[106] Seruan Khilafah dari Jantung Indonesia Friday, 06 September 2013 02:46
Perubahan yang hakiki adalah perubahan yang menuju kepada yang haq. Itulah perubahan ke menuju tegaknya kembali syariah dan khilafah.
“Nahnu nurid Khilafah Islamiyah! …Nahnu nurid Khilafah Islamiyah! (kami ingin khilafah islamiyah). ” Pekikan itu bergelora di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Ahad (2/6). Pekikan itu bersahutan dengan pekik takbir: “Allahu Akbar!”. Lebih dari 100 ribu orang hanyut dalam suasana penuh semangat menyongsong perubahan dunia menuju khilafah.
Stadion berkapasitas tempat duduk 88 ribu orang itu tak mampu menampung peserta Muktamar Khilafah 2013 yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Saking banyaknya, peserta meluber hingga ke track—jalan yang melingkari lapangan rumput. Sekitar 15 ribu kursi tambahan yang disediakan panitia terisi oleh peserta.
Muktamar Khilafah ini merupakan puncak pelaksanaan kegiatan yang sama yang berlangsung di 31 kota di Indonesia. Wajar jika acara puncak tersebut menjadi magnet bagi kaum Muslimin di Indonesia untuk menghadirinya.
Mereka tidak hanya datang dari Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten. Banyak di antara peserta berasal dari luar provinsi tersebut. Ada dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa
1/5
[106] Seruan Khilafah dari Jantung Indonesia Friday, 06 September 2013 02:46
Tenggara, hingga Papua. Bahkan di tengah-tengah ratusan ribu massa itu ada kaum Muslim dari Australia, Malaysia, dan dari Eropa. Mereka bergabung dengan gempita hadirin di stadion terbesar di Asia Tenggara itu.
Sejak pukul 03.00 peserta dari Jawa Barat telah sampai di Jakarta. Bus yang mengangkut mereka berjalan merayap memasuki lapangan parkir timur Senayan. Tampak wajah-wajah penuh kebahagiaan menyembul dari balik kaca kendaraan pariwisata itu. Semangat ingin hadir di perhelatan Islam terbesar di tahun 2013 di Stadion GBK telah membalut lelah dan kantuk mereka.
Gelombang kedatangan itu terus berlangsung, kendati acara baru dimulai pukul 08.00 wib. Sambil menunggu acara dimulai, mereka beristirahat di bawah atap langit. Sebagian duduk-duduk di bawah tenda-tenda yang disediakan untuk tempat shalat. Ada pula yang berbelanja pernak-pernik muktamar yang dijual di arena bazaar muktamar.
Menjelang pintu stadion dibuka pukul 06.30 wib, antrean peserta menyemut. Sebagian hilir mudik mencari pintu masuk yang sesuai dengan tiket mereka. Di antara rombongan tersebut ada yang meneriakkan yel-yel, persis seperti saat mereka masirah (berunjuk rasa). Ada pula yang membunyikan rebana yang dibawanya, mengiringi lantunan lagu shalawatan. Asal mereka dapat diketahui dari papan nama yang menyembul di antara setiap kerumunan.
Sambutlah Khilafah!
Tepat pukul 08.00, acara dimulai. Senandung ayat Alquran yang dilantunkan oleh qari’ asal Banten Ridlo Abdul Wahab membuat suasana hening. “Allahu Akbar!” pekikan itu memecah keheningan. Suara hadirin bergelora, menggema menyambutnya. “Allahu Akbar!”
Dua orang dari arah berlawanan meluncur dari atap stadion di sisi selatan dan utara. Asap berwarna menandai jejak keduanya. Bersamaan dengan itu terdengar lantunan nasyid ‘Sambutlah Khilafah’. Keduanya turun dari tali ring dan kemudian memegang ar-Raya dan al-Liwa. Mereka menuju tengah lapangan sepak bola untuk membuka logo muktamar yang ditutup dengan kain warna hitam. Begitu logo terbuka, stadion kembali bergemuruh. “Khilafah, khilafah, khilafah!”
2/5
[106] Seruan Khilafah dari Jantung Indonesia Friday, 06 September 2013 02:46
Rombongan tokoh-tokoh kemudian berjalan beriringan dari VIP Timur menuju ke panggung raksasa di VIP Barat. Mereka sebelumnya direncanakan akan diangkut dengan mobil terbuka. Tapi karena track digunakan oleh peserta, rencana itu diubah. Mereka hanya dikawal oleh pasukan yang membawa bendera Islam berwarna hitam dan putih bertuliskan kalimat dalam bahasa Arab: Laa ilaha illa Allah, Muhammad ar Rasulullah.
Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia M Ismail Yusanto dalam sambutan pembukanya menyatakan, “Bila tidak ada yang tetap di muka bumi ini kecuali perubahan, maka perubahan yang akan membawa kebaikan hakiki itu tak lain adalah perubahan menuju tegaknya al haq, perubahan menuju tegaknya al-Islam, yakni perubahan menuju tegaknya kembali syariah dan khilafah.”
Dalam muktamar bertema “Perubahan Besar Dunia Menuju Khilafah” itu, ia pun memperkenalkan Amir Hizbut Tahrir Syeikh ‘Atha’ bin Khalil Abu Rasytah dan karya-karyanya. Syeikh Atha’ adalah amir ketiga Hizbut Tahrir, setelah amir pertama sekaligus pendiri Hizb Syekh Taqiyuddin al-Nabahani rahimahullah, dan amir kedua Syeikh Abdul Qadim Zallum.
Sementara itu, Direktur Central Media Office Hizbut Tahrir Utsman Bakhash mewakili amir Hizb menyeru para panglima militer negeri-negeri kaum Muslimin untuk menegakkan khilafah. “Para panglima militer di negeri kaum Muslimin mari berjuang bersama Hizbut Tahrir menuju Khilafah Islamiyah!” ungkapnya dalam bahasa Arab.
Syeikh yang menggunakan gamis putih dan bersyal hitam bertuliskan dua kalimat syahadat tersebut menyatakan demikian karena memang sudah saatnya militer bergerak mendukung perubahan yang terjadi.
“Umat Islam hari ini bangkit melawan kezaliman yang terjadi di negeri mereka. Mereka sedang berjuang untuk menegakkan kembali pemerintahan Islam, mereka menginginkan tegaknya khilafah Islam!” tegasnya.
Ia pun mengutip hasil penelitian peneliti dari Inggris. “Beberapa tahun ke belakang, Hizbut Tahrir idenya dicemoohkan namun kali ini idenya diterima di mana-mana!” katanya mengutip
3/5
[106] Seruan Khilafah dari Jantung Indonesia Friday, 06 September 2013 02:46
kesimpulan Zayno Baran dalam penelitiannya tentang Hizbut Tahrir.
Di akhir pidatonya, ia pun mengucapkan yel berbahasa Indonesia: “Saatnya dunia menuju khilafah!” Pernyataan itu langsung disahuti para hadirin dengan pekik takbir. “Allahu Akbar!”
Muktamar ini tergolong istimewa karena dihadiri oleh ratusan orang dari luar negeri. Sebagian mereka diberi kesempatan untuk menyampaikan testimoninya terhadap perjuangan menegakkan syariah dan khilafah di negeri mereka masing-masing.
Mereka yang menyampaikan testimoninya antara lain berasal dari Pakistan, India, Turki, Yaman, Tunisia, Mesir, Belanda, Inggris, Australia, Lebanon, Suriah, dan Malaysia. Inilah wujud persaudaraan yang hakiki dari kaum Muslim. Meski berbeda warna kulit dan bahasa, mereka diikat oleh satu akidah Islam. Dan mereka menyampaikan pesan yang sama: saatnya kaum Muslim menegakkan khilafah.
Di sela orasi tampil mantan rocker yang kini menjadi pejuang khilafah Hari Moekti melantunkan lagu lamanya ‘Gelap’ yang telah diubah syairnya. Hadirin seperti terhipnotis membawakan lagu tahun 80-an itu. Ia ucapkan keras-keras: “Demokrasi, pasti akan berakhir…..kapitalisme…nanti akan berlalu……”
Di bagian akhir orasi, dua pembicara utama dari Hizbut Tahrir Indonesia tampil yakni Farid Wadjdi dan M Rahmat Kurnia. Masing-masing membawakan tema ‘Kufurnya Demokrasi dan Beracunnya Nasionalisme’ dan ‘Arah Perubahan Menuju Khilafah’.
Pada bagian akhir, teatrikal kolosal muncul ke tengah lapangan. Ratusan anak sekolah menjadi pemerannya. Teatrikal itu menggambarkan kondisi dunia saat ini yang buruk. Dengan dakwah Islam yang terus menerus, akhirnya umat Islam sadar dan mau berjuang menerapkan syariah dan menegakkan khilafah. Teatrikal ditutup dengan pendirian tiang bendera ar Raya. Begitu tiang bendera itu tegak, takbir membahana. Semua hadirin dan pembicara berdiri.
Ketua DPP Hizbut Tahrir Rokhmat S Labib kemudian menyampaikan pidato politiknya. Ia mengajak kaum Muslimin menegakkan khilafah karena khilafah adalah kewajiban dari Allah
4/5
[106] Seruan Khilafah dari Jantung Indonesia Friday, 06 September 2013 02:46
SWT. Tanpa khilafah umat menderita sebab mereka tidak ada yang menyatukan, melindungi, dan menjaga darah, kehormatan, harta, dan agama mereka. “Campakkan demokrasi, tegakkan khilafah!”
Akhirnya, di tengah suasana GBK yang dipayungi mendung, Ketua DPP HTI Hafidz Abdurrahman menutup acara dengan doa. Air mata tak terbendung. Terima kasih ya Allah…Jadikan kami perjuang khilafah! .... Jadikan kami penolong-penolong agama-Mu! .. Dan jadikan khilafah tegak melalui tangan kami ya Allah! [] mujiyanto
5/5