1
APLIKASI FERMENTASI REBUNG DAN AIR KELAPA SEBAGAI POC TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO
Oleh EKO PRAYOGI NIM. 080500116
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2011
2
APLIKASI FERMENTASI REBUNG DAN AIR KELAPA SEBAGAI POC TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO
Oleh
EKO PRAYOGI NIM. 080500116
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2011
3
HALAMAN PENGESAHAN
Judul karya Ilmiah
: APLIKASI FERMENTSI REBUNG DAN AIR KELAPA SEBAGAI POC TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO
Nama
: Eko Prayogi
NIM
: 080500116
Program Studi
: Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Dosen Pembimbing
Dosen Penguji
F. Silvi Dwi Mentari,S.Hut,MP NIP. 19770723 200312 2 002
Nur Hidayat, SP, M.Sc NIP. 19721025 200112 1 001
Menyetujui,
Mengesahkan,
Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Syarifuddin, MP NIP. 19650706 200112 1 001
Lulus ujian tanggal 16 Agustus 2011
Ir. Hasanudin, MP NIP. 19630805 198903 1 005
4
ABSTRAK
EKO PRAYOGI, Aplikasi Fermentasi Rebung dan Air Kelapa Sebagai POC Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao di bawah bimbingan SILVI DWI MENTARI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat pemberian POC hasil fermentasi rebung dan air kelapa terhadap pertumbuhan tinggi, jumlah daun, dan diameter batang bibit kakao.
Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, sejak pembuatan proposal hingga penyusunan laporan. Aplikasi POC pada bibit kakao dilakukan di areal Laboratorium Produksi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, pemberian POC hasil fermentasi rebung dan air kelapa menggunakan empat perlakuan yaitu kontrol (P0 ), konsentrasi 5 ml/ liter air (P1 ), konsentrasi 10 ml/liter air (P2 ) dan konsentrasi 15 ml/liter air (P3 ), masing- masing perlakuan diulang sebanyak 10 kali. Dari hasil penelitian, perlakuan dengan konsentrasi 5 ml/liter air
(P1 ),
diduga lebih baik dalam meningkatkan pertambahan tinggi, pertambahan diameter batang dan pertambahan jumlah daun bibit kakao, dibandingkan dengan perlakuan P0, P2 dan P3.
5
RIWAYAT HIDUP
EKO PRAYOGI, lahir pada tanggal 07 Juni 1989 di Poncowarno merupakan anak ke-1 dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Jumingan dan Ibu Mursiti. Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar (SD) Negeri 059 Sangkulirang lulus pada tanggal 29 Juni 2001, kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sangkulirang dan lulus pada tanggal 28 Juni 2004. Pada tanggal 20 Juli 2004 melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sangkulirang dan lulus pada tanggal 16 Juni 2007. Pendidikan Tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian dimulai pada tahun 2008. Pada tanggal 16 Maret sampai dengan tanggal 30 Mei 2011 melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Rea Kaltim Kecamatan Kembang Janggut, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur.
6
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian Aplikasi Fermentasi Rebung dan Air Kelapa Sebagai POC Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao hingga tersusunnya laporan ini. Keberhasilan dan kelancaran dalam penyusunan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Keluarga yang telah banyak memberikan motivasi dan do’a kepada penulis selama ini 2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 3. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian 4. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan 5. Ibu F. Silvi Dwi Mentari,S.Hut,MP selaku dosen pembimbing 6. Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc selaku dosen penguji 7. Staf pengajar Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah membimbing peneliti selama menempuh pendidikan 8. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan ini. Namun semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Penulis,
Kampus Sei Keledang, 16 Agustus 2011
7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................
i
DAFTAR ISI..............................................................................................
ii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
v
I.
PENDAHULUAN …………………………………………. ... ...
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tanaman kakao .............................................. B. Tinjauan Pupuk............................... .......................................... C. Tinjauan Umum Pupuk Organik Cair ...................................... D. Tinjauan Rebung ....................................................................... E. Tinjauan Air Kelapa .................................................................
4 8 9 10 11
METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. B. Alat dan Bahan Yang Digunakan ............................................. C. Rancangan Penelitian ............................................................... D. Prosedur Penelitian ................................................................... E. Variabel Pengamatan ................................................................ F. Analisis Data .............................................................................
13 13 13 14 15 16
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil .......................................................................................... B. Pembahasan...............................................................................
17 20
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................ B. Saran ........................................................................................
25 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ ...
26
LAMPIRAN .......................................................................................... ...
28
III.
IV.
V.
8
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman (cm) pada pengamatan pertama, kedua dan ketiga terhadap bibit tanaman kakao dengan perlakuan pemberian pupuk organik cair hasil fermentasi rebung dan air kelapa. .............................................................................................. 17 2. Rata-rata pertambahan diameter batang (mm) pada pengamatan pertama, kedua dan ketiga terhadap bibit kakao denga n perlakuan pemberian pupuk organik cair hasil fermentasi rebung dan air kelapa. ................................................................................................. 18 3. Rata-rata pertambahan jumlah daun (helai) pada pengamatan pertama, kedua dan ketiga terhadap bibit kakao denga n perlakuan pemberian pupuk organik cair hasil fermentasi rebung dan air kelapa. ................................................................................................. 19
9
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Diagram rata-rata pertambahan tinggi tanaman masing-masing perlakuan P0, P 1, P 2, P3 ............................................................................
18
2. Diagram rata-rata pertambahan diameter batang tanaman masingmasing perlakuan P 0, P1, P 2, P 3.................................................................
19
3. Diagram rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman masing-masing perlakuan P0, P 1, P 2, P 3 ............................................................................
20
10
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
4. Denah penelitian ....................................................................................
29
5. Data pengamatan pertambahan tinggi bibit kakao (cm) pada umur 2, 3 dan 4 minggu setelah pemupukan (MSP) .................................................
30
6. Data pengamatan pertambahan diameter batang bibit kakao (mm) pada umur 2, 3 dan 4 minggu setelah pemupukkan (MSP) ................................
31
7. Data pengamatan pertambahan jumlah daun bibit kakao (helai) pada umur 2, 3 dan 4 minggu setelah pemupukkan (MSP) ................................
32
8. Rata-rata pertambahan tinggi bibit kakao (cm) selama ± 4 minggu setelah perlakuan...............................................................................................
33
9. Rata-rata pertambahan diameter bibit kakao (mm) selama ± 4 minggu setelah perlakuan ...................................................................................
33
10. Rata-rata pertambahan jumlah daun bibit kakao (helai) selama ± 4 minggu setelah perlakuan .......................................................................
33
11. Persiapan media tanam .........................................................................
34
12. Pembuatan POC dari ferme ntasi rebung dan air kelapa ...........................
35
13. Perawatan ............................................................................................
36
11
I.
PENDAHULUAN
Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan petani dan suber devisa bagi Negara di samping mendorong perkembangan agrobisnis kakao dan agroindustri (Zaenudin, 2004). Perkembangan kakao (Theobroma cacao L) dewasa ini ditinjau dari penambahan luas areal sungguh memuaskan, terutama perkebunanan kakao rakyat dan perkebunan swasta. Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor nonmigas yang memiliki prospek cukup cerah sebab permintaan di dalam negeri juga semakin kuat dengan semakin berkembangnya sektor agroindustri. Di pihak lain ada
timbulnya faktor-faktor pembatasan di negara-negara pengekspor
kakao. Hal ini akan menguatkan perkakaoan kita. Denga n demikian tidak menutup kemungkinan para petani cengkeh berpindah haluan menjadi petani kakao yang diduga akan memberikan harapan yang lebih cerah (Susanto, 1994). Pada masa yang akan datang komoditi biji kakao diharapkan menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi perkebunan lainnya seperti kelapa sawit dan karet. Setidaknya dari luas pertanian maupun sumbangan kepada negara sebagai komoditi ekspor. Dengan tujuan memanfaatkan sumber daya alam, memenuhi konsumsi dan devisa ekspor serta meningkatkan pendapatan produsen biji kakao sampai tahun 1998. Pemerintah telah
12
merencanakan perluasan areal kakao seluas 1.213.600 Ha baik yang dikelola PT. Perkebuanan Negara, Swasta dan Rakyat (Siregar dkk, 2002). Dalam rangka pengembangan kakao di Indonesia bukan hanya terletak pada luas pertanaman kakao tersebut, melainkan juga memperhatikan cara pembudidayaan yang benar dimulai dari penyediaan bibit sampai panen dan akhirnya masuk pada fase pemasarannya. Ketersediaan bibit kakao biasanya melalui perbanyakan generatif dan vegetatif. Pengembangan tanaman coklat dapat dilakukan dengan biji dan benih (generatif) dan dengan stek atau cangkok (vegetatif).
Pengembangan
generatif
sering
dilakukan,
karena
cepat
menghasilkan bibit dalam jumlah banyak. Sedangkan cara vegetatif jarang dilakukan, karena untuk mendapatkan bibit membutuhkan waktu yang cukup lama dan jumlah bibit yang diperoleh sedikit. Untuk mendapatkan bibit yang unggul dapat dilakukan dengan okulasi dan penyusuan. Dalam peningkatan produksi kakao industri, salah satu usaha yang dapat di tempuh yaitu dengan meningkatkan efisiensi pemberian pupuk, respon tanaman dan tanah terhadap pemberian pupuk akan meningkat, apabila jenis pupuk, dosis, waktu dan pemberian yang tepat. Pertanian organik merupakan salah satu teknologi yang pada penerapannya menyesuaikan lingkungan, agar ekosistem tetap berjalan apa adanya secara alami, tanpa harus memutuskan salah satu mata rantai mahkluk hidup dan pada perlakuan menggunakan bahan-bahan sekitar kita (Harjono, 1997).
13
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat hasil fermentasi rebung dan air kelapa terhadap pertumbuhan tanaman, pertambahan tinggi, jumlah daun, dan diameter batang bibit kakao. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi pihakpihak yang memerlukan,
sampai sejauh mana pupuk organik cair dari
fermentasi rebung dan air kelapa berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, jumlah daun dan diameter batang tanaman kakao.
14
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman Kakao Tanaman kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis Marga Theobroma, Suku Sterculiaceae yang diusahakan secara komersil. Menurut Tjiptosoepomo (1998), sistematika tanaman ini sebagai berikut : Divisio
: Spermathophyta
Anak Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Anak Kelas
: Dialypetalae
Ordo
: Malvales
Famili
: Sterculiceae
Genus
: Theobroma
Spesies
: Theobroma cacao L
Kakao secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: 1. Criollo Criollo termasuk kakao yang bermutu tinggi atau kakao mulia edel cacao, criollo memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Masa berbuah lambat b. Agak peka terhadap serangan hama dan penyakit c. Kulit buah tipis dan mudah diiris d. Terdapat 10 alur yang letaknya berselang-seling terdiri dari lima alur dalam dan lima alur dangkal
15
e. Ujung buah biasanya berbentuk tumpul, sedikit bengkok, dan tidak memiliki bottle neck f. Tiap buah berisi 30 – 40 biji yang bentuknya agak bulat sampai bulat g. Endospermnya berwarna putih h. Proses fermentasinya lebih cepat dan rasanya tidak pahit i. Warna buah muda umumnya merah dan bila masak menjadi jingga 2. Forastero Forastero umumnya termasuk kakao bermutu rendah atau disebut kakao curah, bulk kakao. Tipe Forastero memiliki ciri – ciri sebagai berikut: a. Pertumbuhan tanaman kuat dan produksinya lebih tinggi b. Masa berbuah lebih awal c. Umumnya dapat diperbanyak dengan cara semaian hibrida d. Relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit e. Kulit buah agak keras tetapi permukaannya halus f. Kulit buah agak dalam g. Ada yang memiliki bottle neck dan ada pula yang tidak memiliki h. Endospermanya berwarna ungu tua dan berbentuk gepeng i.
Proses fermentasinya lebih lama
j. Rasa bijinya pahit k. Kulit buah berwarna hijau dan terutama yang berasal dari Amazon dan merah yang berasal dari daerah lain
16
3. Trinitario Trinitario merupakan hasil dari persilangan antara Criollo dan Forastero, dari persilangan ini terdapat jenis-jenis persilangaan yang baik, buah dan bijinya besar sebagai contoh klon Jati Runggo. Walaupun ciri-ciri bijinya seperti criollo namun merupakan hasil persilangan. 1. Morfologi Tanaman Kakao a. Batang dan Cabang Tinggi tanaman umur tiga tahun mencapai 1,8 - 3,0 meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,50 – 7,0 meter (Hall, 1932). Tinggi tanaman tersebut beragam, dipengaruhi oleh intensitas naungan serta faktor- faktor tumbuh yang tersedia. Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 – 1,5 meter akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket (jorquette). b. Daun Pada tunas orthotrop, tangkai daun panjang yaitu 7,5 – 10 centimeter sedangkan pada tunas plagiotrop panjang daunnya sekitar 2,5 centimeter (Hall, 1932). Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya. Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daun. Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun runcing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan tulang daun menyirip dan tulang daun menonjol ke
17
permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat. Warna daun dewasa hijau tua tergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebar 10 cm. Permukaan daun licin dan mengkilap. c. Akar Akar tanaman kakao merupakan akar tunggang yang pada pertumbuhan akarnya dapat mencapai 15 meter ke arah bawah dan 8 meter ke arah samping. Perakaran kakao tumbuh cepat pada bibit dari biji yang baru berkecambah, dari panjang akar 1 cm pada umur 1 minggu tumbuh menjadi 16 – 18 cm pada umur 1 bulan dan 25 cm pada umur 3 bulan. Pertumbuhan akar mencapai 50 cm pada umur 2 tahun. Pada akar kakao terdapat cendawan mikoriza yang membantu penyerapan unsur hara terutama unsur Phospor. 2. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao a. Iklim 1) Curah Hujan : Daerah produsen kakao biasanya memiliki curah hujan 1250 – 3000 mm tiap tahun 2) Suhu : Suhu maksimum kakao adalah 31 - 33 ° C sedangkan suhu minimumnya adalah 18 - 21° C b. Kelembaban Udara Daerah penghasil kakao memiliki kelembaban udara relatif maksimum 100% pada malam hari dan 70 - 80 % pada siang hari.
18
c. Sinar Matahari Sinar matahari sangat berpengaruh untuk fotosintesis tanaman, namun kebutuhan akan sinar matahari tanaman. Tanaman
tergantung besar kecilnya
muda yang baru ditanam memerlukan sinar
matahari sekitar 25 - 35 % dari sinar matahari penuh sedangkan untuk tanaman yang sudah berproduksi memerlukan 65 - 75%. Hal ini dapat diperoleh dengan cara mengatur tanaman naungan (Susanto, 1994). 3. Pembibitan tanaman kakao Tempat pembibitan kakao perlu memperhatikan beberapa faktor, yaitu : 1) Dekat dengan sumber air, mudah diawasi, tempatnya datar, drainasenya baik, terlindung dari angin yang kencang dan sinar matahari langsung dan tidak terganggu oleh hama. 2) Temap pembibitan perlu naungan untuk menahan sinar matahari dan angin yang kencang, naungan dapat berupa tanaman hidup misalnya kelapa dan anyaman bambu menghadap ke timur dengan tinggi 2 meter. 3) Media tanam berupa bak yang terbuat dari kayu berbentuk persegi yang diisi tanah dan pasir dengan perbandingan antara 3:1. B. Tinjauan Pupuk Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan tujuan menambah unsur hara yang
19
dibutuhkan tanaman (Sarief, 1986). Dijelaskan oleh Dwidjoseputro (1990), pemupukan pada dasarnya dapat diartikan sebagai penambah zar hara bagi tanaman ke dalam tanah. Dalam arti luas pemupukan sebenarnya juga termasuk penambahan zat- zat lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah misalnya pemberian pasir pada tanah liat, pemberian mineral pada tanah organik, pengapuran dan lain sebagainya. C. Tinjauan Umum Pupuk Organik Cair Menurut Simamora, dkk (2005), pupuk organik adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal daro hewan atau tumbuhan yang sudah mengalamai fermentasi dan bentuk
berupa cairan. Kandungan bahan kimia didalamnya
maksimal 5%. Penggunaan pupuk cair memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut : 1. Pengaplikasian lebih mudah jika dibandingkan dengan pengaplikasian pupuk organic padat 2. Unsur hara yang terdapat dalam pupuk cair mudah diserap tanaman 3. Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat pada pupuk organik padat 4. Pencampuran pupuk organik cair dengan pupuk organik padat mengaktifkan unsur hara yang ada di dalam pupuk organik padat tersebut. Sedangkan menurut Hadisuwito (2007),
pupuk organik cair adalah
larutan dan hasil pembusukan bahan-bahan organic yang bersal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang mengandung labih dari satu unsur. Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organic cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman ketika digunakan sesering mungkin.
20
Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman (Hadisuwito, 2007). D. Tinjauan Rebung Rebung merupakan salah satu bahan makanan yang cukup populer di masyarakat. Rebung merupakan tunas muda tanaman bambu yang muncul di permukaan dasar rumpun. Tunas bambu muda tersebut enak untuk dimakan, sehingga digolongkan dalam sayuran. Dalam bahasa Inggris, rebung dikenal dengan sebutan bamboo shoot. Morfologi rebung itu sendiri berbentuk kerucut, setiap ujung glugut memiliki bagian seperti ujung daun bambu, tetapi warnanya coklat. Menurut
klarifikasi
botani,
tanaman
bambu
termasuk
kelas
Monocotyledoneae, Ordo Graminales, Subfamili Dendrocalamae, genus Dendrocalamus, spesies Dendrocalamus asper. Dalam pertumbuhannya, rebung tersebut akan berubah menjadi tanaman bambu lengkap dalam waktu 2 – 4 bulan. Sehingga, ketika akan memanfaatkan rebung tersebut sebagai bahan sayuran, sebaiknya melakukan panen rebung sebelum tumbuhan tersebut berubah menjadi tanaman bambu dewasa. Senyawa utama di dalam rebung mentah adalah air, yaitu sekitar 91%. Disamping itu, rebung mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, thiamin, riboflavin, vitamin C, serta mineral lain seperti kalsium, fosfor, besi, dan kalium. Kandungan kalium yang terdapat dalam rebung cukup tinggi. Kadar kalium per 100 gram rebung adalah 533 mg.
21
E. Tinjauan Air Kelapa Menurut Abidin (1993), air kelapa salah satu alternatif bahan zat pengatur tumbuh, karena murah dan mudah didapatkan oleh petani. Seperti yang ditemukan oleh Gautheret (1942), bahwa air kelapa dapat digunakan untuk mempertahankan pertumbuhan. Selain itu beberapa zat didapatkan dalam air kelapa seperti protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, kalium merupakan komponen yang utama, asam askorbat dan selebihnya air, air kelapa juga mengandung beberapa zat pengatur tumbuh seperti auksin dan sitokinin. Ditambahkan oleh Anonim (2008), air kelapa mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein, lemak, gula, sejumlah vitamin, asam amino dan hormon pertumbuhan. Kandungan gula maksimal, yaitu 3 g/100 ml air kelapa, tercapai pada bulan keenam umur buah, kemudian menurun dengan semakin tuanya kelapa. Jenis gula yang terkandung dalam air kelapa adalah glukosa, fruktosa, sukrosa dan sorbitol. Gula-gula inilah yang menyebabkan air kelapa terasa lebih manis. Pernyataan di atas diperkuat oleh hasil penelitian yang juga menunjukkan bahwa air kelapa kaya akan potasium (kalium) hingga 17% selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung gula antara 1,7 sampai 2,6 % dan protein 0,7 hingga 0,55%. Mineral lainnya antara lain natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur (S), di samping kaya mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat, niacin,
22
riboflavin dan thiamin. Terdapat pula dua hormon alami yaitu auksin dan sitokinin sebagai pendukung pembelahan sel embrio kelapa (Wikipedia, 2009).
23
III.
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Produksi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan dimulai pada tanggal 14 November 2010 sampai 20 Juli 2011 sejak pembuatan proposal hingga penyusunan laporan. B. Alat dan Bahan Yang Digunakan Alat yang digunakan adalah alat penyiram (gembor), ember, parang, cangkul, gelas ukur, lesung, polybag, hand sprayer, penggaris, label, alat tulis menulis, dan kamera. Bahan yang digunakan adalah bibit kakao umur 2 bulan jenis Criollo, air kelapa, rebung, tanah top soil, dan polybag. C. Rancangan Penelitian P0 = Kontrol P1 = Penyemprotan POC konsentrasi 5 ml/ liter air P2 = Penyemprotan POC dengan konsentrasi 10 ml/ liter air P3 = Penyemprotan POC dengan konsentrasi 15 ml/ liter air Masing- masing perlakuan terdiri dari 10 ulangan. Sehingga jumlah stek yang diamati sebanyak 40 stek bibit kakao.
24
D. Prosedur Penelitian 1. Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) Rebung dikupas dan dicuci hingga bersih lalu dicincang hingga halus. Rebung yang telah halus dimasukkan ke dalam lesung untuk dihaluskan lagi, kemudian rebung dimasukkan ke dalam ember dan dicampur dengan air kelapa sebanyak 2,5 liter untuk 1,5 Kg rebung. Ember ditutup rapat agar proses fermentasi berjalan dengan baik. Diamkan rendaman hingga 15 hari. Setelah 15 hari buka tutup ember dan perhatikan air rendaman. Jika berwarna kuning kehitam- hitaman, pupuk cair siap untuk digunakan. 2. Persiapan bahan tanaman Bibit yang digunakan adalah bibit tanaman kakao dari perbanyakan secara generatif yang berumur 2 bulan setelah semai yang diperoleh dari Desa Berambai Kelurahan Sempaja Ujung Kecamatan Samarinda Utara. 3. Persiapan media tanam Tanah
yang digunakan untuk media tanaman adalah tanah
lapisan atas (top soil), yang telah dibersihkan dari kotoran bebatuan kecil dan sisa sampah, kemudian dimasukkan ke dalam polybag. 4. Penaman bibit ke Polybag Masing- masing polybag akan ditanami satu bibit tanaman kakao berumur 2 bulan dengan pertumbuhan yang kurang lebih seragam pada setiap perlakuan.
25
5. Perlakuan Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) dari fermentasi rebung dan air kelapa dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan penyemprotan pada bibit dan di sekeliling tanah. Konsentrasi yang diberikan sebanyak 5 ml/liter air untuk 10 ulangan (p1), 10 ml/liter air untuk 10 ulangan (p2) dan 15 ml/ liter air untuk 10 ulangan (p3). 6. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan terdiri dari kegiatan penyiraman dan penyiangan gulma. Sedangkan terhadap hama dan penyakit tidak dilakukan karena tidak dijumpai serangan hama dan penyakit. a. Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari sekali atau sesuai dengan kondisi lapangan. b. Penyiangan Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan gulma yang tumbuh disekitar media tanam secara manual. Penyiangan dilakukan setiap tiga minggu sekali. E. Variabel Pengamatan 1. Tinggi tanaman Pengukuran tinggi tanaman dimulai 1 cm di atas permukaan tanah sampai pada titik tumbuh ujung tunas tertinggi menggunakan penggaris. Pengambilan data dilakukan setiap 2 minggu setelah pemberian pupuk.
26
2. Jumlah daun Penghitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang sudah membuka sempurna. Pengambilan data dilakukan setiap 2 minggu setelah pemberian pupuk. 3. Diameter batang Pengukuran diameter batang dilakukan 1 cm di atas permukaan tanah kemudian diberi tanda menggunakan spidol dan arah pengukuran semua sama yaitu menghadap ke Timur. Pengambilan data dilakukan setiap 2 minggu setelah pemberian pupuk. F. Analisis data Penelitian ini menggunakan rataan sederhana dengan rumus sebagai berikut: ??
?? ?
Keterangan : x
= rata-rata hitung
n
= banyaknya data
Sx
= jumlah variasi yang diteliti
27
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 1. Pertambahan Tinggi Tanaman Hasil pengamatan dengan pemberian pupuk organik cair hasil fermentasi rebung dan air kelapa terhadap pertambahan tinggi bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman (cm) pada pengamatan bibit kakao selama 6 minggu perlakuan pemberian pupuk organik cair hasil fermentasi rebung dan air kelapa. Rata-rata Perlakuan P0 (kontrol) P1 (konsentrasi 5 ml/liter air) P2 (konsentrasi 10 ml/liter air)
3.06 5.42 2.7
P3 (konsentrasi 15 ml/liter air)
4.17
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan tinggi tanaman kakao dengan penggunaan pupuk organik cair hasil fermentasi rebung dan air kelapa terhadap pertumbuhan tanaman kakao dengan penyemprotan 5ml/liter air (P1) menunjukkan nilai lebih baik yaitu 5,42 cm dibandingkan penyemprotan dengan konsentrasi 10 ml/liter air (P2 ) sebesar 2,7 cm, dengan konsentrasi 15 ml/liter air (P3 ) sebesar 4,17 cm dan kontrol (P0 ).
pertambahan tinggi tanaman (cm)
28
6 5 4 3 2 1 0
5,42 4,17 3,06
P0
2,7
P1
P2
P3
perlakuan
Gambar 1. Diagram rata-rata pertambahan tinggi tanaman masing- masing perlakun P0, P1, P2, P3 2. Pertambahan Diameter Batang (mm) Hasil pengamatan terhadap pemberian pupuk organik cair hasil fermentasi rebung dan air kelapa terhadap pertambahan diameter batang bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Rata-rata pertambahan diameter batang (mm) pada pengamatan bibit kakao selama 6 minggu denga n perlakuan pemberian pupuk organik cair hasil fermentasi rebung dan air kelapa. Perlakuan Rata-rata P0 (kontrol) 0.743 P1 (konsentrasi 5 ml/liter air) 0.7732 P2 (konsentrasi 10 ml/liter air) 0.631 P3 (konsentrasi 15 ml/liter air)
0.636
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan diameter batang tanaman kakao dengan penggunaan pupuk organik cair hasil fermentasi rebung dan air kelapa terhadap pertumbuhan penyemprotan
tanaman kakao dengan
5 ml/liter air (P1 ) menunjukkan nilai lebih baik yaitu
0,7732 mm dibandingkan dengan kosentrasi 10 ml/liter air (P3 ) yaitu 0,631 mm, dengan kosentrasi 15 ml/liter air (P3 ) sebesar 0,636 mm dan kontrol (P0).
pertambahan diameter tanaman (mm)
29
1 0,8
0,743
0,7732
0,631
0,636
P2
P3
0,6 0,4 0,2 0 P0
P1 perlakuan
Gambar 2. Diagram rata-rata pertambahan diameter batang masing- masing perlakun P0, P1, P2, P3 3. Pertambahan Jumlah Daun (helai) Hasil pengamatan terhadap pemberian pupuk organik cair hasil fermentasi rebung dan air kelapa terhadap pertambahan jumlah daun bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Rata-rata pertambahan jumlah daun (helai) pada pengamatan bibit kakao selama 6 minggu denga n perlakuan pemberian pupuk organik cair hasil fermentasi rebung dan air kelapa. Rata-rata Perlakuan P0 (kontrol) P1 (konsentrasi 5 ml/liter air) P2 (konsentrasi 10 ml/liter air)
3.2 3.9 3.4
P3 (konsentrasi 15 ml/liter air)
3.8
Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman kakao dengan penggunaan pupuk organik cair hasil fermentasi rebung dan air kelapa terhadap pertumbuhan
tanaman kakao dengan
penyemprotan konsentrasi 5 ml/liter air (P2 ) menunjukkan nilai lebih baik yaitu 3.9 helai dibandingkan dengan kosentrasi 10 ml/liter air (P2 ) sebesar
30
3.4 helai, dengan kosentrasi 15 ml/liter air (P3 ) sebesar 3.8 helai dan kontrol
pertambahan jumlah daun (helai)
(P0 ) . 5 4
3,2
3.9
3.4
3.8
3 2 1 0 P0
P1
P2
P3
perlakuan
Gambar 3. Diagram rata-rata pertambahan jumlah daun masing- masing perlakun P0, P1, P2, P3
B. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata pertambahan tinggi tanaman, kakao
pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan (P1 ) dengan pemberian
pupuk organik cair dengan kosentrasi 5 ml/liter air menghasilkan tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol (P0 ), (P2 ) dengan kosentrasi 10 ml/liter air, dan (P3 ) dengan kosentrasi 15 ml/liter air. Hal ini diduga bahwa pada perlakuan P1 unsur hara dapat diserap dengan baik oleh tanaman dan kand ungan nutrisi pada pupuk organik cair dengan kosentrasi 5 ml/liter air telah mencukupi kebutuhan tanaman kakao, sehingga akan meningkatkan proses fotosintesis yang menghasilkan bahan-bahan organik seperti karbohidrat yang digunakan untuk memacu proses pertumbuhan tanaman sesuai dengan pendapat Rinsema (1993) dalam Marini (2006), untuk mendapatkan hasil yang tinggi dan kualitas yang baik maka syarat utama adalah tanaman harus mendapat zat makanan yang
31
cukup selama pertumbuhan. Pemberian pupuk organik cair dengan kosentrasi 5 ml/liter air dapat menunjang laju pembentukan sel-sel baru pada fase vegetatif sesuai dengan pendapat Harjadi (2002), persentase pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan bobot dan ukuran suatu organisme yang tidak dapat balik. Tersedianya unsur hara yang cukup pada saat yang tepat dalam fase vegetatif dapat menunjang laju pembentukan sel-sel baru. Sel-sel baru terbentuk karena adanya aktivitas pembelahan sel, perpanjangan sel dan deferensiasi sel. Dari hasil pengamatan rata-rata pertambahan diameter batang tanaman kakao pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan P1 dengan pemberian pupuk organik cair dengan kosentrasi 5 ml/liter air menghasilkan nilai lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol (P0 ), P2 dengan kosentrasi 10 ml/liter air, dan P3 dengan kosentrasi 15 ml/liter air.
Hal ini diduga bahwa pemberian pupuk
organik cair dengan kosentrsi 5 ml/liter air sudah mampu memberikan unsur hara yang cukup sehingga, menyebabkan terjadinya proses pembelahan sel, pemanjangan sel dan pembesaran sel lancar dan akan terjadi penambahan diameter batang. Hal ini sesuai dengan pendapat Gadner, dkk (1991), bahwa nitrogen merupakan bahan penting penyusunan asam amino, amida nukleotida dan nukleoprotein yang penting untuk pembelahan dan pembesaran sel tanaman dengan tercukupnya nitrogen maka pembelahan sel dalam jaringan kambium berjalan dengan lanjar sehingga diameter batang bertambah besar. Dari hasil pengamatan rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman kakao pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan P1 dengan pemberian pupuk organik cair dengan kosentrasi 5 ml/liter air menghasilkan jumlah daun yang
32
yang lebih tinggi dibandingkan P2 dengan kosentrasi 10 ml/liter air, dan P3 dengan kosentrasi 15 ml/liter air.
Hal ini diduga karena unsur hara yang
diberikan pupuk organik cair hasil fermentasi rebung dan iar kelapa dengan kosentrasi 5 ml/liter air mampu menyuplai kebutuhan tanaman untuk penambahan jumlah daun, hal ini sesuai pendapat Nyakpa, dkk (1988) yang menyatakan bahwa dengan tersedianya unsur hara yang cukup maka proses pembelahan dan perpanjangan sel terjadi dengan cepat sehingga menyebabkan bertambahnya jumlah daun sesuai dengan pendapat Wikins (1989) dalam Marini (2006) bahwa pembentukan pucuk dan daun-daun baru berkaitan dengan tersedianya unsur hara bagi tanaman sehingga didapatkan bahan dan energi untuk proses pembelahan sel dan untuk proses diferensiasi sel yang mengarah kepada proses morfogenesis jaringan tanaman seperti pembentukan daun baru, Ditambahkan pula oleh
Gardner, dkk (1991), bahwa pemunculan dan
penambahan helai daun memerlukan jumlah unsur hara terutama nitrogen dalam jumlah yang cukup akan digunakan dalam pembentukan karbohidrat. Selain itu menurut pendapat Sutanto (2002), pupuk yang diberikan lewat daun diharapkan dapat diserap melalui mulut (stomata) dan celah-celah kutikula, sehingga lebih cepat tersedia dan digunakan oleh tanaman untuk kebutuhan pertumbuhan. Perlakuan P3 dan perlakuan P2 yang lebih rendah dari P1 dengan kosentrasi 10 ml/liter air dan 15 ml/liter hal ini diduga
disebabkan oleh
kelebihan unsur hara mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman hal ini sesuai dengan penelitian Marini (2006) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk Superbionik pada perlakuan
P3 (2 ml l-1 )
hasilnya lebih
rendah
33 dibandingkan dengan kosentrasi P2 (1,5 ml -1 l ) karena kosentrasi ini telah melebihi nutrisi yang diperlukan. Sesuai pula dengan pendapat Wijaya (2008), suplai unsur hara yang berlebihan dapat menghambat pertumbuhan, menurunkan hasil, menurunkan kualitas hasil, menurunkan resisten terhadap hama dan penyakit tanaman dan memacu pertumbuhan luas daun yang berlebihan sehingga daun cendrung terkulai dan terjadi saling menaungi satu sama lain, sebagai akibatnya penangkapan cahaya matahari dalam proses fotosintesis tidak optimal dan terjadi penurunan hasil fotosintesis yang berupa karbohidrat yang sangat penting untuk proses-proses pertumbuhan tanaman selanjutnya.
Selain itu
menurut Lakitan (2008), bahwa kelebihan unsur hara juga dapat berpengaruh buruk terhadap tanaman karena dapat menyebabkan keracunan bagi tanaman atau menyebabkan pertumbuhan yang abnormal, selain itu juga dapat menyebabkan kerugian ekonomis karena me rupakan tindakan pemborosan. Sedangkan pada perlakuan kontrol lebih rendah dari P1 pertambahan tinggi tanaman.. Pada perlakuan kontrol tanaman hanya menyerap unsur hara dari dalam tanah yang jumlah cukup terbatas tanpa adanya penambahan unsur hara sehingga tanaman tidak mampu tumbuh secara maksimal seperti yang dijelaskan Salisbury dan Ross (1995) bahwa tidak terjadi penambahan unsur hara padahal unsur hara yang tersedia sangat terbatas karena hanya mengambil unsur hara dari dalam tanah akan yang membuat pertumbuhan tanaman tidak optimal.
Karena kurangnya unsur hara mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti yang dijelaskan Sutedjo (2008), tidak lengkapnya unsur hara makro dan mikro dapat mengakibatkan
34
hambatan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta berpengaruh langsung terhadap produktivitas tanaman. Ketidaklengkapan salah satu atau beberapa dari unsur hara makro dan mikro dapat diatasi dengan pemupukan yang berimbang.
Selain itu, menurut Novizan (2003), unsur hara sangat
diperlukan tanaman dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Jika jumlahnya kurang mencukupi, terlalu lambat tersedia atau tidak diimbangi unsur-unsur lain akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu.
35
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian pupuk organik cair dengan kosentrasi 5 ml/liter air (P1 ) diduga lebih baik dalam meningkatkan pertambahan tinggi tanaman kakao, pertambahan diameter batang dan pertambahan jumlah daun, dibandingkan dengan perlakuan P0 , P2 dan P3 . B. Saran Untuk mendapatkan pertumbuhan yang lebih baik pada bibit tanaman kakao, disarankan perlu penelitian lanjutan dengan menggunakan pupuk organik cair hasil fermentasi rebung dan air kelapa denga n kosentrasi yang berbeda untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair tersebut, disertai waktu pengamatan yang lebih lama.
36
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Z, 1993. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Percetakan Angkasa, Bandung. Dwidjoseputro D, 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta. Gadner, F. P. R. B. Pearce, R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (Physiologi Of Crop Plants). UI Press. Jakarta. Hardjowigeno. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Harjono I, 1997. Sistem Pertanian Organik. Aneka Solo, Surakarta. Lakitan, B. 2008. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Marini. 2006. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Daun Superbionik Terhadap Pertumbuhan Bibit Tana man Anggrek Dendrobium (Dendrobium Bandung White) Asal Kultur Jaringan. Universitas 17 Agustus 1945. Samarinda. Skripsi Tidak Dipublikasikan Marsono dan Sigit, P 2002. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. Novizan. 2003. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Nyakpa, M. Y. A. M. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amran, A. Munawar, G.B. Hong. Nurhayati dan Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Unila. Lampung. Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tanaman (Plant Phisiology). ITB. Bandung. Sarief ES, !986. Kesuburan dan Pemupukkan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. Siregar, Tumpal HS, DKK, 2002. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Coklat. Penebar Swaday, Jakarta. Susanto FX, 1994. Tanaman Kakao Budidaya Dan Pengolahan Hasil. Kanisius, Yogyakarta.
37
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta. Sutedjo, MM. 2008. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Sosrosoedirjo. 1982. Ilmu Memupuk. Yasagung. Jakarta. Tjitrosoepomo, G. 1988. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gajah Mada Universitas Press, Yogyakarta. Wijaya, K.A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil Dan Resistensi Alami Tanaman. Wikipedia. 2009. Kelapa. http//ms.wik ipedia.org/wiki/kelapa (23 Nopember 2010) Zaenudin. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka, Jakarta.
38
LAMPIRAN
39
Lampiran 1. Denah penelitian
P0 3
P0 1
P1 7
P1 10
P2 6
P2 10
P3 4
P3 8
P0 10
P0 4
P1 2
P1 8
P2 1
P2 8
P3 9
P3 3
P0 2
P0 9
P1 4
P1 3
P2 7
P2 4
P3 5
P3 2
P0 7
P0 6
P1 9
P1 6
P2 9
P2 2
P3 10
P3 6
P0 5
P0 8
P1 5
P1 1
P2 3
P2 5
P3s1
P3 7
Keterangan : P0 : Kontrol dengan 10 ulangan P1
:
Penyemprotan 5 ml/liter air dengan 10 ulangan
P2
:
Penyemprotan 10 ml/liter airdengan 10 ulangan
P3
:
Penyemprotan 15 ml/liter air dengan 10 ulangan
U
40
Lampiran 2. Tabel pengukuran pertambahan tinggi tanaman bibit kakao (cm) pada umur 2, 4 dan 6 minggu setelah pemupukan (MSP). Ulangan Perlakuan
MSP 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
P0
1
0,5
1
2
1,5
1,3
2
1
1,5
1
P1
1,5
1
1,5
1
1
1,5
0,5
3,7
0,5
1
1,5
0,7
2,3
0,3
2,3
0,6
0,3
1
1,5
1,5
0,5
1
3
0,2
5,5
0,5
1
1
2,5
0,5
P2
2
P3
Ulangan Perlakuan
MSP 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
1
1,5
2,3
0,5
1
1
0,5
0,5
0,5
10,5
1
9,5
1
1
1
0,5
1
1
1
P2
0,5
1
0,5
0,5
0,5
0,5
1
0,5
1,5
1
P3
5,5
0,5
0,5
1
1
2,5
0,5
2
1
0,5
P0 P1 4
Ulangan Perlakuan
MSP 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
1
1
0,5
1
0,5
1
0,5
1
0,5
2
2
1
2
1
0,5
1
2
1
1
P2
1
1
1
1
0,5
0,5
1
0,5
1
1
P4
1
1
1
0,5
1
1,5
0,5
2
2
0,5
P0 P1 6
41
Lampiran 3.
Tabel pengukuran pertambahan diameter batang tanaman bibit kakao (mm) pada umur 2, 4 dan 6 minggu setelah pemupukan (MSP) Ulangan
Perlakuan
MSP 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
P0
0,27
0,43
0,52
0,67
0,14
1
0,17
0,19
1,02
0,27
P1
0,26
1,13
0,1
0,25
0,34
0,38
0,14
0,22
0,41
0,14
0,3
0,29
0,24
0,23
0,1
0,24
0,05
0,06
0,01
0,14
0,09
0,26
0,33
0,43
0,42
0,11
0,25
0,01
0,1
0,37
P2
2
P3
Ulangan Perlakuan
MSP 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0,26
0,35
0,16
0,57
0,08
0,28
0,1
0,19
0,16
0,05
0,18
0,032
0,35
0,14
0,91
0,18
0,24
0,02
0,53
0,22
P2
0,67
0,13
0,31
0,18
0,18
0,11
0,02
0,06
0,1
0,02
P3
0,08
0,02
0,01
0,16
0,1
2,07
0,14
0,07
0,04
0,37
P0 P1 4
Ulangan Perlakuan
MSP 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0,02
0,02
0,04
0,02
0,24
0,03
0,01
0,03
0,01
0,16
0,02
0,05
0,01
0,03
1,01
0,01
0,2
0,03
0,1
0,10
P2
1
0,19
0,7
0,43
0,05
0,07
0,1
0,06
0,07
0,2
P4
0,14
0,11
0,24
0,09
0,03
0,01
0,08
0,05
0,01
0,17
P0 P1 6
42
Lampiran 4. Tabel pengukuran pertambahan jumlah daun tanaman bibit kakao (helai) pada umur 2, 4 dan 6 minggu setelah pemupukan (MSP). Ulangan Perlakuan
MSP
P0 P1 P2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
1
2
2
1
1
1
1
1
3
2
1
2
1
1
2
1
1
2
P3
1
2
1
2
2 2
Ulangan Perlakuan
MSP 1
2
3
4
5
6
7
8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
P2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
P3
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
P0 P1
9
10
1
1
4
Ulangan Perlakuan
MSP 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
2
1
P2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
P4
1
1
1
1
2
1
1
1
1
P0 P1 6
1
43
Lampiran 5. Rata-rata pertambahan tinggi bibit kakao (cm) selama ± 6 minggu setelah perlakuan Ulangan Perlakuan
?X
x
2
30.6
3.06
2.5
3
54.2
5.42
2
4
3.5
27
2.7
5
5.5
1.5
41.7
4.17
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
P0
3
2.5
3.5
4.8
3
2.8
4
2
3
P1
14
4
12
4
3
3
2
6.7
P2
3
2.7
3.8
1.8
3.3
1.6
1.3
P3
7
2.5
4.5
1.7
7.5
4.5
2
Lampiran 6. Rata-rata pertambahan diameter bibit kakao (mm) selama ± 6 minggu setelah perlakuan Ulangan Perlakuan
?X
x
0.48
7.43
0.743
1.04
0.46
7.732
0.7732
0.18
0.18
0.36
6.31
0.631
0.13
0.15
0.91
6.36
0.636
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
P0
0.55
0.8
0.72
1.26
0.46
1.31
0.25
0.41
1.19
P1
0.46
1.212
0.46
0.42
2.26
0.57
0.58
0.27
P2
1.97
0.61
1.25
0.84
0.33
0.42
0.17
P3
0.31
0.39
0.58
0.68
0.55
2.19
0.47
Lampiran 7. Rata-rata pertambahan jumlah daun bibit kakao (helai) selama ± 6 minggu setelah perlakuan Ulangan Perlakuan
?X
x
3
32
3.2
4
3
39
3.9
3
4
4
34
3.4
4
4
4
38
3.8
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
P0
3
4
3
4
3
3
3
3
3
P1
3
3
4
4
5
4
5
4
P2
3
4
4
3
3
3
3
P3
5
4
3
3
5
3
3
44
Lampiran 8. Persiapan media tanam
Gambar penjemuran media tanah
Gambar pengisian polybag
Gambar polybag yang telah siap
45
Lampiran 9. Pembuatan POC dari fermantasi rebung dan air kelapa
Gambar Rebung
Gambar Penghalusan Rebung
Gambar Buah Kelapa
Gambar Rebung yang telah halus
46
Lampiran 10. Perawatan
Gambar Penyiangan gulma