The Chronicles of Narnia #7
Pertempuran Terakhir (The Last Battle) By C.S. Lewis
1|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
PERTEMPURAN TERAKHIR
BAB SATU Di Tepi Caldron Pool
Dalam hari-hari terakhir Narnia, jauh di sebelah barat Lantern Waste-Area Lentera dan dekat di samping air terjun besar, hiduplah seekor kera. Dia begitu tua sehingga tidak ada yang bisa mengingat kapan dia pertama kali datang untuk tinggal di daerah tersebut, dan dia kera terpintar, terjelek, dan terkeriput yang bisa kaubayangkan. Dia memiliki rumah kecil, dibangun dari kayu dan diatapi dedaunan, tinggi di percabangan pohon besar. Dia bernama Shift. Sangat sedikit Hewan yang Bisa Berbicara, manusia, dwarf, atau penghuni dari jenis apa pun, di bagian hutan itu, tapi Shift punya satu teman sekaligus tetangga, seekor keledai bernama Puzzle. Setidaknya mereka berdua berkata mereka teman, tapi dari situasi yang berlangsung kau mungkin bakal berpikir Puzzle lebih seperti pelayan Shift daripada teman. Keledai itu melakukan semua pekerjaan. Ketika mereka pergi bersama ke sungai, Shift mengisi penuh botol-botol kulit besar tempat air minum dengan air tapi Puzzle-lah yang membawanya pulang. Ketika mereka menginginkan apa pun dari kota yang letaknya lebih jauh menyusuri sungai, Puzzle-lah yang pergi ke sana dengan membawa keranjangkeranjang kosong di punggungnya dan kembali dengan semua keranjang itu penuh dan berat. Dan semua benda terbaik yang dibawa pulang Puzzle akan dimakan Shift, karena seperti yang dikatakan Shift, "Begini, Puzzle, aku tidak bisa makan rumput dan tanaman thistle sepertimu, jadi supaya adil aku harus menyeimbangkan keadaan dengan cara lain." 2|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
Dan Puzzle selalu berkata, "Tentu saja, Shift, tentu saja. Aku mengerti." Puzzle tidak pernah mengeluh, karena dia tahu Shift jauh lebih pintar daripada dirinya dan dia berpikir Shift bahkan sudah begitu baik bersedia berteman dengannya. Lagi pula jika Puzzle berusaha mendebat sesuatu, Shift akan selalu berkata, "Nah, Puzzle, aku lebih tahu apa yang perlu dilakukan daripada kau. Kau kan tahu kau tidak pintar, Puzzle." Dan Puzzle selalu berkata, "Benar, Shift. Itu memang benar. Aku tidak pintar." Kemudian keledai itu akan mengesah dan melakukan apa pun yang Shift katakan. Suatu pagi di awal tahun, keduanya berjalan menyusuri tepian Caldron Pool. Caldron Pool merupakan mata air besar tepat di bawah tebing-tebing ujung barat Narnia. Air terjun besar menumpahkan airnya ke mata air tersebut dengan suara seperti guntur yang tak pernah berakhir, dan Sungai Narnia mengalir keluar di sisi lain. Air terjun membuat mata air itu selalu menari, berbuih, dan teraduk-aduk seolah airnya dididihkan, dan tentu saja inilah alasan mengapa dia diberi nama Caldron Pool-Mata Air Kuali. Caldron Pool tampak paling hidup di awal musim semi ketika air terjun meruah dengan semua salju yang meleleh dari pegunungan tinggi jauh melewati Narnia di Western Wild-Daerah Barat yang Liar-tempat aliran sungai berasal. Dan ketika mereka memandang Caldron Pool, Shift mendadak menunjuk dengan jari kurusnya yang berbulu gelap dan berkata: "Lihat! Apa itu?" "Apa yang apa?" tanya Puzzle.
3|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
"Benda kuning yang baru saja terjatuh dari air terjun. Lihat! Itu dia lagi, dia mengambang. Kita harus mencari tahu benda apa itu." "Haruskah?" tanya Puzzle. "Tentu saja harus," kata Shift. "Benda itu mungkin berguna. Pokoknya melompat sajalah ke mata air seperti teman yang baik dan ambil benda itu. Setelah itu kita bisa mengamatinya dengan lebih jelas." "Melompat ke dalam mata air?" tanya Puzzle, kedua telinga panjangnya berkedut. "Yah, bagaimana lagi kita bisa mendapatkannya kalau kau tidak melakukan itu?" kata si kera. "Tapi-tapi," kata Puzzle, "tidakkah lebih baik kau saja yang masuk? Karena, begini, kaulah yang ingin tahu benda apa itu, dan aku tidak terlalu penasaran. Dan kau punya tangan, benar kan? Kau selihai manusia atau dwarf dalam hal menangkap kemudian memegang erat sesuatu. Aku hanya punya tapak kaki." "Sungguh, Puzzle," kata Shift, "aku tidak menyangka kau bisa mengatakan hal seperti itu. Aku benar-benar tidak menduga kau seperti itu, sungguh." "Kenapa, memangnya aku salah bicara?" tanya si keledai, berbicara dengan suara agak rendah hati, karena dia melihat Shift teramat tersinggung. "Aku hanya bermaksud-" "Kau mau aku masuk ke air," kata si kera. "Seolah kau sama sekali tidak tahu betapa kera selalu memiliki paru-paru yang lemah dan mudah terserang pilek! Baiklah. Aku akan masuk ke sana. Aku mungkin akan mati. Setelah itu kau baru akan menyesal." Dan suara Shift terdengar seolah sebentar lagi dia akan mulai menumpahkan air mata.
4|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
"Aku mohon jangan, kumohon, jangan," kata Puzzle, separo meringkik dan separo berbicara. "Aku tidak pernah bermaksud seperti itu, Shift, sungguh. Kau tahu betapa bodohnya aku dan bagaimana aku tidak bisa memikirkan lebih dari satu hal pada saat yang sama. Aku lupa tentang paru-parumu yang lemah. Tentu saja aku akan masuk ke mata air. Kau tidak boleh berniat melakukannya sendiri. Berjanjilah kau tidak akan melakukan itu, Shift." Jadi Shift berjanji, dan Puzzle mulai menapakkan keempat kakinya di sekitar tepi berbatu mata air itu untuk mencari tempat yang bisa dimasuki. Selain masalah suhu dingin, sama sekali bukan lelucon berusaha masuk ke air yang membekukan dan berbuih itu, dan Puzzle harus berdiri gemetaran selama semenit sebelum membulatkan tekad untuk masuk. Tapi kemudian Shift memanggil dari belakangnya dan berkata, "Mungkin lebih baik aku yang melakukannya, Puzzle." Dan ketika Puzzle mendengar itu dia berkata, "Tidak, tidak. Kau sudah berjanji. Aku akan masuk sekarang," lalu dia pun bergerak. Sejumlah besar buih menghantam wajahnya, memenuhi mulutnya dengan air, dan membutakannya. Kemudian seluruh tubuhnya benarbenar tenggelam selama beberapa detik, dan ketika muncul ke permukaan lagi dia berada cukup jauh di bagian lain mata air itu. Lalu pusaran air menangkapnya dan membawanya berputar dan berputar, lebih cepat dan semakin cepat, sampai aliran air benar-benar membawanya ke bawah air terjun, lalu kekuatan air menenggelamkannya ke bawah, jauh ke bawah, sehingga dia sempat mengira tidak akan mampu menahan napas sampai bisa muncul di permukaan lagi. Dan ketika dia berhasil naik dan akhirnya bisa mencapai tempat yang dekat dengan benda yang berusaha ditangkapnya, benda tersebut bergerak menjauh darinya hingga ke bawah air terjun dan terdorong 5|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
ke dasar mata air. Ketika benda itu muncul lagi kini posisinya lebih jauh daripada sebelumnya. Tapi akhirnya, ketika Puzzle hampir menderita kelelahan setengah mati, lebam-lebam di seluruh tubuh dan mati rasa karena kedinginan, dia berhasil mencengkeram benda itu dengan giginya. Lalu dia keluar sambil membawanya di depan tubuh sehingga kaki depannya nyaris terbelit benda itu, karena yang kini dibawanya sebesar karpet perapian besar, berat, dingin, juga licin. Dia melemparkannya ke hadapan Shift lalu berdiri meneteskan air, menggigil, dan berusaha mengatur napas. Tapi si kera bahkan tidak melihatnya atau menanyakan kabarnya. Si kera terlalu sibuk memutari benda itu, melebarkannya, menepuk-nepuknya, dan mengendusnya. Kemudian sinar jahat berkilau di matanya dan dia berkata, "Ini kulit singa." "Hiii-hoo-hoo-oh, begitu ya?" kata Puzzle terperangah. "Nah, kira-kira''' kira-kira''' kira-kira," kata Shift kepada dirinya sendiri, karena kini dia berpikir keras sekali. "Kira-kira siapa yang membunuh singa malang ini?" kata Puzzle akhirnya. "Kulit ini harus dikubur. Kita harus mengadakan pemakaman." "Oh, ini bukan kulit Singa yang Bisa Berbicara," kata Shift. "Kau tidak perlu repot soal itu. Tidak ada Hewan yang Bisa Berbicara di daerah yang lebih jauh dari air terjun, di Western Wild. Kulit ini dulu pastinya milik singa liar yang bodoh." Omong-omong, komentar ini memang benar. Seorang pemburu, manusia, telah membunuh dan menguliti singa ini di suatu tempat di Western Wild beberapa bulan lalu. Tapi masalah itu tidak akan muncul dalam kisah ini.
6|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
"Tetap saja, Shift," kata Puzzle, "bahkan jika kulit ini dulunya hanya milik singa liar yang bodoh, bukankah seharusnya kita memberinya penguburan yang layak? Maksudku, bukankah semua singa agak-yah, agak agung? Karena kautahu-siapa. Tidakkah kau berpikir begitu?" "Jangan mulai punya ide-ide gila di kepalamu, Puzzle," kata Shift. "Karena, kau tahu, berpikir bukanlah kelebihanmu. Kita akan menjadikan kulit ini mantel musim dingin yang hangat dan bagus untukmu." "Oh, kurasa aku tidak akan menginginkannya," kata si keledai. "Itu akan kelihatan-maksudku, hewan-hewan lain bakal berpikir yang ingin kukatakan, aku tidak akan merasa-" "Apa sebenarnya yang ingin kaukatakan?" kata Shift, menggaruk dirinya sendiri ke arah yang salah, yaitu ke atas seperti yang biasa dilakukan para kera. "Kurasa tindakan itu akan melecehkan sang Singa Agung, Aslan sendiri, kalau keledai sepertiku mondar-mandir berjalan dengan mengenakan kulit singa," kata Puzzle. "Sudahlah, kumohon jangan membantah lagi," kata Shift. "Apa yang diketahui keledai sepertimu tentang hal-hal seperti ini? Kau kan tahu kau tidak mahir dalam berpikir, Puzzle, jadi bagaimana kalau kau membiarkan aku yang berpikir untukmu? Kenapa kau tidak memperlakukanku seperti aku memperlakukanmu? Kurasa aku tidak bisa melakukan segalanya. Aku tahu kau lebih pandai dalam beberapa hal daripada aku. Itulah sebabnya aku membiarkanmu masuk ke mata air. Karena aku tahu kau akan melakukannya lebih baik daripada aku. Tapi kenapa aku tidak bisa mendapatkan giliranku ketika ada sesuatu yang bisa kulakukan dan tidak bisa kaulakukan? Apakah aku tidak pernah diperbolehkan melakukan apa pun? Bersikap adillah. Memberi dan menerima." 7|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
"Oh, yah, tentu saja, kalau kau mengatakannya seperti itu," kata Puzzle. "Begini saja," kata Shift. "Sebaiknya kau berlari kecil sebentar menyusuri sungai hingga Chippingford dan mencari tahu apakah mereka punya jeruk atau pisang." "Tapi aku capek sekali, Shift," Puzzle memohon. "Ya, aku tahu, tapi kau kini BAB-AH dan pasti sangat kedinginan," kata si kera. "Kau ingin melakukan sesuatu yang bisa menghangatkan tubuhmu. Berlari kecil sebentar bisa jadi pemecahan yang tepat. Lagi pula, hari ini hari pasar di Chippingford." Kemudian tentu saja Puzzle berkata dia akan pergi. Segera setelah sendirian, Shift berjalan pelan dengan menyeret langkah, terkadang dengan dua tungkai dan terkadang empat, hingga dia tiba di pohonnya sendiri. Kemudian dia mengayunkan tubuhnya dari cabang ke cabang, berceloteh dan menampilkan cengiran sepanjang waktu, lalu masuk ke rumah kecilnya. Dia mencari jarum, benang, dan gunting besar di sana, karena dia kera yang pandai dan bangsa dwarf pernah mengajarinya cara menjahit. Dia memasukkan gulungan benang (terbuat dari bahan yang sangat tebal, lebih seperti kawat daripada benang) ke mulutnya sehingga pipinya menggelembung seolah dia sedang mengisap sepotong toffee besar. Dia menjepit jarum dengan bibir dan memegang gunting dengan tangan kirinya. Lalu dia menuruni pohon dan berjalan perlahan lagi menuju kulit singa tadi. Dia berjongkok dan mulai bekerja. Dia segera menyadari tubuh kulit singa itu akan jadi terlalu panjang untuk Puzzle dan terlalu pendek di bagian leher. Jadi dia memotong sebagian besar tubuh dan menggunakannya untuk membuat kerah panjang untuk leher panjang Puzzle. Lalu dia memotong kepalanya 8|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
dan menjahitkan kerah tadi dengan bagian kepala dan bahu. Dia memasang benang pada kedua sisi kulit supaya bagian bawah dada dan perut Puzzle bisa diikat. Sesekali burung akan melintas di atas kepalanya dan Shift akan menghentikan kegiatannya, mendongak waspada. Dia tidak mau siapa pun melihat apa yang sedang dia kerjakan. Tapi tidak satu pun burung yang dia lihat merupakan Burung yang Bisa Berbicara, jadi tidak masalah. Siang menjelang sore, Puzzle kembali. Dia tidak berlari kecil melainkan hanya berjalan perlahan, santai dan kelihatan malas, seperti yang biasa keledai lakukan. "Tidak ada jeruk," katanya, "juga tidak ada pisang. Dan aku lelah sekali." Dia berbaring. "Kemarilah dan coba mantel kulit singamu yang indah ini," kata Shift. "Oh, siapa yang peduli dengan kulit tua itu?" kata Puzzle. "Aku akan mencobanya besok pagi. Aku terlalu capek malam ini." "Ternyata kau memang kejam, Puzzle," kata Shift. "Kalau kau lelah, kaupikir bagaimana aku? Sepanjang hari, ketika kau berjalan-jalan mencari udara segar menuruni lembah, aku bekerja keras untuk membuatkan mantel ini untukmu. Tanganku begitu capek sehingga aku nyaris tidak bisa mengangkat gunting ini. Dan sekarang kau tidak bersedia mengucapkan terima kasih-dan kau bahkan tidak mau melihat mantel ini-dan kau tidak perlu-dan-dan-" "Shift-ku tersayang," kata Puzzle, langsung bangkit. "Maafkan aku. Aku telah bertindak tanpa perasaan. Tentu saja aku akan senang mencoba mantel buatanmu. Dan mantel itu kelihatannya bagus sekali. Segera pakaikan kepadaku. Kuharap kau mau melakukannya." "Yah, kalau begitu jangan bergerak," kata si kera. Kulit itu terlalu berat buatnya, tapi akhirnya, setelah begitu banyak menarik, 9|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
mendorong, terengah-engah, dan meniup, si kera berhasil memasangkannya ke si keledai. Dia mengikatnya di bawah tubuh Puzzle dan mengikat kaki-kaki kulit itu ke kaki-kaki Puzzle, begitu juga ekornya ke ekor Puzzle. Sebagian besar hidung dan wajah kelabu Puzzle terlihat dari mulut terbuka si singa. Orang yang pernah melihat singa sungguhan tidak akan tertipu barang sedetik pun. Namun bila seseorang yang belum pernah melihat singa melihat Puzzle dengan kulit singanya, orang itu mungkin saja akan mengira dia singa, itu kalau dia berada agak jauh, penerangan tidak terlalu bagus, dan kalau Puzzle tidak menyuarakan ringkikan juga tidak mengentakkan kaki. "Kau kelihatan hebat, hebat," kata si kera. "Kalau ada yang melihatmu sekarang, mereka bakal mengira kaulah Aslan, sang Singa Agung itu sendiri. "Itu akan buruk sekali," kata Puzzle. "Tidak, tentu tidak," kata Shift. "Semua makhluk akan melakukan apa pun yang kaukatakan kepada mereka." "Tapi aku tidak mau mengatakan apa-apa kepada mereka." "Tapi pikirkan semua tindakan baik yang bisa kita lakukan!" kata Shift. "Kau tetap akan punya aku saat membutuhkan nasihat, kau tahu itu. Aku akan memikirkan perintahperintah masuk akal yang bisa kauberikan. Dan semua makhluk bakal harus mematuhi kita, bahkan sang raja. Kita bisa memperbaiki segalanya di Narnia." "Tapi bukankah segalanya baikbaik saja?" tanya Puzzle. "Apa?" teriak Shift. "Segalanya baik-baik saja-ketika tidak ada jeruk ataupun pisang?"
10 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Yah, kau kan tahu," kata Puzzle, "tidak banyak orang yang bahkan, kurasa tidak ada orang lain kecuali dirimu-yang menginginkan bendabenda seperti itu." "Tentunya ada juga masalah gula," kata Shift. "Hm, ya," kata si keledai. "Bakal menyenangkan kalau ada lebih banyak gula." "Nah, kalau begitu semuanya sudah diputuskan," kata si kera. "Kau akan berpura-pura menjadi Aslan, dan aku akan memberitahumu apa yang harus dikatakan." "Tidak, tidak, tidak," kata Puzzle. "Jangan katakan hal-hal yang begitu mengerikan. Tindakan itu salah, Shift. Aku mungkin tidak pandai, tapi kalau hanya sejauh itu aku pun tahu. Apa yang akan terjadi pada kita kalau Aslan yang asli muncul?" "Kurasa dia akan sangat senang," kata Shift. "Mungkin dialah yang sengaja mengirimkan kulit singa itu kepada kita, supaya kita bisa memperbaiki berbagai hal. Lagi pula, dia tidak pernah benar-benar muncul, kau tahu itu, kan? Tidak akhir-akhir ini." Pada saat itu terdengar gemuruh keras guntur di langit dan tanah bergetar dengan gempa bumi kecil. Kedua hewan itu kehilangan keseimbangan dan terlempar hingga terjatuh mencium tanah. "Nah kan!" kata Puzzle terengah-engah, segera setelah dia mengatur napas dan bisa berbicara. "Itu pertanda, peringatan. Aku tahu tindakan ini teramat jahat. Cepat lepaskan kulit sial ini dari tubuhku." "Tidak, tidak," kata si kera (yang otaknya bekerja sangat cepat). "Ini pertanda sebaliknya. Aku baru saja akan berkata kalau Aslan yang asli, seperti kaukatakan tadi, ingin kita meneruskan ini, dia akan mengirimkan guntur dan guncangan bumi kepada kita. Kata-kata itu sudah di ujung lidah, hanya saja pertanda itu datang sebelum aku bisa mengucapkannya. Kau harus melakukannya sekarang, Puzzle. Dan 11 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
sebaiknya kita menghentikan perdebatan ini. Kau kan tahu kau tidak mengerti hal-hal seperti ini. Apa yang diketahui keledai tentang pertanda?" ***
12 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB DUA Kecerobohan Sang Raja
Sekitar tiga minggu kemudian Raja Narnia terakhir duduk di bawah pohon ek besar yang tumbuh di samping pintu pondok berburu kecilnya, tempat dia sering kali menginap selama sepuluh hari atau lebih untuk menikmati cuaca musim semi yang menyenangkan. Bangunan pondok itu rendah dan beratap dedaunan tidak jauh dari ujung timur Lantern Waste dan agak jauh dari pertemuan dua sungai. Dia sangat suka tinggal di sana, sederhana dan tenang, jauh dari pemerintahan dan tata cara Cair Paravel, ibu kota kerajaan. Namanya Raja Tirian, dan usianya antara dua puluh dan dua puluh lima tahunan, di usia itu bahunya sudah lebar dan kuat, tungkaitungkainya dipenuhi otot keras, tapi janggutnya masih tipis. Dia memiliki mata biru dan wajah pemberani juga jujur. Tidak banyak yang menemaninya di pagi musim semi itu, hanya teman setianya, Jewel si unicorn-makhluk ajaib yang berbentuk seperti kuda bertanduk satu di dahinya. Mereka saling menyayangi seperti saudara kandung dan masing-masing pernah menyelamatkan nyawa yang lain dalam peperangan. Hewan suci itu berdiri di dekat kursi sang raja dengan leher membungkuk, menggosokkan tanduk birunya ke pahanya yang putih. "Aku tidak memaksa diriku melakukan pekerjaan ataupun olahraga apa pun hari ini, Jewel," kata sang raja. "Aku tidak bisa memikirkan hal lain selain berita baik itu. Apakah menurutmu kita akan mendengar lebih banyak soal itu hari ini?" "Berita itu memang kabar paling bagus yang pernah didengar pada zaman kita, zaman ayah kita, atau zaman kakek kita, Sire," kata Jewel, "kalau berita itu memang benar." 13 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Bagaimana mungkin kabar itu tidak benar?" tanya sang raja. "Lebih dari seminggu lalu, burungburung pertama beterbangan datang di atas kita dan berkata, Aslan ada di sini, Aslan telah datang ke Narnia lagi. Dan setelah itu para bajing datang. Mereka tidak benarbenar melihatnya tapi mereka merasa pasti dia ada di hutan. Lalu datang Rusa jantan. Dia berkata dia telah melihatnya dengan mata kepalanya sendiri, sangat jauh, di bawah sinar rembulan, di Lantern Waste. Lalu datang pria berkulit gelap dan berjanggut itu, pedagang dari Calormen. Bangsa Calormen sama sekali tidak peduli pada Aslan, tidak seperti kita, tapi pria itu berbicara tentang ini dengan penuh keyakinan. Lalu ada si luak kemarin malam, dia juga telah melihat Aslan." "Memang benar, Sire," Jewel menjawab, "aku memercayai semua itu. Kalau aku tampak ragu itu karena rasa bahagiaku terlalu besar sehingga aku tidak mampu membiarkan keyakinanku tenang. Rasanya terlalu indah untuk bisa dipercaya." "Ya," kata sang raja sambil mengembuskan napas panjang, tubuhnya hampir gemetar karena gembira. "Ini jauh lebih hebat daripada apa pun yang pernah kuharapkan dalam hidup." "Dengar!" kata Jewel, sambil menelengkan kepala ke satu sisi dan mengarahkan kedua telinganya ke depan. "Ada apa?" tanya sang raja. "Suara tapak kaki, Sire," kata Jewel. "Langkah kaki kuda yang berlari cepat. Kuda berbobot besar. Itu pasti salah satu centaurus. Dan lihat, ini dia datang." Centaurus besar berjanggut keemasan, dengan keringat manusia pada dahinya dan keringat kuda pada paha cokelat kemerahannya, bergegas menghampiri Raja, berhenti, dan menunduk rendah. "Salam, Raja," teriaknya dengan suara yang sedalam suara banteng. 14 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Salam, Teman!" balas sang raja, melihat dari balik bahunya ke arah pintu pondok berburu itu. "Semangkuk anggur untuk centaurus yang agung. Selamat datang, Roonwit. Kalau napasmu sudah teratur, mungkin kau bisa memberitahu kami apa maksud kedatanganmu." Pelayan keluar dari rumah membawa mangkuk kayu besar, yang diukir sangat indah, lalu mengangsurkannya kepada si centaurus. Centaurus itu mengangkat mangkuk dan berkata: "Aku akan minum pertama untuk Aslan dan kebenaran, Sire, dan yang kedua untuk Yang Mulia." Dia menghabiskan anggur itu (porsi yang cukup untuk enam pria kuat) dalam satu tegukan dan menyerahkan mangkuk kosong kepada pelayan tadi. "Sekarang, Roonwit," kata sang raja. "Apakah kau membawakan informasi tambahan tentang Aslan?" Roonwit tampak sangat murung, dahinya sedikit bekernyit. "Sire," katanya. "Kau tahu berapa lama aku telah hidup dan mempelajari bintang-bintang, karena kami bangsa centaurus hidup lebih lama daripada bangsa kalian manusia, dan bahkan lebih lama daripada bangsamu, Unicorn. Belum pernah selama hidupku aku melihat begitu banyak hal buruk tertulis di langit seperti yang ada pada malam-malam sejak tahun ini dimulai. Bintang-bintang tidak mengatakan apa pun tentang kedatangan Aslan, ataupun tentang perdamaian, ataupun tentang kebahagiaan. Aku tahu dari pengetahuanku bahwa belum pernah ada konjugasi planet-planet yang begini penuh bencana selama lima ratus tahun. "Sudah cukup lama aku berniat datang dan memperingatkan Yang Mulia bahwa ada kejahatan besar yang mengancam Narnia. Tapi kemarin malam, desas-desus Aslan kini ada di Narnia sampai ke telingaku. Sire, janganlah percaya dongeng ini. Itu tidak mungkin. Bintang-bintang tidak pernah berbohong, tapi manusia dan hewan begitu. Kalau Aslan benar-benar datang ke Narnia, langit akan meramalkannya. Kalau dia benarbenar datang, semua bintang yang 15 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
paling agung akan berkumpul demi menghormatinya. Semua itu kisah bohong." "Bohong?" kata sang raja dengan nada tinggi. "Makhluk apa di Narnia atau seluruh dunia yang berani berbohong tentang soal ini?" Dan tanpa disadari, dia meletakkan tangan pada gagang pedangnya. "Aku tidak tahu jawaban pertanyaan itu, Baginda Raja," kata si centaurus. "Tapi aku tahu ada pembohong di bumi, tapi tak ada di antara bintang-bintang." "Apakah mungkin," kata Jewel, "Aslan tidak akan datang walaupun bintang-bintang meramalkan sebaliknya? Dia bukanlah pengabdi bintang-bintang melainkan pencipta mereka. Bukankah dikisahkan dalam cerita-cerita kuno bahwa dia bukanlah singa jinak?" "Pemikiran yang bagus, bagus, Jewel," teriak sang raja. "Itu memang kata-kata yang tepat: bukanlah singa jinak. Soal ini muncul dalam banyak kisah." Roonwit baru saja mengangkat tangannya dan mencondongkan tubuh ke depan untuk mengatakan sesuatu yang sangat tulus kepada sang raja, ketika ketiganya menoleh untuk mendengarkan suara erangan yang kian mendekat dengan cepat. Hutan begitu tebal di sebelah barat sehingga mereka tidak bisa melihat pendatang baru itu. Tapi mereka segera bisa mendengar kata-katanya. "Pilu, pilu, pilu!" teriak suara itu. "Pilu untuk saudara-saudaraku! Pilu untuk pohon-pohon suci! Hutan dihancurkan. Kapak merajalela membantai kami. Kami ditebangi. Pohon-pohon besar terjatuh, terjatuh, terjatuh." Bersama kata "terjatuh" terakhir si pembicara muncul. Dia seperti perempuan tapi begitu tinggi sehingga kepalanya setinggi kepala centaurus, walaupun begitu dia juga tampak seperti pohon. Sulit menjelaskannya kalau kau belum pernah melihat dryad-roh pohon, 16 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
tapi kau tidak akan keliru lagi setelah melihatnya ada sesuatu yang berbeda pada warna, suara, dan rambutnya. Raja Tirian dan dua makhluk ajaib itu langsung tahu dia roh pohon beech. "Kami mohon keadilan, Baginda Raja!" teriaknya. "Tolonglah kami. Lindungi rakyatmu. Mereka menebangi kami di Lantern Waste. Empat puluh batang besar saudarasaudaraku sudah terjatuh ke tanah." "Apa, Lady? Menebangi Lantern Waste? Membunuhi Pohon-pohon yang Bisa Berbicara?" teriak sang raja, bangkit dari kursinya dan menghunus pedangnya. "Beraninya mereka? Dan siapa mereka yang lancang ini? Demi surai Aslan-" "A-a-a-h," si dryad terengah, tubuhnya gemetaran seolah kesakitanbergetar sekali-sekali seolah dipukul berulang kali. Kemudian mendadak dia terjatuh ke samping begitu tiba-tiba seolah kedua kakinya dipotong. Selama sedetik mereka melihatnya terbaring mati di rerumputan kemudian dia menghilang. Mereka tahu apa yang telah terjadi. Pohonnya, bermil-mil jauh di sana, telah ditebang. Selama sesaat kesedihan dan kemarahan sang raja begitu membuncah sehingga dia tidak mampu berbicara. Lalu dia berkata, "Ayo, teman-teman. Kita harus pergi menyusuri sungai dan menemukan para penjahat yang telah melakukan ini, secepat yang kita mampu. Aku tidak akan membiarkan satu pun dari mereka hidup." "Sire, dengan itikad baik," kata Jewel. Tapi Roonwit berkata, "Sire, bersikaplah waspada walaupun kau memang patut marah. Kejadian-kejadian ini aneh. Kalau ada pemberontak bersenjata lebih jauh di lembah, kita bertiga terlalu sedikit untuk menghadapi mereka. Kalau kau bersedia lebih baik kita menunggu sementara-"
17 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku bahkan tidak akan menunggu selama sepersepuluh detik," kata sang raja. "Tapi sementara aku dan Jewel pergi ke sana, bersediakah kau berlari secepat yang kau bisa ke Cair Paravel? Ini cincinku sebagai tanda kekuasaan. Bawakan aku pasukan dua puluh orang bersenjata yang kesemuanya berkuda, dua puluh Anjing yang Bisa Berbicara, sepuluh dwarf (mereka yang merupakan pemanah terbaik), dan seekor atau lebih Leopard, juga Stonefoot si raksasa. Pimpin mereka semua menyusul kami secepat mungkin." "Tentu, dengan itikad baik, Sire," kata Roonwit. Dan dia langsung berbalik dan berlari ke arah timur menuruni lembah. Sang raja berjalan dengan langkah-langkah lebar, terkadang bergumam sendiri dan terkadang mengepalkan tangan. Jewel berjalan di sampingnya, dalam diam, jadi tidak ada suara menemani mereka kecuali gemerencing samar rantai emas tebal yang menggantung di leher si unicorn dan entakan dua kaki juga empat tapak. Mereka segera sampai di sungai dan berbelok di sana, tempat ada jalanan berumput: air berada di sebelah kiri mereka dan hutan di sebelah kanan. Tak lama setelah itu mereka sampai di tempat tanah menjadi lebih sulit dilewati dan hutan lebat mencapai tepi air. Jalan itu, atau yang tersisa darinya, kini terbentang pada tepi selatan sungai dan mereka harus mengarungi sungai untuk mencapainya. Tinggi air mencapai ketiak Tirian, tapi Jewel (yang berkaki empat sehingga lebih bisa berdiri seimbang) terus mengambil posisi di kanannya untuk menahan aliran sungai yang kuat, dan Tirian meletakkan tangan kokohnya pada leher kokoh si unicorn lalu mereka berdua berhasil menyeberang dengan selamat. Sang raja masih begitu marah sehingga nyaris tidak menyadari dinginnya air. Tapi tentu saja dia mengeringkan pedangnya dengan hati-hati pada bahu jubahnya, yang merupakan satu-satunya bagian kering pada tubuhnya, segera setelah mereka tiba di daratan. Mereka 18 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
kini berjalan ke arah barat dengan sungai di sebelah kanan dan Lantern Waste lurus di depan mereka. Mereka telah berjalan lebih daripada satu mil ketika mereka berdua berhenti dan berbicara bersamaan. Sang raja berkata "Apa ini?" dan Jewel berkata "Lihat!" "Itu rakit," kata Raja Tirian. Dan memang benar. Setengah lusin batang pohon berkualitas semuanya baru dipotong dan dibersihkan cabangnya, telah diikat menjadi satu dan dijadikan rakit, kini rakit itu bergerak cepat di sungai. Di bagian depan rakit berdiri tikus air yang membawa tongkat untuk menyetirnya. "Hei! Tikus Air! Kau hendak ke mana?" teriak si raja. "Membawa batang-batang kayu ini untuk dijual ke bangsa Calormen, Sire," kata si tikus sambil menyentuh telinganya seperti dia menyentuh topi untuk menghormat kalau saja dia mengenakannya. "Bangsa Calormen!" geram Tirian. "Apa maksudmu? Siapa yang memberi perintah untuk menebangi pohon-pohon ini?" Aliran sungai mengalir begitu deras di awal tahun seperti itu sehingga tak selang berapa lama rakit itu telah mengapung melewati sang raja dan Jewel. Tapi si tikus air menoleh ke belakang dan berteriak: "Perintah sang singa, Sire. Aslan sendiri." Dia mengatakan sesuatu lagi tapi mereka tidak bisa mendengarnya. Sang raja dan unicorn saling menatap dan keduanya tampak lebih ketakutan daripada ketika mereka berada dalam peperangan. "Aslan," kata sang raja akhirnya, dengan suara yang sangat rendah. "Aslan. Mungkinkah itu benar? Mungkinkah dia yang menebangi pohon-pohon suci dan membunuh para dryad?"
19 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kecuali para dryad telah melakukan sesuatu yang teramat salah-" gumam Jewel. "Tapi menjual mereka kepada Calormen!" seru sang raja. "Apakah itu mungkin?" "Entahlah," kata Jewel muram. "Dia memang bukan singa yang jinak." "Yah," kata sang raja akhirnya, "kita harus melanjutkan perjalanan dan menghadapi petualangan yang mendatangi kita." "Hanya itu yang bisa kita lakukan, Sire," kata si unicorn. Pada saat itu dia tidak menyadari betapa bodohnya bagi mereka berdua untuk pergi tanpa pasukan, begitu juga sang raja. Mereka terlalu marah untuk bisa berpikir jernih. Tapi banyak kejahatan yang muncul akibat kecerobohan mereka di akhir cerita. Mendadak sang raja bersandar lekat pada leher temannya dan menundukkan kepala. "Jewel," katanya, "apa yang terhampar di hadapan kita? Berbagai bayangan mengerikan muncul di benakku. Kalau kita mati sebelum hari ini, mungkin kita akan bahagia." "Benar," kata Jewel. "Kita telah hidup terlalu lama. Hal terburuk di dunia telah menghampiri kita." Mereka berdiri seperti itu selama semenit atau dua menit lalu melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian, mereka bisa mendengar bunyi tak-tak-tak kapak yang menghantam kayu, walaupun mereka belum bisa melihat apa-apa karena ada dataran yang meninggi di hadapan mereka. Ketika mencapai puncaknya, mereka bisa langsung melihat ke Lantern Waste. Dan wajah sang raja memucat ketika dia melihatnya. Tepat di tengah hutan kuno itu hutan tempat pohon emas dan perak dulu pernah tumbuh dan tempat anak dari dunia kita menanam Pohon 20 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Perlindungan-jalan lebar telah dibuka. Jalan itu menyedihkan seperti luka menganga pada tanah, penuh bekas jejak berlumpur pohonpohon yang ditebang yang diseret ke sungai. Tampak kerumunan besar yang bekerja, dan terdengar lecutan-lecutan pecut, kuda-kuda menarik dan menegangkan otot saat menyeret batang-batang kayu itu. Hal pertama yang menghantam sang raja dan temannya si unicorn adalah kira-kira separo anggota kerumunan itu bukanlah Hewan yang Bisa Berbicara melainkan manusia. Selain itu pria-pria ini bukanlah para pria berambut pirang Narnia. Mereka berkulit gelap dan berjanggut dari Calormen, negeri besar dan kejam yang terletak lebih jauh daipada Archenland di seberang padang pasir ke arah selatan. Tidak ada alasan, tentu saja, kenapa kita tidak bisa menemui satu atau dua orang Calormen di Narnia-pedagang ataupun duta karena pada masa-masa itu Narnia dan Calormen dalam keadaan damai. Tapi Tirian tidak bisa mengerti kenapa jumlah mereka banyak sekali, ataupun kenapa mereka memotong pepohonan hutan Narnia. Dia menggenggam pedangnya lebih erat lagi dan menggulung jubah untuk membungkus tangan kirinya. Mereka bergerak cepat menghampiri pria-pria itu. Dua orang Calormen sedang membimbing kuda yang diikat ke batang kayu. Tepat ketika sang raja sampai di dekat mereka, batang kayu itu terjeblos di tempat berlumpur dalam. "Ayo jalan, anak kungkang! Tarik, pemalas!" teriak kedua pria Calormen itu, mengayunkan pecut mereka. Kuda tersebut sudah menarik sekuat yang dia biasa, matanya merah dan mulutnya penuh busa. "Ayo kerja, hewan malas," teriak salah satu pria Calormene, dan saat mengatakannya, dengan kejam dia memukuli si kuda dengan pecutnya.
21 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Saat itulah hal yang sangat buruk terjadi. Hingga kini Tirian menganggap semua kuda yang digunakan bangsa Calormen adalah kuda-kuda mereka sendiri, hewan-hewan bodoh tanpa kemampuan berpikir tajam seperti kuda-kuda di dunia kita. Dan walaupun dia membenci bahkan bila kuda bodoh dipaksa bekerja terlalu keras, tentu saja dia lebih memikirkan pembunuhan pohon-pohon. Sama sekali tidak pernah terlintas dalam benaknya ada orang yang berani memasang tali kekang pada salah satu Kuda yang Bisa Berbicara Narnia yang bebas, apalagi mencambuknya. Tapi saat cambukan pria kejam itu mencapai sasarannya, kuda itu mengangkat kedua kaki depannya dan berkata, setengah menjerit: "Manusia bodoh dan tiran! Tidakkah kau lihat aku sudah berusaha sekeras mungkin?" Ketika Tirian tahu kuda itu salah satu rakyat Narnia-nya, muncul rasa murka yang begitu menguasai dirinya dan Jewel sehingga mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan. Pedang sang raja terhunus ke atas, tanduk si unicorn menghunus ke bawah. Mereka menyerang maju bersama-sama. Detik berikutnya kedua Calormen terbaring mati, kepala yang satu dipancung pedang Tirian dan tubuh yang satu ditikam tanduk Jewel hingga tembus ke jantung. ***
22 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB TIGA Sang Kera dalam Kejayaan
"Tuan Kuda, Tuan Kuda," kata Tirian sambil cepat-cepat memutuskan tali yang mengikat kuda itu, "bagaimana orang-orang asing ini bisa memperbudakmu? Apakah Narnia telah ditundukkan? Apakah telah terjadi perang?" "Tidak, Sire," jawab Kuda dengan terengah-engah, "Aslan ada di sini. Semua ini berdasarkan perintahnya. Dia telah bertitah-" "Bahaya datang, Raja," kata Jewel. Tirian mendongak dan melihat para pria Calormen (bercampur bersama beberapa Hewan yang Bisa Berbicara) mulai berlari mendekati mereka dari setiap arah. Dua pria yang meninggal itu mati tanpa bersuara sehingga rekan-rekannya tidak langsung tahu apa yang telah terjadi. Tapi kini mereka sudah tahu. Sebagian besar dari mereka membawa kelewang tanpa sarung di tangan mereka. "Cepat! Naik ke punggungku!" kata Jewel. Sang raja melompat ke atas tubuh teman lamanya yang kemudian berbalik dan berlari pergi. Jewel mengganti arah dua kali atau tiga kali segera setelah mereka keluar dari jarak pandangan musuh, menyeberangi sungai, dan berteriak tanpa memperlambat langkahnya, "Kita ke mana, Sire? Ke Cair Paravel?" "Berhentilah, teman," kata Tirian. "Turunkan aku." Dia merosot turun dari punggung si unicorn dan menghadapnya. "Jewel," kata sang raja. "Kita telah melakukan perbuatan yang mengerikan." "Tapi kita benar-benar didesak untuk melakukan itu," kata Jewel.
23 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tetap saja, menyerang saat mereka lengah tanpa menantang mereka secara terbuka-ketika mereka tidak bersenjata-bedebah! Kita dua pembunuh, Jewel. Selamanya aku akan menanggung malu." Jewel menunduk. Dia juga merasa malu sekali. "Selain itu," kata sang raja, "Kuda itu berkata semua dilakukan berdasarkan perintah Aslan. Tikus itu juga berkata sama. Mereka semua berkata Aslan ada di sini. Bagaimana kalau itu benar?" "Tapi, Sire, bagaimana mungkin Aslan memerintahkan sesuatu yang begitu mengerikan?" "Dia bukanlah singa jinak," kata Tirian. "Bagaimana kita bisa tahu apa yang akan dilakukannya? Kita, yang adalah pembunuh. Jewel, aku akan kembali. Aku akan menyerahkan pedangku dan menyerahkan diri ke tangan orang-orang Calormen itu dan meminta mereka membawaku ke depan Aslan. Biarlah dia yang menentukan keadilan bagiku." "Kalau begitu kau akan mati," kata Jewel. "Apakah kaukira aku akan peduli kalaupun Aslan memutuskan kematian atasku?" kata sang raja. "Itu tidak berarti apa-apa, sama sekali tidak. Bukankah lebih baik mati daripada memiliki ketakutan mengerikan ini bahwa Aslan telah datang dan dia tidak seperti Aslan yang telah kita percayai dan rindukan? Seolah matahari terbit di suatu hari dan ternyata matahari hitam yang muncul." "Aku tahu," kata Jewel. "Atau seolah kau meminum air namun airnya air kering. Kau memang benar, Sire. Ini akhir segalanya. Sebaiknya kita pergi mencari bantuan." "Tidak perlu dua orang yang pergi ke sana."
24 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kalau kita pernah saling menyayangi, biarkan aku pergi bersamamu sekarang," kata si unicorn. "Kalau kau mati dan Aslan bukanlah Aslan, apa yang tertinggal dalam hidup ini untukku?" Mereka berbalik dan berjalan bersama ke tempat tadi, meneteskan air mata pahit. Segera setelah mereka tiba di tempat pekerjaan berlangsung, priapria Calormen bersorak dan menghampiri mereka dengan membawa senjata. Tapi Raja menjulurkan pedang dengan gagang menghadap mereka dan berkata: "Aku yang adalah Raja Narnia dan kini kesatria celaka menyerahkan diri ke hadapan keadilan Aslan. Bawa aku menghadapnya." "Aku pun menyerahkan diri," kata Jewel. Kemudian para pria berkulit gelap datang mengerumuni mereka dalam lingkaran tebal, berbau bawang putih dan bawang bombai, mata putih mereka berkilau mengancam pada wajah cokelat mereka. Mereka mengalungkan tali ke leher Jewel. Mereka merebut pedang Raja dan mengikat tangannya ke belakang. Salah satu pria Calormen, yang mengenakan topi besi bukannya turban dan tampaknya pemimpin mereka, melepaskan tali emas yang melingkari kepala Tirian dan cepat-cepat menyimpannya di antara lipatan-lipatan pakaiannya. Mereka membawa kedua tawanan itu menaiki bukit ke suatu tempat di mana terdapat lapangan luas. Dan inilah yang dilihat kedua tawanan itu. Di tengah lapangan itu, yang juga merupakan titik tertinggi bukit, ada pondokan kecil seperti istal, dengan atap rumbia. Pintunya tertutup. Pada rumput di depan pintu duduklah sang kera. Tirian dan Jewel, yang mengira akan melihat Aslan dan belum mendengar kabar apa pun tentang seekor kera, merasa sangat heran ketika melihat ini. Kera itu tentu saja Shift sendiri, tapi dia tampak sepuluh kali lebih 25 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
jelek daripada ketika dia tinggal di dekat Caldron Pool, karena kini dia bersolek. Dia mengenakan jaket merah tua yang tidak sesuai dengannya karena sebenarnya dibuat untuk dwarf. Dia mengenakan sandal berhiaskan batu mulia pada tapak-tapak belakangnya, karena seperti yang kauketahui tapak belakang kera benar-benar seperti tangan. Dia memakai sesuatu yang seperti mahkota kertas di kepalanya. Ada gundukan kenari di sampingnya, rahang kera itu terusmenerus mengunyah kenari dan meludahkan keluar kulitnya. Dia juga terus menerus mengangkat jaket merahnya untuk menggaruk. Sejumlah besar Hewan yang Bisa Berbicara berdiri menghadapnya, dan hampir setiap wajah tampak penuh kecemasan dan kebingungan. Ketika melihat siapa kedua tawanan itu, mereka semua mengerang dan gemetar. "O Lord Shift, juru bicara Aslan," kata pemimpin Calormen. "Kami membawakanmu tawanan. Berkat keahlian, keberanian, dan izin dewa besar Tash, kami membawa dua pembunuh berbahaya ini hiduphidup." "Berikan kepadaku pedang pria itu," kata sang kera. Jadi mereka mengambil pedang raja dan menyerahkannya, bersama sabuk pedang dan perlengkapan lainnya, kepada monyet itu. Kemudian dia menggantungkannya ke lehernya sendiri, dan ini membuatnya tampak lebih konyol daripada sebelumnya. "Kita akan mengurus dua makhluk itu nanti," kata sang kera, meludahkan kulit kenari ke arah kedua tawanan. "Pertama-tama aku harus membereskan urusan lain. Mereka bisa menunggu. Sekarang dengarkan aku, semuanya. Hal pertama yang ingin kubicarakan adalah tentang kenari. Ke mana perginya si Pemimpin Bajing?" "Aku di sini, Sire," jawab seekor bajing merah, melangkah maju dan membungkuk gugup. "Oh, begitu rupanya ya?" kata si kera dengan wajah menyebalkan. 26 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Sekarang dengarkan aku. Aku mau maksudku, Aslan menginginkan-lebih banyak kenari. Yang kaubawa ini sama sekali tidak mendekati kata cukup. Kau harus membawa lebih banyak lagi, kau dengar? Dua kali lebih banyak. Dan semua itu harus sudah ada di sini saat matahari terbenam besok, dan tidak boleh ada yang busuk atau kecil di antaranya." Gumaman kaget menyebar di antara bajing-bajing lain, dan Pemimpin Bajing mengumpulkan keberanian untuk berkata, "Aku mohon, bisakah Aslan sendiri yang berbicara dengan kami tentang ini? Itu kalau kami diizinkan menemuinya-" "Yah, kau tidak akan diizinkan," kata si kera. "Dia mungkin akan sangat murah hati (walaupun itu lebih daripada yang layak kalian dapatkan) dan keluar beberapa menit malam ini. Saat itulah kalian semua boleh melihatnya. Tapi dia tidak akan menerima kalian semua berkerumun di sekelilingnya dan mengganggunya dengan pertanyaanpertanyaan. Apa pun yang ingin kalian katakan kepadanya akan disampaikan melalui diriku: itu pun kalau kata-kata kalian memang pantas disampaikan kepadanya. Sementara itu kalian para bajing sebaiknya pergi dan membereskan masalah kenari ini. Juga pastikan semua kenari itu ada di sini besok malam atau, yakinlah, kalian akan menerima akibatnya!" Bajing-bajing malang itu cepatcepat berlari pergi seolah ada anjing mengejar mereka. Perintah baru ini berita mengerikan untuk mereka. Kenari-kenari yang telah dengan hati-hati disimpan untuk musim dingin kini nyaris sudah dimakan semua sekarang, dan sebagian kecil yang tersisa telah mereka berikan kepada sang kera jauh lebih banyak daripada yang seharusnya mereka bagi. Kemudian suara dalam-yang berasal dari babi hutan besar bercula dan berbulu tebal berbicara dari sisi lain kerumunan. "Tapi kenapa kami tidak boleh benar-benar menemui Aslan dan berbicara dengannya?" tanyanya. "Waktu dia sering muncul di Narnia di masa27 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
masa dahulu, semua makhluk bisa berbicara dengannya sambil bertatap muka." "Jangan kau percayai kisah-kisah lama," kata sang kera. "Dan bahkan kalaupun cerita itu benar, waktu telah berubah. Aslan berkata dia terlalu lembek pada kalian sebelumnya, kalian mengerti? Nah, dia tidak akan bersikap lembek lagi. Dia akan menjilati kalian sampai sadar sekarang. Dia akan memberi kalian pelajaran karena telah menganggap dia singa jinak!" Erangan dan gumaman ketakutan terdengar di antara Hewan-hewan, dan setelah itu, keheningan mencekam yang lebih mengerikan. "Dan sekarang ada satu hal lagi yang harus kalian ketahui," kata si kera. "Aku mendengar beberapa di antara kalian berkata aku ini kera. Nah, aku bukan kera. Aku manusia. Kalau aku kelihatan seperti kera, itu karena aku sangat tua: beratus ratus tahun. Dan karena aku begitu tualah maka aku begitu bijaksana. Dan karena aku begitu bijaksana, Aslan hanya akan bicara padaku. Waktunya tidak boleh dibuang dengan bicara pada hewanhewan bodoh. Dia akan memberitahuku apa yang harus kalian lakukan, dan aku yang akan menyampaikannya kepada kalian. Terima saja saranku dan lakukan dengan waktu yang dua kali lebih cepat, karena Aslan tidak berniat mentolerir omong kosong." Kesunyian merebak kecuali suara luak yang sangat muda menangis dan ibunya berusaha membuatnya diam. "Dan sekarang satu hal lagi," si kera melanjutkan sambil memasukkan kenari baru ke mulutnya, "aku mendengar beberapa kuda berkata, 'Mari kita bergegas dan menyelesaikan pekerjaan menarik batang pohon ini secepat mungkin, setelah itu kita akan bebas lagi.' Yah, kalian bisa segera mengeluarkan pemikiran itu dari benak kalian. Dan ini tidak hanya berlaku untuk Kuda. Semua yang bisa bekerja akan diperintahkan bekerja di masa depan. Aslan telah 28 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
mengatur semuanya bersama Raja Calormensang Tisroc, seperti yang biasa digunakan teman-teman berkulit gelap kita untuk menyebutnya. Kalian para kuda, sapi jantan, dan keledai akan dikirim ke Calormen untuk bekerja mencari nafkahmenarik dan mengangkut barang seperti yang dilakukan kudakuda dan sejenisnya di negeri lain. Dan semua makhluk penggali seperti tikus tanah, kelinci, dan dwarf akan berkerja di tambang Tisroc. Dan-" "Tidak, tidak, tidak," erang para hewan. "Itu tidak mungkin. Aslan tidak akan pernah menjual kami sebagai budak ke Raja Calormen." "Diam! Jangan membantah!" kata si keras sambil menggeram. "Siapa yang menyebut-nyebut perbudakan? Kalian tidak akan menjadi budak. Kalian akan dibayar-dengan jumlah upah yang sangat bagus pula. Tapi bagaimanapun, upah kalian akan dimasukkan ke simpanan Aslan dan dia akan menggunakannya untuk kebaikan semua orang." Kemudian dia melempar pandangan sekilas, dan hampir mengedipkan mata, kepada pimpinan Calormen. Orang Calormen itu membungkuk dan menjawab, dengan cara Calormen yang sangat sombong: "Juru bicara Aslan yang paling bijaksana, sang Tisroc (semoga dia selamanya kekal) sepenuhnya setuju dengan penguasa kalian dalam rencana cemerlang ini." "Nah! Kalian lihat, kan?" kata si kera. "Segalanya sudah diatur. Dan semua demi kebaikan kalian. Kita akan mampu, dengan uang yang kalian peroleh, menjadikan Narnia negeri yang pantas ditinggali. Akan ada jeruk dan pisang, berlimpah-juga jalan, kota-kota besar, sekolah, kantor, cambuk, berangus, sadel, sangkar, kandang anjing, dan penjara-oh, segalanya." "Tapi kami tidak menginginkan semua itu," kata Beruang tua. "Kami ingin bebas. Dan kami ingin mendengar Aslan bicara sendiri." "Jangan coba-coba membantah," kata si kera, "karena aku tidak akan memakluminya. Aku manusia, kau hanyalah Beruang tua yang gendut 29 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dan bodoh. Apa yang kau tahu soal kebebasan? Kau pikir kebebasan berarti melakukan apa pun yang kauinginkan. Kebebasan sejati berarti melakukan apa yang kusuruh." "H-n-n-h," geram Beruang dan dia menggaruk kepalanya, dia mendapati hal seperti ini sulit dimengerti. "Tolonglah, aku mohon," kata suara bernada tinggi milik domba bertubuh penuh wol, yang begitu muda sehingga semua makhluk kaget karena dia berani bicara. "Ada apa lagi sekarang?" tanya si kera. "Cepat katakan." "Aku mohon," kata Domba. "Aku tidak mengerti. Apa hubungan kita dengan Calormen? Kita milik Aslan. Mereka milik Tash. Mereka memiliki dewa bernama Tash. Mereka bilang dia memiliki empat lengan dan kepalanya berupa kepala burung bangkai. Mereka membunuh manusia di altarnya. Aku tidak percaya ada orang yang seperti Tash. Namun kalaupun ada, bagaimana mungkin Aslan berteman dengannya?" Semua hewan memiringkan kepala ke samping dan semua mata jernih mereka berbinar ke arah si kera. Mereka tahu itu pertanyaan terbaik yang sejauh ini ditanyakan siapa pun. Si kera melompat berdiri dan meludah kepada Domba. "Anak ingusan!" dia mendesis. "Pengembik kecil konyol! Pulang saja ke rumahmu dan minum susu. Apa yang kau mengerti soal-soal begini? Tapi untuk yang lain, dengarkan. Tash hanyalah nama lain Aslan. Segala pemikiran lama bahwa kita benar sedangkan Calormen salah adalah konyol. Kita sudah lebih tahu sekarang. Bangsa Calormen menggunakan katakata yang berbeda tapi sebenarnya kita punya maksud yang sama. Tash dan Aslan hanyalah dua nama yang berbeda untuk kau tahu Siapa. Itulah sebabnya tidak akan pernah ada pertengkaran di antara mereka. Tanamkan itu ke dalam kepala kalian, dasar hewan-hewan bodoh. Tash adalah Aslan, Aslan adalah Tash." 30 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kau tahu betapa kadang-kadang wajah anjingmu bisa tampak sedih sekali, kan? Bayangkan itu, kemudian bayangkan semua wajah para Hewan yang Bisa Berbicara-semua burung, beruang, luak, kelinci, tikus tanah, dan tikus yang jujur, rendah hati, dan kebingungantampak jauh lebih sedih daripada itu. Setiap ekor turun, setiap kumis menjuntai lemas ke bawah. Melihat wajah-wajah mereka bisa membuatmu patah hati karena rasa kasihan. Hanya ada satu yang tampak tidak terlalu sedih. Dia kucing berwarna ginger (kuning kemerahan-kucing jantan besar yang berada pada masa kejayaan hidupnya-yang duduk tegak dengan ekor melingkari jemari kakinya, di barisan depan hewanhewan. Sejak awal dia memandangi si kera dan Kapten Calormen lekat-lekat sepanjang waktu dan tidak pernah sekali pun mengedipkan mata. "Permisi," kata Kucing sangat sopan, "tapi ada yang menggugah rasa ingin tahuku. Apakah temanmu dari Calormen juga berpendapat sama?" "Tentu saja," jawab si Calormen. "Kera-manusia, maksudku-yang penuh pengetahuan ini memang benar. Aslan tidak berarti kurang ataupun lebih daripada Tash. "Terutama, Aslan berarti tidak lebih daripada Tash?" Kucing minta penjelasan. "Tidak lebih sama sekali," jawab orang Calormen itu, menatap lekat wajah Kucing. "Apakah itu cukup bagimu, Ginger?" tanya si kera. "Oh, tentu saja," kata Ginger tenang. "Terima kasih banyak. Aku hanya ingin memastikan. Kurasa aku sudah mulai mengerti sekarang." Hingga kini Raja dan Jewel tidak mengatakan apa-apa. Mereka menunggu sampai si kera mengizinkan mereka bicara, karena mereka berpikir tidak ada gunanya memotong pembicaraan. Tapi kini, saat 31 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tirian melihat ke sekelilingnya pada wajah-wajah muram warga Narnia, dan melihat bagaimana mereka semua bakal percaya bahwa Aslan dan Tash adalah satu dan sama, dia tidak bisa lagi menahan diri. "Kera," teriaknya dengan suara keras, "kau berbohong. Kau berbohong besar. Kau berbohong seperti orang Calormen. Kau berbohong seperti kera." Tirian bermaksud meneruskan dan bertanya bagaimana dewa mengerikan Tash yang memangsa darah pengikutnya sendiri bisa disamakan dengan Singa baik yang dengan darahnyalah Narnia diselamatkan Kalau dia diizinkan berbicara, kekuasaan si kera mungkin bisa berakhir hari itu. Para hewan bisa melihat kebenaran dan mengusirnya. Tapi sebelum Tirian bisa mengucapkan kata lain, dua orang Calormen memukul mulutnya dengan segenap kekuatan, dan orang ketiga, dari belakang, menendang kakinya dari bawah. Dan saat Tirian terjatuh, si kera menjerit penuh kemarahan dan teror: "Bawa dia pergi. Singkirkan dia. Bawa ke tempat dia tidak bisa mendengar kita, dan kita tidak bisa mendengar dia. Di sana ikat dia ke pohon. Aku akan-maksudku, Aslan akan-memberinya keadilan nanti." ***
32 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB EMPAT Yang Terjadi Malam Itu
Raja merasa sangat pusing karena kepalanya dipukul sehingga nyaris tidak menyadari apa yang terjadi sampai orang-orang Calormen membuka ikatan pergelangan tangannya, memosisikan kedua tangannya lurus di kedua sisi tubuh, dan menyuruh sang raja berdiri dengan punggung menempel pada pohon asli. Kemudian mereka mengikat tali di sekeliling mata kaki, lutut, pinggang, dan dadanya lalu meninggalkannya di sana. Yang paling mencemaskannya pada saat itu-karena sering kali justru halhal kecillah yang paling tidak bisa dihadapi-adalah bibirnya yang berdarah di tempat mereka memukulnya dan dia tidak bisa mengelap tetesan darah walaupun itu menggelitiknya. Dari posisinya sekarang dia masih bisa melihat istal kecil di puncak bukit dan si kera yang duduk di depannya. Dia bisa mendengar suara si kera masih berkoar-koar, dan sesekali jawaban dari kerumunan, tapi dia tidak bisa mendengar jelas kata-katanya. Kira-kira apa yang mereka lakukan pada Jewel? pikir sang raja. Akhirnya kerumunan hewan bubar dan masing-masing mulai bergerak ke arah yang berbeda. Beberapa lewat di dekat Tirian. Mereka memandangnya seolah mereka ketakutan sekaligus mengasihaninya karena diikat di sana, namun tidak ada yang bicara. Tak lama kemudian mereka semua sudah pergi dan kesunyian menguasai hutan. Lalu jam demi jam berlalu dan Tirian pertama menjadi haus kemudian sangat lapar. Dan sejalan dengan bergeraknya sore menuju malam hari, tubuhnya juga merasa kedinginan. Punggungnya terasa sangat nyeri.
33 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Matahari terbenam dan senja pun tiba. Ketika hari nyaris gelap, Tirian mendengar suara langkah kaki cepat dan ringan lalu melihat beberapa makhluk kecil datang menghampirinya. Tiga di sebelah kiri adalah Tikus, dan Kelinci berada di tengah, di sebelah kanan terlihat dua Tikus Tanah. Keduanya membawa kantong kecil di punggung, ini membuat mereka tampak aneh dalam kegelapan sehingga awalnya Tirian bertanya-tanya hewan jenis apakah mereka. Lalu, tak lama kemudian, mereka semua berdiri dengan kaki belakang, menyentuhkan tapak-tapak kaki depan pada lutut sang raja dan mencium lutut itu dengan endusan lembut. (Mereka bisa mencapai lututnya karena Hewan yang Bisa Berbicara Narnia dalam jenis itu lebih besar daripada hewan-hewan bodoh sejenis di Inggris.) "Baginda Raja! Baginda Raja yang Mulia," kata mereka dengan suara-suara bernada tinggi, "kami merasa sangat kasihan padamu. Kami tidak berani membuka ikatanmu karena Aslan mungkin akan marah pada kami. Tapi kami membawakan makan malam untukmu." Tanpa penundaan lagi Tikus pertama memanjat dengan gerakan cepat dan ringan sampai dia bertengger di tali yang mengikat dada Tirian, kini dia menggerak-gerakkan hidung berujung bulatnya tepat di depan wajah Tirian. Kemudian Tikus kedua memanjat dan bergantungan tepat di bawah Tikus pertama. Hewan-hewan lain berdiri di tanah dan mulai mengangsurkan benda-benda ke atas. "Minumlah, Sire, kemudian kau akan mendapati kau mampu makan," kata Tikus yang paling atas, dan Tirian mendapati cangkir kayu kecil itu kini dipegangi di depan bibirnya. Cangkir itu hanyalah seukuran mangkuk telur sehingga dia nyaris tidak merasakan anggur di dalamnya sebelum cangkir tersebut kosong. Tapi kemudian si tikus mengangsurkannya ke bawah, hewanhewan yang lain kembali mengisinya, mangkuk itu dinaikkan lagi, lalu Tirian mengosongkannya untuk kali kedua. Ini terjadi beberapa kali sampai sang raja cukup minum, untungnya minuman datang dalam dosis34 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dosis kecil yang memang lebih menghilangkan rasa haus daripada satu kali minum dalam jumlah yang banyak. "Ini kejunya, Sire," kata Tikus pertama, "tapi, jangan terlalu banyak, karena takutnya kau akan merasa terlalu haus." Dan setelah keju, mereka menyuapi sang raja dengan kue gandum dan mentega segar, lalu memberinya minum anggur lagi. "Sekarang naikkan airnya," kata Tikus pertama, "dan aku akan membasuh wajah sang raja. Ada darah di wajahnya." Lalu Tirian merasakan sesuatu seperti spons kecil membasahi sekaligus membersihkan wajahnya, dan rasanya hampir menyegarkan. "Teman-teman kecilku," kata Tirian, "bagaimana aku bisa membalas semua ini?" "Tidak perlu, tidak perlu," kata suara-suara kecil itu. "Apa lagi yang bisa kami lakukan? Kami tidak menginginkan raja lain. Kami rakyatmu. Kalau hanya si kera dan orang-orang Calormen yang menentangmu, kami akan bertarung hingga tubuh kami menjadi serpihan sebelum kami membiarkan mereka mengikatmu. Ya benar, kami akan melakukannya. Tapi kami tidak bisa melawan Aslan." "Apakah menurut kalian dia benar-benar Aslan?" tanya sang raja. "Oh ya, ya," jawab Kelinci. "Dia keluar istal tadi malam. Kami semua melihatnya." "Bagaimana penampilannya?" tanya sang raja. "Yang pasti seperti singa besar yang mengerikan," kata salah satu Tikus. "Dan kalian pikir adalah benar Aslan yang membunuhi para nymph hutan dan menjadikan kalian semua budak Raja Calormen?" "Ah, seburuk itu, ya?" kata Tikus kedua. 35 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Akan lebih baik bila kami mati sebelum semua ini dimulai. Tapi tidak ada keraguan padanya. Semua orang bilang itu perintah Aslan. Dan kami telah melihat sang singa itu sendiri. Kami tidak menyangka Aslan akan bertindak begitu. Bagaimanapun, kami-kami menginginkan dia kembali ke Narnia." "Sepertinya kali ini dia kembali dengan keadaan sangat marah," kata Tikus pertama. "Kita semua pasti telah melakukan sesuatu yang teramat keliru tanpa menyadarinya. Dia pasti sedang menghukum kita karena sesuatu. Tapi aku memang berharap kita diberitahu apa kesalahan itu!" "Kurasa yang kita lakukan sekarang mungkin salah," kata Kelinci. "Aku tidak peduli kalaupun memang demikian," kata salah satu Tikus Tanah. "Aku akan melakukannya lagi bila waktu berulang." Tapi yang lain berkata, "Oh sstt," dan "Kita harus hati-hati," kemudian mereka semua berkata, "Kami menyesal, raja tersayang, tapi sekarang kami harus pulang. Tidak akan berakibat baik bagi kami bila kami ditangkap di sini." "Segera tinggalkan aku, hewanhewan tersayang," kata Tirian. "Aku tidak akan ingin menempatkan satu pun dari kalian dalam bahaya, demi seluruh Narnia." "Selamat malam, selamat malam," kata para hewan, menggosokkan hidung mereka pada lutut sang raja. "Kami akan kembali-kalau kami bisa." Lalu mereka semua pergi dengan langkah-langkah kaki pelan dan hutan menjadi tampak lebih gelap, dingin, dan sepi daripada sebelum mereka datang. Bintang-bintang muncul dan waktu berjalan lambat-bayangkan betapa lambatnya-sementara raja terakhir Narnia berdiri kaku, kesakitan, dan tegak terikat pada pohon. Tapi akhirnya sesuatu terjadi.
36 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Jauh dari sana muncul cahaya merah. Lalu cahaya itu menghilang sesaat dan kembali lagi, lebih besar dan kuat. Kemudian Tirian bisa melihat sosok-sosok gelap mondar-mandir di salah satu sisi cahaya, mereka membawa bundelan dan melemparkannya. Dia kini tahu apa yang sedang dilihatnya. Cahaya itu api unggun, baru dinyalakan, dan sosok-sosok tadi melemparkan ikatan-ikatan kayu kering ke dalamnya. Akhirnya api unggun menyala hingga lidah-lidah apinya tinggi dan Tirian bisa melihatnya berada di puncak bukit. Dia bisa melihat cukup jelas istal di belakangnya, seluruhnya diterangi cahaya merah, dan kerumunan besar yang terdiri atas para hewan dan manusia di antara api dan dirinya sendiri. Sosok kecil, yang membungkuk di samping api, pasti adalah si kera. Hewan itu sedang mengatakan sesuatu kepada kerumunan, tapi Tirian tidak bisa mendengar apa yang dikatakannya. Kemudian si kera pergi dan membungkuk tiga kali ke tanah di depan pintu istal. Lalu si kera berdiri dan membuka pintu. Kemudian sesuatu dengan empat kakisesuatu yang berjalan dengan agak kaku-keluar dari sana dan berdiri menghadap kerumunan. Erangan dan lolongan keras meledak, begitu keras sehingga Tirian bisa mendengar sebagian kata-kata itu. "Aslan! Aslan! Aslan!" teriak para hewan. "Bicaralah pada kami. Tenangkan keresahan kami. Janganlah marah kepada kami lagi.. Dari tempatnya berada, Tirian tidak bisa melihat dengan jelas apa makhluk itu, tapi dia bisa melihatnya berwarna kuning dan berbulu lebat. Dia belum pernah melihat Singa Agung. Dia belum pernah melihat singa biasa. Dia tidak bisa yakin yang dilihatnya sekarang bukanlah Aslan sungguhan. Dia tidak mengira Aslan akan berpenampilan seperti makhluk kaku yang berdiri dan tidak berkata apa-apa itu. Tapi bagaimana kita bisa yakin? Sesaat pikiran-pikiran buruk berkelebat dalam benaknya: kemudian dia ingat omong kosong 37 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
tentang Tash dan Aslan adalah sama dan tahu seluruh kejadian ini pastinya tipuan. Si kera mendekatkan kepalanya ke kepala makhluk kuning itu seolah sedang mendengarkan sesuatu yang dibisikkan kepadanya. Kemudian si kera kembali berbalik dan berbicara pada kerumunan, kerumunan mengerang keras lagi. Lalu si makhluk kuning berbalik dengan ceroboh dan berjalan-kau mungkin bisa menyebutnya, terhuyunghuyungkembali ke istal dan si kera menutup pintu di belakangnya. Setelah itu api pasti dipadamkan karena cahaya menghilang sangat tiba-tiba, dan Tirian sekali lagi sendirian dalam udara dingin dan kegelapan. Dia memikirkan raja-raja lain yang telah hidup dan meninggal di Narnia di masa-masa lampau dan tampak baginya tidak ada di antara mereka yang begitu sial seperti dirinya. Dia mengingat kakek buyutnya Raja Rilian yang diculik penyihir ketika masih muda dan ditahan selama bertahun-tahun dalam gua gelap di bawah tanah Raksasa Utara. Tapi kisah itu berakhir dengan baik karena dua anak misterius mendadak muncul dari tanah yang lebih jauh daripada Ujung Dunia dan menyelamatkannya sehingga dia bisa pulang ke Narnia dan menjalani masa kepemimpinan yang lama dan makmur. "Keadaan tidak seperti itu bagiku," kata Tirian kepada dirinya sendiri. Kemudian dia berpikir lebih jauh ke belakang dan mengingat ayah Rilian, Caspian si Petualang Samudra, yang paman kejamnya Raja Miraz berusaha membunuhnya dan bagaimana Caspian melarikan diri ke hutan dan tinggal bersama kaum dwarf. Tapi cerita itu juga berakhir baik: karena Caspian juga ditolong anak-anak hanya saja kali ini ada empat anak yang datang dari suatu tempat di luar dunia kita dan bertempur dalam perang besar lalu membantunya merebut kembali takhta ayahnya. 38 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tapi itu sudah lama sekali, kata Tirian kepada dirinya sendiri. Halhal seperti itu tidak terjadi sekarang. Kemudian dia ingat (karena dia mahir dalam sejarah ketika masih kanak-kanak) bagaimana empat anak yang sama yang membantu Caspian telah berada di Narnia lebih dan seribu tahun sebelumnya, dan pada saat itulah mereka melakukan tindakan yang paling luar biasa. Karena pada saat itu mereka telah mengalahkan Penyihir Putih yang mengerikan dan mengakhiri Musim Dingin Ratusan Tahun, dan setelah itu mereka berkuasa (keempatnya secara bersamaan) di Cair Paravel, sampai mereka tidak lagi kanak-kanak melainkan raja-raja agung dan ratu-ratu anggun, dan masa berkuasanya mereka menjadi Masa Keemasan Narnia. Dan Aslan sering kali muncul dalam kisah itu. Dia telah datang dalam kisah-kisah lain juga, Tirian kini mengingatnya. Aslan dan anak-anak dari dunia lain, pikir Tirian. Mereka selalu datang ketika situasi buruk berada pada puncaknya. Oh, kalau saja mereka bisa datang sekarang. Lalu dia berteriak, "Aslan! Aslan! Aslan! Datang dan tolonglah kami sekarang." Tapi kegelapan, rasa dingin, juga kesunyian tetaplah berlanjut. "Biarlah aku dibunuh," teriak sang raja. "Aku tidak meminta apa apa untuk diriku sendiri. Tapi datang dan selamatkan seluruh Narnia." Dan tetap tidak ada perubahan pada malam atau hutan, tapi saat itu mulai ada semacam perubahan dalam diri Tirian. Tanpa tahu apa alasannya, dia mulai merasakan harapan tipis. Dan dia merasa entah bagaimana lebih kuat. "Oh, Aslan, Aslan," bisiknya. "Kalau kau tidak bersedia datang sendiri, setidaknya kirimkan kepadaku para penolong dari dunia lain. Atau biarkan aku memanggil mereka. Izinkan suaraku menembus dunia lain."
39 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kemudian, nyaris tidak menyadari apa yang dilakukannya, tiba-tiba dia berteriak dengan suara keras: "Anak-anak! Anak-anak! Temanteman Narnia! Cepat. Datanglah kepadaku. Menembus batas duniadunia aku memanggil kalian, aku, Tirian, Raja Narnia, Penguasa Cair Paravel, dan Kaisar Lone Islands!" Dan dia langsung tenggelam dalam mimpi (jika itu memang mimpi) yang lebih jelas daripada minipi mana pun yang pernah dia alami dalam hidupnya. Dia sepertinya berdiri dalam ruangan dengan Penerangan, tempat tujuh orang duduk mengelilingi meja. Tampaknya mereka baru saja selesai makan. Dua dari orangorang itu sangat tua, seorang pria dengan janggut putih dan wanita tua dengan mata yang bijak, ceria, dan berbinar. Pemuda yang duduk di sebelah kanan pria tua belumlah dewasa sepenuhnya, pastinya lebih muda daripada Tirian sendiri, tapi wajahnya sudah memiliki ekspresi seorang raja dan kesatria. Dan kau nyaris bisa mengatakan hal yang sama tentang pemuda yang duduk di sebelah kanan si wanita tua. Menghadap Tirian, di seberang meja, duduk gadis berambut pirang yang lebih muda daripada kedua pemuda tadi, di masing-masing sisi gadis itu duduk seorang anak laki laki dan anak perempuan yang lebih muda lagi. Mereka semua mengenakan pakaian yang tampak aneh sekali bagi Tirian. Tapi dia tidak punya waktu untuk memikirkan halhal mendetail seperti itu, karena tiba-tiba anak lelaki yang paling muda dan dua gadis itu melompat berdiri, dan salah satu dari mereka menjerit. Si wanita tua terkejut dan menarik napas dengan tajam. Si pria tua pastinya telah melakukan gerakan mendadak karena gelas anggur yang berdiri di dekat tangan kanannya terempas dari atas meja: Tirian bisa mendengar suaranya ketika gelas itu pecah di lantai. Kemudian Tirian menyadari bahwa orang-orang itu bisa melihatnya, mereka menatapnya seolah mereka melihat hantu. Tapi dia menyadari pemuda yang seperti raja, yang duduk di sebelah kanan si pria tua, 40 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
tidak banyak bergerak (walaupun wajahnya memucat) hanya menggenggam kepalan tangannya erat-erat. Kemudian pemuda itu berkata: "Bicaralah, kalau kau bukan hantu atau mimpi. Kau memiliki penampilan orang Narnia dan kami tujuh teman Narnia." Tirian ingin sekali berbicara, dan dia berusaha berteriak sekeras mungkin bahwa dia Tirian dari Narnia, sangat membutuhkan bantuan. Tapi dia mendapati (seperti yang terkadang juga kualami dalam minipi) suaranya sama sekali tidak berbunyi. Pemuda yang telah bicara padanya berdiri. "Bayangan, roh, atau siapa pun dirimu," dia berkata, memaku matanya kepada Tirian lekatlekat. "Kalau kau dari Narnia, aku memerintahmu atas nama Aslan, bicaralah padaku. Aku Peter sang Raja Agung." Ruangan itu mulai berputar di depan mata Tirian. Dia mendengar suara tujuh orang itu berbicara bersamaan, dan semuanya menjadi lebih samar dalam setiap detiknya, dan mereka mengucapkan katakata seperti, "Lihat! Dia makin kabur." "Dia menghilang." "Dia lenyap." Detik berikutnya, Tirian terjaga, masih terikat di pohon, tubuhnya terasa lebih dingin dan kaku daripada sebelumnya. Hutan penuh cahaya pucat dan suram yang datang sebelum matahari terbit, dan tubuhnya basah kuyup karena embun. Saat itu nyaris pagi. Saat terjaga itu adalah momen terburuk yang pernah dia alami seumur hidupnya. ***
41 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB LIMA Bagaimana Pertolongan Mendatangi sang Raja
Tapi penderitaannya tidak bertahan lama. Hampir seketika terdengar debuman, kemudian debuman kedua, dan tiba-tiba dua anak berdiri di depannya. Hutan di depannya kosong sedetik lalu dan dia tahu mereka tidaklah datang dari belakang pohonnya, karena bila memang begitu dia pasti akan mendengar mereka. Mereka benar-benar muncul entah dari mana. Dia melihat sekilas bahwa mereka mengenakan jenis pakaian yang serupa dan aneh juga berwarna suram seperti orang-orang dalam minipinya. Dan dia melihat, pada kali kedua pandangan sekilasnya, bahwa mereka adalah anak laki-laki dan anak perempuan termuda dari kelompok yang terdiri atas tujuh orang itu. "Astaga!" kata si anak lakilaki, "Itu benar-benar membuatku menahan napas! Aku pikir-" "Ayo cepat kita lepaskan ikatannya," kata si anak perempuan. "Kita bisa bicara nanti." Kemudian dia menambahkan, menoleh ke Tirian, "Maaf karena begitu lama baru datang. Kami datang secepat yang kami bisa." Sementara si anak perempuan berbicara, si anak laki-laki mengeluarkan pisau dari sakunya dan dengan cepat memotong tali yang mengikat sang raja. Bahkan terlalu cepat, karena tubuh sang raja terasa begitu kaku dan mati rasa sehingga ketika tali terakhir dipotong, dia terjatuh dan bertumpu pada kedua tangan dan kedua kakinya. Dia belum bisa berdiri sampai dia membangunkan kembali kakinya dengan menggosok-gosok keduanya.
42 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Wah," kata si anak perempuan. "Kau yang muncul di depan kami di malam kami makan malam bersama, kan? Hampir seminggu yang lalu." "Seminggu, gadis kecil?" kata Tirian. "Mimpiku membawa diriku ke dunia kalian kurang dari sepuluh menit lalu." "Seperti biasa ini masalah waktu yang tidak beraturan, Pole," kata si anak laki-laki. "Aku ingat sekarang," kata Tirian. "Soal itu juga disebutkan dalam kisah-kisah lama. Waktu pada tanah aneh kalian berbeda dengan waktu kami. Tapi kalau kita membicarakan waktu, ini waktunya untuk pergi dari sini. Maukah kalian pergi bersamaku?" "Tentu saja," kata si anak perempuan. "Kami datang ke sini untuk membantumu." Tirian berdiri dan memimpin jalan dengan cepat menuruni bukit, ke arah selatan dan menjauhi istal. Dia tahu benar tempat yang ingin dicapainya, tapi tujuan pertamanya sekarang adalah mencapai daerah berbatu supaya mereka tidak meninggalkan jejak, dan tujuan keduanya adalah menyeberangi air supaya mereka tidak meninggalkan bau. Perjalanan ini membutuhkan sekitar satu jam berjalan dan merangkak pada permukaan keras juga air, dan saat melakukan itu tidak seorang pun punya napas ekstra untuk berbicara. Tapi walaupun begitu, Tirian terus-menerus menoleh dan memeriksa teman-teman seperjalananya. Keajaiban berjalan bersama makhluk-makhluk dari dunia lain membuatnya merasa agak pusing: tapi kejadian ini juga membuat kisah-kisah tua terasa lebih nyata daripada sebelumnya: sekarang apa pun mungkin saja terjadi. "Sekarang," kata Tirian ketika mereka sampai di bibir lembah kecil yang terhampar di depan mereka di antara pepohonan birch muda, 43 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"kita sudah cukup jauh dari bahaya ancaman para penjahat itu dan bisa berjalan lebih santai." Matahari telah terbit, embun berkilauan pada tiap cabang, dan burung-burung bernyanyi. "Bagaimana kalau mengganjal perut dulu? Maksudku untukmu, Sir, kami berdua sudah sarapan," kata si anak lelaki. Tirian bertanya-tanya apa yang dia maksud dengan "mengganjal perut", tapi ketika si anak lelaki membuka tas punggungnya yang menggembung dan mengeluarkan bungkusan yang agak berminyak dan tergencet, Tirian mengerti. Raja muda itu teramat lapar, walaupun dia tidak menyadarinya sampai detik itu. Bungkusan itu berisi dua sandwich telur rebus matang, dua sandwich keju, dan dua dengan sejenis selai di dalamnya. Kalau tidak sangat lapar, dia mungkin akan berpikir lama tentang selai itu, karena makanan sejenis itu belum pernah dimakan siapa pun di Narnia. Pada saat dia telah memakan keenam sandwich, mereka sudah sampai di dasar lembah dan di sana mereka menemukan tebing berlumut dengan aliran air terjun kecil. Ketiganya berhenti dan minum, lalu membasahi wajah mereka yang panas. "Dan sekarang," kata si anak perempuan sambil menyibakkan rambut basahnya ke belakang dari dahi, "tidakkah kau akan memberitahu kami siapa dirimu, kenapa kau diikat, dan kenapa itu terjadi?" "Dengan itikad baik, gadis kecil," kata Tirian. "Tapi kita harus tetap berjalan." Jadi sementara mereka meneruskan perjalanan, Tirian memberitahu mereka siapa dirinya dan segala hal yang telah terjadi padanya. "Dan sekarang," dia berkata di akhir cerita, "aku akan pergi ke sebuah menara, satu di antara tiga yang dibangun pada zaman kakekku untuk menjaga Lantern Waste dari serbuan kriminal berbahaya tertentu yang 44 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
bersarang di sana pada hari-hari kehidupannya. Berkat berkah Aslan kunci-kunciku tidak dirampas. Di menara itu kita akan menemukan persediaan senjata, baju rantai besi, juga ransum, walaupun tidak lebih mewah daripada biskuit kering. Tersedia juga tempat bagi kita untuk bisa berbaring aman sementara membuat rencana. Dan sekarang, kumohon, ceritakan kepadaku siapa kalian dan semua kisah kalian." "Aku Eustace Scrubb dan ini Jill Pole," kata si anak lelaki. "Dan kami pernah ke sini, di masa yang sangat lampau, lebih dari setahun yang lalu menurut waktu kami, dan saat itu ada pemuda bernama Pangeran Rilian, dan mereka menahan pemuda itu di bawah tanah, dan Puddieglum memasukkan kakinya ke-" "Ha!" teriak Tirian. "Kalau begitu apakah kalian Eustace dan Jill yang menyelamatkan Raja Rilian dari penjara sihirnya yang lama?" "Benar, itulah kami," kata Jill. "Jadi sekarang Raja Rilian, ya? Oh, tentu saja dia seharusnya menjadi raja. Aku lupa-" "Tidak," kata Tirian, "aku keturunan ketujuhnya. Dia sudah meninggal lebih daripada dua ratus tahun lalu." Jill cemberut. "Ugh!" katanya. "Itulah bagian menyebalkan tentang kembali ke Narnia." Tapi Eustace melanjutkan. "Nah, sekarang kau sudah tahu siapa kami, Sire," katanya. "Dan kejadiannya seperti ini. Profesor dan Bibi Polly mengumpulkan kami para teman Narnia bersama-sama-" "Aku tidak mengenal nama-nama ini, Eustace," kata Tirian. "Mereka dua orang yang datang ke Narnia pada awal zaman, di hari ketika semua hewan belajar bicara." "Demi surai singa," teriak Tirian. "Dua orang itu! Lord Digory dan Lady Polly! Dari saat fajar dunia! Dan masih hidup di negerimu? 45 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Keajaiban dan kemuliaan kenyataan ini! Tapi teruskan ceritamu, teruskan." "Dia bukan benar-benar bibi kami, kau mengerti, kan?" kata Eustace. "Dia Miss Plummer, tapi kami memanggilnya Bibi Polly. Nah, dua orang itu mengumpulkan kami, sebagian hanya untuk bersenangsenang, supaya kami bisa mengobrol panjang-lebar tentang Narnia (karena tentu saja tidak ada orang lain yang bisa kami ajak bicara tentang hal-hal seperti itu) tapi sebagian karena Profesor punya firasat bahwa entah bagaimana kami diinginkan di sini. "Yah, kemudian kau datang seperti hantu atau entahlah makhluk-apa dan nyaris membuat kami terkena serangan jantung karena ketakutan, lalu menghilang tanpa mengatakan apa-apa. Setelah itu, kami tahu dengan pasti sedang terjadi sesuatu. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kami bisa sampai ke sini. Kau tidak bisa melakukan itu hanya dengan sekadar menginginkannya. Jadi kami berbincangbincang dan akhirnya Profesor berkata satu-satunya cara kemari adalah dengan Cincin Ajaib. Cincin-cincin itulah yang digunakan dirinya dan Bibi Polly dulu, dulu sekali ketika mereka masih kanakkanak, bertahun-tahun sebelum kami yang lebih muda dilahirkan. "Tapi cincin-cincin tersebut telah dikuburkan di taman sebuah rumah di London (itu kota besar kami, Sire) dan rumah itu telah dijual. Jadi masalah berikutnya adalah bagaimana mengambilnya. Kau tidak akan bisa menebak apa yang kami lakukan akhirnya! Peter dan Edmundmaksudnya Raja Agung Peter, orang yang mengajakmu bicara-pergi ke London untuk masuk ke taman itu dari belakang, pagipagi sekali sebelum orang-orang bangun. Mereka mengenakan pakaian tukang supaya bila terlihat siapa pun mereka bisa berpura-pura datang untuk memperbaiki pipa-pipa. Kalau saja aku ikut mereka, pasti seru sekali. Dan mereka pastinya berhasil karena hari berikutnya, Peter mengirimi kami telegram itu sejenis pesan, Sire, aku akan menjelaskan tentang itu lain kali-untuk mengabarkan dia sudah mendapatkan cincin-cincin 46 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
itu. Dan sehari setelah itu adalah hari ketika Jill dan aku harus kembali ke sekolah-hanya kami berdua yang masih bersekolah dan kami belajar di sekolah yang sama. Jadi rencananya Peter dan Edmund akan menemui kami di suatu tempat dalam perjalanan menuju sekolah dan menyerahkan cincin-cincin itu. Harus kami berdua yang pergi ke Narnia, karena begini, yang lebih tua tidak bisa datang ke Narnia lagi. "Jadi kami naik kereta api-itu sejenis alat berjalan-jalan di dunia kami: beberapa kereta dirantai satu sama lain-Profesor, Bibi Polly, juga Lucy pergi bersama kami ke London. Kami ingin terus bersama selama yang kami bisa. Nah, di sanalah kami berlima di kereta api. Dan kami baru saja hendak mencapai stasiun tempat yang lain akan menemui kami, dan aku sedang memandang keluar jendela untuk mencari tahu apakah aku bisa melihat mereka, ketika tiba-tiba terjadi entakan menakutkan dan suara keras terdengar: dan di sinilah kami di Narnia dan di sanalah Yang Mulia diikat ke pohon." "Jadi kalian tidak pernah menggunakan cincin-cincin itu?" tanya Tirian. "Tidak," jawab Eustace. "Kami bahkan belum melihat cincin-cincin itu. Aslan melakukan semua untuk kami dengan caranya sendiri tanpa cincin apa pun." "Tapi Raja Agung Peter memegangnya," kata Tirian. "Ya," kata Jill. "Tapi kami pikir dia tidak akan bisa menggunakannya. Dua Pevensie yang lain-Raja Edmund dan Ratu Lucy yang terakhir ke sini, Aslan berkata mereka tidak akan pernah datang ke Narnia lagi. Dan dia mengatakan sesuatu yang nyaris sama kepada Raja Agung, hanya saja lebih lama sebelumnya. Kau bisa yakin dia akan langsung datang ke sini secepat mungkin kalau diizinkan."
47 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Astaga!" kata Eustace. "Udara semakin panas dengan matahari ini. Apakah kita nyaris sampai, Sire?" "Lihat," kata Tirian dan menunjuk. Tidak terlalu jauh dari sana tampak ceruk pemanah abu-abu menjulang tinggi di atas pucukpucuk pepohonan, dan setelah berjalan semenit kemudian mereka keluar ke padang rumput terbuka. Sungai kecil mengalir melintasinya dan di sisi jauh sungai kecil itu berdiri menara persegi pendek dan lebar dengan jendela-jendela yang sangat sedikit dan sempit serta pintu yang tampak berat di dinding yang menghadap mereka. Tirian memerhatikan dengan waspada ke sekeliling tempat itu, memastikan tidak ada musuh. Kemudian dia berjalan ke arah menara dan berdiri diam beberapa saat merogohrogoh rencengan kuncinya yang dikalungkannya di balik baju berburu dengan rantai perak kecil. Rencengan kunci yang dikeluarkannya menarik sekali, karena dua di antaranya terbuat dari emas dan banyak di antaranya yang dihias dengan mewah: kau bakal langsung bisa menebak kunci-kunci itu dibuat untuk membuka ruanganruangan agung dan rahasia di istana, atau peti dan kotak kecil terbuat dari kayu wangi yang menyimpan harta kerajaan. Tapi kunci yang kini dia masukkan ke lubang kunci Pintu tampak besar, sederhana, dan dibuat secara kasar. Kuncinya agak macet dan selama beberapa saat Tirian mulai khawatir dia tidak akan mampu memutarnya: tapi akhirnya dia berhasil dan pintu mengayun terbuka dengan berat bersama suara deritan. "Silakan masuk, teman- teman," kata Tirian. "Sayangnya ini tempat terbaik yang bisa ditawarkan Raja Narnia saat ini kepada tamutamunya." Tirian senang mendapati dua orang asing ini telah dibesarkan dengan baik. Mereka berdua berkata tidak perlu cemas dan mereka yakin tempat ini akan terasa sangat nyaman. Namun kenyataannya menara 48 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
itu tidak benar-benar bisa dibilang nyaman. Tempat tersebut agak gelap dan berbau lembap. Hanya ada satu ruangan di dalamnya dan ruangan mi langsung menuju atap batu: tangga kayu di satu sisinya akan membawamu ke pintu tingkap yang bila melaluinya kau akan sampai di ceruk pemanah. Terdapat beberapa ranjang kasar yang bisa ditiduri, dan banyak loker juga bundel. Ada juga perapian yang tampak tidak pernah dinyalakan selama bertahun-tahun. "Sebaiknya kita pergi keluar dan mengumpulkan kayu bakar dulu, ya kan?" tanya Jill. "Belum waktunya, Teman," kata Tirian. Dia bersikeras mereka tidak boleh bertemu musuh dalam keadaan tidak bersenjata, dan mulai membongkar loker, dengan bersyukur dia mengingat bahwa dia selalu berhati-hati memerintahkan pemeriksaan terhadap menara-menara pasukan setahun sekali dan memastikan tempat-tempat itu selalu dipenuhi segala barang yang dibutuhkan. Benang-benang busur berada dalam tempat penyinipanannya yang terbuat dari sutra yang dilapisi minyak agar tidak basah, pedang dan tombak digosok sehingga terhindar dari karat, baju besi dipelihara tetap berkilau dalam bungkusannya. Tapi ada sesuatu yang lebih menarik. "Lihat ini!" kata Tirian ketika dia mengeluarkan baju rantai besi panjang dengan pola unik dan mengibaskannya di depan mata anakanak. "Baju rantai besi itu bentuknya aneh sekali, Sire," kata Eustace. "Benar, Nak," kata Tirian. "Bukan dwarf Narnia yang membuatnya. Ini baju rantai besi Calormen, pakaian yang unik. Aku telah menyimpan beberapa setel untuk berjaga-jaga, karena aku tidak pernah tahu kapan aku atau temenku mungkin punya alasan untuk berjalan tanpa terlihat di tanah Tisroc. Dan lihat botol batu ini. Di dalamnya ada cairan yang, kalau kita gosokkan ke tangan dan wajah kita, akan membuat kita secokelat orang Calormen." 49 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Oh, hore!" kata Jill. "Penyamaran! Aku suka sekali menyamar." Tirian menunjukkan kepada mereka bagaimana caranya menuangkan sedikit cairan itu ke telapak tangan kemudian menggosokkannya ke seluruh wajah dan leher mereka, terus hingga ke bahu. Dia melakukan hal yang sama pada dirinya sendiri. "Setelah cairan ini mengering," katanya, "warnanya tidak akan luntur walaupun kita mencucinya dengan air. Hanya minyak dan abu yang bisa membuat kita orang Narnia yang putih lagi. Dan sekarang, Jill yang manis, coba kita lihat apakah baju rantai besi ini pas untukmu. Mungkin yang ini terlalu panjang, tapi tidak sepanjang yang kukhawatirkan. Pastinya baju itu milik anak lakilaki yang sedang dilatih salah satu Tarkaan mereka." Setelah baju rantai besi, mereka mengenakan topi besi Calormen yang bentuknya bulat dan pas lekat di kepala dengan ujung tombak di puncaknya. Kemudian Tirian mengeluarkan gulungan-gulungan panjang kain putih dari loker dan melilitkannya di atas topi besi hingga kain itu menjadi turban: dengan ujung tombak kecil di puncak keluar di tengahnya. Dia dan Eustace mengambil pedang berlengkung Calormen dan perisai kecil bundar. Tidak ada pedang yang cukup ringan untuk Jill, tapi Tirian memberinya pisau berburu yang panjang dan lurus yang akan berguna seperti pedang pada saat-saat darurat. "Kau bisa menggunakan busur, gadis kecil?" tanya Tirian. "Tidak terlalu mahir," kata Jill, pipinya bersemu merah. "Scrubb lebih lumayan." "Jangan percaya ucapannya, Sire," kata Eustace. "Kami berdua telah berlatih memanah sejak kunjungan terakhir kami ke Narnia, dan sekarang kemampuan kami setara. Bukannya kami berdua bisa dibilang ahli." Kemudian Tirian memberi Jill busur dan tabung anak panah. 50 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Persoalan berikutnya bagaimana cara menyalakan api karena di dalam menara itu masih terasa seperti gua daripada di dalam ruangan dan berada di dalamnya membuat tubuh menggigil. Tapi tubuh mereka menghangat saat mengumpulkan kayu bakar-matahari kini berada di posisi tertinggi-dan begitu jilatan lidah api menyala hingga ke cerobong asap, tempat itu mulai kelihatan ceria. Namun sajian makan malam sangat membosankan, karena usaha paling baik yang bisa mereka lakukan adalah menghaluskan biskuit keras yang mereka temukan di loker dan mencampurnya dengan air mendidih, dengan garam, sehingga menjadi semacam bubur. Dan tentu saja tidak ada minuman lagi yang bisa diteguk kecuali air. "Kalau saja kita membawa sebungkus teh," kata Jill. "Atau sekaleng cokelat bubuk," kata Eustace. "Kurasa tidak akan salah bila ada sebotol kecil atau lebih anggur yang baik pada setiap menara seperti ini," kata Tirian. ***
51 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB ENAM Petualangan Malam yang Sukses
Sekitar empat jam kemudian, Tirian menjatuhkan tubuhnya ke salah satu ranjang untuk tidur sejenak. Dua anak itu sudah mendengkur: dia menyuruh mereka tidur lebih dulu karena mereka mungkin bakal harus terjaga di malam-malam selanjutnya dan dia tahu mereka membutuhkan banyak tidur di usia mereka. Lagi pula dia telah membuat anak-anak itu kelelahan. Pertama dia melatih Jill memanah dan mendapati, walaupun tidak memenuhi standar Narnia, kemampuan anak perempuan itu sama sekali tidak buruk. Bahkan Jill berhasil memanah kelinci (bukan Kelinci yang Bisa Berbicara, tentu saja: ada banyak kelinci jenis biasa di Narnia Barat), kini kelinci itu sudah dikuliti, dibersihkan, dan digantung. Tirian mendapati kedua anak itu tahu segalanya tentang pekerjaan dingin dan bau ini. Mereka telah mempelajari hal ini dalam perjalanan berbahaya melalui Negeri Raksasa pada masa-masa kehidupan Pangeran Rilian. Kemudian dia berusaha mengajari Eustace cara menggunakan pedang dan perisainya. Eustace telah belajar cukup banyak tentang bertarung dengan pedang dalampetualangan sebelumnya, tapi selalu dengan pedang Narnia yang lurus. Dia belum pernah menggunakan pedang lengkung Calormen dan ini membuat sulit keadaan, karena banyak gerakan menyerang yang sama sekali berbeda dan beberapa kebiasaan yang telah dipelajarinya dengan pedang panjang kini harus sementara dilupakan. Tapi Tirian mendapati anak itu memiliki kemampuan pengamatan yang bagus dan kaki yang gesit. Dia terkejut melihat kekuatan dua anak tersebut: bahkan mereka berdua sepertinya telah menjadi lebih kuat, besar, dan dewasa daripada ketika Tirian pertama kali bertemu mereka beberapa 52 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
jam lalu. Ini salah satu efek yang diberikan udara Narnia kepada para pengelana dari dunia kita. Ketiga manusia itu sependapat bahwa hal Pertama yang mesti mereka lakukan adalah kembali ke Bukit Istal dan berusaha membebaskan Jewel si unicorn. Setelah itu, kalau mereka berhasil, mereka akan berusaha melarikan diri ke arah timur dan menemui pasukan kecil yang sesuai rencana dibawa Roonwit si centaurus dari Cair Paravel. Pejuang dan pemburu berpengalaman seperti Tirian selalu bisa bangun pada waktu yang dia inginkan. Jadi dia berniat tidur hingga pukul sembilan malam lalu mengeluarkan semua keresahan dari kepalanya dan langsung tertidur. Tidurnya baru terasa sesaat ketika dia terbangun, tapi dari cahaya dan rasa berbagai hal, dia tahu waktu tidurnya sesuai dengan keinginannya. Dia bangkit, mengenakan topi besi dan turban (dia tidur dengan baju rantai besi), kemudian mengguncangkan tubuh dua anak itu sampai terbangun. Kedua anak itu tampak, kalau mau jujur, sangat muram dan tak bersemangat ketika mereka merangkak keluar dari ranjang, mereka juga bolakbalik menguap. "Sekarang," kata Tirian, "kita pergi ke arah utara dari sinidengan keberuntungan, malam ini akan menjadi malam berbintang-dan perjalanan ini akan lebih singkat daripada perjalanan kita tadi pagi, saat itu kita harus berjalan memutar namun kali ini kita bisa berjalan lurus. Kalau kita ditantang, kalian berdua harus tetap diam dan aku akan berusaha sebisa mungkin berbicara seperti bangsawan Calormen yang menyebalkan, kejam, dan angkuh. Kalau aku menghunus pedang maka kau, Eustace, harus melakukan tindakan yang sama dan membiarkan Jill melompat ke belakang kita dan berdiri dengan anak panah pada tali busur. Tapi kalau berteriak 'Markas', kalian harus berlari ke menara, kalian berdua. Dan jangan ada yang berusaha melawanbahkan tidak dengan satu pukulan-setelah aku memberikan 53 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
perintah mundur: keberanian ceroboh seperti itu telah menggagalkan banyak rencana besar dalam peperangan. Dan sekarang, temantemanku, dengan nama Aslan, mari lanjutkan perjalanan." Mereka pun keluar menyambut malam dingin. Semua bintang Utara yang agung berkilauan di atas pucuk-pucuk pepohonan. Bintang Utara Narnia dinamakan Kepala Tombak: cahayanya lebih terang daripada Bintang Kutub kita. Untuk beberapa lama mereka bisa berjalan lurus mengikuti Kepala Tombak tapi akhirnya mereka sampai di daerah berpohon dan bersemak rapat sehingga mereka harus melenceng dari arah perjalanan dan memutarinya. Dan setelah itu-karena mereka masih dibayangi cabang-cabang pepohonansulit mengetahui posisi mereka. Jill-lah yang membawa mereka ke arah yang benar lagi: dia pemandu luar biasa di Inggris. Dan tentu saja dia mengenal bintangbintang Narnia-nya dengan baik, karena begitu sering bepergian di Negeri Utara yang liar, dan bisa menunjukkan arah dengan melihat bintang-bintang lain bahkan ketika Kepala Tombak bersembunyi. Segera setelah Tirian menyadari Jill adalah penunjuk jalan terbaik di antara mereka bertiga, dia menyuruhnya berjalan di depan. Kemudian dia takjub mendapati betapa tanpa suara dan nyaris tidak terlihatnya cara anak itu bergerak mulus di depan mereka. "Demi surai agung!" bisiknya kepada Eustace. "Gadis kecil itu gadis hutan yang menakjubkan. Dia takkan bisa melakukannya dengan lebih baik lagi bahkan bila ada darah dryad dalam tubuhnya." "Tubuhnya kecil, itu berpengaruh besar," bisik Eustace. Tapi dari depan Jill berkata, "Sstt, jangan berisik." Hutan di sekeliling mereka begitu sunyi. Bahkan terlalu sunyi. Pada malam Narnia yang biasa seharusnya ada suara-suara ucapan ringan "Selamat malam" yang ceria dari seekor landak, kukukan burung 54 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
hantu di atas pohon, mungkin suara seruling di kejauhan pertanda adanya tarian faun, atau suarasuara mengentak dan memalu bangsa dwarf di bawah tanah. Semua suara itu dibungkam: kesuraman dan ketakutan kini menguasai Narnia. Setelah beberapa lama perjalanan mereka mulai menanjak ke atas bukit dan pepohonan tumbuh dengan jarak kian jauh. Samar-samar, Tirian bisa melihat puncak bukit yang sangat terkenal itu dan istalnya. Jill kini berjalan dengan lebih hati-hati: dia terus-menerus membuat tanda dengan tangannya kepada dua teman seperjalanannya untuk melakukan hal yang sama. Kemudian dia berhenti total dan Tirian melihatnya lamakelamaan tenggelam ke dalam rerumputan dan menghilang tanpa suara. Beberapa saat kemudian dia bangkit lagi, memosisikan mulutnya di dekat telinga Tirian, dan berkata dengan bisikan yang paling pelan, "Tiarap. Bita lihat lebih baik." Dia mengucapkan bita untuk bisa, tidak karena dia salah bicara tapi karena dia tahu bunyi desisan huruf S Adalah bagian bisikan yang paling mungkin didengar orang. Tirian langsung berbaring, hampir tanpa suara seperti Jill, tapi tidak terlalu berhasil karena tubuhnya lebih berat dan dia lebih dewasa. Dengan segera mereka pun tiarap, Tirian menyadari bahwa dari posisi itu kau bisa melihat gerigi tajam bukit dengan latar belakang langit berbintang. Dua siluet hitam berdiri di depannya: salah satunya istal, dan yang lainnya, beberapa meter di depannya, seorang prajurit Calormen. Dia melakukan tugas jaganya dengan sangat buruk: tidak berjalan-jalan atau bahkan berdiri, melainkan duduk dengan tombak disampirkan di bahu dan dagu menempel di dada. "Bagus," kata Tirian kepada Jill. Anak perempuan itu telah menunjukkan kepadanya situasi yang perlu dia ketahui. Mereka berdiri dan kini Tirian berjalan paling depan. Dengan sangat perlahan, nyaris tanpa berani bernapas, mereka berjalan naik menuju 55 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
serumpun pepohonan yang jaraknya tidak lebih dari dua betas meter dari si penjaga. "Tunggu di sini sampai aku datang lagi", bisiknya ke dua anak itu. "Kalau aku gagal, larilah." Kemudian dia berjalan santai, keluar dari persembunyian dengan berani, secara jelas terlihat oleh musuh. Si penjaga terkejut ketika melihatnya dan baru saja hendak melompat berdiri: dia takut Tirian mungkin salah satu perwiranya dan dia bakal mendapat kesulitan bila tetap duduk. Tapi sebelum dia bisa bangkit, Tirian telah berlutut dengan satu kaki di sampingnya, berkata: "Apakah kau salah satu pejuang Tisroc, semoga dia selamanya kekal? Hatiku gembira karena aku bertemu denganmu di antara semua hewan dan iblis di Narnia ini. Ulurkan tanganmu kepadaku, Teman." Sebelum mengerti apa yang sedang terjadi, si penjaga Calormen mendapati tangan kanannya dicengkeram kuat. Di detik berikutnya seseorang berlutut di atas betisnya dan ada pisau belati ditekan ke lehernya. "Sedikit saja suara dan kau akan mati," kata Tirian ke telinganya. "Katakan di mana si unicorn dan kau akan hidup." "Di-di belakang istal, O Tuanku," kata pria malang itu terbata-bata. "Bagus. Bangun dan bawa aku ke sana." Ketika pria itu bangkit, ujung belati tidak Pernah meninggalkan lehernya. Belati itu hanya berputar sedikit (terasa dingin dan agak menggelitik) ketika Tirian pindah ke belakang dan meletakkan pisau tersebut ke tempat rentan di bawah telinganya. Dengan tubuh gemetar, si penjaga berjalan ke belakang istal. Walaupun gelap, Tirian langsung bisa melihat sosok putih jewel.
56 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Sstt!" katanya. "Tidak, jangan meringkik. Ya, jewel, ini aku. Bagaimana mereka mengikatmu?" "Keempat kakiku diikat dan aku dipasangi tali kekang yang ditambatkan di cincin besi dinding istal," terdengar suara jewel. "Berdiri di sini, prajurit, dengan punggung di dinding. Betul. Sekarang, jewel, arahkan tandukmu ke dada orang Calormen ini." "Dengan itikad baik, Sire," kata jewel. "Kalau dia bergerak, tusuk hingga ke jantungnya." Kemudian dalam beberapa detik, Tirian memotong tali-talinya. Dengan sisa-sisa tali itu, dia mengikat tangan dan kaki si penjaga. Akhirnya dia menyuruh orang Calormen itu membuka mulut, menjejalinya dengan rumput dan mengikatnya dari kepala hingga dagu supaya dia tidak bisa bersuara, kemudian dia mendudukkan pria itu bersandar ke dinding. "Aku telah mempermalukanmu, prajurit, kata Tirian. "Tapi saat ini aku perlu melakukan semua itu. Kalau kita punya kesempatan bertemu lagi, mungkin aku akan memperlakukanmu dengan lebih baik. Sekarang, jewel, mari pergi perlahan-lahan." Tirian meletakkan lengan kirinya pada leher hewan itu lalu menunduk dan mencium hidungnya, keduanya lega bisa bertemu lagi. Mereka kembali ke tempat Tirian meninggalkan anak-anak seperlahan mungkin. Suasana di bawah pohon lebih gelap sehingga dia nyaris menabrak Eustace sebelum dia melihat anak itu. "Semua berjalan lancar," bisik Tirian. "Petualangan malam yang sukses. Sekarang kita pulang." Mereka berbalik dan sudah berjalan beberapa langkah ketika Eustace berkata, "Di mana kau, Pole?" Tidak ada jawaban. 57 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Apakah Jill ada di sebelahmu, Sire?" dia bertanya. "Apa?" kata Tirian. "Bukankah dia ada di sisi lainmu?" Situasi saat itu buruk sekali. Mereka tidak berani berteriak tapi mereka membisikkan namanya dengan bisikan paling keras yang mereka mampu. Tidak ada jawaban. "Apakah dia pergi darimu ketika aku menjemput Jewel?" tanya Tirian. "Aku tidak melihat ataupun mendengarnya pergi," kata Eustace. "Tapi mungkin dia pergi tanpa sepengetahuanku. Dia bisa bergerak tanpa suara seperti kucing, kau sudah melihatnya sendiri." Tepat pada saat itu bunyi genderang dari kejauhan terdengar. Jewel menggerakkan telinganya ke depan. "Dwarf," katanya. "Dan kemungkinan besar dwarf pengkhianat, musuh," gumam Tirian. "Dan kini datang sesuatu dengan tapak kaki kuda, lebih dekat dengan kita," kata jewel. Dua manusia dan unicorn itu berdiri bergeming. Saat ini begitu banyak hal berbeda yang harus dicemaskan sehingga mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Suara tapak kaki kuda terdengar kian lama kian dekat dengan kecepatan tetap. Kemudian, cukup dekat dengan mereka, terdengar suara berbisik, "Halo! Apakah kalian semua ada di sana?" Syukurlah, ternyata Jill. "Ke mana saja kau?" tanya Eustace dengan bisikan marah, karena dia sempat sangat ketakutan.
58 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Di istal," kata Jill sambil terengah-engah, tapi engahan ini sejenis yang biasa kau keluarkan ketika berjuang menahan tawa. "Oh," erang Eustace, "kau merasa ini lucu, ya? Pokoknya, aku hanya bisa berkata-" "Apakah kau sudah membebaskan jewel, Sire?" tanya Jill. "Ya. Ini dia. Hewan apa yang datang bersamamu. "Ini dia," kata Jill. "Tapi sebaiknya kita cepat pulang sebelum ada yang terbangun." Kemudian terdengar ledakan tawa lagi. Teman-teman seperjalanan Jill langsung mematuhinya karena mereka sudah menghabiskan waktu cukup lama di tempat berbahaya itu dan genderang dwarf tampaknya terdengar kian dekat. Barulah setelah mereka berjalan ke arah selatan selama beberapa menit, Eustace bertanya: "Bersama dia? Apa maksudmu?" "Aslan palsu," kata Jill. "Apa?" kata Tirian. "Sebenarnya tadi kau ke mana? Apa yang telah kaulakukan?" "Nah, Sire," kata Jill. "Segera setelah aku melihatmu menyingkirkan penjaga, kupikir lebih baik aku memeriksa bagian dalam istal dan melihat apa sebenarnya yang ada di sana? Jadi aku merangkak ke sana. Mudah sekali melepaskan gemboknya. Tentu saja suasana di dalam gelap gulita dan berbau seperti istal lainnya. Kemudian aku menyalakan korek api dan bisakah kau memercayainya--yang ada di sana hanyalah keledai tua dengan buntalan kulit singa diikatkan ke punggungnya. Jadi aku menghunus pisau dan memberitahunya sebaiknya dia ikut denganku. Bahkan sebenarnya aku tidak perlu mengancamnya dengan pisau sama sekali. Dia muak dengan istal itu dan sangat siap pergi, bukankah begitu, Puzzle sayang?"
59 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Astaga!" kata Eustace. "Wah aku-aku terkejut sekali. Aku sangat marah padamu beberapa saat lalu, dan aku masih berpendapat kau ceroboh sekali menyelinap sendirian tanpa kami: tapi aku harus mengakui-yah, aku bermaksud mengatakan-yah, tindakanmu hebat sekali. Kalau dia anak laki-laki dia pasti sudah dilantik menjadi kesatria, ya kan, Sire?" "Kalau dia anak laki-laki," kata Tirian, "dia akan dicambuk karena melanggar perintah." Dan dalam kegelapan tidak ada yang bisa melihat apakah dia mengatakan ini dengan wajah marah atau senyuman. Di menit berikutnya terdengar suara logam bergesekan. "Apa yang kau lakukan, Sire?" Tanya Jewel tajam. "Menghunus pedang untuk memenggal kepala keledai yang terkutuk ini," kata Tirian dengan suara menakutkan. "Minggirlah, gadis kecil." "Oh, kumohon, jangan," kata Jill. "Aku bersungguh-sungguh, jangan lakukan ini. Ini bukan kesalahannya. Semua ulah si kera. Dia telah diperalat. Dan dia sangat menyesal. Lagi pula dia keledai yang baik. Namanya Puzzle. Dan aku tidak akan melepaskan lenganku dari lehernya." "Jill," kata Tirian, "dari seluruh rakyatku kaulah yang paling berani dan menguasai hutan, tapi sekaligus juga yang paling lancang dan penentang. Baiklah, biarlah Keledai itu hidup. Kau mau mengatakan sesuatu untuk dirimu sendiri, Keledai?" "Aku, Sire?" terdengar suara si keledai. "Aku yakin aku sangat menyesal kalau telah melakukan kesalahan. Kera berkata Aslan menginginkanku berpakaian seperti ini. Dan kukira dia tahu kebenarannya. Aku tidaklah sepintar dia. Aku hanya bertindak sesuai yang diperintahkan kepadaku. Sama sekali tidak menyenangkan bagiku tinggal di istal itu. Aku bahkan tidak tahu apa yang sedang 60 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
terjadi di luar. Dia tidak pernah membiarkanku keluar kecuali selama satu-dua menit di malam hari. Bahkan ada harihari ketika mereka juga lupa memberiku air." "Sire," kata jewel. "Dwarf-dwarf itu kian mendekat. Apakah kita mau menghadapi mereka?" Tirian berpikir sesaat kemudian tertawa keras-keras. Lalu dia berbicara, kali ini tidak dalam bisikan. "Demi Singa," dia berkata, "aku telah menjadi lamban dalam berpikir! Bertemu mereka? Tentu saja kita akan menemui mereka. Kita akan menemui siapa pun sekarang. Kita punya keledai ini yang bisa kita tunjukkan kepada mereka. Biarkan mereka melihat makhluk yang telah mereka takuti dan sembah. Kita bisa memberitahu mereka kebenaran tentang rencana keji si kera. Rahasianya sudah terbongkar. Air pasang telah surut. Besok kita akan menggantung Kera itu di pohon tertinggi Narnia. Tidak perlu lagi ada bisikan, mengendap-endap, dan penyamaran. Dimana dwarf-dwarf jujur itu? Kita punya kabar baik untuk mereka." Kalau kita sudah berbisik selama berjam-jam, sekadar mendengar suara siapa pun berbicara keras-keras saja sudah membuat kita antusias. Semua anggota kelompok itu mulai berbicara dan tertawatawa: bahkan Puzzle mengangkat kepala dan menyuarakan Hii-hoohii-hoo-hii keras-keras, si kera tidak memperbolehkannya melakukan itu selama berhari-hari. Kemudian mereka berjalan ke arah suara genderang. Secara bertahap, suara itu menjadi kian keras dan tak lama kemudian mereka juga bisa melihat cahaya api obor. Mereka muncul di salah satu jalan kasar Narnia (kita nyaris tidak akan menyebutnya jalan di Inggris) yang melintasi Lantern Waste. Dan di sana, berbaris tegap di sepanjang jalan, sekitar tiga puluh dwarf, semuanya membaca sekop dan beliung di bahu. Dua Calormen bersenjata memimpin barisan itu dan dua orang lagi mengawal barisan belakang. 61 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Berhenti!" teriak Tirian ketika dia menapak di jalan. "Berhenti, prajurit. Ke mana kau memimpin para dwarf Narnia ini dan atas perintah siapa?" ***
62 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB TUJUH Sebagian Besar tentang Dwarf
Dua prajurit Calormen di depan barisan, melihat seseorang yang mereka sangka seorang Tarkaan atau bangsawan besar dengan dua pengawal muda bersenjata, berhenti dan mengangkat tombak mereka untuk memberi hormat. "O Tuanku," kata salah satu dari mereka, "kami akan membawa orang-orang kecil ini ke Calormen untuk bekerja di tambang-tambang Tisroc, semoga dia selamanya kekal." "Demi dewa agung Tash, mereka patuh sekali," kata Tirian. Kemudian mendadak dia menghadap para dwarf itu sendiri. Satu di antara enam dwarf membawa obor dan berkat penerangan cahaya yang berkedap-kedip itu, dia bisa melihat wajah-wajah berjanggut mereka, menatapnya dengan ekspresi muram dan merana. "Apakah Tisroc telah menang dalam pertempuran besar, para dwarf, dan menguasai negeri kalian?" dia bertanya. "Itukah sebabnya kalian pergi dengan patuh untuk mati di lubang-lubang garam Pugrahan?" Dua prajurit Calormen membelalakkan mata, memandangi Tirian dengan terkejut, tapi para dwarf menjawab, "Perintah Aslan, perintah Aslan. Dia menjual kami. Bagaimana kami bisa melawan dia?" "Tisroc apanya?" tambah salah satu dwarf lalu meludah. "Aku ingin melihat dia berusaha mengalahkan kita!" "Diam, bedebah!" teriak pemimpin prajurit. "Lihat!" kata Tirian, menarik Puzzle ke depan agar terkena cahaya. "Semua itu hanya kebohongan. Ternyata Aslan tidak sedang berada di Narnia. Kalian semua telah ditipu si kera. Makhluk inilah yang 63 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dikeluarkannya dari istal untuk ditunjukkan kepadamu. Perhatikan dia." Yang dilihat para dwarf, kini setelah mereka bisa melihat dari dekat, jelas-jelas cukup untuk membuat mereka bertanya-tanya bagaimana reka bisa memercayai si kera. Kulit singa telah menjadi tidak rapi selama masa tahanan Puzzle di istal dan kini makin tidak keruan karena terbentur berbagai benda dalam perjalanannya melalui hutan gelap. Sebagian besar dari kulit itu kini seperti satu gundukan besar di salah satu bahu. Bagian kepalanya, selain telah terdorong ke samping, entah bagaimana kini berada sangat jauh ke belakang sehingga semua orang bisa melihat wajah konyol, lembut, seekor keledai menatap keluar dari dalamnya. Beberapa rumput terjepit di satu sisi mulutnya, karena Puzzle diam-diam mencari kudapan saat mereka membawanya serta. Dan keledai itu bergumam, "Itu bukan salahku. Aku tidak pintar. Aku tidak pernah bilang begitu." Selama sedetik semua dwarf memandangi Puzzle dengan mulut ternganga kemudian salah satu prajurit berkata tajam, "Apakah kau sudah gila, tuanku? Apa yang kaulakukan terhadap budak-budak ini?" dan prajurit yang lain berkata, "Sebenarnya siapa kau?" Tombak mereka tidak dalam posisi menghormat-keduanya diturunkan dan siap menyerang. "Berikan kata kuncinya," kata pemimpin prajurit. "Inilah kata kunciku," kata sang raja ketika dia menghunus pedang. "Cahaya terbit, kebohongan terungkap. Sekarang bersiaplah, penjahat, karena aku Tirian dari Narnia." Tirian menerjang pemimpin prajurit seperti kilat. Eustace, yang sudah menghunus pedang ketika melihat sang raja melakukan ini, bergegas menghadapi prajurit yang satunya: wajahnya pucat pasi, tapi aku tidak akan menyalahkannya. Dan dia mendapatkan 64 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
keberuntungan yang terkadang dialami para pemula. Dia lupa semua yang Tirian coba ajarkan kepadanya sore itu, dia mengayun-ayunkan pedangnya dengan liar (aku bahkan tidak yakin matanya terbuka) dan mendadak mendapati, dengan keterkejutan yang teramat sangat, bahwa orang Calormen itu kini sudah tergeletak tak bernyawa di kakinya. Dan walaupun ini kelegaan besar, kejadian itu, pada saat itu, agak menakutkan. Pertarungan sang raja bertahan satu atau dua detik lebih lama: lalu dia juga mengalahkan lawannya dan berteriak pada Eustace, "Serang dua prajurit yang lain." Tapi para dwarf sudah mengurus dua Calormen yang tersisa. Kini tiada lagi, musuh. "Pertarungan yang bagus, Eustace!" teriak Tirian, menepuknepuk punggung anak itu. "Sekarang, para Dwarf, kalian bebas. Besok aku akan memimpin kalian untuk membebaskan seluruh Narnia. Tiga sorakan untuk Aslan!" Tapi yang terjadi kemudian teramat menyedihkan. Yang terdengar hanya sorakan ragu beberapa dwarf (sekitar lima dwarf) yang langsung terbungkam, dan geraman kemarahan dwarf-dwarf lain. Banyak di antara dwarf-dwarf itu yang malah tidak mengatakan apaapa. "Tidakkah mereka paham?" tanya Jill tidak sabar. "Kenapa kalian? Tidakkah kalian dengar apa yang dikatakan sang raja? Semua sudah berakhir. Si kera tidak akan menguasai Narnia lagi. Semua orang bisa kembali kepada kehidupan lamanya. Kalian bisa bersenangsenang lagi. Tidakkah kalian lega?" Setelah hening sejenak, dwarf yang bertampang tidak terlalu ramah dengan rambut dan janggut sehitam arang berkata, "Dan siapa kau, Missie?" 65 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku Jill," jawabnya. "Jill yang sama yang menyelamatkan Raja Rilian dari penjara sihirnya-dan ini Eustace yang melakukan itu bersamaku-dan kami telah kembali dari dunia lain setelah ratusan tahun. Aslan yang mengirim kami." Para dwarf berpandangan dengan cengiran: cengiran meremehkan, bukan bahagia. "Yah," kata si Dwarf Hitam (yang bernama Griffle), "aku tidak tahu bagaimana perasaan kalian semua, tapi aku merasa sudah cukup banyak mendengar tentang Aslan sepanjang hidupku." "Itu benar, itu benar," geram dwarf-dwarf lain. "Semua ini jebakan, semuanya jebakan busuk." "Apa maksud kalian?" tanya Tirian. Waktu bertarung wajahnya tidak pucat, tapi kini wajahnya memutih. Dia mengira saat ini akan menjadi momen bahagia, tapi ternyata mimpi buruklah yang datang. "Kalian pasti berpikir kami semua bodoh, Pasti begitu," kata Griffle. "Kami telah ditipu sekali, dan sekarang kalian mengira kami akan bisa ditipu lagi. Kami tidak mau mendengar kisah Aslan lagi! Lihat dia! Keledai tua bertelinga panjang!" "Demi langit, kalian membuatku marah," kata Tirian. "Apakah ada di antara kami yang berkata dia Aslan? Ini tiruan Aslan milik si kera. Tidakkah kalian mengerti?" "Dan kalian punya tiruan yang lebih bagus, begitu?" kata Griffle. "Tidak, terima kasih. Kami sudah ditipu sekali, kami tidak akan bisa ditipu lagi." "Aku tidak sedang menipu kalian," kata Tirian marah, "aku melayani Aslan asli." "DI mana dia? Siapa dia? Tunjukkan dia kepadaku!" kata beberapa dwarf. 66 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Apakah kalian pikir aku menyimpannya di dompetku, bodoh?" kata Tirian. "Siapa aku sehingga Aslan akan muncul sesuai keinginanku? Dia bukan singa yang jinak." Tepat pada saat kata-kata ini keluar dari mulutnya, Tirian menyadari dia telah mengambil langkah keliru. Para dwarf segera mulal mengulang-ulang "bukan singa jinak, bukan singa jinak" dengan nada meledek. "Itulah yang selalu dikatakan kelompok lain kepada kami," kata salah satu dwarf. "Maksudmu kau tidak percaya pada Aslan sungguhan?" kata Jill. "Tapi aku sudah pernah melihatnya. Dan dia telah mengirim kami ke sini dari dunia yang berbeda." "Ah," kata Griffle dengan senyum lebar. "Itu katamu. Mereka pasti sudah mengajarimu semuanya. Sepertinya kau telah belajar dengan baik, ya?" "Tidak sopan," teriak Tirian, "beraninya kau mengucapkan kebohongan seperti itu di muka seorang lady?" "Sebaiknya kau menjaga kata-kata kasar tetap dalam kepalamu, Mister," si dwarf menjawab. "Kurasa kami tidak mau punya lebih banyak raja lagi-itu pun kalau kau memang Tirian, karena kau tidak tampak seperti dia tidak lebih seperti kami menginginkan AslanAslan lain. Mulai sekarang kami akan menjaga diri kami sendiri dan tidak akan menyentuh topi untuk siapa pun. Mengerti?" "Itu benar," kata dwarf-dwarf yang lain. "Kami berdiri sendiri sekarang. Tidak ada lagi Aslan, tidak ada lagi Raja, tidak ada lagi kisah-kisah konyol tentang dunia lain. Bangsa dwarf adalah untuk bangsa dwarf." Dan mereka mulai mengambil posisi barisan dan bersiap-siap berjalan kembali ke tempat asal mereka.
67 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Makhluk-makhluk kecil tak tahu berterima kasih!" kata Eustace. "Apakah kalian bahkan tidak akan mengucapkan terima kasih karena telah diselamatkan dari tambang-tambang garam?" "Oh, kami sudah tahu semuanya," kata Griffle dari balik bahunya. "Kalian ingin menggunakan kami, itulah sebabnya karena menyelamatkan kami. Kalian sedang memainkan permainan kalian sendiri. Mari, teman-teman." Dan para dwarf menyuarakan lagu berbaris yang aneh sesuai iringan genderang, mereka pun menghilang dengan derapan langkah keras ke dalam kegelapan. Tirian dan teman-temannya memandangi kepergian mereka. Kemudian dia mengucapkan satu kata, "Ayo," lalu mereka pun melanjutkan perjalanan. Kelompok itu berjalan dalam diam. Puzzle masih merasa dirinya dikuasai rasa malu, lagi pula dia tidak benar-benar mengerti apa yang telah terjadi. Jill, selain merasa marah pada para dwarf, juga sangat kagum dengan kemenangan Eustace terhadap prajurit Calormen, dan merasa agak malu. Sedangkan Eustace, jantungnya masih berdegup agak kencang. Tirian dan jewel berjalan dengan sedih bersama-sama di belakang. Sang raja meletakkan lengannya pada bahu si unicorn dan terkadang Jewel menyundul pipi Tirian dengan hidung lembutnya. Mereka tidak berusaha saling menghibur dengan kata-kata. Tidaklah semudah itu memikirkan kata penghiburan yang bisa diucapkan. Tirian tidak pernah berminipi salah satu akibat tipuan si kera memperkenalkan Aslan palsu adalah berhentinya orang-orang memercayai Aslan yang asli. Tadinya dia merasa sangat yakin para dwarf akan langsung berbaris di sampingnya ketika dia menunjukkan betapa mereka telah dikelabui. Kemudian malam berikutnya dia akan memimpin mereka ke Bukit Istal dan menunjukkan Puzzle ke semua makhluk dan semua orang akan berbalik menentang si kera dan, mungkin setelah perlawanan singkat dari orang-orang Calormen, seluruh kejadian ini 68 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
akan berakhir. Tapi kini, kelihatannya, dia tidak bisa mengandalkan apa pun. Berapa banyak warga Narnia yang akan mengambil jalan yang sama dengan kaum dwarf? "Menurutku, ada yang mengikuti kita," kata Puzzle tiba-tiba. Mereka berhenti dan mendengarkan. Benar saja, ada entakanentakan kaki kecil di belakang mereka. "Siapa di sana?" teriak sang raja. "Hanya aku, Sire," terdengar jawaban. "Aku, Poggin si dwarf. Aku baru saja berhasil melarikan diri dari yang lain. Aku ada di pihakmu, Sire, juga Aslan. Kalau kau bisa meletakkan pedang dwarf di tanganku, dengan senang hati aku akan mengayunkan serangan bersama pihak yang benar sebelum semuanya berakhir." Semua orang berkerumun mengelilinginya, meng ucapkan selamat datang, memujinya, dan menepuk-nepuk punggungnya. Tentu saja satu dwarf tidak akan membuat banyak perubahan, tapi entah bagaimana sangatlah terasa membahagiakan untuk memperoleh dukungan bahkan dari satu dwarf. Semua anggota kelompok menjadi lebih ceria. Tapi keceriaan Jill dan Eustace tidak bertahan lama, karena kini mereka bolak-balik menguap dan terlalu lelah untuk memikirkan apa pun kecuali tempat tidur. Saat itu waktu terdingin dalam malam, tepat sebelum fajar, ketika mereka kembali ke menara. Kalau ada santapan slagi menanti mereka, mereka akan cukup berlagiang dada untuk makan, namun kerepotan dan penundaan peng adaannya bahkan tidak ingin mereka pikirkan. Mereka minum dari aliran air, menciprati muka dengan air, dan berjalan terhuyung-huyung menghampiri ranjang, kecuali Puzzle dan jewel yang berkata mereka merasa lebih nyaman di luar. Ini mungkin keberuntungan karena unicorn dan keledai gemuk dewasa di dalam ruangan selalu membuat tempat terasa agak sumpek. 69 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dwarf Narnia, walaupun tinggi tubuhnya hanya sekitar satu meter, merupakan makhluk yang paling tangguh dan kuat untuk seukuran mereka, jadi Poggin, meskipun telah mengalami siang yang berat dan terjaga hingga larut malam, terbangun segar bugar sebelum anggota rombongan yang lain. Dia langsung mengambil busur Jill, pergi keluar dan memanah beberapa burung dara hutan. Kemudian dia duduk mencabuti bulu burung-burung itu di ambang pintu dan bercakapcakap dengan jewel serta Puzzle. Puzzle tampak dan merasa jauh lebih baik pagi itu. Jewel, karena dia unicorn dan oleh sebab itu salah satu hewan teranggun dan terlembut yang pernah ada, bersikap ramah padanya, bercakap-cakap dengannya tentang berbagai hal yang bisa dipahami mereka berdua, seperti rumput, gula, dan perawatan tapak kaki. Ketika Jill dan Eustace keluar dari menara, menguap dan mengusapusap mata, nyaris pada Pukul setengah sebelas, si dwarf menunjukkan kepada mereka di mana mereka bisa mengumpulkan banyak semak Narnia yang bernama Wild Fresney, yang kelihatan nyaris seperti wood sorrel dunia kita tapi terasa lebih enak setelah dimasak. (Dibutuhkan sedikit mentega dan lada untuk membuatnya sempurna, tapi mereka tidak punya keduanya.) Jadi dengan bahanbahan seadanya, mereka berusaha membuat stew kental untuk sarapan atau makan siang mereka, terserah kau mau menyebutnya yang mana. Tirian pergi lebih jauh ke dalam hutan sambil membawa kapak dan membawa beberapa cabang pohon untuk kayu bakar. Sementara makanan dimasak-yang terasa lama sekali, terutama karena masakan tercium kian lezat saat semakin siap santap-sang raja menemukan setelan lengkap dwarf untuk Poggin: baju rantai besi, topi besi, perisai, pedang, sabuk, dan belati. Kemudian dia memeriksa pedang Eustace dan mendapati Eustace telah memasukkannya kembali ke sarungnya dalam keadaan kotor 70 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
setelah dipakai untuk membunuh prajurit Calormen. Eustace dimarahi karena ini dan disuruh membersihkan juga memolesnya kembali. Sementara itu Jill berjalan bolak-balik, terkadang mengaduk panci dan terkadang menatap iri ke arah Keledai dan Unicorn yang memanah rumput dengan bahagia. Entah sudah keberapa kalinya pagi itu dia berharap bisa makan rumput! Tapi ketika makanan siap, semua orang merasa sajian tersebut memang pantas ditunggu-tunggu masing masing pun mengambil porsi kedua. Ketika semua orang telah makan sebanyak yang mereka mampu, tiga manusia dan si dwarf menghampiri ambang pintu dan duduk di sana, kedua makhluk berkaki empat berbaring menghadap mereka, si dwarf (setelah meminta izin dari Jill dan Tirian) menyalakan pipanya, dan sang raja berkata, "Sekarang, temanku Poggin, sepertinya kau punya lebih banyak berita tentang musuh daripada kami. Beritahu kami semua yang kau ketahui. Dan pertama-tama, kisah apa yang mereka sebarkan tentang pelarianku?" "Kisah yang penuh kebohongan, Sire, dibuat-buat pula," jawab Poggin. "Ginger si Kucinglah yang menceritakannya, dan kemungkinan besar mengarangnya. Ginger ini, Sire-oh, kucing yang paling licik yang pernah ada berkata saat itu dia berjalan melewati pohon tempat Yang Mulia diikat para penjahat tersebut. Dan dia berkata (tanpa memerhatikan kehormatanmu) bahwa kau melolong, menyumpahi, dan mengutuki Aslan dengan 'kata-kata yang tidak ingin kuucapkan'-itu kalimat yang digunakannya, wajahnya saat itu jujur dan serius-kau tahu bagaimana kucing bisa melakukan itu bila mereka mau. Kemudian, kata Ginger, Aslan sendiri mendadak muncul dalam sambaran kilat dan menelan Yang Mulia dalam satu lahapan. "Semua hewan gemetar mendengar kisah ini dan beberapa bahkan langsung pingsan. Dan tentu saja si kera mendukung cerita tersebut. Saat itu, dia berkata, lihatlah bagaimana Aslan menghukum mereka yang tidak menghormatinya. Jadikan ini peringatan bagi kalian 71 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
semua. Dan para makhluk malang itu mengerang, merengek, dan berkata, tentu, tentu. Jadi pelarian Yang Mulia bukannya mengakibatkan mereka berpikir kau masih punya teman-teman setia yang bersedia membantumu, tapi malah membuat mereka makin takut dan patuh pada si kera." "Benar-benar tipuan yang licik!" kata Tirian. "Kalau begitu, Ginger itu berada dalam pengaruh si kera." "Saat ini, Sire, pertanyaannya lebih kepada apakah si kera berada dalam pengaruh Ginger," komentar si dwarf. "Kau harus tahu si kera kini tidak bisa lepas dari minuman. Aku yakin rencana jahat sekarang sebagian besar diteruskan oleh Ginger atau Rishda-itu nama Kapten Calormen. Dan kurasa beberapa kata yang disebarkan Ginger di antara para dwarf-lah yang menimbulkan reaksi negatif mereka terhadap dirimu. Dan aku akan memberitahu alasannya. "Salah satu pertemuan tengah malam yang buruk itu baru saja selesai malam kemarin dan aku baru berjalan sedikit menuju rumah ketika menyadari telah meninggalkan pipaku di sana. Pipa itu bagus, salah satu pipa tua kesayangan, jadi aku berbalik untuk mencarinya. Tapi sebelum aku sampai di tempat dudukku tadi (keadaan gelap gulita di sana) aku mendengar suara kucing mengucapkan Meong dan suara orang Calormen berkata, 'Hei, pelan-pelan bicaranya.' Jadi aku berdiri sekaku mungkin seolah tubuhku beku. Dan dua makhluk itu ternyata Ginger dan Rishda Tarkaan, begitu dia memanggilnya. 'Tarkaan yang mulia,' kata Kucing dengan suaranya yang merayu, 'Aku hanya ingin tahu apa yang tepatnya kita maksud hari ini tentang Aslan berarti tidak lebih daripada Tash.' 'Tidak diragukan, kucing yang paling bijak,' kata lawan bicaranya, 'kau telah memahami maksudku.' 'Maksudmu,' kata Ginger, 'bahwa tidak ada makhluk bernama demikian begitu juga yang satunya.' 'Semua yang memiliki akal sehat tahu itu,' kata si Tarkaan. 'Kalau begitu kita saling memahami,' dengkur si kucing. 'apakah kau, seperti aku, kini kian lelah melayani 72 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
si kera?' 'Hewan kejam yang bodoh dan serakah,' jawab lawan bicaranya, 'tapi untuk saat ini, kita harus menggunakannya. Kau dan aku harus diam-diam menyiapkan segalanya dan memastikan si kera melaksanakan keinginan kita.' 'Dan pastinya akan lebih baik, kan,' kata Ginger, 'bila kita memperoleh dukungan dari beberapa Narnia yang juga berakal sehat: satu demi satu ketika kita mendapati mereka berguna? Karena para Hewan yang benar-benar percaya pada Aslan tak lama lagi akan berontak: dan pasti berontak ketika kebodohan si kera mengkhianati rahasianya sendiri. Tapi warga Narnia yang tidak peduli baik pada Tash maupun Aslan kecuali pada keuntungan mereka sendiri dan imbalan besar yang mungkin akan diberikan Tisroc kepada mereka ketika Narnia menjadi provinsi Calormen, akan jadi pertahanan kuat.' 'Bagus sekali, Kucing,' kata si Kapten. 'Tapi pilihlah pendukung dengan hati-hati.' Sementara Poggin si dwarf berbicara, suasana hari tampaknya berubah. Hari itu cerah saat mereka pertama duduk. Kini Puzzle gemetar. Jewel menggerakkan kepalanya gelisah. Jill mendongak. "Awannya tebal sekali," katanya. "Dan udara terasa sangat dingin," kata Puzzle. "Benar-benar dingin, demi Singa!" kata Tirian, meniup-niup kedua tangannya. "Dan ugh! Bau busuk apa ini?" "Fiuh," Eustace terengah-engah. "Seperti bau bangkai. Apakah ada bangkai burung di sekitar sini? Tapi kenapa kita tidak menyadari ini sebelumnya?" Jewel melompat berdiri tiba-tiba dan menunjuk dengan tanduknya. "Lihat!" dia berteriak. "Lihat itu! Lihat, di sana!" Kemudian mereka berenam melihat, dan pada wajah mereka semua muncul ekspresi kecemasan luar biasa. *** 73 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB DELAPAN Kabar Yang Dibawa sang Elang
Dalam bayangan pepohonan di ujung jauh ladang terbuka, sesuatu sedang bergerak. Sosok itu melayang sangat perlahan di arah utara. Pada pandangan sekilas pertama kau mungkin bakal mengiranya sekadar asap, karena sosok itu kelabu dan kau bisa melihat menembusnya. Tapi bau mematikannya bukanlah bau asap. Lagi pula sesuatu itu memiliki bentuk tetap, bukannya berputar atau melingkar seperti yang biasa dilakukan asap. Secara kasar, bentuknya seperti manusia tapi kepalanya seperti burung, burung pemangsa dengan paruh melengkungnya yang tampak kejam. Sosok itu memiliki empat tangan yang diangkat ke atas kepala, menjulurkan keempatnya ke arah utara seolah dia ingin menangkap seluruh Narnia dalam cengkeraman. Jemarinya-kedua puluh jari-melengkung seperti paruhnya dan bukannya berkuku biasa, semua bercakar panjang dan tajam seperti cakar burung. Sosok itu mengapung di rerumputan bukannya berjalan, dan rerumputan tampak melayu saat dilewatinya. Sekali melihatnya, Puzzle meringkik keras dan berlari menuju menara. Dan Jill (yang bukanlah pengecut seperti yang sudah kauketahui) menutup wajahnya dengan kedua tangan untuk menghalangi pandangannya ke sana. Yang lain memandangnya mungkin untuk sekitar satu menit, sampai sosok itu bergerak perlahan ke dalam pepohonan yang lebih lebat di sebelah kanan mereka, lalu menghilang. Kemudian matahari kembali muncul, dan burung-burung mulai bernyanyi lagi. Semua anggota kelompok itu mulai bernapas dengan teratur dan bergerak. Mereka berdiri sekaku patung saat makhluk itu berada dalam jarak pandangan. 74 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Apa itu tadi?" tanya Eustace dalam bisikan. "Aku pernah melihatnya sebelumnya," kata Tirian. "Tapi waktu itu dia diukir di batu, dilapisi emas, dan berlian utuh dijadikan matanya. Saat itu aku tidak lebih tua daripada kau sekarang, dan pergi ke sana sebagai tamu kerajaan Tisroc di Tashbaan. Dia membawaku ke kuil besar Tash. Di sanalah aku melihatnya, diukir di atas altar." "Kalau begitu benda itu-benda tadi-Tash?" tanya Eustace. Tapi bukannya menjawab pertanyaan Eustace, Tirian menyelipkan lengannya di belakang bahu Jill dan berkata, "Bagaimana keadaanmu, Lady?" "Ba-baik," jawab Jill, menurunkan tangan dari wajahnya yang pucat dan berusaha tersenyum. "Aku baik-baik saja membuatku merasa mual sesaat." "Kalau begitu tampaknya," kata si unicorn, "benar-benar ada Tash, ternyata." "Ya," kata si dwarf. "Dan si kera bodoh itu, yang tidak percaya pada Tash, akan medapatkan lebih banyak daripada yang dipertaruhkannya! Dia memanggil Tash: Tash telah datang." "Ke mana benda itu-dia-sosok itu-pergi?" tanya Jill. "Ke arah utara menuju jantung Narnia," kata Tirian. "Dia telah datang untuk menetap bersama kita. Mereka telah memanggilnya dan dia telah datang." "Ho, ho, ho!" si dwarf terkekeh, menggosok-gosok kedua tangan berbulunya. "Bakal jadi kejutan bagi si kera. Kita seharusnya tidak memanggil iblis kecuali kita benar-benar bermaksud memanggilnya." "Siapa yang tahu apakah Tash akan menampakkan diri di hadapan Kera?" kata jewel.
75 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Ke mana Puzzle?" tanya Eustace. Mereka semua meneriakkan nama Puzzle dan Jill pergi ke sisi lain menara untuk melihat apakah keledai itu bersembunyi di sana. Mereka sangat lelah mencarinya ketika akhirnya kepala kelabu besar mengintip dengan hati-hati keluar dari pintu dan dia berkata, "Dia sudah pergi, belum?" Dan ketika akhirnya mereka bisa membujuknya keluar, tubuh keledai itu gemetaran seperti anjing biasa gemetaran sebelum badai datang. "Sekarang aku sadar," kata Puzzle, "ternyata aku benar-benar telah menjadi keledai yang sangat jahat. Seharusnya aku tidak mendengarkan Shift. Aku tidak pernah menyangka hal-hal seperti ini akan mulai terjadi." "Kalau kau menghabiskan lebih sedikit waktu mengeluhkan betapa kau tidak pintar dan lebih banyak waktu berusaha menjadi sepintar yang kau bisa-" kata Eustace memulai tapi Jill memotongnya. "Oh, jangan ganggu Puzzle yang malang," katanya. "Semua itu hanya kesalahan, ya kan, Puzzle sayang?" Lalu dia mencium hidung keledai itu. Walaupun agak terguncang karena pemandangan tadi, seluruh anggota rombongan kini duduk kembali dan melanjutkan perbincangan mereka. Tidak banyak yang bisa diceritakan Jewel kepada mereka. Sementara ditawan, dia menghabiskan hampir sepanjang waktunya terikat di belakang istal, dan tentu saja tidak mendengar sedikit pun rencana musuh. Dia ditendang (dan beberapa kali menendang balik) dan dipukuli juga diancam dengan kematian kecuali dia bersedia berkata dia percaya bahwa yang dibawa keluar dan ditunjukkan ke semua makhluk dengan penerangan api setiap malam memang Aslan. 76 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bahkan dia akan dihukum mati tepat pada pagi itu kalau saja dia tidak diselamatkan. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi pada si domba. Permasalahan yang harus mereka putuskan adalah apakah mereka akan pergi ke Bukit Istal lagi malam itu, menunjukkan Puzzle kepada warga Narnia dan berusaha membuat mereka melihat betapa mereka telah ditipu, atau apakah mereka sebaiknya pergi diamdiam ke timur untuk menemui pasukan bantuan yang dibawa Roonwit si centaurus dari Cair Paravel dan kembali melawan si kera dan orang-orang Calormen-nya dengan kekuatan tempur. Tirian ingin sekali menjalani rencana pertama: dia membenci bayangan membiarkan si kera menipu rakyatnya lebih lama daripada yang diperlukan. Di pihak lain, cara para dwarf bersikap di malam sebelumnya merupakan peringatan. Tampaknya tidak akan yang bisa yakin bagaimana orang-orang akan bereaksi bahkan walaupun dia menunjukkan Puzzle kepada mereka. Lagi pula ada masalah Prajurit Calormen yang harus diatasi. Poggin menduga ada sekitar tiga puluh prajurit. Tirian merasa yakin kalau seluruh warga Narnia bergabung ke pihaknya, dia, Jewel, anakanak, dan Poggin (Puzzle tidak terlalu berpengaruh) akan ada kemungkinan besar mengalahkan mereka. Tapi bagaimana kalau separo Narnia -- termasuk semua bangsa dwarf-hanya duduk dan memandang dalam diam? Atau bahkan melawannya? Risikonya terlalu besar. Lalu tentu saja ada juga sosok Tash yang seperti asap. Apa yang harus dilakukan? Namun, seperti yang dikatakan Poggin, tidak ada salahnya membiarkan si kera mengatasi masalahnya sendiri selama satu atau dua han. Saar ini dia tidak akan punya Puzzle untuk dikeluarkan dan dipertunjukkan. Tidaklah mudah menebak kisah apa yang dia-atau Ginger-akan ciptakan untuk menjelaskan ini. Kalau para Hewan meminta dipertemukan dengan Aslan setiap malam, dan 77 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
tidak ada Aslan yang bisa ditampilkan, pastinya bahkan hewan yang paling sederhana pun akan curiga. Akhirnya mereka semua setuju bahwa langkah terbaik yang bisa diambil adalah melanjutkan perjalanan dan berusaha menyusul Roonwit. Segera setelah mereka memutuskan ini, membahagiakan sekali melihat betapa semua anggota rombongan menjadi lebih ceria. Sejujurnya aku tidak berpikir ini dikarenakan satu pun di antara mereka takut bertempur (kecuali mungkin Jill dan Eustace). Tapi aku yakin masingmasing dalam diri mereka, jauh di lubuk hati merasa sangat lega tidak perlu mendekati setidaknya belum perlu-makhluk berkepala burung mengerikan yang, kelihatan ataupun tidak kelihatan, kini mungkin menghantui Bukit Istal. Pokoknya, seseorang selalu merasa lebih baik setelah membuat keputusan. Tirian berkata sebaiknya mereka melepaskan penyamaran, supaya tidak salah dikenali sebagai orang Calormen dan diserang warga setia Narnia yang mungkin bakal mereka temui dalam perjalanan. Si dwarf membuat campuran abu yang tampak menjijikkan dari sisa-sisa pembakaran di bagian bawah perapian dan minyak dari guci minyak yang disinipan untuk menggosok pedang dan kepala tombak. Kemudian mereka melepaskan baju besi Calormen yang mereka kenakan dan pergi ke sungai kecil. Campuran memuakkan itu menghasilkan busa seperti sabun lembut: terasa nyaman dan mengingatkan akan rumah bila melihat Tirian dan kedua anak itu berlutut di tepi sungai dan menggosok punggung leher atau meniup atau mengembus ketika mereka mencuci bersih busa. Kernudian mereka kembali ke menara dengan wajah merah, berkilau, tampak seperti orang-orang yang diberi kesempatan mandi lebih lama sebelum pesta. Mereka mempersenjatai diri lagi dengan gaya Narnia sebenarnya, dengan pedang lurus dan perisai bersisi tiga. 78 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tubuhku seutuhnya," kata Tirian. "Begini lebih baik. Aku merasa seperti manusia yang utuh lagi." Puzzle memohon sangat keras supaya kulit singa di tubuhnya dilepaskan. Dia berkata kulit itu terlalu panas dan menumpuk di punggungnya sehingga membuatnya merasa tidak nyaman: lagi pula kulit itu membuatnya tampak konyol. Tapi mereka memberitahunya dia harus mengenakannya sedikit lebih lama lagi, karena mereka masih ingin menunjukkan dirinya dalam pakaian itu kepada Hewan-hewan lain, walaupun mereka kini akan menemui Roonwit terlebih dahulu. Yang tersisa dari daging burung dara dan kelinci tidak layak ikut dibawa tapi mereka membawa beberapa biskuit. Kemudian Tirian mengunci pintu menara dan masa menginap mereka di sana pun berakhir. Saat itu pukul dua lebih sedikit di sore hari ketika mereka berangkat, dan hari itu hari yang benar-benar hangat di musim semi tersebut. Tampak lebih banyak daun muda yang bermunculan daripada kemarin: curahan salju berakhir, tapi mereka melihat beberapa tumbuhan prinirose. Berkas sinar matahari menembus pepohonan, burung-burung bernyanyi, dan selalu (walaupun biasanya tidak kelihatan) terdengar suara aliran air. Sangatlah sulit memikirkan hal-hal mengerikan seperti Tash. Anakanak merasa, akhirnya inilah Narnia yang sebenarnya. Bahkan hati Tirian menjadi lebih ringan ketika dia berjalan di depan mereka, menyenandungkan lagu berbaris lama Narnia yang bagian refrain-nya Ho, gemuruh, gemuruh, gemuruh, gemuruh Gemuruh gendang ditabuh Eustace dan Poggin si dwarf berjalan di belakang sang raja. Poggin memberitahu Eustace nama-nama pepohonan, burung-burung, dan tumbuhan-tumbuhan Narnia yang belum diketahui anak itu.
79 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Terkadang Eustace akan memberitahu dwarf tersebut tentang pohon, burung, dan tumbuhan Inggris. Di belakang mereka, berjalan Puzzle, dan setelahnya Jill dan jewel berjalan sangat rapat satu sama lain. Jill telah, kau bisa mengatakannya, sangat jatuh cinta pada si unicorn. Anak perempuan itu merasa-dan dia tidaklah terlalu salah-bahwa jewel merupakan makhluk paling bersinar, halus, dan anggun yang pernah ditemuinya: dan unicorn itu juga begitu lembut dan halus dalam bertutur kata sehingga, kalau kau belum mengetahuinya, kau nyaris tidak akan percaya betapa berani dan menakutkan dirinya dalam pertempuran. "Oh, ini menyenangkan sekali!" kata Jill. "Hanya berjalan seperti ini. Aku berharap akan lebih banyak petualangan yang seperti ini. Sayangnya begitu banyak yang terjadi di Narnia." Tapi si unicorn menjelaskan kepadanya bahwa dia sangat keliru. Dia berkata bahwa putra dan putri Adam juga Hawa dibawa keluar dari dunia mereka yang aneh ke Narnia hanya pada saat-saat ketika Narnia berada dalam kekacauan dan kegalauan, tapi dia tidak boleh berpikir selalu begitu keadaannya di sini. Di antara kunjungankunjungan mereka ada ratusan dan ribuan tahun ketika raja di masa damai diteruskan oleh raja lain juga di masa damai sampai kau nyaris tidak bisa mengingat namanama mereka atau menghitung jumlah mereka, dan nyaris tidak ada yang bisa dimasukkan ke Buku-buku Sejarah. Dan dia melanjutkan ceritanya dengan ratu-ratu dan para pahlawan di masa lampau yang belum pernah didengar Jill. Jewel mengisahkan Ratu Swanwhite yang hidup sebelum masa Penyihir Putih dan Musim Dingin Panjang, yang begitu cantik sehingga ketika dia menatap ke mata air hutan mana pun, bayangan wajahnya menyinari air seperti bintang di malam hari selama setahun dan satu hari setelah itu. Dia bercerita tentang Moonwood si Kelinci yang memiliki pendengaran begitu hebat sehingga dia bisa duduk di tepi Caldron Pool di bawah gemuruh air terjun besar itu dan 80 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
mendengar orang-orang berbicara dalam bisikan di Cair Paravel. Dia memberitahu Jill bagaimana Raja Gale, yang merupakan keturunan kesembilan Frank, raja pertama semua raja, telah berlayar jauh ke Lautan Timur dan membebaskan para penghuni Lone Islands dari seekor naga dan bagaimana, sebagai imbalannya, mereka menyatakan Lone Islands bagian dari tanah kerajaan Narnia selamanya. Dia bercerita tentang abad-abad ketika Narnia begitu bahagia sehingga hanya dansa-dansa juga pesta-pesta yang layak ditulis, atau yang paling sering: turnamen, yang bisa diingat, dan setiap hari dan minggu terasa lebih baik daripada sebelumnya. Dan selama Jewel melanjutkan ceritanya, bayangan akan tahun-tahun bahagia itu, ribuan bayangan tersebut, menggunung dalam benak Jill hingga dia merasa seolah sedang melihat ke bawah dari bukit tinggi ke daratan kaya dan indah yang penuh hutan, air, dan ladang j agung, yang terbentang hingga sangat jauh sampai semuanya tampak samar dan berkabut karena termakan jarak. Lalu Jill berkata: "Oh, aku benar-benar berharap kita bisa segera menyelesaikan masalah dengan si kera dan kembali ke masa-masa bahagia seperti dulu. Kemudian mudah-mudahan masa-masa itu akan terus dan terus berlanjut. Dunia kami bakal berakhir suatu hari nanti. Mungkin dunia yang ini tidak. Oh, Jewel bukankah akan bagus bila Narnia tak pernah berakhir-dengan keadaan seperti yang kauceritakan?" "Tidak, saudariku," Jewel menjawab, "semua dunia akan mencapai akhirnya, kecuali negeri Aslan sendiri." "Yah, setidaknya," kata Jill, "aku berharap akhir dunia ini masih berjuta-juta tahun jauhnya-wah! Kenapa kita berhenti?" Sang raja, Eustace, dan si dwarf memandangi langit. Jill bergidik, mengingat teror yang telah mereka lihat. Tapi kali ini bukan makhluk
81 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
yang seperti itu yang tampak. Sosok itu kecil dan tampak hitam dengan latar belakang langit biru. "Aku berani bersumpah," kata si unicorn, "dari ketinggiannya, dia pasti Burung yang Bisa Berbicara. "Aku juga berpikir begitu," kata sang raja. "Tapi apakah dia teman atau mata-mata Si kera? "Bagiku, Sire," kata si dwarf, "dia tampak seperti Farsight si Elang." "Apakah kita harus bersembunyi di bawah pepohonan?" tanya Eustace. "Tidak," kata Tirian, "lebih baik berdiri bergeming seperti batu. Dia pasti akan melihat kita kalau kita bergerak." "Lihat! Dia berputar, dia sudah melihat kita," kata jewel. "Dia turun dengan membuat lingkaran-lingkaran besar." "Panah pada tali busur, Lady," kata Tirian kepada Jill. "Tapi janganlah menembak sebelum aku memberitahumu. Dia mungkin teman." Kalau ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, bakal menyenangkan memerhatikan keanggunan dan ringannya cara burung besar itu melayang turun. Dia bertengger pada puncak batu beberapa meter dari Tirian, menganggukkan kepala berjambulnya, dan berkata dengan suara elang yang aneh, "Salam, Raja." "Salam, Farsight," kata Tirian. "Dan karena kau telah memanggilku Raja, aku bisa percaya kau bukanlah salah satu pengikut si kera dan Aslan palsunya. Aku sangat lega kau datang." "Sire," kata sang elang, "ketika kau mendengar berita yang kubawa kau akan lebih menyesali kedatanganku daripada kesedihan paling dalam yang pernah kaualami."
82 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Jantung Tirian seolah berhenti berdegup saat mendengar kata-kata ini, tapi dia merapatkan gigi dan berkata, "Teruskan." "Aku melihat dua pemandangan," kata Farsight. "Pertama pemandangan Cair Paravel dipenuhi warga Narnia yang gugur dan pasukan Calormen yang beranjak pergi, panji Tisroc dinaikkan pada ceruk panah kerajaanmu, dan rakyatmu melarikan diri dari kota ke berbagai arah, menuju hutan. Cair Paravel diserang dari lautan. Dua puluh kapal besar Calormen berlabuh di sana dalam kegelapan malam sebelum kemarin malam." Tidak ada yang bisa berbicara. "Lalu pemandangan yang lain, sekitar lima belas mil lebih dekat kemari daripada Cair Paravel, adalah Roonwit sang centaurus terbaring mati dengan panah Calormen di sisi tubuhnya. Aku menemaninya pada detik-detik terakhirnya dan dia memberiku pesan ini untuk Yang Mulia: ingatlah semua dunia akan mencapai akhirnya serta kematian mulia merupakan harta dan tidak ada orang yang terlalu miskin untuk bisa membelinya." "Jadi," kata sang raja setelah terdiam lama, "Narnia tiada lagi." Jantung Tirian seolah berhenti berdegup saat mendengar kata-kata mi, tapi dia merapatkan gigi dan berkata, "Teruskan." ***
83 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB SEMBILAN Pertemuan Besar di Bukit Istal
Lama sekali mereka tidak mampu bicara atau bahkan meneteskan air mata. Kemudian si unicorn mengentakkan tanah dengan tapak kakinya, mengibaskan surai, kemudian berbicara. "Sire," katanya, "kini tidak perlu pertimbangan apa pun lagi. Kita telah melihat ternyata rencana si kera telah ditanamkan lebih dalam daripada bayangan kita. Tidak diragukan dia sudah lama berhubungan diamdiam dengan Tisroc, dan segera setelah dia menemukan kulit singa, dia mengirim berita kepada Tisroc untuk menyiapkan angkatan lautnya demi mengambil alih Cair Paravel dan seluruh Narnia. Kini tidak ada lagi yang tersisa bagi kita bertujuh kecuali kembali ke Bukit Istal, mengungkapkan kebenaran, dan menghadapi petualangan yang dikirimkan Aslan kepada kita. Dan jika, dengan keajaiban besar, kita mengalahkan tiga puluh Calormen yang berada bersama si kera itu, kita kemudian harus kembali lagi dan mati dalam pertempuran dengan lebih banyak prajurit mereka yang tak lama pasti berbaris maju dari Cair Paravel." Tirian mengangguk. Tapi dia berbalik ke anak-anak dan berkata, "Sekarang, teman-teman, sudah tiba waktunya bagi kalian untuk kembali ke duniamu sendiri. Tak diragukan kalian telah melakukan semua yang menjadi tujuan pengiriman kalian." "Ta-tapi kami belum melakukan apa-apa," kata Jill yang tubuhnya gemetaran, tepatnya bukan karena ketakutan, tapi karena semuanya kini telah menjadi begitu mengerikan. "Tidak," kata sang raja, "kalian sudah membebaskanku dari pohon, kau merayap di depanku seperti ular semalam di hutan dan membebaskan Puzzle, dan kau, Eustace, membunuh musuhmu. Tapi kalian terlalu muda untuk berbagi akhir yang begitu berbahaya seperti 84 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
yang akan kami temui malam ini atau, mungkin, tiga hari kemudian. Aku meminta kalian-tidak, aku memerintahkan kalian-untuk kembali ke dunia kalian sendiri. Aku akan menderita malu bila membiarkan pejuang-pejuang muda seperti kalian terlatuh dalam pertarungan di pihakku." "Tidak, tidak, tidak," kata Jill (wajahnya sangat pucat ketika dia mulai berbicara, kemudian mendadak sangat merah lalu Pucat lagi). "Kami tidak mau pulang, tidak peduli apa katamu. Kami akan berada di sampingmu apa pun yang terjadi, benar kan, Eustace?" "Benar, tapi tidak perlu terlalu heboh soal ini," kata Eustace, yang memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong (melupakan betapa kelihatan anehnya tindakan itu kalau kau sedang mengenakan baju rantai besi). "Karena, kalau kau ingat, kami tidak punya pilihan lain. Apa gunanya membicarakan soal kepulangan kami? Bagaimana? Kami tidak punya sihir untuk melakukannya!" Ini memang logika yang bagus tapi, pada saat itu Jill membenci Eustace karena sudah mengucapkannya. Anak lelaki itu sering sekali mengutarakan kenyataan dengan terlalu menyebalkan ketika orang lain sedang bersemangat. Ketika menyadari dua orang asing itu tidak bisa pulang (kecuali Aslan mendadak memindahkan mereka), Tirian pun menyuruh mereka pergi menyeberangi Pegunungan Selatan menuju Archenland tempat mereka mungkin bakal aman. Tapi mereka tidak tahu jalan ke sana dan tidak ada yang bisa dikirim untuk mengantarkan mereka. Lagi pula, seperti yang dikatakan Poggin, sekali Calormen menguasai Narnia, mereka pasti akan merambah ke Archenland minggu depan atau tak lama setelahnya: sang Tisroc selalu menginginkan negerinegeri Utara untuk dirinya sendiri. Akhirnya Eustace dan Jill memohon begitu keras sehingga Tirian berkata mereka akan ikut bersamanya dan mengambil kesempatan-atau, seperti yang 85 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dikatakannya dengan lebih bijaksana, "petualangan yang akan dikirim Aslan untuk mereka". Ide pertama sang raja adalah mereka sebaiknya tidak kembali ke Bukit Istal-saat ini mereka muak bahkan bila hanya mendengar namanya-sebelum hari gelap. Tapi si dwarf memberitahu mereka bahwa kalau mereka tiba di sana di siang hari, mereka mungkin akan mendapati tempat tersebut kosong, mungkin hanya akan ada seorang prajurit Calormen. Para Hewan terlalu ketakutan dengan berita yang disampaikan si kera (dan Ginger) tentang Aslan baru yang murka-atau Tashlan-untuk mendekatinya kecuali ketika mereka dipanggil bersamasama untuk menghadiri pertemuan pertemuan tengah malam yang mengerikan itu. Dan para orang Calormen tidak pernah bisa benarbenar tahan tinggal di hutan. Menurut Poggin, bahkan di siang hari mereka bisa dengan mudah pergi ke suatu tempat di belakang istal tanpa terlihat. Ini akan sulit dilakukan bila malam telah tiba dan semua prajurit Calormen bertugas. Dan ketika pertemuan memang sudah dimulai, mereka bisa meninggalkan Puzzle di belakang istal, sama sekali tidak terlihat, sampai waktu mereka ingin menunjukkan dia tiba. Ini sudah jelas merupakan keuntungan: karena satu-satunya kesempatan yang mereka miliki adalah dengan mengejutkan warga Narnia. Semua anggota rombongan setuju dan mereka semua berangkat melewati rute baru arah barat laut-menuju bukit yang mereka benci. Sang elang terkadang terbang bolakbalik di atas mereka, terkadang dia hinggap di punggung Puzzle. Tidak seorang pun-bahkan tidak sang raja sendiri kecuali dalam keadaan benar-benar darurat-berani membayangkan menaiki unicorn. Kali ini Jill dan Eustace berjalan bersama. Mereka merasa sangat berani ketika memohon untuk ikut bersama yang lain, tapi kini mereka tidak merasa berani sama sekali. 86 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Pole," kata Eustace dalam bisikan. "Sebaiknya aku memberitahumu aku tegang sekali." "Oh, kau akan baik-baik saja, Scrubb," kata Jill. "Kau bisa bertarung. Tapi aku-tubuhku gemetaran terus, kalau kau mau tahu yang sebenarnya." "Oh, gemetaran tidak ada artinya," kata Eustace. "Aku merasa aku bakal muntah." "Ya ampun, jangan bicarakan soal itu," kata Jill. Mereka terdiam selama semenit atau lebih. "Pole," kata Eustace akhirnya. "Apa?" kata si anak perempuan. "Apa yang akan terjadi kalau kita terbunuh di sini?" "Yah, kita akan mati, kurasa." "Tapi maksudku, apa yang akan terjadi di dunia kita? Apakah kita akan terbangun dan mendapati diri kita sendiri berada di kereta api? Atau apakah kita akan lenyap dan tidak akan terdengar lagi keberadaannya? Atau apakah kita akan ditemukan mati di Inggris?" "Astaga. Aku tidak pernah memikirkan itu." "Bakal aneh bagi Peter dan yang lainnya bila mereka melihatku melambaikan tangan dari jendela kemudian ketika kereta berhenti kita tidak ada di mana-mana! Atau kalau mereka menemukan duamaksudku, kalau kita sudah mati di Inggris sana." "Ugh!" kata Jill. "Bayangan yang mengerikan." "Tidak bakal mengerikan bagi kita," kata Eustace. "Kita seharusnya tidak akan sadar berada di sana." "Aku hampir berharap-ah, tapi tidak juga, kata Jill. 87 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Apa yang ingin kaukatakan?" "Tadinya aku akan berkata aku berharap kita tidak pernah datang ke sini. Tapi tidak, tidak, tidak begitu. Bahkan meskipun kita memang akan terbunuh. Aku lebih baik mati terbunuh dalam pertempuran demi Narnia daripada menjadi tua dan bodoh di rumah dan mungkin mondar-mandir dengan kursi roda dan akhirnya meninggal juga." "Atau terbunuh dalam kecelakaan kereta Jawatan Kereta Api Inggris!" "Kenapa kau berkata begitu?" "Yah, waktu entakan keras itu terasa entakan yang tampaknya melemparkan kita ke Narnia-aku menduga itu merupakan awal kecelakaan kereta. Jadi aku lega sekali mendapati diri kita malah berada di sini." Sementara Jill dan Eustace membicarakan ini, yang lain mendiskusikan rencana mereka dan rasa sedih mereka berkurang. Itu karena mereka kini memikirkan apa yang harus dilakukan di malam itu dan pemikiran akan apa yang terjadi di Narnia-pemikiran bahwa semua kejayaan dan kebahagiaan negeri ini sudah berakhir-didorong ke bagian belakang benak mereka. Pada saat mereka berhenti berbicara, pemikiran itu akan keluar dan membuat mereka sengsara lagi: tapi mereka terus-menerus berbicara. Poggin benar-benar sangat ceria tentang aksi malam yang harus mereka lakukan. Dia yakin Babi Hutan dan Beruang, dan mungkin semua Anjing akan langsung bergabung di pihak mereka. Dan dia tidak percaya semua dwarf akan bertahan di sisi Griffle. Lagi pula bertempur dengan cahaya api dan keluar-masuk di antara pepohonan akan menjadi keuntungan bagi pihak yang lebih lemah. Kemudian, kalau mereka bisa menang malam ini, perlukah mereka benarbenar langsung melempar nyawa dengan menghadapi pasukan 88 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Calormen beberapa hari berikutnya? Kenapa tidak bersembunyi di hutan dahulu, atau bahkan di Western Wild lebih jauh daripada air terjun besar dan hidup seperti pemberontak? Kemudian mereka mungkin akan menjadi lebih kuat dan terus menguat, karena para Hewan yang Bisa Berbicara dan warga Archenland akan bergabung dengan mereka setiap harinya. Dan akhirnya mereka akan keluar dari persembunyian dan menyapu orangorang Calormen (yang akan menjadi kurang waspada pada saat itu) keluar dari negeri mereka dan Narnia akan bangkit kembali. Bagaimanapun, tindakan seperti itu pernah terjadi pada masa Raja Miraz! Tirian mendengar semua ini dan berpikir, tapi bagaimana dengan Tash? Dan merasakan dalam tulangnya bahwa tidak satu pun dan harapan itu akan terjadi. Tapi dia tidak mengatakannya. Ketika mereka lebih dekat dengan Bukit Istal tentu saja semua orang menjadi terdiam. Kemudian tantangan di hutan sesungguhnya pun dimulai. Mereka membutuhkan waktu lebih daripada dua jam, sejak mereka pertama kali melihat bukit itu hingga ke saat mereka sampai di belakang istal. Gerakan mereka sejenis gerakan yang tidak bisa digambarkan secara layak kecuali dituliskan dalam berlembar-lembar halaman. Perjalanan dari setiap tempat perlindungan hingga ke perlindungan berikutnya masing-masing merupakan petualangan, dan ada banyak penantian di antaranya, dan beberapa dugaan akan bahaya yang keliru. Kalau kau pramuka atau penunjuk jalan yang baik, kau pasti sudah tahu bagaimana keadaannya. Pada saat matahari terbenam mereka semua aman di rumpunan pohon holly sekitar tiga belas meter di belakang istal. Mereka semua mengunyah beberapa potong biskuit dan berbaring. Sekarang tibalah bagian yang terburuk, menunggu. Untungnya bagi anak-anak, mereka sempat tertidur selama dua jam, tapi tentu saja terbangun ketika malam menjadi lebih dingin, dan yang terburuk, terbangun haus dan 89 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
tanpa kesempatan mencari minum. Puzzle hanya berdiri, tubuhnya sedikit gemetar karena gugup, dan tidak mengatakan apa-apa. Tapi Tirian, dengan kepala menempel pada pinggang Jewel, tertidur nyenyak seolah dia berada di tempat tidur kerajaannya di Cair Paravel, hingga suara gong ditabuh membangunkannya, dia Pun bangkit dan melihat ada api unggun di ujung jauh istal dan tahu waktunya telah tiba. "Kecuplah aku, jewel," katanya. "Karena ini pasti akan menjadi malam terakhir kita di bumi. Dan kalau aku pernah menyinggungmu dalam salah apa pun, berat maupun ringan, maafkan aku sekarang." "Yang Mulia Raja," kata si unicorn, "aku hampir berharap kau telah melakukan itu, supaya aku bisa memaafkanmu. Selamat tinggal. Kita telah mengalami masa-masa indah bersama. Kalau Aslan memberiku kesempatan memilih, aku akan memilih kembali hidup yang telah aku jalani dan kematian yang menyongsongku sekarang." Kemudian mereka membangunkan Farsight, yang tertidur dengan kepala di bawah sayapnya (ini membuatnya kelihatan seolah dia tidak punya kepala), dan merangkak maju menuju Istal. Mereka meninggalkan Puzzle (tidak tanpa kata-kata baik, karena kini tidak ada yang marah kepadanya) tepat di belakang istal, memberitahunya jangan bergerak hingga seseorang datang menjemputnya, dan mengambil posisi masing-masing pada salah satu ujung istal. Api unggun belum dinyalakan terlalu lama dan baru mulai membakar tinggi. Api hanyalah berjarak beberapa meter dari mereka, dan kerumunan besar makhluk Narnia berada di sisi lainnya, sehingga Tirian awalnya tidak bisa melihat mereka cukup jelas, walaupun tentu saja dia melihat lusinan mata yang bersinar karena bayangan api, seperti ketika kau melihat mata kelinci atau kucing saat disinari lampu mobil. Dan tepat pada saat Tirian mengambil posisi, gong berhenti dibunyikan dan dari suatu tempat di sebelah kirinya tiga sosok 90 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
muncul. Sosok pertama adalah Rishda Tarkaan si Kapten Calormen, sosok kedua adalah si kera. Dia memegang tangan si Tarkaan dengan satu tapak dan terusmenerus merintih dan bergumam, "Jangan terlalu cepat, pelan-pelan, aku benar-benar tidak sehat. Oh, kepalaku yang malang! Pertemuanpertemuan tengah malam ini telah menjadi terlalu berat untukku. Kera tidaklah diciptakan untuk terbangun di malam hari. Aku kan bukan tikus atau kelelawar-oh, kepalaku yang malang." Di sisi lain si kera, berjalan tanpa suara dan anggun, dengan ekor terangkat ke udara, tampak Ginger si kucing. Mereka menuju api unggun dan begitu dekat dengan Tirian sehingga mereka bakal langsung bisa melihatnya kalau mereka berjalan ke arah yang benar. Untungnya itu tidak terjadi. Tapi Tirian mendengar Rishda berkata pada Ginger dengan suara pelan: "Sekarang, Kucing, pergi ke posisimu. Lakukan peranmu dengan baik." "Meong, meong. Percayalah kepadaku!" kata Ginger. Kemudian dia melangkah menjauhi api unggun dan duduk di barisan depan para Hewan yang sudah berkumpul: kau bisa bilang bergabung dengan para penonton. Karena kenyataannya, ketika terjadi, seluruh peristiwa itu seperti pementasan teater. Kerumunan warga Narnia seperti para penonton yang duduk; tempat berumput sempit di depan istal, tempat api unggun dinyalakan dan si kera juga si kapten berdiri untuk berbicara kepada kerumunan, seperti panggung; istal itu sendiri seperti layar pemandangan di latar belakang panggung; dan Tirian serta teman-temannya seperti orangorang yang mengintip dari belakang layar pemandangan. Posisinya strategis sekali. Kalau ada di antara mereka yang maju sehingga terkena cahaya api unggun penuh, semua pasang mata akan langsung terpaku kepada siapa pun itu: di pihak lain, selama mereka 91 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
berdiri di dalam bayang-bayang dinding belakang istal, perbandingannya seratus banding satu mereka tidak akan terlihat. Rishda Tarkaan menyeret si kera hingga mendekati api. Keduanya berputar untuk menghadapi kerumunan, dan ini tentu saja berarti punggung mereka menghadap Tirian dan kawan-kawannya. "Sekarang, Monyet," kata Rishda Tarkaan dengan suara pelan. "Ucapkan kata-kata yang telah dipikirkan kepala yang lebih bijak itu oleh mulutmu. Dan angkat kepala." Ketika berbicara dia sedikit menendang atau mendorong si kera dari belakang dengan ujung kakinya. "Jangan ganggu aku," gumam Shift. Tapi dia duduk lebih tegak dan mulai berkata, dengan suara yang lebih keras-"Sekarang dengarkan, kalian semua. Telah terjadi sesuatu yang buruk. Hal yang kejam. Hal terkejam yang pernah terjadi di Narnia. Dan Aslan-" "Tashlan, bodoh," bisik Rishda Tarkaan. "Tashlan, maksudku, tentu saja," kata si kera, "sangatlah murka karena ini." Merebak kesunyian mencekam sementara para Hewan menunggu mendengar masalah baru apa lagi yang menanti mereka. Kelompok kecil di dinding belakang istal juga menahan napas. Apa lagi yang akan terjadi sekarang? "Benar," kata si kera. "Pada saat ini juga, ketika Yang Menakutkan sendiri ada di tengah kita-di sana di istal di belakangku-seekor hewan jahat telah memutuskan melakukan sesuatu yang kalian kira tidak akan berani dilakukan siapa pun bahkan walaupun Dia berada seribu mil jauhnya. Hewan ini telah memakaikan kulit singa pada dirinya dan berkeliaran di hutan ini, berpura-pura menjadi Aslan."
92 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Jill bertanya-tanya selama sesaat apakah si kera telah gila. Apakah dia akan mengungkapkan seluruh kebenarannya? Erangan ketakutan dan kemarahan dikeluarkan para Hewan. "Grrr!" terdengar geraman. "Siapa dia? Di mana dia? Biarkan aku mencabiknya dengan gigiku!" "Dia terlihat kemarin malam," teriak si kera, "tapi dia telah melarikan diri. Dia seekor keledai! Keledai biasa yang menyedihkan! Kalau salah satu dari kalian melihat keledai itu-" "Grrr!" geram para hewan. "Tentu, tentu. Sebaiknya dia tidak muncul di hadapan kami." Jill menatap sang raja. Mulut Tirian terbuka dan wajahnya penuh kengerian. Kemudian dia mengerti kecurangan licik rencana musuh. Dengan mencampurkan sedikit kebenaran bersama kebohongan mereka telah membuat tipuan mereka menjadi lebih kuat. Apa gunanya, sekarang, memberitahu para Hewan bahwa ada keledai yang berpenampilan seperti singa untuk menipu mereka? Si kera hanya bakal perlu berkata, "Itulah yang baru saja kukatakan." Apa gunanya menunjukkan Puzzle dengan kulit singanya? Mereka hanya akan menyerangnya. "Dan matilah angin di layar kita," bisik Eustace. "Tanah telah dirampas dari kaki kita," kata Tirian. "Terkutuk, terkutuklah kelicikan ini!" kata Poggin. "Aku berani bersumpah kebohongan baru ini hasil pemikiran Ginger." ***
93 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB SEPULUH Siapa yang Akan Pergi ke Istal?
Jill merasakan sesuatu menggelitiki telinganya. Ternyata jewel si unicorn, berbisik kepadanya dengan mulut kuda yang lebar. Segera setelah mendengar kata-kata jewel, dia mengangguk dan berjingkat pergi ke tempat Puzzle berdiri. Dengan cepat dan tanpa suara, dia memotong tali terakhir yang mengikat kulit singa ke keledai itu. Tidak akan ada gunanya bila dia ditangkap dengan mengenakan itu, setelah kata-kata Kera tadi! Jill ingin menyembunyikan kulit itu di suatu tempat yang sangat jauh, tapi kulit tersebut terlalu berat. Tindakan terbaik yang bisa dilakukannya adalah menendangnya ke tengah sesemakan yang paling lebat. Kemudian dia memberikan sinyalsinyal kepada Puzzle untuk mengikutinya dan mereka berdua bergabung dengan yang lain. Si kera sedang berbicara lagi. "Dan setelah kejadian buruk seperti itu, Aslan-Tashlan menjadi lebih murka daripada sebelumnya. Dia berkata dia telah bersikap terlalu baik pada kalian, keluar setiap malam agar kalian bisa melihatnya! Nah, dia tidak akan keluar lagi." Lolongan, meongan, cicitan, dan geraman terdengar sebagai reaksi para Hewan terhadap berita ini, tapi mendadak suara yang sangat berbeda terdengar bersama tawa keras. "Dengarkan kata-kata si monyet," teriaknya. "Kita tahu kenapa dia tidak akan mengeluarkan Aslan-nya yang tersayang. Aku akan memberitahu kalian sebabnya: karena Aslan-nya tidak ada. Dia tidak pernah memiliki apa pun kecuali keledai tua dengan kulit singa di punggungnya. Sekarang dia kehilangan itu dan tidak tahu harus bagaimana." Tirian tidak bisa melihat wajah-wajah di sisi lain api unggun dengan jelas, tapi dia menebak itu suara Griffle si Pemimpin Dwarf. Dan dia 94 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
cukup yakin akan soal ini ketika, sedetik kemudian, seluruh suara dwarf mendukungnya, bernyanyi: "Tidak tahu harus bagaimana! Tidak tahu harus bagaimana! Tidak tahu harus bagaimana-a-a!" "Diam!" bentak Rishda Tarkaan. "Diam, anak-anak lumpur! Dengarkan aku, warga Narnia yang lain, kalau tidak aku akan memberikan perintah kepada para pejuangku untuk menertibkan kalian dengan ujung pedang. Lord Shift telah memberitahu kalian tentang keledai penipu itu. Apakah kalian pikir, karena keledai itu maka tidak ada Tashlan sungguhan di dalam istal? Apakah begitu? Berhati-hatilah, berhati-hatilah!" "Tidak, bukan," teriak sebagian besar makhluk. Tapi si dwarf berkata, "Memang begitu, Kulit Gelap, kau benar. Ayolah, Monyet, tunjukkan kepada kami apa yang ada di istal, kami akan percaya setelah melihat dengan mata kepala sendiri." Ketika selanjutnya keheningan merebak, si kera berkata, "Kalian para dwarf mengira kalian begitu pintar, ya kan? Tapi tunggu dulu. Aku tidak pernah berkata kau tidak bisa melihat Tashlan. Siapa pun yang ingin, bisa melihatnya." Seluruh hadirin terdiam. Kemudian, setelah nyaris satu menit, Beruang mulai berbicara dengan suara pelan dan kebingungan: "Aku tidak terlalu mengerti semua ini," dia menggumam, "kukira kau bilang-" "Kaukira!" ulang si kera. "Seolah ada yang bisa menyebut apa yang sedang terjadi di dalam kepalamu berpikir. Dengarkan, kalian semua. Semua orang bisa melihat Tashlan. Tapi dia tidak mau keluar. Kalian harus masuk dan melihatnya." "Oh, terima kasih, terima kasih, terima kasih," kata lusinan suara. "Itulah yang kami inginkan! Supaya kami bisa masuk dan bertatapan
95 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dengannya. Dan sekarang dia akan berbaik hati dan semuanya akan kembali seperti dulu lagi." Burung-burung berceloteh, dan para Anjing menggonggong penuh semangat. Lalu mendadak, terjadi kehebohan besar dan terdengar suara para makhluk bangkit berdiri, sedetik kemudian mereka akan berbondong-bondong bergegas maju dan berusaha masuk ke pintu istal secara bersama-sama. Tapi si kera berteriak, "Mundur! Diam! Tunggu dulu." Para Hewan berhenti, banyak di antara mereka dengan satu kaki terangkat di udara, banyak di antara mereka dengan ekor bergoyanggoyang, dan semuanya dengan kepala menoleh ke satu arah. "Bukankah kau berkata," Beruang mulai berkata, tapi Shift memotong. "Siapa pun boleh masuk," katanya. "Tapi satu demi satu. Siapa yang akan masuk pertama kali? Dia tidak berkata dia sedang merasa berbaik hati. Dia jadi sering menjilati bibirnya sejak dia menelan Raja yang pembelot malam lalu. Pagi ini dia banyak menggeram. Aku sendiri tidak akan berminat masuk ke istal malam ini. Tapi terserah kalian. Siapa yang mau masuk duluan? Jangan salahkan aku kalau dia menelan kalian bulatbulat atau mencerai berai diri kalian menjadi serpihan-serpihan kecil hanya dengan teror matanya. Itu masalah kalian. Nah sekarang! Siapa yang akan duluan? Bagaimana kalau salah satu dwarf kalian?" "Konyol sekali, masuk dan terbunuh!" cemooh Griffle. "Bagaimana kami bisa tahu apa yang kau simpan di dalam sana?" "Ho-ho!" teriak si kera. "Jadi kau mulai berpikir memang ada sesuatu di dalam sana, hah? Nah, kalian para Hewan mengeluarkan begitu banyak suara semenit lalu. Kenapa kalian semua diam sekarang? Siapa yang akan pergi duluan?" 96 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tapi para Hewan hanya berdiri berpandangan dan mulai mundur menjauhi istal. Sangat sedikit ekor yang bergoyang-goyang sekarang. Si kera berjalan pelan bolak-balik sambil meledek mereka. "Ho-hoho!" dia terkekeh. "Kukira kalian semua sangat bersemangat bertatapan langsung dengan Tashlan! Kalian berubah pikiran, hah? Tirian menelengkan kepala untuk mendengar sesuatu yang berusaha dibisikkan Jill ke telinganya. "Menurutmu apa yang sebenarnya ada di dalam istal?" tanyanya. "Siapa yang tahu?" kata Tirian. "Kemungkinan besar dua Calormen dengan pedang terhunus di masingmasing sisi pintu." "Kau tidak berpikir," kata Jill, "mungkin yang ada di sana--kau tahu, kan--makhluk mengerikan yang pernah kita lihat itu?" "Tash sendiri?" bisik Tirian. "Tidak bisa dipastikan. Tapi beranikan dirimu, Nak, kita semua berada di antara cakar Aslan asli." Kemudian kejadian yang sangat mengejutkan terjadi. Ginger si kucing berkata dengan suara tenang dan jelas, sama sekali tidak terdengar penuh emosi, "Aku akan masuk, kalau kalian mau." Setiap makhluk menoleh dan memandangi Kucing itu lekat-lekat. "Perhatikan kelicikan mereka, Sire," kata Poggin kepada sang raja. "Kucing terkutuk itu terlibat dalam rencana jahat ini, di tengahtengahnya. Aku berani bertaruh apa pun yang berada di dalam istal tidak akan menyakitinya. Kemudian Ginger akan keluar lagi dan berkata telah melihat keajaiban." Tapi Tirian tidak mendapat kesempatan menanggapi ini si kera sudah memanggil si kucing untuk maju. "Ho-ho!" kata si kera. "Jadi kau, kucing Yang bersemangat, akan bertatapan langsung dengan Dia. Silakan saja, kalau begitu! Aku akan membuka pintunya untukmu. 97 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Jangan salahkan aku kalau Dia membuatmu ngeri sehingga kumismu copot. Itu masalahmu sendiri." Lalu Kucing itu bangkit dan bergerak dari posisinya di dalam kerumunan, berjalan anggun dan penuh kebanggaan, dengan ekor terangkat, tidak selembar bulu pun di tubuhnya yang halus dan mengilap berada di tempat yang salah. Ginger berjalan hingga melewati api unggun dan begitu dekat sehingga Tirian, dari tempatnya berdiri dengan bahu bersandar di dinding belakang istal, bisa melihat tepat ke wajahnya. Mata hijau besarnya tidak berkedip. "Setenang nyiur melambai," gumam Eustace. "Dia tahu tidak ada yang perlu ditakutinya." Si kera, terkekeh dan menampilkan ekspresi aneh, bergerak menyeberang hingga berada di samping si kucing, mengangkat tangannya, menarik palang kayu, dan membuka pintu. Tirian berpikir dia bisa mendengar si kucing mendengkur saat dia berjalan masuk ke ambang pintu yang gelap. "Aii-aii-aouwii!-" Jeritan paling mengerikan yang pernah kaudengar membuat semua makhluk tersentak. Kalau kau pernah terbangun karena kucing berkelahi atau berkasih-kasihan di atap di tengah malam, kau pasti tahu bagaimana suaranya. Suara kali ini lebih buruk. Si kera terdorong hingga terjatuh oleh Ginger yang melompat keluar dari istal dengan kecepatan penuh. Kalau kau belum pernah melihat Kucing itu, kau mungkin akan mengira dia kilat berwarna oranye. Dia melesat melintasi rerumputan terbuka, kembali ke tengah kerumunan. Tidak ada yang mau menemui seekor kucing yang berada dalam keadaan seperti itu. Kau bisa melihat para hewan menyingkir dan dirinya ke kiri dan ke kanan. Dia berlari memanjat pohon, memutarinya dengan cepat, dan menjulurkan kepala ke arah bawah. Bulu-bulu ekornya berdiri sampai nyaris setebal seluruh tubuhnya,
98 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
matanya seperti api hijau sebesar piring, di sepanjang punggungnya setiap bulu juga berdiri tegak. "Aku akan memberikan janggutku," bisik Poggin, "untuk mengetahui apakah hewan licik itu hanya bersandiwara atau apakah dia telah melihat sesuatu di dalam sana yang menakutinya!" "Tenang dulu, teman," kata Tirian, karena si kapten dan si kera juga sedang berbisik-bisik dan dia ingin mendengar apa yang mereka bicarakan. Tirian tidak berhasil, dia hanya mendengar si kera sekali lagi mengeluh, "Kepalaku, kepalaku," tapi dia menduga makhluk itu juga sama herannya dengan tingkah laku Kucing tersebut, seperti dirinya. "Sekarang Ginger," kata Kapten. "Tenangkan dirimu. Beritahu mereka apa yang telah kaulihat." "Aii-Aii-Aauw-Awah," teriak si kucing. "Bukankah kau Hewan yang Bisa Berbicara?" kata si kapten. "Kendalikan suara-suara tak jelasmu dan bicaralah." Yang mengikuti kata-kata ini cukup mengerikan. Tirian merasa sangat yakin (begitu juga yang lain) bahwa Kucing itu berusaha mengatakan sesuatu, tapi yang keluar dari mulutnya hanya suarasuara khas kucing biasa yang menyebaikan yang bisa kaudengar keluar dari mulut kucing marah atau takut mana pun di halaman belakang Inggris. Dan semakin lama dia bersuara, semakin dia tidak tampak seperti Hewan yang Bisa Berbicara. Erangan gelisah dan pekikan tajam pelan terdengar dari kerumunan Hewan. "Lihat, lihat!" kata suara Beruang. "Dia tidak bisa berbicara. Dia telah lupa caranya berbicara! Dia telah kembali menjadi hewan yang bodoh. Lihat wajahnya." Semua makhluk melihat ini memang benar. Kemudian ketakutan terbesar menyebar di kalangan warga Narnia.
99 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Karena setiap makhluk Narnia telah diajarkan-ketika mereka masih kanak-kanak -- bagaimana Aslan di permulaan penciptaan dunia telah mengubah para hewan Narnia menjadi Hewan yang Bisa Berbicara dan memperingatkan mereka bahwa kalau mereka bersikap tidak baik, suatu hari mereka akan kembali seperti dulu dan menjadi hewanhewan tidak berakal yang malang yang biasa ditemukan di negerinegeri lain. "Dan kini hukuman ini akan mendatangi kita," mereka mengerang. "Ampun! Ampun!" erang para hewan. "Lindungi kami, Lord Shift, jadilah jembatan antara kami dan Aslan, kau harus selalu masuk dan berbicara padanya untuk kami. Kami tidak berani, tidak berani." Ginger menghilang lebih jauh ke atas pohon. Tidak ada yang pernah melihatnya lagi. Tirian berdiri dengan tangan di gagang pedang dan kepalanya menunduk. Dia terpesona pada segala horor yang dibawa malam itu. Terkadang dia berpikir akan jadi tindakan yang terbaik untuk segera menghunus pedang dan menyerbu orang-orang Calormen itu, namun di detik berikutnya dia berpikir akan lebih bijaksana untuk menunggu dan melihat perkembangan baru apa yang akan dialami permasalahan ini. Dan kini perkembangan baru telah tiba. "Ayahku," terdengar suara keras dan jelas dari sebelah kiri kerumunan. Tirian langsung tahu salah satu orang Calormen-lah yang berbicara, karena dalam pasukan Tisroc, prajurit terbiasa memanggil perwira "Tuanku" tapi para perwira memanggil perwira senior mereka "Ayahku". Jill dan Eustace tidak tahu soal ini tapi, setelah menengok ke sana kemari, mereka lihat si pembicara, karena tentu saja orangorang di sebelah pinggir kerumunan lebih mudah dilihat daripada yang berada di tengah, tempat kobaran api membuat semua yang berada di belakangnya agak hitam. Pria itu muda, tinggi, dan langsing, dan 100 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
bahkan agak tampan dengan kulit gelap dan keangkuhan khas bangsa Calormen. "Ayahku," katanya kepada Kapten, "aku juga ingin mencoba masuk." "Diamlah, Emeth," kata Kapten. "Siapa yang menyuruhmu bicara? Apakah patut anak muda berbicara tanpa diminta?" "Ayahku," kata Emeth. "Aku memang lebih belia daripadamu, namun dalam diriku juga mengalir darah Tarkaan yang sama seperti dalam tubuhmu, aku juga hamba Tash. Karena itu'' "Diam," kata Rishda Tarkaan. "Bukankah aku kaptenmu? Istal itu bukan urusanmu. Istal itu untuk warga Narnia." "Tidak, ayahku," ucap Emeth. "Kau telah berkata Aslan mereka dan Tash kita adalah satu. Dan jika itu memang kebenaran, kalau begitu Tash sendiri ada di dalam sana. Dan bagaimana kau bisa berkata Dia bukan urusanku? Karena aku rela mati seribu kali kalau aku bisa melihat wajah Tash meski barang sekali." "Kau seorang bodoh yang tidak mengerti apa pun," kata Rishda Tarkaan. "Kau akan mendapat masalah besar." Wajah Emeth menjadi tegas. "Jadi apakah tidak benar bahwa Tash dan Aslan adalah satu?" tanyanya. "Apakah si kera telah berbohong pada kita?" "Tentu saja mereka adalah satu," jawab si kera. "Bersumpahlah, Kera," kata Emeth. "Oh, ya ampun!" keluh Shift. "Kalau saja kalian mau berhenti menggangguku. Kepalaku sakit sekali. Baiklah, baiklah, aku bersumpah." 101 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kalau begitu, ayahku," kata Emeth, "aku benar-benar bertekad akan masuk ke sana." "Bodoh," kata Rishda Tarkaan memulai, tapi para dwarf mulai berteriak, "Ayolah, kulit gelap. Kenapa kau tidak membiarkannya? Kenapa kau membiarkan warga Narnia masuk tapi tidak membolehkan orangorangmu sendiri ke sana? Apa yang kausimpan di sana sehingga kau tidak mau orangorangmu sendiri menemuinya?" Tirian dan teman-temannya hanya bisa melihat punggung Rishda Tarkaan, jadi mereka tidak pernah tahu bagaimana wajahnya saat dia mengangkat bahu dan berkata, "Kalian akan menjadi saksi bahwa aku tidak bersalah atas darah pemuda bodoh ini. Masuklah, pemuda ceroboh, dan cepat lakukan." Kemudian, seperti yang telah dilakukan Ginger, Emeth berjalan maju menuju bagian rumput terbuka di antara api unggun dan istal. Matanya bersinar, wajahnya sangat serius, tangannya berada di gagang pedang, dan dia mengangkat kepalanya. Jill ingin menangis ketika melihat wajahnya. Dan jewel berbisik di telinga sang raja, "Demi surai sang singa, aku hampir menyukai pejuang muda ini, walaupun dia seorang Calormen. Dia pantas mendapatkan dewa yang lebih baik daripada Tash." "Aku betul-betul berharap kita tahu apa yang sebenarnya ada di dalam sana," kata Eustace. Emeth membuka pintu dan masuk, ke mulut hitam istal. Dia menutup pintu di belakangnya. Hanya beberapa detik lewat-meski terasa lebih lama daripada itu-sebelum pintu tersebut terbuka lagi. Sosok dengan baju besi Calormen terjatuh keluar, tergeletak telentang, dan berbaring bergeming: pintu tertutup di belakangnya.
102 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Si kapten melompat mendekatinya dan membungkuk untuk menatap wajahnya. Dia bergerak mendadak karena terkejut. Kemudian dia mengendalikan diri dan menghadap para hadirin, berteriak: "Pemuda ceroboh ini telah mendapatkan keinginannya. Dia telah melihat Tash dan mati. Kalian semua harus menjadikan ini peringatan." "Tentu, tentu," kata para Hewan yang malang. Tapi Tirian dan teman-temannya memandangi pemuda Calormen yang meninggal itu kemudian berpandangan. Karena mereka, dengan posisi yang sangat dekat, bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat para hadirin karena berada jauh dan di balik api unggun: pria yang mati itu bukan Emeth. Orang itu sangat berbeda: pria yang lebih tua, lebih berisi dan tidak terlalu tinggi, dengan janggut tebal. "Ho-ho-ho," si kera terkekeh. "Ada lagi? Ada lagi yang mau masuk? Yah, karena kalian semua pemalu, aku akan memilih yang akan masuk berikutnya. Kau, kau Babi Hutan! Ayo maju. Suruh dia maju, para prajurit Calormen. Dia akan bertatap muka dengan Tashlan." "O-o-mph," geram Babi Hutan, bangkit dengan berat hati. "Ayolah, kalau begitu. Coba rasakan taringku." Ketika Tirian melihat Hewan pemberani itu bersiap-siap bertempur untuk mempertahankan nyawa-dan para prajurit Calormen mulai merapat menghampirinya dengan pedang lengkung terhunus-dan tidak ada yang membantunya sesuatu sepertinya meledak dalam dirinya. Dia tidak lagi peduli apakah ini waktu yang terbaik untuk turun tangan atau bukan. "Hunus pedang," dia berbisik kepada yang lain. "Panah pada tali busur. Ikuti aku." Detik berikutnya warga Narnia terkejut melihat tujuh sosok melompat maju ke depan istal, empat di antara mereka mengenakan baju besi berkilauan. 103 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Pedang sang raja memantulkan cahaya api ketika dia mengayunkannya di atas kepala dan berteriak dengan suara keras: "Di sini aku berdiri, Tirian dari Narnia, demi nama Aslan, untuk membuktikan dengan tubuhku bahwa Tash adalah iblis kejam, si kera pengkhianat licik dan orang- orang Calormen ini pantas mati. Datanglah ke sisiku, semua warga Narnia yang setia. Apakah kalian akan menunggu hingga para tuan baru kalian membunuh kalian satu demi satu?" ***
104 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB SEBELAS Langkah Dipercepat
Secepat kilat, Rishda Tarkaan melompat ke belakang agar terhindar dari jangkauan pedang sang raja. Dia bukanlah pengecut, dan akan bertarung sendirian melawan Tirian dan si dwarf bila perlu. Tapi dia tidak bisa menghadapi Elang dan Unicorn sekaligus. Dia tahu bagaimana Elang bisa terbang ke wajahmu, mematuk matamu, dan membutakanmu dengan sayap mereka. Dan dia telah mendengar dari ayahnya (yang pernah menghadapi bangsa Narnia dalam peperangan) bahwa tidak ada manusia, kecuali dengan panah, atau tombak panjang, yang bisa mengalahkan unicorn, karena ketika mereka berdiri dengan kaki belakang sambil menjatuhkan tubuh ke arahmu, kau bakal harus menghadapi kaki, tanduk, dan giginya secara bersamaan. Jadi dia bergegas berlari ke arah kerumunan dan berdiri sambil berteriak: "Berkumpul, berkumpul kemari, para prajurit Tisroc, semoga dia selamanya kekal. Kemari, semua warga Narnia yang setia, bila tidak ingin kemarahan Tashlan jatuh kepadamu!" Sementara ini terjadi, dua peristiwa juga berlangsung pada saat yang sama. Si kera tidak menyadari bahaya yang mengancamnya secepat si Tarkaan. Selama satu detik atau lebih, dia tetap berjongkok di samping api unggun memandangi para pendatang baru. Kemudian Tirian bergegas menghampiri makhluk menyedihkan itu, mengangkatnya dengan mencengkeram punggung lehernya, dan bergegas kembali ke istal sambil berteriak, "Buka pintunya!" Poggin membukanya. "Pergi dan minumlah racunmu sendiri, Shift!" kata Tirian dan dia melemparkan si kera ke dalam kegelapan. 105 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tapi ketika si dwarf menutup keras pintu itu lagi, cahaya birukehijauan yang membutakan keluar dari dalam istal, bumi bergetar, lalu terdengar suara aneh-kuakan dan teriakan seolah itu suara serak semacam monster burung. Para Hewan mengerang, melolong, dan berteriak, "Tashlan! Sembunyikan kami darinya!" dan banyak yang pingsan dan terjatuh, juga banyak di antara mereka yang menyembunyikan wajah dengan sayap atau cakar kaki. Tidak seorang pun kecuali Farsight si elang, yang memiliki mata terbaik di antara semua makhluk hidup, menyadari ekspresi wajah Rishda Tarkaan pada saat itu. Dan dari apa yang dilihatnya, Farsight langsung tahu Rishda juga sama terkejutnya, dan hampir setakut, semua orang. Itulah orang, pikir Farsight, yang telah memanggil dewa-dewa yang tidak dipercayainya. Bagaimana keadaannya nanti kalau mereka benar-benar datang? Hal ketiga-yang juga terjadi pada waktu yang sama-merupakan satu-satunya hal yang membahagiakan pada saat itu. Setiap Anjing yang Bisa Berbicara dalam pertemuan tersebut (ada sedikitnya lima belas ekor) datang bergabung dan menggonggong penuh semangat di sisi Raja Tirian. Mereka kebanyakan anjing besar dengan bahu kekar dan rahang besar. Kedatangan mereka seperti ombak besar di pantai: ombak yang nyaris mendorongmu jatuh. Karena walaupun mereka Anjing yang Bisa Berbicara, mereka juga punya tingkah laku seperti anjing biasa: dan mereka semua berdiri dengan kaki belakang dan meletakkan kaki depan ke bahu para manusia dan menjllatl wajah mereka, semua berkata bersamaan, "Selamat datang! Selamat datang! Kami akan membantu, kami bantu, bantu, bantu. Tunjukkan bagaimana caranya membantu, tunjukkan bagaimana, bagaimana. Bagaimana-bagaimana-bagaimana?" Kejadian ini begitu indah sehingga bisa membuatmu ingin menangis. Ini, akhirnya, adalah sejenis kejadian yang mereka harapkan. Dan ketika, sedetik kemudian, beberapa hewan kecil (tikus, tikus tanah, 106 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
bajing, dan sejenisnya) datang berlari dengan langkah-langkah kecil, berdecitdecit bahagia, dan berkata, "Lihat, lihat. Kami di sini," dan ketika, setelah itu, Beruang dan Babi Hutan juga datang, Eustace mulai merasa bahwa mungkin ternyata segalanya akan berjalan baik. Tapi Tirian melihat ke sekeliling dan melihat betapa sedikitnya hewan yang pindah. "Kemari! Kemari!" dia berteriak. "Apakah kalian semua telah menjadi pengecut sejak aku menjadi raja kalian?" "Kami tidak berani," rintih lusinan suara. "Tashlan akan marah. Lindungi kami dari Tashlan." "Di mana semua Kuda yang Bisa Berbicara?" kata Tirian kepada Babi Hutan. "Kami melihat mereka, kami melihat mereka," cicit Tikus. "Si kera telah membuat mereka bekerja. Mereka semua diikat-di bawah bukit." "Kalau begitu, kalian para makhluk kecil," kata Tirian, "kalian pengerat, penggerogot, dan penghancur kacang, pergilah secepat kalian bisa berlari dan cari tahu apakah para Kuda berada di pihak kita. Dan kalau memang begitu, gunakan gigi kalian untuk melepas tali-tali yang mengikat mereka dan gerogoti hingga para Kuda bebas dan bawa mereka ke sini." "Dengan itikad baik, Sire," terdengar suara-suara kecil, dan bersama kibasan ekor, kelompok bermata jeli dan bergigi tajam itu berangkat. Tirian tersenyum hanya karena rasa sayang ketika memerhatikan mereka pergi. Tapi waktunya sudah tiba untuk memikirkan halhal lain. Rishda Tarkaan sedang memberikan perintah-perintah. "Maju," katanya. "Sebisa mungkin tangkap mereka hidup-hidup dan lemparkan mereka ke dalam istal, atau desak mereka ke dalam sana. Ketika mereka semua sudah berada di dalam, kita akan membakar istal dan menjadikan mereka persembahan untuk dewa agung Tash."
107 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Hah!" kata Farsight kepada dirinya sendiri. "Jadi inilah cara yang akan digunakannya dengan harapan mendapatkan maaf Tash karena ketidakyakinannya." Barisan musuh-sekitar setengah kekuatan Rishda-kini mulai berjalan maju, dan Tirian nyaris tidak memiliki waktu untuk memberikan perintah. "Ke kiri, Jill, dan berusahalah menembak sebanyak mungkin sebelum mereka mencapai kita. Babi Hutan dan Beruang ambil posisi di sampingnya. Poggin pada sebelah kiriku, Eustace kanan. Ambil sayap kanan, jewel. Bantu dia, Puzzle, dan gunakan kaki-kakimu. Melayang dan menyerang, Farsight. Kalian para Anjing, tetaplah di belakang. Masuk ke antara mereka ketika perang dengan pedang sudah dimulai. Aslan akan membantu kita!" Eustace berdiri dengan hati berdebar kencang, berharap dan berharap dia akan merasa berani. Dia belum pernah melihat apa pun (walaupun dia sudah pernah melihat naga dan ular laut raksasa) yang bisa membuat darahnya terasa begitu dingin seperti barisan pria berwajah gelap dan bermata berkilau itu. Ada lima belas orang Calormen, Banteng yang Bisa Berbicara Narnia, Slinkey si rubah, dan Wraggle si satyr-dewa hutan. Kemudian dia mendengar suara dentingan tali busur dan lesatan anak panah di sebelah kirinya, lalu satu Calormen terjatuh, kemudian dentingan dan lesatan lagi lalu si satyr tergeletak. "Oh, bagus sekali, putri Hawa!" terdengar suara Tirian, kemudian musuh mencapai mereka. Eustace tidak pernah ingat apa yang terjadi dalam dua menit berikutnya. Semua seperti mimpi (sejenis mimpi yang biasa kaualami ketika suhu tubuhmu lebih dari tiga puluh tujuh derajat celsius) sampai dia mendengar suara Rishda Tarkaan berteriak dari kejauhan: "Mundur. Pergi ke belakang dan bentuk ulang barisan." Kemudian Eustace kembali kepada kesadarannya dan melihat pasukan Calormen berlari mundur untuk bergabung dengan teman108 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
temannya. Tapi tidak semua. Dua orang terbaring mati, tertusuk tanduk jewel, satu karena pedang Tirian. Si rubah tergeletak mati di dekat kakinya sendiri, dan dia bertanyatanya apakah dia yang telah membunuhnya. Si banteng juga terjatuh, matanya tertusuk panah Jill dan sisi tubuhnya terhunjam taring Babi Hutan. Tapi pihak kita juga mengalami kehilangan. Tiga anjing terbunuh dan yang keempat tertatihtatih di belakang barisan dengan tiga kaki dan merintih. Beruang berbaring di tanah, bergerak lemah. Kemudian Beruang itu bergumam dengan suara seraknya, kebingungan hingga akhir, "Akuaku tidak-mengerti," membaringkan kepala besarnya ke rumput tanpa suara seperti anak yang akan tidur, lalu tidak pernah bergerak lagi. Bahkan sebenarnya, penyerangan pertama telah gagal. Eustace tampaknya tidak mampu merasa lega soal ini: dia haus sekali dan lengannya terasa sangat nyeri. Ketika para orang Calormen yang terkalahkan mundur ke pemimpinnya, para dwarf mulai meledek mereka. "Sudah cukup, Kulit Gelap?" mereka berteriak. "Tidakkah kalian menyukainya? Kenapa Tarkaan hebatmu tidak maju dan bertarung sendiri, bukannya mengirimkan kalian untuk dibunuh? Para kulit gelap yang malang!" "Dwarf!" teriak Tirian. "Kemarilah dan gunakan pedang kalian, bukan lidah. Masih ada waktu. Para dwarf Narnia! Kalian bisa bertarung dengan baik, aku tahu itu. Kembalilah kepada kesetiaan kalian." "Huh!" cemooh para dwarf. "Lupakan saja. Kau sama banyak bicaranya seperti yang lain. Kami tidak menginginkan raja mana pun. Bangsa dwarf adalah untuk bangsa dwarf. Huu!" Kemudian bunyi genderang dimulai: bukan genderang dwarf kali ini, melainkan genderang besar Calormen yang terbuat dari kulit kerbau. Sejak pertama, anak-anak langsung membenci bunyinya. Bumbum109 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
ba-ba-bum, begitu bunyinya. Tapi mereka akan lebih membencinya kalau mereka tahu apa arti tabuhan itu. Tirian tahu. Itu berarti ada pasukan Calormen lain di suatu tempat tidak jauh dari sana dan bahwa Rishda Tarkaan sedang memanggil mereka untuk meminta bantuan. Tirian dan jewel berpandangan sedih. Mereka baru mulai berharap mereka mungkin bisa menang malam itu: tapi semuanya akan berakhir untuk mereka bila musuh-musuh baru muncul. Tirian memandang ke sekitarnya dengan putus asa. Beberapa Narnia berdiri bersama pasukan Calormen, entah apakah karena pengkhianatan atau karena benar-benar takut pada "Tashlan". Warga Narnia yang lain duduk bergeming, memandang, tidak tertarik bergabung dengan pihak mana pun. Tapi kini lebih sedikit hewan yang tertinggal: kerumunan menipis. Jelas sekali, beberapa di antara mereka telah menyelinap pergi pada saat pertempuran berlangsung. Bum-bum-ba-ba-bum, genderang mengerikan itu terus ditabuh. Kemudian suara lain untuk bergabung dengannya. "Dengar!" kata Jewel, kemudian, "Lihat!" kata Farsight. Sedetik kemudian tidak diragukan lagi apa yang datang. Bersama entakan langkah kaki, kepala dikibaskan, lubang hidung melebar, dan surai melambai, lebih dari dua puluh Kuda yang Bisa Berbicara Narnia datang menyerbu dari bukit. Para hewan pengerat dan penggerogot telah melakukan tugas mereka. Poggin si dwarf dan anak-anak membuka mulut untuk bersorak tapi sorakan itu tidak pernah disuarakan. Mendadak udara dipenuhi suara tarikan tali busur dan desisan panah. Para dwarf-lah yang menembakkan panah dan selama sesaat Jill nyaris tidak bisa memercayai matanya-mereka menembaki para Kuda. Bangsa dwarf merupakan pemanah ulung. Kuda demi Kuda berjatuhan. Tidak satu pun Hewan agung itu berhasil mencapai Raja. 110 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Pengacau kecil!" pekik Eustace, melompat-lompat marah. "Pengkhianat kecil yang kotor dan jahat." Bahkan jewel pun berkata, "Bolehkah aku menyerang para dwarf itu, Sire, dan menusuk sepuluh di antara mereka pada setiap lompatan?" Tapi Tirian berkata dengan wajah sekaku batu, "Tetaplah di tempatmu, Jewel. Kalau kau harus menangis, Sayang," (kata-kata ini ditujukan kepada Jill), "tolehkan kepalamu ke samping dan pastikan kau tidak membasahi tali busurmu. Dan tenanglah, Eustace. Jangan mengomel, seperti pelayan dapur. Tidak ada kesatria yang mengomel. Kata-kata mulia atau serangan ampuh merupakan satu-satunya bahasa yang mereka kenal." Tapi si dwarf balik meledek Eustace. "Kau terkejut melihatnya kan, anak kecil? Kau mengira kami berada di pihakmu, kan? Jangan khawatir. Kami tidak menginginkan Kuda yang Bisa berbicara. Kami tidak mau kalian menang, seperti kami tidak ingin mereka menang. Kau tidak bisa mengajak kami. Bangsa dwarf adalah untuk bangsa dwarf." Rishda Tarkaan masih berbicara dengan para prajuritnya, tidak perlu diragukan sedang membuat rencana penyerangan berikutnya dan mungkin menyesali kenapa dia tidak mengerahkan seluruh kekuatannya pada penyerangan pertama. Genderang ditabuh. Kemudian, bersama rasa horor, Tirian dan teman-temannya mendengar, samar dan jauh seolah berasal dari suatu tempat jauh sekali, bunyi genderang balasan. Pasukan Calormen lain telah mendengar sinyal Rishda dan akan datang untuk mendukungnya. Kau tidak akan menduga Tirian kini sama sekali telah kehilangan harapan dengan melihat wajahnya. "Dengar," dia berbisik dengan nada langsungke-inti-permasalahan, "kita harus menyerang sekarang, sebelum para penjahat itu diperkuat teman-temannya yang datang dari jauh." 111 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Coba pertimbangkan lagi, Sire," kata Poggin, "di belakang kita kini ada tembok kayu tebal istal. Kalau kita maju, bukankah kita akan dengan mudah dikepung dan menerima serangan pedang dari segala arah?" "Aku juga berpendapat sama, Dwarf," kata Tirian, "kalau saja rencana mereka bukan untuk memaksa kita masuk ke istal. Semakin jauh kita dari pintunya yang mematikan, semakin baik." "Sang raja benar," kata Fairsight. "Jauh dari istal terkutuk ini dan iblis apa pun yang berada di dalamnya, apa pun yang terjadi." "Ya, aku setuju," kata Eustace. "Aku bahkan mulai membenci melihatnya." "Bagus," kata Tirian. "Sekarang lihat lebih jauh ke arah kiri kita. Kau akan melihat batu besar yang bersinar putih seperti marmer dalam sinar api unggun. Pertama kita akan menyerang pasukan Calormen dengan kekuatan penuh. Kau, gadis kecil, akan bergerak ke sebelah kiri kita sambil menembak secepat yang kau bisa ke arah mereka, dan kau, Elang, terbanglah ke wajah mereka dari sebelah kanan. Sementara itu kami akan menyerang dari depan. Ketika kita sudah sangat dekat dengan mereka, Jill, sehingga kau tidak bisa lagi memanah mereka karena khawatir malah mengenai kami, mundurlah ke batu putih dan tunggu di sana. Yang lain, tajamkan pendengaran kalian selama pertempuran. Kita harus membuat mereka terdesak dalam hitungan menit atau tidak sama sekali, karena jumlah kita lebih sedikit daripada mereka. Segera setelah aku berteriak Mundur, semua bergegas menyusul Jill di batu putih, di sana kita akan mendapatkan perlindungan dari belakang dan bisa bernapas sebentar. Sekarang, majulah, Jill." Merasa teramat sendirian, Jill berlari sekitar enam meter, meletakkan kaki kanannya ke belakang dan kaki kirinya ke depan, lalu memasang 112 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
panah di tali busurnya. Dia berdoa tangannya tidak gemetaran sehebat itu. "Benar-benar tembakan yang payah!" katanya ketika panah pertamanya melesat ke arah musuh dan terbang melewati kepala mereka. Tapi dia langsung memasang panah lagi di busurnya, dia tahu kecepatanlah yang terpenting saat ini. Dia melihat sesuatu yang besar dan hitam berkelebat ke wajah-wajah orang Calormen. Itu Farsight. Pertama satu orang, kemudian satu lagi, menjatuhkan pedangnya dan mengangkat kedua tangan untuk menjaga mata mereka. Lalu salah satu panah Jill sendiri menusuk seorang prajurit, dan satu lagi menghunjam serigala Narnia, yang tampaknya telah bergabung dengan musuh. Tapi dia baru menembak beberapa detik ketika harus berhenti. Bersamaan dengan ayunan pedang, taring Babi Hutan, dan tanduk Jewel, juga gonggongan dalam para anjing, Tirian dan pasukannya menyerbu maju musuhnya, seperti orang-orang dalam perlombaan lari seratus meter. Jill heran melihat betapa tidak siapnya pasukan Calormen. Dia tidak menyadari ini merupakan akibat serangannya dan sang elang. Hanya sedikit pasukan yang bisa melihat dengan baik ke depan bila mereka dihujani panah dan satu sisi dan dipatuki elang dari sisi lain. "Oh, bagus sekali. Bagus sekali!" teriak Jill. Pasukan Raja memecah belah pasukan musuh. Si unicorn melemparkan orang-orang seperti kau melemparkan jerami dengan garpu jerami, Bahkan Eustace tampak bagi Jill (yang bagaimanapun tidak tahu banyak tentang keahlian berpedang) bertarung dengan sangat hebat. Para Anjing menyerang leher para prajurit Calormen. Penyerangan ini akan berhasil.
113 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Akhirnya kemenangan akan Bersama rasa shock yang dingin dan mengerikan, Jill menyadari sesuatu yang aneh. Walaupun Calormen berjatuhan pada setiap ayunan pedang Narnia, jumlah mereka tampaknya tidak pernah berkurang. Bahkan, jumlah mereka tampaknya menjadi lebih banyak sekarang daripada ketika pertarungan dimulai. Mereka bertambah banyak setiap detiknya. Mereka tersebar di berbagai sisi. Tampak orang-orang Calormen baru. Orang-orang baru ini membawa tombak. Ada begitu banyak warga bangsa ini sehingga Jill nyaris tidak bisa melihat teman-temannya. Kemudian dia mendengar suara Tirian berteriak: "Mundur! Ke batu!" Pasukan musuh telah mendapat bantuan. Genderang telah menjalankan tugasnya dengan baik. ***
114 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB DUA BELAS Melewati Pintu Istal
Jill seharusnya sudah berada di belakang di batu putih, tapi dia melupakan bagian perintah untuknya ini karena terlalu bersemangat mengamati peperangan. Kini dia mengingatnya. Dia langsung berbalik dan berlari menuju batu itu, dan tiba di sana tak lebih dari sedetik sebelum yang lain menyusul. Hal yang sama pun terjadi pada mereka semua, untuk sesaat punggung mereka menghadap pasukan musuh. Mereka semua berbalik segera setelah mereka mencapai batu. Pemandangan mengerikan menyambut mereka. Seorang Calormen sedang berlari ke pintu istal membawa sesuatu yang menendang dan meronta. Ketika pria itu berada di antara pasukan Tirian dan api unggun, mereka bisa melihat dengan jelas sosok si pria dan sosok yang digendongnya. Itu Eustace. Tirian dan si unicorn bergegas maju untuk menolongnya. Tapi orang Calormen itu kini lebih dekat ke pintu daripada mereka. Sebelum mereka mencapai separo jarak, dia melemparkan Eustace ke dalam istal, menutup pintu dan mengurungnya di sana. Setengah lusin lebih orang Calormen berlari ke belakangnya. Mereka membentuk barisan di daerah terbuka di depan istal. Tidak ada kesempatan mendekati istal sekarang. Bahkan pada saat itu Jill ingat untuk memalingkan wajah, jauh dari busurnya. "Bahkan kalau aku tidak bisa berhenti terisak, aku tidak akan membiarkan tali busurku basah," katanya. "Awas panah!" kata Poggin tibatiba. Semua orang merunduk dan menarik topi besi mereka baik-baik hingga ke hidung. Para Anjing berjongkok di belakang. Tapi walaupun beberapa panah mendatangi mereka, tak lama kemudian 115 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
jelas bahwa bukan mereka yang menjadi sasarannya. Griffle dan para dwarfnya kembali menggunakan panah mereka. Kali iini dengan tenangnya mereka menembaki Calormen. "Teruskan, teman-teman!" terdengar suara Griffle. "Bersama-sama. Hati-hati. Kita tidak menginginkan si orang kulit gelap seperti juga kita tak menginginkan Monyet-atau Singa atau Raja. Bangsa dwarf adalah untuk bangsa dwarf." Apa pun yang kaukatakan tentang dwarf, tidak ada yang bisa mengatakan mereka bukanlah pemberani. Dengan mudahnya mereka bisa pergi ke tempat yang aman. Mereka lebih suka tetap tinggal dan membunuh sebanyak mungkin pasukan dari dua pihak, kecuali ketika kedua pihak cukup baik untuk tidak merepotkan mereka dengan saling membunuh. Mereka menginginkan Narnia untuk diri mereka sendiri. Yang mungkin tidak mereka pertimbangkan adalah pasukan Calormen mengenakan baju rantai besi sedangkan para Kuda tidak memiliki perlindungan. Selain itu pasukan Calormen memiliki pemimpin. Suara Rishda Tarkaan berteriak: "Tiga puluh di antara kalian tetap menjaga orang-orang bodoh di balik batu putih. Sisanya, ikuti aku, kita akan memberi para Putra Bumi ini pelajaran." Tirian dan teman-temannya, masih terengah-engah akibat pertempuran dan mensyukuri beberapa menit istirahat, berdiri dan melihat sementara sang Tarkaan memimpin anak buahnya menyerang bangsa dwarf. Pemandangan saat ini aneh. Kobaran api tenggelam lebih rendah: cahaya yang dihasilkannya kini kian pudar dan berwarna merah gelap. Sejauh yang bisa dilihat seseorang, seluruh tempat pertemuan itu kini telah ditinggalkan kecuali oleh para dwarf dan bangsa Calormen. Dalam pencahayaan seperti itu seseorang tidak bisa melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi. Kedengarannya para dwarf memberikan perlawanan yang hebat. 116 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tirian bisa mendengar Griffle menggunakan bahasa yang teramat kasar, dan sesekali sang Tarkaan berseru, "Tahan sebanyak yang kalian bisa! Tangkap mereka hidup-hidup!" Bagaimanapun pecahnya perang itu, perseteruan tidak berlangsung lama. Suaranya segera menghilang. Kemudian Jill melihat sang Tarkaan kembali berjalan menghampiri istal: sebelas orang mengikutinya, menyeret sebelas dwarf yang diikat. (Apakah dwarf yang lain telah terbunuh, atau sebagian dari mereka melarikan diri, tidak pernah diketahui.) "Lemparkan mereka ke dalam kuil Tash," kata Rishda Tarkaan. Dan ketika kesebelas dwarf itu, satu demi satu, dilemparkan atau ditendang ke dalam ambang pintu yang gelap kemudian pintu tersebut tertutup lagi, sang Tarkaan membungkuk rendah ke arah istal dan berkata: "Mereka juga persembahan untuk apimu, Lord Tash." Lalu semua orang Calormen mengentakkan mata pedang mereka ke perisai dan berteriak, "Tash! Tash! Dewa agung Tash! Tash yang tak tergoyahkan!" (Kini tidak ada lagi segala omong kosong tentang "Tashlan".) Kelompok kecil di batu putih mengawasi kejadian ini dan berbisik satu sama lain. Mereka telah menemukan aliran kecil air yang menuruni batu dan minum sepuas-puasnya. Jill, Poggin, dan sang raja dengan menangkupkan kedua tangan, sementara para makhluk berkaki empat menjilati air dari kolam kecil yang terbentuk di bagian bawah batu. Rasa haus mereka begitu menguasai sehingga air itu terasa bagai minuman terlezat yang pernah mereka reguk seumur hidup mereka, dan sementara minum mereka benar-benar bahagia dan tidak bisa memikirkan hal yang lain. "Aku merasakannya di tulangku," kata Poggin, "bahwa kita semua, satu demi satu, akan melewati pintu gelap itu sebelum pagi tiba. Aku 117 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
bisa memikirkan seratus kematian yang lebih akan kupilih daripada ini." "Pintu itu memang mengerikan," kata Tirian. "Lebih seperti mulut." "Oh, tidak adakah yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya?" tanya Jill dengan suara gemetar. "Tidak, teman baikku," kata jewel, menyentuh lembut Jill dengan hidungnya. "Mungkin untuk kitalah pintu menuju negeri Aslan terbuka dan kita akan bersantap di mejanya malam ini." Rishda Tarkaan memutar punggungnya dari istal dan berjalan lambat menuju tempat yang berada di depan batu putih. "Dengarlah, "katanya. "Kalau si babi hutan, para Anjing, dan si unicorn mau datang ke mari dan meminta belas kasihanku, hidup mereka akan diampuni. Si babi hutan akan dimasukkan ke kandang di taman Tisroc, para Anjing dikirim ke kandang anjing Tisroc, dan si unicorn, setelah aku memerintahkan agar tanduknya digergaji, akan menarik kereta. Tapi si elang, anak-anak, dan dia yang dulunya Raja akan dipersembahkan kepada Tash malam ini." Satu-satunya jawaban untuknya adalah geraman. "Serang, Prajurit," kata sang Tarkaan. "Bunuh hewan-hewannya, tapi tangkap makhluk berkaki duanya hidup-hidup." Kemudian pertempuran terakhir Raja terakhir Narnia dimulai. Yang membuat keadaan terasa berat, selain jumlah musuh, adalah tombaknya. Para Calormen yang telah menyertai si kera sejak awal tidak memiliki tombak: itu karena mereka datang ke Narnia satu-satu atau berdua, berpura-pura menjadi para pedagang yang tidak bermaksud jahat, dan tentu saja mereka tidak membawa tombak karena tombak bukanlah sesuatu yang bisa kau sembunyikan. Tombak-tombak baru harus masuk belakangan, setelah si kera kuat dan mereka bisa menyerbu secara terbuka. Tombak itu membuat 118 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
perbedaan yang sangat kentara. Dengan tombak panjang kau bisa membunuh babi hutan sebelum kau bisa dicapai taringnya dan unicorn sebelum kau bisa ditusuk tanduknya, itu kalau kau sangat cepat dan melindungi kepala. Dan kini tombak-tombak yang terhunus mendekati Tirian dan teman-temannya yang tersisa. Menit berikutnya mereka semua bertarung mati-matian. Dalam satu sisi, keadaan tidaklah seburuk seperti yang mungkin kaubayangkan. Ketika kau menggunakan setiap otot semaksimal mungkin-menunduk menghindari tusukan ujung tombak di sini, melompat ayunannya di sana, menerkam ke depan, mundur, berputarkau tidak punya banyak waktu untuk merasa takut ataupun sedih. Tirian tahu dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk yang lain saat ini, mereka semua akan menjelang kematian bersama. Samarsamar dia melihat Babi Hutan terjatuh di salah satu sisinya, dan jewel bertarung ganas di sisi lainnya. Dari sisi salah satu matanya dia melihat, tapi hanya bisa melihat, prajurit Calormen besar menarik Jill pergi dengan menjambak rambutnya. Tapi dia nyaris tidak memikirkan semua itu. Pikirannya kini hanyalah terfokus pada bagaimana menjual nyawanya semahal mungkin. Kondisi terburuknya adalah dia tidak bisa mempertahankan posisi awal pertempuran, yaitu di bawah batu putih. Seseorang yang bertempur dengan selusin musuh sekaligus harus mengambil kesempatan di mana pun dia bisa, harus menyerang cepat setiap kali dia melihat dada atau leher musuh tidak terjaga. Setelah beberapa ayunan pedang, tindakan ini mungkin akan cukup menjauhkan posisimu dari tempat pertama kau berada. Tak lama kemudian Tirian mendapati dirinya semakin jauh ke kanan, semakin dekat ke istal. Di dalam benaknya, dia memiliki bayangan samar bahwa ada alasan bagus yang membuatnya menjauhi tempat itu. Tapi kini dia tidak bisa mengingat apa alasan itu. Lagi pula, dia tidak bisa menghindari situasi. Mendadak segalanya menjadi sangat jelas. 119 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia mendapati dirinya melawan sang Tarkaan itu sendiri. Api unggun (setidaknya yang tersisa) berada lurus di depan. Bahkan dia sedang bertarung tepat di depan pintu istal, karena pintu itu kini terbuka dan dua Calormen memegangi daunnya, siap segera menutupnya begitu Tirian berada di dalam. Dia mengingat segalanya sekarang, dan dia menyadari bahwa musuh telah memojokkannya ke istal dengan sengaja sejak pertempuran dimulai. Dan sementara memikirkan ini dia masih berkelahi melawan sang Tarkaan sekeras yang dia bisa. Ide baru tebersit di dalam benak Tirian. Dia menjatuhkan pedangnya, berlari ke depan, menghindari ayunan pedang lengkung sang Tarkaan, menangkap sabuk musuh dengan kedua tangannya, lalu melompat ke dalam istal sambil berteriak: "Mari masuk dan temui sendiri Tash!" Terdengar bunyi yang memekakkan telinga. Seperti ketika si kera dilemparkan ke dalam, bumi bergetar dan tampak cahaya membutakan. Para prajurit Calormen di luar berteriak, "Tash! Tash!" dan menggebrak-gebrak pintu. Kalau Tash menginginkan kapten mereka sendiri, Tash harus mendapatkannya. Mereka, apa pun yang terjadi, tidak ingin bertemu Tash. Selama sedetik atau dua detik, Tirian tidak tahu di mana dirinya berada atau bahkan siapa dirinya. Kemudian dia berdiri dan menunggu hingga tubuhnya seimbang, mengerdipkan mata, dan melihat ke sekelilingnya. Di dalam istal ternyata tidak gelap, seperti yang tadi diduganya. Dia berada dalam cahaya yang sangat terang: itulah sebabnya dia mengedip-ngedip. Dia berbalik untuk melihat Rishda Tarkaan, tapi Rishda tidak sedang menatapnya. Rishda menyuarakan erangan keras dan menunjuk, kemudian dia menutupi wajah dengan kedua tangan dan terjatuh terkapar, tubuh menelungkup, ke tanah. Tirian melihat ke arah kemana sang Tarkaan tadi menunjuk. Kemudian dia mengerti. 120 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Sosok mengerikan datang menghampiri mereka. Sosok itu lebih kecil daripada rupa yang mereka lihat dari menara, walaupun masih lebih besar daripada manusia, dan bentuknya sama. Sosok itu berkepala burung pemangsa dan empat lengan. Paruhnya terbuka dan matanya bersinar. Suara kaokan keluar dari paruhnya. "Kau telah memanggilku ke Narnia, Rishda Tarkaan. Inilah aku. Apa yang akan kaukatakan? Tapi sang Tarkaan tidak mengangkat kepalanya dari tanah maupun mengatakan apa pun. Tubuhnya gemetaran seperti seseorang yang sedang diserang cegukan parah. Dia cukup berani dalam pertempuran: tapi separo keberaniannya telah meninggalkannya di awal malam tersebut ketika dia mulai mencurigai bahwa mungkin ada Tash sungguhan. Sisa keberanian kini telah meninggalkannya sekarang. Bersamaan dengan entakan tiba-tiba-seperti ayam betina mematuk untuk menangkap cacing—Tash melompat ke Rishda yang malang dan meletakkannya di bawah bagian atas dua lengan kanannya. Kemudian Tash memutar kepalanya ke samping untuk memandangi Tirian dengan salah satu matanya yang mengerikan: karena tentu saja, berhubung dia berkepala burung, dia tidak bisa melihatmu lurus-lurus. Tapi segera, dari belakang Tash, sekuat dan setenang lautan musim panas, sebuah suara berkata: "Pergilah, monster, dan bawa mangsa yang menjadi hakmu ke tempatmu sendiri: dengan nama Aslan dan Ayah Agung Aslan, Kaisar Seberang Lautan." Makhluk mengerikan itu menghilang, dengan sang Tarkaan masih di bawah lengannya. Dan Tirian berbalik untuk melihat siapa yang telah berbicara. Kemudian yang dia lihat membuat jantungnya berdetak lebih keras daripada dentumannya dalam pertempuran mana pun. Tujuh sosok, Raja dan Ratu, berdiri di hadapannya, semua dengan mahkota di kepala dan pakaian berkilauan, namun para Raja juga
121 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
mengenakan baju rantai besi dengan memegang pedang yang terhunus di tangan. Tirian membungkuk penuh hormat dan baru akan berbicara ketika Ratu yang termuda tertawa. Tirian menatap lekat wajahnya, kemudian terperangah takjub, karena dia mengenalinya. Ratu itu Jill: tapi bukan Jill dengan penampilan yang terakhir kali dilihatnya, dengan wajah penuh lumpur dan air mata, serta gaun katun kasar tua yang menjuntai turun di salah satu bahu. Kini anak perempuan itu tampak sejuk dan segar, sesegar bila dia baru saja datang sehabis mandi. Dan awalnya, Tirian mengira Jill tampak lebih dewasa, tapi kemudian tidak, lalu dia tidak pernah bisa memutuskan pendapatnya tentang hal itu. Lalu dia melihat Raja yang paling muda adalah Eustace: tapi anak lelaki itu juga berubah seperti Jill. Mendadak Tirian merasa canggung karena berada bersama orangorang ini dengan darah, debu, dan keringat pertempuran masih mengotorinya. Detik berikutnya dia menyadari bahwa dirinya sama sekali tidak dalam keadaan demikian. Dia segar, merasa sejuk, dan bersih, serta mengenakan pakaian sangat indah seperti yang dia kenakan dalam pesta besar di Cair Paravel. (Tapi di Narnia pakaian terbaikmu bukanlah pakaian yang tidak nyaman. Mereka tahu bagaimana membuat benda-benda yang terasa nyaman sekaligus tampak indah di Narnia: dan tidak ada benda-benda seperti kanji, flanel, atau bahan elastis bisa ditemukan dari ujung satu negeri ke negeri lain.) "Sire," kata Jill, melangkah maju dan membungkuk hormat dengan anggun, "mari kuperkenalkan dengan Peter, Raja Agung seluruh Raja di Narnia." Tirian tidak perlu bertanya yang manakah sang Raja Agung, karena dia mengingat wajahnya (walaupun di sini dia tampak lebih mulia)
122 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dari mimpinya. Tirian melangkah maju, berlutut dengan satu kaki dan mencium tangan Peter. "Raja Agung," dia berkata. "Kau selalu mendapat kesetiaanku." Lalu Raja Agung mengangkatnya dan mencium kedua belah pipinya seperti yang seharusnya dilakukan seorang Raja Agung. Kemudian dia membimbingnya menemui Ratu yang tertua-tapi bahkan dia, tidaklah berumur, tidak ada rambut uban di kepalanya dan tidak ada kerutan pada pipinya-dan berkata, "Sir, ini Lady Polly yang datang ke Narnia, pada Hari Pertama, ketika Aslan membuat pepohonan tumbuh dan para Hewan berbicara." Selanjutnya Peter membimbing Tirian menghampiri pria yang janggut keemasannya menjuntai hingga ke dada dan wajahnya dipenuhi kebijakan. "Dan ini," dia berkata, "Lord Digory yang datang bersamanya di hari itu. Dan ini adik laki-lakiku, Raja Edmund, dan ini adik perempuanku, Ratu Lucy." "Sire," kata Tirian, ketika dia telah menyapa semuanya, "kalau aku telah membaca kisah riwayat dengan benar, seharusnya ada seorang lagi. Bukankah Yang Mulia memiliki dua adik perempuan? Di mana Ratu Susan?" "Adikku Susan," jawab Peter singkat dan muram, "bukan lagi teman Narnia." "Benar," kata Eustace, "dan setiap kali kau berusaha mengundangnya datang untuk berbincang-bincang tentang Narnia, dia akan berkata, 'Betapa hebatnya ingatanmu! Tak kusangka kau masih mengingat permainan-permainan aneh yang dulu kita mainkan saat kanakkanak."
123 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Oh, Susan!" kata Jill. "Akhir-akhir ini dia hanya tertarik pada bahan nilon, lipstik, dan undangan. Sejak dulu dia selalu tak sabar menjadi dewasa." "Dewasa!" kata Lady Polly. "Aku berharap dia benar-benar menjadi dewasa. Dia menghabiskan sepanjang masa sekolahnya dengan berharap mencapai usianya sekarang, dan dia membuang seluruh sisa hidupnya berusaha tetap berada dalam usia itu. Seluruh benaknya dipenuhi keinginan berlomba menuju masa terbodoh dalam kehidupan manusia secepat yang dia bisa kemudian berhenti di sana selama yang dia bisa." "Yah, lebih baik kita tidak membicarakan ini sekarang," kata Peter. "Lihat! Di sana ada pohon-pohon buah yang lezat. Marl kita cicipi buah-buahnya." Kemudian, untuk kali pertama, Tirian melihat ke sekelilingnya dan menyadari betapa teramat anehnya petualangan ini. ***
124 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB TIGA BELAS Ketika Bangsa Dwarf Menolak Bergabung
Tirian mengira-atau dia akan mengira bila dia punya waktu bahkan untuk berpiker- mereka berada di dalam istal kecil beratap rumbia, panjangnya sekitar tiga setengah meter dan lebar kira-kira dua meter. Kenyataannya mereka kini berdiri di atas rerumputan, langit biru tua di atas kepala mereka, dan udara yang berembus lembut di wajah mereka seperti angin awal musim panas. Tidak jauh dari mereka tumbuh sekelompok pohon, berdaun lebat, tapi di bawah setiap daun di sana mengintip buah-buahan keemasan, kuning pucat, ungu, atau merah manyala yang belum pernah dilihat siapa pun di dunia kita. Buah-buahan membuat Tirian merasa saat itu pastinya musim gugur, tapi ada suatu perasaan dalam udara yang memberitahunya saat itu tidak mungkin lewat bulan Juni. Mereka semua bergerak menghampiri pepohonan. Semua orang mengangkat tangan untuk memetik buah yang paling disukainya, kemudian semua orang berhenti sesaat. Buah ini begitu indah sehingga setiap orang merasa, "Tidak mungkin buah ini untukku, pasti sebenarnya kami tidak diperbolehkan memetiknya." "Tidak apa-apa," kata Peter. "Aku tahu apa yang dipikirkan kita semua. Tapi aku yakin, sangat yakin, kita tidak perlu cemas. Aku punya firasat kita semua tiba di negeri di mana segalanya diizinkan." "Kalau begitu, selamat menikmati!" kata Eustace. Kemudian semua orang mulai makan. Bagaimana rasa buah-buah itu? Sayangnya tidak seorang pun bisa menjelaskannya. Aku hanya bisa berkata, dibandingkan buah-buah itu, grapefruit paling segar 125 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
yang pernah kau makan bakal terasa hambar, dan jeruk paling berair terasa kering, dan pir yang paling mudah meleleh di mulut terasa keras dan liat, lalu stroberi liar yang paling manis terasa masam. Lalu di dalamnya tidak ada biji, batu, atau lebah. Kalau kau pernah memakan buah itu barang sekali saja, sesudahnya segala hal menyenangkan di dunia ini akan terasa seperti obat pahit. Tapi aku tidak bisa menggambarkannya. Kau tidak bisa mengetahui bagaimana rasanya kecuali kau bisa datang ke negeri itu dan merasakannya sendiri. Ketika mereka telah cukup makan, Eustace berkata kepada Raja Peter, "Kau masih belum menceritakan kepada kami bagaimana kalian bisa sampai di sini? Kau baru saja akan melakukannya, ketika Raja Tirian muncul." "Tidak banyak yang bisa diceritakan," jawab Peter. "Edmund dan aku sedang berdiri di peron dan kami melihat kereta kalian mendekat. Aku ingat berpikir bahwa kereta kalian bergerak terlalu cepat di tikungan itu. Lalu aku ingat berpikir betapa anehnya bahwa mungkin kerabat kami berada di kereta yang sama walaupun Lucy tidak tahu soal itu-" "Kerabat kalian, Raja Agung?" tanya Tirian. "Maksudku ayah dan ibuku-Ayah ibu Edmund, Lucy, dan aku." "Kenapa mereka ada di kereta itu?" tanya Jill. "Maksudmu mereka tahu tentang Narnia?" "Oh tidak, ini tidak ada hubungannya dengan Narnia. Mereka dalam perjalanan menuju Bristol. Aku baru saja mendengar bahwa mereka akan berangkat pagi itu. Tapi Edmund berkata mereka pasti akan menggunakan kereta kalian." (Edmund adalah sejenis orang yang tahu banyak soal lalu lintas kereta api.) "Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" tanya Jill. 126 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Yah, tidak terlalu mudah menceritakannya, ya kan, Edmund?" kata Raja Agung. "Tidak terlalu," kata Edmund. "Kejadiannya seperti di waktu lain ketika kita ditarik dari dunia kita sendiri dengan sihir. Ada raungan mengerikan dan sesuatu menghantamku dengan entakan, tapi tidak terasa sakit. Dan aku tidak merasa terlalu takut-yah, lebih seperti antusias. Oh-inilah anehnya. Lututku sebenarnya masih terasa agak nyeri, karena terkena hantaman saat bermain rugby. Aku menyadari rasa sakit itu mendadak hilang. Dan aku merasa sangat ringan. Kemudian-di sinilah kami." "Kejadiannya nyaris persis sama dengan kami api," kata Lord Digory, mengelap sisa terakhir keemasannya. "Hanya saja menurutku kau dan umum merasa dibugarkan. Kalian orangorang mengerti. Tapi kami berhenti merasa tua."
di gerbong kereta buah dari janggut aku, Polly, secara muda tidak akan
"Orang-orang muda?" kata Jill. "Kurasa kalian tidak benarbenar lebih tua daripada kami di sini." "Yah, kalaupun tidak begitu di sini, dulu kami memang tua," kata Lady Polly. "Dan apa saja yang terjadi sejak kalian sampai di sini?" tanya Eustace. "Yah," kata Peter, "untuk waktu yang lama (setidaknya menurutku lama) tidak terjadi apa-apa. Kemudian pintu terbuka-" "Pintu?" tanya Tirian. "Ya," jawab Peter. "Pintu yang kaulewati saat masuk-atau keluar. Apakah kau lupa?" "Tapi di mana pintu itu?"
127 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Lihat," kata Peter sambil menunjuk. Tirian mengikuti arah yang ditunjuk dan melihat hal yang paling aneh dan konyol yang bisa kaubayangkan. Hanya beberapa meter dari mereka, terlihat jelas di bawah sinar matahari, berdirilah pintu kayu kasar dan, di sekelilingnya, bingkai pintu itu: hanya itu, tidak ada dinding, tidak ada atap. Dia berjalan menghampirinya, kebingungan, dan yang lain mengikuti, memerhatikan apa yang akan dia lakukan. Tirian berjalan memutari pintu menuju sisi lainnya. Tapi pintu itu tampak sama dari sisi sebaliknya: dia masih berada di udara terbuka, pada pagi musim panas. Pintu hanya berdiri sendiri seolah tumbuh di sana seperti pohon. "Tuan Yang Mulia," kata Tirian kepada Raja Agung, "ini keajaiban yang luar biasa." "Itulah pintu yang kaulewati bersama orang Calormen itu lima menit lalu," kata Peter, tersenyum. "Tapi bukankah aku masuk dari hutan menuju bagian dalam istal? Sedangkan pintu ini tampak seperti pintu yang membuka entah dari mana dan ke mana." "Memang tampak seperti itu kalau kau berjalan mengelilinginya," kata Peter. "Tapi coba letakkan matamu ke celah di antara dua papan di pintu dan lihatlah ada apa di baliknya." Tirian meletakkan matanya ke lubang. Awalnya dia tidak bisa melihat apa pun kecuali kegelapan. Kemudian, ketika matanya sudah terbiasa, dia melihat cahaya samar kemerahan api unggun yang nyaris padam, lalu di atasnya, pada langit hitam, bintang-bintang. Kemudian dia bisa melihat sosok-sosok gelap bergerakgerak atau berdiri di antara dirinya dan api unggun: dia bisa mendengar mereka berbicara dan suara mereka seperti suara orang Calormen. 128 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Jadi dia tahu dia sedang melihat keluar melalui pintu istal menuju kegelapan Lantern Waste tempat dia berperang dalam pertempuran terakhirnya. Orangorang itu mendiskusikan apakah sebaiknya mereka masuk dan mencari Rishda Tarkaan (tapi tidak satu pun dari mereka mau melakukan itu) atau untuk membakar istal tersebut. Dia berputar dan melihat ke belakang pintu lagi lalu nyaris tidak bisa memercayai matanya. Tampak langit biru di atas, dan daerah berumput yang terhampar sejauh mata memandang di segala arah, dan semua temannya ada di sekelilingnya, tertawa. "Kalau begitu sepertinya," kata Tirian, dia pun tersenyum, "istal yang dilihat dari dalam dan istal yang dilihat dari luar merupakan dua tempat yang berbeda." "Benar," kata Lord Digory. "Bagian dalamnya lebih luas daripada luarnya." "Ya," kata Ratu Lucy. "Di dunia kami dulu juga ada istal yang memiliki sesuatu di dalamnya yang lebih besar daripada seluruh dunia kami." Ini kali pertama Lucy berbicara, dan dari keceriaan dalam suaranya, Tirian kini tahu kenapa. Dia menikmati seluruh situasi ini lebih dalam daripada yang lain. Tadinya dia terlalu bahagia untuk berbicara. Tirian ingin Lucy berbicara lagi, maka dia berkata: "Bila kau bersedia, Madam, lanjutkan. Ceritakan kepadamu seluruh petualanganmu." "Setelah kejutan dan suara keras," kata Lucy, "kami mendapati diri kami di sini. Dan kami bertanya-tanya tentang pintu itu, seperti dirimu tadi. Kemudian pintu tersebut terbuka untuk pertama kalinya (kami melihat kegelapan dari ambang pintu ketika ini terjadi) dan dari sana keluar pria besar dengan pedang terhunus. Dari lengannya kami tahu dia orang Calormen.
129 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Dia mengambil posisi di samping pintu dengan pedang teracung, pundaknya datar, siap menyerang siapa pun yang masuk dari pintu. Kami menghampirinya dan berbicara padanya, tapi kami merasa dia tidak melihat maupun mendengar kami. Dan dia tidak pernah melihat ke sekitarnya, ke langit, sinar matahari, dan rerumputan: kurasa dia juga tidak bisa melihat semua itu. Maka selanjutnya kami menunggu lama. Lalu kami mendengar palang dibuka dari sisi lain pintu. Tapi pria tadi tidak bersiapsiap menyerang dengan pedangnya sampai dia bisa melihat siapa yang masuk. Jadi kami menduga dia telah diperintahkan untuk menyerang beberapa dan membiarkan yang lain. Namun pada saat itu ketika pintu terbuka, mendadak Tash ada di sana, di sisi pintu yang sini, tidak seorang pun di antara kami yang melihat dari mana dia datang. Dan melalui pintu datanglah Kucing besar. Kucing itu hanya melihat Tash satu kali kemudian lari menyelamatkan diri: tepat pada waktunya, karena Tash menerkamnya dan pintu menghantam paruhnya ketika kembali tertutup. Pria di dalam bisa melihat Tash. Dia menjadi sangat pucat dan membungkuk di depan monster itu: tapi Tash menghilang. "Kemudian kami menunggu lama lagi. Akhirnya pintu terbuka untuk kali ketiga dan dari sana datanglah pemuda Calormen. Aku menyukainya. Prajurit di pintu agak terlompat karena terkejut, wajahnya tampak terpana, ketika dia melihat si pemuda. Kurasa dia menyangka akan melihat seseorang yang sangat berbeda-" "Aku mengerti semuanya sekarang," kata Eustace (dia punya kebiasaan buruk memotong cerita orang lain). "Kucing itu memang direncanakan masuk duluan dan si prajurit diperintah untuk tidak menyakitinya. Kemudian si kucing harus keluar dan berkata dia telah melihat Tashlan mereka yang mengerikan dan berpura-pura takut untuk menakut-nakuti Hewan lain. Tapi yang tidak pernah diduga Shift adalah ternyata Tash yang asli akan muncul, jadi Ginger keluar benar-benar ketakutan. Dan setelah itu, Shift akan mengirimkan siapa 130 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
saja yang ingin disingkirkannya dan si prajurit akan membunuhnya. Lalu-" "Teman," kata Tirian lembut, "kau mengganggu lady ini menyelesaikan kisahnya." "Nah," kata Lucy, "si prajurit terkejut. Ini memberi pemuda itu waktu yang cukup untuk mengambil kuda-kuda. Mereka bertarung. Pemuda itu membunuh si prajurit dan melemparkannya ke luar pintu. Kemudian dia berjalan maju perlahan ke arah kami. Dia bisa melihat kami, dan segalanya. Kami berusaha berbicara dengannya tapi dia lebih seperti dalam keadaan setengah sadar. Dia terus-menerus berkata, Tash, Tash, di mana Tash? Aku pergi ke Tash. Jadi kami menyerah dan dia bergerak pergi ke suatu tempat-di sana. Aku menyukainya. Dan setelah itu''', ugh!" Lucy cemberut. "Setelah itu," kata Edmund, "seseorang melemparkan kera melalui pintu. Dan Tash ada di sana lagi. Adikku begitu berhati lembut sehingga dia tidak suka memberitahumu bahwa Tash hanya mematuk satu kali kemudian monyet itu raib!" "Dia pantas mendapatkannya!" kata Eustace. "Bagaimanapun, aku berharap dia juga membuat Tash sakit perut." "Dan setelah itu," kata Edmund, "datanglah sekitar selusin dwarf: kemudian Jill, Eustace, dan akhirnya dirimu sendiri." "Aku berharap Tash juga memakan para dwarf," kata Eustace. "Makhluk-makhluk kecil jahat itu." "Tidak, dia tidak melakukan itu," kata Lucy. "Dan jangan berpikir kejam begitu. Mereka masih ada di sini. Bahkan kau bisa melihat mereka dari sini. Dan aku sudah berusaha dan berusaha lagi berteman dengan mereka, tapi tidak ada gunanya." "Berteman dengan mereka!" teriak Eustace. "Kalau kau tahu bagaimana kelakuan dwarf-dwarf itu!" 131 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Oh, hentikan, Eustace," kata Lucy. "Mari ikut menghampiri mereka. Raja Tirian, mungkin kau bisa melakukan sesuatu pada mereka." "Aku tidak bisa merasakan kasih sayang yang besar pada bangsa dwarf saat ini," kata Tirian. "Meskipun begitu, bila kau meminta, Lady, aku akan melakukan tindakan yang lebih berat daripada ini." Lucy memimpin jalan dan tak lama kemudian mereka semua bisa melihat para dwarf. Ekspresi wajah mereka tampak sangat aneh. Mereka tidak berjalan-jalan atau menikmati suasana (walaupun tali yang mengikat mereka tampaknya telah menghilang), maupun berbaring beristirahat. Mereka duduk berdekatan dalam lingkaran kecil menghadap satu sama lain. Mereka tidak pernah melihat ke sekeliling atau menyadari keberadaan para manusia sampai Lucy dan Tirian hampir cukup dekat untuk menyentuh mereka. Kemudian semua dwarf memiringkan kepala seolah mereka tidak bisa melihat siapa pun tapi sedang mempertajam telinga dan berusaha menebak apa yang sedang terjadi dari suaranya. "Awas!" kata salah satu dwarf dengan suara membentak. "Lihat-lihat kalau berjalan. Jangan menabrak kami!" "Tentu saja!" kata Eustace sebal. "Kami tidak buta. Kami punya mata di kepala." "Matamu pasti mata yang hebat kalau bisa melihat di dalam sini," kata dwarf yang sama yang bernama Diggle. "Di dalam mana?" tanya Edmund. "Astaga, kau bodoh sekali, di sini tentu saja," jawab Diggle. "Dalam lubang istal yang sempit, gelap gulita, sesak, dan bau ini." "Apakah kau buta?" tanya Tirian. "Bukankah kita semua buta di dalam kegelapan?" kata Diggle. 132 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tapi di sini tidak gelap, dwarf bodoh yang malang," kata Lucy. "Tidak bisakah kau melihatnya? Lihat ke atas! Lihat ke sekelilingmu! Tidak bisakah kau melihat langit, pepohonan, dan bunga-bunga? Tidak bisakah kau melihat diriku?" "Demi semua omong kosong, bagaimana aku bisa melihat sesuatu yang tidak ada di sini? Dan bagaimana aku bisa melihatmu lebih baik daripada kau melihatku dalam gelap gulita seperti ini?" "Tapi aku bisa melihatmu," kata Lucy. "Aku akan membuktikan aku bisa melihatmu. Ada pipa di mulutmu." "Semua orang yang mengenal bau tembakau bisa mengatakan itu," kata Diggle. "Oh, kalian makhluk yang malang! Ini mengerikan," kata Lucy. Kemudian dia mendapatkan ide. Dia berhenti dan memetik beberapa batang bunga violet liar. "Dengar, Dwarf," dia berkata. "Bahkan kalau matamu salah, mungkin hidungmu benar: bisakah kau mencium ini?" Dia mencondongkan tubuh dan mendekatkan bunga-bunga segar dan lembap itu ke hidung jelek Diggle. Tapi dia harus segera melompat untuk menghindari serangan tinju kecil kerasnya. "Singkirkan itu!" dia berteriak. "Beraninya kau! Apa maksudmu menjejalkan begitu banyak kotoran istal yang menjijikkan ke wajahku? Ada tumbuhan thistle-nya pula. Benar-benar tidak sopan! Lagi pula siapa sebenarnya kau?" "Makhluk-bumi," kata Tirian, "dia Ratu Lucy, dikirim kemari oleh Aslan dari masa lampau yang teramat silam. Dan hanya karena aku menghormatinyalah, aku Tirian rajamu yang sah, tidak memisahkan kepala kalian semua dari bahu, walaupun telah terbukti dua kali bahwa kalian pengkhianat." "Wah, ini dia juaranya!" seru Diggle. "Bagaimana kau bisa terus membicarakan semua sampah itu? Singamu yang tersayang tidak 133 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
datang menolongmu, ya kan? Tentu saja tidak. Dan sekarang bahkan sekarang-ketika kau telah dipukuli dan dilempar ke dalam lubang hitam ini, seperti kami semua, kau masih melakukan permainan lamamu. Memulai kebohongan baru! Berusaha membuat kami percaya ketika tidak seorang pun di antara kami mau berhenti memprotes, bahwa di sini tidak gelap, dan langit tahu tentang yang lain-lain juga." "Tidak ada lubang hitam, kau terjebak dalam khayalanmu sendiri, bodoh," teriak Tirian. "Sadarlah." Lalu dia mencondongkan tubuh ke depan, meraih sabuk dan kerudung Diggle kemudian mengayunkannya keluar dari lingkaran para dwarf. Tapi begitu Tirian menurunkannya kembali, Diggle berlari kembali ke posisinya di antara bangsanya, menggosok-gosok hidungnya dan melolong: "Auw! Auw! Kenapa kaulakukan itu? Menubrukkan wajahku ke tembok. Kau nyaris mematahkan hidungku." "Aduh!" kata Lucy. "Apa yang harus kita lakukan untuk mereka?" "Biarkan saja mereka," kata Eustace: tapi saat dia berbicara, tanah bergetar. Udara yang manis mendadak menjadi lebih manis. Cahaya terang berkelebat di belakang mereka. Semua berbalik. Tirian berbalik paling terakhir karena dia takut. Di sana berdirilah kekasih hatinya, besar dan nyata, sang singa keemasan, Aslan sendiri, dan yang lain sudah langsung berlutut di sekeliling cakar depannya dan membenamkan tangan juga muka dalam surai Aslan ketika sang singa menurunkan kepala besarnya untuk menyentuh mereka dengan lidahnya. Kemudian mata Aslan terpaku pada Tirian, dan Tirian mendekatinya, dengan tubuh gemetar, dan melemparkan tubuhnya ke kaki sang singa, lalu singa itu menciumnya dan berkata, "Bagus, Raja terakhir Narnia yang teguh pada pendirian pada masa tergelap ini." 134 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aslan," kata Lucy di antara derai air mata, "bisakah-maukah-kau melakukan sesuatu untuk para dwarf yang malang ini?" "Anakku tersayang," kata Aslan, "aku akan menunjukkan kepadamu apa yang aku bisa sekaligus tidak bisa lakukan." Dia mendekati para dwarf dan menggeram pelan: pelan, tapi membuat seluruh udara gemetar. Tapi para dwarf berkata kepada satu sama lain, "Kau dengar itu? Itu kelompok yang berada di ujung lain istal. Berusaha menakut-nakuti kita. Mereka melakukan itu dengan menggunakan mesin atau sejenisnya. Jangan diacuhkan. Mereka tidak akan mengelabui kita lagi!" Aslan mengangkat kepala dan mengibaskan surai. Mendadak jamuan besar muncul di lutut para dwarf: pai, lidah, burung dara, trifle (hidangan pencuci mulut dingin), dan es. Setiap dwarf mendapatkan segelas anggur lezat di tangan kanan mereka. Tapi tidak ada banyak gunanya. Mereka mulai makan dan minum dengan cukup rakus, tapi tampak jelas mereka tidak bisa benar-benar menikmati rasanya. Mereka mengira mereka sedang memakan dan meminum bendabenda yang biasanya kita temukan di istal. Satu dwarf berkata dia sedang berusaha menyantap jerami, sedangkan yang lain berkata dia memperoleh sepotong lobak tua, dan dwarf yang ketiga berkata dia menemukan daun kubis mentah. Kemudian mereka mengangkat gelas berisi anggur merah yang kental ke mulut mereka dan berkata, "Ugh! Bayangkan meminum air kotor dari palung hewan yang pernah digunakan keledai! Tidak pernah menyangka kita akan mengalami ini." Tapi tak lama kemudian setiap dwarf mulai curiga bahwa setiap dwarf yang lain telah menemukan sesuatu yang lebih enak daripada yang mereka miliki, dan mereka mulai merebut dan merampas, lalu mulai bertengkar, hingga akhirnya setelah beberapa menit 135 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
berlangsunglah perkelahian di antara mereka, semua makanan lezat tercorengkan pada wajah dan pakaian mereka atau terinjak. Tapi ketika akhirnya mereka duduk untuk merawat mata hitam dan hidung berdarah, mereka semua berkata, "Yah, setidaknya tidak ada omong kosong di sini. Kita tidak membiarkan siapa pun menjebak kita. Bangsa dwarf adalah untuk bangsa dwarf." "Kalian lihat," kata Aslan. "Mereka tidak akan membiarkan kita menolong mereka. Mereka telah memilih kecurangan daripada kepercayaan. Penjara mereka berada dalam benak mereka sendiri, walaupun begitu mereka memang berada dalam penjara itu, dan begitu takut terjebak di dalam sehingga tidak bisa dikeluarkan. Tapi marilah, anak-anakku. Aku punya tugas lain." Aslan pergi menghampiri pintu dan mereka semua mengikutinya. Dia mengangkat kepala dan mengaum, "Kini tiba waktunya!" kemudian lebih keras lagi, "Waktu!"; lalu begitu keras sehingga suaranya bisa mengguncangkan bintang-bintang, "WAKTU". Pintu pun mengayun terbuka. ***
136 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB EMPAT BELAS Malam Tiba di Narnia
Mereka semua berdiri di samping Aslan, di sebelah kanannya, dan memandang melalui ambang pintu yang terbuka. Api unggun telah padam. Seluruh bumi diselimuti kegelapan: bahkan kau tidak bisa menyadari kau sedang melihat hutan bila tidak melihat ujung akhir sosok gelap pepohonan dan ujung awal bintang-bintang. Tapi ketika Aslan kembali mengaum, di sebelah kiri, mereka melihat sosok hitam lain. Lebih tepatnya, mereka melihat bidang lain di mana tidak ada bintang: dan bidang itu menjulang tinggi dan kian tinggi lalu menjadi sosok manusia, lebih besar daripada raksasa mana pun. Mereka semua cukup mengenali Narnia untuk tahu di mana raksasa itu Pastinya berdiri. Dia pasti berada di daerah tinggi bersemakan liar yang terhampar jauh ke Utara melewati Sungai Shribble. Kemudian Jill dan Eustace ingat dulu sekali, di gua-gua dalam di bawah daerah liar itu, mereka telah melihat raksasa besar tertidur dan diberitahu bahwa namanya Bapak Waktu, dan bahwa dia akan terbangun pada hari ketika dunia berakhir. "Ya," kata Aslan, walaupun mereka tidak berbicara. "Sementara dia berbaring dan bermimpi, namanya Waktu. Kini ketika dia terbangun dia akan memiliki nama lain." Kemudian raksasa besar itu mendekatkan terompet waktu ke mulutnya. Mereka bisa melihat ini karena perubahan sosok hitam yang dia buat di antara bintang-bintang. Setelah itu agak lama kemudian, karena suara mengalir begitu lambat-mereka mendengar suara terompet tersebut: bernada tinggi dan mengerikan, walau terasa indah secara aneh dan mematikan.
137 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Mendadak langit dipenuhi bintang jatuh. Satu bintang jatuh saja begitu indah dilihat, tapi kini lusinan, kemudian sekelompok besar, lalu ratusan, sampai seolah ada hujan perak di langit: dan ini berlangsung terus-menerus. Dan ketika hujan bintang berlangsung cukup lama, satu atau dua orang di antara mereka mulal menduga ada sosok gelap lain di langit seperti raksasa tadi. Sosok itu berada di tempat lain, kanan atas, kau bisa mengatakannya tinggi tepat di atap langit. Mungkin itu awan, pikir Edmund. Bagaimanapun, tidak ada bintang di sana: hanya kegelapan. Tapi di sekelilingnya, hujan bintang terus berlanjut. Kemudian bidang tanpa bintang itu mulai meluas, membentang semakin jauh dan lebih jauh dari bagian tengah langit. Kini seperempat dari keseluruhan langit hitam, kemudian menjadi separo, dan akhirnya hujan bintang jatuh hanya terjadi rendah di bagian bawah dekat horison. Dengan rasa bahagia karena menyaksikan keajaiban (ada juga rasa takut di dalamnya) mereka semua mendadak menyadari apa yang sedang terjadi. Kegelapan yang menyebar sama sekali bukanlah awan: itu hanya kehampaan. Bagian hitam di langit merupakan bagian di mana tidak ada lagi bintang yang tersisa. Semua bintang telah jatuh: Aslan telah memanggil mereka pulang. Detik-detik terakhir sebelum hujan bintang benar-benar berakhir sangatlah menarik. Bintang mulai berjatuhan di sekeliling mereka. Tapi bintang di negeri itu bukanlah bola gas terbakar seperti yang ada di dunia kita. Mereka makhluk seperti manusia (Edmund dan Lucy pernah bertemu salah satunya). Jadi sekarang mereka mendapati hujan orang-orang berkilauan, semuanya berambut panjang seperti perak yang bersinar terang, dan membawa tombak yang seperti logam putih panas, turun bergegas keluar dari udara hitam, lebih gesit daripada batu yang jatuh. Mereka menimbulkan bunyi berdesis saat mendarat dan membakar rerumputan. Lalu semua bintang itu melayang 138 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
melewati mereka dan berdiri di suatu tempat di belakang, sedikit ke kanan. Ini keuntungan besar, karena kalau tidak, kini setelah tidak ada bintang di langit, segalanya akan menjadi gelap total dan kau tidak akan bisa melihat apa-apa. Dengan begini, kerumunan bintang di belakang mereka membiaskan cahaya putih menyilaukan dari balik bahu mereka. Mereka bisa melihat mil demi mil hutan Narnia terhampar di depan mereka, tampak seolah dibanjiri cahaya lampu. Bayangan hitam setiap semak dan hampir setiap lembar rumput berada di belakang. Garis tepi setiap daun terlukis begitu tajam sehingga kau bakal berpikir jarimu bisa terpotong karenanya. Pada rerumputan di hadapan mereka terbaring bayangan mereka sendiri. Tapi yang menakjubkan adalah bayangan Aslan. Bayangan itu membanjir ke sebelah kiri mereka, begitu besar dan mengerikan. Dan semua ini ada di bawah langit yang kini akan menjadi tak berbintang selamanya. Cahaya dari belakang (dan agak ke kanan) mereka begitu kuat sehingga menerangi bahkan lerenglereng Western Wild. Ada sesuatu yang bergerak di sana. Hewan-hewan raksasa merayap dan meluncur turun ke Narnia: naga besar, kadal raksasa, dan burung tanpa bulu dengan sayap seperti sayap kelelawar. Mereka menghilang ke dalam hutan dan selama beberapa menit keheningan merebak. Kemudian terdengar-awalnya dari jauh sekali-suara-suara erangan lalu, dari setiap arah, gemeresik, entakan pelan, dan kepakan sayap. Suara itu kian mendekat. Tak lama kemudian dari suara kaki-kaki kecil yang berlarian hingga entakan cakar-cakar besar bisa dikenali, begitu juga tik-tak tapak kaki kecil yang ringan hingga gemuruh tapak-tapak besar. Kemudian kita bisa melihat ribuan pasang mata yang berkilauan. Dan akhirnya, keluar dari bayang-bayang pepohonan, berlari menaiki bukit demi menyelamatkan nyawa, dalam jumlah ribuan dan jutaan, keluar segala macam makhluk-Hewan yang 139 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bisa Berbicara, dwarf, satyr, faun, raksasa, bangsa Calormen, orangorang dari Archenland, Monopod, dan benda-benda aneh tidak wajar dari pulau-pulau terasing atau daerah-daerah tidak dikenal negeri Barat. Dan semua berlari menuju ambang pintu tempat Aslan berdiri. Bagian petualangan ini merupakan satu-satunya peristiwa yang terasa seperti mimpi pada saat itu dan agak sulit benar-benar diingat setelahnya. Terutama, tidak ada yang bisa mengatakan berapa lama kejadian ini berlangsung. Terkadang terasa hanya berlangsung selama beberapa menit, tapi di lain waktu rasanya kejadian itu berlangsung bertahun-tahun. Yang pasti, entah apakah pintu itu telah menjadi teramat besar atau para makhluk mendadak menjadi sekecil agas, karena kerumunan sebesar itu tidak mungkin bisa berusaha masuk melewatinya. Tapi tidak ada yang memikirkan soal seperti itu pada saat itu. Makhluk-makhluk bergegas berdatangan, mata mereka kian berkilauan dan kian terang ketika mereka semakin dekat dengan bintang-bintang yang berdiri di sisi lain pintu. Tapi ketika mereka tepat sampai di dekat Aslan, salah satu dari dua hal ini terjadi pada masing masing makhluk. Mereka semua menatap lurus ke wajah Aslan, kurasa mereka tidak punya pilihan lain soal ini. Dan ketika beberapa memandang, ekspresi di wajah mereka berubah menakutkan ekspresi ketakutan dan kebencian: hanya saja, pada wajah para Hewan yang Bisa Berbicara, ketakutan dan kebencian itu hanya berlangsung selama sepersekian detik. Kau bisa melihat mereka mendadak tidak lagi menjadi Hewan yang Bisa Berbicara. Mereka hanya seperti hewan biasa. Dan semua makhluk yang memandang Aslan dengan cara itu langsung mengubah arah gerakan ke sebelah kanan mereka, ke kiri Aslan, dan menghilang ke dalam bayangan hitam raksasanya, yang (seperti yang sudah kau dengar) membanjir hingga jauh ke sebelah kiri ambang pintu. Anakanak tidak pernah melihat mereka lagi. 140 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku tidak tahu apa yang terjadi pada mereka. Tapi makhluk yang lain memandang wajah Aslan kemudian mencintainya, walaupun beberapa di antara mereka juga tampak teramat ketakutan di saat yang sama. Dan semua makhluk itu masuk melewati pintu, menuju sebelah kanan Aslan. Ada beberapa jenis makhluk yang aneh di antara mereka. Eustace bahkan mengenali salah satu dwarf yang membantu memanah para Kuda. Tapi dia tidak punya waktu untuk bertanyatanya tentang hal seperti itu (lagi pula itu bukan urusannya) karena kegembiraan besar menyingkirkan semua hat lain keluar kepalanya. Di antara makhluk-makhluk bahagia yang kini mengerumuni Tirian dan teman-temannya adalah mereka yang disangka telah mati. Ada Roonwit si centaurus, Jewel si unicorn, Babi Hutan yang baik, Beruang yang baik, Farsight sang elang, serta para Anjing tersayang dan para Kuda, begitu juga Poggin si dwarf. "Pergi jauh lebih dalam dan naik lebih tinggi!" teriak Roonwit kemudian berpacu cepat ke arah barat. Dan walaupun mereka tidak mengerti apa maksudnya, kata-kata itu entah bagaimana membuat seluruh tubuh mereka tergelitik. Babi Hutan mendengus ceria ke arah mereka. Beruang baru saja akan bergumam bahwa dia masih saja tidak mengerti, ketika pandangannya menangkap pepohonan buah dl belakang mereka. Dia berjalan tergopoh-gopoh ke pepohonan itu secepat yang dia bisa dan di sana, pastinya, dia menemukan sesuatu yang sangat dimengertinya. Tapi para Anjing tidak berpindah, mengibas-ngibaskan ekor mereka, begitu juga Poggin, menyalami tangan semua orang dan senyum lebar merekah di wajah jujurnya. Dan Jewel menyandarkan kepalanya yang seputih salju ke bahu Raja dan sang raja berbisik ke telinga jewel. Kemudian semua orang mengalirkan perhatian kembali ke sesuatu yang bisa dilihat melalui ambang pintu. 141 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Para naga dan kadal raksasa kini menguasai Narnia. Mereka berkeliaran menarik pohonpohon dari akarnya dan meremuk pepohonan itu seolah hanya batang-batang lidi. Menit demi menit hutan akhirnya lenyap. Seluruh negeri menjadi kosong dan kau bisa melihat berbagai hal pada bentuknya-semua tonjolan atau lubang kecilnya-yang tidak pernah kau perhatikan sebelumnya. Rerumputan kering. Tak lama kemudian Tirian mendapati dirinya melihat dunia yang terdiri atas batu dan tanah telanjang. Kau bakal sulit percaya pernah ada yang hidup di sana. Para monster itu sendiri menjadi tua, berbaring, kemudian mati. Daging mereka mengerut dan tulangbelulang mereka tampak: tak lama kemudian mereka tinggal kerangka besar yang berbaring di sana-sini pada batu mati, tampak seolah mereka telah mati ribuan tahun lalu. Untuk waktu lama segalanya bergeming. Akhirnya sesuatu yang putih garis datar panjang putih yang bercahaya saat terkena sinar para bintang yang berdiri-datang bergerak menghampiri mereka dari ujung timur dunia. Suara yang merebak luas memecahkan keheningan: pertama gumaman, kemudian gemuruh, lalu erangan. Dan kini mereka bisa melihat sesuatu itu datang, dan betapa cepatnya dia bergerak. Sesuatu tersebut tembok air berbuih. Lautan meninggi. Di dunia tanpa pohon itu kau bisa melihatnya sangat jelas. Kau bisa melihat semua sungai menjadi lebih lebar dan danau menjadi lebih luas, lalu danau-danau yang terpisah bergabung menjadi satu, lalu lembah-lembah menjelma menjadi danau-danau baru, bukit-bukit berubah menjadi pulau, kemudian pulau-pulau itu menghilang. Dan daerah liar yang tinggi di sebelah kiri mereka dan pegunungan yang lebih tinggi di sebelah kanan mereka hancur dan runtuh bersama suara gemuruh dan ceburan ke dalam air yang meninggi. Dan air berputar hingga naik tepat ke bagian bawah 142 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
ambang pintu (tapi tidak pernah melewatinya) sehingga buih bercipratan di kaki depart Aslan. Segalanya kini menjadi air yang datar dari tempat mereka berdiri hingga di mana air bertemu langit. Dan keluar dari sana mulai muncul cahaya. Garis fajar suram dan muram membentang disepanjang horison, lalu melebar dan menjadi lebih terang, hingga akhirnya mereka nyaris tidak memerhatikan cahaya bintang-bintang yang berdiri di belakang mereka. Matahari akhirnya muncul. Ketika ini terjadi, Lord Digory dan Lady Polly berpandangan dan saling mengangguk kecil. Kedua orang itu, di dunia yang lain, sudah pernah melihat matahari yang sekarat, jadi mereka segera tahu matahari yang ini juga sekarat. Matahari tampak tiga kali-dua puluh kali-lebih besar daripada yang seharusnya, dan berwarna merah sangat gelap. Ketika bias sinarnya menyinari raksasa Waktu, raksasa itu juga berubah menjadi merah: dan bayangan matahari itu juga membuat seluruh permukaan air tak berujung itu tampak seperti darah. Kemudian bulan muncul, posisinya sangat aneh, sangat dekat dengan matahari, dan tampak merah juga. Dan ketika bulan tampak, matahari mulai menembakkan lidah-lidah api tinggi, seperti kumis atau ular api merah, ke arahnya. Seolah matahari merupakan gurita yang berusaha menarik bulan mendekat dengan tentakel-tentakelnya. Dan mungkin matahari memang menarik bulan. Bagaimanapun bulan datang mendekatinya, awalnya perlahan, tapi kemudian semakin lama semakin cepat, sampai akhirnya lidah-lidah api matahari yang panjang melibat bulan, menarik keduanya hingga menyatu, dan menjadi bola raksasa seperti batu bara yang terbakar. Bongkahan-bongkahan besar api berjatuhan dari bola raksasa itu ke dalam lautan, dan awan uap membumbung naik. Kemudian Aslan berkata, "Sekarang buatlah akhir."
143 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Sang raksasa melemparkan terompet tanduknya ke lautan. Kemudian dia merentangkan salah satu tangan-tampak sangat gelap dan panjangnya ribuan mil-melintasi angkasa hingga tangannya mencapai matahari. Dia mengambil matahari dan meremasnya dengan tangannya seperti kau meremas jeruk. Dan mendadak kegelapan total datang. Semua orang kecuali Aslan melompat ke belakang menghindari udara sedingin es yang kini bertiup dari ambang pintu. Ujung-ujungnya sudah mulai tertutup es. "Peter, Raja Agung Narnia," kata Aslan. "tutuplah pintunya." Peter, sambil gemetaran karena kedinginan, mencondongkan tubuh ke dalam kegelapan dan menarik daun pintu tertutup. Daun pintu itu menggesek es saat dia menariknya. Kemudian, dengan gerakan agak kaku (karena bahkan pada saat itu tangannya telah mati rasa dan membiru) dia mengeluarkan kunci emas dan menguncinya. Mereka telah cukup banyak melihat hal-hal aneh dari ambang pintu itu. Tapi jauh lebih aneh ketika mereka melihat ke sekitar dan mendapati diri mereka sendiri dalam kehangatan siang hari, langit biru di atas mereka, bunga-bunga di kaki mereka, dan tawa di mata Aslan. Aslan berbalik cepat, merunduk lebih rendah, memecut dirinya sendiri dengan ekornya, lalu melesat pergi seperti panah keemasan. "Pergi jauh lebih dalam! Naik lebih tinggi!" dia berteriak ke balik bahunya. Tapi siapa yang bisa mengikutinya dengan kecepatan seperti itu? Mereka mulai berjalan ke arah barat untuk mengikutinya. "Jadi," kata Peter, "malam turun di Narnia. Apa ini, Lucy? Kau menangis? Dengan Aslan di depan, dan kita semua di sini?" "Jangan berusaha menghentikanku, Peter," kata Lucy. "Aku yakin Aslan juga tidak akan melakukan itu. Aku yakin tidaklah salah untuk berduka demi Narnia. Bayangkan semua yang terbaring mati dan membeku di belakang pintu itu." 144 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Benar dan aku sempat berharap," kata Jill, "negeri itu akan berlangsung selamanya. Aku tahu dunia kita tidak akan begitu. Aku benarbenar mengira Narnia akan abadi." "Aku melihatnya dimulai," kata Lord Digory. "Aku tidak menyangka aku akan masih hidup untuk menyaksikannya berakhir." "Tuan sekalian," kata Tirian. "Para lady berhak untuk menangis. Lihatlah, aku sendiri melakukannya. Aku telah melihat kematian ibuku. Dunia mana lagi yang kuketahui selain Narnia? Bukanlah nilai baik, melainkan tindakan tidak hormat, bila kita tidak berkabung." Mereka berjalan menjauhi pintu dan meninggalkan para dwarf yang masih duduk berdesakan dalam istal khayalan mereka. Dan sambil berjalan mereka berbincang-bincang tentang perang tua dan kedamaian tua, juga rajaraja kuno dan semua kemenangan Narnia. Para Anjing masih bersama mereka. Mereka menggabungkan diri dalam percakapan tapi tidak terlalu sering karena mereka terlalu sibuk berlari ke depan dan ke belakang, dan bergegas mengendusi wangi rerumputan sampai membuat diri mereka sendiri bersin. Mendadak mereka mengendus bau yang sepertinya membuat mereka sangat bersemangat. Mereka semua mulai berdebat tentang bau itu"Ya, memang benar-Bukan, ini bukan bau itu-Itu yang baru saja kukatakan—Siapa saja bisa mencium ball apa ini-Singkirkan hidung besarmu dari sana dan biarkan yang lain mencoba mengendus." "Ada apa, sepupu-sepupuku?" tanya Peter. "Orang Calormen, Sire," kata beberapa Anjing bersamaan. "Bawa aku kepadanya kalau begitu," kata Peter. "Entah dia akan menemui kita dalam damai atau perang, meski begitu dia akan tetap disambut." Para Anjing berlari duluan dan kembali beberapa saat kemudian, berlari seolah demi menyelamatkan nyawa, dan menggonggong keras 145 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
untuk mengatakan bahwa memang ada orang Calormen. (Para Anjing yang Bisa Berbicara, seperti anjing biasa, bertingkah seolah mereka berpikir apa pun yang sedang mereka lakukan pada saat itu teramat sangat penting.) Yang lain mengikuti ke tempat yang ditunjukkan para Anjing dan mendapati pemuda Calormen duduk di bawah pohon chestnut disamping sungai kecil yang berair jernih. Dia Emeth. Dia langsung bangkit dan membungkuk anggun. "Sir," dia berkata kepada Peter, "aku tidak tahu apakah kau teman atau lawan, tapi aku akan menganggapnya sebagai kehormatan bila bisa menyebutmu salah satunya. Bukankah salah satu pujangga pernah berkata teman bijak merupakan hadiah terbaik dan musuh bijak terbaik kedua?" "Sir," kata Peter, "aku tidak melihat ada alasan perlunya ada perang antara dirimu dan kami." "Katakanlah siapa dirimu dan apa yang telah terjadi padamu," kata Jill. "Bila akan ada cerita, marilah kita semua minum dan duduk," gonggong para Anjing. "Kami sangat lelah." "Yah, tentu saja kalian akan lelah kalau terus-menerus mondarmandir seperti yang telah kalian lakukan," kata Eustace. Jadi para manusia duduk di rumput. Dan ketika para Anjing telah minum dengan sangat lahap dan berisik dari sungai kecil, mereka semua duduk, dengan punggung sangat tegak, terengah-engah, dengan lidah terjulur keluar dari kepala mereka sedikit ke salah satu sisi untuk mendengarkan kisahnya. Tapi jewel tetap berdiri, menggosok tanduk ke sisi tubuhnya. ***
146 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB LIMA BELAS Naik Lebih Tinggi dan Pergi Jauh Lebih Dalam
"Ketahuilah, O Para Raja Kesatria," kata Emeth, "dan kalian, O Para lady yang kecantikannya menyinari jagat raya, aku Emeth putra ketujuh Harpha Tarkaan dari kota Tehishbaan, di sebelah barat padang pasir. Aku datang belakangan ke Narnia dengan dua puluh sembilan kesatria lain di bawah pimpinan Rishda Tarkaan. Nah, ketika aku pertama mendengar bahwa kami harus bergerak ke Narnia aku berbahagia, karena aku telah mendengar banyak cerita tentang negeri kalian dan sangat ingin bertemu kalian dalam pertempuran. Tapi ketika aku mengetahui kami akan pergi dengan menyamar sebagai pedagang (yang pakaiannya memalukan bagi kesatria dan putra Tarkaan) dan untuk bergerak dalam kebohongan dan kelicikan, rasa bahagia meninggalkanku. Dan yang paling buruk adalah ketika aku mendapati kami harus melayani seekor monyet, kemudian ketika mulai ada pernyataan bahwa Tash dan Aslan adalah satu, dunia menjadi gelap di mataku. Karena selalu sejak aku masih kanak-kanak aku mengabdi kepada Tash dan keinginan terbesarku adalah mengenalnya lebih jauh, dan, bila memang mungkin, melihat wajahnya. Sedangkan nama Aslan selalu membawa kebencian kepadaku. "Lalu, seperti yang kalian telah lihat, kita semua dipanggil untuk berkumpul di depan gubuk beratap rumbia, malam demi malam, dan api unggun dinyalakan, lalu si kera membawa keluar dari gubuk itu sesuatu berkaki empat yang tidak bisa kulihat jelas. Dan berbagai kaum juga Hewan membungkuk dan menghormatinya. Tapi aku berpikir, sang Tarkaan telah ditipu si kera: karena sesuatu yang keluar dari istal itu bukanlah Tash ataupun dewa lain. Tapi ketika aku memandang wajah sang Tarkaan, dan memerhatikan setiap kata yang 147 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dikatakannya kepada si kera, kemudian aku berubah pikiran: karena aku melihat sang Tarkaan sendiri tidak memercayai ini. Kemudian aku mengerti dia bahkan sama sekali tidak percaya pada Tash: karena bila percaya, bagaimana mungkin dia berani melecehkannya? "Ketika aku memahami ini, kemarahan besar datang kepadaku dan aku bertanya-tanya apakah Tash yang sesungguhnya tidak akan menyambar si kera maupun sang Tarkaan dengan api dari langit. Walaupun begitu aku menyembunyikan kemarahan dan menahan lidah, lalu menunggu untuk melihat bagaimana akhir kisah ini. Tapi kemarin malam, seperti yang telah diketahui sebagian dari kalian, si kera tidak membawa benda kuning itu melainkan berkata bahwa semua yang ingin melihat Tashlan karena mereka telah menggabungkan dua kata itu untuk mengelabui bahwa keduanya adalah satu-harus masuk satu demi satu ke gubuk itu. Maka aku berkata kepada diriku sendiri, pastinya ini tipuan lagi. Tapi ketika si kucing masuk lalu keluar lagi tampak gila karena ketakutan, aku berkata pada diriku sendiri, pastinya Tash yang asli yang mereka panggil tanpa pengetahuan atau keyakinan, kini telah berada di antara kami, dan akan menghukum musuhnya. Dan walaupun hatiku mencair di dalam karena kemuliaan dan teror Tash, hasratku lebih kuat daripada rasa takutku, dan aku mengerahkan kekuatan ke lututku agar keduanya berhenti gemetar, dan ke gigiku agar tidak bergemeletuk, dan memutuskan akan menatap wajah Tash walaupun dia bakal memusnahkanku. Jadi aku rnenawarkan diriku sendiri untuk masuk ke gubuk tersebut, lalu sang Tarkaan, walaupun tidak rela, membiarkanku pergi. "Segera setelah aku masuk melewati pintu itu, keheranan pertama adalah ketika aku mendapati diriku sendiri berada dalam limpahan sinar matahari yang sangat terang (seperti yang kita alarm sekarang) walaupun bagian dalam gubuk tampak gelap dari luar. Tapi aku tidak 148 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
punya waktu untuk mengagumi ini karena mendadak aku terpaksa bertarung menyelamatkan leher melawan salah satu bangsaku sendiri. Segera setelah melihatnya, aku mengerti bahwa si kera dan sang Tarkaan telah menempatkannya di sana untuk membunuh siapa pun yang masuk kalau orang itu tidak tahu soal rahasia mereka: jadi prajurit itu juga pembohong, penghujat, dan bukan abdi setia Tash. Aku menjadi lebih yakin untuk melawannya, dan setelah mengatasi penjahat itu, aku melemparkannya keluar lewat pintu. "Kemudian aku mengawasi keadaan sekitarku dan melihat langit juga dataran-dataran luas, serta mencium wangi manis. Lalu aku berkata, demi dewa-dewa, ini tempat yang indah: mungkin aku telah datang ke negeri Tash. Jadi aku mulai menjelajahi daerah asing ini dan mencarinya. "Aku pun melintasi banyak rumput dan bunga juga segala macam pohon lebat dan indah hingga akhirnya rendah di tempat sempit di antara dua batu di sana datang Singa Agung menemuiku. Kecepatan gerakannya seperti burung unta, dan ukurannya sebesar gajah, rambutnya seperti emas murni, dan kilau di matanya seperti emas cair dalam kuali. Dia lebih mengerikan daripada Gunung Berapi Lagour, dan dalam hal kecantikan dia melebihi segalanya yang ada di dunia seperti keindahan mawar mekar mengalahkan debu di padang pasir. "Lalu kakiku lemas dan aku terjatuh di dekat kakinya dan berpikir, pasti ini saatnya mati, karena sang singa (yang layak mendapatkan segela penghormatan) akan tahu selama hidupku aku mengabdi Tash dan bukan dia. Walaupun begitu, lebih baik melihat sang singa lalu mati daripada menjadi Tisroc bagi seluruh dunia dan hidup namun tidak pernah melihatnya. Tapi Yang Agung dan Mulia menundukkan kepala keemasannya dan menyentuh dahiku dengan lidahnya kemudian berkata, 'Anakku, selamat datang.' Tapi aku berkata, 'Sayangnya, Lord, aku bukanlah anakmu melainkan abdi Tash.' Dia menjawab, 'Nak, semua pelayanan yang kaulakukan demi Tash, aku 149 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
anggap sebagai pelayanan yang dilakukan demi aku.' Kemudian karena keinginan besarku untuk mendapatkan kebijakan dan pemahaman, aku menekan rasa takut dan bertanya kepada Yang Agung dan Mulia, 'Lord, jadi apakah memang benar, seperti yang dikatakan si kera, bahwa kau dan Tash adalah satu?' Sang singa menggeram sehingga bumi berguncang (tapi kemarahannya bukanlah terhadapku) dan berkata, 'Itu tidak benar. Bukan karena aku dan dia adalah satu, tapi karena kami berlawananaku mengambil untukku pelayanan yang kaulakukan untuknya. Karena aku dan dia merupakan jenis yang berbeda sehingga tidak ada pelayanan yang jahat bisa dilakukan untukku, dan tidak ada yang tidak jahat bisa dilakukan untuknya. Karena itulah, bila ada yang bersumpah demi nama Tash lalu menjaga dan menepati sumpahnya itu, sebenarnya dia telah bersumpah atas namaku, walaupun dia tidak mengetahuinya, dan akulah yang memberinya imbalan. Dan kalau ada yang melakukan kekejaman atas namaku, maka, meskipun dia mengucapkan nama Aslan, adalah Tash yang dia puaskan dan Tashlah yang akan menerima tindakannya. Apakah kau mengerti, anakku?' Aku berkata, 'Lord, kaulah yang paling tahu seberapa banyak yang telah kupahami.' Tapi aku juga berkata (karena kebenaran mendesakku), 'Walaupun begitu, aku telah mencari Tash dalam seluruh hariku.' 'Kekasih,' kata Yang Agung dan Mulia, 'kecuali hasratmu adalah untukku kau tidak akan perlu mencari begitu lama dan susah payah. Karena semua akan menemukan apa yang mereka sebenarnya cari.' "Kemudian dia mengembuskan napas kepadaku dan mengusir pergi gemetar dari tungkai-tungkaiku dan membuatku berdiri. Lalu setelah itu, dia tidak banyak berkata-kata, kecuali bahwa kami akan bertemu lagi, dan aku harus pergi jauh lebih dalam dan naik lebih tinggi. Kemudian dia menjelma menjadi pusaran angin keras laksana badai keemasan dan mendadak hilang. 150 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Dan sejak saat itu, O Para Raja dan Lady, aku telah berjalan-jalan untuk menemukannya dan kebahagiaanku begitu besar sehingga rasa itu bahkan melemahkanku seperti luka. Dan merupakan mukjizat di antara segala mukjizat, bahwa dia menyebutku Kekasih, aku yang tak lain adalah anjing-" "Hah? Apa katamu?" tanya salah satu Anjing. "Sir," kata Emeth. "Itu hanya merupakan gaya bicara yang kami miliki di Calormen." "Yah, aku tidak bisa berkata aku menyukai gaya bicara seperti itu," kata Anjing. "Dia tidak bermaksud jahat," kata Anjing yang lebih tua. "Lagi pula, kita memanggil anak anjing kita Buyung ketika mereka tidak bersikap sopan." "Benar juga," kata Anjing pertama. "Atau upik." "S-s-stt!" kata Anjing Tua. "Itu bukan kata yang sopan untuk digunakan. Ingat di mana kau berada sekarang." "Lihat!" kata Jill tiba-tiba. Seseorang mendekat, agak takut-takut, untuk menemui mereka: makhluk anggun dengan keempat kakinya, tubuhnya berwarna abuabu keperakan. Dan mereka memandangnya selama sepuluh detik penuh sebelum lima atau enam suara berkata bersamaan, "Ya ampun, itu Puzzle tua!" mereka belum pernah melihatnya di siang hari tanpa kulit singa, dan ini membuat perbedaan luar biasa. Kini dia dirinya sendiri: keledai cantik dengan bulu yang begitu halus dan kelabu juga wajah yang begitu lembut dan jujur sehingga kalau kau benar-benar melihatnya kau akan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Jill dan Lucy-berlari ke arahnya dan
151 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
melingkarkan lengan ke lehernya lalu mencium hidungnya dan membelai telinganya. Ketika mereka bertanya kepadanya di mana dia selama ini, dia berkata dia memasuki pintu bersama makhlukmakhluk lain tapi diayah, sejujurnya, dia berusaha sebisa mungkin menghindari mereka, begitu juga Aslan. Karena melihat sang singa yang sesungguhnya telah membuatnya begitu malu atas segala omong kosong mengenakan kulit singa sehingga dia tidak tahu bagaimana menatap wajah siapa pun secara langsung. Tapi ketika dia melihat semua temannya pergi ke arah barat, dan setelah dia menyantap satu atau lebih suap rumput ("Dan aku belum pernah merasakan rumput yang begitu lezat selama hidupku," kata Puzzle), dia mengumpulkan keberanian dan mengikuti. "Tapi apa yang akan kulakukan bila aku benar-benar bertemu Aslan, aku yakin aku tidak tahu," dia menambahkan. "Kau akan mendapatinya bukan masalah ketika sungguh-sungguh bertemu dengannya," kata Ratu Lucy. Kemudian mereka pergi melangkah bersama, selalu ke arah barat, karena arah itulah yang tampaknya ditunjukkan Aslan ketika berteriak, "Naik lebih tinggi dan pergi lebih jauh ke dalam." Banyak di antara makhluk lain yang bergerak ke arah sama dengan perlahan, tapi daerah berumput itu begitu lebar sehingga tidak ada kerumunan. Hari masih begitu pagi, dan kesegaran pagi hari mengisi udara. Mereka bolak-balik berhenti untuk melihat ke sekeliling atau ke belakang, sebagian karena tempat itu begitu indah dan sebagian karena ada sesuatu pada tempat itu yang tidak bisa mereka pahami. "Peter," kata Lucy, "menurutmu, tempat apa ini?" "Entahlah," jawab sang Raja Agung. "Ternpat ini mengingatkanku akan suatu tempat tapi aku tidak bisa memberimu namanya. 152 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Mungkinkah kita pernah tinggal di sini saat liburan ketika kita masih teramat sangat kecil?" "Pastinya itu liburan yang sangat menyenangkan," kata Eustace. "Aku berani bertaruh tidak ada negeri seperti ini di mana pun di dunia kita. Lihatlah warna-warninya! Kau tidak akan bisa melihat biru seperti biru pada pegunungan itu di dunia kita." "Bukankah ini negeri Aslan?" kata Tirian. "Tidak seperti negeri Aslan di puncak gunung di ujung akhir timur dunia," kata Jill. "Aku sudah pernah kesana." "Kalau ada yang tanya pendapatku," kata Edmund, "tempat ini seperti di suatu tempat dalam dunia Narnia. Lihat saja pegunungan di depan-dan pegunungan es besar di belakang daerah itu. Pastinya agak seperti pegunungan yang biasa kita lihat di Narnia, gunung-gunung yang berada di sebelah barat di belakang air terjun?" "Benar, memang mirip," kata Peter. "Tapi yang ini tampak lebih besar." "Menurutku gunung-gunung itu tidak seperti apa pun yang ada di Narnia," kata Lucy. "Tapi lihat di sana." Dia menunjuk ke arah selatan di sebelah kiri mereka, dan semua orang berhenti dan menoleh untuk melihat. "Perbukitan itu," kata Lucy, "bukit-bukit yang berhutan indah dan bukit-bukit biru di belakangbukankah daerah itu sangat mirip perbatasan selatan Narnia?" "Mirip!" teriak Edmund setelah terdiam sesaat. "Malah tepat sama. Lihat, itu Gunung Fire dengan puncak bercabang duanya, dan itu jalan perbukitan menuju Archenland dan lainnya!" "Namun walaupun begitu tetap saja tidak sama," kata Lucy.
153 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Semuanya berbeda. Daerah itu lebih berwarna dan lebih''' lebih''' oh, entahlah'''" "Lebih seperti hal yang sesungguhnya," kata Lord Digory lembut. Tiba-tiba Farsight si elang melebarkan sayapnya, membumbung tinggi sekitar sepuluh atau lima belas meter ke udara, berputarputar kemudian mendarat di tanah. "Para raja dan ratu," dia berteriak, "kita semua telah buta. Kita hanya baru mulai melihat dimana kita berada. Dari atas sana aku telah melihat semuanyaEttinsmuir, Beaversdam, Sungai Besar, dan Cair Paravel masih berkilauan di tepi lautan timur. Narnia belum mati. Inilah Narnia." "Tapi bagaimana bisa?" tanya Peter. "Karena Aslan telah memberitahu kami yang lebih tua bahwa kami tidak akan pernah kembali ke Narnia lagi, namun di sinilah kami." "Benar," kata Eustace. "Dan kita melihat segalanya hancur dan matahari padam." "Dan segalanya di sini begitu berbeda," kata Lucy. "Si elang benar," kata Lord Digory. "Dengar, Peter. Ketika Aslan berkata kau tidak akan pernah bisa lagi kembali ke Narnia, dia mengacu pada Narnia yang kaupikirkan. Tapi itu bukan Narnia yang sesungguhnya. Yang memiliki awal dan akhir. Dunia itu hanya bayangan atau tiruan Narnia asli yang sejak dulu telah ada di sini dan akan selalu ada di sini: seperti juga dunia kita, Inggris dan semuanya, hanyalah bayangan atau tiruan sesuatu dalam dunia nyata Aslan. Kau tidak perlu berduka karena Narnia, Lucy. Seluruh Narnia lamalah yang penting, semua makhluk tersayangnya, telah ditarik ke dalam Narnia asli melalui Pintu. Dan tentu saja dunia ini berbeda, sama berbedanya antara benda asli dengan bayangan atau hidup nyata dengan mimpi."
154 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Suaranya membangkitkan semangat semua orang seperti terompet ketika dia mengucapkan kata-kata itu: tapi ketika dia menambahkan dengan suara pelan, "Semua ada dalam Plato, ada dalam Plato: astaga, apa sebenarnya yang mereka ajarkan kepada anak-anak di sekolahsekolah itu?" Anak-anak yang lebih tua tertawa. Ini tepat seperti hal-hal yang pernah mereka dengar dikatakan Lord Digory dulu sekali di dunia lain tempat janggutnya beruban bukannya berwarna keemasan. Dia tahu kenapa mereka tertawa dan ikut tertawa juga. Tapi dengan sangat segera mereka semua kembali muram: karena, seperti yang kauketahui, ada semacam kebahagiaan dan keajaiban yang membuatmu merasa serius. Waktu ini terlalu berharga untuk dibuangbuang dengan lelucon. Adalah sulit untuk menjelaskan bagaimana tanah bermandikan sinar matahari ini berbeda dengan Narnia lama, sama seperti memberitahuku bagaimana rasa buah di negeri itu. Mungkin kau akan memiliki beberapa bayangan kalau kau berpikir seperti ini. Anggaplah kau berada di ruangan dengan jendela menghadap ke teluk lautan indah atau lembah hijau yang membelah pegunungan. Dan di dinding ruangan tersebut yang berseberangan dengan jendela, bayangkan ada cermin. Dan ketika kau berbalik menjauhi jendela mendadak kau menangkap penampakan laut atau lembah itu, dari awal lagi, melalui cermin. Dan lautan di dalam cermin, atau lembah di dalam cermin, dalam satu sisi bisa dibilang sama dengan aslinya: walaupun begitu di saat yang sama laut atau lembah itu entah bagaimana berbeda-lebih dalam, lebih indah, lebih seperti tempattempat dalam cerita-dalam cerita yang belum pernah kaudengar tapi sangat ingin kauketahui. Perbedaan antara Narnia tua dengan Narnia baru seperti itu. Yang baru merupakan negeri yang lebih dalam: setiap batu, bunga, dan helai daun rumput tampak seolah punya arti lebih. Aku tidak bisa 155 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
menggambarkannya lebih baik daripada itu: kalau punya kesempatan kesana, kau akan tahu bagaimana maksudku. Si unicorn-lah yang merangkum perasaan semua orang. Dia menjejakkan tapak depan kanannya di tanah dan meringkik, kemudian berteriak: "Aku telah tiba di rumah akhirnya! Inilah negeriku yang sebenarnya. Aku berasal dari sini. Inilah tanah yang kucari sepanjang hidupku, walaupun aku belum mengetahuinya hingga kini. Alasan kenapa aku mencintai Narnia lama adalah karena negeri itu terkadang tampak agak mirip dengan negeri ini. Brii-hii-hii! Naik lebih tinggi dan pergi lebih jauh ke dalam!" Dia mengibaskan surainya dan melompat ke depan kemudian mulai berpacu kencanglangkahlangkah unicorn yang, di dunia kita, akan segera membawanya lenyap dari pandangan dalam hitungan detik. Tapi kini hal yang paling aneh terjadi. Semua orang mulai berlari, dan mereka mendapati, dengan terperangah heran, bahwa mereka bisa menyamai langkah kaki jewel: bukan hanya para anjing dan manusia, tapi bahkan Puzzle kecil yang gemuk dan Poggin si dwarf dengan kaki pendeknya. Udara menerpa wajah mereka seolah mereka sedang mengendara cepat dengan mobil tanpa kaca depan. Daerah sekitar berkelebat melewati mereka seolah mereka sedang melihatnya dari jendela kereta ekspres. Semakin cepat dan terus semakin cepat mereka berlari, tapi tidak seorang pun dari mereka yang kepanasan, lelah, ataupun kehabisan napas. ***
156 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB ENAM BELAS Perpisahan dengan Tanah Bayang-bayang
Kalau seseorang bisa berlari tanpa merasa lelah, kurasa orang tidak akan terlalu sering ingin melakukan tindakan lain. Tapi mungkin akan ada alasan khusus untuk berhenti berlari, dan alasan khusus inilah yang membuat Eustace kini berteriak: "Astaga! Berhenti! Lihat apa yang sedang kita datangi!" Dan dia memang pantas berbuat begitu. Karena kini di depan mereka tampak Caldron Pool, dan di belakang kolam tersebut tebingtebing tinggi yang tak terjamah, lalu, menuangkan air ke tebingtebing, beribu-ribu ton air setiap detiknya, berkilauan seperti berlian di beberapa tempat dan tampak gelap, hijau, seperti kaca di tempat-tempat lain, Air Terjun Besar. Kim kejutan akan pemandangan ini bahkan telah tampak di mata mereka. "Jangan berhenti! Naik lebih tinggi dan pergi lebih jauh ke dalam," teriak Farsight, membelokkan penerbangannya lebih ke atas. "Semuanya bukan masalah baginya," kata Eustace, tapi jewel juga berteriak: "Jangan berhenti. Naik lebih tinggi dan pergi lebih jauh ke dalam! Hayati dalam setiap langkahmu." Suaranya masih bisa terdengar di atas raungan air tapi detik berikutnya semua orang melihat bahwa dia telah melompat ke dalam air lalu dengan tergesa-gesa juga penuh kehebohan di belakangnya, bersama cipratan demi cipratan, yang lain mengikutinya. Airnya tidaklah dingin menggigit seperti yang mereka semua (terutama Puzzle) sangka, tapi terasa sejuk penuh buih nyaman. Mereka mendapati diri mereka berenang langsung menuju air terjun itu sendiri. "Ini benar-benar gila," kata Eustace kepada Edmund. 157 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku tahu. Walaupun begitu-" kata Edmund. "Ini bagus sekali, ya?" kata Lucy. "Apakah kalian menyadari kita tidak bisa merasa takut, bahkan bila kita ingin? Coba saja." "Ya ampun, memang tidak bisa," kata Eustace setelah mencobanya. Jewel yang pertama mencapai kaki air terjun, tapi Tirian tepat berada di belakangnya. Jill terakhir tiba, jadi dia bisa melihat seluruh kejadian lebih lengkap daripada yang lain. Dia melihat sesuatu yang putih bergerak naik dengan kecepatan tetap di permukaan air terjun. Sesuatu yang putih itu si unicorn. Kau tidak bisa memastikan apakah dia berenang atau memanjat, tapi dia terus bergerak, semakin tinggi dan terus semakin tinggi. Puncak tanduknya membelah air tepat di atas kepalanya, dan air mengucur deras dalam dua aliran berwarna pelangi di sekeliling bahunya. Tepat di belakangnya tampak Raja Tirian. Dia menggerakkan kaki dan lengannya seolah sedang berenang tapi dia bergerak naik lurus: seolah kita bisa berenang menaiki dinding rumah. Yang tampak paling aneh adalah para anjing. Saar berlari menuju air terjun, mereka sama sekali tidak terengah-engah, tapi kini, ketika mereka bergerak menggeliat bersama-sama ke atas, beberapa di antara mereka sering kali tersedak dan bersin, ini dikarenakan mereka tidak berhenti menggonggong, dan setiap kali mereka melakukan itu mulut dan hidung mereka dipenuhi air. Tapi sebelum Jill mendapat kesempatan untuk menyadari semua hal secara keseluruhan, dia pun mulai menaiki air terjun. Kejadian ini sejenis yang mustahil terjadi di dunia kita. Bahkan kalaupun kau belum tenggelam, kau bakal dihantam babak belur oleh berat air yang mengerikan menuju gerigi bebatuan yang tak terhitung banyaknya. Tapi di dunia itu kau bisa melakukannya. Kau bergerak naik dan terus naik, dengan berbagai pantulan cahaya berkilauan ke arahmu dari air dan berbagai jenis bebatuan berwarna berkilauan di 158 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
baliknya, sampai seolah kau sedang menaiki cahaya itu sendirilalu terus tinggi dan meninggi sampai kesadaran akan tinggi akan membuatmu ngeri kalau kau bisa ketakutan, tapi di sini ketinggian itu hanya terasa luar biasa menyenangkan. Kemudian akhirnya kita akan sampai ke kelokan hijau yang indah dan halus di mana air tertuang dari atas dan mendapati diri kita kini berada di sungai datar di atas air terjun. Arus air berpacu melewatimu, tapi kau perenang andal sehingga bisa bergerak maju melawannya. Tak lama kemudian mereka berada di tepi sungai, air menetes-netes dari tubuh mereka tapi mereka bahagia. Lembah panjang terbuka di hadapan dan pegunungan salju, kini jauh lebih dekat, menjulang ke langit. "Naik lebih tinggi dan pergi lebih jauh ke dalam," teriak jewel dan mereka segera bergerak lagi. Mereka kini sudah keluar dari Narnia dan mendaki ke Western Wild yang belum pernah dilihat bahkan oleh Tirian, Peter, maupun si elang. Tapi Lord Digory dan Lady Polly pernah. "Kau ingat? Kau ingat?" mereka berkata-dan mengucapkannya dengan suara mantap pula, tanpa terengah-engah, walaupun kelompok itu kini berlari lebih cepat daripada anak apanah. "Apa maksudmu, Lord?" Tanya Tirian. "Jadi adalah benar, seperti yang dikisahkan dalam cerita, bahwa kalian berdua melakukan perjalanan hingga kesini pada hari dunia diciptakan?" "Benar," jawab Digory, "dan terasa bagiku hari itu baru terjadi kemarin." "Dan dengan kuda terbang?" tanya Tirian. "Apakah bagian itu benar?" "Tentu saja," jawab Digory. Tapi para Anjing menggonggong, "Lebih cepat, lebih cepat." 159 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Jadi mereka berlari lebih cepat dan terus lebih cepat sampai rasanya lebih seperti terbang daripada berlari, dan bahkan si elang di atas bergerak tidak lebih cepat daripada mereka. Kemudian mereka melewati lembah berliku demi lembah berliku dan mendaki sisisisi curam perbukitan dan, lebih cepat daripada kapan pun, menuruni sisisisi yang lain, mengikuti sungai dan terkadang menyeberanginya dan berjalan melintasi danau-danau gunung seolah mereka perahu boat hidup, sampaiakhirnya di ujung jauh sebuah danau panjang yang tampak sebiru batu turkois, mereka melihat bukit hijau bepermukaan rata. Sisi-sisinya securam sisi pyramid dan disekeliling puncaknya tampak dinding hijau: tapi di atas dinding itu muncul cabang-cabang pepohonan yang daun-daunnya tampak seperti perak dan buahnya seperti emas. "Naik lebih tinggi dan pergi lebih jauh ke dalam!" raung si unicorn, dan tidak ada yang menahan diri. Mereka berlari lurus menuju kaki bukit kemudian mendapati diri mereka berlari menaikinya hampir seperti air dari ombak yang pecah merambah batu pada ujung suatu teluk. Walaupun lerengnya nyaris securam atap rumah dan rerumputannya selicin rumput lapangan bowls, tidak ada yang tergelincir. Barulah ketika mencapai puncak bukit mereka memperlambat langkah, itu karena mereka mendapati diri mereka menghadap gerbang emas besar. Dan untuk sesaat tidak ada diantara mereka yang cukup berani untuk memeriksa apakah pintu gerbang bisa dibuka. Mereka semua merasakan perasaan yang sama seperti dengan buahbuahan negeri itu-"Beranikah kita? Apakah ini diperbolehkan? Apakah ini memang untuk kita?" Tapi sementara mereka berdiri terdengarlah suara keras terompet tanduk, jelas dan manis menyenangkan, ditiup dari suatu tempat di dalam taman berdinding itu. Kemudian gerbang terayun terbuka.
160 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tirian berdiri menahan napas dan bertanyatanya siapakah yang akan keluar. Lalu yang keluar adalah makhluk terakhir yang disangkanya: Tikus yang Bisa Berbicara yang kecil, langsing, dan bermata berkilauan dengan bulu merah terpasang di pita yang mengelilingi kepalanya, cakar kirinya beristirahat pada pedang panjang. Tikus itu membungkuk, bungkukan yang paling anggun, dan berkata dengan suara cicitannya: "Selamat datang, atas nama sang singa. Naiklah lebih tinggi dan pergilah lebih jauh ke dalam." Kemudian Tirian melihat Raja Peter, Raja Edmund, dan Ratu Lucy berlari ke depan untuk berlutut dan menyapa Tikus itu, mereka semua berteriak, "Reepicheep!" Dan napas Tirian menjadi cepat hanya karena sekadar rasa takjub, karena kini dia tahu dia sedang melihat salah satu pahlawan terbesar di Narnia, Reepicheep si Tikus yang pernah bertarung dalam Perang Beruna dan setelah itu berlayar ke Ujung Dunia bersama Raja Caspian sang Penjelajah Lautan. Tapi sebelum dia memiliki banyak waktu untuk memikirkan ini, dia merasakan dua lengan kuat menekan dirinya dan ciuman wajah berjanggut di kedua pipinya lalu mendengar suara yang sangat diingatnya berkata: "Apa kabar, Nak? Kau lebih kekar dan tinggi sejak terakhir aku menyentuhmu!" Orang itu ayahnya sendiri, Raja Erlian yang baik: tapi tidak seperti yang Tirian lihat terakhir kali ketika mereka membawanya pulang dalam keadaan pucat dan terluka akibat pertarungannya dengan bangsa raksasa, juga tidak seperti yang diingatnya tahun-tahun berikutnya ketika dia telah menjadi pejuang dengan kepala beruban. Pria ini ayahnya, muda dan ceria, tepat seperti yang diingatnya dari masa-masa awal ketika dia sendiri masih kanak-kanak yang senang bermain dengan ayahnya di taman istana Cair Paravel, tepat sebelum waktunya tidur pada malam musim panas. Aroma roti dan susu yang biasa dia dapat saat kudapan malam kembali kepadanya. 161 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Jewel berkata dalam hati, aku akan membiarkan mereka berbicara sebentar berdua, barulah aku akan pergi kesana dan menyapa Raja Erlian yang baik. Dia memberiku banyak apel merah ketika aku masih kecil. Tapi detik berikutnya ada hal lain yang mengalihkan pikirannya, karena kini keluar dari gerbang, kuda yang begitu gagah dan mulia sehingga bahkan seekor unicorn pun akan merasa malu bila tampil bersamanya: kuda bersayap yang agung. Kuda itu memandang sebentar Lord Digory dan Lady Polly, lalu meringkuk, "Apa kabar, sepupu-sepupuku?" dan mereka berdua berteriak, "Fledge! Fledge tua yang baik!" dan bergegas menghampiri untuk menciumnya. Namun kini si tikus kembali mengajak mereka masuk. Jadi mereka semua melintasi pintu gerbang, masuk ke udara wangi lezat yang berembus melewati mereka keluar taman, juga masuk ke campuran sinar mentari yang sejuk dan bayangan di bawah pepohonan, berjalan di atas rumput tebal dengan bunga putih di sana-sini. Hal paling pertama yang disadari semua orang dengan rasa terkejut adalah betapa tempat itu jauh lebih luas daripada tampilannya dari luar. Tapi tidak ada yang punya kesempatan untuk memikirkan ini karena orangorang kini berdatangan dari segala arah untuk menemui para pendatang baru. Semua orang yang pernah kau dengar keberadaannya (kalau kau mengetahui sejarah negeri ini) tampaknya ada di sana. Ada Glimfeather si burung hantu dan Puddlegum si Marshwiggle, lalu Raja Rilian yang telah terbebas dari sihir dan ibunya, putri sang bintang dan ayah Rilian yang agung Caspian sendiri. Dan dekat dibelakangnya tampak Lord Drinian, Lord Berne, Trumpkin si dwarf dan Trufflehunter si luak baik dengan Glenstorm si centaurus, dan ratusan pahlawan lain dari Perang Pembebasan. Kemudian dari sisi lain datanglah Cor Raja Archenland dengan Raja Lune ayahnya dan istrinya Ratu Aravis, juga pangeran pemberani 162 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Corin si Tinju Petir, adiknya, serta Bree si Kuda dan Hwin si Kuda Betina. Kemudian yang adalah keajaiban di atas segala keajaiban bagi Tirian-di sana datang lebih jauh dari masa lampau, dua berang-berang yang baik dan Tumnus si faun. Lalu ada sapaan, kecupan, jabat tangan, dan lelucon-lelucon lama yang kembali diutarakan (kau tidak akan bisa membayangkan betapa terdengar lucunya lelucon lama ketika kau mengutarakannya lagi setelah beristirahat selama lima atau enam ratus tahun) dan seluruh kelompok bergerak maju menuju tengah-tengah kebun buah tempat sang phoenix duduk di pohon dan menatap ke bawah kepada mereka semua, dan di kaki pohon itu ada dua singgasana, dan di dua singgasana itu duduk Raja dan Ratu yang begitu agung dan cantik sehingga semua orang membungkuk di hadapan mereka. Dan mereka memang pantas melakukan itu, karena dua orang itu adalah Raja Frank dan Ratu Helen yang dari keduanyalah para raja Narnia dan Archenland yang paling tua diturunkan. Lalu Tirian merasa seperti yang akan kaurasakan bila dipertemukan dengan Adam dan Hawa dengan segala kemuliaan mereka. Sekitar setengah jam kemudian atau mungkin saja setengah ratus tahun kemudian, karena waktu di sana tidak seperti waktu di siniLucy berdiri bersana teman tersayangnya, teman Narnia terlamanya, Tumnus si faun, melihat ke bawah dari atas dinding taman, dan melihat seluruh Narnia terbentang di bawah. Tapi ketika kau melihat ke bawah kau mendapati bahwa bukit ini lebih tinggi daripada perkiraanmu: bukit menukik ke bawah dengan tebing-tebing bercahaya, beribu-ribu meter di bawah mereka dan pepohonan di bagian lebih bawah dunia itu tampak tidak lebih besar daripada butir garam berwarna hijau. Kemudian Lucy menghadap ke dalam taman lagi dan berdiri dengan punggung bersandar ke dinding dan memandangi tempat tersebut. 163 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku mengerti," katanya akhirnya setelah berpikir lama. "Aku mengerti sekarang. Taman ini seperti istal itu. Lebih luas di dalam daripada di luarnya." "Tentu saja, Putri Hawa," kata si faun. "Bila kau pergi semakin tinggi dan jauh ke dalam, segalanya akan tampak makin besar. Bagian dalam lebih besar daripada bagian luar." Lucy memandang lekat taman itu dan melihat tempat tersebut bukan benar-benar taman, melainkan dunia tersendiri, dengan sungai, hutan, lautan, dan pegunungan tersendiri. Tapi semua itu tidak asing: Lucy mengenali semuanya. "Jadi begitu," katanya. "Ini masih Narnia, dan lebih nyata serta lebih indah daripada Narnia di bawah, seperti juga lebih nyata dan lebih indah daripada Narnia di luar pintu istal! Aku mengerti''' dunia di dalam dunia, Narnia di dalam Narnia'''" "Benar," kata Mr Tumnus, "seperti bawang bombai: kecuali di sini setiap kali kau masuk lebih dalam, setiap lingkaran lebih besar daripada yang terakhir." Dan Lucy memandang kesini dan kesana lalu tak lama kemudian mendapati bahwa sesuatu yang baru dan indah telah terjadi padanya. Setiap kali dia melihat sesuatu, betapapun jauhnya, sekali dia sudah memusatkan pandangan kesana, sesuatu itu menjadi sangat jelas dan dekat seolah dia sedang melihat dengan teleskop. Dia bisa melihat seluruh padang pasir selatan dan lebih jauh lagi di belakangnya kota besar Tashbaan: ke arah timur dia bisa melihat Cair Paravel di tepi laut dan jendela kamar yang dulu miliknya. Dan jauh di lautan dia bisa menemukan pulau-pulau, pulau demi pulau ke Ujung Akhir Dunia, dan, lebih jauh di belakang ujung akhir, gunung raksasa yang mereka sebut negeri Aslan. Tapi kini dia melihat gunung itu merupakan bagian dari rangkaian pegunungan yang mengelilingi seluruh dunia. Di depannya semua tampak sangat dekat. 164 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kemudian dia melihat ke kiri dan melihat yang dia duga adalah sekelompok besar awan berwarna cerah, dengan jurang memisahkan mereka. Tapi ketika dia mengamati dengan lebih saksama dan melihat ternyata itu bukan awan melainkan tanah sungguhan. Dan saat dia memasang mata pada satu titik tertentu di sana, dia langsung berteriak, "Peter! Edmund! Kemari dan lihat! Cepat ke sini!" Lalu mereka datang dan melihat yang ditunjuk Lucy, karena mata mereka juga telah memiliki kemampuan yang sama dengan adik mereka itu. "Wah!" seru Peter. "Itu Inggris. Dan rumah itu-rumah lama Profesor Kirke di desa tempat semua petualangan kita dimulai!" "Kukira rumah itu sudah dirobohkan," kata Edmund. "Memang sudah," kata si faun. "Tapi kau kini sedang melihat Inggris di dalam Inggris, Inggris sungguhan seperti juga tempat ini Narnia sungguhan. Dan di dalam Inggris bagian dalam itu tidak ada benda yang baik dihancurkan." Mendadak mereka memindahkan pandangan ke tempat lain, kemudian Peter, Edmund, dan Lucy terperangah kagum lalu berteriak dan mulai melambaikan tangan: karena mereka melihat ayah dan ibu mereka, membalas lambaian ke arah mereka di seberang lembah luas dan dalam. Situasinya sepertinya ketika kau melihat orang-orang melambaikan tangan kepadamu dari dek kapal besar ketika kau menunggu di dermaga untuk menemui mereka. "Bagaimana kami bisa mendekati mereka?" kata Lucy. "Itu mudah," kata Mr Tumnus. "Negeri itu dan negeri ini-semua negeri sungguhan hanyalah roda-roda bergerigi membentang dalam pegunungan raksasa Aslan. Kita hanya perlu berjalan disepanjang punggung gunung, lebih naik dan lebih masuk ke dalam, sampai
165 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
kedua negeri bertemu. Dan dengar! Itu terompet tanduk Raja Frank: kita semua harus naik." Dan tak lama kemudian mereka mendapati diri mereka semua berjalan bersama-dan betapa agung juga cerianya barisan itu-mendaki menuju pegunungan yang lebih tinggi daripada yang bisa kaulihat di dunia ini bahkan bila memang ada. Tapi tidak ada salju pada pegunungan tersebut: namun ada hutan, lereng hijau, kebun buah manis, dan air terjun yang berkilauan, satu setelah yang lain, begitu terus-menerus seolah tidak berakhir. Dan tanah yang mereka pijaki kian lama kian menyempit, dengan lembah dalam di setiap sisinya: dan di seberang lembah itu tanah yang adalah Inggris asli kian dekat dan terus mendekat. Cahaya di depan menguat. Lucy melihat kelompok besar tebing berbagai warna menjulang di depan mereka seperti tangga bangsa raksasa. Kemudian dia melupakan segalanya, karena Aslan sendiri kini datang, melompat turun dari tebing ke tebing seperti air terjun besar kekuatan dan keindahan yang hidup. Dan orang pertama yang dipanggil mendekatinya adalah Puzzle si keledai. Kau tidak pernah melihat keledai tampak lebih lunglai dan konyol daripada Puzzle ketika dia berjalan naik ke Aslan, lalu dia tampak, di samping Aslan, sekecil anak kucing di samping anjing St Bernard. Sang singa menundukkan kepala dan membisikkan sesuatu kepada Puzzle sehingga telinga panjangnya turun lemas, tapi kemudian Aslan mengatakan sesuatu yang lain sehingga telinga Puzzle berdiri tegak lagi. Para manusia tidak bisa mendengar apa yang dikatakannya sepanjang waktu itu. Kemudian Aslan menoleh ke arah mereka dan berkata, "Kalian tidak tampak sebahagia seperti yang kuinginkan." Lucy berkata, "Kami khawatir akan disuruh pergi, Aslan. Dan kau telah begitu sering memulangkan kami ke dunia kami sendiri." 166 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tidak perlu khawatir soal itu," kata Aslan. "Apakah kalian belum menduganya?" Hati mereka melompat, dan harapan liar bangkit di dalam diri mereka. "Kecelakaan kereta api memang telah terjadi," kata Aslan lembut. "Ayah dan ibu kalian juga kalian semua telah-seperti yang biasa kalian sebut di Tanah Bayang bayang-mati. Semester pembelajaran telah berakhir: liburan sudah dimulai. Mimpi telah berakhir: ini adalah pagi hari." Dan ketika berbicara, Dia tidak lagi tampak di mata mereka seperti singa, tapi hal-hal yang mulai terjadi setelah itu yang begitu luar biasa dan indah sehingga aku tidak bisa menuliskannya. Dan bagi kita ini akhir semua kisah, dan kita bisa dengan yakin berkata mereka hidup bahagia selamanya. Tapi bagi mereka ini hanyalah permulaan kisah sebenarnya. Sepanjang hidup mereka di dunia ini dan segala petualangan mereka di Narnia hanyalah sampul dan halaman judul: kini akhirnya mereka memulai Bab Satu Kisah Agung yang belum pernah dibaca siapa pun di bumi, yang berlangsung abadi, dimana dalam setiap bab lebih menyenangkan daripada sebelumnya. -END-
E-Book by Ratu-buku.blogspot.com -
167 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m