PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PUPUK
DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO { Theobroma cacao LI Zulfitri,*)
Abstract
The purpose of this research is to determine the growth media composition
and
leaf fertilzer
concentration
on
cacao
seed.
Randomized block experimental desigen is utilized in factorial treatment pattern with 3 replication. The first factor Mo=control,
M1=soii + animal manure (1 : 1), M2=soil + animal manure (1 : 2),M3=soil + animal manure (2 : 1), The second factor is leaf fertilizer in the consentration of per litre water: Po=control, P1=0,1 ml/ltr, P2=0,25mlltr, P3=0,5 ml/ltr. The result indicates that there is no
significant difference among all the variable.
Key word: growth media, leaf fertilizer, composition medium, cacao seed.
* Dosen tetap Fakultas Manajemen Agribisnis
Pendahuluan
v
Kakao merupakan salah satu komoditas yang sangat penting, baik sebagai sumber penghidupan bagi jutaan petani produsen maupun sebagai salah satu bahan penyedap yang sangat diperlukan untuk produksi makanan, kue-kue, dan berbagai jenis minuan.
Usaha tanaman kakao di Indonesia mempunyai arti penting dalam aspek kehidupan socialekonomi, sebab, selain merupakan sumber devisa Negara, juga merupakan tempat tersedianya lapangan kerja bagi penduduk dan sumber penghasilan bagi para petani kakao, terutama di
daerah-daerah sentra produksi. Maka untuk membantu para petani kakao tersebut perlu adanya pemasaran kakao yang lancer. Di lain pihak, semakin banyak diperlukan kakao untuk bahan makanan dan minuman (Sunanto. 1999)
15
Masalahnya sekarang adalah; apakah produksi kakao dapat di
tingkatkan untuk memenuhi kebutuhan kakao dimasa-masa mendatang. Produksi kakao dapat masih bisa di tingkatkan secara besar-besaran, jika di lakukan perkebunan kakao melalui perluasan daerah penanamannya. Usaha-usaha untuk memperluas areal penanaman kakao dihadapkan pada berbagai masalah, terutama ketersediaan bibit yang bermutu baik. Dalam mengusahakan tanaman kakao (Theobroma cacao L), tujuan utama adalah untuk mendapatkan hasil sebaik-baiknya, baik kuantitas
maupun kualitasnya. Keberhasilan tanaman kakao di samping ditentukan faktor luar juga faktor dalam tanaman itu sendiri turut mengambil peranan penting.
Bertanam tanaman kakao dimulai dari tahap pembibitan, dan dari tahap ini nanti akan menentukan keberhasilan tanaman. Di dalam masa
pembibitan ini harus didapatkan bibit dengan akar tunggang yang lurus dan kuat karena kelak akan menjadi alat untuk mencari makan. Akar tunggang pada tanaman dewasa yang tumbuh lurus ke bawah akan dapat
mengambil unsur-unsur makanan, yang jauh di bawah permukaan tanah (Soeratno, 1999). Perkembangan akar sangat dipengaruhi oleh struktur tanah, air
tanah, dan aerasi di dalam tanah. Pada tanah yang draenasenya jelek dan permukaan air tanahnya tinggi, akar tunggang tidak dapat tumbuh lebih
dari 45 cm. Hal yang sama juga akan terjadi bila permukaan tanah terlalu dalam (Siregar, dkk. 1998).
Tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan unsur hara dalam jumlah cukup, Bila terjadi kekurangan unsur hara esensial,
maka
akan
terjadi
gejala
kekurangan
unsur-unsur
hara
(defisiensi) pada tanaman, Untuk memperbaiki keadaan sifat fisika tanah
dapat dipupuk dengan pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, maupun pupuk bokashi.
Tjasadiharja (1980) mengungkapkan bahwa penggunaan media
tumbuh dalam
kantong
plastik
mempunyai
pengaruh
terhadap
>I16
pertumbuhan bibit yang baik. Oleh karena itu untuk mendapatkan bibit
yang baik faktor tumbuh dari bibit harus diperhatikan. Selanjutnya Soedarsono (1977) menyatakan bahwa untuk campuran media tumbuh haruslah yang benar-benar subur agar mampu mensuplai makanan sampai bibit tanaman siap tanam, Campuran yang biasa digunakan
adalah tanah kebun yang subur {Top soil) dicampur dengan pupuk kandang. Usaha untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman selain
dilakukan pemberian pupuk melalui akar dapat pula melalui daun. Pada
umumnya kandungan pupuk melalui daun mengandung unsur hara mikro yang juga diperlukan oleh tanaman.walaupun dalam jumlah sedikit.
Pemupukan
melalui
daun
dengan
konsentrasi
yang
tepat
akan
mendapatkan hasil yang diharapkan. Penggunaan konsentrasi terlalu
tinggi nengakibatkan terjadinya plasmolisis yaitu keluarnya cairan sel tanaman akibat konsentrasi di luarsel terlalu tinggi (Syarief, 1989). Hipotesis
Adapun rumusan hipotesis yang diajukan dalam skripsi ini, yaitu ; a,Adanya perbedaan komposisi media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kakao pada pembibitan Kakao
b.Adanya pemberian pupuk daun pada tanaman kakao memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman kakao pada pembibitan.
c.Adanya interaksi antara media tanam dan pupuk daun. Tinjauan Pustaka
Tanaman kakao yang berasal dari biji (generatif) memiliki akar tunggang yang tumbuh lurus ke bawah. Tanaman yang berasal dari stek
dan cangkok tidak mempunyai akar tunggang, namun akar berkembang 23 buah akar yang berfungsi seperti akar tunggang, sehingga tanarcan dapat tegak dan kuat. Perkembangan akar sangat dipengaruhi oleh
117
struktur tanah, terutama berkaitan dengan air dan udara dalam tanah
(Sunanto, 1992).
Menurut Mulyana (1982), pada tanah yang air tanahnya jarang tinggi terutama pada lereng-lereng gunung, akar tunggangnya akan tumbuh panjang dan akar-akar lateral menembus sangat dalam ke dalam tanah. Sebaliknya pada tanah liat yang air tanahnya tinggi untuk waktu yang lama dalam tiap tahunnya, akar tunggang akan tumbuh tak begitu dalam akan tetapi akar lateral berkembang dekat tanah.Tanaman kakao akan mempunyai perakaran lengkap setelah tanaman berumur 3 tahun, tetapi hal ini masih bergantung pada faktor-faktor tanah dan jenis tanaman serta pemupukannya. Pada akar kakao terdapat juga jamur mikoriza yang berperan dalam penyerapan hara tertentu, terutama Fosfor (Siregar, dkk. 1988).
Diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak melalui biji akan membutuhkan batang utama sebelum menurribuhkan cabangcabang primer. Pada tanaman kakao yang diperbanyak secara vegetatif tidak didapati cabang-cabang primer (Siregar, dkk. 1988). Tanaman kakao mempunyai percabangan yang bersifat dimorphous
(2 tipe percabangan), Cabang yang tumbuh vertikal disebut orthotroph, dan cabang yang tumbuh horizontal disebut piagipthroph. Percabangan orhotroph berasal dari cabang kipas (Sunanto, 1992). Pohon kakao mempunyai daun yang sederhana sekali pada batang
pokok dan cabang, Orthotroph rumus daun 3/8 dan pada cabang lateral dengan rumus daun Vi. Daun-daun yang muda sangat bervareasi, sedangkan warnanya tergantung dari varitas tanaman, yaitu dari hijau pucat, atau kemerah-merahan dan sampai pada merah tua. Daun-daun muda dilindungi oleh stipula pada basis dari tangkainya yang segera akan runtuh bila daun-daun telah dewasa (Mulyana, 1982).
Daun berfungsi sebagai tempat berlangsung proses fotosintesis. Hasil fotosintesis adalah karbohidrat yang jumlahnya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Termasuk kedalam faktor internal yang
118
terpenting ialah cahaya matahari, gas CO2. dan suhu udara yang menentukan suhu daun (Tjasadihardja, 1980),
Mulut daun {stomata) terletak pada bagian bawah permukaan daun, jumlah mulut daun sangat bergantung pada intensitas sinar matahari, karena kakao termasuk tanaman lindung, maka pengaturan pertumbuhan tanaman cara pengurangan daun untuk menyerap sinar matahari akan
sangat menentukan pembungaan dan pembuahan. Hasil penelitian di Jati Runggo diperoieh rata-rata bahwa permukaan bawah daun mempunyai 70
stomata per-mm2 (Siregar, dkk. 1988). Tanaman kakao berbunga sepanjang tahun, dan tumbuh secara berkelompok pada bantalan bunga yang menempel pada batang tua,
cabang-cabang, dan ranting-ranting. Bunga tanaman kakao mempunyai tipe seks yang bersifat hermaprodit, yaitu setiap bunga mengandung benang sari dan putik (Sunanto, 1992).
Penyerbukan bunga kakao dibantu oleh serangga. Sebanyak 75 persen dari bunga yang menyerbuk diketahui dibantu oleh serangga Forcipomya sp, sedangkan 25 persen lagi oleh serangga lain yang
didapati pada bunga. Ada tiga ordo serangga penyerbuk pada tanaman
kakao, yaitu Homoptera,
Hymenoptera, dan
Diptera.
Penyerbukan
biasanya berlangsung pada pagi hari, yaitu pada jam 7.00-10.30. Pengamatan selanjutnya menyatakan bahwa rata-rata sebanyak 3 ekor serangga mengunjungi bunga setiap jam. Lingkungan yang lembab, dingin, dan gelap karena tajuk sudah tumbuh rapat merupakan kondisi yang disenangi serangga tersebut. Lingkungan hidup serangga penyerbuk terutama Forcipomya sp, adalah bahan-bahan organik yang lembab dan gelap, seperti daun-daun busuk di lapangan (Siregar, dkk, 1988).
Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak.
Pada waktu muda, biji menempei pada bagian dalam kulit buah, tetapi bila buah telah matang maka biji akan terlepas dari kulit buah. Buah yang
demikian akan berbunyi bila digoncang (Siregar, dkk, 1988),
119
Kehilangan buah terjadi karena adanya persaingan pengambilan
atau penyerapan air dan hara antara buah muda buah dewasa dan pertumbuhan vegetatif. Buah kakao yang telah berumur 3bulan (panjang buah 5-10 cm), pada umumnya sudah tidak akan mengalami kering dan
mengeras (cherelle wilt). Buah kakao menjadi masak setelah 5-6 bulan dan proses penyerbukannya. Setiap tongkol berisi 30-50 biji kakao. Berat biji kering sekitar 0,8-1,3 gram/biji untuk jenis Forastero (Sunanto, 1992). Syarat Tumbuh
Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produks, tanaman kakao. Dengan demikian curah hujan, temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dan faktor iklim yang menentukan. Demikian juga faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus dan kemampuan akar menyerap hara (Siregar, 1!""" Faktor Iklim
;
Tanaman kakao juga dapat tumbuh baik d. daerah-daerah yang memiliki curah hujan 1,600 - 3.000 mm/tahun atau rata-rata optimumnya
sekitar 1.500 mm/tahun yang terbagi merata sepanjang tahun (tidak ada bulan kering). Tanaman kakao sangat peka terhadap kekeringan yang panjang (3-4 bulan).
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman kakao itu
sesungguhnya juga dipengaruhi oleh sifat fisik dari tanah itu sendiri. Untuk tanah yang berat (misalnya lempung), tanaman kakao dapat tumbuh baik jika curah hujannya 1.500 mm/tahun. Sedangkan tanah berstruktur ringan (misalnya tanah berpasir) membutuhkan curah hujan lebih dari 2.000 mm/tahun dan pembagiannya cukup merata sepanjang tahun. Menurut Sunanto (1992), suhu sehan-hari yang terbaik untuk tanaman kakao adalah sekitar 24°C-28°C, dan kelembaban> ucjaranya
konstan dan relatif tinggi yaitu sekitar 80 %. Kelembaban yang rendah
120
I
akan mempengaruhi evapotranspirasi menjadi lebih cepat, sedangkan kelembaban yang tinggi mengundang perkembangan cendawan patogen. Temperatur yang lebih rendah 10°C dari yang dituntut oleh tanaman
kakao akan mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya berkurang. Temperatur yang tinggi akan memacu pembungaan, tetapi kemudian akan segera gugur. Pembungaan akan lebih baik jika berlangsung pada temperatur 26°C-30°C pada siang
hari dibandingkan bila terjadi pada temperatur 23°C. Demikian juga temperatur 26°C, pada malam hari masih lebih baik pengaruhnya terhadap pembungaan daripada temperatur 23°C-30°C (Siregar, dkk. 1988).
Menurut Sunanto (1992), intensitas sinar matahari yang diterima sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kakao. Intensitas sangat berhubungan dengan kesuburan tanah. Jika keadaan tanah subur,
intensitas bisa naik menjadi 70%-80%. Pemanfaatan cahaya matahari
semaksimal mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan intersepsi cahaya dan pencapaian Indeks Luas Daun (ILD) optimum. Hal itu dapat diperoieh dengan penataan naungan atau pohon pelindung serta penataan tajuk melalui pemangkasan.
Kakao tergolong sebagai tanaman C3 yang mampu berfotosintesis
pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum (Pmax) diperoieh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20% dari pencahayaan penuh.
Penanaman kakao tanpa pelindung saat mi giat ditefiti dan diamati karena berhubungan dengan biaya tanaman maupun pemeliharaan. Penanaman yang dilaksanakan di pagi hari pada musim hujan ternyata lebih baik hasilnya kalau sore/malam harinya hujan turun dibandingkan dengan jika hujan yang turun 2 hari kemudian (Siregar, dkk. 1988}. Tanah
121
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kakao memiliki sifat-
sifat (1) Tebal lapisan tanah {solum) minimum 90 cm dan cukup gembur, (2) banyak mengandung humus atau bahan organik, terutama pada lapisan tanah bagian atas (sampai kedalaman 25 cm dari permukaan tanah), (3) memiliki kadar hara yang tinggi dan dalam keseimbangan yang baik, (4) memiliki pH tanah optimum 6-7,5 dan mengandung cukup udara
dan air, dan (5) kemiringan tanah maksimum 40°, permukaan tanah yang miring perlu dibuat teras-teras atau sengkedan (Sunanto, 1992). Di samping faktor kemasaman, sifat kimia tanah yang juga turut berperan adalah faktor zat organik, Kadar zat organik yang tinggi akan
meningkatkan laju pertumbuhan pada masa sebelum panen. Untuk itu zat organik pada lapisan tanah setebal 0-15 cm sebaiknya lebih dari 3 persen. Usaha meningkatkan kadar zat organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan serasah sisa pemangkasan maupun pembenaman kulit buah kakao. Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30—40 persen fraksi Nat, 50 persen
pasir,
dan
10-20
persen
debu.
Susunan
demikian
akan
mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah.
Tanah yang mengandung humus atau bahan organik adalah tanahtanah lapisan atas atau top soil. Semakin kelapisan bawah tanah maka kandungan bahan organik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus. Oleh karena itu, fop so/7 perlu dipertahankan (Hardjowigeno, 1987). Di samping faktor fisik di atas, kakao juga menginginkan solum tanah
minimal 90 cm. Waiaupun ketebalan solum tidak selalu mendukung pertumbuhan tanaman kakao, tetapi solum tanah setebal itu dapat dijadikan pedoman umum untuk mendukung pertumbuhan kakao. Faktor
kemiringan lahan sangat menentukan kedalaman air tanah. Sedemikian miring suatu areal, semakin dalam pula air tanah yang dikanddngriya (Siregar, dkk. 1988). Pembibitan
122
Bibit kakao yang berasal dari biji harus dibebaskan dari pulp yang
melekat. Pulp menyebabkan tumbuhnya jamur dan serangan semut
sehingga biji membusuk. Biji yang telah bebas dari pulp diiumuri Dithane M45 sebelum dikecambahkan agar bebas dari serangan jamur.
Biji ditanam tegak dengan bakal radikula berada pada bagian bawah. Kedalaman penanaman adalah senantiasa bagian biji lebih tinggi dari media pasir. Biji ditanam dengan jarak 3 cmX5 cm. Pemeliharaan biji yang
dideder dilakukan dengan menjaga kelembabannya. Karena itu, bedeng sebaiknya ditutupi dengan goni {bukan plastik), Penyiraman dilakukan di atas goni
tersebut.
Penyemprotan fungisida
juga diperlukan untuk
mencegah tumbuhnya jamur (Siregar, dkk. 1988). Pemeliharaan
Pemupukan
^
_Pemupukan dimaksudkan menambah unsur-unsur hara yang kurang
'dalam tanah. Pemupukan juga dapat dilakukan secara umum, yaitu sebagai sumber N (Nitrogen) dapat menggunakan pupuk Urea-ZA. Sedangkan sebagai sumber P (Phosfor) dapat menggunakan TSP. bentuk pupuk ada dua macam, yaitu pupuk organik yang terdiri dari pupuk kandang, goano, kompos dll. Pupuk anorganik yang terdiri dari pupuk buatan, Pupuk tanaman kakao yang paling baik adalah pupuk organik.
Karena di dalam pupuk organik semua unsur hampir ada. Pupuk anorganik meskipun sifatnya maupun manfaatnya tidak selengkap pupuk organik, akan tetapi volumenya kecil sedangkan kandungannya tinggi, sehingga angkutannya murah.
Pupuk organik terutama digunakan untuk memperbaiki sifat fisika tanah, terutama untuk memperbaiki struktur tanah, daya mengikat air, tata udara tanah, daya meresapkan air hujan, ketanahanan terhadap erosi.
Pupuk organik berbagai jenis. Tergantung pada asal pupuk tersebut, maka dikenal jenis-jenis pupuk seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos,
Faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
kualitas
pupuk
123
kandang adalah (1) jenis hewan, (2) umur hewan, (3) kualitas makanan
hewan, (4) jumlah dan jenis aias kandang, dan (5) cara penyimpanan pupuk kandang. Diantara berbagai jenis pupuk kandang dikenal sebutan pupuk kandang panas dan pupuk kandang dingin. Pupuk kandang termasuk golongan pupuk kandang panas (pupuk kuda, pupuk kambing, pupuk ayam dan biri-biri) ini cepat menjadi matang, tetapi cepat pula melapuknya. Adapun pupuk termasuk golongan pupuk kandang dingin (pupuk sapi, pupuk kerbau, dan pupuk babi) ini lambat menjadi matang dan lambat pula melepaskan unsur-unsur hara yang dikandungnya.
Pupuk buatan mempunyai beberapa kebaikan di samping keburukan. Kebaikan-kebaikan pupuk buatan adalah (1) Dapat memberikan pada tanaman sejumiah unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman,
(2) mudah larut dalam air sehingga unsur hara yang dikandungnya mudah tersedia bagi tanaman, dan (3) unsur hara yang diperlukan dapat diberikan dalam komposisi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Setjamidjaja, dan Ignatius, 1994);
Selama
pertumbuhan
dan
perkembangannya
dari
mulai
berkecambah sampai menghasilkan produksinya yang tertentu, Tidak
tersedianya
unsur
pertumbuhannya
hara
terganggu,
bagi
tanaman
timbulnya
akan
gejala-gejala
menyebabkan defesiensi
dan
menurunnya produksi (Setjamidjaja, 1986).
Pupuk daun adalah pupuk anorganik yang cara pemberiannya dilakukan dengan penyemprotan ke daun, penyerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat teriihat
(Lingga, 1986). Kekurangan pupuk daun adalah bila dosis yang diberikan terlalu besar, maka daun akan rusak. Kecuali itu pupuk daun tidak dapat
diberikan pada tanaman yang akan dikonsumsi daunnya. Harga pupuk daun lebih mahal daripada pupuk akar dan pemberiannya memerlukan alat khusus.
Penyiraman
124
Penyiraman adalah perlakuan pemeliharaan benih guna menjaga kelembaban dan sirkulasi air dalam media tanam. Penyiraman dilakukan
dua kali sehari yakni pada pagi hari dan sore hari, Pada waktu bibit telah berumur 30 HST penyiraman dilakukan cukup sekali saja. Penyiraman menggunakan emrat,
Penyiangan
Tempat pembibitan harus dijaga kebersihannya dari gulma, sebab serangga yang makan rumput dapat pula menyerang bibit kakao, misalnya jangkrik, apogonia, belalang, ulat dan Iain-Iain. Rumput-rumput yang
dihilangkan tidak hanya di dalam polybag tetapi juga yang ada disekitar polybag Metode Penelitian
Perlakuan yang akan digunakan adalah perlakuan media dan konsentrasi Plant Catalyst 2006. Perlakuan terdiri dari dua faktor. Faktor
pertama adalah penggunaan media tanam dalam polybag dengan 4 level perlakuan. Sedangkan faktor kedua adalah pemberian Plant Catalyst 2006 dengan 4 level perlakuan. Adapun bentuk perlakuan dari masing-masing level adalah sebagai berikut:
Media Tanam M0 : Tanah (kontrol), M1 : Tanah + pupuk kandang (1:1), M2:Tanah+pupuk kandang (1:2), M3: Tanah + pupuk kandang (2:1) Pupuk Daun P0: Tanpa Plant Catalyst 2006, P1: Plant Catalyst 2006
dengan konsentrasi 0,10 %
( 1 g/lt), P2: Plant Catalyst 2006 dengan
konsentrasi 0,25 % ( 2,5 g/lt) P3: Plant Catalyst 2006 dengan konsentra;,1 0,50% (5 g/lt)
Penelitian ini akan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial (Nazir, 1988). Model linier rancangan percobaan yang digunakan adalah :
Yijk =M+ pi +aj + pj +(a3)jk +£ijk Pelaksanaan
125
Petak percobaan akan dibuat dengan ukuran 90 cm x 600 cm
sebanyak 3 (tiga) buah untuk menyimpan polybag. Jarak perlakuan dibatasi dengan bambu dan jarak petak ulangan sekitar 0,5 meter, yang masing-masing
dirancang
untuk
menggunakan
pelindung
paranet,
r
Polybag yang akan digunakan berwarna hitam, ukuran 20 cm x 30 cm, dan diisi media tanam yang dicampur dengan rata, terdiri dari tanah dan
pupuk kandang sapi dengan komposisi perbandingan (M0) Top Soil tanpa pupuk kandang, (M1) Top Soil tambah pupuk kandang sapi dengan
perbandingan 1:1, (M2) Top Soil tambah pupuk kandang sapi dengan
perbandingan 1 : 2, (M3) Top Soil tambah pupuk kandang sapi dengan perbandingan 2 : 1. Sebelum diisi dengan kecambah, polybag diatur dengan jarak 15 cm X 30 cm.
Benih yang digunakan yaitu biji kakao varietas Lindak yang diambil
dari pohon induk yang telah berumur 13 tahun. Benih kakao yang telah bersih didesinfeksi dengan fungisida (Kacide 77 WP), dengan dosis 0,2 % atau 2 gram fungisida dalam 1 liter air, kemudian benih direndam dalam
larutan tersebut selama 5 menit. ( Segera setelah benih dipindahkan ke polybag diberi sungkup plastik putih transparan, dengan maksud menjaga kestabilan suhu. Sungkup
dilepas
setelah hipokotil sudah memanjang (atau kotiledon sudah
membuka. Adapun pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dilakukan dua kali sehari,
dilaksanakan
pagi
sesuai
hari dan sore
dengan
hari dan
kebutuhan,
penyiangan gulma
pemupukan,
pengaturan
naungan, dan pengendalian hama dan penyakit.
Pemupukan bibit dilakukan setiap 2 minggu sekali dimulai 30 hari setelah tanam sampai bibit berumur 75 hari setelah tanam, dengan cara menyemprotkan larutan pupuk Plant Catalyst 2006 secara merata pada
permukaan bawah daun. Konsentrasi larutan pupuk Plant Catalyst 2006 yang digunakan masing-masing adalah konsentrasi 0,10 %, 0,25 %, dan 0,50 % sebanyak 10 ml/pohon sampai umur tanaman 60 hari setelah
tanam. Pemupukan terakhir dilakukan pada saat tanaman berumur 75 hari
126
setelah tanam sebanyak 15 ml/pohon, hal ini sejalan dengan pertambahan daun tanaman itu sendiri.
Pengamatan
Peubah-peubah
yang
diamati sebagai
parameter pengaruh
perlakuan meliputi : Perakaran, Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Bobot Kering Hasil dan Pembahasan
Pada
percobaan yang telah dilakukan diteliti pengaruh komposisi
media tanam dan pupuk daun terhadap pertumbuhan bibit kakao Pengaruh komposisi media tanam dan pupuk daun terhadap pertumbuhan bibit kakao, dilakukan terhadap bobot.kering, bobot basah, tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter tanaman dari bibit kakao.
Hasil yang diperoieh untuk tingkat kelembaban antara 66,8 % sampai 93,0 % dan pengukuran dilakukan pada pagi hari, sore, dan malam hari di dalam sungkup. Kelembaban udara juga, secara langsung memberikan pengaruh terhadap suhu udara. Suhu udara di dalam sungkup lebih panas dibandingkan dengan suhu udara di luar sungkup dan besarnya suhu
udara di dalam sungkup berkisar antara 25,6°C - 31,2°C dan suhu udara di luar sungkup berkisar antara 25,3CC - 31,0CC. Gangguan
hama
dan
penyakit
tanaman
selama
percobaan
berlangsung tidak terlihat secara fisik adanya gejala-gejala serangan untuk populasi. Hal ini mungkin karena penanaman dilakukan di dalam sungkup dan setelah tumbuh selanjutnya digunakan pelindung tanaman
(paranet), sehingga gangguan pada tanaman percobaan relatif terjaga. Panjang Akar Tunggang
Berdasarkan analisis statistika, menunjukkan bahwa kombinasi antara komposisi media tanam dengan pemberian pupuk daun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar tunggang bibit kakao, sedangkan pengaruh mandiri komposisi media tanam menurut Uji Jarak Berganda Duncan dapat dilihat pada Tabel 1
127 V
Tabel 1. Pengaruh Media Tanam terhadap Panjang Akar Tunggang
Bibit Kakao (Theobroma cacao L)
\L
Perlakuan
Rata-rata
Hasil Uji
MO
70,95
a
M1
69,00
a
M2
69,01
a
M3
70,00
a
PO
95,00
a
P1
95,10
a
P2
90,50
a
P3
92,90
a
^
Keterangan : Hasil Uji Beda Nyata Terkecil 0,05 dengan notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan rata-rata perlakuan yang nyata.
W
Pemberian komposisi media tanam yang dikombinasikan dengan
pemberian pupuk daun pada berbagai perlakuan secara mandiri, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar tunggang bibit kakao yang dihasilkan, Walaupun pemberian komposisi media tanam dan
pemberian pupuk daun secara mandiri, apabiia dilihat dari tabJe terdapat perubahan pada setiap perlakuan.
Hal tersebut lebih dikarenakan oleh peran akar yang berfungsi
sebagai sarana untuk menyerap nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh kembang bibit kakao. Menurut Susanto (1993), perakaran kakao akan tumbuh cepat pada bibit yang baru berkecambah, dari panjang akar 1 cm
pada umur 1 minggu akan tumbuh menjadi 16-18 cm pada umur 1 bulan dan 25 cm pada umur 3 bulan. Pertumbuhan akar mencapai 50 cm pada umur 2 tahun, semakin lama kecepatan pertumbuhan akar semakin berkurang.
Tinggi Tanaman
Berdasarkan analisis statistika, menunjukkan bahwa kombinasi antara komposisi media tanam dengan pemberian pupuk daun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman bibit kakao,
sedangkan pengaruh mandiri komposisi media tanam menurut Uji Jarak Berganda Duncan dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2.
Pengaruh Media Tanam terhadap Tinggi Tanaman Bibit
Kakao(7/ieojbroma cacao. L)
I Perlakuan
30HSS
45HSS
60HSS
75 HSS
90 HSS
1
MO
61.00 a
71.24 a
78.26 a
86.71 a
93.12 a
1
M1
65.50 a
74.67 a
82.13 a
87,85 a
95.34 a
!
M2
67.14 a
75.96 a
82.57 a
88.13 a
94.89 a
;
M3
'63.90 a
73.60 a
80,14 a
86.42 a
93.58 a
I
PO
60.50 a
70.19 a
77.28 a
84.46 a
90.97 a
P1
64.90 b
74.00 a
80.64 a
87.26 a
94.70 a
P2
67,10 c
76.19 a
83.52 a
89.13 a
95.90 a
P3
65.72 c
75.10 a
81.66 a
88.27 a
95.36 a
I
Keterangan : Hasil Uji Beda Nyata Terkecil 0,05 dengan notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan rata-rata perlakuan yang nyata.
Berdasarkan Tabel 2 , bahwa komposisi media tanam secara nyata tidak memberikan pengaruh nyata berdasarkan hasil uji statistika. Akan
tetapi bila dilihat dari perubahan tinggi tanaman, teriihat semakin banyak pupuk kandang dalam media tanam yang diberikan akan memberikan rangsangan pada tanaman untuk tumbuh lebih cepat.
Pada perlakuan M1, M2 dan M3 lebih baik pertumbuhannya
dibanding dengan perlakuan MO, Hal ini dikarenakan penambahan pupuk
129
kandang pada
media tanam dapat merangsang percepatan tinggi
tanaman, Karena pupuk kandang akan mempengaruhi struktur tanah, air tanah dan aerasi di dalam tanah (Siregar, dkk. 2003). Di samping itu, tinggi tanaman juga akan terbantu dengan adanya akar-akar cabang
[radix lateralis) yang akan menghasilkan akar-akar rambut (fibrillia) yang jumlahnya sangat banyak. Pada bagian ujung akar terdapat bulu yang
berfungsi untuk menghisap larutan dan garam-garam tanah yang akan membantu pertumbuhan tanaman.
Pada Tabel 2 terlihat, secara umum pengaruh pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kakao. Akan tetapi terjadi
perbedaan yang nyata terhadap perlekuan PO jika dibandingkan dengan perlakuan P1, P2, dan P3 pada pengamatan 30 HSS. Perbedaan ini
dimungkunkan karena tersedianya nutrisi pada
disemprotkan.
Penyerapan
pupuk melalui
daun
pupuk daun
yang
diperlukan ur\tuk
pertumbuhan bibit kakao.
;.
Meskipun pemberian pupuk daun yang dikombinasikan dengan V"
pemberian pupuk kandang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman. Akan tetapi pemberian pupuk daun dengan konsentrasi yang lebih pekat memberikan pengaruh terhadap tinggi bibit kakao-P3 jika dibandingkan dengan PO , dimana perlakuan tersebut tanpa diberi pupuk daun. Perbedaan tinggi tanaman tersebut dikarenakan kebutuhan nutrisi
untuk mendukung pertumbuhan akar, dan batang dapat terpenuhi.
Menurut Winarno
(1988), sebagian nutrisi yang
diperlukan
untuk
pertumbuhan 96 % terdiri dari bahan organik dan air, sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral, Dalam pupuk daun unsur mineral makro seperti Natrium, Kalsium, Chlor, Fosfor, Magnesium dan Belerang cukup tersedia
dalam mendukung pertumbuhan tanaman, Dalam tanaman selanjutnya, mineral-mineral tersebut akan bersenyawa dengan zat organik lain dan ada juga yang berbentuk ion-ion bebas. Fungsi secara umum dari mineral tersebut adalah sebagai zat pembangun dan pengatur pertumbuhan tanaman.
130
Jumlah Daun
Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terjadi interaksi antara media tanam dengan pemberian pupuk daun terhadap jumlah daun bibit
kakao, sedangkan pengaruh mandiri pemberian media tanam terhadap
jumlah daun berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3, bahwa rata-rata pemberian media tanam vtidak
memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun yang dihasilkan, Dibandingkan
dengan
perlakuan
yang
tidak
diberi
media
tanam
menunjukkan perbedaan nilai yang cukup signifikan.
Tabel 3, Pengaruh Media Tanam terhadap Jumlah Daun
Bibit Kakao
(Theobroma cacao. L)
I Perlakuan
1
30 HSS
45 HSS
60 HSS
75 HSS
90 HSS
MO
34,52
a
42,54
a
46,02
a
50.59
a
56,40
a
42,54
a
45,29
a
51.85
b
58,00
b
M1
33,64
a
M2
34,66
a
41,91
a
46,20
a
49,61
b
55,04
b
M3
32,61
a
40,65
a
47,11
a
50,34
b
56,60
b
PO
32,60 a
38,60 a
45,02 a
50,06 a
57,70 a
P1
34,61 a
40,91 b
44,57 a
52,12 a
54,09 a
P2
33,59 a
41,91 b
43,84 a
51,35 a
58,00 a
P3
34,59 a
42,23 b
45,29 a
51,85 a
58,80 a
Keterangan : Hasil Uji Beda Nyata Terkecil 0,05 dengan notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan rata-rata perlakuan yang nyata.
131
Berdasarkan Tabel 3 teriihat, bahwa konsentrasi pupuk daun yang
semakin pekat secara langsung akan memberikan pengaruh terhadap jumlah daun bibit kakao yang dihasilkan. Walaupun tidak terjadi pengaruh yang nyata, akan tetapi dalam pupuk daun terdapat unsur-unsur nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan daun. Pemenuhan ini terjadi karena unsur makro dan mikro yang diperlukan untuk daun tercukupi dengan adanya pemberian pupuk untuk daun. Semakin tinggi konsentrasi pupuk daun diberikan semakin baik pula jumlah daun yang dihasilkan, Hal ini dapat dilihat dari penyebaran daun yang merata dengan seluruh ruang
tajuk terisi daun dengan kedudukan mendekati vertikal bagian atas dan semakin mendatar pada bagian bawah. Keuntungan lain dengan adanya pemberian pupuk daun adalah daun tempak hijau dan tunas-tunas baru akan tumbuh subur. Keuntungan lain
adalah terpenuhinya unsur nutrisi mikro yang diperlukan.
i
Bobot Kering
r
Hasil uji statistik , menunjukkan tidak terjadi interaksi ^antara t
komposisi media tanam dan pupuk daun terhadap berat kering bibit kakao (Theobroma cacao. L), hasil Uji Beda Nyata Terkecil dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh Media Tanam terhadap
Bobot Kering Bibit
Kakao Theobroma cacao. L) Hasil Uji
Perlakuan
Rata-rata
MO
47.14
M1
50.49
a
M2
48.63
a
M3
49.39
a
PO
45.07
a
a
P1
51.11
a
P2
50.41
a
P3
49.05
a
132
Keterangan: Hasil Uji Beda Nyata Terkecil 0,05 dengan notasi yang berbeda
menunjukkan
perbedaan
rata-rata
perlakuan
yang nyata.
Pada Tabel 4 terlihat, bahwa perbedaan komposisi media tanam
berpengaruh terhadap kadar air bibit kakao yang dihasilkan. Pada
perlakuan MO dan M2 bobot kering bibit kakao yang dihasilkan berbeda dengan perlakuan M3 dan M1. Perbedaan ini disebabkan oleh ketersediaan
unsur hara dan mineral lainnya pada setiap komposisi
media tanam. Menurut Winarno dan Aman (1981), pada media tanam
yang ketersediaan unsur hara dan mineral yang cukup akan menyebabkan air mengalami difusi dan masuk kedalam bahan sehingga menyebabkan terjadinya pembengkakan sel-sel. Persenyawaan antara atom Hidrogen dengan atom Oksigen menghasilkan molekul yang berat sebelah dan membentuk sudut 104,5°. Adanya sifat fisik dan kimia air
yang berkaitan dengan daya larut dan mudahnya mengikat unsur-unsur lain. Hal ini menyebabkan komposisi kimia air tidak hanya terdiri dari unsur
Hidrogen dan Oksigen saja, tetapi terdapat unsur lain seperti Kalsium, Nitrogen, Magnesium yang berasal dari unsur-unsur tanah sebagai media. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya karakteristik hidratasi yang
menghasilkan kurva isotermik sebagai bentuk hubungan antara kadar air bahan dengan kelembaban relatif kesetimbangan pada keadaan suhu tertentu.
. Perbedaan bobot kering bibit kakao sangat dipengaruhi oleh
komposisi media tanam yang diberikan sehingga mempengaruhi kadar air yang terdapat dalam bibit kakao yang dihasilkan. Menurut Sudarmadji, dkk (1986), air dalam bahan terbagi menjadi tiga yaitu (1) Air yang diabsorpsi oleh bahan selama pertumbuhan, (2) air bebas dan (3} air terikat dalam jaringan. Hal ini terjadi karena pada saat metabolisme
tumbuhan menjadi katalisator nutrisi yang diperlukan oleh tumbuhan pada
I33
r*
saat pertumbuhan. Pengaruh pupuk daun terhadap bobot kering bibit kakao yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4. Pengaruh pupuk daun terhadap bobot kering bibit kakao yang dihasilkan tidak memberikan pengaruh nyata, bahkan mempunyai kecenderungan untuk mengalami peningkatan akibat kepekatan pupuk daun yang diberikan, .
Menurut Lingga (1986), peningkatan bobot kering bibit kakao yang dihasilkan dipengaruhi oleh penyerapan konsentrasi pupuk daun yang
diberikan sehingga mempengaruhi metabolisme. Ketersediaan nutrisi inilah yang akan mempengaruhi peningkatan bobot kering bibit kakao. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai liL
berikut:
.
,
1. Pengaruh media tanam terhadap panjang akar tunggang, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, bobot basah, dan bobot
T
kering jika dibandingkan dengan perbandingan tanah + pupuk kandang (1 : 2) dan (2 : 1) baik pada 30 HSS, 45 HSS, 60 HSS, 75 HSS dan 90 HSS
2. Pengaruh pupuk daun yang baik pada konsentrasi 0,10 %, rata-rata perlakuan terhadap diameter daun, bobot basah, bobot kering, dan tinggi tanaman, jika dibandingkan dengan konsentrasi 0,25 %dan 0,50 %, baik pada 30 HSS, 45 HSS, 60 HSS, 75 HSS dan 90 HSS, Untuk jumlah daun yang baik terjadi pada konsentrasi pupuk daun 0,50 % untuk rata-rata pengamatan
3. Pengaruh media tanam yang dikombinasikan dengan pupuk daun tidak memberikan interaksi terhadap pertumbuhan bibit kakao yang dihasilkan.
Daftar Pustaka
I34
Anonim. 1992. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Jakarta. Vol. XXIII. No. 4, hal 18.
Darmawan, J dan Justika B'. 1983. Dasar-dara llmu Fisiologi Tanaman.
Hardjowigeno. 1989, llmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Cet 5 hal 7.
Indranada. 1989. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara. Jakarta.
Lingga, P. 1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Cet.8 hal 97.
Mulyani, MS. 1994. Pupuk dan cara Pemupukan. Rineka Cipta Jakarta. Muljana, W. 1982. Bercocok Tanam Coklat. Aneka llmu. Semarang. Nasir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Sarief, S. 1993, Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian, Pustaka Buana. Bandung
Sudarmadji, S., dkk. 1986. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian.
Penerbit Lyberty Yogyakarta.
Susanto, F.X. 1993. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Setjamidjaja, D. dan Ignatius, W. 1994. Dasar-Dasar llmu Tanah. UT. Jakarta.
Setjamidjaja, Dj, 1986. Pupuk dan Pemupukan. Simple, Jakarta. Sunanto, H. 1992. Budidaya, Pengolahan Hasil, dan Aspek Ekonominya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
135
Siregar, T. Slamet R. dan Laeli, N, 1988. Budidaya, Pengolahan dan '£•
Pemasaran Cokelat. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta,
Soedarsono, 1977, Jarak Tanam pada Kakao danKopi, Menara Perkebunan, tahun
Soeratno. 1980. Pembibitan
Ke 45 No 4 BPP Bogor.
Cokelat,
Kumpulan
Makalah
Konferensi
Kakao Nasional Vol. I, Medan.
Tjasadihardja, A.
1980. Beberapa
Proses Fisioiogis Utama Penentu
Produksi Tanaman Kakao, Kumpulan Makalah Konferensi Kakao Nasional Vol, I. Medan.
Hi
Winarno, FG. 1988. llmu Pangan. Penerbit PT. Gramedia Pressindo. Jakarta
l
Winarno, FG. dan Aman, M. 1981, Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT, Gramedia Pressindd. Jakarta
136
Hi:,