Perspektif Bisnis dan Masalah Pemanfaatan Teknologi Wi-Fi Sebagai Sarana Komunikasi dan Pendidikan di Indonesia Prima Dewi Purnamasari, Riri Fitri Sari
[email protected],
[email protected] Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus Baru UI Depok 16424 ABSTRAK Tulang punggung jaringan informasi dan komunikasi di Indonesia pada kenyataannya membutuhkan infrastruktur backbone yang handal, murah dan dapat dibangun sesuai kebutuhan akan dukungan ICT untuk kesejahteraan (e-prosperity). E-inclusion yang mengikutsertakan masyarakat terpencil untuk mengakses Internet harus didukung oleh pemilihan teknologi yang tepat. Wi-Fi merupakan salah satu pilihannya. Pada makalah ini akan dibahas mengenai Wi-Fi, perbandingannya dengan beberapa teknologi akses informasi lain, masalah yang dihadapi termasuk keamanan jaringan dan interferensi, hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan utilitas Wi-Fi, audit terhadap pemanfaatan Wi-Fi yang telah ada, serta kemungkinan perkembangannya di Indonesia terutama sebagai sarana infrastuktur informasi, komunikasi serta pendidikan di Indonesia. Kata Kunci: Wi-Fi, wireless network, community development, educational network 1. WIRELESS FIDELITY (Wi-Fi) Wireless LAN memberikan tingkat fleksibilitas dan portabilitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan LAN biasa. WLAN mengkoneksikan komputer dan komponen lainnya yang memiliki wireless adapter ke dalam jaringan melalui Access Point (AP). Konfigurasi WLAN secara umum dibedakan menjadi 2 macam, yaitu infrastruktur dan ad hoc. Pada jenis infrastruktur, AP terhubung langsung ke jaringan kabel. Sedangkan pada jenis ad hoc, AP terhubung ke AP lainnya melalui mekanisme ad hoc. AP biasanya memiliki daerah cakupan sampai 100 meter, yang biasanya disebut cell atau range. Wireless Fidelity (Wi-Fi) adalah nama yang diberikan oleh Wi-Fi Alliance untuk mendeskripsikan produk wireless local area network (WLAN) yang berdasarkan standar Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) 802.11. Macam-macam varian 802.11 yang telah dikeluarkan oleh IEEE dapat dilihat pada Tabel 1. Jenis yang paling populer digunakan di Indonesia dan dunia adalah standar 802.11b (indoor) dan 802.11g (outdoor). Keduanya memiliki kompatibilitas dari segi peralatan user, sehingga pengguna 802.11b dapat dengan mudah pindah ke jaringan 802.11g ketika berada di luar ruangan.
TABEL 1.1. JENIS-JENIS STANDAR IEEE 802.11 [1] Deskripsi Varian 802.11a
WLAN yang beroperasi pada 5 GHz, data rate 54 Mbps. Dipublikasikan tahun 1999.
802.11b
Dikenal juga sebagai Wi-Fi. Beroperasi pada 2.4 GHz, data rate sampai 11 Mbps. Dipublikasikan tahun 1999.
802.11c Ada dokumentasi prosedur MAC 802.11 802.11d
Ada definisi dan kebutuhan dari standar 802.11 untuk dapat beroperasi di negara yang belum ada standarnya.
802.11e
Dibuat untuk memperbaiki MAC 802.11 untuk meningkatkan QoS. Perbaikan pada kapabilitas dan efisiensi ditujukan untuk aplikasi seperti suara atau video melalui jaringan wireless 802.11
Ada sarana untuk mengimplementasikan konsep 802.11 802.11f tentang AP dan distributed system (DS). Meningkatkan kompatibilitas antara peralatan AP dari vendor yang ada
802.11g
Membangun PHY berkecepatan lebih tinggi dari standar 802.11b tetapi tetap menjaga kompatibilitas dengan peralatan 802.11b yang sudah ada. Target data rate 20 Mbps.
Memperbaiki MAC 802.11 dan PHY 802.11a untuk 802.11h menyediakan manajemen jaringan dan pengendalian daya dan spektrum pada pita 5 GHz. 802.11i
Meningkatkan mekanisme keamanan dan autentikasi pada standar 802.11
802.1x
Untuk meningkatkan keamanan 802.11
2. PERBANDINGAN DENGAN TEKNOLOGI LAIN
dengan pengguna lainnya [3]. Throughput maksimal yang biasanya diberikan adalah sekitar 100 Kbps.
Teknologi wireless jarak jauh, sangat berpotensi untuk diterapkan pada daerah pedesaan/pedalaman. Ciri utama dari teknologi jenis ini adalah biaya pembangunannya yang rendah, kemudahan pambangunan, dan kemampuannya untuk menjangkau wilayah geografis yang luas. Sebagai teknologi akses yang diharapkan di masa yang akan datang, Wi-Fi harus dapat memberikan keunggulan yang signifikan dibandingkan dengan teknologi yang telah ada sekarang.
3. FITUR KEAMANAN Wi-Fi Masalah utama yang harus diperhatikan ketika memilih suatu bentuk jaringan informasi adalah segi keamanannya. Kehandalan suatu jaringan sangat ditentukan oleh fitur keamanan yang memadai. Standar Wi-Fi sendiri telah memiliki fitur keamanan dasar yaitu Service Set ID (SSID) dan Wired Equivalent Protocol (WEP) [1]. 3.1. Fitur keamanan dasar
2.1. Perbandingan dengan WiMAX Dibandingkan dengan Wi-Fi, WiMAX—yang telah diujicobakan di FTUI bulan Februari 2006—adalah teknologi yang sangat mahal dalam pembangunan awalnya. Dari segi industri alatnya, WiMAX juga sudah tertinggal jauh dibanding Wi-Fi. WiMAX dirancang untuk memiliki standar yang lebih unggul dan lebih lengkap dibandingkan dengan Wi-Fi[2]. Namun, sementara WiMAX masih dalam taraf standardisasi, alat-alat Wi-Fi sudah menyebar luas di kalangan masyarakat dunia, sehingga harganya pun turun dengan drastis. Saat ini sudah banyak perusahaan, universitas dan hacker yang mencoba menggali kemampuan Wi-Fi lebih dalam lagi. Dan bukanlah hal yang mustahil jika kemampuan dan popularitas Wi-Fi akan terus meningkat pada masa yang akan datang. WiMAX mungkin akan sangat cocok digunakan untuk daerah pedesaan yang polpulasinya rendah dan jarak antar populasinya pun jauh, sedangkan Wi-Fi akan terus berkembang dan dapat digunakan untuk berbagai jenis jaringan seperti LAN, Neighbourhood Area Network (NAN) dan MAN [2]. 2.2. Perbandingan dengan 3G Dibandingkan dengan 3G, Wi-Fi lebih banyak memberikan peluang dibandingkan dengan 3G karena biayanya yang murah. 3G dari awalnya saja sudah membutuhkan biaya yang sangat besar untuk masalah lisensi spektrum frekuensi, sedangkan Wi-Fi yang menggunakan tidak mengeluarkan biaya sama sekali untuk hal tersebut. Perangkat 3G pada sisi user yang saat ini sudah mulai beredar pun harganya mahal, sedangkan alat komunikasi yang memiliki adapter WiFi built in sudah banyak beredar dan harganya pun semakin turun. Dari segi kecepatan aksesnya, 3G menjanjikan akan memberikan kecepatan data sampai 2 Mbps, yang pada kenyataannya tidak pernah mencapai kecepatan tersebut seratus persen, karena harus berbagi
3.1.1. Service Set Id (SSID) SSID adalah sebuah string yang digunakan untuk mendefinisikan domain roaming umum diantara sekelompok AP. SSID yang berbeda pada sekumpulan AP memperbolehkan overlapping di jaringan wireless. SSID juga dapat disebut sebagai password dasar. dimana seorang user tidak akan dapat mengakses jaringan tanpanya. Kelemahan dari fitur ini adalah bahwa AP mengirimkan secara broadcast SSID-nya beberapa kali per detik sehingga alat penganalisa 802.11 dapat digunakan untuk membacanya. Agar seseorang tidak dapat masuk ke jaringan secara kebetulan belaka, maka SSID harus diubah dari nilai default-nya [1]. 3.1.2. Wired Equivalent Protocol (WEP) Untuk mengurangi masalah keamanan, 802.11b mendefinisikan metode autentikasi dan enkripsi yang dinamakan WEP. Enkripsi WEP didasarkan pada algoritma RC4, yang menggunakan kunci 40 bit dan initializing vector (IV) sebanyak 24 bit acak [1]. 3.2. Penambahan keamanan Untuk mengurangi resiko yang timbul pada keamanan di jaringan Wi-Fi maka ada beberapa hal yang mungkin dilakukan yaitu pengurangan resiko pada sisi manajemen, operasional dan teknis [4]. Pada sisi manajemen, pengurangan resiko harus dimulai dari peraturan keamanan secara menyeluruh. Manajemen harus mencakup manusia yang berhak untuk berhubungan dengan perangkat wireless secara fisik atau secara aksesnya. Manajemen juga harus melingkupi tipe informasi yang dapat dikirimkan, dan juga panduan pada pengguna agar dapat memperlakukan peralatan dengan baik sehingga keamanannya dapat terjaga [4]. Pada sisi operasional, pengurangan resiko dilakukan dengan cara mengamankan secara fisik sehingga hanya
user yang memiliki otorisasi saja yang dapat mengakses peralatan wireless di lokasi tersebut. Keamanan secara fisik mengkombinasikan beberapa ukuran fisik seperti kontrol akses, identifikasi personal dan batas luar keamanan. Kontrol akses secara fisik dapat dilakukan dengan penggunaan badge, atau pengindentifikasian ciri-ciri fisik dari seseorang seperti dengan mengidentifikasi sidik jari, identifikasi foto, identifikasi mata dan sebagainya. Untuk menghindari penyusupan, area cakupan dari AP harus dipastikan tidak melewati batas fisik bangunan [4]. Pada sisi teknis, pengamanan dilakukan dengan menggunakan solusi hardware dan software untuk menghasilkan suatu keamanan. Solusi software dapat dilakukan dengan mengkonfigurasi AP dengan baik, up grade dan patching software, autentikasi, Intrusion Detection System (IDS), dan enkripsi. Solusi hardware misalnya dengan menggunakan smart card, VPN, dan public key infrastucture (PKI) [4]. Skala keamanan yang dapat dipilih untuk jaringan wireless dapat dilihat pada Tabel 2. Untuk sistem hotspot di UI, digunakan level keamanan tingkat 4 dengan mempergunakan RADIUS.
0
1
2
3
4
5
TABEL 2.1. LEVEL KEAMANAN JARINGAN WIRELESS [1] Jenis Konfigurasi Yang Aplikasi keamanan diamankan Tanpa Jaringan terbuka Tidak ada Kebanyakan user keamanan tanpa WEP mengoperasikan peralatannya pada model ini Akses Autentikasi user Akses Hot spot, publik dan harus jaringan perpustakaan, menyediakan hotel, airport, dan suplai VPN untuk peralatan melalui Internet portabel untuk kembali ke perusahaan Keamanan 40 atau 128 bit Beberapa Rumah dan SOHO terbatas WEP, MAC akses dengan portabilitas access control list jaringan dan (ACL), tanpa privasi data broadcast Keamanan Wi-Fi protected Akses Rumah, SOHO dasar Access (WPA) jaringan dan dan perusahaan privasi data kecil dengan portabilitas Keamanan 802.1x/EAP-X Akses Perusahaan dengan tingkat dan RADIUS jaringan dan portabilitas lanjut privasi data Keamanan VPN seperti Akses Aplikasi khusus, end-to-end point to point jaringan dan perjalanan bisnis, tunneling privasi data perusahaan dengan protocol (PPTP), pengguna luar, PPTPv2, Layer 2 antar bisnis Tunneling Protocol (L2TP), Kerberos, IP-Sec
4. INTERFERENSI DAN QUALITY OF SERVICE 4.1. Interferensi Untuk meminimalisasikan interferensi dari sumber eksternal, pada perancangan jaringan harus dilakukan pengendalian terhadap 5 parameter, yaitu kanal/pita yang digunakan, jarak, level daya dari interferensi, antena, dan protokol yang digunakan [1]. Sumber interferensi internal yang mungkin terjadi pada lingkungan Wi-Fi adalah multipath dan noise pada kanal. Multipath terjadi ketika gelombang yang dikeluarkan oleh transmitter mengalami interferensi dengan sinyal lain yang berada pada jalur direct line of sight sehingga mengakibatkan sinyal tersebut rusak. Hal ini disebut juga pelemahan sinyal (signal fading). Hal ini dapat diatasi dengan mengirimkan sinyal dengan daya lebih besar, menggunakan antena yang berbeda-beda arahnya, menggunakan adaptive channel equalizer dan atau dengan menggunakan DSS, FHSS dan OFDM yang telah ada di standar 802.11 [1]. 4.2 QoS Beberapa masalah yang ada pada jaringan wireless ternyata tidak ada di jaringan kabel. Throughput dan latency adalah 2 hal penting yang mempengaruhi kecepatan dan kinerja dari jaringan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan delay pada jaringan 802.11 adalah proses saluran udara (coding, modulasi dan framing data serta transmisi), propagasi, transmisi jaringan, serta proses far-end [1]. 5. PERSPEKTIF BISNIS Untuk mendapatkan biaya yang lebih rendah dari sisi pengguna, maka sebuah device wireless dapat dipakai bersama-sama. Namun hal ini tentunya akan menyebabkan turunnya kapasitas yang diperoleh per pengguna. Oleh karena itu diperlukan sebuah model bisnis yang menguntungkan namun dengan tanpa mengesampingkan kenyamanan user. 5.1. Model kemitraan Dalam mengembangkan Wi-Fi sebagai sebuah bisnis, ada dua model kemitraan bisnis yang dapat dipilih. Model yang pertama adalah Wireless Internet Service Provider (WISP) yang menyediakan koneksi Wi-Fi, termasuk infrastruktur dan instalasinya, di lokasi yang dimiliki oleh spot owner (pemilik lokasi) [5]. Model yang kedua adalah WISP juga bertindak sebagai spot owner, sehingga keuntungan yang didapatkan sepenuhnya untuk WISP [5]. Lokasinya dapat diperoleh
WISP dengan cara menyewanya kepada spot owner atau bahkan membelinya. 5.2. Memperlebar jaringan bisnis Untuk memperlebar jaringan bisnis dapat dilakukan model bisnis aggregator [5]. Dalam model single aggregator, sebuah WISP mengembangkan hotspot di berbagai tempat sehingga pelanggan dapat mengakses Internet di mana saja menggunakan Wi-Fi tergantung banyaknya hotspot yang dimiliki oleh WISP. Namun model bisnis ini memerlukan biaya yang besar mengingat hotspot yang dimiliki WISP harus dalam jumlah sangat banyak agar menarik minat pelanggan. Model agregasi lainnya adalah dengan menarik sejumlah hotspot yang sudah ada menjadi anggota aggregator. Pendapatan dari pemakaian user dibagi 3 antara spot owner, WISP pemilik jaringan dan aggregator. Luasnya jaringan Wi-Fi akan menjadi penarik minat user untuk berlangganan kepada aggregator, sehingga pengguna benar-benar dapat mengakses Internet di berbagai tempat. 5.3. Model pembayaran pengguna Dari model pembayaran yang harus dilakukan oleh user, ada 3 model yang dapat dipilih, yaitu gratis, berdasarkan waktu pemakaian atau berdasarkan banyaknya pemakaian [5]. Akses gratis bertujuan menjadikan Wi-Fi sebagai daya tarik agar konsumen datang ke suatu tempat dan melakukan aktifitas di tempat tersebut. Pendapatan diperoleh dari layanan utama yang diberikan oleh tempat tersebut. Pada model pembayaran berdasarkan waktu pemakaian, konsumen membayar dari lamanya berada di lokasi atau lamanya berlangganan. Pada model pembayaran berdasarkan banyaknya pemakaian, pengguna akan membayar banyaknya waktu akses Internet yang digunakannya. 6. AUDIT PEMANFAATAN Wi-Fi Untuk dapat mengevaluasi kinerja setiap jaringan informasi membutuhkan proses audit. Terutama dari segi keamanannya. Begitu pula dengan Wi-Fi. Pada langkah awal, perlu didapatkan seluruh data yng berhubungan dengan organisasi, infrastruktur jaringan, inventaris sistem operasi dan aplikasi yang berpengaruh pada klasifikasi data, spesifikasi dan kebutuhan dari alat pengenkripsi, pengujian resiko terhadap kebutuhan autentikasi dan kemanan data, proses akuisisi software infrastruktur, serta sejarah perawatan dari setiap alat keamanan yang dipakai saat ini [6]. Pada langkah audit mendetail perlu dilakukan identifikasi tanggung jawab keamanan dan penentuan
level kemanan yang dipakai, serta peninjauan ulang kebutuhan data untuk keamanan pada lingkungan wireless secara spesifik. Jika enkripsi digunakan, tinjau ulang dan sesuaikan dengan tuntutan regulasi enkripsi yang ada. Selanjutnya, tentukan lingkungan elektronisnya, kenali bahaya potensial dari interferensi, kemacetan, dan halangan dari sinyal-sinyal wireless, tentukan level dari resiko yang ada, tinjau ulang proses pengambilan keputusan penggunaan enkripsi atau tool lain yang digunakan sebagai solusi keamanan serta bandingkan juga kompatibilitasnya dengan teknologi yang ada saat ini [6]. Pada manajemen enkripsi tentukan kapan akses pada key (kunci) cocok untuk dilakukan, proses dimana key akan dibagikan, dijaga, atau dibatalkan, proses pembuatan key, waktu kadaluarsa kunci dan proses penggantiannya [6]. Kontrol internal harus mendefinisikan dengan jelas komponen audit sebelumnya, tujuan bisnis yang sesuai dengan keamanan jaringan wireless organisasi, model arsitektur sesuai dengan tingkat keamanan yang diinginkan, karakteristik dari informasi, ukuran resiko, hardware dan software, dan rencana yang cukup [6]. Pada sisi perencanaan harus diperiksa adanya keamanan IT yang menjadi penentu dalam merekomendasikan tool keamanan, prosedur detail untuk manajemen kunci enkripsi, dan pemastian tool enkripsi yang ada dapat bekerja dengan infrastruktur yang ada. Secara mendetail, enkripsi harus dapat memenuhi seluruh kebutuhan, telah digunakan oleh seluruh sistem yang membutuhkannya, sesuai dengan regulasi yang berlaku, serta telah memiliki kontrol yang cukup atas kunci enkripsi yang digunakan [6]. 7. PENINGKATAN AREA CAKUPAN Wi-Fi Agar dapat digunakan sebagai tulang punggung informasi yang memadai, cakupan Wi-Fi haruslah luas. Salah satu cara adalah dengan menggunakan alat-alat tambahan selain perangkat dasar Wi-Fi, seperti menggunakan repeater, extender dan antena [7]. Cara lainnya adalah dengan menggunakan Wi-Fi yang digabungkan dengan teknologi lainnya seperti ad hoc network, mesh network [1] dan VSAT. Teknologi ad hoc network misalnya, dapat menghubungkan antar AP sehingga dapat tercipta suatu jaringan wireless yang luas. Dengan ad hoc network, komputer pengguna juga dapat digunakan sebagai repeater sehingga komputer dari seorang pengguna dapat mengakses AP melalui komputer milik orang lain. Pada daerah dimana infrastruktur kabelnya masih sangat minim atau kurang memadai, Wi-Fi dapat
digabungkan dengan satelit untuk dapat memberikan koneksi broadband. Sebuah VSAT dapat digunakan secara bersama-sama untuk daerah cakupan yang luas, misalnya untuk sebuah desa, dengan cara menghubungkan sejumlah AP ke VSAT tersebut [8]. 8. Wi-Fi SEBAGAI SARANA INFRASTRUKTUR INFORMASI, KOMUNIKASI DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
Sejumlah laptop dengan Wi-Fi enabled dapat dibawa ke kelas ketika dibutuhkan, jadi bukan siswa yang pergi ke lab. Hal ini akan mengoptimalkan waktu yang digunakan untuk proses pembelajaran, karena waktu untuk pindah ruangan kelas dapat dibuang. Dengan WiFi, proses pembelajaran dapat berlangsung menarik dan up to date dengan menggunakan Internet. Dan dengan laptop ber-Wi-Fi, tidak ada lagi kabel yang menggangu. 9. KESIMPULAN
Untuk menjadikan Wi-Fi sebagai media e-prosperity, penempatan AP Wi-Fi sebaiknya dilakukan di pusat aktifitas masyarakat atau infrastuktur umum sehingga koneksi Internet dapat dilakukan di dalam dan di luar ruangan. Biaya penggunaannya haruslah murah sehingga manfaat ICT benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat. Penyebarannya dapat dimulai dengan memberikan akses gratis untuk situs-situs pemerintah dimana informasi yang dibutuhkan masyarakat dapat diperoleh dengan mudah. Namun jika ingin mengakses ke luar maka dapat diberlakukan sistem pembayaran sesuai waktu yang digunakan untuk mengakses ke luar tersebut. Hal utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan suatu teknologi agar dapat diadopsi secara luas oleh masyarakat adalah harganya yang murah serta instalasinya yang mudah. Pembangunan jaringan Wi-Fi untuk masyarakat tidak membutuhkan biaya yang banyak, sehingga teknologi ini cocok digunakan untuk community development. Pertama, Wi-Fi tidak membutuhkan biaya awal untuk lisensi frekuensi. Kedua, pembuatan AP dapat dilakukan sendiri, misalnya dengan menggunakan antena Wi-Fi dari kaleng [9], jadi tidak perlu membeli perangkat Wi-Fi pabrikan yang harganya pasti lebih mahal. Ketiga, jaringan Wi-Fi mudah untuk di-set up sendiri. Saat ini bahkan sudah ada free ware yang dapat digunakan untuk membangun jaringan Wi-Fi seperti yang diberikan oleh CUWiN [10]. Pemilihan sebuah teknologi untuk digunakan sebagai infrastruktur pendidikan, harus mempertimbangkan halhal yang berbeda dibanding dengan penerapan untuk penggunaan komersial. Beberapa karakteristik harus dimiliki sebuah teknologi yang akan diterapkan pada jaringan untuk pendidikan adalah kecepatan transmisi yang tinggi dan handal, harus memenuhi kebutuhan transmisi multimedia, sehingga banyak aplikasi pendidikan dapat dilayani, merupakan teknologi tingkat tinggi menyangkut kegunaannya dan fitur tambahan yang mungkin diberikan, serta memiliki biaya implementasi awal yang murah. Wi-Fi memenuhi syarat-syarat tersebut. Untuk dunia pendidikan, dengan adanya Wi-Fi di sekolah, kegiatan belajar mengajar menjadi dipermudah. Misalnya dengan mobile lab [11].
Dapat disimpulkan bahwa Wi-Fi dapat digunakan sebagai infrastruktur informasi, komunikasi dan pendidikan di Indonesia dengan memperhatikan sistem keamanan, QoS, peningkatan cakupannya serta dilakukan audit sistem dengan baik. Dari segi bisnis, Wi-Fi dapat dijadikan lahan bisnis yang menguntungkan tergantung dari pemilihan model bisnis yang sesuai. Diharapkan, pemanfaatan teknologi ini dapat menuju e-prosperity bagi seluruh masayarakat Indonesia. 10. REFERENSI [1] Ohrtman, Roeder, “The Wi-Fi Handbook”, McGraw-Hill Professional, 2003. [2] Fleishman, “WiMax Hype, 802.11 Reality”, http://www.wifinetnews.com/archives/004479.html, 23 November 2004. [3] O.W. Purbo, ”Kekalahan 3G, Kemenangan WiFi di Kawasan Eropa”, Kompas, 30 Mei 2005. [4] Karygiannis, Owens, “Draft Wireless Networks Security, 802.11, BluetoothTM and Handheld Devices“, http://www.securitymanagement.com/library/ Nist_tech1102.pdf [5] http://www.ebizzasia.com/0214/2004/focus,0214, 03.html , 14 Februari 2004 [6] “Network Security Analysis and Implementation“, http://www.cse-cst.gc.ca/documents/publications/govpubs/itsg/mg1.pdf. [7] http://www.macintouch.com/readerreports/wireless networking/topic3204.html [8] O.W. Purbo, “Tulang Punggung IP Pita Lebar memakai Satelit di Indonesia dengan Beaya Rendah”, http://satjournal.tcom.ohiou. edu/issue 8/pers_onno1indo.html [9] O.W. Purbo, ”Perjuangan Membangun Infrastruktur Telekomunikasi Rakyat“, http://free.vlsm.org/v10/ onno-ind-2/physical/berjuang-membanguninfrastruktur-telekomunikasi-rakyat-5-2002.rtf. [10] Fleishman, “CUWiN Goes Public with OpenSource Mesh System“, http://www.wifinetnews.com/ archives/004766.html, 1 Februari 2005 [11] J. Davies, M. Carbonaro, et al., “Implementing a Mobile Lab in a Faculty of Education”, http://thejournal.com/articles/16483