Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.)H.Keng)……. Hanif Nurul Hidayah dan Arif Irawan
Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng) pada Tempat Sapih Politub dan Polibag1
Hanif Nurul Hidayah dan Arif Irawan2
ABSTRAK Kegiatan penyapihan adalah salah satu bagian penting dalam kegiatan pembibitan. Penggunaan tempat sapih dengan kapasitas volume media yang berbeda akan mempengaruhi efesiensi penggunaan media dan pengangkutan bibit ke lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan bibit cempaka pada tempat sapih politube dan polibag. Bibit cempaka umur satu minggu setelah perkecambahan disapih menggunakan media top soil pada wadah politube dan polibag. Pada umur empat bulan dilakukan pengamatan pertumbuhan bibit meliputi persen hidup (%), tinggi (cm), dan diameter (cm). Jumlah bibit pada masingmasing perlakuan adalah 96 bibit sehingga jumlah total bibit yang diamati adalah 192 bibit. Dari hasil pengamatan dan analisis menggunakan uji t, diketahui bahwa pertumbuhan bibit cempaka pada politub menghasilkan pertumbuhan yang lebih lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan cempaka pada polibag. Parameter pertumbuhan diameter dan tinggi pada politube dan polibag memiliki nilai perbandingan sebesar 45 % dan 119 %. Kata Kunci : cempaka, politube, penyapihan I. PENDAHULUAN Cempaka (Magnolia elegans. (Blume) H. Keng) adalah salah satu dari beberapa jenis kayu cempaka yang dikenal di Sulawesi Utara (Kinho & Irawan, 2011). Kayu ini memiliki klasifikasi kelas awet II dan kelas kuat III, berat jenis 0,41-0,61, kerapatan kayu 400-500 kg/m3 (Langi, 2007). Kayu 1
Makalah ini disampaikan dalam Seminar Rehabilitasi dan Restorasi Kawasan Hutan Menyongsong 50 Tahun Sulawesi Utara, diselenggarakan oleh Balai Penelitian Kehutanan Manado, Manado 9 Oktober 2014 2 Balai Penelitian Kehutanan Manado ; Jl. Tugu Adipura Raya Kel. Kima Atas Kec. Mapanget Kota Manado; Telp : (0431) 3666683 Email :
[email protected]
107
cempaka memiliki serat yang halus, sehingga sangat sesuai digunakan sebagai bahan baku industri meubel, kusen, alat musik, perahu, alat olahraga, plywood, dll. Pada umumnya masyarakat Minahasa menggunakan kayu cempaka sebagai bahan baku utama dalam pembuatan konstruksi rumah panggung Minahasa atau yang lebih dikenal dengan sebutan rumah
woloan. Kegiatan penyapihan adalah salah satu bagian penting dalam kegiatan pembibitan. Penggunaan tempat sapih dengan kapasitas volume media yang berbeda akan mempengaruhi efesiensi penggunaan media dan pengangkutan bibit ke lapangan. Media tanam adalah salah satu faktor eksternal yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Media tanam yang baik adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara dalam jumlah cukup bagi pertumbuhan tanaman. Durahim dan Hendromono (2001) menyatakan bahwa untuk menghasilkan bibit yang berkualitas diantaranya diperlukan media tanam yang kaya dengan bahan organik dan mempunyai unsur hara yang diperlukan tanaman. Tempat bibit yang lebih besar (polibag) akan membutuhkan lebih banyak media dan juga ruang pada saat pengangkutan ke lapangan sehingga mempunyai efesiensi yang lebih rendah dibandingkan tempat bibit yang lebih kecil (politube). Padahal dengan menggunakan tempat bibit dengan kapasitas volume media yang lebih kecil, pada umur tertentu performa pertumbuhan dan mutu bibitnya mungkin telah memadai untuk siap tanam (Junaedi, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan bibit cempaka pada tempat sapih politub dan polibag. Data dan informasi pertumbuhan tersebut diperlukan sebagai bagian yang diperhitungkan dalam pemilihan tempat sapih bibit yang paling sesuai dalam proses pembibitan cempaka. II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-November 2012 di Persemaian Permanen BPDAS Tondano yang terletak di Kecamatan Mapanget Kota Manado. Area persemaian berada pada ketinggian 70 m dpl, dengan suhu rata-rata 34 derajat celcius, dan tingkat kelembaban 40 % dengan rata-rata curah hujan bulanan yaitu 270 milimeter (Badan Meteorologi dan Geofisika, 2011).
108| Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014
Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.)H.Keng)……. Hanif Nurul Hidayah dan Arif Irawan
B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih cempaka yang berasal dari Kabupaten Minahasa Selatan, media tabur (pasir), media sapih (tanah top soil), tempat sapih politube dengan volume 60 cm3 dan tempat sapih polibag dengan volume 300 cm 3. Peralatan yang digunakan antara lain kaliper, penggaris, dan alat tulis. C. Metode Perkecambahan benih dilakukan pada bak plastik menggunakan media pasir. Perkecambahan benih berlangsung pada 10 (sepuluh) hari setelah penaburan dan bibit siap disapih 1 (satu) minggu setelahnya. Bibit disapih pada tempat politube dan polibag menggunakan media tanah top soil. Pada waktu bibit berumur 4 bulan dilakukan pengamatan parameter pertumbuhan bibit yang meliputi persen hidup (%), tinggi (cm), dan diameter (cm). Jumlah bibit pada masing-masing perlakuan adalah 96 bibit sehingga jumlah total bibit yang diamati adalah 192 bibit. D. Analisis Data Untuk membandingkan perbedaan besaran parameter pertumbuhan bibit cempaka pada tempat sapih politub dan polibag maka dilakukan uji t dua sampel bebas. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbandingan besaran parameter pertumbuhan bibit cempaka pada polibag dan politub menggunakan uji t ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Besaran parameter pertumbuhan bibit cempaka umur empat bulan di polibag dan politub Parameter Pertumbuhan Diameter (cm) Tinggi (cm) Persen hidup (%) Keterangan :
Bibit A 0,29 ± 0,003 10,48 ± 0,20 90,63 ± 1,80
Bibit B 0,20 ± 0,002 * 4,77 ± 0,072 * 96,88 ± 1,80 ns
Bibit A = Bibit di polibag; Bibit B = Bibit di politub; * = berbeda nyata pada taraf uji 5% ; ns = tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
Penggunaan tempat sapih polibag dan politub memberikan nilai yang berbeda nyata tehadap pertumbuhan diameter dan tinggi bibit, sedangkan untuk parameter persen hidup tidak memberikan nilai yang berbeda nyata. Hasil perhitungan perbedaan besaran parameter pertumbuhan bibit antara tempat sapih politub dan tempat sapih polibag menunjukkan bahwa perbedaan pertumbuhan diameter memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan perbedaan pertumbuhan tinggi bibit. (Tabel 2).
109
Tabel 2. Perbedaan besaran pertumbuhan antara bibit cempaka di tempat sapih polibag dengan politub Parameter Pertumbuhan Diameter Tinggi Keterangan :
Besar Perbedaan (cm) 0,09 5,71
Presentase Perbedaan 45 % 119 %
Besar perbedaan = pertumbuhan bibit di polibag - pertumbuhan bibit di politub
Pertumbuhan cempaka pada politub menghasilkan pertumbuhan yang lebih lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan cempaka pada polibag. Perbandingan parameter pertumbuhan diameter dan tinggi pada politub dengan tempat sapih polibag memiliki nilai perbandingan sebesar 45 % dan 119 % (Tabel 2). Media berperan seperti halnya tanah di lapangan yakni berfungsi sebagai ruang tempat tumbuh akar serta menyediakan air dan nutrisi bagi tanaman/bibit. Pertumbuhan bibit dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas media yang digunakan. Kualitas media dapat dicerminkan oleh kandungan unsur hara yang dikandung dalam media. Dalam penelitian ini, kualitas media tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bibit cempaka pada polibag dan politub, karena media yang digunakaan adalah sama. Selanjutnya kuantitas media dicerminkan oleh banyaknya (volume) media yang disediakan untuk pertumbuhan bibit. Dengan volume media pada tempat sapih polibag sebesar 300 cm, maka kuantitas medianya akan lebih tinggi lima kali dibandingkan bibit pada tempat sapih politub (volume 60 cm). Hal ini mengakibatkan kuantitas ruang tumbuh, air dan nutrisi yang disediakan untuk pertumbuhan bibit pada tempat sapih polibag lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bibit pada tempat sapih politub. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan diameter dan tinggi bibit cempaka pada polibag lebih tinggi dibandingkan dengan bibit cempaka pada politub. Junaedi (2010) dalam penelitiannya terhadap bibit jabon ( Anthocephalus cadamba. Miq) umur 4 bulan yang dicobakan pada tempat sapih polibag dan politub juga menghasilkan nilai perbandingan yang tidak jauh berbeda. Perbandingan pertumbuhan diameter yang dihasilkan adalah sebesar 50 % dan pertumbuhan tinggi sebesar 199 %. Dalam penelitiannya yang lain, Junaedi (2012) juga menyatakan bahwa media dalam polibag dengan volume media 500 cm3 secara signifikan memberikan pertumbuhan lebih baik pada bibit merawan asal sistem KOFFCO umur enam bulan dibandingkan potray (potray kotak volume 350 cm 3 dan potray bulat 300 cm3).
110| Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014
Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.)H.Keng)……. Hanif Nurul Hidayah dan Arif Irawan
Penggunaan polibag sebagai tempat sapih bibit sudah banyak dilakukan dan merupakan tempat yang paling umum digunakan karena memiliki harga jual yang relatif murah dan mudah diperoleh. Komaryati dan Gusmailina (2010) menyatakan bahwa keunggulan penggunaan tempat sapih polibag dibandingkan dengan tempat sapih politub adalah pertumbuhan akar tanaman yang ada dalam polibag lebih leluasa berkembang dibandingkan dengan akar tanaman yang berada dalam politub. Lebih lanjut dinyatakan bahwa dalam hasil penelitiannya tempat sapih polibag memberikan kelebihan tinggi dan diameter pada Eucalyptus urophylla sebesar 7,57 cm dan 0,24 cm daripada politub. Sedangkan pada Eucalyptus pellita, polibag memberikan kelebihan tinggi dan diameter sebesar 7,62 cm dan 0,37 cm. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Bibit cempaka pada tempat sapih politub memiliki pertumbuhan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan bibit cempaka pada tempat sapih polibag. B. Saran Perlu dilakukan aplikasi penggunaan media lain serta penambahan pupuk yang sesuai sehingga dapat menghasilkan bibit cempaka yang memiliki pertumbuhan lebih optimal pada tempat sapih politub. DAFTAR PUSTAKA Durahim dan Hendromono. 2001. kemungkinan penggunaan limbah organik sabut kelapa sawit dan sekam padi sebagai campuran top soil untuk media pertumbuhan bibit mahoni (Swietenia macrophylla King). Buletin Penelitian Hutan 628:13-26. Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Melton Putra. Jakarta Hendromono. 2003. Kriteria peniliaian mutu bibit dalam wadah yang siap tanam untuk rehabilitasi hutan dan lahan. Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 4(1):11-20. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta Junaedi, A. 2012. Pertumbuhan dan mutu fisik bibit merawan (Hopea odorata roxb.) asal sistem KOFFCO di polibag dan potray. Jurnal Penelitian Dipterokarpa 6(1). Balai Besar Penelitian Dipterokarpa. Samarinda. Junaedi, A. 2010. Pertumbuhan dan mutu fisik bibit jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) di polibag dan politub. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 7(1). Pusat Litbang Produktifitas Hutan. Bogor. Langi, Y.A.R. 2007. model penduga biomassa dan karbon pada tegakan hutan rakyat cempaka (Elmrerillia ovalis) dan wasian (Elmerrillia celebica) di Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Thesis. Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
111
Kinho, J. dan Mahfudz, 2011. Prospek Pengembangan Cempaka di Sulawesi Utara. Balai Penelitian Kehutanan Manado. Kinho, J. dan A. Irawan. 2011. Studi keragaman jenis cempaka berdasarkan karakteristik morfologi di Sulawesi Utara. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian. Balai Penelitian Kehutanan Manado. Hal 61-78 Komarayati, S dan Gusmailina. 2010. Pengaruh Media dan Tempat Tumbuh terhadap Pertumbuhan Anakan Eucalyptus urophylla dan Eucalyptus pellita. Mattjik, A.A. & I.M. Sumertajaya. 1999. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab (jilid 1). Jurusan Statistik, FMIPA-IPB. Bogor. Pratisto. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Elex Media Komputindo. Jakarta.
112| Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014