Eko Srihartanto et al.: Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo ……
PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL Eko Srihartanto1), Sri Wahyuni Budiarti1) dan Suwarti2) 1)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 2) Balai Penelitian Tanaman Serealia
ABSTRAK Salah satu komponen dasar pengelolaan tanaman terpadu jagung adalah pengaturan jarak tanam. Sistem tanam jajar legowo merupakan inovasi teknologi yang diterapkan untuk meningkatkan produktivitas jagung. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui efektivitas sistem tanam jajar legowo jagung hibrida dalam meningkatkan produktivitas di lahan Inceptisols Gunungkidul. Pengkajian dilaksanakan Ngeposari, Semanu, gunungkidul pada musim kemarau (MT III) pada bulan juli sampai oktober 2012, menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 5 perlakuan yaitu Bima 2 (100x40x20 cm), Bima 3 (100x40x20 cm), Bima 4 (100x40x 20 cm), Bima 5 (100x40x20 cm) dan Pioner 27 (70x30 cm/Kontrol) masing-masing diulang 4 kali. Penananam benih 1 biji per lubang. Tanaman diberi pupuk organik 2 t/ha, Urea 450 kg/ha dan NPK Phonska 325 kg/ha. Hasil pengkajian menunjukkan produktivitas Bima 4 6,8% (10,55 t/ha) lebih tinggi dibandingkan dengan Pioner 27/ kontrol (9,88 t/ha). Produktivitas Bima 2 (9,95 t/ha) tidak berbeda nyata dengan Pioner 27/kontrol (9,88 t/ha). Hasil Bima 3 8,6% lebih rendah dibanding Pioner 27/kontrol dan tidak berbeda nyata dengan Bima 5. Kata kunci : jajar legowo, jagung hibrida, produktivitas, inceptisols.
PENDAHULUAN Petani masih banyak yang berusahatani secara konvensional (tradisional), belum maksimalnya penerapan pemupukan berimbang serta pengaturan jarak tanam yang belum optimal. Peningkatan produktivitas jagung terus dilakukan dengan upayaupaya penerapan teknologi budidaya yang tepat spesifik lokasi. Salah satu teknologi yang diterapkan untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah pengaturan jarak tanam (Tanam Jajar Legowo) dan penggunaan benih unggul dan bermutu. Dalam budidaya jagung komponen teknologi pengaturan jarak tanam diperlukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Teknologi ini diperlukan untuk mendapatkan tingkat populasi yang optimal; mempermudah dalam perawatan; mendapatkan efek tambahan pakan (pada tanam jajar legowo sisip); mengurangi kompetisi mendapatkan unsur hara antar tanaman serta memaksimalkan penerimaan sinar matahari ke tanaman sehingga proses fotosintesis dapat maksimal. Inovasi teknologi pengaturan jarak tanam salah satunya adalah tanam jajar legowo. Kombinasi
98
Seminar Nasional Serealia, 2013
ukuran sistem tanam ini bervariasi antara lain 80x40x20cm (1 biji per lubang tanam), 80x40x40 (2 Biji per lubang tanam), 100x40x40 (2 biji perlubang). Pemilihan
varietas
unggul
yang
akan
ditanam
oleh
petani
harus
mempertimbangkan aspek tanah dan iklim (lingkungan), minat petani, potensi hasil tinggi, tahan hama penyakit dan kekeringan serta berumur genjah. Varietas unggul mempunyai peran besar dalam upaya peningkatan produktivitas karena berpotensi memberikan hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit serta potensi produksi pakan ternak (tebon) tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) Maros telah menghasilkan varietas baru jagung komposit maupun hibrida dan sudah melepas lebih dari 20 varietas yang telah disebarkan 16 ton benih selama 2005-2010 (Yasin 2010). Varietas jagung hibrida dari Bima 1 sampai Bima 15 hasil Badan Litbang Pertanian, masih belum banyak dikenal di masyarakat petani. Dengan demikian diperlukan usaha diseminasi melalui display VUB dan gelar teknologi VUB jagung sehingga dapat dikenal dan berkembang di masyarakat. Tujuan pengkajian ini untuk mengetahui tingkat produktivitas penggunaan sistem tanam jajar legowo jagung hibrida dalam meningkatkan produktivitas di lahan Inceptisols Gunungkidul. METODOLOGI Tempat Pengkajian dilaksanakan Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, kabupaten Gunungkidul pada musim kemarau (MT III) bulan Juli sampai Oktober 2012. Penelitian dilaksanakan pada jenis tanah/lahan Inceptisol.
Metode penelitian
menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 5 perlakuan yaitu Bima 2 (100x40x20cm), Bima 3 (100x40x20cm), Bima 4 (100X40X20cm), Bima 5 (100X40X20cm) dan Pioner 27 (70X30cm/Kontrol) masing-masing diulang 4 kali dan memanfaatkan petani sebagai ulangan. Penananam dilakukan jumlah benih 1-2 biji per lubang. Dosis pupuk yang digunakan pupuk organik 2 t/ha, Urea 450 kg/ha dan NPK Phonska 325 kg/ha. Pemupukan urea dilakukan dengan Bagan Warna Daun (BWD) pada umur vegetatif. Uji signifikansi menggunakan ANOVA dan Uji Tukey pada taraf nyata 5% (Gomes and Gomes 2007).
99
Eko Srihartanto et al.: Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo ……
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa tanah sebelum perlakuan. Lokasi pengkajian jenis Inceptisols biasa ditanami padi dan palawija. Tanah ini tergolong dalam kelas tekstur lempung. Fraksi lempung mengakibatkan tanah memiliki kemampuan besar dalam memegang air. Permukaan lempung mampu mengadsorbsi sejumlah unsur-unsur hara dalam tanah. KTK tergolong rendah hal ini karena dipengaruhi pH tanah rendah (agak masam), tekstur tanah serta kandungan bahan organik tanah yang rendah. Selain itu kandungan P tersedia rendah, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman. Oleh karena itu dibutuhkan penambahan unsur hara melalui pupuk organik ataupun non-organik sehingga dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. Pemberian unsur hara atau pupuk dilakukan untuk meningkatkan sifat kimia dan fisik tanah sehingga tanah mampu menjadi media yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Analisis tanah pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Karakteristik fisik dan kimia tanah lapisan atas (0-20 cm) sebelum percobaan dari lokasi pengkajian Desa Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, D.I.Yogyakarta. Parameter Tekstur Fraksi pasir Fraksi debu Fraksi lempung pH (H20) Bahan Organik KTK P tersedia (Bray I)
Satuan
Nilai*
% % % % % % %
22,34 30,54 47,12 5,9 0,79 12,67 1,23
Harkat Kelas tekstur : Lempung Agak masam Sangat rendah Rendah Sangat Rendah
Sumber; Mulud Suhardjo (2011).
Pertumbuhan dan Hasil Jagung di lokasi pengkajian Teknologi budidaya jagung yang diterapkan dalam pengkajian ini adalah penerapan jarak tanam jajar legowo (100x40x20cm) dengan 1-2 biji per lubang tanam, penggunaan VUB jagung hibrida serta pemupukan berimbang yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. keragaan pertumbuhan dan hasil tanaman tertera pada Tabel 2.
100
Seminar Nasional Serealia, 2013
Tabel 2. Keragaan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung di lokasi pengkajian
Varietas Bima 2 Legowo Bima 3 Legowo Bima 4 Legowo Bima 5 Legowo P27 (kontrol)
Jarak tanam
Tinggi tanaman Panen (cm)
Diameter batang (cm)
Jumlah baris per tongkol
Berat tongkol (gram)
100x40x20 cm
182,2 c
1,6 c
15
262 c
16,0 c
9,95 b
100x40x20 cm
179,8 c
2,2 b
16
282 b
14,4 c
9,10 c
100x40x20 cm
189,4 b
2,5 ab
16-17
276 b
16,8 c
10,55 a
100x40x20 cm
198,2 a
2,8 a
16
302 a
24,0 a
9,28 c
70x30cm
195.6 ab
2.7 ab
13-14
279 b
18,4 b
9,88 b
Berat Brangkasan (Ku/ha)
Berat Pipilan Kering (Ku/ha)
Angka Rerata dalam kolom yang sama diikuti huruf yang sama, tidak menunjukkan beda nyata pada uji beda nyata pada taraf nyata 5%.
Tabel 1 menunjukkan tinggi tanaman varietas Bima 5 tidak berbeda nyata dengan kontrol tetapi berbeda nyata dengan Bima 2, 3 dan 4. Tinggi tanaman keempat varietas Bima lebih rendah dibandingkan deskripsinya. Balai Penelitian Serealia (2011) menyebutkan bahwa
tinggi tanaman varietas Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima
berturut-turut yaitu ± 200 cm, ± 200 cm, ± 212 cm, ± 2014 cm. Diameter batang tidak menunjukkan perbedaan nyata pada perlakuan Bima 3, 4 dan 5 dibanding kontrol. Diameter Bima 2 sekitar 68,7% lebih kecil dibandingkan kontrol. Bertambahnya tinggi tanaman dan diameter batang menunjukkan terjadi pembelahan sel dan pembentukan sel-sel baru selain akibat sifat genetis juga akibat fungsi kandungan hara dalam pupuk yang diberikan. Unsur hara makro dalam NPK maupun dalam pupuk kandang berperan dalam pembentukan klorofil. Menurut Mohr et al. (1994) Klorofil merupakan tempat berlangsungnya fotosintesis yang selanjutnya menghasilkan karbohidrat sebagai sumber energi untuk pertumbuhan tanaman. Penerapan tanam jajar legowo (100x40x20cm) mampu membantu tanaman dalam berfotosintesis secara optimal semakin tua umur tanaman maka tanaman juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman semakin kuat dan unsur hara P yang dipasokkan ke dalam tanah melalui pemupukan mampu membantu pertumbuhan tanaman sehingga dapat tumbuh dengan baik. Berat brangkasan Bima 5 lebih tinggi sekitar 30,43% dibandingkan kontrol (P27) dan nyata lebih tinggi antara
42,8% - 66,6 % dibandingkan bima 2, 3 dan 4.
Berat brangkasan menunjukan akumulasi pertumbuhan tanaman sampai panen. Brangkasan jagung di lokasi pengkajian dapat dimanfaatkan oleh petani untuk pakan ternak sapi dan kambing. Petani mengalami kesulitan pakan ternak pada musim kemarau, dengan demikian Bima 5 mempunyai tingkat produktivitas pakan ternak yang
101
Eko Srihartanto et al.: Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo ……
tertinggi pada musim kemarau dibandingkan varietas lain yang dicobakan mengingat kesulitan pengadaan pakan di lahan kering khususnya di musim kemarau. Produktivitas pipilan kering Bima 4 sekitar 6.78% (10,55 t/ha) lebih tinggi dibandingkan dengan Pioner 27/ kontrol (9,88 t/ha). Produktivitas Bima 2 (9,95 t/ha) tidak berbeda nyata dengan Pioner 27/kontrol (9,88 t/ha). Bima 3 sekitar 8,57% lebih rendah dibandingkan Pioner 27/kontrol dan tidak berbeda nyata dengan Bima 5. Penerapan jajar legowo (100x40x20cm) pada Bima 4 ternyata efektif meningkatkan produktivitas jagung hibrida dibandingkan pioner 27/ kontrol (70x30cm). Penerapan jajar legowo terbukti dapat meningkatkan produktivitas jagung Varietas Unggul Baru (VUB); mempermudah dalam perawatan; mendapatkan efek tambahan pakan (pada tanam jajar legowo sisip); mengurangi kompetisi mendapatkan unsur hara antar tanaman serta memaksimalkan penerimaan sinar matahari ke tanaman sehingga proses fotosintesis dapat maksimal. Intensifikasi untuk peningkatan produksi dapat diupayakan melalui penggunaan pupuk dan varietas unggul (Soemantri dan Tohari 2001). Keragaan yang baik pada budidaya jagung didukung oleh komponen teknologi yang diterapkan, yaitu penggunaan
varietas
unggul,
sistem
tanam
dengan
tanam
jajar
legowo
(100x40x20cm), perlakuan benih (seed teatment), tanam 1 biji/lubang, teknologi dosis dan waktu pemupukan spesifik lokasi, serta penggunaan BWD untuk mengetahui dosis pupuk sesuai kebutuhan tanaman.
KESIMPULAN Penerapan sistem tanam jajar legowo jagung hibrida pada tanah inceptisols dapat meningkatkan produktivitas jagung hibrida Bima 4 6,8% (10,55 t/ha), lebih tinggi dibandingkan dengan Pioner 27/kontrol (9,88 t/ha). Produktivitas Bima 2 (9,95 t/ha) tidak berbeda nyata dengan Pioner 27/kontrol (9,88 t/ha). Hasil Bima 3 lebih rendah 8,57% dibandingkan Pioner 27/kontrol dan tidak berbeda nyata dengan Bima 5.
DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2011. Deskripsi Verietas Unggul Jagung. Maros. Balai
Penelitian Tanaman Serealia, Highlight. 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Gomes, K.A, dan A.A. Gomes. 2007. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. UI Press. Jakarta.
102
Seminar Nasional Serealia, 2013
Mohr, H. and P. Schoper. 1994. Plant Physiology. Springer. New York. Suhardjo, M. dan E. Srihartanto. 2011. Rehabilitasi lahan kering dalam usaha penyerapan hara P terhadap berbagai pertumbuhan padi gogo di Inceptisol Semanu, Gunung Kidul. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Implementasi Teknologi Budidaya Tanaman Pangan menuju Kemandirian pangan Nasional. Universitas Muhammadiyah Purwokerto: Purwokerto. Soemantri, S. dan Tohari. 2001. Pengelolaan lahan sawah tadah hujan untuk berkelanjutan sistem produksi. Prosiding Seminar Nasional Budidaya Tanaman Pangan Berwawasan Lingkungan. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor.
103