PERTEMUAN 12 VARIABEL, POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING PENELITIAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai variabel, populasi,
sampel, dan teknik sampling penelitian. Melalui ekspositori, Anda harus mampu: 12.1. Menjelaskan variabel penelitian 12.2. Menjelaskan populasi 12.3. Menjelaskan sampel 12.4. Menjelaskan teknik sampling.
B. URAIAN MATERI Tujuan Pembelajaran 12.1: Menjelaskan variabel penelitian
Jika ada pertanyaan tentang apa yang anda teliti, maka jawabannya berkenaan dengan variabel penelitian. Jadi variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh
informasi
tentang
hal
tersebut,
kemudian
ditarik
kesimpulannya. Sedangkan menurut Sugiyono (2008: 38), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
Dinamakan variabel penelitian dikarenakan adanya variasinya. Misalnya tinggi badan manusia dikatakan variabel penelitian, karena tinggi badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya. Jadi, variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variabel. Untuk dapat bervariasi, maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau obyek yang bervariasi. Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis suatu penelitian berbeda, akan berbeda pula variabelnya. Pada dasarnya banyaknya variabel sangat tergantung oleh sederhana atau runtutnya penelitian. Semakin sederhana rancangan penelitian, maka akan semakin sederhana pula variabelnya dan sebaliknya. Macam-macam variabel penelitian adalah sebagai berikut: 1. Variabel dependen (variabel terikat), yaitu kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi, pengubah atau mengganti variabel bebas. Menurut fungsiya, variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain, karenanya juga sering disebut variabel yang dipengaruhi atau terpengaruhi karena adanya variabel lain (variabel bebas).
2. Variabel independen (variabel bebas), yaitu kondisi-kondisi atau karakteristikkarakteristik
yang
oleh
peneliti
dimanipulasi
dalam
rangka
untuk
menerangkan hubungannya dengan fenomena yang di obeservasi. Karena fungsinya, variabel ini sering disebut variabel pengaruh, sebab berfungsi mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh terhadap variabel lain (variabel terikat). Kedispilinan kerja (Variabel bebas)
Produktivitas kerja (Variabel terikat)
Gambar contoh hubungan variabel bebas-terikat
3. Variabel intervening, yaitu variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati atau diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela, karena terletak diantara variabel bebas dan variabel terikat, sehingga bebas tidak langsung mempengaruhi variabel terikat.
4. Variabel Moderator yaitu variabel bebas kedua, hal ini dikarenakan varibel ini mempengaruhi (bisa memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Kedispilinan kerja (Variabel bebas)
Produktivitas kerja (Variabel terikat) Kepemimpinan (Variabel moderator)
Gambar contoh hubungan variabel bebas-moderator-terikat
Penghasilan (Variabel bebas)
Gaya hidup (Variabel intervening)
Harapan hidup (Variabel terikat)
Budaya Lingkungan dan Tempat Tinggal (Variabel moderator)
Gambar contoh hubungan variabel bebas-moderator-intervening-terikat
5. Variabel kontrol (variabel kendali), yaitu variabel yang berfungsi sebagai kontrol terhadap variabel lain yang tidak diteliti agar tidak mempengaruhi variabel yang diteliti. Variabel kontrol sering digunakan saat melakukan penelitian komparatif. Pendidikan SMP dan MTS (Variabel bebas)
Keterampilan Mengetik (Variabel terikat)
Naskah, Tempat, Mesin Ketik yang Sama (Variabel kontrol) Gambar contoh hubungan variabel bebas-kontrol-terikat
Tujuan Pembelajaran 12.2: Menjelaskan populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian baik terdiri dari benda yang nyata atau abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data yang memiliki karakteristik tertentu. Populasi bukan sekedar jumlah objek atau subjek penelitian, tetapi meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki oleh objek atau subjek penelitian tersebut. Jadi satu orang pun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang tersebut sudah mempunyai berbagai karakteristik seperti hobi, gaya berbicaranya, kepemimpinanya, dan lain-lain. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kedisiplinan kerja gubernur X, maka kedisiplinan kerja itu merupakan sampel dari semua karakteristik yang melekat pada gubernur X.
Tujuan Pembelajaran 12.3: Menjelaskan sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi berjumlah besar, sehingga peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi karena adanya keterbatasan seperti keterbatasan tenaga, biaya, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sampel yang diambil haruslah bersifat representatif terhadap seluruh populasi. Apabila sampel tidak representatif, maka kesimpulan yang diambil peneliti dalam penelitiannya tersebut menjadi tidak tepat. Beberapa hal yang harus diketahui sehubungan dengan sampel, sebagai berikut: 1. Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh sampel a. Mempunyai sifat yang dimiliki oeh populasi. Apabila populasi dicirikan oleh warna, dimensi, dan kekerasan bahan maka sampel juga dicirikan oleh hal yang sama. b. Mewakili populasi. Apabila dari sejumlah anggota populasi sesudah dipertimbangkan cukup diambil sebuah sampel, maka hasil pengujian sampel tersebut akan mewakili seluruh anggota populasi. c. Dapat digunakan untuk menggeneralisasi hasil analisis. Berkaitan dengan keterangan di atas, maka hasilnya akan berlaku untuk seluruh anggota populasi. 2. Tujuan pengambilan sampel a. Untuk mereduksi jumlah objek yang akan diteliti. Hal ini akan lebih bermanfaat apabila cara pengujian objek dilakukan hingga rusak. b. Untuk membatasi jumlah populasi bahkan wilayah populasi, berusaha untuk membuat generalisasi hasil analisis. c. Berusaha untuk mempersingkat waktu, memperkecil dana, ataupun tenaga.
3. Tahapan menentukan sampel a. Menentukan populasi terlebih dahulu (jangan dibalik menentukan jumlah sampel, baru kemudian menentukan populasi). b. Membatasi luas populasi dengan menegaskan karakteristik populasi teoritis dengan cara melakukan identitas dan inventarisasi terhadap sifat-sifat populasi sebagai ruang lingkup dalam usaha melakukan generalisasi. Perlu diperhatikan sekali lagi bahwa pengambilan sampel yang salah akan menyebabkan hasil penelitiannya bias. 4. Menetukan ukuran sampel Anggota sampel diambil melalui teknik-teknik pengambilan sampel. Jumlah anggota sampel ini sering dinyatakan sebagai ukuran sampel. Jumlah sampel yang diambil diharapkan representatif terhadap jumlah anggota populasi itu sendiri. Jika jumlah populasi ada 500 orang maka hasil penelitian tersebut akan berlaku bagi 500 orang tersebut tanpa ada kesalahan. Sehingga jika tidak ingin ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 500 orang. Dengan demikian, semakin besar jumlah sampel (mendekati jumlah populasi) maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya. Berapa jumlah sampel yang paling tepat dalam penelitian ? Jawabanya tergantung pada tingkat ketelitian yang diinginkan. Tingkat ketelitian yang diinginkan sering tergantung pada faktor-faktor seperti biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia. Semakin besar tingkat ketelitian maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan dan sebaliknya. Berikut ini tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael untuk taraf kesalahn 1%, 5%, dan 10%. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya tersebut adalah sebagai berikut: S=
λ . N. P. Q d (N − 1) + λ . P. Q
Keterangan: S = Jumlah sampel λ dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, atau 10%. P = Q = 0,5 d = 0,05 N = Jumlah populasi
Tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 1%, 5%, dan 10 % N
s 1%
5%
10%
10
10
10
10
50
47
44
100
87
150
N
s 1%
5%
10%
1000
399
258
213
42
5000
586
326
257
78
73
10000
622
336
263
122
105
97
50000
655
346
269
300
207
161
143
75000
658
346
270
400
250
186
162
150000
661
347
270
600
315
221
187
⋮
⋮
⋮
⋮
800
363
243
202
∞
664
349
272
Berdasarkan tabel di atas, disimpulkan bahwa semakin besar taraf ketelitian/ kesalahan, maka akan semakin kecil ukuran sampel. Misalnya untuk jumlah populasinya 10 orang maka jumlah sampel sebenarnya hanya 9,56 orang, tetapi dibulatkan menjadi 10 orang. Cara menentukan ukuran sampel di atas diasumsikan jika populasi berdistribusi normal. Jika tidak berdistribusi normal maka tidak perlu digunakan. Misalnya populasinya adalah logam, dimana susunan molekulnya homogen, maka jumlah sampel yang diperlukan cukup 1% saja sudah bisa representatif.
Sebenarnya terdapat berbagai rumus untuk menghitung ukuran sampel, seperti rumus Slovin, Cochran, Cohen, dan lain sebagainya. Apabila rumusrumus tersebut digunakan untuk menghitung ukuran sampel, maka hasilnya hanya terdapat sedikit perbedaan jumlah sampelnya. Lalu yang harus dipakai yang mana ? Sebaiknya yang dipakai adalah ketika mendapat jumlah ukuran sampel yang paling besar.
Contoh penggunaan rumus di atas adalah sebagai berikut: Misalnya akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok masyarakat terhadap pelayanan pendidikan yang diberikan oleh pemerintah daerah tertentu. Kelompok masyarakat tersebut terdiri dari 500 orang, yang dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S = 65 orang, S = 81 orang, SMA=270 orang, SMP= 100 orang, dan SD=84 orang. Maka dengan menggunakan tabel penentuan sampel menurut Isaac dan Michael, bila jumlah populasi 600 orang dengan taraf kesalahan 5% maka jumlah sampelnya adalah 221 orang. Karena populasinya berstrata jenjang pendidikan maka sampelnya juga berstrata sesuai strata populasinya. Dengan demikian masing-masing sampel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai dengan populasi. S =
× 221 = 23,94 = 24 orang
S =
× 221 = 29,84 = 30 orang
SMA =
× 221 = 99,45 = 99 orang
SMP =
× 221 = 36,83 = 37 orang
SD =
× 221 = 30,94 = 31 orang Total = 221 Orang
+
Populasi = 600 Orang Sampel = 221 Orang
S = 65
S = 24
S = 81
S = 30
SD= 84
SD= 31
SMP= 100
SMP= 37 SMA= 99
SMA= 270
Roscoe dalam buku Research Methods For Business (1982: 253) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel penelitian, sebagai berikut: 1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian sekitar 30-500. 2. Bila sampel berkategori (misalnya pria-wanita) maka jumlah minimal setiap kategori adalah 30. 3. Bila melakukan penelitian yang beranalisis multivariasi, maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabe penelitiannya ada 5, maka jumlah anggota sampelnya 50. 4. Untuk penelitian eksperimen sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota masing-masing antara 10-20.
Tujuan Pembelajaran 12.4: Menjelaskan teknik sampling
Teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel. Teknik sampling pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu probability sampling dan nonprobability sampling.
Tabel macam-macam teknik sampling Teknik Sampling Probability sampling
Nonprobability sampling
1. Simple random sampling.
1. Sampling sistematis.
2. Proportionate
2. Sampling kuota.
stratified
random sampling. 3. Disproportionate
3. Sampling insidental. stratified
random sampling. 4. Cluster sampling.
4. Purposive sampling. 5. Sampling jenuh 6. Snowball sampling
1. Probability sampling Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jenis-jenis teknik probability sampling adalah sebagai berikut:
a. Simple random sampling Simple random sampling adalah teknik pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa melihat strata yang ada
dalam populasi itu. Cara ini dilakukan jika anggota populasi dianggap homogen. b. Proportionate stratified random sampling Proportionate stratified random sampling adalah teknik pengambilan anggota sampel yang jika anggota populasi tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Misalnya suatu perusahaan mempekerjakan pegawai yang berlatar belakang pendidikan berbeda-beda, maka populasi pegawai di perusahaan dikatakan berstrata. c. Disproportionate stratified random sampling Disproportionate
stratified
random
sampling
adalah
teknik
pengambilan anggota sampel jika populasinya bestrata, namun kurang proporsional. d. Cluster sampling Cluster sampling adalah teknik pengambilan anggota sampel jika obyek yang diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya sumber datanya adalah penduduk dari suatu benua atau negara. 2. Nonprobability sampling Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jenis-jenis teknik nonprobability sampling adalah sebagai berikut: a. Sampling sistematis Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan anggota populasi yang telah diberikan nomor urutan. Misalnya anggota populasi terdiri dari 50 orang. Kemudian semua anggota populasi itu diberi nomor urut dari 1 sampai 50. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan bilangan tertentu.
b. Sampling kuota Sampling kuota adalah teknik pengambilan sampel dari populasi yang bercirikan tertentu sampai memenuhi jumlah kuota yang dikehendaki. Misalnya akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di suatu daerah. Jumlah sampel yang ditentukan adalah 300 orang. Jika dalam pengumpulan data belum didasarkan atas 300 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai karena belum memenuhi kuota yang telah ditentukan di awal yaitu 300 orang. c. Sampling insidental Sampling insidental adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan. Bila dipandang sampel yang diketemukan secara tidak sengaja ditemui cocok sebagai sumber data maka sampel tersebut akan diambil oleh peneliti. d. Purposive sampling Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya ingin meneliti kondisi pendidikan di Indonesia, maka sumber datanya harus seorang ahli pendidikan. Sampel ini sangat cocok untuk penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi. e. Sampling jenuh (sensus) Sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel yang jika semua anggota populasi digunakan sebagi sampel. Hal ini dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil (kurang dari 30). f. Snowball sampling Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel yang jumlahnya semakin lama semakin membesar seperti bola salju yang menggelinding.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS 1.
Jelaskan mengapa yang anda teliti dinamakan sebagai variabel penelitian ?
2.
Buatlah tiga judul penelitian, lalu tentukan jenis variabelnya dari masing-masing judul tersebut ?
3.
Misalnya pegawai dari perusahaan tertentu memiliki latar belakang pendidikan, yaitu S ada 4 orang, S ada 5 orang, S ada 65 orang, SMA ada 170 orang. SMP ada 300 orang. Teknik sampling apa yang cocok Anda gunakan dan jelaskan alasannya !
D. DAFTAR PUSTAKA Http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dra_wening_sahayu_mpd/metodol ogi-penelitian.pdf Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.