PERUBAHAN JUMLAH DAN KONDISI RUANGAN AKADEMIK SMA SWASTA SE-KECAMATAN KUTOARJO
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Siti Kaafiyyatul Alawiyyah NIM 10101241026
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2015
MOTTO
Sesungguhnya setiap ada kesulitan akan ada kemudahan ( Terjemahan Q.S. Al Insyirah: 6) Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh (Confucius)
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Keluarga terhebat, Ibu Siti Munkhanifah, Bapak Muhammad Ihsan Alwi, Siti Musyfi’atun Kaffiyah, Ahmad Haikal Kaffidzin Nuri Alwi 2. Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta 3. Nusa dan Bangsa
vi
PERUBAHAN JUMLAH DAN KONDISI RUANGAN AKADEMIK SMA SWASTA SE-KECAMATAN KUTOARJO Oleh Siti Kaafiyyatul Alawiyyah NIM 10101241026 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Sumber data adalah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo dan seluruh SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo. Metode pengumpulan data adalah dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah persentase. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 cenderung fluktuatif. Fluktuasi perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademik tersebut dapat dilihat sebagai berikut: (1) Tahun ajaran 2011/2012 jumlah ruangan yang ada sebanyak 56 unit, dengan kondisi baik sebanyak 52 unit (92%), kondisi rusak ringan sebanyak 2 unit (4%), dan kondisi rusak berat sebanyak 2 unit (4%). Tahun ajaran 2012/2013 jumlah ruangan yang ada sebanyak 62 unit, dengan kondisi baik sebanyak 40 unit (65%), kondisi rusak ringan sebanyak 9 unit (15%), kondisi rusak sedang sebanyak 9 unit (15%), dan kondisi rusak berat sebanyak 4 unit (5%). Tahun ajaran 2013/2014 jumlah ruangan yang ada sebanyak 55 unit, dengan kondisi baik sebanyak 46 unit (83%), kondisi rusak sedang sebanyak 5 unit (9%), dan kondisi rusak berat sebanyak 4 unit (8%); (2) SMA swasta yang sering mengalami penurunan jumlah dan kondisi ruangan akademik adalah SMA Widya Kutoarjo. SMA swasta yang sering mengalami jumlah dan kondisi ruangan akademik yang berubah-ubah adalah SMA Muhammadiyah Kutoarjo, dan SMA Swasta yang sering mengalami jumlah dan kondisi ruangan akademik yang tetap baik adalah SMA Darul Hikmah Kutoarjo; dan (3) Perubahan kondisi ruangan akademik SMA swasta seKecamatan Kutoarjo berkaitan dengan beberapa faktor, yaitu usia bangunan sekolah, faktor cuaca, faktor bencana alam, serta pemeliharaan ruangan sekolah yang tergantung pada kondisi keuangan dan teknis pemeliharaan yang dilakukan pada masing-masing sekolah. Kata kunci: Kondisi Ruangan Akademik
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perubahan Jumlah dan Kondisi Ruangan Akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan lancar tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 2. Ketua Jurusan Adminstrasi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Bapak Nurtanio Agus Purwanto, M. Pd. dan Bapak Tatang M. Amirin, M. SI. selaku pembimbing yang telah memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Kepala Sekolah SMA Widya Kutoarjo, SMA Darul Hikmah Kutoarjo, SMA Muhammadiyah Kutoarjo yang telah memberikan ijin penelitian. 5. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo yang telah memberikan ijin penelitian.
viii
6. Bapak Bambang Saptono, M. Si. selaku penguji utama dan Ibu Rahmania Utari, M. Pd. selaku sekretaris penguji yang telah memberikan masukan yang berguna agar skripsi ini menjadi lebih baik. 7. Bapak Setya Raharja, M. Pd. selaku penasehat akademik yang telah memberikan motivasi dan arahan selama ini. 8. Seluruh Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan yang telah memberikan wawasan, ilmu dan pengalamannya kepada penulis selama perkuliahan. 9. Bapak H.Tumino, Ibu Pamungkas Singgih Lestari, dan Ibu Siti Wahyu yang telah membantu dalam kelancaran proses penelitian ini. 10. Keluarga terhebatku, kedua orang tua yang luar biasa dan saudara terbaik terima kasih untuk segala yang sudah diupayakan. 11. Saudara sepupuku, Mas Mamad, Bulik Lamah, Paklik Toni dan keluarga, Paklik Kamal, Bulik Aan, Bulik Zul, yang telah memberikan semangat, dukungan, dan bantuan materiil sehingga pendidikan tinggi ini mampu terselesaikan. 12. Sahabat dan teman terbaik, Bunda Ana, Anita, Neng, Diaz, Mukhtar, Resti WS, Lala, Kamelia, Airul, Try, Udin, Emalia, Dian Gendhis, Novita, Ema, Mika, Gerry, Listyo, Rere, Nanik, mas Cipret, mbak Eling, Windy, Normi, Jane, Fita, Ayu, Tiwi, Mas Najid, mas Ichi, yang telah memberikan semangat dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 13. Teman-teman MP A dan B 2010, khususnya teman KKN PPL, Bimbingan Bapak Agus dan Bapak Tatang yang telah berbagi suka, duka dan
ix
pengalaman yang berharga selama perkuliahan. Perjuangan kita hampir selesai teman, semoga kita sukses bersama-sama. 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan selama penelitian ini. Semoga bantuan dari semua pihak yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.
Yogyakarta, April 2015 Penulis
x
DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iv
MOTTO ........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN .........................................................................................
vi
ABSTRAK..................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………. 1 B. Identifikasi Masalah………………………………………………………… 8 C. Batasan Masalah…………………………………………………………..... 8 D. Rumusan Masalah……………………………………………………..…… 8 E. Tujuan Penelitian.……………………………………………………………. 9 F. Manfaaat Penelitian…………………………………………………..……… 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoretik .......................................................................................... 10 xi
1. Konsep Sarana dan Prasarana Pendidikan ............................................
10
2. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ........................................ 16 3. Manajemen Prasarana Gedung Sekolah .................................................. 18 B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................................... 30 C. Kerangka Berpikir…………………………………………………………… 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/Pendekatan Penelitian ........................................................................ 33 B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 33 C. Sumber Data............................................................................................... 33 D. Definisi Operasional Variabel………………………………………………. 34 E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 34 F. Instrumen Penelitian ................................................................................... 36 G. Teknik Analisis Data ................................................................................. 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis, Demografis, dan Administratif Kecamatan
Kutoarjo…………………………………………………………………..
38
B. Kondisi Pendidikan di Kecamatan Kutoarjo……………………………..
40
C. Kondisi Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Kutoarjo.........................
42
D. Kondisi Sekolah Menengah Atas swasta se- Kecamatan Kutoarjo……...
43
E. Persebaran Lokasi SMA Swasta se- Kecamatan Kutoarjo………………
46
F. Kondisi
Ruangan Akademik SMA Swasta se- Kecamatan Kutoarjo…………………………………………………………………..
53
1. Ruang Teori/ kelas……………………………………………………. 54 2. Ruang Laboratorium Biologi………………………………………… xii
58
3. Ruang Laboratorium Kimia…………………………………………..
61
4. Ruang Laboratorium Fisika…………………………………………...
64
5. Ruang Laboratorium Bahasa…………………………………………
68
6. Ruang Laboratorium Komputer………………………………………
70
7. Ruang Perpustakaan…………………………………………………..
73
8. Ruang Pimpinan………………………………………………………
76
9. Ruang UKS……………………………………………………………
79
10. Ruang Konseling……………………………………………………..
82
11. Ruang Guru………………………………………………………….
85
12. Ruang Tata Usaha…………………………………………………...
88
13. Ruang OSIS………………………………………………………….
90
14. Ruang Ibadah………………………………………………………..
94
F. Rekapitulasi Perkembangan Kondisi Ruangan Akademik SMA Swasta
se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/20132013/2014……........................................................................................... 97 G. Rekapitulasi Perkembangan Kondisi Ruangan Akademik per-SMA Swasta se-Kabupaten Purworejo Selama Tahun Ajaran 2011/20122013/2014………………………………………………………………... 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………………………………………………………………….. 114 B. Saran ......................................................................................................... . 114 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 117 LAMPIRAN .................................................................................................. 121
xiii
DAFTAR TABEL
hal Tabel 1.
Data Jumlah Sekolah di Kecamatan Kutoarjo..............................
41
Tabel 2.
Persebaran Sekolah Menengah Atas se-Kabupaten Purworejo....
43
Tabel 3.
Daftar Sekolah Menengah Atas se-Kecamatan Kutoarjo Jumlah 44
Tabel 4.
Data Jumlah Siswa SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo........... 45
Tabel 5.
Jumlah dan Kondisi Ruang Teori/Kelas SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014.........
Tabel 6.
54
Jumlah Rombongan Belajar SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2013/2014............................................... 58
Tabel 7.
Jumlah Ruang Laboratorium Biologi SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014.........
Tabel 8.
Jumlah Ruang
Laboratorium
Kimia
SMA Swasta se-
Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014......... Tabel 9.
Jumlah Ruang
Laboratorium
Fisika
59
SMA
Swasta
62
se-
Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014.........
65
Tabel 10. Jumlah Ruang Laboratorium Bahasa SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014..........
69
Tabel 11. Jumlah Ruang Laboratorium Komputer SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014..........
71
Tabel 12. Jumlah Ruang Perpustakaan SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014............................
74
Tabel 13. Jumlah Ruang Pimpinan SMA Swasta se- Kecamatan Kutoarjotahun
ajaran
2011/2012- 77
Tabel 14. 2013/2014........................................... Jumlah Ruang UKS SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo tahun 80 Tabel 15. ajaran 2011/2012-2013/2014.................................................. Jumlah dan Kondisi Ruang Konseling SMA Swasta se- 83 Tabel 16. Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014............
xiv
Jumlah dan Kondisi Ruang Guru SMA Swasta se-Kecamatan 86 Tabel 17. Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014............................. Jumlah dan Kondisi Ruang Tata Usaha SMA Swasta se- 89 Tabel 18. Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014......... Jumlah dan Kondisi Ruang OSIS SMA Swasta se- Kecamatan 91 Tabel 19. Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014.............................. Jumlah dan Kondisi Ruang Ibadah SMA Swasta se- Kecamatan 95 Tabel 20. Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014........................... Rekapitulasi Kecenderungan Perkembangan Kondisi Ruangan Sekolah SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun 98 Tabel 21. Ajaran 2011/2012-2013/2014................................................. Rekapitulasi Perkembangan Kondisi Prasarana Gedung perSMA Swasta se-Kabupaten Purworejo Selama Tahun Ajaran 103 2011/2012-2013/2014...........................................................
xv
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1.
Grafik Perkembangan Jumlah Siswa SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo Ajaran 2012/2013-2014/2015................ 46
Gambar 2.
Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Teori SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/20122013/2014................................................................................
Gambar 3.
57
Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Laboratorium Biologi SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014..............................................................
Gambar 4.
60
Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Laboratorium Kimia SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014..............................................................
Gambar 5.
64
Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Laboratorium Fisika SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014..............................................................
Gambar 6.
Grafik
Perkembangan
Kondisi
Ruang
67
Laboratorium
Komputer SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014....................................... 72 Gambar 7.
Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Perpustakaan SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014..............................................................
Gambar 8.
Grafik
75
Perkembangan Kondisi Ruang Pimpinan SMA
Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014.............................................................. Gambar 9.
78
Grafik Perkembangan Kondisi Ruang UKS SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/20122013/2014................................................................................
xvi
81
Gambar 10.
Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Konseling SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014..............................................................
Gambar 11.
84
Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Guru SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/20122013/2014................................................................................
Gambar 12.
Grafik
87
Perkembangan Kondisi Ruang Tata Usaha SMA
Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014.............................................................. Gambar 13.
90
Grafik Perkembangan Kondisi Ruang OSIS SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/20122013/2014................................................................................
Gambar 14.
93
Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Ibadah SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/20122013/2014................................................................................
Gambar 15.
Grafik
96
Rekapitulasi Perkembangan Kondisi Prasarana
Gedung SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014..................................................
xvii
99
DAFTAR LAMPIRAN
hal Lampiran 1.
Kisi-kisi Instrumen..................................................................
121
Lampiran 2.
Pedoman Dokumentasi............................................................
122
Lampiran 3.
Pedoman Wawancara..............................................................
123
Lampiran 4.
Data Jumlah dan Kondisi Prasarana Gedung SMA seKecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2011/2012.......................
Lampiran 5.
Data Jumlah dan Kondisi Prasarana Gedung SMA seKecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2012/2013.......................
Lampiran 6.
125
Data Jumlah dan Kondisi Prasarana Gedung SMA seKecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2013/2014.......................
Lampiran 7.
124
126
Tugas, Tanggung Jawab, dan Wewenang Pemeliharaan Gedung Sekolah.......................................................................
127
Lampiran 8.
Transkrip Wawancara..............................................................
138
Lampiran 9.
Surat Perizinan Penelitian........................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pendidikan memegang peranan dalam mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan diharapkan dapat melahirkan insan-insan terpelajar yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat, pendidikan juga merupakan wahana penting dan media yang efektif untuk mengajarkan norma, mensosialisasikan nilai, dan menanamkan etos kerja di kalangan warga masyarakat. Pendidikan juga dapat menjadi instrumen untuk memupuk kepribadian bangsa, memperkuat identitas nasional, dan memantapkan jati diri bangsa. Pendidikan dapat diperoleh di lingkungan keluarga (Informal), lingkungan sekolah (Formal), dan lingkungan masyarakat (Nonformal). Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan, kecakapan keterampilan, dan sikap—sikap dasar yang diperlukan untuk pembentukan dan pengembangan pribadi yang utuh. Oleh karena itu, seluruh komponen pendidikan di sekolah harus selalu ditingkatkan guna mendukung kemajuan pendidikan itu sendiri. Usaha untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan diawali dengan peningkatan kualitas proses belajar mengajar yang ada. Hal ini karena proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama di suatu sekolah. Empat faktor penting dalam proses ini yaitu guru, murid, kurikulum, dan bahan pelajaran.
Keempat faktor tersebut
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan kondusif.
1
membuat proses
Tuntutan globalisasi yang membuat kehidupan masyarakat menjadi semakin kompleks, kegiatan pemerintahan semakin meluas, sehingga semakin sulit untuk mencapai efisiensi dan efektifitas, semua perencanaan dan kontrol pembangunan pada pemerintahan pusat mengakibatkan adanya kebijakan desentralisasi, termasuk desentralisasi pembangunan pendidikan. Secara teknis operasional, pembangunan pendidikan tingkat atas tergantung dari rekomendasi kebutuhan pada tingkat bawahnya secara berjenjang, dalam arti substansi, proses, dan konteks penyelenggaraan pendidikan pada tingkat kabupaten/kota tidak mutlak sama, baik dengan daerah lainnya yang sederajat maupun dengan daerah provinsi. Jika sebelumnya penyelenggaraan pendidikan menjadi tanggung jawab pusat, maka dengan adanya desentralisasi pendidikan, kabupaten/kota memiliki kewenangan
untuk
menyelenggarakan
pendidikan
sehingga
diharapkan
pemerataan pendidikan akan semakin mudah diwujudkan. Jenjang Sekolah Menengah Atas mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan dasar-dasar bagi pengembangan manusia “unggul, bermoral, dan pekerja keras”. Hal ini berbeda dengan sekolah menengah kejuruan yang memberikan dasar-dasar bagi pengembangan kecakapan kerja (Nana Syaodih, dkk, 2006: 6). SMA/MA memberikan dasar-dasar pengembangan kecakapan akademis dan kecakapan hidup yang bersifat umum. Pendidikan jenjang SMA/MA berperan memberikan keunggulan moral dan karakter pekerja keras pada bidang-bidang studi dan jenjangnya sehingga siswa mampu mencapai keunggulan penguasaan pengetahuan dan kecakapan dalam bidang studi atau mata pelajaran yang dipelajarinya. Siswa tidak sekedar tahu atau kenal dengan mata
2
pelajaran, tetapi harus paham, cakap, mampu, serta mahir menggunakannya. Kecakapan dan kemahiran saja belum cukup sebab harus diikuti dengan motif, kemauan, semangat, dan tekad untuk menyatakannya. Selain itu, kemahiran dan kemauan ini juga harus didasari oleh moral yang kuat, artinya siswa mahir dan mau mengerjakan hal-hal yang baik demi kebaikan baik bagi dirinya, orang lain, maupun masyarakat pada umumnya. Selain faktor guru, murid, kurikulum, dan bahan pelajaran, sarana dan prasarana pendidikan juga memegang peranan penting agar proses belajar mengajar menjadi semakin nyaman sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan di suatu sekolah. Menurut Suryosubroto (1988: 75), prasarana pendidikan adalah barang/benda tidak bergerak yang dapat menunjang atau mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja. Pemenuhan standar sarana dan prasarana untuk setiap satuan unit pendidikan telah diamanatkan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, agar secara kontinyu dapat mendukung proses pembelajaran. Untuk itu proses pemanfaatan, pengelolaan dan peningkatan sarana dan prasarana perlu direncanakan dengan baik. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 45 ayat 1 menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Undang-undang tersebut dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat 2 dan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
3
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan PrasaranaSekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) yang menyatakan bahwa sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut : ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang OSIS, gudang,
jamban,
sirkulasi, dan tempat bermain/berolahraga. Ketentuan mengenai
kelengkapan prasarana sekolah tersebut juga diatur dalam Panduan Teknis Akreditasi Sekolah mengenai Standar Sarana dan Prasarana Sekolah. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari Praktik Pengalaman Lapangan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo pada Juli-September 2013, peneliti menemukan bahwa kelengkapan prasarana gedung Sekolah Menengah Atas swasta se-Kecamatan Kutoarjo belum sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs), Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Panduan Teknis Badan Akreditasi Sekolah, terutama mengenai kelengkapan ruangan akademik sekolah. Ruangan akademik sekolah merupakan ruangan-ruangan yang berkaitan langsung dengan kegiatan belajar mengajar dan administrasi sekolah. Ruangan tersebut terdiri dari ruang teori/kelas, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium fisika,
4
ruang laboratorium bahasa, ruang laboratorium komputer, ruang pimpinan, perpustakaan, ruang guru, ruang konseling, ruang tata usaha, ruang OSIS, ruang UKS, dan ruang ibadah. Masing-masing ruang akademik tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda namun penting untuk mendukung aktivitas belajar mengajar, administrasi, dan tata kelola pendidikan di suatu sekolah. Pada kenyataannya, masih ada SMA swasta di Kecamatan Kutoarjo yang belum memiliki ruangan akademik tersebut secara lengkap, misalnya, SMA Darul Hikmah yang tidak memiliki ruang laboratorium kimia, fisika dan biologi, serta SMA Widya Kutoarjo dan SMA Muhammadiyah Kutoarjo yang tidak memiliki ruang laboratorium bahasa. Selain itu, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga terdapat ketentuan yang menyebutkan bahwa jumlah ruang kelas harus sesuai dengan jumlah rombongan belajar, dari data yang telah diperoleh mengenai gedung SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo yang berjumlah 3 sekolah diketahui bahwa jumlah rombongan belajar SMA swasta se- Kecamatan Kutoarjo sebanyak 20 rombel, sedangkan jumlah ruang kelas yang ada sebanyak 21 unit. Hal tersebut menunjukkan bahwa SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo memiliki jumlah ruang kelas yang berlebihan. Gedung sekolah dapat memberikan gambaran yang jelas bagi masyarakat tentang baik buruknya pelayanan pendidikan yang ada di dalamnya. Di samping itu pembinaan/perawatan gedung sekolah merupakan suatu hal yang sangat penting mengingat bahwa hampir seluruh waktu belajar siswa berlangsung di sekolah. Siswa dapat belajar dengan baik apabila kondisi tempat belajarnya menyenangkan. Dengan gedung sekolah yang terawat baik, siswa akan merasa
5
senang dan mempunyai kebanggaan terhadap sekolahnya tersebut. Dalam mengelola gedung sekolah tersebut pun tidak dilakukan secara sembarangan, namun ada pedoman-pedoman yang harus dipatuhi dan diikuti. Luas ruang, kebisingan, sirkulasi udara, pencahayaan alami dan buatan, serta kualitas dan mutu udara memiliki hubungan dengan kinerja guru dan peserta didik. Akan tetapi, standar yang seharusnya dipakai oleh lembaga pendidikan saat ini seringkali belum terpenuhi dengan baik. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, terdapat 4 kategori kondisi prasarana gedung sekolah yaitu kondisi baik, rusak ringan, rusak sedang, dan rusak berat. Berdasarkan pengamatan di lapangan, peneliti menemukan kondisi ruanganruangan akademik SMA Swasta di Kecamatan Kutoarjo dalam keadaan tidak terawat, misalnya, ruangan sekolah yang terlihat kusam dan tua, atap ruangan yang berlubang, cat tembok yang terkelupas, dan lantai yang tidak rata. Dalam pemeliharaan/ perawatan sarana
dan prasarana pendidikan, sekolah harus
memiliki Standar Operasional Prosedur yang jelas, terinci, serta tertulis sehingga memudahkan personalia sekolah yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas. Namun, sebagian besar SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo belum menerapkan Standar Operasional Prosedur tersebut, misalnya rentang waktu pemeliharaan ruangan yang tidak teratur dan penanganan kerusakan ruangan yang kurang cepat. Selain tidak adanya Standar Operasional Prosedur pemeliharaan ruangan akademik di masing-masing sekolah, keterlambatan penanganan kerusakan pada ruangan disebabkan oleh faktor lain yaitu tidak tersedianya dana untuk perbaikan
6
ruangan sekolah yang rusak. Beberapa sekolah menyatakan bahwa untuk memperbaiki kerusakan ruangan diperlukan dana yang besar sehingga sekolah banyak bergantung pada bantuan dari pemerintah. Hal tersebut menghambat pemeliharaan ruangan akademik sekolah karena dana yang diberikan oleh pemerintah terbatas jumlah dan waktunya. Melihat permasalahan tentang ruangan akademik SMA swasta di Kecamatan Kutoarjo tersebut, maka peneliti tertarik untuk mendeskripsikan perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademik SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Peneliti hanya melakukan penelitian pada sekolah Swasta karena ketiga SMA Swasta yang berada di Kecamatan Kutoarjo bernaung di bawah yayasan yang berbeda. Lain halnya dengan sekolah negeri yang langsung ditangani dan diatur oleh pemerintah, sekolah swasta memiliki kemampuan yang lebih bervariasi tergantung dari kemampuan yayasan masing-masing, baik dari segi pembiayaan maupun pengelolaan prasarana sekolah. Penelitian dilakukan dengan berpedoman pada data jumlah dan kondisi ruangan akademik sekolah yang didapatkan oleh peneliti dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo pada bulan JuliSeptember 2013, kemudian dilanjutkan dengan mengambil data secara langsung dari SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo mengenai pengelolaan ruangan akademik sehingga dapat diketahui penyebab dari permasalahan-permasalahan yang muncul.
7
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut. 1.
Ada SMA Swasta di Kecamatan Kutoarjo yang tidak memiliki ruang laboratorium bahasa, kimia, fisika, dan biologi.
2.
Adanya kelebihan jumlah ruang kelas sehingga tidak digunakan secara efisien.
3.
Adanya kondisi ruangan akademik sekolah yang kurang terawat dan rusak.
4.
Tidak adanya perincian standar operasional prosedur perawatan ruangan akademik di sekolah.
5.
Perawatan ruangan akademik sekolah kurang maksimal karena keterbatasan dana sekolah.
C.
Batasan Masalah Penelitian ini hanya dibatasi pada studi deskriptif perubahan jumlah dan
kondisi ruangan akademik SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014.
D.
Rumusan Masalah Berdasarkan pada batasan masalah, permasalahan dalam penelitian ini yaitu
bagaimana perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademik SMA swasta seKecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014?
8
E.
Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan perubahan
jumlah dan kondisi ruangan akademik SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014.
F.
Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut.
1.
Manfaat teoretik Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan khazanah keilmuan bagi ilmu administrasi pendidikan khususnya mata kuliah manajemen fasilitas pendidikan
2.
Manfaat Praktis a.
Bagi Sekolah dan Perencana Pendidikan di Kabupaten Purworejo Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk pengelolaan pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Atas Swasta di masa yang akan datang.
b.
Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong peneliti lain di bidang pendidikan untuk melakukan penelitian atau kajian tentang pengelolaan fasilitas pendidikan di sekolah swasta, terutama mengenai fasilitas ruangan akademik sekolah.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Sarana dan Prasarana Pendidikan 1.
Pengertian Sarana dan prasarana pendidikan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 999), secara umum
pengertian sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam memcapai maksud dan tujuan, alat dan media. Menurut Tim Penyusun Media Pendidikan Depdikbud yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (1988: 103), sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan dapat berjalan lancar dan teratur, efektif dan efisien. Menurut Dirjen Dikdasmen Depdikbud (1997: 134) , sarana pendidikan sering diartikan dengan semua fasilitas yang digunakan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut Hartati Sukirman, dkk (1999: 28), sarana pendidikan adalah suatu sarana penunjang bagi proses pembelajaran baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan berjalan lancar, teratur, efektif, dan efisien, termasuk di dalamnya barang habis pakai maupun yang tidak habis pakai. Menurut Suryosubroto (1988: 75), sarana pendidikan yang digunakan sebagai pranata dalam proses belajar mengajar untuk lebih mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. Prasarana adalah barang/benda tidak bergerak yang dapat menunjang atau mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja, contoh gedung kantor, sedangkan sarana adalah
10
barang atau benda bergerak yang dapat dipakai sebagai alat dalam pelaksanaan tugas fungsi unit kerja, contohnya mobil, komputer, pulpen, kertas, tinta printer, dan lain-lain. Prasarana akademik adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai. Pengertian lain dari sarana pendidikan dapat ditinjau dari sisi kedekatannya dengan proses pembelajaran dan sisi pengadaan sarana tersebut. Suharsimi Arikunto (1987: 10) menjelaskan tentang pengertian sarana pendidikan ditinjau dari sisi kedekatannya dengan proses pembelajaran secara ringkas adalah segala sesuatu yang berhubungan secara langsung dengan proses pembelajaran, antara lain: perabotan, buku, alat tulis, dan sebagainya. Sarana pendidikan ini sering terkait dengan prasarana pendidikan, yaitu segala sesuatu yang tidak berhubungan secara langsung dengan proses pembelajaran antara lain: bangunan sekolah, ruang kelas, ruang perpustakaan, lapangan, kebun sekolah, dan lain-lain. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana pendidikan adalah semua fasilitas/sarana yang digunakan untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran, baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan berjalan lancar, teratur, efektif, dan efisien sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Pengertian sarana secara khusus yaitu alat atau bahan yang berhubungan dan dapat digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar yang berfungsi sebagai penunjang untuk mencapai tujuan pendidikan, sedangkan prasarana pendidikan yaitu alat atau bahan yang tidak berhubungan secara langsung dalam proses belajar mengajar.
11
2.
Peranan dan Fungsi Sarana dan Prasarana Pendidikan Peranan atau fungsi merupakan kriteria suatu alat yang ditetapkan untuk
memenuhi kebutuhan. Menurut Sri Rumini, dkk (1991: 110) menjelaskan bahwa suatu benda dikatakan fungsional tidak hanya diartikan sebagai hal-hal yang bersifat psikis, misalnya berminat mengaktualisasikan diri untuk memanfaatkan sarana belajar guna mengembangkan potensi yang dimiliki. Peranan atau keberfungsian suatu alat akan berhubungan dengan suatu sistem. Suatu alat terbentuk oleh adanya bagian-bagian yang saling berkaitann satu sama lain yang menjadi suatu kesatuan sehingga keberfungsian suatu benda atau alat memiliki ciri-ciri tertentu, misal: (a) proses, yaitu memikirkan proses suatu alat tersebut, (b) maksud, yaitu melihat dari sisi tujuan, (c) keseluruhan, artinya memahami fungsi suatu benda dengan mengetahui kegunaan suatu benda dari keseluruhan bagian-bagiannya berperilaku, (d) hubungan, maksudnya hubungan benda tersebut dengan hal yang abstrak. Menurut Dirjen Dikdasmen Depdikbud (1997: 7), bahwa fungsi sarana pendidikan yang berupa alat pembelajaran, alat peraga, dan media pendidikan dalam proses pembelajaran sangat penting guna mencapai tujuan pendidikan. Sarana pendidikan tersebut terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga berfungsi
sebagai
alat
yang
dapat
memperlancar
serta
mempermudah
penangkapan pengertian dalam proses interaksi antar guru dan siswa. Dalam keadaan tertentu, fungsi sarana pendidikan sangat menentukan dalam proses pembelajaran. Jika sarana yang dibutuhkan tidak ada, maka proses pembelajaran tidak bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dan tujuan yang telah
12
ditetapkan akan sulit dicapai. Adanya sarana pendidikan yang lengkap akan memudahkan guru dalam menyampaikan proses pembelajaran yang dimaksud kepada siswa. Sedangkan menurut Asri C. Budiningsih (1995: 74) alat pembelajaran dapat berfungsi sebagai alat penghubung pemahaman anak didik dari konsep konkret ke abstrak. Keadaan ini dipahami bahwa siswa dapat mengkaji hal-hal yang abstrak dengan menggunakan sarana pendidikan tersebut. Mencermati beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan mempunyai fungsi antara lain: (a) sebagai alat yang dapat memperjelas penyampaian informasi sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lancar, (b) sebagai alat yang dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa, meningkatkan interaksi langsung siswa dengan lingkungan sehingga menmungkinkan untuk belajar mandiri, (c) sebagai alat yang dapat mengatasi masalah keterbatasan ruang dan waktu, (d) sebagai alat yang dapat memberikan kesamaan pengalaman tentang peristiwa yang terjadi di lingkungan para siswa, dan (e) sebagai alat yang dapat membantu siswa untuk belajar konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis.
3.
Ruang Lingkup Sarana dan Prasarana Pendidikan Menurut Dirjen Dikdasmen Depdikbud (1997: 134) bahwa sarana
pendidikan ditinjau berdasarkan jenis, fungsi, dan sifatnya. Secara garis besar, ditinjau dari jenisnya, sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sarana pendidikan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pembelajaran dan sarana pendidikan yang sudah tersedia di lingkungan kita berupa barang-
13
barang jadi yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran, misalnya: peninggalan purbakala, sawah, masjid, atau benda-benda lain yang dapat diperagakan. Jika ditinjau dari fungsinya, sarana pendidikan dapat dikelompokkan menjadi empat macam. Berdasarkan keempat macam sarana pendidikan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut. a.
Sarana fisik sekolah meliputi: (1) bangunan sekolah, yang terdiri dari ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, dan lain-lain, (2) perabot sekolah, meliputi: kursi, meja belajar, meja kerja, papan tulis, dan lain-lain, (3) sarana tata usaha pendidikan, misal: buku induk siswa, buku rapor, alat tulis, dan alat-alat kantor lainnya.
b.
Media pendidikan, meliputi: (1) perangkat keras atau hardware, yaitu segala jenis alat penampilan elektronik untuk menyampaikan pesan-pesan dalam kegiatan pembelajaran, meliputi: OHP, tape recorder, televisi, komputer, dan lain sebagainya; dan (2) perangkat lunak atau software, yaitu segala jenis atau materi pengajaran yang disampaikan melalui alat penampil dalam kegiatan pembelajaran.
c.
Alat peraga, meliputi: (1) alat peraga yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran sebagai sarana penjelas dan memvisualisasikan konsep, ide atau pengertian tertentu yang terdiri dari gambar-gambar anatomi, rangka badan, diagram, globe, peta, dan lain sebagainya; dan (2) alat praktik yaitu alat yang berfungsi sebagai sarana untuk berlatih mencapai keterampilan tertentu.
14
d.
Perbukuan sekolah meliputi macam-macam buku yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Kemudian bila ditinjau dari sifatnya, menurut Dirjen Dikdasmen Depdikbud
(1997: 302), sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu barang yang bergerak dan barang yang tidak bergerak yang semuanya dapat mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa barang yang tidak bergerak merupakan barang yang tidak bisa dipindahkan dari posisi semula, misalnya: tanah pekarangan dan bangunan. Sedangkan barang yang bergerak adalah barang yang dapat dengan mudah dipindahkan letaknya dari posisi semula, misalnya: perabotan, alat kantor, buku, dan alat olahraga. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan jika ditinjau dari fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu sarana pendidikan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pembelajaran dan sarana pendidikan yang sudah tersedia di lingkungan kita berupa barang-barang jadi yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Jika ditinjau dari fungsinya dibedakan menjadi empat macam yaitu sarana fisik sekolah, media pendidikan, alat peraga, dan perbukuan sekolah. Jika ditinjau dari sifatnya, sarana pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu barang bergerak dan barang tidak bergerak. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2008: 273-274), fasilitas atau sarana dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut. a.
b.
Fasilitas fisik, yaitu segala sesuatu yang berupa benda atau fisik yang dapat dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan sesuatu usaha. Fasilitas fisik juga disebut sebagai fasilitas materiil. Fasilitas uang, yaitu segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai uang.
15
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa fasilitas atau sarana juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu fasilitas fisik dan fasilitas uang.
4.
Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 273), manajemen sarana sering juga
disebut manajemen materiil, yaitu segenap proses yang bersangkut-paut dengan pengadaan, pendayagunaan dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai tujuan secara efektif dan efisien. Dengan batasan tersebut, maka manajemen sarana meliputi: (1) perencanaan; (2) pengadaaan; (3) pengaturan; (4) penggunaan; (5) penyingkiran sarana; dan (6) dasar pengetahuan perpustakaan. Menurut Muhammad Joko Susilo (2008: 65), manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, penghapusan serta penataan. Sedangkan menurut Hartati Sukirman, dkk (1999: 28), administrasi sarana prasarana atau fasilitas pendidikan merupakan segenap proses penataan yang bersangkut paut dengan pengadaaan, pendayagunaan, dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Administrasi sarana prasarana pendidikan mencakup kegiatan: (1) perencanaan (kebutuhan dan biaya) dan pengadaan, (2) penyimpanan dan penyaluran, (3) pendayagunaan, (4) pemeliharaan, dan (5) inventarisasi dan penghapusan. Penjelasan dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut. 1.
Pengadaan sarana prasarana
16
Di dalam langkah pengadaan ini mencakup pula langkah perencanaan sarana prasarana. Di sekolah-sekolah, cara pengadaan sarana prasarana pendidikan dapat lewat dropping dari atas dan mengadakan sendiri 2.
Penyimpanan dan penyaluran Dalam
kaitannya
dengan
penyimpanan
dan
penyaluran
sarana
prasarana/fasilitas dibedakan atas dua kategori, yaitu alat yang langsung dan yang tidak langsung terlibat dalam proses belajar mengajar. Dalam proses ini
termasuk
di
dalamnya
adalah
kegiatan
inventarisasi
barang,
pengelompokkan, penyimpanan barang serta pendistribusiannya. 3.
Pendayagunaan sarana pendidikan Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, maka setiap perlengkapan perlu diatur penggunaannya seoptimal mungkin. Khususnya buku-buku, alat peraga dan/atau alat pelajaran lain, guru mata pelajaran agar menyusun program penggunaan alat dikaitkan dengan program pengajaran.
4.
Pemeliharaan dan penghapusan Barang-barang yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan merupakan barang milik negara. Oleh karena itu harus dijaga benar-benar agar tidak rusak.
Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan/ proses pengelolaan, pengaturan sarana dan prasarana meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan pengawasan, penyimpanan, penyaluran, pendayagunaan, pemeliharaan inventarisasi, dan
17
penghapusan sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
B.
Manajemen Prasarana Gedung Sekolah
1.
Perencanaan/Pengadaan Fasilitas Gedung Sekolah Fasilitas sekolah meliputi sarana dan prasarana sekolah. Sarana sekolah
meliputi semua peralatan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, sedangkan prasarana sekolah mencakup semua komponen yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan di sekolah. Menurut Hendyat Soetopo dan Wasty Sumanto (1982: 183-186), untuk membuat gedung sekolah, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelumnya, yaitu sebagai berikut. a.
Langkah-Langkah dalam pembuatan gedung sekolah. Dalam pembuatan gedung sekolah, ada beberapa hal yang perlu ditentukan terlebih dahulu yaitu perlu atau tidaknya gedung tersebut didirikan, bentuk gedung yang akan didirikan, ruangan dan perlengkapan yang diperlukan, dan lokasi.
b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengalokasian sekolah yang mencakup kemungkinan mengembangkan masyarakat, tempat tinggal penduduk. fasilitas yang ada dalam masyarakat, faktor keamanan dan kesehatan, jumlah usia sekolah, pemilihan tanah tempat bangunan, dan tingkat ekonomi penduduk.
c.
Pemetaan Sekolah
18
Pemetaan sekolah berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada perencana daerah untuk berpartisipasi dalam perencanaan pendidikan, memberikan petunjuk
terhadap penentuan lokasi sekolah ataupun
penyebaran-penyebaran bangunan sekolah secara rasional, menyediakan bahan untuk dianalisa dan dievaluasi secara kontinyu, memberikan pedoman bagi perencanaan pendidikan selanjutnya, merupakan alat pembantu untuk mengelola pendidikan setempat, merupakan sumber informasi bagi perencanaan integral daerah, serta merupakan alat untuk memberikan kemungkinan bagi penggunaan sumber wilayah yang terbatas, sehingga sekolah tersebut dapat dilokasikan secara merata dan realistis. Menurut Piet Sahertian (1994: 175-176), perencanaan gedung sekolah dilakukan dengan urutan sebagai berikut. a. Mengadakan survey tentang keperluan bangunan yang akan direncanakan dengan maksud untuk memperoleh data mengenai: (1) Fungsi bangunan; (2) Struktur organisasi dari sekolah yang menggunakan; (3) Jumlah pemakai (pegawai, murid dan lain-lain) yang akan menempati; (4) Jenis dan jumlah alat-alat atau perabot yang akan ditempatkan. b. Mengadakan perhitungan luas bangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan disusun atas dasar data survey tersebut di atas. c. Menyusun rencana anggaran biaya yang disesuaikan dengan harga standar yang berlaku di daerah yang bersangkutan. d. Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya yang disesuaikan dengan rencana pentahapan pelaksanaan teknis serta memperkirakan anggaran yang akan disediakan tiap tahun, dengan memperhatikan skala prioritas yang telah ditetapkan sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarkan pendapat tersebut, dalam melakukan perencanaan gedung sekolah dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal yaitu menentukan rencana
pembangunan
gedung
sekolah
berdasarkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya, mengadakan survey keperluan bangunan yang dibutuhkan,
19
mengadakan perhitungan luas bangunan, menyusun rencana anggaran biaya, dan menyesuaikan rencana anggaran dan pentahapan pelaksanaan teknis dengan skala prioritas yang telah ditetapkan.
2.
Syarat-Syarat Pendirian Gedung Sekolah yang Baik Sesuai perkembangan pembangunan saat ini, manusia sudah menyadari
akan masalah perumahan sekolah terutama tanah, bangunan, gedung, ruangan, dan fasilitas lainnya yang mempunyai peranan dalam menentukan keberhasilan studi bagi peserta didik. Gedung sekolah yang baik sebagai tempat belajar yaitu menyenangkan, menarik, rasa nyaman dan aman. (Hendyat Soetopo dan Wasty Sumanto (1982: 202). Adapun syarat-syarat gedung sekolah tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut. a.
Keadaan Tanah dan Keadaan Letak Sekolah. Keadaan tanah sekolah sebaiknya harus luas dengan memperhatikan
faktor-faktor berikut ini. 1)
Jumlah murid yang akan ditampung.
2)
Jenis sekolah dan program pendidikan yang dilaksanakan. Letak sekolah hendaknya mudah dicapai oleh murid, sehat menurut pemeriksaan dokter, tidak berbahaya dan tidak dekat dengan lalu lintas yang ramai, pabrik, tempat-tempat hiburan yang dapat mengganggu berlangsungnya pelajaran bagi anak didik.
20
b.
Keadaan Bangunan Gedung dan Ruangan-ruangan Sekolah Konstruksi
gedung
sekolah
secara
teknik
harus
dapat
dipertanggungjawabkan, gedung tersebut harus kuat, tahan lama, memenuhi kesehatan, dan mudah dibersihkan sehingga dapat menjamin keamanan dan keselamatan bagi penghuninya. Gedung sekolah terdiri dari ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang OSIS, jamban, gudang, sirkulasi, dan tempat bermain/ berolahraga. Tipe ruang sekolah ditetapkan atas dasar: 1)
kurikulum yang berlaku,
2)
efisiensi/optimasi pemakaian ruang,
3)
penggunaan tenaga secara optimal,
4)
perhitungan putus sekolah, Sesuai dengan kurikulum yang berlaku, maka standar ruang belajar mengajar harus sesuai dengan syarat yang ditentukan. Adapun syarat tersebut didasarkan atas faktor-faktor seperti berikut. a)
Fungsi ruang belajar, daya tampung ruang tersebut untuk dapat digunakan setiap hari untuk kegiatan belajar mengajar.
b)
Jumlah pemakai, yaitu jumlah maksimum dalam ruang yang bersangkutan pada penggunaan menurut fungsi utama dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam proses belajar mengajar
21
c)
Standar satuan, menyatakan ruang gerak/minimum untuk tiap orang dalam melaksanakan kegiatan pokok di ruang yang bersangkutan sesuai dengan fungsinya.
d)
Luas ruang, yaitu ukuran standar satu unit ruang yang efektif dan efisien untuk proses belajar.
e)
Urgensi fungsi ukuran ruang
f)
Jumlah ruang minimum yang ditetapkan menurut perhitungan optimasi dan efisiensi pemakaian ruang.
Untuk mendirikan sebuah gedung sekolah tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Menurut Hendyat Soetopo dan Wasty Sumanto (1982: 189-204), dalam mendirikan gedung sekolah, terdapat syarat- syarat sebagai berikut: (a) syarat Keamanan dan Kesehatan, (b) penyesuaian dengan kurikulum atau kebutuhan akan kegiatan-kegiatan yang dilakukan, (c) koordinasi antar fungsi, (d) efisiensi dalam penggunaan, (e) keindahan, (f) fleksibilitas, (g) faktor ekonomis. 3.
Pemeliharaan Prasarana Gedung Sekolah Gedung sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses belajar
mengajar. Oleh karena itu , perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. a.
Keutuhan dan kebersihan mengenai lantai, dinding, langit-langit, atap, jendela, pintu, kaca, dan ventilasi harus bersih dari segala kotoran.
b.
Keutuhan dan kebersihan wastafel dan kran yang ada di dalamnya serta keutuhan dan kebersihan alat pembuangan atau saluran air harus senantiasa dijaga.
22
Menurut Daryanto (2008: 55-61), perencanaan dan pemeliharaan gedung sekolah dan perlengkapannya meliputi: (a) perluasan gedung yang sudah ada, (b) rehabilitasi ruang, (c) meningkatkan mutu keindahan ruang belajar, (d) memilih perabot dan perlengkapan, (e) tanggung jawab keberesan sekolah, (f) memperhatikan kondisi sanitasi, (g) pemeriksaan, (h) penyimpanan alat-alat yang tepat, (i) mengatur dan memelihara ruang belajar, (j) pemeliharaan halaman dan tempat bermain. Adapun penjelasan dari rincian pemeliharaan
gedung sekolah dan
perlengkapannya adalah sebagai berikut. a.
Perluasan gedung yang sudah ada Pada gedung sekolah yang sudah ada seringkali diperlukan tambahantambahan bangunan dan perlengkapan. Hal ini disebabkan oleh tuntutantuntutan yang berasal dari perkembangan pendidikan yang semakin mendesak terutama mengenai kualitas dan kuantitas, sehingga perlu adanya penambahan-penambahan dan perombakan pada gedung sekolah yang sudah ada.
b.
Rehabilitasi Ruang Sebelum dilakukan rehabilitasi
ruang, perlu diadakan survey terhadap
gedung dan perlengkapan yang sudah ada serta mencatat secara terperinci perbaikan-perbaikan
yang
akan
diperlukan,
sehingga
menciptakan
keefektifan program sekolah. Perbaikan-perbaikan pada gedung sekolah ini diantaranya mencakup mengecat dan melabur, mengganti bahan-bahan atau bagian-bagian yang sudah using atau lapuk, menyempurnakan akustik 23
ruangan belajar, menambah tempat/ruang buang air, memperbaiki fasilitas mencuci tangan dan kaki, serta pekerjaan-pekerjaan perbaikan lain yang berhubungan dengan
pelaksanaan inovasi sekolah. Rencana rehabilitasi
hendaknya dibuat seefisien mungkin. c.
Meningkatkan Mutu Keindahan Ruang Belajar Terdapat beberapa prinsip yang telah diakui dan dianjurkan oleh para ahli seni dan dekorasi mengenai pemilihan warna dinding ruangan yang berhubungan dengan aspek dan reaksi-reaksi psikologis penggunanya. Hal tersebut juga perlu diperhatikan dalam proses pegecatan ruang belajar. Dalam pemilihan warna, harus diperhatikan dan tidak boleh sembarangan, sebab warna dinding dapat mengarahkan reaksi psikologis penggunanya yaitu siswa maupun guru. Dinding atau ruangan belajar harus dicat putih karena 80% faktor pantulan diperlukan utuk memberikan cahaya yang memadai kepada murid. Demikian pula dinding-dinding samping ruangan harus dicat warna cerah dan pusat. Warna perabot harus coklat muda dan tidak mengkilap.
d.
Memilih Perabot dan Perlengkapan Salah satu faktor penting yang dijadikan bahan pertibangan dalam memilih perabot dan perlengkapan ruangan kelas yang harus disediakan adalah dasar pengajaran. Fleksibilitas dalam fungsi serta faktor- faktor psikologis juga perlu diperhatikan dalam pembuatan perabot ruang belajar. Jangan sampai perabot justru dapat menghambat proses belajar pada peserta didik.
24
e.
Tanggung jawab keberesan sekolah Keadaan ruang kelas yang berantakan dan tidak teratur, kotor, cahaya dan ventilasi yang kurang memadai, akan memberikan pengaruh jelek kepada murid-murid ditinjau dari segi pendidikan dan perkembangannya. Di samping itu, keadaan seperti di atas ditinjau dari segi pendidikan kesehatan akan menimbulkan pengaruh yang merugikan, kesehatan jasmani dan rohani. Di samping itu proses belajar dan mengajar akan terhambat, yang berarti menghambat pula kelancaran pelaksanaaan program pengajaran di sekolah. Oleh karena itu, warga sekolah harus menyadari tanggung jawab untuk senantiasa mengawasi ruang belajar dan bagian-bagian
sekolah
lainnya agar selalu beres, bersih dan teratur. f.
Memperhatikan kondisi sanitasi Ditinjau dari kebutuhan akan kesehatan pada murid-murid dan seluruh anggota staf di sekolah, masalah sanitasi harus mendapat perhatian pertama. Salah satu kegiatan utama program kesehatan sekolah ialah menciptakan lingkungan laboratorium,
sekolah ruang
yang
sehat.
kesenian,
Ruang
ruang
belajar,
ruang
olahraga,
ketrampilan dan sebagainya.
Kesemuanya harus diatur sedemikian rupa sehingga kondisinya memberikan pengaruh yang optimal dalam proses belajar dan terhadap perkembangan kesehatan murid-murid baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Kesehatan menjadi salah satu tujuan sekolah, diantaranya menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mempraktikan kebiasaan hidup sehat, salah satu fasilitas penting adalah penyediaan air untuk mencuci tangan dan aki dan
25
anggota badan lainnya. Hendaknya disediakan pula sabun dan lap atau handuk kecil. g.
Pemeriksaan Pemeriksaan dan koreksi terhadap kondisi-kondisi ruangan sekolah dan perlengkapannya termasuk halaman dan tempat- tempat bermain murid, harus dilaksanakan secara terus menerus dan teratur. Pemeriksaan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga hal-hal yang sekecil-kecilnya pun tidak lepas dari tanggung jawab.
h.
Penyimpanan alat-alat yang tepat Dari segi pendidikan soal penyimpanan alat-alat kurang mendapat perhatian, baik dalam literatur tentang konstruksi bangunan sekolah maupun dalam rencana struktur bangunannya. Alat-alat yang langsung dipergunakan dalam pelajaran memerlukan fasilitas penyimpanan yang memadai dan praktis sehingga sewaktu-waktu diperlukan dapat keamanannya cukup terpelihara.
segera disediakan serta
Alangkah baiknya
jika tempat
penyimpanan alat-alat ini direncanakan sebelum bangunan didirikan sehingga faktor estetikanya pun mendapat perhatian. i.
Mengatur dan memelihara ruang belajar Sebagian besar waktu kehidupan peserta didik dan guru selama bersekolah dilaksanakan di ruang belajar. Oleh karena itulah, timbul tuntutan agar sekolah memberikan perhatian yang cukup terhadap ruang belajar. Perhatian tersebut berupa pengaturan, pemeliharaan ruang belajar kebersihan ruang belajar agar senantiasa siap untuk digunakan dan
26
dapat memperlancar
proses belajar mengajar. Hal lain yang sangat penting antara lain ruang belajar harus cukup cahaya. Pemeliharaan terhadap ruang belajar ini dilakukan dengan mengadakan perbaikan jika terdapat kekurangan maupun kerusakan, diperbarui catnya setiap 3-5 tahun sekali. j.
Pemeliharaan halaman dan tempat bermain Kegiatan rekreasi di sekolah mempunyai peranan penting dalam program pengajaran. Sekolah harus menyediakan tempat dan fasilitas untuk keperluan tersebut. Tempat bermain harus
dipelihara, diratakan, serta
disesuaikan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik. Tempat bermain harus selalu dijaga dan dipelihara sehingga terbebas dari kondisi dan hal-hal atau benda yang mungkin menimbulkan bahaya kecelakaan, atau memberikan pengaruh buruk terhadap perkembangan kesehatan peserta didik maupun penghuni sekolah lainnya. Untuk menjaga dan memelihara agar tempat bermain menarik, aman dan bebas dari hal yang dapat menimbulkan kecelakaan, maka seluruh warga sekolah harus senantiasa menjaga fasilitas tersebut. Halaman sekolah sebaiknya ditanami pohon-pohon yang rindang sehingga dapat digunakan sebagai tempat beristirahat bagi warga sekolah. Pemeliharaan halaman sekolah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1)
Halaman sekolah hendaknya selalu dalam keadaan bersih dan rapi.
2)
Halaman sekolah perlu ditanami pohon-pohon yang rindang agar udara di sekelilingnya terasa sejuk.
27
3)
Tanah di halaman sekolah hendaknya diusahakan cepat kering dan tidak mudah becek.
4)
Halaman sekolah perlu diberi tempat duduk untuk beristirahat warga sekolah.
Secara umum, keutuhan dan kebersihan ruang sekolah harus dijaga sebagaimana menjaga keutuhan
dan kebersihan gedung sekolah. Selain itu,
situasi ruang sekolah harus kondusif dan nyaman bagi penggunanya.
Untuk
membuat pengguna gedung sekolah, baik itu siswa dan guru merasa nyaman dan mengikuti
proses belajar mengajar dengan semangat, maka
perlu adanya
pemeliharaan ruang dengan baik. Pemeliharaan tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. a.
Dinding ruangan hendaknya berwarna terang dan bersih.
b.
Lantai ruangan hendaknya selalu dalam keadaan bersih.
c.
Perlengkapan-perlengkapan yang ada
dalam
ruangan
harus
diatur
sedemikian rupa sehingga enak dipandang mata. d.
Ruang kelas hendaknya jangan sampai berdekatan dengan ruangan kantor/tata usaha/kantin (kegiatan-kegiatan yang menimbulkan suara berisik).
e.
Ruang tata usaha yang melayani kebutuhan siswa/ umum serta ruang kepala sekolah hendaknya di tempatkan pada ruangan yang strategis dan mudah ditemukan.
28
4.
Assesment (Penaksiran) Kondisi Gedung Sekolah Assesment kondisi gedung sekolah merupakan kajian yang dilakukan
berkaitan dengan pekerjaan sipil, arsitektur, dan landscape. Kriteria penilaian terhadap kondisi gedung inipun harus mengacu pada kriteria teknis (sipil, arsitektur, dan landscape) sebuah bangunan gedung yang berlaku di Indonesia (Wakhinuddin, 2012). Tingkat kerusakan bangunan dibagi atas kriteria sebagai berikut. a.
Rusak ringan adalah kerusakan dengan perbaikan gedung sekolah pada bagian- bagian tertentu dalam rangka perawatan untuk memperpanjang usia pemakaian, menjaga keandalan gedung beserta sarana dan prasarananya agar selalu laik fungsi. Tingkat kerusakan kurang dari 30%.
b.
Rusak sedang adalah kerusakan dengan perbaikan gedung sekolah pada bagian tertentu dalam rangka menjaga keandalan gedung beserta sarana dan prasarananya agar selalu laik fungsi. Tingkat kerusakan berkisar 30-50%.
c.
Rusak berat adalah kerusakan dengan perbaikan gedung sekolah secara menyeluruh dalam rangka memperpanjang usia pemakaian. Dalam kegiatan ini memperbaiki dan atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, serta sarana dan prasarananya agar bangunan gedung tetap laik fungsi. Tingkat kerusakan berkisar > 50-65%.
d.
Rusak total adalah kerusakan yang terjadi dan perbaikannya dengan membongkar gedung sekolah yang lama dan membangun kembali gedung standar di dalam lahan/ tanah yang ada. Tingkat kerusakan jika melampaui 65%.
29
Sedangkan kriteria gedung sekolah yang harus direhab total menurut Tim Ahli Dinas Pendidikan Dasar Jakarta dan PT Kogas (2009) adalah sebagai berikut. a.
Selalu tergenang banjir, baik air pasang maupun waktu hujan.
b.
Tingkat kerusakan gedung tersebut sangat parah dan rawan ambruk.
c.
Gedung sekolah tersebut merupakan bangunan tua dan belum terstandar.
d.
Untuk standardisasi gedung dan bangunan bertingkat untuk pemerataan.
e.
Daya tampung murid sudah jauh di bawah kapasitas yang diijinkan.
C.
Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian Ignatius Gherry Krista Putra Gustama (2014: xiii) mengenai
Ketersediaan dan Pengelolaan Sarana Prasarana pada SMA Swasta di Kabupaten Temanggung yang menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana yang ada pada SMA Swasta di Kabupaten Temanggung pada umumnya masih belum memenuhi standar minimum yang tertera dalam lampiran Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang standar minimum terkait dengan kelengkapan sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar dan Menengah Atas. Pengelolaan sarana dan prasarana pada SMA Swasta di Kabupaten Temanggung terbagi dalam 5 unsur penting
yaitu
perencanaan,
pengadaan,
pengaturan,
penggunaan,
dan
penghapusan. Program perencanaan yang ada di SMA swasta di Kabupaten Temanggung terdiri dari penyusunan daftar kebutuhan dan penentuan skala prioritas yang berorientasi pada ketersediaan anggaran. Pengadaan sarana dan
30
prasarana terkait dengan pelaksanaan pengadaan seperti persyaratan administrasi berupa penyusunan proposal, sumber dana yang digunakan dalam pengadaan, serta mekanisme pelaporan setelah pengadaan sarana dan prasarana. Pengaturan terdiri dari tiga hal penting yaitu inventarisasi, penyimpanan, dan pemeliharaan. Penggunaan terkait dengan sarana prasarana mengacu pada prinsip efektifitas dan efisiensi, serta penghapusan sebagai suatu upaya pengelolaan sarana dan prasarana yang sudah tidak terpakai.
D.
Kerangka Berpikir Prasarana pendidikan merupakan hal yang penting dalam mendukung
kelancaran proses belajar mengajar di sekolah, salah satu jenis prasarana sekolah itu adalah ruangan akademik. Selain kegiatan belajar mengajar, ruangan akademik juga menunjang kegiatan tata kelola sekolah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah
Dasar/
Madrasah
Ibtidaiyah
(SD/MI),
Sekolah
Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) yang menyatakan bahwa sebuah SMA/MA sekurangkurangnya memiliki prasarana sebagai berikut : ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang OSIS, jamban, gudang, sirkulasi, dan tempat bermain/ berolahraga beserta standar yang harus dipenuhi.
31
Sebagaimana sarana pendidikan, ruangan akademik sekolah juga perlu dikelola dengan baik, mulai dari perencanaan pembangunan, pemeliharaan, pengorganisasian,
hingga
penghapusan.
Hal
tersebut
dilakukan
untuk
mengefektifkan dan mengefisiensikan prasarana tersebut dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Sama seperti sekolah negeri, sekolah swasta juga wajib mengikuti peraturan dan pedoman yang telah ditentukan. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwasanya sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, sekolah harus memenuhi standar minimal prasarana gedung sekolah, salah satunya adalah sekolah harus memiliki ruangan akademik dengan persyaratannya masing-masing sesuai standar minimal. Oleh karena itu, sekolah yang baik harus memiliki ruangan akademik secara lengkap dan sesuai standar yang telah ditetapkan.
Kondisi ruangan tersebut juga merupakan hal yang
penting, sebab sebagian besar waktu untuk kegiatan belajar mengajar maupun tata kelola pendidikan dilaksanakan di dalam ruangan sekolah. Untuk itulah kondisi ruangan sekolah harus terawat dengan baik untuk menciptakan kenyaman dan keamanan bagi siswa, guru, maupun warga sekolah.
32
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan Penelitian Menurut Sumadi Suryosubrata (2003: 75), penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini akan mendeskripsikan perubahan jumlah kondisi ruangan akademik SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 yang dilihat dari kondisi fisik gedung serta jumlah gedung berdasarkan data yang telah diperoleh dan diolah dalam bentuk angka dan kalimat.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Juli-September 2013 di Kabupaten Purworejo
dengan pengumpulan data melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, kemudian dilanjutkan pada bulan Desember 2014 di semua SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo. C.
Sumber Data Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Purworejo, sedangkan data primer diperoleh dari SMA swasta se- Kecamatan Kutoarjo. Adapun daftar SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo adalah sebagai berikut.
33
1.
SMA Darul Hikmah Kutoarjo
2.
SMA Muhammadiyah Kutoarjo
3.
SMA Widya Kutoarjo
D.
Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel penelitian yang berjudul "Perubahan Jumlah dan Kondisi Ruangan
Akademik SMA Swasta Se-Kecamatan Kutoarjo", yaitu kondisi ruangan akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo yang dilihat dari ketersediaan ruangan dan kondisi masing-masing ruangan. Ruangan akademik tersebut terdiri dari : ruang kelas, ruang perpustakaan,
ruang laboratorium biologi, ruang
laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang ibadah, ruang konseling, ruang UKS, dan ruang OSIS
E.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi dengan analisis data sekunder dan wawancara. Hal tersebut dikarenakan sebagian data yang dibutuhkan dalam penelitian ini telah ada dan telah dihimpun oleh instansi, sehingga peneliti hanya menghimpun data yang telah ada dari pihak instansi. Analisis data sekunder menurut Nanang Martono (2011: 113) yaitu penelitian yang dilakukan dengan memanfaatkan data yang sudah ada ataupun yang sudah matang yang dapat diperoleh pada instansi atau
34
lembaga tertentu. Pada analisis data sekunder peneliti tidak mengumpulkan data langsung dari lapangan melainkan menggunakan data yang telah dikumpulkan serta diolah oleh instansi atau lembaga pemerintah maupun swasta. Pengumpulan data dengan wawancara tetap dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi secara langsung dan faktual di lapangan untuk mendukung data sekunder yang telah didapatkan. Jenis data yang dibutuhkan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data mengenai jumlah dan kondisi ruangan akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Data yang digunakan dalam melakukan penelitian merupakan jenis data sekunder yang sudah dihimpun oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data kualitatif mengenai perubahan dan pengelolaan ruangan akademik sekolah yang didapatkan dari hasil wawancara peneliti yang ditujukan kepada wakil kepala sekolah bagian Sarana Prasarana SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo atau pegawai sekolah yang ditunjuk oleh kepala sekolah dan dianggap mampu untuk mewakili. Data kualitatif ini bertujuan untuk membantu dan mendukung peneliti dalam mendeskripsikan pengelolaan ruangan akademik di masing-masing sekolah swasta.
F.
Instrumen Penelitian
35
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman dokumentasi dan pedoman wawancara. Pedoman tersebut digunakan untuk membantu peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Pedoman dokumentasi dan wawancara terlampir.
G.
Teknis Analisis Data Analisis data menurut Sugiyono (2008: 335) adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, meyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Penelitian dilakukan dengan teknik analisis data kuantitatif dengan metode analisis potret data (frekuensi dan persentase). Rumus yang digunakan berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Tulus Winarsunu (2006: 20), sebagaiberikut. P = f/N x 100% Keterangan: P
: Persentase
F
: Jumlah skor subyek yang ada pada kategori tertent
N
: Keseluruhan jumlah skor subyek. Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan di atas, maka pelaksanaan
dalam menganalisis data penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut.
36
1.
Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pencermatan
dokumen
yang
dihimpundari
Dinas
Pendidikan
dan
Kebudayaan Kabupaten Purworejo, situs internet resmi yang bersangkutan dan mendukung data-data yang diperlukan, serta menggunakan teknik wawancara yang ditujukan kepada Wakil Kepala Sekolah bagian Sarana Prasarana SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo atau yang mewakili sekolah. 2.
Dari data
yang sudah
diperoleh tersebut, peneliti
memilih
dan
mengelompokkan data berdasarkan keperluan, menyederhanakan data yang diperlukan, dan menganalisis data untuk memusatkan perhatian pada apa yang akan diteliti sehingga mempermudah dalam menyampaikan atau memaparkan dalam laporan. 3.
Tahap penyajian data, prosesnya adalah dari konsep penyajian data yang telah dibuat. Data yang sudah diolah dimasukkan sesuai dengan pembahasannya. Dalam proses ini juga dilakukan konsultasi dengan dosen pembimbing agar apa yang disajikan dan alur penyampaian informasi dari data tersebut dapat disajikan dengan baik dan benar serta maksud dari penelitian dapat tersampaikan.
4.
Tahap penarikan kesimpulan, dari penyajian data yang telah dianalisis, peneliti berusaha untuk membuat kesimpulan dari data yang telah disajikan dengan mengerucutkan pembahasan dan berpedoman pada rumusan masalah. Dalam proses ini juga dilakukan konsultasi dengan dosen pembimbing agar apa yang disimpulkan dapat sesuai dengan apa yang telah dibahas dalam penyajian data.
37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Kondisi Geografis, Demografis, dan Administratif Kecamatan Kutoarjo
1.
Luas wilayah dan Topografis Kutoarjo merupakan salah satu kecamatan yang dimiliki oleh Kabupaten
Purworejo, provinsi Jawa Tengah. Dari segi Geografis, sebelah selatan Kecamatan Kutoarjo berbatasan dengan Kecamatan Grabag, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kemiri, Bruno, Pituruh, dan Gunung Tugel, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Bayan, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Butuh. Kecamatan Kutoarjo memiliki luas wilayah 37, 59 km2. Peta topografis daerah Kecamatan Kutoarjo sebagian besar adalah dataran rendah yang sebagian besar wilayahnya digunakan untuk persawahan, tanah ladang, dan pemukiman warga.
2.
Demografis dan Administratif Kutoarjo
pernah
menjadi
Kabupaten
tersendiri
di
Provinsi
Jawa
Tengah.Semenjak tahun 1934, wilayah Kutoarjo bergabung dengan Kabupaten Purworejo. Jumlah penduduk di Kecamatan Kutoarjo 58.103 jiwa (sensus 2010). Kutoarjo menempati urutan kedua terbanyak dari jumlah penduduk di Kabupaten Purworejo. Meskipun begitu, laju pertumbuhan penduduk cukup rendah yaitu sebesar -0.33% (http: kec-kutoarjo.purworejokab.go.id/profil). Kecamatan Kutoarjo memiliki 6 kelurahan dan 21 desa.Kelurahan di Kecamatan Kutoarjo adalah sebagai berikut.
38
a.
Kelurahan Bandung
b.
Kelurahan Bayem
c.
Kelurahan Katerban
d.
Kelurahan Kutoarjo
e.
Kelurahan Semawung Daleman
f.
Kelurahan Semawung Kembaran Sedangkan desa yang ada di Kecamatan Kutoarjo adalah sebagai berikut.
a. Desa Kaligesing
l. Desa Purwosari
b. Desa Karangrejo
m. Desa Sidarum
c. Desa Karangwuluh
n. Desa Sukoharjo
d. Desa Kebondalem
o. Desa Suren
e. Desa Kemadu Lor
p. Desa Tepus Wetan
f. Desa Kepuh
q. Desa Tepus Kulon
g. Desa Kyangkonrejo
r. Desa Tunggurono
h. Desa Kluwurejo
s. Desa Tuntungpahit
i.
Desa Majir
t. Desa Tursino
j.
Desa Pacor
u. Desa Wirun
k. Desa Pringgonwijayan Kutoarjo merupakan salah satu kota yang termasuk klasifikasi kota utama (hirarki I) di Kabupaten Purworejo, hal ini karena kota Kutoarjo sangat menonjol dalam pertumbuhan wilayahnya dan memiliki peran penting dalam memicu perkembangan wilayah Kabupaten Purworejo. Peran tersebut ditunjukkan oleh distribusi pendapatan daerah terhadap kabupaten dan fungsi pusat pelayanan 39
perkotaan yang mampu melayani masyarakat tingkat regional (Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo No. 6 Tahun 2005). Kutoarjo memiliki fasilitas umum yang memadai yaitu
1 Rumah sakit Swasta, 3 unit puskesmas, 4 unit puskesmas
pembantu, pasar tradisional yang cukup besar, stasiun kereta api Kutoarjo yang merupakan stasiun ujung rel ganda yang menghubungkan Solo-Kutoarjo. Lokasi Kecamatan Kutoarjo yang strategis menjadikan kecamatan ini berkembang sangat pesat dan berada di bawah Kecamatan Purworejo sebagai ibukota kabupaten.Letak yang srategis juga menjadikan Kecamatan Kutoarjo sebagai tempat tujuan investasi. Hal ini ditandai dengan banyaknya pertokoan, bank, dan hotel yang beroperasi di Kecamatan tersebut sehingga berdampak pada keberagaman profesi masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut.
B.
Kondisi Pendidikan di Kecamatan Kutoarjo Rincian jenjang pendidikan di Kecamatan Kutoarjo dapat dilihat pada tabel
berikut ini. Tabel 1. Data Jumlah Sekolah di Kecamatan Kutoarjo No Jenjang Negeri Swasta 1. PAUD 0 6 2. TK/RA 0 39 3. SD 39 4 4. SMP 5 6 5. SMA 1 3 6. SMK 1 8 7. Sekolah Tinggi 0 1 Total 46 67 Persentase 41 59 (sumber: diolah dari berbagai sumber)
Jumlah 6 39 43 11 4 9 1 113 100
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan lembaga pendidikan swasta di Kecamatan Kutoarjo lebih besar 18% dibandingkan lembaga 40
pendidikan negeri. Pada jenjang SD, jumlah SD Negeri lebih banyak daripada SD Swasta. Pada jenjang pendidikan SMP juga tidak terdapat selisih jumlah yang besar antara SMP Negeri dan Swasta. Hal ini berkaitan dengan program Wajib Belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah. Program tersebut merupakan program pemerintah untuk menjawab kebutuhan dan tantangan zaman. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 pasal 6, pemerintah berupaya meningkatkan taraf kehidupan rakyat dengan mewajibkan semua warga negara Indonesia yang berusia 7-15 tahun untuk mengikuti pendidikan dasar dengan program 6 tahun di SD dan 3 tahun di SLTP/SMP secara merata. Dengan adanya program Wajib Belajar 9 tahun ini pemerintah berusaha mewujudkan pemerataan pendidikan bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah pun giat mendirikan lembaga pendidikan dasar yaitu SD dan SMP sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan program tersebut. Kehidupan sosial, ekonomi masyarakat Kecamatan Kutoarjo yang semakin membaik, jumlah penduduk yang semakin bertambah, serta kesadaran dan minat masyarakat yang semakin tinggi akan pentingnya pendidikan di berbagai jenjang, maka lembaga pendidikan swasta di semua jenjang pendidikan pun bermunculan di Kecamatan Kutoarjo.
41
C. Kondisi Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Kutoarjo Tabel 2. Persebaran Sekolah Menengah Atas se-Kabupaten Purworejo No Kecamatan
Jumlah Jumlah SMA SMA Swasta Negeri 1 Purworejo 3 2 2 Kutoarjo 3 1 3 Pituruh 1 1 4 Loano 1 1 5 Purwodadi 0 2 6 Grabag 0 1 7 Kemiri 0 1 8 Banyuurip 0 1 9 Gebang 1 0 10 Bayan 1 0 11 Kaligesing 1 0 12 Bruno 1 0 13 Bagelen 0 0 14 Ngombol 0 0 15 Butuh 0 0 16 Bener 0 0 Total 13 10 (Sumber : Dinas P dan K Kabupaten Purworejo
Jumlah 5 4 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 22
Perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi penduduk di Kecamatan Kutoarjo membuat kesadaran dan minat masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup melalui pendidikan semakin terasa. Animo masyarakat untuk melanjutkan pendidikan dasar ke jenjang selanjutnya yang lebih tinggi pun semakin besar. Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan semakin diminati oleh masyarakat. Di Kecamatan Kutoarjo terdapat 4 Sekolah Menengah Atas yang terdiri dari 1 Sekolah Menengah Atas Negeri dan 3 Sekolah Menengah Swasta. Sekolah Menengah Atas tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
42
Tabel 3. Daftar Sekolah Menengah Atas se-Kecamatan Kutoarjo No
1.
2.
1 3. 4.
Nama Sekolah
SMA N 2 Purworejo SMA Widya Kutoarjo SMA Darul Hikmah SMA Muh Kutoarjo
Lokasi
Jumlah Siswa TA. 2014/2015
Negeri
Dalam Kota
696
Swasta
Dalam Kota
73
Swasta
Dalam Kota
132
Swasta
Dalam Kota
129
Alamat
Jl.Mayjend S. Parman Kutoarjo Jl. Sawunggalih 70 Kutoarjo Jl. S.Parman Kutoarjo Jl. Mardiusodo 14, Kutoarjo Total
Status
1030
(Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo)
Keempat SMA di Kecamatan Kutoarjo tersebut berlokasi di dalam kota dan berjarak tidak terlalu jauh. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Kota Kutoarjo merupakan salah satu kota utama di Kabupaten Purworejo sehingga memiliki fasilitas publik yang lengkap dan memadai. Sekolah-sekolah tersebut berada di dalam kota sehingga masing-masing sekolah mudah untuk dijangkau sarana transportasi, dekat dengan pertokoan, dan pemukiman warga. D.
Kondisi Sekolah Menengah Atas swasta se-Kecamatan Kutoarjo SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo adalah sebagai berikut. 1.
SMA Widya Kutoarjo SMA Widya didirikan oleh Yayasan Pendidikan Widya pada tanggal 17 Juli 1980 dan mempunyai Nomor Statistik Sekolah 304030609018 dengan NPSN 20306205. Adapun lokasi sekolah di Jalan Sawunggalih 70 Kutoarjo. SMA Widya Kutoarjo memiliki akreditasi A (Amat Baik).
43
2.
SMA Muhammadiyah Kutoarjo SMA Muhammadiyah Kutoarjo didirikan oleh yayasan PDM Majelis Dikdasmen Muhammadiyah pada tanggal 1 Juli 1979 dan mempunyai Nomor Statistik Sekolah 304030609014 dengan NPSN 20306200. Adapun lokasi sekolah di Jalan Mardiusodo 14 Kutoarjo.SMA Muhammadiyah Kutoarjo memiliki akreditasi B (Baik).
3.
SMA Darul Hikmah Kutoarjo SMA Darul Hikmah Kutoarjo didirikan oleh yayasan Pondok Pesantren Darul Hikmah pada tahun 2001 dan mempunyai Nomor Statistik Sekolah 304030609047. Adapun lokasi sekolah di Jalan S. Parman Kutoarjo. SMA Darul Hikmah Kutoarjo belum memiliki akreditasi.
Tabel 4. Data Jumlah Siswa SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo No Nama Sekolah Jumlah Siswa 2012/2013 1. 2. 3.
SMA Widya Kutoarjo 282 SMA Muh Kutoarjo 107 SMA Darul Hikmah Kutoarjo 91 Total 480 (Sumber: Dinas P dan K Kabupaten Purworejo)
2013/2014
2014/2015
196 128 83 407
73 129 132 334
Dari tabel tersebut dapat diketahui kondisi jumlah siswa SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo pada tahun ajaran 2012/2013 sampai tahun ajaran 2014/2015. Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah total siswa SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selalu mengalami penurunan setiap tahun ajaran baru. Jika digambarkan dalam bentuk grafik, maka perkembangan jumlah siswa SMA se-Kecamatan Kutoarjo dapat dilihat sebagai berikut. 44
Gambar 1. Grafik Perkembangan Jumlah Siswa SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Ajaran 2012/2013-2014/2015 Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa ketiga SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo selalu mengalami perubahan jumlah siswa pada setiap tahun ajaran baru. Perubahan tersebut bisa berupa penurunan jumlah siswa seperti yang terjadi di SMA Widya Kutoarjo, dan peningkatan jumlah siswa di SMA Darul Hikmah Kutarjo dan SMA Muhammadiyah Kutoarjo. SMA Widya Kutoarjo mengalami penurunan jumlah siswa yang signifikan pada tahun ajaran 2014/2015 yaitu sebesar 47% dari tahun ajaran sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala TU SMA Widya Kutoarjo, hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pendirian SMK Widya Kutoarjo yang berada satu lokasi dengan SMA Widya Kutoarjo, sehingga masyarakat lebih memilih menyekolahkan putra putri mereka di SMK. SMA Muhammadiyah Kutoarjo mengalami peningkatan jumlah siswa setiap tahun ajaran baru meskipun tidak signifikan, pada tahun ajaran 2014/2015, jumlah
45
siswa bertambah sebanyak 1 siswa dari tahun ajaran sebelumnya. Peningkatan jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 juga terjadi di Darul Hikmah Kutoarjo, sekolah yang berlatar belakang pondok pesantren tersebut justru sedang mengalami perkembangan yang cukup baik dengan meningkatnya jumlah siswa sebesar 23% dari tahun ajaran sebelumnya.
E.
Persebaran Lokasi SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Sekolah Menengah Atas Swasta di Kecamatan Kutoarjo yaitu SMA Widya
Kutoarjo, SMA Muhammadiyah, dan SMA Darul Hikmah Kutoarjo terletak di pusat kota Kutoarjo. Jarak dua sekolah yang terjauh adalah ± 3 km yaitu antara SMA Widya Kutoarjo dan SMA Darul Hikmah Kutoarjo, sedangkan SMA Muhammadiyah Kutoarjo terletak diantara kedua sekolah tersebut dan berjarak ± 1 km dari SMA Darul Hikmah dan ± 1.5 km dari SMA Widya Kutoarjo. Agar lebih jelas, lokasi masing-masing sekolah dapat dirinci sebagai berikut. 1.
SMA Widya Kutoarjo SMA Widya Kutoarjo terletak di Jalan Sawunggalih No 70 Kutoarjo. Selain disebut jalan Sawunggalih, jalan tersebut juga dinamakan Jalan Kembang Setaman dan berada di lingkungan Kelurahan Semawung Daleman. Sekolah ini tidak terletak di tepi jalan utama/ penghubung kota Kutoarjo dan Purworejo, namun SMA Widya Kutoarjo terletak di tepi jalan alternatif Kutoarjo menuju Yogyakarta. Lokasi sekolah ini terletak ± 1 km dari alunalun kota Kutoarjo dan ± 300 m dari stasiun kereta api Kutoarjo, stasiun kereta ini merupakan stasiun paling besar di Kabupaten Purworejo. Dengan 46
adanya stasiun kereta api ini, maka perekonomian di sekitar lokasi tersebut berkembang dengan pesat. Terdapat banyak warung-warung, pertokoan, dan pemukiman di sekitar lokasi sekolah tersebut. Meskipun dekat dengan stasiun dan rel kereta api, sekolah ini tidak terganggu dengan kebisingan dari suara kereta yang melintas. SMA Widya Kutoarjo berdiri pada tahun 1980 dan kini memiliki luas 9.428 m2. SMA Widya Kutoarjo pada tahun ajaran 2014/2015 memiliki jumlah siswa sebanyak 73 siswa. 2.
SMA Muhammadiyah Kutoarjo SMA Muhammadiyah Kutoarjo terletak di Jalan Mardiusodo 14, Kutoarjo. Lokasi sekolah ini berada sekitar 100 meter timur alun-alun kota Kutoarjo yang terletak tepat di tepi jalan utama/ penghubung Kota Kutoarjo dengan Purworejo. Selain itu, SMA Muhammadiyah Kutoarjo bersebelahan dengan komplek sekolah lain, yaitu SMP N 3 Kutoarjo, dan TK Aisyiyah, serta berada di antara pemukiman warga. Dengan adanya alun-alun kota tersebut, maka keadaan di sekitar lokasi sekolah ramai dengan fasilitas perekonomian, seperti pertokoan dan minimarket. Selain itu, fasilitas transportasi pun sangat mudah, sebab SMA Muhammadiyah Kutoarjo terletak di tengah kota yang sering dilalui oleh kendaraan umum. SMA Muhammadiyah Kutoarjo berdiri pada tahun 1979 dan kini memiliki luas 2.489 m2. SMA Muhammadiyah Kutoarjo pada tahun ajaran 2014/2015 memiliki jumlah siswa sebanyak 129 siswa.
47
3.
SMA Darul Hikmah Kutoarjo SMA Darul Hikmah Kutoarjo terletak di jalan S. Parman Kutoarjo. Lokasi sekolah terletak sekitar 100 m dari terminal angkutan Kutoarjo dan pasar Kutoarjo. Sekolah ini merupakan sekolah satu atap dengan SMP Darul Hikmah Kutoarjo. Keduanya merupakan sekolah yang didirikan oleh Yayasan Pondok Pesantren Darul Hikmah Kutoarjo yang asramanya berlokasi ± 200 m dari sekolah. Oleh karena dekat terminal angkutan Kutoarjo, maka fasilitas transportasi menuju sekolah ini sangat mudah, selain dilewati oleh angkutan dalam kota, jalan S. Parman juga merupakan jalur yang dilewati oleh bus ekonomi antarkota menuju Yogyakarta dan Semarang. Selain itu, lokasi sekolah juga dekat dengan pasar Kutoarjo yang menjadikan kawasan tersebut selalu ramai setiap harinya. Meskipun dekat dengan pasar, SMA Darul Hikmah Kutoarjo memiliki lahan hijau yang masih luas sehingga tetap nyaman dan aman untuk kegiatan belajar mengajar. SMA Darul Hikmah Kutoarjo pada tahun ajaran 2014/2015 memiliki jumlah siswa sebanyak 132 siswa. Berdasarkan penggambaran kondisi Sekolah Menengah Atas swasta se-
Kecamatan Kutoarjo tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut ini. 1.
Kutoarjo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Purworejo yang memiliki jumlah SMA Swasta terbanyak setelah Kecamatan Purworejo. Kutoarjo merupakan salah satu kota hirarki I di Kabupaten Purworejo. Hirarki merupakan struktur atau tingkatan pelayanan (dari pelayanan tingkat rendah hingga tingkat tinggi), dinilai berdasarkan ketersediaan jenis dan jumlah pelayanan (Djojodipuro, 1992: 134-136). Hal tersebut menunjukkan 48
bahwa Kutoarjo
merupakan kota yang memiliki kelengkapan pelayanan,
mengalami pertumbuhan perekonomian yang menonjol dibandingkan kota/ kecamatan lain di Kabupaten Purworejo. Kecamatan Kutoarjo memiliki jumlah penduduk terbesar di Kabupaten Purworejo, pelayanan publik yang lengkap, seperti rumah sakit, sekolah, puskesmas, pasar, kantor pemerintah, transportasi yang memadai yaitu adanya terminal dan stasiun. Selain itu, perekonomian juga sangat berkembang ditunjukkan oleh adanya pasar utama yang mampu menyediakan segala kebutuhan masyarakat, pertokoan, perhotelan, dan bank yang beroperasi dengan baik. Lapangan pekerjaan yang beragam di kecamatan tersebut mengakibatkan jumlah penduduk yang besar, penduduk tersebut terbagi menjadi penduduk asli dan penduduk pendatang yang bekerja di kota Kutoarjo. Jumlah penduduk yang padat tersebut merupakan salah satu alasan bagi publik untuk berlomba-lomba mendirikan fasilitas umum seperti pertokoan, perkantoran, bahkan dalam bidang pendidikan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa di Kecamatan Kutoarjo terdapat 113 lembaga pendidikan mulai jenjang pendidikan Anak Usia Dini sampai Pendidikan Tinggi, 59% diantaranya merupakan lembaga pendidikan yang didirikan oleh pihak swasta. Sekolah menengah atas yang ada di Kecamatan Kutoarjo berjumlah 4 sekolah, 75% diantaranya adalah sekolah menengah atas swasta. Kecamatan Kutoarjo merupakan kecamatan yang memiliki jumlah sekolah menengah atas terbanyak kedua setelah kecamatan Purworejo yang merupakan ibukota Kabupaten Purworejo. Jumlah SMA Swasta yang dimiliki kecamatan Kutoarjo sebanyak 3 sekolah juga 49
merupakan jumlah terbanyak di Kabupaten Purworejo setelah Kecamatan Purworejo. Adanya sekolah swasta tersebut bertujuan untuk mengakomodir calon siswa SMA yang tidak dapat masuk ke SMA Negeri, maupun calon siswa yang berasal dari kecamatan lain yang tidak memiliki Sekolah Menengah Atas. 2.
Seluruh SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo terletak di pusat kota Kutoarjo. Kecamatan Kutoarjo merupakan kecamatan yang terletak di tengah Kabupaten Purworejo dan memiliki luas sebesar 37,59 km2. Kecamatan tersebut juga merupakan dataran rendah dan dilalui jalur utama antarkota yang menghubungkan kota Kebumen dengan Purworejo. Selain jalur utama tersebut, Kutoarjo juga memiliki jalur alternatif yang menghubungkan kota tersebut dengan kota Yogyakarta dan kota Wonosobo. Kemudahan akses transportasi dan jalan yang ada membuat masyarakat Kutoarjo lebih mudah dalam menjangkau pusat kota, sehingga fasilitas publik yang ada juga lebih mudah untuk dimanfaatkan. SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo yaitu SMA Widya Kutoarjo, SMA Muhammadiyah Kutoarjo, dan SMA Darul Hikmah Kutoarjo terletak di pusat kota yang mudah dijangkau oleh masyarakat baik dari akses jalan maupun transportasi. Lokasi masing-masing Sekolah Menengah Atas swasta di dalam kota Kutoarjo dapat dirinci sebagai berikut. a.
SMA Widya Kutoarjo Terletak ± 300 m dari stasiun kota Kutoarjo, ± 1 km dari alun-alun kota Kutoarjo, berada di sekitar perumahan penduduk, terletak di tepi jalan
50
alternatif menuju Yogyakarta, dan terletak di tepi jalan yang dilewati oleh angkutan umum. b.
SMA Muhammadiyah Kutoarjo Berada tepat di sebelah timur alun-alun kota Kutoarjo, bersebelahan dengan SMP N 3 Purworejo, terletak ± 50 m dari jalan raya yang dilalui angkutan umum, dan lokasi sekolah dekat dengan pertokoan, pemukiman warga, dan kantor-kantor pemerintahan.
c.
SMA Darul Hikmah Kutoarjo Terletak dalam satu kompleks dengan SMP Darul Hikmah Kutoarjo, dan berjarak ± 200 m dari asrama Pondok Pesantren Darul Hikmah Kutoarjo, berada di tepi jalan yang dilalui bus antarkota dan angkutan kota Kutoarjo, terletak ± 30 m dari terminal angkutan Kutoarjo dan pasar Kutoarjo.
3.
Jumlah siswa SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo mengalami perubahan pada setiap tahun ajaran baru. Meskipun lokasi SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo berada di pusat kota dan mudah diakses oleh masyarakat, namun, jumlah siswa yang dimiliki oleh masing-masing sekolah tersebut masih lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah siswa SMA Negeri yang ada di Kecamatan Kutoarjo. Dari ketiga SMA Swasta yang ada di Kecamatan Kutoarjo, terdapat sekolah yang mengalami peningkatan dan penurunan jumlah siswa. Sekolah yang mengalami peningkatan adalah SMA Darul Hikmah Kutoarjo dan SMA Muhammadiyah Kutoarjo. Peningkatan jumlah siswa ini terjadi pada tahun ajaran 2014/2015. SMA Darul Hikmah mengalami kenaikan sebesar 23% dari 51
tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan wawancara dengan pengurus (sumber belajar) sekolah, SMA Darul Hikmah merupakan sekolah berbasis pondok pesantren yang sedang berkembang. Peningkatan jumlah santri di Pondok Pesantren akan berdampak pada peningkatan jumlah siswa sekolah Darul Hikmah, baik itu SMP maupun SMA Darul Hikmah. Hal ini karena setiap santri Pondok Pesantren Darul Hikmah harus bersekolah di sekolah milik yayasan tersebut. Selain SMA Darul Hikmah, SMA Muhammadiyah Kutoarjo juga mengalami peningkatan jumlah siswa sebesar 0,38% pada tahun ajaran 2014/2015. Berdasarkan wawancara dengan Bendahara sekolah, diketahui bahwa pihak SMA Muhammadiyah tidak mematok biaya pendidikan yang tinggi bagi peserta didiknya karena sebagian besar siswa yang diterima berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah. Sebagian siswa juga mendapat bantuan dari dana yang dikumpulkan oleh sekolah dari para guru dan karyawan. Selain kedua sekolah tersebut, terdapat SMA Swasta yang mengalami penurunan jumlah siswa
yaitu SMA Widya Kutoarjo. Sekolah tersebut
mengalami penurunan jumlah siswa sebesar 49% pada tahun ajaran 2014/2015. SMA Widya Kutoarjo terletak satu lokasi dengan SMK Widya Kutoarjo. Menurut Bapak T selaku Kepala Tata Usaha SMA Widya Kutoarjo, berdirinya SMK Widya Kutoarjo merupakan salah satu langkah yayasan Widya Kutoarjo untuk mengikuti tren masyarakat saat ini yang lebih memilih untuk menyekolahkan putra-putrinya di sekolah kejuruan agar memperoleh keterampilan yang berguna dalam bekerja setelah lulus sekolah. Hal tersebut berdampak pada turunnya jumlah siswa sekolah menengah atas, termasuk 52
pada SMA Widya Kutoarjo. Sebagian besar masyarakat menyekolahkan putrinya di Sekolah Menengah Kejuruan daripada Sekolah Menengah Atas, sehingga SMK Widya Kutoarjo lebih diminati dan memiliki jumlah siswa yang lebih banyak daripada SMA Widya Kutoarjo.
F.
Kondisi Ruangan akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo
1.
Ruang Teori/Kelas
Tabel 5. Jumlah dan Kondisi Ruang Teori/Kelas SMA Swasta Se-Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014
No
1. 2. 3.
Kondisi R.Teori
Nama Sekolah
2011/2012
2012/2013
2013/2014
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
4
0
0
0
4
6
0
0
0
6
5
0
0
0
5
5
0
0
0
5
3
3
0
0
6
4
0
2
1
7
11
1
0
2
14
6
4
0
3
13
9
0
0
0
9
Total
20
1
0
2
23
15
7
0
3
18
0
2
1
21
Persentase
87
4
0
9
100
60
28
0
12
86
0
9
SMA Darul Hikmah Kutoarjo SMA Muh Kutoarjo SMA Widya Kutoarjo
25 100
Keterangan tabel B : Baik RR : Rusak Ringan RS : Rusak Sedang RB : Rusak Berat (Sumber data: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo) Tabel di atas merupakan gambaran prasarana pendidikan berupa ruang teori/kelas pada masing-masing SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo. Dari tabel di atas diketahui perubahan jumlah dan kondisi ruang teori/kelas selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 dan dapat dijelaskan sebagai berikut.
53
5
100
a.
SMA Widya Kutoarjo Sekolah ini mengalami penurunan jumlah ruang teori/kelas selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Ruang teori/kelas terlihat berkurang pada setiap tahun ajaran. Berdasarkan penuturan dari Kepala Tata Usaha sekolah, ruangan tersebut tidak berkurang, tetapi di alihfungsikan menjadi ruangan lain yang lebih diperlukan dan digunakan oleh SMK Widya Kutoarjo yang berada satu lokasi dengan SMA Widya Kutoarjo. Meskipun ruang teori/kelas mengalami penurunan, namun
diimbangi dengan perbaikan kondisi fisik
ruang tersebut. Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa pada tahun ajaran 2011/2012, jumlah ruang teori sebanyak 14 unit, dengan kondisi baik sebanyak 11 unit, kondisi rusak ringan sebanyak 1 unit, dan kondisi rusak berat sebanyak 2 unit. Pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah ruang teori sebanyak 13 unit, dengan kondisi baik sebanyak 6 unit, kondisi rusak ringan sebanyak 4 unit, dan kondisi rusak berat sebanyak 3 unit. Pada tahun ajaran 2013/2014 jumlah ruang teori sebanyak 9 unit dalam kondisi yang baik.
b.
SMA Darul Hikmah Kutoarjo SMA Darul Hikmah mengalami perubahan jumlah ruang teori/kelas selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Pada tahun ajaran 2011/2012 jumlah ruang teori sebanyak 4 unit dengan kondisi baik. Pada tahun ajaran 2012/2013 jumlah ruang teori sebanyak 6 unit dengan kondisi baik. Pada tahun ajaran 2013/2014 jumlah ruang teori sebanyak 5 unit dengan kondisi yang baik. 54
Perubahan jumlah ruangan tersebut disesuaikan dengan perubahan jumlah rombongan belajar. Meskipun jumlah ruang kelas berubah, akan tetapi ruangan tersebut selalu dalam kondisi yang baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus sekaligus sumber belajar sekolah, diketahui bahwa SMA Darul Hikmah merupakan sekolah satu atap dengan SMP Darul Hikmah Kutoarjo sehingga perubahan fungsi ruangan disesuaikan dengan kebutuhan sekolah tersebut. Ketentuan-ketentuan tersebut diatur secara langsung oleh yayasan Darul Hikmah, sehingga perubahan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan kedua jenjang sekolah tersebut.
c.
SMA Muhammadiyah Kutoarjo Selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014, sekolah ini menambah jumlah ruang teori/kelas. Penambahan ruang tersebut tidak diimbangi dengan kondisi fisik ruang yang stabil atau membaik, tetapi justru mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun ajaran 2011/2012 jumlah ruang teori sebanyak 5 unit dengan kondisi baik. Pada tahun ajaran 2012/2013 jumlah ruang teori sebanyak 6 unit, dengan kondisi baik sejumlah 3 unit, dan rusak ringan sebanyak 3 unit. Pada tahun ajaran 2013/2014 jumlah ruang teori sebanyak 7 unit, dengan kondisi baik sebanyak 4 unit, dengan kondisi rusak sedang sebanyak 2 unit, dan rusak berat sebanyak 1 unit.
55
Gambar 2. Grafik Perubahan jumlah dan kondisi Ruang Teori SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014
Grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan perubahan jumlah dan kondisi ruang teori SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo secara keseluruhan selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun ajaran 2011/2012, jumlah ruang teori sebanyak 23 unit, dengan kondisi baik sebanyak 20 unit (87%), kondisi rusak ringan sebanyak 1 unit (4%), dan dalam kondisi rusak berat sebanyak 2 unit (9%). Pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah ruang teori sebanyak 25 unit, dengan kondisi baik sebanyak 15 unit (60%), kondisi rusak ringan sebanyak 7 unit (28%), dan kondisi rusak berat sebanyak 3 unit (12%). Sedangkan pada tahun ajaran 2013/2014, jumlah ruang teori sebanyak 21 unit, dengan kondisi baik sebanyak 18 unit (86%), kondisi rusak sedang sebanyak 2 unit (9%), dan kondisi rusak berat sebanyak 1 unit (5%).
56
Tabel 6. Jumlah Rombongan Belajar SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2013/2014 No Nama Sekolah
Rombel
1. SMA Darul Hikmah Kutoarjo 5 2. SMA Muh Kutoarjo 6 3. SMA Widya Kutoarjo 9 (Sumber: Dinas P dan K Kabupaten Purworejo) Ruang teori/ kelas merupakan ruang utama yang digunakan oleh siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagian besar waktu yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah di dalam kelas, oleh karena itu keamanan dan kenyamanan ruang teori/kelas menjadi hal yang harus sangat diperhatikan. Oleh karena itu pemeliharaan terhadap ruang teori/kelas sangat penting untuk dilakukan agar kondisi fisik ruang tersebut tetap terjaga dengan baik sehingga aman dan nyaman. Dalam peraturan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) dan Panduan Teknis Akreditasi Sekolah Menengah Atas disebutkan bahwa SMA/MA harus memiliki jumlah ruang teori/kelas sesuai dengan jumlah rombongan belajar, maka pada tahun ajaran 2013/2014, SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo sudah memenuhi ketentuan tersebut.
57
2.
Ruang Laboratorium Biologi
Tabel 7. Jumlah Ruang Laboratorium Biologi SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014 Kondisi R. Laboratorium Biologi No
Nama Sekolah
2011/2012
2012/2013
2013/2014
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
1.
SMA Darul Hikmah Kutoarjo
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
2.
SMA Muh Kutoarjo
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
3.
SMA Widya Kutoarjo
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
Total
1
0
0
0
1
1
0
1
1
3
0
0
0
2
2
Persentase
100
0
0
0
100
34
0
33
33
100
0
0
0
100
100
Keterangan tabel B : Baik RR : Rusak Ringan RS : Rusak Sedang RB : Rusak Berat (Sumber data: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo) Tabel di atas merupakan gambaran prasarana pendidikan berupa ruang laboratorium biologi pada masing-masing SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo. Dari tabel di atas diketahui perubahan jumlah dan kondisi ruang laboratorium biologi
selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 dapat dijelaskan sebagai
berikut. a.
SMA Darul Hikmah Kutoarjo Selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014,
sekolah ini
mengalami
pengadaan dan peniadaan ruang laboratorium biologi. Pada tahun ajaran 2012/2013, terdapat 1 ruang laboratorium biologi dalam kondisi baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak S selaku pengurus sarana dan prasarana SMP/SMA Darul Hikmah Kutoarjo, peniadaan ruang laboratorium tersebut berhubungan dengan pengalihfungsian ruangan. Ruangan yang tadinya digunakan sebagai ruang laboratorium biologi dialihfungsikan
58
menjadi ruang lain, misalnya ruang kelas/teori. SMA Darul Hikmah menggunakan sistem kelas mata pelajaran, sehingga kegiatan praktikum dapat dilaksanakan di kelas masing-masing. b.
SMA Widya Kutoarjo Kondisi ruang laboratorium biologi milik SMA Widya Kutoarjo mengalami penurunan selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Pada tahun ajaran 2011/2012 terdapat 1 unit ruang laboratorium biologi dengan kondisi baik . Pada tahun ajaran 2012/2013 terdapat 1 unit ruang laboratorium biologi dalam kondisi rusak sedang. Pada tahun ajaran 2013/2014 terdapat 1 unit ruang biologi dalam kondisi rusak berat.
c.
SMA Muhammadiyah Kutoarjo SMA Muhammadiyah Kutoarjo memiliki 1 unit ruang laboratorium biologi dengan kondisi rusak berat pada tahun ajaran 2012/2013-2013/2014.
Gambar 3. Grafik Perubahan jumlah dan kondisi Ruang Laboratorium Biologi SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014
59
Grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan perubahan jumlah dan kondisi ruang laboratorium biologi SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo secara keseluruhan selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun ajaran 2011/2012, terdapat 1 unit ruang laboratorium biologi dengan kondisi baik. Pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah laboratorium sebanyak 3 unit, dengan kondisi baik sebanyak 1 unit (34%), kondisi rusak sedang sebanyak 1 unit (33%), dan kondisi rusak berat sebanyak 1 unit (33%). Sedangkan pada tahun ajaran 2013/2014, hanya terdapat 2 unit ruang laboratorium dengan kondisi rusak berat. Dari data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi ruang laboratorium biologi SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo dengan kondisi yang berubah setiap tahun ajaran baru. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) dan Panduan Teknis Akreditasi Sekolah, disebutkan bahwa SMA/MA harus memiliki laboratorium biologi, maka SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo belum memenuhi ketentuan tersebut sebab masih ada beberapa sekolah yang tidak memiliki ruang laboratorium biologi. Ruang laboratorium biologi digunakan untuk menunjang berlangsungnya pelajaran Biologi di sekolah. Sebagian besar materi dalam pelajaran biologi merupakan teori-teori yang perlu diuji secara konkret melalui praktikum. Untuk menjaga kenyamanan, keamanan, kebersihan, dan kesterilan alat, bahan, maupun hasil praktikum yang dilakukan maka diperlukan sebuah ruangan khusus untuk menyimpannya yaitu ruang laboratorium biologi. Selain itu, dengan adanya 60
laboratorium biologi tersebut, praktikum akan lebih mudah dilaksanakan, karena terdapat alat-alat yang hanya terdapat di laboratorium dan sulit dipindahkan karena riskan rusak.
3.
Ruang Laboratorium Kimia
Tabel 8. Jumlah Ruang Laboratorium Kimia SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014 No
1. 2. 3.
Nama Sekolah
Kondisi R. Laboratorium Kimia 2012/2013
2011/2012
2013/2014
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
Total
1
0
0
0
1
2
0
1
0
3
1
0
0
1
2
Persentase
100
0
0
0
100
67
0
33
0
100
50
0
0
50
100
SMA Darul Hikmah Kutoarjo SMA Muh Kutoarjo SMA Widya Kutoarjo
Keterangan tabel B : Baik RR : Rusak Ringan RS : Rusak Sedang RB : Rusak Berat (Sumber data: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo) Tabel di atas merupakan gambaran prasarana pendidikan berupa ruang laboratorium kimia pada masing-masing SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo. Dari tabel di atas diketahui perubahan jumlah dan kondisi ruang laboratorium kimia selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 dan dapat dijelaskan sebagai berikut. a.
SMA Darul Hikmah Kutoarjo SMA Darul Hikmah memiliki 1 unit ruang laboratorium kimia pada tahun ajaran 2012/2013 dengan kondisi yang baik. Pada tahun ajaran sebelum dan sesudahnya, sekolah ini justru tidak memiliki ruang laboratorium kimia. Hal
61
ini disebabkan oleh pengalihfungsian ruang yang dimiliki oleh sekolah tersebut menjadi ruang teori/kelas bagi SMP Darul Hikmah. b.
SMA Muhammadiyah Kutoarjo SMA Muhammadiyah Kutoarjo baru memiliki 1 unit ruang laboratorium kimia pada tahun ajaran 2012/2013 – 2013/2014 dengan kondisi yang baik. Berdasarkan pernyataan dari Bendahara SMA Muhammadiyah Kutoarjo, ruang tersebut merupakan salah satu ruangan yang dimiliki oleh salah satu donatur dan dihibahkan kepada SMA Muhammadiyah untuk dipakai selama SMA tersebut berdiri.
c.
SMA Widya Kutoarjo Kondisi ruang laboratorium kimia yang semakin menurun selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 terjadi pada SMA Widya Kutoarjo. Pada tahun ajaran 2011/2012 kondisi 1 unit ruang laboratorium kimia dalam kondisi baik, kemudian menjadi rusak sedang pada tahun ajaran 2012/2013, dan menjadi rusak berat pada tahun ajaran 2013/2014.
62
Gambar 4. Grafik Perubahan jumlah dan kondisi Ruang Laboratorium Kimia SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014 Grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan perubahan jumlah dan kondisi ruang laboratorium kimia SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo secara keseluruhan selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun ajaran 2011/2012, terdapat 1 unit ruang laboratorium kimia dengan kondisi yang baik. Pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah ruang laboratorium kimia sebanyak 3 unit, dengan kondisi baik sebanyak 2 unit (67%), dan kondisi rusak sedang sebanyak 1 unit (33%). Sedangkan pada tahun ajaran 2013/2014, jumlah ruang laboratorium kimia sebanyak 2 unit, dengan kondisi baik sebanyak 1 unit (50%), dan dengan kondisi rusak berat sebanyak 1 unit (50%). Dari data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014, ruang laboratorium kimia SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo cenderung dalam jumlah dan kondisi yang berubah-ubah, ketiga sekolah mengalami perubahan kondisi yang berbeda. Ada yang meningkat, menurun,
63
bahkan meniadakan ruang laboratorium kimia. Jika dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah
Dasar/
Madrasah
Ibtidaiyah
(SD/MI),
Sekolah
Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) dan Panduan Teknis Akreditasi Sekolah disebutkan bahwa SMA/MA harus memiliki laboratoium kimia, maka SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo belum memenuhi ketentuan tersebut sebab masih terdapat sekolah yang tidak memiliki laboratorium kimia. Keberadaan ruang laboratorium kimia penting bagi suatu sekolah karena sebagian besar pelajaran kimia diajarkan melalui praktikum-praktikum yang memerlukan alat dan bahan khusus yang tidak boleh disimpan di sembarang tempat. Alat dan bahan kimia tersebut sangat riskan dan bisa berbahaya bagi kesehatan manusia apabila tidak di kelola sesuai dengan aturannya. Oleh karena itu, penting bagi suatu sekolah memiliki laboratorium kimia untuk menyimpan alat dan bahan serta sebagai tempat untuk melakukan praktikumpraktikum kimia.
4. Ruang Laboratorium Fisika Tabel 9. Jumlah Ruang Laboratorium Fisika SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014 No
1. 2. 3
Nama Sekolah
Kondisi R. Laboratorium Fisika 2012/2013
2011/2012
2013/2014
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
Total
1
0
0
0
1
2
0
1
0
3
1
0
0
1
2
Persentase
100
0
0
0
100
67
0
33
0
100
50
0
0
50
100
SMA Darul Hikmah Kutoarjo SMA Muh Kutoarjo SMA Widya Kutoarjo
64
Keterangan tabel B : Baik RR : Rusak Ringan RS : Rusak Sedang RB : Rusak Berat (Sumber data: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo)
Tabel di atas merupakan gambaran prasarana pendidikan berupa ruang laboratorium fisika pada masing-masing SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo. Dari tabel di atas diketahui perubahan jumlah dan kondisi ruang laboratorium fisika selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 dan dapat dijelaskan sebagai berikut. a.
SMA Widya Kutoarjo Kondisi ruang laboratorium fisika yang semakin menurun selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 terjadi pada SMA Widya Kutoarjo. Pada tahun ajaran 2011/2012 kondisi 1 unit ruang laboratorium fisika dengan kondisi baik, kemudian menjadi rusak sedang pada tahun ajaran 2012/2013, dan menjadi rusak berat pada tahun ajaran 2013/2014.
b.
SMA Darul Hikmah Kutoarjo SMA Darul Hikmah Kutoarjo hanya memiliki 1 unit ruang laboratorium fisika pada tahun ajaran 2012/2013 dengan kondisi baik. Pada tahun ajaran sebelum dan sesudahnya, sekolah ini justru tidak memiliki ruang laboratorium fisika.
c.
SMA Muhammadiyah Kutoarjo SMA Muhammadiyah Kutoarjo memiliki 1 unit ruang laboratorium fisika pada tahun ajaran 2012/2013-2013/2014 dengan kondisi baik.
65
Gambar 5. Grafik Perubahan jumlah dan kondisi Ruang Laboratorium Fisika Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014 Grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan perubahan jumlah dan kondisi ruang laboratorium fisika SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo secara keseluruhan selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun ajaran 2011/2012, terdapat 1 unit ruang laboratorium fisika dengan kondisi baik. Pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah laboratorium sebanyak 3 unit, dengan kondisi baik sebanyak 2 unit (67%), dan dengan kondisi rusak sedang sebanyak 1 unit (33%). Sedangkan pada tahun ajaran 2013/2014, terdapat 1 unit ruang laboratorium dengan kondisi baik (50%) dan 1 unit dengan kondisi rusak berat (50%). Dari data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014, ruang laboratorium fisika SMA Swasta se-Kecamatan Kutarjo cenderung dalam kondisi yang berubah- ubah baik dari segi jumlah maupun kondisinya. Perubahan tersebut disebabkan oleh kerusakan, perbaikan,
66
maupun pengalihfungsian ruangan. Jika dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) dan Panduan Teknis Akreditasi Sekolah, disebutkan bahwa SMA/MA harus memiliki laboratorium fisika, maka SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo belum memenuhi
ketentuan tersebut sebab masih ada sekolah yang tidak memiliki
laboratorium fisika, bahkan sekolah yang memiliki laboratorium fisika lebih sedikit dari sekolah yang tidak memilikinya. Keberadaan ruang laboratorium fisika juga penting bagi suatu sekolah karena dalam pelajaran fisika terdapat bahasan-bahasan yang mengharuskan siswa untuk melakukan praktikum. Dalam pelajaran fisika juga terdapat alat-alat praktikum yangharus disimpan di tempat yang baik dan sesuai aturan. Selain itu, jika suatu sekolah tidak memiliki ruang laboratorium fisika, maka siswa/guru akan kesulitan jika harus membawa alat-alat praktikum fisika yang biasanya terbuat dari bahanbahan logam yang berat.
67
5. Ruang Laboratorium Bahasa Tabel 10. Jumlah Ruang Laboratorium Bahasa SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 No 1. 2. 3.
Nama Sekolah
Kondisi R. Laboratorium Bahasa 2011/2012
2012/2013
2013/2014
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
Total
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
Persentase
100
0
0
0
100
100
0
0
0
100
100
0
0
0
100
SMA Muh Kutoarjo SMA Widya Kutoarjo SMA Darul Hikmah Kutoarjo
Keterangan tabel B : Baik RR : Rusak Ringan RS : Rusak Sedang RB : Rusak Berat (Sumber data: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo) Tabel di atas merupakan gambaran prasarana pendidikan berupa ruang laboratorium bahasa pada masing-masing SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 terdapat 2 sekolah yang tidak memiliki ruang laboratorium bahasa. Sekolah tersebut adalah SMA Muhammadiyah Kutoarjo dan SMA Widya Kutoarjo. Terdapat 1 SMA Swasta yang memiliki jumlah maupun kondisi ruang laboratorium bahasa yang tetap. Sekolah tersebut adalah SMA Darul Hikmah Kutoarjo yang memiliki 1 unit ruang laboratorium bahasa dengan kondisi yang baik. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa selama tahun ajaran 2011/2012013/2014, hanya terdapat 1 sekolah yang memiliki ruang laboratorium bahasa dalam kondisi yang baik, yaitu SMA Darul Hikmah Kutoarjo.Akan tetapi, dua SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo justru tidak memiliki ruang laboratorium 68
bahasa. Ruang laboratorium bahasa merupakan ruang untuk mempraktikan bahasan dalam pelajaran bahasa, terutama bahasa asing seperti bahasa inggris.
Ruang
laboratorium bahasa biasanya dilengkapi dengan headset, meja khusus yang memiliki sekat-sekat, serta kedap suara sehingga siswa dan guru
mendapat
ketenangan dalam berkonsentrasi ketika melaksanakan praktik bahasa sehingga dapat mengucapkan dan mendengar percakapan dengan lebih jelas. Rangkaian peralatan yang digunakan dalam kegiatan praktik bahasa sulit untuk dipindahkan atau dibawa ke dalam ruangan kelas sehingga keberadaan laboratorium bahasa diperlukan sebagai tempat penyimpanan dan penggunaan alat tersebut. Selain itu, jika praktik bahasa dilakukan di dalam ruang kelas, maka siswa dan guru akan terganggu dengan kebisingan dari sekitar, misalnya ruang kelas sekitarnya.Namun, untuk pelajaran bahasa (baik itu bahasa Indonesia, lokal, maupun bahasa asing) tidak sering melaksanakan kegiatan praktik dan masih dapat dilakukan di dalam kelas sehingga sekolah keberadaan ruang laboratorium bahasa dianggap tidak menjadi persoalan besar bagi sekolah. Jika dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) dan Pandan Teknis Akreditasi Sekolah, disebutkan bahwa SMA/MA harus memiliki laboratorium bahasa, maka SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo belum memenuhi ketentuan tersebut sebab masih ada sekolah yang tidak memiliki laboratorium bahasa, bahkan sekolah yang memilikinya lebih sedikit dari sekolah yang tidak memilikinya.
69
6.
Ruang Laboratorium Komputer
Tabel 11. Jumlah Ruang Laboratorium Komputer SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 No
Kondisi R. Laboratorium Komputer 2011/2012
2012/2013
2013/2014
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
2
0
0
0
2
1
0
0
0
1
2
0
0
0
2
Total
4
0
0
0
4
3
0
0
0
3
4
0
0
0
4
Persentase
100
0
0
0
100
100
0
0
0
100
100
0
0
0
100
1.
2.
3
Nama Sekolah SMA Darul Hikmah Kutoarjo SMA Muh Kutoarjo SMA Widya Kutoarjo
Keterangan tabel B : Baik RR : Rusak Ringan RS : Rusak Sedang RB : Rusak Berat (Sumber data: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo) Dari tabel di atas diketahui perubahan jumlah dan kondisi ruang laboratorium komputer SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/20122013/2014 yaitu terdapat 2 SMA Swasta yang memiliki jumlah maupun kondisi ruang laboratorium komputer yang baik. Sekolah tersebut adalah SMA Darul Hikmah Kutoarjo dan SMA Muhammadiyah Kutoarjo, sedangkan pada SMA Widya Kutoarjo, terlihat adanya penurunan jumlah laboratorium komputer. Pada tahun ajaran 2011/2012, jumlah ruang laboratorium komputer milik SMA Widya Kutoarjo sebanyak 2 unit. Pada tahun ajaran 2012/2013, ruang komputer menjadi sebanyak 1 unit dengan kondisi baik. Akan tetapi, pada tahun ajaran 2013/2014, ruang laboratorium komputer kembali menjadi 2 unit dalam kondisi baik. Perubahan ini disesuaikan dengan kebutuhan ruangan sekolah yang berbeda setiap
70
tahunnya, terutama berkaitan dengan jumlah siswa, ruang kelas dan kerjasama dengan SMK Widya Kutoarjo.
Gambar 6. Grafik Perubahan jumlah dan kondisi Ruang Laboratorium Komputer SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014 Grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan perubahan jumlah dan kondisi ruang laboratorium komputer SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo secara keseluruhan selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun ajaran 2011/2012, jumlah ruang laboratorium komputer sebanyak 4 unit dalam kondisi baik. Pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah ruang laboratorium komputer sebanyak 3 unit dalam kondisi baik, dan pada tahun ajaran 2013/2013, jumlah ruang laboratorium komputer sebanyak 4 unit dalam kondisi baik. Dari data-data di atas dapat disimpulkan bahwa ruang laboratorium komputer SMA Swasta
se-Kecamatan Kutoarjo cenderung tetap dalam kondisi baik.
71
Meskipun masih ada SMA Swasta yang memiliki jumlah ruang laboratorium komputer yang berubah-ubah, namun semua SMA Swasta telah memiliki ruang tersebut dalam kondisi yang baik. Pada era informasi dan teknologi seperti saat ini, mampu mengoperasikan komputer sangat penting dan dianggap sebagai keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap orang, terutama generasi muda. Hal itulah yang menyebabkan setiap sekolah seharusnya menyediakan fasilitas yang memadai dalam bidang informasi dan teknologi bagi siswanya, salah satunya keterampilan dalam mengoperasikan komputer. Meskipun pada saat ini sebagian besar masyarakat telah mampu belajar teknologi secara otodidak, namun, masih ada masyarakat yang tidak mampu untuk memiliki alat-alat teknologi tersebut sendiri. Oleh karena itulah, sekolah perlu untuk menyediakan alat-alat teknologi tersebut untuk membantu siswa yang tidak mampu, salah satunya adalah komputer. Agar penggunaan dan pemeliharaan komputer-komputer yang dimiliki oleh sekolah dapat maksimal, maka diperlukan ruangan khusus untuk menyimpan dan menggunakan komputer tersebut, selain itu, keberadaan ruang laboratorium komputer juga penting untuk menghindari kerepotan maupun kerusakan yang bisa terjadi jika harus memindah-mindahkan komputer. Jika dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) dan Panduan Teknis Akreditasi Sekolah, disebutkan bahwa SMA/MA harus memiliki laboratorium komputer, maka SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo telah memenuhi ketentuan tersebut. Akan
72
tetapi, dengan adanya kurikulum 2013 yang meniadakan pelajaran TIK, maka laboratorium komputer tidak begitu sering dipakai, seperti di SMA Muhammadiyah Kutoarjo yang bekerjasama dengan Balai Pelatihan Muhammadiyah, laboratorium tersebut dipinjamkan untuk digunakan secara bersama-sama. Di SMA Darul Hikmah, laboratorium digunakan secara bersama-sama dengan SMP Darul Hikmah Kutoarjo, dan di SMA Widya Kutoarjo, laboratorium komputer digunakan secara bersama-sama dengan SMK Widya Kutoarjo agar penggunaan dan perawatan menjadi efektif dan efisien.
7. Ruang Perpustakaan Tabel 12. Jumlah Ruang Perpustakaan SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 No
1.
2.
3.
Nama Sekolah SMA Darul Hikmah Kutoarjo SMA Muh Kutoarjo SMA Widya Kutoarjo Total
Persentase
Kondisi R. Perpustakaan 2011/2012
2012/2013
2013/2014
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
3
0
0
0
3
3
0
0
0
3
3
0
0
0
3
100
10 0
0
0
0
100
100
0
0
0
100
100
0
0
0
Keterangan tabel B : Baik RR : Rusak Ringan RS : Rusak Sedang RB : Rusak Berat (Sumber data: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo) Tabel di atas merupakan gambaran prasarana pendidikan berupa ruang perpustakaan pada masing-masing SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo. Dari tabel
73
di atas dapat diketahui bahwa selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 semua SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo memiliki 1 unit ruang perpustakaan. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa ketiga SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo memiliki kondisi ruang perpustakaan yang tetap baik selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014.
Gambar 7. Grafik Perubahan jumlah dan kondisi Ruang Perpustakaan SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014 Grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan perubahan jumlah dan kondisi ruang perpustakaan SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo secara keseluruhan selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun ajaran 2011/2012-2013/2014, jumlah ruang perpustakaan tetap sama jumlah maupun kondisinya yaitu sebanyak 3 unit dalam kondisi baik.
74
Dari data-data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah dan kondisi ruang Perpustakaan SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo cenderung tetap dan baik, tidak ada penambahan maupun pengurangan ruang perpustakaan selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014, kondisi ruang perpustakaan selalu baik. Perpustakaan merupakan fasilitas yang penting bagi suatu sekolah sebagai tempat untuk menumbuhkan dan memupuk cara belajar siswa aktif, serta membantu keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sebab perpustakaan merupakan sarana yang tepat untuk menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Setiap sekolah seharusnya menyediakan perpustakaan sebagai salah satu fasilitas pendidikan di lembaga tersebut demi kelancaran kegiatan belajar mengajar, maupun untuk mendukung
siswanya
dalam
meningkatkan
kemampuan
intelektualnya.
Perpustakaan juga sering disebut sebagai gudang ilmu karena di dalamnya mencakup berbagai macam buku dan informasi yang berguna bagi pemakainya, buku-buku tersebut tentu saja harus disimpan dan dikelola dengan baik sehingga mudah dicari atau digunakan kembali. Oleh karena itu ruang perpustakaan juga seharusnya diatur dan dikelola dengan baik mengingat pentingnya fungsi perpustakaan yang telah disebutkan.Pengelolaan dan perawatan ruang perpustakaan yang baik dapat meningkatkan minat siswa untuk menambah ilmu, memberikan kenyamanan, dan keamanan dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Jika dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) dan Panduan Teknis Akreditasi
75
Sekolah, disebutkan bahwa SMA/MA harus memiliki ruang perpustakaan,maka selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo sudah memenuhi
ketentuan tersebut sebab semua SMA Swasta se-Kecamatan
Kutoarjo telah memiliki ruang perpustakaan dalam kondisi yang baik.
8.
Ruang Pimpinan
Tabel 13. Jumlah Ruang Pimpinan SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 No
1. 2. 3.
Nama Sekolah SMA Darul Hikmah Kutoarjo SMA Muh Kutoarjo SMA Widya Kutoarjo Total Persentase
Kondisi R. Pimpinan 2011/2012
2012/2013
2013/2014
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
3
0
0
0
3
3
0
0
0
3
2
0
1
0
3
100
0
0
0
100
100
0
0
0
100
67
0
33
0
100
Keterangan Tabel B : Baik RR : Rusak Ringan RS : Rusak Sedang RB : Rusak Berat (Sumber data: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo)
Tabel di atas merupakan gambaran prasarana pendidikan berupa ruang pimpinan pada masing-masing SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa selama tahun ajaran 2011/2012-2012/2013, semua SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo memiliki ruang pimpinan. Selama tahun ajaran 2011/2012- 2013/2014, SMA Darul Hikmah Kutoarjo dan SMA Muhammadiyah Kutoarjo memiliki 1 unit ruang pimpinan dengan kondisi yang tetap baik. Pada tahun ajaran 2011/2012-2013/2014, SMA Widya Kutoarjo memiliki 1 unit ruang 76
pimpinan dengan kondisi baik. Sedangkan pada tahun ajaran 2013/2014, ruang pimpinan tersebut dalam kondisi rusak sedang.
Gambar 8. Grafik Perubahan jumlah dan kondisi Ruang Pimpinan SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014 Grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan perubahan jumlah dan kondisi ruang pimpinan SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo secara keseluruhan selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014.
Dari grafik tersebut dapat dilihat
bahwa pada tahun ajaran 2011/2012-2012/2013, terdapat 3 ruang pimpinan dengan kondisi baik. Sedangkan pada tahun ajaran 2013/2014, jumlah ruang pimpinan sebanyak 3 unit, dengan kondisi baik sebanyak 2 unit (67%), dan kondisi rusak sedang sebanyak 1 unit (33%). Dari data-data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah ruang Pimpinan SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo cenderung tetap, tidak ada penambahan maupun pengurangan ruang pimpinan selama tahun ajaran 2011/2012-2012/2013. Namun 77
pada tahun ajaran 2013/2014 terdapat satu ruang pimpinan yang mengalami penurunan kondisi yaitu ruang pimpinan milik SMA Widya Kutoarjo. Ruang pimpinan atau ruang kepala sekolah merupakan ruangan khusus bagi kepala sekolah/pimpinan yang terpisah dari ruang guru. Pemisahan antara ruang pimpinan dengan ruang guru dilakukan agar pembinaan personalia pendidikan dapat dilaksanakan secara privat dan efektif. Kepala sekolah/pimpinan memiliki tugas untuk melakukan supervisi dan pembinaan kepada guru, baik secara kelompok maupun individual.Dalam melaksanakan pembinaan secara individual tersebut kepala sekolah/pimpinan perlu berhadapan dengan guru yang bersangkutan secara langsung. Agar tidak mengganggu aktifitas guru yang lain, maka digunakanlah ruang pimpinan sebagai tempat kepala sekolah/pimpinan bertemu dengan guru tersebut. Jika dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) dan Panduan Teknis Akreditasi Sekolah, disebutkan bahwa SMA/MA harus memiliki ruang pimpinan, maka pada tahun ajaran 2013/2014 SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo sudah memenuhi ketentuan tersebut sebab semua SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo telah memiliki ruang pimpinan, meskipun tidak semua ruangan dalam kondisi yang baik.
78
9.
Ruang UKS
Tabel 14. Jumlah Ruang UKS SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 No
1. 2 3.
Nama Sekolah
Kondisi R. UKS 2011/2012
2012/2013
2013/2014
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
Total
2
1
0
0
3
1
0
2
0
3
2
0
1
0
3
Persentase
67
33
0
0
100
33
0
67
0
100
67
0
33
0
100
SMA Darul Hikmah Kutoarjo SMA Muh Kutoarjo SMA Widya Kutoarjo
Keterangan Tabel B : Baik RR : Rusak Ringan RS : Rusak Sedang RB : Rusak Berat (Sumber data: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo) Tabel di atas merupakan gambaran prasarana pendidikan berupa ruang UKS pada masing-masing SMA Swasta se-KecamatanKutoarjo. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hanya SMA Darul Hikmah Kutoarjo yang memiliki 1 unit ruang UKS dengan kondisi yang baik selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2013. Sedangkan kondisi ruang UKS dua SMA Swasta lain dapat dirinci sebagai berikut. a.
SMA Muhammadiyah Kutoarjo Selama tahun ajaran 2011/2012-2012/2013, 1unit ruang UKS milik SMA Muhammadiyah Kutoarjo dalam kondisi rusak ringan. Pada tahun ajaran 2013/2014, ruang tersebut diperbaiki sehingga kondisinya menjadi baik kembali.
79
a.
SMA Widya Kutoarjo Pada tahun ajaran 2011/2012, terdapat 1 unit ruang UKS dalam kondisi baik. Akan tetapi, pada tahun ajaran 2012/2013-2013/2014, kondisi ruang UKS tersebut menjadi rusak sedang.
Gambar 9. Grafik Perubahan jumlah dan kondisi Ruang UKS SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014 Grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan perubahan jumlah dan kondisi ruang
UKS SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo secara keseluruhan
selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014.
Dari grafik tersebut dapat dilihat
bahwa pada tahun ajaran 2011/2012, jumlah ruang UKS sebanyak 3 unit, dengan kondisi baik sebanyak 2 unit (67%), dan kondisi rusak ringan sebanyak 1 unit (33%). Pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah ruang UKS sebanyak 3 unit, dengan kondisi baik sebanyak 1 unit (33%), dan kondisi rusak sedang sebanyak 2 unit (67%). Sedangkan pada tahun ajaran 2013/2014, jumlah ruang UKS sebanyak 3
80
unit, dengan kondisi baik sebanyak 2 unit (67%), dan kondisi rusak sedang sebanyak 1 unit (33%). Dari data-data di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi ruang UKS SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo cenderung berubah-ubah, hanya ada satu sekolah yang tidak melakukan penambahan maupun pengurangan ruang UKS selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 dengan kondisi yang baik. Sedangkan di dua sekolah yang lain, kondisi ruang UKS masih berubah-ubah. Ruang UKS merupakan salah satu ruang yang penting ada pada suatu sekolah mengingat fungsinya yang sangat dibutuhkan. UKS (Unit Kesehatan Siswa) ini sangat penting, terutama jika ada siswa/guru yang mengalami sakit pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Siswa yang sakit dan tidak dapat mengikuti pelajaran di dalam kelas harus diistirahatkan di ruang lain dengan peralatan dan obat-obatan yang memadai. Selain sebagai tempat untuk memberikan pertolongan pertama bagi siswa yang sakit, ruang UKS juga berungsi sebagai tempat sementara bagi siswa sakit agar tidak mengganggu atau terganggu dengan proses belajar mengajar di dalama kelas. Jika dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) dan Panduan Teknis Akreditasi Sekolah, disebutkan bahwa SMA/MA harus memiliki ruang UKS, maka selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjotelah memenuhi ketentuan tersebut karena semua SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo telah memiliki ruang UKS meskipun dalam kondisi yang berubah- ubah.
81
10.
Ruang Konseling
Tabel 15. Jumlah dan Kondisi Ruang Konseling SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 No
1.
2. 3.
Nama Sekolah SMA Darul Hikmah Kutoarjo SMA Muh Kutoarjo SMA Widya Kutoarjo Total
Persentase
Kondisi R. Konseling 2011/2012
2012/2013
2013/2014
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
2
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
4
0
0
0
3
2
0
1
0
3
3
0
0
0
3
100
0
0
0
100
67
100
0
0
0
100
0
33
0
100
Keterangan Tabel B : Baik RR : Rusak Ringan RS : Rusak Sedang RB : Rusak Berat (Sumber data: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo) Tabel di atas merupakan gambaran prasarana pendidikan berupa ruang konseling pada masing-masing SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 1 SMA Swasta yang memiliki jumlah maupun kondisi ruang konseling yang tetap dan baik, yaitu SMA Darul Hikmah Kutoarjo yang memiliki 1 ruang konseling dalam kondisi baik, sedangkan kondisi ruang konseling dua SMA Swasta lain dapat dirinci sebagai berikut. a.
SMA Widya Kutoarjo Pengurangan jumlah ruang konseling terjadi pada SMA Widya Kutoarjo. Pada tahun ajaran 2011/2012, SMA Widya Kutoarjo memiliki konseling dengan kondisi baik. Namun,
82
ruang
pada tahun ajaran 2012/2013-
2013/2014, SMA Widya hanya memiliki 1 unit ruang konseling dalam kondisi yang baik. b.
SMA Muhammadiyah Kutoarjo Penurunan kondisi ruang konseling terjadi di SMA Muhammadiyah Kutoarjo Pada tahun ajaran 2011/2012, terdapat 1 unit ruang konseling dengan kondisi baik.Pada tahun ajaran 2012/2013, kondisi ruang konseling tersebut menjadi rusak sedang.Sedangkan pada tahun ajaran 2013/2014, ruang konseling sudah diperbaiki sehingga kondisinya menjadi baik kembali.
Gambar 10. Grafik Perubahan jumlah dan kondisi Ruang Konseling SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014 Grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan perubahan jumlah dan kondisi ruang Konseling SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo secara keseluruhan selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. 83
Dari grafik tersebut dapat dilihat
bahwa pada tahun ajaran 2011/2012, jumlah ruang konseling sebanyak 4 ruangan dalam kondisi baik. Pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah ruang konseling sebanyak 3 unit, dengan kondisi baik sebanyak 2 unit (67%), dan kondisi rusak sedang sebanyak 1 unit (33%). Sedangkan pada tahun ajaran 2013/2014, jumlah ruang UKS sebanyak 3 unit dengan kondisi baik (100%). Dari data-data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah dan kondisi ruang konseling SMA Swasta se Kecamatan Kutoarjo cenderung tetap, meskipun ada sekolah yang mengalami penurunan jumlah maupun kondisi ruang konseling selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Meskipun demikian, di beberapa sekolah, kondisi ruang konselingtetap baik bahkan meningkat. Ruang konseling merupakan ruang khusus yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan bimbingan kepada para siswa. Bimbingan tersebut bersifat pribadi sehingga siswa dan guru berhak mendapatkan privasi untuk saling berinteraksi. Meskipun di beberapa sekolah, Bimbingan dan Konseling merupakan mata pelajaran yang di ajarkan di kelas, namun, seringkali siswa masih merasa kurang leluasa untuk mengungkapkan unek-uneknya ketika di dalam kelas. Selain itu, bimbingan bagi siswa yang memiliki permasalahan yang mengganggu kegiatan belajarnya, juga harus dilakukan secara privat sehingga membutuhkan ruang khusus yang terpisah dari ruang kelas maupun ruang guru. Jika dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) dan Panduan Teknis Akreditasi Sekolah, disebutkan bahwa SMA/MA harus memiliki ruang konseling, maka 84
selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo sudah memenuhi
ketentuan tersebut sebab semua sekolah memiliki ruang
konseling meskipun dalam kondisi yang berubah-ubah.
11.
Ruang Guru
Tabel 16. Jumlah dan Kondisi Ruang Guru SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 No
1. 2. 3.
Nama Sekolah SMA Darul Hikmah Kutoarjo SMA Muh Kutoarjo SMA Widya Kutoarjo Total Persentase
Kondisi R. Guru 2011/2012
2012/2013
2013/2014
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
3
0
0
0
3
2
0
1
0
3
3
0
0
0
3
100
0
0
0
100
67
0
33
0
100
100
0
0
0
100
Keterangan Tabel B : Baik RR : Rusak Ringan RS : Rusak Sedang RB : Rusak Berat (Sumber data: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo) Tabel di atas merupakan gambaran prasarana pendidikan berupa ruang Guru pada masing-masing SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014, semua sekolah memiliki 1 ruang guru. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 2 SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo yang memiliki jumlah maupun kondisi ruang guru yang tetap dan baik selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014, yaituSMA Darul Hikmah Kutoarjo dan SMA Muhammadiyah Kutoarjo. Pada tahun ajaran 2011/2012, ruang guru milik SMA Widya Kutoarjo dalam kondisi baik, sedangkan 85
pada tahun berikutnya menjadi rusak sedang. Akan tetapi, kerusakan tersebut diperbaiki sehingga pada tahun ajaran 2013/2014, ruang guru tersebut dalam kondisi baik kembali.
Gambar 11. Grafik Perubahan jumlah dan kondisi Ruang Guru SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014 Grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan perubahan jumlah dan kondisi ruang
guru SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo secara keseluruhan
selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014.
Dari grafik tersebut dapat dilihat
bahwa pada tahun ajaran 2011/2012, jumlah ruang guru sebanyak 3 unit dengan kondisi baik (100%). Pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah ruang guru sebanyak 3 unit, dengan kondisi baik sebanyak 2 unit (67%), dan kondisi rusak
sedang
sebanyak 1 unit (33%). Sedangkan pada tahun ajaran 2013/2014, jumlah ruang UKS sebanyak 3 unit dengan kondisi baik (100%).
86
Dari data-data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah ruang guru SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo cenderung tetap, semua sekolah memiliki masingmasing 1 ruang guru. Sebagian besar kondisi ruang guru tetap baik selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Meskipun demikian, masih ada sekolah yang mengalami penurunan dan peningkatan kondisi ruang guru selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 yaitu SMA Widya Kutoarjo. Ruang guru merupakan ruang khusus yang berfungsi sebagai tempat bagi para guru untuk beristirahat atau menunggu jam mengajar mereka. Selain itu, ruangan guru juga digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas guru yang tidak bisa dikerjakan ketika mereka mengajar. Jika dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) dan Pandan Teknis Akreditasi Sekolah, disebutkan bahwa SMA/MA harus memiliki ruang guru, maka selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo sudah memenuhi ketentuan tersebut sebab semua sekolah telah memiliki ruang guru.
87
12.
Ruang Tata Usaha
Tabel 17. Jumlah dan Kondisi Ruang Tata Usaha SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014
No 1. 2. 3.
Nama Sekolah SMA Darul Hikmah Kutoarjo SMA Widya Kutoarjo SMA Muh Kutoarjo Total Persentase
Kondisi R. Tata Usaha 2012/2013
2011/2012
2013/2014
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
3
0
0
0
3
2
1
0
0
100
3
0
0
0
3
100
0
0
0
100
67
33
0
0
100
0
0
0
100
0
100
Keterangan Tabel B : Baik RR : Rusak Ringan RS : Rusak Sedang RB : Rusak Berat (Sumber data: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo)
Dari tabel di atas diketahui perubahan jumlah dan kondisi ruang tata usaha SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat
2 SMA Swasta yang
memiliki 1 ruang tata usaha dalam kondisi yang baik, yaitu SMA Darul Hikmah Kutoarjo dan SMA Widya Kutoarjo. Pada tahun ajaran 2011/2012, ruang tata usaha milik SMA Muhammadiyah Kutoarjo dalam kondisi baik, sedangkan pada tahun ajaran 2012/2013 menjadi rusak ringan. Akan tetapi, kerusakan tersebut diperbaiki sehingga pada tahun ajaran 2013/2014, ruang tata usaha tersebut dalam kondisi baik kembali.
88
Gambar 12. Grafik Perubahan jumlah dan kondisi Ruang Tata Usaha SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014 Grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan perubahan jumlah dan kondisi ruang tata usaha SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo secara keseluruhan selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014.
Dari grafik tersebut dapat dilihat
bahwa pada tahun ajaran 2011/2012, jumlah ruang tata usaha sebanyak 3 unit dengan kondisi baik (100%). Pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah ruang tata usaha sebanyak 3 unit, dalam kondisi baik sebanyak 2 unit (67%), dan kondisi rusak ringan sebanyak 1 unit (33%). Sedangkan pada tahun ajaran 2013/2014, jumlah ruang tata usaha sebanyak 3 unit dalam kondisi baik (100%). Ruang tata usaha merupakan ruang khusus yang berfungsi sebagai tempat bagi administrator sekolah dalam mengerjakan tugasnya. Selain itu, ruang tata usaha juga seringkali digunakan sebagai tempat untuk menyimpan arsip sekolah,
89
tata kelola persuratan, bahkan sebagai tempat untuk mengurusi administrasi keuangan sekolah. Jika dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) dan Panduan Teknis Akreditasi Sekolah, disebutkan bahwa SMA harus memiliki ruang tata usaha, maka pada tahun ajaran 2013/2014 SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjosudahmemenuhi ketentuan tersebut sebab semua sekolah memiliki ruang tata usaha, meskipun pada satu sekolah mengalami perubahan kondisi.
13.
Ruang OSIS
Tabel 18. Jumlah dan Kondisi Ruang OSIS SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 Kondisi R.OSIS No
1. 2. 3.
Nama Sekolah SMA Darul Hikmah Kutoarjo SMA Muh Kutoarjo SMA Widya Kutoarjo Total Persentase
2011/2012
2012/2013
2013/2014
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
3
0
0
0
3
1
1
1
0
3
2
0
1
0
3
100
0
0
0
100
34
33
33
0
100
67
0
33
0
100
Keterangan Tabel B : Baik RR : Rusak Ringan RS : Rusak Sedang RB : Rusak Berat (Sumber data: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo)
90
Dari tabel di atas diketahui perubahan jumlah dan kondisi ruang OSIS SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hanya terdapat 1 SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo yang memiliki 1 ruang OSIS dalam kondisi yang selalu baik, yaitu SMA Darul Hikmah Kutoarjo, sedangkan SMA Swasta lain mengalami perubahan sebagai berikut. a.
SMA Widya Kutoarjo Pada tahun ajaran 2011/2012, terdapat 1 ruang OSIS dalam kondisi yang baik.Pada tahun ajaran 2012/2013-2013/2014, ruang OSIS tersebut menjadi rusak sedang.
b.
SMA Muhammadiyah Kutoarjo Perubahan kondisi ruang OSIS terjadi pada SMA Muhammadiyah Kutoarjo. Pada tahun ajaran 2011/2012, ruang OSIS dalam kondisi baik, kemudian pada tahun ajaran 2012/2013 menjadi rusak ringan dan berhasil diperbaiki sehingga pada tahun ajaran 2013/2014 kondisi ruang OSIS kembali menjadi baik.
91
Gambar 13. Grafik Perubahan jumlah dan kondisi Ruang OSIS SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014
Grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan perubahan jumlah dan kondisi ruang
OSIS SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo secara keseluruhan
selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014.
Dari grafik tersebut dapat dilihat
bahwa pada tahun ajaran 2011/2012, jumlah ruang OSIS sebanyak 3 unit dengan kondisi baik
(100%). Pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah ruang tata usaha
sebanyak 3 unit, dengan kondisi baik sebanyak 1 unit (34%), kondisi rusak ringan sebanyak 1 unit (33%), dan kondisi rusak sedang sebanyak 1 unit (33%). Sedangkan pada tahun ajaran 2013/2014, jumlah ruang tata usaha sebanyak 3 unit, dengan kondisi baik sebanyak 2 unit (67%), dan kondisi rusak sedang sebanyak 1 unit (33%). Sebagian besar sekolah memiliki ruang OSIS yang kondisinya menurun. Meskipun demikian, ada sekolah yang memiliki jumlah dan kondisi ruang OSIS
92
yang tetap dan baik selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 yaitu SMA Darul Hikmah Kutoarjo.Ruang OSIS merupakan ruang khusus yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya siswa dalam organisasi sekolah intra sekolah. Organisasi ini merupakan organisasi
siswa untuk menyampaikan aspirasi dan kreativitasnya
dalam memajukan sekolah baik di bidang akademis maupun non akademis. Sebagai organisasi, maka OSIS memerlukan suatu tempat khusus untuk menjalankan sistem organisasinya.Maka dari itu, ruang OSIS diperlukan untuk mendukung kelancaran kerja Organisasi Siswa Intra Sekolah. Jika dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) dan Panduan Teknis Akreditasi Sekolah, disebutkan bahwa SMA/MA harus memiliki ruang OSIS, maka selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjosudah memenuhi ketentuan tersebut sebab semua sekolah memiliki ruang OSIS meskipun kondisi ruang tersebut berubah-ubah di beberapa sekolah.
93
14.
Ruang Ibadah
Tabel 19. Jumlah dan Kondisi Ruang Ibadah SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 Kondisi R. Ibadah No
1. 2. 3.
Nama Sekolah SMA Darul Hikmah Kutoarjo SMA Widya Kutoarjo SMA Muh Kutoarjo Total Persentase
2011/2012
2012/2013
2013/2014
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
B
RR
RS
RB
Jumlah
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
3
0
0
0
3
2
0
1
0
3
3
0
0
0
3
100
0
0
0
100
67
0
33
0
100
100
0
0
0
100
Keterangan Tabel B : Baik RR : Rusak Ringan RS : Rusak Sedang RB : Rusak Berat (Sumber data: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo) Dari tabel di atas diketahui perubahan jumlah dan kondisi ruang ibadah SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat
2 SMA Swasta yang
memiliki 1 unit ruang ibadah dalam kondisi yang selalu baik, yaitu SMA Darul Hikmah Kutoarjo dan SMA Widya Kutoarjo. Lain halnya dengan SMA Muhammadiyah Kutoarjo, pada tahun ajaran 2011/2012, ruang ibadah dalam kondisi baik, kemudian pada tahun ajaran 2012/2013 menjadi rusak sedang dan berhasil diperbaiki sehingga pada tahun ajaran selanjutnya kondisi ruang ibadah kembali menjadi baik.
94
Gambar 14. Grafik Perubahan jumlah dan kondisi Ruang Ibadah SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014 Grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan perubahan jumlah dan kondisi ruang ibadah SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo secara keseluruhan selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014.
Dari grafik tersebut dapat dilihat
bahwa pada tahun ajaran 2011/2012, jumlah ruang ibadah sebanyak 3 unit dengan kondisi baik (100%). Pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah ruang ibadah sebanyak 3 unit, dengan kondisi baik sebanyak 2 unit (67%), dan kondisi rusak sedang sebanyak 1 unit (33%). Sedangkan pada tahun ajaran 2013/2014, jumlah ruang ibadah sebanyak 3 unit dengan kondisi baik (100%). Dari data-data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah ruang ibadah SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo cenderung tetap dan baik. Sebagian besar kondisi ruang ibadah tetap baik selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Meskipun demikian, ada satu sekolah yang mengalami penurunan dan peningkatan kondisi
95
ruang
ibadah
selama
tahun
ajaran
2011/2012-2013/2014,
yaitu
SMA
Muhammadiyah Kutoarjo. Beragama dan beribadah merupakan hak asasi manusia yang penting, sehingga sekolah seharusnya mendukung dan mendorong warga sekolah, baik itu siswa, guru, maupun karyawan untuk beragama dengan baik. Mata pelajaran agama memang sudah dimasukkan ke dalam kurikulum dan diajarkan di dalam kelas, akan tetapi, akan lebih baik jika hal-hal yang berkaitan dengan keagaaamaan tidak hanya diajarkan secara teori di dalam kelas, tetapi juga secara praktikal. Dengan adanya ruang ibadah yang disediakan oleh sekolah,
maka
sekolah memberikan kesempatan bagi para warganya untuk mempraktikan perintah agama masing-masing secara nyata. Ruang ibadah yang ada di ketiga SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo adalah sebuah mushola. Hal ini karena sebagian besar siswa, guru, dan karyawan dari ketiga sekolah tersebut beragama Islam.Ruang Ibadah SMA Darul Hikmah digunakan secara bersama-sama dengan SMP Darul Hikmah Kutoarjo. Begitu halnya dengan ruang ibadah SMA Widya Kutoarjo yang digunakan bersama- sama dengan SMK Widya Kutoarjo. Jika dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) dan Panduan Teknis Akreditasi Sekolah, disebutkan bahwa SMA/MA harus memiliki ruang ibadah, maka pada tahun ajaran 2013/2014 SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo sudah memenuhi ketentuan tersebut sebab semua sekolah telah memiliki ruang ibadah.
96
G.
Pembahasan Hasil Penelitian
1.
Rekapitulasi Perubahan Jumlah dan Kondisi Ruangan Akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/20122013/2014
Tabel 20. Rekapitulasi Perubahan Jumlah dan Kondisi Ruangan Akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014 Jumlah No
Jenis Ruangan
2011/2012
2012/2013
2013/2014
B
RR
RS
RB
B
RR
RS
RB
B
RR
RS
RB
1
Ruang Teori
20
1
0
2
15
7
0
3
18
0
2
1
2
Lab Biologi
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
2
3
Lab Kimia
1
0
0
0
2
0
1
0
1
0
0
1
4
Lab Fisika
1
0
0
0
2
0
1
0
1
0
0
1
5
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
4
0
0
0
3
0
0
0
4
0
0
0
7
Lab Bahasa Lab Komputer Perpustakaan
3
0
0
0
3
0
0
0
3
0
0
0
8
Pimpinan
3
0
0
0
3
0
0
0
2
0
1
0
9
UKS
2
1
0
0
1
0
2
0
2
0
1
0
10
Konseling
4
0
0
0
2
0
1
0
3
0
0
0
11
Guru
3
0
0
0
2
0
1
0
3
0
0
0
12
Tata Usaha
3
0
0
0
2
1
0
0
3
0
0
0
13
OSIS
3
0
0
0
1
1
1
0
2
0
1
0
14
R.Ibadah
3
0
0
0
2
0
1
0
3
0
0
0
Total
52
2
0
2
40
9
9
4
46
0
5
4
Persentase
92
4
0
4
65
15
15
5
83
0
9
8
6
Keterangan Tabel B : Baik RR : Rusak Ringan RS : Rusak Sedang RB : Rusak Berat
Tabel di atas merupakan tabel yang menunjukkan rekapitulasi perubahan ruangan akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun
ajaran
2011/2012-2013/2014 secara keseluruhan. Ruangan akademik tersebut terdiri dari
97
ruang teori, laboratorium biologi, laboratorium kimia, laboratorium fisika, laboratorium bahasa, laboratorium komputer, ruang perpustakaan, ruang pimpinan, ruang UKS, ruang konseling, ruang guru, ruang tata usaha, ruang OSIS, dan ruang ibadah. Selain dilihat melalui tabel, rekapitulasi perubahan ruangan akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut.
Gambar 15. Grafik Rekapitulasi Perubahan jumlah dan kondisi Ruangan Akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014 Dari grafik di atas dapat dilihat perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/20122013/2014 secara keseluruhan. Pada tahun ajaran 2011/2012 jumlah ruang yang ada sebanyak 56 unit, dengan kondisi baik sebanyak 52 unit (92%), kondisi rusak ringan sebanyak 2 unit (4%), dan kondisi rusak berat sebanyak 2 unit (4%). Pada tahun ajaran 2012/2013 jumlah ruang yang ada sebanyak 62 unit, dengan kondisi
98
baik sebanyak 40 unit (65%), kondisi rusak ringan sebanyak 9 unit (15%), kondisi rusak sedang sebanyak 9 unit (15%), dan kondisi rusak berat sebanyak 4 unit (5%). Pada tahun ajaran 2013/2014 jumlah ruang yang ada sebanyak 55 unit, dengan kondisi baik sebanyak 46 unit (83%), kondisi rusak sedang sebanyak 5 unit (9%), dan kondisi rusak berat sebanyak 4 unit (8%). Dari tabel 20 terlihat peningkatan maupun penurunan jumlah ruangan pada SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo. Peningkatan jumlah ruang terjadi pada tahun ajaran 2012/2013 sedangkan penurunan jumlah ruang terjadi pada tahun ajaran 2013/2014. Pada data tersebut dikatakan pada tahun ajaran 2013/2014 jumlah ruangan yang berkurang sebanyak 7 unit. Ruang tersebut yaitu 1 ruang teori dan 2 ruang laboratorium milik SMA Darul Hikmah Kutoarjo dan 4 ruang teori milik SMA Widya Kutoarjo. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti di SMA Darul Hikmah Kutoarjo dengan pengurus sumber belajar dan pengurus sarana prasarana sekolah, diketahui bahwa SMA Darul Hikmah merupakan sekolah satu atap dengan SMP Darul Hikmah Kutoarjo. Ruang teori dan ruang laboratorium tersebut dialihkan menjadi ruang teori bagi SMP Darul Hikmah Kutoarjo sehingga tidak dicatat dalam daftar inventaris gedung milik SMA Darul Hikmah Kutoarjo. Akan tetapi, pihak sekolah mengatakan bahwa meskipun tidak memiliki ruang laboratorium, kegiatan belajar mengajar mata pelajaran yang terkait tidak terganggu. Hal tersebut karena sekolah menerapkan sistim kelas mata pelajaran sehingga jika ada kegiatan praktikum tetap dapat dilakukan di kelas masing-masing. Hal tersebut juga terjadi di SMA Widya Kutoarjo yang terletak satu lokasi dengan SMK Widya Kutoarjo. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Tata Usaha 99
SMA Widya Kutoarjo, jumlah siswa dan rombongan belajar SMA Widya Kutoarjo yang semakin sedikit membuat ruang teori milik SMA Widya Kutoarjo kosong dan tidak digunakan sehingga akhirnya difungsikan oleh SMK Widya Kutoarjo agar lebih efektif dan efisien. Pendirian dua jenis/jenjang pendidikan yang berbeda dalam satu lokasi dapat dikaitkan dengan manajemen properti/fasilitas. Keterkaitan tersebut sesuai dengan tujuan manajemen properti yang dinyatakan oleh Hartani (2012:138), yaitu: a.
b.
Mengelola properti sebagai investasi atau bisnis Ini merupakan tugas yang memerlukan keahlian khusus karena mengelola properti sebagai investasi sangat terkait dengan faktorfaktor eksternal seperti peraturan pemerintah, faktor persaingan, permintaan dan penawaran, selera konsumen,dan lain sebagainya. Tujuan utamanya adalah memaksimalkan pemanfaatan, pendapatan dan anggaran atau modal dari investor. Mengelola dan melaksanakan aspek fisik lingkungan properti sehingga tercapai hasil optimal secara efektif dan efisien. Tujuannya adalah untuk menghambat laju penyusutan ataupun terjadinya kerusakan pada properti maupun lingkungan di sekitarnya.
Berdasarkan teori dan hasil wawancara yang telah dilakukan, diketahui bahwa baik SMA Darul Hikmah dan SMA Widya Kutoarjo dapat dikatakan menerapkan pengaturan prasarana yang dimiliki sekolah sesuai dengan tujuan manajemen properti yang telah disebutkan, misalnya SMA Darul Hikmah Kutoarjo yang menyerahkan ruangan untuk SMP Darul Hikmah Kutoarjo, dan SMA Widya Kutoarjo yang menyerahkan ruangan untuk SMK Widya Kutoarjo. Yayasan masing-masing menyadari adanya kesempatan dari faktor permintaan masyarakat (misalnya, kecenderungan masyarakat untuk menyekolahkan anak di SMK, besarnya jumlah anak usia sekolah menengah pertama yang masuk Pondok Pesantren Darul Hikmah) dan peraturan pemerintah (misalnya kebijakan SMK :
100
SMA = 70%: 30%) sehingga yayasan akhirnya mendirikan jenjang/ jenis sekolah baru yang berada satu lokasi dengan sekolah yang telah ada untuk memaksimalkan pemanfaatan, pendapatan dan anggaran atau modal dari investor, mengelola dan melaksanakan aspek fisik lingkungan properti sehingga tercapai hasil optimal secara efektif dan efisien, serta mampu menekan biaya yang harus dikeluarkan apabila mendirikan sekolah mulai dari awal. Selain dapat menekan biaya pendirian ruangan baru, yayasan juga dapat menekan biaya perawatan ruangan dan personel yang dibutuhkan.
101
2.
Rekapitulasi Perubahan jumlah dan kondisi Ruangan akademik perSMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/20122013/2014
Tabel 21. Rekapitulasi Perubahan jumlah dan kondisi Ruangan akademik per-SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014 Jumlah Ruangan No
Nama Sekolah
Total Jenis Ruangan
Peningkatan (%)
Penurunan (%)
Tetap (%)
Perubah an (%)
Kekurangan ruang (%)
1.
SMA Widya Kutoarjo
14
0
8 ( 57%)
4 (29%)
1 (7%)
1
2.
SMA Muh. Kutoarjo
14
1 (7%)
0
8 (57%)
4 (29%)
1
3.
SMA Darul Hikmah Kutoarjo
14
0
0
10 (71%)
2 (14%)
2
Keterangan
Ruangan akademik sekolah yang belum dimiliki oleh SMA Widya Kutoarjo yaitu ruang laboratorium Bahasa Ruangan akademik sekolah yang belum dimiliki oleh SMA Muh. Kutoarjo yaitu ruang laboratorium Bahasa Ruangan akademik sekolah yang belum dimiliki oleh SMA Darul Hikmah Kutoarjo yaitu ruang laboratorium Kimia dan Fisika
Tabel di atas merupakan tabel yang menunjukkan gambaran perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademik di masing-masing
SMA Swasta se-
Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Perubahan jumlah dan kondisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
102
a.
Sekolah yang sering mengalami penurunan kondisi ruangan akademik selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 Dari tabel 21 dapat diketahui bahwa SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo yang sering mengalami penurunan kondisi ruangan akademik selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 adalah SMA Widya Kutoarjo. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah ruangan akademik yang mengalami penurunan jumlah maupun kondisi selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 sebanyak 8 unit (57%). Ruangan tersebut yaitu ruang ruang teori, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium fisika, ruang UKS, ruang konseling, ruang pimpinan, dan ruang OSIS. Penurunan kondisi ruangan akademik tersebut dapat dipengaruhi dari faktor usia bangunan yang sudah tua, yaitu berdiri sejak tahun 1980 serta pengaruh perubahan cuaca dalam jangka waktu yang lama. Pada awal pendiriannya, SMA ini memiliki jumlah siswa dan rombongan belajar yang besar. Namun, jumlah siswa dan rombongan belajar SMA Widya Kutoarjo semakin sedikit pada tahun ajaran berikutnya. Menurut Bapak T selaku Kepala Tata Usaha SMA Widya Kutoarjo, selain faktor usia bangunan dan cuaca yang menurunkan kualitas bangunan sekolah, rusaknya ruangan akademik SMA Widya Kutoarjo juga disebabkan oleh pemeliharaan prasarana yang terhambat dan kurang maksimal akibat terbatasnya dana yang dimiliki oleh SMA Widya Kutoarjo untuk membiayai pemeliharaan tersebut. Dana yang diperoleh oleh SMA Widya berasal dari siswa dan yayasan. Dana tersebut dianggap tidak terlalu besar mengingat jumlah siswa yang sedikit dan hanya cukup dialokasikan untuk biaya operasional sekolah. SMA Widya Kutoarjo 103
mengandalkan bantuan pemerintah untuk biaya perbaikan ruangan akademik sekolah dalam bentuk DAK maupun hibah untuk memperbaiki dan merehabilitasi ruangan-ruangan yang mengalami kerusakan. dalam
memperoleh
bantuan pemerintah tersebut
Akan tetapi,
seringkali
sekolah
mengalami kesulitan, misalnya, kerumitan proses yang harus ditempuh, keterlambatan dalam pencairan dana, perubahan harga material yang signifikan, dan lan-lain. Hal tersebut menyulitkan SMA Widya Kutoarjo untuk memperbaiki kondisi ruangan akademik yang dimiliki. Jumlah siswa yang berkurang drastis juga menyebabkan beberapa ruangan tidak digunakan secara efektif.
Hal tersebut menjadi salah satu
alasan bagi Yayasan Widya mendirikan SMK Widya Kutoarjo yang berada satu lokasi dengan SMA Widya Kutoarjo agar gedung sekolah yang dimiliki dapat digunakan secara lebih efektif sekaligus mampu mengikuti permintaan masyarakat. Pemeliharaan terhadap ruangan akademik sekolah SMA Widya Kutoarjo dilakukan oleh semua warga sekolah. Pengecekan terhadap kondisi ruangan dilakukan oleh semua warga sekolah, sehingga siapapun berhak melaporkan jika terjadi kerusakan pada ruangan sekolah. Pengecekan tersebut dilakukan setiap waktu, apabila ada kerusakan yang mampu diperbaiki oleh sekolah, maka sekolah akanmemperbaiki kerusakan tersebut dengan segera. Namun, jika kerusakan parah dan membutuhkan biaya besar, sekolah akan mempertimbangkan kondisi dan situasi keuangan saat itu dan mencari jalan keluar sebaik mungkin.
104
b.
Sekolah SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo yang sering mengalami kondisi ruangan akademik yang tetap selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Dari tabel 21 dapat diketahui bahwa sekolah SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo yang sering mengalami kondisi ruangan akademik yang tetap selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 adalah SMA Darul Hikmah Kutoarjo. Selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014, ruangan akademik dengan jumlah dan kondisi yang tetap sebanyak 10 unit (71%). Prasarana tersebut yaitu ruang laboratorium bahasa, ruang laboratorium komputer, ruang perpustakaan, ruang UKS, ruang konseling, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang OSIS, dan ruang ibadah. Kondisi ruangan yang baik tersebut juga dipengaruhi oleh usia bangunan yang masih baru karena SMA Darul Hikmah Kutoarjo berdiri pada tahun 2001. Berdasarkan wawancara dengan Ibu PSL selaku ustadzah dan sumber belajar sekolah, SMA Darul Hikmah Kutoarjo merupakan sekolah satu atap dengan SMP Darul Hikmah Kutoarjo. Kedua sekolah tersebut merupakan sekolah berbasis pondok pesantren, di bawah yayasan Darul Hikmah. Siswa yang bersekolah d SMA Darul Hikmah Kutoarjo harus menjadi santri dan tinggal di asrama pondok pesantren Darul Hikmah. Sejauh ini, biaya untuk perawatan maupun perbaikan ruangan akademik sekolah SMA Darul Hikmah Kutoarjo diatur dan dipenuhi oleh yayasan. Sekolah tersebut bahkan belum pernah menerima bantuan dari pemerintah. Sebagai sekolah satu atap dengan SMP Darul Hikmah Kutoarjo, manajemen ruangan akademik sekolah dilakukan secara bersama di bawah komando yayasan Darul Hikmah. Ruang teori/ kelas yang dimiliki SMA 105
Darul Hikmah Kutoarjo dan SMP Darul Hikmah Kutoarjo sudah terpisah dan masing-masing disesuaikan dengan jumlah rombongan belajar. Akan tetapi, masih ada prasarana yang digunakan secara bersama- sama seperti ruang perpuastakaan, laboratorium komputer, ruang guru, tata usaha, dan ruang ibadah. SMA Darul Hikmah belum memiliki ruang laboratorium secara lengkap sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2007 dan Panduan Teknis Akreditasi Sekolah. Namun, menurut pihak sekolah, kekurangan tersebut dapat diantisipasi dengan adanya kelas mata pelajaran dan sistem moving class sehingga apabila ada materi pelajaran praktikum dalam suatu mata pelajaran dapat dilaksanakan di kelas masing-masing. Menurut Bapak S selaku pengurus bagian sarana dan prasarana sekolah, SMA Darul Hikmah Kutoarjo masih belum berencana untuk menambah ruang baru di sekolah. Apabila sekolah ingin menambah ruang baru, misalnya ruang kelas baru, maka hal tersebut harus dikoordinasikan dengan asrama pondok pesantren Darul Hikmah. Hal ini karena siswa SMP/SMA Darul Hikmah harus tinggal di asrama Pondok Pesantren Darul Hikmah. Perawatan ruangan akademik sekolah yang dilakukan oleh SMA Darul Hikmah Kutoarjo direncanakan pada awal tahun, perawatan rutin yang dilakukan misalnya pengecatan ulang gedung yang biasa dilakukan 2-3 tahun sekali dengan melihat kelayakan ruangan akademik tersebut. Pengecekan kondisi ruangan akademik sekolah dilakukan secara spontan sepanjang waktu.
106
c.
Sekolah SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo yang sering mengalami perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademikselama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 Dari tabel 21 dapat diketahui bahwa sekolah SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo yang sering mengalami perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademik selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 adalah SMA Muhammadiyah Kutoarjo. Selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014, terdapat 4 jenis ruangan akademik yang mengalami perubahan jumlah dan kondisi. Prasarana tersebut yaitu ruang teori, ruang UKS, ruang konseling, dan ruang OSIS. Prasarana tersebut kondisinya mengalami perubahan pada setiap tahun ajaran, misalnya pada tahun ajaran 2011/2012 memiliki kondisi yang baik, kemudian mengalami kerusakan pada tahun ajaran berikutnya, lalu diperbaiki sehingga menjadi baik kembali. SMA Muhammadiyah Kutoarjo didirikan pada tahun 1979, berlokasi tepat di sebelah timur alun-alun kota Kutoarjo. Keunikan dari sekolah ini adalah lokasinya yang berada di tengah pemukiman warga. Pintu gerbang masuk sekolah ini seakan-akan menjadi satu dengan pintu gerbang pemukiman warga. Dari tata letak ruangan yang dimiliki oleh SMA Muhammadiyah Kutoarjo, terdapat beberapa ruangan yang terlihat terpisah dari gedung utama sekolah. Ruangan tersebut ternyata merupakan rumah pribadi seseorang yang dihibahkan kepada SMA Muhammadiyah Kutoarjo untuk kepentingan pendidikan selama SMA tersebut berjalan. Berdasarkan penuturan dari Ibu S selaku bendahara sekolah, pada tahun ajaran 2013/2014, SMA Muhammadiyah Kutoarjo memiliki 129 siswa, 107
sebagian besar siswa tersebut berasal dari golongan keluarga kurang mampu sehingga SMA Muhammadiyah Kutoarjo tidak membebani siswa dengan biaya untuk perbaikan ruangan akademik sekolah. SMA Muhammadiyah Kutoarjo mengandalkan
bantuan dari pemerintah sepenuhnya untuk
membiayai perbaikan/ rehabilitasi ruang sekolah yang mengalami kerusakan. SMA Muhammadiyah Kutoarjo selalu mengusulkan permintaan bantuan kepada pemerintah setiap tahun sesuai dengan prosedur yang ditentukan. Untuk menentukan prioritas ruangan yang diusulkan untuk diperbaiki, sekolah mempertimbangkan kerusakan yang terjadi. Ruangan yang memiliki tingkat keparahan lebih besarakan diusulkan terlebih dahulu untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah. Keterbatasan dana tersebut merupakan salah satu faktor yang menghambat pemeliharaan ruangan akademik sehingga menyebabkan kondisi ruangan yang dimiliki oleh SMA Muhammadiyah Kutoarjo berubah-ubah. Ketika beberapa ruangan dalam kondisi yang rusak, sekolah harus menentukan proritas ruangan yang harus diusulkan untuk mendapat bantuan pemerintah, hal tersebut mengakibatkan ruangan lain harus mengalami penundaan untuk diperbaiki. SMA Muhammadiyah Kutoarjo sering mendapatkan bantuan dari pemerintah,
hal
tersebut
bukan karena
keberuntungan semata, akan tetapi dari kerja keras para guru dan karyawan yang mengusahakan bantuan tersebut. Ketika pemerintah mengumumkan adanya bantuan dana untuk merehabilitasi ruangan akademik sekolah, pihak SMA Muhammadiyah akan membentuk panitia untuk pengusulan rehabilitasi ruangan. Langkah- langkah yang ditentukan oleh pemerintah harus dipatuhi 108
dan diikuti dengan seksama, persyaratan yang dibutuhkan harus lengkap dan rinci, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada pelaporan. Kerusakan ruangan sangat merugikan karena ruangan tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Dari aspek ekonomis, kerusakan ruangan mengakibatkan sekolah harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi agar ruangan tersebut dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Selain itu, kerusakan ruangan yang parah akan mengganggu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, sedapat mungkin kerusakan harus dihindarkan. Penurunan kualitas ruangan bisa juga terjadi akibat terabainya pengguna bangunan melakukan perawatan dan pemeliharaan. Menurut Sulaiman (2005), kerusakan bangunan adalah cacat atau kegagalan fungsi, performa, tatalaksana atau syarat syarat sebuah bangunan sehingga mengurangi layanan bagi penggunanya. Kerusakan bangunan merupakan proses melemahnya kekuatan dan ketahanan konstruksi dan material bangunan menerima beban-beban dari luar atau beban berat sendiri sehingga melebihi kapasitasnya. Jika kondisi tersebut dibiarkan, lamakelamaan akan terjadi penurunan kualitas dan akhirnya terjadi kehancuran bangunan. Kerusakan bangunan disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut
Ahmad
Dardiri (2012), kerusakan bangunan terjadi akibat tiga hal yaitu pertama faktor manusia yakni pelaku pembangunan yang kurang profesional; kedua, faktor alam mencakup iklim, cuaca, biologis, kimia; dan ketiga faktor bencana alam. Jika dilihat dari faktor alam, kerusakan yang banyak terjadi pada SMA swasta seKecamatan Kutoarjo disebabkan oleh cuaca dan bencana alam. Ketiga SMA swasta yang terdapat di Kecamatan Kutoarjo berada di pusat kota dan terletak di dataran rendah. Cuaca yang panas dan hujan dalam jangka waktu yang lama dapat berdampak pada penurunan kualitas bangunan. SMA Widya Kutoarjo dan SMA
109
Muhammadiyah Kutoarjo telah berdiri sejak tahun 1980 dan tahun 1979, sedangkan SMA Darul Hikmah berdiri pada tahun 2001. Hal tersebut menyebabkan perbedaan kualitas bangunan sekolah yang dimiliki oleh ketiga sekolah tersebut. Selain faktor cuaca, Kutoarjo yang terletak pada dataran rendah juga rawan bencana alam yaitu banjir. Intensitas hujan yang tinggi dan terjadi pada waktu yang lama dapat menyebabkan bencana banjir di Kutoarjo dan beberapa kecamatan lain di Kabupaten Purworejo. Selama tahun 2013, tercatat dua kali bencana banjir di Kecamatan
Kutoarjo,
yaitu
pada
bulan
Februari
dan
Desember
2013
(Http://Jogja.tribunnews.com/ dan http://m.liputan6.com/). Bencana banjir tersebut tentu saja turut mempengaruhi kualitas bangunan sekolah maupun bangunan lain yang terendam. Jika dilihat dari faktor manusia, kerusakan- kerusakan yang terjadi pada ruangan akademik SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo disebabkan oleh perawatan/pemeliharaan yang dilakukan kurang maksimal dan kurang profesional. Sebagian sekolah beralasan bahwa pemeliharaan ruangan kurang maksimal karena terbatasnya dana yang dimiliki sekolah untuk memelihara/ memperbaiki ruangan yang rusak dan bergantung pada bantuan pemerintah. Meskipun yayasan juga secara rutin mengalirkan dana kepada sekolah, namun dana tersebut tidak hanya dialokasikan untuk pemeliharaan ruangan sekolah, tetapi juga untuk biaya operasional sekolah yang lain. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, Pasal 43 disebutkan bahwa, “Pendanaan biaya non personalia untuk kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang
110
didirikan masyarakat menjadi tanggung jawab penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan” Sumber dana yang diperoleh oleh SMA Swasta berasal dari yayasan, wali siswa, serta bantuan dari pemerintah. Akan tetapi, bantuan dari pemerintah sifatnya tidak pasti karena bantuan tersebut diberikan hanya jika sekolah menawarkan diri serta mampu melalui serangkaian proses yang panjang dan rumit. Hal tersebut menyebabkan keberlangsungan sekolah swasta sangat bergantung pada dana yang didapatkan sendiri oleh sekolah, yaitu dari yayasan dan wali siswa. Jumlah siswa yang dimiliki oleh sekolah turut memengaruhi kemampuan pendanaan sekolah. Pemeliharaan ruangan sekolah juga memiliki andil yang besar dalam perubahan kondisi ruangan akademik sekolah. Pemeliharaan dan pengawasan secara kontinyu terhadap kondisi komponen-komponen bangunan gedung sekolah akan sangat membantu untuk menekan pembiayaan yang besar serta dapat mengurangi tingkat kerusakan yang parah. Untuk itu peran serta dan kontribusi pihak-pihak terkait di tingkat internal sekolah sangat membantu terlaksananya kegiatan pemeliharaan. Di dalam Petunjuk Teknis Pemeliharaan danPerawatan Aset Sarana Prasarana Sekolah Bersama Masyarakat yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan Republik Indonesia, pemeliharaan sarana-prasarana sekolah dan lingkungannya dimaksudkan untuk: a.
b. c. d.
Untuk mengoptimalkan pemakaian dan umur bangunan, jika dilihat dari faktor ekonomis bahwa memelihara adalah untuk mencapai efisiensi penggunaan anggaran perawatan. Untuk menjamin kesiapan operasional penggunaan gedung dan penunjangnya, sehingga kegiatan yang dilakukan dapat optimal. Untuk menjamin keandalan bangunan melalui kegiatan pengechekan secara rutin dan teratur. Untuk menjamin keselamatan orang atau siswa yang menggunakan gedung beserta sarana penunjangnya.
111
Kegiatan pemeliharaan menurut frekuensi/waktu pelaksanaannya dibagi dalam dua kelompok, yaitu: Kegiatan Pemeliharaan Rutin (Harian, Mingguan) dan Kegiatan Pemeliharaan Bulanan & Berkala. Kedua kelompok jenis pemeliharaan tersebut saling menunjang. Tanpa adanya pemeliharaan rutin oleh semua pengguna, maka sarana-prasarana sekolah dan lingkungannya akan kurang berfungsi baik dan lebih mudah rusak, sehingga membebani kegiatan pemeliharaan bulanan/berkala. Kegiatan pemeliharaan rutin harian dan mingguan terutama ialah untuk memelihara kebersihan dengan menyapu, melap, mengepel dan sebagainya, disertai kegiatan meringkas dan merapikan, sehingga segala sesuatu (peralatan belajar, alat pembersih, dan sebagainya) berada pada tempat yang semestinya. Termasuk juga kegiatan
mencatat
kalau
ada
peralatan,
maupun
sarana-prasarana
yang
menunjukkan tanda-tanda akan rusak, sehingga dapat mengusulkan tindakan perawatan sejak dini, misalnya tindakan menggeser genteng atau membersihkan talang agar kebocoran dapat dicegah. Kegiatan pemeliharaan gedung dan lingkungan sekolah merupakan kegiatan semua warga sekolah, baik para siswa, para guru, kepala sekolah, komite sekolah bahkan warga masyarakat di sekitar sekolah. Jadi bukan tugas penjaga sekolah saja, sebagaimana anggapan umum selama ini. Karena selain jumlah tenaga penjaga sekolah yang terbatas, berbagai permasalahan yang terjadi pada ruangan/gedung sekolah juga menyangkut keterlibatan semua pihak. Setiap saat, baik kepala sekolah, guru, siswa piket dapat mengingatkan setiap warga sekolah akan pentingnya pembiasaan kegiatan pemeliharaan sekolah, baik di dalam maupun luar gedung. Baik sebagai pesan saat upacara pagi maupun saat siswa akan pulang.
112
Disamping itu, perlu ada pemantauan oleh guru dan siswa piket akan kebersihan ruangan masing-masing, serta ada sesi atau tempat melapor kalau ditemukan bagian yang kotor, bocor atau kerusakan lainnya. Dengan begitu diharapkan kepekaan akan kebersihan dan pembiasaan dalam pemeliharaan rutin akan terjadi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti di SMA swasta seKecamatan Kutoarjo, semua sekolah telah melaksanakan pemeliharaan terhadap ruangan akademik yang dimiliki, baik pemeliharaan rutin (setiap hari), dan pemeliharaan berkala. Pemeliharaan tersebut juga dilakukan oleh seluruh warga sekolah, terutama penjaga sekolah, siswa, maupun guru. Warga sekolah berhak mengawasi dan melaporkan jika terjadi kerusakan-kerusakan, meskipun untuk eksekusi perbaikan kerusakan tersebut dilakukan sesuai dengan kemampuan sekolah. Dalam petunjuk Teknis Pemeliharaan dan Perawatan Aset Sarana Prasarana Sekolah telah dicantumkan mengenai pedoman tertulis yang seharusnya dimiliki oleh sekolah untuk memudahkan personil sekolah dalam memelihara ruangan sekolah (terlampir). Namun, di SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo belum ada yang mencetak pedoman tersebut secara otentik, sehingga kegiatan pemeliharaan ruangan masih dilakukan secara spontanitas dan berdasarkan pengalaman. Hal tersebut dapat menyulitkan personel baru yang belum mengetahui seluk beluk dan budaya di sekolah tersebut.
113
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Berdasarkan tujuan, hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 cenderung fluktuatif. Fluktuasi perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademik tersebut dapat dilihat sebagai berikut. 1.
Tahun ajaran 2011/2012 jumlah ruangan yang ada sebanyak 56 ruangan, dengan kondisi baik sebanyak 52 unit (92%), kondisi rusak ringan sebanyak 2 unit (4%), dan kondisi rusak berat sebanyak 2 unit (4%). Tahun ajaran 2012/2013 jumlah ruang yang ada sebanyak 62 unit, dengan kondisi baik sebanyak 40 unit (65%), kondisi rusak ringan sebanyak 9 unit (15%), kondisi rusak sedang sebanyak 9 unit (15%), dan kondisi rusak berat sebanyak 4 ruangan (5%). Tahun ajaran 2013/2014 jumlah ruang yang ada sebanyak 55 unit, dengan kondisi baik sebanyak 46 unit (83%), kondisi rusak sedang sebanyak 5 unit (9%), dan kondisi rusak berat sebanyak 4 unit (8%).
2.
SMA swasta yang sering mengalami penurunan jumlah dan kondisi ruangan akademik adalah SMA Widya Kutoarjo. SMA swasta yang sering mengalami jumlah dan kondisi ruangan akademik yang berubah-ubah adalah SMA Muhammadiyah Kutoarjo, dan SMA Swasta yang sering mengalami jumlah dan kondisi ruangan akademik yang tetap baik adalah SMA Darul Hikmah Kutoarjo.
3.
Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa perubahan kondisi ruangan akademik SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo berkaitan dengan beberapa 114
faktor, yaitu usia bangunan sekolah, faktor cuaca, faktor bencana alam, serta pemeliharaan ruangan sekolah yang tergantung pada kondisi keuangan dan teknis pemeliharaan yang dilakukan pada masing-masing sekolah.
B.
Saran Berdasarkan hasil deskripsi mengenai perubahan jumlah dan kondisi ruangan
akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/20122013/2014 sebagaimana telah dipaparkan, maka peneliti merekomendasikan sebagai berikut: 1.
Bagi Dinas Pendidikan a.
Proses pemberian bantuan/ hibah prasarana gedung kepada sekolah, sebaiknya pemerintah memberikan bantuan tersebut kepada sekolah yang benar-benar membutuhkan dengan melihat kondisi sekolah di lapangan dan dilakukan pengecekan secara teliti. Proses perencanaan sampai pencairan bantuan tersebut sebisa mungkin dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sehingga tidak terjadi adanya keterlambatan. Hal ini karena ada beberapa sekolah yang masih bergantung dan membutuhkan bantuan tersebut untuk memperbaiki kerusakan prasarana gedung yang dimiliki.
b.
Dinas Pendidikan terkait sebaiknya menentukan standar/ kriteria kondisi fisik gedung sekolah secara rinci dan otentik sehingga sekolah tidak mengalami kebingungan dalam menentukan jenis kondisi gedung sekolahnya.
115
2.
Bagi sekolah a.
Sekolah sebaiknya memiliki Standar Operasional Prosedur dalam pemeliharaan Gedung Sekolah yang terinci dan otentik sehingga memudahkan personil sekolah dalam memelihara prasarana tersebut.
b.
Sekolah sebaiknya meningkatkan kemampuan keuangan masing-masing sehingga tidak menggantungkan biaya hanya pada bantuan pemerintah saja, misalnya memaksimalkan koperasi sekolah yang menyediakan barang dan jasa bagi siswa, guru, maupun masyarakat sekitar.
c.
Sekolah sebaiknya senantiasa memperluas relasi/ hubungan masyarakat yang baik, sehingga mampu menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan, misalnya menambah donatur bagi sekolah.
116
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Dardiri. (2012). Analisis Pola, Jenis, dan Penyebab Kerusakan Gedung Sekolah Dasar. Jurnal Teknologi dan Kejuruan (Nomor 1 Tahun 2012) Hal. 73. A.L Hartani. (2011). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang PressIndo. Anonim. (2011). “Data Jumlah Siswa Sekolah Menengah Atas” Diambil dari http://dapodik.pdkjateng.go.id/ pada tanggal 05 Mei 2014 pukul 17.00 WIB. Anonim. (____). “Daftar SMA se-Kabupaten Purworejo.” Diambil dari http://referensi.data.kemendikbud.com/ pada tanggal 05 Mei 2014 pukul 17.10 WIB.
Anonim. (2013). “Hujan Deras, Kutoarjo tergenang Banjir.” Diambil dari http://Jogja.tribunnews.com/ pada tanggal 30 Maret 2015 pukul 17.00 WIB. Anonim. (2013). “Hujan Deras, 11 Kecamatan di Purworejo Diterjang Banjir.” Diambil dari http://m.liputan6.com/ pada tanggal 30 Maret 2015 pukul 17.05 WIB. Ary H. Gunawan. (1983). Dasar-Dasar Administrasi Sarana Pendidikan. Yogyakarta: Al Hikmah. Dinas P&K Kabupaten Purworejo. (2009). Buku saku profil pendidikan Kab. Purworejo. Purworejo: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purworejo. Depdikbud. (1997). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Depdikbud. Marsudi Djojodipuro. (1992). Teori Lokasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Gunawan Sudarmanto. (2005). Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hartati Sukirman, dkk. (1999). Administrasi Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: UNY. Hendyat Soetopo dan Wasty Sumanto. (1982). Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Offset Printing. Ignatius Gherry K.P.G. (2014). Ketersediaan dan Pengelolaan Prasarana Pada SMA Swasta di Kabupaten Temanggung. Skripsi. FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Mulyasa, E. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Syaodih Sukmadinata, dkk. (2006). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah. Bandung: PT. Refika Aditama. Nanang Martono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA). 117
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan. Petunjuk Teknis Pemeliharaan dan Perawatan Aset Sarana Prasarana Sekolah Bersama Masyarakat Tahun 2010. Piet Sahertian. (1994). Dimensi Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variabel- Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. ______. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta. Sulaiman. (2005). Keterandalan Bangunan Pendidikan. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana IPB Bogor. Sumadi Suryosubroto. (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grafindo. Suryosubroto. (1988). Dimensi- Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Bina Aksara. Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi Offset. Tulus Winarsunu. (2006). Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wakhinuddin. (2012). Assessment Fisik Gedung Sekolah Dinas Dikdas- Jakarta dan PT Kogas. Diambil dari http://wakhinuddin.wordpress.com pada tanggal 26 Maret 2015 pukul 16.30 WIB. Yoyon Bachtiar Irianto. (2012). Kebijakan Pembaharuan Pendidikan: Konsep, Teori, dan Model. Jakarta: Rajawali Press.
118
Lampiran 1. KISI-KISI INSTRUMEN PERKEMBANGAN KONDISI PRASARANA GEDUNG SMA SWASTA SE-KECAMATAN KUTOARJO
No 1.
2
Komponen Prasarana Gedung Sekolah a. Ruang Teori b. Ruang Laboratorium Biologi c. Ruang Laboratorium Kimia d. Ruang Laboratorium Fisika e. Ruang Laboratorium Bahasa f. Ruang Laboratorium Komputer g. Ruang Perpustakaan h. Ruang Pimpinan i. Ruang UKS j. Ruang Konseling k. Ruang Guru l. Ruang Tata Usaha m. Ruang OSIS n. Ruang Ibadah Pengelolaan Prasarana Gedung Sekolah
Sub-Komponen
Sumber Data
Metode
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo
Dokumentasi
SMA Swasta seKecamatan Kutoarjo
Wawancara
Ketersediaan ruangan
Kondisi ruangan
Perencanaan Pemeliharaan Penghapusan 121
Lampiran 2. PEDOMAN DOKUMENTASI
No
Aspek
Ada
1
Data jumlah dan nama SMA se-Kecamatan Kutoarjo
2
Jumlah siswa dan rombel SMA se- Kecamatan Kutoarjo
3
4
Jumlah ruang SMA swasta se- Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/20122013/2014 Data kondisi ruang SMA swasta se- Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014
122
Tidak
Lampiran 3. PEDOMAN WAWANCARA 1. Apakah ada pendataan prasarana gedung sekolah? Jika ada kapan waktu pelaksanaannya? 2. Apakah tujuan dari pendataan prasarana gedung sekolah? 3. Apa saja komponen yang didata mengenai prasarana gedung sekolah? 4. Bagaimana proses perencanaan dan pengadaan kebutuhan prasarana gedung sekolah? 5. Bagaimana menganalisis dan menetapkan skala pioritas kebutuhan prasarana gedung sekolah? 6. Apakah dilakukan pemeriksaan dan pengecekan rutin terhadap kondisi prasarana gedung? Kapan waktu pelaksanaannya? 7. Bagaimana pemeriksaan dan pengecekan tersebutdilakukan? 8. Bagaimana pemeliharaan prasarana gedung dilakukan? 9. Apakah ada penghapusan terhadap prasarana gedung sekolah? 10. Jika ada penghapusan, faktor apa yang menyebabkan, dan bagaimana proses penghapusan tersebut? 11. Adakah kendala dalam proses pengelolaan prasarana gedung sekolah? 12. Apakah kendala yang dihadapi selalu sama pada setiap tahun ajaran baru? 13. Bagaimana solusi untuk menghadapi kendala-kendala yang ditemui?
123
Lampiran 4. DATA PRASARANA GEDUNG SMA SE-KECAMATAN KUTOARJO TAHUN AJARAN 2011/2012
124
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 1 1 1
Jumlah
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RusakBerat
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RusakSedang
11 1 1 1 0 2 1 1 2 1 1 1 1 1
SMA Muh. Kutoarjo
RusakRingan
5 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
Jumlah
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RusakBerat
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RusakSedang
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RusakRingan
Jumlah
4 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
Baik
RusakBerat
RuangTeori/Kelas LaboratoriumBiologi Laboratorium Kimia LaboratoriumFisika LaboratoriumBahasa LaboratoriumKomputer Perpustakaan Ruang UKS RuangKonseling RuangPimpinan Ruang Guru Ruang Tata Usaha Ruang OSIS RuangIbadah
RusakSedang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
RusakRingan
PrasaranaGedung
Baik
No
SMA WidyaKutoarjo
Baik
SMA Darul Hikmah Kutoarjo
5 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 5. DATA PRASARANA GEDUNG SMA SE-KECAMATAN KUTOARJO TAHUN AJARAN 2012/2013
RusakBerat
6 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
6 0 0 0 0 2 1 0 1 1 0 1 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
125
13 1 1 1 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah
RusakSedang
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RusakBerat
RusakRingan
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RusakSedang
Baik
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SMA Muh. Kutoarjo
RusakRingan
Jumlah
6 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
Jumlah
RusakBerat
RuangTeori/Kelas LaboratoriumBiologi Laboratorium Kimia LaboratoriumFisika LaboratoriumBahasa LaboratoriumKomputer Perpustakaan Ruang UKS RuangKonseling RuangPimpinan Ruang Guru Ruang Tata Usaha Ruang OSIS RuangIbadah
RusakSedang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
RusakRingan
PrasaranaGedung
Baik
No
SMA WidyaKutoarjo
Baik
SMA Darul Hikmah Kutoarjo
3 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 6.
DATA PRASARANA GEDUNG SMA SE-KECAMATAN KUTOARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 SMA Darul Hikmah Kutoarjo RusakBerat
Jumlah
Baik
RusakRingan
RusakSedang
RusakBerat
Jumlah
Baik
RusakRingan
RusakSedang
RusakBerat
Jumlah
RuangTeori/Kelas LaboratoriumBiologi Laboratorium Kimia LaboratoriumFisika LaboratoriumBahasa LaboratoriumKomputer Perpustakaan Ruang UKS RuangKonseling RuangPimpinan Ruang Guru Ruang Tata Usaha Ruang OSIS RuangIbadah
RusakSedang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
RusakRingan
PrasaranaGedung
SMA Muh. Kutoarjo
Baik
No
SMA WidyaKutoarjo
5 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
9 0 0 0 0 2 1 0 1 0 1 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0
0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 1 1 1 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1
4 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
126
Lampiran 7. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG PEMELIHARAAN GEDUNG SEKOLAH JABATAN: KEPALA SEKOLAH
NO
URAIAN TUGAS
YA
Bersama-sama dengan komite sekolah menunjuk personil yang akan dilibatkan dalam kegiatan pemeliharaan bangunan gedung sekolah Membina hubungan kerja sama yang baik dengan guru, komite sekolah, wali kmurid dan masyarakat yang ditunjuk selaku personil yang dilibatkan dalam kegiatan pemeliharaan. Mengkoordinasi seluruh personil yang ditunjuk dengan memberikan arahan kebijakan, informasi dan bimbingan dalam melaksanakan pemeliharaan gedung sekolah. TANGGUNG JAWAB: Bertanggung jawab penuh terhadap seluruh hasil yang dicapai dalam kegiatan pemeliharaan. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan gedung sekolah beserta sarana penunjangnya. WEWENANG:
PELAKSANAAN
Mengadakan pengawasan, monitoring dan evaluasi secara
127
TIDAK
periodik terhadap seluruh kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh kelompok kerja.
JABATAN: GURU
NO
PELAKSANAAN
URAIAN TUGAS
YA
Mencatat dan menyusun administrasi mengenai seluruh aset sarana prasarana yang dikelola oleh pihak sekolah. Memberikan pengertian / pemahaman kepada seluruh siswa tentang pentingnya keikutsertaan mereka dalam menjaga bangunan gedung sekolah beserta sarana penunjangnya. Memberikan informasi / petunjuk dan bimbingan dalam menjaga kebersihan gedung dan lingkungannya.
TANGGUNG JAWAB
Memeriksa dan menjaga kebersihan ruangan dan sarana prasarananya sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar berlangsung. Memberikan motivasi melaksanakan kebersihan ruangan dengan memberi contoh kepada seluruh siswa dengan menyapu lantai atau membersihkan ruangan yang selanjutnya akan dilaksanakan seluruh siswa dengan pembagian tugas bergiliran ( piket ) di masing-masing kelas.
128
TIDAK
WEWENANG Mengadakan pengawasan, monitoring dan evaluasi hasil kerja para siswa yang telah melaksanakan kegiatan pemeliharaan harian atau mingguan
JABATAN: KETUA KOMITE SEKOLAH URAIAN TUGAS Bersama kepala sekolah menunjuk personil yang akan dilibatkan dalam kegiatan pemeliharaan bangunan gedung sekolah. Membina hubungan kerja sama yang baik dengan manajemen sekolah, anggota komite, wali murid dan masyarakat yang ditunjuk selaku personil yang dilibatkan dalam kegiatan pemeliharaan. TANGGUNG JAWAB
Menyusun kebutuhan dan anggaran yang diperlukan untuk kegiatan pemeliharaan gedung sekolah. Berkoordinasi dengan seluruh anggota komite yang lain dan bersama dengan wali murid menggalang dana yang nantinya dipergunakan untuk melaksanakan pemeliharaan dan perawatan gedung sekolah.
WEWENANG
129
PELAKSANAAN YA TIDAK
Mengadakan evaluasi terhadap hasil inventori kondisi gedung dan sarana penunjangnya. Menyetujui rencana dan tindak lanjut dalam penanganan pemeliharaan gedung selanjutnya. Selaku pengawas seluruh kegiatan pemeliharaan termasuk didalamnya adalah pengawasan pengelolaan anggaran kegiatan pemeliharaan.
ORGANISASI TIM PELAKSANA PEKERJAAN TEKNIS PEMELIHARAAN GEDUNG SEKOLAH
JABATAN: KETUA TIM (KOORDINATOR) PELAKSANAAN YA
URAIAN
TUGAS, TANGGUNG JAWAB, WEWENANG .
Mengkoordinir tugas-tugas sekretaris, bendahara, surveyor dan pelaksana teknis. Menyusun rencana kerja, jadwal kerja dan anggaran kegiatan pemeliharaan Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan pemeliharaan bangunan gedung beserta sarana penunjangnya. Mengadakan inspeksi langsung secara teratur keseluruh ruangan / bangunan untuk memeriksa kondisi kerusakannya. Meneliti laporan dan masukan-masukan sebelum disampaikan surveyor. Merumuskan, mengevaluasi dan merekomendasi laporan-laporan serta penanganan permasalahan yang ditemukan, sebelum disampaikan kepada kepala sekolah dan ketua komite. Menerapkan prosedur panduan pemeliharaan gedung sekolah, sistem pencatatan dokumen hasil survey dan pengarsipan seluruh dokumen
130
TIDAK
pelaporan dengan teratur. Memelihara dan membina hubungan kerja dengan seluruh personil yang terlibat. Bertanggung jawab penuh dan melaporkan hasil kegiatan kepada kepala sekolah selaku penanggung jawab kegiatan dan ketua komite sekolah selaku pengawas kegiatan
JABATAN: SEKRETARIS Melakukan tugas-tugas administratif berupa pengarsipan dokumen sederhana, pencatatan notulen kegiatan rapat (koordinasi) dan hal-hal penting lainnya serta penyusunan pelaporan. Dalam melaksanakan tugasnya harus selalu berkoordinasi dengan team leader dan bertanggungjawab langsung kepada team leader.
JABATAN: BENDAHARA Melakukan pengelolaan, pencatatan dan pelaporan keuangan dengan tertib dan penuh tanggungjawab. Membuat pengajuan permohonan anggaran dana pemeliharaan yang diperlukan untuk kegiatan pemeliharaan dan perawatan. Dalam melaksanakan tugasnya harus selalu berkoordinasi dengan team leader dan bertanggungjawab langsung kepada team leader.
JABATAN : SURVEYOR/PENDATAAN
Melakukan pendataan kerusakan-kerusakan seluruh komponen bangunan. Melakukan dokumentasi, pengukuran, perhitungan dan pencatatan seluruh kegiatan dan hasil pendataan kerusakan bangunan
131
Menyusun pelaporan hasil pendataan dan disampaikan kepada team leader Bertanggung jawab penuh kepada team leader.
JABATAN: PELAKSANA TEKNIS Memimpin dan mengatur seluruh pekerja ( tukang dan tenaga ) dalam melaksanakan perawatan gedung sekolah agar terkoordinasi dengan baik sehingga dapat mencapai hasil sesuai dengan target dan sasaran serta spesifikasi teknis yang disyaratkan Mempelajari dokumen bestek ( gambar kerja , spesifikasi teknis dan anggaran pelaksanaan ) Menghitung kebutuhan material dan tenaga untuk melaksanakan perawatan bangunan Berkoordinasi dengan Sekretaris dan Bendahara dalam menyusun laporan maupun pengajuan anggaran perawatan
132
FORMULIR PEMANTAUAN KEGIATAN PEMELIHARAAN SARANA-PRASARANA SEKOLAH & LINGKUNGANNYA I. KEGIATAN : PEMELIHARAAN HARIAN
No Hari/ Tanggal
Tanda Tangan
Penyelia(Supervisor) Pemeliharaan yang Dilakukan
Pelaksana Kelas
Kegiatan yang Dilakukan
1.
Pembersihan ruangan dalam / selasar
Menggeser perabotan dalam ruangan menyapu dan mengepel lantai
2.
Pembersihan daun pintu dan jendela, permukaan kaca
Membersihkan daun pintu dan jendela kaca menggunakan lap / kemucing
3.
Pembersihan KM/WC dan saluran pembuangan
Membersihkan closet, menguras bak air, menggosok lantai dengan sikat, menggelontor lubang avour dan closet
4.
Memeriksa penggunaan listrik
Mematikan lampu ruangan setelah ruangan tidak dipergunakan
5.
Mengunci semua pintu dan jendela
Mengunci semua pintu dan jendela setelah kegiatan belajar mengajar berakhir demi keamanan ruangan dan
133
Catatan
isinya
134
FORMULIR PEMANTAUAN KEGIATAN PEMELIHARAAN SARANA-PRASARANA SEKOLAH II. KEGIATAN : PEMELIHARAAN MINGGUAN
No
Minggu (Tgl...s/d....)
Bulan/Tahun:
Penyelia (Supervisor) Pemeliharaan yang Dilakukan
Tanda Tangan Pelaksana Kelas
Kegiatan yang Dilakukan
1.
Pembersihan ruangan dalam / selasar
Menggeser perabotan dalam ruangan menyapu dan mengepel lantai
2.
Pembersihan daun pintu dan jendela, permukaan kaca
Membersihkan daun pintu dan jendela kaca menggunakan cairan pembersih
3.
Pembersihan KM/WC dan saluran pembuangan
Membersihkan closet, menguras bak air, menggosok lantai dengan sikat dan cairan pembersih, menggelontor lubang saluran pembuangan
4.
Pembersihan halaman dan saluran drainase
Menyapu halaman, mengumpulkan sampah-sampah yang berceceran, membersihkan saluran drainase dari sampah atau endapan tanah, potong ranting dan dedaunan pohon-pohon di sekitar bangunan, pangkas / cabut rumput liar yang tumbuh di halaman
5.
Pemeriksaan kondisi halaman dan sekitar bangunan
Memeriksa kondisi tanah yang ada di sekitar pondasi bangunan apakah mengalami erosi / tidak. Memastikan bahwa tanah disekitar tidak terdapat sarang rayap yang akan berpengaruh terhadap komponen kayu bangunan dan pondasi
135
Catatan
FORMULIR PEMANTAUAN KEGIATAN PEMELIHARAAN SARANA-PRASARANA SEKOLAH I. KEGIATAN : PEMELIHARAAN BULANAN
No
Bulan/Tahun Penyelia Pelaksana Pemeliharaan yang Dilakukan
Hari
Permasalahan
Kegiatan yang Dilakukan
1.
Pembersihan halaman dan saluran drainase
Menyapu halaman, mengumpulkan sampah-sampah yang berceceran, membersihkan saluran drainase dari sampah atau endapan tanah, potong ranting dan dedaunan pohon-pohon di sekitar bangunan, pangkas / cabut rumput liar yang tumbuh di halaman
2.
Pemeriksaan kondisi halaman dan sekitar bangunan
Memeriksa kondisi tanah yang ada di sekitar pondasi bangunan apakah mengalami erosi / tidak. Memastikan bahwa tanah disekitar tidak terdapat sarang rayap yang akan berpengaruh terhadap komponen kayu bangunan dan pondasi
3.
Pemeriksaan Bangunan Gedung dan kelengkapan komponen bangunan
Memeriksa kondisi penutup atap, rangka atap dan langit-langit dalam ruangan, Teritis, seluruh talang keliling bangunan. Memeriksa kosen, daun pintu dan jendela kaca, penggantung dan pengunci Memeriksa kondisi plesteran dan sponengan dinding, permukaan lantai
136
Memeriksa kondisi instalasi mekanikal dan elektrikal
4.
Pemeriksaan kondisi halaman dan sekitar bangunan
Memotong pepohonan, memusnahkan sarang serangga / rayap, yang ditemukan Pemeriksaan kondisi halaman, pagar halaman, jalan setapak, paving halaman, saluran drainase
137
Lampiran 8. TRANSKRIP WAWANCARA
Hari, tanggal
: Senin, 08 Desmber 2014
Waktu
: 09.00-11.00 WIB
Lokasi
: SMA Widya Kutoarjo
Narasumber
: Bapak T (Ka.TU SMA Widya Kutoarjo)
Catatan Lapangan
: Peneliti memasukkan surat ijin penelitian ke SMA Widya Kutoarjo
pada hari Jumat, 5 Desember 2014 dan langsung membuat janji pertemuan untuk wawancara pada hari Senin, 8 Desember 2014 pukul 09.00 WIB. Pada tanggal tersebut, peneliti datang dan disambut dengan ramah oleh salah satu staf TU, dan menunggu sebentar untuk wawancara dengan narasumber yaitu bapak T selaku kepala TU di SMA Widya Kutoarjo.Wawancara dilakukan di rang Tata Usaha SMA Widya Kutoarjo. Setelah berkenalan dan berbasa basi, peneliti langsung menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan skripsi peneliti. Berikut ini rincian wawancara peneliti dengan bapak T.
No
Peneliti
Narasumber
1.
Apakah
prasarana
seperti
ruang-ruang
laboratorium,
dan
gedung, Oh ya iya pasti mbak, sekolah tentu punya data kelas, kepemilikan sarana prasarana, baik itu benda mati lain maupn benda bergerak. Benda mati itu kan seperti
sebagainya itu selalu didata/di computer, meja, kursi, termasuk gedung kan mba. inventaris pak?
Nah, kalo benda bergerak itu ya kaya kapur, kertas, semua ada catatannya.
2.
Betul pak, dulu kan saya PPL di
-
138
Iya betul mba.
Dinas Pendidikan Kabupaten
-
Memang benar ketika mengambil ijasah di
Purworejo bagian sarpras, nah,
Dinas wajib memberikan isian data sarana
waktu itu saya menemui bahwa
prasarana ya, itu sekolah yang mengisi.
ketika sekolah akan mengambil
Jadi dari dinas itu menyerahkan formulir
ijasah siswa, syaratnya itu harus
itu untuk sekolah, nant sekolah yang
menyerahkan
isian
mengisi trus diminta lagi oleh Dinas.
kondisi prasarana seperti ruang
Sebenarnya ya dalam mengisi formulr itu
kelas,
rusak
ya sekolah tinggal nyonto yang sudah ada,
ringan, rusak sedang, atau rusak
lah ga usah diminta juga kan sekolah sudah
berat. Nah, yang ingin saya
punya datanya. Cuma karena itu diminta,
tanyakan
ya sekolah tinggal ngikutin saja, kan siapa
apakah
itu,
pendataan sekolah atau
formulir
baik,
apa
memang
dilakukan sendiri
hanya
oleh
tau malah jadi bisa dapat bantuan dari
sebelumnya ketika
pemerintah.
masa
pengamblan ijasah? 3.
Iya pak, berarti sekolah sendiri tergantung
mba,
di
sini
itu
ada
yang
juga sebenarnya sudah memiliki inventarisasinya sebulan sekali, biasanya ya itu data tentang prasarana tersebut benda bergerak, seperti kapur, kertas, kan setiap ya pak. Lalu, inventaris sarpras hari dipakai nanti akhir bulan di cek, awal bulan di sekolah itu sendiri biasanya diadakan lagi. Kalau ruang-ruang sekolah sih ada jangka waktu tertentu tidak diinventarisasikan sesuai situasi. Kan biasanya pak?
ruang, komputer, seperti itu kan tahan lama ya mba, jadi jarang berubah-ubah jumlahnya, kecuali kalau ada bantuan atau pembelian baru, kan langsung dicatat juga. Semua benda yang dibeli,
139
dipakai, dihapus itu kan milik sekolah, bukan milik pribadi, nanti kan akan ditanyai laporan pertanggungjawabannya kan mba, walauppun swasta
juga
kan
tanggungjawabnya.
malah
lebih
banyak
Bertanggungjawab
ke
yayasan, pemerintah, orang tua murid juga, jadi ya harus
ada
otentiknya
untuk
mencegah
kesalahpahaman. Termasuk gedung sekolah juga, harus ada hitam di atas putih. Misalnya tanah ini, ya harus ada catatannya, dalam bentuk sertifikat sebagai bukti kepemilikan.
Trus juga kala
sewaktu-waktu diminta sama Dinas Pendidikan juga tidak kaget sudah ada kan. 4.
Jadi
sebenarnya
tujuan Iya mba, Selain itu, kan kalau pemerintah
inventarisasi itu ya buat bukti mengadakan bantuan untuk sekolah otomatis kepemilikan ya pak?
dalam pengajuan sekolah harus mencantumkan prasarana yang sudah dimiliki itu apa saja dan bagaimana.
5.
Iya pak, betul. Biasanya kalau Ya seperti yang ada di profil sekolah itu mbak, apa pendataan gedung sekolah itu, saja yang dimiliki, jumlah dan kondisinya, yang yang didata tentang apa saja rusak apa,berapa, jujur saja pokoknya. pak?
6.
Lalu
untuk
inventarisasi
itu
mengisi
-
Pengecekan maksudnya gimana mbak?
biasanya
-
Oh seperti itu, kan kita setiap hari ada di
dilakukannya bagaimana pak?
sekolah,
140
dikam-diam
ya
sambil
Apa disamakan setiap tahun
memperhatikan kondisi mbak, kalau hari
atau
hujan ya di tiiteni ada yang bocor apa
dilakukan
pengecekan
ulang atau bagaimana pak? -
Maksud
saya
mengetahui
tidak. Kalau ada ya nanti ditangani. Jadi ya
untuk
sepanjang
waktu
mbak
dilakukan
kondisi
pengecekan, Cuma kan tidak formal atau
dalam
diberi batasan waktu tertentu dan ya oleh
keadaan baik atau rusak
siapa saja yang menemukan. guru lagi
itu seperti apa pak?
ngajar trus kebocoran kan nanti lapor, trus
ruang
tertentu
dicatat di tangani. 7
Nah,
untuk
prasarana
penanganan Ya kalau masih ringan-ringan itu ya ditangani
yang
rusak
bagaimana pak?
itu langsung mbak, tapi ya tergantung situasi kondisi. Kalau sekedar bocor, ya bisa langsung dibetulkan. Kalau misalnya perlu cat ulang, itu nanti dilihat kondisi keuangan sekolah, masih bisa diusahakan atau tidak.
8.
Trus kalau misalnya yang rusak Kalau begitu sih tergantung situasi kondisi itu beberapa ruang sekaligus di keuangan mana mbak, yang lebih dulu dtangani waktu apakah
yang
bersamaan
langsung
semua atau tidak pak?
itu itu yang mendesak, namanya skala proritas.
ditangani Misalnya ruang kelas sama laboratorium, yang lebih sering dipakai kan ruang kelas, dipakai setiap hari, jadi ya kalau ada kerusakan sebisa mungkin
diperbaiki.
Disini
itu
ada
ruang
peminatan bagi siswa, seperti tata boga, tata busana, tapi dulu, sekarang jarang dipakai jadi ya seperti itu, dikunci terus.
141
9.
Jadi untuk menentukan skala Skala prioritas itu kan mana yang lebih dulu, itu prioritas
itu,
berdasarkan didahulukan, tapi juga harus melihat kepentingan
seringnya ruang dipakai pak?
dan kebermanfaatannya, semakin penting ya semakin diprioritaskan, seperti itu.
10.
Iya pak, oh iya pak, tadi kan Pengecekan ruangan kan itu rutinitas setiap hari ya pengecekan
kondisi
ruangan mbak, jadi tidak perlu ada waktu khusus,
dilakukan setiap saat ya pak, ibaratnya, sambil jalan atau keliling bisa kelihatan, nah kalau pemeliharaannya itu sambil ngajar juga bisa kelihatan, ya itu juga kan apa berbeda atau bagaimana semacam bentuk pemeliharaan yang tidak terlihat, pak?
jadi misalnya ada sesuatu yang kurang baik bisa langsung ditangani, tapi ya sekali lagi lihat situasi kondisi keuangan untuk bisa menanganinya. Saya sering itu keliling, misal dari ruang BK di ujung sana, balik ke TU kan juga sambil memeriksa, ngecek kondisi tembok, atap, atau apa saja.
11.
Jadi
sambil
lewat
sambil Iya mbak,
mengawasi keadaan sekolah ya
-
pak? -
Oh kalau itu ya sering terjadi mbak, namanya juga sekolah swasta, pergerakan
Trus begini pak, Pernah
jumlah siswa itu mudah berubah. Dulu
tidak sih, ada ruangan
waktu masih tahun 1980an itu masih
yang kosong atau tidak
banyak muridnya, rombelnya saja sampai
dipakai? Misalnya ruang
33 dari kelas 1-3. Tapi sekarang semakin
kelas,
berkurang,
sudah
misal
sekolah
memiliki
kan
anak-anak
sekarang
10
diarahkan masuk SMK, makanya di sini
ruang kelas, nah, pada
sekarang juga ada SMK nya mbak. Itu,
142
tahun
ajaran
tertentu
bangunan di sebelah utara mushola itu juga
ternyata jumlah murid
SMK. Sekarang kan di sini ada 6 rombel
sedikit
jmlah
mbak, setiap tingkat 2 rombel. Nah, untuk
rombel ternyata tidak
pembagian ruang kelas sendiri itu begini,
memenuhi.
jadi kan Kurikulum 2013 itu dari kelas satu
dan
Itu
bagaimana pak?
sudah ada penjurusan, jadi masing-masing rombel itu sebanyak 22 anak di pisah ke kelas yang berbeda ketika mata pelajaran jurusan, yaitu Alam dan Sosial, nah, nanti kan tetap ada mata pelajaran umum mbak, seperti PKn, Agama, itu mereka disatukan lagi. Ya memang sih
mau tidak mau,
karena rombel yang semakin berkurang otomatis ada ruangan yang tidak terpakai, makanya terus berdiri SMK Widya mbak, itu kan juga kebijakan yayasan untuk tetap bisa bertahan memaksimalkan prasarana yang sudah ada. 12.
Jadi ternyata di sini juga ada Iya itu sebelah utara mushola itu sudah SMK SMK Widya ya pak? Dalam Widya, nah, deretan sebelah selatan ini masih satu gerbang ternyata ada dua SMA. Tapi kepemilikan tanah, ya masih atas sekolah?
nama SMA Widya mbak, dulunya semua ruangan punya SMA Widya, tapi kan semakin ke sini sedang marak SMK, jadi ya jalan lah duaduanya.Kalau gedung/ruang itu kan sayang kalau
143
dirobohkan, jadi ya biar tetap efektif, yayasan juga kan melihat peluang sekarang, SMK itu bisa langsung kerja, ya bisa melanjutkan pendidikan juga, 13.
Iya pak betul,
lalu dalam Jujur saja ya kendala yang paling berat itu ya
keseluruhan
pengelolaan masalah
keuangan
ya
mbak,
untuk
biaya
prasarana gedung itu, apa saja operasional, perbaikan kan ga sedikit. Masalah kendala yang dihadapi pak?
sarpras itu mau dibilang gampang ya sebenarnya rumit mbak, sekolah ini berdiri tahun 1980, saya masuk tahun 1982, jadi ya saya ngalami itu pasang surut sekolah ini, mulai siswanya, tenaganya, sampai prasarana. Dulu ya tanah ini punya orang Cina, sudah tua sekali, dulu dipakai untuk sapi merumput, ada bangunan pertama itu yang di depan sampai sekarang masih tetap seperti bangunan Belanda itu kan mbak, ya memang sudah
tua.
Nah,
saya
mengikuti
sekali
pembangunan sekolah ini. Mulai dulu siswanya masih banyak, masih lancar. Keadaan sekarang sudah jauh berubah, kan sekolah swasta, dana didapat dari siswa dan yayasan, itu juga kan tidak semua dialokasikan untuk prasarana, biaya tenaga pendidikan, biaya operasional, dan lain-lain. Siswa semakin berkurang, jadi ya beginilah. Untuk uang dari siswa pun kami tidak mematok nilai yang
144
tinggi. Uang SPP di sini sebenarnya masih lebih murah daripada di sekolah negeri lo mbak, gimana pun juga kan sekolah ini punya tujuan untuk mencerdaskan komersil,
jadi
peserta ya
didik,
tetap
bukan
untuk
mempertimbangkan
perekonomian orang tua murid, jadi tidak bisa sewenang-wenang menaikkan uang SPP setinggitingginya. 14.
Iya pak, saya mengerti. Lalu Oh kalau bantuan pemerintah itu ya ada misalnya bagaimana dengan bantuan dari Dana DAK untuk rehabilitasi ruangan yang rusak pemerintah pak? apakah ada rusak berat itu, ata tidak hibah. Kan kalau bantuan atau tidak?
itu berdasarkan usulan, kadang dapat tapi juga tidak mesti, kan harus gantian juga dengan sekolah lain. Kalaupun dapat itu juga prosesnya panjang sekali mbak. Mulai dari usulan, harus membuat proposal. Biasanya kan dari Dinas memberi kesempatan untuk sekolah semisal ada bantuan seperti itu, nanti sekolah mengajukan proposal, kalau disetujui, nanti kan masih harus membuat rencana-rencana, kerjasama dengan rekanan yang sudah ditunjuk. Dana yang disediakan berapa, kita merancang, itu harus benar-benar sesuai, tidak boleh kurang atau lebih sedikitpun, kan rumit itu, harus revisi ini itu berulang kali, belum nanti kalau terjadi keterlambatan pencairan. Itu kan juga
145
kendala namanya. 15.
Berarti
kalau
mendapat
bantuan
pemerintah
tapi
misalnya Ya solusinya kami ya menunggu saja. Kita mau dari gerak duluan juga nanti dikira sekolah sudah ternyata punya dana tapi kok dapat bantuan, kan seperti itu.
realisasinya tidak sesuai itu, Jadi kalau misal terjadi keterlambatan yasudah, solusi
dari
pihak
sekolah tinggal menunggu saja.
bagaimana pak? 16.
Apa kendala-kendala yang
Kalau masalah keuangan ya itu tergantung situasi
dihadapi itu selalu berlanjut
sekolah, kalau mendapat siswa banyak, ya tidak
setiap tahun ajaran baru pak?
ada masalah. Tapi kan namanya kehidupan itu bergerak,
berputar,
sama
seperti
kehidupan
sekolah mbak, pasti akan ada kendala-kendala. Tinggal
bagaimana
kita
berusaha
menyelesaikannya, Sekolah perlu memperluas relasi, seperti kita hidup mbak, harus saling bersilaturahim, selalu menjaga hubungan baik dengan orang lain sehingga siapa tahu nanti ketika kita ada urusan, orang lain ada yang mau membantu
melancarkan/mempermudah
urusan
kita tersebut. Ya prinsipnya sama lah dengan sekolah, harus menjaga hubungan baik dengan masyarakat maupun lembaga lain sehingga dapat dipercaya dan dimudahkan urusan sekolah. 17.
Iya pak, betul sekali. Seperti itu
Iya mbak, tidak usah sungkan, kami siap
saja pak pertanyaan dari saya,
membantu kalau dibutuhkan. Kapan saja mbak
146
terima kasih untuk waktu yang
perlu silakan datang kembali ke sini. Siapa tahu
diberikan kepada saya.
mbak besok bisa jadi pejabat kan jadinya bisa
-
Hehehe, iya pak. Aamin, membantu. mudah-mudahan.
Dari wawancara di atas, dapat diketahi bahwa SMA Widya Kutoarjo memiliki data inventaris sarana prasarana secara lengkap, termasuk prasarana gedung sekolah yang meliputi jumlah dan kondisi sarana prasarana. Inventarisasi tersebut digunakan sebagai bukti kepemilikan sarana prasarana, bentuk pertanggungjawaban sekolah dan untuk memenuhi persyaratan apabila sekolah akan mengajukan permintaan bantuan dari pemerintah. Perencanaan dan pemeliharaan gedung sekolah didasarkan pada skala prioritas. Pengecekan dan pemeliharaan prasarana gedung dilakukan secara rutin tanpa perlu waktu khusus, pengecekan dilakukan sepanjang waktu secara spontanitas oleh seluruh warga sekolah. Jika ada kerusakan, maka sebisa mungkin langsung diperbaiki sesuai dengan skala prioritasnya dengan melihat situasi dan kondisi keuangan sekolah. SMA Widya Kutoarjo terletak satu lokasi dengan SMK Widya Kutoarjo, hal tersebut bertujuan untuk mengantisipasi adanya ruang sekolah yang tidak terpakai karena jumlah murid SMA Widya Kutarjo yang sedikit. Kendala utama yang dihadapi oleh SMA Widya Kutoarjo berkaitan dengan prasarana gedung adalah masalah keuangan. Jumlah siswa yang semakin berkurang berpengaruh pada berkurangnya pendapatan SMA tersebut, selain itu, pihak sekolah juga kewalahan dengan keterlambatan pencairan dana bantuan dari pemerintah. Solusi yang dilakukan oleh yayasan Widya berkaitan dengan hal tersebut adalah mendirikan SMK Widya Kutoarjo dan meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat maupun lembaga lain. Hari, tanggal
: Kamis, 11 Desember 2014
Waktu
: 08.30-09.30 WIB 147
Lokasi
: SMA Darul Hikmah Kutoarjo
Narasumber
: 1. Ibu PSL (Sumber Belajar) 2. Bapak S ( Bagian Sarana Prasarana)
Catatan Lapangan
: Peneliti memasukkan surat ijin penelitan pada hari Jumat, tanggal 5
Desember 2014 ke bagian Tata Usaha. Pegawai TU mengatakan akan menghubungi peneliti tentang kelanjutan surat penelitian tersebut. Pada hari Rabu, tanggal 10 Desember 2014, peneliti memperoleh pesan dari SMA Darul Hikmah Kutoarjo untuk datang pada hari Kamis, tanggal 11 Desember 2014 bertemu dengan kepala sekolah, yaitu ibu Eri Rahmawati. Pada hari Kamis, peneliti menemui kepala sekolah dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti sehingga pada hari itu juga peneliti diizinkan untuk langsung wawancara dengan pegawai yang ditunjuk. Berikut ini rincian wawancara peneliti dengan Ibu PSL selaku sumber belajar yang mengurus peralatan pendidikan dan Bapak S yang mengurus sarana prasarana sekolah. No Peneliti -
Narasumber
Iya bu,
saya
mahasiswa Bagaimana mbak, ada yang bisa kami bantu,
UNY, jurusan Administrasi tentang apa? Pendidikan
yang
sedang
-
Oh begitu, bawa proposalnya mbak?
mengerjakan skripsi tentang
boleh Ibu lihat?
prasarana gedung Bu, saya
(kemudian ibu PSL membaca proposal
ke sekolah untuk mengambil
skripsi).
data
Kalau
kualitatif
wawancara
berupa
SMA
Darul
Hikmah
ini
mengenai
sebenarnya satu atap dengan SMP Darul
pengelolaan atau manajemen
Hikmah mbak, jadi latar belakangnya
gedung sekolah Bu.
sama,
satu
yayasan
begitu.
Untuk
kelasnya SMA ada 6 kelas, SMP ada 6 148
kelas, jadi totalnya ada 12 kelas. 2.
Oh jadi satu lingkungan ini ada dua Kalau untuk pengelolaan itu dari yayasan mbak, sekolah ya Bu? SMA dan SMP dari pondok pesantren yang mengatur. Darul
Hikmah.
Lalu
untuk
manajemennya bagaimana Bu? 3.
Mengenai
soal
prasarana
gedung
sendiri-sendiri
atau
inventarisasi Inventarisasi satu di yayasan, jadi digabung, tapi Bu,
Apakah kami tentu saja juga membuat masing-masing. digabung? SMA punya sendiri, SMP punya sendiri juga.
Mengingat dua jenjang sekolah Biasanya dpisah pisah itu kan kalau ada dalam satu lingkungan seperti ini.
akreditasi dari pemerintah ya mbak, jadi kan SMA sendiri,
SMP
sendiri akreditasinya.
Walaupun satu atap, tapi kami mempunyai ruang kelas yang memadai, artinya masingmasing rombel punya, bukan gantian msalnya pagi SMA, sore SMP itu tidak. Setiap rombel ada kelasnya masing-masing. Paling yang digunakan bersama itu ada, seperti perpustakaan kan itu ruangnya luas jadi tidak khawatir. Selain itu juga untuk pengajar kan ada yang satu untuk SMP dan SMA, seperti guru TIK, waktu masih ada pelajaran TIK, jadi kan harus gantian, jadi ruang laboratorium Komputer ya cukup satu untuk bersama. Satu rombel kan kan hanya 25 anak mbak. Untuk SMP dan SMA Darul Hikmah sendiri juga membatasi siswa hanya
149
300 siswa saja maksimal. 4.
Lalu untuk ruang yang dipakai Ya tidak, kan memakainya berdasarkan jadwal, bersama itu, apa tidak kesulitan jadwalnya sendiri diatur oleh yayasan, seperti mengaturnya Bu?
yang sudah saya katakan tadi bahwasanya biasanya guru mata pelajarannya kan satu, jadi kan tidak bertubrukan. Untuk perpustakaan kami rasa cukup luas ya jadi walau digunakan oleh siswa SMA maupun SMP tdak ada masalah.
5.
Iya Bu, kalau misalnya sekolah Sejauh ini sih kami belum menambah ruang ingin membangun ruang baru itu baru sih mbak, dari dulu pertama sampai bagaimana prosedurnya Bu?
sekarang masih tetap sudah dari yayasan.Kalau kami harus menambah ruang baru terutama ruang kelas, maka pondok pesantren juga harus menambah asrama baru lagi untuk tempat tinggal siswa tersebut. Sebenarnya juga dari pemerintah kan sering ya ada bantuan bantuan, tapi sejauh ini kami belum menerima. Kami rasa masih cukup memadai lah. Tetapi, kalau ada bantuan
berikutnya,
kami
mungkin
mempertimbangkan untuk menerima karena mungkin ada kemungkinan penambahan jumlah santri. 6.
Jadi siswa yang bersekolah di sini Siswa di sini memang santri dan di asrama di santri
pondok
pesantren
Darul Pondok
150
Pesantren
Darul
Hikmah
mbak.
Hikmah ya Bu? Apa ada yang Jumlahnya lumayan, rencananya juga mau di bukan santri? 7.
adakan asrama untuk putri juga.
Apa asrama dengan sekolah jadi Oh lain, kalau asramanya itu sendiri ada di satu juga Bu?
depan rumah sakit itu mbak, sekitar 200 meteran dari sini. Ini khusus sekolah.
8.
Mengenai pemeliharaan prasarana Kalau pengecekan itu tidak perlu jangka waktu gedung
Bu,
apa
pemeriksaan/pengecekan
ada tertentu, bisa setiap hari, nanti kalau ada yang dan rusak diperbaiki. Seperti pengecatan lapangan
bagaimana?
itu juga termasuk pemeliharaan. Biasanya tergantung rencana anggaran. Bisa 3 tahun sekali, bisa 2 tahun sekali.
9.
Jadi perawatannya itu per- 3 tahun Tidak mesti juga mbak, sebenarnya tergantung itu ya Bu?
situasi dan kondisi pada saat itu juga.
Bapak S selaku pengurus sarana prasarana sekolah masuk ke dalam ruangan. Setelah berkenalan, kemudian wawancara dilanjutkan dengan Bapak S dan Ibu P. Ibu P : Ini Bapak S, beliau yang mengurusi sarana prasarana sekolah mbak, kalau saya kan yang
mengurusi
peralatannnya.
Monggo
dilanjutkan, Bapak S mungkin lebih paham. 10. Baik Bu, Pak, tadi sampai pada Untuk menentukan mana yang penting dan pemeliharaan gedung sekolah, jadi didahulukan itu ya biasanya dengan melihat kan perbaikan itu ada yang tiga/dua situasi keuangan ya, dan juga ke-urgent-annya. tahun sekali. Nah, biasanya itu juga kan tidak lepas dari bentuk skala prioritas ya pak, Bagaimana cara 151
menentukan skala prioritas itu Pak? 11. Kalau dari segi keuangannya itu, Kalau
untuk
bangun
membangun
atau
dari siswa, yayasan, atau darimana memperbaiki itu dari yayasan mbak, kalau dana Pak?
dari siswa itu kan untuk operasional saja.
12. Ini misalnya ya Pak, kalau terjadi Sejauh ini belum pernah ada ruang yang kosong penurunan jumlah siswa, langkah ya mbak. Kami selalu menerima siswa sesuai apa yang dilakukan Pak? Apakah dengan rombel yang sama yaitu 6 rombel isinya pernah sampai ada ruang kosong?
25
siswa.
Kalaupun nanti
jumlah siswa
menurun, kami tetap akan membaginya menjadi sejumlah rombel yang sama setiap tahunnya, misalnya 13 siswa per kelas pun tidak apa-apa. Kami tidak akan tutup insya Allah. 13. O iya pak, apa ada ruang yang Kalau di sini sekarang kan menganut sistim masih
belum
ada?
Misalnya moving class mbak, jadi kelas-kelas mapel
laboratorium, kan kalau di peraturan sesuai kurikulum 2013, jadi laboratorium, menteri
itu
minimal
ada
5 misalnya MIPA, langsung di kelas-kelas begitu
laboratorium ya Pak? 14. Begitu
ya Pak,
mbak.
soal peralatan Kalau peralatannya kami sudah punya lengkap
laboratorium yang dimiliki sekolah sekitar 90 persen mbak. bagaimana Pak, apa sudah lengkap? 15. Sudah baik berarti ya Pak, lalu Sejauh ini sih belum ada kendala mbak, kami secara
keseluruhan
pengelolaan kan selalu merencanakan budget yang jelas dan
prasarana tersebut, apa ada kendala- cukup untuk pemeliharaan dan perbaikan sarana kendala Pak?
prasarana sekolah. Jadi Insya Allah baik-baik saja. Jumlah siswa juga tidak ada masalah.
152
16. Dari segi kondisi gedung sekolah Iya masih baik seperti ini, kalau ada yang juga masih baik-baik saja ya Pak?
keliatan tidak layak ya kam perbaharui, seperti lapangan itu, truskemarin juga baru menngecat ulang masjd itu.
17. Oh iya baik Pak, Bu, Seperti ini Iya mbak, sudah tugas kam memberikan saja pertanyaan dari saya hari ini. layanan kepada masyarakat, kepada siswa, Insya Allahsudah terjawab semua.
orang tua, termasuk mbak. Semoga membantu.
Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa SMA Darul Hikmah merupakan sekolah menengah atas yang berbasis pondok pesantren yang seluruh siswanya merupakan santri pondok pesantren Darul Hikmah Kutoarjo. SMA Darul Hikmah merupakan sekolah satu atap dengan SMP Darul Hikmah. Inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan SMP dan SMA Darul
Hikmah
Kutoarjo
digabungkan
menjadi
satu
sebagai
bentuk
pertanggungjawaban kepada Yayasan, meskipun demikian, SMA Darul Hikmah tetap memiliki data inventarisasi yang terpisah dari SMP Darul Hikmah sebagai salah satu persyaratan yang wajib dimiliki sekolah jika diadakan akreditasi dari pemerintah. Dalam perencanaan dan pengadaan ruang/gedung sekolah baru, SMA Darul Hikmah tidak terlepas dari andil yayasan, sebab segala pembiayaan yang berkaitan dengan prasarana gedung sekolah ditanggung oleh yayasan, bukan siswa. Namun, sejauh ini, SMA Darul Hikmah belum pernah menambah ruang/gedung baru karena gedung yang telah ada dianggap masih memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, jika ada penambahan ruang kelas, maka perlu adanya penambahan ruang asrama pondok pesantren. Hal ini karena siswa SMA Darul Hikmah haruslah tinggal di asrama pondok pesantren Darul Hikmah. SMA Darul Hikmah memiliki jumlah rombongan belajar sebanyak 6 rombel, masing-masing rombel terdiri dari 22 siswa. SMA Darul Hikmah memiliki jumlah ruang kelas sesuai dengan jumlah rombongan belajar 153
tersebut. Dalam penggunaan gedung sekolah, terdapat beberapa ruangan yang dipakai bersama oleh SMA dan SMP Darul Hikmah , misalnya ruang perpustakaan, laboratorium komputer, ruang ibadah. Dalam mengatr penggunaan ruang bersama tersebut disesuaikan dengan jadwal yang sudah diatur oleh yayasan. Selain itu, SMA Darul Hikmah juga menganut sistim kelas mata pelajaran, sehingga apabila ada mata pelajaran praktikum, maka peralatan praktikum langsung dibawa ke kelas yang bersangkutan dan tidak menggunakan labooratorium. Pemeriksaan kondisi gedung sekolah dilaksanakan sepanjang waktu dan tidak memerlukan jangka waktu tertentu. Apabila terdapat kerusakan, sekolah melihat pada rencana anggaran, jika memungkinkan maka kerusakan tersebut akan segera diperbaiki. Dalam menentukan skala prioritas perbaikan gedung, sekolah senantiasa melihat pada rencana anggaran yang telah dipersiapkan serta melihat tingkat kepentingan dari gedung yang perlu diperbaiki tersebut. Pemeliharaan dilakukan dengan memperbaiki kerusakan-kerusakan ringan dengan segera serta melakukan pengecetan ruang/lapangan yang biasa dilakukan setiap 2-3 tahun sekali dengan melihat kondisi dan tingkat kelayakan prasarana tersebut.SMA Darul Hikmah belum pernah melakukan penghapusan terhadap prasarana gedung sekolah yang ada, sebanyak apapun jumlah siswa yang masuk SMA tersebutakan dibagi dan disesuaikan berdasarkan rombongan belajar dan ruang kelas yang telah ada. Hari, tanggal
: Senin, 15 Desember 2014
Waktu
: 08.30-09.30 WIB
Lokasi
: SMA Muhammadiyah Kutoarjo
Narasumber
: Ibu W (Bendahara Sekolah)
Catatan Lapangan : Peneliti memasukkan surat ijin penelitian pada hari Jumat, tanggal 5 Desember 2014. Sekolah mengatakan akan menghubungi peneliti tentang tindak lanjut penelitian yang akan dilakukan. SMA Muhammadiyah Kutoarjo pada saat itu sedang melaksanakan jian Akhir Sekolah serta Tes Uji Coba sampai tanggal 12 Desember 2014
154
sehingga wawancara bisa dilakukan setelah tanggal tersebut. Peneliti melaksanakan wawancara pada hari Senin, tanggal 15 Desember 2014 dengan Ibu W yang merupakan bendahara SMA Muhammadiyah Kutoarjo. Berikut ini rincian wawancara yang telah dilaksanakan. No
Peneliti
Narasumber
1.
Selamat pagi Bu, skripsi saya ini Oh ya silakan. tentang
perkembangan
kondisi
prasarana gedung sekolah yang dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
Kantitatif
berdasarkan
data kondisi prasarana gedung dari DInas
Pendidikan
Kabupaten
Purworejo, sedangkan saya yang kualitatif berdasarkan wawancara di setiap sekolah. Apa yang saya ingin tanyakan
lebih
mengenai
manajemen dan pengelolaan gedung sekolah tersebut Bu. 2.
Pertama
mengenai
inventaris Kalau inventaris itu dilakukan setiap tahun.
gedung sekolah, bagaimana proses Jadi setiap tahun dihitung penyusutan masingpendataan gedung sekolah bu? Apa masing gedung, dicatat, dilaporkan. dilakukan
setiap
tahun
atau
bagaimana Bu? 3.
Wah,
penyusutan
gedung
itu Gini, setiap gedung itu kan punya harga jual,
155
maksudnya apa ya Bu?
awalnya berapa, kemudian digunakan secara terus-menerus kan ada penyusutan. Seperti barang itu kan pasti mengalami penyusutan setelah dipakai, ya gedung juga sama saja. Misalnya
setiap
tahun
itu
diperkirakan
menyusut 5%, ya dihitung 5% dari harga awal berapa, nanti ketemu nilainya. 4.
Oh begitu ya Bu, lalu yang seperti Ya untuk menentukan nilai jual gedung itu tujuannya untuk apa?
tersebut. Kalau gedungnya rusak kan berarti nilai jualnya menurun, dan sebaliknya.
5.
Jadi kalau misalnya ada ruang rusak Iya betul. berarti menurun, kemudian jika diperbaiki, nanti meningkat ya Bu nilai jualnya?
6.
Oh iya ibu, saya tertarik, kenapa ada Oh itu dulunya ya rumah seseorang mbak, ruang laboratorium di luar pintu kemudian
di
hibahkan
kepada
SMA
gerbang sekolah, itu bagaimana Muhammadiyah Kutoarjo untuk digunakan ceritanya Bu?
selama SMA ini berdiri. Ruang itu sekarang dipakai untuk laboratorium dan aula.
7.
Lapangan sekolah itu yang di depan Iya, itu lapangan bongkar pasang mbak. itu Bu?
8.
Maksudnya bongkar pasang gimana Ya lapangannya satu Cuma itu di bongkar ya Bu?
pasang sesuai keinginan. Kalau mau dipakai untuk badminton ya pasang net, kalau mau dipakai untuk upacara ya di bongkar lagi.
156
9.
Oh begitu ya Bu, betul juga. Terus Iya memang betul, sekolah ada di tengahsekolah
ini
pemukiman sebelah
ada ya
sekolah
di
Bu,
tengah tengah pemukiman, itu jalan setapak depan
sepertinya sekolah juga dipakai untuk lewat warga.
sudah
rumah
warga? 10.
Oh iya Bu, kalau misalnya sekolah Kalau mau membangun, atau merehabilitasi mau membangun ruang baru itu gedung biasanya kami menggunakan bantuan gimana Bu?
pemerintah, ga bisa kami mengandalkan dana dari siswa, wong siswa di sini kan ga mesti punya, malah banyak yang dari keluarga yang tidak punya. Untuk membayar SPP saja kadang dibantu sama guru, karyawan, ya semacam infak, jadi ya tidak dari siswa.
11.
Apa setiap tahun selalu dapat Alhamdulillah sering, tahun ini juga dapat. bantuan Bu?
12.
Prosesnya bagaimana itu Bu?
Kalau bantuan itu kan harus jelas dan runtut. Di sekolah kami membuat panitia, kemudian mengikuti prosedur yang sudah ditentukan, mulai
dari
pengajuan,
perencanaan,
pelaksanaan, sampai pelaporan. 13.
Dulu saya PPL di Dinas Pendidikan Ya begitulah, rumit memang rumit. Tapi ya Bu, saya sempat mengikuti proses harus diikuti kan, lagipula, kami sudah biasa pemberian bantuan DAK itu Bu, jadi ya sudah tidak kaget mbak. lumayan rumit ya Bu prosesnya?
14.
Nah, biasanya untuk menentukan Kalau itu ya dilihat mana yang paling parah
157
ruang mana yang perlu diajukan saja. menerima bantuan itu bagaimana Bu? Misalnya ada beberapa ruang yang
rusak,
lalu
mana
yang
didahulukan? 15.
Oh begitu, Bu, itu ruang pelatihan Itu tempat pelatihan kerja, punya orang tetapi apa ya, seperti kantor, apa itu punya bekerja sama dengan kami, jadi pesertanya SMA Muhammadiyah juga?
sendiri hanya meminjam ruangan kami untuk kegiatannya pada saat ruang tidak terpakai.
16.
Jadi semacam Balai Pelatihan ya Iya, banyak itu yang kerja disalurkan dari Bu?
17.
sana.
Oh iya, untuk pemeriksaan kondisi Pemeriksaan ya dilakukan setiap hari, kanada prasarana gedung itu bagaimana penjaga Bu?
sekolah,
setiap
pagi
disapu,
dibersihkan, kadang-kadang juga dicat, seperti itu.
18.
Lalu kalau ada kerusakan itu dicatat Ya kalau ada kerusakan, yang bisa diperbaiki dulu atau bagaimana Bu?
sendiri ya diperbaiki. Kalau kira-kira belum bisa ya nanti dulu.
19.
Apa pernah Bu ada kejadian ruang Sejauh ini semua ruangan masih terpakai kelas tidak terpakai?
mbak, rombongan belajar ada 6 rombel, ruang kelas juga sudah memenuhi. Ruang kelas semua ada di lantai 2.
20.
Jumlah guru di sini ada berapa Bu?
Jumlah guru dan karyawan ada 30. Ada guru yang pegawai negeri sipil, dari yayasan, dan guru yang tidak tetap. 158
21.
Dalam
pengelolaan
prasarana Kendalanya paling masalah dana, kami kan
gedung ini, kendala apa sih Bu yang hanya menunggu bantuan dari pemerintah, dirasakan? 22.
jadi ya kadang ada kadang tidak.
Soal kerumitan, atau keterlambatan Ya prosedurnya seperti itu, kami mengikuti bantuan itu mengganggu tidak Bu?
saja. Ribet ya memang ribet tapi sudah biasa jadi tidak masalah.
23.
Oh seperti itu, baiklah Bu, mungkn Iya sama-sama mbak. seperti
itu
saja
pertanyaan-
pertanyaan dari saya. Terima kasih Bu.
Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa SMA Muhammadiyah Kutoarjo mencatat kepemilikan gedung sekolah berdasarkan harga jual gedung tersebut. Setiap tahun, terjadi penyusutan prasarana gedung sekolah sehingga perkembangannya harus selalu dicatat dalam buku inventaris. SMA Muhammadiyah Kutoarjo pernah mendapatkan hibah ruangan dari stakeholder yang
peduli pada pendidikan, ruangan tersebut dipakai oleh SMA
Muhammadiyah Kutoarjo selama sekolah tersebut berjalan. SMA Muhammadiyah Kutoarjo juga bekerjasama dengan lembaga pelatihan Muhammadiyah dengan mengizinkan lembaga tersebut menggunakan ruangan milik sekolah dalam pembelajaran. SMA Muhammadiyah Kutoarjo masih menggantungkan biaya pemeliharaan prasarana gedung sekolah melalui bantan pemerintah yang diadakan rutin setiap tahun, Untuk memperoleh bantan tersebut, pihak sekolah mengikuti prosedur sesuai dengan yang diminta oleh pemerintah. Untuk menentukan prioritas ruangan yang rusak, pihak sekolah biasanya melihat seberpa parah kerusakan ruang tersebut. Perawatan rutin terhadap prasarana gedung dilakukan setiap hari, misalnya menyapu atau membersihkan ruangan, dan mengecat jika terdapat dana. Kendala 159
yang dihadapi leh SMA Muhammadiyah Kutoarjo dalam pengelolaan prasarana gedung sekolah adalah masalah dana. Biaya yang digunakan oleh sekolah untuk perbaikan prasarana gedung sekolah semata-mata berasal dari bantuan pemerintah yang terbatas jumlahnya.
160