RUANG KAJIAN
PERUBAHAN PERSPEKTIF TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH PEDESAAN
Oleh: U. Maman Rubaman
Abstract To see “desa” (village) as potential basic economic activities should be new paradigm to big Indonesia economy development. Internal and external changes needs smart policies from its makers in order to develop the village rightly. Agro industry as model og modern village must provide job fields and raising farmers income. Agricultural planning and development should be based on characteristic of lands and the availability or technology to produce maximum output as to citizen wealth impact after all. Continuation and resource maintaining through the ecosystem knowledge improving needs realization in order to maintain their assets for economy activity which is friendly environment. Keyword: agriculture village development, agro industry development, village modernization and agro ecosystem knowledge.
1.
Pendahuluan
Saat
ini
kita
tantangan
dihadapkan
dalam
keberhasilan
pada
upaya
banyak
transformasi
mencapai
migrasi
tujuan pembangunan wilayah
pangan,
struktur
spasial
dan
masalah
ekonomi, sektoral,
masalah ketahanan
ketersediaan
lahan
pedesaan. Secara umum tantangan tersebut
pertanian, masalah investasi dan permodalan,
sangat berbeda sifatnya dibandingkan pada
masalah iptek, SDM, lingkungan dan masih
masa-masa yang lalu. Tantangan pertama
banyak lagi.
berkaitan dengan kondisi eksternal seperti perkembangan
yang
Proses transformasi suatu wilayah pedesaan
arus
menjadi suatu daerah agroindustri secara
investasi dan perdagangan global. Sedangkan
ilmiah telah banyak diulas oleh peneliti
tantangan yang kedua bersifat internal, yaitu
maupun akademisi lain dan menjadi tuntutan
yang berkaitan dengan perubahan kondisi
nyata
makro
modernisasi masyarakat pertanian, karena
berhubungan
internasional dengan
maupun
mikro
liberalisasi
dalam
negeri.
Tantangan internal disini dapat meliputi
kegiatan
dalam
proses
pertanian
berada
perkembangan
di
wilayah
pedesaan. Dengan melihat desa sebagai 39 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
wadah kegiatan ekonomi, kita harus merubah
kekuasaan
pandangan inferior atas wilayah ini ke dalam
mengalami perubahan pola pikir pemihakan
perspektif yang menempatkan desa sebagai
terhadap rakyat di desa.
basis
potensial
kegiatan
ekonomi,
di
seluruh
tingkatan
tidak
yaitu
melalui investasi prasarana dan sarana yang
Arief [2] dalam tulisannya mengemukakan
menunjang
bahwa
keperluan
pertanian,
serta
urbanisasi
penduduk
dari
sektor
mengarahkannya secara lebih terpadu. Sudah
pertanian di pedesaan berlangsung akibat
saatnya desa tidak lagi dipandang hanya
adanya investasi dari sektor manufaktur dan
sebagai
wilayah
kehidupan
jasa yang selama ini masih terfokus di kota.
daerah
perkotaan,
karenanya
Ketika kegiatan di kota memberikan tawaran
pembangunan
pendukung oleh
wilayah
kota
dan
daerah
imbalan tinggi kepada penduduk desa yang
pedesaan berjalan secara menyatu.
berpindah, sementara itulah sektor pertanian akan mengalami kelangkaan relatif pekerja.
2. Melepas Ketergantungan Desa dari Luar
Seiring dengan itu, interaksi antar aktor-aktor ekonomi, antar maupun intra sektor telah
Untuk menelaah hubungan ekonomi antara
menambah keruh keadaan dengan adanya
suatu wilayah yang satu dengan wilayah
pengambilan keputusan politik yang tidak
lainnya, kita bisa mengutip pendapat seorang
berpihak kepada rakyat di desa. Sehingga,
pemikir
Ia
sektor pertanian, dimana sebagian besar
membedakan antara centre yang merupakan
bangsa kita menggantungkan hidupnya, jauh
pusat pertumbuhan dengan daerah pinggiran
dari perannya sebagai fondasi pembangunan
(periphery) yang terbelakang. Hal ini berlaku
yang sesungguhnya. Di sisi lain, sektor
untuk hubungan keluar ataupun didalam suatu
manufaktur semakin tidak memiliki linkage
negara. Hubungan yang dihasilkan tersebut
dengan sektor primer, yaitu pertanian.Hal ini
digambarkan
bisa kita lihat dari besaran volume total impor
strukturalis,
Galtung
telah
masyarakat
di
[3].
menguntungkan
pusat-pusat
secara
produk barang primer Indonesia sejak awal
keseluruhan, namun merugikan mayoritas
70-an
masyarakat
Tanpa
meningkat. Jadi, ketergantungan kita akan
disadari, sejak lama kondisi pembangunan
produk barang primer dari luar negri justru
desa-kota kita menggambarkan konstruksi
bertambah tinggi.
di
daerah
pinggiran.
sampai
saat
ini
yang
semakin
mengenai tata hubungan ekonomi domestik yang timpang. Desa telah menjadi komoditas
Pergeseran sistem perdagangan internasional
empuk bagi penghisapan surplus ekonomi
komoditas pertanian menuntut kemampuan
pusat-pusat pembangunan di kota. Prospek
sektor pertanian kita untuk mampu bersaing
ekonomi
sangat
menghadapi kekuatan agribisnis multinasional
dikhawatirkan akan bertambah suram pada
yang selama ini telah menguasai pasar. Hasil
masa yang akan datang, jika perilaku elit
studi yang dilakukan oleh FAO tahun 1995
rakyat
pedesaan
40 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
menunjukkan bahwa perdagangan hasil-hasil
3. Agroindustri
pertanian masih didominasi oleh negara-
Pedesaan
negara
maju
seperti
USA,
Uni
dalam
Membangun
Eropa,
Australia dan Kanada dengan pangsa pasar
Integrasi antara konsep agroindustri dan
sekitar 86% sedangkan total dari negara-
pembangunan
desa
menjadi
negara berkembang termasuk Indonesia baru
keterkaitannya
dalam
penyediaan
berkontribusi 14%. Saat ini kita dihadapkan
penyaluran sarana produksi, penyediaan dana
pada kenyataan tingkat pertumbuhan sektor
dan investasi, teknologi, serta dukungan
pertanian yang sangat rendah dan jumlah
sistem tataniaga dan perdagangan yang
penduduk yang menggantungkan hidup di
efektif.
sektor
dasarnya
informal
musiman,
sehingga
Pengembangan
penting
agroindustri
diharapkan
selain
dan
pada
memacu
menyebabkan efek kemiskinan sosial meluas.
pertumbuhan tingkat ekonomi, juga sekaligus
Situasi shared poverty atau involusi seperti
diarahkan untuk meningkatkan kesempatan
yang digambarkan oleh Geertz [4] yang terjadi
kerja dan pendapatan petani. Wibowo [5]
sejak lama di pedesaan kita sekarang ini
mengemukakan
makin nyata. Jika kita tidak memiliki strategi
agroindustri
jangka
memperhatikan
panjang
yang
jelas
dalam
perlunya di
pengembangan
pedesaan
dengan
prinsip-prinsip
pengembangan potensi pedesaaan, hal ini
diantaranya:
sangat membahayakan. Penerapan ideologi
kompetitif produk/komoditi serta komparatif
liberalisasi perdagangan internasional yang
setiap wilayah, (2) memacu peningkatan
disertai liberarisasi arus investasi asing dalam
kemampuan
kerangka WTO, APEC ataupun organisasi
menumbuhkan agroindustri yang sesuai dan
internasional lainnya dalam situasi likuiditas
mampu
internasional Indonesia yang belum sehat
dikembangkan,
seperti sekarang, dapat membawa pengaruh
sentra-sentra agribisnis komoditas unggulan
negatif dalam pengembangan industri lokal
yang
dan
rakyat
penyandang bahan baku yang berkelanjutan,
ekonomi
(4) memacu pertumbuhan agribisnis wilayah
menambah
khususnya
di
beban
desa.
ekonomi
Kekuatan
(1)
memacu
dasar
suberdaya
dilakukan (3)
nantinya
di
keunggulan
manusia
wilayah
memperluas
akan
yang wilayah
sebagai
domestik, secara substansial, akan tergeser
dengan
keluar. Rakyat di desa dan Indonesia secara
agribisnis, (5) menghadirkan berbagai saran
keseluruhan
fase
pendukung
ketergantungan yang lebih dahsyat kepada
pedesaan.
akan
memasuki
menghadirkan
berfungsi
dan
subsistem-subsitem
berkembangnya
industri
orang luar, atau secara sistematis akan menjadi buruh di atas tanah sendiri.
Untuk mengaktualisasikan secara optimal strategi
tersebut
di
atas,
perumusan
perencanaan pembangunan pertanian, perlu disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan 41 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
ketersediaan teknologi tepat guna. Sehingga
berkembangnya pengangguran terdidik di
alokasi sumberdaya dan dana yang terbatas
desa,sehingga
dapat menghasilkan output yang optimal,
tetap bekerja dan berpartisipasi aktif dalam
yang pada gilirannya akan berdampak positif
pembangunan di daerahnya.
mendorong
mereka
untuk
terhadap pembangunan wilayah. Pengalaman yang sangat berharga bagi kita selama ini
4. Pembangunan
menjelaskan bahwa program pembangunan
Berkelanjutan.
Desa
yang
desa kurang terkoodinasi dalam suatu sistem yang
baik
dalam
konteks
sumberdaya
Persoalan
tentang
pembangunan
maupun secara fungsional seringkali kurang
berkelanjutan
dalam
menjamin dalam tiga hal endurance (daya
dipaparkan bahwa bahwa pembangunan yang
tahan), integrity (keutuhan) dan continuity
berkelanjutan dapat diartikan secara luas
(kesinambungan).
sebagai kegiatan-kegiatan di suatu wilayah
situs
Walhi
[1],
untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di Pembangunan
pertanian
haruslah
sinergi
masa sekarang tanpa membahayakan daya
dengan pembangunan wilayah pedesaaan
dukung
yang memiliki tujuan untuk meningkatkan taraf
mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Tantangan
Berdasarkan
adalah menemukan cara untuk meningkatkan
poin
tersebut,
maka
sumberdaya
bagi
pembangunan
generasi
berkelanjutan
industrialisasi pertanian seharusnya dapat
kesejahteraan
membawa
sumberdaya alam secara bijaksana.
cakrawala
pembangunan
baru
dalam
pedesaan.
sambil
menggunakan
Upaya
meningkatkan produktivitas pertanian harus
Arus globalisasi yang semakin kuat perlu
diikuti
diimbangi
dengan
pertanian modern beserta industri pengolahan
mekanisme
pasar
dan
memecahkan masalah ketimpangan dalam
oleh
peningkatan
sektor
jasa
investasi
lainnya
di
dalam
desa.
kesadaran tidak
bahwa
selalu
Pengembangan kawasan potensial dengan
penggunaan
basis pedesaan sebagai pusat pertumbuhan
pembangunan
ekonomi akan mentransformasikan pedesaan
untuk perlunya menata kembali landasan
menjadi kota-kota pertanian (agropolitan).
sistem
Dampak adanya perkotaan pertanian ini
pedesaan. Penataan kembali sumberdaya
diharapkan dapat mengimbangi interaksi antar
tersebut lebih ditekankan kepada integrasi
wilayah secara sehat yang menimbulkan
pemanfaatan
aspek positif lainnya yaitu mengurangi arus
lingkungan/ekosistem.
urbanisasi penduduk. Di samping nilai tambah
agroekosistem
produksi
pedesaan
industrialisasi
juga
sumberdaya.
mampu
harus
pengelolaan
Kebijakan
memberi
perhaatian
aset-aset
ganda,
yaitu
di
wilayah
ekonomi
Walaupun
merupakan
dan
wawasan sesuatu
akan
meningkat,
pengelolaan yang kompleks dan rumit, akan
dapat
mencegah
tetapi
keberhasilannya
dapat
dilihat
dan
42 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
5. Kesimpulan
dirumuskan dengan melihat indikator-indikator antara lain: kontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan
lokal,
kontribusi
terhadap
Memandang desa sebagai basis potensial
keberlanjutan penggunaan sumberdaya alam,
kegiatan
kontribusi terhadap peningkatan lapangan
paradigma
baru
kerja,
pembangunan
ekonomi
kontribusi
ekonomi
terhadap
makro,
keberlanjutan
efektifitas
biaya
dan
ekonomi
haruslah
menjadi
dalam
program
Indonesia
secara
keseluruhan. Perubahan kondisi internal dan
kontribusi terhadap kemandirian teknis.
ekternal yang terjadi menuntut kebijakan yang tepat
dan
matang
pembuat
kebijakan
umum ciri-ciri spesifik terpenting mengenai
potensi wilayah pedesaan. Kini sudah saatnya
konsep agroekosistem. Empat aspek umum
menjadikan
tersebut adalah: kemerataan (equitability),
pembangunan dan motor utama penggerak
keberlanjutan
(sustainability),
kestabilan
roda perekonomian melalui sektor pertanian.
(stability)
produktivitas
(productivity).
Pengembangan agroindustri sebagai pilihan
Secara sederhana, equitability merupakan
model modernisasi pedesaan haruslah dapat
penilaian tentang sejauh mana hasil suatu
meningkatkan
lingkungan sumberdaya dapat didistribusikan
pendapatan petani. Oleh sebab itu perumusan
dalam
Sustainability
perencanaan pembangunan pertanian perlu
mengandung pengertian sebagai kemampuan
disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan
sistem sumberdaya dalam mempertahankan
ketersediaan teknologi tepat guna, sehingga
produktivitas-nya,
menghadapi
alokasi sumberdaya dan dana yang terbatas
berbagai kendala. Stability merupakan ukuran
dapat menghasilkan output yang optimal yang
tentang
pada
masyarakat.
walaupun
sejauh
mana
produktivitas
upaya
para
Wibowo [5] mengungkapkan empat aspek
dan
dalam
dari
desa
pengembangkan
sebagai
kesempatan
gilirannya
akan
pusat-pusat
kerja
berdampak
dan
positif
sumberdaya bebas dari keragaman yang
terhadap kesejahteraan masyarakat. Agar
disebabkan oleh fluktuasi faktor lingkungan.
tujuan
Productivity
dapat
terwujud,
maka
ukuran
sumberdaya
diperlukan pedoman pengelolaan sumberdaya
atau
ekonominya.
melalui pemahaman wawasan agroekosistem
Pengelolaan sumberdaya di desa dimasa
secara bijak, pemanfaatan aset-aset untuk
yang
kegiatan ekonomi tanpa mengesampingkan
terhadap
adalah
tersebut
hasil
akan
fisik
datang,
dalam
konteks
pembangunan pedesaan yang berkelanjutan,
aspek-aspek pelestarian lingkungan.
haruslah dilaksanakan dalam satu pola yang menjamin
kelestarian
dan
keseimbangan
lingkungan hidup, dan bahkan memperbaiki kualitas sumberdaya alam, sehingga dapat terus diberdayakan, serta menerapkan model pemanfaatan sumberdaya yang efisien. 43 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
Daftar Pustaka
1. Anonim,
Berkelanjutan,
4. Geertz, C., 1983, Involusi Pertanian:
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
Proses Perubahan Ekologi di Indonesia,
(Walhi),(http://www.walhi.or.id/kampanye/
Jakarta:
globalisasi/kttpemblan/ind_pf_rio+10_/).
terjemahan dari: Agriculture Involution:
2. Arief,
Pembangunan
S.,
1995,
Bhratara
Karya
Aksara,
Neo-Kolonialisme,
The Process of Ecological Change in
Makalah pada Seminar Ekonomi Rakyat
Indonesia, Berkeley and Los Angeles:
yang diselenggarakan Sekretariat Bina
University of California Press, 1963.
Desa, di Jakarta, 3 Agustus 1995.
5. Wibowo, R., 1997, Strategi Industrialisasi
3. Galtung, J., 1971, A Structural Theory of
Pertanian dan Pengembangan Agribisnis
Imperialism, Journal of Peace Research
Komoditas
Unggulan,
Makalah
8: 81-117.
disampaikan pada pelatihan pengkajian sistem usahatani spesifik lokasi dengan pendekatan teknologi terapan adaptif, BPPFP Ciawi-Bogor, 14 Maret – 12 April.
44 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012