PERPUSTAKAAN DALAM PERSPEKTIF PUBLIC RELATIONS Maksum Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122 Telp. (0251) 8321746, Faks. (0251) 8326561, Email:
[email protected]
ABSTRAK Fungsi utama penyelenggaraan perpustakaan adalah pelayanan. Dalam menjalankan fungsi pelayanan tersebut, public relations (PR) memiliki peran yang sangat penting. PR berfungsi sebagai pendukung manajemen, membangun citra perpustakaan, dan sebagai komunikator. Artikel ini mengetengahkan prinsip-prinsip PR yang perlu diimplementasikan pada perpustakaan dan berbagai upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pelayanan dan membangun pencitraan perpustakaan.
ABSTRACT Library in Public Relations Perspective Library service is the main function of a library. Public relations (PR) is one of factors determining the function. PR has functions as management support, building library image, and as communicator. This article sheds light on PR principles that should be implemented at library and several efforts which should be conducted in improving library service and library image. Keywords: Library, public relations, communication, library service, library image
PENDAHULUAN Dalam bisnis, organisasi atau kehidupan umum, kemampuan membuat orang lain untuk bertindak sering bergantung pada kemampuan seseorang menyampaikan gagasan secara persuasif dan meyakinkan (Macnamara 1998). Komunikasi efektif merupakan tujuan dari proses komunikasi. Segala bentuk atau metode komunikasi seperti hubungan masyarakat (humas) atau public relations (PR), jurnalistik, periklanan, dan pameran dituntut untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan mensyaratkan adanya pertukaran informasi atau pesan serta kesamaan makna antara komunikator dan komunikan. Tubb dan Moss (2000) memberikan batasan komunikasi efektif sebagai terciptanya pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik, dan
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 18, Nomor 2, 2009
perubahan perilaku. Dalam suatu proses komunikasi, jika khalayak atau publik tidak mengerti pesan yang disampaikan oleh komunikator maka proses komunikasi tersebut dinyatakan gagal. Kegagalan tersebut disebut sebagai kegagalan proses komunikasi primer (Kriyantono 2007). Bila kegagalan terjadi setelah proses komunikasi maka kegagalan tersebut disebut sebagai kegagalan proses komunikasi sekunder, yang dapat menyebabkan hubungan antara komunikator dan komunikan menjadi renggang. Public relations adalah salah satu bentuk komunikasi yang bertujuan menciptakan kerja sama dan hubungan yang harmonis antara suatu lembaga/perusahaan dengan publik, baik publik internal maupun eksternal. PR didefinisikan sebagai manajemen komunikasi antara suatu organisasi dan publiknya (Davis 2003). Secara detail, PR didefinisikan sebagai komunikasi yang dilakukan oleh suatu organisasi dengan orang-orang yang berkepentingan guna mendapatkan perhatian mereka dengan menggunakan cara-cara yang menguntungkan. Dengan demikian, kedudukan PR dalam suatu lembaga atau perusahaan adalah sebagai suatu organisasi yang berfungsi sebagai metode untuk membangun kepercayaan publik. Dalam era globalisasi, keberadaan PR dalam suatu perpustakaan sangatlah tepat untuk mulai dipikirkan dan diberdayakan dalam upaya membangun hubungan yang harmonis dengan pengguna dan untuk pencitraan (image) perpustakaan. Kedudukan PR dapat sebagai suatu organisasi (state of being) dan metode komunikasi (methods of communication). Kedudukan PR sebagai suatu organisasi dan metode komunikasi sudah saatnya dikembangkan di perpustakaan, karena fungsi utama perpustakaan adalah pelayanan publik yang memerlukan manajemen pelayanan yang bermutu. Dalam menjalankan fungsi pelayanan yang bermutu tersebut, PR berperan sebagai penggerak semua subsistem yang ada, termasuk yang terkait dengan perencanaan perpustakaan, pengadaan materi informasi atau bahan
31
pustaka, pengolahan bahan pustaka, dan pelayanan perpustakaan. Davis (2003) menyatakan, para praktisi PR berperan menghubungkan organisasi dengan publik eksternal dan individu, membantu subsistem lain dalam organisasi untuk berkomunikasi langsung dengan dunia luar, dan berkomunikasi satu sama lain. Dengan demikian, PR dapat ditemukan pada waktu dan kapan saja pada hampir semua bagian dalam organisasi, baik yang berukuran besar maupun kecil.
Komunikasi Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik (Devito 1997). Dari definisi tersebut, terdapat delapan variabel komunikasi, yaitu tindakan (action), pengirim pesan (communicator), penerima pesan (communicant), pesan yang disampaikan (message), gangguan atau hambatan (constraints), lingkungan (contects), pengaruh (effect), dan umpan balik (feed back). Komunikasi hanya dapat terjadi bila komunikator dan komunikan memberi makna yang sama terhadap pesan atau lambang-lambang yang dinyatakan dalam bentuk ucapan, tulisan atau isyarat. Namun demikian, komunikasi sering tidak terjadi atau terputus karena adanya gangguan. Gibson et al. (1994) menyatakan terdapat 10 hambatan dalam komunikasi efektif, yaitu kerangka acuan dan kerangka pengalaman yang berbeda antara komunikator dan komunikan, penyimakan selektif, kata putus nilai, kredibilitas sumber, masalah semantik, penyaringan, bahasa kelompok, perbedaan status, tekanan waktu, dan beban layak komunikasi. Gangguan komunikasi dapat pula terjadi karena kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial-psikologis. Dalam komunikasi, konteks sedikitnya memiliki tiga dimensi, yaitu dimensi fisik, dimensi sosial-psikologis, dan dimensi temporal. Tempat komunikasi berlangsung disebut konteks atau lingkungan fisik. Pada dimensi ini, metode komunikasi yang digunakan mempunyai pengaruh tertentu terhadap isi dan bentuk pesan yang disampaikan. Seseorang yang memainkan gitar di ruang baca perpustakaan, misalnya, akan ditegur petugas karena mengganggu orang lain yang sedang membaca buku atau belajar. Dimensi sosial-psikologis melibatkan hubungan status, etika, dan budaya di antara orangorang yang terlibat dalam komunikasi. Komunikasi yang
32
diperbolehkan dalam suatu pesta, misalnya, tidak sesuai dilakukan di ruang baca atau ruang tunggu rumah sakit. Dimensi temporal mencakup waktu dalam hitungan tertentu saat komunikasi berlangsung. Sebagai contoh, bagi seseorang, pagi hari bukanlah waktu yang tepat untuk mengobrol, namun bagi yang lain mungkin merupakan waktu yang ideal. Ketiga dimensi komunikasi tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi. Perdebatan antara petugas dan pengguna perpustakaan di ruang baca (dimensi fisik), misalnya, dapat disebabkan petugas tidak dapat menyediakan fotokopi artikel yang dipesan pengguna secara tepat waktu (dimensi temporal), sehingga menghilangkan kepercayaan pengguna kepada petugas perpustakaan (sosial-psikologis). Kondisi ini selanjutnya akan berdampak pada munculnya citra negatif terhadap kelembagaan perpustakaan tersebut.
Public Relations Public reations (PR) didefinisikan sebagai metode komunikasi yang bertujuan menciptakan saling pengertian dan kerja sama di antara semua publik yang berkepentingan guna memperoleh keuntungan dan kepuasan bersama. Sebagai salah satu metode komunikasi, PR mempunyai ciri khas yaitu menciptakan dan memelihara hubungan baik dengan publik, baik publik internal maupun eksternal. Komunikasi yang dilakukan oleh PR bersifat dua arah (two way communication) dengan tujuan untuk pencitraan suatu perusahaan/ lembaga (corporate image). Fungsi PR dalam manajemen suatu lembaga/perusahaan adalah sebagai pendukung manajemen, membangun citra perusahaan/lembaga, dan sebagai komunikator. Di Indonesia, PR masih kurang berkembang karena pemahaman dan persepsi masyarakat terhadap PR yang lemah, terbatas, dan berbeda. Akibatnya keberadaan PR dalam suatu lembaga atau perusahaan belum profesional dan proporsional. Peran PR akan makin penting dalam era globalisasi. Lembaga pemerintah atau perusahaan yang tidak memanfaatkan PR sebagai suatu organisasi maupun strategi komunikasi akan tertinggal karena tidak menguasai cara memperoleh atau menghimpun dan menyebarkan informasi. PR merupakan jembatan untuk membangun hubungan yang harmonis di antara publik dalam suatu lembaga atau perusahaan. Apabila hubungan antarkaryawan, antarpimpinan, atau antara pimpinan dan karyawan berlangsung harmonis, kondusif, dan menyenangkan maka akan timbul
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 18, Nomor 2, 2009
pengakuan (self belonging) terhadap lembaga atau perusahaan tersebut. Jika hal ini terjadi maka publik yang ada dalam lembaga atau perusahaan tersebut akan menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing dengan baik, dan menganggap pekerjaan bukan sebagai suatu kewajiban, tetapi lebih dari itu yaitu sebagai seni. Keadaan tersebut tentu akan berdampak positif terhadap kinerja lembaga/perusahaan dalam menghasilkan produk atau jasa yang ditargetkan. Oleh karena itu, komunikasi dan PR memiliki peran yang sangat penting, termasuk dalam dunia perpustakaan. Selain menciptakan hubungan yang harmonis serta membangun kepercayaan publik dan citra positif, PR juga berperan dalam mengembangkan jasa dan produk yang dipasarkan, periklanan, serta membangun kembali opini yang negatif melalui penjelasan atau pembelaan terhadap pandangan yang kurang baik dari publik dengan cara menyajikan berbagai data, fakta, dan informasi yang sebenarnya. Karena peran dan fungsinya tersebut, Seidel dalam Meinanda (1980) mendefinisikan PR sebagai proses manajemen yang kontinu untuk memperoleh kemauan/kehendak yang baik dan pengertian dari para pelanggan, pegawai, dan publik umum. Kegiatan PR ke dalam mengadakan analisis dan perbaikan terhadap diri sendiri, sedangkan keluar adalah mengadakan pernyataan-pernyataan. Effendy (1989) mengemukakan ciri-ciri PR sebagai berikut: 1. PR merupakan kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi yang berlangsung dua arah secara timbalbalik (two way traffic reciprocal communication). Hal tersebut menunjukkan bahwa komunikasi merupakan penyebaran informasi, berlangsung dalam bentuk opini publik, dan perpustakaan harus melakukan pengkajian, apakah informasi yang disebarkan kepada pengguna diterima, dipahami, dan dimanfaatkan. Evaluasi perlu dilakukan sebagai bahan perencanaan kegiatan yang akan datang. 2. Fungsi PR melekat pada proses manajemen. Eksistensi PR sebagai kelembagaan komunikasi dalam perpustakaan berfungsi untuk menunjang upaya manajemen dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Prosesnya berlangsung melalui tahap perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengendalian (controlling), serta dilengkapi dengan rumus Six M (Man, Materials, Machines, Methods, Money dan Markets). Dalam hal ini, kegiatan PR difokuskan untuk menangani komunikasi antarmanusia yang ada di dalamnya.
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 18, Nomor 2, 2009
3. Sasaran kegiatan PR adalah publik, baik internal maupun eksternal, untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang harmonis antara lembaga dan publik di dalam dan di luar. 4. Dalam operasionalnya, PR harus membina hubungan yang harmonis dan mencegah terjadinya hambatan psikologis. Oleh karena itu, PR harus memiliki sikap menyenangkan (favorable), itikad baik (goodwill), toleransi (tolerance), saling pengertian (mutual understanding), saling mempercayai (mutual confidence), saling menghargai (mutual appreciation), dan citra baik (good image).
PUBLIC RELATIONS DALAM PERPUSTAKAAN Perpustakaan mempunyai tugas dan fungsi menghimpun, mencari, mengolah, dan menyediakan informasi serta menyebarkan informasi tersebut kepada masyarakat. Kegiatan mencari informasi tersebut berhubungan dengan orang lain sehingga diperlukan komunikasi melalui PR. Pada perpustakaan digital dan online, hubungan dengan publik tetap harus dibangun dan dipelihara dengan baik melalui komunikasi tatap muka. PR di perpustakaan berdiri sebagai koordinat, sebagai perpanjangan tangan dari organisasi untuk mengkomunikasikan citra positif perpustakaan kepada masyarakat. Pada perpustakaan, kegiatan PR berkaitan dengan upaya mempromosikan program perpustakaan, layanan yang tersedia, dan sumber daya informasi yang dimiliki. Upaya yang dilakukan oleh praktisi PR perpustakaan harus terintegrasi dengan rencana strategis perpustakaan. Kegiatan PR dirancang untuk mengerahkan seluruh potensi yang dimiliki guna memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang manfaat layanan perpustakaan. Upaya yang dilakukan praktisi PR perpustakaan tersebut adalah menetapkan standar operasional untuk mencapai target dengan cara: (1) memperkenalkan layanan perpustakaan terbaik dan tersedianya petugas terlatih; (2) merancang program dengan menggunakan pendekatan publisitas, misalnya tampilan visual yang menarik serta media elektronik; dan (3) mengevaluasi citra publik mengenai layanan perpustakaan, staf, program, kebijakan dan prosedur pelayanan serta aktivitas PR kepada publik (Yulianti 2008). Berbagai aktivitas PR perlu diimplementasikan pada perpustakaan unit kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) yang telah dibangun dalam konteks perpustakaan digital. Untuk itu,
33
pengelola perpustakaan unit kerja Badan Litbang Pertanian bersama-sama dengan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) perlu melakukan: (1) analisis situasi kelembagaan, (2) menentukan tujuan kegiatan PR perpustakaan, (3) menentukan target publik yang hendak dicapai, (4) menentukan program yang jelas dengan strategi yang tepat, (5) mengalokasikan anggaran, dan (6) melakukan pengukuran dan evaluasi program yang dikembangkan serta analisis ulang terhadap sumber daya perpustakaan yang dimiliki. Terkait dengan upaya tersebut, cara yang dapat dilakukan oleh pengelola perpustakaan unit kerja Badan Litbang Pertanian adalah: 1. Membangun kesadaran di antara para pembuat kebijakan mengenai pentingnya informasi dan peningkatan mutu layanan perpustakaan guna mempercepat akses informasi di perpustakaan. 2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas perpustakaan dalam berbagai kegiatan. 3. Membangun apresiasi dan opini publik yang positif mengenai peran penting perpustakaan sebagai sumber dan sarana pencarian informasi, sumber dan sarana belajar, sumber dan sarana penelitian, dan sarana hiburan. 4. Meningkatkan pengertian yang lebih baik pada publik tertentu mengenai pengembangan perpustakaan, antara lain melalui sosialisasi arah dan kebijakan pengembangan perpustakaan, produk dan layanan yang disediakan, prosedur dan tata cara pencarian informasi. 5. Membangun rasa kebersamaan di antara para pengelola perpustakaan bahwa perpustakaan dapat berkontribusi dalam meningkatkan citra lembaga/unit kerja. 6. Mempelajari dan mengimplementasikan prinsipprinsip PR secara baik dan benar, serta komunikasi yang efektif dalam setiap kesempatan. Target atau sasaran yang perlu mendapat perhatian pengelola perpustakaan unit kerja Badan Litbang Pertanian antara lain adalah pustakawan/petugas perpustakaan, pengguna potensial, pengguna umum, pengambil kebijakan, sponsor, organisasi perpustakaan, organisasi profesi, perencanaan, ketatausahaan, pemerintah, dan lembaga pelayanan informasi. Beberapa program perpustakaan yang perlu direncanakan untuk menumbuhkan kepercayaan sasaran adalah: (1) melakukan kampanye peduli perpustakaan melalui pendekatan individual; (2) memanfaatkan kesempatan dalam
34
program-program komunikasi/diseminasi; dan (3) membangun kerja sama dengan pihak lain dalam kompetisi pustakawan teladan, menyeponsori mahasiswa di perguruan tinggi, memberikan Best Student Award pada pelatihan, menuliskan kisah di media pers, televisi, dan radio. Prinsip dasar PR yang perlu mendapat perhatian pengelola perpustakaan unit kerja Badan Litbang Pertanian dalam membangun dan mempertahankan hubungan dengan publik adalah: 1. Meyakinkan peneliti tentang pentingnya manfaat perpustakaan bagi penelitian dan pengembangan. 2. Meyakinkan pengguna dengan cara meminta pendapat pihak ketiga tentang perpustakaan atau layanan yang diberikan kepada pengguna. 3. Menghindari terlalu banyak berargumen, tetapi menunjukkannya dengan bukti yang nyata. 4. Kreatif dalam menciptakan hubungan dengan publik atau pengguna, antara lain dengan: (a) meluangkan waktu untuk melihat sudut pandang pengguna; (b) menguraikan manfaat jasa pelayanan dengan jelas; (c) mempertimbangkan solusi yang paling baik; (d) memanfaatkan keberadaan berita; (e) meluangkan waktu untuk berjalan-jalan di toko buku; (f) memperhatikan ruang tamu institusi pelayanan; (g) meluangkan waktu untuk mengunjungi pameran; dan (h) mendengar/menonton/membaca berita di media massa. 5. Membangun pemikiran manajemen untuk mencapai sukses. 6. Menggunakan modal intelektual untuk mencapai keberhasilan dan mempromosikan hasilnya. 7. Memelihara hubungan dengan pers, karena media cenderung memberitakan hal yang sensasional. 8. Mencari sponsor yang dikenal untuk mendukung kegiatan perpustakaan guna meraih manfaat bersama. Pengembangan PR dalam berbagai kegiatan perpustakaan di Indonesia masih berjalan dalam sisi tradisional dan seadanya. Oleh karena itu, perlu adanya institusi yang mengembangkan PR di perpustakaan. Pemerintah pun, dalam hal ini Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, belum mengeluarkan langkah-langkah konkret untuk hal ini. Salah satu solusi terbaik adalah perpustakaan yang telah memiliki sumber daya perpustakaan yang mapan mulai menerapkan PR tidak hanya sebagai metode komunikasi, tetapi juga melekat sebagai suatu organisasi. Perpustakaan yang belum mapan dapat memanfaatkan prinsip-prinsip PR sebagai metode komunikasi yang melekat pada masing-masing individu
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 18, Nomor 2, 2009
pengelola perpustakaan. Jika peran PR benar-benar telah menyentuh dan berada dalam berbagai aktivitas perpustakaan, diharapkan di masa mendatang program PR perpustakaan akan menjamin keberlangsungan dan kesuksesan perpustakaan. Perpustakaan yang telah didukung kegiatan PR yang mapan diharapkan dapat bekerja sama dan memberikan bimbingan kepada perpustakaan yang belum mapan. PR yang baik akan mampu membangun citra positif serta menyampaikan visi dan misi unit kerjanya dengan baik pula.
PENCITRAAN PERPUSTAKAAN Kepuasan pengguna dalam mendapatkan informasi merupakan tujuan utama layanan perpustakaan. Petugas perpustakaan harus mampu menunjukkan perhatian, berbicara dari sudut pandang pengguna, serta bersimpati dan berempati kepada pengguna. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: (1) meningkatkan kualitas layanan dengan memperhatikan aspek komunikasi, psikologi, dan perilaku dalam memberikan layanan, atau mengubah paradigma senang dilayani menjadi gemar melayani; (2) mengelola lingkungan kerja sehingga nyaman, bersih dan informatif, membuat informasi tertulis yang mudah dibaca, menciptakan kenyamanan ruang baca dan ruang penelusuran, mengupayakan ketersediaan fasilitas yang memadai, dan sebagainya; (3) memperhatikan kebutuhan, keluhan, dan harapan pengguna; (4) menyelaraskan apa yang dikatakan dengan cara mengatakannya, antara lain dengan memperhatikan gaya bicara melalui nada, tekanan dan kecepatan suara, bahasa tubuh, mimik dan pandangan mata; (5) mengenal karakteristik pengguna, seperti profesi, pendidikan, dan status sosial. Maksum (2009) mengemukakan beberapa teknik komunikasi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan layanan dan pencitraan perpustakaan sebagai berikut: 1. Melayani bukan berarti menaati semua perintah, namun harus memberi keteladanan, mampu dan siap memberikan informasi, berbicara sopan, santun, jelas dan informatif didukung data dan fakta, mampu menunjukkan kewibawaan, kesiapan di tempat, berpenampilan rapi, dan meyakinkan. 2. Mampu memberikan layanan yang standar, memahami keinginan dan harapan pengguna serta mensintesisnya, berbicara dengan jelas dan terukur, menunjukkan perhatian terhadap sudut pandang pengguna, berempati, menjadi pendengar yang baik dan aktif, dan mampu membuat pengguna tersenyum.
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 18, Nomor 2, 2009
3. Memahami keluhan pengguna sebagai tantangan untuk melakukan pembenahan dan perbaikan pelayanan. Berbagai keluhan pengguna seperti kurangnya fasilitas layanan, ketidaknyamanan ruang baca, tidak tersedianya koleksi yang dicari, atau akses jaringan online yang lambat harus dapat diatasi dengan sumber daya yang ada, pengertian, dan dukungan semua pihak. Semua informasi tentang keinginan pengguna dikumpulkan dengan melakukan pengkajian pengguna. 4. Perpustakaan harus berorientasi pengguna. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah paradigma lama yang berorientasi konvensional ke paradigma baru yang berorientasi digital. 5. Memperbaiki mutu layanan melalui komunikasi, membuat program dan perencanaan yang matang, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melalui pendidikan formal dan nonformal, meningkatkan ketersediaan fasilitas dan informasi yang memadai, menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, serta membuat acuan yang jelas bagi kebutuhan pengguna dan pengelola, antara lain dengan menerbitkan dan menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP), Pedoman Umum, Petunjuk Teknis, dan Petunjuk Pelaksanaan. 6. Menjalin kemitraan secara berkelanjutan dengan pengguna. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan informasi terbaru dan terseleksi dalam bentuk daftar isi, abstrak, atau daftar koleksi terbaru dengan memanfaatkan media komunikasi, seperti telepon, faksimile atau e-mail. Sebaliknya petugas perlu mendapat masukan dari pengguna dalam upaya memperbaiki dan menyempurnakan layanan perpustakaan. Kemitraan yang dibangun harus menjadi media transaksi komunikasi dan informasi yang saling memberi dan menguntungkan. 7. Dalam teori human relations, komunikasi hendaknya diarahkan bukan pada pribadi orang yang diajak bicara, tetapi pada faktor-faktor kejiwaan yang ada dalam dirinya, seperti watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap, dan tingkah laku. Sukses dan kebahagiaan seseorang bergantung pada sikap dan tindakan orang lain, dan sikap dan tindakan orang lain tersebut bergantung pada sikap dan tindakan orang tersebut. Oleh karena itu, kesan pertama dalam berkomunikasi akan menentukan sikap dan tindakan selanjutnya. Jika kesan pertama itu positif atau menyenangkan maka sikap dan tindakan orang terhadap kita akan positif dan menyenangkan pula.
35
8. Green (1998) dalam buku The Magic of Public Speaking menjelaskan bahwa keberhasilan seseorang tampil di depan orang banyak ditentukan oleh pandangan pertama audience dalam 7 detik pertama. Perhatian adalah langkah pertama untuk meraih keberhasilan. Hal ini berlaku bagi petugas perpustakaan ketika menerima pengguna. 9. Pengguna perpustakaan akan memberi respons yang baik terhadap petugas apabila petugas memberikan perhatian padanya. Oleh karena itu, agar pengguna memberikan respons yang positif, petugas harus mampu memberikan perhatian sehingga pengguna berminat membaca atau mencari informasi. Dalam konteks seperti itu, petugas perpustakaan dituntut untuk memotivasi atau mendorong pengunjung untuk bertindak. 10. Memasarkan berbagai produk dan layanan yang dimiliki perpustakaan kepada masyarakat, seperti buku, majalah ilmiah, brosur, leaflet, referensi/ rujukan, CD-ROM, VCD/DVD, dan jurnal elektronis online melalui berbagai kegiatan seperti pameran, sosialisasi, seminar, pembuatan iklan, poster dan demonstrasi. Tujuannya adalah agar masyarakat mengetahui, memahami, dan memanfaatkan produk dan jasa perpustakaan. Untuk memasarkan produk dan jasa tersebut dapat dilakukan melalui periklanan dan promosi oleh pihak PR. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah: (1) mengidentifikasi stakeholder melalui wawancara dan diskusi terfokus; (2) menetapkan materi atau produk yang akan dipasarkan, misalnya produk, jasa dan profil perpustakaan; dan (3) menetapkan media atau saluran promosi yang akan dipilih.
KESIMPULAN Public relations (PR) merupakan salah satu metode komunikasi antara suatu lembaga dengan publiknya
36
untuk menciptakan hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan. Fungsi utama penyelenggaraan perpustakaan adalah layanan. Dalam menjalankan fungsi tersebut, peran PR merupakan salah satu faktor yang menentukan. Peran dan fungsi PR sudah saatnya dikembangkan di perpustakaan, karena tujuan utama penyelenggaraan perpustakaan adalah layanan dan kepuasan pengguna.
DAFTAR PUSTAKA Davis, A. 2003. Everything You Should Know About Public Relations. Panduan Lengkap Tentang PR. Jakarta: Gramedia. Devito, J.A. 1997. Human Communication. Alih Bahasa Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Jakarta: Professional Books. Effendy, O.U. 1989. Human Relations dan Public Relations dalam Management. Bandung: Mandar Maju. Green, G. 1998. The Magic of Public Speaking. Penang: Academy of Public Speaking. Gibson, J.L., J.M. Ivanisevich, dan J.H. Donnelly. 1994. Organisasi: Perilaku, struktur, proses. Jilid 2 Edisi Kelima. Alih Bahasa oleh S. Soekrisno dan A. Dharma. Jakarta: Erlangga. Maksum. 2009. Pencitraan dan Pemasaran Perpustakaan dengan Peluru Emas Komunikasi. Disampaikan pada Apresiasi Peningkatan Kompetensi Pustakawan Departemen Pertanian, STPP Malang, 25-27 Mei 2009. Macnamara, J. 1998. Panduan Presentasi Modern. Judul asli The Modern Presenters Handbook. Alih bahasa oleh A.G. Hermanto. Kentindo Soho. Jakarta. Meinanda, T. 1980. Tanya Jawab Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Armico. Kriyantono, R. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai contoh praktis riset media, public relations, advertising, komunikasi organisasi, komunikasi pemasaran. Cetakan Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Yulianti. 2008. Public Relations Perpustakaan. Mengapa Tidak. Bandung: Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Tubbs, S.L. and S. Moss. 2000. Human Communication, D. Mulyana (Ed.). Bandung: Remadja Rosdakarya.
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 18, Nomor 2, 2009