PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI Syahriani Syahrir, Sjamsuddin Rasjid, Muhammad Zain Mide dan Harfiah Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fak. Peternakan UNHAS, Jl. P Kemerdekaan KM 10 Tamalanrea, Makassar E-mail untuk korespondensi:
[email protected]
ABSTRAK Proses fermentasi akan berdampak penguraian atau penambahan nutrien dalam media fermentasi. Penguraian nutrien akibat adanya enzim ekstrasellular yang dihasilkan oleh mikroba yang dapat mendegradasi nutrien, sebaliknya peningkatan nutrien dapat terjadi akibat terbentuknya produk fermentasi atau akibat perkembangan mikroba di dalam media fermentasi, sehingga biomassa mikroba akan bertambah. Penambahan biomasa mikroba akan meningkatkan kandungan nutrien, khususnya protein yang berasal dari biomassa mikroba. Ternak ruminansia yang akan mengkonsumsi silase pakan lengkap membutuhkan bahan baku yang banyak serta mempunyai kemampuan untuk mendegradasi bahan pakan di dalam sistem retikulo-rumen-nya. Karena itu proses fermentasi untuk menghasilkan silase pakan lengkap diharapkan akan meningkatkan nutrien yang berkualitas, terutama kandungan protein bahan, tetapi degradasi bahan seminimal mungkin. Penelitian ini mengkaji perubahan jumlah protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) silase pakan komplit dibandingkan dengan bahan pakan komplit yang belum dibuat silase. Perlakuan terdiri atas enam komposisi pakan komplit yang berbeda yang dibuat silase, yakni: J1 = 50% Jerami padi + 50% konsentrat + 0% biomassa murbei; J2 = 50% Jerami padi + 40% konsentrat + 10% biomassa murbei; J3 = 50% Jerami padi + 30% konsentrat + 20% biomassa murbei; J4 = 50% Jerami padi + 20% konsentrat + 30% biomassa murbei; J5 = 50% Jerami padi + 10% konsentrat + 40% biomassa murbei dan J6 = 50% Jerami padi + 0% konsentrat + 50% biomassa murbei. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan terhadap perubahan jumlah protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan BETN bahan sebelum dan sesudah dibuat silase. Perubahan nutrien bahan menjadi lebih baik dengan penambahan biomassa murbei yang semakin tinggi. Kata Kunci: Jerami, Murbei, Nutrien, Silase PENDAHULUAN Kebutuhan pakan mendominasi masalah dalam upaya peningkatan produktivitas ternak. Pakan yang mudah diperoleh, murah, cukup, berkualitas dan berkesinambungan merupakan kunci penyelesaian masalah pakan, dan pemanfaataan bahan baku lokal serta sisa hasil pertanian seperti jerami padi merupakan alternatif yang bijak pada upaya penyediaan bahan baku pakan, khususnya untuk ternak potong. Potensi sumberdaya lokal dan sisa hasil pertanian membutuhkan formulasi yang tepat, sehingga nilai guna bahan baku menjadi pakan dapat lebih baik. Menyediakan formula ransum komplit berbahan dasar sumberdaya lokal dan sisa hasil pertanian harus terus diupayakan.
135
Sisa hasil pertanian memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia. Faktor pembatas pemanfaatan sisa hasil pertanian sebagai pakan adalah rendahnya kandungan nutrien esensial seperti protein, energi, mineral dan vitamin. Mengkombinasikan biomassa tanaman murbei yang berkualitas tinggi dengan sisa hasil pertanian menjadi ransum ternak potong dapat menjadi alternatif formula ransum yang baik (Syahrir, dkk., 2014). Formula ransum komplit dengan menggunakan biomassa tanaman murbei sebagai pengaya nutrisi dapat meningkatkan nilai guna bahan pakan ternak ruminansia yang berkualitas rendah seperti jerami padi (Syahrir, dkk., 2009). Pakan komplit ternak ruminansia yang dibuat dalam bentuk complete feed dapat aplikatif dan menguntungkan petani serta mendukung produksi ternak berkelanjutan (Syahrir, dkk., 2013). Agar pakan dapat tersedia secara berkelanjutan, perlu metode khusus untuk mengefisienkan penyimpanan pakan, tanpa mengurangi massa dan kualitas pakan. Untuk tujuan penyimpanan pakan, aplikasi formula ransum komplit berbentuk wafer dengan bahan biomassa murbei sebagai pengaya nutrien ransum dapat menjadi pilihan, namun teknologi ini membutuhkan energi yang sangat besar. Karena itu diharapkan teknologi tepat guna yang aplikatif adalah pakan lengkap berbentuk silase (Syahrir, dkk., 2013). Pembuatan silase membutuhkan waktu untuk berlangsungnya proses fermentasi yang akan berdampak pada penguraian atau penambahan nutrien dalam media fermentasi. Penguraian nutrien terjadi akibat adanya enzim ekstrasellular yang dihasikan oleh mikroba yang dapat mendegradasi nutrien, sebaliknya peningkatan nutrien dapat terjadi akibat terbentuknya produk fermentasi misalnya asam lemak atau akibat perkembangan mikroba di dalam media fermentasi, sehingga bioamssa mikroba akan bertambah. Penambahan biomasa mikroba akan meningkatkan kualitas silase karena kandungan nutrien, khususnya protein yang berasal dari biomassa mikroba, juga akan meningkat. Pada pembuatan silase, proses fermentasi akan berjalan sampai terjadi akumulasi asam laktat dan terjadi kondisi asam dalam media fermentasi (silase menjadi matang). Pada saat berlangsungnya proses fermentasi dimungkinkan terjadinya peningkatan atau penurunan nutrien akibat proses ensilase. Hal yang diharapkan dari proses fermentasi untuk menghasilkan silase pakan lengkap adalah meningkatnya nutrien yang berkualitas, terutama kandungan protein bahan, tetapi degradasi bahan seminimal mungkin, karena ternak ruminansia yang akan mengkonsumsi silase pakan lengkap membutuhkan bahan baku yang banyak, serta ternak ruminansia mempunyai kemampuan untuk mendegradasi bahan pakan di dalam sistem retikulo-rumen-nya. Proses ensilase diharapkan tidak mengurangi biomassa silase, namun memungkinkan terjadinya peningkatan nutrien pakan akibat proses fermentasi. Penelitian ini mengkaji perubahan jumlah protein, lemak, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) silase pakan komplit dibandingkan dengan bahan pakan komplit yang belum dibuat silase. Hasil penelitian dharapkan dapat menjadi acuan penting untuk menentukan formulasi yang tepat untuk mengawetkan bahan baku pakan dalam bentuk silase.
MATERI DAN METODE
136
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan Syahrir, dkk. (2014), dimulai dengan mengumpulkan bahan baku pakan yang akan dibuat dalam bentuk silase pakan komplit. Bahan baku terdiri atas jerami padi segar, biomassa murbei dan konsentrat. Jerami padi segar diambil langsung dari petani yang panen sehari sebelumnya, sedangkan biomassa murbei diambil dari petani murbei yang dipanen pada umur 40 hari. Jerami padi dan biomassa murbei dicacah sepanjang 3 – 5 cm. Penelitian juga menggunakan konsentrat yang disusun dengan kadar protein sebesar 18% (sama dengan protein biomassa murbei), sehingga protein kasar pakan komplit yang akan dibuat silase sebesar +12%. Sebelum dicampur dengan bahan sesuai perlakuan, jerami padi ditambahkan dengan molasses sebanyak 5% bahan kering dari jerami. Molases yang digunakan juga terlebih dahulu ditambahkan dengan urea sebanyak 6% dari bakan kering molasses, sehingga jerami yang digunakan telah ditambah dengan molasses dan urea. Perlakuan penelitian ini berupa ransum komplit yang dibuat silase dengan susunan sebagai berikut: J1 J2 J3 J4 J5 J6
= 50% Jerami padi + 50% konsentrat + 0% biomassa murbei = 50% Jerami padi + 40% konsentrat + 10% biomassa murbei = 50% Jerami padi + 30% konsentrat + 20% biomassa murbei = 50% Jerami padi + 20% konsentrat + 30% biomassa murbei = 50% Jerami padi + 10% konsentrat + 40% biomassa murbei = 50% Jerami padi + 0% konsentrat + 50% biomassa murbei
Penetapan kadar air dan kadar nutrien bahan sebelum dibuat silase dilakukan dengan mengambil sampel dari seluruh perlakuan sebelum bahan dibuat kedap udara dengan memasukkan kedalam kantong plastik, lalu ditekan dengan kempa dan ditutup rapat. Berat bahan ransum komplit setiap unit percobaan ditentukan dengan menimbang setiap unit percobaan pakan komplit setelah seluruh bahan tercampur, dimasukkan kedalam kantong plastik, dipadatkan dengan press dan ditutup sampai kedap udara. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) 6 x 4, terdiri atas 6 perlakuan dan 4 kali ulangan. Data diolah di analisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (Steel and Torrie, 2003), dengan model matematika: Yij = µ + αi + ϵij Keterangan : Yij : Pengaruh perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ : Nilai tengah populasi αi : Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i (1,2,3,4,5,6) ϵij : Pengaruh galat percobaan HASIL DAN PEMBAHASAN Perbedaan komposisi ransum komplit berbahan dasar jerami padi dan biomassa murbei tidak menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata terhadap berat segar ransum persatuan unit percobaan, sebelum dibuat silase pakan komplit. Karena itu perbedaan yang terjadi antar perlakuan terhadap peubah-peubah yang diamati setelah bahan dibuat silase pakan komplit tidak disebabkan oleh berat awal bahan (Syahrir, dkk.,2014). Berat segar bahan persatuan unit percobaan sebelum dibuat silase
137
sebanyak 2,44 ±0,2 kg. Perubahan jumlah protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan BETN ransum akibat proses ensilase ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Perubahan Jumlah Protein Kasar, Lemak Kasar, Serat Kasar dan BETN Ransum Sebelum dan Sesudah Melewati Proses Ensilase untuk setiap Unit Percobaan PEUBAH Perubahan PK (g) Perubahan LK (g) Perubahan SK (g)
J1 26.45b -3.72a -4.95b
J2 23.03b 12.36c -11.95a
Perubahan BETN (g)
-95.17e
-71.74f
J3 7.53a 11.90c -0.95c 113.83d
J4 24.39b 4.91b 29.83d 247.74a
J5 46.76c 16.78d 67.76e 181.21b
J6 54.25c 14.58d 111.53f 167.95c
Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05); PK= Protein Kasar; LK= Lemak Kasar; SK= Serat Kasar; BETN=Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; J1= 50% Jerami padi + 50% konsentrat + 0% biomassa murbei; J2 = 50% Jerami padi + 40% konsentrat + 10% biomassa murbei; J3 = 50% Jerami padi + 30% konsentrat + 20% biomassa murbei; J4 = 50% Jerami padi + 20% konsentrat + 30% biomassa murbei ; J5= 50% Jerami padi + 10% konsentrat + 40% biomassa murbei; J6 = 50% Jerami padi + 0% konsentrat + 50% biomassa murbei
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang perubahan jumlah protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan BETN bahan sebelum dan sesudah dibuat silase antar perlakuan. Penambahan massa protein kasar terjadi pada semua perlakuan, namun penambahan massa protein kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan J5 dan J6. Hal ini mengindikasikan adanya penambahan massa mikroba yang tinggi pada J5 dan J6. Penambahan massa protein yang lebih kecil pada pengunaan konsentrat juga mungkin disebabkan sumber protein yang gunakan dalam konsentrat sebagian adalah urea. Pada saat pengeringan sampel, ammonia yang terbentuk pada proses ensilase akan menguap sehingga tidak dapat terdeteksi pada saat penentuan kadar protein kasar silase. Penambahan biomassa mikroba pada formula yang mengandung biomassa murbei juga tampak pada perubahan massa lemak kasar perlakuan. Pada perlakuan J1 (tanpa biomassa murbei) terjadi pengurangan biomassa lemak kasar. Pengurangan massa lemak pada J1 mengindikasikan penambahan asam lemak yang tidak berarti untuk meningkatkan massa lemak ransum perlakuan, sedangkan lemak yang terdapat di dalam ransum yang dibuat silase sebagian akan terhirlolisis menjadi asam lemak yang dapat menguap (misalnya dalam bentuk asam emak terbang). Pada formula yang mengunakan biomassa murbei (J2 – J6), terjadi penambahan massa lemak. Penambahan massa lemak dimungkinkan dari penambahan asam lemak hasil fermentasi dan penambahan lemak dari biomassa mikroba. Perubahan massa serat kasar berbeda nyata antar perlakuan. Penurunan massa serat kasar pada perlakuan J1 sampai J3 mengindikasikan terdapatnya menguraian serat kasar selama masa fermentasi berlangsung pada proses pembuatan silase. Penambahan massa serat kasar pada perlakuan J4 sampai J6 dapat diartikan adanya ketidak akuratan dalam mengambilan data. Meskipun penambahan massa serat kasar dalam media fermentasi mungkin terjadi jika terdapat peningkatan protozoa atau jamur yang berarti dalam media, karena kitin yang terdapat pada sel protozoa dan jamur masuk dalam kelompok serat kasar pada analisis proksimat. 138
Penuruann massa BETN yang terjadi pada semua perlakuan mencerminkan terjadinya proses fermentasi yang baik pada semuan perlakuan. BETN adalah fraksi nutrien mudah terfermentasi dan akan cepat terhidrolisis pada proses fermentasi. Karena itu proses fermentasi akan selalu mengurangi kadar BETN dalam media fermentasi. Namun demikian, hal yang diharapkan pada pembuatan silase pakan komplit adalah peningkatan kualitas nutrien bahan, khususnya protein, tetapi massa bahan seminial mungkin terdegradasi.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan penghargaan yang ditinggi-tingginya kepada DIRJEN DIKTI dan REKTOR UNHAS yang telah membiayai penelitian ini melalui Program Hibah Unggulan Perguruan Tinggi dengan surat perjanjian pelaksanaan pekerjaan No. 699/UN.20/PL.09/2014. DAFTAR PUSTAKA Steel, R. G. & J. H. Torrie, 2003. Principles and Procedures of Statistics. McGraw-Hill Book Co. Inc., New York Syahrir, S., K.G. Wiryawan, O.N. Sari. 2009. Fermentabilitas Pakan Berserat dalam Rumen in vitro yang diberi Eksrak Daun Murbei. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan Vol. XIII (2) Juli 2009 Syahrir, S., M. Z. Mide dan Harfiah. 2013. Evaluasi Fisik Ransum Lengkap Berbentuk Wafer Berbahan Bahan Utama Jerami Jagung dan Biomassa Murbei. Proseding Seminar Nasional dan Forum Komunikasi Industri Peternakan. Bogor, 18 – 19 September 2013. Syahrir, S., S. Rasjid, M. Z. Mide dan Harfiah. 2014. Perubahan Terhadap Kadar Air, Berat Segar Dan Berat Kering Silase Pakan Lengkap Berbahan Dasar Jerami Padi Dan Biomassa Murbei. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak, Vol 10 (1). Hal. 19 – 24.
139