktif
desa/wilayah dengan
dan yang
kondisi
di 34
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
lapangan, diusulkan oleh Kepala Desa dan/atau KCD dan/ atau Petugas Lapangan/Penyuluh. b. Kelompok
tani/Petani/Gapoktan/LMDH
pelaksanan
kegiatan adalah petani aktif dan mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu minimal ada Ketua, Sekretaris dan Bendahara
serta
memiliki
lahan
atau
pun
penggarap/penyewa dan mau mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. c. Kelompok tani/petani/Gapoktan/LMDH pelaksana kegiatan ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) bagi Satker Mandiri (TP). Apabila Satker melekat di Provinsi (TP Provinsi)
maka
kelompok
penerima
diusulkan
oleh
tani/petani/gapoktan/LMDH Kepala
Dinas
Pertanian
Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Contoh format surat keputusan PPK, disajikan pada Lampiran 5. d. Kelompok tani/petani/Gapoktan/LMDH pelaksana kegiatan bersedia melaksanakan kegiatan dengan sebaik-baiknya dan bersedia menambah sarana produksi dan pendukung lainnya, bilamana bantuan yang diberikan tidak mencukupi. Selanjutnya seluruh bantuan yang telah diterima petani pelaksana kegiatan tidak untuk diperjual belikan. 35
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
e. Kelompok tani/petani/Gapoktan/LMDH pelaksanan kegiatan diharapkan sanggup
membuat surat pernyataan bersedia dan menggunakan
peruntukannya (contoh
bantuan
tersebut
sesuai
usulan RUK disajikan pada
Lampiran 6) dan sanggup mengembalikan bantuan apabila tidak sesuai peruntukannya sebagaimana disajikan pada Lampiran 7. Mekanisme pengembalian, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. f. Kelompok tani/petani/Gapoktan/LMDH pelaksana kegiatan memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank Pemerintah (BUMN atau BUMD/Bank Daerah) yang terdekat. Rekening bank diutamakan berupa rekening bank setiap kelompok tani namun dapat pula rekening gabungan kelompok tani (Gapoktan). Jika menggunakan rekening gapoktan, mekanisme pengaturan antar kelompok tani agar diatur
lebih
lanjut
oleh
Kepala
Dinas
Pertanian
Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi. C. Fasilitasi
Bantuan
Dalam
Pelaksanaan
Kegiatan
Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi) dan Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi). Bantuan kegiatan ini adalah bantuan pemerintah yang diberikan kepada Kelompok Masyarakat dalam bentuk uang atau barang. Dalam operasionalnya mengikuti peraturan perundangan yang berlaku (antara lain: Peraturan Menteri 36
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
Keuangan Nomor: 168/PMK.05/2015 tanggal 3 September 2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian dan Lembaga, Peraturan Menteri
Pertanian
Republik
Indonesia
Nomor:
62/Permentan/RC.130/12/2015 tanggal 16 Desember 2015 tentang Pedoman Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2016, Petunjuk Teknis Pengelolaan Program dan Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2016 Nomor: 13/KPA/SK.310/C/1/2016
tanggal
4
Januari
2016,
dan
peraturan-peraturan perundangan lainnya. C.1. Fasilitasi Secara Umum Fasilitasi yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan merupakan
stimulan
kepada
kelompok
tani/petani/gapoktan/LMDH dalam bentuk uang atau barang.Fasilitasi pemerintah untuk pelaksanaan seluruh kegiatan berupapembelian benih bermutu (varietas unggul
dan
bersertifikat)
dengan
harga
non
subsidi.Tidak dibolehkan memanfaatkan/menggunakan benih bersubsidi yang disediakan Pemerintah. Jumlah dan varietas yang akan digunakan disesuaikan dengan kondisi
setempat
(spesifik
lokasi),
serta
disetujui
dan/atau diketahui oleh Petugas Lapangan/Penyuluh, 37
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
Dinas
Pertanian
Kabupaten/Kota
dan/atau
BPTP
setempat. Sumber benih dapat berasal dari kios benih, penangkar benih, produsen BUMN/BUMD/Swasta, dan atau dari sumber lain yang jelas, dll. Selanjutnya kemasan dan label
benih
agar
disimpan
dengan
baik
untuk
dana
untuk
monitoring/pemeriksaan. Selain
itu
juga
diberikan
bantuan
pembelian/pengadaan alat tanam antara lain caplak dengan perbandingan 1 (satu) unit caplak untuk 10 ha dan atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Penggunaan danabantuan secara keseluruhan tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah (spesifik lokasi) dan secara teknis disesuaikan dengan anjuran teknologi setempat. Untuk itu koordinasi dan komunikasi dengan BPTP setempat dan atau dengan instansi terkait lainnya sangat diperlukan agar bantuan
pemerintah
tersebut
dapat
dimanfaatkan
dengan efektif dan efisien oleh penerima bantuan guna meningkatkan produktivitas dan produksi. Kebutuhan benih maupun kebutuhan alat tanam antara lain caplak
dituangkan dalam RUK (Rencana Usaha
Kelompok)
masing-masing
kelompok
tani/petani/
gapoktan/LMDH pelaksana kegiatan. 38
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
C.1.1. Fasilitasi
untuk
Kegiatan
Peningkatan
Produktivitas (Intensifikasi) Fasilitasi
yang
diberikan
untuk
pelaksanaan
kegiatan peningkatan produktivitas padi adalah benih dan alat tanam antara lain caplak. C.1.2. Fasilitasi untuk Kegiatan Perluasan Areal Tanam (ekstensifikasi) Perluasan
areal
tanam
(ekstensifikasi)
padi
bertujuan untuk mendorong peningkatan produksi padi nasional melalui upaya penambahan luas areal
tanam
dan
atau
peningkatan
indeks
pertanaman padi. Terkait dengan kegiatan perluasan areal tanam padi yang dialokasikan pada lahan kering, apabila varietas unggul padi gogo bersertifikat tidak tersedia maka dapat menggunakan benih bermutu dari padi varietas unggul lainnya yang biasa ditanam di lahan kering sesuai dengan kebiasaan petani dan diketahui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi atau BPTP. Anggaran untuk alat tanam dapat digunakan untuk pembelian alat tanam antara lain caplak yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi. 39
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
Bantuan lainnya terkait pelaksanaan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Direktorat Alat Mesin Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian mempersiapkan alat mesin pertanian untuk mempermudah olah tanah (traktor roda-2 dan roda-4; Pompa air, Rice transplanter) sesuai kebutuhan. Alsintan yang diadakan melalui e-Purchasing sudah mempunyai SPPT SNI Pengolahan tanah dilakukan melalui pola “brigade
alsin“
untuk
mengoptimalkan
operasionalisasi alsin 2. Direktorat Pasca Panen, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempersiapkan bantuan Combine Harvester dan Power Thresher. 3. Direktorat Irigasi Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian untuk bantuan prasarana irigasi baik itu irigasi sumur tanah dalam/dangkal maupun
maupun
bangunan
irigasi
konservasi
perpipaan air
sesuai
kebutuhan lokasi pertanaman padi. Sehubungan dengan hal tersebut, Kepala Dinas yang menangani tanaman pangan, hendaknya 40
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
segera melakukan koordinasi dengan Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana
dan
Sarana
Pertanian,
Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan,
Direktorat
Jenderal
Tanaman
PangandanDirektorat Irigasi Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dan Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan Direktorat
Jenderal
Pertanian
guna
Prasarana
dan
mensinergikan
Sarana program
penyaluran bantuan alat dan mesin pertanian dan bantuan prasarana irigasi tahun 2016. Penerima bantuan pelaksana kegiatan tersebut diatas, dapat menerima lebih dari satu jenis bantuan yang berbeda, kecuali bantuan alsintan dengan jenis yang sama yang telah diterima pada tahun 2015. C.1.3. Fasilitasi untuk Kegiatan Perluasan Areal Tanam (ekstensifikasi) di luar Point C.1.2. Terkait dengan kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi)
melalui
peningkatan
indeks
pertanaman padi apabila varietas unggul padi gogo, rawa, pasang surut bersertifikat tidak tersedia maka dapat menggunakan benih bermutu dari padi varietas unggul lainnya yang biasa 41
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
ditanam di lahan kering/rawa/pasang surut sesuai dengan kebiasaan petani dan diketahui oleh kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi atau BPTP. Penggunaan anggaran untuk alat tanam dapat digunakan untuk pembelian alat tanam antara lain caplak dan atau sesuai dengan kondisi spesifik lokasi. C.1.3. Fasilitasi
untuk
Kegiatan
Budidaya
Padi
Dengan Teknologi Hazton Fasilitasi pemerintah untuk pelaksanaan kegiatan budidaya padi dengan teknologi Hazton selain bantuan benih dan alat tanam antara lain caplak, juga diberikan bantuan berupa
pupuk organik,
pupuk organik cair (POC) lengkap, decomposer dan agensia hayati. Penggunaan bantuan sarana produksi tersebut, jenis dan jumlah/dosis, di tingkat lapangan disesuaikan dengan kondisi di masing-masing
daerah
secara
disesuaikan
teknis
(spesifik
lokasi)
dengan
dan
anjuran
teknologi di lokasi masing-masing.
42
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
C.1.5. Fasilitasi untuk Kegiatan Pengembangan Desa Pertanian Organik Padi Fasilitasi
yang
diberikan
untuk
pelaksanaan
kegiatan pengembangan desa pertanian organik padi selain benih dan alat tanam antara lain caplak, juga diberi bantuan berupa pupuk organik, pestisida nabati, MOL, dan fasilitasi pendukung pertanian organik. Penggunaan bantuan sarana produksi seperti benih, pupuk, dan pestisida nabati (jenis dan jumlah/dosis, dll) disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah(spesifik lokasi). Demikian pula dengan anggaran untuk fasilitasi pertanian organik, pemanfaatannya disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah(spesifik lokasi) dan secara teknis disesuaikan dengan tingkat perkembangan pertanian organik di lokasi masing-masing. Provinsi
Untuk
dan/atau
Kabupaten/Kota
itu,
Dinas
Dinas
berkoordinasi
Pertanian Pertanian
dengan
BPTP
setempat dan atau instansi terkait lainnya untuk terlebih dahulu melakukan Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) dalam rangka memanfaatkan
43
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
anggaran
fasilitasi
pendukung
lainnya
yang
disediakan tersebut. Selain fasilitasi yang langsung diberikan ke kelompok tani/petani/gapoktan/LMDH, juga difasilitasi dengan kegiatan yang
dananya
dialokasikan
di
Dinas
Pertanian
Kabupaten/Kota dan atau Dinas Pertanian Provinsi berupa : 1. Bantuan penyediaan papan nama yang merupakan identitas lokasi dimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Papan nama diberikan setiap unit (@ 25 ha) dan atau disesuikan dengan kondisi di lapangan. Bahan dan ukuran disesuaikan dengan anggaran yang tersedia (tidak harus dalam bentuk papan, namun dapat berupa tripleks, plastik sablon, dan atau lainnya) dan atau disesuaikan dengan kondisi di masing-masing lokasi. Apabila dipandang perlu menambah
biaya
untuk
keperluan
tersebut,
dapat
diupayakan dari swadaya petani/kelompok tani atau dari sumber-sumber lain yang sah dan diketahui petugas lapangan dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. 2. Bantuan pendampingan dan pengawalan di lapangan oleh
petugas
dinas
kabupaten/kota
termasuk
Penyuluh/PPL, POPT, PBT, Mantri Tani atau Petugas lainnya sesuai kebutuhan di lapangan serta Aparat (Babinsa,
Camat,
pendampingan
dan
Kades atau
atau
lainnya).
pengawalan
oleh
Khusus aparat, 44
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
keterlibatannya (kebutuhan) disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Jumlah kunjungan/pendampingan dan atau pengawalan ke lapangan, disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Untuk itu, diperlukan koordinasi antara Dinas Pertanian
Provinsi
dan/atau
Dinas
Pertanian
Kabupaten/Kota dengan Bakorluh, Bapeluh, Kodim, Korem, Babinsa dan Aparat Kecamatan sampai Desa. 3. Bantuan pelaksanaan ubinan bersama antara Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Kantor Statistik Kabupaten yang pelaksanaannya dilakukan oleh Mantri dan KSK, guna mengetahui tingkat produktivitas yang dicapai. Pada setiap 25 ha dan atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan difasilitasi 1 unit ubinan yang dilaksanakan oleh Mantri Tani dan KSK. Selain itu juga difasilitasi untuk pencatatan hasil ubinan dan pengirimannya ke Pusat. Untuk itu, koordinasi dan sinergitas antara Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan atau Dinas Pertanian Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota/ Provinsi sangat diperlukan. Data ubinan merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan tersebut. Format hasil ubinan, dikemukakan pada Lampiran 8. Teknologi
budidaya
yang
akan
diterapkan
pada
lokasi
peningkatan produktivitas maupun lokasi perluasan areal tanam hendaknya dikomunikasikan dan atau dikonsultasikan dengan BPTP setempat dan sesuai dengan kondisi di lapangan (spesifik 45
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
lokasi) guna menjamin keberhasilan pelaksanaan kegiatan sehingga diharapkan dapat menjadi mengungkit peningkatan produktivitas dan produksi padi. Jarak tanam pada Jajar Legowo, disajikan pada Lampiran 9. Selanjutnya agar kegiatan peningkatan produktivitas maupun lokasi perluasan areal tanam tersebut berkontribusi pada produksi tahun
2016,
maka
diharapkan
pelaksanaannya
sudah
dilaksanakan pada awal tahun 2016 (Akhir MH 2015/2016 sampai MK II 2016), kecuali secara teknis dan kondisi lapangan tidak memungkinkan dilaksanakan. Untuk itu, penyaluran/ penyerapan danabantuan pemerintahdiharapkan dapat terealisasi 100% pada akhir bulan Agustus 2016. Guna mendukung pencapain tujuan tersebut di atas, maka pembinaan, pendampingan dan pengawalan yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya perlu lebih ditingkatkan dengan melibatkan petugas dinas dan aparat. Untuk itu, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
dan
atau
Dinas
Pertanian
Provinsi
perlu
melakukan koordinasi yang lebih intensif, sosialisasi serta sinergi kegiatan dengan instansi terkait baik di lingkup Kementerian Pertanian, TNI-AD (Pangdam, Dandim, Kodim, Korem, Babinsa) dan stake holderslainnya. Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh/PPL, POPT, PBT, KCD, Mantri Tani atau petugas lain sesuai kebutuhan di 46
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
masing-masing
lokasi;
dan
Aparat
(TNI-AD
beserta
jajarannya/BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta petugas Pusat. Pengawalan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi dilakukan pula oleh para Peneliti BPTP di masingmasing lokasi yang penugasannya melalui Surat Keputusan Kepala
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Pertanian,
Kementerian Pertanian. Selanjutnya Pokja UPSUS Padi, Jagung dan Kedelai, atau Posko lainnya yang mendukung pencapaian sasaran produksi padi, pada setiap tingkatan (Kabupaten/Kota dan Provinsi) harus lebih diaktifkan guna melakukan koordinasi dan sinergi dengan berbagai pihak dan instansi terkait untuk turun bersama memantau kondisi di lapangan, menggerakkan percepatan tanam/panen serentak, pemeliharaan tanaman dan mengetahui segala permasalahannya untuk selanjutnya diselesaikan agar tidak menjadi penghambat dalam merealisasikan kegiatan.
47
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
VI. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONALISASI
A. Pengorganisasian 1. Struktur Organisasi. Agar
pelaksanaan
kegiatan
ini
memenuhi
kaidah
pengelolaan sesuai prinsip pelaksanaan Pemerintah yang baik (good governance) dan pemerintah yang bersih (clean goverment),
maka
pelaksanaan
kegiatan
pengelolaan
produksi tanaman serealia (Padi) harus memenuhi prinsipprinsip: a. Mentaati ketentuan peraturan dan perundangan; b. Membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN); c. Menjunjung tinggi keterbukaan informasi, transparansi dan demokratisasi; d. Memenuhi asas akuntabilitas. Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan pengelolaan produksi tanaman padi berada pada Dinas Pertanian yang membidangi tanaman pangan Kabupaten/Kota, sedangkan tanggung jawab koordinasi pembinaan program berada pada Dinas Pertanianyang membidangi tanaman pangan Provinsi atas nama Gubernur. Tanggung jawab atas program dan 48
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
kegiatan berada pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dengan memberikan fasilitasi program dan kegiatan kepada Provinsi
dan
Kabupaten/Kota.
Kegiatan
koordinasi
pembinaan lintas Kabupaten/Kota difasilitasi oleh Provinsi, sedangkan kegiatan koordinasi dan pelaksanaan teknis operasional
difasilitasi
oleh
Kabupaten/Kota.
Untuk
kelancaran pelaksanaan kegiatan pengelolaan produksi tanaman padi maka di tingkat Provinsi dibentuk Tim Pembina Provinsi dan pada tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Tim Teknis Kabupaten/Kota. 2. Penanggung Jawab Program. Direktorat
Jenderal
koordinasi
persiapan,
Tanaman
Pangan
pelaksanaan,
memfasilitasi
pemantauan
dan
evaluasi kegiatan Bantuan Pemerintah antara lain : a. Menyusun petunjuk teknis sebagai salah satu acuan dalam pelaksanaan kegiatan, agar kegiatan berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan; b. Menggalang kemitraan dan melaksanakan koordinasi dengan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Instansi terkait serta
seluruh
pemangku
kepentingan,
dalam
pelaksanaan, pemantauan/pengendalian dan evaluasi kegiatan; c. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran. 49
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
B. Operasionalisasi Agar
pelaksanaan
terkoordinasi
pengelolaan
dan
terpadu
produksi mulai
tanaman dari
padi
kelompok
tani/gapoktan/LMDH, kabupaten, provinsi sampai ke tingkat pusat maka perlu dibentuk tim pembina tingkat pusat, tim pembina tingkat provinsi dan tim teknistingkatkabupaten/kota. 1. Tim Pembina Pusat Dalam rangka peningkatan produksi tanaman padi dibentuk Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai di tingkat Pusat, melalui Surat keputusan Menteri Pertanian, dengan uraian tugas sebagai berikut: a. Merencanakan operasional kegiatan peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai dan sarana pendukungnya. b. Melaksanakan supervisi dan pendampingan Satuan kerja Perangkat daerah pelaksana program. c. Menyusun laporan secara periodik setiap bulan atas pelaksanaan program dan kegiatan peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai, dan sarana pendukungnya. 2. Tim Pembina Provinsi Tim Pembina Provinsi yang terdiri dari unsur Dinas Pertanian, Bakorluh Provinsi dan Kodam/Korem ditunjuk dan ditetapkan 50
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
oleh Gubernur atau Kepala Dinas Pertanian yang membidangi tanaman pangan, dengan tugas : a. Menyusun petunjuk pelaksanaan yang mengacu pada petunjuk teknis yang disusun oleh Pusat; b. Melakukan koordinasi lintas sektoral antara-instansi di tingkat Provinsi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan; c. Melakukan koordinasi dengan Tim Teknis Kabupaten/Kota dalam pemantauan dan pengendalian serta membantu mengatasi permasalahan di lapangan; d. Menyusun laporan hasil pemantauan dan pengendalian serta menyampaikan laporan ke tingkat Pusat. 3. Tim Teknis Kabupaten/Kota Tim Teknis Kabupaten/Kota yang terdiri dari unsur Dinas Pertanan, Bakorluh Kabupaten dan Kodim ditunjuk dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat atau Kepala Dinas Pertanian yang membidangi tanaman pangan, dengan tugas : a. Menyusun petunjuk secara lebih rinci yang disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah dengan mengacu pada Petunjuk Teknis yang disusun oleh Pusat dan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang disusun oleh Provinsi disesuaikan dengan kondisi sosial budaya setempat;
51
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
b. Mengesahkan Rencana Usaha Kelompok (RUK) sesuai dengan rekomendasi setempat. c. Melakukan sosialisasi dan seleksi calon kelompok sasaran; d. Melakukan bimbingan teknis, pemantauan/pengendalian dan evaluasi; e. Membuat laporan hasil pemantauan/pengendalian dan evaluasi. Tim
pembina
tingkat
Kabupaten/Kota
Provinsi
melakukan
dan
tim
koordinasi
teknis
tingkat
pelaksanaan
Pengembangan Teknologi Tanam Jajar Legowo Padi di Pos Simpul Koordinasi (POSKO) mulai dari tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten/Kota sampai tingkat Provinsi. Frekuensi
pelaksanaan
pembinaan
oleh
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota dilakukan sebagai berikut: 1. Pembinaan dilakukan secara periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen secara berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta Desa. 2. Provinsi melakukan pembinaan pelaksanaan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi di Kabupaten/Kota 2 kali per musim tanam atau disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada. 3. Kabupaten/Kota
melakukan
pembinaan
pelaksanaan
pengembangan teknologi tanam jajar legowo Padi di tingkat 52
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
lapangan/kelompok tani pelaksana pengembangan teknologi tanam jajar legowo Padi 4 kali per musim tanam atau disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada.
53
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
VII. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN Bimbingan/pembinaan
dan
pendampingandilaksanakan
secara
periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen dan berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta Desa seperti terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran 10. A. Pusat melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan serta penyusunan
laporan
secara
periodik
setiap
bulan
atas
pelaksanaan program dan kegiatan peningkatan produksi padi di provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan ketersediaan dana. B. Provinsi
melakukan
koordinasi,
supervisi,
pembinaan
dan
pengawalan serta penyusunan laporan hasil pemantauan dan pengendalian atas pelaksanaan kegiatan peningkatan produksi padidi kabupaten/kota diharapkan minimal 2(dua) kali selama musim tanam sesuai dengan ketersediaan dana. Laporan disampaikan ke Pusat. C. Kabupaten melakukan koordinasi,bimbingan, pematauan dan pengendalian
serta
evaluasi,
atas
pelaksanaan
kegiatan
peningkatan produksi padi di tingkat lapangan/kelompok tani pelaksana pengembangan teknologi tanam jajar legowo diharapkan disesuaikan
minimal
4(empat)
dengan
kali
selama
ketersediaan
musim
padi tanam
dana.Melakukan 54
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
pendampingan
kelompok
tani
pelaksana
pengembangan
teknologi tanam jajar legowo padi dalam menerapkan paket teknologi spesifik lokasi dan membantu kelancaran distribusi bantuan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi. D. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti Puslitbangtan, BB Padi, Balitsereal, dan Lolit Tungro bersama peneliti BPTP. E. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti pada areal program pengembangan teknologi tanam jajar legowo dan areal non program yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan ketersediaan dana yang ada di masing-masing BPTP setempat. Pendampingan dan pengawalan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padiperlu mengedepankan teknologi spesifik lokasi dan
musim
yang
sinergisitas,
yakni
teknologi
yang
mengutamakan peningkatan produktivitas dan pengurangan kehilangan hasil serta pendekatan teknologi yang memperhatikan sub-ekosistem setempat. Untuk itu perlu dipastikan bahwa teknologi spesifik lokasi yang rekomendasikan dan akan diterapkan di lapangan dibuat/disusun oleh BPTP setempat. Disamping melakukan pengawalan dan pendampingan, peneliti/ BPTP dapat melakukan display varietas dan teknologi baru berdampingan dengan lokasi pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi.
55
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
VIII. PENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Pengendalian Pengendalian
kegiatan
dilakukan
oleh
Kuasa
Pengguna
Anggaran (KPA) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Proses pengendalian di setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh masing-masing instansi. Pengendalian dilaksanakan secara berjenjang oleh Pusat, Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bersama pihak penyedia sarana produksi
(benih,
alat
tanam,
dan
lain-lain).Pengendalian
dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai dengan
panen.Pengendalian
meliputi
perkembangan
pelaksanaan program dan kegiatan pencapaian produksi padi tahun 2016. Pengawasan
dilakukan
oleh
pemerintah
melalui
aparat
pengawas fungsional (Inspektorat Jenderal, Inspektorat Daerah, maupun
lembaga
pengawasan
atau
oleh
instansi
pengawas
masyarakat,
sehingga
lainnya)
dan
diperlukan
penyebarluasan informasi kepada pihak yang terkait (penyuluh pertanian,
pengurus
kelompok,
anggota
kelompok,
tokoh
masyarakat, organisasi petani, LSM, aparat instansi di daerah, perangkat pemerintahan mulai dari desa sampai kecamatan, anggota lembaga legislatif dan lembaga lainnya). 56
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
Ada 7 (tujuh) tahapan kritis yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Tahap sosialisasi yang dilakukan oleh Tim Pengarah/Pembina di Pusat/Provinsi dan Tim Teknis di Kabupaten/Kota; 2. Tahap
persiapan
pelaksanaan
seleksi
calon
kelompok
sasaran dan calon lokasi yang dilakukan oleh Tim Teknis di Kabupaten/Kota; 3. Tahap transfer/penyaluran bantuan pemerintah ke rekening kelompok (jika transfer uang); 4. Tahap pencairan bantuan pemerintah yang dilakukan oleh kelompok; 5.Tahap penyediaan dan penyaluran bantuan oleh pihak penyedia barang/sarana produksi. 6. Tahap kebenaran dan ketepatan pemanfaatan dana bantuan pemerintah oleh kelompok; 6. Tahap pengembangan usaha produktif yang dilakukan oleh kelompok; 7. Tahap evaluasi dan pelaporan pertanggungjawaban output, outcome dan benefit. B. Monitoring Dalam upaya meningkatkan efektivitas pengawalan program dan kegiatan peningkatan produksi padi tahun 2016, maka dilakukan pelaksanaan monitoring yang dilaksanakan secara periodik mulai 57
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
dari persiapan sampai dengan panen oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran 10. Monitoring meliputi perkembangan pelaksanaan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi, realisasi tanam dan panen padi oleh ketua kelompok tani atau petugas lapangan. 1. Perkembangan Penyaluran Bantuan Pemerintah. 2. Realisasi tanam dan panen program pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi. a. Ketua kelompok tani atau petugas pendamping/lapangan, mengirimkan data tanggal realisasi tanam dan realisasi panen beserta luasannya ke pusat. b. Waktu penyampaian data dilakukan pada saat akan tanam dan panen. Data dikirim ke Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu – Jakarta Selatan 12520; Telp.
(021)
7806262
;
Faximile
(021)
7802930;
email.
[email protected]. C. Evaluasi Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota
setelah
seluruh
rangkaian
kegiatan
pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi selesai sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada 58
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
Lampiran 10. Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk mengindentifikasi berbagai permasalahan yang timbul maupun tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dalam pelaksanaan program dan kegiatan sehingga dapat diketahui tindakan korektif sedini mungkin. Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara periodik dan berjenjang sesuai dengan tahapan pengembangan usaha kelompok yang dilakukan dari awal kegiatan sampai dengan akhir kegiatan.
Evaluasi meliputi 1) Komponen
kegiatan
pelaksanaan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi dan
pencapaian
produksi
padi
tahun
2016,
2)
Tingkat
pencapaian sasaran areal dan hasil/produksi, 3) Kenaikan tingkat produktivitas dilokasi pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi (Ubinan), 4) Penerapan komponen teknologi budidaya padi dan 5). Kegiatan pendukung lainnya.
D. Pelaporan Kegiatan
pelaporan
dilaksanakan
oleh
petugas
provinsi,
kabupaten/kota dan kecamatan serta desa/unit pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi secara periodik setiap bulan. Pelaporan dilakukan secara berjenjang yaitu dari Pemandu Lapangan ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ke Dinas Pertanian Provinsi dan dari
59
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
Dinas Pertanian Provinsi ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan c/q Direktorat Serealia. Laporan kegiatan meliputi pelaksanaan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi, hasil/produksi dan produktivitas yang telah diperoleh, dll sebagaimana terlihat dalam format laporan (Lampiran 11, 12, 13 dan 14). Laporan akhir memuat hasil evaluasi, kesimpulan, saran serta data dukung lainnya dll. Disamping laporan kegiatan, perlu disampaikan pula laporan program yang antara lain meliputi: a. Sasaran tanam, panen, produktivitas dan produksi bulanan 1) Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota merencanakan dan membuat
laporan
blanko
sasaran
tanam,
panen,
produktivitas dan produksi padi tahun 2016. 2) Laporan
sasaran
tanam,
panen,
produktivitas
dan
produksi padi tahun 2016 Kabupaten/Kota di laporkan ke Provinsi 3) Provinsi
mengirim
laporan
sasaran
tanam,
panen,
produktivitas dan produksi padi tahun 2016 ke Pusat b. Realisasi tanam, panen, produktivitas dan produksi bulanan 1) Petugas Penyuluh dan Babinsa meminta laporan realisasi tanam
atau
panen
kepada
ketua
Kelompok
Tani,
selanjutnya dikompilasi dan dilaporkan ke atasan masing60
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
masing di Kabupaten. Babinsa ke Dandim c.q. Pasiter di Kodim dan Dinas Pertanian kabupaten. 2) Kabupaten/Kota mengirimkan laporan blanko realisasi tanam, panen, produktivitas dan produksi padi bulanan tahun 2016 ke Provinsi. Kodim ke Korem/Kodam dan Dinas Pertanian Kabupaten ke Dinas Pertanian Provinsi. 3) Selanjutnya Provinsi mengirimkan laporan blanko realisasi tanam, panen, produktivitas dan produksi padi bulanan tahun 2016 ke Pusat. Korem/Kodam ke Aster Kasad c.q. Paban III/Wanwil dan Dinas Pertanian Provinsi ke Direktur Jenderal Tanama Pangan c.q. Direktur Serealia. 4) Penyampaian produktivitas
laporan dan
realisasi
produksi
padi
tanam, tahun
panen, 2016
Kabupaten/Kota di laporkan ke Provinsi dan Pusat setiap bulannya. c. Kendala dan permasalahan yang dihadapi ditingkat lapangan 1)
Dinas Kabupaten/Kota memberikan laporan kendala dan permasalahan kegiatan pengelolaan produksi padi di lapangan antara lain meliputi bagaimana ketersediaan benih, tanaman yang terkena OPT, banjir maupun kekeringan
2)
Dari laporan Kabupaten/Kota yang disampaikan ke dinas Provinsi dan akan di laporkan ke Pusat 61
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
3)
Laporan kendala dan permasalahan di tingkat lapangan disampaikan ke Pusat setiap bulan
4)
Perkembangan serangan OPT dilakukan bulanan, triwulan dan tahunan
5)
Dari hasil laporan perkembangan tersebut akan dievaluasi oleh Pusat dan Daerah.
Laporan ke pusat disampaikan ke Direktorat Serealia Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu – Jakarta Selatan 12520; Telp. (021) 7806262
;
Faximile
(021)
7802930;
email.
[email protected]. Kinerja penyampaian laporan akan dijadikan salah satu dasar penentuan anggaran Tahun 2016 dan tahun-tahun berikutnya sebagai penerapan azas reward and punishment.
62
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
IX.
Peningkatan
produktivitas
PENUTUP
padi
melalui
pengembangan
dan
penerapan teknologi tanam jajar legowo padi, merupakan salah satu terobosan yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar dalam pencapaian sasaran produksi padi nasional. pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi akan berhasil meningkatkan produksi dan pendapatan petani apabila didukung oleh semua pihak termasuk pemangku kepentingan baik hulu, onfarm maupun hilir serta terciptanya koordinasi pelaksanaan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi yang sinkron dan sinergis pada setiap tingkat pemerintahan mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan sampai tingkat Desa. Untuk itu diperlukan niat tulus dari seluruh stakeholders dan dengan pola gerakan yang seiring seirama terpadu terkoordinasi terpantau mulai dari pusat sampai lapangan. Disamping itu, kecepatan pengambilan
keputusan
dalam
menyelesaikan
masalah
dan
komitmen seluruh pemangku kepentingan sangat diperlukan. Peran
Gubernur
dan
Bupati/Walikota
sangat
besar
dalam
mendukung setiap kegiatan pembangunan tanaman pangan. Untuk itu
Kepala
Dinas
Pertanian
Provinsi
dan
Kepala
Dinas
Kabupaten/Kota diharapkan berupaya meyakinkan Gubernur/Bupati/ Walikota untuk memberi perhatian serius terhadap keberhasilan 63
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2O16
kegiatan pembangunan tanaman pangan terutama pelaksanaan pengembangan teknologi tanam jajar legowo Padi di wilayahnya untuk meningkatkan produksi padi dan kesejahteraan petani. Sebagai catatan penting bahwa pelaksanaan
pengembangan
teknologi tanam jajar legowo padi diharapkan sebagai pengungkit untuk mencapai sasaran produktivitas dan produksi padi tahun 2016 serta swasembada beras berkelanjutan.
- o00o -
64
LAMPIRAN
65
Lampiran1
SasaranIndikatifLuasTanam, Panen, ProduktivitasdanProduksiPadiTahun 2016(VERSI RKP)
66
Lanjutan Lampiran1
SasaranIndikatifLuasTanam, Panen, ProduktivitasdanProduksiPadiTahun 2016(VERSI UPSUS)
67
Lampiran 2
RekapitulasiAlokasiKegiatanBudidayaPadiTahun 2016 GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
NO.
PROVINSI
PAT PADI PADA SELAIN LAHAN KERING
PROVITAS (Kab) NASIONAL
PENGEMBANGAN DESA PERTANIAN ORGANIK UNTUK PADI
PADI INBRIDA
(Ha)
(Kab)
TOTAL PADI INBRIDA
PAT PADI PADA LAHAN KERING
(Ha)
(Kab)
(Ha)
(Kab)
PADI HIBRIDA
(Ha)
(Kab)
(Ha)
(Kab)
(Ha)
PENGEMBANGAN PADI DENGAN TEKNOLOGI BUDIDAYA HAZTON
(Kab)
(Ha)
377
1,622,850
153
898,450
153
1,988,000
406
4,509,300
52
40,000
169
4,000
86
1 ACEH
22
127,000
19
25,000
-
-
22
202,000
6
4,000
13
260
5
450
2 SUMATERA UTARA
16
85,000
-
-
-
300,000
29
385,000
1
1,000
10
200
9
1,000
3 SUMATERA BARAT
17
56,000
-
-
-
200,000
18
256,000
-
-
9
180
4 RIAU
10
28,000
7
13,000
-
-
11
41,000
-
-
2
40
1
100
5 JAMBI
11
32,250
7
10,000
-
-
11
50,000
-
-
6 SUMATERA SELATAN
16
71,000
-
-
-
300,000
18
507,000
3
2,000
4
80
3
100
7 BENGKULU
10
39,070
-
-
-
-
10
39,070
-
-
6
120
4
100
8 LAMPUNG
14
100,000
-
-
-
338,000
15
438,000
8
4,500
6
120
4
100
9 DKI JAKARTA
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10 JAWA BARAT
20
235,000
-
-
-
300,000
21
535,000
8
11 JAWA TENGAH
29
109,000
-
-
-
-
29
109,000
12 DI YOGYAKARTA
-
-
-
-
-
-
-
38
130,500
-
-
-
400,000
14 KALIMANTAN BARAT
-
-
13
51,500
-
15 KALIMANTAN TENGAH
11
49,500
11
34,500
16 KALIMANTAN SELATAN
11
39,280
11
55,000
17 KALIMANTAN TIMUR
5
11,900
-
18 SULAWESI UTARA
10
52,000
19 SULAWESI TENGAH
12
57,900
20 SULAWESI SELATAN
22
80,000
21 SULAWESI TENGGARA
12
-
-
-
49,000
-
-
-
-
-
-
-
8,000
12
480
-
-
3
2,000
13
260
-
-
-
-
-
-
-
-
38
530,500
5
3,500
16
500
2
50
-
13
85,500
1
2,000
8
160
14
44,500
-
-
11
84,000
1
1,000
8
160
2
100
-
50,000
11
195,280
-
-
-
-
1
50
-
-
-
6
11,900
-
-
-
-
1
100
-
-
-
-
11
52,000
-
-
8
160
4
150
10
11,100
-
-
12
69,000
1
-
4
80
4
100
23
120,000
-
-
24
365,000
11
9,000
10
300
3
100
43,000
12
30,000
-
-
12
94,500
-
-
5
100
4
100
7
22,000
-
-
-
-
7
22,000
-
-
6
160
23 NUSA TENGGARA BARAT
10
35,000
5
10,000
-
-
10
62,000
3
2,500
4
140
4
100
24 NUSA TENGGARA TIMUR
6
120
4
1,100
-
3
100
13 JAWA TIMUR
22 BALI
-
-
-
21
75,000
21
10,000
-
-
21
90,600
-
-
25 MALUKU
8
13,900
-
-
-
-
8
13,900
1
500
26 PAPUA
8
19,000
1
4,000
-
-
8
23,000
-
-
2
40
1
100
27 MALUKU UTARA
6
11,100
-
-
-
-
6
11,100
-
-
3
60
2
100
28 BANTEN
6
27,000
-
-
-
100,000
6
127,000
-
-
4
80
4
100
29 BANGKA BELITUNG
3
5,000
2
1,000
-
-
5
6,000
-
-
30 GORONTALO
5
39,000
5
10,000
-
-
6
54,000
-
-
2
100
4
100
1
100
31 KEP. RIAU
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
32 PAPUA BARAT
9
5,650
-
-
-
-
3
5,650
-
-
33 SULAWESI BARAT
6
21,000
6
13,350
-
-
6
41,500
-
-
34 KALIMANTAN UTARA
2
2,800
-
-
-
-
1
2,800
-
-
-
-
2
-
-
-
40 -
2
40
6
120 -
-
-
-
-
68
-
Lampiran 3
AlokasiKegiatanBudidayaPadiPer ProvinsidanKabupaten/Kota Tahun 2016 GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
NO.
PADI INBRIDA
PROVINSI & KABUPATEN/KOTA PROVITAS (Kab) (Ha)
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
ACEH Kab. Aceh Barat Kab. Aceh Besar Kab. Aceh Selatan Kab. Aceh Singkil Kab. Aceh Tengah Kab. Aceh Tenggara Kab. Aceh Timur Kab. Aceh Utara Kab. Bireuen Kab. Aceh Pidie Kab. Simeuleu Kab. Gayo Lues Kab. Aceh Barat Daya Kab. Aceh Jaya Kab. Nagan Raya Kab. Aceh Tamiang Kab. Bener Meriah Kab. Pidie Jaya Kota Banda Aceh Kota Langsa Kota Lhokseumawe Kota Sibulussalam
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PADI DESA PERTANIAN DENGAN TEKNOLOGI TOTAL PADI ORGANIK UNTUK BUDIDAYA HAZTON TOTAL PADI INBRIDA PADI HIBRIDA PADI
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
127,000 6,000 11,000 5,000 450 3,000 6,000 15,000 20,000 10,000 12,000 2,000 4,000 6,000 5,000 6,000 8,000 500 5,000 50 1,000 500 500
PADI INBRIDA PADI INBRIDA PERLUASAN PADA PERLUASAN PADA SELAIN LAHAN KERING LAHAN KERING (Kab) 19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(Ha) 25,000 1,000 1,750 1,000 300 2,000 1,000 2,250 2,250 1,750 1,750 1,000 2,000 1,000 1,000 1,000 1,250 500 2,000 200
(Kab)
(Ha) -
(Kab) -
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(Ha) 152,000 7,000 12,750 6,000 750 5,000 7,000 17,250 22,250 11,750 13,750 3,000 6,000 7,000 6,000 7,000 9,250 1,000 7,000 50 1,000 500 700
(Kab)
(Ha) (Kab)
6 4,000 1 500 1 1,000 1 500 1 500 1 1,000 1 500 -
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 -
(Ha)
(Kab) 260 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 -
(Ha) (Kab) (Ha) 5 1 1 1 1 1 -
450 22 156,710 - 1 7,020 - 1 12,750 - 1 6,020 - 1 750 - 1 5,000 - 1 7,020 100 1 17,870 100 1 23,370 100 1 11,870 - 1 14,270 - 1 3,020 - 1 6,000 125 1 7,145 25 1 6,045 - 1 7,520 - 1 10,270 - 1 1,000 - 1 7,520 - 1 50 - 1 1,000 - 1 500 - 1 700
69
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
NO.
PADI INBRIDA
PROVINSI & KABUPATEN/KOTA PROVITAS (Kab)
2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
SUMUT Kab. Asahan Kab. Deli Serdang Kab. Tanah Karo Kab. Labuhan Batu Kab. Langkat Kab. Mandailing Natal Kab. Nias Kab. Simalungun Kab. Tapanuli Selatan Kab. Tapanuli Tengah Kab. Tapanuli Utara Kab. Toba Samosir Kab. Humbang Hasundutan Kab. Serdang Bedagai Kab. Padang lawas Kota Gunung Sitoli Kab. Nias Selatan Kab Padang Lawas Utara Kab. Batu Bara SUMBAR Kab. Lima Puluh Kota Kab. Agam Kab. Padang Pariaman Kab. Pasaman Kab. Pesisir Selatan Kab. Sijunjung Kab. Solok Kab. Tanah Datar Kab. Dharmas Raya Kab. Solok Selatan Kab. Pasaman Barat Kota Padang Panjang Kota Padang Kota Payakumbuh Kota Sawahlunto Kota Solok Kota Pariaman
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(Ha) 85,000 5,000 5,000 6,000 6,000 7,000 6,000 8,000 5,000 3,000 5,000 6,000 7,000 4,000 3,000 3,000 6,000 56,000 7,000 8,500 2,500 3,000 3,000 3,000 7,000 7,000 2,500 3,500 3,500 100 800 1,500 500 800 1,800
PADI INBRIDA PADI INBRIDA TOTAL PADI INBRIDA PERLUASAN PADA PERLUASAN PADA SELAIN LAHAN KERING LAHAN KERING (Kab)
(Ha)
(Kab)
-
-
-
300,000
-
-
200,000
-
-
(Ha)
-
(Kab) 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(Ha) 385,000 5,000 5,000 6,000 6,000 7,000 6,000 8,000 5,000 3,000 5,000 6,000 7,000 4,000 3,000 3,000 6,000 256,000 7,000 8,500 2,500 3,000 3,000 3,000 7,000 7,000 2,500 3,500 3,500 100 800 1,500 500 800 1,800
PADI HIBRIDA
(Kab) 1 1 -
(Ha) 1,000 1,000 -
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PADI DESA PERTANIAN DENGAN TEKNOLOGI TOTAL PADI ORGANIK UNTUK BUDIDAYA HAZTON PADI
(Kab) 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 -
(Ha)
(Kab) 200 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 180 20 20 20 20 20 20 20 20 20 -
(Ha) 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 -
1,000 100 100 100 100 100 100 100 200 100 -
(Kab) 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
70
(Ha) 387,200 5,000 5,100 6,020 6,000 8,000 6,120 100 8,120 5,120 3,100 5,000 6,020 20 7,020 4,120 200 3,100 3,020 6,020 256,180 7,020 8,520 2,520 3,020 3,020 3,000 7,020 7,020 2,520 3,520 3,500 100 800 1,500 500 800 1,800
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
NO.
PROVINSI & KABUPATEN/KOTA
PADI INBRIDA PADI INBRIDA PADI INBRIDA PROVITAS PERLUASAN PADA PERLUASAN PADA SELAIN LAHAN KERING LAHAN KERING (Kab) (Ha)
4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
RIAU Kab. Bengkalis Kab. Indragiri Hilir Kab. Indragiri Hulu Kab. Kampar Kab. Kuantan Singingi Kab. Pelalawan Kab. Rokan Hilir Kab. Rokan Hulu Kab. Siak Kota Dumai Kab Meranti JAMBI Kab. Batanghari Kab. Bungo Kab. Kerinci Kab. Merangin Kab. Muaro Jambi Kab. Sarolangun Kab. Tanjung Jabung Barat Kab. Tj. Jabung Timur Kab. Tebo Kota Jambi Kota Sungai Penuh
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PADI DESA PERTANIAN DENGAN TEKNOLOGI TOTAL PADI ORGANIK UNTUK BUDIDAYA HAZTON TOTAL PADI INBRIDA PADI HIBRIDA PADI
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
28,000 2,150 5,550 600 1,700 3,700 3,200 6,300 1,100 2,100 1,600 32,250 2,000 3,000 6,250 5,000 1,000 4,000 1,000 3,500 2,500 1,000 3,000
(Kab)
(Ha) 7 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 -
13,000 1,000 500 2,500 500 6,500 1,000 1,000 10,000 1,000 1,650 1,000 1,350 3,000 1,000 1,000 -
(Kab)
(Ha) -
-
(Kab) -
-
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(Ha) 41,000 3,150 6,050 600 4,200 4,200 3,200 6,300 7,600 2,100 1,000 2,600 42,250 3,000 3,000 7,900 6,000 2,350 4,000 4,000 4,500 3,500 1,000 3,000
(Kab) (Ha) (Kab) (Ha) -
- 2 - 1 - - - - 1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
(Kab) 40 20 20 -
(Ha) (Kab) (Ha) 1 1 -
100 10 41,140 - 1 3,170 - 1 6,050 - 1 600 - 1 4,200 - 1 4,220 - 1 3,200 - 1 6,300 - 1 7,600 100 1 2,200 - - 1,000 - 1 2,600 - 11 42,250 - 1 3,000 - 1 3,000 - 1 7,900 - 1 6,000 - 1 2,350 - 1 4,000 - 1 4,000 - 1 4,500 - 1 3,500 - 1 1,000 - 1 3,000
71
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
NO.
PADI INBRIDA
PROVINSI & KABUPATEN/KOTA PROVITAS (Kab) (Ha)
6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SUMSEL Kab. Lahat Kab. Musi Banyuasin Kab. Musi Rawas Kab. Muara Enim Kab. Ogan Komering Ilir Kab. Ogan Komering Ulu Kab. Banyuasin Kab. OKU Timur Kab. OKU Selatan Kab. Ogan Ilir Kab. Empat lawang Kota Palembang Kota Pagar Alam Kota Lubuk Linggau Kab Musi Rawas Utara Kab. Penukal Abab Lematang Ilir BENGKULU Kab. Bengkulu Selatan Kab. Bengkulu Utara Kab. Rejang Lebong Kab. Kaur Kab. Seluma Kab. Muko-muko Kab. Lebong Kab. Kepahiang Kab Bengkulu Tengah Kota Bengkulu *
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PADI DESA PERTANIAN DENGAN TEKNOLOGI TOTAL PADI ORGANIK UNTUK BUDIDAYA HAZTON TOTAL PADI INBRIDA PADI HIBRIDA PADI
16 71,000 1 3,500 1 2,000 1 8,500 1 3,500 1 9,500 1 3,500 1 4,000 1 13,500 1 8,500 1 2,000 1 4,500 1 3,000 1 1,500 1 1,000 1 1,000 1 1,500 10 39,070 1 6,000 1 4,470 1 2,500 1 6,000 1 6,000 1 5,000 1 3,500 1 2,000 1 2,100 1 1,500
PADI INBRIDA PADI INBRIDA PERLUASAN PADA PERLUASAN PADA SELAIN LAHAN KERING LAHAN KERING (Kab)
(Ha)
(Kab)
-
(Kab)
-
-
300,000
-
-
-
-
-
(Ha)
-
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(Ha) 371,000 3,500 2,000 8,500 3,500 9,500 3,500 4,000 13,500 8,500 2,000 4,500 3,000 1,500 1,000 1,000 1,500 39,070 6,000 4,470 2,500 6,000 6,000 5,000 3,500 2,000 2,100 1,500
(Kab)
(Ha) (Kab)
3 2,000 4 - 1 1 500 1 - 1 1 500 1 1,000 1 - 6 - 1 - 1 - 1 - 1 - 1 - 1 -
(Ha)
(Kab) 80 20 20 20 20 120 20 20 20 20 20 20 -
(Ha) (Kab) (Ha) 3 1 1 1 4 1 1 1 1 -
100 16 373,180 25 1 3,545 - 1 2,000 50 1 9,070 - 1 3,500 - 1 9,500 - 1 3,520 - 1 4,500 25 1 14,545 - 1 8,500 - 1 2,000 - 1 4,500 - 1 3,000 - 1 1,500 - 1 1,000 - 1 1,000 - 1 1,500 100 10 39,290 25 1 6,045 25 1 4,515 - 1 2,500 - 1 6,000 25 1 6,045 - 1 5,020 - 1 3,520 - 1 2,000 25 1 2,145 - 1 1,500
72
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
NO.
PADI INBRIDA
PROVINSI & KABUPATEN/KOTA PROVITAS (Kab)
8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 9 1 2 3 4 5 6 10 1 2 3 4 5 6 7 8
LAMPUNG 14 Kab. Lampung Barat 1 Kab. Lampung Selatan 1 Kab. Lampung Tengah 1 Kab. Lampung Utara 1 Kab. Lampung Timur 1 Kab. Tanggamus 1 Kab. Tulang Bawang 1 Kab. Way Kanan 1 Kab. Pesawaran 1 Kab. Mesuji 1 Kab. Pringsewu 1 Kab. Tulangbawang Barat 1 Kota Metro 1 Kab. Pesisir Barat 1 DKI JAKARTA Kab Adm Kep Seribu Kota Adm Jakarta Barat Kota Adm Jakarta Pusat Kota Adm Jakarta Selatan Kota Adm Jakarta Timur Kota Adm Jakarta Utara JABAR 20 Kab. Bandung 1 Kab. Bogor 1 Kab. Ciamis 1 Kab. Cianjur 1 Kab. Cirebon 1 Kab. Garut 1 Kab. Indramayu 1 Kab. Karawang 1
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kab. Kuningan Kab. Majalengka Kab. Purwakarta Kab. Subang Kab. Sukabumi Kab. Sumedang Kab. Tasikmalaya Kota Banjar Kab. Bandung Barat Kota Tasikmalaya Kota Sukabumi Kab. Pangandaran
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(Ha) 100,000 4,000 10,000 20,000 6,000 15,000 7,000 7,000 6,000 6,000 6,500 4,500 4,000 1,000 3,000 235,000 12,500 6,000 7,000 8,500 20,000 10,000 50,000 12,500 7,000 20,000 5,000 25,000 12,500 10,000 12,500 1,000 7,000 2,000 500 6,000
TOTAL PADI INBRIDA
PADI INBRIDA PADI INBRIDA PERLUASAN PADA PERLUASAN PADA SELAIN LAHAN KERING LAHAN KERING (Kab)
(Ha)
(Kab)
-
-
(Ha) -
(Kab)
338,000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
300,000
(Ha)
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 1 1 1 1 1 1 1 1
438,000 4,000 10,000 20,000 6,000 15,000 7,000 7,000 6,000 6,000 6,500 4,500 4,000 1,000 3,000 535,000 12,500 6,000 7,000 8,500 20,000 10,000 50,000 12,500
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7,000 20,000 5,000 25,000 12,500 10,000 12,500 1,000 7,000 2,000 500 6,000
PADI HIBRIDA
(Kab)
(Ha) 8
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PADI DESA PERTANIAN DENGAN TEKNOLOGI ORGANIK UNTUK BUDIDAYA HAZTON PADI
(Kab)
(Ha)
(Kab)
(Ha)
TOTAL PADI
(Kab)
(Ha)
8 1 1 1 1 -
4,500 500 500 1,000 500 500 500 500 500 8,000 1,000 1,000 1,000 1,000 -
6 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1
120 20 20 20 20 20 20 480 60 40 20 20 40 40
4 1 1 1 1 -
100 25 25 25 25 -
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 1 1 1 1 1 1 1 1
442,720 4,020 10,520 20,500 7,000 15,545 7,545 7,500 6,500 6,045 6,525 4,500 4,000 1,000 3,520 543,480 13,560 7,040 7,020 9,520 20,000 10,040 51,000 12,540
1 1 1 1 -
1,000 500 1,000 1,500 -
1 1 1 1 1 1 -
40 60 40 20 40 60 -
-
-
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7,040 20,000 5,060 26,040 13,020 11,040 14,060 1,000 7,000 2,000 500 6,000
1 1 1 1 1 1 1 1 -
73
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
NO.
PADI INBRIDA
PROVINSI & KABUPATEN/KOTA PROVITAS (Kab)
11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 12 1 2 3 4 5
JATENG Kab. Banjarnegara Kab. Banyumas Kab. Batang Kab. Blora Kab. Boyolali Kab. Brebes Kab. Cilacap Kab. Demak Kab. Grobogan Kab. Jepara Kab. Karanganyar Kab. Kebumen Kab. Kendal Kab. Klaten Kab. Kudus Kab. Magelang Kab. Pati Kab. Pemalang Kab. Purbalingga Kab. Purworejo Kab. Rembang Kab. Semarang Kab. Sragen Kab. Sukoharjo Kab. Tegal Kab. Temanggung Kab. Wonogiri Kab. Wonosobo Kota Semarang DI YOGYAKARTA Kab. Bantul Kab. Gunung Kidul Kab. Kulon Progo Kab. Sleman Kota Yogyakarta
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 -
(Ha) 109,000 1,000 3,000 3,000 5,000 3,000 5,000 6,000 5,000 6,000 3,000 4,000 5,000 3,000 5,000 5,000 3,000 6,000 3,000 4,000 3,000 5,000 4,000 5,000 3,500 3,000 3,000 2,000 2,000 500 -
PADI INBRIDA PADI INBRIDA TOTAL PADI INBRIDA PERLUASAN PADA PERLUASAN PADA SELAIN LAHAN KERING LAHAN KERING (Kab)
(Ha) -
(Kab) -
(Ha)
(Kab)
-
-
-
-
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 -
(Ha) 109,000 1,000 3,000 3,000 5,000 3,000 5,000 6,000 5,000 6,000 3,000 4,000 5,000 3,000 5,000 5,000 3,000 6,000 3,000 4,000 3,000 5,000 4,000 5,000 3,500 3,000 3,000 2,000 2,000 500 -
PADI HIBRIDA
(Kab) 3 1 1 1 -
(Ha) 2,000 500 500 1,000 -
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PADI DESA PERTANIAN DENGAN TEKNOLOGI TOTAL PADI ORGANIK UNTUK BUDIDAYA HAZTON PADI
(Kab) 13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 -
(Ha)
(Kab) 260 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 -
(Ha) -
(Kab) -
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 -
74
(Ha) 111,260 1,000 3,000 3,020 5,520 3,020 5,020 6,000 5,020 6,000 3,020 4,020 5,000 3,000 5,000 5,000 3,000 6,020 3,020 4,000 3,000 5,000 4,000 5,520 3,500 3,000 4,020 2,020 2,020 500 -
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
NO.
PADI INBRIDA
PROVINSI & KABUPATEN/KOTA PROVITAS
13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
JATIM Kab. Bangkalan Kab. Banyuwangi Kab. Blitar Kab. Bojonegoro Kab. Bondowoso Kab. Gresik Kab. Jember Kab. Jombang Kab. Kediri Kab. Lamongan Kab. Lumajang Kab. Madiun Kab. Magetan Kab. Malang Kab. Mojokerto Kab. Nganjuk Kab. Ngawi Kab. Pacitan Kab. Pamekasan Kab. Pasuruan Kab. Ponorogo Kab. Probolinggo Kab. Sampang Kab. Sidoarjo Kab. Situbondo Kab. Sumenep Kab. Trenggalek Kab. Tuban Kab. Tulungagung Kota Blitar Kota Kediri Kota Malang Kota Mojokerto Kota Pasuruan Kota Probolinggo Kota Surabaya Kota Batu Kota Madiun
(Kab)
(Ha)
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
130,500 2,950 4,000 6,000 7,500 7,000 6,000 5,000 3,500 4,500 10,500 5,000 3,500 3,500 3,500 3,500 4,000 5,000 3,500 3,500 4,000 3,500 3,500 3,000 3,600 3,500 3,000 6,000 3,000 5,000 50 50 50 50 50 50 50 50 50
TOTAL PADI INBRIDA PADI INBRIDA PADI INBRIDA PERLUASAN PADA PERLUASAN PADA SELAIN LAHAN KERING LAHAN KERING (Kab)
(Ha) -
(Kab) -
(Ha) -
400,000
(Kab) 38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(Ha) 530,500 2,950 4,000 6,000 7,500 7,000 6,000 5,000 3,500 4,500 10,500 5,000 3,500 3,500 3,500 3,500 4,000 5,000 3,500 3,500 4,000 3,500 3,500 3,000 3,600 3,500 3,000 6,000 3,000 5,000 50 50 50 50 50 50 50 50 50
PADI HIBRIDA
(Kab) 5 1 1 1 1 1 -
(Ha) 3,500 500 500 1,000 1,000 500 -
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PADI DESA PERTANIAN DENGAN TEKNOLOGI TOTAL PADI ORGANIK UNTUK BUDIDAYA HAZTON PADI
(Kab) 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 -
(Ha)
(Kab) 500 20 40 20 40 40 40 20 40 40 20 40 40 20 20 20 40 -
(Ha) 2 1 1 -
(Kab) 50 38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 1 1 1 1 1 25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
75
(Ha) 534,550 2,950 4,020 6,040 8,000 7,520 6,040 5,040 3,500 4,540 10,525 6,020 3,500 3,500 3,500 3,525 4,040 5,040 3,520 3,540 4,040 3,520 3,500 3,000 3,600 3,500 3,020 7,000 3,020 5,540 50 50 50 50 50 50 50 50 50
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
NO.
PADI INBRIDA
PROVINSI & KABUPATEN/KOTA PROVITAS (Kab)
14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KALBAR Kab. Bengkayang Kab. Landak Kab. Kapuas Hulu Kab. Ketapang Kab. Pontianak Kab. Sambas Kab. Sanggau Kab. Sintang Kab. Melawi Kab. Sekadau Kab. Kubu Raya Kab. Kayong Utara Kota Pontianak Kota Singkawang KALTENG 11 Kab. Barito Selatan 1 Kab. Barito Utara 1 Kab. Kapuas 1 Kab. Kotawaringin Barat 1 Kab. Kotawaringin Timur 1 Kab. Katingan 1 Kab. Seruyan 1 Kab. Lamandau 1 Kab. Pulang Pisau 1 Kab. Barito Timur 1 Kab. Gunung Mas 1 KALSEL 11 Kab. Banjar 1 Kab. Barito Kuala 1 Kab. Hulu Sungai Selatan 1 Kab. Hulu Sungai Tengah 1 Kab. Hulu Sungai Utara 1 Kab. Kota Baru 1 Kab. Tabalong 1 Kab. Tanah Laut 1 Kab. Tapin 1 Kab. Balangan 1 Kab. Tanah Bumbu 1
(Ha) 49,500 4,000 5,000 5,000 3,000 5,000 3,000 1,000 5,000 13,000 5,000 500 39,280 5,050 3,102 3,420 3,434 3,000 3,200 2,000 3,700 7,800 3,325 1,249
PADI INBRIDA PADI INBRIDA PERLUASAN PADA PERLUASAN PADA SELAIN LAHAN KERING LAHAN KERING (Kab) 13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(Ha) 51,500 4,000 10,000 4,000 5,000 2,500 5,000 5,000 4,000 4,000 1,000 5,000 1,000 1,000 34,500 3,000 3,000 5,000 1,000 500 5,000 2,000 3,000 8,000 3,000 1,000 55,000 5,520 5,000 4,500 5,000 1,900 5,000 6,500 6,580 6,000 4,000 5,000
(Kab)
(Ha) -
TOTAL PADI INBRIDA
(Kab) -
-
-
-
50,000
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(Ha) 51,500 4,000 10,000 4,000 5,000 2,500 5,000 5,000 4,000 4,000 1,000 5,000 1,000 1,000 84,000 7,000 8,000 10,000 4,000 5,500 8,000 3,000 8,000 21,000 8,000 1,500 144,280 10,570 8,102 7,920 8,434 4,900 8,200 8,500 10,280 13,800 7,325 6,249
PADI HIBRIDA
(Kab) 1 1 1 1 -
(Ha) 2,000 2,000 1,000 1,000 -
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PADI DESA PERTANIAN DENGAN TEKNOLOGI ORGANIK UNTUK BUDIDAYA HAZTON PADI
(Kab) 8 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 -
(Ha)
(Kab) 160 20 20 20 20 20 20 20 20 160 20 20 20 20 20 20 20 20 -
(Ha) 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 -
44,500 3,700 4,100 1,100 5,000 2,000 10,000 6,000 500 500 700 5,800 2,000 100 3,000 100 50 50 50 50 -
TOTAL PADI
(Kab) 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
76
(Ha) 98,160 7,720 14,120 5,120 10,020 4,520 15,020 11,020 4,500 4,500 1,700 12,820 3,000 100 4,000 85,260 7,020 8,020 11,000 4,070 5,500 8,020 3,070 8,020 21,020 8,020 1,500 144,330 10,570 8,102 7,920 8,434 4,900 8,200 8,500 10,330 13,800 7,325 6,249
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
NO.
PADI INBRIDA
PROVINSI & KABUPATEN/KOTA PROVITAS (Kab)
17 1 2 3 4 5 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
KALTIM 5 Kab. Berau 1 Kab. Kutai Timur 1 Kab. Pasir 1 Kab. Penajem Paser Utr 1 Kab. Kutai Kertanegera 1 SULUT 10 Kab. Bolaang Mangondow 1 Kab. Minahasa 1 Kab. Kep. Talaud 1 Kab. Minahasa Selatan 1 Kota Tomohon 1 Kab. Minahasa Utara 1 Kab. Minahasa Tenggara 1 Kab. Bolmong Utara 1 Kab. Bolmang Selatan 1 Kab. Bolmang Timur 1 Kota Kotamobagu SULTENG 12 Kab. Banggai 1 Kab. Buol 1 Kab. Toli-Toli 1 Kab. Donggala 1 Kab. Morowali 1 Kab. Poso 1 Kab. Parigi Moutong 1 Kab. Tojo Una-Una 1 Kab. Banggai Kepulauan 1 Kab. Sigi 1 Kota Palu 1 Kab. Morowali Utara 1
(Ha) 11,900 2,000 2,000 2,500 1,900 3,500 52,000 20,500 7,500 500 5,000 1,000 5,000 3,000 4,500 2,000 2,000 1,000 57,900 6,000 3,000 8,000 8,000 3,500 6,500 10,000 1,000 400 8,000 500 3,000
PADI INBRIDA PADI INBRIDA TOTAL PADI INBRIDA PERLUASAN PADA PERLUASAN PADA SELAIN LAHAN KERING LAHAN KERING (Kab) 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(Ha) 11,100 350 1,000 750 500 2,000 750 1,150 100 2,000 2,500
(Kab)
(Ha)
(Kab)
-
-
-
-
-
-
6 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(Ha) 11,900 2,000 2,000 2,500 1,900 3,500 52,000 20,500 7,500 500 5,000 1,000 5,000 3,000 4,500 2,000 2,000 1,000 69,000 6,350 4,000 8,750 8,000 4,000 8,500 10,750 2,150 500 10,000 500 5,500
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PADI DESA PERTANIAN DENGAN TEKNOLOGI TOTAL PADI ORGANIK UNTUK BUDIDAYA HAZTON PADI HIBRIDA PADI
(Kab) -
(Ha) (Kab) -
8 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 -
(Ha) 160 20 20 20 20 20 20 20 20 80 20 20 20 20 -
(Kab)
(Ha) (Kab) 1 1 4 1 1 1 1 4 1 1 1 1 -
100 5 - 1 - 1 - 1 100 1 - 1 150 10 50 1 - 1 - 1 50 1 - 1 - 1 - 1 25 1 - 1 25 1 - 100 12 25 1 - 1 - 1 25 1 - 1 25 1 25 1 - 1 - 1 - 1 - 1 - 1
77
(Ha) 12,000 2,000 2,000 2,500 2,000 3,500 52,310 20,570 7,520 500 5,070 1,000 5,020 3,020 4,545 2,020 2,045 1,000 69,180 6,395 4,020 8,750 8,025 4,000 8,545 10,775 2,170 500 10,000 500 5,500
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
NO.
PADI INBRIDA
PROVINSI & KABUPATEN/KOTA PROVITAS (Kab)
20 SULSEL
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PADI DESA PERTANIAN DENGAN TEKNOLOGI TOTAL PADI ORGANIK UNTUK BUDIDAYA HAZTON PADI
(Ha)
TOTAL PADI INBRIDA PADI INBRIDA PADI INBRIDA PERLUASAN PADA PERLUASAN PADA SELAIN LAHAN KERING LAHAN KERING (Kab)
(Ha)
(Kab)
22
80,000
21
120,000
1 Kab. Bantaeng
1
1,500
1
2 Kab. Barru
1
2,000
1
3 Kab. Bone
1
6,000
4 Kab. Bulukumba
1
5 Kab. Enrekang
1
6 Kab. Gowa
(Ha)
(Kab)
(Kab)
(Ha)
(Kab)
200,000
11
9,000
6,500
1
8,000
1
500
6,500
1
8,500
1
500
1
7,000
1
13,000
1
1,000
5,000
1
5,500
1
10,500
1
1,000
1
5,500
1
6,500
-
1
6,000
1
5,000
1
11,000
7 Kab. Jeneponto
1
2,000
1
5,500
1
8 Kab. Luwu
1
4,000
1
5,500
1
9 Kab. Luwu Utara
1
5,000
1
5,000
10 Kab. Maros
1
5,000
1
11 Kab. Pangkep
1
3,000
1
12 Kab. Pinrang
1
5,000
1
13 Kab. Kep. Selayar
1
1,000
14 Kab. Sidenreng Rappang
1
5,000
15 Kab. Sinjai
1
16 Kab. Soppeng
1
17 Kab. Takalar 18 Kab. Tana Toraja
(Kab)
(Ha)
(Kab)
(Ha)
3
100
22
209,400
-
-
-
-
1
8,500
1
40
-
-
1
9,040
1
40
1
50
1
14,090
500
1
20
-
-
1
11,020
-
-
-
-
-
1
6,500
1
1,000
1
20
-
-
1
12,020
7,500
-
-
-
-
-
-
1
7,500
9,500
-
-
1
20
-
-
1
9,520
1
10,000
-
-
-
-
-
-
1
10,000
6,500
1
11,500
-
-
-
-
1
25
1
11,525
5,000
1
8,000
1
1,000
1
40
1
25
1
9,065
7,000
1
12,000
1
1,000
1
40
-
-
1
13,040
-
-
1
1,000
-
-
-
-
-
-
1
1,000
1
7,500
1
12,500
1
1,000
-
-
-
-
1
13,500
4,000
1
5,000
1
9,000
1
500
1
20
-
-
1
9,520
5,000
1
5,000
1
10,000
1
1,000
-
-
-
-
1
11,000
1
5,000
1
5,000
1
10,000
-
-
-
-
-
-
1
10,000
1
1,500
1
4,500
1
6,000
-
-
-
-
-
-
1
6,000
19 Kab. Wajo
1
5,000
1
7,500
1
12,500
1
1,000
-
-
-
-
1
13,500
20 Kota Palopo
1
1,500
1
4,500
1
6,000
-
-
-
-
-
-
1
6,000
21 Kab. Luwu Timur
1
5,000
1
5,000
1
10,000
-
-
1
20
-
-
1
10,020
1
7,000
-
-
1
40
-
-
1
7,040
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
73,000 2,300 23,000 9,300 1,100 12,350 6,000 2,000 3,000 1,500 500 950 11,000
-
-
5 1 1 1 1 1
100 20 20 20 20 20
4 1 1 1 1
100 12 1 25 1 25 1 1 25 1 1 1 1 1 1 1 25 1
73,200 2,300 23,045 9,345 1,100 12,375 6,020 2,020 3,000 1,500 500 950 11,045
SULTRA Kab. Buton Kab. Konawe Kab. Kolaka Kab. Muna Kab. Konawe Selatan Kab. Bombana Kab. Kolaka Utara Kab. Konawe Utara Kota Bau-Bau Kota Kendari Kab. Muna Barat Kab. Kolaka Timur
1
1,500
1
5,500
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43,000 1,050 17,250 5,150 500 6,750 3,650 910 1,360 700 250 430 5,000
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30,000 1,250 5,750 4,150 600 5,600 2,350 1,090 1,640 800 250 520 6,000
-
-
10
(Ha) 300
21 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-
(Ha)
22
22 Kab. Toraja Utara
-
PADI HIBRIDA
78
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
NO.
PADI INBRIDA
PROVINSI & KABUPATEN/KOTA PROVITAS (Kab)
22 1 2 3 4 5 6 7 23 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 24 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
BALI Kab. Badung Kab. Bangli Kab. Buleleng Kab. Jembrana Kab. Karangasem Kab. Klungkung Kab. Tabanan NTB Kab. Bima Kab. Dompu Kab. Lombok Barat Kab. Lombok Tengah Kab. Lombok Timur Kab. Sumbawa Kota Bima Kab. Sumbawa Barat Kab. Lombok Utara Kota Mataram NTT Kab. Belu Kab. Ende Kab. Flores Timur Kab. Kupang Kab. Lembata Kab. Manggarai Kab. Ngada Kab. Sikka Kab. Sumba Barat Kab. Sumba Timur Kab. Timor Tengah Selatan Kab. Timor Tengah Utara Kab. Rote-Ndao Kab. Manggarai Barat Kab. Alor Kab. Nagekeo Kab. Sumba Tengah Kab. Sumba Barat Daya Kab. Manggarai Timur Kab. Sabu Raijua Kab. Malaka
7 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(Ha) 22,000 3,000 1,000 7,000 3,000 1,500 1,500 5,000 35,000 6,000 4,000 2,000 2,000 10,000 6,000 1,000 2,000 1,000 1,000 75,000 3,000 4,000 3,000 3,000 2,000 5,000 4,500 4,000 4,000 4,000 2,500 2,000 5,000 7,500 1,500 4,500 2,000 5,500 5,000 1,000 2,000
TOTAL PADI INBRIDA PADI INBRIDA PADI INBRIDA PERLUASAN PADA PERLUASAN PADA SELAIN LAHAN KERING LAHAN KERING (Kab) 5 1 1 1 1 1 21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(Ha) 10,000 750 2,000 2,500 2,750 2,000 10,000 850 500 700 300 750 750 750 300 200 800 200 500 300 750 200 750 300 200 500 200 200
(Kab)
(Ha)
(Kab)
-
-
-
-
-
-
7 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(Ha) 22,000 3,000 1,000 7,000 3,000 1,500 1,500 5,000 45,000 6,750 6,000 2,000 2,000 12,500 8,750 1,000 4,000 1,000 1,000 85,000 3,850 4,500 3,700 3,300 2,750 5,750 5,250 4,300 4,200 4,800 2,700 2,500 5,300 8,250 1,700 5,250 2,300 5,700 5,500 1,200 2,200
PADI HIBRIDA
(Kab) 3 1 1 1 -
(Ha) 2,500 500 1,000 1,000 -
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PADI DESA PERTANIAN DENGAN TEKNOLOGI TOTAL PADI ORGANIK UNTUK BUDIDAYA HAZTON PADI
(Kab) 6 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 -
(Ha)
(Kab) 160 20 20 40 20 20 40 140 40 20 40 40 120 20 20 20 20 20 20 -
(Ha) 4 1 1 1 1 4 1 1 1 1 -
(Kab)
- 7 1 1 1 1 1 1 1 100 10 1 25 1 25 1 1 1 1 1 25 1 25 1 1 1,100 21 1 1 1 1 1 1 275 1 1 25 1 1 1 1 1 525 1 1 275 1 1 1 1 1 1
79
(Ha) 22,160 3,020 1,020 7,040 3,020 1,500 1,520 5,040 47,740 6,790 6,545 3,065 2,000 13,540 8,750 1,000 4,025 1,025 1,000 86,220 3,850 4,520 3,700 3,300 2,750 5,750 5,545 4,320 4,245 4,800 2,700 2,500 5,300 8,795 1,700 5,545 2,300 5,700 5,500 1,200 2,200
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
NO.
PADI INBRIDA
PROVINSI & KABUPATEN/KOTA PROVITAS (Kab)
25 1 2 3 4 5 6 7 8 26 1 2 3 4 5 6 7 8 9 27 1 2 3 4 5 6 28 1 2 3 4 5 6 29 1 2 3 4 5
MALUKU Kab. MTB Kab. Maluku Tengah Kab. Maluku Tenggara Kab. Pulau Buru Kab. Kepulauan Aru Kab. Seram Bag Barat Kab. Seram Bag Timur Kab. Buru Selatan PAPUA Kab. Jayapura Kab. Jayawijaya Kab. Merauke Kab. Mimika Kab. Nabire Kota Jayapura Kab. Sarmi Kab. Keerom Kab. Waropen MALUT Kab. Halmahera Tengah Kab. Halmahera Barat Kab. Halmahera Timur Kab. Halmahera Selatan Kab. Halmahera Utara Kab. Pulau Morotai BANTEN Kab. Lebak Kab. Pandeglang Kab. Serang Kab. Tangerang Kota Cilegon Kota Serang BABEL Kab. Bangka Kab. Belitung Kab. Bangka Selatan Kab. Blitung Timur Kab. Bangka Barat
8 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1
(Ha) 13,900 2,000 1,975 1,000 3,950 250 1,250 1,475 2,000 19,000 700 15,500 200 1,600 500 100 200 200 11,100 1,000 1,500 5,425 2,000 975 200 27,000 8,000 8,000 7,000 2,000 1,000 1,000 5,000 3,000 1,000 1,000
TOTAL PADI INBRIDA PADI INBRIDA PADI INBRIDA PERLUASAN PADA PERLUASAN PADA SELAIN LAHAN KERING LAHAN KERING (Kab)
(Ha) 1 1 2 1 1 -
4,000 4,000 1,000 500 500 -
(Kab)
(Ha)
(Kab)
-
-
-
-
-
-
-
100,000
-
-
8 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1
(Ha) 13,900 2,000 1,975 1,000 3,950 250 1,250 1,475 2,000 23,000 700 19,500 200 1,600 500 100 200 200 11,100 1,000 1,500 5,425 2,000 975 200 127,000 8,000 8,000 7,000 2,000 1,000 1,000 6,000 500 500 3,000 1,000 1,000
PADI HIBRIDA
(Kab) 1 1 -
(Ha) 500 500 -
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PADI DESA PERTANIAN DENGAN TEKNOLOGI TOTAL PADI ORGANIK UNTUK BUDIDAYA HAZTON PADI
(Kab) 2 1 1 3 1 1 1 4 1 1 1 1 -
(Ha)
(Kab) 40 20 20 60 20 20 20 80 20 20 20 20 -
(Ha) 3 1 1 1 1 1 2 1 1 4 1 1 1 1 -
100 25 50 25 100 100 100 75 25 100 25 25 25 25 -
(Kab) 8 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1
80
(Ha) 14,500 2,000 2,000 1,000 4,500 250 1,250 1,500 2,000 23,140 700 20 19,620 200 1,600 500 100 200 200 11,260 1,000 1,500 5,520 2,020 1,020 200 127,180 8,045 8,045 7,045 2,025 1,000 1,020 6,000 500 500 3,000 1,000 1,000
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
NO.
(Kab) GORONTALO Kab. Boalemo Kab. Gorontalo Kab. Pohuwato Kab. Bone Bolango Kab. Gorontalo utara Kota Gorontalo KEPRI Kab. Natuna Kab. Bintan Kab. Karimun Kab. Lingga Kab. Kep. Anambas Kota Batam Kota Tanjung Pinang Kab Dumai PAPUA BARAT Kab. Sorong Kab. Manokwari Kab. Fak-Fak Kab. Raja Ampat Kab. Teluk Bintuni Kab. Teluk Wondama Kab. Kaimana Kab. Sorong Selatan Kab. Manokwari Selatan SULBAR Kab. Mamuju Kab. Majene Kab. Mamasa Kab. Mamuju Utara Kab. Polewali Mandar Kab. Mamuju Tengah KALTARA Kab. Bulungan Kab. Tana Tidung
(Kab)
(Kab)
PADI INBRIDA
PROVINSI & KABUPATEN/KOTA PROVITAS
30 1 2 3 4 5 6 31 1 2 3 4 5 6 7 8 32 1 2 3 4 5 6 7 8 9 33 1 2 3 4 5 6 34 1 2
PADI HIBRIDA
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PADI DESA PERTANIAN DENGAN TEKNOLOGI TOTAL PADI ORGANIK UNTUK BUDIDAYA HAZTON PADI
5 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 2 1 1
(Ha) 39,000 6,370 13,775 6,800 2,975 7,800 1,280 5,650 2,025 2,475 100 150 225 50 50 50 525 21,000 5,000 1,000 2,000 2,500 6,000 4,500 2,800 2,500 300
PADI INBRIDA PADI INBRIDA TOTAL PADI INBRIDA PERLUASAN PADA PERLUASAN PADA SELAIN LAHAN KERING LAHAN KERING (Kab)
(Ha) 5 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 -
10,000 1,750 2,000 1,850 2,250 2,150 13,350 2,500 1,000 3,350 2,000 2,000 2,500 -
(Kab)
(Ha)
(Kab)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 2 1 1
(Ha) 49,000 8,120 15,775 8,650 5,225 9,950 1,280 5,650 2,025 2,475 100 150 225 50 50 50 525 34,350 7,500 2,000 5,350 4,500 8,000 7,000 2,800 2,500 300
-
(Ha) -
2 1 1 2 1 1 6 1 1 1 1 1 1 -
(Ha)
(Kab) 40 20 20 40 20 20 120 20 20 20 20 20 20 -
(Ha) 2 1 1 4 1 1 1 1 1 1 -
100 50 50 100 25 25 25 25 100 100 -
(Kab) 5 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 2 1 1
81
(Ha) 49,140 8,120 15,825 8,700 5,245 9,970 1,280 5,790 2,070 2,520 100 150 250 50 50 50 550 34,570 7,520 2,020 5,370 4,520 8,020 7,120 2,800 2,500 300
Lampiran 4 DAFTAR CALON PETANI DAN LOKASI PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016
Kegiatan
: Peningkatan Produktivitas Padi Inbrida, Peningkatan Produktivitas Padi Hibrida,
Nama Poktan / Gapoktan
:
Jumlah Anggota Kelompok
:
Desa
:
Kecamatan
:
Kabupaten
:
Komoditi
:
Perluasan Padi Inbrida, Teknologi Hazton, Desa Pertanian Organik Padi *)
No.
Nama Petani
Luas Areal (ha)
Kebutuhan Benih (kg)
Varietas
Jadwal Tanam
1 2 3 4 5 dst Jumlah Mengetahui KCD/Penyuluh
Ketua Kelompoktani
Nama ………….
Nama ………….
Keterangan : *) Pilih salah satu
82
Lanjutan Lampiran 4
DATA CALON PETANI CALON DAN CALON LOKASI ( CP /CL ) PELAKSANA KEGIATAN BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016 (sesuai fomat field BPS) Kegiatan
: Peningkatan Produktivitas Padi Inbrida, Peningkatan Produktivitas Padi Hibrida,
Komoditi
:
Perluasan Padi Inbrida, Teknologi Hazton, Desa Pertanian Organik Padi *) Desa Program
Ya = "1"
Identitas Desa
Jenis Komoditi
Jumlah Kelompok Tani
Komoditi
Jml_Ketan
Tidak = " " Prop
Kab
Kec
Desa
nm_Prop
nm_Kab
PENGISIAN KOLOM " JENIS KOMODITI " padi_peningkatan produktivitas inbrida atau hibrida padi_pat lahan kering padi_teknologi hazton padi_desa pertanian organiK
nm_Kec
nm_Desa
Desa_Prog
PENGISIAN KOLOM " DESA PROGRAM " * secara otomatis yang masuk ke dalam CPCL adalah desa program, jadi bisa di isi dengan "1" semuanya
Perkiraan Panen
Rencana Luas Tanam (Ha)
Subround 1
Subround 2
ada = "1" Tidak = " "
ada = "1" ada = "1" Subround 1 Subround 2 Subround 3 Tidak = " " Tidak = " "
p_sr1
p_sr2
Subround 3
p_sr3
lt_sr1
lt_sr2
lt_sr3
Diusulkan/Ditetapkan, Tgl…. Bln…. Tahun 2016 Kepala Dinas Pertanian Kabupaten ………………………….
Nama NIP
83
Contoh
Lampiran 5
SURAT KEPUTUSAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK) NOMOR : .............................................2016 TENTANG PENETAPAN KELOMPOK TANI PENERIMA DANA BANTUAN PEMERINTAHTAHUN ANGGARAN 2016 KEGIATAN ………………………………………………………)* Menimbang
:
Mengingat
:
Memperhatikan
:
a. Bahwa ketahanan pangan nasional perlu terus diupayakan melalui peningkatan produksi untuk menjamin kecukupan pangan yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. b. Bahwa peningkatan produksi padi tahun 2016 difokuskan pada peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam (PAT), melalui penerapan jajar legowo. c. Bahwa pelaksanaan kegiatan ...... *) gunapeningkatan produksi, produktivitas dan pendapatan petani perlu ditetapkan kelompok tani penerima BantuanPemerintahtahun 2016. d. Bahwa sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c perlu ditetapkan Kelompok tani Penerima Bantuan Pemerintah Tahun Anggaran 2016. 1. Undang – Undang Nomor .............. Tahun ............. tentang ................; 2. Surat Keputusan .......... Nomor .............. Tahun ............. tentang ................; 3. Peraturan Daerah Provinsi Nomor .............. Tahun ............. tentang ................; 4. dst ....... 1. DIPA Dinas Pertanian Provinsi .... Nomor .............. Tanggal ............. Bulan ................ Tahun ............ 2. PetunjukTeknis TeknologiTanamJajarLegowo Tahun 2016.
84
3. dst ....... MEMUTUSKAN Menetapkan PERTAMA
: :
KEDUA
:
Penetapan Kelompok tani penerima bantuan PemerintahKegiatan …….. *) tahun anggaran 2016 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di :............................... Pada Tanggal : ................................ Oleh : Pejabat Pembuat Komitmen
.......................................... NIP. ..................................... Disahkan di : .............................. Pada Tanggal : ............................ Oleh: Kuasa Pengguna Anggaran
.......................................... NIP. ..................................... Tembusan : 1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI di Jakarta 2. Bupati / Walikota di ............................. 3. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota/Provinsi di .............. 4. dst.
*)disesuaikandengankegiatandalam POK.
85
Lanjutan Lampiran 5
Lampiran Surat Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen Penetapan Kelompoktani Penerima Bantuan Bantuan Pemerintah Pada Kegiatan………..*) Tahun 2016 No
Nama Kelompok Tani/ Gapoktan
Nama Ketua
Alamat Desa
Kecamatan
Nomor Rekening
Jumlah (Rp.)
Alamat Bank Cabang, Unit
1 2 3 dst… Jumlah *) Disesuaikan kegiatan Ditetapkan,Tgl….Bln….Tahun 2016 Oleh Pejabat Pembuat Komitmen
Nama NIP Disahkan Oleh; Kuasa Pengguna Anggaran Nama NIP
86
Lampiran 6 Rencana Usaha Kelompok (RUK) Bantuan Pemerintah Tahun 2016 Kegiatan
: Peningkatan Produktivitas Padi Inbrida, Peningkatan Produktivitas Padi Hibrida,
Nama Kelompok Tani
:
Alamat Kelompok Tani
:
Luas Lahan
:
Jumlah Anggota Kelompok
:
Rincian Kebutuhan Kel.
:
Komoditi
:
Varietas
:
Perluasan Padi Inbrida, Teknologi Hazton, Desa Pertanian Organik Padi *)
No.
Uraian Kebutuhan
Jenis
Volume (Kg)
Harga Satuan(Rp)
Jumlah (Rp)
1 2 3 dst… Jumlah *) Pilih salah satu
…………………,……………….
Mengetahui, Penyuluh / Petugas Pertanian
Bendahara Kelompok,
Ketua Kelompok,
Nama NIP
Nama NIP
Nama NIP
Anggota Kelompok,
Anggota Kelompok,
Nama NIP
Nama NIP
87
Lampiran 7
SURAT PERNYATAAN PENERIMA DAN PENGGUNAAN BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016 Yang bertanda tangan dibawah ini adalah nama :……………………. .. SelakuKetua Kelompok Tani …………………… Desa…………………. Kecamatan ...............…………………
Kabupaten…………………
dengan
ini
menyatakan
bahwabantuanpemerintahberupa ……………, akan kami gunakan: a. Untukpelaksanaanbudidayapadipadakegiatan…………………. b. Bersedia pemeliharaansampaipanen
dansanggupuntukmelaksanakanpenanaman, di
areal
yang
mendapatkanbantuanpemerintahdansanggupmengembalikandanapabilatidaks esuaiperuntukannya. Demikian Surat Pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
…………………… 2016 Mengetahui, PetugasLapangan
ttd dan cap/stempel (………………………)
Ketua Kel.Tani/Gapoktan
Materai 6.000 ttd dan cap/stempel (……………………….)
88
Lampiran 8 FORM ISIAN HASIL UBINAN KEGIATAN ………………………………………………. Kabupten Komoditas No
: : Nama Petani
Nama KelompokTani
Alamat Desa
Kecamatan
Jumlah Ubinan (Unit)
Tanggal Ubinan
Petugas Ubinan Nama
NIP
Hasil Ubinan (Ku/Ha GKG)
Varietas
……………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Kepala Dinas Pertanian Provinsi
Nama……………………………
89
Lampiran 9 JARAK TANAM JAJAR LEGOWO Legowo 2:1 (20cm – 40cm) x 10cm
a.
Orientasi pertanaman 40 cm 25 cm
1m
10 cm
25 cm
1,2 cm
b.
Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1,2 m x 1 m = 4 rumpun x 10 rumpun atau 1,2 m2 = 40 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,2 m2 x 40 rumpun = 333.333 rumpun
c.
Ukuran Ubinan Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 2,4 m x 2,5 m = 6 m2 atau 8 rumpun x 25 rumpun = 200 rumpun
d.
Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6 m2 x 3 kg = 5.000 kg GKP/ha
91
Legowo 2:1 (25cm – 50cm) x 12,5cm
a.
Orientasi pertanaman 50 cm 25 cm
1m
12,5 cm
25 cm
1,5 cm
b.
Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1,5 m x 1 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 1,5 m2 = 32 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,5 m2 x 32 rumpun = 213.333 rumpun
c.
Ukuran Ubinan Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 3 m x 2 m = 6 m2 atau 8 rumpun x 16 rumpun = 128 rumpun
d.
Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6 m2 x 3 kg = 5.000 kg GKP/ha
92
Legowo 2:1 (30cm – 60cm) x 15cm
a.
Orientasi pertanaman 60 cm 30 cm
1,2 m
15 cm
30 cm
1,8 cm
b.
Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1,8 m x 1,2 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 2,16 m2 = 32 rumpun atau 1 ha = 10.000/2,16 m2 x 32 rumpun = 148.148 rumpun
c.
Ukuran Ubinan Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 2,7 m x 2,4 m = 6,48 m2 atau 6 rumpun x 16 rumpun = 96 rumpun
d.
Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6,48 m2 x 3 kg = 4.630 kg GKP/ha
93
Legowo 4:1 penuh (20cm – 40cm) x 10cm
a.
Orientasi pertanaman 60 cm 20 cm
1m
10 cm
20 cm
1m
b.
Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1 m x 1 m = 4 rumpun x 10 rumpun atau 1 m2 = 40 rumpun atau 1 ha = 10.000/1 m2 x 40 rumpun = 400.000 rumpun
c.
Ukuran Ubinan Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 3 m x 2 m = 6 m2 atau 12 rumpun x 20 rumpun = 240 rumpun
d.
Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6 m2 x 3 kg = 5.000 kg GKP/ha
94
Legowo 4:1 penuh (25cm – 50cm) x 12,5cm
a.
Orientasi pertanaman 75 cm 25 cm
1m
12,5 cm
25 cm
1,25 m
b.
Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1,25 m x 1 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 1,25 m2 = 32 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,25 m2 x 32 rumpun = 256.000 rumpun
c.
Ukuran Ubinan Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 2,5 m x 2,5 m = 6,25 m2 atau 8 rumpun x 20 rumpun = 160 rumpun
d.
Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6,25 m2 x 3 kg = 4.800 kg GKP/ha
95
Legowo 4:1 Kosong (20cm – 40cm) x (10cm – 20cm)
a.
Orientasi pertanaman 40 cm
1m
10 cm
20 cm
1m
1m
b.
Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1 m x 1 m = 6 x 100/20 rumpun atau 1 m2 = 30 rumpun atau 1 ha = 10.000/1 m2 x 30 rumpun = 300.000 rumpun
c.
Ukuran Ubinan Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 3 m x 2 m = 6 m2 atau 18 rumpun x 200/20 = 180 rumpun
d.
Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/6 m2 x 3 kg = 5.000 kg GKP/ha
96
Legowo 4:1 Kosong (25cm – 50cm) x (12,5cm – 25cm)
a.
Orientasi pertanaman 50 cm
1m
12,5 cm
25 cm
1,25 m
1,25 m
b.
Populasi tanaman Populasi tanaman dalam 1,25 m x 1 m = 6 x 100/25 rumpun atau 1,25 m2 = 24 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,25 m2 x 24 rumpun = 192.000 rumpun
c.
Ukuran Ubinan Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 2,5 m x 2 m = 5 m2 atau 12 rumpun x 200/25 = 96 rumpun
d.
Konversi hasil ubinan ke hektar Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah 10.000/5 m2 x 3 kg = 6.000 kg GKP/ha
97
Lampiran 10 RENCANA JADWAL PELAKSANAAN TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016 NO
KEGIATAN
1
Penyusunan Juklak dan Petunjuk Lainnya
2
Pembentukan Tim Teknis
3
Sosialisasi
4
Finalisasi CP/CL
5
Penyusunan dan Pengiriman RUK,
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
BULAN JUN JUL
AGUST
SEP
OKT
NOP
DES
Rekening Poktan/Gapoktan ke Kabupaten/ Kota, Provinsi, dan Pusat 6
Proses Administrasi Keuangan
7
Penyerapan dan Penyaluran Dana
8
Pengadaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah
9
Pelaksanaan
Bantuan Pemerintah ke Rekening Kelompok
1. Tanam 2. Pemeliharaan 3. Panen 10
Pembinaan
11
Monitoring
12
Evaluasi
13
Pelaporan
98
Lampiran 11
BLANGKO LAPORAN BULANAN KECAMATAN REALISASI PELAKSANAAN KEGIATAN …………………………………. TAHUN 2016 KECAMATAN : BULAN : Jumlah Desa
Poktan
(2)
(3) 2 4
(4) 50 100
(5) 2 4
(6) 45 95
6
150
6
140
No (1) 1 2 3 4
Jumlah
Realisasi Tanam
Luas Areal (Ha)
A B
Jumlah (Unit)
(Ha)
(%) (7) 90,00 95,00
Realisasi Panen Luas (Ha)
Provitas (ku/ha)
Produksi (ton)
Dilaksanakan MH 15/16 (Ha)
(8) 30 80
(9) 75,00 81,25
(10) 225 650
(10) 5 5
110
79,55
875
10
Keterangan (11)
dst
93,33
…………………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Petugas Penyuluhan Pertanian / Kepala Cabang Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
Nama…………………………… NIP……………………………
99
Lampiran 12 BLANGKO LAPORAN BULANAN KABUPATEN REALISASI KEGIATAN ………………………………………………………… TAHUN 2016 KABUPATEN : BULAN : Jumlah No
Poktan
(3) 1
(4) 2
(5) 50
1
2
50
Kecamatan
(1) 1 2
Desa
Luas Areal (Ha)
(2) 1 dst Jumlah
SK Penetapan CPCL (Ha)
Realisasi Tanam
Realisasi Panen Provitas (ku/ha)
Produksi (ton)
Dilaksanakan MH 15/16 Keterangan (Ha)
(Ha)
(%)
Luas (Ha)
(6) 50
(7) 50
(8) 100.00
(9) 50
(10) 80.00
(11) 80
(12) 0
50
50
100.00
50
80.00
80
0
(13)
…………………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Tim Teknis Tingkat Kabupaten/Kota / Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
Nama…………………………… NIP……………………………
100
Lampiran 13 BLANGKO LAPORAN BULANAN PROVINSI REALISASI KEGIATAN …………………………………. TAHUN 2016
PROVINSI : BULAN : Jumlah No
Kabupaten
(1)
(2)
Kecamatan
Desa
Poktan
Luas Areal (Ha)
SK Penetapan CPCL (Ha)
Realisasi Tanam
Realisasi Panen
(Ha)
(%)
Luas (Ha)
Provitas (ku/ha)
Produksi (ton)
Dilaksanakan MH 15/16 (Ha)
Keterangan
(11)
(14)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(12)
(13)
1
A
4
8
8
200
200
195
97,50
100
75,00
750
5
2
B
5
9
10
250
250
245
98,00
150
80,00
1200
5
9
17
18
450
450
440
97,78
250
78,00
1950
10
3 4 5
dst Jumlah
…………………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Tim Teknis Tingkat Provinsi Kepala Dinas Pertanian Provinsi
Nama…………………………… NIP……………………………
Lampiran 13 101
Lampiran 14
BLANGKO LAPORAN AKHIR PROVINSI/KABUPATEN REALISASI KEGIATAN………………………………………………………. TAHUN 2016 PROV/KAB : BULAN : Realisasi Tanam
Target No
Kab/Kec Unit
(1)
(2)
SK Penetapan CPCL Luas Area (Ha) (Ha)
Unit
(Ha)
Realisasi Panen
(%)
Bulan Tanam
Luas (Ha)
Provitas (ku/ha)
Produksi (ton)
Provitas sebelum (ku/Ha)
Provitas diluar Tidak program Dilaksana pada MT yang kan (Ha) sama (ku/Ha)
(3)
(4)
(7)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
1
A
4
8
200
200
195
97,50
Mar,Apr,
100
75,00
750
70,00
70,00
2
B
5
9
250
250
245
98,00
Apr, Jun
150
80,00
1200
73,00
70,00
9
17
450
450
440
97,78
250
78,00
1950
71,50
70,00
(18)
Ket
(19)
3 4 5
dst Jumlah
……………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Tim Teknis Tingkat Provinsi/ Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupten
Nama…………………………… NIP……………………………
102