Jurnal komunikasi, ISSN 1907-898X Volume 7, Nomor 1, Oktober 2012
Perspektif Islam dalam Pendidikan Public Relations: Sebuah Peluang
Narayana Mahendra Prastya Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta
Abstract In many countries, Western perspective still dominates PR education. In fact, Western perspective is not necessarily suitable to be applied in the country or region that has a different culture. This Western dominance is caused by lack of study about PR using other perspectives than the West. The scholars see the need for another perspective to develop PR education. One perspective that can take advantage of this opportunity is the Islamic perspective. The first part of this paper describes the domination of the U.S. in PR education and the critics regarding to that. The next section describes how to incorporate Islamic perspective in PR education, using study cases. The last section is the conclusion, notes the challenges to be faced in developing PR education using Islamic perspective. Keywords: public relations education, public relations theory, Islam perspective
Abstrak Di banyak negara, perspektif Barat masih mendominasi pendidikan Kehumasan. Pada faktanya, perspektif Barat ini tidak selalu sesuai untuk diaplikasikan di negara atau wilayah yang memiliki perbedaan budaya. Dominasi Barat ini terjadi karena kurangnya kajian mengenai Humas yang menggunakan perspektif selain Barat. Pada akademisi memandang perlunya pengembangan perspektif lain dalam pendidikan Kehumasan. Salah satu perspektif yang dapat memanfaatkan kesempatan ini adalah perspektif Islam. Bagian awal tulisan ini menjelaskan mengenai dominasi Amerika Serikat dalam pendidikan Kehumasan dan kritik yang berkaitan dengannya. Bahasan berikutnya adalah bagaimana melakukan inkorporasi perspektif Islam ke dalam kurikulum pendidikan Kehumasan, dengan menggunakan studi kasus. Bagian terakhir tulisan ini adalah kesimpulan, yang mencatat beberapa tantangan yang akan dihadapi dalam mengembangkan pendidikan Kehumasan yang menggunakan perspektif Islam. Kata Kunci: pendidikan Kehumasan, teori Kehumasan, perspektif Islam
Pendahuluan
Gower
Akademisi berpendapat, cara pandang
pandangan Barat – pandangan yang
Barat telah mendominasi pemahaman
etnosentris – telah menjadi pusat untuk
tentang Public Relations (PR), baik itu
pendekatan normatif dari teori-teori PR
dalam teori maupun praktik. Menurut
yang menerangkan tentang bagaimana
(seperti dikutip Chia, 2009),
55
Jurnal komunikasi, Volume 7, Nomor 1, Oktober 2012
seharusnya
PR
dipraktikkan,
dipahami
bukan
dan
mempelajari
Kondisi problem
ini
bagi
mendatangkan
pembelajaran
PR.
bagaimana praktik PR yang dilakukan di
Contohnya di Malaysia. Salah satu buku
berbagai
teks yang digunakan di Negeri Jiran
latar
belakang
kultur
yang
berbeda.
adalah Public Relations Strategies and yang
Tactics yang ditulis Wilcox dkk. Hampir
dimaksud dengan kata “Barat” merujuk
70 persen dari contoh kasus yang dibahas
kepada Amerika Serikat (AS). Hampir
dalam
semua buku teks yang digunakan dalam
perusahaan
pendidikan PR di seluruh dunia datang
Olimpiade Musim Dingin ke 19 di Salt
dari AS. Buku-buku tersebut memang
Lake City, krisis di West Point, isu-isu
mengandung
cukup
Pentagon, lipstik Mood Matcher di New
banyak, namun kasus-kasus yang dibahas
York, Asosiasi Fineman di San Francisco –
sangat mungkin tidak terlalu relevan
adalah organisasi/perusahaan yang tidak
dengan masyarakat di luar kultur AS
familier
(Sriramesh, 2009).
Malaysia. Akibatnya banyak mahasiswa
Secara
lebih
spesifik,
informasi
yang
Dominasi buku-buku teks Barat menjadikan kurikulum pendidikan PR di berbagai negara sangat dipengaruhi cara pandang AS.
Sebagai contoh adalah
kondisi pendidikan PR di Eropa dan Asia (Sriramesh, 2009). Para akademisi Eropa berpendapat pendidikan PR di negara tersebut “sangat-AS sentris”. Buku-buku
yang
buku
di
tersebut Telstra
kalangan
mungkin
tidak
–
contohnya
di
Australia,
mahasiswa peduli
perusahaan/organisasi
di
dengan
tersebut
dan
mungkin tidak terlalu paham dengan materi yang menjadi bahan diskusi. Hal itu membuat mahasiswa bisa menjadi tidak tertarik dengan materi yang dibahas dan sulit untuk menerapkan apa yang dipelajari (Ahmad dan Putra, 2008). Penelitian oleh Toth & Sisson
dari AS digunakan untuk mempelajari konsep dan praktik PR. Kondisi serupa
(2011)
terjadi di Asia, buku-buku yang dipakai
mewawancarai akademisi PR dari 20
sebenarnya diperuntukkan untuk peserta
negara
didik di AS dan berisikan pengalaman
responden menggunakan buku-buku teks
para profesional di Negeri Paman Sam
dari AS atau Inggris Raya atau versi
tersebut. Dalam beberapa situasi, buku-
terjemahan
buku dari AS tersebut diterjemahkan
Bahkan akademisi dari Inggris Raya
begitu
mengatakan
saja,
tanpa
usaha
untuk
yang
dilakukan
menunjukkan
dari
buku-buku
cukup
dengan mayoritas
tersebut.
bergantung
pada
menyesuaikan antara apa yang ada di teks
buku-buku dari kawasan Amerika Utara,
dengan konteks dari negara tersebut. Hal
walaupun isinya kurang sesuai dengan
ini
pasar di Eropa. Sementara akademisi dari
mengurangi
nilai-nilai
kepada peserta didik lokal. 56
informasi
Finlandia dan Jerman tidak menggunakan
Narayana Mahendra Prastya, Perspektif Islam dalam Pendidikan Public Relations: Sebuah Peluang
buku-buku dari AS, akan tetapi tetap
Lantas bagaimana jira kode etik
menggunakan koleksi jurnal atau nukilan
IPRA diterapkan di negara yang memiliki
bab dari buku-buku dari AS tersebut. Di
kultur berbeda? Tentu akan sangat sulit.
kawasan
Contohnya di kawasan Asia atau di Timur
Amerika
Latin,
lembaga
pendidikan di Venezuela menggunakan
Tengah
buku-buku PR karya penulis lokal, namun
merupakan
juga tetap menggunakan buku teks dari
kesuksesan dalam menjalin hubungan
AS.
dibangun
di
mana
pemberian
tradisi. melalui
Di
Asia,
serangkaian
(gift) sebuah “acara
Dominasi cara pandang AS dalam
makan malam dan minum anggur” atau
buku-buku teks PR mendapat keluhan
wining and dining (Wilcox & Cameron,
dari
2009).
sejumlah
akademisi.
Seorang
Di
kawasan
Timur
Tengah,
yang
mustahil sebuah kegiatan perusahaan
menyelesaikan studi S2 dan doktoral PR
akan diberitakan jika tidak ada pemberian
di AS mengatakan bahwa dia – dan rekan-
bagi
rekan sejawat yang juga menempuh studi
menerima pemberian secara rutin dari
tentang PR di AS – mungkin akan
perusahaan setelah mereka memberitakan
kehilangan nuansa budaya, pasar, dan
kegiatan perusahaan tersebut (Berenger,
kebutuhan para mahasiswa di Korea.
2006).
akademisi
dari
Korea
Selatan
media.
Selanjutnya,
jurnalis
Untuk mengantisipasi hal tersebut, selain terus berdiskusi dengan praktisi-praktisi
Minimnya
dari Korea untuk penyusunan kurikulum,
dalam Teks Akademik Mengenai PR
dia juga meminta para mahasiswanya untuk memberikan kritik terhadap hal-hal yang dia sampaikan yang dirasa tidak sesuai dengan kondisi di negara tersebut. Problem juga muncul pada tataran praktik.
Contohnya
dalam
Non
Barat
Ada beberapa faktor penyebab mengapa teks-teks dari AS mendominasi pendidikan PR. Pertama, kajian-kajian tentang PR di AS sudah berkembang sejak tahun 1950-an, jadi wajar jira literatur
etik
yang berasal dari AS cukup banyak.
International Public Relations Association
Kedua, minimnya kajian akademik dari
(IPRA),
dilarang
persepektif selain AS (Ahmad & Putra,
memberikan gratifikasi dalam bentuk
2008). Ketiga, terutama untuk kawasan
apapun kepada wartawan atau media,
Asia,
karena
disebutkan
dipandang
pemberitaan. internasional,
bahwa
kode
Perspektif
adalah
sejumlah
negara masih
bisa
memengaruhi
berpandangan “Barat adalah yang terbaik”
Meski
berlabel
dalam banyak hal, termasuk pendidikan
namun
pengaruh
cara
PR.
Dampaknya,
negara-negara
pandang AS sangat terasa dalam kode etik
khususnya di kawasan Asia tidak jarang
tersebut.
mengikuti
AS
dalam
hal-hal
seperti 57
Jurnal komunikasi, Volume 7, Nomor 1, Oktober 2012
…the US influence is very important in public relations for us… we maintain a political relation with the United States, that I personally appreciate it very much and I am an American citizen since the Puerto Ricans are American citizens since 1917. But, we have a tradition, a Spanish tradition, a Latin American tradition that we also have to honor
pengembangan kurikulum, materi-materi kursus,
dan
sebagainya
(Sriramesh,
2009). Alhasil, penerapan cara pandang AS dalam kurikulum dilakukan secara mentah-mentah
tanpa
mempertimbangkan variabel-variabel lain seperti soal politik, ekonomi, hukum, media, dan faktor-faktor kultural yang dapat memengaruhi peran dan fungsi praktisi PR (Botan & Taylor, 2004 seperti dikutip Ahmad & Putra, 2008). Pada
kenyataannya,
Dalam
memberikan
edukasi
perspektif-
mengenai PR, nilai-nilai budaya lokal
perspektif lain diperlukan agar pengajar
tidak bisa terlepas dari konsep-konsep PR.
dan juga mahasiswa mampu memahami
Lebih
secara lebih mendalam tentang ilmu PR
tersebut
yang mereka pelajari. Seperti dinyatakan
mempelajari mengenai krisis, maka ia
Sriramesh (2009: 920):
akan
When establishing public relations curricula, universities in other regions of the World should try to avoid merely replicating the curricula of public relations programs in the United Status based on a “West is Best” worldview, which remains a widespread practice.
yang terbaik” sebaiknya dihindari. Di
akademisi
Puerto
mencontohkan
melihat
bagaimana
Riko ketika
penanganan
krisis di Meksiko, Argentina atau Republik Dominika, bukan bagaimana penanganan di Washington atau Oklahoma – yang jauh dari realitas mereka. Artinya meskipun pengaruh Barat cukup kuat, akademisi di luar
AS
dan
Inggris
Raya
tetap
menampilkan nuansa-nuansa lokal baik itu
Mentalitas bahwa “Barat adalah
lanjut
praktik,
politik,
dan
kultur,
sejarah
kondisi
kolonial,
ekonomi
dalam
kurikulum mereka (Toth & Sisson, 2011).
sejumlah negara, para akademisi PR melakukan kombinasi antara teori-teori produk AS dengan konteks lokal. Misalkan pendidikan di Puerto Riko, Brasil, dan Venezuela,
mengandung
komponen
sejarah Amerika Latin yang cukup kuat. Seorang akademisi Puerto Riko, seperti dikutip oleh Toth & Sisson (2011: 58), berpendapat: 58
Pendekatan dalam Kajian PR Objek kajian mengenai PR cukup banyak,
misalkan
hubungan
dengan
media, penulisan naskah PR, Corporate Social Responsibility (CSR), hubungan investor, manajemen krisis, komunikasi internal, masalah-masalah etika, gender, kultur, dan sebagainya. Lalu bagaimana
Narayana Mahendra Prastya, Perspektif Islam dalam Pendidikan Public Relations: Sebuah Peluang
muatan-muatan
Islam
masuk?
struktur kultural, tindakan, dan peristiwa.
Sebelum membahas hal tersebut, penulis
Penjelasan lain diungkapkan oleh Toth
terlebih
memaparkan
dan Heath yang memandang retoris
perspektif-perspektif dalam kajian PR,
berkaitan dengan hubungan (relationship)
yakni pendekatan sistem/teori sistem,
– bagaimana hubungan itu dibangun –
retoris, kritis, manajemen hubungan, dan
umumnya
posmodern (Tench & Deflagbe, 2008: 12-
publiknya. Hubungan itu bisa berlangsung
16).
konstruktif,
dahulu
bisa
akan
antara
organisasi
dengan
berdasarkan
fakta,
sistem
kepercayaan, dan kerjasama; tetapi tidak
dikembangkan oleh Grunig dan Hunt
jarang juga destruktif karena masing-
pada pertengahan 1980-an. Pendekatan
masing pihak memiliki cara pandang yang
ini memandang PR sebagai subsistem
sempit dan berkeras pada keinginan
yang membantu integrasi keseluruhan
masing-masing. Berdasarkan pandangan
subsistem, dengan fungsi PR adalah
Burke,
berkolaborasi dengan top manajemen.
retoris bermaksud menjelaskan dinamika
Dominasi dari teori-teori Grunig, yang
menyangkut faktor-faktor berikut: situasi
berdasarkan pada teori sistem, terlihat
yang
dari banyaknya buku teks yang membahas
problem
yang
tentang itu. Dominasi tersebut terjadi
sistuasi,
membahas
bukan hanya karena teori ini menawarkan
sasaran, pesan, sumber pesan, citra, atau
bingkai analisis yang jelas, namun juga
opini yang berlangsung di seputar situasi
karena apa yang ada dalam teori-teori ini
tersebut. Retoris adalah seni persuasi yang
digunakan sebagai acuan mengenai peran
banyak dipelajari di AS namun sangat
dan etika dalam praktik PR. Dalam teori
jarang dipelajari di Inggris Raya.
Pendekatan/teori
Heath
berpendapat
membutuhkan
perspektif
respon
muncul
strategis,
dari
mengenai
sebuah publik
sistem, Grunig membagi pola komunikasi
Pendekatan kritis. Perspektif ini
PR menjadi dua yakni searah dan dua
mengkritik asumsi-asumsi yang ada di
arah, asimetris dan simetris. Peran PR
perspektif sistem. Holthauzen misalnya,
yang paling ideal adalah komunikasi dua
berargumen bahwa teori-teori PR adalah
arah simetris. PR menjadi mediator antara
positivistik, berdasarkan dugaan bahwa
organisasi dengan publiknya. Tujuannya
kebenaran tunggal bisa ditentukan dengan
adalah
landasan-landasan
kesepahaman
bersama
antara
organisasi dengan publik. Pendekatan
retoris
yang
kaku.
Perspektif kritis memandan perspektif didominasi
sistem kurang bisa membahas keadaan
oleh pemikiran Burke yang berpandangan
faktual
proses
mengkritik
dialektika.
ilmiah
Pihak-pihak
yang
yang
ada.
Sementara
perspektif
retoris
Heath bahwa
terlibat menggunakan pertukaran simbolis
kekuatan-kekuatan yang dominan dalam
untuk mencapai kesepakatan mengenai
organisasi
menggunakan
perspektif59
Jurnal komunikasi, Volume 7, Nomor 1, Oktober 2012
perspektif simbolis untuk membentuk
dan politik yang lebih luas daripada hanya
persepsi dan sikap dari pihak lain.
terbatas dalam konteks organisasi
Manajemen
hubungan
Kajian mengenai PR tidak hanya
(relationship management), merupakan
terbatas pada lima paradigma tadi. Isu-isu
alah satu perspektif yang relatif baru.
lain juga dibahas seperti misalkan isu
Manajemen hubungan memusatkan pada
mengenai
peran
pengalaman
profesional
PR
dalam
gender
dalam
PR
praktisi-praktisi
dan PR
menegosiasikan serangkaian hubungan
perempuan. Isu lainnya yang sedang
yang kompleks, baik itu yang sifatnya
berkembang adalah sejarah kultural PR
internal dalam organisasi atau antara
dari luar Amerika Utara – tidak hanya
organisasi dengan publik eksternal. Tidak
dari Eropa namun juga kawasan Asia.
seperti perspektif sistem yang berpusat
Untuk Asia misalkan, Cina memiliki
pada organisasi, perspektif manajemen
praktik PR yang khas yang disebut dengan
hubungan berpusat pada publik. Selain itu
Guanxi.
hal-hal lain yang dibahas adalah masalah
berkembang kajian bahwa PR tidak hanya
kepercayaan,
komitmen,
kepada kesuksesan organisasi di mana PR
pertukaran hubungan dan hubungan yang
tersebut bekerja, namun juga memberikan
setara. Perspektif manajemen hubungan
manfaat
berkembang
mengenai etika juga mulai dibahas dalam
kepuasan,
karena
perkembangan
kultural dan perubahan teknologi yang
Kemudian
bagi
juga
masyarakat.
mulai
Masalah
beberapa tahun terakhir.
membuat posisi publik semakin kuat. Postmodern.
Pendekatan
ini
memang tidak memberikan pengaruh
Muatan Islam dalam Pendidikan Public Relations
sekuat pendekatan manajemen hubungan, dalam
pengembangan
teori-teori
PR.
Namun begitu pandangan posmodern juga
memberikan
pendekatan
baru.
ide-ide
baru
dan
Pendekatan
ini
membahas bagaimana publik memandang organisasi dengan cara pandang publik. Gagasan mengenai power dan konstruksi sosial mengenai identitas relevan dengan studi PR. Menurut Holtzhausen, sebagai disiplin yang memiliki efek terhadap masyarakat, PR harus dipahami dan dipelajari dengan konteks sosial, kultural, 60
Bagian ini membahas bagaimana memasukkan
muatan-muatan
Islam
dalam pembelajaran PR. Sebagai contoh penulis
mengambil
dua
objek
pembelajaran yakni mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) dan etika. Ada berbagai pandangan mengenai CSR, mulai yang menganggap organisasi/perusahaan melakukan CSR untuk mematuhi hukum, mencari keuntungan bisnis, tanggung jawab etik perusahaan, hingga kegiatan yang
merupakan
tindakan
sukarela
(filantrofi) perusahaan/organisasi. Karena
Narayana Mahendra Prastya, Perspektif Islam dalam Pendidikan Public Relations: Sebuah Peluang
pandangan yang berbeda-beda tersebut,
condong
maka dalam pelaksanaannya tentu akan
mendapatkan kritik. Sejumlah ahli seperti
berbeda-beda, ada yang melakukan CSR
dikutip Dusuki (2008: 10-11) menyatakan
hanya secara normatif, sebagai formalitas,
bahwa pendekatan Barat berbasis pada
kegiatan yang ada hanya sekadarnya, ada
pendekatan rasional dan argumen filosofis
yang melakukan CSR dengan sungguh-
sekuler.
sungguh.
bisa
Barat mengenai CSR menjadi relatif dan
menawarkan satu perspektif lain dalam
mungkin berbeda jika diterapkan di
CSR.
masyarakat atau kultur yang berbeda.
Nilai-nilai
Islam
Sedangkan mengenai etika PR,
ke
paradigma
Konsekuensinya,
Barat
pendekatan
Pendekatan itu menjadikan paradigma
sejauh ini etika yang menjadi acuan secara
Barat
internasional
menggunakan pendekatan materialistik
adalah
produk
Barat.
Sebuah tata aturan yang mungkin akan berbeda. Alhasil ada anggapan
CSR
cenderung
dibanding etis.
sangat sulit untuk diterapkan di kultur yang
mengenai
Konsep CSR yang saat ini banyak menghiasi buku teks mengenai bisnis atau
hanya
public relations dan yang kebanyakan
normatif saja, hanya sebatas aturan. Tak
menjadi acuan bagi perusahaan dalam
menutup kemungkinan dalam praktiknya
menjalankan
sangat jauh dengan apa yang tertulis.
sekitar 50 tahun. Sementara itu Islam
Dengan perspektif Islam, maka akan
sudah sejak lama mengajarkan konsep
bertambah wacana mengenai bagaimana
CSR baik melalui ayat Al-Qur’an, Hadis,
etika tersebut seharusnya dan bagaimana
atau pun Syari’ah. Syari’ah yang didasari
agar etika tersebut bisa dilaksanakan
ketaatan
dengan baik.
perbedaan untuk CSR dalam paradigma
1. Corporate Social Responsibility
Islam. Dusuki (2008: 22) mengungkapkan
bahwa
etika
profesi
tersebut
Berbagai definisi mengenai CSR masih terlalu didominasi atau setidaknya dipengaruhi
oleh
pengertian
dari
pemikiran Barat, yang dibentuk dari sistem nilai Barat. Diskusi-diskusi terkini CSR
tidak
melibatkan,
atau
bahkan
mengabaikan
atau
paling
minimal
mengurangi
kemungkinan
diskusi
mengenai CSR dari sudut pandang selain Barat (Mohammed, 2007; Bin Hossain &
CSR-nya
kepada
Allah
baru
berusia
memberikan
bahwa: To conclude, the concept of CSR is not a subject alien to Islam, as it is deeply inscribed in Shari`ah. Islam…This implies an ineluctable need for firms to instill good CSR practices in their business conducts embracing issues such as environmental practices, occupational safety, philanthropic contributions, and socially beneficial and harmless activities and initiatives.
Siwar, n.d.) Konsep CSR yang terlalu 61
Jurnal komunikasi, Volume 7, Nomor 1, Oktober 2012
Keunikan
dengan
saluran air tersebut” (Majallah, 1365
menggunakan paradigma Islam adalah
seperti dikutip dari Bin Hossain dan
unsur ibadah. Semua tindakan yang
Siwar, n.d). Dari sini bisa dilihat bahwa
dilakukan seorang Muslim memiliki nilai
dalam
ibadah selama tindakan tersebut memiliki
Muslim harus bertanggung jawab kepada
maksud
lingkungan dan kepentingan publik. Ini
yang
CSR
jelas
dan
memiliki
melakukan
parameter dalam teks-teks religius seperti
sejalan
Al
mencegah
Qur’an
atau
As-Sunnah.
Dalam
kaitannya dengan ibadah, CSR dalam Islam
merupakan
aktualisasi
dengan
sesuatu,
unsur
dampak
seorang
CSR
yakni
negatif
pada
lingkungan dan bersifat sosial.
dari
Dalam paradigma Islam, program
pelaksanaan zakat, infaq, dan sedekah.
CSR tidak lagi dipandang sebagai cost
Meski pada pelaksanaannya berbeda, inti
atau pun beban biaya yang memberatkan
dari zakat, infaq, dan shadaqah sama
perusahaan. Justru sebaliknya, akan ada
yakni berbagi kesejahteraan yang dimiliki
keuntungan
untuk kaum miskin atau mereka yang
dijanjikan Allah—yang akan didapatkan
kurang beruntung. Beberapa Ayat Al
perusahaan
Qur’an mengenai perintah untuk beramal
mereka lakukan. Keuntungan tersebut
di antaranya Al Baqarah 195 dan Al Maun
memang
1-7 (Sanityastuti, 2009).
nampak (tangible) tapi lebih ke aspek
–
seperti
dari
tidak
yang
program berupa
sudah
CSR
sesuatu
yang yang
Sejarah Islam mencatat keputusan
yang tidak terlihat (intangible) misalkan
dari Pengadilan Ottoman (Hanafi) yang
dukungan dari masyarakat sekitar atau
memerintahkan sebagai berikut: “Jika ada
pihak-pihak
seseorang yang membangun saluran air di
program CSR sehingga usaha bisa berjalan
dekat sumur atau sumber air yang
dengan
merupakan milik orang lain, dan saluran
semakin
air tadi mencemari sumur atau sumber air
saham, citra yang baik di mata masyarakat
tadi, maka si pemilik saluran air harus
dan konsumen.
bertanggung jawab atas pencemaran yang terjadi.
Jika
tidak
yang
menjadi
nyaman,
sasaran
kepercayaan
meningkat
dari
yang
pemegang
Namun begitu program CSR harus
mungkin
untuk
pencemaran,
dia
matang. Tidak bisa sekadar asal dilakukan
kemungkinan harus menutup saluran air
dan tujuannya hanya sebagai pemoles
tersebut.
seseorang
citra bagi perusahaan semata. Program
membangung saluran air dekat sumber
CSR yang tidak direncanakan justru akan
air, dan air kotor dari saluran air tersebut
percuma
mengalir ke sumber air dan menimbulkan
menimbulkan sikap sinis, seperti misal
ancaman pencemaran yang serius, maka
yang terjadi pada PT Freeport Indonesia
tidak ada jalan lain kecuali menutup
(Pratiwi,
mengilangkan
62
Sekali
lagi,
jika
disusun
dengan
dan
perencanaan
bukan
2009),
atau
tidak
yang
mungkin
menghasilkan
Narayana Mahendra Prastya, Perspektif Islam dalam Pendidikan Public Relations: Sebuah Peluang
program-program yang tidak tuntas dalam
Kisah ini bisa diajarkan kepada
tataran impelementasinya seperti misal
peserta
yang terjadi di perusahaan minyak dan
pemahaman bahwa praktik CSR idealnya
gas
tidak hanya sebatas pada memberikan
di
kawasan
Sumatera
bagian
Selatan/Sumbagsel (Masduki, 2009). Agar
terhindar
dari
didik
untuk
memberikan
sesuatu kepada masyarakat saja, seperti
hal-hal
membangun
sekolah,
memberikan
tersebut, CSR hendaknya bisa dilakukan
bantuan dana, tetapi juga bagaimana
dengan tepat dan memberikan manfaat.
memberdayakan masyarakat.
Kisah Nabi Muhammad SAW dengan
Namun
idealnya
pembelajaran
seorang peminta-minta dari Ansar bisa
tidak hanya pada tataran konseptual saja,
menjadi
bagaimana
tetapi juga ada contoh-contoh kasus.
melakukan hal tersebut. Kepada peminta-
Untuk CSR misalkan dari penelitian
minta itu, Nabi bertanya: ”apa yang kamu
Musset (2005) yang membahas kesulitan
punya di rumah?”. Orang tadi kemudian
yang dihadapi lembaga-lembaga sosial
menjawab bahwa dia memiliki dua potong
Islam di AS dalam melakukan kegiatan
pakaian dan sebuah tempat air dari kayu.
CSR, pasca peristiwa 9/11. Pemerintah AS
Nabi
tadi
menyoroti praktik lembaga-lembaga sosial
dimiliki.
tersebut karena mencurigai dana yang
Selanjutnya, Nabi membeli barang-barang
mereka miliki mengalir ke organisasi
tersebut dan membayar dua dirham.
teroris. Tak jarang aliran dana tersebut
rujukan
kemudian
membawa
tentang
meminta
harta
yang
orang
Nabi berpesan agar satu dirham
sulit
untuk
dilacak
terutama
ketika
digunakan untuk membeli makanan, dan
ditransfer melalui personel atau jaringan-
satu dirham lagi untuk membeli kapak.
jaringan religius (misal melalui imam
Kemudian Nabi menyuruh orang tadi
masjid), namun tidak melalui institusi
untuk memotong kayu bakar. ”Jangan
finansial. Alhasil ketika pemerintah AS
sampai saya melihat kamu lagi dalam
melakukan investigasi, lembaga-lembaga
waktu
donor
dekat,”
ujar
Nabi.
Kemudian
tersebut
menghadapi
kesulitan
setelah beberapa hari, orang tersebut
untuk memberikan penjelasan. Apalagi
kembali dan dia sudah mengantongi
karena tujuannya untuk amal, maka
sepuluh dirham dari hasil menjual kayu
pencatatan secara rinci tersebut jarang
bakar. Dengan uang tersebut, peminta-
dilakukan. Ketika prosedur ini tidak
minta tadi bisa memenuhi kebutuhan
dilakukan maka transparansi dana – yang
hidupnya (Hadis Anas Ibnu Malik, Abu
menjadi
Dawud, No 1637, seperti dikutip dari
menjadi sulit untuk dibuktikan. Akar
Mohammed, 2007: 77).
masalah dalam kesulitan tersebut adalah
tuntutan
pemerintah
AS—
tidak adanya akuntabilitas dalam kegiatan CSR. 63
Jurnal komunikasi, Volume 7, Nomor 1, Oktober 2012
Memang
harus
digarisbawahi
1. Kemampuan
untuk
memiliki
bahwa penelitan tersebut menunjukkan
kesadaran
etis
(ethical
bahwa
sensibility).
praktik
lembaga
sosial
Islam
Kemampuan
ini
tersebut berkiblat ke Arab Saudi. Dalam
merupakan landasan kesadaran
kultur
yang
Arab,
”kepercayaan”
dan
”persahabatan” berasal dari akar yang sama
et.al.,
(Zaharna,
Persoalan
sumbangan
berdasarkan
236).
tersebut
hanya
kepercayaan
bagi
seorang
profesional untuk lebih sensitif dalam
memperhatikan
kepentingan
profesi,
bukan
saja
untuk subjektif, tetapi ditujukan
karena donor pun sudah percaya bahwa
untuk kepentingan yang lebih
dana
luas (objektif).
yang
pada
2009:
utama
mereka
salurkan
pasti
digunakan untuk kepentingan umat Islam. Tentu
saja
ada
perbedaan
antara
2.
Kemampuan
untuk
berpikir
secara etis (ethical reasoning)
penerapan CSR secara Islam di Arab
Memiliki
Saudi, di dunia Barat, atau Asia Timur
berwawasan dan berpikir secara
misalnya. Namun begitu, riset tersebut
etis,
memberikan wawasan tentang bagaimana
tindakan profesi atau mengambil
CSR
keputusan
dalam
perspektif
Islam
harus
kemampuan,
dan
mempertimbangkan harus
berdasarkan
dijalankan di lingkungan global. Secara
pertimbangan rasional, objektif,
konsep CSR Islam sudah baik, namun
dan penuh integritas pribadi
dalam
serta tanggung jawab yang tinggi.
adanya
praktiknya
masih
penyesuaian
diperlukan
dengan
“aturan
global” yang berlaku.
secara
2. Etika PR Seperti
3. Kemampuan untuk berperilaku etis
(ethical
conduct)
Memiliki perilaku, sikap, etika dipaparkan
sebelumnya,
moral, dan tata krama (etiket)
ternyata ada masalah dalam penerapan
yang baik dalam bergaul atau
praktik PR di lapangan akibat terlalu
berhubungan dengan pihak lain.
dominannya
Termasuk
perspektif
Barat
dalam
didalamnya
konsep PR. Praktik PR bisa berbeda
memperhatikan hak-hak pihak
karena
lain dan saling menghormati
adanya
perbedaan
standar.
Standar tersebut dinamakan etika profesi
pendapat
atau kode etik profesi. Etika profesi harus
martabat orang lain.
dipahami oleh praktisi PR. Pemahaman
4. Kemampuan
atau
menghargai
untuk
tersebut diharapkan mampu membuat
kepemimpinan yang etis (ethical
praktisi
leadership). Kemampuan atau
PR
memiliki
kualifikasi
kemampuan sebagai berikut (Zuhri, n.d.): 64
memiliki jiwa untuk memimpin
Narayana Mahendra Prastya, Perspektif Islam dalam Pendidikan Public Relations: Sebuah Peluang
secara etis, diperlukan untuk
pencitraan terbaik. Namun pertanyaannya
mengayomi, membimbing, dan
adalah jujur kepada siapa? PR merupakan
membina
urusan bisnis yang menghadapi banyak
pihak
lain
dipimpinnya.
yang
Termasuk
menghargai
pendapat
pemangku
kepentingan
mulai
dari
dan
karyawan, klien, dan di saat yang sama
kritikan dari orang lain demi
juga harus membentuk citra positif untuk
tercapainya
profesi PR sendiri. Sejarah mencatat,
tujuan
dan
kepentingan bersama.
kejujuran bahkan tidak selalu menjadi Islam
bagian dari pembentukan citra tersebut.
penyusunan standar perilaku tertinggi
Bahkan hingga abad ke-20 ketika praktik
adalah
menjadikan
PR modern lahir, kita masih banyak
kehidupan menjadi pasti dan terukur,
menemukan bahwa citra dari profesi PR
terutama dalam hal perilaku. Karenanya
itu masih jauh dari kata kejujuran.
orang tidak akan terjebak pada relativisme
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan,
yang
selalu
apakah etika dalam PR tersebut apakah
berspekulasi dalam trial and error dalam
hanya oksimoron (pertentangan antara
berperilaku.
apa yang tertulis dengan kondisi nyata)
Dalam
perspektif
akhlak,
tidak
yang
bertepi, Dalam
yang
konteks
rekayasa
sosial, akhlak akan dapat mengarahkan
(Parsons 2008)
kehidupan jauh lebih efektif dibandingkan apapun juga (Dahlan dan Triyanta, 2012). Itu artinya dengan menggunakan dasar
akhlak
maka
dapat
disusun
Nilai-nilai Islam bisa digunakan sebagai acuan untuk etika PR. Soal pentingnya mengatakan hal yang benar, misal bisa dilihat dalam surat An Nisa’
peraturan-peraturan lain seperti misalkan
ayat
9 dan Al Azhab ayat 70. Perintah
etika profesi atau kode etik profesi. Secara
untuk
umum, etika PR yang berlaku secara
tersebut diawali dengan seruan untuk
internasional sudah cukup baik. Dikutip
bertakwa kepada Allah.
mengatakan
hal
yang
benar
dari Parsons (2008) ada lima pilar etika
Contoh lain soal menghormati
PR yakni: (1) mengatakan hal yang
orang. Dalam operasionalnya, sebuah
sebenar-benarnya, (2) tidak melakukan
perusahaan atau organisasi berhadapan
hal-hal
(3)
dengan
(4)
kepentingan (stakeholder) dan masing-
menghormati privasi, dan (5) bersikap
masing mereka memiliki kepentingan
adil dan bertanggungjawab secara sosial.
yang berbeda terhadap perusahaan atau
Namun begitu dalam praktiknya memang
organisasi. Adalah menjadi tugas dari PR
cukup sulit. Misalkan mengatakan hal
untuk
yang sebenar-benarnya atau dalam kata
stakeholder tersebut. Tidak jarang ada
lain berkata jujur. Kejujuran adalah cara
stakeholder yang selalu bersikap sinis
yang
melakukan
bersifat
hal-hal
merusak,
yang
positif,
berbagai
macam
berkomunikasi
pemangku
dengan
para
65
Jurnal komunikasi, Volume 7, Nomor 1, Oktober 2012
kepada
perusahaan
misalkan
atau
perusahaan
organisasi,
tambang
menjamin keamanan dan kepastian untuk
yang
setiap keputusan PR yang dibuat dalam
menghadapi kelompok-kelompok penekan
menghadapi kejadian-kejadian kompleks
seperti kelompok pecinta lingkungan.
baik untuk saat ini atau pun masa
Menghadapi para stakeholder tersebut,
mendatang (Wattimena, 2011).
PR senantiasa harus bersikap baik. Dalam Al Qur’an salah satunya diungkapkan pada Surat Thaha ayat 42-43 ketika Allah memerintahkan
Nabi
Musa
A.S
dan
Tantangan Pembelajaran PR dengan Perspektif Islam
Harun A.S untuk menemui Fir’aun. Meski
Penulis berpandangan ada dua
Fir’aun sudah bertindak melampaui batas,
tantangan ketika hendak memberikan
Allah meminta Musa dan Harun untuk
muatan-muatan
tetap bersikap baik kepadanya.
pembelajaran PR. Yang pertama adalah
Selain ayat Qur’an, banyak ajaran Nabi Muhammad SAW yang relevan jika diterapkan praktisi PR Muslim. Nabi
Islam
dalam
bagaimana memasukkan muatan-muatan tersebut,
kedua
adalah
penyampaian
kepada peserta didik. Kajian
mengajarkan umat Muslim agar berbicara
mengenai
PR
dalam
yang
perspektif Islam masih belum banyak,
menyejukkan, bersabar saat menghadapi
termasuk di Indonesia. Diperlukan dialog
pihak lain, menjadi pendengar yang baik,
antara konsep-konsep PR yang sudah ada
bersikap rendah hati terhadap orang lain,
(yang didominasi oleh pemahaman AS)
berpikir sebelum berbicara dan bersikap
dengan nilai-nilai ajaran dalam Islam
diplomatis untuk setiap kata-kata yang
seperti
diucapkan,
sebelumnya.
dengan
dengan
nada
suara
menjunjung
tinggi
yang
sudah Tujuan
diungkapkan dari
dialog
kepercayaan, dan bertindak dengan baik
antarkonsep tersebut bukanlah mencari
terhadap siapapun. Ketika praktisi PR
formulasi mana yang lebih tepat, atau
Muslim menjalankan tugasnya mengikuti
saling mengkritisi satu sama lain, namun
petunjuk
untuk
Nabi,
maka
mereka
sudah
mengkonstruksi
sebuah
berada di jalan yang benar (Wattimena,
pemahaman baru yang akan memperkaya
2011).
konsep PR. tidak
Muatan-muatan Islam ini bisa
banyak perbedaan antara ajaran Islam
disisipkan pada mata kuliah-mata kuliah
dengan
yang
yang sudah ada, misal mengenai etika
membedakan? Jawabannya terletak pada
profesi masuk ke dalam mata kuliah yang
semangat. Sebagai Muslim, maka seluruh
membahas etika dan kepribadian PR atau
tindakannya mengacu
kepada ajaran-
yang sejenis; CSR masuk dalam mata
ajaran
tersebut
kuliah
Secara
66
tersurat
etika
agama.
PR.
memang
Lantas
Hal
apa
akan
community
relations
and
Narayana Mahendra Prastya, Perspektif Islam dalam Pendidikan Public Relations: Sebuah Peluang
development
atau
yang
sejenis;
dan
yang sama-sama negara Islam dan berada
sebagainya. Atau bisa juga dibuat satu
di kawasan yang sama yakni Timur
mata kuliah tersendiri yang memang
Tengah. Di UEA ekonominya modern dan
isinya membahas PR dalam perspektif
kehidupan masyarakat urban, PR sudah
Islam.
terlibat dalam ranah manajemen dengan Untuk proses belajar mengajar,
mengatur sumber daya yang dimiliki oleh
yang
organisasi untuk membantu organisasi
digunakan adalah case-based teaching
mencapai tujuan (Badran, et.al, 2009).
(CBT). Metode ini mengajak mahasiswa
Sementara
untuk
yang
berjuang meraih kemerdekaan, ditambah
kasus,
dengan serangkaian konflik dalam negeri
menyimpulkan berdasar informasi yang
akibat pertikaian antarfaksi, kegiatan PR
mungkin
mengarah
penulis
berpandangan
menganalisis
dipresentasikan
metode
masalah dalam
terbatas,
dan
membuat
di
ke
Palestina
yang
pembentukan
bangsa.
ambigu, dan mungkin saling bertentangan
didominasi oleh komunikasi interpersonal
untuk mensimulasikan dunia nyata dan
dan pemanfaatan jejaring sosial (Zaharna,
konteks
profesional.
et.al., 2009).
manfaat:
(1)
informasi
terorganisasi
bermanfaat nyata,
dalam
(2)
kepada
memberikan
memiliki akan
menghadapi
kasus
mahasiswa,
(3)
pengalaman memberikan
kesempatan kepada mahasiswa melihat proses
pengambilan
meningkatkan mahasiswa,
rasa dan
(5)
keputusan,
(4)
percaya
diri
dapat
dipakai
menjembatani antara teori dan praktik (Wahid, 2012: 27-29).
Dominasi cara pandang AS dan masih sedikitnya literatur-literatur nonBarat membuat pengembangan keilmuan PR masih memiliki ruang yang cukup luas untuk berkembang. Melihat pada kondisi tersebut, maka tak tertutup kemungkinan bagi perspektif-perspektif lain – termasuk perspektif
Islam
–
untuk
ikut
memperkaya khazanah keilmuan PR.
pembelajaran juga bisa ditambah dengan bagaimana praktik-praktik PR di negaranegara Islam. Pasalnya meski sama-sama Islam, bisa saja praktik PR sangat jauh sehingga
dilakukan
Penutup
Sebagai tambahan pengetahuan,
berbeda
yang
mahasiswa yang
memberikan
PR
karakter
keputusan atas masalah yang tidak pasti,
CBT
Praktik
masih
menarik
untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perbedaan itu. Contohnya Uni Emirat Arab (UEA) dan Palestina,
Lalu apa yang ditawarkan oleh perspektif Islam? Pertama, perspektif Islam bisa memberikan pemahaman bagi peserta
didik
tentang
bagaimana
bertindak dengan dilandasi faktor etis. Pasalnya dalam Islam segala tindakan bernilai ibadah. Dalam CSR misalnya, dengan menggunakan perspektif Islam 67
Jurnal komunikasi, Volume 7, Nomor 1, Oktober 2012
maka kegiatan ini tidak semata untuk
Daftar Pustaka
menarik keuntungan secara terselubung atau sekadar melaksanakan aturan yang berlaku,
tetapi
benar-benar
beramal.
Ahmad, Jamilah Hj & Putra, I Gusti Ngurah. 2008. “Public Relations
Dengan pemahaman seperti itu, maka
Education
peserta didik – ketika mereka menjadi
Trend and Realities”.
praktisi PR nantinya – bisa menyusun
Ilmu
program CSR yang sesuai dengan nilai-
Nomor 1, Desember. Yogyakarta:
nilai Islam.
Universitas
Kedua, masuknya perspektif Islam
at
the
Komunikasi
Crossroad: Jurnal
Volume
Atma
5,
Jaya.
jurnal.uajy.ac.id/jik/files/2012/0
– termasuk perspektif lainnya – akan
5/1.-jamila-hj-ahmad-dan-i-
memberikan pengetahuan yang lebih luas
gusti-ngurah-putra-1-14.pdf,
bagi peserta didik. Hal ini bertujuan agar
diakses 1 Februari 2013.
hanya
Badran, Badran A., Turk, Judy VanSlyke.,
berkiblat ke perspektif Barat semata. Ini
& Walters, Timothy N. 2009.
bukan berarti ilmu PR dari perspektif
"Sharing
Barat adalah buruk, namun konsep-
Public Relations and The UAE
konsep yang ada belum tentu cocok
Come of Age". The Global Public
dengan praktiknya, terutama di kawasan
Relations
yang memiliki kultur berbeda dengan
Research and Practice Expanded
Barat.
and
mindset
peserta
didik
tidak
Perspektif Islam tentu saja tidak
The
Handbook
Theory
Revised
Edition.
Krishnamurty Sriramesh & Dejan
hanya sebatas masuk dalam praktik CSR
Vercic
dan etika PR saja. Masih banyak bidang
Routledge.
kajian dalam PR yang bisa dibedah
Transformation:
(eds).
New
York:
Berenger, Ralph. 2006. “Media in the Middle East and North Africa”
dengan perspektif Islam. Sebagai perspektif yang
relatif
dalam Global Communication;
“baru” dalam keilmuan PR, tentunya ada
Theories,
tantangan
Trends, 2nd Edition. Thomas
tersendiri
pengembangannya.
dalam
Minimnya
literatur
yang langsung membahas perspektif ini membuat akademisi atau pengajar harus pandai-pandai match”
antara
dengan PR.
68
melakukan
“link
konsep-konsep
and Islam
McPhail. Publishing.
Stakeholders, Malden:
and
Blackwell
Narayana Mahendra Prastya, Perspektif Islam dalam Pendidikan Public Relations: Sebuah Peluang
Bin
Hossain,
Md.
Tareq.
&
Siwar,
Chamuri. n.d. A Comparative
Tanggungjawab
Analysis
Islamic
Perusahaan (CSR) di Perusahaan
Concept On Corporate Social
Migas Sumbagsel” dalam Jurnal
Responsibility
Malaysia
Komunikasi Volume 3, Nomor 2,
Mangers Opinion. Institute for
April. Yogyakarta: Program Studi
Environment and Development.
Ilmu
University Kebangsaan Malaysia.
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
http://www.crrconference.org/do
Universitas
wnloads/
hal.173-180.
Between and
binhossainsiwar.pdf,
diakses 20 Juli 2012. Chia,
Masduki. 2009. “Mengkritisi Program
Joy.
2009.
Mohammed,
Sosial
Komunikasi
Fakultas
Islam
Jawed
Indonesia,
Akhtar.
2007.
Corporate Social Responsibility
“Intercultural
Interpretations: Making Public
in
Relations Education Culturally
Business. Auckland University of
Relevant”. Journal of University
Technology,
Teaching & Learning Practice,
http://aut.researchgateway.ac.nz
6(1).
/bitstream/handle/10292/354/M
http://ro.uow.edu.au/cgi/viewco
ohammedJ.pdf?sequence=1,
ntent.cgi?article=
diakses 15 Juli 2012.
1085&context=jutlp,
diakses
1
Februari 2013.
Musset,
Islam.
Thesis. New
Matthew.
“Islamic
Efforts 8th
Terrorism”.
of
Zealand.
2005.
Philantrophic
Dahlan, Zaini & Triyanta, Agus. 2012.
Faculty
and
International
“Akhlaq dalam Perspektif Al-
Public
Qur’an”. Makalah dalam forum
Conference
Studi
di
Impact of PR in Creating a More
Universitas Islam Indonesia, 25
Ethical World: Why Can’t We All
Juni 2012.
Get
Intensif
Al
Qur’an
Relations
Research
Proceedings:
Along?.
hal
The
.365-383.
Dusuki, Wajdi Asraf. 2008. “What Does
http://iprrc.org/docs/IPRRC_08
Islam Say About Corporate Social
_Proceedings.pdf, diakses 12 Juli
Responsibility (CSR)?”.
Review
of Islamic Economics, Volume 12, Number
1,
May.
2012. Parsons, Patricia J. 2008. Ethics in Public Relations
A
Guide
http://www.dinarstandard.com/
Practice,
Second
maqasid/what_does_islam_say_
London: Kogan Page.
to
Best
Edition.
about_csr.pdf, diakses 15 Juli 2012. 69
Jurnal komunikasi, Volume 7, Nomor 1, Oktober 2012
Pratiwi, Fatma Dian. 2009. "Kontradiksi Bumi
Papua:
Tinjauan
Program
CSR
PT.
Indonesia
di
Papua".
Kritis
Freeport Jurnal
Tench,
R.
and
Deflagbe,
D.
2008.
“Towards a Global Curriculum: A Summary
of
Concerning
Literature
Public
Relations
Komunikasi Volume 3, Nomor 2,
Education, Professionalism and
April. Yogyakarta: Program Studi
Globalization”. Report for the
Ilmu
Global
Komunikasi
Fakultas
Alliance
of
Public
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Relations and Communication
Universitas Islam Indonesia. hal.
Management,
181-188.
Metropolitan
Leeds University,
UK.
2009
http://www.globalalliancepr.org/
“Corporate Social Responsibility
website/page/global-curriculum,
(CSR) Sebagai Aktualisasi Zakat,
diakses 1 Februari 2013.
Sanityastuti,
Marfuah
Infaq,
dan
Sri.
Shadaqah
dalam
Jurnal
Volume
3,
(ZIS)”
Toth, Elizabeth., & Sisson, Marianne D.
Komunikasi
2011. “A First Look at Delivery of
April.
Multi-Country Public Relations
Yogyakarta: Program Studi Ilmu
Global Curricula” dalam Public
Komunikasi Fakultas Psikologi
Relations Society of America
dan
(PRSA)
Ilmu
Nomor
2,
Sosial
Budaya
Educators
Academy
Universitas Islam Indonesia. hal.
Proceedings,
151-162.
www.prsa.org/network/communi
Sriramesh,
Krishnamurty.
“Multiculturalism
and
2009.
ties/educatorsacademy/_include
Public
s/2011_proceedings.pdf, diakses
Relations Education”. The Global Public
Relations
October.
Handbook:
Theory Research and Practice
29 Januari 2013. Wahid, Fathul. 2012. Tentang Menjadi Dosen. Jakarta: nulisbuku.com
Expanded and Revised Edition.
Wattimena, Nico. 2011. PR Ethics in an
Krishnamurty Sriramesh & Dejan
Islamic Framework: Considered
Vercic (ed). New York: Routledge.
from Contemporary Indonesian Perspective.
Terarsip
di
http://prnw.wordpress.com/artic les/pr-ethics-in-an-islamicframework-considered-fromindonesian-perspective/, diakses 25 Juli 2012.
70
Narayana Mahendra Prastya, Perspektif Islam dalam Pendidikan Public Relations: Sebuah Peluang
Wilcox, Dennis L., & Cameron, Glen T.
Zuhri, Syaifuddin. n.d. Etika Profesi
2009. Public Relations Strategies
Public
and Tactics. Boston: Pearson
http://eprints.upnjatim.ac.id/30
Education.
58/1/public_relations.pdf,
Zaharna, R.S., Hammad, Ahmed Ibrahim.,
Relations.
Terarsip
di
diakses 26 Juli 2012.
Masri, Jane. 2009. “Palestinian Public Relations – Inside and Out”. The Global Public Relations Handbook: Theory Research and Practice Expanded and Revised Edition. Krishnamurty Sriramesh & Dejan Vercic (ed). New York: Routledge.
71
Jurnal komunikasi, Volume 7, Nomor 1, Oktober 2012
72